• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH REALISASI ANGGARAN PENDIDIKAN DAN ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PADA PROVINSI DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH REALISASI ANGGARAN PENDIDIKAN DAN ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PADA PROVINSI DI INDONESIA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PENGARUH REALISASI ANGGARAN

PENDIDIKAN DAN ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PADA PROVINSI DI

INDONESIA

Oleh:

Nama : DIANA MARIA ULFA NIM : 232010165

KERTAS KERJA

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyartan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

(2)
(3)
(4)

ii

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

PERNYATAAN KEASLIAN KERTAS KERJA

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Diana Maria Ulfa NIM : 232010165 Program Studi : Akuntansi

FaFakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi:

Judul : Analisis Pengaruh Realisasi Anggaran Pendididkan dan Anggaran Kesehatan Terhadap Indeks

Pembangunan Manusia Pada Provinsi Di Indonesia Pembimbing : Birgitta Dian Saraswati, SE., M.Si

Hans Hananto Andreas, SE., M.Si Tanggal diuji : 22 Mei 2015

adalah benar – benar karya saya.

Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah – olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah – olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Salatiga, 22 Mei 2015 Yang memberi pernyataan,

(5)

ANALISIS PENGARUH REALISASI ANGGARAN

PENDIDIKAN DAN ANGGARA KESEHATAN TERHADAP

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PADA PROVINSI DI

INDONESIA

Oleh:

DIANA MARIA ULFA NIM: 232010165 KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis guna memenuhi sebagian dari persyaratan-persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

Disetujui oleh :

Birgitta Dian Saraswati, SE, MSi Hans Hananto Andreas, SE, MSi Pembimbing I Pembimbing II

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2015

(6)

iv MOTTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS AL-Baqarah 2:286)

MAN JADDA WAJADDA, MAN SHARA WASHALA

(Barang siapa yang bersungguh-sungguh akan dapat, barang siapa yang berjalan pasti akan sampai)

(7)

v

ABSTRACT

This study aims to determine the influence of these variables local government spending is the realization of the education budget and budget realization of health for the human development index. This study uses panel data with the time period 2012-2013 and cross section 33 provinces in Indonesia. Based on the estimation of fixed effect models obtained results that the education budget variables significant negative effect on human development index, while the health budget variable positive and significant impact on the human development index. In addition this model has the R-square 0.980, which means that the model is able to explain the variables (education budget and health budgets) that affect human development index by 98 percent while the remaining 2 percent is explained by other variables.

(8)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pengeluaran pemerintah daerah yaitu realisasi anggran pendidikan dan realisasi anggran kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia. Penelitian ini menggunakan data panel dengan periode waktu 2012-2013 dan cross section 33 provinsi di indonesia. Berdasarkan model estimasi fixed effect di peroleh hasil bahwa variabel anggaran pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks pembagunan manusia, sedangkan variabel anggaran kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Selain itu model ini mempunyai R-square 0,980 yang artinya bahwa model ini mampu menjelaskan variabel-variabel (anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan) yang memepengaruhi indeks pembangunan manusia sebesar 98 persen sedangkan sisanya 2 persen dijelaskan oleh variabel lainnya.

Kata kunci : Anggaran pendidikan, Anggaran kesehatan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT untuk segala rahmat, berkat dan nikmat yang selalu dilimpahkan kepada penulis serta keluarga penulis sehingga kertas kerja ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Fakutas Ekonomika dan Bisnis program studi Akuntansi, Universitas Kristen Satya Wacana.

Kertas kerja dengan judul “Analisis Pengaruh Realisasi Anggaran Pendidikan dan Anggaran Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pada Provinsi Di Indonesia” ini menjelaskan variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia di Indonesia.

Kertas kerja ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berupa pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang penelitian. Pada bab dua yakni tinjauan pustaka yang berupa teori-teori dasar yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Pada bab tiga dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Bab empat, dijelaskan tentang pembahasan dari hasil regresi data-data hasil penelitian. Dan bab kelima merupakan simpulan dan saran kebijakan yang didasarkan dari hasil peneletian. Semoga kertas kerja ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya bagi pemerintah Indonesia.

Salatiga, Mei 2015

(10)

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulilahhirobbilalamin, syukur yang tidak akan pernah terhenti untuk terucap kepada kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah dan rahmat-Nya. Terima kasih Ya Allah, telah memberikan berkah yang luar biasa dengan mengijinkan saya menuntut ilmu di bangku perkuliahan. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung serta membantu dalam menyelesaikannya. Terimakasih kepada :

1. Mamak, bapak dan kakak yang tidak pernah berhenti mendoakan dan memberikan dukungan baik moral maupun materil dalam menyelesaikan penulisan kertas kerja ini.

2. Ibu Birgitta Dian Saraswati, SE., M.Si dan Bapak Hans Hananto Andreas, SE., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar, tekun dan ikhlas dalam memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan nasehatnya. 3. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Wacana atas ilmu yang telah diberikan dan dukungannya.

4. Sahabat (Febrina, Tri ika, Ayu, Nurma, Ika, Mugi) yang memberikan motivasi, dukungan serta saran.

5. Teman kuliah angkatan 2010, dan semua pihak yang tidak dapat di penulis sebutkan satu-persatu, terimakasih atas semua bantuannya.

(11)

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Pernyataan Keaslian ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto ... iv

Abstract ... v

Abstrak ... vi

Kata Penghantar ... vii

Ucapan Terimakasih... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

PENDAHULUAN ... 1

RUMUSAN MASALAH ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ... 4

Struktur APBN ... 4

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ... 8

Struktur APBD ... 8

Pelayanan Publik ... 9

Anggaran Pendidikan ... 12

Anggaran Kesehatan ... 14

Indeks Pembangunan Manusia ... 14

METODA PENELITIAN ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

SIMPULAN ... 24

IMPLIKASI KEBIJAKAN ... 24

KETERBATASAN DAN SARAN ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

(12)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data IPM tertinggi di 5 provinsi di Indonesia...3 Tabel 2. Data IPM terendah di 5 provinsi di Indonesia...3 Tabel 3. Hasil estimasi fixed effect...17

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data panel...23

Lampiran 2. Uji fixed effect...26

Lampiran 3. Uji random effect...27

Lampiran 4. Uji hausment test...29

(14)

1

PENDAHULUAN

Dalam era kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam misinya untuk menyejahterakan rakyat Indonesia yaitu dengan meningkatkan pelayanan di sektor pendidikan dan kesehatan. Layanan di sektor pendidikan seperti menyediakan pendidikan gratis guna menuntaskan wajib belajar 9 tahun bagi siswa SD dan SMP negeri serta bagi siswa miskin di sekolah swasta dan layanan di sektor kesehatan seperti memberikan pengobatan gratis di puskesmas dan rumah sakit pemerintah untuk masyarakat miskin, memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu bersalin, serta adanya program Jaminan Kesehatan Nasional yang di selenggarakan oleh pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Dengan hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut maka ada pengalokasian anggaran untuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan yang diambil dari anggaran belanja negara dan anggaran belanja daerah. Anggaran dalam bidang pendidikan akan meningkatkan akses masyarakat pada pendidikan yang baik dan murah, berjalannya program pemerintah wajib belajar 9 tahun sehingga mampu menurunkan angka buta huruf di masyarakat Indonesia. Pengeluaran untuk bidang kesehatan diharapkan mampu meningkatkan angka harapan hidup maupun menurunkan angka kematian ibu hamil dan bayi sebagai salah satu komponen dalam penentuan pembangunan manusia (Sahrah, 2007).

Seperti yang tertera pada pasal 31 Undang–Undang (UU) 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dasar dan untuk itu pemerintah bertanggung jawab membiayainya. Pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan tersebut telah mendapatkan persetujuan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang menetapkan anggaran pendidikan minimal 20 persen dari APBN dan APBD. Hal ini di sesuaikan dengan penjelasan 167 Undang-Undang No. 32 tahun 2004 yang menyatakan bahwa pemerintah daerah diwajibkan melakukan peningkatan pelayanan dasar pendidikan dasar, dengan ketentuan sekurang-kurangnya 20 persen. Untuk sektor kesehatan tertulis bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

(15)

2

dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, dan berdasarkan Undang-Undang (UU) No.36 tentang kesehatan, maka diamanatkan alokasi kesehatan minimal 5 persen dari APBN (Kemenkeu RI).

Di awal tahun 2001 pemerintah Indonesia membuat kebijakan otonomi daerah untuk setiap daerah di Indonesia, hal ini bertujuan untuk melihat kemandirian setiap deaerah dalam mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini berarti bahwa daerahlah yang sesungguhnya paling mengerti akan kondisi kebutuhan masyarakat di daerahnya, sehingga dalam hal tersebut otonomi daerah diharapkan dapat memacu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat meningkat dengan adanya pembangunan, menurut Adi (2009) pembangunan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia, sehingga perlu di prioritaskan alokasi belanja untuk keperluan pembangunan manusia dalam penyusunan anggaran daerah. Prioritas anggaran belanja daerah untuk pendidikan dan kesehatan pada akhirnya akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui peningkatan Indek Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu cara untuk mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk. Kualitas fisik tercermin dari angka harapan hidup; sedangkan kualitas non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf; dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat yang tercermin dari nilai purcashing power

parity index (ppp).

Di dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdapat 3 indikator utama, yaitu indikator kesehatan, tingkat pendidikan dan indikator ekonomi. Pengukuran ini menggunakan tiga dimensi dasar, yaitu: lamanya hidup, pengetahuan, dan standar hidup yang layak. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Selain juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja, yang pada gilirannya ditentukan oleh banyak faktor, terutama pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah. Berikut adalah data IPM provinsi di Indonesia tahun

(16)

2008-3

2012, yang terbagi menjadi dua bagian yaitu data IPM tertinggi dan terendah di 5 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia:

Tabel 1

Data IPM tertinggi di 5 provinsi di Indonesia

No. Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 1 DKI Jakarta 77.03 77.36 77.60 77.97 78.33 2 Sulawesi utara 75.16 75.68 76.09 76.54 76.95 3 Riau 75.09 75.60 76.07 76.53 76.90 4 Yogyakarta 74.88 75.23 75.77 76.32 76.75 5 Kalimantan timur 74.52 75.11 75.56 76.22 76.71

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Tabel 2

Data IPM terendah di 5 provinsi di Indonesia

No. Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012

1 Papua 64.00 64.53 64.94 65.36 65.86 2 Nusa tenggara barat 64.12 64.66 65.20 66.23 66.89 3 Nusa tenggara timur 66.15 66.60 67.26 67.75 68.28 4 Papua barat 67.95 68.58 69.15 69.65 70.22 5 Kalimantan barat 68.17 68.79 69.15 69.66 70.31

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa terdapat variasi nilai IPM provinsi di Indonesia, namun demikian berdasarkan laporan dari United Nations Development Program (2012) menunjukan IPM Indonesia sangat rendah. Pada tahun 2011 IPM Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara yang disurvei, dengan skor 0,617. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena urutan ini turun dari peringkat 108 pada tahun 2010. Posisi ini tidak bergeser di kawasan ASEAN. Hal yang menarik untuk diungkapkan adalah rendah IPM Indonesia ini menunjukkan pengaruh alokasi 20 persen anggaran sektor pendidikan dari APBN belum signifikan. Indeks tingkat pendidikan tinggi di Indonesia dinilai masih rendah yaitu 14,6 persen, berbeda dengan negara lainnya seperti Singapura dan Malaysia yang sudah mempunyai indeks tingkat pendidikan yang lebih baik yaitu 28 persen dan 33 persen. Dengan demikian hal ini menjadi menarik untuk di cermati apakah

(17)

4

posisi IPM didukung oleh kebijakan prioritas anggaran di masing-masing provinsi.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di rumuskan masalah penelitian adalah bagaimana kebijakan prioritas anggaran pendidikan dan kesehatan setiap daerah di seluruh provinsi di Indonesia berpengaruh terhadap IPM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh realisasi anggaran pendidikan dan kesehatan terhadap IPM pada setiap provinsi Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari-31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.

Struktur APBN

Pemerintah sejak tahun 1969/1970 menggunakan Anggaran Belanja Seimbang Dinamis, hali ini dilaksanakan sebab belajar dari pengalaman sebelum orde baru yang menggunakan kebijakan pembelanjaan defisit telah membawa perekonomian negara ke dalam keadaan inflasi yang sangat parah, sehingga perekonomian tidak berkembang dan mengalami kemacetan dan keruntuhan diikuti oleh kekacauan sosial politik. Pada masa tersebut pembangunan tidak terjadi, investasi diganti dengan spekulasi, dan semua prasarana jalan raya, pelabuhan, listrik, irigasi mengalami kerusakan yang parah.

Anggaran Belanja Seimbang Dinamis diwujudkan dalam format APBN yang menggunakan format T-account. Dalam T-account, sisi penerimaan dan sisi

(18)

5

pengeluaran dipisahkan di kolom yang berbeda dan mengikuti anggaran yang berimbang dan dinamis, seimbang berarti sisi penerimaan dan pengeluaran mempunyai nilai jumlah yang sama. Jika jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan (defisit), maka kekurangannya ditutupi dari pembiayaan yang berasal dari sumber-sumber dalam atau luar negeri. Apabila yang terjadi adalah surplus maka kelebihan akan digunakan untuk keperluan lainnya. Intinya jumlah kedua sisi baik penerimaan dan pengeluaran selalu sama.

Format T-account dirasakan belum memenuhi tuntutan keterbukaan oleh masyarakat dimana pada format ini sumber pendanaan guna menutup defisit tidak secara jelas disebutkan, hal ini tampak pada hutang luar negeri yang disebut sebagai penerimaan pembangunan, padahal yang namanya hutang harus dikembalikan kepada pemberi pinjaman sedangkan penerimaan adalah dana yang diterima pemerintah tanpa perlu dikembalikan, sehingga hutang yang seharusnya akan memberatkan keuangan negara dianggap tidak memberatkan karena dianggap sebagai penerimaan, demikian pula pembayaran cicilan luar negeri dianggap sebagai pengeluaran rutin. Hal lain yang juga menjadi kelemahan format

T-Account adalah ketidakjelasan komposisi anggaran yang dikelola pemerintah

pusat dan pemerintah daerah, hal ini disebabkan sistem anggaran terpusat yang dilaksanakan sebelum bergulirnya reformasi.

Dengan berbagai kelemahan tersebut mulai tahun 2000 di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan yang dijabat Bambang Sudibyo saat itu, format APBN diubah menjadi I-account hal ini dilaksanakan dengan beberapa alasan yaitu penyesuaian format dengan Government Finance Statistics (GFS) sehingga meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN serta mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBN serta mempermudah analisis komparasi (perbandingan) dengan budget negara lain, perubahan ini juga dilaksanakan dalam rangka mengakomodir perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang didistribusikan oleh pemeritah pusat ke pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan UU No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah pasca bergulirnya reformasi.

(19)

6

Dalam format I-Account pinjaman luar negeri diperlakukan sebagai utang, sehingga jumlahnya harus sekecil mungkin karena pembayaran kembali bunga dan cicilan pinjaman luar negeri akan memberatkan APBN di masa yang akan datang.

Penjelasan struktur APBN

1. Pendapatan dan Hibah

Pendapatan diperoleh dari sumber pajak meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), cukai dan Pajak lainnya yang merupakan sumber utama penerimaan APBN. Selanjutnya Penerimaan Bukan Pajak diantaranya penerimaan dari sumber daya alam, laba BUMN, penerimaan instansi pemerintah yang terkait pelaksanaan tugas dan fungsi semisal biaya pembuatan SIM di Kepolisian, biaya nikah di KUA dan pendapatan lain-lain. Hibah adalah pemberian oleh negara lain kepada negara yang tidak perlu dikembalikan lagi, dapat berupa uang maupun barang.

2. Belanja

Belanja adalah pengeluaran yang dilakukan instansi pemerintah, pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang dilaksanakan secara terus-menerus sepanjang tahun misalnya gaji, pembelian alat tulis pakai habis, dsb. Sedangkan belanja pembangunan adalah pengeluaran yang digunakan untuk membangun aset tetap dan tidak dilaksanakan secara rutin misalnya pembangunan jalan, jembatan dsb.

3. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah transfer dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka program desentralisasi. Terdapat 3 jenis transfer, yaitu dana bagi hasil penerimaan, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.

(20)

7

4. Dana Otonomi Khusus

Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah yang memiliki karakteristik khusus yang membedakan dengan daerah lain, contohnya propinsi Papua mendapat dana alokasi yang lebih besar untuk mengatasi masalah yang kompleks di wilayahnya. Tujuan alokasi tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dan mengurangi ketertinggalan dari propinsi lainnya.

5. Defisit dan Surplus

Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus.

6. Keseimbangan

Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu : keseimbangan primer, dan keseimbangan umum.Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga, sedangkan keseimbangan Umum adalah total penerimaan dikurangi total pengeluaran termasuk pembayaran bunga

7. Pembiayaan

Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber pembiayaan yang penting saat ini adalah pembiayaan dalam negeri meliputi penerbitan obligasi, penjualan aset dan privatisasi, dan pembiayaan luar negeri meliputi pinjaman proyek, pembayaran kembali utang, pinjaman program dan penjadwalan kembali utang

(21)

8

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

PP No. 71 tahun 2010 menyatakan bahwa anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintah yang dibahas dan disetujui oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Arti penting anggaran daerah dapat dilihat dari aspek-aspek berikut ini yaitu: anggaran merupakan alat bagi pemerintah daerah untuk mengarahkan dan menjamin kesinambungan pembangunan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Struktur laporan realisasi APBD berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan terdiri dari: pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan.

Struktur APBD

Berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 2003 dan Standar Akuntansi Pemerintahan, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: 1. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan kas yang menjadi hak

daerah dan diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam satu tahun anggaran dan tak perlu dibayar lagi oleh pemerintah.

Kelompok pendapatan terdiri atas:

 Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

 Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

(22)

9

 Lain-lain pendapatan yang sah adalah pendapatan lain-lain yang dihasilkan dari bantuan dan dana penyeimbang dari pemerintah pusat.

2. Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah atau kewajiban yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Kelompok belanja terdiri atas:

 Belanja administrasi umum (belanja tak langsung) adalah belanja yang secara tak langsung dipengaruhi program atau kegiatan.

 Belanja operasi dan pemeliharaan (belanja langsung) adalah belanja yang secara langsung dipengaruhi program atau kegiatan.

 Belanja modal adalah belanja langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang akan menambah aset.

 Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan adalah belanja langsung yang digunakan dalam pemberian bantuan berupa uang dengan tidak mengharapkan imbalan.

 Belanja tak disangka adalah belanja yang langsung dialokasikan untuk kegiatan diluar rencana, seperti terjadinya bencana alam. 3. Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan

lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

4. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

Pelayanan Publik

Menurut Mahmudi (2007), pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan kententuan peraturan

(23)

10

perundang-undangan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan penyelenggara pelayanan publik adalah instansi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sedangkan pelayanan publik yang harus diberikan kepada masyarakat diklasifikasikan dalam dua kategori utama yaitu:

 Pelayanan kebutuhan dasar

Pelayanan kebutuhan dasar yang harus diberikan oleh pemerintah meliputi kesehatan, pendidikan dasar, dan bahan kebutuhan pokok masyarakat dengan uraian sebagai berikut:

Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu kesehatan adalah hak bagi setiap warga masyarakat yang dilindungi Undang-Undang Dasar. Perbaikan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu investasi sumber daya manusia untuk mencapai masyarakat yang sejahtera (welfare society). Tingkat kesehatan masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, karena tingkat kesehatan memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan. Sementara itu, tingkat kemiskinan akan terkait dengan tingkat kesejahteraan. Oleh karena kesehatan merupakan faktor utama kesejahteraan masyarakat yang hendak diwujudkan pemerintah, maka kesehatan harus menjadi perhatian utama pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik. Pemerintah harus dapat menjamin hak masyarakat untuk sehat (right for health) dengan memberikan pelayanan kesehatan secara adil, merata, memadai, terjangkau, dan berkualitas.

Pendidikan Dasar

Sama halnya dengan kesehatan, pendidikan merupakan suatu bentuk investasi sumber daya manusia. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan karena pendidikan merupakan salah satu komponen utama dalam lingkaran setan kemiskinan. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah melalui perbaikan kualitas pendidikan. Pelayanan pendidikan masyarakat yang paling elementer adalah pendidikan dasar, yang oleh pemerintah diterjemahkan dalam program

(24)

11

Wajib Belajar Sembilan Tahun. Pemerintah hendak menjamin bahwa semua anak dapat bersekolah, sehingga diperlukan alokasi anggaran pendidikan yang besar. Dalam pemenuhan anggaran tersebut amanat amandemen UUD 1945 telah mensyaratkan alokasi anggaran pendidikan minimal sebesar 20 persen dari total anggaran.

Bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat

Kebutuhan pokok masyarakat meliputi beras, minyak goreng, minyak tanah, gula pasir, telur, daging, dan sebagainya. Dalam hal penyediaan bahan kebutuhan pokok, pemerintah perlu menjamin stabilitas harga kebutuhan pokok masyarakat dan menjaga ketersediaannya di pasar maupun gudang dalam bentuk cadangan atau persediaan. Ketidakstabilan harga kebutuhan pokok yang tidak terkendali bisa menimbulkan inflasi yang tinggi (hiperinflasi) dan dapat menimbulkan ketidakstabilan politik. Selain menjaga stabilita harga-harga umum, pemerintah juga perlu menjamin bahwa cadangan persediaan di gudang pemerintah cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sampai jangka waktu tertentu untuk menghindari terjadinya kepanikan masyarakat terhadap kelangkaan bahan kebutuhan pokok tersebut.

 Pelayanan umum

Selain pelayanan kebutuhan dasar, pemerintah sebagai instansi penyedia pelayanan publik juga harus memberikan pelayanan umum kepada masyarakat yang meliputi pelayanan administratif (yaitu pelayanan berupa penyediaan berbagai bentuk dokumen yang dibutuhkan publik), pelayanan barang (yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang menjadi kebutuhan publik), dan pelayanan jasa (yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik. Terbatasnya akses-akses bagi kaum miskin menyebabkan mereka tak mampu untuk mengakumulasi kapital/modal yang diperlukan baginya untuk keluar dari jebakan kemiskinan (poverty trap). Akibat minimnya akumulasi kapital kaum miskin, konsekuensinya, kaum miskin tak mampu berperan aktif dalam kegiatan ekonomi dan merasakan berkah dari adanya

(25)

12

pembangunan. Hal tersebutlah yang mendasari betapa pentingnya pembangunan manusia, di mana dalam pembangunan manusia tersebut tidak hanya meliputi dimensi kesejahteraan saja melainkan terkait juga dengan peningkatan kapasitas dasar manusia melalui akses terhadap pendidikan dan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin. Adalah merupakan kewajiban pemerintah untuk menyediakan barang publik. Teori public finance (Musgrave, 1989) mengungkapkan bahwa tidak seluruhnya semua masalah ekonomi diselesaikan oleh mekanisme pasar seperti halnya dengan social goods. Social goods yang dimaksud terkait dengan eksternalitas, distribusi pendapatan, masalah-masalah ekonomi lainnya (pengangguran, kemiskinan, inflasi, dan lain-lain). Dalam hal tersebut mekanisme pasar gagal menyelesaikannya (market failure). Pasar pada hakekatnya adalah wahana untuk mengekspresikan kebebasan individu, untuk mencari keuntungan individual. Oleh karena itu, aktivitas-aktivitas perekonomian yang bersifat kolektif publik dan atau aktivitas-aktivitas tidak bermotif keuntungan tidak bisa diselenggarakan oleh pasar. Karena adanya kegagalan pasar dan dalam kaitannya dengan ketiga peran pemerintah sebagai peran alokasi, peran distribusi, dan peran stabilitasi, maka kewajiban publik di bidang pendidikan dan kesehatan yang tidak disentuh oleh pasar, menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakannya.

Anggaran Pendidikan

Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Bahkan warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Demikian pula warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. Untuk memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin

(26)

13

tersediannya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun.

Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi mutu dan alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, bidang pendidikan tertuang dalam Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 Amandemen ke 4 mengamanatkan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN serta dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Hal ini dikuatkan dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 013/PUU-VI/2008, Pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Alokasi anggaran diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan. Alokasi anggaran pendidikan lebih spesifik dituangkan dalam pasal 49 UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 yaitu Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Dengan kenaikan jumlah alokasi anggaran pendidikan diharapkan terjadi pembaharuan sistem pendidikan nasional yaitu dengan memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidiikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Sesuai dengan visi tersebut, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(27)

14 Anggaran Kesehatan

Pembangunan dibidang kesehatan diarahkan dalam rangka meningkatkan pemerataan pelayanan dan mutu kesehatan bagi masyarakat. Hal tersebut akan tercapai apabila sarana dan prasarana tersedia dalam kondisi cukup dan terjangkau oleh masyarakat. Sarana dan prasarana kesehatan tersebut antara lain berupa rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu dan tenaga kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2003, alokasi anggaran untuk kesehatan minimal 5 persen dari total APBN (kemenkeu RI).

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel india Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics dan sejak itu dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya. Digambarkan sebagai "pengukuran vulgar" oleh Amartya Sen karena batasannya, indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan. Indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.

1. Usia Hidup

Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup tetapi dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara global, UNDP memilih indikator angka harapan hidup

(28)

15

waktu lahir (life expectacy at birth) yang biasa dinotasikan dengan eo. Angka kematian bayi (IMR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator itu dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia eo dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup.

2. Pengetahuan

Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf (Literacy Rate) dan rata-rata lama sekolah (Mean Years School).

3. Standar Hidup Layak

Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional UNDP, memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak. Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka GDP riil perkapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya.

(29)

16

Hubungan IPM dengan Pendidikan dan Kesehatan

Menurut Skala Internasional dalam perhitungan IPM, berdasarkan indeks yang disusun dapat dikategorikan suatu wilayah ke dalam tiga kelompok tingkat keberhasilan pembangunan manusia, sebagai berikut:

a. Skor IPM kurang dari angka 50, dikategorikan tingkat pembangunan manusianya masih rendah atau kurang.

b. Skor diantara angka 51 s/d 79,99, dikategorikan tingkat pembangunan manusianya cukup atau sedang.

c. Skor diatas 80 keatas, dikategorikan tingkat pembangunan manusianya di suatu daerah tinggi.

Pembangunan manusia melalui sektor pendidikan turut di pertimbangkan, dengan melalui pendidikan manusia dapat mengalami sebuah proses. Proses tersebut dilalui oleh manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, kemampuan/keahlian, meningkatkan kreativitas ataupun inovasi yang keseluruhannnya dapat meningkatkan harkat dan bartabat setiap individu. Apabila kualitas sumber daya manusia tersebut rendah yang tercermin adalah tingkat pendidikan dan kesehatan yang rendah pulayang tentunya berpengaruh juga pada pembangunan manusia. Investasi dalam pendidikan formal, training, dan kesehatan akan meningkatkan kesempatan dan pilihan bagi individu, yang akan mempengaruhi kemampuan untuk pekerjaan yang produktif.

Realisasi anggaran pendidikan dan kesehatan merupakan dua dari beberapa faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia. Dalam hal peningkatan pembangunan manusia, pendidikan dan kesehatan yang baik bagi setiap manusia bisa terwujud melalui realisasi anggaran pendidikan dan kesehatan. Dengan meningkatkan realisasi anggaran pada sektor pendidikan dan kesehatan maka akan menigkatkan produktivitas penduduk sehingga bisa meningkatkan pembangunan manusia.

(30)

17 Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Meylina (2013) menujukkan bahwa berdasarkan hasil pengolahan data pengeluaran pemerintah daerah pada sektor pendidikan dan kesehatan dengan Indeks Pembangunan Manusia, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap IPM, dimana setiap terjadi perubahan pada pengeluaran pemerintah daerah pada sektor pendidikan maka akan di ikuti oleh perubahan IPM. Tingkat pengeluaran pemerintah daerah pada sektor pendidikan dan kesehatan secara serempak memberikan pengarug positif dengan ditunjukkan koefisien yang positif pada dua variabel bebas tersebut, sehingga tetap memberikan pengaruh yang signifikan terhadap IPM, meskipun dengan tingkat pengaruh yang rendah.

Penelitian mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah pada pendidikan dan kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia juga di lakukan oleh Suparno (2014), hasil penelitian menujukkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, kesehatan dan pertumbuhan ekonomi memeberikan pengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan tetapi hanya pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dan pendidikan yang berpengaruh positif dan signifikan di kalimantan timur, sedangkan pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur memeberikan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Untuk memperoleh IPM Indonesia juga memang sejak tahun 1991-2008 lebih di pengaruhi oleh peningkatam pada Education Index yang di lihat dari indikator angka melek huruf dan angka partisipasi pendidikan di SD, SMP, dan SMA. Peningkatan kedua pada dua indikator inilah yang memberikan sumbangsih terhadap Education Index Indonesia sehingga perlahan-lahan dapat meningkatkan, dan pada akhirnya mendorong perolehan IPM yang lebih tinggi.

Menurut Agus Salim (2007), pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung, merupakan suatu kebijakan yang pro poor yang mempunyai dampak yang negatif terhadap

(31)

18

kemiskinan melalui dampaknya terhadap pertumbuhan dan pemerataan. Di samping itu, kebijakan pengeluaran tersebut mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan melalui dampaknya terhadap pembentukan modal manusia (human

capital). Kebijakan inilah yang dianggap sebagai kebijakan yang berdampak

ganda (winwin policies).

Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan merupakan dua dari beberapa faktor yang memepengaruhi pemebangunan manusia. Kedua faktor tersebut, merupakan layanan jasa yang normatifnya disediakan oleh pemerintah, bukan bertumpu pada swasta terlebih pasar. Dalam hal peningkatan pembangunan manusia, pendidikan dan kesehatan yang baik setiap manusia bisa terwujud melalui alokasi pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan. Dengan meningkatkannya alokasi pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan maka akan meningkatkan produktivitas penduduk sehingga bisa meningkatkan pembangunan manusia. Untuk selanjutnya, pengeluaran pemetintah pada sektor pendidikan dan kesehtan dapat disebut sebagai investasi (Astri, 2013). Berdasarkan studi literatur diatas maka hipotesis penilitian ini adalah

Hipotesis 1 : pengeluaran anggaran pendidikan berpengaruh terhadap IPM. Hipotesis 2 : pengeluaran anggaran kesehatan berpengaruh terhadap IPM.

METODA PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan gabungan data runtut waktu (time series) dan data silang (cross

section), atau sering di sebut sebagai data panel. Adapun data tersebut adalah data

pengeluaran anggaran pendidikan, pengeluaran anggran kesehatan, dan data IPM untuk 33 provinsi di Indonesia dalam periode waktu 2012 – 2013.

Definisi variabel dalam penelitian ini adalah

 Variabel IPM Provinsi dan Nasional, yang bersumber dari Badan Pusat Statistik tahun 2012 – 2013.

(32)

19

 Variabel pengeluaran anggaran pendidikan yang merupakan data realisasi APBD tahun 2012 - 2013 dengan keterangan update per 18 desember 2012 dan update per 15 juli 2013 yang bersumber dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan (DJPK).

 Variabel pengeluaran anggaran kesehatan yang merupakan data realisasi APBD tahun 2012 - 2013 dengan keterangan update per 18 desember 2012 dan update per 15 juli 2013 yang bersumber dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan (DJPK).

Pada penelitian ini, model yang di gunakan adalah regresi data panel. Data panel merupakan gabungan dari data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Adapun model data panel adalah sebagai berikut :

Yit= α + βXit + εit; i = 1,2,....,N; t = 1,2,….., T

Keterangan :

N = banyaknya observasi T = banyaknya waktu N x T = banyaknya data panel e = Error

α = Konstanta

ß1- ß3 = Koefisien masing-masing variabel independen

Estimasi Regresi Data Panel

Secara umum dengan menggunakan data panel kita akan menghasilkan

intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap perusahaan dan setiap

periode waktu. Oleh karena itu, di dalam mengestimasi persamaan (3) akan sangat tergantung dari asumsi yang kita buat tentang intersep, koefisien slope dan variabel gangguannya. Ada beberapa kemungkinan yang akan muncul, yaitu:

(33)

20

a) Diasumsikan intersep dan slope adalah tetap sepanjang waktu dan individu.

b) (perusahaan) dan perbedaan intersep dan slope dijelaskan oleh variabel gangguan.

c) Diasumsikan slope adalah tetap tetapi intersep berbeda antar individu. d) Diasumsikan slope tetap tetapi intersep berbeda baik antar waktu

maupun antar. e) Individu.

f) Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar individu.

g) Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar waktu dan antar individu.

1. Koefisien tetap antar waktu dan individu ( common effect) : ordinary

least square

Teknik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data

cross section atau time series. Akan tetapi, untuk data panel, sebelum

membuat regresi kita harus menggabungkan data cross-section dengan data time series (pool data). Kemudian data gabungan ini di perlakukan sebagai suatu kesatuan pengamatan untuk mengestimasi model OLS. Metode ini dikenal dengan estimasi common effect. Akan tetapi, dengan menggabungkan data, maka kita tidak dapat melihat perbedaan baik antar individu maupun antar waktu. Atau dengan kata lain, dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu.

2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)

Pada pembahasan sebelumnya kita mengasumsikan bahwa intersep maupun slope adalah sama baik antar waktu maupun antar perusahaan. Namun, asumsi ini jelas sangat jauh dari kenyataan sebenarnya. Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan. Atau dengan kata lain, intercept ini mungkin berubah untuk

(34)

21

setiap individu dan waktu. Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model tersebut.

3. Model Efek Random (Random Effect)

Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antar-individu dan atau waktu dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek Random, perbedaam tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time

series dan cross section.

Untuk pemilihan model digunakan chow test dan hausment test. Chow test dilihat untuk membandingkan antara model common effect dengan fixed effect. Pengujian yang di lakukan menggunakan chow test atau likelihood test, yaitu :

H0 : Model mengikuti common effect Statistik uji F atau Chi-Kuadrat

Sedangkan uji hausment test untuk membandingkan model regresi data panel

fixed effect dengan random effect.

Berdasarkan hasil uji chow test dan hausment test di peroleh hasil bahwa model yang tepat adalah model data panel fixed effect. Ada pun model yang akan di estimasi adalah

Yit = α + ß1PDK it + ß2KESit + eit

Keterangan :

Y = Indeks Pembangunan Manusia PDK = Pendidikan

KES =Kesehatan e = Error α = Konstanta

(35)

22

ß1- ß2 = Koefisien masing-masing variabel independen

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dengan menggunakan model fixed effect, diperoleh hasil estimasi pengaruh anggaran pendidikan dan anggran kesehatan terhadap IPM yaitu sebagai berikut :

Tabel 3

Hasil Estimasi Fixed Effect

Variabel Koefisien Std. Error t-Statistik Prob

C 72.44859 0.205927 351.8160 0.0000 PDDKN? -1.82000 5.520000 -3.296732 0.0023 KES? 3.45E-12 8.490000 4.067882 0.0003 R-squared 0.980651 F-statistic 98.14033 Prob(F-statistic) 0.000000 Lampiran 2

Tabel 1 merupakan hasil dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi indek pembangunan manusia dengan menggunakan model fixed effect. Kedua faktor yang mempengaruhi adalah realisasi anggaran pendidikan dan realisasi anggaran kesehatan. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa model ini memepunyai R-squared 0,980 yang artinya bahwa model ini mampu menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia sebesar 98 persen sedangkan 2 persen dijelaskan oleh variabel lain. kedua variabel berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia dimanana realisasi anggaran pendidikan berpengaruh negatif terhadap indek pembangunan manusia sedangkan realisasi anggran kesehatan berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia.

Anggaran pendidikan yang berpengaruh negatif terhadap indeks pembangunan manusia sesuai dengan penelitian sebelumnya milik Winarti (2014) dimana variabel anggaran pendidikan berpengaruh negatif terhadap indeks pembangunan manusia di indonesia, hal ini terjadi karena pengeluaran pemerintah sebesar 20 persen tidak dialokasikan semuanya untuk pendidikan tetapi juga

(36)

23

dialokasikan untuk lainnya seperti gaji pegawai dan biaya pendidikan lainnya. Sehingga peningkatan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa realisasi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN belum terealisasi dengan maksimal. Seperti yang diketahui mahkamah konstitusi mengamanatkan kepada pemerintah tentang anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN yang ada. Akan tetapi di dalam perhitungannya baru 15,6 persen yang telah di capai. Angka 15,6 tersebut didasarkan atas nilai perbandingan antara alokasi anggaran pada fungsi pendidikan di dalam anggaran belanja negara (http.//dewinurhi.blogspot.com/2011

/06/realisasi-anggaran-pendidikan-belum-maksimal.html).

Realisasi anggaran kesehatan berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia sesuai dengan penelitian sebelumnya milik Astri (2013) dimana hasil penelitian menunjukkan koefisien yang positif, berarti pengaruh pengeluaran pemerintah daerah pada sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia adalah positif. Apabila pengeluaran pemerintah daerah pada sektor kesehatan mengalami kenaikan maka secara tingkat perkembangan indeks pemabngunan manusia juga akan meningkat. Perkembangan indeks pembangunan manusia akan semakin meningkat jika pemerintah bersedia menanamkan investasi publik dalam belanja ataupun pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan.

Hubungan positif antara anggaran kesehatan dan indeks pembangunan manusia juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2015) menunjukkan bahwa belanja kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap indeks pembangunan manusia pada taraf nyata lima persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis dimana belanja kesehatan berpengaruh positif signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilaukan oleh Prawoto (2011) namun berbeda dengan Hubban (2013) yang menunjukkan bahwa belanja kesehatan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap indeks pembangunan manusia.

(37)

24

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data realisasi anggaran pendidikan dan realisasi anggaran kesehatan dengan indeks pembangunan manusia diatas dapat disimpulkan bahwa realisasi anggaran pendidikan dan realisasi anggaran kesehatan secara bersama-sama berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia. Varibel anggaran pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia artinya realisasi anggaran pendidikan yang besar tetapi tidak meningkatkan indeks pemabangunan manusia. Sedangkan variabel realisasi anggaran kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia yang artinya realisasi anggran kesehatan yang besar akan meningkatkan indeks pembangunan manusia.

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dapat dilihat bahwa kebijakan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari total APBN belum dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia di indonesia, hal ini di karenakan anggaran sebesar 20 persen tersebut tidak seluruhnya di gunakan untuk pendidikan namun harus dibagi ke instansi lain selain dinas pendidikan. Dengan demikian diharapkan pemerintah dapat meningkatkan anggaran pendidikan dimana anggaran yang sudah ditetapkan 20 persen di prioritaskan penggunaannya dan diberikan porsi yang lebih besar untuk bidang pendidikan secara langsung seperti buku pelajaran gratis, meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, infrastruktur sekolah yang layak, dan memberikan layanan pendidikan gratis kepada anak-anak yang kurang mampu sehingga semua anak-anak di seluruh Indonesia dapat merasakan bangku sekolah dengan begitu dapat memenuhi wajib belajar 9 tahun dan mengurangi angka buta huruf di masyarakat Indonesia.

Kebijakan anggaran kesehatan yang dimana minimal 5 persen dari total APBN sudah dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia di Indonesia, namun pemerintah juga di harapkan dapat memberikan anggaran yang lebih besar lagi pada sektor kesehatan untuk meningkatkan layanan kesehatan kepada masyarakat Indonesia sehingga dapat meningkatkan angka harapan hidup. Dengan

(38)

25

demikian di harapkan pemerintah dapat memberikan anggaran yang lebih besar lagi pada sektor pendidikan dan kesehatan guna meningkatkan indeks pembangunan manusia di Indonesia.

KETERBATASAN DAN SARAN

Dalam keseluruhan aktivitas penelitian dan penulisan, peneliti menyadari sungguh bahwa terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu dilengkapi. Penelitian ini masih terbatas dimana peneliti hanya meneliti pengaruh anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia. Dan juga Pada penelitian ini menggunakan data anggaran belanja pendidikan dan kesehatan dan data ipm pada tahun yang sama disebabkan ketersediaan data yang ada.

Dengan demikian berdasarkan hasil analisis penelitian ini maka peneliti memberikan saran yaitu diharapkan pemerintah yang berada di pusat atau di daerah untuk terus meningkatkan anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan sehingga dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia. Selain itu peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lainnya yang berpengaruh dalam peningkatan indeks pemebangunan manusia.

(39)

26

DAFTAR PUSTAKA

Adi, P. H., dan F. A. Christy. 2009. Hubungan antara dana alokasi umum, belanja modal dan kualitas pembangunan manusia. The 3rd National

Conference UKWMS, Surabaya.

Astri, M. 2013. Pengaruh pengeluaran pemerintah daerah pada sektor pendidikan dan kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia.

Jurnal Pendidikan Ekonomika dan Bisnis (Maret), Vol.1 No.1.

Delavallade, C. 2006. Corruption and Distribution of Public Spending in Developing Countries. Journal of Economics and Finance Vol.30 No.2: 222-239.

Novitasari, E. 2015. Analisis pengaruh belanja pendidikan, belanja kesehatan, kemiskinan dan produk domestik regional bruto terhadap indeks pembangunan manusia. Jurnal Ilmiah. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Brawijaya.

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta, UPP STIM YKPN.

Novia, A. 2011. Analisa anggaran pendapatan belanja daerah terhadap realisasi tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan pemerintah kabupaten jombang. Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas

Brawijaya, Malang.

Rudy, B. 2011. Pengaruh pendapatan dan belanja daerah terhadap pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin ekonomi (April), Vol. 9 No. 1: 1410-2293,. Fakultas Ekonomi UPNV, Yogyakarta.

Sahrah, A. 2007. Memberdayakan sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas bangsa. Pidato Dies Natalis Unwama ke XXI, Yogyakarta. Suparno, H. 2014. Pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan,

(40)

27

peningkatan pembangunan manusia di provinsi Kalimantan timur.

Jurnal Ekonomika-Bisnis (Januari), Vol.5 No.1.

Undang-undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang kesehatan.

Wahyuni, N. 2007. Analisis rasio untuk mengukur kinerja pengeloaan keuangan daerah kota Malang. Jurnal El-Muhasaba (Januari), Vol.1 No.1. UIN Maliki, Malang.

Widodo, A, Waridin dan J. Maria. 2011. Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan terhadap pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pembangunan manusia di provinsi di jawa tengah. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan (Juli), Vol.1 No.1.

Winarti, A. 2014. Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, kemiskinan, dan PDB terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia periode 1992-2012. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bianis. Universitas Diponegoro. Semarang.

www. Anggaran.depkeu.go.id www.BeritaSatu.com www. Bps.go.id www. Belajarkeuangannegara.wordpress.com www. DJPK.Depkeu.go.id www. Investor.co.id www.Puzzlemind.com

(41)

LAMPIRAN

lampiran 1. Data Panel (Dalam jutaan rupiah)

PROV TAHUN IPM pddkn kes Aceh 2012 72,51 906.936 895.106 Aceh 2013 73,05 638.365 886.579 Sumatera utara 2012 75,13 362.873 263.492 Sumatera utara 2013 75,55 239.707 297.944 Sumatera barat 2012 74,07 106.830 311.675 Sumatera barat 2013 75,01 122.668 538.821 Sumatera selatan 2012 73,99 244.650 266.016 Sumatera selatan 2013 74,36 273.713 176.775 Riau 2012 76,09 461.690 417.426 Riau 2013 77,25 466.407 538.821 Jambi 2012 73,78 212.718 188.793 Jambi 2013 74,35 202.321 252.248 Bengkulu 2012 73,93 116.211 194.108 Bengkulu 2013 74,41 130.423 219.206 Bangka belitung 2012 73,78 24.261 62.167 Bangka belitung 2013 74,29 39.010 86.154 Kepri 2012 76,02 235.800 89.851 Kepri 2013 76,56 340.297 125.661 Lampung 2012 72,45 265.976 330.636

(42)

Lampung 2013 72,87 316.001 391.229 Jakarta 2012 78,33 9.456.158 3.304.871 Jakarta 2013 78,59 11.663.232 4.571.231 Banten 2012 71,49 222.814 228.645 Banten 2013 71,90 278.448 382.492 jabar 2012 73,11 532.786 532.646 Jabar 2013 73,58 658.391 443.864 Jateng 2012 73,36 257.218 973.038 Jateng 2013 73,05 271.397 1.248.836 Yogyakarta 2012 76,75 205.071 127.525 Yogyakarta 2013 77,37 197.302 167.872 Jatim 2012 72,83 366.711 1.838.068 Jatim 2013 73,54 418.389 2.070.310 bali 2012 73,49 205.792 449.107 Bali 2013 74,11 223.953 677.328 NTB 2012 66,73 30.065 196.141 NTB 2013 67,73 30.153 226.980 NTT 2012 68,28 81.341 165.695 NTT 2013 68,73 72.066 177.060 Kalsel 2012 71,08 171.115 485.830 Kalsel 2013 71,74 361.429 698.024 Kaltim 2012 76,71 308.031 807.169 Kaltim 2013 77,33 588.007 1.154.193 Kalteng 2012 75,46 183.324 150.089

(43)

Kalteng 2013 75,68 173.721 188.387 Kalbar 2012 70,31 55.160 231.218 kalbar 2013 70,93 88.429 298.337 Sulut 2012 76,95 88.551 96.126 Sulut 2013 77,93 85.124 122.589 Sulteng 2012 72,14 79.083 166.022 Sulteng 2013 72,54 103.487 179.235 Sulsel 2012 72,07 84.958 329.489 Sulsel 2013 73,28 72.469 340.656 Sultra 2012 71,05 65.862 136.588 Sultra 2013 71,73 65.748 135.946 Gorontalo 2012 71,31 100.779 29.992 Gorontalo 2013 71,77 108.676 54.613 Sulbar 2012 70,73 42.505 39.141 Sulbar 2013 71,41 35.300 50.404 Maluku 2012 72,42 85.146 117.855 Maluku 2013 72,70 83.478 159.181 Maluku utara 2012 69,98 24.357 67.476 Maluku utara 2013 70,63 32.850 90.429 Papua 2012 65,86 189.072 575.941 Papua 2013 66,25 181.773 672.966 Papua barat 2012 70,22 82.056 87.963 Papua barat 2013 70,62 81.657 82.906

(44)

Lampiran 2. Fixed effect Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares Date: 04/27/15 Time: 11:14 Sample: 2012 2013

Included observations: 2 Cross-sections included: 35

Total pool (balanced) observations: 70

Cross sections without valid observations dropped

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 72.44859 0.205927 351.8160 0.0000 PDDKN? -1.82E-12 5.52E-13 -3.296732 0.0023 KES? 3.45E-12 8.49E-13 4.067882 0.0003 Fixed Effects (Cross) ACEH_--C -1.339279 SUMATERA--C 1.232447 UTARA_--C 0.831269 SUMATERA--C 1.232447 BARAT_--C 3.414612 SUMATERA--C 1.232447 SELATAN_--C 1.232024 RIAU_--C 1.387817 JAMBI_--C 3.993637 BENGKULU_--C -0.505645 BANGKA--C 11.63408 BELITUNG_--C -1.352865 KEPRI_--C 0.294121 LAMPUNG_--C -2.600225 JAKARTA_--C 4.467490 BANTEN_--C -5.299856 JABAR_--C -0.203061 JATENG_--C -5.894630 YOGYAKARTA_--C -4.395972 JATIM_--C -2.598653 BALI_--C 1.999267 NTB_--C 2.861812 NTT_--C -2.612575 KALSEL_--C 4.771737 KALTIM_--C -0.538744 KALTENG_--C -0.787821 KALBAR_--C -1.409522

(45)

SULUT_--C -0.864038 SULTENG_--C -1.462426 SULSEL_--C -0.213601 SULTRA_--C -2.364258 GORONTALO_--C -8.213232 SULBAR_--C -2.174687 UTARA_--C 0.831269 BARAT_--C 3.414612 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.990746 Mean dependent var 73.18429 Adjusted R-squared 0.980651 S.D. dependent var 2.826051 S.E. of regression 0.393107 Akaike info criterion 1.275685 Sum squared resid 5.099591 Schwarz criterion 2.464175 Log likelihood -7.648976 Hannan-Quinn criter. 1.747768 F-statistic 98.14033 Durbin-Watson stat 3.888889 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 3. Random effect Dependent Variable: IPM?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/04/15 Time: 09:16

Sample: 2012 2013 Included observations: 2 Cross-sections included: 35

Total pool (balanced) observations: 70

Swamy and Arora estimator of component variances Cross sections without valid observations dropped

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 72.57464 0.494350 146.8081 0.0000 PDDKN? -4.79E-13 3.60E-13 -1.333259 0.1870 KES? 1.78E-12 6.53E-13 2.721790 0.0083 Random Effects (Cross) ACEH_--C -0.997187 SUMATERA--C 1.185389 UTARA_--C 1.251298 SUMATERA--C 1.185389 BARAT_--C 3.431819

(46)

SUMATERA--C 1.185389 SELATAN_--C 1.273728 RIAU_--C 1.329700 JAMBI_--C 3.623759 BENGKULU_--C -0.412349 BANGKA--C 3.907217 BELITUNG_--C -1.289051 KEPRI_--C 0.186073 LAMPUNG_--C -1.204968 JAKARTA_--C 4.274258 BANTEN_--C -2.647214 JABAR_--C 0.323827 JATENG_--C -5.646774 YOGYAKARTA_--C -4.292275 JATIM_--C -2.067371 BALI_--C 2.886553 NTB_--C 2.751148 NTT_--C -2.365946 KALSEL_--C 4.663483 KALTIM_--C -0.492536 KALTENG_--C -0.452736 KALBAR_--C -1.380761 SULUT_--C -1.048571 SULTENG_--C -1.549249 SULSEL_--C -0.218137 SULTRA_--C -2.371284 GORONTALO_--C -7.462122 SULBAR_--C -2.243617 UTARA_--C 1.251298 BARAT_--C 3.431819 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 2.708239 0.9794 Idiosyncratic random 0.393107 0.0206 Weighted Statistics

R-squared 0.132944 Mean dependent var 7.472243 Adjusted R-squared 0.107061 S.D. dependent var 0.440899 S.E. of regression 0.416629 Sum squared resid 11.62985 F-statistic 5.136474 Durbin-Watson stat 2.020327 Prob(F-statistic) 0.008406

Unweighted Statistics

(47)

Sum squared resid 542.0727 Durbin-Watson stat 0.043345

Lampiran 4. Hausment test

Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: DATA

Test cross-section random effects Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 10.257991 2 0.0059 Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. PDDKN? -0.000000 -0.000000 0.000000 0.0014 KES? 0.000000 0.000000 0.000000 0.0020 Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: IPM? Method: Panel Least Squares Date: 05/04/15 Time: 09:17 Sample: 2012 2013

Included observations: 2 Cross-sections included: 35

Total pool (balanced) observations: 70

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 72.44859 0.205927 351.8160 0.0000 PDDKN? -1.82E-12 5.52E-13 -3.296732 0.0023 KES? 3.45E-12 8.49E-13 4.067882 0.0003

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.990746 Mean dependent var 73.18429 Adjusted R-squared 0.980651 S.D. dependent var 2.826051 S.E. of regression 0.393107 Akaike info criterion 1.275685 Sum squared resid 5.099591 Schwarz criterion 2.464175 Log likelihood -7.648976 Hannan-Quinn criter. 1.747768

(48)

F-statistic 98.14033 Durbin-Watson stat 3.888889 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 5. Chow test

Redundant Fixed Effects Tests Pool: DATA

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 90.818456 (34,33) 0.0000 Cross-section Chi-square 318.454214 34 0.0000 Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: IPM? Method: Panel Least Squares Date: 04/29/15 Time: 06:47 Sample: 2012 2013

Included observations: 2 Cross-sections included: 35

Total pool (balanced) observations: 70

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 72.85570 0.431780 168.7333 0.0000 PDDKN? 5.19E-13 3.74E-13 1.388319 0.1696 KES? 1.39E-13 9.14E-13 0.151854 0.8798 R-squared 0.124851 Mean dependent var 73.18429 Adjusted R-squared 0.098727 S.D. dependent var 2.826051 S.E. of regression 2.682923 Akaike info criterion 4.853602 Sum squared resid 482.2710 Schwarz criterion 4.949966 Log likelihood -166.8761 Hannan-Quinn criter. 4.891879 F-statistic 4.779187 Durbin-Watson stat 0.063560 Prob(F-statistic) 0.011475

Gambar

Tabel 1. Data IPM tertinggi di 5 provinsi di Indonesia............................................3  Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

H 0 0, Artinya tidak terdapat hubungan antara penyampaian pesan keagamaan Tsani Liziah dengan dimensi ritual (the ritualistic dimension) Komunitas MCM (Muslimah Cerdas Multitalenta)

Metode penelitian meliputi pembuatan pasta kacang merah, pembuatan yoghurt, fortifikasi yoghurt menggunakan kalium dari kacang merah, dan uji organoleptik.Analisis produk

Dari hasil penelitian menunjukkan peran pengeluaran sektor kesehatan belum mampu meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Papua di karenakan anggaran

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan Kuliah

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Alokasi dana BMT al-Amin terhadap pelaku usaha mikro di Kota Makassar

Motif yang sama juga muncul pada informan lainnya yang mengungkapkan bahwa dirinya memilih lembaga tersebut sebagai tempat belajar bagi putra putrinya karena factor

Hasil beberapa pengujian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa diperoleh nilai koefisien jalur sebesar 0.5280, nilai koefisien jalur sebesar 0.5280, berada pada rentang