• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja VANET pada Berbagai Model Propagasi Menggunakan Simulator Jaringan NS-3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Kinerja VANET pada Berbagai Model Propagasi Menggunakan Simulator Jaringan NS-3"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Kinerja VANET pada Berbagai Model

Propagasi Menggunakan Simulator Jaringan NS-3

Agus Nursalam Kitono

1)

, Teuku Yuliar Arif

2)

, Melinda

3) 1,2,3)Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh, Indonesia

1)[email protected], 2)[email protected], 3)[email protected]

Abstrak— Jumlah kendaraan terus menerus bertambah,

hal ini menyebabkan terjadinya kemacetan terutama di kota-kota besar. Salah satu upaya untuk mengurangi kemacetan yaitu dengan memanfaatkan sistem VANET. VANET merupakan singkatan dari Vehicular Ad-Hoc Networks dimana setiap node dalam jaringan merupakan kendaraan seperti mobil. VANET bertujuan untuk menyediakan komunikasi antara kendaraan dan kendaraan atau vehicle to vehicle (V2V), antara kendaraan dan peralatan tetap di dekatnya atau vehicle

to roadside unit (V2R). Dengan demikian kendaraan dapat

saling bertukar informasi tentang kondisi lalu-lintas di sekitarnya. Informasi tersebut dapat berupa informasi kemacetan, kecelakaan dan informasi penting lainnya. Dengan adanya komunikasi tersebut maka sistem VANET ini dapat meningkatkan keselamatan lalu-lintas. Dalam penerapannya, kinerja jaringan VANET sangat dipengaruhi oleh model propagasi. Pada paper ini dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh berbagai propagasi terhadap kinerja VANET berdasarkan parameter throughput, packet-loss dan

delay menggunakan simulator NS-3. Hasil simulasi memperlihatkan bahwa model urban,

non-fading-rural, fading-nakagami-non-fading-rural, dan fading-jakes-rural memiliki

perbedaan jarak jangkau 80 sampai 130 meter untuk tiap model propagasinya. Untuk semua model

fading-nakagami-urban jarak jangkau maksimal hanya 150 meter dan model fading-jakes-urban jarak jangkauan berkisar 140 – 250 meter.

Kata kunci : Kinerja, VANET, Simulasi, Propagasi

I.

Pendahuluan

Jumlah kendaraan terus menerus bertambah tiap-tahunnya [7], hal ini menyebabkan terjadinya kemacetan terutama di kota-kota besar. Salah satu upaya untuk mengurangi kemacetan yaitu dengan memanfaatkan sistem VANET. VANET merupakan singkatan dari Vehicular

Ad-Hoc Networks dimana setiap node dalam jaringan

merupakan kendaraan seperti mobil. VANET bertujuan untuk menyediakan komunikasi antara kendaraan dan kendaraan atau vehicle to vehicle (V2V), antara kendaraan dan peralatan tetap di dekatnya atau vehicle to roadside unit (V2R).

Dengan VANET setiap kendaraan akan dapat saling bertukar informasi tentang kondisi lalu-lintas di sekitarnya,

informasi tersebut dapat berupa informasi kemacetan, kecelakaan dan informasi penting lainnya [4].

Dalam penerapannya, kinerja VANET sangat dipengaruhi oleh model propagasi. Sebuah model propagasi tidak dapat digunakan disemua tempat karena masing-masing tempat punya karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan VANET tidak dapat menggunakan model propagasi yang sama disetiap tempat, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap model-model propagasi yang mempengaruhi kinerja VANET.

Fokus utama penelitian VANET ini adalah kinerja komunikasi antara vehicle to roadside unit (V2R). Penelitian VANET secara langsung/real membutuhkan biaya yang mahal dan waktu penelitian yang lama, sehingga solusi yang diambil untuk penelitian ini adalah dengan melakukan simulasi menggunakan perangkat lunak simulator jaringan NS-3. Dengan menggunakan simulator jaringan NS-3 penelitian VANET akan lebih murah dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui hasilnya.

II.

Dasar Teori

A. VANET (Vehicular Ad hoc Network)

VANET (Vehicular Ad hoc Networks) adalah jaringan dimana setiap node merupakan kendaraan seperti mobil. Sistem tersebut bertujuan untuk menyediakan komunikasi antara kendaraan dan kendaraan atau Vehicle to Vehicle (V2V), antara kendaraan dan peralatan tetap di dekatnya, atau Vehicle to Roadside unit (V2R). Dengan adanya komunikasi tersebut maka sistem ini dapat meningkatkan keselamatan lalu-lintas dengan memberikan informasi yang tepat waktu kepada pengemudi dan pihak yang berwenang [1].

B. IEEE 802.11p

IEEE 802.11p merupakan salah satu bagian dalam kumpulan protokol yang disebut dengan Wireless Access in

Vehicular Environments (WAVE) yang dikembangkan oleh

IEEE. IEEE 802.11p, juga dikenal sebagai dedicated

short-range communication (DSRC). VANET telah mendapat

(2)

Dedicated Short Range Communication (DSRC)

merupakan sebuah layanan komunikasi pada jarak pendek sampai menengah yang beroperasi pada frekuensi 5.850 GHz – 5.925 GHz dan mempunyai 7 channel Untuk mendukung komunikasi Vehicle-to-Vehicle (V2V) [3].

Parameter standart untuk teknologi DSRC khususnya VANET dapat dilihat pada tabel 1.

C. Propagasi

Suatu bagian penting dari setiap simulasi jaringan nirkabel adalah pilihan tentang model propagasi yang akan digunakan untuk memodelkan kinerja saluran jaringan nirkabel atau set saluran. Model ini diperlukan dalam simulator untuk menghitung kekuatan sinyal transmisi nirkabel di stasiun penerima [8].

D. Network Simulator 3 (NS-3)

NS-3 adalah simulator jaringan, ditujukan terutama untuk penelitian dan penggunaan pendidikan. NS-3 adalah perangkat lunak bebas, dilisensikan di bawah lisensi GNU GPLv2, dan publik untuk penelitian, pengembangan, dan penggunaan [6].

Table 1. Parameter Standart DSRC

Table 2. Parameter Simulasi VANET

Gambar 1. Tahapan Penelitian

Gambar 2. Diagram Alir Penulisan Kode Program

III.

Metodologi Penelitian

A. Tahapan Penelitian (Diagram Alir)

Tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 1. Diawali dengan penelitian awal dan diakhiri dengan kesimpulan dan penulisan laporan.

B. Desain Jaringan VANET

VANET untuk kebutuhan penelitian ini terdiri dari dua

node yang terdiri dari node yang berupa mobil sebagai node

yang bergerak (mobile) dan Roadside unit sebagai node yang diam (fixed). Jarak antar node dalam simulasi diatur dari jarak 10 meter hingga 400 meter. Dalam rentang jarak tersebut akan diukur kinerja komunikasi antar node.

Propagasi yang digunakan adalah empat tipe

deterministic dan dua model propagasi fading. Model fading

akan dipasangkan dengan model deterministic. Untuk tiap

Frekuensi 5.850 – 5.925 GHz

Spectrum 75 MHz

Data Rate 6 Mbps – 27 Mbps

Jarak Maksimal Jangkauan 1000 meter Jarak Minimal Jangkauan 15.24 meter

Kapasitas Channel 7 channel

Downlink Power 33 dBm

Uplink Power 33 dBm

waktu simulasi 120 detik

Jarak antar node 10 meter – 250 meter (urban) 10 meter – 400 meter (rural)

Tipe kanal Wireless channel

Model propagasi

-two ray ground propagation -friss propagation -3log distance propagation

-log distance propagation -propagation fading nakagami

-propagation fading jakes

Mobility model -constanPositionMobility -random2dwalk mobility

Tipe Traffic TCP

Ukuran paket data 1500 bytes

Data Rate 6 Mbps

Lingkungan simulasi -Urban (perkotaan)

-Rural (pinggiran kota)

Jumlah Node 2 Node

Frekuensi 5.88Ghz

TxPowerStart 16.0206 dB

TxPowerEnd 16.0206 dB

Gain Antenna 1 dBm

EnergyDetectionThreshold -96 dB

Desain jaringan VANET untuk penelitian

Desain topologi simulasi

Pemrograman simulasi

Analisa hasil simulasi Penelitian awal

Kesimpulan dan penulisan laporan Pengujian

(3)

propagasi beberapa parameter harus disesuaikan untuk memodelkan lingkungan rural dan urban [2].

Selain tipe propagasi juga ada model traffic data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu traffic dengan tipe data TCP. Besarnya packet size adalah 1500 bytes.

Parameter lengkap dari simulasi VANET yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada table 2.

C. Penulisan Kode Program Simulasi

Gambar 2 menunjukkan diagram alir dalam penulisan kode program simulasi VANET diawali dengan inisialisasi

node dan diakhiri dengan inisialisai On-Off Application. D. Parameter Yang Digunakan

Dalam penelitian ini ada beberapa parameter yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut :

 Throughput, jumlah rata-rata pengiriman pesan/data yang sukses melalui saluran komunikasi.

 Delay, rentan waktu yang dibutuhkan oleh sebuah data untuk melakukan perjalanan di seluruh jaringan dari satu node ke node yang lain.

 Packet-loss, jumlah paket data yang hilang/loss selama komunikasi berlangsun

IV.

Hasil dan Pembahasan

A. Topologi Hasil Simulasi

Gambar 3 merupakan gambar topologi dari komunikasi

vehicle to roadside (V2R). Titik hijau merupakan roadside unit yang bersifat diam/fixed dan titik merah adalah vehicle

yang bersifat bergerak/mobile. Garis biru menunjukkan adanya komunikasi antara kedua node tersebut.

B. Grafik Throughput Hasil Pengujian

Grafik throughput model propagasi non-fading-urban dapat dilihat pada gambar 4. Grafik throughput model propagasi non-fading-rural dapat dilihat pada gambar 5. Pada lingkungan urban, model 3logdistance dan tworay hanya memiliki jarak jangkauan 120 – 140 meter sedangkan model friss dan logdistance memiliki jarak jangkau 200 – 230 meter. Pada lingkungan rural model logdistance dan

friss memiliki jarak jangkau 90 – 100 meter sedangkan

model 3logdistance dan tworay jarak jangkauannya 270 – 300 meter

Gambar 3. Topologi hasil Simulasi

Gambar 4. Grafik throughput model non-fading-urban

Gambar 5. Grafik throughput model non-fading-rural

Nilai throughput model propagasi fading-urban ditunjukkan pada gambar 6. Pada gambar 6 terlihat bahwa semua model propagasi yang termasuk kedalam model

fading-nakagami hanya memiliki jarak jangkauan sinyal

140 – 150 meter, jarak berikutnya hingga 250 meter tidak ada throughput yang didapatkan. Untuk model

logdistance-jakes dan tworay-logdistance-jakes jarak jangkauan sinyal hanya sejauh

130 - 140 meter. Sedangkan untuk model friss-jakes dan

3logdsitance-jakes nilai throughput masih ada hingga jarak

pengujian 250 meter.

Nilai throughput untuk model propagasi fading-rural dapat dilihat pada gambar 7. Model 3loggdistance dan

tworay baik fading-jakes dan fading-nakagami memiliki

jarak jangkauan sinyal dengan rentang jarak 280 – 300 meter. Sedangkan model friss dan logdistance baik

fading-jakes dan fading-nakagami hanya memiliki jarak jangkauan

sinyal pada rentang jarak 90 – 140 meter. Terlihat bahwa ada perbedaan jarak jangkauan yang jauh antara model

(4)

Gambar 6. Grafik throughput model fading-urban

Gambar 7. Grafik throughput model fading-rural

4.3 Grafik Packet-loss Hasil Pengujian

Gambar 8 menunjukkan persentase packet-loss untuk model propagasi non-fading-urban dan gambar 9 menunjukkan persentase packet-loss model

non-fading-rural. nilai packet-loss ini berbanding lurus terhadap jarak

pengujian, semakin jauh jarak pengujian maka persentase

packet-loss akan mengalami kenaikan hingga mencapai nilai

100%.

Persentase packet-loss model propagasi fading-urban ditunjukkan pada gambar 10. Terlihat bahwa persentase

packet-loss model friss-jakes dan logdistance-jakes

persentase packet-loss 20% - 30 % hal ini menandakan bahwa pada jarak pengujian 250 meter masih ada komunikasi yang berlangsung antara vehicle dan roadside.

Gambar 8. Grafik packet-loss model non-fading-urban

Gambar 9. Grafik packet-loss model non-fading-rural

Untuk model lainnya pada jarak 150 meter persentase

packet-loss sudah mencapai angka 100%.

Nilai persentase packet-loss untuk model propagasi

fading-rural dapat dilihat pada gambar 11. Terlihat bahwa model 3logdistance-jakes dan tworay-jakes memiliki pola yang

hampir sama dengan 3logdistance-nakagami dan

tworay-nakagami.

Pada rentang jarak 300 – 310 meter persentase

packet-loss mencapai angka 100%. Model friss-jakes dan logdistance-jakes memiliki pola persentase packet-loss yang

hampir sama dengan model friss-nakagami dan

logdistance-nakagami. Pergerakan nilai persentase mencapai nilai 100%

(5)

Gambar 10. Grafik packet-loss model fading-urban

Gambar 11. Grafik packet-loss model fading-nakagami-urban

4.4 Grafik Delay Hasil Pengujian

Nilai delay untuk model propagasi non-fading-urban dan non-fading-rural dapat dilihat pada gambar 12 dan gambar 13. Terlihat bahwa pada jarak tertentu garis pergerakan nilai delay terputus, hal ini disebabkan karena pada jarak tersebut tidak ada packet data yang berhasil dikirimkan dari node asal menuju node tujuan.

Pada gambar 12 dan gambar 13 terlihat nilai delay model propagasi tworay berkisar antara 4ms sampai 5ms. Nilai delay model friss dan logdistance berkisar antara 8ms sampai 20ms untuk lingkungan rural dan urban. Terlihat bahwa nilai delay berbanding lurus terhadap jarak pengujian, semakin jauh jarak pengujian maka nilai delay akan terus mengalami kenaikan.

Gambar 12. Grafik delay model non-fading-urban

Gambar 13. Grafik packet-loss model non-fading-rural

Gambar 14 menunjukkan nilai delay untuk model

fading-urban dan gambar 15 menunjukkan nilai delay untuk

model propagasi fading-rural. terlihat pergerakan nilai delay pada jarak tertentu mengalami kenaikan dan pada jarak tertentu mengalami penurunan, penurunan nilai delay ini disebabkan oleh nilai max dari delay pada jarak 160 meter lebih tinggi dibandingkan nilai max delay pada jarak 170 , untuk pengukuran nilai delay ini ada tiga model nilai yaitu

max, avg dan min. Nilai delay yang diambil untuk penelitian

ini adalah nilai avg yang merupakan nilai rata-rata dari total jumlah waktu dibagi dengan jumlah total packet yang dikirimkan.

(6)

Gambar 14. Grafik delay model fading-urban

Gambar 15. Grafik packet-loss model fading-rural

V.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian, pengujian dan analisa yang telah dilakukan maka hal-hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :

1. Dari hasil pengujian, model propagasi

fading-nakagami-urban hanya memiliki jarak jangkauan sinyal

sejauh 130 -150 meter.

2. Pada jarak pengujian 250 meter model

3logdistance-jakes-urban dan friss-3logdistance-jakes-urban masih memiliki nilai throughput dengan kisaran nilai 0.8 Mbps – 1 Mbps.

3. Nilai delay pada model propagasi yang termasuk

fading-jakes dan fading-nakagami kadang mengalami

kenaikan dan kadang mengalami penurunan pada jarak-jarak tertentu.

4. Model 3logdistance-jakes-rural memiliki jarak jangkauan sinyal hingga 350 meter.

5. Dari hasil pengujian, model propagasi yang terbaik untuk lingkungan perkotaan (urban) adalah model propagasi logdistance-jakes.

6. Pada lingkuran rural model propagasi yang terbaik berdasarkan parameter throughput adalah model propagasi 3logdistance jakes.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arbabi, H., Weigle, M.C., 2010. Highway mobility and vehicular ad-hoc networks in ns-3, in: Proceedings of the Winter Simulation Conference. Winter Simulation Conference, pp. 2991–3003.

[2] Benin, J., Nowatkowski, M., Owen, H., 2012. Vehicular Network simulation propagation loss model parameter standardization in ns-3 and beyond, in: Southeastcon, 2012 Proceedings of IEEE. IEEE, pp. 1– 5.

[3] Biddlestone, S., Redmill, K., Miucic, R., Ozguner, Ü., 2012. An Integrated 802.11p WAVE DSRC and Vehicle Traffic Simulator With Experimentally Validated Urban (LOS and NLOS) Propagation Models. IEEE Trans. Intell. Transp. Syst. 13, 1792– 1802. doi:10.1109/TITS.2012.2213816

[4] Giang, A.T., Busson, A., Lambert, A., Gruyer, D., 2012. An upper bound for capacity of VANET, in: Advanced Technologies for Communications (ATC), 2012 International Conference on. IEEE, pp. 304–308. [5] History of C++ - C++ Information [WWW Document],

n.d. URL http://www.cplusplus.com/info/history/ (accessed 3.20.14).

[6] ns-3 project, 2013. ns-3 Model Library, 3.19 ed. [7] Statistik, B.P., n.d. Perkembangan Jumlah Kendaraan

Bermotor Menurut Jenis tahun 1987-2012 [WWW

Document]. URL

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_su byek=17&notab=12 (accessed 3.20.14).

[8] Stoffers, M., Riley, G., 2012. Comparing the ns-3 Propagation Models. IEEE, pp. 61–67. doi:10.1109/MASCOTS.2012.17

Gambar

Table 2. Parameter Simulasi VANET
Grafik  throughput  model  propagasi  non-fading-urban  dapat  dilihat  pada  gambar  4
Gambar 7. Grafik throughput model fading-rural
Gambar 11. Grafik packet-loss model fading-nakagami-urban
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari evaluasi hasil pengujian photo SEM dapat dilihat bentuk dari partikel arang kayu sengon bulat tidak sempurna dan komposisi kimia yang mendominasi adalah

Di samping itu islamisasi Ilmu Pengetahuan juga merupakan reaksi atas krisis sistem pendidikan yang dihadapi umat Islam, yakni adanya dualisme sistem

Pada pertemuan pertama siklus 2 siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

Kata Kunci : kemauan membayar pajak, kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman akan peraturan pajak, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan,

Tahap ini dimulai di lokasi-lokasi dimana masyarakat sudah pernah melaksanakan program pemberdayaan melalui proses berikut: (i) pelembagaan pengelolaan pembangunan partisipatif

intensitas kunjungan objek wisata Pantai Goa Cemara dengan nilai signifikan sebesar.. Sedangkan variabel usia

Meski mereka tidak memiliki kaitan sejarah dan afiliasi dengan Masyumi tetapi mereka memiliki semangat, pandangan, dan tujuan yang kurang lebih sama dengan Masyumi (atau DI/TII),

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar ureum dan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronik berdasarkan lama menjalani terapi hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah