• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pembelajaran berbasis praktikum adalah pembelajaran dengan lima tahap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pembelajaran berbasis praktikum adalah pembelajaran dengan lima tahap"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)34. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1.. Pembelajaran berbasis praktikum adalah pembelajaran dengan lima tahap utama, yaitu: (1) Orientasi masalah; (2) Perumusan masalah; (3) Melakukan observasi dan penyelidikan; (4) Mengatasi kesulitan; (5) Merefleksikan hasil penyelidikan pada konsep hama dan penyakit tumbuhan.. 2.. Asesmen praktikum yang dimaksud adalah penilaian yang dilakukan antar kawan (peer assessment) terhadap “Brosur HPT”, yaitu bentuk laporan hasil pengamatan siswa dan studi pustaka terhadap suatu jenis hama yang ditulis dalam bentuk “Brosur” dengan 8 kategori pokok, yaitu meliputi: (1) Anatomi dasar; (2) Siklus hidup atau cara berkembang biak; (3) Habitat; (4) Rantai makanan; (5) Spesies lokal; (6) Ciri-ciri tumbuhan yang terserang hama; (7) Pengendalian; (8) Tulisan, kerapihan, dan tampilan brosur.. 3.. Kemampuan berpikir kritis adalah skor tes berpikir kritis yang dijaring melalui tes pilihan majemuk pada konsep hama dan penyakit tumbuhan, yang meliputi delapan fungsi berpikir kritis (Inch, 2006), yaitu: (1) Question at issue (Kesadaran untuk mempertanyakan sesuatu yang memang diperlukan); (2) Purpose (ada tujuan/hasil yang akan dicapai); (3) Information (informasi untuk mengembangkan gagasan baru); (4) Concepts (teori, definisi, aturan, atau hukum yang mengarahkan pikiran atau tindakan); (5) Assumptions (asumsi sebagai garis dasar pemikiran); (6) Point of view (sudut pandang yang dilatarbelakangi oleh pengalaman, cara berpikir dan sikap); (7) Interpretation and inference (menafsirkan dan menyimpulkan suatu data);. 34.

(2) 35. (8) Implication and consequences (implikasi dan konsekuensi dari menalar/berpikir), selanjutnya diterjemahkan menjadi indikator berpikir kritis. 4.. Sikap ilmiah yang dimaksud adalah skor respon siswa pada skala sikap Likert yang berisi sejumlah pernyataan yang bersesuaian dengan indikator sikap ilmiah menurut Carin (1997) yang meliputi sikap: (1) Memupuk rasa ingin tahu; (2) Mengutamakan bukti empiris yang berkaitan dengan fakta; (3) Menjadi skeptis terhadap pendapat orang lain; (4) Mau menerima perbedaan (menghormati. pandangan. yang. berbeda);. (5) Dapat. bekerja. sama. (kooperatif); (6) Bersikap positif terhadap kegagalan, dengan opsi sangat setuju (SS), setuju (S), tidak tahu (TT), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dalam konteks hama dan penyakit tumbuhan. B. Metode dan Desain Penelitian 1.. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode “kuasi eksperimen”, dengan “static. group pretes-postes design” (Fraenkel & Wallen, 2006). Penelitian kuasi eksperimen adalah penelitian yang menggunakan kelompok subjek secara utuh dalam eksperimen yang secara alami sudah terbentuk dalam kelas dan tidak mengontrol semua variabel yang ada. Static group pretest-postest design (Fraenkel & Wallen, 2006) artinya pengambilan kelompok tidak secara acak, terdapat kelompok pembanding, masing-masing kelompok diberi tes awal, dan tes akhir dengan perlakuan yang berbeda..

(3) 36. 2. Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang digunakan mengikuti pola sebagai berikut: Tabel 3.1. Desain Penelitian Kelompok Eksperimen Kontrol. Pretest O1 O1. Perlakuan X1 X2. Postest O2 O2. Keterangan: O1 : Pretest (Tes awal) O2 : Posttest (Tes akhir) X1 : Pembelajaran berbasis praktikum X2 : Pembelajaran berbantuan praktikum B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gegerbitung di Kabupaten Sukabumi, semester genap tahun ajaran 2009/2010 sebanyak enam kelas. Penentuan sekolah sebagai tempat penelitian karena sekolah ini berlokasi di area pertanian (pesawahan) dan perkebunan yang sering berhubungan dengan masalah HPT (Hama dan Penyakit Tumbuhan), sehingga akan memudahkan siswa untuk melaksanakan observasi dan praktikum pada konsep HPT tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004) bahwa populasi adalah adalah subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling (Ruseffendi, 1994). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan tertentu yakni kedua kelompok memiliki kemampuan kognitif di atas rata-rata siswa kelas lain, tujuannya untuk memudahkan pelaksanaan peer assessment. Oleh karena itu sampel yang dipilih dalam penelitian ini ada dua kelas. Penentuan kelas kontrol.

(4) 37. dan kelas eksperimen dilakukan secara acak, hasilnya adalah kelas VIII A sebagai kelas kontrol sebanyak 38 siswa dan Kelas VIII B sebagai kelas eksperimen sebanyak 39 siswa. C. Prosedur Penelitain 1. Tahap persiapan a. Melakukan studi pendahuluan untuk menganalisis secara teoritis pembelajaran berbasis praktikum dan asesmen yang memungkinkan dilakukan pada pembelajaran tersebut. b. Menganalisis dasar teori tentang keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa. Selanjutnya menentukan indikator-indikator yang akan menjadi fokus penelitian dan sekaligus juga menyiapkan bahan-bahan untuk mendukung pelaksanaan penelitian. c. Menyusun dan melaksanakan bimbingan penyusunan proposal, seminar proposal, dan mempersiapkan surat-surat perizinan untuk melaksanakan penelitian. d. Penyusunan perangkat instrumen oleh peneliti, meliputi: tes berpikir kritis, skala sikap, pedoman wawancara, scoring rubric untuk peer assessment. e. Pelaksanaan judgement instrumen oleh dosen yang berkompeten pada bidang tersebut, sebagai upaya untuk mendapatkan validitas isi instrumen. f. Pelaksanaan uji coba instrumen pasca judgement kepada siswa kelas IX SMP sebanyak satu kelas..

(5) 38. 2. Tahap pelaksanaan a. Penelaahan silabus dan analisis bahan ajar oleh guru dan peneliti, yang dilanjutkan dengan penyusunan draft skenario pembelajaran berbasis praktikum. b. Peneliti memberikan tes awal pada aspek kemampuan berpikir kritis & sikap ilmiah siswa. c. Pelaksanaan pengajaran berbasis praktikum. Untuk kelompok eksperimen menggunakan lima sintaks, seperti yang telah disebutkan pada definisi operasional. Adapun mekanisme pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1) Guru membagi 40 siswa kedalam delapan kelompok kerja. 2) Guru dan peneliti mendesain tugas-tugas praktikum, dan meminta setiap kelompok melakukan pengamatan yang sudah ditentukan. 3) Siswa membawa data. hasil. pengamatannya. ke kelas. untuk. didiskusikan, selanjutnya guru menugaskan membuat “Brosur” secara perorangan (Bahan/informasi untuk brosur berasal dari pengamatan siswa terhadap HPT di sekitar lingkungannya dan dilengkapi dari buku atau internet). 4) Siswa diberitahukan bahwa mereka harus memeriksa “Brosur” temannya berdasarkan kriteria-kriteria penilaian yang telah ditentukan (rubrik). 5) Kelompok kontrol menggunakan pembelajaran berbantuan praktikum (jenis praktikum: verifikasi/dilakukan setelah guru menjelaskan materi HPT)..

(6) 39. d. Pelaksanaan asesmen formatif untuk kelompok eksperimen adalah melalui mekanisme berikut ini: 1) Kurang lebih satu bulan sebelum dilakukan pembelajaran berbasis praktikum, siswa telah dilatih untuk melaksanakan peer assessment, sehingga pada saat pelaksanaan asesmen tersebut, siswa sudah tidak asing lagi. 2) Peer assessment dilakukan oleh siswa terhadap siswa lain pada saat penilaian “Brosur HPT”. Formatnya berupa suatu lembar observasi yang berisi deskripsi dari kemampuan siswa dalam membuat “Brosur HPT”. Rubrik penskoran atas indikator-indikator yang akan dinilai dibuat atas kesepakatan semua pihak di dalam kelas (guru dan siswa). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.1. e. Terakhir adalah pelaksanaan tes akhir, yaitu: tes kemampuan berpikir kritis, sikap ilmiah, serta pelaksanaan wawancara dengan guru..

(7) 40. Teknik Pelaksanaan Peer Assessment Gambar 3.1 berikut ini menjelaskan langkah dalam perencanaan dan penerapan peer assessment agar efektif. 1. Latihan Peer assessment Guru memberikan contoh tugas yang harus dinilai. Guru menjelaskan komponen yang harus dinilai. Diskusi kelompok untuk menentukan indikator dan kriteria penilaian. Guru membimbing siswa dalam menentukan indikator penilaian. Pembuatan rubrik penilaian. Menilai contoh tugas dengan teknik peer assessment (Misal:laporan praktikum). Faktor lingkungan:. Memberikan skor/nilai berdasarkan rubrik. Memberikan komentar terhadap isi tugas. • Rasa nyaman • Saling percaya Teknik Peer ass.. Menemukan kesalahan dari tugas. Memberi saran perbaikan. 2. Pelaksanaan peer ssesment yang sesungguhnya. • Jujur dan Konstruktif. Feedback/Umpanbalik. Siswa. Guru. Gb.3.1 Perencanaan dan Penerapan Peer Assessment Sumber: Modifikasi dari Belfast (2005) & Rustaman (2008).

(8) 41. b. Tahap analisis data dan penyusunan laporan Setelah pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan peer assessment telah selesai dan data yang diperlukan terkumpul, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data hasil penelitian dan sekaligus menyusun laporan penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan dan perhitungan dari data yang diperoleh dan. kemudian mengambil kesimpulan.. Diantara kegiatannya adalah: a. Memberi skor tes awal dan tes akhir. b. Menghitung N-gain hasil tes. c. Menganalisis data dengan menggunakan Software Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for windows versi 17.0. Gambar 3.2 menampilkan alur penelitian yang akan menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian ini:.

(9) 42. STUDI PENDAHULUAN. Studi Bahan Kajian. Studi Pembelajaran Berbasis Praktikum & Asesmennya. Studi Keterampilan Berpikir Kritis. Analisis Materi Hama & Penyakit Tumbuhan. Analisis Kurikulum dan Asesmen yang Berkesesuaian. Analisis Indikator Berpikir Kritis. Studi Sikap Ilmiah Siswa. Analisis Indikator Sikap Ilmiah. Perumusan Model Pembelajaran Berbasis Praktikum dan Asesmennya. Pembuatan Kriteria Rubrik Peer Ass.. Hasil Judgement Peer Assesssment. Pembuatan Soal, Angket, Dan Pedoman Wawancara. Pembuatan Perangkat pembelajaran berbasis praktikum (Silabus & RPP). Judgement. Pembiasaan Pelaksanaan Peer Assesssment. Validasi Instrumen. Tes Awal. Pemberian Angket. Kelompok Kontrol. Kelompok Eksperimen. Pembelajaran Bio. berbantuan Praktikum. Pelaksanaan Asesmen Biasa (Paper and pencil test). Pembelajaran Bio. Berbasis Praktikum. Pelaksanaan Peer Assessment (Penilaian Brosur PHT). Tes Akhir. Analisis Data. Kesimpulan. Gambar 3.2 Alur Penelitian. Pemberian Angket & Wawancara.

(10) 43. D. Instumen Penelitian 1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis Tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari tes awal dan tes akhir, berbentuk pilihan ganda.. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis. siswa SMP pada konsep HPT (Hama dan Penyakit Tumbuhan). Langkah-langkah penyusunan tes kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut: a.. Pembuatan kisi-kisi soal yang mengacu kepada fungsi berpikir kritis versi Inch et al. (2006), kemudian dijabarkan menjadi indikator berpikir kritis.. b.. Menyusun soal beserta kunci jawaban.. c.. Soal dan kunci jawaban yang telah disusun ditimbang oleh dosen pembimbing dan dosen ahli, hal ini bertujuan untuk mengetahui validasi isi, kesesuaian antara indikator dengan soal, dan kesesuaian soal dengan kunci jawaban.. d.. Melakukan uji coba soal yang telah ditimbang kepada siswa yang telah menerima materi HPT (Hama dan Penyakit Tumbuhan).. e.. Menghitung validasi tes, validasi item, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Kisi-kisi soal kemampuan berpikir kritis sebelum dilakukan uji coba, secara. jelas disajikan dalam Tabel 3.2 berikut ini:.

(11) 44. Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Soal Berpikir Kritis pada Konsep HPT No 1. Fungsi Berpikir Kritis Question at Issue. 2. Purpose. 3. Information. 4. 5. 6. 7. 8. Concepts. Merumuskan pertanyaan Menjelaskan tujuan Mengidentifikasi informasi dari data Menyebutkan suatu jenis konsep Menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain Menjelaskan suatu konsep. Assumption. Menjelaskan suatu asumsi/anggapan dasar. Point of View. Menjelaskan fungsi Menjelaskan suatu sudut pandang korelasional Meramalkan kondisi korelasional. Interpretation and inference. Implications and Consequences. Nomor Soal. Jml Soal. Hama tanaman. 1, 2. 2. Pengendalian Hama, gulma. 3, 18. 2. Teknologi pertanian. 4, 5, 6. 3. Indikator. Menjelaskan pandangan terhadap suatu kasus Menyimpulkan suatu pola hubungan Menafsirkan suatu peristiwa Menyimpulkan suatu pola hubungan Menyimpulkan isi dari suatu informasi Menjelaskan suatu akibat. Materi/Konsep. Hama berjenis serangga. 7. Pengendalian HPT. 8. Pengertian HPT, pengendalian HPT Ciri tumbuhan sehat (tidak terkena HPT) Jamur pathogen bagi pertumbuhan tanaman Pengendalian HPT Pengaruh gulma terhadap produksi tani Pengaruh gulma terhadap tanaman inang Hama (serangga penggerek). 6. 9, 10, 17, 22 19 20. 3. 25 11. 12. 3. 21. Hama tanaman. 13. Hama tanaman. 14. Pengendalian Hama. 15. 5. Penyakit tanaman Pengendalian hama. Jumlah Butir Soal. 16, 23 24. 1 25.

(12) 45. Instrumen kemampuan berpikir berpikir kritis yang berjumlah 25 butir soal diujicobakan kepada 40 siswa SMP N 1Gegerbitung kelas 9 Semester 2. Hasil ujicoba tersebut kemudian dianalisis sebagai berikut: a.. Analisis Validitas Tes Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang. hendak diukur. Validitas tes bentuk uraian dapat dihitung dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2009) sebagai berikut: rxy =. Keterangan: rxy = n = ∑ = ∑ =.   ∑ .

(13) ∑      ∑  ∑  . Koefisien korelasi Banyaknya subyek Jumlah nilai tiap soal Jumlah nilai total. Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi (Arikunto, 2009) validitas tes disajikan dalam Tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3. Klasifikasi Analisis Validitas Tes Nilai rxy 0,80< 0,60 < 0,40 < 0,20 < 0,00 <. rxy  1,00 rxy  0,80 rxy  0,60 rxy  0,40 rxy  0,20. Interpretasi Validitas Sangat Tinggi Validitas Tinggi Validitas Cukup Validitas Rendah Validitas Sangat Rendah. Setelah dilakukan penghitungan maka diperoleh koefisien validasi untuk setiap butir soal tes kemampuan berpikir kritis seperti pada Tabel 3.4 berikut. Tabel 3.4. Rekapitulasi Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis No 1. 2. 3.. Interpretasi Validitas Sangat Tinggi Tinggi Cukup. Nomor Soal 11 3,5,14,15,17,19, 20,21,33 1,2, 6,7,8,10,12,18,24,25. Jumlah 1 9 10. Persentase (%) 5 45 50.

(14) 46. b. Analisis Reliabilitas Tes Suatu alat ukur (instrumen) memiliki reliabilitas yang baik bila alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walaupun dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), di manapun dan kapanpun berada (Arikunto, 2009). Reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan metode Kuder Richardson-21 (KR-21) dengan rumus:    .     1 . 1 . Keterangan: R11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan M = skor rata-rata Vt = varians total Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dibandingkan dengan rtabel dengan kaidah keputusan; jika r11 > rtabel berarti reliabel dan jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel. Kemudian hasil perhitungan tersebut ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti tabel 3.5 di bawah ini. Tabel 3.5. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Nilai r11 0,90  r11  1,00 0,70  r11 < 0,90 0,40  r11 < 0,70 0,20  r11 < 0,40 r11 < 0,20. Interpretasi Reliabilitas sangat tinggi Reliabilitas tinggi Reliabilitas sedang Reliabilitas rendah Reliabilitas sangat rendah. Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh koefisien reliabilitas tes penguasaan konsep secara keseluruhan dengan kategori sedang yaitu sebesar 0,50..

(15) 47. c.. Analisis Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan. antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2009). Untuk. menghitung daya pembeda atau indeks. diskriminasi adalah dengan membagi dua subyek masing-masing 50%. Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus:  . Dp = Keterangan: . Dp SA SB N. = = = =. . ! "#$ %&"'. Indeks daya pembeda suatu butir soal. Jumlah skor yang dicapai siswa pada kelompok atas Jumlah skor yang dicapai siswa pada kelompok bawah. Jumlah siswa pada kelompok atas dan kelompok bawah. Kategori daya pembeda (Arikunto, 2009) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.6. Kategori Daya Pembeda Batasan. Kategori. 0.00 < DP ≤ 0.20. Jelek (poor). 0.20 < DP ≤ 0.40. Cukup (satisfactory). 0.40 < DP ≤ 0.70. Baik (good). 0.70 < DP ≤ 1.00. Baik sekali (excellent). Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh indeks daya pembeda untuk setiap butir soal tes penguasaan konsep seperti tampak pada tabel 3.7 berikut (selengkapnya lihat pada lampiranC). Tabel 3.7. Rekapitulasi Daya Pembeda Tes Berpikir Kritis No 1.. Interpretasi Baik. 2.. Cukup. Nomor Soal 3,10,11,14,15 1,2,5,6,7,8,12,17,18, 19,20,21,23,24,25,. Jumlah 5 15. Persentase (%) 25 75.

(16) 48. d. Analisis Tingkat Kesukaran Untuk menghitung tingkat kesukaran dari setiap item soal dihitung berdasarkan proporsi skor yang dicapai siswa kelompok atas dan bawah terhadap skor idealnya. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal berbentuk uraian digunakan rumus berikut (Arikunto, 2009). (.  "#$ %&"'. TK =. Keterangan: TK = Tingkat kesukaran SA = Jumlah skor siswa kelompok atas SB = Jumlah skor siswa kelompok bawah N = Jumlah siswa. Klasifikasi untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal digunakan kriteria (Arikunto, 2009) berikut ini. Tabel 3.8. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Nilai TK TK = 0,00 0,00 < TK  0,30 0,30 < TK  0,70 0,70 < TK  1,00 TK = 1,00. Interpretasi Soal Terlalu Sukar Soal Sukar Soal Sedang Soal Mudah Soal Terlalu Mudah. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh bahwa tingkat kesukaran tes kemampuan berpikir kritis terlihat pada Tabel 3.9 berikut ini. Tabel 3.9. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tes Berpikir Kritis No. Interpretasi. 1.. Mudah. 2.. Sedang. 3.. Sukar. Nomor Soal 1,5,6, 7,11,12,18, 23,25 8,10,14,15,17,19,20, 21,24 2,3. Jumlah. Persentase (%). 9. 45. 9. 45. 2. 10.

(17) 49. Rekapitulasi validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran dari setiap butir soal yang telah dianalisis tertera pada tabel 3.10 berikut. Tabel 3.10 Rekapitulasi Validitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran Tes Berpikir Kritis No Soal. Validitas. 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25. Cukup Cukup Tinggi Rendah Tinggi Cukup Cukup Cukup Rendah Cukup Sangat Tinggi Cukup Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Cukup Cukup. Daya Pembeda Cukup Cukup Baik Jelek Cukup Cukup Cukup Cukup Jelek Baik Baik Cukup Jelek Baik Baik Jelek Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Jelek Cukup Cukup Cukup. Tingkat Kesukaran Mudah Sukar Sukar Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Mudah Mudah Sukar Sedang Sedang Sukar Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang Mudah. Status Soal Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan. Berdasarkan tabel 3.10 diperoleh hasil, bahwa butir soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian adalah semua soal berstatus “digunakan” yang berjumlah 20 butir soal..

(18) 50. 2. Skala Sikap Ilmiah Skala sikap ilmiah digunakan untuk mengetahui bagaimana peningkatan sikap ilmiah siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap pembelajaran biologi berbasis praktikum. Skala sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Likert menurut Carin (1997) yaitu berisi pernyataan-pernyataan yang disusun berdasarkan indikator sikap ilmiah. Setiap pernyataan yang dibuat ada yang bersifat positif dan negatif dan dihubungkan dengan jawaban atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak tahu (TT), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala sikap ilmiah diberikan pada saat pretest dan posttest, baik pada kelas esperimen maupun pada kelas kontrol. Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan sikap ilmiah siswa setelah masing-masing kelas mendapatkan pembelajaran yang berbeda. Pedoman penskoran jawaban pernyataan skala sikap yang diberikan siswa dapat dilihat dalam Tabel 3.11 berikut. Tabel 3.11. Pedoman Penskoran Jawaban Pernyataan Sikap Ilmiah Jawaban Pernyataan Positif Sangat setuju (SS) Setuju (S) Tidak Tahu (TT) Tidak setuju (TS) Sangat tidak setuju (STS). Skor 5 4 3 2 1. Jawaban Pernyataan Negatif Sangat setuju (SS) Setuju (S) Tidak Tahu (TT) Tidak setuju (TS) Sangat tidak setuju (STS). Skor 1 2 3 4 5. (Ridwan, 2004) Langkah-langkah penyusunan skala sikap ilmiah siswa (Natawidjaja dalam Linda, 2008) adalah sebagai berikut:.

(19) 51. a.. Menentukan indikator pernyataan sikap ilmiah. Aspek yang ditelaah meliputi rasa ingin tahu, mengutamakan bukti, bersikap skeptis, mau menerima perbedaan, dapat bekerjasama, bersikap positif terhadap kegagalan.. b.. Menyusun pernyataan berdasarkan indikator, masing-masing pernyataan memiliki kecenderungan positip atau negatif.. c.. Konsultasi dengan pembimbing, untuk mendapatkan validasi isi, menelaah kesesuaian indikator dengan butir pernyataan.. d.. Melakukan uji coba terhadap pernyataan yang telah disusun. Uji coba pernyataan sikap ilmiah ini diberikan kepada kelas IX di SMP Negeri 1 Gegerbitung Kabupaten Sukabumi.. e.. Menganalisis hasil uji coba untuk membakukan skalanya, sehingga skala dapat berharga 4-3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan 0-1-2-3-4 untuk setiap pernyataan negatif. Berdasarkan hasil ujicoba, dari 45 pernyataan sikap yang telah disusun, terdapat 20 pernyataan yang valid dan memenuhi kriteria skala 4-3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan skala 0-1-2-3-4 untuk setiap pernyataan negatif. Bobot skor yang telah dibakukan selanjutnya digunakan sebagai pedoman penyekoran pernyataan sikap ilmiah hasil penelitian. Untuk menetapkan bobot skor setiap alternatif jawaban pernyataan dilakukan dalam beberapa tahapan (Sumarno, 1988) yaitu: 1) Menentukan frekuensi untuk setiap alternatif jawaban 2) Menghitung proporsi (p) dengan cara membagi setiap frekuensi dengan jumlah responden. 3) Menghitung. proporsi. kumulatif/cumulative. (cp1=p1, cp2=cp1+p2, cp3= cp2+p3, cp4=cp3+p4).. propotion. (cp),.

(20) 52. 4) Menghitung nilai tengah proporsi kumulatif / mean cumulative propotion (mcp). Dengan:. mcp 1 = ½ cp1 mcp 2 = ½ (cp1+cp2) mcp 3 = ½ (cp2+cp3) mcp 4 = ½ (cp3+cp4). 5) Menentukan nilai z berdasarkan mcp yang telah diketahui dengan menggunakan tabel distribusi normal. 6) Menghitung nilai z+ nilai mutlak. Nilai mutlak diperolah dari nilai z yang paling rendah nilainya. 7) Membulatkan nilai z+ nilai mutlak. f.. Menentukan daya pembeda setiap pernyataan. Untuk menentukan daya pembeda setiap butir pernyataan dilakukan dalam beberapa tahapan berikut: 1) Menyusun skor skala sikap subjek yang telah diurutkan dari nilai tertinggi hingga nilai terendah. 2) Memilih siswa yang termasuk kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 27 %. 3) Menentukan nilai thitung, dengan rumus:. thitung. =. )* )+. / *  0∑-+ ./ +  ∑-* ., 11.. ∑2  )2 3 = ∑ 23 -. . ∑ *. .

(21) 53. ∑4  )4 3= ∑ 43 -. . ∑ +. . (Sumarno, 1988). Keterangan:. )2 = Rata-rata kelompok atas. )4 = Rata-rata kelompok bawah n g.. = Banyak subyek. Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel, jika thitung > ttabel maka pernyataan tersebut mempunyai daya pembeda dan valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian.. h.. Menguji reliabilitas seluruh pernyataan skala sikap, dengan menggunakan rumus alpha berikut: 6. r11 = 56  7 51 . ∑ 89 8. 7. Keterangan: r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir soal atau pernyataan ∑ :;3 = Jumlah varians butir :3 = Varians total (Arikunto, 2009). Hasil perhitungan validitas pernyataan sikap ilmiah disajikan dalam tabel. 3.12 berikut..

(22) 54. Tabel 3.12. Validitas Pernyataan Sikap Ilmiah Siswa terhadap Pembelajaran No. Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20. thitung. ttabel. Validitas. Keterangan. 5,31 2,60 4,00 3,30 3,10 2,42 1,74 6,70 2,37 2,33 2.60 5,00 2,70 4,60 3,78 4,00 3,30 1,85 4,55 1,75. 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid. Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai. Reliabilitas pernyataan sikap ilmiah secara keseluruhan 0,68 artinya cukup/sedang. Komposisi pernyataan sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan dalam Tabel 3.13 berikut: Tabel 3.13. Komposisi Pernyataan Sikap Ilmiah No. Indikator Sikap Ilmiah. 1. 2. 3.. Rasa ingin tahu Mengutamakan bukti Bersikap skeptis Mau menerima perbedaan Dapat bekerja sama. 4. 5. 6.. Bersikap positif terhadap kegagalan Jumlah. Jumlah Pernyataan 2 4 2. No Positif 1,2 3,4,5,6 7,8. 4. 9,11,12. 4 4 20. 13,14, 15 17,18, 20. Pernyataan Sikap No Jumlah Negatif 2 4 2 -. Jumlah -. 3. 10. 1. 3. 16. 1. 19. 1. 17. 3.

(23) 55. 3. Instrumen PeerAssessment (Penilaian antar kawan) Instrumen yang digunakan dalam pembelajaran berbasis praktikum ini adalah pembuatan Brosur HPT yang akan dinilai oleh siswa dan dibandingkan dengan penilaian yang dilakukan oleh guru. Komponen pembuatan Brosur HPT adalah sebagai berikut: a. Anatomi Dasar: Apa sajakah bagian-bagian tubuh (morfologi) dasar hama tersebut? b. Siklus Hidup atau cara berkembang biak: Bagaimana hama tersebut berkembang biak atau seperti apa siklus hidupnya? c. Habitat : Di manakah hama tersebut hidup? d. Rantai Makanan : Di manakah keberadaan hama tersebut pada rantai makanan dan apa peran mereka dalam lingkungan? e. Species Lokal : Apa nama spesies lokal lainnya? f. Ciri-ciri. tumbuhan yang diserang hama : Bagaimanakah ciri-ciri. tumbuhan yang diserang hama tersebut? g. Pengendalian Hama:Bagaimanakah cara-cara pengendalian/pemberantasan hama tersebut? h. Tulisan, kerapihan, dan tampilan Brosur. Selanjutnya hasil Brosur dinilai dengan panduan rubrik peer assessment yang selengkapnya bisa dilihat pada Lampiran C. 4. Kuesioner Siswa Kuesioner digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum dan penerapan peer assessment..

(24) 56. Kuesioner hanya diberikan pada kelas eksperimen setelah seluruh materi Hama dan penyakit tumbuhan dipelajari. Teknik pengolahan data angket dengan menggunakan persentase jumlah tanggapan siswa.. 5. Wawancara Wawancara. dilakukan. untuk. mengetahui. pendapat. guru. tentang. pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan peer assessment, meliputi hal-hal yang berkaitan dengan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran tersebut.. E. Teknik Pengolahan Data Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu secara kuantitatif dan secara kualitatif. Analisis data secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah setelah pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan peer assessment. 1. Analisis Data Kuantitatif Data utama yang dipakai untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah adalah data hasil tes awal maupun tes akhir. Data tersebut dianalisis untuk melihat skor hasil tes. Selanjutnya hasil tes tersebut dihitung rataratanya. Serta menghitung N-gain antara tes awal dan tes akhir. Untuk menghitung N-gain dapat digunakan rumus Hake (Meltzer, 2002).. N-gain =. S post − S pre S maks − S pre. Keterangan: Spost = Skor postest Spre = Skor pretest Smaks = Skor maksimum ideal.

(25) 57. Kriteria perolehan skor N-Gain dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut. Tabel 3. 14. Kategori Perolehan Skor N-Gain Batasan Kategori g > 0,7 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang g ≤ 0,3 Rendah. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Software Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for windows versi 17.0. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas distribusi data dan homogenitas varians data kedua kelompok. Pengujian normalitas distribusi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov-Smirnov (KS-21) pada program SPSS versi 17, sedangkan uji homogenitas varians data dilakukan dengan Levene Test. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Hipotesis yang diuji: Ho : <=  <6 H1 : <= > <6 Jika sebaran data normal dan homogen dan jumlah sampel ≥ 30 maka uji statistik yang dipakai adalah uji Z. Hal ini sesuai dengan Boediono dan Koster (2004) yang menyatakan bahwa bila banyaknya sampel n1 ≥ 30 dan n2 ≥ 30, maka. /  X / 3 tersebut mempunyai distribusi distribusi sampel beda dua rata-rata X normal sehingga menggunakan uji statistik Z dengan rumus:.

(26) 58. Z=. / ! /  @ @. ! . . B B A ( . 1 1. C3 =.  ∑   ∑     . dan C33 =.  ∑   ∑     . Keterangan:. / = Skor rata-rata eksperimen X / X3 = Skor rata-rata kontrol C3 = Varians skor kelompok eksperimen C33 = Varians skor kelompok kontrol n = Jumlah subyek (Ruseffendi, 1998). Semua data berdistribusi normal, namun terdapat salah satu kelompok data yang tidak homogen, sehingga pengujian perbedaan dua rata-rata digunakan uji statistik non parametrik pengganti uji-z yaitu uji statistik Mann-Whitney. Sedangkan untuk uji korelasi antara nilai peer dan nilai guru dalam peer assessment dilakukan melalui uji korelasi bivarians dengan menggunakan Software Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for windows versi 17.0. 2. Pengolahan Data Kualitatif Analisis data secara kualitatif dilakukan terhadap hasil kuesioner siswa dan hasil penilaian Brosur HPT. Data tersebut disajikan dalam bentuk persentase untuk mengetahui kecenderungan jawaban siswa secara keseluruhan. Data hasil wawancara terhadap guru disajikan secara deskriptif selanjutnya digunakan untuk menarik kesimpulan tentang ada tidaknya pandangan yang positif terhadap pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan peer assessment..

(27)

Referensi

Dokumen terkait

pemantauan secara rutin setiap hari saat kegiatan usaha soto sedang berjalan, sehingga pemilik bisa langsung menanggapi keinginan dari pelanggan baik dalam penyajian

Berdasarkan pengujian hipotesis yang menyatakan DPK, Profit, NPF, Suku Bunga, dan Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Mudharabah dan Musyarakah secara bersama-sama berpengaruh

[r]

Desain penelitian yaitu tahapan yang akan dilakukan peneliti untuk.. mempermudah dalam melakukan

2.6 Sistem Pengahantaran Obat Mengapung (Floating Drug Delivery System) Sistem floating merupakan sistem dangan berat jenis rendah yang memiliki kemampuan cukup untuk

Berdasarkan hasil analisa peramalan penjualan Apikator dan Epoxy pada PT Alphatec Engindo pada bulan Mei 2006 dengan menggunakan Moving Average pada preiode 3 bulan, maka hasil

Hutan berperan sebagai fungsi utama dalam siklus Hidrologi yaitu pengatur tata air yang merupakan kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan, namun masyarakat

Perkawinan usia muda yang menjadi fenomena sekarang ini pada dasarnya.. merupakan satu siklus fenomena yang terulang dan tidak hanya terjadi