APLIKASI METODE AHP UNTUK PEMILIHAN PENYEDIA
BARANG/JASA KONSTRUKSI PADA PROYEK DUKUNGAN
KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKE
TESIS
OLEH
MUHAMMAD FAUZAN AZIMA LUBIS
107016008/TS
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : APLIKASI METODE AHP UNTUK PEMILIHAN
PENYEDIA BARANG/JASA KONSTRUKSI PADA
PROYEK DUKUNGAN KAWASAN INDUSTRI SEI
MANGKE
Nama Mahasiswa : Muhammad Fauzan Azima Lubis
Nomor Pokok : 107016008
Program Studi : Magister Teknik Sipil
Menyetujui : Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc) (Ir. Syahrizal, MT) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)
Telah Diuji Pada
Tanggal : 31 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc Anggota : 1. Ir. Syahrizal, MT
2. Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT
3. Ir. Rudi Iskandar, MT
ABSTRAK
Pada paket Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke, akan dilakukan kegiatan membangun jalan dan jembatan pada lokasi Kabupaten Batubara untuk mendukung prospek MP3EI. Paket tersebut akan dilelangkan untuk mengambil penyedia barang/jasa yang tepat. Pelelangan dilakukan melalui pemilihan penyedia barang/jasa dengan melihat kriteria dan subkriteria yang berdasarkan dari Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/jasa dan Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Pengadaan Barang/Jasa.
Pemilihan penyedia barang/jasa dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Didalam AHP akan dibentuk sebuah hirarki yang berawal dari kuesioner yang diberikan terhadap panitia lelang sebagai pengambil keputusan. Serta adanya hirarki tandingan yang berdasarkan pada data-data perusahaan yang melakukan penawaran dengan pengambilan keputusan dari expert judgement. Hirarki tersebut terdiri dari kriteria, subkriteria dan alternatif perbandingan berpasangan. Kemudian pengevaluasian terhadap setiap kriteria, subkriteria dan alternatif. Evaluasi tersebut memberikan bobot tertinggi dan terendah diantara kriteria, subkriteria dan alternatif yang dibandingkan. Bobot kriteria administrasi 8%, bobot kriteria teknis 72%, bobot kriteria harga 19%. Urutan alternatif dari bobot yang paling tinggi adalah Perusahaan A dengan bobot 34%, Perusahaan E dengan bobot 25,2%, Perusahaan D dengan bobot 16,4%, Perusahaan C dengan bobot 12,5%, Perusahaan B dengan bobot 11,9%. Pembobotan tersebut dilakukan pengecekan kembali dengan melakukan perhitungan pada Expert Choice 2000.
Urutan pembobotan paling tinggi apabila dibandingkan antara metode AHP dengan keputusan panitia lelang sebenarnya adalah sama, begitu juga dengan pembobotan hirarki tandingan yang berdasarkan data-data perusahaan. Penyedia barang/jasa yang dinilai mampu mengerjakan proyek, diharapkan dapat memberikan hasil infrastruktur yang tepat guna, tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya.
ABSTRACT
In Sei Mangke Industrial Area Support package, will do activitiesto build roads and bridgesin Batu Bara County to support the MP3EI prospects. The package will be auctioned to take the goods/services are appropriate. The auction is done through the selection of goods/service providers to look at the criteria and sub-criteria are based on Presidential Decree 54 of 2010 on the procurement of goods/services and Presidential Decree 70 of 2012 on the second amendment procurement of goods / services.
The selection of goods service providers using Analytical Hierarchy Process (AHP). In AHP will be established a hierarchy that starts from the questionnaire given to the tender committee as decision makers. And the existence of a rival hierarchy based on data companies that do offer the decision-making of expert judgment.. The hierarchy consists of criteria, sub-criteria and alternatives pairwise comparisons. Then the evaluation of any criteria, sub-criteria and alternatives. These evaluations provide the highest and lowest weight among the criteria, sub-criteria and alternatives are compared. Weight of 8 % administrative criteria , technical criteria weights 72 % , 19 % price criteria weights . Alternative sequence of the highest weight is a company with a 34 % weighting, Company E with a weight of 25.2 %, Company D with a weight of 16.4 %, Company C with a weight of 12.5 %, Company B with a weight of 11.9 %. Weighting is done checking back to perform calculations on Expert Choice 2000.
Weighting sequence the highest when compared between the AHP with tender committee decision is actually the same, as well as counter-weighting hierarchy based on company data. Providers of goods / services that are considered capable of working on the project, expected to provide appropriate infrastructure results, right quality, right time and right cost
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu,
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat ALLAH SWT atas karunia-Nya memberikan pengetahuan, kekuatan, dan kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi syarat menempuh ujian sarjana pada Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul tesis ini adalah Aplikasi Metode AHP untuk Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Konstruksi pada Proyek Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke.
Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak bantuan berupa dukungan moril, material, spiritual, maupun administrasi. Oleh karena itu, sudah layaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE, sebagai Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil USU, Bapak Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc, sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Ir. Syahrizal, MT, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi serta masukan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Pengajar Program Studi Magister Teknik Sipil USU yang telah mendidik penulis serta Pegawai Administrasi Program Studi Magister Teknik Sipil.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I, Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara serta Kelompok Kerja (pokja) Pengadaan Barang/Jasa Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara yang telah bersedia membantu baik dalam menyediakan data-data yang dibutuhkan hingga pengisian kuesioner.
Secara khusus, disampaikan ucapan terimakasih kepada keluarga, terutama Ayahanda Drs. H. Parlindungan Lubis, Ak, QIA, MM, ibunda Hj. Ratna Fauziah, kakanda Ahmad Fauzi Lindung Lubis, ST, MM, Fithri Sarrah Lubis, SE, Ak., adinda Fakhrur Rozy P. Lubis, ST, kekasih dr. Dewi Rafna Yuliana dan rekan–rekan penulis.
Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari kemungkinan masih terdapat kekurangan dan kesilapan di dalam tesis ini. Oleh karena itu, penulis terbuka dan mengharapkan sekali kritikan dan saran yang sifatnya membangun guna memperbaiki tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2013
Penulis
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karyayang pernah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang Pengetahuan saya juga, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diskusi dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2013
RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama : Muhammad Fauzan Azima Lubis Tempat/Tgl. Lahir : Medan/22 Desember 1987
Alamat : Jln. Pukat II no. 52 Kelurahan Bantan Timur – Medan
Agama : Islam
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
TK Teratai Sei Karang Lubuk Pakam 1992 – 1993 SD INPRES Sei Karang Lubuk Pakam 1993 – 1996 SDN 003 Kecamatan Sail Pekanbaru 1996 – 1999
SLTPN 13 Pekanbaru 1999 – 2002
SMUN 8 Pekanbaru 2002 – 2005
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil USU 2005 – 2010 Magister Teknik Sipil (Manajemen Prasarana Publik) USU 2010 – 2013
C. RIWAYAT PEKERJAAN
DAFTAR ISI
1.3 Maksud, Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1.4 Batasan dan Lingkup Penelitian ... 8
1.5 Kerangka Konseptual ... 8
1.6 Sistematika Penulisan ... 10
2.1.3.3 Evaluasi Teknis... 17
2.1.3.4 Evaluasi Kualifikasi ... 19
2.2 Penetapan dan Pengumuman Pemenang ... 19
2.3 Sanggahan dan Sanggahan Banding ... 20
2.4 Pengambilan Keputusan ... 21
2.5 Analytical Hierarchi Process (AHP) ... 25
BAB III METODOLOGI 31
3.1 Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) ... 31
3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 34
3.3 Analisis Data... 34
3.4 Penyusunan Prioritas Pengadaan Barang/Jasa ... 35
3.5 Pembobotan Kriteria ... 35
3.5.1 Penetapan Pengambil Keputusan ... 35
3.5.2 Pembobotan antar Kriteria ... 36
3.6 Penghitungan Bobot Seluruh Pengambil Keputusan ... 37
3.7 Pemeriksaan Konsistensi ... 38
3.8 Analisis Sensitivitas ... 39
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 40 4.1 Gambaran Umum Data ... 40
4.1.1 Validasi kriteria dan Subkriteria ... 40
4.1.2 Konsensus ... 43
4.1.3 Pelaksanaan Survai... 43
4.2 Teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 45
4.2.1 Pembentukan Hirarki ... 46
4.2.2 Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison) ... 48
4.2.2.1 Matriks Pasangan antar Kriteria ... 48
4.2.2.2 Matriks Pasangan antar Subkriteria ... 49
4.2.2.3 Matriks Pasangan Alternatif ... 51
4.2.3 Perhitungan Bobot ... 60
4.2.4 Perhitungan Konsistensi ... 65
4.3 Hasil Penilaian Akhir ... 67
4.4 Hirarki yang Berdasarkan Data Perusahaan ... 71
4.5 Analisis Sensitivitas ... 83
BAB V PENUTUP 85 5.1 Kesimpulan ... 85
5.2 Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA 87
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Skala penilaian antar kriteria ... 25
3.1 Contoh matriks perbandingan berpasangan ... 33
3.2 Contoh pembentukan matriks kinerja ... 33
4.1 Atribut detil dari kriteria administrasi ... 41
4.2 Atribut detil dari kriteria teknik ... 42
4.3 Atribut detil kriteria harga ... 43
4.4 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh pada kriteria matriks ordo 3x3 untuk level 2 ... 49
4.5 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh subkriteria pada kriteria administrasi ordo 8x8 untuk level 3 ... 49
4.6 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh subkriteria pada kriteria teknis ordo 5x5 untuk level 3 ... 50
4.7 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh subkriteria pada kriteria harga ordo 4x4 untuk level 3 ... 50
4.8 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada subkriteria SIUJK Ordo 5x5 untuk level 4 ... 51
4.9 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada subkriteria landasan hukum Ordo 5x5 untuk level 4 ... 51
4.11 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada
subkriteria data keuangan ordo 5x5 untuk level 4 ... 52
4.12 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada
subkriteria data personil ordo 5x5 untuk level 4 ... 53
4.13 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada
subkriteria data perusahaan Ordo 5x5 untuk level 4 ... 53
4.14 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada
subkriteria data pengalaman perusahaan Ordo 5x5 untuk level 4... 54
4.15 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada
subkriteria modal kerja ordo 5x5 untuk level 4 ... 54
4.16 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada
subkriteria metode pelaksanaan ordo 5x5 untuk level 4 ... 55
4.17 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada
subkriteria analisa teknik & pemahaman spesifikasi teknik
ordo 5x5 untuk level 4... 55
4.18 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada
subkriteria peralatan minimal ordo 5x5 untuk level 4 ... 56
4.19 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada
subkriteria personil inti Ordo 5x5 untuk level 4 ... 56
4.20 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada
subkriteria time schedule ordo 5x5 untuk level 4... 57
4.21 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada
harga ordo 5x5 untuk level 4 ... 57
4.22 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada subkriteria nilai penawaran biaya ordo 5x5 untuk level 4 ... 58
4.23 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada subkriteria koreksi aritmatik ordo 5x5 untuk level 4 ... 58
4.24 Matriks perbandingan berpasangan pengaruh alternatif pada subkriteria kewajaran harga ordo 5x5 untuk level 4 ... 59
4.25 Penjumlahan perkolom... 60
4.26 Penjumlahan perbaris setelah dilakukan penjumlahan perkolom ... 60
4.27 Bobot prioritas setiap kriteria ... 61
4.28 Tabel bobot subkriteria administrasi ... 61
4.29 Pembobotan alternatif pada subkriteria administrasi ... 62
4.30 Pembobootan pada kriteria teknik ... 63
4.31 Pembobotan alternatif pada subkriteria teknik ... 63
4.32 Pembobotan pada kriteria harga ... 64
4.33 Pembobotan alternatif pada subkriteria harga ... 64
4.34 Bobot total prioritas setiap alternatif ... 65
4.35 Random Consistency ... 66
4.36 Hasil akhir pembobtan alternatif ... 69
4.37 Perbadingan hasil penilaian akhir antara metode AHP dengan yang dilakukan panitia lelang ... 69
4.39 Credit Ratio (Owner’s Equity/Total Assets) ... 74
4.40 Current Ratio (Current Assets/Current Liabilities) ... 75
4.41 Asset Turnover Ratio (Sales/Total Assets) ... 75
4.42 Peralatan yang milik sendiri oleh kontraktor ... 76
4.43 Pegawai teknik yang dimiliki kontraktor (jumlah pengalaman lebih Dari 10 tahun ... 76
4.44 Contractor’s years in business (tahun) ... 77
4.45 Aktivitas kontraktor selama 7 tahun terakhir (jumlah paket)... 77
4.46 Pengalaman kontraktor dengan proyek yang sama (nilai rupiah) ... 78
4.47 Kesesuaian dengan jadwal pelaksanaan (durasi penawaran/ durasi akhir) ... 78
4.48 Kesesuaian dengan nilai kontrak (nilai kontrak/nilai akhir kontrak (addendum) ... 79
4.49 Perhitungan prioritas dari kriteria dan subkriteria ... 80
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Lokasi proyek Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke TA. 2012 ... 3
1.2 Kerangka konseptual ... 9
3.1 Diagram alir penelitian ... 31
3.2 Skema AHP ... 32
3.3 Proses perhitungan bobot total kriteria ... 37
4.1 Struktur hirarki pemilihan alternatif model penyedia barang/jasa ... 47
4.2 Diagram yang menampilkan bobot krieria dan alternatif ... 70
4.3 Grafik hubungan antara kriteria dengan alternatif ... 70
DAFTAR NOTASI
Pi = Nilai kerja alternatif
Wi = Rata-rata geometrik setiap baris
Wt = Penjumlah seluruh rata-rata geometrik
Ci = Konsistensi Indeks
maks = Eigenvalue maksimum
n = Jumlah matriks
Wn = Nilai tingkat kepentingan kriteria n
CR = Nilai konsistensi rasio
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelelangan umum penyedia barang/jasa di Negara Indonesia merupakan proses
pemilihan dalam penentuan calon pemenang suatu kegiatan atau proyek yang
berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahdan
Perpres 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pelelangan Umum
merupakan cara untuk mendapatkan penyedia barang/jasa yang benar–benar dapat
melaksanakan proyek dari tanda tangan kontrak hingga serah terima penyelesaian
akhir proyek.
Pentingnya pelelangan umum penyedia barang/jasa ditandai dengan banyaknya
kegiatan atau proyek dengan menggunakan anggaran yang cukup besar.Pelelangan
umum dapat menghindari berbagai pihak untuk memonopoli paket–paket kegiatan
yang dapat merugikan negara dikarenakan kesalahan dalam pemilihan penyedia
barang/jasa. Pelelangan merupakansarana mendapatkan calon penyedia barang/jasa
yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan suatu proyek yang dilihat dari
kemampuan keuangan perusahaan, tingkat keahlian tenaga kerja atau sumber daya
manusia, kepemilikan peralatan dari milik sendiri atau sewa peralatan dengan
perusahaan lain yang didasarkan atas perjanjian sewa alat, serta didukung dengan
Dalam Peraturan Presiden, yang dimaksud dengan pengadaan barang/jasa
pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaan barang/jasa adalah kegiatan
untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Insitusi, yang selanjutnya
disebut K/L/D/I adalah instansi/institusi yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pengguna barang/jasa adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang
dan/atau jasa milik negara/daerah di masing–masing K/L/D/I. Unit Layanan
Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi melaksanakan
pengadaan barang/jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada
unit yang sudah ada.
ULP pada Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi dibentuk oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga/kepala Daerah/Pimpinan Institusi yang membentuk
SK/Surat Keputusan kepada kelompok kerja ULP untuk pemilihan penyedia
barang/jasa. Keanggotaan kelompok kerja ULP wajib ditetapkan untuk pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya nilai diatas Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) yang berjumlah gasal beranggotakan paling kurang 3(tiga) orang dan dapat
Studi kasus ini
us ini mengacu kepada Perpres No. 54 Tahun 201
yang menjadi pembaharuan kedua, karena sistem
donesia harus berdasarkan Peraturan Presiden.
emilihan penyedia barang/jasa pada Paket D
ngke dilakukan dengan bobot penilaian yang te
pemilihan penyedia barang/jasa merupakan fakto
n kontraktor.Keputusan memilih penyedia barang
yang objektif dan menguntungkan dalam penca
un demikian seringkali kualitas pekerjaan yang
ga hasil pekerjaannya kurang dibawah spes
engguna barang/jasa.
Lokasi proyek Dukungan Kawasan Industri Sei Ma
Studi kasus ini mengambil pelelangan Paket Dukungan Kawasan Industri Sei
Mangke dengan lokasi pekerjaan berada di Lintas Timur Sumatera pada Provinsi
Sumatera Utara Kabupaten Batu Bara yang dapat dilihat pada Gambar 1.1.Paket
Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke berpotensi menjadi salah satu penggerak
roda perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. Paket tersebut merupakan MP3EI
(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang
berhubungan langsung dengan dunia internasional dan dapat menambah devisa negara
sehingga paket tersebut dibentuk oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai
Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah
I Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode Pascakualifikasi(full
e-procurement) Tahun Anggaran 2012 dengan dana Rp.32.166.200.000 (tiga puluh dua
miliar seratus enam puluh enam juta dua ratus ribu rupiah).
Pembangunan Jalan Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke sepanjang 4,1
Km dan Pembangunan Jembatan Duplikasi Sei Dalu-Dalu sepanjang 60 meterdengan
lebar 7 meter yang terletak pada ruas Jalan Lintas Timur Sumatera antara Kota
Indrapura dengan Kota Limapuluh.Pembangunan jalan 4,1 km terdiri dari:
a. 400 meter perbaikan tikungan Kota Limapuluh yang mengambil trase areal
perkebunan Lonsum, sehingga 400 meter tersebut dapat dikatakan jalan
baru. Kondisi tanah pada daerah tikungan tersebut sangatlah jelek, sehingga
para penyedia barang/jasa harus benar–benar memperhatikan pemampatan
dari tanah, untuk mengantisipasi penurunan tanah.Pekerjaan yang dilakukan
AC-WC, AC-BC, AC-Base, Aggregate klas A dan Aggregate Klas B dengan
b. Panjang penanganan 1,1 km berada antara Kota Lima Puluh dengan simpang
Sei Semayang. Jalan ini dilakukan pelebaran bahu dengan sistem 2-7-2.
Jalan ini merupakan jalan provinsi yang menghubungkan Kota Limapuluh
dengan kota Perdagangan. Tidak terlalu banyak dilakukan perbaikan tanah
pada tanah asliuntuk pelebaran jalan, karena kondisi tanahnya cukup baik
dengan CBR > 6. Pekerjaan yang dilakukan AC-WC, AC-BC, AC-Base,
Aggregate Klas A dan Aggregate Klas B dengan lebar rencana 7 meter.
c. Penanganan jalan pada areal Kawasan Industri Sei Mangke berupa spot-spot
sepanjang 2,60 km. Pada daerah ini banyak dilakukan pergantian material
pada tanah asli dikarenakan CBR < 6. Pihak penyedia barang/jasa harus
mendapatkan material yang cukup baik, agar tercapainya mutu yang
diinginkan oleh pihak owner. Pekerjaan yang dilakukan AC-WC, AC-BC,
dan AC-Base dengan lebar 6 meter.
Nilai paket pekerjaan Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke di atas 2,5
miliar. Apabila nilai paket pekerjaan diatas 2,5 miliar, golongan perusahaan yang
melakukan penawaran terhadap pelelangan Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke
haruslah perusahaan non kecil. Terdapat 5 (lima) Perusahaan yang telah melakukan
penawaran.
Paket pekerjaan ini dilakukan dalam 1 (satu) tahun anggaran, sehingga pihak
owner menginginkan penyedia barang/jasa yang dapat menyelesaikan pekerjaan
dengan tepat waktu, tepat guna, tepat mutu dan tepat biaya dengan sistem manajemen
yang handal.Sehingga infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah dapat digunakan
dengan pemilihan penyedia barang/jasa melalui pelelangan umum pascakualifikasi.
Sistem pelelangan dalam studi kasus ini akan dievaluasi sesuai dengan kriteria-kriteria
pada Peraturan Presiden no.54 Tahun 2010 dan no. 70 Tahun 2012, tetapi metode
evaluasi nya dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarcy Process). Metode ini
merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang dapat
membantu kerangka berpikir manusia dimana faktor logika, pengalaman pengetahuan,
emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis.Melalui
subkriteria-subkriteria dalam AHP mendapatkan alternatif yang tepat sasaran.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang timbul pada pemilihan kontraktor adalah kesalahan
pengambilan keputusan untuk memilih kontraktor yang tepat dengan menggunakan
kriteria yang ada sehingga dapat mengganggu pengoperasian infrastruktur dan tidak
tepatnya tujuan yang diinginkan oleh pemerintah. Didalam menulis tesis, penulis
merumuskan masalah yang akan diambil yaitu:
a. Kriteria apa yang menjadi prioritas pertimbangan pemilik pekerjaan (owner)
dalam memilih penyedia barang/jasa.
b. Metoda apa yang dapat digunakan dalam menilai kriteria-kriteria tersebut
untuk pengambilan keputusan, sehingga proses pemilihan pemenangnya
dapat dikatakan objektif, rasional dan menguntungkan.
Metode AHP (Analytic Hierarchy Process)dapat dipakai olehpanitia lelang
untuk sistem pemilihan yang objektif, rasional dan menguntungkan dalam aspek
menjadi metode acuan dalam sistem pemilihan penyedia barang/jasa dengan
subkriteria-subkriteria yang ada.
1.3 Maksud, Tujuan dan Manfaat Penelitian
Hasil studi evaluasi pengadaan barang/jasa pada Kementerian Pekerjaan Umum
dimaksudkan untuk membangun sistem pendukung pengambil keputusan pemilihan
kontraktor pada pelelangan.
Adapun tujuan dari studi ini yaitu:
1. Menentukan kriteria yang menjadi prioritas pertimbangan panitia lelang
untuk memilih pemenang yang tepat.
2. Memperoleh penyedia barang/jasa yang sesuai dengan kemampuan dan
keahlian dalam menanganiproyek berdasarkan metode AHP.
Hasil dari penelitian ini dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pada instansi pemerintah, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi proses pengambilan keputusan
yang selama ini dilaksanakan, dibandingkan dengan aplikasi metode AHP
pada proses pemilihan penyedia barang/jasa.
2. Studi kasus ini dapat dijadikan masukan atau acuan dalam proses
pengambilan keputusan terkait dengan pemilihan kontraktor untuk
mengerjakan suatu proyek yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang
ditentukan.
Lingkup dan tahapan penelitian secara garis besar dimulai dari latar belakang,
rumusan masalah dan tujuan penelitian sampai kepada kesimpulan dan saran. Proses
pengumpulan, pengolahan, dan analisa data dilakukan berdasarkan konsep dan
prosedur metodeAHP. Penelitian ini membahas tentang pengadaan barang/jasa yang
ada di Jalan Lintas Timur Sumatera yang mana paket tersebut berada di Satuan Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara Direktorat Jenderal
Bina Marga yang sudah dibangun pada Tahun Anggaran 2012.Secara umum batasan
dan lingkup penelitian ini meliputi:
1. Studi kasus pada penelitian ini difokuskan pada pelelangan yang
dilaksanakan untuk pekerjaan Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke.
2. Pemilihan kontraktor dilakukan oleh panitia pelelangan sebagai pihak yang
mengambil keputusan. Dengan demikian proses wawancara dan kuisioner
akan terpusat kepada panitia tersebut yang berjumlah 7 orang (responden).
3. Adanya hirarki tandingan yang pengambil keputusan diluar panitia
pelelangan tersebut berdasarkan data perusahaan yang melakukan
penawaran.
Tiga aspek penilaian utama yang harus ada pada proses pelelangan adalah
aspek administrasi, aspek teknis dan aspek harga.
1.5 Kerangka Konseptual
Di dalam penelitian ini, pihak penulis memberikan kerangka konseptual yang
! " # $
! % & # " '
" ( " " ) " *
Gambar 1.2 Kerangka konseptual
Pada Gambar 1.2 pemilihan penyedia barang/jasa terdapat variabel-variabel
yang menentukan dalam mengambil keputusan pemilihan penyedia barang/jasa.
Variabel-variabel terdiri dari kriteria administrasi, kriteria teknis, dan kriteria harga.
Ketiga variabel tersebut memberikan penilaian yang cukup besar dalam pemilihan
penyedia barang/jasa berdasarkan Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010 dan Peraturan
Presiden no. 70 tahun 2012. Setelah dilakukan evaluasi terhadap kriteria-kriteria yang
telah disusun, maka akan didapat tingkat prioritas setiap penawaran penyedia
barang/jasa. Tingkat prioritas terendah dan tertinggi akan diterima oleh setiap penyedia
barang/jasa. Penyedia barang/jasa yang memiliki penilaianprioritas tertinggi dengan
arti memiliki kemampuan untuk melaksanakan sebuah proyek yang
dilelangkan.Keputusan yang diambil dalam pemilihan penyedia barang/jasamerupakan
keputusan yang harus konsisten.
1.6 Sistematika Penulisan
BABIPENDAHULUAN
Berisi informasi tentang penelitian ini yang menarik untuk diteliti. Pada bab ini
diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan.
BABIITINJAUAN PUSTAKA
Mengemukakan tentang landasan teori yang berhubungan dengan
permasalahan dan sebagai pedoman dalam pembahasan masalah.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
Menjelaskan tahapan dalam penelitian, kerangka pemikiran, objek pemilihan,
jenis dan sumber data, dan metode pengumpulan data.
BABIVPENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
Berisikan mengenai deskripsi objek penelitian dan analisis data yang secara
khusus membahas perbandingan masing–masing alternatif untuk setiap
pengadaan barang/jasa dan menjelaskan faktor penyebab terjadinya perbedaan
alternatif untuk masing–masing panitia lelang.
BAB VPENUTUP
Berisikan kesimpulan dari hasil penulisan tesis ini dan akan disampaikan pula
saran bagi pihak yang terkait untuk memabangun tesis ini menjadi lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengadaan Barang/Jasa Proyek
Pihak pemerintah membentuk program Paket Dukungan Kawasan Industri Sei
Mangke dengan dana APBN TA.2012. Pemerintah pusat mengalokasikan dana yang
cukup besar untuk menyokong Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Dengan dana sebegitu besar, maka pihak Pemerintah Pusat melalui Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional I Medan membentuk suatu Panitia lelang dengan nama
Kelompok Kerja (POKJA) ULP Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I untuk
mendapatkan suatu penyedia barang/jasa yang berkualitas. Proyek tersebut dinamakan
Dukungan Kawasan Industri Sei Mangke.
Paket ini diumumkan melalui full e-procurement di website www.pu.go.id.
Panitia pelelangan untuk paket tersebut terdiri dari 7 (tujuh) orang. Panitia tersebut
mengadakan koordinasi tentang paket yang bernilai diatas 2,5 Miliar.Paket Dukungan
Kawasan Industri Sei Mangke dilelangkan dengan metode pascakualifikasi sistem
gugur.Metode tersebut sudah dilakukan koordinasi kepada kepala ULP (Unit Layanan
Pengadaan) selaku penyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa.
Nilai rupiahyang dilelangkan berdasarkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang
berasal dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).Harga tersebut lah yang menjadi
Dokumen pengadaan ditetapkan oleh ULP Balai Besar Pelaksanaan Jalan
Nasional I Medan. Dokumen pengadaan harus diikuti oleh para peserta pelelangan
yang akan melakukan penawaran. dengan mengevaluasi aspek administrasi, teknis,
harga dan kualifikasi terhadap penawaran sesuai yang di amanatkan oleh Perpres 54
Tahun 2010.
2.1.1 Pemasukan Penawaran
Setelah paket yang akan dilelangkan oleh pihak panitia diumumkan, maka
peserta yang mau mengikuti pelelangan harus mendaftarkan terlebih dahulu melalui
website PU. Setelah melakukan pendaftaran, pihak peserta pelelangan barulah dapat
melakukan pengunduhan dokumen pelelangan yang akan dilelangkan. Setelah empat
hari dari pengumuman pelelangan, akan diadakan penjelasan kantor yang lebih dikenal
dengan aanwijzing. Pada penjelasan kantor peserta pelelangan berhak menanyakan
tentang sistem pelelangan pada paket yang akan dilelangkan. Sehingga tidak adanya
kekeliruan oleh pihak peserta pelelangan terhadap proses pelelangan.
Setelah dilakukan penjelasan kantor, maka pihak panitia lelang mengadakan
penjelasan lapangan, untuk memberikan penjelasan kepada peserta lelang terhadap
data–data lapangan yang masih belum jelas pada gambar. Penjelasan lapangan ini
berguna untuk menghindari kesalahan terhadap volume yang ditawar.sebelumnya
gambar–gambar teknis sudah diberikan kepada peserta melalui website untuk
mempelajari kondisi lapangan yang ada.
Alur pelelangan yang di mulai dari pendaftaran hingga akhir pengumuman
pelelangan merupakan hasil keputusan panitia lelang dan apabila para peserta
pelelangan merasa keberatan terhadap hasil keputusan panitia lelang, peserta
pelelangan diberikan masa sanggah 5 Hari kerja untukmenyanggah atau menanyakan
hasil keputusan dari panitia lelang.
2.1.2 Pembukaan Penawaran
Setelah batasan pendaftaran dan mengirimkan data peserta pelelangan kepada
pihak panitia lelang (kelompok kerja), maka pihak panitia lelang melakukan
pembukaan penawaran dengan tanggal yang telah ditentukan pada saat pengumuman
pelelangan. Proses pembukaan penawaran yang disaksikan oleh peserta pelelangan,
yang bahwasannya untuk melihat berapa penawaran yang masuk mengikuti paket
yang dilelangkan. Apabila tidak sampai dengan 3 (tiga) peserta pelelangan, maka
pelelangan tersebut harus dilakukan pengulangan lelang (Perpres 54.Tahun 2010).
Dikarenakan paket Dukungan Kawasan Industri telah mencapai korum atau berjumlah
5 (lima) peserta yang melakukan penawaran, maka pelelangan tersebut dapat
diberlangsungkan prosesnya ke tahap berikutnya. Setelah melakukan pembukaan
penawaran, maka pihak panitia lelang melakukan evaluasi terhadap data–data yang
masuk ke panitia, mulai dari kualifikasi, administrasi, teknik (metode pelaksanaan,
jadwal pelaksanaan, personil, pengalaman perusahaan, dan lain-lain) serta harga
penawaran yang tercantum pada surat penawaran yang akan dilakukan matching
2.1.3 Evaluasi terhadap Penawaran
2.1.3.1 Evaluasi Administrasi
Evaluasi yang dilakukan dengan melihat kelengkapan berkas yang dimasukkan
oleh penyedia barang/jasa mulai dari memasukkan jaminan penawaran dengan nilai
jaminan berdasarkan nilai yang telah ditentukan di dokumen lelang. Kelengkapan
administrasi ini melihat surat penawaran yang sudah ada acuan yang diberikan melalui
dokumen lelang yang di upload melalui website www.pu.go.id serta syarat–syarat
substantial yang diminta berdasarkan dokumen lelang.
Pada surat penawaran, penyedia barang/jasa harus mencantumkan masa
pelaksanaan dan masa berlaku penawaran. Masa pelaksanaan yang dicantumkan pada
surat penawaran penyedia barang/jasa termasuk yang dievaluasi oleh pihak panitia,
jika melebihi dari masa pelaksanaan yang ditetapkan dari pihak panitia, maka
penawaran tersebut dikatakan gugur.Serta apabila evaluasi belum selesai dilaksanakan
sebelum akhir masa berlakunya penawaran, panitia lelang dapat meminta kepada
seluruh peserta secara tertulis untuk memperpanjang masa berlakunya penawaran
tersebut dalam jangka waktu tertentu (Permen PU No. 07 Tahun 2011).Selain surat
penawaran, pihak penyedia barang/jasa wajib memasukkan jaminan penawaran yang
dikeluarkan oleh bank/perusahaan asuransi.
2.1.3.2 Evaluasi Harga
Evaluasi harga penawaran ini mengacu kepada Bill of Quantity peserta
dalam angka dan huruf.(Perpres 70 tahun 2012).BOQtersebut akan dilakukan koreksi
aritmatik dengan ketentuan:
a. Volume pekerjaan yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga
disesuaikan dengan yang tercantum dalam dokumen pengadaan.
b. Apabila terjadi kesalahan hasil perkalian antara volume dengan harga
satuan pekerjaan, maka dilakukan pembetulan, dengan ketentuan harga
satuan pekerjaan yang ditawarkan tidak boleh diubah.
c. Jenis pekerjaan yang tidak diberi harga satuan dianggap sudah termasuk
dalam harga satuan pekerjaan yang lain dan harga satuan pada daftar
kuantitas dan harga tetap dibiarkan kosong.
d. Jenis pekerjaan tidak ditawarkan atau menawarkan dibawah spesifikasi
yang ditentukan, maka dilakukan klarifikasi, apabila hasil klarifikasi
menunjukkan jenis pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan utama (major
item) dan merupakan penyimpangan yang bersifat penting/pokok yang
mempengaruhi lingkup, kualitas dan hasil/kinerja pekerjaan penawaran
dikatakan gugur.
e. Penawaran setelah koreksi aritmatik yang melebihi nilai total HPS
dinyatakan gugur. Serta apabila semua harga penawaran terkosreksi diatas
nilai total HPS, pelelangan dinyatakan gagal.
Penyedia barang/jasa mencantumkan harga satuan dan harga total untuk tiap
mata pembayaran/pekerjaan dalam daftar kuantitas dan harga. Jika harga satuan ditulis
telah termasuk dalam harga satuan pekerjaan yang lain dan pekerjaan tersebut tetap
harus dilaksanakan. (Permen PU No. 07 Tahun 2011).
Harga satuan penawaran yang nilainya lebih besar dari 110%(seratus sepuluh
seperatus) dari harga satuan yang tercantum dalam HPS dilakukan klarifikasi.Apabila
setelah dilakukan klarifikasi ternyata harga satuan penawaran tersebut timpang, maka
harga satuan penawaran timpang hanya berlaku untuk volume sesuai dengan BOQ
(daftar kuantitas dan harga).
Klarifikasi kewajaran harga apabila harga penawaran dibawah 80% (delapan
puluh perseratus) HPS, apabila peserta tersebut ditunjuk sebagai pemenang lelang,
harus bersedia untuk menaikkan jaminan pelaksanaan menjadi 5% (lima perseratus)
dari nilai total HPS, dan apabila peserta yang bersangkutan tidak bersedia menaikkan
jaminan pelaksanaan, maka penawarnnya digugurkan dan jaminan penawaran disita
untuk Negara serta dimasukkan dalam daftar hitam.
2.1.3.3 Evaluasi Teknis
Penilaian persyaratan teknis minimal, dilakukan terhadap metode pelaksanaan
pekerjaan yang ditawarkan menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan
yang dalam paket konstruksi ini lingkup pekerjaannya meliputi pekerjaan jalan dan
pembangunan duplikasi jembatan termasuk pengendalian terhadap resiko K3.Metode
pelaksanaan dilengkapi metode kerja untuk jenis-jenis pekerjaan utama dan pekerjaan
penunjang atau pekerjaan sementara yang ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan dan diyakini menggambarkan penguasaan penawar untuk melaksanakan
Masa pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak melampaui batas waktu
sebagaimana yang tercantum dalam dokumen lelang.Apabila masa pelaksanaan yang
ditawar melebihi dari masa pelaksanaan yang ditentukan dalam dokumen lelang, maka
penawar tersebut dikatakan gugur teknis.
Jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan minimal yang disediakan
untuk menghasilkan produksi alat yang dibutuhkan sebagaimana tercantum dalam
dokumen lelang.Apabila peralatan yang dimiliki oleh pihak penawar tidak mencukupi
dari segi jumlah, maka penawar tersebut diklarifikasi dan dapat dikatakan tidak
memenuhi persyaratan teknis.
Spesifikasi teknis memenuhi persyaratan, bagi penawar yang menyampaikan
spesifikasi teknis yang berbeda dari yang ditetapkan dalam dokumen lelang maka
spesifikasi teknis tidak boleh kurang dari yang disyaratkan, dan bagi penawar yang
tidak menyampaikan perubahan spesifikasi teknis dianggap sama dengan spesifikasi
teknis yang dipersyaratkan.
Personil inti yang akan ditempatkan secara penuh sesuai dengan persyaratan
sebagaimana tercantum dalam dokumen lelang serta posisi dalam manajmen
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan organisasi pelaksanaan yang diajukan.
Apabila dalam evaluasi teknis terdapat hal-hal yang kurang jelas atau
meragukan, panitia lelang melakukan klarifikasi dan konfirmasi dengan peserta
pelelangan.Dalam klarifikasi peserta tidak diperkenankan mengubah substansi
2.1.3.4 Evaluasi Kualifikasi
Evaluasi dilakukan terhadap calon pemenang lelang dan calon cadangan 1 dan
2 (apabila ada), apabila tidak adacalon pemenang yang lulus evaluasi kualifikasi, maka
lelang dinyatakan gagal.
Pembuktian kualifikasi terhadap peserta yang memenuhi persyaratan
kualifikasi dilakukan setelah evaluasi kualifikasi. Pembuktian kualifikasi dilakukan
dengan cara melihat keaslian dokumen dari dokumen asli atau salinan dokumen yang
sudah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang dan meminta salinan dokumen tersebut.
Pembuktian kualifikasi harus dihadiri oleh penanggung jawab penawaran atau yang
menerima kuasa dari direktur utama/pimpinan perusahaan yang nama penerima
kuasanya tercantum dalam akta pendirian atau perubahannnya, atau kepala cabang
perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen otentik,
atau pejabat yang menurut perjanjian kerja sama berhak mewakili persuahaan yang
bekerja sama. Panitia lelang melakukan klarifikasi dan atau verifikasi kepada penerbit
dokumen, apabila diperlukan, dan apabila hasil pembuktian kualifikasi ditemukan
pemalsuan data, maka peserta digugurkan, badan usaha dan/atau pengurusnya
dimasukkan daftar hitam. Serta apabila tidak ada calon pemenang yang lulus
pembuktian kualifikasimaka lelang dinyatakan gagal (Permen PU No. 7 Tahun 2011).
2.2 Penetapan dan Pengumuman Pemenang
Dalam proses pelelangan, setelah dilakukan evaluasi penawaran maka pihak
Tahun 2010 bahwa nilai sampai dengan Rp. 100.000.000.000, (seratus miliar rupiah)
kewenangan penetapan pada panitia pelelangan.
Dalam hal peserta mengikuti beberapa paket pekerjaan yang dilelangkan oleh
panitia lelang dalam waktu bersamaan, dan beberapa penawarannya terendah serta
berdasarkan kemampuan menangani paket (SKP), akan ditetapkan sebagai calon
pemenang oleh panitia lelang pada paket berdasarkan perhitungan kombinasi yang
menguntungkan Negara.(Perpres 70 Tahun 2012).
Setelah dilakukan penetapan pemenang, pihak panitia pelelangan melakukan
pengumuman pemenang kepada masyarakat melalui website yang memuat sekurang–
kurangnya, yaitu:
a. Nama paket pekerjaan dan nilai total HPS.
b. Nama dan alamat penyedia barang/jasa.
c. Harga penawaran terkosreksi.
d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
e. Hasil evaluasi pelelangan untuk seluruh peserta yang dievaluasi.
2.3 Sanggahan dan Sanggahan Banding
Proses sanggahan dilakukan setelah adanya pengumuman pemenang oleh
panitia lelang. Pihak peserta pelelangan dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis
atas penetapan pemenang kepada panitia pelelangan dalam waktu 5 (lima) hari kerja
setelah pengumuman pemenang, disertai bukti terjadinya penyimpangan. Panitia
(lima) hari kerja setelah menerima surat sanggahan. Apabila sanggahan dinyatakan
benar maka panitia lelangmenyatakan pelelangan gagal.
Peserta pelelangan apabila tidak sependapat dengan jawaban sanggahan dari
panitia lelang, dapat mengajukan sanggahan banding secara tertulis kepada
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan, Institusi, paling lambat 5 (lima)
hari kerja setelah menerima jawaban sanggahan.
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi wajib memberikan
jawaban secara tertulis atas semua sanggahan banding paling lambat 15 (lima belas)
hari kerja setelah surat sanggahan banding diterima jawaban sanggahan banding
bersifat final.
Peserta yang akan melakukan sanggahan banding harus memberikan jaminan
sanggahan banding sebesar sebagaimana tercantum dalam dokumen lelang dengan
masa berlaku 20 (dua puluh) hari kerja sejak tanggal pengajuan sanggahan banding.
Sanggahan banding menghentikan proses pelelangan.
Apabila tidak ada sanggahan, maka panitia lelang menyampaikan Berita Acara
Hasil Pelelangan (BAHP) kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk
menerbitkan Surat Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) (Perpres 70 Tahun
2012).Dan kontrak ditandatangani paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah
diterbitkan SPPBJ.
2.4 Pengambilan Keputusan
Proses pelelangan ini merupakan suatu wadah untuk mengambil keputusan
melakukan pelelangan, dilakukan pengambilan keputusan terhadap dokumen-dokumen
yang dimasukkan oleh penyedia barang/jasa sebagai penawaran terhadap paket yang
dilelalangkanuntuk mendapatkan penyedia barang/jasa yang sesuai dengan capaian
yang diharapkan. Menurut Radford (Nugroho dan Wijaya,2007) pengambilan
keputusan diartikan sebagai perumusan beraneka alternatif tindakan dalam menggarap
situasi yang dihadapi serta penetapan pemilihan yang tepat antara berbagai alternatif
yang tersedia, setelah diadakan pengevaluasian mengenai keefektifan masing-masing
untuk mencapai sasaran para pengambil keputusan.Adanya masalahpengambilan
keputusan diuraikan kedalam kriteria kualitatif dan subkriteria indikator quantitatif
dalam proses pemilihan kandidat peserta yang akan dievaluasi (Anagnostopoulos and
Vavatsikos, 2006).
Didalam Manajemen Proyek yang melibatkan situasi pengambil keputusan
yang kompleks membutuhkan kemampuan yang tajam dan metode pengambil
keputusan yang akurat.Al-subhi (2001) membolehkan mengambil keputusan secara
kelompok.Anggota kelompok tersebut menggunakan pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki (Al-Subhi Al-Harbi, K.M., 2001), Olah pikiran berbagai ide serta
berwawasan yang bisa digunakan dalam pengambil keputusan.Ketua dari kelompok
tersebut lebih memilih pemahaman dalam pemecahan masalah atau tujuan dari
pengambil keputusan.Sering terjadi konflikdiantara anggota yang mendahulukan
kepentingannya, sehingga sangat diperlukan komunikasi yang baik untuk mencapai
tujuan yang sepakat.Pengambilan keputusan menurut Hasan (Nugroho dan
a. Intuisi
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi atau perasaan memiliki sifat
subjektif, sehingga akan mudah terpengaruh. Keputusan intuisi sama baiknya
dengan konsistensi perbandingan alternatif didalam proses pengambilan
keputusan (Al-Subhi Al-Harbi,K.M,2001).
b. Pengalaman
Pengambilan keputusan semacam ini akan bermanfaat bagi pengetahuan
praktis.
c. Fakta
Akan menghasilkan keputusan yang sehat, solid dan baik.
d. Wewenang
Ini biasa dilakukan oleh pemimpin atau orang yang mempunyai kedudukan
yang tinggi.
e. Rasional
Keputusan yang nantinya dihasilkan akan bersifat objektif, logis, lebih terbuka,
serta konsisten dengan tujuan untuk memaksimalkan hasil. Model mengenai
proses pengambilan keputusan terdiri dari tiga tahap menurut dewey (Nugroho
dan Wijaya,2007), yaitu:
a. Intelijen
Lingkungan intern dan ekstern dari pengambilan keputusan diselidiki untuk
menemukan kondisi yang memerlukan keputusan, lalu dikumpulkan informasi
b. Disain
Berbagai macam tindakan yang tersedia pada para pengambil keputusan itu
ditetapkan lalu dianalisis setelah berhasil melacak problematik pemecah
potensial bagi masing-masing masalah keputusan.
c. Pilihan
Salah satu langkah tindakan itu dipilih untuk dilaksanakan atas dasar penilaian
tentang keefektifannya guna mencapai sasaran.
d. Peninjauan
Proses penilaian terhadap tindakan-tindakan yang terdahulu, untuk
memepertimbangkan kemungkinan terhadap pendekatan yang telah ditetapkan
sebagai persiapan untuk kegiatan pengambilan keputusan selanjutnya.
Sedangkan menurut Supranto (Nugroho dan Wijaya, 2007) menegaskan bahwa
inti dari pengambilan keputusan terletak dalam perumusan berbagai alternatif tindakan
sesuai dengan yang sedang dalam perhatian dan dalam pemilihan alternatif yang tepat
setelah suatu evaluasi (penilaian) mengenai efektivitasnya dalam mencapai tujuan
yang dikehendaki pengambilan keputusan. Pada dasarnya ada empat kategori
keputusan, yaitu:
a. Keputusan dalam keadaan ada kepastian keputusan (certainty).
b. Keputusan dalam keadaan ada resiko (risk).
c. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian (uncertainty).
2.5 Analytical Hierarchy Process
Analytical Hierarchi Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty
pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan keputusan
multikriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana faktor logika,
pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses
sistematis. Pada dasarnya AHP merupakan metode yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok–
kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hierarkikeputusan
sesuai yang dianjurkan Goodwin dan Wright (2004). Kemudian memasukkan nilai
numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif.
Dengan suatu sintesa maka akan dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai
prioritas tertinggi. Sejak para pengambil keputusan berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman, kemudian mengambil keputusan yang sesuai, pendekatan AHP
menyesuaikan perilaku dari pengambil keputusan (Al-Subhi Al-Harbi, K.M,2001).
Tabel 2.1 Skala penilaian antar kriteria (Saaty,2008)
Perbandingan Nilai
Dua kriteria (i dan j) memiliki tingkat kepentingan terhadap efektifitas pemenuhan tujuan yang sama
3 Relatif Lebih
Penting
Kriteria i sedikit lebih penting/efektif dibandingkan kriteria j dalam memenuhi tujuan
5 Lebih Penting
Kriteria i memiliki tingkat kepentingan yang cukup besar dibandingkan kriteria j dalam memenuhi tujuan
7 Sangat Penting
Kriteria i memiliki tingkat kepentingan yang sangat besar dibandingkan kriteria j dalam memenuhi tujuan
9 Jauh Lebih
Penting
Kriteria i memiliki tingkat kepentingan yang jauh lebih besar dibandingkan kriteria j dalam memenuhi tujuan
Perbandingan berpasangan merupakan tahap terpenting dari Proses Hirarki
Analitik (AHP) adalah penilaian perbandingan pasangan. Penilaian ini dilakukan
dengan membandingkan sejumlah kombinasi dari elemen yang ada pada setiap tingkat
hirarki. Penilaian dilakukan dengan membandingkan komponen-komponen
berdasarkan skala penilaian (Saaty, 2008) Tabel 2.1.
Proses Hirarki Analitik (AHP) adalah suatu model yang luwes yang
memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun
gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka
masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya (Suyono, 2010).
Kelebihan AHP ini adalah kemampuan-nya jika dihadapkan pada situasi
yang kompleks atau berkerangka di mana data informasi statistik dari masalah yang
dihadapi sedikit. Data yang ada hanya bersifat kualitatif yang didasarkan pada
persepsi, pengalaman atau intuisi. Jadi, masalah tersebut dapat dirasakan dan
diamati namun kelengkapan data numerik tidak menunjang untuk dimodelkan
secara kuantitatif. Ada tiga prinsip dasar dalam Proses Hirarki Analitik (Suyono,
2010), yaitu:
a. Menyusun hirarki ialah memecah persoalan menjadi unsur yang
terpisah-pisah.
b. Penetapan Prioritas ialah menentukan peringkat elemen-elemen menurut
relatif pentingnya.
c. Konsistensi Logis ialah menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan
secara logis dan diperingkatkan secara konsistensi sesuai dengan suatu
mengukur seberapa besar konsistensi pengambil keputusan dalam
membandingkan elemen-elemen dalam matrik penilaian.
Menurut Widodo (2011), terdapat empat prinsip dasar AHP, yaitu:
a. Prinsip identity dan decomposition merupakan proses mendefinisikan
permasalahan dan menyusun hirarki permasalahan dengan jalan
mendekomposisi (memecah-mecah) permasalahan-permasalahan menjadi
unsur yang lebih kecil.
b. Prinsip discrimination dan comparative judgement merupakan proses
penilaian dilakukan dengan cara membandingkan antara dua elemen
pada tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya yang
disebut pairwise comparison.
c. Prinsip synthesis of priorities merupakan penjumlahan dari bobot yang
diperoleh setiap pemilihan pada masing-masing kriteria setelah diberi bobot
dari kriteria tersebut.
Prinsip logical consistency adalah penguji konsistensi, merupakan proses
kendali AHP dalam melakukan analisis. Metode AHP yang digunakan untuk penelitian
ini memiliki kekuatan sebagai berikut:
a. Struktur yang berhirarki merupakan konsekuensi dari kriteria yang dipilih
sampai pada subkriteria paling dalam.
b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
c. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambil keputusan.
d. Mampu melakukan pemilihan rangking secara efektif di antara
alternatif-alternatif yang akan dibandingkan. Pemilihan yang dilakukan berasal
dari perhitungan yang diambil pengambil keputusan.
e. Keputusan memberikan kepentingan yang relatif, seperti beban objektif,
pengoperasian, keandalan dan fleksibilitas, itikad baik. Keputusan Ini
diberikan berdasarkan keputusan yang dialami selama menjadi panitia
lelang.
f. Perhitungan AHP mengarah ke konsekuensi logis dari penilaian
pengambil keputusan. Hal ini sangat sulit tetapi tidak mustahil untuk
mendapatkan suatu penilaian terhadap beberapa hasil yang telah
ditentukan.
g. AHP mampu mendeteksi keputusan yang tidak konsisten. Keputusan itu
dilihat dari hasil uji konsistensi yang dilakukan setelah adanya
pembobotan.
Di dalam metode AHP, terdapat kelemahan–kelemahan dalam pengambilan
keputusan, sebagai berikut:
a. Decision makers dalam mengambil keputusan terdapat keputusan tidak
konsisten. Dilihat dari nilai perbandingan pada subkriteria.
b. Perubahan rangking pada alternatif disebabkan adanya penambahan dan
c. Adanya perbandingan alternatif yang cukup besar.
d. Untuk melakukan perbaikan suatu keputusan, harus dimulai lagi dari tahap
yang paling awal.
e. Orang yang dilibatkan adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan
ataupun banyak pengalaman yang berhubungan dengan hal yang akan
dipilih dengan menggunakan metode AHP.
f. Keterbatasan AHP ini hanya pada bentuk matriks matematika, diketahui
pada matriks reciprocal positif. Jika skala berubah dari 1 hingga 9,
katakanlah 1 hingga 29, angka dalam hasil akhir, yang kita sebut Value for
money vector, juga akan berubah, dalam hal itu tidak masalah karena tidak
harus bingung dengan keputusan dari matriks akhir yang mengatakan
bahwa ada sesuatu yang relatif baik daripada yang lain untuk memenuhi
beberapa tujuan.
g. AHP merupakan teknik pengambilan keputusan yang berguna untuk
membedakan antara opsi yang saling bersaing dengan tujuan yang harus
dipenuhi. Perhitungan AHP bergantung pada apa yang mungkin dilihat trik
Matematika.
h. Apabila matriks lebih dari 9x9, akan menimbulkan tidak konsisten
hasil keputusan yang didapatkan. Sehingga dianjurkan untuk
menggunakan alternatif tidak melebihi dari 9 alternatif (Anagnostopoulos
Dalam waktu yang kurang jelas, itu akan menjadi hal yang buruk untuk
mengubah skala rating dan melihat apa bedanya. Jika salah satu opsi konsisten skor
yang baik dengan skala yang berbeda, kemungkinan value for money vector