• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM PADA KONSUMEN ATAS KERUGIAN AKIBAT KERUSAKAN, KEHILANGAN ATAU KETERLAMBATAN PENGIRIMAN PAKET BARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM PADA KONSUMEN ATAS KERUGIAN AKIBAT KERUSAKAN, KEHILANGAN ATAU KETERLAMBATAN PENGIRIMAN PAKET BARANG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 PERLINDUNGAN HUKUM PADA KONSUMEN ATAS KERUGIAN AKIBAT KERUSAKAN, KEHILANGAN ATAU KETERLAMBATAN

PENGIRIMAN PAKET BARANG (Studi Kasus Pada Kantor Pos Di Kota Palu)

IKRIMA SABRI / D 101 12 076 PEMBIMBING

I. H. Muh. Rusli Ayub, S.H., M.H. II. Hj. Rosnani Lakunna, S.H., M.H.

ABSTRAK

PT. Pos Indonesia (Persero) merupakan sebuah badan hukum yang bergerak dibidang layanan pos. Adapun layanan yang diberikan oleh PT. Pos Indonesia (persero) dalam Pasal 1 Undang-Undang No 38 Tahun 2009 Tentang Pos merumuskan bahwa; pos adalah layanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan paket, layanan logistic, layanan transaksi keuangan, dan layanan keagenan pos untuk kepentingan umum. Rumusan masalah dari penulisan karya tulis ini yaitu Bagaimana upaya Kantor Pos Cabang Kota Palu memberikan perlindungan hukum pada konsumen yang merasa dirugikan terhadap terjadinya kerusakan, kehilangan atau keterlambatan dalam pengiriman paket barang dan bagaimana bentuk tanggung jawab Kantor Pos Cabang Kota Palu terhadap terjadinya kerusakan, kehilangan atau keterlambatan pengiriman paket barang.

Karya tulis ilmiah ini dapat disimpulkan bahwa: Untuk PT Pos Indonesia (Persero) Cabang Kota Palu ialah Petugas loket pos cabang kota palu dalam menangani adanya complain masalah keterlambatan pengiriman harus memberikan informasi kepada konsumen mengenai keterlambatan barang yang dikirim dan juga Pihak Kantor Pos Cabang Kota Palu harus lebih teliti dan berhati-hati terhadap barang yang akan di kirim. Dan Saran untuk konsumen PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Kota Palu ialah Konsumen apabila mengalami kerugian terhadap barang kirimannya sebaiknya meminta ganti rugi sesuai dengan haknya. Dan Konsumen apabila ingin menuntut ganti rugi kepada pihak Kantor Pos Cabang Kota Palu sebaiknya membawa bukti pembayaran dan bukti pengiriman terhadap barang kirimannya seperti resi (alat bukti pengiriman) dan faktur (alat bukti pembayaran).

(2)

2 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengingat kebutuhan manusia yang semakin hari semakin bertambah, menjadikan hukum sebagai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Hal ini Tak bisa di pungkiri, sehingga membuka peluang usaha yang sangat besar bagi masyarakat. Adapun salah satu layanan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah layanan pengiriman yang mana ketidak terjangkauannya kebutuhan dalam jarak dekat sehingga membutuhkan berbagai layanan untuk menunjangnya. Adapun badan usaha Yang membuka jasa di bidang layanan ini seperti PT. Pos Indonesia (Persero).

PT. Pos Indonesia (Persero) merupakan sebuah badan hukum yang bergerak dibidang layanan pos. PT. Pos Indonesia (Persero) Ini memiliki keunggulan yang lebih, yaitu dari segi wilayah jangkauan layanannya dan segi keberadaan lokasinya. Dari segi wilayah jangkauan layanannya PT. Pos Indonesia (Persero) Jangkauannya

sangatlah luas hingga mencapai daerah-daerah terpencil. Selain itu juga dilihat dari keberadaan lokasinya, maka untuk menjumpai PT. Pos Indonesia (Persero) bukanlah menjadi hal yang sulit untuk dicari, karena hampir disetiap kecamatan sudah terdapat kantor pos, sehingga membuat para konsumen masih seringkali menggunakan layanan jasa pos dalam memenuhi kebutuhannya karena dianggap lebih mudah. Dalam setiap transaksi tentu di dalamnya terkandung sebuah perikatan bagi pihak yang melakukan transaksi tersebut. Dalam hal ini, setiap transaksi haruslah mengandung manfaat bagi pihak-pihak yang membuatnya. Hal ini selaras dengan asas itikad baik yaitu pihak-pihak yang melakukan perjanjian haruslah melakukannya dengan itikad baik dengan tidak menganggu hak dan kewajiban pihak lain, yang dalam hal ini tidak terlepas dari transaksi yang dilakukan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) dengan pengguna jasa pos yang dalam

(3)

3 bertransaksi keduanya haruslah

saling menguntungkan dan tidak boleh ada yang merasa dirugikan oleh salah satu pihak, karena ketika ada yang merasa di rugikan oleh salah satu pihak hal ini berarti terdapat salah satu pihak yang melanggar dari hak pihak lain. Realitanya dalam penyelengaraan jasa pos sering kali terjadi wanprestasi. Adapun bentuk wanprstasi yang sering terjadi dalam penyelengaraan jasa pos seperti misalnya rusaknya barang pengiriman, hilangnya barang pada saat sebelum sampai pada penerima barang, dan keterlambatan pengiriman barang.

Mengenai hal ini tentunya tidak lepas dari penyelenggaraan jasa pos yang dilakukan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Kota Palu dalam penyelengaraannya pernah mengalami hilang atau rusak pengiriman hingga keterlambatan barang yang bahkan hal ini kerap kali terjadi.

Menurut Yahya harahap wanprestasi yaitu;

“sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya

atau dilakukan tidak menurut selayaknya, sehingga menimbulkan keharusan bagi pihak debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi (schadevergoending), atau dengan adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak yang lain dapat menuntut pembatalan perjanjian.’1

Adanya wanprestasi inilah menimbulkan kerugian yang terjadi pada pengguna jasa pos sebagai konsumen pengguna jasa. Namun mirisnya konsumen yang dalam artian penggunaan jasa pos ini seringkali diam saja ketika haknya tidak terpenuhi, cenderung dari mereka justru membiarkannya saja padahal sebagai konsumen mereka memiliki hak untuk dilindungi. Oleh karena itu mengingat konsumen merupakan pihak yang lemah perlu didalamnya ada aturan yang mengatur untuk memberikan perlindungan pada konsumen. Apalagi dalam penyelengaraan jasa pos ini sangat rawan sekali terjadi

1

M,Yahya Harahap, Segi-segi Hukum

(4)

4 resiko yang tidak di inginkan yang

disebabkan oleh banyak faktor yang dapat menyebabkan konsumen terancam akan tidak terpenuhinya haknya sehingga konsumen merasa dirugikan.

Hal tersebut tentunya berkaitan erat dengan rendahnya pendidikan konsumen. Jika dilihat lebih lanjut, konsumen ternyata hanya diharapkan pada persoalan lemahnya kesadaran dan ketidak mengertian (pendidikan) mereka terhadap hak-haknya sebagai konsumen. Hak-hak yang dimaksud, misalnya bahwa konsumen ternyata tidak memiliki posisi tawar (bargaining position) yang berimbang dengan pihak pelaku usaha. Hal ini terlihat sekali pada perjanjian baku yang tidak informatif dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.2

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis mengenai “Perlindungan Hukum Pada Konsumen Atas Kerugian Akibat Mengalami Kerusakan, Kehilangan

2

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,

Hukum Tetang Perlindungan Konsumen,

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003. Hlm. 4.

Atau Keterlambatan Pengiriman Paket Barang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis merumuskan permasalahan unutk dikaji lebih rinci. Adapun beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana upaya Kantor Pos Cabang Kota Palu memberikan perlindungan hukum pada konsumen yang merasa dirugikan terhadap terjadinya kerusakan, kehilangan atau keterlambatan dalam pengiriman paket barang.?

2. Bagaimana bentuk tanggung jawab Kantor Pos Cabang Kota Palu terhadap terjadinya kerusakan, kehilangan atau keterlambatan pengiriman paket barang.?

(5)

5 II. PEMBAHASAN

A. Upaya Kantor Pos Cabang

Kota Palu Memberikan

Perlindungan Hukum Pada

Konsumen Yang Merasa

Dirugikan Terhadap Terjadinya Kerusakan, Kehilangan Atau Keterlambatan Dalam Pengiriman Paket Barang.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Berdasarkan teori-teori hukum, konsumen sebagai pihak yang dirugikan diberikan hak untuk meminta ganti kerugian kepada pelaku usaha. Bentuk perlindungan hukum mengacu pada peraturan perundang undangan yaitu Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos, dimana undang-undang tersebut memberikan bentuk perlindungan hukum diantaranya adalah menjaga kerahasiaan, keamanan, dan keselamatan kiriman. Ganti rugi akan diberikan pihak Pos jika dalam melaksanakan

pelayanannya terjadi kesalahan dan kelalaian

Undang-Undang Perlindungan Konsumen sebagai suatu hukum perlindungan konsumen merupakan bagian khusus dari hukum konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk (barang dan/atau jasa) konsumen antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan masyarakat.” 3

Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga akan berperan dalam memberikan perlindungan terhadap konsumen yang dirugikan. Tidak hanya dalam satu bidang atau aspek saja, melainkan secara keseluruhan. Sebab, selain memberikan pengaturan perlindungan konsumen secara keseluruhan atau umum, Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga berperan untuk memberikan perlindungan konsumen terhadap perjanjian yang bersangkutan. Dengan demikian

3 Az. Nasution, Hukum Perlindungan

Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta :

(6)

6 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen sebagai ketentuan khusus akan diberlakukan bagi para pihak, apabila ada ketentuan-ketentuan atau hal-hal yang tidak atau belum diatur dalam perjanjian bersangkutan yang dapat menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu sendiri.4

a. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001 Tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional juga memberikan defenisi perlindungan konsumen, yaitu segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 5 Oleh karena itu,

4

Janus Sidabolok, Hukum Perlindungan

Konsumen di Indonesia. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2010. hlm. 6.

5

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tentang Badan

berbicara tentang perlindungan konsumen berarti mempersoalkan jaminan atau kepastian tentang terpenuhinya hak-hak konsumen. Hak-hak konsumen sebagai pengguna Jasa Pos yang terdapat di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut:6

1. hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; 3. hak atas informasi yang benar,

jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa yang digunakan;

Perlindungan Konsumen Nasional, Pasal 1.

6

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 4.

(7)

7 5. hak untuk mendapatkan advokasi,

perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

7. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian, apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; 8. hak-hak yang diatur dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Adanya hak-hak pengguna jasa tersebut di atas, membebankan kewajiban-kewajiban PT. Pos Indonesia (Persero) sebagai penyelenggara jasa Pos yang terdapat di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen sebagai berikut :7

1. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

7

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 7.

2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; 3. memperlakukan atau melayani

konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen juga memberikan perlindungan dari segi hukum yaitu dijaminnya kebebasan konsumen untuk melakukan penuntutan jika konsumen merasa kurang puas atas terjadinya kerugian. Menurut Abdul Halim Barkatulah juga sebagaimana menyatakan Bahwa; “Apabila seorang pengguna jasa Agen Pos selaku konsumen merasa telah dirugikan akibat kelalaian dari jasa Pos, konsumen dapat meminta ganti rugi atas kerugian yang dideritanya tersebut dimana pada umumnya konsumen terlebih dahulu akan

(8)

8 mengajukan klaim kepada pihak

kantor Pos”.8

Adapun bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak pos cabang Kota Palu disini adalah pihak pos memberikan kesempatan pada konsumen melakukan complain atau pihak pos memberikan hak pada konsumen untuk mengatakan keluhannya. Sebagaimana yang di kemukakan oleh ibu Sry Hartati Konsumen Pengguna Jasa Pos mengatakan bahwa; ”ketika ada barang yang hilang, rusak atau terlambat bisa langsung ke kantor pos ini dan hanya perlu menunjukan bukti pembayaran atau bukti pengiriman kepada Pihak Pos”9

Adanya bukti transaksi ini pun bisa di jadikan sebagai alat untuk memberikan perlindungan bagi pengguna jasa pos, karena ketika di kemudian hari terdapat hal-hal yang tidak di inginkan bukti pembayaran menjadi sarana untuk mengajukan

8

Abdul Halim Barkatulah, Hukum

Perlindungan Konsumen (Kajian Teoretis dan Perkembangan Pemikiran, Bandung:

Nusa Media, 2008. hlm. 7.

9 Sry Hartati konsumen pengguna jasa pos

cabang kota palu hasil wawancara selasa, 9 mei 2017

ganti rugi atau untuk mendapatkan tanggung jawab dari pihak pos.

Hal ini juga ditegaskan oleh Pak Johan Tandi Batu (Kepala Bagian Pelayanan Kantor Pos Cabang Kota Palu) mengatakan bahwa: “kantor Pos Memberikan Perlindungan hukum dengan menyuruh konsumen datang langsung ke kantor pos dengan menunjukkan bukti tanda pengiriman, nanti pihak kantor pos akan mengecek, misalnya terlambat atau belum sampai nanti pihak kantor pos akan cek, karna pihak kantor pos mempunyai web khusus yang bisa melacak posisi kiriman sudah sampai dimana dan siapa kurir yang mengantar paket kiriman tersebut, nanti semua data kiriman dan data kurir pos yang mengantar paket barang konsumen akan muncul di web khusus masing masing kurir pengantar kantor pos palu, dan nanti akan di cek kenapa sampai terlambat atau misalnya dia hilang pihak kantor pos tetap memberikan jaminan

(9)

9 tanggungan atau ganti rugi kepada

konsumen merasa di rugikan”.10

Akan Tetapi Klaim yang diajukan konsumen yang ditujukan kepada pihak Pos tidak serta merta dapat diterima begitu saja oleh jasa Pos. Bilamana setelah melalui proses penelusuran atau investigasi yang dilakukan, ternyata pihak Pos dinyatakan lalai dalam melaksanakan kewajibannya, barulah konsumen segera dapat menuntut ganti rugi, dalam arti Jasa Agen Pos harus menanggung kerugian yang timbul

karena wanprestasi tersebut. 11 Hal serupa dikemukakan

juga oleh Hamka Muzakir konsumen yang mengeluhkan/ complain selaku pengguna jasa pos mengatakan bahwa: “pelayanan pos palu masih kurang maksimal, dari saya pribadi mengatakan pegawai sudah melakukan yang terbaik cuma sistemnya masih kurang baik tadi saya barusan abis cek barang saya itu sejenis baterai di kirim dari tanggal

10

Johan Tandi Batu (Kepala Bagian Pelayanan Kantor Pos Cabang Kota Palu), hasil wawancara senin, 8 Mei 2017

11

Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

hlm. 9.

26 april terus sekarang tanggal 9 mei itu barang belum tiba, ternyata setelah saya cek di tempat penerimaan barang di kantor pos cabang kota palu sini. Pihak Pos bilang itu barang kena gagal X Rey, jadi menurut saya itu kurang baik, karna konsumen itukan mengharapkan pengiriman sesuai dengan jadwal tapi Pihak Pos yang diluar kota palu sana ketika ada pengiriman baterai seharusnya mereka beritahu dibagian udaranya itu dilarang, akhirnya baterai melalui jalur laut dan sampai sekarang sudah 2 minggu lebih itu barang saya belum juga sampai di kota palu.”12

B. Bentuk Tanggung Jawab Yang Diberikan Oleh Kantor Pos Cabang Kota Palu Terhadap Terjadinya Kerusakan, KehilanganAtau Keterlambatan Pengiriman Paket Barang.

Setiap transaksi tentunya tidak pernah terlepas dengan adanya resiko, baik dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja. Untuk

12 Hamkan Muzakir konsumen pengguna

jasa pos hasil wawancara selasa, l 9 mei 2017

(10)

10 memberikan perlindungan dengan

adanya resiko ini maka diperlukan tanggung jawab. Tanggung jawab adalah sesuatu yang timbul karena adanya hubungan hukum sehingga menimbulkan adanya hak dan kewajiban bagi pihak-pihak yang terkait. Adapun macam-macam tanggung jawab ini antara lain: 1) Prinsip Tanggung Jawab

Berdasarkan Kesalahan Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan hukum perdata. Teori murni dalam prinsip tanggung jawab berdasarkan kelalaian adalah suatu tanggung jawab yang didasarkan pada adanya unsur kesalahan dan hubungan kontrak.

2) Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Wanprestasi Tanggung jawab produsen yang dikenal dengan wanprestasi adalah tanggung jawab berdasarksan kontrak. Dengan demikian ketika suatu produk rusak dan

mengakibatkan kerugian konsumen, biasanya pertama-tama melihat isi dari kontrak perjanjian atau jaminan yang merupakan bagian dari kontrak baik tertulis maupun lisan 3) Prinsip Tanggung Jawab Mutlak

Prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum perlindungan konsumen secara umum digunakan untuk menjerat pelaku usaha, khusunya produsen barang, yang memasarkan produknya yang merugikan konsumen. Melihat dari beberapa bentuk tanggung jawab di atas, maka hal t ersebut dapat juga digunakan pihak pos cabang kota palu dalam tanggung jawabnya kepada konsumen yang dirugikan.

1. Mengenai prinsip tanggung jawab berdasarkan kelalaian atau kesalahan harapkan apabila pihak pos dalam menyelenggarakan jasanya mengalami kelalaian sehingga dapat membuat barang kiriman rusak, maka pihak pos haruslah bertanggung jawab meskipun hal ini dilakukan tanpa

(11)

11 disengaja. Namun karena ia

lalai maka ia memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab, selain itu juga kelalaian yang ia lakukan dikarenakan kurangnya kehati-hatian dalam menjaga keamanan dan keselamatan barang.

2. Prinsip tanggung jawab berdasarkan wanprestasi, ketika membahas mengenai wanprestasi tentunya didalamnya terdapat sebuah perjanjian dan apa yang dilakukan oleh pihak pos dan konsumen jasa pos ini dapat diartikan dengan perjanjian karena penggunaan jasa ini terdapat kesepakatan yang telah dibuat oleh pihak pos dan konsumen terhadap jasa apa yang ia gunakan, yang dapat menentukan hak dan kewajiban bagi pihak pos dan konsumen jasa pos. Ketika dalam penyelenggaraannya lalu dikemudian hari tidak sesuai dengan yang sudah disepakati diawal maka pihak pengguna jasa pos berhak meminta tanggung jawab kepada pihak

pos untuk memberikan ganti rugi dikarenakan pihak pos telah wanprestasi.

3. Prinsip tanggung jawab mutlak, prinsip ini ketika diterapkan dalam penyelenggaraan jasa pos maka ketika konsumen jasa pos merasa dirugikan maka pihak pos haruslah bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh konsumennya tanpa adanya syarat baik disengaja maupun tidak disengaja.13

Pasal 4 Ayat 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dinyatakan bahwa konsumen mempunyai “Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.14 Sedangkan dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos disebutkan bahwa “Penyelenggara

13 Pos Indonesia, 2013, “Syarat Ganti Rugi

Agenpos,” Serial Online Februari, http://agenposindonesia.blogspot.com/20 15_02_01_archive.html Diuduh 1 juni

2017 pukul 15:27.

14

Pasal 4 Ayat 8 Undang -Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

(12)

12 pos wajib memberikan ganti rugi atas

kerugian yang dialami oleh pengguna layanan pos akibat kelalaian dan/atau kesalahan penyelenggara pos”.15

Adanya landasan tersebut di atas tentu semakin menguatkan PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Kota Palu, bahwa sebagai pelaku usaha wajib untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen yang merasa dirugikan oleh PT. Pos Indonesia (Persero). Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos sebagaimana yang dikemukakan diatas, maka konsumen PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Kota Palu sebenarnya berhak untuk mendapatkan ganti rugi disaat mereka kehilangan kiriman yang telah dikirim, kerusakan isi paket, keterlambatan kiriman, serta ketidaksesuaian antara barang yang dikirim dan yang diterima. Selain itu didalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos juga dijelaskan bahwa PT Pos Indonesia (Persero) akan memberikan ganti rugi akibat kelalaian yang dilakukan oleh

15

Pasal 30 Undang - Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos

penyelenggara pos, dan mengenai besarnya ganti rugi tergantung dari kesepakatan antara pengguna layanan pos dengan penyelenggaraan pos.16

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen didalam Pasal 4 huruf h dinyatakan bahwa “konsumen memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Jika konsumen merasakan kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa yang dikonsumsinya tidak sesuai dengan nilai tukar yang diberikannya, ia berhak mendapatkan ganti kerugian yang pantas, dengan jumlah ganti kerugian yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau atas dasar kesepakatan kedua belah pihak. 17 Selain itu, dalam Pasal 7 huruf g Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

16

Pasal 31 Undang - Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos

17

Celine Tri Siwi Kristiyanti, Hukum

Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar

(13)

13 Konsumen juga menjelaskan bahwa

pelaku usaha berkewajiban untuk memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.”18

Kemudian dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindugan Konsumen juga menyebutkan pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan dan kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.19

Kondisi ini sebagaimana dikemukakan diatas, dalam hal ketentuan pemberian ganti rugi tersebut, PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Kota Palu akan memberikan ganti rugi kepada konsumennya apabila hal tersebut disebabkan karena kelalaian penyelenggara pos, akan tetapi PT Pos Indonesia (Persero) Cabang kota Palu tidak bertanggung jawab untuk

18

Pasal 7 huruf g Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

19

Pasal 19 Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindugan Konsumen

memberikan ganti rugi atas kiriman yang diakibatkan oleh :

a. Kerugian atau kerusakan yang disebabkan unsur kesengajaan oleh pengirim

b. Isi kiriman yang tidak sesuai dengan pernyataan tertulis dihalaman muka model ini c. Semua risiko teknis yang terjadi

selama dalam pengangkutan yang menyebabkan barang yang dikirim tidak berfungsi atau berubah fungsinya baik yang menyangkut mesin atau sejenisnya maupun barang-barang elektronik lainnya: handphone, kamera, radio/tape, dll yang sejenis.

d. Kerugian atau kerusakan sebagai akibat oksidasi, kontaminasi polusi dan reaksi nuklir.

e. Kerugian atau kerusakan sebagai force majeure akibat seperti bencana alam, perang, huru hara, aksi melawanpemerintah, pemberontakan, perebutan kekuasaan, atau penyitaan oleh penguasa setempat.

f. Kerugian tidak langsung atau untuk keuntungan yang tidak jadi diperoleh, yang disebabkan

(14)

14 oleh kekeliruan dalam

penyelenggaraan pos.

III. PENUTUP A. Kesimpulan

Dari analisa yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya, dalam rangka menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan diuraikan beberapa hal yang merupakan kesimpulan dari hasil penulisan, yaitu :

1. dapat di ambil kesimpulan bahwa upaya Kantor Pos Cabang Kota Palu dalam memberikan perlindungan hukum pada konsumen yang merasa di rugikan terhadap terjadinya kerusakan, kehilangan atau keterlambatan dalam pengiriman paket barang cukup terlindungi. Adapun bentuk perindungan yang di berikan oleh pihak Pos Cabang Kota Palu adalah memberikan perlindungan dengan menjaga kerahasiaan dan keselamatan barang kiriman, memberikan kesempatan pada konsumen melakukan complain atau pihak pos memberikan hak pada konsumen untuk

mengatakan keluhannya, membayar ganti rugi kepada konsumen apabila adanya kehilangan kiriman, kerusaakan isi paket dan keterlambatan kiriman yang di akibatkan oleh pihak Pos Cabang Kota Palu. 2. Bentuk Tanggung Jawab Yang

Diberikan Oleh Kantor Pos Cabang Kota Palu Terhadap Terjadinya Kerusakan, Kehilangan Atau Keterlambatan Pengiriman Paket Barang adalah pihak pos bertanggung jawab jika ada Complain dari konsumen, karena sudah ada Sistem Operasional Prosedurnya (SOP). pertanggung jawaban dilaksanakan jika konsumen melaporkan keluhannya ke Kantor Pos Cabang Palu dan telah memenuhi prosedur pengajuan Complain sesuai dengan Sistem Operasional Prosedur (SOP). Namun, pertanggung jawaban akan terhambat diberikan oleh pihak Pos jika konsumen yang merasa dirugikan tidak sesegera mungkin melaporkan

(15)

15 permasalahannya kepada Pihak

Pos Palu. B. Saran

1. Saran untuk PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Kota Palu Petugas loket pos cabang kota palu dalam menangani adanya complain masalah keterlambatan pengiriman harus memberikan informasi kepada konsumen mengenai keterlambatan barang yang dikirim

2. Saran untuk konsumen PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Kota Palu Konsumen apabila ingin menuntut ganti rugi kepada pihak Kantor Pos Cabang Kota Palu sebaiknya membawa bukti pembayaran dan bukti pengiriman terhadap barang kirimannya seperti resi (alat bukti pengiriman) dan faktur (alat bukti pembayaran).

(16)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen , Kajian Teoretis dan Perkembangan Pemikiran, Bandung: Nusa Media, 2008.

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta: Diadit Media, 2001

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2003, Hukum Tetang Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003

Janus Sidabolok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010

M,Yahya Harahap,Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1982

B. Undang-Undang

Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42.)

Undang - Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 146.)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional

(17)

Biodata

Nama : Ikrima Sabri

TTL : Palu, 3 Januari 1992

Alamat : Jl. Lengaru No. 8b

Email : ikrimasabri644@yahoo.com

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan , Implementasi dan evaluasi Corporate Social Responsibility (CSR) PDAM Tirta Merapi Kabupaten Klaten

Jika didefinisikan sebagai arus lalu- lintas yang mengalir keluar meninggalkan link dalam satuan kendaraan/satuan waktu, sebagai arus lalu-lintas yang mengalir masuk link

Untuk keperluan uji aerodinamika di terowongan angin, LAGG telah mengembangkan satu sistem pengukuran aliran turbulen, yang terdiri dari software sistem akuisisi dan pengolahan

Sedangkan pada histologi ginjal tampak bahwa perlakuan porang yang berasal dari Sumber Baru dan Sumber Bendo menunjukkan adanya.. kerusakan sel hepar sekitar 25

Fungsi yang menyangkut kekebalan (Immunity). Darah mentransport lekosit, antibodi dan substansi protektif lainnya. Fungsi yang menyangkut korelasi hormonal. Darah

Perlindungan konsumen atas kerugian pelayanan dan kenaikan biaya indihome yaitu bahwa konsumen belum sepenuhnya mendapatkan perlindungan hukum, karena PT.Telkom Kota

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan asam sulfat terhadap pematahan dormansi biji sengon