UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
SKRIPSI
ANALISIS SEMIOTIKA PADA LIRIK LAGU SANDARAN HATI
OLEH GRUP BAND LETTO
Diajukan Oleh :
NAMA : M. PUTRA FAJAR NIM : 2011 – 41 – 308
KONSENTRASI : HUBUNGAN MASYARAKAT
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Humas adalah sebuah fungsi manajemen yang membantu pencapaian
tujuan sebuah organisasi, membantu mendefinisikan filosofi, serta memfasilitasi
perubahan organisasi. Menurut Cutlip, Center dan Broom Effective Public Relation
(2008: 68). Humas adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik,
mengindetifikasi kebijakan dan prosedur individual dan organisasi yang punya
kepentingan publik serta merencanakan dan melaksanakan program aksi dalam
rangka mendapatkan pemahaman dan penerimaan publik. Humas sebagai fungsi
manajemen yang membantu organisasi untuk mencapai tujuan, menentukan
filosofi dan memfasilitasi organisasi untuk berubah.
Jadi pengertian Humas adalah bagian penting dari suatu perusahaan yang
berfungsi sebagai perantara dalam berkomunikasi antara perusahaan dan
khalayak dan juga sebagai pihak yang dapat menjalin hubungan baik antara
perusahaan kepada pihak eksternal, juga antara pihak internal. Oleh sebab itu
seorang Humas harus memiliki tugas, fungsi yang berperan untuk menjalin
Sedang pengertian Humas menurut Effendy dalam bukunya Humas
Relation & Public Relation (2000: 218) adalah sesuatu yang merangkum
keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam atau keluar, antara
organisasi khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik yang
berlandaskan saling pengertian. Ketika menggunakan suatu konsep Humas harus
selalu diingat bahwa humas / Humas itu adalah kegiatan yang terencana baik itu
ke internal lembaga maupun ke eksternal (keluar) lembaga. Kegiatan humas
tersebut memiliki tujuan tertentu untuk melayani kepentingan public (public
interest).
Seiring dengan perkembangan jaman istilah Hubungan Masyarakat, tampak
semakin berkembang, baik dalam kegiatan studi maupun dalam kegiatan
operasionalnya. Prinsip–prinsip dasar humas itu konsisten dan kekal. Namun,
dalam prakteknya karena dipengaruhi oleh kekuatan sosial, perkembangan teknik
dan sains, dan lingkungan yang berubah terus menerus, ia berevolusi secara
konsisten dari tahun ketahun arti dan fungsinya menjadi lebih dimengerti dan
diterima dengan penuh, baik oleh umum maupun manajemen.
Faktor yang terakhir ini menghasilkan penciptaan dan penjelasan tentang
kebijaksanaan berseta pelaksanaan yang telah disebut diatas. Menurut Kamus
Komunikasi, Humas adalah:
“Komunikas dua arah secara timbal balik antara suatu organisasi dengan publiknya atau khalayaknya, baik public intern maupun public ekstern, dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dari organisasi tersebut, dengan meningkat pembinaan kerjasama dan pemenuhan kepentingan bersama, yang dilandasi asas saling pengertian dan saling mempercayai”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Humas adalah sesuatu yang merangkum
keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam atau keluar, antara
organisasi khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik yang
berlandaskan saling pengertian.
Special event merupakan salah satu program kerja yang diselenggarakan atau dilakukan oleh humas sebagai upaya untuk mempromosikan program–
program kegiatan atau produk yang dihasilkan oleh perusahaan/organisasi dalam
menarik minat khalayak untuk berpartisipasi dalam kegiatan acara tersebut
Special event atau peristiwa khusus adalah suatu kegiatan yang mampu memuaskan minat orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, mampu
meningkatkan pengetahuan dan memberikan kesenangan bagi mereka (public)
yang turut terlibat langsung dalam aktifitas / kegiatan spesial yang dilaksanakan.
Rosady Ruslan (2001:213) dalam Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations mengungkapkan “Event adalah merancang acara tertentu atau lebih dikenal dengan peristiwa khusus (special event) yang dipilih dalam jangka waktu, tempat dan ojek tertentu yang khusus sifatnya untuk mempengaruhi opini publik”
Band Letto menggunakan special event sebagai memperkenalkan lagu
sandaran hati kepada masyarakat agar mereka mengetahui makna sesungguhnya
dari lagu Sandaran Hati.
Musik merupakan bagian dari seni yang menggunakan bunyi sebagai media
penciptaannya. Tanpa musik dunia sepi, hampa dan monoton karena musik
mampu mencairkan suasana, merelaksasi hati serta menstimulasi pikiran manusia
sebagai pemeran cerita kehidupan. Musik tak sekedar memberikan efek hiburan,
hidup untuk memaknai hidup. Mendengarkan musik, menghayati dan
menikmatinya merupakan aktivitas menyenangkan yang dapat membuat kita
nyaman. Efek ini secara psikologis akan menimbulkan reaksi positif pada kondisi
fisik manusia. Musik berkomunikasi lewat liriknya. Lirik yang dibuat oleh pencipta
lagu memiliki kandungan makna yang tersirat yang coba disampaikan melalui
sebuah lagu. Kekuatan sebuah lirik lagu dapat membuat pendengar atau audience
dapat terbawa suasana, entah sedih ataupun senang. Kendati demikian, penikmat
musik mayoritas mendengarkan sebuah lagu hanya sebagai ajang hiburan. Tetapi
tidak selamanya mereka terhibur, semua tergantung kondisi dari tiap individu.
Musik merupakan salah satu cara aksi sosial yang dilakukan oleh
orang-orang sebagai tanda persahabatan yang pernah ada, merekam kejadian-kejadian
yang terjadi saat anda mendengarnya, begitu anda mendengar musik yang sama
anda pun mengingat kejadian yang telah direkam. Music itu bersemayam dalam
tubuh manusia. Kita mungkin berbeda asal, berlainan kepercayaan,dan budaya .
tapi, music menyatukan kita, arena menyatunya manusia dengan berbagai latar
belakang, Itulah gambaran kekuatan dari suatu musik. Musik tidak hanya sekedar
alunan nada yang tersusun menghasilkan irama tertentu, tetapi musik juga
menyampaikan pesan yang dapat ditangkap setiap orang saat mendengarkan.
Kita tidak membutuhkan penerjamah untuk menikmati apa yang disajikan
musik. Maka tak heran, bahwa setiap bahasa yang digunakan dalam bermusik
sifatnya universal. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa hidup tanpa
musik, karena baik disadari maupun tidak, musiklah yang membuat hidup menjadi
Untuk menganalisis musik tentu juga diperlukan disiplin, misalnya ethnomusicology dan antropologi. Sebagai sebuah disiplin yang populer dan memiliki metodologi yang sangat unik, ethnomusicology merupakan ilmu pengetahuan tentang musik yang relatif muda umurnya. Mantle Hood, seorang pelopor ethnomusicology dari USA memberikan definisi tentang ethnomusicology sebagai studi musik dari segi sosial dan kebudayaanya (Bandem, Semiotika Komunikasi, 2013:148).
Musik itu dipelajari melalui peraturan tertentu yang dihubungkan dengan
bentuk kesenian lainya termasuk bahasa, agama, dan falsafah. Pada zaman
sekarang musik juga merupakan salah satu hal yang memiliki nilai ekonomi.
Banyak orang berbondong-bondong menciptakan lagu untuk dipublikasikan agar
mendapat keuntungan. Musik juga dapat menjadi salah satu alat pengubah opini
publik. Musik biasanya digunakan sebagai cara untuk mengekspresikan protes
pada saat demo, dan sekarang tidak ada bencana di dunia yang tidak
mendapatkan lagu sendiri untuk mengumpulkan uang atau kesadaran. Merekapun
mengirim teman dengan link lagu melalui internet, atau membuat CD kompilasi
untuk seseorang yang mereka suka, mereka menggunakan musik sebagai bentuk
komunikasi, dan seseorang pasti bisa belajar banyak tentang seseorang dari jenis
musik yang mereka dengarkan. Dan biasanya karya-karya seseorang membuat
musik sesuai dengan apa yang mereka rasakan dan mereka fikirkan sesuai
dengan suasana hati mereka.
Musik merupakan komunikasi nonverbal jika dilihat dari sisi nada dan
melodi. Dengan melodi pada musik kita dapat berpendapat bahwa hal itu akan
menyampaikan sebuah pesan tertentu. Misalnya, jenis musik jazz dengan
perpaduan melodinya yang harmonis, biasanya dinikmati oleh kalangan menengah
mengerti bahwa tempat tersebut adalah tempat orang-orang menengah keatas
berkumpul. Selain itu, dengan mendengarkan musik jazz yang pelan dan sendu,
kita akan mengerti bahwa pendengarnya sedang dalam keadaan sedih atau
sedang ingin sendiri.
Begitu juga sebaliknya, dengan mendengarkan musik jazz yang bertempo
cepat, kita akan mengerti bahwa pendengarnya sedang dalam keadaan senang
dan rileks. Begitu pula dengan musik instrumental, biasanya pendengarnya adalah
orang-orang yang menginginkan ketenangan. Lain halnya dengan musik rock yang
identic dengan anak muda dan musik keras. Ketika kita mendengarkan musik rock
diputar disuatu tempat, kita akan mengerti bahwa tempat tersebut berisi anak-anak
muda. Mendengarkan musik rock dapat meluapkan emosi pendengarnya. Begitu
pula dengan berbagai macam jenis musik yang lain seperti pop, R n B, dangdut,
punk, klasik, dan lain sebagainya. Penikmat segala macam musik juga tergantung
pada kondisi psikologis seseorang. Memilih salah satu jenis musik untuk
didengarkan, berarti sedang melakukan komunikasi pada orang lain mengenai
perasaanya. Lagu mengkomunikasikan pesannya dengan tingkatan nada dan
melodinya. Dengan tinggi rendahnya nada dan tempo yang cepat dan pelan, lagu
mengkomunikasikan pesannya kepada pendengarnya. Musik pula yang
menyebabkan sebuah lagu dapat diterima dan membawa pendengarnya terbawa
suasana.
Secara umum, musik merupakan salah satu bentuk hiburan yang ada
dimasyarakat. Konten dari musik juga dapat berupa pesan yang informatif. Seperti
yang berisi nama – nama binatang, nama – nama bulan atau nama – nama hari).
Walaupun musik bersifat universal, musik juga dapat menggambarkan ciri budaya
yang kental hingga dapat dipatenkan sebagai milik suatu negara. Seperti Dangdut
yang berasal dari Indonesia, Hip-Hop dari Amerika atau Reggae dari Jamaica
yang sudah ada di ada di belantika musik didunia.
Ada banyak sekali jenis lagu di dunia dan masing – masing jenis lagu
tersebut memiliki maksud serta tujuan. Karena sifatnya yang abstrak, penulis atau
pengarang lagu hanya dapat berekspresi dalam penulisan lirik lagu tersebut. Lirik
lagu biasanya mengangkat tema – tema tertentu sesuai tujuan penulisnya. Lagu
sendiri merupakan sebuah karya seni yang berasal dari perpaduan antara puisi
dan seni musik. Puisi pada dasarnya berisi tentang diksi yang jika dibacakan akan
menjadi sebuah susunan bacaan yang indah. Sedangkan seni musik adalah
harmonisasi dari beberapa alat musik yang ketika dimainkan menghasilkan suara
yang indah pula. Maka ketika dua komponen seni ini dipadukan akan
menghasilkan sebuah lagu yang menarik pula.
Pesan pada lagu terletak pada substansi lirik lagu itu sendiri. Yang
bahwasannya lagu berasal dari puisi dengan paduan musik, puisi tersebut
biasanya mengangkat tema-tema tertentu seperti tema perjuangan, tema
percintaan, dan tema – tema lainnya. Sebagai contoh seperti pesan pada lagu
dengan tema perjuangan misalnya, pasti akan terdapat diksi tentang semangat
perjuangan dengan diiringi musik yang memiliki tempo cepat pula, begitupun
Cara kerja lagu sebagai media penyampai pesan sangat sederhana. Yaitu,
ketika penyanyi menyanyikan lagu kemudian didengar oleh para pendengarnya.
Sehingga terjadi sebuah bentuk komunikasi satu arah yaitu yang dalam konteks ini
adalah penyanyi sebagai pembawa pesan dan pendengar sebagai penerima
pesan. Cara kerja yang sangat sederhana seperti yang dipaparkan seperti ini
dimanfaatkan oleh kaum pemilik modal untuk ladang bisnisnya, khususnya di
bidang hiburan.
Pemanfaatan lagu sebagai media penyampai pesan sebenarnya
merupakan hal yang biasa jika dibandingkan dengan media penyampaian pesan
lainnya. Namun, menjadi hal yang luar biasa ketika pendengar menangkap pesan
yang disampaikan oleh penyanyi secara mudah. Jadi, penyanyi tidak sekedar
menyanyi dengan suara indah, tetapi juga dapat menyampaikan pesan pada lagu
tersebut. Tentunya untuk menyampaikan pesan pada lagu dengan mudah, harus
didukung oleh kemampuan yang lainnya seperti kemampuan olah vokal yang baik
dan kemampuan bermain karakter ketika bernyanyi.
Namun, apakah musik hanyalah sekedar musik? Sebuah tangga nada yang
terhubung dan menghasilkan irama yang indah dan akhirnya menjadi sebuah
karya atau lagu. Apakah sebatas itu? Apakah Musik sebagai seni hanya
merupakan bagian dari Industri belaka?
Karl Marx berbicara soal seni. Menurutnya, seni sebagai bagian dunia yang
perlu dibedakan dari kerja manusia tentu bukanlah sekedar tiruan atau refleksi dari
realitas eksternal, melainkan lebih jauh merupakan upaya memasukan realitas tadi
hidupnya sebagai objek kesadarannya. Selalu ada unsur – unsur dalam seni yang
mengandung tujuan di dalam dirinya sendiri.
Musik sebagai seni tidak hanya lantunan nada yang dapat menghasilkan
keuntungan bagi dunia industri. Musik sebagai seni memiliki tujuan dan ideologi
yang sengaja dituang dalam lantunan nada dan lirik – liriknya. Musik – musik yang
memiliki tujuan dan ideologi di dalamnya dijadikan alat perjuangan oleh sebagian
orang, musisi, atau bahkan seniman.
Musik menjadi media penyampaian aspirasi dan dapat mewakili suatu
situasi secara komunikatif, itulah musik sebagai seni yang sebenarnya. Musik
sebagai seni tidak akan pernah lepas dari pengalaman yang dapat menginspirasi
serta mewakili para penikmatnya.
Terkait musik sebagai media penyampaian aspirasi, di Indonesia banyak
seniman atau musisi yang memiliki karya-karya unik dan variatif mulai dari musik,
aransemen, sampai lirik yang mengandung berbagai makna dan semangat yang
mewakili keadaan atau psikologis pendengarnya. Salah satu contohnya adalah
grup band asal Yogyakarta, Letto. Pada tahun 2005 mereka mengeluarkan album
yang berjudul truth, cry,dan lie salah satu lagu yang menjadi hits atau populer
pada album ini adalah Sandaran Hati.
Tak hanya di Indonesia, Sandaran Hati berhasil menduduki tangga teratas
di beberapa stasiun Radio Malaysia seperti HOT FM, HITZ FM, BEST 104 FM.
Album Letto yang pertama ini sebelumnya juga mendapatkan anugerah 'Planet
Muzik 2007' sebagai group musik terbaik di Singapura pada 8 Juni 2007. Terkait
situasi dan kondisi manusia pada keadaan tertentu, yang berhubungan dengan
proses komunikasi yaitu komunikasi intrapersonal.
Lirik sandaran hati adalah potret perjalanan seorang manusia yang
merindukan Tuhannya dan dia mencoba membahasakan cintanya dengan bahasa
yang ia pahami. Pada dasarnya dalam situasi tertentu manusia akan mengalami
keadaan dimana mereka merasakan kekosongan dan butuh sandaran untuk
hidupnya. Pada umumnya masyarakat Indonesia memiliki budaya beribadah saat
mereka tidak tahu kemana untuk menyandarkan hatinya selain kepada Tuhan.
Karena dia tidak bisa menemukan apa yang bisa mengobati rindunya di dunia
kecuali bersandar kepada tuhannya. Perjalanan yang dialami oleh semua orang,
pasti rindu pada sesuatu yang ia tidak ketauhi suatu saat. Saat hati sedang
kosong, seseorang mencoba mengisi kekosonganya dengan kekayaan, mengisi
kekosongonya dengan kebanggan pekerjaanya, mengisi kekosonganya dengan
apa yang ia anggap bisa membuat dia tinggi di depan masyarakatnya, banyak
cara yang dilakukan manusia untuk mengisi kekosongan hatinya. Tetapi pada
akhirnya manusia akan kembali pada kekosongan oleh sebab itu agama menjadi
sangat populer karena itu bisa menjawab kekosongan dihati manusia. Sandaran
hati itu belajar satu aspek dari kekosongan manusia yang menjadi inti dari lirik
Sandaran Hati. Semua manusia itu mempunyai kekosongan pada diri manusia
tetapi merasa masih bisa diobati dari luar, contohnya sekarang anak muda tidak
merasa adanya kekosongan karena masih banyak yang dilakukan oleh dia, ia
masih mempunyai cita cita, masih mempunyai gadis impian. Dia merasa itu bisa
Sandaran hati juga merupakan penggambaran sebuah perjalanan manusia
mengenal dirinya sendiri. Semua orang pernah mengalami kangen, rindu, cinta.
Rindu biasa berbeda beda, misalnya anak kecil rindu dengan mainan, orang
dewasa rindu dengan cinta, yang pada akhirnya manusia akan rindu dengan
penciptanya.
Sebagai mahluk rohani, kita di anugerahi kesadaran pribadi. Dengan
kemampuan itu kita dapat mengenal diri kita sendiri dan berefleksi tentang diri kita.
Kita dapat membuat diri menjadi objek yang dapat kita lihat, pandang dan
renungkan. Jika melihat sesuatu, maka kita sadar bahwa kita melihat diri kita yang
sedang melihat sesuatu. kita dapat merenungkan apa arti melihat. Kita dapat
menemukan motivasi yang mendorong kita untuk melihat. Kita dapat mencatat
sudut pandang dari mana kita melihat. Dan, kita dapat menyelediki sesuatu yang
kita lihat, baik secara keseluruhan maupun dari segi yang kita minati saja.
Dengaan kesadaran diri itu kita dapat berkomunikasi intrapersonal dengan diri
sendiri guna mengenal dan berefleksi tentang diri, hidup, dan prilaku kita.
(komunikasi intrapersonal dan interpersonal. 2003. 51)
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi
didalam diri individu, atau dengan kata lain proses komunikasi dengan diri sendiri.
Sepintas lalu memang agak lucu kedengarannya, kalau ada orang yang
berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Terjadinya proses komunikasi disini karena
adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya
kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia,
baik yang terjadi diluar maupun didalam diri seseorang.
Komunikasi yang melibatkan manusia dengan Tuhannya itulah yang sering
disebut komunikasi transendental. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
dapat berdiri sendiri, ia membutuhkan orang lain untuk mempertahankan
eksistensinya. Manusia harus membangun hubungan horisontal yakni dengan
manusia lainnya dan vertikal dengan Tuhannya. Hubungan itu akan membawa
seorang individu menjadi manusia paripurna.
Hubungan dialektis antara dimensi vertikal dan horizontal dapat dijelaskan
pula dengan melihat tiga perspektif transendental yaitu penerimaan, respons dan
reaksi. Tiga istilah ini merujuk pada sisi kemanusiaan dari pernyataan Ilahi yaitu
bahwa manusia melakukan reaksi atas komunikasi dengan dirinya yang telah
menerima pesan Tuhan. Jadi dalam perspektif penerimaan manusia dicari Tuhan.
Dalam perspektif respons manusia mencari Tuhan, misalnya dalam bentuk doa.
Doa dapat dipahami sebagai dialog intrapersonal dengan diri sendiri, di mana
misteri diri secara intuitif dialami sebagai tanda komitmen kepada Tuhan. Aspek
Vertikal dari komunikasi yang menunjukkan bahwa individu pada akhirnya
terhubung dengan pencipta sebagai sumber dari adanya dan bahwa hubungan itu
merupakan dasar dari diri sebagai individu. Berhubungan dengan Allah atau
Tuhan merupakan kebutuhan dasar yang menjadikan seorang individu merasa
Dalam Islam, hubungan manusia dengan Tuhannya dibangun melalui
shalat, zikir, doa serta melalui ibadah-ibadah lain yang tujuannya untuk
mendekatkan diri kepada Tuhannya seperti melaksanakan ibadah haji. Melalui
doa, manusia dapat melakukan komunikasi dengan Allah tanpa hijab, tanpa tabir
duniawi dan ragawi yang menghalangi. Pada saat seseorang sedang berdoa
dengan khusyuk, terjadi proses transformasi kefanaan dan secara substansial
melebur dengan Allah, meskipun jasadnya tetap menapak bumi. Dengan
doa, manusia melakukan komunikasi transendental yang bisa dibentuk dalam
suasana yang dekat, akrab, dan mesra. Ibarat komunikasi antar manusia,
komunikasi transendental dilakukan untuk menyampaikan pesan-pesan baik
berupa informasi maupun kehendak seseorang kepada komunikan, dalam hal ini
komunikannya bersifat supranatural. Ketika berkomunikasi, saat berhadapan
dengan obyek, kita bisa mengatur strategi komunikasi yang relevan. Seperti dalam
komunikasi antar manusia, terdapat dua bentuk komunikasi yakni verbal dan non
verbal. Dalam perspektif ini doa termasuk komunikasi verbal. Sedangkan puasa,
haji, dan ritual ibadah lainnya termasuk komunikasi non verbal. Komunikasi
transendental bisa dibentuk dalam suasana yang dekat, akrab, dan mesra
ditentukan oleh kondisi fisik dan psikis, lingkungan, waktu dan tempat saat
berkomunikasi dengan Allah.
Dalam proses pengambilan keputusan, sering kali sering kali seseorang
diperhadapkan pada sebuah pilihan Ya atau Tidak. Keadaan ini membawa
mempertimbangkan untung ruginya sesuatu keputusan yang akan diambil. Cara ini
hanya bisa dilakukan dengan metode komunikasi dengan diri sendiri.
Beberapa kalangan menilai bahwa proses pemberian arti terhadap sesuatu
yang terjadi dalam diri individu, belum dapat dinilai sebagai proses komunikasi,
melainkan suatu aktivitas internal monolog (Asante,1979). Studi tentang
komunikasi dengan diri sendiri kurang begitu banyak perhatian, kecuali dari
kalangan yang berminat dalam bidang psikologi behavioristic. Karena itu literature
yang membicarakan tentang komunikasi intrapersonal boleh dikata sangat langka
ditemukan (pengantar ilmu komunikasi oleh Drs. Nurdin Pakaya. 2009. 60)
Lirik lagu sandaran hati secara tidak langsung adalah penggambaran
sebuah proses komunikasi, sesuai dengan penjelasan tentang kajian komunikasi
transedental. Lirik lagu tersebut mempelajari aspek kekosongan pada diri manusia
sehingga manusia membutuhkan tempat bersandar, yaitu bersandar kepada
Tuhannya. jika manusia mengalami kekosongan manusia cenderung akan
melakukan hal negatif yang bersifat melanggar norma-norma yang sudah ada.
sehingga penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul “Analisis Semiotika Pada
Lirik Lagu Sandaran Hati Oleh Grup Band Letto”.
1.2 Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini akan mengkaji llirik lagu Sandaran Hati dari group band
dan denotasi (Semiotika Komunikasi, 2013, 68-69). Peneliti akan menganlisis
mitos kontosi dan denotasi dari lriik lagu tersebut.
1.3 Perumusan masalah
Dalam melakukan sebuah penelitian diperlukan adanya suatu perumusan
masalah agar peneliti memperoleh hasil yang maksimal. Menurut Husaini Usman,
perumusan masalah yaitu “Usaha – usaha untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan – pertanyaan penelitian apa yang perlu dijawab atau dicarikan jalan
pemecahannya”. (Usman & Setiady, 1996:26.)
Lirik lagu sandaran hati menurut penyair adalah lagu religi. Karena Band
Letto pada saat itu adalah band baru dan genre yang sedang naik daun saat itu
adalah genre pop. Akhirnya pihak studio rekaman meminta Lagu Sandaran Hati
dikemas menjadi pop percintaan untuk mendorong popularitas mereka
Dari rumusan masalah yang masih luas dan bersifat umum, sehingga
penelitian ini memiliki alur pikir yang jelas dan terarah, maka disusun identifikasi
masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah pemaknaan denotasi, konotasi dan mitos pada lirik lagu
Sandaran Hati oleh Grup Band Letto?
1.4 Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian menurut Husaini Usman, dan Purnomo Setiady, yaitu
dengan maksud agar peneliti dan juga pihak lain yang membaca laporan kita
dapat mengetahui dengan pasti tujuan penelitian kita dengan sesungguhnya”.
(Usman & Setiady, 1996:23.) Adapun secara khusus tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pemkanaan konotoasi, denotasi dan mitos dari lirik lagu
“Sandaran Hati” oleh grup band Letto.
1.5 Signifikansi
Penelitian
Setiap penelitian tentunya mempunyai suatu kegunaan yang nantinya dapat
diambil manfaatnya secara teoritis maupun secara Praktis.
1.5.1 Signifikansi Teoritis
Teoritis untuk mengembangkan kajian semiotika Roland Barthes dan
menyumbang penelitian yang sudah ada mengenai pemaknaan denotasi dan
konotasi lagu.
1.5.2 Signifikansi Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi media
massa dan praktisi hubungan masyarakat, terutama dalam mengangkat dan
mendefinisikan realitas sosial dalam sebuah peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat. Dan juga untuk memperluas wawasan masyarakat umum tentang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis
Penulis melihat penelitian terdahulu sebagai referensi di dalam
penelitiannya saat ini. Berikut beberapa penelitian terdahulu :
1. Penelitian pertama dilakukan oleh mahasiswa yang bernama Zeldjian
Poetra Athallah, Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama) yang
berjudul Analisis Semiotika Makna Lagu “Patriot Moral Prematur” Karya
Dead Squad. Tujuan dari penelitian : Untuk mengetahui makna yang
terkandung di lagu “Patriot Moral Prematur” karya Dead Squad. Dalam
penelitian ini teori yang digunakan adalah Semiotika Ferdinand De
Saussure, dan Konstruksi Realitas Sosial.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Paradigma yang digunakan adalah
paradigma konstruktivisme. Hasil penelitian apabila ditinjau dari keseluruhan lagu yang telah dibedah, makna yang terukir dalam lagu Patriot Moral Prematur karya Dead Squad adalah menceritakan
ketidaksukaan masyarakat terhadap tindak prilaku ormas yang digambarkan semena-mena, berprilaku tak berprikemanusiaan dan keadilan.
2. Penelitian kedua dilakukan oleh Gian Asmara mahasiswi universitas prof Dr. Moestopo (Beragama) yang berjudul Pemaknaan Sosial Politik Dalam Lirik Lagu Iwan Fals Yaitu, Bongkar & Bento. Tujuan penelitian untuk
mengetahui bagaimanakah pemaknaan sosial politik dalam lirik lagu Iwan Fals dengan menggunakan metode Semiotika Sosial M.A.K Halliday. Untuk mengetahui ideology yang terkandung dibalik lirik lagu Iwan Fals.
Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah Semiotika Sosial dan Konstruksi Realitas Sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Hasil dari
penelitian ini adalah Apabila ditinjau dengan Semiotika Sosial M.A.K Halliday, makna didalam lirik lagu Iwan Fals, Bongkar dan Bento mempunyai arti yang luas dalam penafsiran setiap bait lirik kedua lagu
tersebut. Bongkar merupakan representasi keprihatinan Iwan Fals mengenai kasus Kedung Omboh, Kaca Piring, dan Way Jepara.
Perbedaan :
• Dalam penelitian sebelumnya membahas pemaknaan Lirik Lagu menurut teori Semiotika Ferdinand De Saussure. Dan penelitian sebelumnya yang kedua membahas tentang pemaknaan Lirik Lagu menurut Semiotika sosial dan Teori Ideologi. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes.
• Dalam penelitian sebelumnya paradigma yang di gunakan ialah paradigma konstruktivis sedangkan dalam penelitian ini paradigma
yang di gunakan ialah paradigma kritis.
Persamaan :
• Penelitian sebelumnya dengan penelitian ini memiliki persamaan menganalisis pemaknaan lirik lagu.
• Dalam penelitian sebelumnya dan penelitian ini menggunakan metodologi yang sama yaitu metodologi kualitatif
Tabel 2.1.1
Matrik Perbandingan Penelitian Sebelumnya Penelitian
Sebelumnya
Penelitian Sebelumnya
Penelitian Baru
Nama Peneliti Zeldjian Poetra
Athallah
Gian Asmara M Putra Fajar
Judul Penelitian Analisis Semiotika
Makna Lagu “Patriot
Moral Prematur”
Karya Dead Squad
Pemaknaan Sosial
Politik dalam Lirik
Lagu Iwan Fals
yaitu, Bongkar dan
Bento
Analisis Semiotika
Pada Lirik Lagu
“Sandaran Hati”
oleh grup band
Letto Tujuan Penelitian Untuk mengetahui makna yang tergantung di lagu
“Patriot Moral” Karya
Dead Squad
Untuk mengetahui
bagaimanakah
Pemaknaan Sosial
Politik dalam Lirik
Lagu Iwan Fals
Untuk mengetahui
pemaknaan
Konotasi dan
Denotasi dari lirik
dengan menggunakan Metode Semiotika Sosial M.A.K Halliday. Untuk mengetahui ideologi yang terkandung dibalik
lirik lagu Iwan Fals.
Hati” Karya Letto
Paradigma Konstruktivis Konstruktivis kritis
Metodologi Kualitatif Kualitatif Kualitatif
Teori -Semiotika Ferdinand
De Saussure -Konstruksi Realitas Sosial -Semiotika Sosial -konstruksi Realitas Sosial -Semiotika Roland Barthez -Konstruksi Realitas Sosial
Kesimpulan Apabila ditinjau dari
keseluruhan lagu
yang telah dibedah,
makna yang terukir
dalam lagu Patriot
Moral Prematur karya
Apabila ditinjau
dengan Semiotika
Sosial M.A.K
Halliday, makna
didalam lirik lagu
Dead Squad adalah
menceritakan
ketidaksukaan
masyarakat terhadap
tindak prilaku ormas
yang digambarkan semena-mena, berprilaku tak berprikemanusiaan dan keadilan. dan Bento mempunyai arti
yang luas dalam
penafsiran setiap
bait lirik kedua lagu
tersebut. Bongkar merupakan representasi keprihatinan Iwan Fals mengenai kasus Kedung Omboh, Kaca
Piring, dan Way
Jepara.
2.2 Tinjauan Konsep- Konsep Penelitian dan Teori
2.2.1 Public Relations
1. Pengertian PR (Public Relations)
Humas merupakan singakatan dari hubungan masyarakat. Humas bekerja
dalam mengkomunikasikan atau menyebarluaskan suatu informasi atau pesan
Istilah Public Relations atau Humas sebenarnya tidak ada perbedaannya, namun
saat ini, biasanya istilah Humas digunakan dalam organisasi atau lambaga
pemerintahan, sedangkan istialh Public Relations lebih sering digunakan di dalam
perusahaan asing atau swasta.
Menurut Cutlip, Center and Broom (2011:6) dalam buku Effectives Public Relations mengatakan bahwa:“Public Relations adalah fungsi manjemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan organisasi tersebut.”
Berdasarkan pengertian dari diatas, penulis dapat melihat bahwa Public
Relations tidak hanya terbatas pada saling pengertian saja, melainkan juga berbagai macam tujuan khusus lainnya yang berkaitan dengan saling pengertian
tersebut. Tujuan-tujuan khusus tersebut meliputi penanggulangan
masalah-masalah komunikasi yang memerlukan suatu perubahan tertentu, misalnya
mengubah sikap negatif menjadi positif.
2. Peran PR (Public Relations)
Perkembangan professionalisme Public Relations yang berkaitan dengan pengembangan peranan Public Relations, baik sebagai praktisi maupun professional dalam suatu organisasi atau perusahaan, menurut Dozier & Broom (1995) sebagaimana dikutip oleh Rosady Roeslan dalam buku Manajemen Public Relations, bahwa peranan Public Relations dibagi empat kategori dalam suatu organisasi, yaitu sebagai berikut :
1. Expert Prescriber
Sebagai praktisi ahli Public Relations yang berpeng-alaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu untuk mencari solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (public relationship). Hubungan praktisi pakar Public Relations dengan manajemen organisasi seprti hubungan antara dokter dengan pasiennya. Artinya, pihak manajemen bertindak pasif atau
menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar Public Relations (expert prescriber) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan.
2. Communications Fasilisator
Dalam hal ini, praktisi Public Relationsbertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya dari organisasi bersangkutan, sekaligus harus mampu menjelaskan kembali keinginan organisasi kepada pihak publiknya. Dipihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.
3. Problem Solving Process Fasilitator
Peranan praktisi Public Relationsdalam hal proses pemecahan persoalan Public Relations ini, merupakan bagian tim manajemen untuk membantu pimpinan organisasi baik secara penasehat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan professional.
4. Communications Technician
Berbeda dengan peranan praktisi Public Relations professional sebelumnya, yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Sedangkan dalam peranan Communications Technician sebagai Journalist in Resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan Methode of Communication in Organizations dan sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian. Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkatan atasan.
3. Kegiatan Public Relations
Menurut Cutlip, Center and Broom (2011:89) dalam buku Effectives Public
Relations mengatakan bahwa 70% persen dari kegiatan humas berhubungan dengan tulis-menulis selain tugas-tugas lainnya, di antaranya:
1. Merancang pesan tematik agar pesan yang disampaikan oleh organisasi
2. Melakukan segmentasi media, dimana seorang humas harus mampu
memformulasikan keseimbangan saling dukung antara media cetak dan
elektronik.
3. Komunikasi interaktif. Contohnya beberapa organisasi dalam merancang
logonya melakukan pelibatan konsumen dimana dilakukan kompetisi
merancang logo, contoh lain adalah rubrik konsultasi atau jasa layanan
konsumen melalui telpon.
4. Menjaga reputasi perusahaan dan citra produk melalui pemanfaatan
kekuatan pesan dan atau kombinasinya. Iklan multiguna (memanfaatkan
momentum psikologis).
5. Penjualan simpatik.
6. Melakukan iklan layanan masyarakat.
7. Pemasaran dari mulut kemulut.
8. Ajang pemasaran khusus dimana aktivitas dirancang untuk melibatkan
khalayak.
9. Memanfaatkan komunikasi yang akrab untuk pelanggan.
Dari penjelasan diatas, peneliti memahami bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan humas adalah komunikasi dua arah, dengan tujuan agar pesan atau informasi yang disampaikan mendapat respon atau tanggapan sehingga
terciptanya suatu opini baru. Karena itu, humas sebagai fungsi manajemen, pelayanan dan bukan hanya menciptakan opini publik, tetapi juga memperdalam suatu kepercayaan publik. Dengan adanya suatu kepercayaan yang diberikan
kepada publik, maka humas dapat dikatakan berhasil melakukan komunikasi dua arah.
Dari pendapat tersebut peneliti menyimpulkan suatu kegiatan yang
dilakuakn humas berkaitan dengan komunikasi organisasi yang baik dan terarah
sehingga menghasilkan output yang baik untuk disebarluaskan kepada publik.
2.2.2 Media Public Relations
Dalam setiap melaksanakan program-programnya seorang praktisi Public
Relations harus dapat mengetahui media apa yang akan digunakan dalam
menunjang kegiatan yang akan dilakukan oleh seorang praktisi Public Relations,
sehingga secara rutin, teratur, kontinu, dan bahkan dalam keadaan darurat
sekalipun dapat dilaksanakan bagi kepentingan perusahaan dengan
publik-publiknya. Sedangkan media itu sendiri merupakan alat perantara dalam saluran
komunikasi, dalam kegiatan Public Relations media berfungsi sebagai alat
perantara untuk menunjang kegiatan komunikasi dalam rangka menciptakan dan
memelihara hubungan baik yang harmonis dengan publik-publiknya. Menurut
Cutlip, Center and Broom dalam bukunya Effective Public Relations (1994 : 263
-273) mengklasifikasikan media dalam tiga kategori, dimana ketiga macam media
itu dapat digunakan untuk publik internal dan publik eksternal, yakni :
1. The Printed word (Media Tertulis/Tercetak) : Majalah perusahaan,
Buku pedoman kerja karyawan, Press Release, Letters, Bulletin
Boards, Poster, Billboards, NaskahPidato, Dll.
2. The Spoken Words (Media Lisan) : Meeting, Closed Circuit Television,
Telaconferecing, Telephone, Konferensi Pers, Siaran Radio, Press Interview, Tape Recorder, Press Tour, Dll.
3. The Image (Media Audio Visual) : Televisi, Film, Slides Film, Open
House, Stage Event, Art Program, Pameran, Demonstrasi.
Masing-masing media diatas memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
proses penyampaian pesan, oleh karena itu dengan melakukan pemilihan media
yang tepat dalam menjalankan semua kegiatan-kegiatannya diharapkan pesan
yang disampaikan oleh komunikator yang dalam hal ini adalah praktisi Public
Relations dapat diterima, dimengerti, serta dipahami oleh komunikan yang pada
khususnya adalah publik-publik perusahaan tersebut.
Tujuan Media Humas
1. Promosi & tingkatkan pemasaran
2. Komunikasi berkesinambungan
3. Tingkatkan kepercayaan publik
4. Tingkatkan citra perusahaan/organisasi.
Pemilihan Media
1. Radio; Plus : penyampaian gagasan sederhana dan langsung, teks luwes
variasi, fakta tak bisa dibeberkan lengkap, melelahkan (suara dan waktu
terbatas), hanya bisa didengarkan sekali.
2. Siaran televisi; Plus : jangkau masyarakat luas, audio visual; Minus : biaya
mahal, komunikasi satu arah, siaran cepat, daya beli mahal
3. Surat kabar; Plus : menjangkau semua lapisan masyarakat, murah;
Minus: penyampaian berita tergantung penulis
4. Media Online: Plus: Trending, terutama media sosial & blog, menjangkau
seluruh lapisan masyarakat, menjangkau seluruh dunia (internasional),
dapat diakses kapan dan di mana saja, terdokumentasi. Minus: butuh
akses internet, SDM bidang media online masih terbatas, butuh
keterampilan khusus mengelola & menulis di media online (internet).
2.2.3 Special Event
Special event merupakan salah satu program kerja yang diselenggarakan atau dilakukan oleh humas sebagai upaya untuk mempromosikan program–
program kegiatan atau produk yang dihasilkan oleh perusahaan/organisasi dalam
menarik minat khalayak untuk berpartisipasi dalam kegiatan acara tersebut.
Special Event menurut istilah antara lain sebagai berikut :
1. Special berarti sesuatu yang istimewa, pengecualian dan tidak umum.
2. Event, suatu kejadian yang penting atau peristiwa khusus, baik yang
terjadi secara internal, lokal, maupun nasional dan bahkan peristiwa
Special Event Letto Sandaran Hati
Special event merupakan kegiatan humas eksternal dan juga termasuk dalam program kegiatan Marketing Public Relations (MPR) guna mempromosikan
program – program kegiatan atau produk yang dihasilkan oleh sebuah
organisasi/perusahaan dalam menarik minat khalayak untuk berpartisipasi dalam
kegiatan yang dipromosikan oleh humas. Humas eksternal yang dimaksud adalah
sebutan bagi humas dalam menjalin komunikasi dalam suatu organisasi atau
perusahaan yang ditunjukan kepada publik eksternalnya atau sebagai sasaran
yang dituju misal masyarakat.
Humas Letto berkomunikasi kepada khalayak baik secara verbal maupun
non verbal. Dalam kaitan ini grup band Letto mencoba berkomunikasi kepada
khalayaknya melalui lirik lagu Sandaran Hati. Hal ini sejalan pula seperti yang
dikatakan Dieter Mack dalam bukunya Sejarah Musik (1999.204) langkah –
langkah komunikasi dalam musik antara lain:
1. Perhatian nan disebabkan oleh suatu karya musik merupakan langkah pertama dalam proses komunikasi.
2. Langkah kedua ialah pendekatan nan lebih inti. Pendekatan ini tergantung usaha kita sendiri. Tetapi semakin kita mengamati karya –
karya musik nan berbeda, semakin mudah proses pendekatanya.
3. Langkah ketiga dapat digabung dengan pendekatan nan lebih kognitif, artinya kita berusaha mempelajari tentang latar belakang musik
Special event atau peristiwa khusus adalah suatu kegiatan yang mampu memuaskan minat orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, mampu
meningkatkan pengetahuan dan memberikan kesenangan bagi mereka (public)
yang turut terlibat langsung dalam aktifitas / kegiatan spesial yang dilaksanakan.
Rosady Ruslan (2001:213) dalam Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations mengungkapkan “Event adalah merancang acara tertentu atau lebih dikenal dengan peristiwa khusus (special event) yang dipilih dalam jangka waktu, tempat dan ojek tertentu yang khusus sifatnya untuk mempengaruhi opini publik”
Special Event dalam buku Rosady Ruslan (2001:226) diartikan sebagai berikut :
“a special event is an event of which usually produce to gain favourable attention in media for your client your company or ypur product. It may also be design to convey a specific message about your company : for example the fact of your company provides equal employment opprtunity, i a good place to work, is a sociality reponsible corporate citizen, is a good neighbor, is interested in progress for woman, manufactures fine products, or is as substantial taxprayer in community. A special even might be also be product launch or a oroduct oublicity event”. Pengertian special event secara garis besar merupakan suatu kegiatan Public Relations yang cukup penting dan menarik perhatian dalam upaya memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan: misalnya mampu meningkatkan pengetahuan, dan memenuhi selera/ kesenangan serta upaya menarik perhatian pada publik.
Bentuk special event, sebelum menentukan kegiatan utama dari program
kerja Public Relations terlebih dahulu dilihat acara kalender tahunan menentukan
daftar acara tetap tahunan dan melihat ke kalender event yang ada barulah
ditetapkan special event. Adapun bentuk–bentuk special event yang telah dikenal
antara lain : festival, festival music, fair, parade, seminar, open house, pameran,
Dalam hal ini grup band Letto menggunakan festival music sebagai alat
untuk mengenalkan dan memperlihatkan karya musik yang telah mereka buat.
Karena musik dipandang sebagai media penyalur ekspresi manusia. Karena
bentuk ekspresi tersebut bertujuan untuk menimbulkan makna bagi orang lain.
Maka dapat dikatakan, musik adalah sebagai ekspresi dan komunikasi manusia.
Selain itu dengan menggunakan bantuan media massa, musik juga dapat
dijadikan sebagai alat komunikasi massa yang efektif. Melalui makna simbolik
yang dihantarkan, musik mampu menggugah perasaan sehingga mudah diterima
oleh siapaa saja. Bahkan bagi yang memiliki bahasa yang berbeda. Musik juga
dapat dijadikan sebagai alat penyampaian pesan dalam berkomunikasi yang lebih
kreatif dan bernilai seni.
Musik berfungsi sebagai media komunikasi antar manusia karena musik
merupakan bahasa universal yang mampu memadukan perbedaan menciptakan
perdamaian dan solidaritas kemanusiaan. Sejarah seringkali mencatatkan peran
dan manfaat musik sebagai sarana pergaulan dan media komunikasi yang bisa
dipahami semua orang, sekalipun kita tidak memahami bahasa tiap - tiap bangsa.
Banyak sejarah mencatat, bahwa keadaan suatu musik yang diciptakan
oleh musisi, khususnya mereka para musisi kritis dalam menciptakan lagu, situasi
sosial politik dimana para musisi tersebut tinggal selalu mempengaruhi proses
penuangan, pembuatan lagu kritik sosial. Misalnya, paada pertengahan 1960-an,
ketika Amerika tengah melancarkan peraang terhadap Vietnam, banyak musisi
rock yang tidak setuju dengan situai tersebut dan mnyuarakan protesnya tersebut lewat lagunya.
Protes terhadap perang tersebut tidak hanya oleh musisi rock saja, Bob
Dylan juga menjadi sosok penting dalam gerakan perlawanan kaum muda
terhadap kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang melanjutkan perang di
Vietnam. Perjuangan dan dedikasi Bob Dylan di dunia musik demikian
mengagumkan. Dia merupakan musisi multidimensional, penyanyi, pencipta lagu,
penulis, sastrawan, dan disc jockey.
Sementara itu di Indonesia, pasca proklamasi 17 Agustus, musik kembali dihadapkan pada kepentingan politik. Berawal dari sikap politik Soekarno yang anti
Barat hingga pelarangan segala hal yang berbau western. Baik produk ekonomi hingga menyentuh ruang estetika. Dengan kebijakan itulah maka personil Koeswoyo Bersaudara ditangkap karena dianggap memainkan musik yang
bertentangan dengan budaya Indonesia. Di sini musik dimaknai sebagai sesuatu yang bisa bermuatan politik. Presiden Soekarno mencanangkan irama lenso sebagai musik yang sesuai dengan budaya bangsa dan didukung oleh Jack
Lesmana, Titiek Puspa, Lilis Suryani, dan Bing Slamet. Presiden RI pertama itu juga merangkul beberapa seniman untuk kepentingan propaganda. Lilis Suryani, penyanyi yang dekat dengan Sukarno menciptakan lagu berjudul “Oentoek
Paduka Jang Moelia” lagu itu berorientasi untuk mengkultuskan figur Bung Karno. Beberapa lagu juga berhasil diciptakan untuk kepentingan politik semisal propaganda “Pergi Pedjoeang” dalam konfrontasi Indonesia dan Malaysia.
Sedangkan di era Orde Baru, musik lebih banyak digunakan untuk
kampanye dalam mensukseskan program-program pemerintah. Seperti Mars
Pemilu, Mars Keluarga Berencana, ACI (aku cinta Indonesia) dan lain sebagainya.
Titik Puspa yang menciptakan lagu berjudul Bapak Pembangunan. Lagu itu
didedikasikannya untuk pimpinan Orde Baru ketika itu.
Demikian pula yang dilakukan oleh grup band Letto dalam
mengomunikasikan lagu Sandaran Hati kepada masyarakat melalui special event
pada tahun 2007 yang lalu di berbagai kota di Indonesia.
Menurut Rosady Ruslan (2001:234) dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, mengatakan bahwa dalam
menyelenggarakan special event terdapat penyususunan program acara khusus
antara lain
A. Calender of event,
Yaitu acara rutin (regular rutin) yang dilakukan pada hari, bulan,
tahun tertentu secara periodik dan berulang- ulang (rutin)
diselenggarakan sepanjang tahun kalender.
B. Momentum event
Yaitu acara yang sifatnya khusus dan dilaksanakan pada
momen-momen tertentu di luar acara rutin tersebut yang dianggap sebagai
momen oleh pihak lembaga atau humas untuk mengadakan suatu
acara istimewa yang perlu diperingati dan dipublikasikan.
C. Special event atau ajang
Peristiwa khusus tersebut secara garis besarnya terdapat tiga jenis
• Acara suatu peresmian • Acara peringatan tertentu
• Acara komersial atau non komersial (social community relations)”
Fungsi special event dalam kegiatan humas adalah sebagai berikut :
1. “Untuk memberikan informasi secara langsung (bertahap muka) dan
mendapatkan hubungan timbal balik yang positif dengan publiknya
melalui program kerja atau acara ajang khusus yang sengaja
dirancang dan dikaitkan dengan event (peristiwa khusus) dalam
kegiatan dan program kerja kehumasan tertentu.
2. Sebagai media komunikasi dan sekaligus untuk mendapatkan
publikasi dan pada akhirnya media massa atau publik sebagai target
sasarannya akan memperoleh pengenalan, pengetahuan pengertian
yang mendalam dan diharapkan dari ajang khusus tersebutdapat
menciptakan citra positif terhadap perusahaan atau lembaga atau
Tujuan dari special event yaitu :
a. “Pengenalan (awareness) mendapat dukungan publik atau media
pers, dan meningkatkan pengetahuan (knowledge) terhadap
lembaga/ perusahaan dan produk yang ditampilkan.
b. Suatu proses publikasi melalui komunikasi timbal balik yang pada
akhirnya memperoleh publisitas yang positif.
c. Memperlihatkan itikad baik dari lembaga atau produk yang
diwakilinya, dan sekaligus memberikan kesan atau citra positif
terhadap masyarakat sebagai publik sasarannya.
d. Upaya mempertahankan penerimaan masyarakat.
e. Memperoleh rekaan atau pelanggan baru melalui event yang
dirancang secara menarik, inovatif dan kreatif.
(http://www.petra.ac.id/event special journal/com content&
task=view&id+99&itemid=52, diakses tanggal 12 Maret 2017, pukul
20.00 WIB)
Prinsip-prinsip umum persiapan special event, bentuk dari sebuah special
event dapat bermacam –macam bentuk. Dari semua bentuk ada beberapa prinsip yang mendasari persiapan pelaksanaan special event, antara lain :
i. Planning (perencanaan)
Semua unsur harus di cek kembali. Event tersebut harus
event tersebut. Serta penggunaan media massa akan sangat
berguna dalam pelaksanaannya
ii. Budgeting (anggaran biaya)
Untuk pelaksanaan sebuah special event harus diketahui harga
biaya keseluruhan detailnya.
iii. Purpose (tujuan)
Segala sesuatu yang diselenggarakan harus berdasarkan tujuan
yang ditentukan secara jelas.
iv. Controlling (pengawasan)
Dalam pelaksanaanya, setiap special event harus dikendalikan
secara pasti oleh seseorang yang mengetahui banyak mengenai
hal – hal yang mendasari pelaksanaan event tersebut. Pengawas
tersebut harus tahu juga operasional kegiatan secara keseluruhan.
v. Responsibility (tanggung jawab)
Dalam pelaksanaan special event harus ada seseorang yang
bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan event tersebut.
(Http://Korbaniklan.Multiply.Com/Journal/Item13, diakses pada
2.2.4 Lirik Lagu
Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh WJS Poer
Wardaminta, lirik berasal dari bahasa Eropa (lyric) yang artinya “sajak yang
melukiskan perasan”. Lirik lagu berperan penting karena ia turut memberi runtunan
bentuk pesan pada suatu lagu.
Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasan pribadi,
susunan kata sebuah nyanyian (KBBI dalam Ardiani M, 2009:7). Lagu adalah
berbagai irama yang meliputi suara instrument dan bernyanyi dan sebagainya,
nyanyian, tingkah laku, cara, lagak (KBBI dalam Ardiani M, 2009:7). Lagu adalah
suatu kesatuan music yang terdiri atas susunan berbagai nada yang berurutan
(Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009:8).
Proses penulisan lirik lagu pada dasarnya tak berbeda denga proses
penulisan sebuah sajak. Lirik lagu atau lagu secara utuh dapat lahir berdasarkan
pengalaman eksistensial pengarangnya dengan dunia sekelilingnya. Ia pun dapat
merupakan hasil perenungan pengarangnya terhadap suatu gejala yang dilihat
atau dirasakan. Hasil perenungan itu kemudian dituangkan dalam deretan kata
yang kemudian terangkai membentuk sebuah lagu. Dalam hal ini, pencipta lagu
merupakan komunikator yang hendak menyampaikan pesan – pesannya melalui
lirik lagunya kepada khalayak, yang ia harapkan sebanyak mungkin dapat
menerimanya.
Seorang pencipta lagu yang hidup pada jamannya akan melahirkan karya –
karyanya yang sesuai dengan jamannya. Setidaknya ia memulai dari keadaan
bentuk untaian kata, kalimat; yang mengalir membentuk lirik lagu. Seperti yang
dikatakan oleh Susanto, bahwa setiap kegiatan menyampaikan berita dapat pula
diartikan sebagai suatu kegiatan komunikasi, yang dalam kaitanya dengan berita –
berita yang menyangkut kehidupan manusia (masyarakat) dianalogikan sebagai
suatu kegiatan sosial (sosialisasi).
Lirik lagu juga dapat merefleksikan nilai – nilai dan norma – norma sistem
sosial yang lebih besar atau ideologi suatu kelas sosial. Ada beberapa contoh jenis
musik yang menjadi alat ekspresi dan sarat refleksi nilai masyarakat penggunanya,
seperti jenis music Blues. Blues lahir pada pertengaha abad ke-18 dikalangan
budak – budak negro diperkebunan kapas di Amerika Serikat. Mereka mencoba
mengungkapkan kepedihan hidup mereka dalam lirik – lirik lagu yang kebanyakan
bertema tentang kondisi hidup yang tertindas.
2.2.5
Semiotika
Semiotika didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda, pada dasarnya merupakan studi kasus atas kode-kode yakni sistem apapun yang memungkinkan
kita memandangan entitas-entitas tertentu sebagia tanda yang bermakna”
(Wibowo dalam Semiotika Komunikasi ,2011:3). Maka hal-hal itu orang lebih
sering menyebut upaya ini dengan ungkapan menemukan makna “berita dibalik
berita”.
Jadi semiotika merupakan ilmu dengan tanda, sebuah tanda menjadi
sesuatu yang dapat digunakan untuk menunjukan sesuatu. Ekspresi wajah
semuanya merupakan tanda. Kata-kata,tulisan dan gambar juga merupakan
tanda. Semiotika berupaya untuk mengenali cara orang menggunakan tanda dan
menawarkan sesuatu yang sifatnya ilmiah, yang menjelaskan fungsi setiap tanda.
Semiotika merupakan sesuatu bidang studi yang sangat luas cakupannya dan
lebih dikenal kedekatannya dengan studi-studi budaya serta menekankan pada
pendekatan kualitatif terhadap isi teks media.
Dick Hartoko memberi batasan bahwa “semiotic” adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat lewat tanda – tanda atau
lambang – lambang Luxemburg (1984), seperti dikutip secara sistematis mempelajari tanda – tanda, lambang – lambang, sistem – sistemnya, dan proses pelambangan”.
Disamping itu menurut Ferdinand de Saussure, “semiotika adalah ilmu yang mempelajari peran tanda (sign) sebagai bagian dari kehidupan sosial. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi serta
relasi – relasi tanda dalam penggunaannya didalam masyarakat. Oleh sebab itu, semiotika mempelajari relasi antara komponen – komponen tersebut dengan masyarakat penggunanya”. (Hipersemiotika, 2003:47.)
Dan Pierce menemukakan bahwa, “tanda (representasi) adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain. Oleh Pierce disebut denotatum. Mengacu beraarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila dapat di
interpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi, interpretant adalah pemahaman makna yang muncul dalam isi penerima tanda. Artinya, tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi
Hubungan ketiga unsur yang dikemukakan Pierce terkenal dengan nama segitiga semiotic”. (Semiotika Visual, 2004:37.)
Secara etimologis, istilah semiotic berasal dari kata Yunani semion yang
berarti penafsir “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang
menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api.
Saussure mengungkapkan bahwa “Semiologi didasarkan pada, selama perbuatan tingkah laku manusia membawa makna atau selama perbuatan dan
tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada di belakangnya sistem membedakan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda, di sana ada system”.
Bagi Pierce yang merupakan ahli filsafat dan logika menggambarkan bahwa “penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan dalam segala macam tanda”.
Sebagai sebuah kedisiplinan keilmuan, yaitu “ilmu tentang tanda” (The Science of Sign) tentunya semiotika mempunyai prinsip, sistem, aturan, dan prosedur – produser keilmuan yang khusus dan baku. Akan tetapi, pengertian ilmu
dalam ilmu alam (nature science), yang menuntut aturan – aturan, ukuran – ukuran matematis yang pasti untuk menghasilkan sebuah pengetahuan objektif sebagai kebenaran tunggal. Semiotika bukanlah ilmu yang mempunyai kepastian,
ketunggalan dan objektivitas macam itu, melainkan dibangun oleh pengetahuan yang lebih terbuka bagi aneka interpretasi.
Di alam semiotikus musik menurut Saussure, adanya tanda-tanda
keluar. Sistem tanda pada musik adalah Oditif. Untuk mencapai pendengarnya,
penggubah musik mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik
dalam bentuk tanda tertulis menjadi visual. Musik selalu memiliki simbol yang
dikemas sedemikian rupa hingga menjadi media penyampai pesan yang efektif
bagi masyarakat. “Pesan yang terkandung dalam musik beragam, pesan tentang
cinta, kerinduan hingga pesan perjuangan yang mengandung aspirasi tertentu
demi perubahan”. (Semiotika Komunikasi, 2004:114.)
Meski denotatum musik itu merupakan isi tanggapan dan perasaan yang
sangat kompleks dan sulit dilukiskan, namun Aart van Zoest mengungkapkan
bahwa “adanya tiga kemungkinan, yakni:
Pertama adalah untuk menganggap unsur – unsur struktur music sebagai
ikonis bagi gejala – gejala neurofisiologis pendengar. Dengan dmikian, irama
musik dapat dihubungkan dengan ritme biologis. Kemungkinan kedua, adalah
untuk menganggap gejala – gejala struktural dunia penghayatan yang dikenal.
Kemungkinan ketiga, adalah untuk mencari denotatum music ke arah isi
tanggapan dan perasaan yang dimunculkan music lewat indeksial”. (Van Zoest
Aart dalam Semiotika Komunikasi, 2004:144-145.)
Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek – objek, peristiwa – peristiwa, seluruh
2.2.6 Semiotika Sosial
Istilah semiotik sosial dapat dipandang sebagai suatu istilah yang
memperjelas suatu ideologi umum atau sikap cendekia, suatu sudut pandang yang
konseptual tentang pokok masalahnya. Tetapi, dalam implikasinya yang lebih
khusus, harus ditafsirkan mengenai kedua istilah itu, yaitu semiotik dan sosial.
Konsep semiotik mulanya berasal dari konsep tanda, dan kata modern ini
ada hubungannya dengan istilah semainon (penanda) dan semainomenon
(petanda) yang biasanya digunakan dalam ilmu bahasa yunani kuno oleh pakar
stoik. Oleh karena itu, semiotik dapat diberi batasan sebagai kajian umum tentang tanda – tanda. Tetapi ada satu pembatasan yang biasanya tetap tampak jelas
dalam sejarah pengertian tanda ini, yaitu kajian tentang tanda ini selalu cenderung
dilihat sebagai sesuatu yang terpisah, sesuatu yang mandiri, tentunya berdiri
sendiri sepenuhnya sebelum dihubungkan dengan tanda – tanda lainnya.
Kedua, tentang istilah sosial. Yang dimaksudkan ialah untuk
mengemukakan dua hal secara bersamaan. Yang pertama sosial yang digunakan
dalam arti sistem sosial, yang diartikan sinonim dengan kebudayaan. Jadi, bila
penulis mengatakan semiotik sosial dalam arti yang pertama, yang dimaksud tidak
lain adalah batasan sistem sosial atau kebudayaan, sebagai suatu sistem makna.
Semiotik sosial merupakan cabang dari bidang semiotika yang menelaah
manusia signifying praktek spesifik dalam keadaan sosial dan budaya, yang
mencoba untuk menjelaskan makna – makna sebagai sebuah praktek sosial.
Semiotika, sebagai awalnya didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure, adalah ilmu
memperluas wawasan untuk mendirikan implikasi dari kenyataan bahwa, ‘kode’,
bahasa, dan komunikasi, dibentuk melalui proses sosial. Implikasi yang penting
disini adalah bahwa arti dan semiotika yang dibentuk oleh sistem hubungan
kekuasaan dan bahwa sebagai kuasa ditangan masyarakat, bahasa, dan sistem
sosial lainnya dapat menerima dan melakukan perubahan.
Menurut Saussure, tanda bahasa (sign), tidak lepas dari beberapa unsur,
yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda adalah aspek material
dari suatu bahasa, sedangkan pertanda adalah aspek mental dari tanda bahasa.
Relasi keduanya bersifat arbiter (arbitay) atau diada – adakan. Misalnya, tidak ada
relasi alamiah antara kucing (k – u – c – i – n – g) dengan binatang berkaki empat,
berbulu, menyusui, suka mengeong dan memiliki cakar yang ditunjukan kata
kucing. Kedua, tanda bahasa terstruktur dalam langue dan parole. Langue adalah
pemakaian bahasa secara umum dan parole adalah pemaknaan tanda bahasa
secara individu pada saat dan massa tertentu. Fokus kajian Saussure adalah pada
langue. Dengan menekankan sifat aribitrer penandaan, logika, dan strukturiental bahasa, ia ingin menunjukan bahasa merupakan fenomena yang sui generis.
Artinya, bahasa itu otonom sebab makna diproduksi dalam sistem linguistik melalui
sebuah sistem pembedaan.
Terdapat sebuah perluasan kajian dalam semiotika, disini penulis mencoba
menjelaskan suatu bentuk perluasan semiotika, yaitu semiotika sosial yang
dikemukakan oleh M.A.K Halliday. Jika dilihat dari penjelasannya, Halliday
menyatakan bentuk semiotika sosial adalah suatu bentuk lambang – lambang
lambang – lambang dengan melihat konteks sosial yang membantu dalam proses
pembentukan lambang – lambang tersebut. Dalam hal ini, lambang – lambang
yang dikaji adalah sebuah teks yang pada dasarnya menyangkut masyarakat dan
seluruh bentuk proses sosial yang ada didalam masyarakat.
Pembahasan mengenai bahasa dan nilai rasanya hanya berhenti pada
analisa terhadap struktur bahasa itu sendiri. Padahal analisa bahasa dapat
menjangkau ranah yang lebih luas dari itu karena bahasa harus dilihat sebagai
permasalahan yang tidak terpisah dari konteks yang melingkupinya. Oleh karena
itu, setiap bahasa yang digunakan dapat dianalisa bukan hanya secara struktural,
tetapi juga menggunakan semiotika sosial sebagai bentuk analisa menyeluruh
terhadap bahasa lebih dalam tentang makna bahasa yang dikaitkan dengan
konteks latar budaya. Maka dengan analisa semiotika sosial, analisis bahasa juga
dapat menunjukan bagaimana realoitas sosial itu terjadi dan menjadi sesuatu.
Sebagai suatu realitas, bahasa adalah sebuah fenomena berupa
pengalaman fisik, logis, psikis penuturnya dalam konteks situasi dan konteks
budaya tersebut. Bahasa sebagai realitas sosial, artinya bahasa merupakan
fenomena sosial yang digunakan oleh penuturnya untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dalam konteks situasi dan budaya tertentu. Bahasa adalah realitas
semiotika yang berarti bahasa merupakan simbol yang mewujudkan realitas dan
realitas sosial dalam konteks situasi dan budaya tertentu. Dengan demikian, ketiga
unsur tadi merupakan satu kesatuan dalam mengekspresikan makna atau fungsi
dapat dipisahkan dari konstruk sistem semantis tempat realitas itu dikodekan.
Selanjutnya, Halliday (Konstruksi Realitas Sosial. 2001:23) merumuskan bahwa:
“Language is a shared meaning potential, at once both a part of experience and an intersubjective interpretation of experience.
Dalam komunikasi, berdasar-kan pengalaman yang dimilikinya yang bersifat
intersubjektif itu, masing- masing partisipan akan menafsirkan teks yang ada.
Dengan demikian, makna akan selalu bersifat ganda. Dengan melihat
permasalahan diatas, peneliti berusaha untuk melakukan analisa terhadap salah
satu lirik lagu dari Iwan Fals yaitu “Bongkar” dan “Bento” dengan menggunakan
pendekatan tentang kaitan antara teori tentang bahasa dengan ruang didalam
kehidupan sosial. Diaharapkan dengan analisa ini dapat membuka mata
masyarakat Bahasa tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang bernilai
kasaratau.
2.2.7 Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik
pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat
menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang
sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda
situasinya.
Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan
interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya,
diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of
signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik
perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah
signifier-signified yang diusung Saussure.
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang
menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua
penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut
akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan
membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi
kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut
akan menjadi mitos. Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat
menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk
halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang
melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat
bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada
pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya
dianggap sebagai sebuah Mitos.
Dalam menelaah tanda, kita dapat membedakannya dalam dua tahap.
Pada tahap pertama, tanda dapat dilihat latar belakangnya pada (1) penanda dan
bar ma kon con den dili ber ma yan kita (sig yan dig dan ru menelaa asuk ke tah nteks buday ntoh di atas notatif, yait hat kontek rsamaan di asuk ke taha ng akan me a, bunga ad gn) yang le ng tetap be abung aka n mampu m Peta Ta 1. 3. Den 4. CON (PEN ah tanda s hap kedua, ya, misalny s, pada tah u penanda ksnya, bun tangkai te ap II, maka ekar itu me dalah lamb ebih dalam ermekaran n membaw mengatasi s anda Rolan Signifier (penanda) otative sign ( NNOTATIVE SI NANDA KONO secara bah yakni me ya, sudah ik ap I, tanda nya berwuj nga mawa rsebut. Jika a secara ko rupakan ha bang cinta? maknanya di segala wa kita pada segalanya. nd Barthes tanda denota IGNIFIER OTATIF) 2 ( hasa. Dari nelaah tan kut berpera berupa bu jud dua ku r itu mem a tanda pad notatif dapa asrat cinta y Atas dasa a, bahwa h masa. Ma a sebuah m atif) 6. CONNOT (TANDA KO 2. Signified (petanda) pemahama nda secara n dalam pe unga mawa ntum mawa mberi peta da tahap I at diberi ma yang abadi ar ini, kita d hasrat cinta akna deno mitos, bahw 5. CON (PET TATIVE SIGN ONOTATIF) an bahasa konotatif. enelaahan t ar ini baru d ar pada sa nda mereka ini dijadika akna bahw . Bukankah dapat sam a itu abadi tatif dan k wa kekuatan NNOTATIVE SI TANDA KONO ini, kita d Pada taha tersebut. D dimaknai se atu tangkai. a akan m an pijakan u a bunga m h dalam bu pai pada ta i seperti bu konotatif ini n cinta itu a IGNIFIER OTATIF) dapat ap ini alam ecara Jika mekar untuk awar daya anda unga i jika abadi
Roland Barthes (1915-1980) menggunakan teori siginifiant-signifié dan
muncul dengan teori mengenai konotasi. Perbedaan pokoknya adalah Barthes
menekankan teorinya pada mitos dan pada masyarakat budaya tertentu (bukan
individual). Barthes mengemukakan bahwa semua hal yang dianggap wajar di
dalam suatu masyarakat adalah hasil dari proses konotasi. Perbedaan lainnya
adalah pada penekanan konteks pada penandaan. Barthes menggunakan
istilah expression (bentuk, ekspresi, untuk signifiant) dan contenu (isi, untuk
signifiè). Secara teoritis bahasa sebagai sistem memang statis, misalnya meja
hijau memang berarti meja yang berwarna hijau. Ini disebutnya bahasa sebagai first order. Namun bahasa sebagai second ordermengijinkan kata meja