• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Pengaruh Faktor Ekonomi Makro dan Fundamental Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan BUMN Perkebunan PTPN I – VII(Persero)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Pengaruh Faktor Ekonomi Makro dan Fundamental Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan BUMN Perkebunan PTPN I – VII(Persero)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Lawrence (2013) melakukan studi mengenai Pengaruh Faktor Makro

Ekonomi dan Harga Komoditas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di

Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh harga

minyak, inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

dan harga emas Antam terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.

Sampel yang diambil dalam penelitian adalah harga minyak WTI, inflasi, jumlah

uang beredar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), harga emas Antam dan

IHSG periode 2009-2012. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan

memakai analisa regresi linear berganda. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara

parsial harga minyak dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap

IHSG dan secara bersama-sama harga minyak, inflasi, jumlah uang beredar, suku

bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan harga emas Antam berpengaruh

signifikan terhadap IHSG.

Anwar (2010) melakukan studi mengenai Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku

Bunga SBI, Kurs dan IHSG terhadap Kinerja Reksadana. Tujuan penelitian untuk

menguji apakah tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, perubahan nilai tukar

rupiah terhadap dollar dan IHSG secara simultan dan parsial mempunyai

pengaruh terhadap kinerja reksadana. Hasil penelitian menunjukkan tingkat

inflasi, tingkat suku bunga SBI, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS

(2)

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana. Tingkat inflasi secara

parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana,

tingkat suku bunga SBI secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja reksadana, tetapi perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS

secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, dan

Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) secara parsial tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap kinerja reksadana.

Ningsih (2013) melakukan studi mengenai Pengaruh Struktur Modal

terhadap Kinerja Perusahaan Go Publik yang Listing di Bursa Efek Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur modal dan pengaruhnya

terhadap kinerja perusahaan dengan melakukan studi kasus pada Perusahaan

Otomotif dan Komponen yang terdaftar di BEI untuk periode tahun 2009 sampai

dengan tahun 2012. Struktur modal diwakili

Debt to Equity Ratio

(DER),

dan

kinerja perusahaan diwakili

Return on Investment

(ROI). Hasil penelitian

menunjukkan struktur modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan taraf signifikansi sebesar (0,002 <

0,05).

Dewi (2006) melakukan studi mengenai Pengaruh Struktur Modal

terhadap Optimalisasi Laba (Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan Go Publik

Masuk ke dalam Jakarta Islamic Index Periode 2001-2005). Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan struktur modal dapat

mempengaruhi optimalisasi (peningkatan) laba. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa struktur modal memiliki pengaruh signifikan terhadap

(3)

sig 5%). Sedangkan uji independent test menunjukkan bahwa Ho ditolak, berarti

tidak ada perbedaan terkait dengan optimalisasi laba baik pada perusahaan dengan

struktur modal tinggi dan rendah.

Velnampy (2012) melakukan studi mengenai The Relationship between

Capital Structure and Profitability. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menyelidiki hubungan antara struktur modal dan profitabilitas dari sepuluh bank

yang terdaftar di Srilanka selama periode 2002 data 2009. Analisis data

menggunakan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Variabel independen yang

digunakan Debt to Equity dan Debt to Total Funds dan variable dependen yang

digunakan Net Profit, Return on Capital Employed, Return on Equity dan Net

Interest Margin.

Ferati (2011) melakukan studi mengenai Capital Structure and Profitability: The Macedonian Case. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal Perusahaan Macedonia terhadap profitabilitas. Data yang digunakan adalah laporan keuangan 150 perusahaan yang masing-masing dikumpulkan selama sepuluh tahun terakhir. Analisis data menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS). Hasil analisis menunjukkan bahwa Return on Equity memiliki korelasi positif dengan utang jangka pendek dan ekuitas, dan memiliki korelasi negatif dengan utang jangka panjang.

Hasil analisis menunjukkan bahwa Debt to Equity memiliki

hubungan positif dengan Net Profit, Return on Capital Employed dan Return on

Equity sedangkan dengan Net Interest Margin memiliki hubungan negatif. Debt to

Total Funds memiliki hubungan posititf dengan Return on Capital Employed dan

Return on Equity sedangkan dengan Net Profit dan Net Interest Margin memiliki

hubungan negatif.

(4)

modal terhadap profitabilitas dengan memeriksa efek dari struktur modal terhadap profitabilitas perusahaan industri yang terdaftar di Bursa Efek Amman selama enam periode tahun (2004-2009). Sampel penelitian terdiri dari 39 perusahaan dengan menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi berganda. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan negatif antara short-term debt dan total debt dengan profitabilitas.

Kusumajaya (2011) melakukan studi mengenai Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Populasi penelitian ini adalah industri manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian 2006 sampai dengan 2009. Metode penentuan sampel dengan metode purposive sampling, dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan maka jumlah sampel adalah sebanyak 27 perusahaan manufaktur. Data penelitian merupakan data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Metode

(5)

Indrajaya (2011) melakukan studi mengenai Pengaruh Struktur Aktiva,

Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis

terhadap Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan

yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007. Penelitian ini bertujuan

untuk menemukan bukti empiris dari faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi

struktur modal perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva

berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal (

leverage

), ukuran

perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dan

profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur

modal. Sedangkan variabel pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap struktur modal (

leverage

).

Kurniawati (2012)

melakukan studi mengenai

Pengaruh Arus Kas Bersih

terhadap Likuiditas dan Dampaknya terhadap Ptofitabilitas (Studi Kasus pada PT.

Asuransi Jasa Indonesia Cabang Tasikmalaya). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui (1) arus kas bersih , likuiditas, dan profitabilitas (2) pengaruh arus kas

bersih terhadap likuiditas (3) pengaruh arus kas bersih secara parsial terhadap

profitabilitas (4) pengaruh likuiditas secara parsial terhadap profitabilitas (5)

pengaruh arus kas bersih dan likuiditas secara simultan terhadap profitabilitas

pada PT. Asuransi Jasa Indonesia. Metode penelitian menggunakan metode

deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus pada PT. Asuransi Jasa

Indonesia. Penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu laporan

keuangan perusahaan tahun 2001 – 2011 yang dipublikasikan, dengan teknik

(6)

menunjukan bahwa: (1) kondisi arus kas bersih dari sudut pandang likuiditas

dinilai cukup baik, sedangkan dari sudut pandang profitabilitas masih kurang baik.

Likuiditas dinilai sudah cukup baik sedangkan profitabilitas masih kurang baik (2)

arus kas bersih berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (3) arus kas bersih

secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (4) likuiditas

terhadap profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (5) arus

kas bersih dan likuiditas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas.

Iqbal (2007) melakukan studi mengenai Pengaruh Tingkat Harga Jual

Komoditi Teh terhadap Laba Optimal Perusahaan pada PT. Perkebunan Nusantara

VIII (Persero). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan tingkat harga

jual komoditi, laba optimal, dan bagaimana pengaruh tingkat harga jual komoditi

teh terhadap laba optimal pada PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan

pendekatan kuantitatif. Untuk mengetahui besarnya pengaruh harga jual (variabel

X) terhadap laba optimal (variabel Y) digunakan Analisis Regresi Sederhana,

Koefisien Korelasi Sederhana, dan Koefisien Determinasi. Pengujian hipotesis

dalam penelitian ini menggunakan statistik uji t dua pihak dengan α = 0,05. Hasil

penelitian menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat dan positif antara

variabel independen dan variabel dependen yang artinya setiap kenaikan tingkat

harga jual akan meningkatkan laba optimal, demikian juga sebaliknya setiap

penurunan tingkat harga jual akan menurunkan laba optimal. Sehingga dapat

disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara harga jual terhadap laba

(7)

Windasari (2013) melakukan studi mengenai Analisis pengaruh

Tumpangsari terhadap Pendapatan Petani di Desa Munduktemu Kabupaten

Tabanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh luas lahan,

jumlah tenaga kerja (jam kerja) dan harga komoditi secara serempak maupun

parsial terhadap pendapatan petani di Desa Munduktemu. Teknik analisis data

yang digunakan yaitu analisis linier berganda dan beda dua rata-rata (pair sample t

test). Hasil analisis data menunjukan luas lahan, jumlah tenaga kerja (jam kerja)

dan harga komoditi secara serempak dan parsial berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan petani dengan koefisien determinasi (R

2

Tumoka (2013) melakukan studi mengenai Analisis pendapatan Usaha Tani Tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh produksi dan harga terhadap pendapatan usaha tani Tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat. Dimana pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Adapun metode yang digunakan adalah metode analisis tabel dan metode analisis regresi berganda dengan menggunakan data OLS (Ordinary Least Square) dan diolah menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan jumlah produksi dan harga tomat memiliki pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap tingkat pendapatan petani tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa.

) 0,912. Luas lahan adalah

variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pendapatan petani, serta

terdapat perbedaan pendapatan dengan atau tanpa menggunakan sistem

(8)

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul penelitian Variabel Dependen

Hasil penelitian diperoleh bahwa secara parsial harga minyak dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG dan secara bersama-sama harga minyak, inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan harga emas Antam berpengaruh

2 Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana. Tingkat inflasi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, tingkat suku bunga SBI secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, tetapi perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, dan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana. Go Publik yang Listing di Bursa Efek pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan taraf signifikansi sebesar (0,002 < 0,05). Struktur modal

(Debt to Equity Ratio)

4 Dewi (2006) Pengaruh Struktur Modal terhadap

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal memiliki pengaruh signifikan terhadap optimalisasi laba dengan nilai regresi -0,092 dengan tingkat signifikansi 0,027 (sig 5%). Sedangkan uji independent test menunjukkan bahwa Ho ditolak, berarti tidak ada perbedaan terkait dengan optimalisasi laba baik pada perusahaan dengan struktur modal tinggi dan rendah.

Struktur Modal

Velnampy and Niresh (2012)

5 The Relationship between Capital

Debt to Equity Hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt to Equity memiliki hubungan positif dengan Net Profit, Return on Capital Employed dan Return on Equity sedangkan dengan Net Interest Margin memiliki hubungan negatif. Debt to Total Funds memiliki hubungan posititf dengan Return on Capital Employed dan Return on Equity Debt to Total

(9)

sedangkan dengan Net Profit dan Net Interest Margin memiliki hubungan negatif.

Ferati dan Ejupi ( 2011)

6 Capital Structure and Profitability: The

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Equity memiliki korelasi positif dengan utang jangka pendek dan ekuitas, dan memiliki korelasi negatif dengan utang jangka panjang.

long-term debt No Peneliti Judul penelitian Variabel

Dependen

7 The Relationship between Capital Structure and Profitability

Profitability (ROE)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan negatif antara short-term debt dan total debt dengan profitabilitas. Capital

Struktur modal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 2) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 3) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, 4) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan 5) profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. (leverage), ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dan profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal (leverage). likuiditas (2) arus kas bersih secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (3) likuiditas terhadap profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (4) arus kas bersih dan likuiditas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Arus kas

11 Iqbal (2007) Pengaruh Tingkat Harga Jual Komoditi

Laba optimal Ada pengaruh yang signifikan antara harga jual terhadap laba optimal.

Harga jual

Windasari dan SriBudhi (2013)

12 Analisis pengaruh Tumpangsari

terhadap Pendapatan

Luas lahan, jumlah tenaga kerja (jam

(10)

Munduktemu Kabupaten Tabanan

harga komoditi parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani Tumoka (2013)

13 Analisis pendapatan Usaha Tani Tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa

Pendapatan Hasil penelitian menunjukan jumlah produksi dan harga tomat memiliki pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap tingkat pendapatan petani tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa.

Jumlah produksi dan harga

2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan

2.2.1. Pengertian Kinerja

Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement“, yaitu kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu (Hanafi,2003: 69).

Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan.

2.2.2. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan

(11)

a. Mengetahui tingkat likuiditas yaitu menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

b. Mengetahui tingkat solvabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Mengetahui tingkat rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

d. Mengetahui tingkat stabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja keuangan memberikan penilaian atas pengelolaan aset perusahaan oleh manajemen dan manajemen perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi dan tindakan perbaikan atas kinerja keuangan perusahaan yang tidak sehat.

2.3. Analisis Rasio Keuangan

2.3.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Menurut Munawir (2007:65), analisis rasio keuangan adalah “suatu

metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca

atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan

(12)

Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk

menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau

pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan

menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan

memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan

atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya.

Menurut Sutrisno (2007:214),

analisis rasio keuangan adalah

menghubungkan elemen-elemen yang ada dilaporan keuangan agar bisa

diinterprestasikan lebih lanjut. Dengan demikian analisis rasio keuangan berguna

untuk menentukan kesehatan atau kinerja keuangan perusahaan baik pada saat

sekarang maupun di masa mendatang sehingga sebagai alat untuk menilai posisi

keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan

neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan

gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu

perusahaan tertentu. Suatu rasio tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri,

melainkan harus diperbandingkan dengan rasio yang lain agar rasio tersebut

menjadi lebih sempurna dan untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara

membandingkan prestasi suatu periode dengan periode sebelumnya sehingga

diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu, selain itu dapat pula

dilakukan dengan membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu

sehingga dapat diketahui bagaimana keuangan dalam industri.

Untuk memahami kondisi neraca dan laba rugi suatu perusahaan, seorang

(13)

digunakan sebagai suatu alat ukur untuk dapat memahami neraca dan laporan

laba rugi. Menurut Mardiyanto (2008:51) analisis rasio keuangan merupakan

peralatan (

tools

) untuk memahami laporan keuangan (khususnya neraca dan laba

rugi).

Menurut Mardiyanto (2008:53) terdapat 4 (empat) macam standar dalam

analisis rasio, yakni:

1.

Rata-rata industri, perusahaan membandingkan rasionya dengan rasio rata-rata

industri

2.

Perusahaan paling unggul, mungkin sulit memperoleh data rata-rata industri

yang lengkap. Untuk mengatasinya, perusahaan cukup membandingkan

rasionalnya dengan rasio perusahaan paling unggul.

3.

Data historis, perusahaan membandingkan rasionya dengan rasio tahun-tahun

yang lalu

4.

Anggaran serta realisasinya, perusahaan membandingkan rasio berdasarkan

anggaran (rencana) dengan realisasinya.

Menurut Jumingan (2006:118), rasio dalam analisis laporan keuangan

adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur yang

lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan

tersebut dinyatakan dalam bentuk sistematis yang sederhana. Rasio standar ini

dapat ditentukan berdasarkan alternatif di bawah ini:

1.

Didasarkan pada catatan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan

tahun-tahun yang telah lampau.

2.

Didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya, dipilih

(14)

3.

Didasarkan pada data laporan keuangan yang dibudgetkan (

goal ratio

).

4.

Didasarkan pada rasio industri, dimana perusahaan yang bersangkutan masuk

sebagai anggotanya.

Dengan perbandingan rasio standar ini akan diketahui apakah rasio

perusahaan yang bersangkutan terletak diatas

average, average

atau dibawah

average.

2.3.2. Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan adalah perbandingan antara dua/kelompok data

laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antara data dari

neraca dan data laporan laba rugi.

1.

Rasio likuiditas

Rasio ini memberi gambaran kelemahan dan kemampuan financial perusahaan

dari tahun ke tahun. Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ada 2

macam rasio likuiditas yang digunakan, yaitu:

a)

Current Ratio

b)

Quick Ratio atau Acid Test Ratio

2.

Rasio Solvabilitas

Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

seluruh kewajiban-kewajibannya (hutang jangka pendek dan hutang jangka

panjang). Ada 4 (empat) rasio solvabilitas yang digunakan, yaitu:

a.

Total Debt to Equity Ratio

b.

Total Debt to Total Assets Ratio

(15)

d.

Long Term Debt to Total Assets

3.

Rasio Profitabilitas

Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Ada 4 (empat) rasio

profitabilitas yang digunakan, yaitu:

a.

Return on Equity (ROE)

b.

Return on Assets (ROA)

c.

Net Profit Margin

d.

Gross Profit Margin

Setiap kegiatan bisnis yang dijalankan baik secara perorangan maupun

berkelompok bertujuan untuk mensejahterakan pemilik atau menambah nilai

perusahaan dengan laba yang maksimal. Harapan untuk mendapatkan laba

perusahaan secara berkelanjutan bukanlah suatu pekerjaan yang gampang tetapi

memerlukan perhitungan yang cermat dan teliti dengan memperhatikan

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perusahaan baik faktor-faktor intern maupun faktor-faktor

ekstern.

Menurut Kuswadi (2005:5) rasio kemampulabaan

(profitability ratio)

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara relatif.

Selanjutnya Kasmir (2008:196) mengemukakan bahwa Rasio profitabilitas

merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen

suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan

dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan

(16)

target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva atau modal yang

dimiliki. Menurut Martono (2005:60) Rasio profitabilitas adalah rasio yang

menunjukkan efektivitas menciptakan laba. Laba pada dasarnya menunjukkan

seberapa baik perusahaan dalam membuat keputusan investasi dan pembiayaan.

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi

pihak luar perusahaan, yaitu :

1.

untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode tertentu.

2.

untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

3.

untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4.

untuk menilai produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal sendiri.besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5.

untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk :

1.

Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode.

2.

Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3.

Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4.

Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5.

Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

(17)

Menurut Jumingan (2006:120) analisis rasio keuangan suatu perusahaan

dapat digolongkan menjadi:

1.

Rasio neraca (

ibalance sheet rations

) yaitu membandingkan angka-angka

yang hanya bersumber dari neraca, misalnya rasio lancar (

current ratio

), rasio

tunai (

quick ratio

), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio tetap dengan

utang jangka panjang dan sebagainya.

2.

Rasio laporan laba rugi (

income statement rations

) yaitu membandingkan

angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi, misalnya laba

bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto,

operating ratio

dan sebagainya.

3.

Rasio antar laporan (

inter statement rations

) yaitu membandingkan

angka-angka dari dua sumber (data campuran), baik yang ada di neraca maupun di

laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha rasio

penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan

persediaan rata-rata dan sebagainya.

Berikut ini juga jenis analisis rasio menurut Mardiyanto (2008:52) yakni:

1.

Analisis silang (

cross sectional

) yaitu membandingkan rasio dalam waktu

(tahun) yang sama.

2.

Analisis runtun waktu (

time series

) yaitu membandingkan rasio dalam waktu

(tahun) yang berbeda.

3.

Analisis gabungan (

combined

) yaitu menyatukan kedua analisis sebelumnya.

2.3.3. Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Manfaat analisis rasio adalah untuk mengetahui keadaan dan

(18)

manfaat rasio keuangan kita memerlukan standar untuk perbandingan. Salah satu

pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola industri

atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan beroperasi.

Menurut Kasmir (2008:104) hasil rasio keuangan ini digunakan untuk

menilai kinerja keuangan manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target

kerja seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat di nilai kemampuan

manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.

Berikut ini beberapa akun yang di nilai menggunakan analisis rasio

menurut Kuswadi (2005:71), yaitu:

1.

Kemampulabaan (

profitability Ratio

)

2.

Kemampuan likuiditas (

Liquidity Ratio

)

3.

Aktivitas rasio (

Activity Ratio

)

4.

Efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dan biaya

2.3.4. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Beberapa keterbatasan analisis rasio keuangan antara lain:

Menurut Mardiyanto (2008:65), yaitu:

1.

Sukar diterapkan pada perusahaan dengan banyak divisi.

Perusahaan besar dengan banyak divisi yang berbeda-beda industrinya

mungkin akan sulit menentukan perusahaan pembanding yang tepat. Pada

kenyataannya, analisis rasio keuangan lebih mudah diterapkan untuk

perusahaan kecil dengan bidang usaha yang terbatas.

2.

Inflasi dengan metode akuntansi

Dengan adanya inflasi, nilai buku yang tercatat di neraca dapat sangat

(19)

misalnya dalam pencatatan persediaan dapat memberikan nilai yang berbeda

bagi suatu perkiraan yang termuat dalam neraca. Dua hal itu perlu dicermati

meskipun sering agak susah mengatasinya apabila harus dilakukan analisis

rasio dalam waktu singkat.

3.

Teknik merekayasa laporan keuangan, disebut juga dengan palsuan indah

(

window dressing).

Jika tidak berhati-hati, pengguna laporan keuangan dapat saja terkecoh dengan

angka-angka pada laporan keuangan. Menjelang tutup buku perusahaan

sengaja meminjam uang tunai untuk disimpan beberapa hari sehingga

menambah kas pada neraca dan menjadikan tingkat likuiditas perusahaan

tampak baik.

2.4. Faktor Ekonomi Makro

2.4.1. Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar Rupiah atau disebut juga Kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara di mana masing-masing negara mempunyai alat tukar sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 2001:63).

(20)

Menurut Thobarry (2009:46) kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun faktor-faktor makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang di definisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjual belikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang

Valuta asing (foreign exchange) adalah semua mata uang negara yang dapat digunakan untuk kegiatan perekonomian suatu negara dengan negara lain. Misalnya mata uang Amerika serikat berupa US $, mata uang Yen dari Jepang, dan lain sebagainya. Setiap valuta asing tersebut mempunyai harga tertentu dalam mata uang suatu negara lain. Misalnya US $ dengan Rp, $1=Rp 9.600, (artinya harga 1 US $ sama dengan Rp 9.600). harga tersebut menggambarkan berapa banyak suatu mata uang harus dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain. Istilah lain rasio pertukaran tersebut adalah nilai tukar (exchange rate) atau kurs valuta asing (Asfia, 2006:72). Menurutnya nilai kurs valuta asing dari waktu ke waktu dapat mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari kekuatan permintaan dan penawaran dalam pasar valuta asing dan juga dapat ditentukan oleh pemerintah.

(21)

mengurangi tekanan terhadap rupiah, upaya lain yang telah dilakukan Bank Indonesia adalah pengembangan pasar valas domestik antar bank melalui band intervensi. Dengan band intervensi, nilai tukar diperkenankan berfluktuasi dalam kisaran band yang telah ditetapkan. Apabila valuta asing diperdagangkan melebihi band yang telah ditetapkan maka Bank Indonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar pada posisi semula (Wibowo, 2013:2).

Berdasarkan definisi tersebut, nilai tukar mata uang kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya dan merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun faktor-faktor makro ekonomi yang lain dan pada dasarnya merupakan jaringan kerja dari perbankan dan lembaga keuangan dalam melayani masyarakat untuk membeli (permintaan) dan menjual (penawaran) valuta asing.

2.4.2. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Menurut Case (2004:167), bunga adalah biaya yang dibayarkan oleh seseorang peminjam kepada pemberi pinjaman atas penggunaan dananya. Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga pinjaman tahun yang dinyatakan sebagai persentase dari pinjaman; persentase itu sama dengan jumlah bunga yang diterima pertahun dibagi dengan jumlah pinjaman.

(22)

bisa berdampak pada kenaikan harga-harga barang, yang salah satu faktor pemicu inflasi dengan menaikan bunga SBI berarti bank-bank dan lembaga keuangan akan terdorong untuk membeli SBI. Adanya bunga yang tinggi dalam SBI membuat bank dan lembaga keuangan menikmatinya, ini otomatis akan memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk produknya.

Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Investasi pada produk bank seperti deposito/tabungan jelas lebih kecil resikonya atau dapat dikatakan investasi bebas resiko oleh karena itu investor akan menjual sahamnya dan dananya serentak akan berdampak pada penurunan harga saham. Selain itu dampak dari tingkat suku bunga bank yang tinggi juga berdampak pada bunga pinjaman modal kerja perusahaan. Ini artinya penambahan pengeluaran perusahaan jika ini terjadi maka kondisi fundamental perusahaan akan terganggu. Hal ini didukung oleh Wibowo (2013:4) bahwa tingkat suku bunga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan demikian suku bunga yang tinggi diharapkan berkurangnya jumlah uang yang beredar sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga dapat diatasi. Sedangkan menurut Bank Indonesia, tingkat suku bunga adalah beban biaya yang dinyatakan dengan persentase tertentu dalam rangka peminjaman uang untuk jangka waktu tertentu.

(23)

investor mengingat instrument ini diterbitkan oleh Bank Indonesia yang merupakan lembaga keuangan milik negara.

Berdasarkan definisi tersebut, suku bunga SBI merupakan suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat dan mengendalikan tingkat harga yang bertujuan sebagai alat pemerintah untuk melakukan kontraksi pasar dalamprimary marketdan sebagaisecondary reservedantrading instrumentdalamsecondary market(untuk situasi tingkat suku bunga turun) dan menjadi salah satu instrument investasi yang menarik bagi investor mengingat instrument ini diterbitkan oleh Bank Indonesia yang merupakan lembaga keuangan milik Negara.

2.4.3. Inflasi

Inflasi merupakan faktor ekonomi makro yang menggambarkan kondisi ekonomi yang kurang sehat, karena harga-harga barang secara umum meningkat sehingga melemahkan daya beli masyarakat. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/ insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, dan regulasi (Pangamenan, 2013:191).

(24)

perekonomian yang pesat berkembang, inflasi yang rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayap (angka inflasi antara 2 – 4%).

Inflasi didefinisikan sebagai suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus (Nanga, 2001 : 241). Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, komponen tersebut yaitu: a) Adanya kecenderungan hargaharga untuk meningkat, yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi yang meningkat. b) Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus (sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya. c) Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga secara umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.

(25)

Hooker (2004:379) menemukan bahwa tingkat inflasi mempengaruhi secara signifikan terhadap harga saham. Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal. Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. Jika profit yang diperoleh perusahaan kecil, hal ini akan mengakibatkan para investor enggan menanamkan dananya di perusahaan tersebut sehingga harga saham menurun (Kewal, 2012:57).

2.5. Faktor Fundamental Perusahaan

2.5.1. Struktur Modal

Struktur modal merupakan pengaruh yang ditimbulkan pengungkit keuangan (financial leverage) terhadap biaya modal secara keseluruhan yang harus ditanggung perusahaan dan nilai sahamnya (Warsono 2003:238). Menurut Sartono (2009:257) struktur modal adalah hasil atau akibat dari pengunaan leverage keuangan. Cara yang terbaik untuk memahami penggunaan yang tepat dari leverage keuangan adalah menganalisis dampaknya atas kemampuan untuk memperoleh laba. Dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources of fund) oleh perusahan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.

Syamsuddin (2000:9) menyatakan struktur modal merupakan penentuan

komposisi modal, yaitu perbandingan antara hutang dan modal sendiri atau

dengan kata lain struktur modal merupakan hasil atau akibat dari keputusan

(26)

dapat berasal dari dalam perusahaan yaitu laba ditahan dan dari luar perusahaan

yaitu dengan menggunakan hutang.

Berdasarkan penjelasan tersebut, struktur modal menggambarkan target komposisi hutang dan ekuitas dalam jangka panjang pada suatu perusahaan. Berkaitan dengan target stuktur modal ini ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, perubahan komposisi struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan melalui peningkatan atau penurunan nilai pasar sekuritas perusahaan. Kedua, manajemen struktur modal harus memperhatikan faktor-faktor yang menentukan kombinasi optimal antar hutang dan ekuitas sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.

Menurut Sutrisno (2000:307-308) struktur modal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain:

1. Persesuaian atau Suitability yaitu persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan jangka waktu kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan berjangka pendek bila dibelanjai dengan utang, obligasi atau dengan mengeluarkan modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek maka sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka panjang.

(27)

3. Laba/Earning per Share yaitu memilih sumber dana apakah dari saham atau utang, secara finansial harusnya bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham lebih besar.

4. Tingkat Risiko/Riskness yaitu utang merupakan sumber dana yang mempunyai risiko tinggi sebab bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan laba maupun dalam kondisi merugi. Oleh karena itu semakin besar penggunaan dana dari utang mengindikasikan perusahaan mempunyai tingkat risiko yang lebih besar.

Menurut Brigham (2006:6), ada empat faktor yang mempengaruhi

keputusan struktur modal, yaitu:

1.

Risiko Bisnis yaitu risiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila

perusahaan tidak menggunakan utang, makin besar risiko bisnis perusahaan

maka makin rendah rasio utang yang optimal.

2.

Posisi Pajak Perusahaan yaitu dalam menggunakan utang maka biaya bunga

dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak sehingga menurunkan biaya utang

yang sesungguhnya.

3.

Fleksibilitas Keuangan yaitu kemampuan untuk menambah modal dengan

persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk, para manajer dana

perusahaan mengetahui bahwa modal yang kuat diperlukan untuk operasi yang

stabil dan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan

dengan posisi neraca yang baik bila keadaan perekonomian stabil.

4.

Konservatisme atau Agresivitas Manajemen yaitu ada sebagian manajer lebih

agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung

(28)

mempengaruhi struktur modal yang optimal, tetapi akan mempengaruhi

struktur modal yang ditargetkan.

2.5.2. Arus Kas Perusahaan

Kas merupakan suatu alat ukur yang dapat diterima oleh bank dalam nilai nominalnya, yang antara lain meliputi koin, uang kertas, cek, wesel (money order) atau kiriman uang melalui pos yang lazim berbentuk draft bank atau cek bank; dan uang yang disimpan di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank yang bersangkutan. Baridwan (2003:85) mengatakan kas merupakan suatu alat pertukaran dan digunakan sebagai suatu ukuran dalam akuntansi. Dalam neraca kas merupakan aktiva yang paling sering berubah. Hampir dalam setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas.

Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kas merupakan alat pertukaran dan alat pembayaran yang diterima untuk pelunasan hutang, dan dapat diterima sebagai setoran dengan jumlah sebesar nilai nominalnya, juga simpanan bank atau tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

(29)

ada, dan merumuskan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (Ervanto. 2004:118)

Selain laba, arus kas juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Informasi arus kas dapat memberikan informasi yang berguna untuk mengevaluasi perubahan aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas), dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Selain itu, informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, menilai dan membandingkan nilai sekarang arus kas masa depan dari berbagai perusahaan, dan meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan.

2.5.3. Potensi Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang datang (Taswan, 2003:2).Growthadalah perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004:4). Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan Growthmerupakan perubahan total aset baik berupa peningkatan maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode (satu tahun).

(30)

dari proporsi perubahan aset, untuk membandingkan kenaikan atau penurunan atas total aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Dalam hubungannya denganleverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara tetatur.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi memiliki kecendrungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal rendah, oleh sebab itu,laveragememiliki hubungan negatif dengan tingkat pertumbuhan sehingga semakin tinggi pertumbuhan, maka semakin rendah pula rasio hutang terhadap ekuitas, dengan asumsi variabel yang lain konstan.

Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhan. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya dari pada dibayarkan sebagai dividen. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan yang mapan, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksternal lainnya, maka keadaannya adalah berbeda.

(31)

Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu (Wikipedia Bahasa Indonesia). Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar.

Permintaan selalu berhubungan dengan pembeli, sedangkan penawaran berhubungan dengan penjual. Apabila antara penjual dan pembeli berinteraksi, maka terjadilah kegiatan jual beli. Pada saat terjadi kegiatan jual beli di pasar, antara penjual dan pembeli akan melakukan tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan harga. Pembeli selalu menginginkan harga yang murah, agar dengan uang yang dimilikinya dapat memperoleh barang yang banyak. Sebaliknya, penjual menginginkan harga tinggi, dengan harapan ia dapat memperoleh keuntungan yang banyak. Perbedaan itulah yang dapat menimbulkan tawar-menawar harga. Harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak disebut harga pasar. Pada harga tersebut jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Dengan demikian harga pasar disebut juga harga keseimbangan (ekuilibrium).

Faktor terpenting dalam pembentukan harga adalah kekuatan permintaan dan penawaran. Permintaan dan penawaran akan berada dalam keseimbangan pada harga pasar jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses terbentuknya harga pasar jika terdapat hal-hal berikut ini.

a. Antara penjual dan pembeli terjadi tawar-menawar.

(32)

Komoditas adalah sesuatu benda nyata yang relatif mudah

diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka

waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang

sama, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh investor melalu

(Wikipedia Bahasa Indonesia). Ciri khas dari perdagangan di pasar komoditas

primer adalah pergerakan harga yang fluktuatif dan perkembangan trend harga

mengikuti pola tertentu, sehingga menarik untuk dimasuki dan dilakukan oleh

para investor, Pakasi (2008:11). Kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh

jumlah produksi serta harga komoditas yang dijual di pasar. Semakin tinggi harga

komoditas yang dijual maka semakin tinggi

earning

yang diperolah.

Harga yang terbentuk untuk suatu komoditas merupakan hasil interaksi antara penjual dan pembeli. Harga yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kuantitas barang yang ditransaksikan. Dari sisi pembeli (demand) semakin banyak barang yang ingin dibeli akan meningkatkan harga, sementara dari sisi penjual (supply) semakin banyak barang yang akan dijual akan menurunkan harga. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku permintaan maupun penawaran dalam interaksi pembentukan harga. Namun untuk komoditas pangan/pertanian, pembentukan harga tersebut disinyalir lebih dipengaruhi oleh sisi penawaran (supply shock) karena sisi permintaan cenderung stabil mengikuti perkembangan trennya.

(33)

dalam mempertahankan harga. Jadi teori harga menurut Alfred Marshall adalah sebagai berikut: “Harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan pasar: penawaran dari pihak produsen dan permintaan dari pihak konsumen”. Semakin tinggi pendapatan nasional (kesejahteraan suatu negara), semakin tinggi pula permintaan uang untuk tujuan transaksi, dan sebaliknya.

Selain dipengaruhi oleh faktor penawaran dan permintaan domestik, harga komoditas juga dapat dipengaruhi oleh harga komoditas di pasar internasional. Pada rezim perdagangan bebas, harga komoditas domestik akan bergerak mengikuti harga internasional, sehingga akan lebih volatile jika pemerintah tidak melakukan intervensi. Banyak negara reluctant untuk bergerak ke arah perdagangan bebas secara penuh untuk komoditas pangan/pertanian karena komoditas tersebut merupakan komoditas penting yang dapat menimbulkan instabilitas politik (Dawe, 2001:165). Untuk itu banyak negara, termasuk negara maju sekalipun seperti Jepang, yang masih memberikan proteksi berupa larangan impor untuk komoditas tertentu maupun pemberian tarif impor.

Karakteristik penawaran dan permintaan untuk komoditas pangan/ pertanian memang ‘unik’ karena keduanya cenderung bersifat inelastic terhadap perubahan harga. Petani sebagai produsen tidak bisa serta merta meningkatkan produksinya ketika harga mengalami peningkatan. Konsumen juga tidak bisa mengurangi permintaannya ketika harga meningkat karena komoditas pangan/pertanian tersebut menjadi kebutuhan pokok. Kondisi tersebut membuat harga komoditas menjadi sangat sensitif terhadap stock, baik dari sisi penawaran maupun permintaan, termasuk indirect stock yang berpengaruh secara tidak langsung seperti gangguan distribusi.

(34)

penduduk dan pendapatan (Tomek, 2000:49). Namun untuk negara maju, income effect kepada permintaan komoditas pertanian relatif kecil bila dibandingkan dengan negara berkembang yang mempunyai income elasticity lebih tinggi. Sementara Borensztein et al (1994:6) berpendapat bahwa permintaan komoditas pertanian lebih dipengaruhi oleh aktivitas perekonomian (economic growth). Membaiknya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang selanjutnya mendorong konsumsi. Kondisi ini memacu sektor industri untuk meningkatkan produksi makanan sehingga permintaan komoditas pertanian sebagai bahan baku meningkat.

2.5.5. Luas Areal dan Produksi Tanaman

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Seringkali dijumpai makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan tersebut. Sebaliknya pada luasan lahan yang sempit, upaya pengusahaan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan tersedianya modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha pertanian seperti ini sering lebih efisien. Meskipun demikian, luas lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula (Soekartawi, 2003:17).

(35)

Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Menurut Joesron (2003:36), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atauinput. Lebih lanjut Putong (2002:84) mengatakan produksi atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagaiinput untuk menghasilkanoutputdengan biaya yang minimum.

Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaatnya atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari beberapa faedah tersebut. Dengan demikian produksi tidak terbatas pada pembuatan, tetapi sampai pada distribusi. Namun komoditi bukan hanya dalam bentukoutputbarang, tetapi juga jasa. Menurut Salvatore (2001:81) produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai inputatau sumber daya menjadioutputbeberapa barang atau jasa.

Bidang pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, antara lain tanah, benih, pupuk, obat hama dan tenaga kerja. Seorang produsen yang rasionil tentunya akan mengkombinasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa untuk mencapai usaha tani yang efisien (Mubyarto, 1994:61), dan tidak akan menambah input kalau tambahan output yang dihasilkannya tidak menguntungkan (Endaryati, dkk , 2000:5).

(36)

produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, antara lain tanah, benih, pupuk, obat hama dan tenaga kerja. Seorang produsen yang rasional tentunya akan mengkombinasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa untuk mencapai usaha tani yang efisien (Mubyarto, 1994:62), dan tidak akan menambah input kalau tambahan output yang dihasilkannya tidak menguntungkan (Endaryati, dkk , 2000:6).

2.6. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sistensi atau ekstrapolasi dari tinjauan

teori yang mencerminkan keterkaitan antar faktor yang diteliti dan merupakan

tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis.

Kinerja Keuangan

1.

NPM

2.

ROI

3.

ROE

FAKTOR MAKRO

Nilai Kurs Rupiah

Suku Bunga SBI

FAKTOR FUNDAMENTAL

Struktur Modal

Arus Kas

Potensi Pertumbuhan

Harga Komoditi Karet

Harga Komoditi Sawit

Luas Areal Karet

Inflasi

(37)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Kurs/Nilai tukar rupiah mempunyai pengaruh utama terhadap perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor. Depresiasi rupiah akan menyebabkan kenaikan biaya produksi yang akan berdampak kepada penurunan profitabilitas perusahaan (Darminto 2010:68). Perusahaan yang mengandalkan ekspor juga sangat rentan terhadap nilai tukar, depresiasi nilai tukar justru akan berdampak terhadap naiknya profitabilitas, karena harga produksi menjadi lebih murah dalam pasar internasional. Harga komoditi dapat terpengaruh oleh fluktuasi kurs melalui tindakan permintaan dan penawaran perdagangan internasional yang mana keputusan investasinya dipengaruhi oleh kondisi kurs.

Bila jumlah uang beredar ingin dikurangi, Bank Indonesia menjual SBI. Begitu sebaliknya. Agar minat membeli SBI semakin tinggi, Bank Indonesia dapat menaikkan tingkat suku bunga SBI atau sebaliknya. Mengingat risiko SBI sangat kecil (paling kecil), biasanya tingkat bunga SBI paling rendah diantara instrumen pasar uang lainnya. Karena itu bila Bank Indonesia menaikkan tingkat bunga SBI maka tingkat bunga tabungan juga akan naik, agar nasabah perbankan tidak memindahkan depositonya ke SBI (Manurung, 2004:92).

Hasil penelitian Waspodo (2006) menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpengaruh positif terhadap pertumbuhan Return on Equity (ROE).

Tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia adalah hasil rata-rata tertimbang (weighted average) dan tingkat diskonto yang ditawarkan pasar pemilik SBI. Hasil penelitian Oktaria (2009) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI sebelum dan

(38)

sesudah privatisasi perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Inflasi merupakan sebuah fenomena moneter yang selalu terjadi dimanapun dan tidak dapat dihindari. Menurut Sunariyah (2010:20) inflasi merupakan kenaikan harga-harga barang dan jasa secara terus-menerus. Dilihat dari segi konsumen, inflasi yang tinggi mengakibatkan daya beli konsumen (masyarakat) menurun. Jika dilihat dari segi perusahaan, inflasi dapat meningkatkan biaya faktor produksi dan menurunkan profitabilitas perusahaan.

Perusahaan mungkin dapat mempergunakan hutang yang berjumlah relatif besar untuk mambatasi manajernya. Rasio hutang yang tinggi akan meningkatkan ancaman kebangkrutan untuk menjadi lebih berhati-hati dan tidak menghambur-hamburkan uang para pemegang saham. Kebanyakan pengambilalihan perusahaan dan pembelian melalui hutang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dengan mengurangi arus kas bebas yang tersedia bagi para manajer (Brigham, 2006).

Pembelanjaan yang dilakukan oleh manajemen keuangan akan membentuk struktur keuangan yang dapat menunjukkan komposisi perbandingan sumber dana perusahaan dalam membiayai operasioal perusahaan. Bagi setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana merupakan hal penting sebab hal tersebut akan mempengaruhi struktur keuangan perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi profitabilitas. Sumber dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang diukur dengandebt to equity ratio (DER). Jika DER semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk mendapatkan profitabilitas akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan profitabilitas.

(39)

usaha merupakan keharusan untuk meningkatkan efisiensi dan memperkokoh daya saing perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin tajam terutama dalam era globalisasi (Anwar, 2008:3).

Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang dapat meminimumkan biaya dan mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian, sehingga memaksimumkan harga saham. Struktur modal erat kaitannya dengan harga saham, hal ini dikarenakan salah satu unsur yang membentuk harga saham adalah persepsi investor atas kinerja perusahaan, dan struktur modal adalah salah satu unsur yang menentukan baik buruknya kinerja perusahaan, karena struktur modal akan menentukan sumber pembiayaan dan pembelanjaan yang dilakukan oleh perusahaan atas kegiatan operasionalnya (Kusuma, et al, 2012:4). Dari semua aspek keputusan investasi modal, keputusan struktur modal adalah salah satu yang penting, karena profitabilitas perusahaan secara langsung dipengaruhi oleh keputusan tersebut (Velnampy, 2012:66 ; Chisti, et al, 2013:183). Teori ini didukung oleh penelian Morita (2010:1) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur modal dengan kinerja keuangan perusahaan. Christianti (2006:1) menyatakan bahwa adanya perbedaan kepentingan outsider dengan insider menyebabkan terjadinya agency cost dimana manajer cendrung menggunakan hutang yang tinggi bukan atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan tetapi untuk kepentingan opportunistic.

(40)

membandingkan nilai sekarang arus kas masa depan dari berbagai perusahaan, dan meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan.

Salah satu cara pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari tingkat profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.Growth mempengaruhi profitabilitas, melalui aset yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap produktivitas dan efesiensi perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada profitabilitas. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan mereka mengharapkan rate of return (tingkat pengembalian) dari investasi mereka memberikan hasil yang lebih.

Perusahaan sangat memperhatikan harga pokok produksinya, dalam memaksimalkan labanya, karena pada saat harga pokok produksi rendah, perusahaan berusaha menjual hasil produksi sebanyak-banyaknya, untuk meningkatkan pendapatan. Perusahaan BUMN perkebunan PTPN menyadari fenomena permintaan dan penawaran dalam menjual hasil produksinya. Hal ini dikarenakan harga jual komoditi ditentukan berdasarkan pasar. Oleh karena itu, harga pasar sangat mempengaruhi volume penjualan perusahaan. Hasil penjualan perusahaan ini juga yang akan dipakai perusahaan dalam menutupi biaya produksinya, yang pada akhirnya akan menghasilkan laba bagi perusahaan. Harga yang tidak stabil merupakan penyebab berfluktuasinya pendapatan.

(41)

Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara harga jual teh terhadap laba optimal PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero). Penelitian Windasari (2013) juga menyimpulkan hal yang sama harga komoditi kopi secara serempak dan parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani.

Penelitian Tumoka (2013) menunjukan bahwa harga memiliki pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap tingkat pendapatan petani . Selain itu penelitian Prayitno (2013) menemukan bahwa harga komoditas berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

Luas areal tanaman tanaman karet dan sawit merupakan faktor produksi

penting dalam pengelolaan usaha perkebunan di negara-negara yang sedang

berkembang. Tanah meliputi 70-90 persen dari modal seluruhnya, sehingga

merupakan faktor dominan untuk meningkatkan pendapatan. Luas penguasaan

lahan pertanian merupakan sesuatu yang penting dalam proses produksi suatu

usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani misalnya kepemilikan lahan

sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang luas. Semakin sempit

lahan pertanian, semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan, kecuali bila

usaha tani tersebut dikelola dengan tertib. Luas kepemilikan lahan atau

penguasaan lahan berhubungan dengan efisiensi. Penggunaan masukan akan

semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai semakin besar.

Hasil penelitian Windasari (2013) menemukan bahwa luas lahan dan harga

komoditi secara serempak dan parsial berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan petani. Luas lahan adalah variabel yang paling dominan berpengaruh

terhadap pendapatan petani.

(42)

dapat meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga dapat menunjang kinerja

keuangan perusahaan yang lebih baik. Hasil penelitian Tumoka (2013)

menemukan bahwa jumlah produksi memiliki pengaruh yang signifikan baik

secara parsial maupun simultan terhadap tingkat pendapatan petani di

Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa.

2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2003 : 51).

Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor ekonomi makro (nilai kurs rupiah terhadap dolar AS, suku bunga SBI dan

inflasi) dan faktor fundamental perusahaan (struktur modal, arus kas, tingkat pertumbuhan perusahaan, harga komoditi karet, harga komoditi sawit, luas areal karet, luas areal sawit, produktivitas produksi karet dan produktivitas produksi sawit) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Net Profit Margin / NPM) BUMN perkebunan PTPN I-VII (Persero).

(43)

Gambar

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam brand community, para anggota merasakan adanya hubungan yang penting dengan merek, namun mereka merasakan hubungan yang lebih kuat antara satu

Salah satu keluhan disampaikan warga di Kebon Pala yang berbunyi; Kepada Yth. Bapak Gubernur DKI Ja- karta, Walikota Jakarta Timur dan lurah Kebon Pala. Setiap tahun kami warga

Tabel 5.4 Jumlah Pohon dan Produksi Tanaman Buah-Buahan Yang Produktif dirinci menurut Jenis Tanaman di Kecamatan Kota Kudus Tahun 2011. (2)

Variasi konsentrasi amilum beras ketan sebagai bahan penghancur berpengaruh terhadap sifat fisis tablet vitamin B6 yaitu semakin besar konsentrasi amilum beras

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mendekati usia terjadinya osteoporosis lebih banyak melakukan upaya pencegahan, hal ini dapat dilihat dari

J arak atau Garis Garis Bilan gan.. Siapkan tam pilan jarak atau garis bilangan sehingga tam pak angka 0 sebagai titik awal den gan cara m em utar titik awal atau titik akhir karen

Seminar tersebut terselenggara berkat kerjasama antara Universitas Negeri Padang dengan Universiti Kebangsaan Malaysia yang mengundang keynote speaker sebanyak 8 (delapan)

Hasil yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode uji-t sampel bebas untuk membandingkan pengaruh penambahan co-process superdisintegran dan campuran