• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Kementerian Pariwisata Republik Indonesia atau disingkat Kemenpar RI adalah kementerian dalam pemerintahan Indonesia yang membidangi urusan kepariwisataan. Kementerian Pariwisata berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Pariwisata dipimpin oleh Menteri Pariwisata (Menpar) yang sejak tanggal 27 Oktober 2014 hingga sekarang dijabat oleh Arief Yahya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata RI Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata, dengan Tugas sebagai pembantu Presiden dijalankan dengan Fungsi sebagai berikut :

1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pengembangan destinasi dan industri pariwisata, pengembangan pemasaran pariwisata mancanegara, pengembangan pemasaran pariwisata nusantara, dan pengembangan kelembagaan pariwisata;

2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan destinasi dan industri pariwisata, pengembangan pemasaran pariwisata mancanegara, pengembangan pemasaran pariwisata nusantara, dan pengembangan kelembagaan pariwisata;

(2)

3. Pelaksanaan kebijakan dibidang pembangunan dan perintisan daya tarik wisata dalam rangka pertumbuhan destinasi pariwisata nasional dan pengembangan daerah serta peningkatan kualitas dan daya saing pariwisata;

4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervise atas pelaksanaan urusan pemerintah di bidang pengembangan destinasi dan industri pariwisata, pengembangan pemasaran pariwisata mancanegara, pengembangan pemasaran pariwisata nusantara, dan pengembangan kelembagaan kepariwisataan.

5. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata;

6. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tangung jawab Kementerian Pariwisata; dan

7. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata.

(3)

4.1.1 Arti Logo

Sumber : Kemenpar RI 2016 Gambar 6. Logo Kemenpar RI

Candi merupakan hasil karya budaya nenek moyang yang sudah lama dikenal di Indonesia. Candi ini merupakan stilisasi dari Candi Bajang Ratu yang terletak di Mojokerto, Jawa Timur.

Atap candi berjumlah 7 melambangkan Sapta Pesona, yaitu aman, tertib, bersih sejuk, indah, ramah-tamah, dan kenangan.

Pintu candi menunjukkan lambang senantiasa terbuka bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Indonesia sekaligus menggambarkan keterbukaan hati dan keramahtamahan masyarakat Indonesia.

Anak tangga berjumlah 5 melambangkan dasar Negara pancasila sebagai landasan dalam membangun kebudayaan dan kepariwisataan Indonesia.

(4)

Candi dilingkari dengan dunia yang sedang bergerak melambangkan bahwa kebudayaan dan kepariwisataan Indonesia selalu dinamis mengikuti perkembangan global tetapi tetap menjaga identitas budaya bangsa Indonesia.

Warna ungu melambangkan kekuatan jiwa dalam membangun kebudayaan dan kepariwisataan Indonesia.

4.1.2. Struktur Organisasi

(5)

Tabel 2. Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengembangan Pariwisata Nusantara

Tabel 3. Struktur Organisasi Asdep. Pengembangan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Nusantara

(6)

Tabel 4. Struktur Organisasi Asdep. Pemasaran Pariwisata Nusantara

4.1.3 Konsep Pariwisata Indonesia

Pariwisata Indonesia mengusung konsep Sapta Pesona yakni Pariwisata dengan tujuh unsur yakni Keamanan, Ketertiban, Kesejukan, Keindahan, Keramahan, dan Kenangan. Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, rasa tanggung jawab segenap lapisan masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas untuk mampu bertindak dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sapta pesona merupakan kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau wilayah di Negara kita. Dengan tujuh unsur tersebut kita harus menciptakan suasana indah dan mempesona, di mana saja dan kapan saja. Khususnya di tempat-tempat yang

(7)

banyak dikunjungi wisatawan dan pada waktu melayani wisatawan. Berikut uraian mengenai unsur-unsur Sapta Pesona:

1. Aman

Wisatatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila merasa aman, tenteram, tidak takut, terlindungi dan bebas dari tindak kejahatan, ancaman, penyakit menular, kecelakaan akibat minimnya keamanan alat rekreasi, dan gangguan oleh masyarakat berupa pemaksaan dan tidak bersahabat. Jadi, aman berarti terjamin keselamatan jiwa dan fisik, termasuk barang milik wisatawan.

2. Tertib

Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur, rapi, dan lancer. Serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat, misalnya:

1. Lalu lintas tertib, teratur, dan lancar, alat angkutan datang dan berangkat tepat pada waktunya.

2. Tidak Nampak orang yang berdesakan atau berebutan untuk mendapatkan atau membeli sesuatu yang diperlukan.

3. Bangunan dan lingkungan tertata dengan rapi dan teratur. 4. Pelayanan dilakukan secara baik dan tepat.

5. Informasi yang benar dan tidak membingungkan. 3. Bersih

(8)

Bersih merupakan suatu keadaan / kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit, dan pencemaran. Wisatawan akan merasa netah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat.

4. Sejuk

Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau keadaan sejuk, nyaman dan tenteram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berada di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan, misalnya ruangan kerja.belajar, ruang makan, ruang tidur dan lain sebagainya.

5. Indah

Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan sedap dipandang disebut indah. Indah dapat dilihat dari berbagai segi, seperti tata warna, tata letak, tata ruang bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi dan selaras, sehingga memberi kesan yang enak dan cantik untuk dilihat.

Indah yang selalu sejalan dengan bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan hidup ciptaan Tuhan YME maupun hasil karya manusia. 6. Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang

menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum, dan menarik hati.

(9)

7. Kenangan

Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan dapat berupa yang indah dan menyenangkan, akan tetapi dapat pula yang tidak menyenangkan. Kengangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata di Indonesia, dengan sendirinya adalah yang indah dan menyenangkan.

(10)

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1 Mendefinisikan Permasalahan dan Peluang (Fact Finding) Penelitian mengenai Strategi Kemenpar RI dalam meningkatkan pergerakan wisatawan lokal melalui fenomena GMT pada Maret 2016 dilakukan dengan mewawancarai beberapa orang yang memiliki andil dalam proses persiapan hingga evaluasi program yang dilaksanakan.

Data diambil dari hasil wawancara yang dilakukan di Gedung Sapta Pesona Kantor Kemenpar RI di Jalan Medan Merdeka untuk Key Informan namun dalam waktu yang tidak bersamaan dan di tempat yang berbeda pula dikarenakan kesibukan masing-masing key informan yang berbeda dan berada di departemen yang berbeda. Wawancara dilaksanakan pada bulan November 2016 dan Februari 2017. Dilakukan dengan teknik snowball terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam acara yang disiapkan.

Dan terhadap Informan wawancara dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan media elektronik seperti Whatsapp, E-mail dan Pesan Langsung pada media sosial Instagram. Dengan mengirimkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dan dengan pertanyaan-pertanyaan tambahan yang mungkin muncul akibat dari jawaban yang berkembang sehingga terjadi temuan. Pemanfaatan media sosial sebagai sarana wawancara dikarenakan keterbatasan jarak dan waktu dimana informan yang memiliki latar belakang profesi berbeda yakni sebagai karyawan swasta dan sebagai traveler blogger lebih banyak

(11)

menghabiskan waktu untuk pergi ke luar kota dalam rangka mengeksplor pariwisata Indonesia.

Menurut Bapak Mumus Muslim sekali SESDEP Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, menghilangkan rasa takut dan mengubah pola pikir masyarakat bahwa GMT merupakan fenomena yang tidak harus ditakuti dan justru harus disaksikan karena tidak semua daerah mengalami kesempatan yang sama untuk dapat dilewati GMT.

“Pada saat GMT kemarin sebenarnya yang diharapkan masyarakat dapat menyaksikan fenomena tersebut tanpa rasa takut dan sadar bahwa itu fenomena yang langka dan kita seharusnya bangga bisa menyaksikan yang jarang terjadi. Karena dulunya kan pada takut , bisas bikin buta, radiasi dan macem-macem lah.” “Untuk awal , agar masyarakat dapat terbuka pikirannya mengenai GMT, kita mengadakan seminar dan juga sosialisasi. Di daerah-daerah yang dilewati kita kirim satu perwakilan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) sebagai pembicara” Ujar Pak Mumus.

Hal serupa juga dinyatakan oleh Bapak Arief Yahya dalam konferensi Pers yang diunggah di saluran Youtube milik Kemenpar. Pada konferensi pers yang dilaksanakan sebelum Seminar GMT dilaksanakan, Ia menyampaikan bahwa tidak ingin kehilanan kesempatan. Dulu GMT terjadi di Indonesia dan dikarenakan terlalu banyak mitos yang beredar maka hal tersebut hanya lewat begitu saja.

(12)

Indonesia kehilangan kesempatan untuk memperkenalkan potensinya kepada dunia , turis tidak disambut meriah, dan benar-benara minim persiapan.

“Dulu ada Gerhana Matahari tidak ada apa-apa, sekarang Kita harus berpikir kreatif, hadiah dari Tuhan, dan nilainya sudah Saya hitung itu tidak sedikit. Makanya tahun ini promosi kita lakukan besar-besaran.” Ujar Bapak Arief Yahya

Kementerian Pariwisata Indonesia menjadikan fenomena alam GMT sebuah peluang untuk dapat meningkatkan minat wisatawan lokal Indonesia untuk dapat berkunjung ke destinasi-destinasi wisata yang dimiliki oleh Indonesia. Untuk dapat meningkatkan pergerakannya Kemenpar menyiapkan beberapa program yang dilaksanakan untuk dapat menyambut GMT di daerah-daerah yang menjadi lokasi gerhana dapat dilihat secara sempurna.

Berdasarkan data laporan tahunan Kemenpar tahun 2015 yang diperoleh beberapa daerah yang menjadi titik pusat GMT memang memiliki tingkat kunjungan wisata yang masih rendah dibanding daerah-daerah wisata seperti Bali, Lombok maupun Yogyakarta. Daerah-daerah yang masih memiliki tingkat kunjungan wisatawan yang kurang ialah Palangkaraya, Palu, dan juga Ternate bahkan kunjungan Wisatawan Nusantara ke propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015 tidak masuk dalam 10 besar tingkat kunjungan tertinggi. Dalam hasil wawancara Key Informan menyebutkan bahwa dilewatinya beberapa daerah tersebut oleh GMT adalah momentum yang sangat tepat bagi Kemenpar untuk

(13)

dapat meningkatkan kunjungan sekaligus memperkenalkan potensi pariwisata lebih dalam daerah-daerah tersebut kepada masyarakat luas.

“Momen nya tepat sekali bagi Kita untuk meningkatkan tingkat kunjungan di sana, memang tidak bisa dibandingkan dengan Bali atau destinasi wisata lain yang memang sudah jauh lebih dulu unggul dan menjual wisata budayanya, tapi pelan-pelan pasti bisa meningkat terutama setelah GMT.” Ujar Bapak Mumus Muslim.

Maka membuat masyarakat bergerak mengunjungi destinasi pusat pengamatan GMT merupakan tujuan dari Kemenpar dengan memanfaatkan peluang yang diberikan oleh Sang Pencipta yakni melalui Fenomena GMT yang melewati Indonesia. Bukan hanya wisatawan Nusantara yang menjadi target, melainkan Wisatawan Mancanegara pun masuk dalam target kunjungan.

Moment ini juga dimanfaatkan sebagai peluang khususnya bagi kawasan Tanjung Kelayang, Belitung dikarenakan daerah tersebut memang sedang digali potensinya dan telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) oleh Presiden Joko Widodo untuk dikembangkan menjadi destinasi unggulan “Bali Baru”.

4.2.2. Perencanaan dan Program Menyambut GMT 2016 (Planning and Programming)

Dari permasalahan yang telah dijabarkan di atas maka tidak hanya wisatawan nusantara yang menjadi target tingkat kunjungan namun momen ini juga dijadikan kesempatan bagi Indonesia untuk dapat menjaring lebih banyak

(14)

wisatawan mancanegara. Berdasarkan hasil wawancara dengan Key Informan , Kemenpar memiliki jumlah target kunjungan Wisatawan Nusantara.

“Jumlah Wisnus targetnya kira-kira 5.000.000 seluruh Indonesia , itu sudah termasuk yang datang dari luar daerah dan masyarakat sekitar yang datang ke pusat pengamatan GMT di daerahnya.” Jelas Bapak Mumus Muslim.

Bukan hanya wisatawan Nusantara yang menjadi target , tetapi wisatawan mancanegara juga dijadikan target dalam event ini. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, target kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 100.000 seluruh Indonesia dengan nilai penerimaan devisa sekitar 1,56 Triliun.

Untuk dapat menarik minat Wisatawan diperlukan berbagai strategi Komunikasi agar pesan-pesan yang ingin disampaikan Kemenpar sebagai penyelenggara dapat secara lugas tersampaikan dengan baik oleh target khalayaknya. Oleh karena itu Kemenpar menyiapkan program untuk menyambut GMT 2016.

Program yang dibuat oleh kementerian dalam hal ini sangat beragam, mulai dari seminar tentang GMT, lomba fotografi, hingga panggung hiburan dimana peserta yang mengikuti acara tersebut sangat beragam latar belakangnya. Mulai dari petinggi daerah, wisatawan asing, wisatawan lokal luar daerah, jurnalis, peneliti dan masyarakat sekitar titik pengamatan tentunya.

Tahap awal yang harus diperhatikan ialah mengenai banyaknya mitos yang berkembang mengenai gerhana matahari. Di Indonesia sendiri tiap daerah

(15)

memiliki mitos yang berbeda-beda tergantung pada kebiasaan adat masing-masing. Sebagian daerah masyarakatnya masih memiliki rasa takut terhadap gerhana matahari total.

Menurut Bapak Mumus Muslim selaku SESDEP Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, menghilangkan rasa takut dan mengubah pola pikir masyarakat bahwa GMT merupakan fenomena yang tidak harus ditakuti dan justru harus disaksikan karena tidak semua daerah mengalami kesempatan yang sama untuk dapat dilewati GMT.

“Pada saat GMT kemarin sebenarnya yang diharapkan masyarakat dapat menyaksikan fenomena tersebut tanpa rasa takut dan sadar bahwa itu fenomena yang langka dan kita seharusnya bangga bisa menyaksikan yang jarang terjadi. Karena dulunya kan pada takut , bisa bikin buta, radiasi dan macem-macem lah.”

“Untuk awal , agar masyarakat dapat terbuka pikirannya mengenai GMT, kita mengadakan seminar dan juga sosialisasi. Di daerah-daerah yang dilewati kita kirim satu perwakilan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) dan juga Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai pembicara” Ujar Pak Mumus.

GMT dijadikan objek untuk dapat menggerakan wisatawan lokal dikarenakan fenomena yang unik dan langka. Dan pada saat ini pemerintah dalam hal ini Kemenpar RI memiliki kesempatan untuk sekaligus mengedukasi

(16)

masyarakat bahwa sebuah fenomena alam tidak hanya sekedar “lewat” namun juga memiliki potensi di dalamnya untuk dapat dijadikan objek wisata.

“Fenomenanya langka, tidak semua Negara dapat kesempatan alami untuk dapat dilewati GMT, bukan Cuma jadi objek wisata tapi juga bisa jadi sarana edukasi tentang fenomena alamnya.” Jelas Pak Mumus.

Berdasarkan hasil wawancara terdapat tiga tema besar acara dan satu seminar yang tersebar di 3 daerah yang berbeda dilaksanakan oleh Kemenpar untuk menarik minat wisatawan dan memeriahkan event GMT yang diselenggarakan mulai dari satu bulan sebelum GMT menampakkan dirinya di Nusantara.

“Kita sudah sosialisasi mulai dari awal tahun 2016 lewat media cetak, online dan media luar ruang kayak banner, spanduk, program dilaksanakan hingga pasca 2 minggu setelah GMT berlangsung” Jelas Pak Edi selaku Kasubdit Media Cetak ASDEP Pengembangan Komunikasi Pemasaran Nusantara Kemenparekraf.

“Konser musik di Palu ada Slank, di Bangka Belitung ada pengajian juga sama Karnaval, Seminar juga di sana, yang terakhir lomba foto sama video itu on line.” Tambah Bapak Edi.

Dari data sekunder yang didapatkan dapat dijabarkan bahwa tiga tema besar masing-masing yakni, Wonderful Total solar Eclipse Concert (Palu) ,

(17)

Bangka Belitung Big Events GMT 2016, Lomba Foto, Video dan Tulisan “Pesona Indonesia”.

Wonderful Total Solar Eclipse Concert diselenggarakan Pada 9 Maret 2016, Pukul 07.00 – 21.00 WITA bertempat di Anjungan Nusantara, Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah.

Acara dimeriahkan oleh beberapa artis Ibu Kota diantaranya, Konser musik: Slank, The Titans, Lesti DCA 2, Danang DCA 2, Parade musik perkusi: Gilang Ramadhan Indonesia, Ron Reve Australia, Smith Palu, Tarian kolosal masyarakat pesisir Suku Kaili, Tari Vose Sakaya, Tarian Persahabatan Suku Mori, Modero, Stand up Comedy: Komika Jakarta, Komika Palu, Festival Band Lokal: The Box, The Culture Project, Veky and friends, Reggae band, Dance competition: Local dancers.

Bangka Belitung Big Events GMT 2016 dilaksanakan selama empat hari yakni Pada 6- 9 Maret 2016 bertempat di 3 tempat terpisah di Kepulauan Bangka Belitung yakni, Kab. Bangka Tengah dan Kab. Belitung, Bangka Belitung.

Acara akan diisi dengan Pengajian dan pertunjukan Emha Ainun Nadjib dan Kyai Kanjeng, Karnaval budaya, Sholat Gerhana Matahari 2016, Komunitas dambus Bangka Tengah, Pertunjukan rudat kolosal, Pertunjukan tari kolosal, Komunitas pemusik, penyanyi, dan pencipta lagu Bangka Belitung, Penampilan artis nasional.

Pada kesempatan kali ini yang menjadi PIC pada event adalah Departemen Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara. Segala kegiatan akan lebih

(18)

banyak terpusat di departemen ini tetapi tetap dengan dukungan Departemen lain untuk membantu persiapan.

“Deputi Bidang Pengembangan Pariwisata Nusantara ditunjuk dan Asdep-asdep dibawahnya semuanya ikut andil. Jadi bisa dibilang PIC nya itu.” Ujar Bapak Edi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didapati informasi bahwa Kemenpar mengadakan lelang untuk Event Organizer dalam rangka membantu segala proses persiapan dalam menyambut GMT 2016.

“Kita lelang untuk EO penyelenggara, karena tidak mungkin kerja sendiri, untuk lelang sistematikanya semua lengkap ada di website lelang Kemenpar sampai nilai lelang dan siapa yang menang semua tercantum.” Jelas Bapak Suryanto selaku Kasubbag Asdep Pengembangan Segmen Pasar Personal.

Website yang dimaksud adalah lpse.kemenpar.go.id, Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) menyelenggarakan pengadaan barang/jasa secara elektronik. Perusahaan/Penyedia dapat mengikuti pengadaan dengan terlebih dahulu mendaftar sebagai penyedia barang/jasa.

Kemenpar akan memasang nilai Pagu atau nilai kisaran dana yang akan disalurkan untuk satu event dan 3 penawaran terendah yang tidak melebihi nilai yang telah ditetapkan akan dikaji ulang pembiayaannya. Setelah pengkajian dilakukan akan terpilih satu perusahaan penyedia barang/jasa dan diumumkan via website kembali.

(19)

Pada kesempatan kali ini penanggung jawab ketiga event yang diselenggarakan tersebut berada di bawah dukungan dan pengawasan Asdep Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata.

Dalam event GMT 2016 yang diselenggarakan di 3 provinsi yakni Belitung, Palu dan Palembang, terdapat 86 perusahaan yang mendaftar untuk menjadi koordinator event senilai Rp 1.598.092.000,00 yang diselenggarakan Kemenpar. Dan setelah dilakukan pengkajian terhadap kelayakan penyedia barang/jasa, Kemenpar memilih PT Isi Kreatif Indonesia sebagai EO penyelenggara acara tersebut.

Dengan pemilihan dan pemberian kepercayaan untuk menyelenggarakan event yang diselenggarakan oleh Kemenpar maka segala keperluan event mulai dari keperluan mobilitas para tamu undangan, para pengisi acara, teknis persiapan seperti alat-alat penunjang semua menjadi tanggung jawab Event Organizer pemenang lelang dibawah pengawasan Kemenpar dengan konsep yang diberikan dan seluruh ketentuan yang telah disepakati.

Lomba Foto, Video dan Tulisan “Pesona Indonesia”

Kompetisi GMT merupakan bagian dari kampanye Pesona Indonesia yang dilakukan Kemenpar untuk mengajak para wisatawan domestik mengeksplor negara mereka sendiri. Pada perlombaan ini para peserta diberi kebebasan untuk mengeksplor kemampuannya dan bercerita tentang Pesona Indonesia lewat Foto, Video dan juga cerita yang dikemas lewat GMT.

(20)

“Lagipula, GMT telah menjadi sorotan istimewa di kalangan media, peneliti, fotografer, dan wisatawan baik dalam maupun mancanegara,” ujar Bambang Widjanarko selaku juri kompetisi ini sekaligus Kasubbag Pengelolaan Infomasi dan Dokumentasi Kemenpar.

Dapat terlihat di 12 provinsi di Indonesia, yaitu Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara, kompetisi bertema GMT ini ingin membagikan keindahan ke-12 provinsi ke dalam karya foto, video, dan tulisan.

“Dari foto, video, dan tulisan yang terkumpul tersebut, kami mengharapkan masyarakat bisa mendapatkan informasi tentang tempat- tempat wisata baru di Indonesia yang layak dikunjungi,” tambah Bambang.

Dalam sebuah kompetisi tentunya terdapat aturan dan mekanisme yang dibuat agar memberi kemudahan Juri dalam menilai berbagai karya yang dihasilkan. Mekanisme tersebut dijabarkan dalam rilis berita pada website Kemenpar.

Karya dapat dikirim mulai 1 Maret 2016 dan berakhir pada 30 April 2016, serta diperuntukkan hanya bagi Warga Negara Indonesia. Selama periode lomba, terkumpul 1.514 foto untuk kategori Jurnalis, 663 foto kategori Non Jurnalis,

(21)

254 kategori Video, dan 223 kategori Tulisan melaluimicrosite indonesia.travel. Untuk mengikuti lomba ini tidak dikenakan biaya, dan para peserta wajib mengirimkan karya asli yang dihasilkan antara 2015 hingga 2016 (dibuktikan dengan data EXIF).

Penjurian kategori lomba foto dilakukan oleh fotografer perjalanan Barry Kusuma, Bambang Wijarnako dari Kemenpar, dan Agus Ryan dari Panorama Media, selain oleh para pengguna akun Instagram. Peserta lomba foto dapat mengirimkan maksimal tiga foto tanpa watermark dengan resolusi minimal 1.500 pixel. Mengedit foto hanya diizinkan sebatas memperbaiki warna, kontras, dan melakukan sedikit cropping, dengan foto yang dicari adalah yang mengedepankan keunikan dan keindahan destinasi wisata, sudut pandang, komposisi, momen, dan keaslian.

Sedangkan untuk penjurian kategori lomba video dilakukan oleh videografer Febian Nurrahman, Bambang Wijarnako dari Kemenpar, dan Agus Ryan dari Panorama Media. Peserta lomba video hanya boleh mengirimkan satu file video berdurasi minimal satu menit dan maksimal tiga menit tanpa watermark, yang disertai judul dan biodata peserta. Video dapat ditambahkan ilustrasi dan musik, di mana pilihan ilustrasi dan musik tersebut merupakan tanggung jawab kreator dan tidak melanggar hak cipta.

Hasil video dapat digabung antara aerial dan ground shot dengan kualitas high definition (HD) atau minimal 720p. Penilaian video ditentukan berdasarkan

(22)

keunikan dan keindahan destinasi wisata, alur cerita, sudut pandang, kesesuaian audio visual, momen, kreativitas, dan keaslian.

Untuk kategori lomba tulisan, karya-karya yang masuk akan dinilai oleh blogger dan penulis buku perjalanan Trinity, Bambang Wijarnako dari Kemenpar, dan Fransiska Anggraini dari Panorama Media. Setiap peserta hanya dapat mengirimkan satu tulisan sepanjang minimal 1.000 kata dan maksimal 1.500 kata yang disertai judul dan biodata. Tulisan bertema destinasi GMT ini harus menggunakan bahasa Indonesia baku yang baik dan benar, selain disertai foto karya sendiri minimal satu buah sesuai tempat yang ditulis. Penilaian tulisan berdasarkan alur cerita, gaya bertutur, sudut pandang, kesesuaian dengan tema, kreativitas, dan keaslian.

Perihal lomba yang diadakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Bagian Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi Kemenpar. Dikarenakan hasil lomba berhubungan dengan bagian tersebut dan akan dijadikan sebagai bahan informasi dan dokumentasi selama event berlangsung serta akan dijadikan penunjang promosi kedepanya.

4.2.3. Aksi dan Komunikasi (Taking Action And Communication)

Komunikasi yang dilakukan Kemenpar mulai dari pra penyelenggaraan event hingga pasca event banyak mendapat dukungan dari media. Media yang mendukung terdiri dari media elektronik, cetak hingga media online.

(23)

“Media banyak yang partisipasi dari mulai sosialisasi sampai setelah event. Seperti Kompas banyak ambil bagian juga kemarin, dia buat Seminar, muat di Koran tentang GMT.” Ujar Bapak Edi selaku Kasubdit Asdep Komunikasi Pemasaran Pariwisata Nusantara.

Ketika ditanya mengenai nilai kerjasama atau nilai sponsor yang diberikan dan bagaimana proses Kompas atau media lain terlibat dalam usaha mempublikasikan agenda Kemenpar , Bapak Edi menjelaskan bahwa ;

“Awalnya kan lelang , lalu Kompas terpilih, Kita punya kontrak kerjasamanya , semisal dengan Kompas berapa tahun.” Jelas Pak Edi.

Mengenai nilai publikasi, dari data yang diperoleh dari Kemenpar didapatkan nilai beserta bentuk publikasi yang dilakukan berbagai media yang bekerja sama dengan Kemenpar untuk GMT 2016 sebagai berikut :

Media elektronik terdiri dari Metro TV alokasi anggaran sebesar 3.4 Milyar, terdiri dari: TVC, running teks, live report, talkshow pre event dan post event, advertorial dan TV One alokasi anggaran sebesar 400 Juta untuk TVC

Media cetak yaitu Kompas alokasi anggaran sebesar 1.7 Milyar.

Media ruang terdiri dari Billboard di 17 titik bandara, pelabuhan, dan stasiun kereta api dengan alokasi anggaran sebesar 1.7 Milyar, Umbul-umbul di Jakarta dan Belitung dengan alokasi anggaran sebesar 400 Juta, Kacamata

(24)

sebanyak 10.000 buah dengan alokasi anggaran sebesar 400 Juta, Merchandise (kaos, topi, pin).

Sebagai rincian untuk Billboard terdapat dia Bandara Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Surabaya Juanda, Yogyakarta, Bandung.

Di Stasiun terdapat di Jakarta Gambir, Bandung Kawung, Yogyakarta Tugu, Surabaya Gubeng, Surabaya Turi, Jember.

Di Pelabuhan terdiri dari Medan Uleelheu, Batam Sekupang, Batam Harbourbay, Banda Aceh Uleelheu, Sabang, Lampung Bakauheni, Merak

Media online yakni Detik.com dengan alokasi anggaran sebesar 200 Juta, dan Panorama dengan alokasi anggaran sebesar 200 Juta

Tidak hanya itu promosi juga dilakukan lewat stasiun TV kereta api yakni KA Argo Bromo Angrek, Argo muria, Argo sindoro, Bangun Karta eksekutif, Argo Parah yangan, Argo Jati, Harina, Argo wilis,Argo Lawu, Argo dwipangga,Taksaka, Bima, Gajayana.

Tidak hanya lewat media cetaknya Kompas juga mendukung kegiatan Seminar Kompas di Belitung beserta publikasinya dengan alokasi anggaran sebesar 1,3 milyar dengan judul seminar “Gerhana Matahari Antara Mitologi Dan Fenomena Alam” yang dibuka langsung oleh Bapak Menteri Pariwisata Arief Yahya pada tanggal 8 Maret.

(25)

Selain di dalam negeri , dukungan promosi pariwisata mancanegara juga mengalir yang diakomodir oleh Asdep Pengembangan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Mancanegara.

Dengan Rincian, Media elektronik CNN sebanyak 20 spot, tayang mulai tanggal 1 – 9 maret 2016, CNBC sebanyak 20 spot, tayang mulai tanggal 1 – 9 maret 2016, Fox Channel sebanyak 25 spot, tayang mulai tanggal 1 – 9 maret 2016 sehingga Total 65 spot dengan nilai media sebesar USD 197.600.

Media online dengan alokasi anggaran sebanyak 2 milyar diantaranya berupa Video animasi di Google, dengan jumlah impresi sebanyak 29.205.602, Video animasi di Youtube, dengan jumlah impresi sebanyak 595.164, Video animasi di Baidu, dengan jumlah impresi sebanyak 5.853.443, Video animasi di TripAdvisor, dengan jumlah impresi sebanyak 11.823.176 dan Total impresi 47.477.385.

Ketika ditanya mengenai keterlibatan stakeholder kemenpar lainnya seperti perusahaan penyedia jasa perjalanan Bapak Eksan selaku Kasubbag Asdep Pengembangan Segmen Pasar Personal menjelaskan,

“Ada agen yang jual paket tur menyertakan GMT di dalamnya tapi dibarengi dengan paket lain , ada yang sebelum ada yang sesudahnya. Pelni juga sediain kok.” Jelas Pak Eksan.

Dan apakah Kemenpar memberi kewajiban terhadap penyedia jasa perjalanan untuk menyediakan paket tur terkait GMT berikut pernyataan Pak Eksan terkait hal tersebut.

(26)

“Kita tidak mewajibkan dan tidak buat aturan harus menyediakan , ini lebih kepada penyedia jasa yang antusias untuk ikut memanfaatkan moment dan mereka juga kan akan dapat keuntungan dari GMT ya kan. Kita hanya sosialisasi lewat media-media tadi mengenai event, mereka kreatif , dibuat paket tur, jadi turis bisa pilih juga yang nyaman buat mereka.” Tambah Bapak Eksan.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa Kementerian hanya menghimbau para stakeholder untuk menyiapkan dan meramaikan event tanpa mewajibkan atau memberi tekanan.

Selain media, banyak pihak yang turut ikut ambil bagian dalam memeriahkan fenomena GMT 2016 lewat berbagai cara. Salah satunya adalah jasa tour and travel yang menyiapkan paket-paket perjalanan untuk menyaksikan gerhana matahari di Indonesia. Pihak Kemenpar tidak mewajibkan pihak tersebut mengadakan paket tur tersebut. Hal ini juga dapat dilihat dari keterlibatan PT Pelni yang bekerjasama dengan Kemenkomaritim untuk penyediaan berlayar selama GMT terjadi.

Berdasarkan data sekunder yang didapat, bukan hanya berasal dari tour and travel dalam negeri bahkan situs tour operator asing pun ikut menyediakan paket perjalanan diantaranya Wilderness Travel yang dapat diakses melalui website nya www.wildernesstravel.com , Tropical Sails yang dapat diakses

(27)

melalui www.tropicalsails.com , dan Travel Quest International yang dapat diakses melalui www.travelquesttours.com.

Dari dalam negeri yang menjual paket wisata gerhana diantaranya adalah PT Destinasi Tirta Nusantara yang menjual lima paket wisata gerhana, yaitu Palembang, Tanjung Puting, Bangka Belitung, Palu, dan Balikpapan. Semua paket ini akan didahului atau dilanjutkan dengan paket wisata lain dengan kurun waktu length of stay 7 – 12 hari.

Perusahaan kapal pesiar yang menawarkan wisata gerhana diantaranya Orion Cruise, Celedonian Cruise, Coral Princess Cruise, Peter Deilmaan Cruise, Holland Amerika Line, Silversea Discover Ultra, Ponant Le Soleal. Beberapa kapal pesiar akan memulai perjalanan dari Singapura, Australia, dan Bali pada awal Maret. Sebagian lain sudah mulai berlayar di akhir Februari. (Sumber: Kompas)

KM Kelud milik PT. Pelni direncanakan akan melihat GMT dari sekitar laut Belitung. Kapal akan berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok tanggal 8 maret dan akan kembali ke Jakarta tanggal 10 Maret. PT Pelni juga bekerjasama dengan Kemenkomaritim telah menyiapkan 1100 pax paket wisata melihat GMT di Belitung.

Kementerian dalam menyambut GMT mempersiapkan banyak hal agar dapat menarik dan memberi rasa puas terhadap semua wisatawan yang hadir menyaksikan GMT tersebut.

(28)

Salah satu wisatawan lokal yang turut hadir dan menyaksikan fenomena GMT secara langsung di Ternate ialah Satya Winnie. Seorang travel blogger yang kerap mengeksplor keindahan alam Indonesia dan mengulasnya di blog pribadi miliknya. Ketika ditanya mengenai kehadirannya Satya mengungkapkan bahwa kehadirannya di Ternate pada saat itu merupakan undangan dari Pihak Kementerian Pariwisata.

“Saya diundang via telepon oleh Mas Him, salah satu Staf Kementerian Pariwisata Indonesia kira-kira dua minggu sebelum keberangkatan ke Ternate.” Ungkap Satya.

Sebagai undangan dari Kementerian perihal akomodasi juga menjadi bahan pertanyaan yang diajukan kepada Satya. Dirinya mengungkapkan bahwa seluruh biaya akomodasi mulai dari pergi hingga pulang kembali ke Jakarta adalah tanggungan Kemenpar. Hal ini juga merupakan salah satu strategi Kemenpar yaitu Endorser dalam melakukan promosi pariwisata.

“Biasanya semua ditanggung mulai dari transportasi dan akomodasi selama perjalanan.” Jelas Satya.

Sebagai orang yang suka berpetualang, bagi Satya sebenarnya memang tetap ingin berangkat melihat GMT. Menurut Satya GMT merupakan fenomena yang langka karena terjadi hanya berpuluh-puluh tahun sekali.

“Jika tidak diundang pun Saya akan tetap berencana untuk berangkat karena GMT ini fenomena yang hanya terjadi

(29)

berpuluh-puluh tahun sekali. Siapa tahu soal umur? Kalau ada kesempatan, ya diambil saja untuk ikut menyaksikannya.” Jelas Satya.

Satya yang juga memang memiliki kesenangan tersendiri mengenai antariksa telah lama mendengar soal Gerhana Matahari Total akan dapat disaksikan di Indonesia dari beberapa bulan sebelumnya via media televisi.

Pernyataan yang sama dilontarkan oleh Yayan Mardiyanah sebagai informan yang turut berangkat ke Tanjung Kelayang, Belitung. Beliau merupakan Sekretaris di Universitas Prasetya Mulya Jakarta. Yayan hadir atas keinginannya sendiri untuk menyaksikan fenomena yang sangat jarang terjadi di Indonesia.

“Iya, aku berangkat berdua temen, dapet info disana bakal bulet sempurna trus ada acara juga baca di Kompas, beli tiket buat tanggal 7 malem nya.” Jelas Mba Yayan.

Yayan mengaku bahwa dirinya telah mempersiapkan diri untuk pergi kurang lebih sejak satu bulan sebelumnya. Dikarenakan semenjak dirinya membaca segala info tentang GMT yang baru akan terjadi lagi di titik yang sama hingga puluhan tahun kedepan dirinya menjadi terpacu untuk berangkat dan mempersiapkan segalanya.

“Waktu disana kan punya waktu kosong sehari sebelum GMT nya terjadi, itu aku eksplor titik yang bakal jadi pusat ngeliat GMT nya, dan ternyata sudah ada acara disana , rame banget dan banyak acaranya jadi ngga bosen.” Jelas Mba Yayan.

(30)

“Besoknya Kita datang pagi-pagi banget, takut ga kebagian tempat dan takut kelewatan karena GMT nya ngga lama. Sampai di spot ternyata ada yang bagi-bagi kacamata gratis biar aman pas liat gerhana.” Tambah Yayan.

Berdasarkan pernyataan di atas, sesuai dengan proses persiapan Kemenpar untuk membagikan kacamata gerhana secara cuma-cuma pada para pengunjung. Ini juga merupakan perjalanan pertama Yayan berkunjung ke Tanjung Kelayang, Belitung. Wanita yang memang gemar jalan-jalan ini juga mengatakan bahwa pada dirinya harus kembali kesana suatu saat nanti untuk mengeksplor keindahan pantai-pantai nya yang biru.

Berdasarkan pernyataan dari kedua informan, terlihat bahwa upaya Kemenpar dalam meningkatkan pergerakan wisatawan nusantara melalui fenomena GMT 2016 ke tempat-tempat yang menjadi titik pengamatan banyak memiliki pengaruh mulai dari sosialisasi hingga saat event berlangsung.

Hal tersebut tidak terlepas dari segala upaya yang diakukan kemenpar mulai dari persiapan hingga roses evaluasi. Menyelenggarakan sebuah perhelatan atau acara sangatlah penting segala proses nya mulai dari persiapan, hari dimana acara diselenggarakan, hingga pasca acara atau proses evaluasi. Seluruh proses akan memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan acara dan untuk acara yang akan diadakan selanjutnya.

(31)

4.2.4. Evaluasi Program (Evaluation)

Evaluasi penting dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh proses telah dilakukan dan berjalan sesuai rencana, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan dan apakah semua kegiatan yang dilakukan memberikan hasil atau dampak seperti apa yang diharapkan atau sesuai dengan tujuan kegiatan.

Dalam proses evaluasi langkah awal yang dilakukan oleh Kemenpar adalah dengan menentukan apa yang akan dievaluasi, diantaranya yaitu pada proses pre-event, hari diselenggarakan event dan post event. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suryanto selaku Kasubbag Asdep Pengembangan Segmen Pasar Personal.

“Proses evaluasi yang dilakukan meliputi branding, advertising dan selling terhadap event yang diselenggarakan, apakah sudah sesuai dengan guidelines yang telah ditetapkan dari mulai pre event, event berlangsung dan post event. Target kunjungan Wisman dan Wisnus, partisipasi Dinas terkait maupun stakeholder dan perputaran perekonomian.” Jelas Bapak Suryanto.

Guidelines yang dimaksud adalah seluruh perincian yang telah disepakati sejak awal, begitu juga kesepakatan dengan pihak Event Organizer yang menang lelang untuk menangani event ini.

Total kunjungan wisatawan serta nilai perputaran ekonomi yang dihasilkan dari event yang berlangsung adalah jembatan bagi Kemenpar untuk dapat mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Dari perhitungan yang didapatkan

(32)

selanjutnya akan dapat dianalisa berbagai kendala maupun keberhasilan segmen-segmen lainnya.

Pihak EO akan dimintai pertanggungjawabannya baik secara lisan maupun secara tertulis mengenai segala hal terutama penggunaan dana yang telah dianggarkan. EO akan dilunasi hak nya ketika hasil laporan yang diterima Kemenpar telah sesuai dengan guidelines yang telah disepakati.

Biasanya pertemuan akan diadakan beberapa minggu pasca event berlangsung untuk membahas segala kendala dan pencapaian yang telah diperoleh pada saat event berlangsung. Pertemuan akan dihadiri oleh EO dan perwakilan asdep masing-masing yang turut serta dalam mendukung berlangsungnya event tersebut.

“Karena skalanya kemarin bisa dibilang hampir nasional jadi banyak sekali asdep yang terlibat dan meeting langsung sama Pak Arief. Semua mempertanggungjawabkan peran masing-masing.” Jelas Bapak Suryanto.

Pada saat wawancara dijelaskan bahwa pada saat pertemuan seluruh data dari mulai promosi, seberapa banyak jumlah penayangan di media, jumlah Wisman, Wisnus memenuhi target atau ngga, nilai ekonomi, dan semua yang dijadikan indikator keberhasilan acara. Dari pernyataan Bapak Suryanto di atas peneliti mengetahui bahwa seluruh indikator keberhasilan disajikan dalam bentuk angka-angka yang telah ditargetkan pada saat proses perencanaan awal.

(33)

Hal ini dapat ditunjukkan melalui data perbandingan target dan jumlah kunjungan di beberapa Kota yang dilalui GMT pada tabel berikut ini.

Sumber : Kemenpar RI

Tabel 5. Target Kementerian Ke 12 Kota GMT 2016 di 12 Propinsi

Kegiatan pemantauan pergerakan wisatawan nusantara pada GMT 2016 dilakukan di 5 Kota yaitu Palembang, Tanjung Pandan, Palangkaraya, Palu dan Ternate; dengan demikian target wisnus ke 5 kota tersebut adalah 42 % dari total target wisnus di 12 Kota yang ada di 12 propinsi yakni sebanyak 42 % x 500.000 orang = 210.000 orang dan nilai ekonomi sebesar 42% x Rp 200 M = 84 M.

Cakupan pemantauan meliputi data tamu hotel dan data kedatangan penumpang domestic di 5 bandara yaitu Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Bandara Hanadjoeddin Tanjung Pandang, Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya, Bandara Mutiara SIS Al Jufry Palu, dan Bandara Sultan Babullah Ternate.

(34)

No Wilayah Total Kunjungan Wisnus (Orang) Nilai Ekonomi (Rp) 1 Palembang 108.442 41,5 M 2 Tanjung Pandan 52.550 13,2 M 3 Palangkaraya 51.290 7,9 M 4 Palu 166.600 34,7M 5 Ternate 53.314 12,2 M Total 432.196 109,5 M Sumber : Kemenpar RI

Tabel 6. Rekapitulasi Kunjungan Wisnus GMT 2016

Berdasarkan data perhitungan proporsi presentase secara historis, maka diperoleh perkiraann total wisnus yang berkunjung ke 5 Kota tersebut sebanyak 432.196 orang atau 106% melebihi target Kementerian sebanyak 210.000 orang. Begitu pula dengan nilai ekonomi yang dihasilkan yakni sebesar Rp 109,5 M atau 30% melebihi target yang ditetapkan Kementerian sebesar Rp 84 M.

Dalam lampiran terdapat matriks data analisis dimana dapat disimpulkan bahwa GMT memang memiliki pengaruh terhadap pergerakan wisatawan nusantara. Hal tersebut dikarenakan data yang diperoleh lewat tingkat kunjungan hotel, dan kedatangan domestik di bandara-bandara kota tersebut memang menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan kondisi normal.

Sebagai contoh di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang rata-rata kunjungan meningkat 9 % dari rata-rata-rata-rata harian 6.459 penumpang pada

(35)

tanggal 1-3 Maret 2016 menjadi 7.069 penumpang pada tanggal 4-9 Maret 2016. Hal ini dapat menunjukkan bahwa GMT memang memiliki dampak terhadap peningkatan pergerakan wisatawan nusantara.

Hal yang juga dapat menjadi acuan bahwa Kemenpar telah berhasil melaksanakan sebuah strategi komunikasi adalah dari data awal yang terdapat pada tabel 1. Menunjukkan bahwa pada tahun 2015 total kunjungan wisatawan nusantara di Bangka Belitung sebanyak 247.053 dan Maluku Utara 110.699. Kedua Provinsi tersebut dilewati GMT dan berhasil menarik wisatawan nusantara di Kota Tanjung Pandan 52.550 orang dan di Kota Ternate 53.314 orang.

Kemenpar memang belum merilis total pencapaian kinerjanya pada tahun 2016. Namun, perhitungan tersebut dapat menjadi gambaran penambahan jumlah kunjungan sepanjang tahun 2016 akan meningkat. Dikarenakan, itu hanya perhitungan satu Kota di dalam Provinsi yang dihitung kurang lebih hanya 7 hari kunjungan selama GMT. Dengan kurun waktu yang relatif masih panjang pasca GMT hingga akhir tahun 2016 maka dapat dipastikan GMT akan mempengaruhi tingkat kunjungan daerah-daerah yang dilaluinya.

4.2.5. Agenda Kementerian Pariwisata

Bergeser sedikit dari Gerhana Matahari Total 2016 dan apa yang dilakukan Kementerian Pariwisata untuk menyambutnya. Bukan hanya untuk menyambut GMT, Kemenpar juga mendorong setiap daerah untuk membuat event-event di berbagai daerah untuk dapat meningkatkan daya tarik wisatawan.

(36)

12 Provinsi yang dilalui oleh GMT telah memiliki agenda atau kalender eventnya masing-masing. Agenda tersebut secara resmi akan dipublikasikan melalui website pesona.indonesia.travel. Sebagai contoh, Provinsi Maluku Utara memiliki agenda tahunan yaitu Festival Tidore yang telah memasuki tahun ke-9 penyelenggaraannya. Festival ini merupakan festival budaya dan merupakan salah satu hal yang dilakukan untuk melestarikan kebudayaan Tidore. Tidak hanya itu dengan penyelenggaraan event ini akan meningkatkan unsur atraksi sebagai bagian penting dari unsur 3 A yaitu atraksi, amenitas, dan aksesibilitas dalam meningkatkan daya saing destinasi.

Festival Teluk Tomini yang diselenggarakan di Gorontalo, Sulawesi Tengah, Kota Singkawang yang setiap tahun menyambut Cap Go Meh dengan sangat meriah dengan pemukul gendang berkeliling kota untuk mengusir roh jahat, dan banyak event lainnya di seluruh Indonesia. Wisata budaya adalah salah satu hal yang ingin dikembangkan oleh Kemenpar.

Bukan hanya festival kedaerahan, banyak perlombaan juga digelar seperti lomba foto, essay dan video mengenai tema yang berbeda-beda. Dengan lomba yang diselenggarakan akan ikut meningkatkan pergerakan wisatawan dikarenakan wisatawan akan berlomba-lomba untuk mengambil gambar di berbagai daerah dengan momen-momen yang dapat diabadikan.

Kemenpar pun terus melakukan strategi publikasi atau promosi pariwisata melalui berbagai media. Kementerian memiliki Strategi Media sendiri yakni POSE. POSE merupakan singkatan dari Paid, Owned, Social Media dan Endorse.

(37)

Dari kepanjangan kata tersebut dapat dilihat bahwa Kemenpar melakukan publikasi lewat media berbayar seperti Iklan televisi, Majalah, Koran, dan lain sebagainya. Lalu publikasi juga dilakukan lewat media yang dimiliki Kemenpar seperti website resmi Kemenpar, Social Media Kemenpar seperti twitter, Instagram dan Facebook dan sistem Endorse yakni dengan melibatkan para traveler untuk mengulas perjalanan mereka yang dibiayai oleh Kemenpar perjalanannya.

Kemenpar pun percaya bahwa waktu yang tepat adalah kunci dari sebuah promosi. Di mana Kemenpar telah memiliki standar waktu untuk promosi yaitu H-2 Bulan untuk promosi event internasional, H-1 Bulan untuk event Regional dan H-1 Minggu untuk even Regional (Border).

Dengan demikian Kemenpar telah melakukan hal yang memang berfokus pada pengembangan pariwisata di Indonesia. Bukan hanya gencar melaksanakan publikasi. Tetapi kualitas acara, keterlibatan dinas pariwisata provinsi dan masyarakat daerah pun sangat difokuskan untuk dapat mewujudkan wisata kelas dunia.

4.3. Pembahasan Analisis Konseptual

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti telah uraikan pada sub bab sebelumnya. Dapat diketahui bahwa event GMT 2016 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata Indonesia dengan Tema besar “Wonderful Total Solar Eclipse 2016” tidak dapat dipungkiri adalah event yang diselenggarakan dengan melihat sebuah fenomena langka dan dijadikan peluang bagi Indonesia untuk

(38)

dapat meningkatkan pergerakan wisatawan nusantara dan kunjungan wisatawan mancanegara. Dengan begitu, potensi daerah yang dikunjungi juga dapat diekspose dan dijadikan daya tarik bagi para Wisatawan untuk berkunjung kembali.

Tahapan Kemenpar dalam menyusun sebuah event sudah sangat tepat yaitu dengan langkah pertama mengidentifikasi kekurangan pada suatu daerah melalui fakta data yang dimiliki dan terjadi di lapangan. Yakni mempertimbangkan jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke 12 propinsi yang dilewati GMT masih dalam jumlah yang sedikit yang dapat diihat pada tabel 1 mengenai total kunjungan wisnus tahun 2015. Melihat peluang bahwa GMT tidak akan terjadi di titik yang sama dalam kurun waktu yang sebentar, tetapi butuh puluhan tahun bahkan ratusan tahun, serta membangun keberanian dan mengubah sudut pandang masyarakat terhadap gerhana yang bagi sebagain orang masih sangat lekat dengan mitos-mitos.

Setelah menganalisa data kemudian menyiapkan program yang sesuai dengan fenomena alam yang akan terjadi, menentukan target yang akan dicapai lewat event tersebut, menunjuk PIC dalam pelaksanaan program dan berbagai persiapan lainnya. Dimana berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pada kesempatan kali ini PIC adalah Departemen Pengembangan Pariwisata Nusantara. “Wonderful Total Solar Eclipse 2016” adalah event yang diselenggarakan Kemenpar di propinsi-propinsi yang dilalui GMT.

(39)

Acara yang diselenggarakan dikemas dalam bentuk yang menarik mulai dari Seminar GMT untuk membuka sudut pandang tentang gerhana, konser musik, tarian adat, solat gerhana, hingga lomba fotografi, video dan tulisan dengan tema Wonderful Indonesia.

Pada kegiatan aksi dan komunikasi Kemenpar telah menjalankan perannya sebagai organisasi pemerintah dengan melibatkan EO, banyak media, masyarakat, dinas, para stakeholder pariwisata lainnya sperti hotel , agen perjalanan, dan berkoordinasi dengan baik bersama pihak-pihak yang memiliki andil dalam event yang diselenggarakan. Hubungan ini juga mencerminkan Komunikasi Pariwisata yang kompleks yang telah di bahas pada Bab 2.2. , bahwa komunikasi dalam industri pariwisata melibatkan komunikasi yang kompleks antara komunikasi organisasi bahkan personal dikarenakan stakeholder yang begitu banyak.

PIC untuk acara terpilih adalah Departemen Pengembangan Pariwisata Nusantara. Dibawah departemen tersebut banyak Asisten Deputi yang memiliki tugas masing-masing agar event berjalan dengan lancar. Tanpa komunikasi yang jelas maka akan terjadi banyak kesalahan dalam penyampaian pesan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Everet M. Rogers mengenai komunikasi organisasi, yakni organisasi sebagai sebuah sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan dan pembagian tugas.

Event diadakan berdasarkan hasil analisis fakta yang ditemukan dilapangan dan telah disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Maka dapat

(40)

dikatakan bahwa event ini sangat sesuai dengan kebutuhan Kemenpar untuk semakin mengukuhkan Indonesia lewat pariwisata dan mengembangkan potensi daerah yang dilalui GMT.

Tidak dipungkiri bahwa event ini juga merupakan event yang dilangsungkan dengan memanfaatkan fenomena alam yang terjadi. Kendala yang dialami atau lebih tepatnya dikhawatirkan adalah faktor alam di luar kuasa Kemenpar. Jika langit mendung di titik pengamatan, atau bahkan polusi udara yang mampu menghalangi pandangan wisatawan ketika melihat GMT.

Secara teknis persiapan telah dilakukan tiga sampai dua bulan sebelum gerhana terjadi dan itu merupakan waktu yang mumpuni untuk dilakukan berbagai runutan acara mulai dari publikasi, persiapan teknis dan lain sebagainya.

Dalam hal publikasi peneliti melihat bahwa apa yang dilakukan oleh Kemenpar sudah efektif. Hal ini dapat disimpulkan dari hasil wawancara dengan informan dimana kedua baik secara langsung maupun tidak langsung terhubung dengan apa yang dilakukan Kemenpar. Satya Winnie yang telah mendengar mengenai akan terjadinya GMT via televisi dan ternyata mendapat kehormatan untuk menjadi undangan Kemenpar untuk menyaksikan fenomena langka GMT. Serta Yayan Mardiyanah yang ternyata melihat pemberitaan lewat Kompas dan Kompas telah bekerja sama dengan Kemenpar untuk publikasi event tersebut.

Banyaknya pemberitaan lewat berbagai media juga mempengaruhi tingkat kunjungan ke titik pengamatan. Kedepan disarankan Kemenpar terus menjalin hubungan yang baik dengan para stakeholdernya , terlebih lagi media yang

(41)

memilki program tentang perjalanan atau petualangan sehingga anak muda akan lebih banyak lagi yang bergerak menuju destinasi-destinasi menakjubkan di Indonesia.

Dari proses awal hingga sampai pada tahap evaluasi, peneliti menemukan fakta bahwa apa yang dilakukan Kemenpar telah sesuai dengan penerapan strategi komunikasi dimana dalam membuat sebuah acara harus memiliki tujuan yang dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sebuah organisasi atau mencapai target awal dengan mengawal proses sedari awal hingga akhir bahkan pasca event.

(42)

No Tahap Yang Dilakukan Kemenpar

1 Fact Finding Menganalisa data kunjungan wisatawan di

masing-masing Propinsi yang dilewati oleh GMT.

2 Planning - Menentukan target kunjungan wisatawan

nusantara

- Menentukan PIC penyelengaraan acara

- Berkoordinasi dengan berbagai pihak seperti Event Organizer mengenai acara yang akan diselenggarakan.

3 Taking Action and Communication

- Mempublikasikan lewat berbagai Media , baik cetak, online, media ruang, dan lainnya.

- Penyelenggaraan berbagai cara yang telah dipersiapkan, yaitu Konser , Seminar, Dan Lomba Fotografi.

4 Evaluation - Melakukan perhitungan atas pencapaian target

kunjungan selama GMT berlangsung.

- Mengadakan pertemuan untuk membahas segala kendala dan kekurangaan selama event berlangsung.

Gambar

Tabel 2. Struktur Organisasi Kemenpar 2016
Tabel 2. Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengembangan Pariwisata Nusantara
Tabel 4. Struktur Organisasi Asdep. Pemasaran Pariwisata Nusantara
Tabel 5. Target Kementerian Ke 12 Kota GMT 2016 di 12 Propinsi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Caregiver Self-efficacy dengan

Beberapa Dental Center pun sudah menyediakan fasilitas yang lengkap untuk mendukung perawatan tersebut seperti tersedianya ruang tunggu yang nyaman, ruang tindakan

Kemudian harga-harga output dan biaya per unit dari input setiap tahun digandakan dengan kuantitas output yang dihasilkan dan kuantitas input yang digunakan pada periode

dokumentasi. Sebelumnya angket telah diuji cobakan dan diuji validitas serta diuji reliabilitas.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

Menurut Gagne, Wager, Goal, & Keller [6] menyatakan bahwa terdapat enam asusmsi dasar dalam desain instruksional. Keenam asumsi dasar tersebut dapat dijelaskan

Sedangkan lingkungan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecelakaan kerja (R = 0,003), dan pada tingkat pendidikan mempengaruhi secara signifikan

Tujuan proyek ini adalah untuk membuat sistem informasi berbasis desktop yang berfungsi untuk memudahkan proses pendataan/penyimpanan informasi entitas yang ada di dalam sekolah