• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi atau Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan (cognitive) merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahawa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c) Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d) Trial, orang mulai mencoba perilaku baru.

e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan Dalam Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :

(2)

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari. sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (Recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang memahami materi atau objek tersebut harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap materi atau objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan rumus, metode, hukum-hukum, prinsip dan sebagainya dalam situasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitan antara satu dengan lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dalam membuat atau menggambarkan bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

(3)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dalam arti kata lainnya, sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru.Contohnya, dapat merencanakan, menyusun, menyesuaikan dan sebagainya suatu rumusan atau teori yang sudah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang siap ada (Notoatmodjo, 2003). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang diukur dari suatu objek penelitian atau responden.

2.2. Penyakit Asma 2.2.1 Definisi Asma

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya.Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi,sesak napas,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas,bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan (Brunner & Suddarth, 2001).

(4)

2.2.2 Epidemiologi Penyakit Asma

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan ( morbiditi ) bersama-sama dengan bronchitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma,bronchitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ( mortaliti ) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995,prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronchitis kronik 11/1000 dan obsturksi paru 2/1000.

2.2.3 Klasifikasi Penyakit Asma

1. Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :

( Hadibroto & Alam, 2006 ). a. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan spora jamur yang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat.

(5)

b. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap faktor yang tidak spesifik atau tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini disebabkan oleh stress, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembapan dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang berlebihan. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.

c. Asma Campuran

Asma campuran adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau non alergik.

2. Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) menurut Global Initiative For Asthma ( GINA, 2003 ) yaitu :

a. Intermiten

Intermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, serangannya biasanya berlangsung secara singkat. Dan gejala ini juga bisa muncul di malam hari dengan intensitas sangat rendah yaitu ≤ 2x sebulan.

(6)

b. Persisten Ringan

Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala pada sehari-hari berlangsung lebih dari 1 kali seminggu, tetapi kurang dari 1 kali sehari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

c. Persisten Sedang

Persisten sedang ialah derajat asma yang tergolong lumayan berat. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1 x seminggu dan hampir setiap hari. Serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

d. Persisten Berat

Persisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat keparahannya. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya hampir setiap hari, terus menerus, dan sering kambuh. Membutuhkan bronkodilator setiap hari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

2.2.4 Faktor Resiko Penyakit Asma

Menurut The Asthma Foundation of Victoria, 2002 risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor penjamu ( host factor ) dan faktor lingkungan.

(7)

1) Faktor penjamu terdiri daripada : • Predisposisi genetik

• Atopi

• Hiperesponsif jalan napas • Jenis kelamin

• Ras/etnik

2) Faktor lingkungan terdiri daripada : a) Alergen di dalam ruangan :

• Alergen binatang

• Jamur ( fungi,molds,yeasts ) b) Alergen di luar ruangan :

• Tepung sari bunga

• Jamur ( fungi,molds,yeasts ) • Asap rokok

• Polusi udara

2.2.5 Gejala - Gejala Penyakit Asma

Secara umum gejala penyakit asma adalah sesak napas, batuk berdahak, dan suara napas yang berbunyi dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini dikarenakan pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi hari.

Penderita asma akan mengeluhkan sesak napas karena udara pada waktu bernapas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran napas yang sempit hal ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi pada saat bernapas. Pada penderita asma, penyempitan saluran napas yang terjadi dapat berupa pegerutan dan

(8)

tertutupnya saluran oleh dahak yang diproduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut.

Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan diluar serangan. Artinya, pada saat serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk, sesak napas, hebat bahkan sampai tercekik) tetapi diluar serangan penderita sehat-sehat saja. Inilah salah satu yang membedakannya dengan penyakit lain.(Widjaja. M.C, 2002)

2.2.6 Diagnosis

Diagnosis ditentukan dari anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.Pada riwayat penyakit akan ditemukan batuk, sesak, mengi atau rasa berat di dada.Gejala asma sering timbul pada malam hari, tetapi dapat pula muncul sembarang waktu.

Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variability yang berkaitan dengan cuaca.Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibility kelainan faal paru akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.

Pemeriksaan Fisik : • Ekspirasi memanjang • Mengi • Hiperinflasi dada • Gelisah • Sukar bicara • Takikardi

(9)

• Hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas. Pemeriksaan Penunjang :

Pemeriksaan penunjang asma dapat berupa Spirometri, Uji provoksi bronkus, Pemeriksaan sputum, Uji kulit, Pemeriksaan eosinofil total, Pemeriksaan kadar IgE total dan spesifik dalam sputum, Foto dada, Analisis Gas darah. 2.2.7 Komplikasi a) Emfisema b) Pneumotoraks c) Kegagalan pernapasan d) Bronkitis e) Pneumodiastinum 2.2.8 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan asma adalah agar penderita dapat hidup normal, bebas dari serangan asma serta memiliki faal paru senormal mungkin, mengurangi reaktifasi saluran napas, sehingga menurunkan angka perawatan dan angka kematian akibat asma Suatu kesalahan dalam penatalaksanaan asma dalam jangka pendek dapat menyebabkan kematian , sedangkan jangka panjang dapat mengakibatkan peningkatan serangan atau terjadi obstruksi paru yang menahun.

(10)

Untuk pengobatan asma perlu diketahui juga perjalanan penyakit, pemilihan obat yang tepat cara untuk menghindari faktor pencetus Dalam penanganan pasien asma penting diberikan penjelasan tentang cara penggunaan obat yang benar, pengenalan dan pengontrolan faktor alergi. Faktor alergi banyak ditemukan dalam rumah seperti tungau debu rumah alergen dari hewan, jamur, dan alergen di luar rumah seperti zat yang berasal dari tepung sari, ja mur, polusi udara. Obat aspirin dan anti inflamasi non steroid dapat menjadi faktor pencetus asma. Olah raga dan peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi gejala asma.

Manajemen pengendalian asma terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan penyakitnya dan mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya kedepan (GINA, 2005).

b. Monitor

Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani penyakit asma. Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang mungkin terjadi terhadap penderita asma dengan kondisi gejala yang dialaminya beserta memonitor perkembangan fungsi paru (GINA, 2005). c. Menghindari Faktor Resiko

Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi gejala asma adalah menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala asma. Faktor resiko ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan sebagainya (GINA, 2005).

(11)

d. Pengobatan Medis Jangka Panjang

Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan berdasarkan tingkat keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita asma intermitten, tidak ada pengobatan jangka panjang. Pada penderita asma mild intermitten, menggunakan pilihan obat glukokortikosteroid inhalasi dan didukung oleh Teofilin, kromones, atau leukotrien. Dan untuk asma moderate persisten, menggunakan pilihan obat β.

Berikut penjelasan tentang obat-obat pengontrol asma : • Glukokortikosteroid Inhalasi

Jenis obat ini digunakan selama satu bulan atau lebih untuk mengurangi gejala inflamasi asma. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru, mengurangi hiperresponsive dan mengurangi gejala asma dan meningkatkan kualitas hidup (GINA, 2005).

Obat ini dapat menimbulkan kandidiasis orofaringeal, menimbulkan iritasi pada bagian saluran napas atas dan dapat memberikan efek sistemik, menekan kerja adrenal atau mengurangi aktivitas osteoblast (GINA, 2005).

• Glukokortikosteroid Oral

Mekanisme kerja obat dan fungsi obat ini sama dengan obat kortikosteroid inhalasil. Obat ini dapat menimbulkan hipertensi, diabetes, penekanan kerja hipothalamus-pituitary dan adrenal, katarak, glukoma, obesitas dan kelemahan (GINA, 2005).

(12)

• Kromones (Sodium Cromogycate dan Nedocromyl Sodium) Obat ini dapat menurunkan jumlah eosin bronchial pada gejala asma. Obat ini dapat menurunkan gejala dan menurunkan reaksi hiperresponsive pada imun nonspecific. Obat ini dapat menimbulkan batuk-batuk pada saat pemakaian dengan bentuk

formulasi powder (GINA, 2005).

• β2-Agonist Inhalasi

Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator selama 12 jam setelah pemakaian. Obat ini dapat mengurangi gejala asma pada waktu malam, meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat menimbulkan tremor pada bagian musculoskeletal, menstimulasi kerja cardiovascular dan hipokalemia (GINA, 2005).

• β2-Agonist Oral

Obat ini sebagai bronkodilator dan dapat mengontrol gejala asma pada waktu malam. Obat ini dapat menimbulkan anxietas, meningkatkan kerja jantung, dan menimbulkan tremor pada bagian muskuloskeletal (GINA, 2005).

• Teofiline

Obat ini digunakan untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial dengan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh darah pulmonal. Obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa mual, muntah, diare, sakit kepala, insomnia dan iritabilitas. Pada level yang lebih dari 35

(13)

mcg/mL menyebabkan hiperglisemia, hipotensi, aritmia jantung, takikardi, kerusakan otak dan kematian.

• Leukotriens

Obat ini berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat ini berfungsi untuk mengurangi gejala termasuk batuk, meningkatkan fungsi paru dan menurunkan gejala asma (GINA, 2005).

Berikut penjelasan tentang obat-obat meringankan (reliever) asma: • β2-Agonist Inhalasi

Obat ini bekerja sebagai bronkodilator. Obat ini digunakan untuk mengontrol gejala asma, variabilitas peak flow, hiperresponsive jalan napas. Obat ini dapat menstimulasi kerja jantung, tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005). • β2-Agonist Oral

Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat menstimulasi kerja jantung, tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).

• Antikolinergic

Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat menyebabkan mulut kering dan pengeluaran mucus (GINA, 2005).

Referensi

Dokumen terkait

Faktor kadar haemoglobin <10gr% pada ibu hamil, keterlambatan pengambilan keputusan untuk merujuk dan keterlambatan penanganan medis di tempat rujukan, dijumpai

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif untuk melihat hubungan umur ibu dengan onset laktasi pada ibu postpartum ,

(2) Masing-masing leksia memunculkan kode yang memiliki makna, kode tersebut adalah kode aksi atau proairetik (AKS), kode hermeneutik (HER), kode budaya

Konsep merupakan unsur penting dalam penelitian, keberhasilan suatu penelitian antara lain bergantung pada sejauh mana kita mendefenisikan konsep dapat diartikan sebagai defenisi

Kesimpulan hasil penelitian yaitu kegiatan pelatihan penanggulangan Tuberkulosis oleh 'Aisyiyah Jawa Barat secara umum telah dilaksanakan dengan baik dan menghasilkan

Hal-hal yang belum tercantum di perjanjian kerjasama ini dan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan “Pengajian Akbar Memperingati Isra’ Mi’raj Dan Bakti

Selain itu ada pengalaman saya juga terutama dengan teman-teman laki-laki setiap sore hari, kita sering olahraga yaitu bermain sepak bola dengan anak muda

Oleh karena itu, Program membaca kitab di MAN 3 Cirebon harus dievaluasi, karena program adalah salah satu program kurikulum yang bersifat eksrakulikuler yang