• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI SKRIPSI ANALISIS SEMIOTIKA PADA LIRIK LAGU SANDARAN HATI OLEH GRUP BAND LETTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI SKRIPSI ANALISIS SEMIOTIKA PADA LIRIK LAGU SANDARAN HATI OLEH GRUP BAND LETTO"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

ANALISIS SEMIOTIKA PADA LIRIK LAGU SANDARAN HATI

OLEH GRUP BAND LETTO

Diajukan Oleh :

NAMA : M. PUTRA FAJAR NIM : 2011 – 41 – 308

KONSENTRASI : HUBUNGAN MASYARAKAT

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi Jakarta

(2)

BAB 1 

PENDAHULUAN 

 

1.1 Latar Belakang Masalah 

Humas adalah sebuah fungsi manajemen yang membantu pencapaian

tujuan sebuah organisasi, membantu mendefinisikan filosofi, serta memfasilitasi

perubahan organisasi. Menurut Cutlip, Center dan Broom Effective Public Relation

(2008: 68). Humas adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik,

mengindetifikasi kebijakan dan prosedur individual dan organisasi yang punya

kepentingan publik serta merencanakan dan melaksanakan program aksi dalam

rangka mendapatkan pemahaman dan penerimaan publik. Humas sebagai fungsi

manajemen yang membantu organisasi untuk mencapai tujuan, menentukan

filosofi dan memfasilitasi organisasi untuk berubah.

Jadi pengertian Humas adalah bagian penting dari suatu perusahaan yang

berfungsi sebagai perantara dalam berkomunikasi antara perusahaan dan

khalayak dan juga sebagai pihak yang dapat menjalin hubungan baik antara

perusahaan kepada pihak eksternal, juga antara pihak internal. Oleh sebab itu

seorang Humas harus memiliki tugas, fungsi yang berperan untuk menjalin

(3)

Sedang pengertian Humas menurut Effendy dalam bukunya Humas

Relation & Public Relation (2000: 218) adalah sesuatu yang merangkum

keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam atau keluar, antara

organisasi khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik yang

berlandaskan saling pengertian. Ketika menggunakan suatu konsep Humas harus

selalu diingat bahwa humas / Humas itu adalah kegiatan yang terencana baik itu

ke internal lembaga maupun ke eksternal (keluar) lembaga. Kegiatan humas

tersebut memiliki tujuan tertentu untuk melayani kepentingan public (public

interest).

Seiring dengan perkembangan jaman istilah Hubungan Masyarakat, tampak

semakin berkembang, baik dalam kegiatan studi maupun dalam kegiatan

operasionalnya. Prinsip–prinsip dasar humas itu konsisten dan kekal. Namun,

dalam prakteknya karena dipengaruhi oleh kekuatan sosial, perkembangan teknik

dan sains, dan lingkungan yang berubah terus menerus, ia berevolusi secara

konsisten dari tahun ketahun arti dan fungsinya menjadi lebih dimengerti dan

diterima dengan penuh, baik oleh umum maupun manajemen.

Faktor yang terakhir ini menghasilkan penciptaan dan penjelasan tentang

kebijaksanaan berseta pelaksanaan yang telah disebut diatas. Menurut Kamus

Komunikasi, Humas adalah:

“Komunikas dua arah secara timbal balik antara suatu organisasi dengan publiknya atau khalayaknya, baik public intern maupun public ekstern, dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dari organisasi tersebut, dengan meningkat pembinaan kerjasama dan pemenuhan kepentingan bersama, yang dilandasi asas saling pengertian dan saling mempercayai”.

(4)

Jadi dapat disimpulkan bahwa Humas adalah sesuatu yang merangkum

keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam atau keluar, antara

organisasi khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik yang

berlandaskan saling pengertian.

Special event merupakan salah satu program kerja yang diselenggarakan atau dilakukan oleh humas sebagai upaya untuk mempromosikan program–

program kegiatan atau produk yang dihasilkan oleh perusahaan/organisasi dalam

menarik minat khalayak untuk berpartisipasi dalam kegiatan acara tersebut

Special event atau peristiwa khusus adalah suatu kegiatan yang mampu memuaskan minat orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, mampu

meningkatkan pengetahuan dan memberikan kesenangan bagi mereka (public)

yang turut terlibat langsung dalam aktifitas / kegiatan spesial yang dilaksanakan.

Rosady Ruslan (2001:213) dalam Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations mengungkapkan “Event adalah merancang acara tertentu atau lebih dikenal dengan peristiwa khusus (special event) yang dipilih dalam jangka waktu, tempat dan ojek tertentu yang khusus sifatnya untuk mempengaruhi opini publik”

Band Letto menggunakan special event sebagai memperkenalkan lagu

sandaran hati kepada masyarakat agar mereka mengetahui makna sesungguhnya

dari lagu Sandaran Hati.

Musik merupakan bagian dari seni yang menggunakan bunyi sebagai media

penciptaannya. Tanpa musik dunia sepi, hampa dan monoton karena musik

mampu mencairkan suasana, merelaksasi hati serta menstimulasi pikiran manusia

sebagai pemeran cerita kehidupan. Musik tak sekedar memberikan efek hiburan,

(5)

hidup untuk memaknai hidup. Mendengarkan musik, menghayati dan

menikmatinya merupakan aktivitas menyenangkan yang dapat membuat kita

nyaman. Efek ini secara psikologis akan menimbulkan reaksi positif pada kondisi

fisik manusia. Musik berkomunikasi lewat liriknya. Lirik yang dibuat oleh pencipta

lagu memiliki kandungan makna yang tersirat yang coba disampaikan melalui

sebuah lagu. Kekuatan sebuah lirik lagu dapat membuat pendengar atau audience

dapat terbawa suasana, entah sedih ataupun senang. Kendati demikian, penikmat

musik mayoritas mendengarkan sebuah lagu hanya sebagai ajang hiburan. Tetapi

tidak selamanya mereka terhibur, semua tergantung kondisi dari tiap individu.

Musik merupakan salah satu cara aksi sosial yang dilakukan oleh

orang-orang sebagai tanda persahabatan yang pernah ada, merekam kejadian-kejadian

yang terjadi saat anda mendengarnya, begitu anda mendengar musik yang sama

anda pun mengingat kejadian yang telah direkam. Music itu bersemayam dalam

tubuh manusia. Kita mungkin berbeda asal, berlainan kepercayaan,dan budaya .

tapi, music menyatukan kita, arena menyatunya manusia dengan berbagai latar

belakang, Itulah gambaran kekuatan dari suatu musik. Musik tidak hanya sekedar

alunan nada yang tersusun menghasilkan irama tertentu, tetapi musik juga

menyampaikan pesan yang dapat ditangkap setiap orang saat mendengarkan.

Kita tidak membutuhkan penerjamah untuk menikmati apa yang disajikan

musik. Maka tak heran, bahwa setiap bahasa yang digunakan dalam bermusik

sifatnya universal. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa hidup tanpa

musik, karena baik disadari maupun tidak, musiklah yang membuat hidup menjadi

(6)

Untuk menganalisis musik tentu juga diperlukan disiplin, misalnya ethnomusicology dan antropologi. Sebagai sebuah disiplin yang populer dan memiliki metodologi yang sangat unik, ethnomusicology merupakan ilmu pengetahuan tentang musik yang relatif muda umurnya. Mantle Hood, seorang pelopor ethnomusicology dari USA memberikan definisi tentang ethnomusicology sebagai studi musik dari segi sosial dan kebudayaanya (Bandem, Semiotika Komunikasi, 2013:148).

Musik itu dipelajari melalui peraturan tertentu yang dihubungkan dengan

bentuk kesenian lainya termasuk bahasa, agama, dan falsafah. Pada zaman

sekarang musik juga merupakan salah satu hal yang memiliki nilai ekonomi.

Banyak orang berbondong-bondong menciptakan lagu untuk dipublikasikan agar

mendapat keuntungan. Musik juga dapat menjadi salah satu alat pengubah opini

publik. Musik biasanya digunakan sebagai cara untuk mengekspresikan protes

pada saat demo, dan sekarang tidak ada bencana di dunia yang tidak

mendapatkan lagu sendiri untuk mengumpulkan uang atau kesadaran. Merekapun

mengirim teman dengan link lagu melalui internet, atau membuat CD kompilasi

untuk seseorang yang mereka suka, mereka menggunakan musik sebagai bentuk

komunikasi, dan seseorang pasti bisa belajar banyak tentang seseorang dari jenis

musik yang mereka dengarkan. Dan biasanya karya-karya seseorang membuat

musik sesuai dengan apa yang mereka rasakan dan mereka fikirkan sesuai

dengan suasana hati mereka.

Musik merupakan komunikasi nonverbal jika dilihat dari sisi nada dan

melodi. Dengan melodi pada musik kita dapat berpendapat bahwa hal itu akan

menyampaikan sebuah pesan tertentu. Misalnya, jenis musik jazz dengan

perpaduan melodinya yang harmonis, biasanya dinikmati oleh kalangan menengah

(7)

mengerti bahwa tempat tersebut adalah tempat orang-orang menengah keatas

berkumpul. Selain itu, dengan mendengarkan musik jazz yang pelan dan sendu,

kita akan mengerti bahwa pendengarnya sedang dalam keadaan sedih atau

sedang ingin sendiri.

Begitu juga sebaliknya, dengan mendengarkan musik jazz yang bertempo

cepat, kita akan mengerti bahwa pendengarnya sedang dalam keadaan senang

dan rileks. Begitu pula dengan musik instrumental, biasanya pendengarnya adalah

orang-orang yang menginginkan ketenangan. Lain halnya dengan musik rock yang

identic dengan anak muda dan musik keras. Ketika kita mendengarkan musik rock

diputar disuatu tempat, kita akan mengerti bahwa tempat tersebut berisi anak-anak

muda. Mendengarkan musik rock dapat meluapkan emosi pendengarnya. Begitu

pula dengan berbagai macam jenis musik yang lain seperti pop, R n B, dangdut,

punk, klasik, dan lain sebagainya. Penikmat segala macam musik juga tergantung

pada kondisi psikologis seseorang. Memilih salah satu jenis musik untuk

didengarkan, berarti sedang melakukan komunikasi pada orang lain mengenai

perasaanya. Lagu mengkomunikasikan pesannya dengan tingkatan nada dan

melodinya. Dengan tinggi rendahnya nada dan tempo yang cepat dan pelan, lagu

mengkomunikasikan pesannya kepada pendengarnya. Musik pula yang

menyebabkan sebuah lagu dapat diterima dan membawa pendengarnya terbawa

suasana.

Secara umum, musik merupakan salah satu bentuk hiburan yang ada

dimasyarakat. Konten dari musik juga dapat berupa pesan yang informatif. Seperti

(8)

yang berisi nama – nama binatang, nama – nama bulan atau nama – nama hari).

Walaupun musik bersifat universal, musik juga dapat menggambarkan ciri budaya

yang kental hingga dapat dipatenkan sebagai milik suatu negara. Seperti Dangdut

yang berasal dari Indonesia, Hip-Hop dari Amerika atau Reggae dari Jamaica

yang sudah ada di ada di belantika musik didunia.

Ada banyak sekali jenis lagu di dunia dan masing – masing jenis lagu

tersebut memiliki maksud serta tujuan. Karena sifatnya yang abstrak, penulis atau

pengarang lagu hanya dapat berekspresi dalam penulisan lirik lagu tersebut. Lirik

lagu biasanya mengangkat tema – tema tertentu sesuai tujuan penulisnya. Lagu

sendiri merupakan sebuah karya seni yang berasal dari perpaduan antara puisi

dan seni musik. Puisi pada dasarnya berisi tentang diksi yang jika dibacakan akan

menjadi sebuah susunan bacaan yang indah. Sedangkan seni musik adalah

harmonisasi dari beberapa alat musik yang ketika dimainkan menghasilkan suara

yang indah pula. Maka ketika dua komponen seni ini dipadukan akan

menghasilkan sebuah lagu yang menarik pula.

Pesan pada lagu terletak pada substansi lirik lagu itu sendiri. Yang

bahwasannya lagu berasal dari puisi dengan paduan musik, puisi tersebut

biasanya mengangkat tema-tema tertentu seperti tema perjuangan, tema

percintaan, dan tema – tema lainnya. Sebagai contoh seperti pesan pada lagu

dengan tema perjuangan misalnya, pasti akan terdapat diksi tentang semangat

perjuangan dengan diiringi musik yang memiliki tempo cepat pula, begitupun

(9)

Cara kerja lagu sebagai media penyampai pesan sangat sederhana. Yaitu,

ketika penyanyi menyanyikan lagu kemudian didengar oleh para pendengarnya.

Sehingga terjadi sebuah bentuk komunikasi satu arah yaitu yang dalam konteks ini

adalah penyanyi sebagai pembawa pesan dan pendengar sebagai penerima

pesan. Cara kerja yang sangat sederhana seperti yang dipaparkan seperti ini

dimanfaatkan oleh kaum pemilik modal untuk ladang bisnisnya, khususnya di

bidang hiburan.

Pemanfaatan lagu sebagai media penyampai pesan sebenarnya

merupakan hal yang biasa jika dibandingkan dengan media penyampaian pesan

lainnya. Namun, menjadi hal yang luar biasa ketika pendengar menangkap pesan

yang disampaikan oleh penyanyi secara mudah. Jadi, penyanyi tidak sekedar

menyanyi dengan suara indah, tetapi juga dapat menyampaikan pesan pada lagu

tersebut. Tentunya untuk menyampaikan pesan pada lagu dengan mudah, harus

didukung oleh kemampuan yang lainnya seperti kemampuan olah vokal yang baik

dan kemampuan bermain karakter ketika bernyanyi.

Namun, apakah musik hanyalah sekedar musik? Sebuah tangga nada yang

terhubung dan menghasilkan irama yang indah dan akhirnya menjadi sebuah

karya atau lagu. Apakah sebatas itu? Apakah Musik sebagai seni hanya

merupakan bagian dari Industri belaka?

Karl Marx berbicara soal seni. Menurutnya, seni sebagai bagian dunia yang

perlu dibedakan dari kerja manusia tentu bukanlah sekedar tiruan atau refleksi dari

realitas eksternal, melainkan lebih jauh merupakan upaya memasukan realitas tadi

(10)

hidupnya sebagai objek kesadarannya. Selalu ada unsur – unsur dalam seni yang

mengandung tujuan di dalam dirinya sendiri.

Musik sebagai seni tidak hanya lantunan nada yang dapat menghasilkan

keuntungan bagi dunia industri. Musik sebagai seni memiliki tujuan dan ideologi

yang sengaja dituang dalam lantunan nada dan lirik – liriknya. Musik – musik yang

memiliki tujuan dan ideologi di dalamnya dijadikan alat perjuangan oleh sebagian

orang, musisi, atau bahkan seniman.

Musik menjadi media penyampaian aspirasi dan dapat mewakili suatu

situasi secara komunikatif, itulah musik sebagai seni yang sebenarnya. Musik

sebagai seni tidak akan pernah lepas dari pengalaman yang dapat menginspirasi

serta mewakili para penikmatnya.

Terkait musik sebagai media penyampaian aspirasi, di Indonesia banyak

seniman atau musisi yang memiliki karya-karya unik dan variatif mulai dari musik,

aransemen, sampai lirik yang mengandung berbagai makna dan semangat yang

mewakili keadaan atau psikologis pendengarnya. Salah satu contohnya adalah

grup band asal Yogyakarta, Letto. Pada tahun 2005 mereka mengeluarkan album

yang berjudul truth, cry,dan lie salah satu lagu yang menjadi hits atau populer

pada album ini adalah Sandaran Hati.

Tak hanya di Indonesia, Sandaran Hati berhasil menduduki tangga teratas

di beberapa stasiun Radio Malaysia seperti HOT FM, HITZ FM, BEST 104 FM.

Album Letto yang pertama ini sebelumnya juga mendapatkan anugerah 'Planet

Muzik 2007' sebagai group musik terbaik di Singapura pada 8 Juni 2007. Terkait

(11)

situasi dan kondisi manusia pada keadaan tertentu, yang berhubungan dengan

proses komunikasi yaitu komunikasi intrapersonal.

Lirik sandaran hati adalah potret perjalanan seorang manusia yang

merindukan Tuhannya dan dia mencoba membahasakan cintanya dengan bahasa

yang ia pahami. Pada dasarnya dalam situasi tertentu manusia akan mengalami

keadaan dimana mereka merasakan kekosongan dan butuh sandaran untuk

hidupnya. Pada umumnya masyarakat Indonesia memiliki budaya beribadah saat

mereka tidak tahu kemana untuk menyandarkan hatinya selain kepada Tuhan.

Karena dia tidak bisa menemukan apa yang bisa mengobati rindunya di dunia

kecuali bersandar kepada tuhannya. Perjalanan yang dialami oleh semua orang,

pasti rindu pada sesuatu yang ia tidak ketauhi suatu saat. Saat hati sedang

kosong, seseorang mencoba mengisi kekosonganya dengan kekayaan, mengisi

kekosongonya dengan kebanggan pekerjaanya, mengisi kekosonganya dengan

apa yang ia anggap bisa membuat dia tinggi di depan masyarakatnya, banyak

cara yang dilakukan manusia untuk mengisi kekosongan hatinya. Tetapi pada

akhirnya manusia akan kembali pada kekosongan oleh sebab itu agama menjadi

sangat populer karena itu bisa menjawab kekosongan dihati manusia. Sandaran

hati itu belajar satu aspek dari kekosongan manusia yang menjadi inti dari lirik

Sandaran Hati. Semua manusia itu mempunyai kekosongan pada diri manusia

tetapi merasa masih bisa diobati dari luar, contohnya sekarang anak muda tidak

merasa adanya kekosongan karena masih banyak yang dilakukan oleh dia, ia

masih mempunyai cita cita, masih mempunyai gadis impian. Dia merasa itu bisa

(12)

Sandaran hati juga merupakan penggambaran sebuah perjalanan manusia

mengenal dirinya sendiri. Semua orang pernah mengalami kangen, rindu, cinta.

Rindu biasa berbeda beda, misalnya anak kecil rindu dengan mainan, orang

dewasa rindu dengan cinta, yang pada akhirnya manusia akan rindu dengan

penciptanya.

Sebagai mahluk rohani, kita di anugerahi kesadaran pribadi. Dengan

kemampuan itu kita dapat mengenal diri kita sendiri dan berefleksi tentang diri kita.

Kita dapat membuat diri menjadi objek yang dapat kita lihat, pandang dan

renungkan. Jika melihat sesuatu, maka kita sadar bahwa kita melihat diri kita yang

sedang melihat sesuatu. kita dapat merenungkan apa arti melihat. Kita dapat

menemukan motivasi yang mendorong kita untuk melihat. Kita dapat mencatat

sudut pandang dari mana kita melihat. Dan, kita dapat menyelediki sesuatu yang

kita lihat, baik secara keseluruhan maupun dari segi yang kita minati saja.

Dengaan kesadaran diri itu kita dapat berkomunikasi intrapersonal dengan diri

sendiri guna mengenal dan berefleksi tentang diri, hidup, dan prilaku kita.

(komunikasi intrapersonal dan interpersonal. 2003. 51)

Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi

didalam diri individu, atau dengan kata lain proses komunikasi dengan diri sendiri.

Sepintas lalu memang agak lucu kedengarannya, kalau ada orang yang

berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Terjadinya proses komunikasi disini karena

adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya

(13)

kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia,

baik yang terjadi diluar maupun didalam diri seseorang.

Komunikasi yang melibatkan manusia dengan Tuhannya itulah yang sering

disebut komunikasi transendental. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak

dapat berdiri sendiri, ia membutuhkan orang lain untuk mempertahankan

eksistensinya. Manusia harus membangun hubungan horisontal yakni dengan

manusia lainnya dan vertikal dengan Tuhannya. Hubungan itu akan membawa

seorang individu menjadi manusia paripurna.

Hubungan dialektis antara dimensi vertikal dan horizontal dapat dijelaskan

pula dengan melihat tiga perspektif transendental yaitu penerimaan, respons dan

reaksi. Tiga istilah ini merujuk pada sisi kemanusiaan dari pernyataan Ilahi yaitu

bahwa manusia melakukan reaksi atas komunikasi dengan dirinya yang telah

menerima pesan Tuhan. Jadi dalam perspektif penerimaan manusia dicari Tuhan.

Dalam perspektif respons manusia mencari Tuhan, misalnya dalam bentuk doa.

Doa dapat dipahami sebagai dialog intrapersonal dengan diri sendiri, di mana

misteri diri secara intuitif dialami sebagai tanda komitmen kepada Tuhan. Aspek

Vertikal dari komunikasi yang menunjukkan bahwa individu pada akhirnya

terhubung dengan pencipta sebagai sumber dari adanya dan bahwa hubungan itu

merupakan dasar dari diri sebagai individu. Berhubungan dengan Allah atau

Tuhan merupakan kebutuhan dasar yang menjadikan seorang individu merasa

(14)

Dalam Islam, hubungan manusia dengan Tuhannya dibangun melalui

shalat, zikir, doa serta melalui ibadah-ibadah lain yang tujuannya untuk

mendekatkan diri kepada Tuhannya seperti melaksanakan ibadah haji. Melalui

doa, manusia dapat melakukan komunikasi dengan Allah tanpa hijab, tanpa tabir

duniawi dan ragawi yang menghalangi. Pada saat seseorang sedang berdoa

dengan khusyuk, terjadi proses transformasi kefanaan dan secara substansial

melebur dengan Allah, meskipun jasadnya tetap menapak bumi. Dengan

doa, manusia melakukan komunikasi transendental yang bisa dibentuk dalam

suasana yang dekat, akrab, dan mesra. Ibarat komunikasi antar manusia,

komunikasi transendental dilakukan untuk menyampaikan pesan-pesan baik

berupa informasi maupun kehendak seseorang kepada komunikan, dalam hal ini

komunikannya bersifat supranatural. Ketika berkomunikasi, saat berhadapan

dengan obyek, kita bisa mengatur strategi komunikasi yang relevan. Seperti dalam

komunikasi antar manusia, terdapat dua bentuk komunikasi yakni verbal dan non

verbal. Dalam perspektif ini doa termasuk komunikasi verbal. Sedangkan puasa,

haji, dan ritual ibadah lainnya termasuk komunikasi non verbal. Komunikasi

transendental bisa dibentuk dalam suasana yang dekat, akrab, dan mesra

ditentukan oleh kondisi fisik dan psikis, lingkungan, waktu dan tempat saat

berkomunikasi dengan Allah.

Dalam proses pengambilan keputusan, sering kali sering kali seseorang

diperhadapkan pada sebuah pilihan Ya atau Tidak. Keadaan ini membawa

(15)

mempertimbangkan untung ruginya sesuatu keputusan yang akan diambil. Cara ini

hanya bisa dilakukan dengan metode komunikasi dengan diri sendiri.

Beberapa kalangan menilai bahwa proses pemberian arti terhadap sesuatu

yang terjadi dalam diri individu, belum dapat dinilai sebagai proses komunikasi,

melainkan suatu aktivitas internal monolog (Asante,1979). Studi tentang

komunikasi dengan diri sendiri kurang begitu banyak perhatian, kecuali dari

kalangan yang berminat dalam bidang psikologi behavioristic. Karena itu literature

yang membicarakan tentang komunikasi intrapersonal boleh dikata sangat langka

ditemukan (pengantar ilmu komunikasi oleh Drs. Nurdin Pakaya. 2009. 60)

Lirik lagu sandaran hati secara tidak langsung adalah penggambaran

sebuah proses komunikasi, sesuai dengan penjelasan tentang kajian komunikasi

transedental. Lirik lagu tersebut mempelajari aspek kekosongan pada diri manusia

sehingga manusia membutuhkan tempat bersandar, yaitu bersandar kepada

Tuhannya. jika manusia mengalami kekosongan manusia cenderung akan

melakukan hal negatif yang bersifat melanggar norma-norma yang sudah ada.

sehingga penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul “Analisis Semiotika Pada

Lirik Lagu Sandaran Hati Oleh Grup Band Letto”.

1.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini akan mengkaji llirik lagu Sandaran Hati dari group band

(16)

dan denotasi (Semiotika Komunikasi, 2013, 68-69). Peneliti akan menganlisis

mitos kontosi dan denotasi dari lriik lagu tersebut.

1.3 Perumusan masalah

Dalam melakukan sebuah penelitian diperlukan adanya suatu perumusan

masalah agar peneliti memperoleh hasil yang maksimal. Menurut Husaini Usman,

perumusan masalah yaitu “Usaha – usaha untuk menyatakan secara tersurat

pertanyaan – pertanyaan penelitian apa yang perlu dijawab atau dicarikan jalan

pemecahannya”. (Usman & Setiady, 1996:26.)

Lirik lagu sandaran hati menurut penyair adalah lagu religi. Karena Band

Letto pada saat itu adalah band baru dan genre yang sedang naik daun saat itu

adalah genre pop. Akhirnya pihak studio rekaman meminta Lagu Sandaran Hati

dikemas menjadi pop percintaan untuk mendorong popularitas mereka

Dari rumusan masalah yang masih luas dan bersifat umum, sehingga

penelitian ini memiliki alur pikir yang jelas dan terarah, maka disusun identifikasi

masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah pemaknaan denotasi, konotasi dan mitos pada lirik lagu

Sandaran Hati oleh Grup Band Letto?

1.4 Tujuan

Penelitian

Tujuan penelitian menurut Husaini Usman, dan Purnomo Setiady, yaitu

(17)

dengan maksud agar peneliti dan juga pihak lain yang membaca laporan kita

dapat mengetahui dengan pasti tujuan penelitian kita dengan sesungguhnya”.

(Usman & Setiady, 1996:23.) Adapun secara khusus tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pemkanaan konotoasi, denotasi dan mitos dari lirik lagu

“Sandaran Hati” oleh grup band Letto.

1.5 Signifikansi

Penelitian

Setiap penelitian tentunya mempunyai suatu kegunaan yang nantinya dapat

diambil manfaatnya secara teoritis maupun secara Praktis.

1.5.1 Signifikansi Teoritis

Teoritis untuk mengembangkan kajian semiotika Roland Barthes dan

menyumbang penelitian yang sudah ada mengenai pemaknaan denotasi dan

konotasi lagu.

1.5.2 Signifikansi Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi media

massa dan praktisi hubungan masyarakat, terutama dalam mengangkat dan

mendefinisikan realitas sosial dalam sebuah peristiwa yang terjadi dalam

masyarakat. Dan juga untuk memperluas wawasan masyarakat umum tentang

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis

Penulis melihat penelitian terdahulu sebagai referensi di dalam

penelitiannya saat ini. Berikut beberapa penelitian terdahulu :

1. Penelitian pertama dilakukan oleh mahasiswa yang bernama Zeldjian

Poetra Athallah, Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama) yang

berjudul Analisis Semiotika Makna Lagu “Patriot Moral Prematur” Karya

Dead Squad. Tujuan dari penelitian : Untuk mengetahui makna yang

terkandung di lagu “Patriot Moral Prematur” karya Dead Squad. Dalam

penelitian ini teori yang digunakan adalah Semiotika Ferdinand De

Saussure, dan Konstruksi Realitas Sosial.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Paradigma yang digunakan adalah

paradigma konstruktivisme. Hasil penelitian apabila ditinjau dari keseluruhan lagu yang telah dibedah, makna yang terukir dalam lagu Patriot Moral Prematur karya Dead Squad adalah menceritakan

ketidaksukaan masyarakat terhadap tindak prilaku ormas yang digambarkan semena-mena, berprilaku tak berprikemanusiaan dan keadilan.

(19)

2. Penelitian kedua dilakukan oleh Gian Asmara mahasiswi universitas prof Dr. Moestopo (Beragama) yang berjudul Pemaknaan Sosial Politik Dalam Lirik Lagu Iwan Fals Yaitu, Bongkar & Bento. Tujuan penelitian untuk

mengetahui bagaimanakah pemaknaan sosial politik dalam lirik lagu Iwan Fals dengan menggunakan metode Semiotika Sosial M.A.K Halliday. Untuk mengetahui ideology yang terkandung dibalik lirik lagu Iwan Fals.

Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah Semiotika Sosial dan Konstruksi Realitas Sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Hasil dari

penelitian ini adalah Apabila ditinjau dengan Semiotika Sosial M.A.K Halliday, makna didalam lirik lagu Iwan Fals, Bongkar dan Bento mempunyai arti yang luas dalam penafsiran setiap bait lirik kedua lagu

tersebut. Bongkar merupakan representasi keprihatinan Iwan Fals mengenai kasus Kedung Omboh, Kaca Piring, dan Way Jepara.

Perbedaan :

• Dalam penelitian sebelumnya membahas pemaknaan Lirik Lagu menurut teori Semiotika Ferdinand De Saussure. Dan penelitian sebelumnya yang kedua membahas tentang pemaknaan Lirik Lagu menurut Semiotika sosial dan Teori Ideologi. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes.

• Dalam penelitian sebelumnya paradigma yang di gunakan ialah paradigma konstruktivis sedangkan dalam penelitian ini paradigma

yang di gunakan ialah paradigma kritis.

(20)

Persamaan :

• Penelitian sebelumnya dengan penelitian ini memiliki persamaan menganalisis pemaknaan lirik lagu.

• Dalam penelitian sebelumnya dan penelitian ini menggunakan metodologi yang sama yaitu metodologi kualitatif

Tabel 2.1.1

Matrik Perbandingan Penelitian Sebelumnya Penelitian

Sebelumnya

Penelitian Sebelumnya

Penelitian Baru

Nama Peneliti Zeldjian Poetra

Athallah

Gian Asmara M Putra Fajar

Judul Penelitian Analisis Semiotika

Makna Lagu “Patriot

Moral Prematur”

Karya Dead Squad

Pemaknaan Sosial

Politik dalam Lirik

Lagu Iwan Fals

yaitu, Bongkar dan

Bento

Analisis Semiotika

Pada Lirik Lagu

“Sandaran Hati”

oleh grup band

Letto Tujuan Penelitian Untuk mengetahui makna yang tergantung di lagu

“Patriot Moral” Karya

Dead Squad

Untuk mengetahui

bagaimanakah

Pemaknaan Sosial

Politik dalam Lirik

Lagu Iwan Fals

Untuk mengetahui

pemaknaan

Konotasi dan

Denotasi dari lirik

(21)

dengan menggunakan Metode Semiotika Sosial M.A.K Halliday. Untuk mengetahui ideologi yang terkandung dibalik

lirik lagu Iwan Fals.

Hati” Karya Letto

Paradigma Konstruktivis Konstruktivis kritis

Metodologi Kualitatif Kualitatif Kualitatif

Teori -Semiotika Ferdinand

De Saussure -Konstruksi Realitas Sosial -Semiotika Sosial -konstruksi Realitas Sosial -Semiotika Roland Barthez -Konstruksi Realitas Sosial

Kesimpulan Apabila ditinjau dari

keseluruhan lagu

yang telah dibedah,

makna yang terukir

dalam lagu Patriot

Moral Prematur karya

Apabila ditinjau

dengan Semiotika

Sosial M.A.K

Halliday, makna

didalam lirik lagu

(22)

Dead Squad adalah

menceritakan

ketidaksukaan

masyarakat terhadap

tindak prilaku ormas

yang digambarkan semena-mena, berprilaku tak berprikemanusiaan dan keadilan. dan Bento mempunyai arti

yang luas dalam

penafsiran setiap

bait lirik kedua lagu

tersebut. Bongkar merupakan representasi keprihatinan Iwan Fals mengenai kasus Kedung Omboh, Kaca

Piring, dan Way

Jepara.

2.2 Tinjauan Konsep- Konsep Penelitian dan Teori

2.2.1 Public Relations

1. Pengertian PR (Public Relations)

Humas merupakan singakatan dari hubungan masyarakat. Humas bekerja

dalam mengkomunikasikan atau menyebarluaskan suatu informasi atau pesan

(23)

Istilah Public Relations atau Humas sebenarnya tidak ada perbedaannya, namun

saat ini, biasanya istilah Humas digunakan dalam organisasi atau lambaga

pemerintahan, sedangkan istialh Public Relations lebih sering digunakan di dalam

perusahaan asing atau swasta.

Menurut Cutlip, Center and Broom (2011:6) dalam buku Effectives Public Relations mengatakan bahwa:“Public Relations adalah fungsi manjemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan organisasi tersebut.”

Berdasarkan pengertian dari diatas, penulis dapat melihat bahwa Public

Relations tidak hanya terbatas pada saling pengertian saja, melainkan juga berbagai macam tujuan khusus lainnya yang berkaitan dengan saling pengertian

tersebut. Tujuan-tujuan khusus tersebut meliputi penanggulangan

masalah-masalah komunikasi yang memerlukan suatu perubahan tertentu, misalnya

mengubah sikap negatif menjadi positif.

2. Peran PR (Public Relations)

Perkembangan professionalisme Public Relations yang berkaitan dengan pengembangan peranan Public Relations, baik sebagai praktisi maupun professional dalam suatu organisasi atau perusahaan, menurut Dozier & Broom (1995) sebagaimana dikutip oleh Rosady Roeslan dalam buku Manajemen Public Relations, bahwa peranan Public Relations dibagi empat kategori dalam suatu organisasi, yaitu sebagai berikut :

1. Expert Prescriber

Sebagai praktisi ahli Public Relations yang berpeng-alaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu untuk mencari solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (public relationship). Hubungan praktisi pakar Public Relations dengan manajemen organisasi seprti hubungan antara dokter dengan pasiennya. Artinya, pihak manajemen bertindak pasif atau

(24)

menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar Public Relations (expert prescriber) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan.

2. Communications Fasilisator

Dalam hal ini, praktisi Public Relationsbertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya dari organisasi bersangkutan, sekaligus harus mampu menjelaskan kembali keinginan organisasi kepada pihak publiknya. Dipihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.

3. Problem Solving Process Fasilitator

Peranan praktisi Public Relationsdalam hal proses pemecahan persoalan Public Relations ini, merupakan bagian tim manajemen untuk membantu pimpinan organisasi baik secara penasehat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan professional.

4. Communications Technician

Berbeda dengan peranan praktisi Public Relations professional sebelumnya, yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Sedangkan dalam peranan Communications Technician sebagai Journalist in Resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan Methode of Communication in Organizations dan sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian. Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkatan atasan.

3. Kegiatan Public Relations

Menurut Cutlip, Center and Broom (2011:89) dalam buku Effectives Public

Relations mengatakan bahwa 70% persen dari kegiatan humas berhubungan dengan tulis-menulis selain tugas-tugas lainnya, di antaranya:

1. Merancang pesan tematik agar pesan yang disampaikan oleh organisasi

(25)

2. Melakukan segmentasi media, dimana seorang humas harus mampu

memformulasikan keseimbangan saling dukung antara media cetak dan

elektronik.

3. Komunikasi interaktif. Contohnya beberapa organisasi dalam merancang

logonya melakukan pelibatan konsumen dimana dilakukan kompetisi

merancang logo, contoh lain adalah rubrik konsultasi atau jasa layanan

konsumen melalui telpon.

4. Menjaga reputasi perusahaan dan citra produk melalui pemanfaatan

kekuatan pesan dan atau kombinasinya. Iklan multiguna (memanfaatkan

momentum psikologis).

5. Penjualan simpatik.

6. Melakukan iklan layanan masyarakat.

7. Pemasaran dari mulut kemulut.

8. Ajang pemasaran khusus dimana aktivitas dirancang untuk melibatkan

khalayak.

9. Memanfaatkan komunikasi yang akrab untuk pelanggan.

Dari penjelasan diatas, peneliti memahami bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan humas adalah komunikasi dua arah, dengan tujuan agar pesan atau informasi yang disampaikan mendapat respon atau tanggapan sehingga

terciptanya suatu opini baru. Karena itu, humas sebagai fungsi manajemen, pelayanan dan bukan hanya menciptakan opini publik, tetapi juga memperdalam suatu kepercayaan publik. Dengan adanya suatu kepercayaan yang diberikan

(26)

kepada publik, maka humas dapat dikatakan berhasil melakukan komunikasi dua arah.

Dari pendapat tersebut peneliti menyimpulkan suatu kegiatan yang

dilakuakn humas berkaitan dengan komunikasi organisasi yang baik dan terarah

sehingga menghasilkan output yang baik untuk disebarluaskan kepada publik.

2.2.2 Media Public Relations

Dalam setiap melaksanakan program-programnya seorang praktisi Public

Relations harus dapat mengetahui media apa yang akan digunakan dalam

menunjang kegiatan yang akan dilakukan oleh seorang praktisi Public Relations,

sehingga secara rutin, teratur, kontinu, dan bahkan dalam keadaan darurat

sekalipun dapat dilaksanakan bagi kepentingan perusahaan dengan

publik-publiknya. Sedangkan media itu sendiri merupakan alat perantara dalam saluran

komunikasi, dalam kegiatan Public Relations media berfungsi sebagai alat

perantara untuk menunjang kegiatan komunikasi dalam rangka menciptakan dan

memelihara hubungan baik yang harmonis dengan publik-publiknya. Menurut

Cutlip, Center and Broom dalam bukunya Effective Public Relations (1994 : 263

-273) mengklasifikasikan media dalam tiga kategori, dimana ketiga macam media

itu dapat digunakan untuk publik internal dan publik eksternal, yakni :

1. The Printed word (Media Tertulis/Tercetak) : Majalah perusahaan,

(27)

Buku pedoman kerja karyawan, Press Release, Letters, Bulletin

Boards, Poster, Billboards, NaskahPidato, Dll.

2. The Spoken Words (Media Lisan) : Meeting, Closed Circuit Television,

Telaconferecing, Telephone, Konferensi Pers, Siaran Radio, Press Interview, Tape Recorder, Press Tour, Dll.

3. The Image (Media Audio Visual) : Televisi, Film, Slides Film, Open

House, Stage Event, Art Program, Pameran, Demonstrasi.

Masing-masing media diatas memiliki kelebihan dan kekurangan dalam

proses penyampaian pesan, oleh karena itu dengan melakukan pemilihan media

yang tepat dalam menjalankan semua kegiatan-kegiatannya diharapkan pesan

yang disampaikan oleh komunikator yang dalam hal ini adalah praktisi Public

Relations dapat diterima, dimengerti, serta dipahami oleh komunikan yang pada

khususnya adalah publik-publik perusahaan tersebut.

Tujuan Media Humas

1. Promosi & tingkatkan pemasaran

2. Komunikasi berkesinambungan

3. Tingkatkan kepercayaan publik

4. Tingkatkan citra perusahaan/organisasi.

Pemilihan Media

1. Radio; Plus : penyampaian gagasan sederhana dan langsung, teks luwes

(28)

variasi, fakta tak bisa dibeberkan lengkap, melelahkan (suara dan waktu

terbatas), hanya bisa didengarkan sekali.

2. Siaran televisi; Plus : jangkau masyarakat luas, audio visual; Minus : biaya

mahal, komunikasi satu arah, siaran cepat, daya beli mahal

3. Surat kabar; Plus : menjangkau semua lapisan masyarakat, murah;

Minus: penyampaian berita tergantung penulis

4. Media Online: Plus: Trending, terutama media sosial & blog, menjangkau

seluruh lapisan masyarakat, menjangkau seluruh dunia (internasional),

dapat diakses kapan dan di mana saja, terdokumentasi. Minus: butuh

akses internet, SDM bidang media online masih terbatas, butuh

keterampilan khusus mengelola & menulis di media online (internet).

 

2.2.3 Special Event 

Special event merupakan salah satu program kerja yang diselenggarakan atau dilakukan oleh humas sebagai upaya untuk mempromosikan program–

program kegiatan atau produk yang dihasilkan oleh perusahaan/organisasi dalam

menarik minat khalayak untuk berpartisipasi dalam kegiatan acara tersebut.

Special Event menurut istilah antara lain sebagai berikut :

1. Special berarti sesuatu yang istimewa, pengecualian dan tidak umum.

2. Event, suatu kejadian yang penting atau peristiwa khusus, baik yang

terjadi secara internal, lokal, maupun nasional dan bahkan peristiwa

(29)

Special Event Letto Sandaran Hati

Special event merupakan kegiatan humas eksternal dan juga termasuk dalam program kegiatan Marketing Public Relations (MPR) guna mempromosikan

program – program kegiatan atau produk yang dihasilkan oleh sebuah

organisasi/perusahaan dalam menarik minat khalayak untuk berpartisipasi dalam

kegiatan yang dipromosikan oleh humas. Humas eksternal yang dimaksud adalah

sebutan bagi humas dalam menjalin komunikasi dalam suatu organisasi atau

perusahaan yang ditunjukan kepada publik eksternalnya atau sebagai sasaran

yang dituju misal masyarakat.

Humas Letto berkomunikasi kepada khalayak baik secara verbal maupun

non verbal. Dalam kaitan ini grup band Letto mencoba berkomunikasi kepada

khalayaknya melalui lirik lagu Sandaran Hati. Hal ini sejalan pula seperti yang

dikatakan Dieter Mack dalam bukunya Sejarah Musik (1999.204) langkah –

langkah komunikasi dalam musik antara lain:

1. Perhatian nan disebabkan oleh suatu karya musik merupakan langkah pertama dalam proses komunikasi.

2. Langkah kedua ialah pendekatan nan lebih inti. Pendekatan ini tergantung usaha kita sendiri. Tetapi semakin kita mengamati karya –

karya musik nan berbeda, semakin mudah proses pendekatanya.

3. Langkah ketiga dapat digabung dengan pendekatan nan lebih kognitif, artinya kita berusaha mempelajari tentang latar belakang musik

(30)

Special event atau peristiwa khusus adalah suatu kegiatan yang mampu memuaskan minat orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, mampu

meningkatkan pengetahuan dan memberikan kesenangan bagi mereka (public)

yang turut terlibat langsung dalam aktifitas / kegiatan spesial yang dilaksanakan.

Rosady Ruslan (2001:213) dalam Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations mengungkapkan “Event adalah merancang acara tertentu atau lebih dikenal dengan peristiwa khusus (special event) yang dipilih dalam jangka waktu, tempat dan ojek tertentu yang khusus sifatnya untuk mempengaruhi opini publik”

Special Event dalam buku Rosady Ruslan (2001:226) diartikan sebagai berikut :

“a special event is an event of which usually produce to gain favourable attention in media for your client your company or ypur product. It may also be design to convey a specific message about your company : for example the fact of your company provides equal employment opprtunity, i a good place to work, is a sociality reponsible corporate citizen, is a good neighbor, is interested in progress for woman, manufactures fine products, or is as substantial taxprayer in community. A special even might be also be product launch or a oroduct oublicity event”. Pengertian special event secara garis besar merupakan suatu kegiatan Public Relations yang cukup penting dan menarik perhatian dalam upaya memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan: misalnya mampu meningkatkan pengetahuan, dan memenuhi selera/ kesenangan serta upaya menarik perhatian pada publik.

Bentuk special event, sebelum menentukan kegiatan utama dari program

kerja Public Relations terlebih dahulu dilihat acara kalender tahunan menentukan

daftar acara tetap tahunan dan melihat ke kalender event yang ada barulah

ditetapkan special event. Adapun bentuk–bentuk special event yang telah dikenal

antara lain : festival, festival music, fair, parade, seminar, open house, pameran,

(31)

Dalam hal ini grup band Letto menggunakan festival music sebagai alat

untuk mengenalkan dan memperlihatkan karya musik yang telah mereka buat.

Karena musik dipandang sebagai media penyalur ekspresi manusia. Karena

bentuk ekspresi tersebut bertujuan untuk menimbulkan makna bagi orang lain.

Maka dapat dikatakan, musik adalah sebagai ekspresi dan komunikasi manusia.

Selain itu dengan menggunakan bantuan media massa, musik juga dapat

dijadikan sebagai alat komunikasi massa yang efektif. Melalui makna simbolik

yang dihantarkan, musik mampu menggugah perasaan sehingga mudah diterima

oleh siapaa saja. Bahkan bagi yang memiliki bahasa yang berbeda. Musik juga

dapat dijadikan sebagai alat penyampaian pesan dalam berkomunikasi yang lebih

kreatif dan bernilai seni.

Musik berfungsi sebagai media komunikasi antar manusia karena musik

merupakan bahasa universal yang mampu memadukan perbedaan menciptakan

perdamaian dan solidaritas kemanusiaan. Sejarah seringkali mencatatkan peran

dan manfaat musik sebagai sarana pergaulan dan media komunikasi yang bisa

dipahami semua orang, sekalipun kita tidak memahami bahasa tiap - tiap bangsa.

Banyak sejarah mencatat, bahwa keadaan suatu musik yang diciptakan

oleh musisi, khususnya mereka para musisi kritis dalam menciptakan lagu, situasi

sosial politik dimana para musisi tersebut tinggal selalu mempengaruhi proses

penuangan, pembuatan lagu kritik sosial. Misalnya, paada pertengahan 1960-an,

ketika Amerika tengah melancarkan peraang terhadap Vietnam, banyak musisi

rock yang tidak setuju dengan situai tersebut dan mnyuarakan protesnya tersebut lewat lagunya.

(32)

Protes terhadap perang tersebut tidak hanya oleh musisi rock saja, Bob

Dylan juga menjadi sosok penting dalam gerakan perlawanan kaum muda

terhadap kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang melanjutkan perang di

Vietnam. Perjuangan dan dedikasi Bob Dylan di dunia musik demikian

mengagumkan. Dia merupakan musisi multidimensional, penyanyi, pencipta lagu,

penulis, sastrawan, dan disc jockey.

Sementara itu di Indonesia, pasca proklamasi 17 Agustus, musik kembali dihadapkan pada kepentingan politik. Berawal dari sikap politik Soekarno yang anti

Barat hingga pelarangan segala hal yang berbau western. Baik produk ekonomi hingga menyentuh ruang estetika. Dengan kebijakan itulah maka personil Koeswoyo Bersaudara ditangkap karena dianggap memainkan musik yang

bertentangan dengan budaya Indonesia. Di sini musik dimaknai sebagai sesuatu yang bisa bermuatan politik. Presiden Soekarno mencanangkan irama lenso sebagai musik yang sesuai dengan budaya bangsa dan didukung oleh Jack

Lesmana, Titiek Puspa, Lilis Suryani, dan Bing Slamet. Presiden RI pertama itu juga merangkul beberapa seniman untuk kepentingan propaganda. Lilis Suryani, penyanyi yang dekat dengan Sukarno menciptakan lagu berjudul “Oentoek

Paduka Jang Moelia” lagu itu berorientasi untuk mengkultuskan figur Bung Karno. Beberapa lagu juga berhasil diciptakan untuk kepentingan politik semisal propaganda “Pergi Pedjoeang” dalam konfrontasi Indonesia dan Malaysia.

Sedangkan di era Orde Baru, musik lebih banyak digunakan untuk

kampanye dalam mensukseskan program-program pemerintah. Seperti Mars

Pemilu, Mars Keluarga Berencana, ACI (aku cinta Indonesia) dan lain sebagainya.

(33)

Titik Puspa yang menciptakan lagu berjudul Bapak Pembangunan. Lagu itu

didedikasikannya untuk pimpinan Orde Baru ketika itu.

Demikian pula yang dilakukan oleh grup band Letto dalam

mengomunikasikan lagu Sandaran Hati kepada masyarakat melalui special event

pada tahun 2007 yang lalu di berbagai kota di Indonesia.

Menurut Rosady Ruslan (2001:234) dalam bukunya yang berjudul

Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, mengatakan bahwa dalam

menyelenggarakan special event terdapat penyususunan program acara khusus

antara lain

A. Calender of event,

Yaitu acara rutin (regular rutin) yang dilakukan pada hari, bulan,

tahun tertentu secara periodik dan berulang- ulang (rutin)

diselenggarakan sepanjang tahun kalender.

B. Momentum event

Yaitu acara yang sifatnya khusus dan dilaksanakan pada

momen-momen tertentu di luar acara rutin tersebut yang dianggap sebagai

momen oleh pihak lembaga atau humas untuk mengadakan suatu

acara istimewa yang perlu diperingati dan dipublikasikan.

C. Special event atau ajang

Peristiwa khusus tersebut secara garis besarnya terdapat tiga jenis

(34)

• Acara suatu peresmian • Acara peringatan tertentu

• Acara komersial atau non komersial (social community relations)”

Fungsi special event dalam kegiatan humas adalah sebagai berikut :

1. “Untuk memberikan informasi secara langsung (bertahap muka) dan

mendapatkan hubungan timbal balik yang positif dengan publiknya

melalui program kerja atau acara ajang khusus yang sengaja

dirancang dan dikaitkan dengan event (peristiwa khusus) dalam

kegiatan dan program kerja kehumasan tertentu.

2. Sebagai media komunikasi dan sekaligus untuk mendapatkan

publikasi dan pada akhirnya media massa atau publik sebagai target

sasarannya akan memperoleh pengenalan, pengetahuan pengertian

yang mendalam dan diharapkan dari ajang khusus tersebutdapat

menciptakan citra positif terhadap perusahaan atau lembaga atau

(35)

Tujuan dari special event yaitu :

a. “Pengenalan (awareness) mendapat dukungan publik atau media

pers, dan meningkatkan pengetahuan (knowledge) terhadap

lembaga/ perusahaan dan produk yang ditampilkan.

b. Suatu proses publikasi melalui komunikasi timbal balik yang pada

akhirnya memperoleh publisitas yang positif.

c. Memperlihatkan itikad baik dari lembaga atau produk yang

diwakilinya, dan sekaligus memberikan kesan atau citra positif

terhadap masyarakat sebagai publik sasarannya.

d. Upaya mempertahankan penerimaan masyarakat.

e. Memperoleh rekaan atau pelanggan baru melalui event yang

dirancang secara menarik, inovatif dan kreatif.

(http://www.petra.ac.id/event special journal/com content&

task=view&id+99&itemid=52, diakses tanggal 12 Maret 2017, pukul

20.00 WIB)

Prinsip-prinsip umum persiapan special event, bentuk dari sebuah special

event dapat bermacam –macam bentuk. Dari semua bentuk ada beberapa prinsip yang mendasari persiapan pelaksanaan special event, antara lain :

i. Planning (perencanaan)

Semua unsur harus di cek kembali. Event tersebut harus

(36)

event tersebut. Serta penggunaan media massa akan sangat

berguna dalam pelaksanaannya

ii. Budgeting (anggaran biaya)

Untuk pelaksanaan sebuah special event harus diketahui harga

biaya keseluruhan detailnya.

iii. Purpose (tujuan)

Segala sesuatu yang diselenggarakan harus berdasarkan tujuan

yang ditentukan secara jelas.

iv. Controlling (pengawasan)

Dalam pelaksanaanya, setiap special event harus dikendalikan

secara pasti oleh seseorang yang mengetahui banyak mengenai

hal – hal yang mendasari pelaksanaan event tersebut. Pengawas

tersebut harus tahu juga operasional kegiatan secara keseluruhan.

v. Responsibility (tanggung jawab)

Dalam pelaksanaan special event harus ada seseorang yang

bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan event tersebut.

(Http://Korbaniklan.Multiply.Com/Journal/Item13, diakses pada

(37)

2.2.4 Lirik Lagu

Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh WJS Poer

Wardaminta, lirik berasal dari bahasa Eropa (lyric) yang artinya “sajak yang

melukiskan perasan”. Lirik lagu berperan penting karena ia turut memberi runtunan

bentuk pesan pada suatu lagu.

Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasan pribadi,

susunan kata sebuah nyanyian (KBBI dalam Ardiani M, 2009:7). Lagu adalah

berbagai irama yang meliputi suara instrument dan bernyanyi dan sebagainya,

nyanyian, tingkah laku, cara, lagak (KBBI dalam Ardiani M, 2009:7). Lagu adalah

suatu kesatuan music yang terdiri atas susunan berbagai nada yang berurutan

(Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009:8).

Proses penulisan lirik lagu pada dasarnya tak berbeda denga proses

penulisan sebuah sajak. Lirik lagu atau lagu secara utuh dapat lahir berdasarkan

pengalaman eksistensial pengarangnya dengan dunia sekelilingnya. Ia pun dapat

merupakan hasil perenungan pengarangnya terhadap suatu gejala yang dilihat

atau dirasakan. Hasil perenungan itu kemudian dituangkan dalam deretan kata

yang kemudian terangkai membentuk sebuah lagu. Dalam hal ini, pencipta lagu

merupakan komunikator yang hendak menyampaikan pesan – pesannya melalui

lirik lagunya kepada khalayak, yang ia harapkan sebanyak mungkin dapat

menerimanya.

Seorang pencipta lagu yang hidup pada jamannya akan melahirkan karya –

karyanya yang sesuai dengan jamannya. Setidaknya ia memulai dari keadaan

(38)

bentuk untaian kata, kalimat; yang mengalir membentuk lirik lagu. Seperti yang

dikatakan oleh Susanto, bahwa setiap kegiatan menyampaikan berita dapat pula

diartikan sebagai suatu kegiatan komunikasi, yang dalam kaitanya dengan berita –

berita yang menyangkut kehidupan manusia (masyarakat) dianalogikan sebagai

suatu kegiatan sosial (sosialisasi).

Lirik lagu juga dapat merefleksikan nilai – nilai dan norma – norma sistem

sosial yang lebih besar atau ideologi suatu kelas sosial. Ada beberapa contoh jenis

musik yang menjadi alat ekspresi dan sarat refleksi nilai masyarakat penggunanya,

seperti jenis music Blues. Blues lahir pada pertengaha abad ke-18 dikalangan

budak – budak negro diperkebunan kapas di Amerika Serikat. Mereka mencoba

mengungkapkan kepedihan hidup mereka dalam lirik – lirik lagu yang kebanyakan

bertema tentang kondisi hidup yang tertindas.

2.2.5

Semiotika

Semiotika didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda, pada dasarnya merupakan studi kasus atas kode-kode yakni sistem apapun yang memungkinkan

kita memandangan entitas-entitas tertentu sebagia tanda yang bermakna”

(Wibowo dalam Semiotika Komunikasi ,2011:3). Maka hal-hal itu orang lebih

sering menyebut upaya ini dengan ungkapan menemukan makna “berita dibalik

berita”.

Jadi semiotika merupakan ilmu dengan tanda, sebuah tanda menjadi

sesuatu yang dapat digunakan untuk menunjukan sesuatu. Ekspresi wajah

(39)

semuanya merupakan tanda. Kata-kata,tulisan dan gambar juga merupakan

tanda. Semiotika berupaya untuk mengenali cara orang menggunakan tanda dan

menawarkan sesuatu yang sifatnya ilmiah, yang menjelaskan fungsi setiap tanda.

Semiotika merupakan sesuatu bidang studi yang sangat luas cakupannya dan

lebih dikenal kedekatannya dengan studi-studi budaya serta menekankan pada

pendekatan kualitatif terhadap isi teks media.

Dick Hartoko memberi batasan bahwa “semiotic” adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat lewat tanda – tanda atau

lambang – lambang Luxemburg (1984), seperti dikutip secara sistematis mempelajari tanda – tanda, lambang – lambang, sistem – sistemnya, dan proses pelambangan”.

Disamping itu menurut Ferdinand de Saussure, “semiotika adalah ilmu yang mempelajari peran tanda (sign) sebagai bagian dari kehidupan sosial. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi serta

relasi – relasi tanda dalam penggunaannya didalam masyarakat. Oleh sebab itu, semiotika mempelajari relasi antara komponen – komponen tersebut dengan masyarakat penggunanya”. (Hipersemiotika, 2003:47.)

Dan Pierce menemukakan bahwa, “tanda (representasi) adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain. Oleh Pierce disebut denotatum. Mengacu beraarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila dapat di

interpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi, interpretant adalah pemahaman makna yang muncul dalam isi penerima tanda. Artinya, tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi

(40)

Hubungan ketiga unsur yang dikemukakan Pierce terkenal dengan nama segitiga semiotic”. (Semiotika Visual, 2004:37.)

Secara etimologis, istilah semiotic berasal dari kata Yunani semion yang

berarti penafsir “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang

menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api.

Saussure mengungkapkan bahwa “Semiologi didasarkan pada, selama perbuatan tingkah laku manusia membawa makna atau selama perbuatan dan

tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada di belakangnya sistem membedakan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda, di sana ada system”.

Bagi Pierce yang merupakan ahli filsafat dan logika menggambarkan bahwa “penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan dalam segala macam tanda”.

Sebagai sebuah kedisiplinan keilmuan, yaitu “ilmu tentang tanda” (The Science of Sign) tentunya semiotika mempunyai prinsip, sistem, aturan, dan prosedur – produser keilmuan yang khusus dan baku. Akan tetapi, pengertian ilmu

dalam ilmu alam (nature science), yang menuntut aturan – aturan, ukuran – ukuran matematis yang pasti untuk menghasilkan sebuah pengetahuan objektif sebagai kebenaran tunggal. Semiotika bukanlah ilmu yang mempunyai kepastian,

ketunggalan dan objektivitas macam itu, melainkan dibangun oleh pengetahuan yang lebih terbuka bagi aneka interpretasi.

Di alam semiotikus musik menurut Saussure, adanya tanda-tanda

(41)

keluar. Sistem tanda pada musik adalah Oditif. Untuk mencapai pendengarnya,

penggubah musik mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik

dalam bentuk tanda tertulis menjadi visual. Musik selalu memiliki simbol yang

dikemas sedemikian rupa hingga menjadi media penyampai pesan yang efektif

bagi masyarakat. “Pesan yang terkandung dalam musik beragam, pesan tentang

cinta, kerinduan hingga pesan perjuangan yang mengandung aspirasi tertentu

demi perubahan”. (Semiotika Komunikasi, 2004:114.)

Meski denotatum musik itu merupakan isi tanggapan dan perasaan yang

sangat kompleks dan sulit dilukiskan, namun Aart van Zoest mengungkapkan

bahwa “adanya tiga kemungkinan, yakni:

Pertama adalah untuk menganggap unsur – unsur struktur music sebagai

ikonis bagi gejala – gejala neurofisiologis pendengar. Dengan dmikian, irama

musik dapat dihubungkan dengan ritme biologis. Kemungkinan kedua, adalah

untuk menganggap gejala – gejala struktural dunia penghayatan yang dikenal.

Kemungkinan ketiga, adalah untuk mencari denotatum music ke arah isi

tanggapan dan perasaan yang dimunculkan music lewat indeksial”. (Van Zoest

Aart dalam Semiotika Komunikasi, 2004:144-145.)

Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang

mempelajari sederetan luas objek – objek, peristiwa – peristiwa, seluruh

(42)

2.2.6 Semiotika Sosial

Istilah semiotik sosial dapat dipandang sebagai suatu istilah yang

memperjelas suatu ideologi umum atau sikap cendekia, suatu sudut pandang yang

konseptual tentang pokok masalahnya. Tetapi, dalam implikasinya yang lebih

khusus, harus ditafsirkan mengenai kedua istilah itu, yaitu semiotik dan sosial.

Konsep semiotik mulanya berasal dari konsep tanda, dan kata modern ini

ada hubungannya dengan istilah semainon (penanda) dan semainomenon

(petanda) yang biasanya digunakan dalam ilmu bahasa yunani kuno oleh pakar

stoik. Oleh karena itu, semiotik dapat diberi batasan sebagai kajian umum tentang tanda – tanda. Tetapi ada satu pembatasan yang biasanya tetap tampak jelas

dalam sejarah pengertian tanda ini, yaitu kajian tentang tanda ini selalu cenderung

dilihat sebagai sesuatu yang terpisah, sesuatu yang mandiri, tentunya berdiri

sendiri sepenuhnya sebelum dihubungkan dengan tanda – tanda lainnya.

Kedua, tentang istilah sosial. Yang dimaksudkan ialah untuk

mengemukakan dua hal secara bersamaan. Yang pertama sosial yang digunakan

dalam arti sistem sosial, yang diartikan sinonim dengan kebudayaan. Jadi, bila

penulis mengatakan semiotik sosial dalam arti yang pertama, yang dimaksud tidak

lain adalah batasan sistem sosial atau kebudayaan, sebagai suatu sistem makna.

Semiotik sosial merupakan cabang dari bidang semiotika yang menelaah

manusia signifying praktek spesifik dalam keadaan sosial dan budaya, yang

mencoba untuk menjelaskan makna – makna sebagai sebuah praktek sosial.

Semiotika, sebagai awalnya didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure, adalah ilmu

(43)

memperluas wawasan untuk mendirikan implikasi dari kenyataan bahwa, ‘kode’,

bahasa, dan komunikasi, dibentuk melalui proses sosial. Implikasi yang penting

disini adalah bahwa arti dan semiotika yang dibentuk oleh sistem hubungan

kekuasaan dan bahwa sebagai kuasa ditangan masyarakat, bahasa, dan sistem

sosial lainnya dapat menerima dan melakukan perubahan.

Menurut Saussure, tanda bahasa (sign), tidak lepas dari beberapa unsur,

yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda adalah aspek material

dari suatu bahasa, sedangkan pertanda adalah aspek mental dari tanda bahasa.

Relasi keduanya bersifat arbiter (arbitay) atau diada – adakan. Misalnya, tidak ada

relasi alamiah antara kucing (k – u – c – i – n – g) dengan binatang berkaki empat,

berbulu, menyusui, suka mengeong dan memiliki cakar yang ditunjukan kata

kucing. Kedua, tanda bahasa terstruktur dalam langue dan parole. Langue adalah

pemakaian bahasa secara umum dan parole adalah pemaknaan tanda bahasa

secara individu pada saat dan massa tertentu. Fokus kajian Saussure adalah pada

langue. Dengan menekankan sifat aribitrer penandaan, logika, dan strukturiental bahasa, ia ingin menunjukan bahasa merupakan fenomena yang sui generis.

Artinya, bahasa itu otonom sebab makna diproduksi dalam sistem linguistik melalui

sebuah sistem pembedaan.

Terdapat sebuah perluasan kajian dalam semiotika, disini penulis mencoba

menjelaskan suatu bentuk perluasan semiotika, yaitu semiotika sosial yang

dikemukakan oleh M.A.K Halliday. Jika dilihat dari penjelasannya, Halliday

menyatakan bentuk semiotika sosial adalah suatu bentuk lambang – lambang

(44)

lambang – lambang dengan melihat konteks sosial yang membantu dalam proses

pembentukan lambang – lambang tersebut. Dalam hal ini, lambang – lambang

yang dikaji adalah sebuah teks yang pada dasarnya menyangkut masyarakat dan

seluruh bentuk proses sosial yang ada didalam masyarakat.

Pembahasan mengenai bahasa dan nilai rasanya hanya berhenti pada

analisa terhadap struktur bahasa itu sendiri. Padahal analisa bahasa dapat

menjangkau ranah yang lebih luas dari itu karena bahasa harus dilihat sebagai

permasalahan yang tidak terpisah dari konteks yang melingkupinya. Oleh karena

itu, setiap bahasa yang digunakan dapat dianalisa bukan hanya secara struktural,

tetapi juga menggunakan semiotika sosial sebagai bentuk analisa menyeluruh

terhadap bahasa lebih dalam tentang makna bahasa yang dikaitkan dengan

konteks latar budaya. Maka dengan analisa semiotika sosial, analisis bahasa juga

dapat menunjukan bagaimana realoitas sosial itu terjadi dan menjadi sesuatu.

Sebagai suatu realitas, bahasa adalah sebuah fenomena berupa

pengalaman fisik, logis, psikis penuturnya dalam konteks situasi dan konteks

budaya tersebut. Bahasa sebagai realitas sosial, artinya bahasa merupakan

fenomena sosial yang digunakan oleh penuturnya untuk berinteraksi dan

berkomunikasi dalam konteks situasi dan budaya tertentu. Bahasa adalah realitas

semiotika yang berarti bahasa merupakan simbol yang mewujudkan realitas dan

realitas sosial dalam konteks situasi dan budaya tertentu. Dengan demikian, ketiga

unsur tadi merupakan satu kesatuan dalam mengekspresikan makna atau fungsi

(45)

dapat dipisahkan dari konstruk sistem semantis tempat realitas itu dikodekan.

Selanjutnya, Halliday (Konstruksi Realitas Sosial. 2001:23) merumuskan bahwa:

“Language is a shared meaning potential, at once both a part of experience and an intersubjective interpretation of experience.

Dalam komunikasi, berdasar-kan pengalaman yang dimilikinya yang bersifat

intersubjektif itu, masing- masing partisipan akan menafsirkan teks yang ada.

Dengan demikian, makna akan selalu bersifat ganda. Dengan melihat

permasalahan diatas, peneliti berusaha untuk melakukan analisa terhadap salah

satu lirik lagu dari Iwan Fals yaitu “Bongkar” dan “Bento” dengan menggunakan

pendekatan tentang kaitan antara teori tentang bahasa dengan ruang didalam

kehidupan sosial. Diaharapkan dengan analisa ini dapat membuka mata

masyarakat Bahasa tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang bernilai

kasaratau.

2.2.7 Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik

pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat

menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang

sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda

situasinya.

Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan

interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya,

(46)

diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of

signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik

perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah

signifier-signified yang diusung Saussure.

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang

menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua

penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut

akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan

membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi

kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut

akan menjadi mitos. Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat

menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk

halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang

melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat

bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada

pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya

dianggap sebagai sebuah Mitos.

Dalam menelaah tanda, kita dapat membedakannya dalam dua tahap.

Pada tahap pertama, tanda dapat dilihat latar belakangnya pada (1) penanda dan

(47)

bar ma kon con den dili ber ma yan kita (sig yan dig dan ru menelaa asuk ke tah nteks buday ntoh di atas notatif, yait hat kontek rsamaan di asuk ke taha ng akan me a, bunga ad gn) yang le ng tetap be abung aka n mampu m Peta Ta 1. 3. Den 4. CON     (PEN ah tanda s hap kedua, ya, misalny s, pada tah u penanda ksnya, bun tangkai te ap II, maka ekar itu me dalah lamb ebih dalam ermekaran n membaw mengatasi s anda Rolan Signifier  (penanda) otative sign ( NNOTATIVE SI NANDA KONO secara bah yakni me ya, sudah ik ap I, tanda nya berwuj nga mawa rsebut. Jika a secara ko rupakan ha bang cinta? maknanya di segala wa kita pada segalanya. nd Barthes tanda denota IGNIFIER  OTATIF)  2 ( hasa. Dari nelaah tan kut berpera berupa bu jud dua ku r itu mem a tanda pad notatif dapa asrat cinta y Atas dasa a, bahwa h masa. Ma a sebuah m atif)  6. CONNOT (TANDA KO 2. Signified  (petanda)  pemahama nda secara n dalam pe unga mawa ntum mawa mberi peta da tahap I at diberi ma yang abadi ar ini, kita d hasrat cinta akna deno mitos, bahw 5. CON     (PET TATIVE SIGN ONOTATIF)  an bahasa konotatif. enelaahan t ar ini baru d ar pada sa nda mereka ini dijadika akna bahw . Bukankah dapat sam a itu abadi tatif dan k wa kekuatan NNOTATIVE SI TANDA KONO ini, kita d Pada taha tersebut. D dimaknai se atu tangkai. a akan m an pijakan u a bunga m h dalam bu pai pada ta i seperti bu konotatif ini n cinta itu a IGNIFIER  OTATIF)  dapat ap ini alam ecara Jika mekar untuk awar daya anda unga i jika abadi

(48)

Roland Barthes (1915-1980) menggunakan teori siginifiant-signifié dan

muncul dengan teori mengenai konotasi. Perbedaan pokoknya adalah Barthes

menekankan teorinya pada mitos dan pada masyarakat budaya tertentu (bukan

individual). Barthes mengemukakan bahwa semua hal yang dianggap wajar di

dalam suatu masyarakat adalah hasil dari proses konotasi. Perbedaan lainnya

adalah pada penekanan konteks pada penandaan. Barthes menggunakan

istilah expression (bentuk, ekspresi, untuk signifiant) dan contenu (isi, untuk

signifiè). Secara teoritis bahasa sebagai sistem memang statis, misalnya meja

hijau memang berarti meja yang berwarna hijau. Ini disebutnya bahasa sebagai first order. Namun bahasa sebagai second ordermengijinkan kata meja

Referensi

Dokumen terkait

kiasan perbandingan atau simile. Data Jenis Bahasa Kiasan pada Lirik Lagu Bertemakan Alam dari Sembilan Grup Band dan Penyanyi.. Data Makna yang Ditemukan dalam Jenis Penggunaan

bahasa yang terdapat pada lirik lagu Ada Band khususnya gaya bahasa hiperbola. dan

Sesuai dengan fokus masalah yang akan diteliti yaitu “Bagaimana makna dan mitos yang terkandung dalam lirik lagu “Jablay” yang dipopulerkan oleh Titi Kamal, dimana dalam

Sesuai dengan fokus masalah yang akan diteliti yaitu “Bagaimana makna dan mitos yang terkandung dalam lirik lagu “Jablay” yang dipopulerkan oleh Titi Kamal, dimana dalam

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang sudah dipaparkan, penulis mendapatkan gambaran mengenai kebijakan yang ada pada penerbitan Bisnis Indonesia Minggu

Studi analisis yang dilakukan oleh peneliti mengacu pada semiotika Roland Barthes, dimana mengupas makna dibalik tanda setiap lirik dalam lagu tersebut dengan peta tanda

belum bisa mengisi kesepian dalam hati manusia. 1) Pesan Dakwah Lirik Keempat Lagu Lubang di Hati.. 94 Ketika kita sama-sama bertanya kepada akal, kita sering

Penelitian ini dilakukan untuk memahami bagaimana penggambaran laki-laki yang terdapat dalam lirik lagu “Selir Hati”, dengan menggunakan kajian pustaka yaitu komunikasi