BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Pengertian Diare
Menurut WHO (2005), diare merupakan buang air besar dalam bentuk
cairan lebih dari tiga kali dalam sehari, dan biasanya berlangsung selama dua
hari atau lebih.
Pada bayi, konsistensi tinja dan frekuensi buang air besarnya harus
lebih diperhatikan, hal ini dikarenakan frekuensi buang air besar pada bayi
lebih sering dibandingkan orang dewasa, bisa sampai lima kali dalam sehari.
Diare pada bayi merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari
empat kali dalam sehari.
2. Penyebab Diare a. Faktor Infeksi
1. Infeksi Internal
Infeksi internal merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Rotavirus merupakan penyebab utama infeksi
(70 - 80%), sedangkan bakteri dan parasit ditemukan 10 - 20% pada anak.
Infeksi bakteri : Aeromonas hidrophilia, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni,
Clostridium diffcile, Clostridium perfringens, Escherichia coli, Salmonella sp,
Shigella sp, Staphylococcus aureus, Vibrio cholera, Vibrio parahaemoliticus,
Yersinia enterocolitica. Infeksi virus : Adenovirus, Rotavirus, Virus Norwalk,
parasit : Balantidium coli, Capillaria philippinensis, Cryptosporidium,
Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Strongyloides stercotalis, Faciolopsis
buski, Sarcocystis suthominis, Trichuris trichiura, Candida sp, Isospora belli.
2. Infeksi Parenteral
Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar saluran pencernaan
makanan, seperti Otitis Media Akut (OMA), bronkopneumonia, tonsillitis,
ensefalitis. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak yang berusia di bawah 2
tahun.
b. Faktor Malabsorbsi (gangguan absorbsi)
Seperti gangguan absorbsi karbohidrat (pada bayi dan anak yang
tersering adalah intoleransi laktosa), malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
c. Faktor Makanan
Seperti alergi makanan, makanan basi, beracun.
d. Faktor Psikologis
Seperti rasa takut dan cemas. e. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi adalah pendapatan keluarga dihitung dari pendapatan
keluarga perkapita dalam waktu satu bulan. Sulitnya menghitung pendapatan
riil seseorang, maka pengeluaran keluarga dapat dipakai sebagai salah satu
indikator yang dapat menggambarkan keadaan kesejahteraan masyarakat. Faktor
- faktor ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor - faktor
penyebab diare. Kebanyakan pada anak yang mudah menderita diare berasal
dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, daya beli yang rendah,
f. Pemberian Susu Formula
Pada awal bayi menerima susu formula, bayi akan mengalami
mencret. Hal ini merupakan keluhan yang banyak pada orang tua. Jika susu
formula tersebut ternyata cocok, maka mencret hanya akan terjadi antara 3
sampai dengan 4 hari. Setelah itu, kondisi si kecil akan kembali normal. Hal
ini terjadi karena usus bayi sedang beradaptasi dengan susu formula tersebut.
Jika susu formula yang diberikan tidak cocok maka mencret akan terjadi terus
menerus (Indiarti M.T, 2007).
Susu formula kadang memberi gejala diare pada bayi. Jika ada anak
yang sehabis makan dan minum zat yang mengandung karbohidrat seperti susu
formula, bubur, nasi, roti dan lain - lain, kemudian mengalami diare berulang
harus diwaspadai adanya kemungkinan mengalami intolerance laktosa. Jika
terjadi demikian, dapat ditangani dengan pemberian makanan yang bebas
laktosa atau rendah laktosa (Widjaja, 2002).
Banyak faktor yang berperan terhadap terjadinya diare pada pemberian
susu formula seperti peralatan makanan yang digunakan, cara - cara
pembersihan alat, serta cara pemberian susu formula kepada bayi. Sebaiknya
tidak terlalu sering mengganti atau merubah jenis susu formula bayi karena
dapat menyebabkan lambung bayi harus berulang - ulang beradaptasi dengan
jenis susu baru, bahkan dapat saja bayi alergi terhadap satu jenis susu formula
g. Antibiotik
Jika bayi mengalami diare selama pemakaian antibiotik, hal ini dapat
berhubungan dengan pengobatan yang sedang dijalaninya. Antibiotik membunuh
bakteri baik dalam usus selama pengobatan. Konsultasikan pada dokter
mengenai hal ini. Namun, jangan hentikan pengobatan pada bayi sampai
dokter memberikan persetujuan.
3. Patogenesis dan Patofisiologi Diare a. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare yaitu :
1. Gangguan Sekretorik/Sekresi
Akibat rangsangan toksin/rangsangan tertentu pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
2. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik
usus menurun, akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
b. Patofisiologi
Sebagai akibat diare akan terjadi dehidrasi yaitu kehilangan cairan dan
elektrolit karena kehilangan air/output lebih banyak daripada asupan/input.
Gangguan keseimbangan asam - basa/metabolik asidosis terjadi karena
kehilangan natriumbikarbonat bersama feses, adanya ketosis kelaparan,
metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam
tubuh, terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan,
produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oligoria/anuria), pemindahan ion natrium dari
cairan ekstra - seluler ke dalam cairan intra - seluler, hipoglikemia sering
terjadi pada anak yang menderita diare dengan kekurangan kalori protein, hal
ini terjadi karena penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu dan
adanya gangguan absorbsi glukosa, gangguan gizi (penurunan berat badan
dalam waktu yang singkat), gangguan sirkulasi (dapat terjadi gangguan
4. Klasifikasi Diare Berdasarkan Tanda dan Gejala
Klasifikasi Tanda dan Gejala
Diare tanpa dehidrasi - Tidak cukup tanda - tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat
atau ringan/sedang
Diare dehidrasi
ringan/sedang
- Gelisah, rewel, mudah marah
- Haus, minum dengan lahap
- Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Diare dehidrasi berat - Letargis atau tidak sadar
- Mata cekung
- Tidak bisa minum atau malas minum
- Cubitan perut kembalinya sangat lambat
Jika Diare 14 Hari atau Lebih
Klasifikasi Tanda dan gejala
Diare persisten Tanpa dehidrasi
Diare persisten berat Ada dehidrasi
Jika Ada Darah Dalam Tinja
Klasifikasi Tanda dan Gejala
Disentri Darah dalam tinja/bercampur darah
5. Penatalaksanaan Diare Sesuai Tanda Gejala
klasifikasi berat lainnya, rujuk
segera ke rumah sakit dan
mintakan ibu agar tetap
memberikan oralit serta anjurkan
untuk tetap memberi ASI
lainnya, maka berikan cairan
- Jika anak juga mempunyai
klasifikasi berat lainnya, segera
rujuk dan selama dalam perjalanan,
mintakan ibu agar terus
memberikan oralit sedikit demi
sedikit
- Anjurkan ibu tetap memberi ASI
- Jika ada kolera di daerah tersebut,
beri obat antibiotik untuk kolera
Jika Diare 14 Hari atau Lebih
Gejala Klasifikasi Tindakan
Tanpa dehidrasi Diare persisten - Nasehati ibu tentang cara
pemberian makanan pada
anak dengan diare persisten
- Kunjungan ulang setelah 5
hari
Ada dehidrasi Diare persisten
berat
- Atasi sebelum dirujuk,
kecuali bila anak juga
mempunyai klasifikasi berat
- Rujuk
Jika ada darah di dalam tinja
Gejala Klasifikasi Tindakan
Ada darah dalam tinja
(BAB bercampur darah)
Disentri - Beri antibiotik yang
sesuai untuk
shigella selama 5
hari
- Kunjungan ulang
setelah 2 hari
6. Rencana Terapi A dan Terapi B Menurut MTBS (2011) Adalah : a. Rencana Terapi A : Penanganan Diare di Rumah
1. Beri Cairan Tambahan
- Berikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
- Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau larutan gula
garam
- Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan
berikut ini : Oralit atau larutan gula garam, cairan makanan (kuah sayur,
air tajin) atau air matang
2. Beri tablet zinc selama 10 hari
3. Bila tidak membaik segera ke puskesmas atau rumah sakit
b. Rencana Terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan Oralit
1. Memberikan larutan oralit
- Minumkan sedikit - sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih lambat
- Lanjutkan ASI selama anak mau
- Berikan tablet Zinc selama 10 hari
- Setelah 3 jam :
- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan
- Mulailah memberi makan anak
c. Pemberian Tablet Zinc Untuk Semua Penderita Diare
- Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat tablet zinc sesuai
dosis dan waktu yang telah ditentukan kecuali bayi muda
- Dosis Tablet Zinc (1 tablet = 20 mg)
Berikan dosis tunggal selama 10 hari :
- Umur 2 - 6 bulan : ½ tablet
- Umur > 6 bulan : 1 tablet
- Cara Pemberian tablet Zinc :
- Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet
akan larut kurang lebih 30 detik), segera berikan kepada anak
- Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian tablet
zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil
dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh
- Ibu tetap memberikan tablet zinc setiap hari selama 10 hari penuh,
meskipun diare sudah berhenti
- Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap
berikan tablet zinc segera setelah anak bisa minum atau makan
B. Cara Melakukan Pencegahan Diare yang Benar dan Efektif Menurut Departemen Kesehatan RI (2011) Adalah :
1. Memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2
tahun
2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
3. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air
4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar
5. Buang air besar di jamban
6. Membuang tinja bayi dengan benar
7. Memberikan imunisasi campak
Diare dapat diobati dengan oralit yang tujuannya untuk mencegah
terjadinya kekurangan cairan tubuh sebagai akibat diare. Minumkanlah cairan
oralit sebanyak mungkin penderita mau. 1 bungkus kecil oralit dilarutkan ke
dalam 1 gelas air masak (200 cc). Kalau oralit tidak ada buatlah larutan
garam gula. Ambilah air putih (masak) 1 gelas masukan dua sendok teh peres
gula pasir, dan seujung sendok teh garam dapur. Diaduk rata dan diberikan
kepada penderita sebanyak mungkin ia mau minum. Bila diare tak terhenti
dalam sehari atau penderita lemas sekali bawalah segera ke puskesmas (Anik
M., 2011).
C. Pengetahuan dan Sikap
1. Pengertian Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya. Pengetahuan maerupakan hasil mengingat suatu
sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak
atau pengamatan terhadap suatu objek.
Pengetahuan yang termasuk ke dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know), diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali materi
yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau
rangsangan yang telah diterima
2. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikannya secara luas
3. Aplikasi (Application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi nyata
4. Analisis (Analysis), merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen - komponen yang masih
dalam satu struktur dan masih ada kaitan satu sama lain. Misalnya :
menggambarkan, membedakan, mengelompokan dan sebagainya
5. Sintesis (Synthesis), diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi - formulasi yang lama
6. Evaluasi (Evaluation), yaitu berkaitan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang - tidak
senang, setuju - tidak setuju, baik - tidak baik, dan sebagainya). Sikap secara
nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari – hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
A. Komponen Pokok Sikap Menurut Azwar (2005)
Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
1) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek
Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran
seseorang terhadap objek.
2) Kehidupan emosiomal atau evaluasi terhadap objek
Artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor
emosi) orang tersebut terhadap objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau
B. Berbagai Tingkatan Sikap
Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (Responding)
Merespon atau menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban
terhadap pertanyaan, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan.
3. Menghargai (Valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan
orang lain dan bahkan mengajak, mempengaruhi atau menganjurkan
orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggungjawab (Responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko yang akan ditanggung.
D. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha atau kegiatan untuk membantu
individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan
kemampuan untuk mencapai kesehatan secara optimal.
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti
nilai – nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan menjadi mampu.
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan
dalam kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, kesadaran dan kemampuan
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif
masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Metode Pendidikan Kesehatan
Metode dalam penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Pendidik tidak akan dapat melaksanakan tugasnya jika tidak
dapat menguasai satupun metode yang telah dirumuskan dan dikembangkan
oleh para ahli psikologi dan pendidikan. Terlaksananya proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh metode yang dipergunakan.
Metode yang digunakan pada aplikasi pendidikan kesehatan adalah
metode belajar mengajar. Pada garis besarnya metode tersebut dibagi 2 macam
yaitu :
a. Metode Didaktik : Metode ini didasarkan pada cara satu arah atau one
way method. Pendidik aktif dan peserta didik pasif. Kelemahannya sulit
dievaluasi keberhasilannya. Yang termasuk metode ini adalah ceramah,
siaran radio, TV/Film, media cetak.
b. Metode Sokratik : Merupakan metode dua arah atau two - way traffic
method. Dengan demikian peserta didik dapat aktif dan kreatif. Yang
termasuk metode ini adalah diskusi kelompok, diskusi panel, diskusi buzz,
kasus, kunjungan lapangan, latihan lapangan, demonstrasi, brain storming,
dan lain - lain.
Dalam pembinaan ibu untuk berperan serta secara aktif dalam
pencegahan timbulmya penyakit diare pada bayi, maka kegiatan pembinaan
perlu diberikan pendidikan kesehatan untuk melaksanakan pencegahan diare.
Adapun pendidikan kesehatan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah :
1. Judul Pendidikan Kesehatan
Adalah pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare terhadap ibu
yang memiliki bayi 0 – 12 bulan
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki bayi dalam
mencegah timbulnya penyakit diare pada bayi
b. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan pengertian penyakit diare, penyebab diare,
klasifikasi diare berdasarkan tanda dan gejala, penatalaksanaan
diare sesuai tanda gejala, cara melakukan pencegahan diare, 7
langkah cara mencuci tangan yang baik dan benar dan cara
pemberian oralit dan larutan gula garam.
2. Mencegah, mengurangi ataupun menurunkan angka kejadian diare
dan kematian bayi yang disebabkan oleh diare.
3. Mampu melakukan tindakan pencegahan diare yang selama ini
belum bisa dilaksanakan dengan baik dan benar.
4. Metode
Metode pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare yaitu dengan
metode ceramah, demonstrasi 7 langkah mencuci tangan yang baik dan
benar dan cara pemberian oralit dan larutan gula garam.
5. Waktu memberikan pendidikan kesehatan adalah selama 1 hari, dengan
waktu 1,5 jam efektif.
6. Materi Pendidikan Kesehatan
Materinya adalah : pengertian tentang penyakit diare, penyebab
dire, klasifikasi diare berdasarkan tanda dan gejala, penatalaksanaan
diare sesuai tanda gejala, cara pencegahan diare, 7 langkah cara
mencuci tangan yang baik dan benar, dan cara pemberian oralit dan
larutan gula garam.
7. Pelaksanaan
Menyiapkan materi, menyiapkan tempat yaitu di Posyandu
Anggrek IX Wilayah Kerja Pustu Balam, pengaturan waktu
penyampaian materi yaitu penjelasan secara singkat 30 menit, tanya
jawab 10 menit, materi yang memerlukan peragaan pengaturan
waktunya adalah 20 menit penjelasan singkat, 20 menit peragaan dan
10 menit tanya jawab.
8. Evaluasi
Menyiapkan instrument evaluasi dalam bentuk kuesioner sebanyak
35 buah yang terdiri dari 20 pertanyaan pengetahuan, 15 pernyataan
sikap dan menjelaskan tujuan dan proses evaluasi yaitu untuk mengukur
sikap ibu tentang pencegahan diare pada bayi sebelum dan setelah satu
bulan berikutnya diberikan pendidikan kesehatan.
4. Cara Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar
Mencuci tangan adalah hal penting yang harus selalu diterapkan dalam
kehidupan sehari - hari. Kita harus mencuci tangan teratur sebelum makan dan
sesudah buang air, supaya kuman penyakit yang menempel di tangan tidak
masuk ke dalam tubuh kita. Mencuci tangan pun tidak boleh sembarangan,
melainkan harus benar dan seksama.
Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara
mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan
sabun biasa dan air. Tujuan mencuci tangan menurut DEPKES 2007 adalah
merupakan salah satu unsur pencegahan penularan infeksi.
Mencuci tangan pun harus menggunakan air bersih dan mengalir. Air
yang bersih yang layak digunakan untuk cuci tangan tentunya adalah air yang
jernih, tidak berbau dan tidak berwarna. Ada banyak sekali standar kesehatan
mengenai air bersih terutama yang berhubungan dengan air minum dan untuk
kesehatan, termasuk di dalamnya air yang bebas mikroorganisme, bahan kimia,
dan bahan radioaktif. Namun untuk keperluan mencuci tangan bagi masyarakat
awam, maka cukup digunakan kriteria yang disebutkan yakni jernih, tidak
berwarna dan tidak berbau.
Dengan mencuci tangan di air mengalir, maka kotoran dan kuman
akan hanyut terbawa air. Jadi mulai sekarang bila kita makan di rumah makan
atau di warung makan yang ada wastafelnya, sebaiknya cuci tangan di
tetap tergenang di air dan dapat menempel kembali ke tangan saat cuci
tangan.
Cuci tangan sebaiknya dilakukan menggunakan sabun, baik berupa
sabun padat maupun cair. Karena sabun dapat membantu proses pelepasan
kotoran dan kuman yang menempel di permukaan luar kulit tangan dan kuku.
Dengan mencuci tangan yang benar menggunakan sabun maka kotoran dan
kuman akan terangkat dan dapat membantu mengurangi resiko terinfeksi
penyakit.
Setelah dijelaskan mengenai hal - hal yang harus diperhatikan saat
mencuci tangan, kita lanjutkan dengan pembahasan mengenai cara mencuci
tangan yang baik dan benar. Badan kesehatan dunia, WHO pada tahun 2005
mengeluarkan pesan kesehatan untuk mencuci tangan dengan 7 langkah.
Inilah 7 langkah mencuci tangan dengan baik dan benar :
Berikut ini 7 langkah cuci tangan yang efektif :
1. Basahi kedua telapak tangan anda dengan air mengalir, lalu pakaikan sabun
ke telapak tangan, usap dan gosok dengan lembut pada kedua telapak
tangan.
2. Gosok masing - masing pungung tangan secara bergantian.
3. Jari jemari saling masuk untuk membersihkan sela - sela jari.
4. Gosokan ujung jari (buku - buku) dengan mengatupkan jari tangan kanan
terus gosokan ke telapak tangan kiri bergantian,
5. Gosok dan putar ibu jari secara bergantian
6. Gosokan ujung kuku pada telapak tangan secara bergantian
7. Terakhir, menggosok kedua pergelangan tangan dengan cara diputar dengan
telapak tangan bergantian setelah itu bilas dengan menggunakan air bersih
dan mengalir, lalu keringkan.
5. Cara Pemberian Oralit dan Larutan Gula Garam A. Cara Pemberian Oralit
• Sediakan satu gelas (200 ml) air yang telah dimasak
• Masukan satu bungkus oralit ke dalam gelas
• Aduk sampai larut
B. Cara Pemberian Larutan Gula Garam
• Gula satu sendok teh penuh
• Garam ¼ sendok teh
C. Takaran Pemberian Oralit Untuk Penderita Diare
• Di bawah 1 tahun : 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5 gelas
setiap kali mencret
• Di bawah 5 tahun : 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap
kali mencret
• Anak di atas 5 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas
setiap kali mencret
• Anak di atas 12 tahun dan dewasa : 3 jam pertama 12 gelas,