• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESCRIPTION OF PLAQUE SCORES ON STUDENTS WHO CONSUME FRIED FOOD IN CANTEEN OF SMP MUHAMMADIYAH I GODEAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESCRIPTION OF PLAQUE SCORES ON STUDENTS WHO CONSUME FRIED FOOD IN CANTEEN OF SMP MUHAMMADIYAH I GODEAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DESCRIPTION OF PLAQUE SCORES ON STUDENTS WHO CONSUME FRIED FOOD IN CANTEEN OF SMP MUHAMMADIYAH I GODEAN

1) 2) 3)

Febri Rushinta , Quroti A'yun , Sutrisno 1,2,3)

Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Kyai Mojo No.56 Pingit, Yogyakarta, 55243

Email : [email protected]

ABSTRACT

Background: Some problems often found in the mouth are caries, calculus, gingival inflammation and periodontitis. According to scientist, those diseases are caused by the same factor, plaque. Dental diseases are caused by high consumption of sugar, cariogenic foods and the other nutritious foods such as fat, carbohydrate and protein which are attached to the teeth. One of the cariogenic foods is fried food.

Purpose: To know the description of plaque scores on students who consume fried food in canteen of SMP Muhammadiyah I Godean. Method:This is a descriptive research with

cross-sectional design. Population in this research was

students of class VII. Sample in this research was 35 students of class VII D who consumed fried food in the school canteen.

Result: Based on the research, most students who consumed tempe had the average plaque score with the total number of 5 students (14,3%), while 14 students had consumed batagor (40%). Most students who consumed batagor and tempe were 13 years old.

Conclusion: Plaque score of students who have consumed fried food in the school canteen are in the average criteria.

Key Words : plaque score, consuming fried food, student

ABSTRAK

Latar Belakang:Masalah yang sering didapati didalam mulut adalah karies gigi, karang gigi, radang gusi dan jaringan periodontal. Menurut para ahli penyakit tersebut disebabkan oleh penyebab yang sama yaitu plak gigi. Penyakit gigi disebabkan oleh tingginya konsumsi gula, makanan kariogenik dan bahan makanan bergizi lainnya seperti lemak, karbohidrat dan protein yang menempel pada gigi.Makanan kariogenik salah satunya yaitu makanan yang digoreng. Tujuan: Mengetahui gambaran skor plak pada siswa yang mengkonsumsi makanan yang digoreng di kantin sekolah SMP Muhammadiyah I Godean.

Metode:Penelitian bersifat Deskriptifsecara

cross sectional. Populasi pada penelitian ini

adalah siswa kelas VII.Sampel dalam penelitian i n i a d a l a h 3 5 s i s w a k e l a s V I I D y a n g mengkonsumsi makanan yang digoreng di kantin sekolah.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, siswa lebih banyak mengkonsumsi tempe dengan kriteria skor plak sedang berjumlah 5 (14,3%), sedangkan siswa yang mengkonsumsi batagor berjumlah 14 (40%). Siswa yang paling banyak mengkonsumsi tempe dan batagor berusia 13 tahun.

Kesimpulan: Skor plak pada siswa yang mengkonsumsi makanan yang digoreng di kantin sekolah pada umumnya berada pada kriteria sedang.

Kata Kunci : Skor Plak, Mengkonsumsi Makanan yang digoreng, Siswa

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan investasi untuk menunjang kualitas kehidupan yang lebih baik, termasuk didalamnya yaitu peningkatan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut mulai dari bayi saat lahir, balita, remaja, hingga dewasa sampai usia lanjut karena setiap orang pasti m e m b u t u h k a n g i g i d a n m u l u t n y a u n t u k mengunyah makanan sebagai asupan nutrisi didalam tubuhnya¹.

Masalah yang sering didapati didalam mulut adalah karies gigi, karang gigi, radang gusi dan jaringan periodontal. Menurut para ahli penyakit tersebut disebabkan oleh penyebab yang sama yaitu plak gigi. Apabila proses peradangan berlanjut, maka jaringan periodontal ini akan rusak sehingga akan kehilangan fungsinya sebagai penopang gigi. Gigi akan menjadi goyang dan lama-kelamaan akan lepas dari tempatnya. Plak adalah lapisan lengket yang merupakan kumpulan dari bakteri².

Penyakit gigi disebabkan oleh tingginya konsumsi gula dan bahan makanan bergizi lainnya seperti lemak, karbohidrat dan protein yang menempel pada gigi. Bahan-bahan makanan tersebut, selain disenangi manusia ternyata juga disenangi oleh bakteri pembusuk pada mulut kita. Anak-anak lebih menyukai dan sering mengkonsumsi makanan camilan,

(2)

permen, minuman ringan yang sifatnya kariogenik³.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Muhammadiyah I Godean yaitu siswa sering mengkonsumsi makanan yang digoreng di kantin sekolah. Kantin yang ada di sekolah menjual berbagai makanan ringan, salah satunya yaitu makanan yang digoreng dan dikombinasi dengan bumbu kacang seperti batagor, siomay dan makanan yang digoreng tanpa dikombinasi dengan bumbu kacang seperti tempe, tahu, ubi rambat, singkong, siomay. Dalam penelitian ini menggunakan responden tersebut karena siswa masih dalam masa tumbuh kembang, maka kesehatan gigi dan mulut harus diperhatikan

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat Deskriptif dengan 4 menggunakan rancangan Cross Sectional . P e n e l i t i a n i n i d i l a k s a n a k a n d i S M P Muhammadiyah I Godean. Populasi dalam

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

penelitian ini adalah siswa kelas VII yang mengkonsumsi makanan yang digoreng di kantin sekolah, sedangkan sampel dalam penelitian ini yaitu 35 siswa kelas VII D. Sampel yang diambil dalam penelitian ini mempunyai kriteria. Kriteria Inklusi dan Eksklusi, kriteria inklusi yaitu gigi berjejal, tidak dalam perawatan orthodontic, gigi permanen, memiliki gigi indeks yang sehat, dan bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi yaitu siswa yang tidak setuju menjadi responden.

Penelitian ini dilaksanakan dengan cara m e n g u k u r s k o r p l a k s i s w a k e m u d i a n menanyakan makanan apa yang dikonsumsi di kantin sekolah. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS dan dianalisa menggunakan prosentase dan tabulasi silang untuk mengetahui gambaran skor plak pada siswa yang mengkonsumsi makanan yang digoreng di kantin sekolah.

Jenis Kelamin n %

Perempuan 17 51,4

Laki -Laki 18 48,6

Jumlah 35 100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Usia n % 13 tahun 20 57,1 14 tahun 8 22,9 15 tahun 4 11,4 16 tahun 3 8,6 Jumlah 35 100,0

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Makanan yang digoreng Tanpa dikombinasi dengan Bumbu Kacang

Kriteria Skor Plak

Tempe Tahu Singkong Ubi Pisang

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

Baik

2

5,7

0

0

0

0

0

0

0

0

Sedang

5

14, 3

2

5,7

0

0

0

0

1

2,9

Buruk

1

2,9

0

0

0

0

0

0

0

0

Jumlah

8

22,9

2

5,7

0

0

0

0

1

2,9

(3)

Hasil frekuensi makanan yang digoreng tanpa dikombinasi dengan bumbu kacang pada tabel 3 dapat diketahui bahwa responden paling banyak mengkonsumsi tempe dan skor plak tertinggi yaitu tempe dengan kriteria skor plak sedang.

Tabel 4. Distribusi Gambaran Skor Plak Berdasarkan Usia

Usia

Tempe

Baik Sedang Buruk

n % n % n %

13 tahun 1 2,85 4 11,4 1 2,9

14 tahun 1 2,85 1 2,9 0 0

Jumlah 2 5,7 5 14,3 1 2,9

Berdasarkan hasil tabulasi silang (crosstabs) dapat diketahui bahwa responden paling banyak mengkonsumsi tempe dengan usia 13 tahun dan memiliki kriteria sedang.

Tabel 5. Distribusi Gambaran Skor Plak Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tempe

Baik Sedang Buruk

n

%

n

% n %

Laki -laki

0

0

1

2,9 0 0

Perempuan

2

5,7

4

11,4 1 2,9

Jumlah

2

5,7

5

14,3 1 2,9

Berdasarkan hasil tabulasi silang (crosstabs) dapat diketahui bahwa responden perempuan paling banyak mengkonsumsi tempe dan memiliki kriteria sedang.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Makanan yang digoreng dan dikombinasi dengan bumbu kacang

Kriteria Skor Plak Siomay

Batagor

n

% N

%

Baik

1

2,9 2

5,7

Sedang

2

5,7 14

40

Buruk

2

5,7 3

8,6

Jumlah

5

14,3 19

54,3

Hasil frekuensi makanan yang digoreng dan dikombinasi dengan bumbu kacang pada tabel 6 dapat diketahui bahwa responden paling banyak mengkonsumsi batagor dan skor plak tertinggi yaitu batagor dengan kriteria sedang.

(4)

Tabel 7. Distribusi Gambaran Skor Plak Berdasarkan Usia

Usia

Batagor

Baik Sedang Buruk

n %

n

% n % 13 tahun 0 0

9

25,7 2 5,7 14 tahun 1 2,85

2

5,7 0 0 15 tahun 0 0

2

5,7 0 0 16 tahun 1 2,85

1

2,9 1 2,9 Jumlah 2 5,7

14

40 3 8,6

Berdasarkan hasil tabulasi silang (crosstabs) dapat diketahui bahwa responden paling banyak mengkonsumsi batagor dengan usia 13 tahun dan memiliki kriteria sedang.

Tabel 8. Distribusi Gambaran Skor Plak Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tempe

Baik Sedang Buruk

n % n % n %

Laki

-laki

2 5,7 9 25,7 2 5,7

Perempuan 0 0 5 14,3 1 2,9

Jumlah 2 5,7 14 40 3 8,6

Berdasarkan hasil tabulasi silang (crosstabs) dapat diketahui bahwa responden laki-laki paling banyak mengkonsumsi batagor dan memiliki kriteria sedang.

D i s t r i b u s i f r e k u e n s i b e r d a s a r k a n makanan yang digoreng tanpa dikombinasi dengan bumbu kacang mendapatkan hasil bahwa siswa lebih banyak mengkonsumsi tempe daripada makanan yang digoreng lainnya seperti tahu, singkong, ubi, pisang. Prosentase skor plak tertinggi yaitu tempe dengan kriteria skor plak sedang. Jajanan yang berpotensi sedang menyebabkan karies yaitu minuman manis,

5

bakso, kerupuk, dan goreng-gorengan . Karies disebabkan kerusakan gigi oleh asam yang dihasilkan dari peragian karbohidrat oleh bakteri dalam mulut. Proses terjadinya karies dimulai 6 dengan adanya plak pada permukaan gigi . Siswa yang banyak mengkonsumsi tempe paling banyak berusia 13 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

7 tangkap dan pola pikirnya .

D i s t r i b u s i f r e k u e n s i b e r d a s a r k a n makanan yang digoreng dan dikombinasi dengan bumbu kacang dapat diketahui bahwa siswa paling banyak mengkonsumsi batagor dan hasil skor plak tertinggi adalah batagor dengan kriteria

sedang. Jumlah hasil yang diperoleh dari penelitian skor plak batagor lebih tinggi daripada siomay, karena kandungan karbohidrat siomay hanya 24,4 gram sedangkan kandungan karbohidrat batagor lebih banyak yaitu 34,4 gram. Kandungan lemak pada siomay hanya 3,8 gram dan kandungan lemak batagor sebanyak 14,5 gram. Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak

6

mengandung karbohidrat . Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor plak batagor lebih tinggi daripada skor plak siomay. Tingkat kariogenitas jenis makanan ini sama-sama tinggi tetapi frekuensi responden mengkonsumsi batagor lebih banyak daripada siomay. Siswa paling banyak mengkonsumsi batagor berusia 13 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap kebersihan gigi dan mulut. Anak-anak yang berjenis kelamin perempuan lebih memiliki kesehatan gigi dan

8 mulut yang jauh lebih baik .

KESIMPULAN

Hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Skor plak makanan yang digoreng tanpa dikombinasi dengan bumbu kacang paling tinggi adalah tempe dengan kriteria sedang

(5)

berjumlah 5 (14,3%).

2. Skor plak makanan yang digoreng dan dikombinasi dengan bumbu kacang paling tinggi adalah batagor dengan kriteria sedang berjumlah 14 (40%).

SARAN

1. Bagi Siswa SMP Muhammadiyah I Godean Siswa diharapkan untuk menjaga dan

mempertahankan kebersihan gigi dan mulut dengan cara rajin menggosok gigi minimal 2x sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Selain itu juga mengkonsumsi buah dan sayur serta memeriksakan gigi secara rutin setiap 6 bulan sekali untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut.

2. Bagi Peneliti

Penelitian dibidang ini diharapkan dapat dikembangkan dengan cakupan wilayah yang lebih luas lagi, tidak hanya mengukur skor plak siswa yang sering mengkonsumsi makanan yang digoreng saja. Namun bisa juga mengukur skor plak siswa yang sering mengkonsumsi makanan lain selain makanan yang digoreng.

DAFTAR PUSTAKA

1. Oktariani, L. (2014). Mengunyah Buah

Belimbing Manis (Averrhoa Carambola L.) Terhadap Skor Plak pada Siswa Kelas V di SD Negeri II Wijirejo Bantul. Yogyakarta:

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

2. F e b r i y a w a t i , A ( 2 0 1 5 ) . B e r k u m u r

Seduhan Bunga Rosella Terhadap Skor P l a k p a d a S i s w a S D N S a m b i r o t o Nanggulan Kulonprogo. Yogyakarta:

Poltekkes.

3. Astawan, M danWresdiyati, T. (2004).

Diet Sehat dengan Makanan Berserat.

Jakarta: Tiga Serangkai.

4. Notoatmodjo, S (2010). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

5. Gunawan P, Umboh A, Wawointana I (2016). Hubungan Konsumsi Jajanan dan Status Karies Gigi Siswa di SMP Negeri 1 Tareran. Jurnal e-GiGi (eG), Volume 4,

Nomor 1, Januari-Juni 2016; 5-10.

6. Rosidi A, Haryani S, Adimayanti E (2013).

Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak SD N 1 Gogodalem Kec.Bringin Kab. Semarang. Semarang: Akper Ngudi

Waluyo Ungaran.

7. Adin, Salsabila S. (2009). Pengetahuan dan Faktor-faktor yang Berperan. Diunduh p a d a t a n g g a l 6 J u n i 2 0 1 6 d a r i http://www.salsabilashafiraadin.com

8. Ningsih, Diana Setya (2015). Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Kebersihan R o n g g a M u l u t A n a k P a n t i Asuhan.ODONTO Dental Journal.Volume

2.Nomer 1.Juli 2015.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Makanan yang digoreng dan  dikombinasi dengan bumbu kacang
Tabel 8. Distribusi Gambaran Skor Plak Berdasarkan Jenis Kelamin

Referensi

Dokumen terkait

Di Jorong Koto Baru 4 buah huller dimiliki oleh Pak Anwar dan juga merupakan orang pertama yang membuat huller berjalan di Kabupaten Lima Puluh Kota dan 2 buah huller dimiliki

Pertanyaan- pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana tingkat perilaku bullying para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 tahun ajaran 2008/2009?, (2)

pengaruh Kepercayaan Merek dan Citra Merek terhadap Niat Beli Kopi Kapal. Api

Pra konseling merupakan persiapan pelaksanaan konseling kelompok, yang perlu dilakukan adalah seleksi anggota dan menawarkan program kepada calon peserta konseling

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif

Merupakan akhir dari tahun reproduksi seorang wanita, dengan ditandai tidak adanya siklus menstruasi, dan terjadi antara usia 40-58 tahun dengan rata-rata usianya kurang lebih

Jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit yang berubah, misal mengurangi tingkat penjualan kredit atau mempercepat periode pengumpulan piutang, maka piutang dagang perusahaan

 Secara kumulatif nilai impor Sumatera Barat Januari-Juli 2014 mencapai US$636,7 juta atau mengalami peningkatan sebesar 9,51 persen dibanding periode yang sama