• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang ada di Puskesmas Ngoresan, antara lain sebagai berikut:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang ada di Puskesmas Ngoresan, antara lain sebagai berikut:"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi

1. Puskesmas Ngoresan

Di Kota Surakarta Puskesmas Ngoresan merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang beralamatkan di Jl. Kartika IV No.2 RT 03 RW 18 Kecamatan jebres, Kota Surakarta. Di bawah ini akan di uraikan mengenai visi, misi, program unggulan dan sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Ngoresan, antara lain sebagai berikut:

a. Visi dan Misi

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai Puskesmas Ngoresan memiliki visi dan misi, sebegai berikut:

1) Visi

Terwujudnya Budaya Hidup Bersih dan Sehat 2) Misi

a) Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan b) Meningkatkan keterjangkauan pelayanan masyarakat

c) Mengembangkan dan memandirikan upaya kesehatan

bersumberdaya masyarakat

(2)

e) Melaksanakan penanggulangan masalah kesehatan

f) Meningkatkan serta memantapkan Manajemen Kesehatan yang dinamis

b. Program Unggulan

Puskesmas Ngoresan memiliki beberapa Program unggulan, yaitu: 1) Puskesmas dengan Quality Management System ISO 2001-2008 2) Puskesmas PKPR (Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja) 3) Puskesmas Mampu KTA (Penanganan Kekerasan Terhadap Anak) 4) Puskesmas Ramah Anak

Puskesmas Ramah Anak adalah Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan kepada anak secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan anak. Program ini untuk mendukung Program Solo menuju Kota Layak Anak Tahun 2016.

Selain Program Unggulan, Puskesmas Ngoresan juga memiliki pelayanan yang terbagi menjadi 2, yaitu pelayanan dalam gedung dan luar gedung, antara lain:

1) Pelayanan kesehatan umum

2) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut 3) Pelayanan kesehatan ibu dan anak 4) Pelayanan kesehatan keluarga berencana 5) Pelayanan imunisasi bayi dan calon pengantin

(3)

6) Pelayanan kesehatan peduli remaja 7) Pelayanan surat keterngan sehat 8) Pelayanan surat keterangan kematian 9) Pemeriksaan kesehatan haji

10) Pemeriksaan dini kanker leher Rahim 11) Laboratorium

12) Klinik konsultasi gizi 13) Ruang menyusui 14) Ruang bermain anak 15) Klinik konsultasi Sanitasi

16) 1 Puskesmas Pembantu di PP Kandang Sapi 17) Pelayanan Puskesmas keliling di RW.3 dan RW.12 18) Posyandu balita dan Posyandu Lansia

19) Kelas hamil dan kelompok pendukung Ibu untuk asi eksklusif 20) Kegiatan P3K

c. Sumber daya manusia

Puskemas Ngoresan memiliki beberapa tenaga ahli yang membantu masyarakat dalam pelayanan kesehatan, diantaranya:

1) Dokter Umum : 2 orang 2) Dokter Gigi : 1 orang 3) Bidan : 5 orang

(4)

4) Perawat umum/gigi : 6 orang 5) Asisten Apoteker : 2 orang 6) Sanitarian : 1 orang 7) Pelaksana gizi : 1 orang 8) Pelaksana laborat : 1 orang 9) Pelaksanan Tata Usaha : 8 orang

2. Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS)

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) adalah suatu program pemeliharaan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Kesehatan kepada masyarakat Kota Surakarta yang berujud bantuan pengobatan. PKMS diatur dalam Peraturan Walikota Surakarta nomor 2 tahun 2014. PKMS diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan bagi seluruh masyarakat.

Tujuan dari penyelenggaraan PKMS adalah: a. Melindungi kesehatan masyarakat

b. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem jaminan kesehatan c. Menjamin keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

yang bermutu

d. Memberdayakan masyarakat bersama pemerintah dalam pelayanan kesehatan

(5)

a. Nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat

b. Menyeluruh sesuai dengan standar pelayanan medis dengan efisiensi biaya dan rasional

c. Pelayanan kesehatan terstruktur, berjenjang, dengan adil, dan merata d. Transparan dan akuntabel

Seluruh masyarakat Surakarta berhak mengikuti program PKMS yang dibuktikan dengan KTP dan KK. Selain itu syarat berikutnya adalah belum termasuk mengikuti program Askes PNS, Askes swasta, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan lainnya, serta bertempat tinggal dan berdomisili di Kota Surakarta minimal 3 (tiga) tahun. Jenis kepesertaan PKMS ada 2 yaitu PKMS Silver untuk seluruh masyarakat Surakarta sesuai dengan persyaratan dan PKMS Gold diberikan kepada masyarakat miskin yang terdaftar di Surat Keputusan Walikota tentang masyarakat miskin. Cara menjadi peserta PKMS Silver maupun PKMS Gold ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon peserta PKMS sebagai berikut:

a. PKMS Silver

Calon peserta mendaftarkan diri di Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu (BPMPT) dengan membawa:

(6)

2) Fotocopy KTP dengan menunjukkan aslinya atau surat keterangan lahir bagi yang berusia belum wajib KTP

3) Foto ukuran 2x3 cm : 2 lembar 4) Membayar biaya Rp 1.000,00

5) Surat keterangan domisili dari RT, RW, dan kelurahan

Perserta datang sendiri ke BPMPT, apabila ybs sakit keras atau lansia, pendaftaran bisa diwakili oleh keluarga terdekat yang keabsahannya dibuktikan dengan Kartu Keluarga. Untuk kader kesehatan, ketua RT, ketua RW, dan petugas sampah dengan pengesahan kepala Kelurahan, dibebaskan dari biaya mencetak kartu.

b. PKMS Gold

Calon peserta mendaftarkan diri di UPTD PKMS dengan membawa: 1) Fotocopy Kartu Keluarga dengan menunjukkan aslinya

2) Fotocopy KTP dengan menunjukkan aslinya atau surat keterangan lahir bagi yang berusia belum wajib KTP

3) Foto ukuran 2x3 cm : 2 lembar

4) Fotocopy PKMS Silver yang masih berlaku

5) Surat keterangan domisili dari RT, RW, dan kelurahan

Perserta datang sendiri ke UPTD PKMS, apabila ybs sakit keras atau lansia, pendaftaran bisa diwakili oleh keluarga terdekat yang keabsahannya dibuktikan dengan Kartu Keluarga. Pencetakan kartu

(7)

Gold dilakukan setelah adanya penetapan dari Tim Verifikasi tingkat kota.

Jenis pelayanan pada PKMS yaitu rawat jalan, persalinan normal, dan rawat inap. Untuk rawat jalan diberikan di semua Puskesmas yang ada di Kota Surakarta serta RSUD Kota Surakarta. Persalinan normal dilayani di Puskesmas rawat inap (Puskesmas Pajang, Puskesmas Sibela, Puskesmas Banyuanyar, dan Puskesmas Gajahan) dan RSUD Kota Surakarta. Pelayanan rawat inap diberikan atau dilayani di Puskesmas rawat inap, RSUD Kota Surakarta, dan rumah sakit yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta. Pelayanan rawat inap di rumah sakit yang didapat peserta adalah

a. Akomodasi rawat inap klas III

b. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik, dan penyuluhan kesehatan c. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi, dan

elektromagnetik

d. Tindakan medis dan sedang e. Operasi kecil dan sedang

f. Pemberian obat sesuai formularium PKMS g. Pelayanan gawat darurat

Syarat pelayanan PKMS di rumah sakit adalah:

(8)

b. Kartu PKMS yang masih berlaku

c. Fotocopy Kartu Keluarga (KK) yang masih berlaku

d. Fotocopy KTP yang masih berlaku atau surat keterangan lahir atau akta kelahiran bagi yang belum wajib KTP

e. Fotocopy riwayat pemeriksaan kehamilan (bagi pasien bersalin) f. Bagi kader kesehatan, ketua RT, ketua RW, membawa fotocopy SK

kader kesehatan/SK ketua RT/SK ketua RW, yang dilegalisir kepala kelurahan/sekretaris kelurahan dan diketahui kepala puskesmas setempat.

Jenis pelayanan kesehatan meliputi dijamin, dibatasi, dan tidak dijamin. Pelayanan yang dijamin meliputi :

a. Pelayanan kesehatan dasar di PPK dasar (UPT Puskesmas dan jaringannya) meliputi:

1) Pelayanan kesehatan rawat jalan dan penunjang diagnostik 2) Pelayanan rawat inap tingkat pertama di UPTD Puskesmas rawat

inap

b. Pelayanan kesehatan rujukan di PPK rujukan rumah sakit pemerintah/swasta yang ditunjuk oleh pemerintah daerah meliputi: 1) Pelayanan rawat jalan

2) Akomodasi rawat inap pada kelas III 3) Penunjang diagnostik

(9)

4) Tindakan medis 5) Tindakan operasi

6) Pemberian obat sesuai formularium PKMS 7) Bahan dan alat kesehatan bebas pakai 8) Pelayanan gawat darurat

9) Pelayanan persalinan normal di UPTD Puskesmas rawat inap dan RSUD Kota Surakarta

10) Pelayanan persalinan dengan komplikasi dan/atau resiko tinggi di rumah sakit yang ditunjuk pemerintah Kota Surakarta.

c. Pelayanan darah bagi peserta PKMS jenis gold dilaksanakan melalui rumah sakit atau PMI

d. Pelayanan darah bagi peserta PKMS jenis silver dilaksanakan melalui rumah sakit

e. Pemeriksaan laboratorium diberikan maksimal 1 (satu) kali setiap tahun diutamakan bagi peserta PKMS berusia 40 (empat puluh) tahun atau lebih, yang dilaksanakan di UPT Laboratorium Kesehatan Daerah dengan rujukan dari Puskesmas/UPT Puskesmas meliputi: 1) Kadar gula puasa

2) Kolesterol total 3) Trigliserida 4) SGPT

(10)

5) SGOT 6) Ureum 7) Kreatinin 8) Asam urat.

Pelayanan yang tidak dijamin meliputi: a. Kacamata

b. Alat bantu dengar c. Alat bantu gerak

d. Pelayanan penunjang diagnostik canggih, hanya pada kasus live-saving

e. Bahan, alat, dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika f. Prothesis gigi tiruan

g. Transplantasi organ

h. Rangkaian pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan dalam upaya mendapat keturunan, termasuk bayi tabung, dan pengobatan impotensi

i. Jika peserta pindah kelas perawatan yang lebih tinggi

j. Jika peserta PKMS tidak memenuhi ketetntuan/prosedur pelayanan dalam peraturan ini

k. Kasus bunuh diri, narkoba, dan minuman keras l. Persalinan anak keempat dan persalinan selanjutnya

(11)

m. Pemulasaran jenazah n. Penggunaan ambulance

o. Rawat inap yang kedua dan seterusnya sebelum 1 (satu) bulan dengan kasus yang sama karena rawat inap yang pertama pulang paksa (tanpa persetujuan dokter).

Jenis pelayanan kesehatan yang dibatasi meliputi: a. Rawat jalan pasca operasi paling banyak 4 (empat) kali b. Bagi pemegang kartu PKMS Silver meliputi:

1) Cuci darah paling banyak 15 (lima belas) kali/tahun atau dialisis (CAPD) paling banyak 3 (tiga) kali/tahun

2) Chemotherapy paling banyak 2 (dua) seri/tahun.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini mengkaji mengenai implementasi program PKMS bagi penyandang disabilitas dengan studi kasus di Puskesmas Ngoresan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Sesuai dengan pemaparan pada kerangka berpikir bahwa implementasi program PKMS bagi penyandang disabilitas ini terdiri dari 3 tahap yaitu tahap interpretasi, tahap pengorganisasian, dan tahap aplikasi. Dari ketiga tahap tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Interpretasi

Pada tahap intrepretasi ada kegiatan mengkomunikasikan kebijakan atau sosialisasi agar seluruh masyarakat dapat mengetahui dan memahami apa

(12)

yang menjadi arah, tujuan, dan sasaran (kelompok sasaran) dari pelaksanaan program PKMS bagi penyandang disabilitas. Program PKMS ini perlu disosialisasikan agar masyarakat Surakarta terutama penyandang disabilitas paham mengenai apa itu program PKMS, tujuan dari pelaksanaan program PKMS, siapa saja yang bisa menjadi peserta program PKMS, bagaimana cara menjadi peserta program PKMS, jenis kepesertaan program PKMS, dan pelayanan apa saja yang dapat diperoleh jika menjadi peserta program PKMS. Ada 2 jenis kegiatan sosialisasi program PKMS ini, untuk sosialisasi yang pertama yaitu 2 (dua) kali dalam setahun dilaksanakan pada Bulan Januari sebagai pengenalan program PKMS, lalu pelaksanaan program PKMS mulai Bulan Januari sampai Juni tersebut dievaluasi pada Bulan Oktober sampai November, evaluasi program dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Sosialisasi yang kedua dilakukan pada setiap Hari Jumat pada minggu kedua dan keempat setiap bulannya, sosialisasi ini dinamakan Jumat Sehat (Juse). Sosialisasi mengenai program PKMS tersebut merupakan kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan Puskesmas dengan mengumpulkan ketua RT dan warga setempat. Hal ini didukung oleh pernyataan Bapak Supriyanto selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD PKMS :

yang setahun 2 kali yaitu Bulan Januari dan Bulan Oktober dilaksanakan di Dinas Kesehatan dan sosialisasi sebulan 2 kali setiap Hari Jumat minggu kedua dan minggu keempat, namanya Jumat Sehat atau biasa disebut Juse.

(13)

Untuk Juse itu kita mengunjungi setiap kelurahan maupun kecamatan dengan dibantu Puskesmas setempat juga ketua RT. Dengan bantuan ketua RT tersebut nanti masyarakat atau warga bisa tahu kalau ada sosialisasi program PKMS pada kegiatan

Pernyataan tersebut didukung oleh dr. Tutik selaku Kepala Puskesmas Ngoresan Surakarta :

tokoh-tokoh masyarakat seperti ketua RT maupun kader-kader, biasanya dilakukan di Aula Kelurahan setempat. Juse itu kita melakukan sarasehan bersama pihak Dinas Kesehatan juga, setelah kita menjelaskan mengenai program PKMS nanti bisa juga April 2014).

Hal senada diungkapkan oleh Ibu Ester selaku Ketua RT 1 RW 7 Petoran, Jebres, Surakarta :

nanti ada jadwalnya sendiri gitu kapan dapat jatah untuk didatangi April 2014)

Berikut penuturan Ibu Anik saat menghadiri acara Juse :

kelurahan, namanya sosialisasi juse ya, itu tiap hari jumat tapi 2014)

Hal serupa diungkapkan oleh Bapak Dani Susanto :

pas hari jumat gitu, cuma digilir jadwalnya tidak selalu disini,

(14)

Dalam pelaksanaan sosialisasi dijelaskan hal-hal mendetail mengenai Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS), apa itu program PKMS, tujuan dari pelaksanaan program PKMS, siapa saja yang bisa menjadi peserta program PKMS, bagaimana cara menjadi peserta program PKMS, jenis kepesertaan program PKMS, dan pelayanan apa saja yang dapat diperoleh jika menjadi peserta program PKMS. Hal ini sesuai dengan penuturan Ibu Ida selaku Kepala UPTD PKMS :

itu PKMS, kegunaannya, bagaimana cara menjadi peserta PKMS, wawancara 3 April 2014)

Hal serupa juga diungkapkan oleh dr. Tutik :

masyarakat paham kegunaannya, manfaatnya, dan mau bergabung

Pernyataan dari aktor pemerintah dan pemberi layanan tersebut didukung pula oleh penuturan Bapak Sutopo :

sejelas-jelasnya agar kita paham semua dan tahu manfaat PKMS

Pernyataan serupa disampaikan oleh Bapak Topo Sukendro :

nanti diberi keringanan begitu, apabila kita masih belum paham 2014)

(15)

Hal-hal yang dipaparkan oleh pihak Puskesmas dengan Dinas Kesehatan dalam sosialisasi ini bertujuan agar warga lebih paham mengenai PKMS dan berkenan untuk ikut serta dalam program PKMS tersebut agar mendapat manfaat berupa jaminan pelayanan kesehatan.

Selain sosialisasi Jumat Sehat (Juse) yang dilaksanakan oleh Puskesmas yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan secara rutin, dilakukan pula sosialisasi pada saat acara rapat RT di lingkungan masing-masing. Hal ini dilakukan karena tidak semua warga dapat hadir saat sosialisasi Juse, sehingga ketua RT pun melakukan pemberitahuan atau pengumuman mengenai apa yang disampaikan saat sosialisasi Juse. Hal tersebut didukung oleh Ibu Ester selaku Ketua RT 1 RW 7 Petoran, Jebres, Surakarta :

nanti menyampaikan lagi pada warga saat rapat RT atau PKK gitu, soalnya tidak semua warga dapat mengikuti sosialisasi saat hari jumat it

Dari pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Topo Sukendro seorang penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS Silver :

lewat pertemuan RT kan gitu. Semuanya diberi tau saat pertemuan itu. Ketua RT kan setiap berapa bulan sekali diberi pengarahan di kelurahan situ, lalu disampaikan kepada warga-warga mengenai

Pernyataan tersebut didukung oleh Bapak Sutopo seorang penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS Gold :

(16)

sing mboten mampu, mboten mampu ngge biaya rumah sakit terus (Diberitahu dari RT, RW, dan kelurahan saat ada pertemuan begitu, yang tidak mampu, tidak mampu untuk membayar biaya rumah sakit diberi PKMS Gold) (Hasil wawancara 26 April 2014). Sosialisasi atau pengenalan program dari sebuah kebijakan tidak hanya dilakukan secara interaksi langsung dengan warga namun juga melalui media cetak seperti banner dan brosur. Untuk banner biasanya diletakkan di Dinas Kesehatan maupun di Puskesmas agar masyarakat juga dapat membaca lebih detail mengenai program PKMS. Selain itu penyebaran brosur juga dilakukan agar saat setelah mengikuti sosialisasi warga bisa membaca kembali apa yang disampaikan oleh aktor pemerintah dan pemberi layanan. Hal itu dirasa cukup untuk menginformasikan kepada warga betapa pentingnya program PKMS tersebut. Hal tersebut sesuai dengan penuturan dr. Tutik :

Kalau banner dipasang di depan Puskesmas, untuk brosur diberikan langsung kepada warga, kadang ada juga warga yag

Hal tersebut didukung oleh Bapak Supriyanto :

menyediakan, nanti diberikan peda warga agar informasinya

Dari hasil wawancara mengenai tahap intreprestasi ini dapat diketahui bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan

(17)

dengan cara langsung bertatap muka dengan warga terutama penyandang disabilitas dalam acara Jumat Sehat (Juse), selain itu cara mengenalkan PKMS yang lain adalah dengan menyebar brosur-brosur dan memasang

banner di depan Puskesmas atau Dinas Kesehatan.

2. Tahap Pengorganisasian

Tahap pengorganisasian dilakukan setelah sosialisasi kepada masyarakat mengenai program PKMS, pada tahap ini dilakukan verifikasi Rumah Tangga Miskin (RTM) untuk mengetahui siapa saja yang berhak memperoleh kartu peserta PKMS Gold karena kepesertaan program PKMS Gold hanya untuk warga miskin yang dalam penelitian ini akan fokus pada penyandang disabilitas. Bagi penyandang disabilitas yang termasuk warga miskin dapat memperoleh kartu peserta PKMS Gold dengan syarat belum termasuk dalam program Jamkesmas, Askes PNS/TNI/Polri, dan Askes sosial lainnya. Verifikasi ini dilakukan dengan meninjau langsung ke rumah warga yang dilakukan oleh Tim Verifikasi Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Hal tersebut didukung oleh penuturan Bapak Supriyanto selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD PKMS :

rumah-rumah warga, karena biasanya mungkin ada data yang meleset atau bagaimana ya kita memastikannya dengan datang langsung ke rumah warga. Untuk PKMS Gold diperuntukkan bagi wawancara 3 April 2014)

(18)

Pernyataan yang sama dikemukakan oleh Ibu Ida selaku Kepala UPTD PKMS :

ntuk memastikan warga tersebut benar-benar tidak mampu atau tidak kita melakukan verifikasi dengan peninjauan langsung kepada warga, jadi tim verifikasi datang langsung ke rumah-rumah warga. Karena untuk PKMS Gold itu hanya diperuntukkan untuk warga yang miskin, selain itu warga miskin tersebut belum ikut serta dalam program jaminan kesehatan seperti Jamkesmas atau

Dari penuturan tersebut tim verifikasi memang mendatangi langsung pada rumah-rumah warga yang termasuk dalam kategori warga miskin dan berhak atas kepesertaan PKMS Gold, hal ini didukung pula oleh penuturan Bapak Sutopo :

(Dulu saya disurvey, ada tim dari dinas yang datang kesini untuk survey lalu saya dianjurkan untuk ikut PKMS Gold) (Hasil wawancara 26 April 2014)

Hal serupa dikemukakan oleh Bapak Sri Maryanto seorang penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS Gold :

disurvey apakah benar-benar tidak mampu. Itu saya ditanyai mengenai berapa gaji saya 2014)

Dalam pelaksanaan verifikasi ini tim verifikasi tidak hanya melihat berdasarkan berkas yang ada bahwa warga tersebut benar-benar tidak mampu atau tidak, namun juga melakukan verifikasi langsung, ditinjau untuk memastikan bahwa pihak yang menerima atau yang menjadi peserta

(19)

PKMS Gold merupakan warga yang benar-benar tidak mampu. Tim verifikasi ini pun harus jeli dan teliti agar tidak ada warga dalam hal ini penyandang disabilitas yang tidak mampu namun tidak mendapatkan haknya maupun sebaliknya. Dan dari wawancara pihak penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS Gold pun memberikan tanggapan yang baik kepada tim verifikasi sehingga hal tersebut juga mempermudah tim verifikasi untuk melakukan tugasnya.

Dalam tahap pengorganisasian ini dilakukan pula koordinasi kerjasama antara Dinas Kesehatan dengan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK), PPK dalam hal ini yaitu rumah sakit dan Puskesmas. Dinas Kesehatan memiliki kewenangan untuk melakukan kesepakatan dengan rumah sakit atau Puskesmas apapun yang dinilai memiliki kemampuan memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya MoU yang dibuat dengan beberapa rumah sakit atau Puskesmas selaku PPK. Selain itu, Dinas Kesehatan memiliki tugas untuk melakukan koordinasi terkait dengan MoU yang ada. Termasuk didalamnya mengenai proses pembayaran klaim, verifikasi formularium, laporan kegiatan-kegiatan, dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan. Sehingga dengan koordinasi tersebut program PKMS

(20)

ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu Ida :

sakit dan Puskesmas, dalam kerjasama tersebut ada beberapa kesepakatan mengenai pembayaran klaim, verifikasi formularium, laporan kegiatan. Hal itu dilakukan agar PKMS dapat berjalan 2014)

Pernyataan tersebut didukung oleh dr. Tutik :

Puskesmas disini kan ada dibawah wewenang dinas, selain itu juga wawancara 14 April 2014)

Kerjasama dengan Pemberi Pelayanan Layanan (PPK) tersebut diharapkan dapat menjadikan pelaksanaan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) ini sesuai dengan tujuan yang ada dalam Peraturan Walikota Surakarta dan apabila ada permasalahan atau ketidaksinambungan antara apa yang diharapkan dengan pelaksanaan di lapangan maka dapat diselesaikan bersama-sama. Selain itu juga dengan adanya laporan kegiatan dari pihak Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) maka Dinas Kesehatan dapat memantau pelaksanaan PKMS di PPK atau Puskesmas tersebut, sudah terlaksana sesuai prosedur yang diterapkan ataukah sebaliknya.

Pihak Dinas Kesehatan melalui UPTD PKMS melakukan kerjasama lintas sektoral, jadi tidak hanya kerjasama dengan pihak pemberi layanan

(21)

saja. Kerjasama lintas sektoral ini dilakukan dengan Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan. Kerja sama lintas sektoral dilakukan dalam rangka kelancaran tugas Dinas Kesehatan. Salah satu diantaranya adalah terkait dengan persyaratan administrasi kepesertaan program PKMS. Dimana program ini hanya diperuntukkan bagi masyarakat Kota Surakarta. Sehingga dibutuhkan KTP atau KK yang memang benar-benar warga Kota Surakarta. Hal yang ditakutkan adalah adanya penduduk luar kota yang dapat dengan mudah memperoleh KTP atau KK Kota Surakarta hanya untuk memanfaatkan program PKMS ini. Untuk itu, diperlukan kerja sama dengan Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan. Agar permasalahan mengenai

pengelolaan anggaran PKMS. Permasalahan tersebut ditakutkan akan meningkatkan alokasi anggaran. Namun demikian, kerja sama dengan unsur kelurahan, RW dan RT setempat harus menjadi prioritas yang lebih utama. Karena merekalah yang mengetahui dan memiliki kondisi sebenarnya dilapangan. Hal tersebut sesuai dengan penuturan Ibu Ida :

Sipil dan Kependudukan, kerjasamanya untuk mengatasi banyaknya warga baru di Kota Surakarta yang belum 3 (tiga) tahun tinggal di Kota Surakarta namun sudah mendaftarkan diri menjadi peserta PKMS, hal itu menyalahi aturan dan merugikan pihak Dinas Kesehatan karena dapat meningkatkan anggaran

(22)

penting karena ya untuk mengurangi adanya warga siluman itu. Kan banyak yang KTP baru dan tidak berdomisili di Kota wawancara 3 April 2014)

Dengan adanya koordinasi antara Dinas Kesehatan dan Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan diharapkan bahwa kepesertaan proram PKMS ini hanya bisa diberikan kepada warga Kota Surakarta yng sudah tinggal di Kota Surakarta minimal 3 tahun dan memiliki KTP atau KK yang menunjukkan bahwa benar adanya sebagai warga Kota Surakarta. Selain itu, jika hal ini dapat terlaksana dengan baik, maka alokasi anggaran tidak akan membengkak karena sudah ada patokan-patokan anggaran atau berapa biaya yang dibutuhkan sesuai dengan perhitungan dari Dinas Kesehatan yang dibantu oleh Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan dalam hal kepemilikan KTP dan KK warga Kota Surakarta.

Dalam tahap pengorganisasian ini Dinas kesehatan melakukan verifikasi kepesertaan secara langsung dengan terjun di lapangan, melakukan kerjasama dengan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dengan cara Dinas Kesehatan melakukan kesepakatan dengan rumah sakit atau Puskesmas apapun yang dinilai memiliki kemampuan memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya MoU yang dibuat dengan beberapa rumah sakit atau Puskesmas selaku PPK. Selain itu, Dinas Kesehatan memiliki tugas untuk melakukan koordinasi terkait dengan MoU

(23)

yang ada. Termasuk didalamnya mengenai proses pembayaran klaim, verifikasi formularium, laporan kegiatan-kegiatan, dan sebagainya. Selain itu ada pula kerjasama lintas sektoral dengan Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan dilakukan dengan pengecekan mengenai KTP atau KK warga Kota Surakarta yang ingin bergabung dalam program PKMS. Semua hal tersebut dilakukan demi kelancaran pelaksanaan program PKMS ini dan tujuan-tujuan dari Program PKMS ini dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.

3. Tahap Aplikasi

Tahap aplikasi adalah tahap pelaksanaan program PKMS sesuai dengan Peraturan Walikota Surakarta nomor 2 tahun 2014. Pelaksanaan awal program PKMS adalah pendaftaran peserta PKMS Silver atau PKMS Gold. Pendaftaran dapat dilakukan di UPTD PKMS dengan beberapa syarat, untuk PKMS Silver adalah fotocopy Kartu Keluarga dengan menunjukkan aslinya, fotocopy KTP dengan menunjukkan aslinya atau surat keterangan lahir bagi yang berusia belum wajib KTP, foto ukuran 2x3 cm : 2 lembar, membayar biaya Rp 1.000,00 dan membawa surat keterangan domisili dari RT, RW, dan kelurahan. Sedangkan untuk PKMS Gold yaitu fotocopy Kartu Keluarga dengan menunjukkan aslinya, fotocopy KTP dengan menunjukkan aslinya atau surat keterangan lahir bagi yang berusia belum wajib KTP, foto ukuran 2x3 cm : 2 lembar, fotocopy PKMS Silver yang masih berlaku dan

(24)

membawa surat keterangan domisili dari RT, RW, dan kelurahan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Supriyanto sebagai berikut :

arus warga Surakarta dan memenuhi syarat yang ada di perwali sehingga boleh mendaftar PKMS, mau PKMS Silver atau Gold. Syarat yang di perwali ya seperti KK, 3 April 2014).

Hal tersebut sesuai dengan penuturan dr. Tutik :

Surakarta boleh mendaftar menjadi peserta PKMS Gold maupun

Keterangan di atas adalah berdasarkan wawancara dengan aktor pemerintah dan pihak Puskesmas Ngoresan sebagai pemberi layanan program PKMS bagi penyandang disabilitas. Pernyataan tersebut mendapat dukungan dari 2 (dua) penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS Silver dan peserta PKMS Gold. Berikut penuturan Ibu Anik seorang penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS Silver dan Bapak Sutopo seorang penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS Gold:

KTP, KK, Foto 2x3, surat keterangan dari kelurahan, terus juga disuruh bayar Rp

1000,-PKMS syaratnya membawa KK, KTP, foto sama surat 1000,-PKMSnya

Keterangan wawancara di atas adalah mengenai cara pendaftaran untuk menjadi peserta PKMS. Setelah penyandang disabilitas warga Surakarta

(25)

menjadi peserta PKMS Silver maupun PKMS Gold, maka selanjutnya kartu PKMS tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan dengan keringanan biaya pengobatan. Keringanan biaya pengobatan untuk PKMS Silver yaitu 5 (lima) juta rupiah, sedangkan untuk PKMS Gold berapapun biayanya gratis. Manfaat pelayanan kesehatan dapat berupa rawat jalan, persalinan normal, maupun rawat inap. Dalam klasifikasi pelayanan kesehatan tersebut ada pelayanan kesehatan yang dijamin, tidak dijamin, dan dibatasi. Berikut penuturan Bapak Supriyanto :

di rumah sakit bagi peserta PKMS Gold seluruh biayanya gratis dan PKMS Silver diberi jatah maksimal 5 juta rupiah. Pelayanan kesehatan ada yang dijamin, tidak dijamin, dan dibatasi. Yang dibatasi itu cuci darah, operasi besar, dan kemoterapi. Untuk yang tidak dijamin itu yang tidak sesuai prosedur, pemberian alat2 bantu kesehatan, kasus bunuh diri, dan apabila menggunakan

Pernyataan tersebut didukung oleh dr. Tutik sebagai berikut :

Kalau di rumah sakit jaminannya ya kalau mondok jaminannya 5 juta untuk silver dan apabila biayanya lebih ya tombok sendiri, kalau gold berapapun biayanya ditanggung pihak rumah sakit yang 2014).

Hal tersebut diperkuat dengan penuturan Sri Maryanto seorang penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS Gold :

(26)

Walaupun pemenuhan pelayanan kesehatan dengan keringanan biaya sudah dilaksanakan, namun masih ada penyandang disabilitas yang merasa pelaksanaan pelayanan tersebut masih kurang. Berikut penuturan Ibu Anik seorang penyandang disabilitas peserta PKMS Silver :

gratis tapi obatnya tidak diberi oleh Puskesmas, saat itu tidak ada 27 April 2014).

Mengenai jaminan keterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu ditinjau dari beberapa aspek yaitu melalui upaya promotif, upaya preventif, upaya kuratif, dan upaya rehabilitatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kepala Sub Bagian UPTD PKMS bahwa terkait keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu meliputi 4 hal tersebut. Maka selanjutnya mengenai jaminan keterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan akan difokuskan pada aspek tersebut.

a. Upaya Promotif

Upaya promotif adalah upaya edukasi mengenai kesehatan kepada warga Surakarta. Edukasi ini mengenai bagaimana cara menjaga kesehatan agar terhindar dari berbagai penyakit. Edukasi kesehatan dapat dilakukan oleh warga dengan langsung datang ke Puskesmas atau dapat dikonsultasikan saat ada sosialisasi-sosialisasi kesehatan kepada warga. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh dr. Tutik :

(27)

kalau yang menggunakan PKMS itu PKMS kan melekat pada pelayanan kesehatan biasanya promotifnya ke pasien-pasiennya yang datang ke puskesmas. Kan banyak itu peserta pkms yang datang ya kita promotifnya disitu. Ya edukasi ke pasien promotif itu. Edukasi mengenai penyakit yang diderita, promotif (Hasil wawancara 14 April 2014)

Penuturan tersebut didukung oleh Ibu Anik :

penyakitnya dan diberi penjelasan tentang kesehatan gitu supaya wawancara 26 April 2014)

Dalam pembahasan mengenai upaya promotif sebagai salah satu jaminan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi penyandang disabilitas peserta PKMS tergolong sudah terlaksana dengan baik. Keterjangkauan dalam hal ini adalah dengan terlihatnya penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS yang sudah dapat memperoleh manfaat dengan adanya upaya promotif tersebut, yaitu melalui edukasi kesehatan secara langsung yang dilakukan oleh penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS dengan pihak Puskesmas. b. Upaya Preventif

Upaya preventif dalam pelayanan kesehatan disini adalah mengenai pencegahan terhadap suatu penyakit. Dalam pencapaian pelayanan PKMS ini upaya preventif dilakukan dengan konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan. Yaitu apabila penyandang disabilitas peserta

(28)

kesehatannya maka dapat langsung berkonsultasi dengan pihak pemberi layanan. Selain itu juga dapat melakukan check up kesehatan untuk mengetahui penyakit apa yang diderita sehingga bisa dicegah atau dihindari sebelum semakin parah. Dalam Peraturan Walikota nomor 2 tahun 2014 mengenai PKMS, dijelaskan bahwa beberapa check up dapat diberikan maksimal 1 (satu) tahun sekali dan pemeriksaannya meliputi pemeriksaan kadar gula, kolesterol total, trigliserida, SGPT, SGOT, Ureum, Kreatinin, dan Asam urat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dr. Tutik :

ya pencegahan, untuk PKMS ini ada program untuk

check up kesehatan, salah satu upaya preventif ya itu, jadi kan

mereka jadi tahu yang awalnya tidak tahu punya penyakit apa.

Check up ini kita hanya 8 items yaitu kadar gula, kolesterol total,

trigliserida, S

(Hasil wawancara 14 April 2014)

Pernyataan tersebut serupa dengan pernyataan Bapak Dani Susanto, penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS Silver, berikut pernyataannya :

check up karena untuk

mencegah agar penyakit saya tidak tambah parah, kata dokternya wawancara 26 April 2014).

Dari pembahasan mengenai keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS dalam hal upaya preventif yang diperoleh dari wawancara dengan pihak pemberi layanan dan

(29)

penerima layanan, upaya preventif tersebut dilakukan dengan check up kesehatan agar penyandang disabilitas sbagai peserta PKMS dapat mengetahui penyakit apa yang dideritanya.

c. Upaya Kuratif dan Upaya Rehabilitatif

Upaya kuratif dan rehabilitatif ini adalah upaya perawatan dan pengobatan pada suatu penyakit yang diderita oleh pasien dalam hal ini penyandang disabilitas peserta PKMS. Harapan dari pelaksana program adalah pemeliharaan kesehatan pada aspek ini dapat mengobati dan merawat penyakit yang diderita hingga sembuh, tentunya dengan keringanan pembiayaan. Dalam Peraturan Walikota Surakarta mengenai PKMS dijelaskan bahwa pelayanan perawatan dan pengobatan yang diberikan dapat berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap; penunjang diagnostik; operasi kecil dan sedang; pemberian obat sesuai formularium PKMS; dan pelayanan gawat darurat. Hal ini sesuai dengan penuturan dr. Tutik :

n, kalau sakit kan jelas dikasih obat. Rehabilitatif ya kalau rehabilitatif ya pemulihan kesehatan kalau rehabilitatif tidak begitu banyak kegiatan paling ya pemulihan dari sakit, dari kondisi sakit bisa jadi sehat dengan perawatan-perawatan gitu seperti r

wawancara 14 April 2014)

Hal tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Sri Maryanto dan Bapak Dani Susanto :

(30)

saya menerima pelayanan ya mulai dari diperiksa dari awal itu trus wawancara 27 April 2014).

sakniki tasih

kontrol-(Saya ya itu tadi opname dua minggu lalu sampai sekarang masih kontrol-kontrol sama diberi obat). (Hasil wawancara 26 April 2014)

Dari pemaparan mengenai upaya kuratif dan upaya rehabilitatif ini dilakukan dengan perawatan dan pengobatan pada suatu penyakit oleh pihak Puskemas ataupun rumah sakit.

Jaminan keterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu ditinjau dari beberapa aspek yaitu melalui upaya promotif, upaya preventif, upaya kuratif, dan upaya rehabilitatif. Upaya promotif dilakukan dengan edukasi kesehatan dapat dilakukan oleh warga dengan langsung datang ke Puskesmas atau dapat dikonsultasikan saat ada sosialisasi-sosialisasi kesehatan kepada warga. Upaya preventif dilakukan dengan Edukasi kesehatan dapat dilakukan oleh warga dengan langsung datang ke Puskesmas atau dapat dikonsultasikan saat ada sosialisasi-sosialisasi kesehatan kepada warga. Sedangkan upaya kuratif dan upaya rehabilitatif dilaksanakn dengan cara pemberian perawatan dan pengobatan kepada pasien peserta PKMS hingga sembuh.

Untuk pelayanan kesehatan yang tidak bisa dilakukan di Puskesmas, maka penyandang disabilitas sebagai peserta PKMS dapat melakukan

(31)

rujukan ke rumah sakit dengan melalui Puskesmas terlebih dahulu, pelayanan rujukan tersebut diberi keringanan dengan estimasi waktu 2x24 jam. Pelayanan kesehatan rujukan tersebut harus terstruktur dan berjenjang. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Supriyanto :

berjenjang dan terstruktur maksudnya bahwa kalau dia itu tidak gawat darurat wajib ke pelayanan tingkat pertama, tingkat pertama itu puskesmas, puskesmas rawat jalan atau rawat inap. Kalau memang ini tidak bisa ini baru ke pelayanan tingkat kedua, disini RSUD, kalau memang ini tidak bisa baru ke pelayanan tingkat ketiga, rumah sakit swasta. Jadi harus berjenjang, harus terstruktur. Kalau ndak gawat darurat nggak

wawancara 3 April 2014).

Pernyataan tersebut sesuai dengan penuturan dari dr. Tutik, berikut penuturannya :

terstruktur jadi dari puskesmas, kalau puskesmas tidak mampu baru kita rujuk ke RSUD untuk penyakit-penyakit yang ringan, kalau sudah parah ya bisa ke rumah sakit swasta. Kalau gawat darurat boleh langsung ke rumah sakit. Nanti kalau sudah opname baru minta rujukan, kalau gawat darurat lho ya, kalo nggak gawat darurat ya ke puskesmas dulu. Kalau gawat darurat ke rumah sakit dulu dengan catatatn (Hasil wawancara 14 April 2014).

Hal tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Topo Sukendro dan Bapak Sri Maryanto :

lalu pihak puskesmasnya yang merujuk saya ke rumah sakit karena ya ndak bisa to mbak tranfusinya di Puskesmas, alat dan pera

(32)

belum. Jadi semacam apa ya mbak diberi rujukan baru boleh ke rumah sakit, cuma waktu itu saya langsung koma ya pingsan gitu mbak jadi langsung di bawa ke rumah sakit, untuk surat rujukan menyusul karena sudah gawat, Puji Tuhan tetap dilayani di rumah

Dari pemaparan wawancara di atas, tahap aplikasi yaitu berupa pelaksanaan dari program PKMS bagi penyandang disabilitas, dimulai dari calon peserta mendaftarkan diri untuk mengikuti program PKMS dan manfaat-manfaat pelayanan kesehatan yang didapat dari kepesertaan program PKMS.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Karakter Melalui Dolanan Anak - Ki Priyo Dwiarso Halaman 13 Duh Gusti Yang Maha Agung yang nitahkan bumi langit, Hanya Tuhan Yang Maha Kua- 2. sa, Hanya Tuhan Yang

Kesimpulan yang diperoleh bahwa potensi budidaya pada pembesaran ikan lele di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang cukup baik dengan menggunakan metode semi

Bagi pihak manajemen perusahaan Cipaganti Travel, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna agar manajemen Cipaganti Travel dapat lebih

Variabel yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah peningkatan keterampilan mahasiswa dalam menerjemahkan kalimat / wacana sederhana dari bahasa Jepang ke bahasa

berhadap dengan hukum, peran guru sangat besar tentu melalui sebuah dialetika yang dikenal dengan sebutan memanusiakan hubungan. pendidikan karakter yang diimbangi

Setelah dilakukan analisis data penelitian variabel UTAUT yang mempengaruhi minat mahasiswa melakukan akses ke dalam sistem informasi Akper Alkautsar dan variabel

Kemudian harga-harga output dan biaya per unit dari input setiap tahun digandakan dengan kuantitas output yang dihasilkan dan kuantitas input yang digunakan pada periode

Pasal 153 ayat (6) Undang-undang Ketenagakerjaan yang memuat hak pekerja atau larangan yang tidak dapat dijadikan alasan PHK oleh pengusaha, yaitu pada pekerja