Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Kelapa Sawit (Elaeis quinensis Jack) dan Kontribusinya Terhadap
Pendapatan Keluarga di Desa Makartitama Kec. Peninjauan Kab. OKU
Oleh: Septianita
Abstract
The research aim to to know the factors influencing coconut production of sawit and to know contribution storey;level earnings of coconut farming of sawit. to earnings of family. The result of research indicate that from result analyse there is two variable having an effect on reality that is wide of seeds amount and farm while labour factor, fertilize herbicide and urea have an effect on do not reality. ursuant to research is also got that accepted earnings is farmer follow the example of coconut farming of sawit [in] countryside of Makartitama per hectare equal to Rp.7.718.341,66. Level of contribution earnings of farmer to earnings of farmer family follow the example of equal to Rp. 7.718.341,66 per year or 76,89%, while contribution earnings of farmer of other effort is equal to Rp. 1.245.183,33 per year or 12,41% and external earnings contribution of farming equal to Rp. 1.073.333,30 or 30,69%, with value of R/C equal to Rp 4,55 with the meaning that each;every Rp 1,00 production cost will give acceptance equal to Rp 4,55.
Key words : Production, contribution, coconut farming of sawit, earnings of farmer, wide farm.
PENDAHULUAN
Memasuki era orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka
menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor
penghasil devisa negara. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan
produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia
berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah
yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat perkebunan (PIR-bun). Perkembangan
perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu
PIR-Transmigrasi sejak tahun 1986. Program tersebut berhasil menambah luas lahan dan
produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990-an, luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari
1,6 juta hektar yang tersebar di berbagai sentra produksi, seperti Sumatera dan Kalimantan
Potensial areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit.
Data dilapangan menunjukkan kecenderungan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit
khususnya perkebunan rakyat. Pertumbuhan perkebunan rakyat pada periode tiga puluh tahun
terakhir mencapai 45,1% per tahun, sementara real perkebunan negara tumbuh 6,8% per
tahun, dan areal perkebunan swasta tumbuh 12,8% per tahun (Fauzi, 2002).
Usahatani kelapa sawit di desa Makartitama Kecamatan Peninjauan Kabupaten Ogan
Komering Ulu baru mulai berkembang dan diminati oleh masyarakat, hal ini ditunjukan dari
luas lahan dan produksi masih kecil. Hasil produksi yang diperoleh dari tahun 2002-2003 dari
bertambahnya lahan meningkat sebesar 155.600 ton/tahun dan peningkatan hasil produksi
perkebunan masyarakat Desa Makartitama yang mengalami peningkatan pesat pada tahun
2006-2007 sebesar 1.003.200 ton/tahun. Meningkatnya hasil produksi kebun sawit masyarakat
Desa Makartitama disebabkan meningkatnya minat masyarakat untuk berkebun sawit.
Desa Makartitama salah satu desa yang ada di kecamatan Peninjauan yang
mengusahakan tanaman tahunan khususnya kelapa sawit karena topografi dan kelembaban
yang dikehendaki tanaman tersebut terpenuhi serta memiliki lahan cukup subur. Dengan
berusahatani tanaman kelapa sawit dalam jumlah yang lebih banyak serta melakukan
perawatan yang benar, penghasilan yang kecil itu pasti akan meningkat. Karena itu tingkat
produksi tentulah dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama tingkat penggunaan sarana
produksi. Peningkatan produksi pada jumlah tertentu akan mempengaruhi motivasi petani
dalam mengusahakan tanaman kelapa sawit secara kontinyu.
Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini adalah; a) faktor-faktor apa
yang mempengaruhi produksi kelapa sawit? Dan, b) berapa besar tingkat kontribusi usahatani
kelapa sawit terhadap pendapatan keluarga?
Adapun tujuaan penelitian ini adalah, a) untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kelapa sawit; b) untuk mengetahui tingkat kontribusi pendapatan
usahatani kelapa sawit. terhadap pendapatan keluarga. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini
memberikan gambaran mengenai keadaan usahatani kelapa sawit di Desa Makartitama,
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi yang berkepentingan dan sebagai
tambahan pustaka dan bahan acuan untuk peneliti selanjutnya.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah; a) diduga penggunaan faktor-faktor
produksi luas lahan, bibit, berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit, sedangkan
faktor produksi tenaga kerja, pupuk urea dan herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap
produksi kelapa sawit, dan; b) diduga usahatani kelapa sawit menguntungkan dan dapat
memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga.
TINJAUAN PUSTAKA
Usahatani diartikan sebagai kegiatan mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki
dengan sebaik-baiknya, dan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan
pengeluaran (output) yang melebihi pemasukan (input) (Soekartawi, 1995).
Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan atau dikeluarkan dalam suatu
proses produksi untuk memperoleh hasil produksi (Soekartawi, 1990). Faktor produksi
memang sangat menetukan besar kecilnya produksi yang diperoleh, berbagai pengalaman
menunjukkan faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal (benih, pupuk dan pestisida adalah
faktor produksi yang penting). Faktor produksi yang penting mempengaruhi produksi antara
lain : lahan, tenaga kerja dan modal.
Keuntungan merupakan selisih antara yang dikeluarkan dengan penerimaan yang
diperoleh dalam suatu kegiatan produksi pertanian. Jumlah keuntungan dan cara menggunakan
inilah yang menentukan tarif hidup petani (Soeharjo dan Patong, 1973). Tolak ukur penilaian
keuntungan suatu usahatani, antara lain dapat dilihat dari R/C (Return Cost Ratio) yaitu
pembagian antara nilai R/C>1, makin tinggi nilai R/C ini menunjukkan suatu tingkat
penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi (Hernanto, 1994).
Pendapatan petani adalah terdiri dari berbagai usaha yang dilakukannya sebagian
penerimaan dari usahatani yang tenaga kerjanya berasal dari keluarganya sendiri. Selain itu
petani Indonesia umumnya menggunakan sebagian usahataninya untuk memenuhi keperluan
rumah tangga, maka pendapatan petani merupakan pedoman untuk menilai apakah
usahataninya berhasil atau belum bagi keluarganya (Hadisapoetra, 1983). Untuk mengetahui
besarnya sumbangan pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit terhadap pendapatan
keluarga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
% UTK=
x
100
%
P.Total
P.UTK
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study), dimana
seluruh petani kelapa sawit yang menjadi satuan kasusnya. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Oktober sampai dengan Nopember 2007. Metode penarikan contoh dalam penelitian ini
digunakan metode SimpleRandom Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 30 orang petani
kelapa sawit dari 130 orang petani yang melakukan usahatani kelapa sawit. Data yang
diperoleh dilapangan terlebih dahulu dikelompokkan, kemudian diolah secara tabulasi, untuk
menguji hipotesis pertama menggunakan faktor produksi Coob Douglass, secara matematis
rumus sebagai berikut :
Untuk menyederhanakan perhitungan, maka model tersebut ditransformasikasi dalam
bentuk linear sehingga bentuknya menjadi:
Y = Lnα + β
1LnX
1+ β
2LnX
2+ β
3LnX
3+ β
4LnX
4+ β
5LnX
5Dimana :
Y
= Produksi (kg/tahun)
X
1= Luas lahan (lg)
X
2= Tenaga Kerja (HOK)
X
3= Bibit (batang)
X
4= Pupuk Urea (kg/tahun)
X
5= Herbisida (ltr/tahun)
β
i= Koefisien regresi masing-masing faktor produksi
α
= Intersep (konstanta)
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X
1, X
2, ..., X
5) secara bersama-sama
terhadap variabel variabel terikat (Y) dilakukan dengan uji F.
KTTKTP Fhitung
Di mana :
KTP = Kuadrat tengah parameter
KTT = Kuadrat tengah total
Sedangkan untuk menguji hipotesis kedua yaitu pertama-pertama menggunakan
perhitungan sebagai berikut :
Pd = Pn – Bp Pn = P + H
Bp = Bt + Bv
Di mana :
Pd
: Pendapatan (Rp/ha)
H
: Harga Jual (Rp/kg)
Pn
: Penerimaan (Rp/ha)
Bt
: Biaya tetap (Rp/ha)
Bp : Biaya Produksi (Rp/ha)
Bv
: Biaya Variabel (Rp/ha)
P
: Produksi (kg/ha)
Selanjutnya untuk menghitung tingkat keuntungan dari usahatani kelapa sawit dapat
dilihat dari perbandingan antara penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan.
Menurut Soekartawi (1995), untuk menghitung tingkat keuntungan dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
Produksi
Biaya
Penerimaan
C
R
Dimana :
C
R
> 1, usahatani menguntungkan
C
R
= 1, usahatani tidak mengalami keuntungan dan kerugian (BEP)
C
R
< 1, usahatani mengalami kerugian
Untuk menghitung sumbangan pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit terhadap
pendapatan keluarga digunakan rumus sebagai berikut :
%
100
x
Total
P.
P.UTK
UTK
%
Dimana :
% UTK : persentase pendapatan usahatani kelapa sawit
P.UTK : pendapatan usahatani kelapa sawit
P.Total : total pendapatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Petani Contoh
Dari 30 petani contoh sebagian besar petani contoh di desa Makartitama diketahui
umurnya berkisar antara 32 tahun sampai 55 tahun. Bibit yang mereka gunakan sebagian
besar varitas DxP yang dibeli dari perkebunan PT. Perkebunan Minanga Ogan.
B. Faktor Produksi
Berdasarkan dari hasil penelitian diketahui bahwa luas rata-rata lahan petani contoh pada
usahatani kelapa sawit di Desa Makartitama berkisar antara 2 – 3 hektar dengan luas lahan
rata-rata 2 hektar. Status kepemilikan tanah adalah milik sendiri. Tenaga kerja yang
digunakan petani contoh untuk kegiatan usahatani kelapa sawit menggunakan tenaga kerja
dari dalam keluarga dan tenaga dari luar keluarga. Tenaga kerja tersebut digunakan untuk
kegiatan pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan dan panen.
Tanaman kelapa sawit dapat di perbanyak dengan biji (generatif) atau dengan t kultur
jaringan (vegetatif). Perbanyakan generatif banyak memiliki kendala yaitu bahan bibit yang
akan diperoleh terbatas dan bervariasi. Sedangkan jika memakai bibit dari kultur jaringan akan
mendapatkan hasil yang baik karena dengan kultur jaringan dapat mengatasi masalah kesulitan
perkecambahan, terutama pada jenis atau varietas yang agak sulit dikecambahkan. Klon yang
digunakan oleh petani contoh adalah jenis varitas DxP.
Pupuk Urea merupakan pupuk anorganik yang digunakan oleh petani contoh pada
usahatani kelapa sawit. Mengenai dosis penggunaan pupuk petani contoh menghabiskan
pupuk dalam satu hektar rata-rata 100 kg pada masa tanam dengan harga rata-rata
perkilogramnya Rp 1.500,- Penggunaan herbisida bertujuan untuk mengendalikan gulma dan
penyakit yang mungkin menyerang pada tanaman kelapa sawit. Pemberian herbisida
dilakukan petani sesuai dengan kebutuhan dan keadaan hama penyakit yang menyerang.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa herbisida yang digunakan oleh petani contoh adalah
herbisida.
C. Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi Terhadap Produksi Kelapa Sawit
Faktor-faktor produksi yang diidentifikasi dapat mempengaruhi produksi usahatani
kelapa sawit adalah luas lahan (X
1), tenaga kerja (X
2), bibit (X
3), Pupuk Urea (X
4), dan
Herbisida (X
5). Untuk menganalisa pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap produksi
kelapa sawit digunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang digunakan untuk mengestimasi
pengaruh faktor-faktor variabel independen terhadap variabel dependen.
Hasil analisis regresi linier berganda dari fungsi produksi diperoleh model persamaan
estimasi dalam bentuk transformasi regresi linier sebagai berikut :
Ln Y = -1.000 + 17.249 ln X
1- 0,003ln X
2+ 2,267 ln X
3+ 0,002ln X
4- 0,001 ln X
5Se = (3,859) (0,027) (0,008) (0,013) (0,141)
T
hitung(4,470)** (-.100)
tn(295.67)** (.179)
tn(-.093)
tnKeterangan :
** Nyata pada taraf uji
0,01 R
2= 1,000
tn
= tidak nyata F
hitung= 1289,117
n
= 30
Analisis fungsi produksi tersebut memperlihatkan bahwa nilai koefisien determinasi (R
2)
tinggi yaitu 1,000 menunjukkan bahwa sekitar 100,00 persen variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variabel independent, sedangkan F hitung sebesar 1289,117 artinya secara
bersamaan faktor-faktor dari variabel independen yang diikutsertakan dalam model
mempengaruhi variabel dependent. Berdasarkan hasil analisa ada dua variabel yang
berpengaruh nyata yaitu luas lahan dan jumlah bibit sedangkan faktor tenaga kerja, pupuk urea
dan herbisida berpengaruh tidak nyata. Untuk lebih jelasnya pengaruh dari masing-masing
variabel independen terhadap produksi kelapa sawit dapat di interprestasikan sebagai berikut :
Luas lahan ( X
1)
Faktor produksi ini berpengaruh nyata terhadap produksi dengan koefisien regresi
produksi sebesar 17,249 berarti penambahan satu persen input luas lahan dan meningkatkan
produksi sebesar 1724,5 persen, karena elastisitasnya lebih dari satu dari segi efesiensi terlihat
bahwa tingkat penggunaan lahan pada usahatani kelapa sawit yang berarti dengan
penambahan faktor tersebut akan meningkatkan produksi.
Tenaga Kerja ( X2 )
Koefisien regresi dari faktor produksi ini sebesar -0,003 berarti penambahan satu persen
input tenaga kerja akan menurunkan produksi sebesar 0,3 persen. Faktor produksi ini
berpengaruh tidak nyata terhadap produksi. Jika ditinjau dari elastisitasnya kurang dari satu
namun lebih dari nol (0<EP<1) yang berarti penggunaan faktor produksi tenaga kerja sudah
maksimal, sehingga dengan penambahan tenaga kerja malah menurunkan produksi.
Bibit ( X
3)
Faktor produksi bibit berpengaruh sangat nyata terhadap produksi dengan koefisien
regresi produksi sebesar 2,267 berarti penambahan satu persen bibit akan meningkatkan
produksi sebesar 226,7 persen, jika ditinjau dari elastisitasnya lebih dari satu (0<EP<1) yang
berarti penambahan bibit meningkatkan produksi sebesar 226,7 persen maka asumsi
pengunaan faktor produksi bibit perlu ditambah dalam upaya peningkatan hasil produksi.
Pupuk Urea ( X4 )
Faktor produksi ini berpengaruh tidak nyata terhadap produksi kelapa sawit dengan
koefisien regresi produksi sebesar -0,002 berarti penambahan satu persen pupuk urea akan
menaikkan produksi sebesar 0,2 persen jika ditinjau dari elastisitasnya kurang dari satu namun
lebih dari nol yang berarti dengan penambahan faktor produksi pupuk akan berpengaruh
dalam meningkatkan produksi.
Herbisida ( X5 )
Koefisien regresi dari faktor produksi herbisida sebesar -0,001 berarti penambahan satu
persen input herbisida akan menurunkan produksi sebesar 0,1 persen. Faktor produksi ini
berpengaruh tidak nyata terhadap produksi, Penggunaan herbisida sangat tidak terlalu penting
dalam peningkatan produksi kelapa sawit
D. Tingkat Keuntungan dan kontribusi Usahatani Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan
Keluarga
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Makartitama diketahui rata-rata produksi
usahatani kelapa sawit petani contoh adalah 1498,83 Kg per hektar, pada masa panen pertama
kali atau 17.985,94 Kg dalam setahun /ha dan ini berarti setiap petani contoh rata-rata
mendapatkan hasil produksi dalam setiap bulannya mendapat lebih kurang 1.498,83 kg.
Rata-rata penerimaan pada petani contoh adalah pada panen pertama Rp 2.740.000, dalam tiap
satu hektar, dan ini berarti penerimaan rata-rata setiap petani contoh dalam produksi tahun
pertama mendapat penerimaan sebesar Rp 9.892.266,67 atau setiap bulannya Rp 824.335,56
dengan harga jual Rp 550/ Kg.
Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani contoh pada usahatani kelapa sawit terdiri
dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan alat besarnya
Rp.331.825,- sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya penggunaan benih, pupuk, pestisida,
dan upah untuk membayar tenaga kerja sebesar Rp.1.842.100. Total biaya biaya produksi Rp.
2.173.925. Pendapatan usahatani kelapa sawit adalah selisih antara penerimaan dan biaya total
produksi yang digunakan. Pendapatan petani contoh usahatani kelapa sawit di desa
Makartitama perhektar sebesar Rp.7.718.341,66. Sedangkan pendapatan total bersih yang
diterima petani adalah pendapatan bersih dikurangi dengan biaya hidup sehari-hari
Rp.3.001.000 selama masa proses produksi sebesar Rp.4.717.341,66. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
Pendapatan Petani Contoh Usahatani Kelapa Sawit di Desa Makartitama Perhektar Pertahun, 2007
No Uraian Jumlah (Rp/th) 1 2 3 4 Produksi (kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp) Biaya Produksi (Rp) 17.985,94 kg Rp 550,00,- Rp 9.892.266,67,- Rp 2.173.925,00,- 5 6 7 Pendapatan
Biaya Hidup sehari-hari(Rp/th) Pendapatan bersih
Rp 7.718.341,66,- Rp 3.001.000,00,- Rp 4.717.341,66,-
Besarnya kontribusi pendapatan petani pada usahatani kelapa sawit terhadap
pendapatan keluarga petani contoh adalah sebesar Rp. 7.718.341,66 per tahun atau sebesar
76,89 persen, sedangkan sumbangan pendapatan petani dari usaha lain adalah sebesar
Rp.1.245.183,33 per tahun atau sebesar 12,41 persen dan sumbangan pendapatan luar
usahatani sebesar Rp.1.073.333,30 atau sebesar 30,69%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit di desa Makartitama memberikan
kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga petani, dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.
Kontribusi Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit
Terhadap Pendapatan Keluarga Petani Contoh di Desa Makartitama, 2007
No Uraian Pendapatan Prosentase (%)
1 2 3
Usahatani kelapa sawit Usahatani lain
Luar usaha tani
7.718.341,66 1.245.183,33 1.073.333,3 76,89 12,41 30,69 10.036.858,29 100 %
Berdasarkan perhitungan dari hasil penelitian dapat diketahui bawa nilai R/C sebesar
Rp 4,55 yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya produksi akan memberikan penerimaan
sebesar Rp 4,55. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa usahatani kelapa sawit
yang dilakukan oleh petani di Desa Makartitama menguntungkan. Semakin besar keuntungan
yang diperoleh dalam berusahatani hal ini akan mendorong/memotivasi petani untuk
melakukan kegiatan usahatani tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :