• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Metode AHP untuk Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Konstruksi pada Proyek Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Aplikasi Metode AHP untuk Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Konstruksi pada Proyek Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI METODE AHP UNTUK PEMILIHAN PENYEDIA

BARANG/JASA KONSTRUKSI PADA PROYEK DUKUNGAN

KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKE

TESIS

OLEH

MUHAMMAD FAUZAN AZIMA LUBIS

107016008/TS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Judul Tesis : APLIKASI METODE AHP UNTUK PEMILIHAN

PENYEDIA BARANG/JASA KONSTRUKSI PADA

PROYEK DUKUNGAN KAWASAN INDUSTRI SEI

MANGKE

Nama Mahasiswa : Muhammad Fauzan Azima Lubis

Nomor Pokok : 107016008

Program Studi : Magister Teknik Sipil

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc) (Ir. Syahrizal, MT) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)

(3)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 31 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc Anggota : 1. Ir. Syahrizal, MT

2. Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT

3. Ir. Rudi Iskandar, MT

(4)

ABSTRAK

Pada paket Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke, akan dilakukan kegiatan membangun jalan dan jembatan pada lokasi Kabupaten Batubara untuk mendukung prospek MP3EI. Paket tersebut akan dilelangkan untuk mengambil penyedia barang/jasa yang tepat. Pelelangan dilakukan melalui pemilihan penyedia barang/jasa dengan melihat kriteria dan subkriteria yang berdasarkan dari Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/jasa dan Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Pengadaan Barang/Jasa.

Pemilihan penyedia barang/jasa dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Didalam AHP akan dibentuk sebuah hirarki yang berawal dari kuesioner yang diberikan terhadap panitia lelang sebagai pengambil keputusan. Serta adanya hirarki tandingan yang berdasarkan pada data-data perusahaan yang melakukan penawaran dengan pengambilan keputusan dari expert judgement. Hirarki tersebut terdiri dari kriteria, subkriteria dan alternatif perbandingan berpasangan. Kemudian pengevaluasian terhadap setiap kriteria, subkriteria dan alternatif. Evaluasi tersebut memberikan bobot tertinggi dan terendah diantara kriteria, subkriteria dan alternatif yang dibandingkan. Bobot kriteria administrasi 8%, bobot kriteria teknis 72%, bobot kriteria harga 19%. Urutan alternatif dari bobot yang paling tinggi adalah Perusahaan A dengan bobot 34%, Perusahaan E dengan bobot 25,2%, Perusahaan D dengan bobot 16,4%, Perusahaan C dengan bobot 12,5%, Perusahaan B dengan bobot 11,9%. Pembobotan tersebut dilakukan pengecekan kembali dengan melakukan perhitungan pada Expert Choice 2000.

Urutan pembobotan paling tinggi apabila dibandingkan antara metode AHP dengan keputusan panitia lelang sebenarnya adalah sama, begitu juga dengan pembobotan hirarki tandingan yang berdasarkan data-data perusahaan. Penyedia barang/jasa yang dinilai mampu mengerjakan proyek, diharapkan dapat memberikan hasil infrastruktur yang tepat guna, tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya.

(5)

ABSTRACT

In Sei Mangke Industrial Area Support package, will do activitiesto build roads and bridgesin Batu Bara County to support the MP3EI prospects. The package will be auctioned to take the goods/services are appropriate. The auction is done through the selection of goods/service providers to look at the criteria and sub-criteria are based on Presidential Decree 54 of 2010 on the procurement of goods/services and Presidential Decree 70 of 2012 on the second amendment procurement of goods / services.

The selection of goods service providers using Analytical Hierarchy Process (AHP). In AHP will be established a hierarchy that starts from the questionnaire given to the tender committee as decision makers. And the existence of a rival hierarchy based on data companies that do offer the decision-making of expert judgment.. The hierarchy consists of criteria, sub-criteria and alternatives pairwise comparisons. Then the evaluation of any criteria, sub-criteria and alternatives. These evaluations provide the highest and lowest weight among the criteria, sub-criteria and alternatives are compared. Weight of 8 % administrative criteria , technical criteria weights 72 % , 19 % price criteria weights . Alternative sequence of the highest weight is a company with a 34 % weighting, Company E with a weight of 25.2 %, Company D with a weight of 16.4 %, Company C with a weight of 12.5 %, Company B with a weight of 11.9 %. Weighting is done checking back to perform calculations on Expert Choice 2000.

Weighting sequence the highest when compared between the AHP with tender committee decision is actually the same, as well as counter-weighting hierarchy based on company data. Providers of goods / services that are considered capable of working on the project, expected to provide appropriate infrastructure results, right quality, right time and right cost

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu,

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat ALLAH SWT atas karunia-Nya memberikan pengetahuan, kekuatan, dan kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi syarat menempuh ujian sarjana pada Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul tesis ini adalah Aplikasi Metode AHP untuk Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Konstruksi pada Proyek Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke.

Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak bantuan berupa dukungan moril, material, spiritual, maupun administrasi. Oleh karena itu, sudah layaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE, sebagai Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil USU, Bapak Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc, sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Ir. Syahrizal, MT, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi serta masukan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

(7)

Pengajar Program Studi Magister Teknik Sipil USU yang telah mendidik penulis serta Pegawai Administrasi Program Studi Magister Teknik Sipil.

Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I, Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara serta Kelompok Kerja (pokja) Pengadaan Barang/Jasa Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara yang telah bersedia membantu baik dalam menyediakan data-data yang dibutuhkan hingga pengisian kuesioner.

Secara khusus, disampaikan ucapan terimakasih kepada keluarga, terutama Ayahanda Drs. H. Parlindungan Lubis, Ak, QIA, MM, ibunda Hj. Ratna Fauziah, kakanda Ahmad Fauzi Lindung Lubis, ST, MM, Fithri Sarrah Lubis, SE, Ak., adinda Fakhrur Rozy P. Lubis, ST, kekasih dr. Dewi Rafna Yuliana dan rekan–rekan penulis.

Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari kemungkinan masih terdapat kekurangan dan kesilapan di dalam tesis ini. Oleh karena itu, penulis terbuka dan mengharapkan sekali kritikan dan saran yang sifatnya membangun guna memperbaiki tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2013

Penulis

(8)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karyayang pernah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang Pengetahuan saya juga, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diskusi dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2013

(9)

RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Muhammad Fauzan Azima Lubis Tempat/Tgl. Lahir : Medan/22 Desember 1987

Alamat : Jln. Pukat II no. 52 Kelurahan Bantan Timur – Medan

Agama : Islam

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

TK Teratai Sei Karang Lubuk Pakam 1992 – 1993 SD INPRES Sei Karang Lubuk Pakam 1993 – 1996 SDN 003 Kecamatan Sail Pekanbaru 1996 – 1999

SLTPN 13 Pekanbaru 1999 – 2002

SMUN 8 Pekanbaru 2002 – 2005

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil USU 2005 – 2010 Magister Teknik Sipil (Manajemen Prasarana Publik) USU 2010 – 2013

C. RIWAYAT PEKERJAAN

(10)

DAFTAR ISI

1.3 Maksud, Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Batasan dan Lingkup Penelitian ... 8

1.5 Kerangka Konseptual ... 8

1.6 Sistematika Penulisan ... 10

(11)

2.1.3.3 Evaluasi Teknis... 17

2.1.3.4 Evaluasi Kualifikasi ... 19

2.2 Penetapan dan Pengumuman Pemenang ... 19

2.3 Sanggahan dan Sanggahan Banding ... 20

2.4 Pengambilan Keputusan ... 21

2.5 Analytical Hierarchi Process (AHP) ... 25

BAB III METODOLOGI 31

3.1 Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) ... 31

3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 34

3.3 Analisis Data... 34

3.4 Penyusunan Prioritas Pengadaan Barang/Jasa ... 35

3.5 Pembobotan Kriteria ... 35

3.5.1 Penetapan Pengambil Keputusan ... 35

3.5.2 Pembobotan antar Kriteria ... 36

3.6 Penghitungan Bobot Seluruh Pengambil Keputusan ... 37

3.7 Pemeriksaan Konsistensi ... 38

3.8 Analisis Sensitivitas ... 39

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 40 4.1 Gambaran Umum Data ... 40

4.1.1 Validasi kriteria dan Subkriteria ... 40

4.1.2 Konsensus ... 43

4.1.3 Pelaksanaan Survai... 43

(12)

4.2 Teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 45

4.2.1 Pembentukan Hirarki ... 46

4.2.2 Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison) ... 48

4.2.2.1 Matriks Pasangan antar Kriteria ... 48

4.2.2.2 Matriks Pasangan antar Subkriteria ... 49

4.2.2.3 Matriks Pasangan Alternatif ... 51

4.2.3 Perhitungan Bobot ... 60

4.2.4 Perhitungan Konsistensi ... 65

4.3 Hasil Penilaian Akhir ... 67

4.4 Hirarki yang Berdasarkan Data Perusahaan ... 71

4.5 Analisis Sensitivitas ... 83

BAB V PENUTUP 85 5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA 87

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Skala penilaian antar kriteria ... 25

3.1 Contoh matriks perbandingan berpasangan ... 33

3.2 Contoh pembentukan matriks kinerja ... 33

4.1 Atribut detil dari kriteria administrasi ... 41

4.2 Atribut detil dari kriteria teknik ... 42

4.3 Atribut detil kriteria harga ... 43

4.4 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh pada kriteria matriks ordo 3x3 untuk level 2 ... 49

4.5 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh subkriteria pada kriteria administrasi ordo 8x8 untuk level 3 ... 49

4.6 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh subkriteria pada kriteria teknis ordo 5x5 untuk level 3 ... 50

4.7 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh subkriteria pada kriteria harga ordo 4x4 untuk level 3 ... 50

4.8 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada subkriteria SIUJK Ordo 5x5 untuk level 4 ... 51

4.9 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada subkriteria landasan hukum Ordo 5x5 untuk level 4 ... 51

(14)

4.11 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada

subkriteria data keuangan ordo 5x5 untuk level 4 ... 52

4.12 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada

subkriteria data personil ordo 5x5 untuk level 4 ... 53

4.13 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada

subkriteria data perusahaan Ordo 5x5 untuk level 4 ... 53

4.14 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada

subkriteria data pengalaman perusahaan Ordo 5x5 untuk level 4... 54

4.15 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada

subkriteria modal kerja ordo 5x5 untuk level 4 ... 54

4.16 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada

subkriteria metode pelaksanaan ordo 5x5 untuk level 4 ... 55

4.17 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada

subkriteria analisa teknik & pemahaman spesifikasi teknik

ordo 5x5 untuk level 4... 55

4.18 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada

subkriteria peralatan minimal ordo 5x5 untuk level 4 ... 56

4.19 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada

subkriteria personil inti Ordo 5x5 untuk level 4 ... 56

4.20 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada

subkriteria time schedule ordo 5x5 untuk level 4... 57

4.21 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada

(15)

harga ordo 5x5 untuk level 4 ... 57

4.22 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada subkriteria nilai penawaran biaya ordo 5x5 untuk level 4 ... 58

4.23 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada subkriteria koreksi aritmatik ordo 5x5 untuk level 4 ... 58

4.24 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada subkriteria kewajaran harga ordo 5x5 untuk level 4 ... 59

4.25 Penjumlahan perkolom... 60

4.26 Penjumlahan perbaris setelah dilakukan penjumlahan perkolom ... 60

4.27 Bobot prioritas setiap kriteria ... 61

4.28 Tabel bobot subkriteria administrasi ... 61

4.29 Pembobotan alternatif pada subkriteria administrasi ... 62

4.30 Pembobootan pada kriteria teknik ... 63

4.31 Pembobotan alternatif pada subkriteria teknik ... 63

4.32 Pembobotan pada kriteria harga ... 64

4.33 Pembobotan alternatif pada subkriteria harga ... 64

4.34 Bobot total prioritas setiap alternatif ... 65

4.35 Random Consistency ... 66

4.36 Hasil akhir pembobtan alternatif ... 69

4.37 Perbadingan hasil penilaian akhir antara metode AHP dengan yang dilakukan panitia lelang ... 69

(16)

4.39 Credit Ratio (Owner’s Equity/Total Assets) ... 74

4.40 Current Ratio (Current Assets/Current Liabilities) ... 75

4.41 Asset Turnover Ratio (Sales/Total Assets) ... 75

4.42 Peralatan yang milik sendiri oleh kontraktor ... 76

4.43 Pegawai teknik yang dimiliki kontraktor (jumlah pengalaman lebih Dari 10 tahun ... 76

4.44 Contractor’s years in business (tahun) ... 77

4.45 Aktivitas kontraktor selama 7 tahun terakhir (jumlah paket)... 77

4.46 Pengalaman kontraktor dengan proyek yang sama (nilai rupiah) ... 78

4.47 Kesesuaian dengan jadwal pelaksanaan (durasi penawaran/ durasi akhir) ... 78

4.48 Kesesuaian dengan nilai kontrak (nilai kontrak/nilai akhir kontrak (addendum) ... 79

4.49 Perhitungan prioritas dari kriteria dan subkriteria ... 80

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Lokasi proyek Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke TA. 2012 ... 3

1.2 Kerangka konseptual ... 9

3.1 Diagram alir penelitian ... 31

3.2 Skema AHP ... 32

3.3 Proses perhitungan bobot total kriteria ... 37

4.1 Struktur hirarki pemilihan alternatif model penyedia barang/jasa ... 47

4.2 Diagram yang menampilkan bobot krieria dan alternatif ... 70

4.3 Grafik hubungan antara kriteria dengan alternatif ... 70

(18)

DAFTAR NOTASI

Pi = Nilai kerja alternatif

Wi = Rata-rata geometrik setiap baris

Wt = Penjumlah seluruh rata-rata geometrik

Ci = Konsistensi Indeks

maks = Eigenvalue maksimum

n = Jumlah matriks

Wn = Nilai tingkat kepentingan kriteria n

CR = Nilai konsistensi rasio

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelelangan umum penyedia barang/jasa di Negara Indonesia merupakan proses

pemilihan dalam penentuan calon pemenang suatu kegiatan atau proyek yang

berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahdan

Perpres 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pelelangan Umum

merupakan cara untuk mendapatkan penyedia barang/jasa yang benar–benar dapat

melaksanakan proyek dari tanda tangan kontrak hingga serah terima penyelesaian

akhir proyek.

Pentingnya pelelangan umum penyedia barang/jasa ditandai dengan banyaknya

kegiatan atau proyek dengan menggunakan anggaran yang cukup besar.Pelelangan

umum dapat menghindari berbagai pihak untuk memonopoli paket–paket kegiatan

yang dapat merugikan negara dikarenakan kesalahan dalam pemilihan penyedia

barang/jasa. Pelelangan merupakansarana mendapatkan calon penyedia barang/jasa

yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan suatu proyek yang dilihat dari

kemampuan keuangan perusahaan, tingkat keahlian tenaga kerja atau sumber daya

manusia, kepemilikan peralatan dari milik sendiri atau sewa peralatan dengan

perusahaan lain yang didasarkan atas perjanjian sewa alat, serta didukung dengan

(20)

Dalam Peraturan Presiden, yang dimaksud dengan pengadaan barang/jasa

pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaan barang/jasa adalah kegiatan

untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai

diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Insitusi, yang selanjutnya

disebut K/L/D/I adalah instansi/institusi yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pengguna barang/jasa adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang

dan/atau jasa milik negara/daerah di masing–masing K/L/D/I. Unit Layanan

Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi melaksanakan

pengadaan barang/jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada

unit yang sudah ada.

ULP pada Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi dibentuk oleh

Menteri/Pimpinan Lembaga/kepala Daerah/Pimpinan Institusi yang membentuk

SK/Surat Keputusan kepada kelompok kerja ULP untuk pemilihan penyedia

barang/jasa. Keanggotaan kelompok kerja ULP wajib ditetapkan untuk pengadaan

barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya nilai diatas Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah) yang berjumlah gasal beranggotakan paling kurang 3(tiga) orang dan dapat

(21)

Studi kasus ini

us ini mengacu kepada Perpres No. 54 Tahun 201

yang menjadi pembaharuan kedua, karena sistem

donesia harus berdasarkan Peraturan Presiden.

emilihan penyedia barang/jasa pada Paket D

ngke dilakukan dengan bobot penilaian yang te

pemilihan penyedia barang/jasa merupakan fakto

n kontraktor.Keputusan memilih penyedia barang

yang objektif dan menguntungkan dalam penca

un demikian seringkali kualitas pekerjaan yang

ga hasil pekerjaannya kurang dibawah spes

engguna barang/jasa.

Lokasi proyek Dukungan Kawasan Industri Sei Ma

(22)

Studi kasus ini mengambil pelelangan Paket Dukungan Kawasan Industri Sei

Mangke dengan lokasi pekerjaan berada di Lintas Timur Sumatera pada Provinsi

Sumatera Utara Kabupaten Batu Bara yang dapat dilihat pada Gambar 1.1.Paket

Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke berpotensi menjadi salah satu penggerak

roda perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. Paket tersebut merupakan MP3EI

(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang

berhubungan langsung dengan dunia internasional dan dapat menambah devisa negara

sehingga paket tersebut dibentuk oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai

Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah

I Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode Pascakualifikasi(full

e-procurement) Tahun Anggaran 2012 dengan dana Rp.32.166.200.000 (tiga puluh dua

miliar seratus enam puluh enam juta dua ratus ribu rupiah).

Pembangunan Jalan Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke sepanjang 4,1

Km dan Pembangunan Jembatan Duplikasi Sei Dalu-Dalu sepanjang 60 meterdengan

lebar 7 meter yang terletak pada ruas Jalan Lintas Timur Sumatera antara Kota

Indrapura dengan Kota Limapuluh.Pembangunan jalan 4,1 km terdiri dari:

a. 400 meter perbaikan tikungan Kota Limapuluh yang mengambil trase areal

perkebunan Lonsum, sehingga 400 meter tersebut dapat dikatakan jalan

baru. Kondisi tanah pada daerah tikungan tersebut sangatlah jelek, sehingga

para penyedia barang/jasa harus benar–benar memperhatikan pemampatan

dari tanah, untuk mengantisipasi penurunan tanah.Pekerjaan yang dilakukan

AC-WC, AC-BC, AC-Base, Aggregate klas A dan Aggregate Klas B dengan

(23)

b. Panjang penanganan 1,1 km berada antara Kota Lima Puluh dengan simpang

Sei Semayang. Jalan ini dilakukan pelebaran bahu dengan sistem 2-7-2.

Jalan ini merupakan jalan provinsi yang menghubungkan Kota Limapuluh

dengan kota Perdagangan. Tidak terlalu banyak dilakukan perbaikan tanah

pada tanah asliuntuk pelebaran jalan, karena kondisi tanahnya cukup baik

dengan CBR > 6. Pekerjaan yang dilakukan AC-WC, AC-BC, AC-Base,

Aggregate Klas A dan Aggregate Klas B dengan lebar rencana 7 meter.

c. Penanganan jalan pada areal Kawasan Industri Sei Mangke berupa spot-spot

sepanjang 2,60 km. Pada daerah ini banyak dilakukan pergantian material

pada tanah asli dikarenakan CBR < 6. Pihak penyedia barang/jasa harus

mendapatkan material yang cukup baik, agar tercapainya mutu yang

diinginkan oleh pihak owner. Pekerjaan yang dilakukan AC-WC, AC-BC,

dan AC-Base dengan lebar 6 meter.

Nilai paket pekerjaan Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke di atas 2,5

miliar. Apabila nilai paket pekerjaan diatas 2,5 miliar, golongan perusahaan yang

melakukan penawaran terhadap pelelangan Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke

haruslah perusahaan non kecil. Terdapat 5 (lima) Perusahaan yang telah melakukan

penawaran.

Paket pekerjaan ini dilakukan dalam 1 (satu) tahun anggaran, sehingga pihak

owner menginginkan penyedia barang/jasa yang dapat menyelesaikan pekerjaan

dengan tepat waktu, tepat guna, tepat mutu dan tepat biaya dengan sistem manajemen

yang handal.Sehingga infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah dapat digunakan

(24)

dengan pemilihan penyedia barang/jasa melalui pelelangan umum pascakualifikasi.

Sistem pelelangan dalam studi kasus ini akan dievaluasi sesuai dengan kriteria-kriteria

pada Peraturan Presiden no.54 Tahun 2010 dan no. 70 Tahun 2012, tetapi metode

evaluasi nya dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarcy Process). Metode ini

merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang dapat

membantu kerangka berpikir manusia dimana faktor logika, pengalaman pengetahuan,

emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis.Melalui

subkriteria-subkriteria dalam AHP mendapatkan alternatif yang tepat sasaran.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang timbul pada pemilihan kontraktor adalah kesalahan

pengambilan keputusan untuk memilih kontraktor yang tepat dengan menggunakan

kriteria yang ada sehingga dapat mengganggu pengoperasian infrastruktur dan tidak

tepatnya tujuan yang diinginkan oleh pemerintah. Didalam menulis tesis, penulis

merumuskan masalah yang akan diambil yaitu:

a. Kriteria apa yang menjadi prioritas pertimbangan pemilik pekerjaan (owner)

dalam memilih penyedia barang/jasa.

b. Metoda apa yang dapat digunakan dalam menilai kriteria-kriteria tersebut

untuk pengambilan keputusan, sehingga proses pemilihan pemenangnya

dapat dikatakan objektif, rasional dan menguntungkan.

Metode AHP (Analytic Hierarchy Process)dapat dipakai olehpanitia lelang

untuk sistem pemilihan yang objektif, rasional dan menguntungkan dalam aspek

(25)

menjadi metode acuan dalam sistem pemilihan penyedia barang/jasa dengan

subkriteria-subkriteria yang ada.

1.3 Maksud, Tujuan dan Manfaat Penelitian

Hasil studi evaluasi pengadaan barang/jasa pada Kementerian Pekerjaan Umum

dimaksudkan untuk membangun sistem pendukung pengambil keputusan pemilihan

kontraktor pada pelelangan.

Adapun tujuan dari studi ini yaitu:

1. Menentukan kriteria yang menjadi prioritas pertimbangan panitia lelang

untuk memilih pemenang yang tepat.

2. Memperoleh penyedia barang/jasa yang sesuai dengan kemampuan dan

keahlian dalam menanganiproyek berdasarkan metode AHP.

Hasil dari penelitian ini dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa

pada instansi pemerintah, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi proses pengambilan keputusan

yang selama ini dilaksanakan, dibandingkan dengan aplikasi metode AHP

pada proses pemilihan penyedia barang/jasa.

2. Studi kasus ini dapat dijadikan masukan atau acuan dalam proses

pengambilan keputusan terkait dengan pemilihan kontraktor untuk

mengerjakan suatu proyek yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang

ditentukan.

(26)

Lingkup dan tahapan penelitian secara garis besar dimulai dari latar belakang,

rumusan masalah dan tujuan penelitian sampai kepada kesimpulan dan saran. Proses

pengumpulan, pengolahan, dan analisa data dilakukan berdasarkan konsep dan

prosedur metodeAHP. Penelitian ini membahas tentang pengadaan barang/jasa yang

ada di Jalan Lintas Timur Sumatera yang mana paket tersebut berada di Satuan Kerja

Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara Direktorat Jenderal

Bina Marga yang sudah dibangun pada Tahun Anggaran 2012.Secara umum batasan

dan lingkup penelitian ini meliputi:

1. Studi kasus pada penelitian ini difokuskan pada pelelangan yang

dilaksanakan untuk pekerjaan Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke.

2. Pemilihan kontraktor dilakukan oleh panitia pelelangan sebagai pihak yang

mengambil keputusan. Dengan demikian proses wawancara dan kuisioner

akan terpusat kepada panitia tersebut yang berjumlah 7 orang (responden).

3. Adanya hirarki tandingan yang pengambil keputusan diluar panitia

pelelangan tersebut berdasarkan data perusahaan yang melakukan

penawaran.

Tiga aspek penilaian utama yang harus ada pada proses pelelangan adalah

aspek administrasi, aspek teknis dan aspek harga.

1.5 Kerangka Konseptual

Di dalam penelitian ini, pihak penulis memberikan kerangka konseptual yang

(27)

! " # $

! % & # " '

" ( " " ) " *

Gambar 1.2 Kerangka konseptual

Pada Gambar 1.2 pemilihan penyedia barang/jasa terdapat variabel-variabel

yang menentukan dalam mengambil keputusan pemilihan penyedia barang/jasa.

Variabel-variabel terdiri dari kriteria administrasi, kriteria teknis, dan kriteria harga.

Ketiga variabel tersebut memberikan penilaian yang cukup besar dalam pemilihan

penyedia barang/jasa berdasarkan Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010 dan Peraturan

Presiden no. 70 tahun 2012. Setelah dilakukan evaluasi terhadap kriteria-kriteria yang

telah disusun, maka akan didapat tingkat prioritas setiap penawaran penyedia

barang/jasa. Tingkat prioritas terendah dan tertinggi akan diterima oleh setiap penyedia

barang/jasa. Penyedia barang/jasa yang memiliki penilaianprioritas tertinggi dengan

arti memiliki kemampuan untuk melaksanakan sebuah proyek yang

dilelangkan.Keputusan yang diambil dalam pemilihan penyedia barang/jasamerupakan

keputusan yang harus konsisten.

(28)

1.6 Sistematika Penulisan

BABIPENDAHULUAN

Berisi informasi tentang penelitian ini yang menarik untuk diteliti. Pada bab ini

diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan.

BABIITINJAUAN PUSTAKA

Mengemukakan tentang landasan teori yang berhubungan dengan

permasalahan dan sebagai pedoman dalam pembahasan masalah.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Menjelaskan tahapan dalam penelitian, kerangka pemikiran, objek pemilihan,

jenis dan sumber data, dan metode pengumpulan data.

BABIVPENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Berisikan mengenai deskripsi objek penelitian dan analisis data yang secara

khusus membahas perbandingan masing–masing alternatif untuk setiap

pengadaan barang/jasa dan menjelaskan faktor penyebab terjadinya perbedaan

alternatif untuk masing–masing panitia lelang.

BAB VPENUTUP

Berisikan kesimpulan dari hasil penulisan tesis ini dan akan disampaikan pula

saran bagi pihak yang terkait untuk memabangun tesis ini menjadi lebih

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengadaan Barang/Jasa Proyek

Pihak pemerintah membentuk program Paket Dukungan Kawasan Industri Sei

Mangke dengan dana APBN TA.2012. Pemerintah pusat mengalokasikan dana yang

cukup besar untuk menyokong Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Dengan dana sebegitu besar, maka pihak Pemerintah Pusat melalui Balai Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional I Medan membentuk suatu Panitia lelang dengan nama

Kelompok Kerja (POKJA) ULP Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I untuk

mendapatkan suatu penyedia barang/jasa yang berkualitas. Proyek tersebut dinamakan

Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke.

Paket ini diumumkan melalui full e-procurement di website www.pu.go.id.

Panitia pelelangan untuk paket tersebut terdiri dari 7 (tujuh) orang. Panitia tersebut

mengadakan koordinasi tentang paket yang bernilai diatas 2,5 Miliar.Paket Dukungan

Kawasan Industri Sei Mangke dilelangkan dengan metode pascakualifikasi sistem

gugur.Metode tersebut sudah dilakukan koordinasi kepada kepala ULP (Unit Layanan

Pengadaan) selaku penyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa.

Nilai rupiahyang dilelangkan berdasarkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang

berasal dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).Harga tersebut lah yang menjadi

(30)

Dokumen pengadaan ditetapkan oleh ULP Balai Besar Pelaksanaan Jalan

Nasional I Medan. Dokumen pengadaan harus diikuti oleh para peserta pelelangan

yang akan melakukan penawaran. dengan mengevaluasi aspek administrasi, teknis,

harga dan kualifikasi terhadap penawaran sesuai yang di amanatkan oleh Perpres 54

Tahun 2010.

2.1.1 Pemasukan Penawaran

Setelah paket yang akan dilelangkan oleh pihak panitia diumumkan, maka

peserta yang mau mengikuti pelelangan harus mendaftarkan terlebih dahulu melalui

website PU. Setelah melakukan pendaftaran, pihak peserta pelelangan barulah dapat

melakukan pengunduhan dokumen pelelangan yang akan dilelangkan. Setelah empat

hari dari pengumuman pelelangan, akan diadakan penjelasan kantor yang lebih dikenal

dengan aanwijzing. Pada penjelasan kantor peserta pelelangan berhak menanyakan

tentang sistem pelelangan pada paket yang akan dilelangkan. Sehingga tidak adanya

kekeliruan oleh pihak peserta pelelangan terhadap proses pelelangan.

Setelah dilakukan penjelasan kantor, maka pihak panitia lelang mengadakan

penjelasan lapangan, untuk memberikan penjelasan kepada peserta lelang terhadap

data–data lapangan yang masih belum jelas pada gambar. Penjelasan lapangan ini

berguna untuk menghindari kesalahan terhadap volume yang ditawar.sebelumnya

gambar–gambar teknis sudah diberikan kepada peserta melalui website untuk

mempelajari kondisi lapangan yang ada.

Alur pelelangan yang di mulai dari pendaftaran hingga akhir pengumuman

(31)

pelelangan merupakan hasil keputusan panitia lelang dan apabila para peserta

pelelangan merasa keberatan terhadap hasil keputusan panitia lelang, peserta

pelelangan diberikan masa sanggah 5 Hari kerja untukmenyanggah atau menanyakan

hasil keputusan dari panitia lelang.

2.1.2 Pembukaan Penawaran

Setelah batasan pendaftaran dan mengirimkan data peserta pelelangan kepada

pihak panitia lelang (kelompok kerja), maka pihak panitia lelang melakukan

pembukaan penawaran dengan tanggal yang telah ditentukan pada saat pengumuman

pelelangan. Proses pembukaan penawaran yang disaksikan oleh peserta pelelangan,

yang bahwasannya untuk melihat berapa penawaran yang masuk mengikuti paket

yang dilelangkan. Apabila tidak sampai dengan 3 (tiga) peserta pelelangan, maka

pelelangan tersebut harus dilakukan pengulangan lelang (Perpres 54.Tahun 2010).

Dikarenakan paket Dukungan Kawasan Industri telah mencapai korum atau berjumlah

5 (lima) peserta yang melakukan penawaran, maka pelelangan tersebut dapat

diberlangsungkan prosesnya ke tahap berikutnya. Setelah melakukan pembukaan

penawaran, maka pihak panitia lelang melakukan evaluasi terhadap data–data yang

masuk ke panitia, mulai dari kualifikasi, administrasi, teknik (metode pelaksanaan,

jadwal pelaksanaan, personil, pengalaman perusahaan, dan lain-lain) serta harga

penawaran yang tercantum pada surat penawaran yang akan dilakukan matching

(32)

2.1.3 Evaluasi terhadap Penawaran

2.1.3.1 Evaluasi Administrasi

Evaluasi yang dilakukan dengan melihat kelengkapan berkas yang dimasukkan

oleh penyedia barang/jasa mulai dari memasukkan jaminan penawaran dengan nilai

jaminan berdasarkan nilai yang telah ditentukan di dokumen lelang. Kelengkapan

administrasi ini melihat surat penawaran yang sudah ada acuan yang diberikan melalui

dokumen lelang yang di upload melalui website www.pu.go.id serta syarat–syarat

substantial yang diminta berdasarkan dokumen lelang.

Pada surat penawaran, penyedia barang/jasa harus mencantumkan masa

pelaksanaan dan masa berlaku penawaran. Masa pelaksanaan yang dicantumkan pada

surat penawaran penyedia barang/jasa termasuk yang dievaluasi oleh pihak panitia,

jika melebihi dari masa pelaksanaan yang ditetapkan dari pihak panitia, maka

penawaran tersebut dikatakan gugur.Serta apabila evaluasi belum selesai dilaksanakan

sebelum akhir masa berlakunya penawaran, panitia lelang dapat meminta kepada

seluruh peserta secara tertulis untuk memperpanjang masa berlakunya penawaran

tersebut dalam jangka waktu tertentu (Permen PU No. 07 Tahun 2011).Selain surat

penawaran, pihak penyedia barang/jasa wajib memasukkan jaminan penawaran yang

dikeluarkan oleh bank/perusahaan asuransi.

2.1.3.2 Evaluasi Harga

Evaluasi harga penawaran ini mengacu kepada Bill of Quantity peserta

(33)

dalam angka dan huruf.(Perpres 70 tahun 2012).BOQtersebut akan dilakukan koreksi

aritmatik dengan ketentuan:

a. Volume pekerjaan yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga

disesuaikan dengan yang tercantum dalam dokumen pengadaan.

b. Apabila terjadi kesalahan hasil perkalian antara volume dengan harga

satuan pekerjaan, maka dilakukan pembetulan, dengan ketentuan harga

satuan pekerjaan yang ditawarkan tidak boleh diubah.

c. Jenis pekerjaan yang tidak diberi harga satuan dianggap sudah termasuk

dalam harga satuan pekerjaan yang lain dan harga satuan pada daftar

kuantitas dan harga tetap dibiarkan kosong.

d. Jenis pekerjaan tidak ditawarkan atau menawarkan dibawah spesifikasi

yang ditentukan, maka dilakukan klarifikasi, apabila hasil klarifikasi

menunjukkan jenis pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan utama (major

item) dan merupakan penyimpangan yang bersifat penting/pokok yang

mempengaruhi lingkup, kualitas dan hasil/kinerja pekerjaan penawaran

dikatakan gugur.

e. Penawaran setelah koreksi aritmatik yang melebihi nilai total HPS

dinyatakan gugur. Serta apabila semua harga penawaran terkosreksi diatas

nilai total HPS, pelelangan dinyatakan gagal.

Penyedia barang/jasa mencantumkan harga satuan dan harga total untuk tiap

mata pembayaran/pekerjaan dalam daftar kuantitas dan harga. Jika harga satuan ditulis

(34)

telah termasuk dalam harga satuan pekerjaan yang lain dan pekerjaan tersebut tetap

harus dilaksanakan. (Permen PU No. 07 Tahun 2011).

Harga satuan penawaran yang nilainya lebih besar dari 110%(seratus sepuluh

seperatus) dari harga satuan yang tercantum dalam HPS dilakukan klarifikasi.Apabila

setelah dilakukan klarifikasi ternyata harga satuan penawaran tersebut timpang, maka

harga satuan penawaran timpang hanya berlaku untuk volume sesuai dengan BOQ

(daftar kuantitas dan harga).

Klarifikasi kewajaran harga apabila harga penawaran dibawah 80% (delapan

puluh perseratus) HPS, apabila peserta tersebut ditunjuk sebagai pemenang lelang,

harus bersedia untuk menaikkan jaminan pelaksanaan menjadi 5% (lima perseratus)

dari nilai total HPS, dan apabila peserta yang bersangkutan tidak bersedia menaikkan

jaminan pelaksanaan, maka penawarnnya digugurkan dan jaminan penawaran disita

untuk Negara serta dimasukkan dalam daftar hitam.

2.1.3.3 Evaluasi Teknis

Penilaian persyaratan teknis minimal, dilakukan terhadap metode pelaksanaan

pekerjaan yang ditawarkan menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan

yang dalam paket konstruksi ini lingkup pekerjaannya meliputi pekerjaan jalan dan

pembangunan duplikasi jembatan termasuk pengendalian terhadap resiko K3.Metode

pelaksanaan dilengkapi metode kerja untuk jenis-jenis pekerjaan utama dan pekerjaan

penunjang atau pekerjaan sementara yang ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan

pekerjaan dan diyakini menggambarkan penguasaan penawar untuk melaksanakan

(35)

Masa pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak melampaui batas waktu

sebagaimana yang tercantum dalam dokumen lelang.Apabila masa pelaksanaan yang

ditawar melebihi dari masa pelaksanaan yang ditentukan dalam dokumen lelang, maka

penawar tersebut dikatakan gugur teknis.

Jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan minimal yang disediakan

untuk menghasilkan produksi alat yang dibutuhkan sebagaimana tercantum dalam

dokumen lelang.Apabila peralatan yang dimiliki oleh pihak penawar tidak mencukupi

dari segi jumlah, maka penawar tersebut diklarifikasi dan dapat dikatakan tidak

memenuhi persyaratan teknis.

Spesifikasi teknis memenuhi persyaratan, bagi penawar yang menyampaikan

spesifikasi teknis yang berbeda dari yang ditetapkan dalam dokumen lelang maka

spesifikasi teknis tidak boleh kurang dari yang disyaratkan, dan bagi penawar yang

tidak menyampaikan perubahan spesifikasi teknis dianggap sama dengan spesifikasi

teknis yang dipersyaratkan.

Personil inti yang akan ditempatkan secara penuh sesuai dengan persyaratan

sebagaimana tercantum dalam dokumen lelang serta posisi dalam manajmen

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan organisasi pelaksanaan yang diajukan.

Apabila dalam evaluasi teknis terdapat hal-hal yang kurang jelas atau

meragukan, panitia lelang melakukan klarifikasi dan konfirmasi dengan peserta

pelelangan.Dalam klarifikasi peserta tidak diperkenankan mengubah substansi

(36)

2.1.3.4 Evaluasi Kualifikasi

Evaluasi dilakukan terhadap calon pemenang lelang dan calon cadangan 1 dan

2 (apabila ada), apabila tidak adacalon pemenang yang lulus evaluasi kualifikasi, maka

lelang dinyatakan gagal.

Pembuktian kualifikasi terhadap peserta yang memenuhi persyaratan

kualifikasi dilakukan setelah evaluasi kualifikasi. Pembuktian kualifikasi dilakukan

dengan cara melihat keaslian dokumen dari dokumen asli atau salinan dokumen yang

sudah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang dan meminta salinan dokumen tersebut.

Pembuktian kualifikasi harus dihadiri oleh penanggung jawab penawaran atau yang

menerima kuasa dari direktur utama/pimpinan perusahaan yang nama penerima

kuasanya tercantum dalam akta pendirian atau perubahannnya, atau kepala cabang

perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen otentik,

atau pejabat yang menurut perjanjian kerja sama berhak mewakili persuahaan yang

bekerja sama. Panitia lelang melakukan klarifikasi dan atau verifikasi kepada penerbit

dokumen, apabila diperlukan, dan apabila hasil pembuktian kualifikasi ditemukan

pemalsuan data, maka peserta digugurkan, badan usaha dan/atau pengurusnya

dimasukkan daftar hitam. Serta apabila tidak ada calon pemenang yang lulus

pembuktian kualifikasimaka lelang dinyatakan gagal (Permen PU No. 7 Tahun 2011).

2.2 Penetapan dan Pengumuman Pemenang

Dalam proses pelelangan, setelah dilakukan evaluasi penawaran maka pihak

(37)

Tahun 2010 bahwa nilai sampai dengan Rp. 100.000.000.000, (seratus miliar rupiah)

kewenangan penetapan pada panitia pelelangan.

Dalam hal peserta mengikuti beberapa paket pekerjaan yang dilelangkan oleh

panitia lelang dalam waktu bersamaan, dan beberapa penawarannya terendah serta

berdasarkan kemampuan menangani paket (SKP), akan ditetapkan sebagai calon

pemenang oleh panitia lelang pada paket berdasarkan perhitungan kombinasi yang

menguntungkan Negara.(Perpres 70 Tahun 2012).

Setelah dilakukan penetapan pemenang, pihak panitia pelelangan melakukan

pengumuman pemenang kepada masyarakat melalui website yang memuat sekurang–

kurangnya, yaitu:

a. Nama paket pekerjaan dan nilai total HPS.

b. Nama dan alamat penyedia barang/jasa.

c. Harga penawaran terkosreksi.

d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

e. Hasil evaluasi pelelangan untuk seluruh peserta yang dievaluasi.

2.3 Sanggahan dan Sanggahan Banding

Proses sanggahan dilakukan setelah adanya pengumuman pemenang oleh

panitia lelang. Pihak peserta pelelangan dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis

atas penetapan pemenang kepada panitia pelelangan dalam waktu 5 (lima) hari kerja

setelah pengumuman pemenang, disertai bukti terjadinya penyimpangan. Panitia

(38)

(lima) hari kerja setelah menerima surat sanggahan. Apabila sanggahan dinyatakan

benar maka panitia lelangmenyatakan pelelangan gagal.

Peserta pelelangan apabila tidak sependapat dengan jawaban sanggahan dari

panitia lelang, dapat mengajukan sanggahan banding secara tertulis kepada

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan, Institusi, paling lambat 5 (lima)

hari kerja setelah menerima jawaban sanggahan.

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi wajib memberikan

jawaban secara tertulis atas semua sanggahan banding paling lambat 15 (lima belas)

hari kerja setelah surat sanggahan banding diterima jawaban sanggahan banding

bersifat final.

Peserta yang akan melakukan sanggahan banding harus memberikan jaminan

sanggahan banding sebesar sebagaimana tercantum dalam dokumen lelang dengan

masa berlaku 20 (dua puluh) hari kerja sejak tanggal pengajuan sanggahan banding.

Sanggahan banding menghentikan proses pelelangan.

Apabila tidak ada sanggahan, maka panitia lelang menyampaikan Berita Acara

Hasil Pelelangan (BAHP) kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk

menerbitkan Surat Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) (Perpres 70 Tahun

2012).Dan kontrak ditandatangani paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah

diterbitkan SPPBJ.

2.4 Pengambilan Keputusan

Proses pelelangan ini merupakan suatu wadah untuk mengambil keputusan

(39)

melakukan pelelangan, dilakukan pengambilan keputusan terhadap dokumen-dokumen

yang dimasukkan oleh penyedia barang/jasa sebagai penawaran terhadap paket yang

dilelalangkanuntuk mendapatkan penyedia barang/jasa yang sesuai dengan capaian

yang diharapkan. Menurut Radford (Nugroho dan Wijaya,2007) pengambilan

keputusan diartikan sebagai perumusan beraneka alternatif tindakan dalam menggarap

situasi yang dihadapi serta penetapan pemilihan yang tepat antara berbagai alternatif

yang tersedia, setelah diadakan pengevaluasian mengenai keefektifan masing-masing

untuk mencapai sasaran para pengambil keputusan.Adanya masalahpengambilan

keputusan diuraikan kedalam kriteria kualitatif dan subkriteria indikator quantitatif

dalam proses pemilihan kandidat peserta yang akan dievaluasi (Anagnostopoulos and

Vavatsikos, 2006).

Didalam Manajemen Proyek yang melibatkan situasi pengambil keputusan

yang kompleks membutuhkan kemampuan yang tajam dan metode pengambil

keputusan yang akurat.Al-subhi (2001) membolehkan mengambil keputusan secara

kelompok.Anggota kelompok tersebut menggunakan pengalaman dan pengetahuan

yang dimiliki (Al-Subhi Al-Harbi, K.M., 2001), Olah pikiran berbagai ide serta

berwawasan yang bisa digunakan dalam pengambil keputusan.Ketua dari kelompok

tersebut lebih memilih pemahaman dalam pemecahan masalah atau tujuan dari

pengambil keputusan.Sering terjadi konflikdiantara anggota yang mendahulukan

kepentingannya, sehingga sangat diperlukan komunikasi yang baik untuk mencapai

tujuan yang sepakat.Pengambilan keputusan menurut Hasan (Nugroho dan

(40)

a. Intuisi

Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi atau perasaan memiliki sifat

subjektif, sehingga akan mudah terpengaruh. Keputusan intuisi sama baiknya

dengan konsistensi perbandingan alternatif didalam proses pengambilan

keputusan (Al-Subhi Al-Harbi,K.M,2001).

b. Pengalaman

Pengambilan keputusan semacam ini akan bermanfaat bagi pengetahuan

praktis.

c. Fakta

Akan menghasilkan keputusan yang sehat, solid dan baik.

d. Wewenang

Ini biasa dilakukan oleh pemimpin atau orang yang mempunyai kedudukan

yang tinggi.

e. Rasional

Keputusan yang nantinya dihasilkan akan bersifat objektif, logis, lebih terbuka,

serta konsisten dengan tujuan untuk memaksimalkan hasil. Model mengenai

proses pengambilan keputusan terdiri dari tiga tahap menurut dewey (Nugroho

dan Wijaya,2007), yaitu:

a. Intelijen

Lingkungan intern dan ekstern dari pengambilan keputusan diselidiki untuk

menemukan kondisi yang memerlukan keputusan, lalu dikumpulkan informasi

(41)

b. Disain

Berbagai macam tindakan yang tersedia pada para pengambil keputusan itu

ditetapkan lalu dianalisis setelah berhasil melacak problematik pemecah

potensial bagi masing-masing masalah keputusan.

c. Pilihan

Salah satu langkah tindakan itu dipilih untuk dilaksanakan atas dasar penilaian

tentang keefektifannya guna mencapai sasaran.

d. Peninjauan

Proses penilaian terhadap tindakan-tindakan yang terdahulu, untuk

memepertimbangkan kemungkinan terhadap pendekatan yang telah ditetapkan

sebagai persiapan untuk kegiatan pengambilan keputusan selanjutnya.

Sedangkan menurut Supranto (Nugroho dan Wijaya, 2007) menegaskan bahwa

inti dari pengambilan keputusan terletak dalam perumusan berbagai alternatif tindakan

sesuai dengan yang sedang dalam perhatian dan dalam pemilihan alternatif yang tepat

setelah suatu evaluasi (penilaian) mengenai efektivitasnya dalam mencapai tujuan

yang dikehendaki pengambilan keputusan. Pada dasarnya ada empat kategori

keputusan, yaitu:

a. Keputusan dalam keadaan ada kepastian keputusan (certainty).

b. Keputusan dalam keadaan ada resiko (risk).

c. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian (uncertainty).

(42)

2.5 Analytical Hierarchy Process

Analytical Hierarchi Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty

pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan keputusan

multikriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana faktor logika,

pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses

sistematis. Pada dasarnya AHP merupakan metode yang digunakan untuk

memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok–

kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hierarkikeputusan

sesuai yang dianjurkan Goodwin dan Wright (2004). Kemudian memasukkan nilai

numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif.

Dengan suatu sintesa maka akan dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai

prioritas tertinggi. Sejak para pengambil keputusan berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman, kemudian mengambil keputusan yang sesuai, pendekatan AHP

menyesuaikan perilaku dari pengambil keputusan (Al-Subhi Al-Harbi, K.M,2001).

Tabel 2.1 Skala penilaian antar kriteria (Saaty,2008)

Perbandingan Nilai

Dua kriteria (i dan j) memiliki tingkat kepentingan terhadap efektifitas pemenuhan tujuan yang sama

3 Relatif Lebih

Penting

Kriteria i sedikit lebih penting/efektif dibandingkan kriteria j dalam memenuhi tujuan

5 Lebih Penting

Kriteria i memiliki tingkat kepentingan yang cukup besar dibandingkan kriteria j dalam memenuhi tujuan

7 Sangat Penting

Kriteria i memiliki tingkat kepentingan yang sangat besar dibandingkan kriteria j dalam memenuhi tujuan

9 Jauh Lebih

Penting

Kriteria i memiliki tingkat kepentingan yang jauh lebih besar dibandingkan kriteria j dalam memenuhi tujuan

(43)

Perbandingan berpasangan merupakan tahap terpenting dari Proses Hirarki

Analitik (AHP) adalah penilaian perbandingan pasangan. Penilaian ini dilakukan

dengan membandingkan sejumlah kombinasi dari elemen yang ada pada setiap tingkat

hirarki. Penilaian dilakukan dengan membandingkan komponen-komponen

berdasarkan skala penilaian (Saaty, 2008) Tabel 2.1.

Proses Hirarki Analitik (AHP) adalah suatu model yang luwes yang

memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun

gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka

masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya (Suyono, 2010).

Kelebihan AHP ini adalah kemampuan-nya jika dihadapkan pada situasi

yang kompleks atau berkerangka di mana data informasi statistik dari masalah yang

dihadapi sedikit. Data yang ada hanya bersifat kualitatif yang didasarkan pada

persepsi, pengalaman atau intuisi. Jadi, masalah tersebut dapat dirasakan dan

diamati namun kelengkapan data numerik tidak menunjang untuk dimodelkan

secara kuantitatif. Ada tiga prinsip dasar dalam Proses Hirarki Analitik (Suyono,

2010), yaitu:

a. Menyusun hirarki ialah memecah persoalan menjadi unsur yang

terpisah-pisah.

b. Penetapan Prioritas ialah menentukan peringkat elemen-elemen menurut

relatif pentingnya.

c. Konsistensi Logis ialah menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan

secara logis dan diperingkatkan secara konsistensi sesuai dengan suatu

(44)

mengukur seberapa besar konsistensi pengambil keputusan dalam

membandingkan elemen-elemen dalam matrik penilaian.

Menurut Widodo (2011), terdapat empat prinsip dasar AHP, yaitu:

a. Prinsip identity dan decomposition merupakan proses mendefinisikan

permasalahan dan menyusun hirarki permasalahan dengan jalan

mendekomposisi (memecah-mecah) permasalahan-permasalahan menjadi

unsur yang lebih kecil.

b. Prinsip discrimination dan comparative judgement merupakan proses

penilaian dilakukan dengan cara membandingkan antara dua elemen

pada tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya yang

disebut pairwise comparison.

c. Prinsip synthesis of priorities merupakan penjumlahan dari bobot yang

diperoleh setiap pemilihan pada masing-masing kriteria setelah diberi bobot

dari kriteria tersebut.

Prinsip logical consistency adalah penguji konsistensi, merupakan proses

kendali AHP dalam melakukan analisis. Metode AHP yang digunakan untuk penelitian

ini memiliki kekuatan sebagai berikut:

a. Struktur yang berhirarki merupakan konsekuensi dari kriteria yang dipilih

sampai pada subkriteria paling dalam.

b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

(45)

c. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas

pengambil keputusan.

d. Mampu melakukan pemilihan rangking secara efektif di antara

alternatif-alternatif yang akan dibandingkan. Pemilihan yang dilakukan berasal

dari perhitungan yang diambil pengambil keputusan.

e. Keputusan memberikan kepentingan yang relatif, seperti beban objektif,

pengoperasian, keandalan dan fleksibilitas, itikad baik. Keputusan Ini

diberikan berdasarkan keputusan yang dialami selama menjadi panitia

lelang.

f. Perhitungan AHP mengarah ke konsekuensi logis dari penilaian

pengambil keputusan. Hal ini sangat sulit tetapi tidak mustahil untuk

mendapatkan suatu penilaian terhadap beberapa hasil yang telah

ditentukan.

g. AHP mampu mendeteksi keputusan yang tidak konsisten. Keputusan itu

dilihat dari hasil uji konsistensi yang dilakukan setelah adanya

pembobotan.

Di dalam metode AHP, terdapat kelemahan–kelemahan dalam pengambilan

keputusan, sebagai berikut:

a. Decision makers dalam mengambil keputusan terdapat keputusan tidak

konsisten. Dilihat dari nilai perbandingan pada subkriteria.

b. Perubahan rangking pada alternatif disebabkan adanya penambahan dan

(46)

c. Adanya perbandingan alternatif yang cukup besar.

d. Untuk melakukan perbaikan suatu keputusan, harus dimulai lagi dari tahap

yang paling awal.

e. Orang yang dilibatkan adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan

ataupun banyak pengalaman yang berhubungan dengan hal yang akan

dipilih dengan menggunakan metode AHP.

f. Keterbatasan AHP ini hanya pada bentuk matriks matematika, diketahui

pada matriks reciprocal positif. Jika skala berubah dari 1 hingga 9,

katakanlah 1 hingga 29, angka dalam hasil akhir, yang kita sebut Value for

money vector, juga akan berubah, dalam hal itu tidak masalah karena tidak

harus bingung dengan keputusan dari matriks akhir yang mengatakan

bahwa ada sesuatu yang relatif baik daripada yang lain untuk memenuhi

beberapa tujuan.

g. AHP merupakan teknik pengambilan keputusan yang berguna untuk

membedakan antara opsi yang saling bersaing dengan tujuan yang harus

dipenuhi. Perhitungan AHP bergantung pada apa yang mungkin dilihat trik

Matematika.

h. Apabila matriks lebih dari 9x9, akan menimbulkan tidak konsisten

hasil keputusan yang didapatkan. Sehingga dianjurkan untuk

menggunakan alternatif tidak melebihi dari 9 alternatif (Anagnostopoulos

(47)

Dalam waktu yang kurang jelas, itu akan menjadi hal yang buruk untuk

mengubah skala rating dan melihat apa bedanya. Jika salah satu opsi konsisten skor

yang baik dengan skala yang berbeda, kemungkinan value for money vector

Gambar

Grafik hubungan antara kriteria dengan alternatif ...............................
Gambar 1.2 Kerangka konseptual
Tabel 2.1 Skala penilaian antar kriteria (Saaty,2008)

Referensi

Dokumen terkait

Anomatope adalah kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sesuatu yang digambarkannya, bunyi-bunyi ini mencakup suara hewan, suara alam,suara manusia yang bukan merupakan suatu

Hasil yang didapat pada penelitian ini, berdasarkan aspek yang terkait dengan obat generik dikatakan ”Baik” (nilai rerata total 3,09), berdasarkan aspek kebutuhan

Dari hasil audit terhadap dokumen tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya ……… dosen peneliti yang pelaksanaan kegiatan penelitian yang belum

Nephilim are used to give birth to a new Nephilim, but not with Valentines , on the contrary he wants to destroy the Nephilim and create his own army to take over the

M.Hum, professeur de ce cours, et nous disons merci aussi pour ses cons eils jusqu’à.. la fin de rédaction

[r]

2) Masing-masing kelompok mengidentifikasi dan membuat pertanyaan tentang sikap-sikap terpuji Nabi Muhammad saw dan mengapa disebut sebagai Khatamul Anbiya dan

[5] [Kupas Tuntas adobe Dreamweeaver CS5 dengan Pemrograman PHP &amp; MySQL.. Pemrograman Web Dinamin menggunakan PHP dan