• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Partisipasi Responden Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di instalasi karantina hewan (IKH) day old chick (DOC) milik Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Soekarno Hatta yang terletak di wilayah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Instalasi karantina ini adalah milik perusahaan swasta yang digunakan sebagai tempat karantina bagi DOC impor selama 21 hari. Instalasi milik swasta ini kemudian ditetapkan sebagai instalasi karantina menurut surat keputusan yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian bila memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan Pedoman Pesyaratan Teknis Instalasi Karantina Hewan.

Lokasi IKH DOC yang digunakan untuk penelitian ini berada di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Hal ini karena wilayah kerja BBKP Soekarno Hatta adalah daerah yang pintu masuk pemasukan DOC dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta. Sebagian besar IKH DOC terletak di Provinsi Jawa Barat sebanyak 18 buah dan hanya 2 IKH DOC yang terletak di Provinsi Banten. Hal ini disebabkan perhitungan jarak tempuh dan waktu yang diperlukan untuk membawa DOC impor. DOC diangkut menggunakan truk melalui jalan darat dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta yang terletak di Cengkareng, Provinsi Banten menuju ke lokasi IKH DOC masing-masing.

Lokasi penelitian yang digunakan merupakan peternakan ayam milik perusahaan-perusahaan swasta. Terdapat 10 perusahaan pemilik IKH tersebut. Peternakan ayam yang digunakan sebagai IKH pada penelitian ini adalah tipe

grandparent stock (GPS) dan parent stock (PS). FAO (2004) menyatakan bahwa

peternakan dengan sistem industri yang terintegrasi dan level biosekuriti yang tinggi termasuk dalam peternakan sektor satu. Peternakan tipe ini bertujuan untuk memproduksi ayam yang kemudian dipasarkan secara komersial. Perusahaan-perusahaan swasta pemilik IKH ini merupakan pemasok utama bibit ayam (DOC) final stock (FS) yang kemudian akan dipelihara oleh peternak.

Peternakan tipe grandparent stock (GPS) akan menghasilkan parent stock (PS) yang dipelihara/diternakan oleh peternakan milik perusahaan mereka sendiri. Setelah PS menghasilkan keturunan final stock (FS), maka FS inilah yang dipasarkan secara komersial oleh perusahaan tersebut. Peternakan tipe

(2)

digunakan untuk produksi selanjutnya oleh perusahaan tersebut (Lockhart et al. 2010).

Masing-masing IKH DOC yang digunakan sebagai penelitian secara umum terdiri dari beberapa bangunan yang digunakan menurut fungsi masing-masing. Secara umum IKH DOC terdiri dari bangunan kantor, mess karyawan, kandang, gudang pakan, serta sarana pendukung lainnya (Barantan 2011). Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah personel IKH DOC. Satu IKH DOC mempunyai personel yaitu manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang. Beberapa sampel IKH DOC yang diambil hanya terdapat satu dokter hewan untuk beberapa IKH, hal ini karena merupakan kebijakan perusahaan tersebut untuk menempatkan satu dokter hewan untuk beberapa IKH DOC. Pengambilan data yang rencananya dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden diganti dengan responden mengisi sendiri pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner karena responden dilarang untuk kontak langsung dengan individu yang berasal dari luar IKH tersebut. Rencana 23 sampel IKH DOC yang diambil, ada 3 IKH DOC yang menolak untuk diwawancarai dengan alasan kebijakan perusahaan yang tidak mengizinkan informasi mengenai peternakan mereka diberitahukan kepada pihak luar.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam kegiatan penelitian ini meliputi umur, pendidikan terakhir, pengalaman bekerja, dan pelatihan yang pernah didapat untuk responden yang terdiri dari manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang. Pengamatan empat variabel ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden untuk mengetahui sejauh mana aspek ini memiliki hubungan dengan nilai pengetahuan, nilai sikap, dan nilai praktik mereka terhadap biosekuriti.

Penelitian ini membagi umur responden dibagi menjadi umur 30 tahun ke bawah dan umur lebih dari 30 tahun. Jenjang pendidikan responden dikategorikan masing-masing menurut responden yang diambil. Pengalaman bekerja responden dikategorikan menjadi dua bagian yaitu pengalaman bekerja 10 tahun ke bawah dan pengalaman yang bekerja lebih dari 10 tahun. Pelatihan yang didapatkan oleh responden adalah berupa pelatihan mengenai manajemen pemeliharaan serta mengenai biosekuriti. Data mengenai karakteristik responden disajikan pada Tabel 6.

(3)

Tabel 6 Karakteristik personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan pelatihan

Manajer Dokter Hewan Pekerja Kandang n % n %

%

n %

Umur 20 20 40

30 tahun ke bawah 2 10 5 25 13 32.5

Lebih dari 30 tahun 18 90 15 75 27 67.5

Jenis kelamin Laki-laki 20 100 19 95 40 100 Perempuan 0 0 1 5 0 0 Pendidikan SD 0 0 0 0 1 2.5 SLTP 0 0 0 0 2 5 SLTA 0 0 0 0 29 72.5 Sarjana 13 65 0 0 8 20 Drh 4 20 19 95 0 0 S2 3 15 1 5 0 0 Pengalaman 10 tahun ke bawah 18 90 16 80 18 45

Lebih dari 10 tahun 2 10 4 20 22 55

Pelatihan

Ya 10 50 10 50 25 62.5

Tidak 10 50 10 50 15 37.5

Secara umum personel IKH DOC berumur di atas 30 tahun dengan distribusi kategori umur di atas 30 tahun untuk manajer sebanyak 90%, dokter hewan sebanyak 75%, dan pekerja sebanyak 67.5%. Sebagian besar responden adalah laki-laki, hanya 1 responden berjenis kelamin perempuan yang terdapat pada responden dokter hewan, hal ini dikarenakan personel harus selalu tinggal dan menetap di IKH. Responden manajer sebagian besar (65%) adalah sarjana peternakan. Dokter hewan sebagian besar (95%) hanya berpendidikan terakhir dokter hewan. Pekerja sebagian besar (72.5%) mempunyai pendidikan terakhir SLTA. Responden pekerja kandang, terdapat 1 responden (2.5%) yang berpendidikan terakhir SD. Responden manajer (90%) dan dokter hewan (80%) mempunyai pengalaman bekerja 10 tahun ke bawah, sedangkan pekerja kandang sebagian besar (55%) mempunyai pengalaman bekerja lebih dari 10 tahun.

Karakteristik responden selanjutnya adalah pelatihan. Pelatihan yang diikuti responden berasal dari perusahaan tempat mereka bekerja. Responden manajer yang mendapatkan pelatihan sebanyak 10 responden manajer atau sebesar 50% dan yang tidak mendapatkan pelatihan sebanyak 10 dari 20 responden manajer

(4)

(50%). Responden dokter hewan yang mendapatkan pelatihan sebanyak 10 dari 10 responden dokter hewan (50%) dan yang tidak mendapatkan pelatihan sebanyak 10 dari 10 responden dokter hewan (50%). Responden pekerja yang mendapatkan pelatihan sebanyak 25 dari 40 responden atau 62.5% dan yang tidak mendapatkan pelatihan sebanyak 15 dari 40 responden atau 37.5%. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar personel IKH DOC belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai biosekuriti. Menurut OIE (2011) personel pada instalasi karantina selayaknya pernah mendapatkan pelatihan mengenai biosekuriti yang berkaitan dengan produksi unggas dan mengerti penerapan kesehatan hewan, kesehatan manusia, dan keamanan pangan. Selain itu penerapan pelatihan biosekuriti oleh setiap personel sangat penting (Racicot et al. 2012). Pelatihan diberikan sebelum pekerja mulai bekerja dan pekerja harus menerima informasi yang diperlukan tentang pekerjaan mereka (Demir et al. 2005).

Penilaian Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

Penilaian pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) responden IKH DOC dibagi atas penilaian KAP manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang. Data mengenai penilaian KAP personel IKH disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Penilaian tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Manajer Dokter Hewan Pekerja Kandang

n % n % n % Tingkat pengetahuan 20 20 40 Buruk 0 0 0 0 0 0 Sedang 1 5 0 0 1 2.5 Baik 19 95 20 100 39 97.5 Tingkat sikap Negatif 0 0 0 0 0 0 Netral 4 20 0 0 11 27.5 Positif 16 80 20 100 29 72.5 Tingkat praktik Buruk 0 0 0 0 0 0 Sedang 3 15 4 20 2 5 Baik 17 85 16 80 38 95

(5)

Penilaian KAP manajer dibagi atas tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik mengenai biosekuriti. Tingkat pengetahuan manajer yaitu sebanyak 1 dari 20 responden (5%) memiliki pengetahuan sedang mengenai biosekuriti. Sebanyak 19 dari 20 responden (95%) manajer memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Tingkat sikap manajer sebanyak 4 dari 20 responden (20%) memiliki sikap yang netral. Sebanyak 16 dari 20 responden (80%) memiliki sikap yang baik, hal ini berarti responden berpendapat bahwa praktik biosekuriti perlu dilakukan di IKH. Tingkat praktik manajer, sebanyak 3 dari 20 responden (15%) memiliki praktik yang sedang dan sebanyak 17 dari 20 (85%) memiliki praktik yang baik.

Penilaian KAP dokter hewan dibagi atas penilaian pengetahuan, sikap, dan praktik mengenai biosekuriti. Untuk tingkat pengetahuan dokter hewan, sebanyak 20 dari 20 responden (100%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap biosekuriti di IKH. Pada penilaian tingkat sikap, sebanyak 20 dari 20 responden (100%) memiliki sikap yang positif terhadap penerapan biosekuriti di IKH. Penilaian praktik biosekuriti, sebanyak 4 dari 20 responden dokter hewan (20%) memiliki tingkat praktik yang sedang dan 16 dari 20 responden (80%) memiliki praktik yang baik mengenai biosekuriti.

Penilaian KAP pekerja kandang dibagi atas penilaian pengetahuan, sikap, dan praktik biosekuriti. Pekerja kandang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 1 responden atau 2.5%, pengetahuan yang baik sebanyak 97.5%. Sebanyak 11 responden pekerja kandang atau sebesar 27.5% memiliki sikap netral terhadap biosekuriti. Sikap netral merupakan sikap yang cenderung tidak memilih sehingga responden menganggap bahwa praktik biosekuriti boleh dilakukan dan boleh juga tidak dilakukan di IKH DOC. Sebanyak 29 responden (72.5%) mempunyai sikap positif terhadap biosekuriti. Penilaian tingkat praktik pekerja, sebanyak 2 dari 40 responden (5%) memiliki nilai tingkat praktik sedang. Sebanyak 38 dari 40 responden (95%) memiliki nilai tingkat praktik yang baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar personel IKH DOC mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Penilaian sikap juga menunjukkan bahwa sebagian besar personel IKH DOC mempunyai sikap yang positif mengenai biosekuriti. Data menunjukkan bahwa dari segi tingkat praktik biosekuriti sebagian besar personel IKH DOC mempunyai praktik yang baik mengenai biosekuriti.

(6)

Pengetahuan Spesifik Personel IKH DOC Mengenai Biosekuriti

Pengetahuan spesifik mengenai biosekuriti dibagi atas pengetahuan mengenai isolasi, kontrol lalu lintas, dan sanitasi. Penilaian dilakukan terhadap responden yang terdiri atas manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang. Data tingkat pengetahuan spesifik personel IKH DOC disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Pengetahuan spesifik personel IKH DOC mengenai biosekuriti meliputi pengetahuan mengenai isolasi, lalu-lintas, sanitasi

Pengetahuan Jumlah Total Benar Salah Tidak Tahu

spesifik soal jawaban n % n % n %

Manajer Isolasi 11 220 184 83.6 26 11.8 10 4.6 Lalu lintas 4 80 75 93.75 4 5 1 1.25 Sanitasi 9 180 174 96.6 5 2.8 1 0.6 Total 24 480 433 90.2 31 6.5 16 3.3 Dokter Hewan Isolasi 6 120 119 99 1 1 0 0 Lalu lintas 7 140 136 97.1 3 2.2 1 0.7 Sanitasi 5 100 92 92 5 5 3 3 Total 18 360 347 96.4 9 2.5 4 1.1 Pekerja Isolasi 3 120 118 98.4 1 0.8 1 0.8 Lalu lintas 4 160 158 98.7 1 0.6 1 0.6 Sanitasi 11 440 436 99.1 3 0.7 1 0.2 Total 18 720 712 98.9 5 0.7 3 0.4

Hasil penelitian menunjukkan responden manajer menjawab total pertanyaan mengenai biosekuriti adalah sebanyak 90.2% benar, 3.3% menjawab tidak tahu, dan 6.5% salah. Manajer yang menjawab pertanyaan spesifik mengenai isolasi, sebanyak 83.6% menjawab benar, sebanyak 4.6% responden menjawab tidak tahu, dan sebanyak 11.8% responden menjawab salah. Manajer yang menjawab pertanyaan spesifik mengenai lalu lintas, sebanyak 93.75% menjawab benar, sebanyak 5% menjawab salah dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 1.25%. Manajer yang menjawab pertanyaan spesifik mengenai sanitasi, sebanyak 96.6% responden manajer menjawab benar, 6.5% menjawab salah, dan 0.6% menjawab tidak tahu.

Responden manajer menjawab salah dan tidak tahu pada pertanyaan pengetahuan pada kategori isolasi yaitu pada pertanyaan mengenai pagar keliling, papan nama serta larangan memasuki kawasan IKH DOC, jarak IKH DOC dengan jalan raya, jarak dengan peternakan lain, dan jarak antar flok. Menurut FAO (2008), peternakan dengan skala besar dan terintegrasi seperti

(7)

GPS dan PS harus menerapkan biosekuriti dengan ketat, isolasi merupakan dasar dari tindakan biosekuriti dimulai dari gerbang sampai ke kandang. Isolasi merupakan tindakan pertama dan hal yang terpenting dari tindakan biosekuriti. Kurangnya pengetahuan manajer mengenai isolasi mempengaruhi tingkat biosekuriti IKH DOC tersebut karena manajer bertugas untuk menyusun peraturan dan menetapkan prosedur biosekuriti yang antara lain berisi tindakan isolasi.

Responden dokter hewan menjawab pertanyaan secara keseluruhan mengenai biosekuriti dengan benar sebesar 96.4%, menjawab salah sebesar 2.5% dan menjawab tidak tahu sebesar 1.1%. Pertanyaan secara spesifik mengenai isolasi, sebesar 99% responden dokter hewan menjawab benar, salah sebesar 1% dan tidak ada yang menjawab tidak tahu. Pertanyaan spesifik mengenai lalu lintas, sebesar 97.1% responden dokter hewan menjawab benar, menjawab salah sebesar 2.2% dan menjawab tidak tahu sebanyak 0.7%. Pertanyaan spesifik mengenai sanitasi, sebesar 92% dokter hewan menjawab benar, salah sebesar 5%, dan tidak tahu sebanyak 3%. Responden dokter hewan menjawab salah dan tidak tahu pada pertanyaan pengetahuan pada kategori sanitasi yaitu pada pertanyaan mengenai pengolahan limbah. Responden dokter hewan menjawab IKH DOC tidak memerlukan unit pengolahan limbah dan beberapa responden tidak tahu bahwa IKH DOC memerlukan unit pengolahan limbah.

Limbah peternakan ayam mengandung nutrisi yang tinggi seperti nitrogen dan fosfor serta bakteri, bila limbah ini dibuang langsung ke sungai atau danau akan membahayakan organisme yang hidup di perairan tersebut serta menimbulkan polusi. Limbah cair harus dikumpulkan pada kolam penampungan dan diolah lebih lanjut (ARC 2008). Metode yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah cair menurut Avula et al. (2009) adalah dengan metode elektrik dan optik, destruksi bakteri menggunakan stimulasi listrik atau radiasi ultraviolet, kimia, biokimia, destruksi bakteri menggunakan ozonisasi, pemisahan bahan organik secara kimiawi dengan cara koagulasi dan flokulasi, degradasi bahan organik secara biologis menggunakan filter anaerob, secara fisik menggunakan filtrasi, dan mikrofiltrasi. Responden menjawab perlu dilakukan pengolahan untuk limbah padat seperti bekas litter dan kotoran ayam serta bangkai ayam.

(8)

Beberapa responden yang diwawancarai juga telah melakukan pengolahan limbah padat dengan cara pembuatan kompos, tetapi secara umum belum melakukan pengolahan untuk limbah cair peternakan. Hasil wawancara menunjukkan beberapa responden dokter hewan belum mengetahui mengenai pentingnya pengolahan limbah, limbah yang dibuang langsung ke lingkungan akan menimbulkan pencemaran tanah, air, dan udara. Selain itu, limbah yang dibuang langsung dapat menyebarkan patogen yang mungkin terdapat di limbah peternakan tersebut ke lingkungan sekitarnya.

Responden pekerja kandang yang menjawab pertanyaan secara keseluruhan dengan benar sebanyak 98.9%, 0.4% menjawab tidak tahu, dan 0.7% menjawab salah. Pengetahuan spesifik mengenai isolasi, sebanyak 98.4% responden pekerja kandang menjawab benar, sebanyak 0.8% responden menjawab tidak tahu, dan sebanyak 0.8% responden menjawab salah. Pengetahuan spesifik mengenai lalu lintas, sebanyak 98.7% pekerja kandang menjawab benar, menjawab salah sebanyak 0.6% dan menjawab tidak tahu sebanyak 0.6%. Pengetahuan spesifik mengenai sanitasi, sebanyak 99.1% responden pekerja kandang menjawab benar, 0.7% menjawab salah, dan 0.2% menjawab tidak tahu. Responden pekerja kandang menjawab salah dan tidak tahu pada pertanyaan mengenai pengetahuan pada kategori isolasi yaitu pada pertanyaan mengenai perbaikan jaring. Responden ini menjawab bahwa perbaikan jaring tidak perlu dilakukan untuk mencegah masuknya penyakit ke dalam IKH DOC.

Isolasi merupakan hal yang penting dalam tindakan biosekuriti. Pemasangan jaring pengaman untuk mencegah burung liar sangat penting untuk mencegah kontak antara burung liar dengan ayam atau dengan pakan yang terdapat di kandang (OIE 2011). Jaring yang rusak dan tidak segera diperbaiki meningkatkan risiko kontak burung liar dengan ayam, sehingga perbaikan jaring rusak sesegera mungkin sangat penting.

Hubungan antara Karakteristik dengan KAP Personel IKH DOC

Karakteristik personel IKH yang terdiri dari umur, pendidikan, pengalaman, dan pelatihan dibandingkan dengan praktik biosekuriti. Peubah yang berbeda nyata akan dilihat keeratan hubungannya terhadap praktik biosekuriti dan dilihat arah hubungannya.

(9)

Hubungan Karakteristik dengan KAP Manajer

Karakteristik manajer yaitu umur, pendidikan, pengalaman, dan pelatihan dihubungkan dengan KAP manajer. Hubungan karakteristik manajer dengan KAP disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hubungan antara karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) manajer mengenai biosekuriti pada IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Pengetahuan Sikap Praktik

r Nilai p r Nilai p r Nilai p

Umur 0.431 0.029 * 0.085 0.36 -0.92 0.349

Pendidikan 0.045 0.256 0.394 0.043 * -0.274 0.121 Pengalaman 0.076 0.749 0.069 0.387 0.271 0.124 Pelatihan 0.231 0.164 0.225 0.226 0.136 0.189 *berhubungan nyata pada α=0.05 (uji 2 arah)

Faktor-faktor yang berhubungan nyata antara karakteristik dengan KAP manajer adalah pengetahuan manajer berhubungan nyata dengan umur dan sikap manajer berhubungan nyata dengan pendidikan. Tabel 9 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan umur manajer dengan nilai p = 0.029 (p<0.05) dan koefisien korelasi sebesar 0.431. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan mempunyai kekuatan korelasi sedang antara pengetahuan dan umur manajer, hal ini berarti semakin tua manajer maka pengetahuan mengenai biosekuriti semakin tinggi (semakin baik). Seiring dengan waktu, manajer akan menggali pengetahuan yang didapatkan dari hasil pengolahan panca inderanya.

Pengetahuan tersebut diperoleh melalui kenyataan (fakta), penglihatan, pendengaran, serta keterlibatan langsung dalam suatu aktivitas. Pengetahuan juga didapatkan dari hasil komunikasi dengan orang lain seperti teman dekat dan relasi kerja. Pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan ini digali saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali

recognition) (Soekanto 2003), sehingga dengan bertambahnya usia maka

pengetahuan seseorang akan bertambah pula.

Peubah selanjutnya yang memiliki hubungan signifikan adalah sikap dan tingkat pendidikan dengan nilai p = 0.013 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.217. Hasil ini menunjukkan kekuatan korelasi yang lemah namun positif antara pendidikan dan sikap manajer, hal ini berarti semakin tinggi pendidikan maka sikap manajer mengenai biosekuriti lebih baik (lebih tinggi).

(10)

Pendidikan dapat merubah keyakinan dan nilai-nilai seseorang dan perubahan ini berlangsung selamanya (Ohlander et al. 2005). Pendidikan akan menambah pengetahuan seseorang yang akan mendorong seseorang untuk membentuk suatu kepercayaan yang kemudian akan mempengaruhi perasaan (sikap). Menurut Kheiri et al. (2011), pendidikan meningkatkan pengetahuan dan akan menghasilkan sikap yang lebih baik.

Hubungan Karakteristik dengan KAP Dokter Hewan

Karakteristik dokter hewan yaitu umur, pendidikan, pengalaman, dan pelatihan dihubungkan dengan KAP dokter hewan. Data mengenai hubungan karakteristik dengan KAP dokter hewan disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Hubungan antara karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) dokter hewan mengenai biosekuriti pada IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Pengetahuan Sikap Praktik

r Nilai p r Nilai p r Nilai p

Umur 0.143 0.047 * -0.749 0.000 * 0.006 0.143 Pendidikan 0.199 0.201 -0.121 0.306 -0.040 0.433 Pengalaman 0.108 0.325 0.142 0.217 -0.131 0.292 Pelatihan 0.318 0.086 -0.264 0.130 0.334 0.075 *berhubungan nyata pada α=0.05 (uji 2 arah)

Tabel 10 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan umur dokter hewan dengan nilai p = 0.000 (p<0.05) dan koefisien korelasi sebesar -0.749. Hasil tersebut menunjukkan terdapat korelasi antara sikap dan umur dokter hewan walaupun berlawanan arah. Sikap dan umur dokter hewan mempunyai kekuatan korelasi yang kuat, hal ini berarti semakin tua umur dokter hewan, maka sikap yang dimiliki mengenai biosekuriti semakin buruk (semakin negatif). Semakin muda umur dokter hewan maka semakin baik sikap mereka mengenai biosekuriti.

Sikap positif mengenai sesuatu hal didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap obyek tersebut (Sujarwo 2004). Menurut Tuokko et al. (2007) persepsi risiko, sikap, dan keyakinan serta keterbukaan terhadap perubahan merupakan faktor psikososial yang bertindak sebagai mediator antara pengetahuan dan perilaku. Seseorang yang lebih muda cenderung lebih terbuka

(11)

terhadap informasi-informasi dan ide-ide baru serta terhadap pengetahuan yang lebih luas.

Peubah selanjutnya yang memiliki hubungan signifikan adalah praktik dan pengetahuan dengan nilai p = 0.023 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.504. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara pengetahuan dan praktik dokter hewan. Pengetahuan dan praktik dokter hewan berkorelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang, hal ini berarti semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh dokter hewan maka semakin baik pula praktiknya mengenai biosekuriti. Gerungan (1996) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai suatu obyek akan menjadi attitude terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek tersebut.

Pendidikan ditandai sebagai proses pembelajaran dimana orang memperoleh pengetahuan dan informasi, pengembangan kapasitas kognitif, dan transfer norma, nilai dan cara perilaku yang meningkatkan kemampuan mengatur, pengolahan informasi, dan meningkatkan kemampuan kognitif yang diperlukan untuk keberhasilan menganalisis masalah. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi mendorong cara berpikir yang strategis, mengembangkan sudut pandang pekerja sehingga memungkinkan pekerja untuk menganalisa secara sistematik, menyimpan, dan menggunakan informasi yang relevan untuk pekerjaan mereka dengan tepat (Gyekye dan Salminen 2009).

Hubungan Karakteristik dengan KAP Pekerja

Karakteristik pekerja yaitu umur, pendidikan, pengalaman, dan pelatihan dihubungkan dengan KAP pekerja kandang. Hubungan karakteristik pekerja dengan praktik biosekuriti disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Hubungan antara karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) pekerja mengenai biosekuriti pada IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Pengetahuan Sikap Praktik

r Nilai p r Nilai p r Nilai p

Umur 0.170 0.148 0.025 0.438 -0.315 0.024 *

Pendidikan -0.046 0.388 -0.111 0.248 0.074 0.325 Pengalaman 0.148 0.181 0.039 0.404 -0.210 0.970 Pelatihan 0.292 0.034 * 0.018 0.456 -0.144 0.184

(12)

Peubah yang mempunyai hubungan signifikan adalah praktik dan umur pekerja dengan nilai p = 0.024 dengan koefisien korelasi sebesar -0.315. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur dan praktik pekerja dengan kekuatan lemah dan berlawanan arah. Berarti semakin tua umur pekerja maka praktik mengenai biosekuriti lebih buruk. Pekerja yang muda mempunyai praktik biosekuriti yang lebih baik. Pekerja yang masih muda cenderung lebih mudah menerima masukan dan informasi mengenai biosekuriti. Individu yang berusia muda juga mempunyai peluang untuk mendapatkan pelatihan dan pendidikan yang lebih besar daripada individu yang berusia tua.

Peubah selanjutnya yang memiliki hubungan signifikan adalah pelatihan dan pengetahuan dengan nilai p = 0.034 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.292. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan pekerja dengan pelatihan dengan kekuatan korelasi yang lemah. Berarti semakin banyak pelatihan yang didapatkan pekerja maka semakin tinggi juga tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Nasution (1999) dalam Notoatmodjo (2003) pengetahuan dapat diperoleh melalui media massa seperti majalah, koran, berita televisi, dan dapat juga diperoleh melalui pelatihan. Pelatihan juga bertujuan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kinerja, serta sikap pekerja (Sarı 2009). Menurut Demir et al. (2005) yang dikutip Sarı (2009), pelatihan sebaiknya diberikan sebelum pekerja mulai bekerja dan pekerja harus menerima informasi yang diperlukan tentang pekerjaan mereka sehingga dapat mengurangi risiko.

Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

Pengetahuan, sikap, dan praktik personel IKH DOC yang terdiri dari manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang dihubungkan dengan pengetahuan, sikap, dan praktik masing-masing responden.

Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Manajer

Pengetahuan, sikap, dan praktik manajer mengenai biosekuriti dihubungkan dengan tingkat biosekuriti di IKH. Data mengenai hubungan ini disajikan pada Tabel 12.

(13)

Tabel 12 Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik manajer mengenai biosekuriti pada IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Sikap Praktik

r Nilai p r Nilai p

Pengetahuan 0.217 0.013 * 0.185 0.217

Sikap 0.258 0.136

*berhubungan nyata pada α=0.05 (uji 2 arah)

Peubah yang memiliki hubungan signifikan adalah sikap dan pengetahuan dengan nilai p = 0.013 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.217. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap manajer walaupun kekuatan korelasinya lemah. Berarti semakin tinggi pengetahuan manajer mengenai biosekuriti maka akan bersikap lebih baik (positif) terhadap biosekuriti. Hasil ini juga berarti sikap manajer dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh manajer tersebut.

Sarwono (2002) menyatakan bahwa sikap terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar. Seseorang bersikap suka atau tidak suka, baik atau tidak baik, senang atau tidak senang terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh pengalamannya atau pengetahuannya (Harihanto 2001). Menurut Saygi dan Bilen (2010), sikap dibentuk melalui penyusunan pengalaman dan pengetahuan individu. Jadi pendidikan meningkatkan pengetahuan dan menghasilkan sikap yang lebih baik (Kheiri et al. 2011).

Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Dokter Hewan

Pengetahuan, sikap, dan praktik dokter hewan mengenai biosekuriti dihubungkan dengan tingkat biosekuriti di IKH. Data mengenai hubungan ini disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik dokter hewan mengenai biosekuriti pada IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Sikap Praktik

r Nilai p r Nilai p

Pengetahuan -0.195 0.205 0.505 0.012 *

Sikap -0.360 0.440

*berhubungan nyata pada α=0.05 (uji 2 arah)

Peubah yang memiliki hubungan signifikan adalah praktik dan pengetahuan dengan nilai p = 0.023 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.504. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan

(14)

praktik dokter hewan dengan kekuatan korelasi sedang. Berarti semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh dokter hewan maka semakin baik pula praktiknya mengenai biosekuriti. Hasil ini dapat juga berarti praktik dokter hewan dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya.

Gerungan (1996) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai suatu obyek akan menjadi attitude terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek tersebut. Responden dokter hewan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi sehingga mendorong cara berpikir yang strategis, mengembangkan sudut pandang mereka sehingga memungkinkan mereka menganalisa secara sistematik, menyimpan, dan menggunakan informasi yang relevan untuk pekerjaan mereka dengan tepat dan mempraktekannya dalam pekerjaan sehari-hari.

Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pekerja

Pengetahuan, sikap, dan praktik pekerja mengenai biosekuriti dihubungkan dengan tingkat biosekuriti di IKH. Data mengenai hubungan ini disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik pekerja mengenai biosekuriti pada IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Sikap Praktik

r Nilai p r Nilai p

Pengetahuan 0.25 0.06 -0.004 0.489

Sikap 0.415 0.004 *

*berhubungan nyata pada α=0.05 (uji 2 arah)

Peubah yang memiliki hubungan signifikan adalah sikap dan praktik pekerja dengan nilai p = 0.004 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.415. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan antara sikap dan praktik pekerja dengan kekuatan korelasi sedang. Berarti semakin baik sikap yang dimiliki oleh pekerja mengenai biosekuriti maka semakin baik pula praktik biosekuriti pekerja. Hasil ini juga dapat berarti praktik pekerja dipengaruhi oleh sikap yang dimilikinya.

Sikap sangat menentukan tindakan (behaviour) seseorang. Seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap suatu obyek, besar kemungkinan untuk bertindak positif juga terhadap obyek tersebut. Timbulnya sikap positif tersebut didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap obyek tersebut

(15)

(Sujarwo 2004). Tindakan individu sangat dipengaruhi oleh sikap maupun pengetahuannya. Seseorang bersikap suka atau tidak suka, baik atau tidak baik, senang atau tidak senang terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh pengalamannya atau pengetahuannya (Harihanto 2001).

Menurut Erdil dan Ertosun (2011), masyarakat paling mudah membentuk hubungan interpersonal pada lingkungan sosial di mana mereka mempunyai nilai-nilai dan latar belakang yang sama. Responden pekerja kandang pada penelitian ini pada umumnya memiliki latar belakang pendidikan yang sama, umur yang relatif sama, serta tinggal bersama-sama sehingga dapat dikatakan pekerja kandang ini telah membentuk satu kelompok pada lingkungan sosial yang sama. Menurut Gunn et al. (2008), perilaku merupakan hasil dari dua variabel: sikap seseorang mengenai perilaku tertentu dan gagasan atau pemahaman dari 'norma subyektif'. Sikap, dalam hal ini, berhubungan dengan keyakinan individu mengenai perilaku tertentu selain penilaian mereka tentang konsekuensi potensial. Sebaliknya, 'norma subyektif' terdiri dari persepsi tentang perilaku kelompok dan berimbang, niat seseorang untuk menyesuaikan diri dengan 'norma' kelompok yang lebih besar.

Kelompok pekerja kandang yang melakukan praktik biosekuriti dengan baik akan mempengaruhi individu pekerja kandang lainnya untuk melakukan praktik yang baik juga, hal ini terjadi karena individu pekerja ingin menyesuaikan diri dengan norma kelompok yang lebih besar, dalam hal ini kelompok pekerja yang melakukan praktik biosekuriti dengan baik. Sikap dan perilaku kelompok pekerja ini dapat mempengaruhi perilaku rekan sekerja mereka. Tekanan sosial dari individu-individu di sekitar mereka juga merupakan hal yang dapat mendorong praktik higiene yang baik (Racicot et al. 2012).

Tingkat Biosekuriti IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Penilaian tingkat biosekuriti IKH DOC dilakukan dengan menggunakan

checklist yang berisi pernyataan-pernyataan mengenai biosekuriti yang

mencakup isolasi, kontrol lalu lintas, dan sanitasi. Biosekuriti didefinisikan sebagai penerapan kontrol kesehatan dan usaha-usaha untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksius baru ke dalam suatu kawanan ternak (Pinto dan Urcelay 2003). Isolasi merujuk kepada penempatan hewan di dalam lingkungan yang terkontrol. Kontrol lalu lintas mencakup lalu lintas masuk ke dalam peternakan maupun di dalam peternakan. Sanitasi merujuk kepada

(16)

disinfeksi material, manusia, dan peralatan yang masuk ke lingkungan peternakan dan kebersihan personel peternakan (Yee et al. 2009). Data mengenai tingkat biosekuriti IKH DOC disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Tingkat biosekuriti IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Biosekuriti sedang Biosekuriti baik Biosekuriti baik sekali Jumlah Skor <60 Skor 61-72 Skor 73-84

n % n % n % n %

IKH GPS 0 0 5 25 8 40 13 65 IKH PS 0 0 2 10 5 25 7 35 Jumlah 0 0 7 35 13 65 20 100

Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa sebagian besar IKH DOC memiliki indeks tingkat biosekuriti “baik sekali” yaitu sebesar 65%. Sebanyak 35% atau sebanyak 7 IKH DOC memiliki tingkat biosekuriti yang “baik”. Skor tengah tingkat biosekuriti diperoleh sebesar 73.55. Skor ini terdapat pada interval skor untuk tingkat biosekuriti “baik sekali”. Data tersebut kemudian diuraikan, IKH DOC yang memiliki tingkat biosekuriti yang baik terdiri dari 5 IKH GPS (25%) dan 2 IKH PS (10%).

Beberapa IKH DOC yang memiliki tingkat biosekuriti baik sekali merupakan 8 IKH GPS (40%) dan 5 IKH PS (25%). Data penelitian menunjukkan bahwa IKH yang memiliki tingkat biosekuriti baik terdiri dari 5 dari 13 IKH GPS dan 2 dari 7 IKH PS. IKH yang mempunyai tingkat biosekuriti baik sekali terdiri dari 8 dari 13 IKH GPS dan 5 dari 7 IKH PS. Sebaran tingkat biosekuriti IKH DOC disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Sebaran tingkat biosekuriti IKH DOC BBKP Soekarno Hatta. 0 25% 40% 0 10% 25%

sedang baik baik sekali

(17)

Persyaratan teknis mengenai IKH DOC ditetapkan oleh Badan Karantina Pertanian. Persyaratan teknis ini bertujuan untuk menerapkan sistem biosekuriti pada IKH yang digunakan untuk karantina DOC impor. Penerapan sistem biosekuriti yang maksimal dapat mencegah masuk atau keluarnya penyakit yang mungkin dapat terjadi pada masa karantina. Persyaratan teknis mengenai bangunan dan prosedur selama masa karantina diatur oleh Badan Karantina Pertanian dan masing-masing IKH DOC mengatur tata cara masing-masing.

Indikator biosekuriti yang digunakan pada penilaian tingkat biosekuriti yaitu isolasi, kontrol lalu lintas, dan sanitasi (Jeffreys 1997). Instalasi karantina harus memiliki program biosekuriti yang tertulis (OIE 2011). Hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada indikator kontrol lalu lintas dan sanitasi, seluruh IKH sudah menerapkan biosekuriti dengan baik.

Indikator isolasi, ada 3 IKH yang belum menerapkan biosekuriti dengan maksimal, hal yang belum maksimal diterapkan antara lain pada tidak adanya papan nama petunjuk instalasi karantina dan papan larangan untuk memasuki lokasi instalasi karantina untuk orang yang tidak berkepentingan, jarak antar flok pada peternakan yang kurang dari 40 meter, pembatas antar flok yang tidak diberi pagar pengaman yang kuat, jarak ke jalan raya yang kurang dari 400 meter, serta tidak adanya fasilitas khusus untuk pembuangan limbah.

Papan petunjuk dan larangan memasuki lokasi bagi orang yang tidak berkepentingan sangat diperlukan untuk membatasi lalu lintas orang dan barang yang tidak perlu sehingga dapat memperkecil kemungkinan perpindahan agen penyakit (Pinto dan Urcelay 2003). Jarak antar flok juga harus diperhatikan, jarak yang kurang dari 40 meter dapat memperbesar risiko penularan penyakit bila terjadi suatu wabah di peternakan tersebut. Pembatas antar flok perlu diberi batas yang jelas dan terbuat dari bahan yang kuat untuk membatasi area antar flok (Casal et al. 2007). Pagar pembatas yang kuat dan jelas penting untuk menunjukkan zona biosekuriti dan zona karantina, hal ini penting untuk mengawasi lalu lintas personel atau peralatan yang keluar masuk ke area flok satu dengan flok yang lain. Pembatas yang jelas juga sangat membantu personel yang bertugas di area tersebut bilamana mereka harus mengganti baju, alas kaki, maupun peralatan lainnya. Jarak dari jalan raya yang kurang dari 400 meter juga memperbesar risiko penularan penyakit karena lalu lintas kendaraan dan orang.

(18)

Limbah padat peternakan ayam terdiri dari manure, litter (terbuat dari sisa kayu gergaji atau jerami), sisa pakan, bangkai ayam, telur pecah, dan bulu.

Beberapa IKH DOC tidak memiliki fasilitas khusus untuk pembuangan limbah khususnya untuk pembuangan ayam mati dan litter bekas. Sarana pengolahan limbah sangat penting untuk suatu IKH karena dari limbah ini dapat menyebar agen penyakit bila tidak dikelola dengan benar. Pengolahan limbah harus dibedakan antara limbah kering dan limbah cair. IKH DOC pada umumnya sudah memiliki pengolahan limbah untuk limbah kering namun belum untuk limbah cair. Beberapa IKH yang diamati, pengolahan limbah kering dilakukan dengan cara membakar dengan insinerator dan pada beberapa IKH limbah kering diolah dengan cara pembuatan kompos. Hasil lain yang didapatkan dari observasi, limbah padat berupa litter dan manure dari IKH DOC ini dikumpulkan di dalam karung kemudian langsung dijual tanpa pengolahan lebih lanjut, hal ini dapat meningkatkan risiko menyebarnya patogen ke lingkungan. Menurut Terzich et al. (2000), bakteri patogen yang terdapat di litter peternakan antara lain Escherichia

coli, Staphylococcus, dan koliform. Pengolahan limbah kering dapat dilakukan

dengan menerapkan digesti anaerobik, pembuatan kompos, dan pembakaran langsung. Kompos dibuat dengan memanfaatkan degradasi limbah organik, proses biodegradasi memakan waktu 4-6 minggu dan menghasilkan kompos yang tidak berbau, tekstur halus, kandungan air rendah (Kelleher et al. 2002). Pada saat proses pembuatan kompos, terjadi fase termofilik yaitu fase temperatur kompos naik sehingga mampu menginaktivasi mikroorganisme patogen sehingga dapat digunakan sebagai pupuk organik (ACFM 2010).

Limbah cair di IKH DOC yang diamati dibuang dengan cara dialirkan ke kolam penampungan dan belum diolah lebih lanjut. Limbah cair dapat diolah dengan cara menerapkan digesti anaerobik (Kelleher et al. 2002) yang kemudian akan menghasilkan biogas. Biogas ini dapat bermanfaat sebagai sumber energi alternatif selain dari sumber energi karbon. Selain itu limbah cair dapat diolah menggunakan metode elektrik dan optik, destruksi bakteri menggunakan stimulasi listrik atau radiasi ultraviolet; kimia dan biokimia, destruksi bakteri menggunakan ozonisasi, pemisahan bahan organik secara kimiawi dengan cara koagulasi dan flokulasi, degradasi bahan organik secara biologis menggunakan filter anaerob, secara fisik menggunakan filtrasi dan mikrofiltrasi (Avula et al. 2009).

(19)

Faktor-Faktor Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Personel IKH DOC yang Mempengaruhi Tingkat Biosekuriti di IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Masing-masing faktor pengetahuan, sikap, dan praktik personel IKH DOC dibandingkan dengan tingkat biosekuriti IKH DOC. Peubah yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat biosekuriti adalah pengetahuan manajer dan praktik manajer. Data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat biosekuriti disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Faktor-faktor pengetahuan, sikap, dan praktik personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta yang mempengaruhi tingkat biosekuriti

Tingkat Biosekuriti r Nilai p Manajer Pengetahuan 0.401 0.040 * Sikap 0.179 0.225 Praktik 0.432 0.028 * Dokter Hewan Pengetahuan 0.302 0.098 Sikap 0.298 0.101 Praktik 0.381 0.049 * Pekerja Pengetahuan -0.48 0.181 Sikap 0.062 0.353 Praktik 0.294 0.033 *

*berhubungan nyata pada α=0.05 (uji 2 arah)

Peubah yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat biosekuriti adalah pengetahuan manajer dengan nilai p = 0.04 dan koefisien korelasi 0.401. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan manajer dengan tingkat biosekuriti dengan kekuatan korelasi sedang. Berarti semakin baik pengetahuan manajer mengenai biosekuriti maka semakin baik pula tingkat biosekuriti IKH DOC tersebut sehingga tingkat biosekuriti IKH DOC dipengaruhi oleh pengetahuan manajer. Pengetahuan manajer sangat berpengaruh pada penyusunan peraturan biosekuriti IKH DOC.

Peubah selanjutnya yang memiliki hubungan signifikan adalah praktik manajer dan tingkat biosekuriti dengan nilai p = 0.028 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.432. Hasil ini menunjukaan terdapat hubungan antara praktik manajer dengan tingkat biosekuriti IKH DOC. Berarti semakin baik praktik yang dilakukan oleh manajer mengenai biosekuriti maka semakin baik tingkat biosekuriti di IKH DOC tersebut.

(20)

Hasil ini juga berarti tingkat biosekuriti IKH DOC dipengaruhi oleh praktik manajer. Praktik manajer adalah menyusun tata cara dan peraturan serta kegiatan-kegiatan yang harus dipatuhi oleh seluruh personel IKH DOC mengenai biosekuriti. Menurut OIE (2011), instalasi karantina harus memiliki program biosekuriti yang tertulis. Semua protokol biosekuriti harus ditulis dan semua personel dapat mengakses protokol tersebut dengan mudah. Semua personel dan pengunjung yang memasuki lokasi karantina harus mematuhi prosedur biosekuriti yang berlaku.

Peubah selanjutnya yang memiliki hubungan signifikan adalah praktik dokter hewan dan tingkat biosekuriti dengan nilai p = 0.049 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.381. Hasil berarti terdapat hubungan antara praktik dokter hewan dengan tingkat biosekuriti IKH DOC dengan kekuatan korelasi lemah. Hubungan ini berarti juga bila dokter hewan mempunyai praktik yang baik, maka tingkat biosekuriti juga akan baik. Menurut hasil tersebut, tingkat biosekuriti di IKH DOC dipengaruhi oleh praktik dokter hewan. Dokter hewan di IKH DOC mempunyai tugas untuk melaksanakan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan hewan. Tugas dokter hewan di IKH DOC adalah menangani manajemen kesehatan unggas. Selain itu, dokter hewan bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan biosekuriti di lapangan.

Faktor pekerja yang mempunyai hubungan signifikan terhadap biosekuriti adalah praktik pekerja dengan nilai p = 0.033 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.294. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan antara praktik pekerja dan tingkat biosekuriti IKH DOC dengan kekuatan korelasi lemah. Berarti praktik pekerja kandang mempengaruhi tingkat biosekuriti IKH. Pekerja kandang sebagai pelaksana kegiatan harian di IKH DOC harus melaksanakan peraturan dan tata cara yang telah disusun oleh manajer. Bila pekerja melaksanakan peraturan dengan baik (praktik pekerja baik), maka tingkat biosekuriti juga baik.

Louis (1980) yang dikutip oleh Carsten et al. (2010) mengatakan organisasi dapat mempengaruhi perilaku pekerja dengan menata norma dan standar praktik untuk masing-masing personel pada tingkatan pekerjaan yang berbeda serta mengawasi pelaksanaan standar tersebut. Tujuan utama manajer dalam penyusunan program biosekuriti adalah terwujudnya praktik biosekuriti yang baik pada seluruh personel IKH DOC. Kerja sama dan kolaborasi diperlukan oleh seluruh personel IKH DOC untuk mencapai tujuan suatu organisasi yaitu terlaksananya biosekuriti yang baik (Wei et al. 2010). Selain itu, hal utama yang

(21)

harus ada adalah komitmen pekerja terhadap perusahaan dan unsur-unsurnya, dalam hal ini adalah praktik biosekuriti adalah sikap yang penting (Johnson et al. 2010).

Peraturan dan prosedur yang tertulis serta pengawasan dari supervisor dan manajer dapat meningkatkan perilaku pekerja menjadi lebih baik (Vinodkumar dan Bhasi 2010). Keinginan pekerja untuk bekerja dipengaruhi oleh hubungan dengan supervisor, hubungan antar pekerja yang baik akan mempengaruhi kinerja menjadi lebih baik (Kacmar et al. 2007). Berbagai macam komunikasi digunakan untuk meningkatkan keefektifan usaha memotivasi pekerja. Cakupan dan dampak komunikasi akan lebih tinggi dalam komunikasi dua arah dan dapat menyebabkan perubahan perilaku.

Komunikasi reguler tentang masalah keamanan antara manajemen, supervisor, dan tenaga kerja merupakan praktik manajemen yang efektif untuk meningkatkan kinerja (Vinodkumar dan Bhasi 2010). Selain itu juga menurut Racicot et al. (2012), komunikasi antara manajemen dan pekerja adalah komponen yang paling penting pada program biosekuriti. Menurut Vredenburg (2002) yang dikutip oleh Vinodkumar dan Bhasi (2010), perilaku pekerja kandang dapat diubah dengan cara pemberian penghargaan (reward) yang berarti pekerja mendapatkan pengakuan dari organisasi.

Tingkat biosekuriti yang baik dipengaruhi oleh pengetahuan dan praktik manajer, praktik dokter hewan, serta praktik pekerja. Faktor-faktor ini harus didukung oleh komitmen seluruh personel untuk melaksanakan tindakan biosekuriti, kerja sama seluruh personel, komunikasi yang baik antara pihak manajemen dan pekerja, serta pemberian penghargaan bagi pekerja yang mampu menunjukkan kinerjanya dengan baik.

Gambar

Tabel  6  Karakteristik  personel  IKH  DOC  BBKP  Soekarno  Hatta  menurut  umur,  jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan pelatihan
Tabel  7  Penilaian  tingkat  pengetahuan,  sikap,  dan  praktik  (KAP)  personel  IKH  DOC BBKP Soekarno Hatta
Tabel  8  Pengetahuan  spesifik  personel  IKH  DOC  mengenai  biosekuriti  meliputi  pengetahuan mengenai isolasi, lalu-lintas, sanitasi
Tabel  9  Hubungan  antara  karakteristik,  pengetahuan,  sikap,  dan  praktik  (KAP)  manajer mengenai biosekuriti pada IKH DOC BBKP Soekarno Hatta
+4

Referensi

Dokumen terkait

- Pekerjaan tanah ini meliputi pekerjaan galian dan timbunan tanah serta angkutan ( houling) yang dapat dilaksanakan baik secara manual, semi mekanis ataupun mekanis. Bagian

Sampel terakhir yaitu jahe yang mengandung kapang, hal ini tidak sesuai dengan teori Susanto (2011), jahe seharusnya tidak mengandung bakteri, kapang, atau mikroorganisme yang

[r]

menggunakan smartphone, d) Mobile learning dilengkapi dengan video pembelajaran untuk menguatkan pemahaman dan konsep siswa, e) Soal evaluasi berbasis

Orang dengan HIV sering menderita depresi dan anxietas karena mereka menyesuaikan diri dengan dampak dari diagnosisnya dan menghadapi kesulitan hidup

PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN BELAJAR PESERTA DIDIK. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

karangannya serta perubahan perubahan yang terjadi dari segi zihaf dan ilah di dalam. syair-syair

Taken as a whole, the common problems found in Section 2: Incomplete Sentences can be listed as follows. The test takers are to choose the incorrect words/phrase