• Tidak ada hasil yang ditemukan

AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Kelapa Sawit (Elaeis quinensis Jack) dan Kontribusinya Terhadap

Pendapatan Keluarga di Desa Makartitama Kec. Peninjauan Kab. OKU

Oleh: Septianita

Abstract

The research aim to to know the factors influencing coconut production of sawit and to know contribution storey;level earnings of coconut farming of sawit. to earnings of family. The result of research indicate that from result analyse there is two variable having an effect on reality that is wide of seeds amount and farm while labour factor, fertilize herbicide and urea have an effect on do not reality. ursuant to research is also got that accepted earnings is farmer follow the example of coconut farming of sawit [in] countryside of Makartitama per hectare equal to Rp.7.718.341,66. Level of contribution earnings of farmer to earnings of farmer family follow the example of equal to Rp. 7.718.341,66 per year or 76,89%, while contribution earnings of farmer of other effort is equal to Rp. 1.245.183,33 per year or 12,41% and external earnings contribution of farming equal to Rp. 1.073.333,30 or 30,69%, with value of R/C equal to Rp 4,55 with the meaning that each;every Rp 1,00 production cost will give acceptance equal to Rp 4,55.

Key words : Production, contribution, coconut farming of sawit, earnings of farmer, wide farm.

PENDAHULUAN

Memasuki era orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka

menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor

penghasil devisa negara. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan

produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia

berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah

yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat perkebunan (PIR-bun). Perkembangan

perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu

PIR-Transmigrasi sejak tahun 1986. Program tersebut berhasil menambah luas lahan dan

produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990-an, luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari

1,6 juta hektar yang tersebar di berbagai sentra produksi, seperti Sumatera dan Kalimantan

Potensial areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit.

Data dilapangan menunjukkan kecenderungan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit

khususnya perkebunan rakyat. Pertumbuhan perkebunan rakyat pada periode tiga puluh tahun

terakhir mencapai 45,1% per tahun, sementara real perkebunan negara tumbuh 6,8% per

tahun, dan areal perkebunan swasta tumbuh 12,8% per tahun (Fauzi, 2002).

Usahatani kelapa sawit di desa Makartitama Kecamatan Peninjauan Kabupaten Ogan

Komering Ulu baru mulai berkembang dan diminati oleh masyarakat, hal ini ditunjukan dari

luas lahan dan produksi masih kecil. Hasil produksi yang diperoleh dari tahun 2002-2003 dari

(2)

bertambahnya lahan meningkat sebesar 155.600 ton/tahun dan peningkatan hasil produksi

perkebunan masyarakat Desa Makartitama yang mengalami peningkatan pesat pada tahun

2006-2007 sebesar 1.003.200 ton/tahun. Meningkatnya hasil produksi kebun sawit masyarakat

Desa Makartitama disebabkan meningkatnya minat masyarakat untuk berkebun sawit.

Desa Makartitama salah satu desa yang ada di kecamatan Peninjauan yang

mengusahakan tanaman tahunan khususnya kelapa sawit karena topografi dan kelembaban

yang dikehendaki tanaman tersebut terpenuhi serta memiliki lahan cukup subur. Dengan

berusahatani tanaman kelapa sawit dalam jumlah yang lebih banyak serta melakukan

perawatan yang benar, penghasilan yang kecil itu pasti akan meningkat. Karena itu tingkat

produksi tentulah dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama tingkat penggunaan sarana

produksi. Peningkatan produksi pada jumlah tertentu akan mempengaruhi motivasi petani

dalam mengusahakan tanaman kelapa sawit secara kontinyu.

Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini adalah; a) faktor-faktor apa

yang mempengaruhi produksi kelapa sawit? Dan, b) berapa besar tingkat kontribusi usahatani

kelapa sawit terhadap pendapatan keluarga?

Adapun tujuaan penelitian ini adalah, a) untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi kelapa sawit; b) untuk mengetahui tingkat kontribusi pendapatan

usahatani kelapa sawit. terhadap pendapatan keluarga. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini

memberikan gambaran mengenai keadaan usahatani kelapa sawit di Desa Makartitama,

sehingga dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi yang berkepentingan dan sebagai

tambahan pustaka dan bahan acuan untuk peneliti selanjutnya.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah; a) diduga penggunaan faktor-faktor

produksi luas lahan, bibit, berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit, sedangkan

faktor produksi tenaga kerja, pupuk urea dan herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap

produksi kelapa sawit, dan; b) diduga usahatani kelapa sawit menguntungkan dan dapat

memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga.

TINJAUAN PUSTAKA

Usahatani diartikan sebagai kegiatan mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki

dengan sebaik-baiknya, dan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan

pengeluaran (output) yang melebihi pemasukan (input) (Soekartawi, 1995).

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan atau dikeluarkan dalam suatu

proses produksi untuk memperoleh hasil produksi (Soekartawi, 1990). Faktor produksi

memang sangat menetukan besar kecilnya produksi yang diperoleh, berbagai pengalaman

menunjukkan faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal (benih, pupuk dan pestisida adalah

faktor produksi yang penting). Faktor produksi yang penting mempengaruhi produksi antara

lain : lahan, tenaga kerja dan modal.

Keuntungan merupakan selisih antara yang dikeluarkan dengan penerimaan yang

diperoleh dalam suatu kegiatan produksi pertanian. Jumlah keuntungan dan cara menggunakan

inilah yang menentukan tarif hidup petani (Soeharjo dan Patong, 1973). Tolak ukur penilaian

keuntungan suatu usahatani, antara lain dapat dilihat dari R/C (Return Cost Ratio) yaitu

pembagian antara nilai R/C>1, makin tinggi nilai R/C ini menunjukkan suatu tingkat

penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi (Hernanto, 1994).

(3)

Pendapatan petani adalah terdiri dari berbagai usaha yang dilakukannya sebagian

penerimaan dari usahatani yang tenaga kerjanya berasal dari keluarganya sendiri. Selain itu

petani Indonesia umumnya menggunakan sebagian usahataninya untuk memenuhi keperluan

rumah tangga, maka pendapatan petani merupakan pedoman untuk menilai apakah

usahataninya berhasil atau belum bagi keluarganya (Hadisapoetra, 1983). Untuk mengetahui

besarnya sumbangan pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit terhadap pendapatan

keluarga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% UTK=

x

100

%

P.Total

P.UTK

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study), dimana

seluruh petani kelapa sawit yang menjadi satuan kasusnya. Penelitian dilaksanakan pada

bulan Oktober sampai dengan Nopember 2007. Metode penarikan contoh dalam penelitian ini

digunakan metode SimpleRandom Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 30 orang petani

kelapa sawit dari 130 orang petani yang melakukan usahatani kelapa sawit. Data yang

diperoleh dilapangan terlebih dahulu dikelompokkan, kemudian diolah secara tabulasi, untuk

menguji hipotesis pertama menggunakan faktor produksi Coob Douglass, secara matematis

rumus sebagai berikut :

Untuk menyederhanakan perhitungan, maka model tersebut ditransformasikasi dalam

bentuk linear sehingga bentuknya menjadi:

Y = Lnα + β

1

LnX

1

+ β

2

LnX

2

+ β

3

LnX

3

+ β

4

LnX

4

+ β

5

LnX

5

Dimana :

Y

= Produksi (kg/tahun)

X

1

= Luas lahan (lg)

X

2

= Tenaga Kerja (HOK)

X

3

= Bibit (batang)

X

4

= Pupuk Urea (kg/tahun)

X

5

= Herbisida (ltr/tahun)

β

i

= Koefisien regresi masing-masing faktor produksi

α

= Intersep (konstanta)

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X

1

, X

2

, ..., X

5

) secara bersama-sama

terhadap variabel variabel terikat (Y) dilakukan dengan uji F.

KTT

KTP Fhitung

Di mana :

KTP = Kuadrat tengah parameter

KTT = Kuadrat tengah total

Sedangkan untuk menguji hipotesis kedua yaitu pertama-pertama menggunakan

perhitungan sebagai berikut :

Pd = Pn – Bp Pn = P + H

Bp = Bt + Bv

(4)

Di mana :

Pd

: Pendapatan (Rp/ha)

H

: Harga Jual (Rp/kg)

Pn

: Penerimaan (Rp/ha)

Bt

: Biaya tetap (Rp/ha)

Bp : Biaya Produksi (Rp/ha)

Bv

: Biaya Variabel (Rp/ha)

P

: Produksi (kg/ha)

Selanjutnya untuk menghitung tingkat keuntungan dari usahatani kelapa sawit dapat

dilihat dari perbandingan antara penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan.

Menurut Soekartawi (1995), untuk menghitung tingkat keuntungan dapat digunakan rumus

sebagai berikut :

Produksi

Biaya

Penerimaan

C

R

Dimana :

C

R

> 1, usahatani menguntungkan

C

R

= 1, usahatani tidak mengalami keuntungan dan kerugian (BEP)

C

R

< 1, usahatani mengalami kerugian

Untuk menghitung sumbangan pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit terhadap

pendapatan keluarga digunakan rumus sebagai berikut :

%

100

x

Total

P.

P.UTK

UTK

%

Dimana :

% UTK : persentase pendapatan usahatani kelapa sawit

P.UTK : pendapatan usahatani kelapa sawit

P.Total : total pendapatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Petani Contoh

Dari 30 petani contoh sebagian besar petani contoh di desa Makartitama diketahui

umurnya berkisar antara 32 tahun sampai 55 tahun. Bibit yang mereka gunakan sebagian

besar varitas DxP yang dibeli dari perkebunan PT. Perkebunan Minanga Ogan.

B. Faktor Produksi

Berdasarkan dari hasil penelitian diketahui bahwa luas rata-rata lahan petani contoh pada

usahatani kelapa sawit di Desa Makartitama berkisar antara 2 – 3 hektar dengan luas lahan

rata-rata 2 hektar. Status kepemilikan tanah adalah milik sendiri. Tenaga kerja yang

digunakan petani contoh untuk kegiatan usahatani kelapa sawit menggunakan tenaga kerja

dari dalam keluarga dan tenaga dari luar keluarga. Tenaga kerja tersebut digunakan untuk

kegiatan pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan dan panen.

Tanaman kelapa sawit dapat di perbanyak dengan biji (generatif) atau dengan t kultur

jaringan (vegetatif). Perbanyakan generatif banyak memiliki kendala yaitu bahan bibit yang

(5)

akan diperoleh terbatas dan bervariasi. Sedangkan jika memakai bibit dari kultur jaringan akan

mendapatkan hasil yang baik karena dengan kultur jaringan dapat mengatasi masalah kesulitan

perkecambahan, terutama pada jenis atau varietas yang agak sulit dikecambahkan. Klon yang

digunakan oleh petani contoh adalah jenis varitas DxP.

Pupuk Urea merupakan pupuk anorganik yang digunakan oleh petani contoh pada

usahatani kelapa sawit. Mengenai dosis penggunaan pupuk petani contoh menghabiskan

pupuk dalam satu hektar rata-rata 100 kg pada masa tanam dengan harga rata-rata

perkilogramnya Rp 1.500,- Penggunaan herbisida bertujuan untuk mengendalikan gulma dan

penyakit yang mungkin menyerang pada tanaman kelapa sawit. Pemberian herbisida

dilakukan petani sesuai dengan kebutuhan dan keadaan hama penyakit yang menyerang.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa herbisida yang digunakan oleh petani contoh adalah

herbisida.

C. Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi Terhadap Produksi Kelapa Sawit

Faktor-faktor produksi yang diidentifikasi dapat mempengaruhi produksi usahatani

kelapa sawit adalah luas lahan (X

1

), tenaga kerja (X

2

), bibit (X

3

), Pupuk Urea (X

4

), dan

Herbisida (X

5

). Untuk menganalisa pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap produksi

kelapa sawit digunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang digunakan untuk mengestimasi

pengaruh faktor-faktor variabel independen terhadap variabel dependen.

Hasil analisis regresi linier berganda dari fungsi produksi diperoleh model persamaan

estimasi dalam bentuk transformasi regresi linier sebagai berikut :

Ln Y = -1.000 + 17.249 ln X

1

- 0,003ln X

2

+ 2,267 ln X

3

+ 0,002ln X

4

- 0,001 ln X

5

Se = (3,859) (0,027) (0,008) (0,013) (0,141)

T

hitung

(4,470)** (-.100)

tn

(295.67)** (.179)

tn

(-.093)

tn

Keterangan :

** Nyata pada taraf uji

0,01 R

2

= 1,000

tn

= tidak nyata F

hitung

= 1289,117

n

= 30

Analisis fungsi produksi tersebut memperlihatkan bahwa nilai koefisien determinasi (R

2

)

tinggi yaitu 1,000 menunjukkan bahwa sekitar 100,00 persen variabel dependen dapat

dijelaskan oleh variabel independent, sedangkan F hitung sebesar 1289,117 artinya secara

bersamaan faktor-faktor dari variabel independen yang diikutsertakan dalam model

mempengaruhi variabel dependent. Berdasarkan hasil analisa ada dua variabel yang

berpengaruh nyata yaitu luas lahan dan jumlah bibit sedangkan faktor tenaga kerja, pupuk urea

dan herbisida berpengaruh tidak nyata. Untuk lebih jelasnya pengaruh dari masing-masing

variabel independen terhadap produksi kelapa sawit dapat di interprestasikan sebagai berikut :

Luas lahan ( X

1

)

Faktor produksi ini berpengaruh nyata terhadap produksi dengan koefisien regresi

produksi sebesar 17,249 berarti penambahan satu persen input luas lahan dan meningkatkan

produksi sebesar 1724,5 persen, karena elastisitasnya lebih dari satu dari segi efesiensi terlihat

bahwa tingkat penggunaan lahan pada usahatani kelapa sawit yang berarti dengan

penambahan faktor tersebut akan meningkatkan produksi.

(6)

Tenaga Kerja ( X2 )

Koefisien regresi dari faktor produksi ini sebesar -0,003 berarti penambahan satu persen

input tenaga kerja akan menurunkan produksi sebesar 0,3 persen. Faktor produksi ini

berpengaruh tidak nyata terhadap produksi. Jika ditinjau dari elastisitasnya kurang dari satu

namun lebih dari nol (0<EP<1) yang berarti penggunaan faktor produksi tenaga kerja sudah

maksimal, sehingga dengan penambahan tenaga kerja malah menurunkan produksi.

Bibit ( X

3

)

Faktor produksi bibit berpengaruh sangat nyata terhadap produksi dengan koefisien

regresi produksi sebesar 2,267 berarti penambahan satu persen bibit akan meningkatkan

produksi sebesar 226,7 persen, jika ditinjau dari elastisitasnya lebih dari satu (0<EP<1) yang

berarti penambahan bibit meningkatkan produksi sebesar 226,7 persen maka asumsi

pengunaan faktor produksi bibit perlu ditambah dalam upaya peningkatan hasil produksi.

Pupuk Urea ( X4 )

Faktor produksi ini berpengaruh tidak nyata terhadap produksi kelapa sawit dengan

koefisien regresi produksi sebesar -0,002 berarti penambahan satu persen pupuk urea akan

menaikkan produksi sebesar 0,2 persen jika ditinjau dari elastisitasnya kurang dari satu namun

lebih dari nol yang berarti dengan penambahan faktor produksi pupuk akan berpengaruh

dalam meningkatkan produksi.

Herbisida ( X5 )

Koefisien regresi dari faktor produksi herbisida sebesar -0,001 berarti penambahan satu

persen input herbisida akan menurunkan produksi sebesar 0,1 persen. Faktor produksi ini

berpengaruh tidak nyata terhadap produksi, Penggunaan herbisida sangat tidak terlalu penting

dalam peningkatan produksi kelapa sawit

D. Tingkat Keuntungan dan kontribusi Usahatani Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan

Keluarga

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Makartitama diketahui rata-rata produksi

usahatani kelapa sawit petani contoh adalah 1498,83 Kg per hektar, pada masa panen pertama

kali atau 17.985,94 Kg dalam setahun /ha dan ini berarti setiap petani contoh rata-rata

mendapatkan hasil produksi dalam setiap bulannya mendapat lebih kurang 1.498,83 kg.

Rata-rata penerimaan pada petani contoh adalah pada panen pertama Rp 2.740.000, dalam tiap

satu hektar, dan ini berarti penerimaan rata-rata setiap petani contoh dalam produksi tahun

pertama mendapat penerimaan sebesar Rp 9.892.266,67 atau setiap bulannya Rp 824.335,56

dengan harga jual Rp 550/ Kg.

Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani contoh pada usahatani kelapa sawit terdiri

dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan alat besarnya

Rp.331.825,- sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya penggunaan benih, pupuk, pestisida,

dan upah untuk membayar tenaga kerja sebesar Rp.1.842.100. Total biaya biaya produksi Rp.

2.173.925. Pendapatan usahatani kelapa sawit adalah selisih antara penerimaan dan biaya total

produksi yang digunakan. Pendapatan petani contoh usahatani kelapa sawit di desa

(7)

Makartitama perhektar sebesar Rp.7.718.341,66. Sedangkan pendapatan total bersih yang

diterima petani adalah pendapatan bersih dikurangi dengan biaya hidup sehari-hari

Rp.3.001.000 selama masa proses produksi sebesar Rp.4.717.341,66. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Pendapatan Petani Contoh Usahatani Kelapa Sawit di Desa Makartitama Perhektar Pertahun, 2007

No Uraian Jumlah (Rp/th) 1 2 3 4 Produksi (kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp) Biaya Produksi (Rp) 17.985,94 kg Rp 550,00,- Rp 9.892.266,67,- Rp 2.173.925,00,- 5 6 7 Pendapatan

Biaya Hidup sehari-hari(Rp/th) Pendapatan bersih

Rp 7.718.341,66,- Rp 3.001.000,00,- Rp 4.717.341,66,-

Besarnya kontribusi pendapatan petani pada usahatani kelapa sawit terhadap

pendapatan keluarga petani contoh adalah sebesar Rp. 7.718.341,66 per tahun atau sebesar

76,89 persen, sedangkan sumbangan pendapatan petani dari usaha lain adalah sebesar

Rp.1.245.183,33 per tahun atau sebesar 12,41 persen dan sumbangan pendapatan luar

usahatani sebesar Rp.1.073.333,30 atau sebesar 30,69%. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit di desa Makartitama memberikan

kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga petani, dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.

Kontribusi Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit

Terhadap Pendapatan Keluarga Petani Contoh di Desa Makartitama, 2007

No Uraian Pendapatan Prosentase (%)

1 2 3

Usahatani kelapa sawit Usahatani lain

Luar usaha tani

7.718.341,66 1.245.183,33 1.073.333,3 76,89 12,41 30,69 10.036.858,29 100 %

Berdasarkan perhitungan dari hasil penelitian dapat diketahui bawa nilai R/C sebesar

Rp 4,55 yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya produksi akan memberikan penerimaan

sebesar Rp 4,55. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa usahatani kelapa sawit

yang dilakukan oleh petani di Desa Makartitama menguntungkan. Semakin besar keuntungan

yang diperoleh dalam berusahatani hal ini akan mendorong/memotivasi petani untuk

melakukan kegiatan usahatani tersebut.

(8)

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor produksi luas lahan, bibit, berpengaruh sangat nyata terhadap produksi kelapa sawit.

Faktor produksi tenaga kerja, pupuk urea dan herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap

produksi kelapa sawit, dan;

2. Kontribusi pendapatan petani pada usahatani kelapa sawit terhadap pendapatan keluarga

petani contoh adalah sebesar Rp. 7.718.341,66 ha/th atau 76,89 persen. Pendapatan

keluarga rata-rata sebesar Rp. 9.904.757,216 ini didapat dari pendapatan lain seperti

berdagang, dan menanam tanaman yang lain misalnya sayuran. Usahatani kelapa sawit

memberikan hasil yang nyata terhadap pendapatan keluarga dilihat dari hasil perhitungan

dengan R/C.

B. Saran

1. Untuk lebih meningkatkan hasil produksi kelapa sawit maka perlu meningkatkan

penggunaan faktor-faktor produksi seperti luas lahan, bibit, pupuk dan ditambah

peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja petani kelapa sawit dalam

mengusahakan usahatani agar lebih maksimal, dan;

2. Diharapkan adanya pembinaan dari pemerintah melalui penyuluh pertanian mengenai

budidaya dan peningkatan hasil produksi usahatani kelapa sawit dalam rangka

peningkatan kesejahteraan masyarakat petani khususnya petani kelapa sawit .

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Yan. dkk.2002. Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan

Pemasaran Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya

Hadisapoetra. 1983. Biaya dan Pendapatan Dalam Usahatani. Yogyakarta: Departemen

Tenaga Kerja. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada

Hernanto. 1983. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya

Soeharjo dan Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Bogor: Departemen Ilmu

Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: CV. Rajawali. Pers

Soekartawi. 1995. Pembangunan Pertanian. Jakarta: Rajawali Pers

Referensi

Dokumen terkait

Kecenderungan pembelian impulsif berdasarkan pendapatanatau uang saku (H 7a ), dimana tidak teruji signifikan ada perbedaan pembelian impulsif antar kelompok yang

Antarmuka atau interface sangat mirip dengan kelas,tapi tanpa atribut kelas dan memiliki metode yang dideklarasikan tanpa isi. Deklarasi metode pada sebuah

Ketidakbermaknaan korelasi tingkat gejala adiksi internet dengan aktivitas yang dilakukan jika tidak tersedia dana, dapat dijelaskan karena sebagian besar

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam penelitian ini ada lima jenis komponen lingkungan pendukung produksi udang yang akan dihitung nilai ecological footprintnya yaitu

Hambatan lain yang ditemukan dalam melakukan dokumentasi adalah validitas data yang dituliskan masih berdasarkan rutinitas.Pelaksanaan asuhan keperawatan masih

Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi,

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 272 / Kpts.II / 2003 tanggal 12 Agustus 2003 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan