UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMA
MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
ELFRIDA MEGAWATI NIM : 081188830010
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
M E D A N
i
ABSTRAK
Elfrida. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.
Penelitian ini berfokus pada rendahnya hasil pembelajaran matematika dalam aspek pemecahan masalah, komunikasi matematik dan aktivitas siswa dalam belajar matematika yang rendah, respon terhadap kegiatan pembelajaran matematika masih rendah serta pembelajaran yang diterapkan selama ini belum tepat. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan pemecahan masalah dan komunikasi matematis. Salah satu upaya adalah menerapkan pembelajaran berbasis masalah.
ii
ABSTRACT
ELFRIDA, Efforts to improve the ability of problem solving and mathematical communication high school students through problem-based learning. Thesis. Medan: Postgraduate Program State University of Medan, 2013.
This study focused on the low achievement of mathematical learning in problem solving, mathematical communication and student activity was low and mathematical learning which was applied less efficient. Therefore, it needs an effort to improve learning process, problem solving and mathematical communication. One of effort was the implementation of problem-based learning.
iii
KATA PENGANTAR
Segala pujian, hormat dan syukur penulis naikkan ke hadirat Sang
Pencipta Alam Semesta, pemilik kekuatan, hikmat dan wahyu yang menyertai dari
awal sampai akhir penulisan tesis ini. Penulisan tesis ini juga dapat diselesaikan
berkat bantuan moral maupun material dari berbagai pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. DR. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku pembimbing I dan Ibu Dra.Ida
Karnasih, M.Sc.,Ed.,Ph.D, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
mengorbankan pikiran dan waktu dalam memotivasi pada penyusunan tesis
ini.
2. Bapak DR. Edi Syahputra, M.Pd, sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus sebagai narasumber I, Bapak
DR. Hasratuddin, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus sebagai narasumber II, Bapak
Prof. DR. Pargaulan Siagian, M.Pd, sebagai narasumber III, yang telah banyak
memberikan masukkan dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. DR. Ibnu Hajar, selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. DR. H.
Abdul Muin Sibuea, M.Pd, selaku Direktur Pascasarjana UNIMED dan Bapak
DR. Arif Rahman, M.Pd, selaku Asisten Direktur I Pascasarjana UNIMED,
yang telah memberikan kesempatan serta bantuan administrasi selama
iv
4. Bapak/Ibu dosen yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat berharga
selama mengikuti studi dan penulisan tesis di Pascasarjana UNIMED.
5. Bapak Dapot Tua Manullang, SE, M.Si sebagai staf Prodi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak membantu penulis
khususnya dalam administrasi perkuliahan di UNIMED.
6. Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sibolangit Drs. Joni Siregar, M.Si dan
rekan-rekan guru SMA Negeri 1 Sibolangit yang telah banyak membantu
dalam pelaksanaan penelitian.
7. Ayahanda tercinta Alm. Hotman Siahaan dan ibunda tercinta Alm. Tiodor
Silitonga, serta saudara terkasih Ir. Tanjung Siahaan, Rosana Susi Yanti
Siahaan, S.H, Hendra Jaya S.P, Wisnu S.Sos yang selalu memberi motivasi
kepada penulis.
Kiranya Tuhan memberikan balasan kelimpahan berkat yang baik atas
setiap pertolongan dan bimbingan yang diberikan, dan semoga tesis ini
bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya.
Medan, 31 Agustus 2013
Penulis,
v
A.Belajar dan Pembelajaran Matematika... 16
B.Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika... 21
C.Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika... 24
D.Kemampuan Komunikasi Matematik... 30
E.Pembelajaran Berbasis Masalah... 41
F.Respon Siswa... 60
G.Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah... 61
H.Hasil Penelitian Yang Relevan... 62
I. Kerangka Berpikir... 63
1. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah... 63
2. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik... 65
3. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat Meningkatkan Aktivitas Aktif Siswa... 67
vi
C. Subjek Penelitian... 71
D.Mekanisme dan Rancangan Penelitian... 71
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data... 80
F. Teknik Analisis Data... 110
BAB IV... 115
A. Hasil Pelaksanaan Siklus I... 115
1. Analisa Lembar Aktivitas Siswa (LAS)... 116
2. Hasil Observasi Aktivitas Aktif Siswa Siklus I... 124
3. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I... 127
4. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik... 129
5. Hasil Analisa Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran... 131
6. Refleksi... 134
a. Refleksi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah... 134
b. Refleksi Terhadap Aktivitas Aktif Siswa Terhadap Pembelajaran... 152
c. Refleksi Terhadap Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran.... 152
7. Hasil Analisa Pembelajaran Siklus I... 153
8. Revisi Instrumen Tes dan Perangkat Pembelajaran... 154
B. Hasil Pelaksanaan Siklus II... 155
1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II... 155
2. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 158
3. Hasil Observasi Aktivitas Aktif Siswa ... 162
4. Hasil Respon Siswa Terhadap Pembelajaran... 166
5. Refleksi... 169
a. Refleksi Terhadap Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah... 169
b. Refleksi Terhadap Aktivitas Siswa... 179
c. Refleksi Terhadap Respon Siswa... 180
6. Analisa Hasil Pembelajaran Siklus II... 181
C. Pembahasan Penelitian... 181
1. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah... 181
2. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik... 183
3. Peningkatan Aktivitas Aktif Siswa... 185
4. Peningkatan Respon Siswa... 186
BAB V... 188
A. Simpulan... 188
B. Saran... 190
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah... 57
Tabel 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 78
Tabel 3.2 Daftar Nama Validator... 80
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Pengetahuan Materi Prasyarat Pemecahan Masalah... 81
Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Pengetahuan Materi Prasyarat Komunikasi Matematik... 83
Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Pengetahuan Materi Pemecahan Masalah Siklus I... 85
Tabel 3.6 Kisi-kisi Tes Pengetahuan Materi Pemecahan Masalah Siklus II... 86
Tabel 3.7 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah... 89
Tabel 3.8 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Prasyarat... 90
Tabel 3.9....Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Materi Prasyarat... 90
Tabel 3.10 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I... 91
Tabel 3.11 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus I... 91
Tabel 3.12 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II... 91
Tabel 3.13 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus II... 92
Tabel 3.14 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran... 92
Tabel 3.15 Hasil Validasi Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Prasyarat... 94
Tabel 3.16 Matematik Hasil Validasi Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Materi Prasyarat... 95
Tabel 3.17 Hasil Validasi Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I... 95
Tabel 3.18 Matematik Hasil Validasi Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Siklus I... 96
Tabel 3.19 Hasil Validasi Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II... 96
Tabel 3.20 Matematik Hasil Validasi Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Siklus II... 96
Tabel 3.21 Hasil Realibilitas Uji Coba... 98
Tabel 3.22 Hasil Daya Beda Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Prasyarat... 100
Tabel 3.23 Hasil Daya Beda Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Materi Prasyarat... 101
Tabel 3.24 Hasil Daya Beda Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I... 101
Tabel 3.25 Hasil Daya Beda Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus I... 101
Tabel 3.26 Hasil Daya Beda Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II... 102
Tabel 3.27 Hasil Daya Beda Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus II... 102
Tabel 3.28 Klasifikasi Tingkat Kesukaran... 103
Tabel 3.29 Hasil tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Prasyarat... 104
Tabel 3.30 Hasil tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Materi Prasyarat... 104
viii
Tabel 3.32 Hasil tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi
Matematik Siklus I... 104
Tabel 3.33 Hasil tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II... 105
Tabel 3.34 Hasil tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus II... 105
Tabel 3.35 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis siklus-1... 105
Tabel 3.36 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis siklus-2... 106
Tabel 3.37 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematik... 107
Tabel 3.38 Kategori Aktivitas Aktif Siswa pada Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 108
Tabel 4.1 Aktivitas Aktif Siswa Siklus I... 124
Tabel 4.2 Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I... 127
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I... 127
Tabel 4.4 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siklus-I... 130
Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siklus I... 130
Tabel 4.6 Hasil Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus I... 132
Tabel 4.7 Hasil Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus I... 133
Tabel 4.8 Hasil Pembelajaran Siklus I... 153
Tabel 4.9 Revisi Instrumen dan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Hasil Refleksi Siklus I... 154
Tabel 4.10 Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II... 155
Tabel 4.11 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II... 156
Tabel 4.12 Tingkat Pemecahan Masalah Siklus I... 157
Tabel 4.13 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah... 157
Tabel 4.14 Nilai Tes Komunikasi Matematik Siklus II... 158
Tabel 4.15 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus II... 159
Tabel 4.16 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik... 161
Tabel 4.17 Hasil Aktivitas Aktif Siswa Terhadap Pembelajaran Pada Siklus II... 162
Tabel 4.18 Peningkatan Aktivitas Siswa Terhadap Pembelajaran... 165
Tabel 4.19 Hasil Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus II... 166
Tabel 4.20 Hasil Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran... 167
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas... 71
Gambar 4.1 Hasil Pemecahan Masalah 1 oleh Kelompok-2... 118
Gambar 4.2 Hasil Pemecahan Masalah 2 oleh Kelompok-4... 121
Gambar 4.3 Hasil Pemecahan Masalah 3 oleh Kelompok-3... 123
Gambar 4.4 Persentase Aktivitas Aktif Siswa dalam Setiap Kategori Siklus I... 126
Gambar 4.5 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Siklus I... 128
Gambar 4.6 Kemampuan Komunikasi Matematika Siklus-I... 131
Gambar 4.7 Diagram Batang Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran Siklus I... 133
Gambar 4.8 Pola Jawaban Butir Soal No.1 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 135
Gambar 4.9 Pola Jawaban Butir Soal No.1 Jawaban Benar Tetapi Tidak Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 135
Gambar 4.10 Pola Jawaban Butir Soal No.1 Jawaban Benar dan Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 136
Gambar 4.11 Pola Jawaban Butir Soal No.2 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 137
Gambar 4.12 Pola Jawaban Butir Soal No.2 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 138
Gambar 4.13 Pola Jawaban Butir Soal No.2 Jawaban Benar Tetapi Tidak Mengikuti Langkah-langkah PenyelesaiaMasalah... 139
Gambar 4.14 Pola Jawaban Butir Soal No.2 Jawaban Benar Tetapi Tidak Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 140
Gambar 4.15 Pola Jawaban Butir Soal No.2 Jawaban Benar dan Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 141
Gambar 4.16 Pola Jawaban Butir Soal No.3 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 142
Gambar 4.17 Pola Jawaban Butir Soal No.3 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 142
Gambar 4.18 Pola Jawaban Butir Soal No.3 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 143
Gambar 4.19 Pola Jawaban Butir Soal No.3 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 144
Gambar 4.20 Pola Jawaban Butir Soal No.3 Jawaban Benar Tetapi Tidak Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 145
Gambar 4.21 Pola Jawaban Butir Soal No.3 Jawaban Benar dan Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 146
Gambar 4.22 Pola Jawaban Butir Soal No.4 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 147
Gambar 4.23 Pola Jawaban Butir Soal No.3 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 148
x
Gambar 4.25 Pola Jawaban Butir Soal No.3 Jawaban Benar Tetapi Tidak
Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 150
Gambar 4.26 Pola Jawaban Butir Soal No.3 Jawaban Benar dan Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 151
Gambar 4.27 Diagram Batang Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II... 156
Gambar 4.28 Diagram Garis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah... 158
Gambar 4.29 Diagram Batang Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus II... 160
Gambar 4.30 Diagram Garis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik... 161
Gambar 4.31 Persentase Aktivitas Aktif Siswa dalam Setiap Kategori Siklus II... 163
Gambar 4.32 Peningkatan Aktivitas Siswa Terhadap Pembelajaran... 166
Gambar 4.33 Diagram Respon Siswa Pada Siklus II... 168
Gambar 4.34 Pola Jawaban Butir Soal No.1 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 170
Gambar 4.35 Pola Jawaban Butir Soal No.1 Jawaban Benar Tetapi Tidak Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 170
Gambar 4.36 Pola Jawaban Butir Soal No.1 Jawaban Benar dan Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 171
Gambar 4.37 Pola Jawaban Butir Soal No.2 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 172
Gambar 4.38 Pola Jawaban Butir Soal No.2 Jawaban Benar Tetapi Tidak Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 173
Gambar 4.39 Pola Jawaban Butir Soal No.2 Jawaban Benar dan Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 174
Gambar 4.40 Pola Jawaban Butir Soal No.3 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 175
Gambar 4.41 Pola Jawaban Butir Soal No.3 Jawaban Benar Tetapi Tidak Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 175
Gambar 4.42 Pola Jawaban Butir Soal No.3 Jawaban Benar dan Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 176
Gambar 4.43 Pola Jawaban Butir Soal No.4 Jawaban Tidak Dapat Diselesaikan dengan Tuntas... 177
Gambar 4.44 Pola Jawaban Butir Soal No.4 Jawaban Benar Tetapi Tidak Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 178
Gambar 4.45 Pola Jawaban Butir Soal No.4 Jawaban Benar dan Mengikuti Langkah-langkah Penyelesaian Masalah... 179
Gambar 4.46 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siklus I Dan Siklus II... 182
Gambar 4.47 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Pada Siklus I Dan Siklus II... 184
Gambar 4.48 Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Siklus I Dan Siklus II... 185
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
BUKU GURU
BUKU SISWA
LEMBAR AKTIVITAS SISWA LAMPIRAN B
KISI-KISI SOAL
PEDOMAN PENSKORAN
INSTRUMEN
KUNCI JAWABAN LAMPIRAN C
DAFTAR NAMA VALIDATOR
HASIL VALIDASI INSTRUMEN LAMPIRAN D
HASIL UJI COBA LAMPIRAN E
HASIL PENELITIAN
PENENTUAN KELOMPOK LAMPIRAN F
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat terutama di
bidang telekomunikasi, informasi dalam hitungan detik dapat kita terima,
sehingga apapun yang terjadi di belahan dunia ini dapat segera diketahui.
Perkembangan IPTEK yang begitu pesat mengakibatkan adanya suatu masa yang
disebut Era Globalisasi. Suatu era yang menuntut sumber daya manusia harus
cakap dan handal sehingga mampu berkompetisi secara global.
Rosabeth Moss Kanter seorang motivator kenamaan mengatakan bahwa
pada era globalisasi dibutuhkan seseorang yang memiliki ketrampilan menemukan
konsep-konsep baru, membuka jaringan dan memiliki kompetensi untuk
memenuhi standar pekerjaan yang paling tinggi atau yang dikenal dengan 3-C
(concept, competence, connection) yang akan menjadikan dirinya seorang World
Class (bahrul hayat, 2009:5). Apabila sumber daya manusia pada suatu negara
tidak memenuhi standard world class maka negara tersebut akan menjadi negara
yang terbelakang dibandingkan dengan negara yang maju disegala aspek
kehidupan. Journal of Organizational Change Management (1995) menyebutkan
bahwa wacana globalisasi itu biasanya merujuk pada penerapan nilai-nilai Barat
yang kapitalis sehingga ada peluang bagi Barat untuk kembali melakukan
„kolonialisasi‟ dalam pengertian modern, yaitu penjajahan secara ekonomi (Walck
2
Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar dalam meningkatkan
kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan sosial, teknologi,
maupun ekonomi. Pendidikan satu-satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang
dan seyogianya berfungsi untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu
tinggi (Soejadi: 1999). Untuk menjawab tuntutan globalisasi maka dunia
pendidikan harus berupaya melakukan pembaharuan pendidikan secara terencana,
terarah dan berkesinambungan.
Matematika sebagai ratunya ilmu pengetahuan (queen of sciences) sangat
dibutuhkan dalam era globalisasi, karena melalui matematika ilmu pengetahuan
yang lain menjadi sempurna dalam menjawab berbagai masalah kehidupan
sehari-hari. Melihat pentingnya peranan matematika dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dalam kehidupan sehari-hari maka matematika perlu dipahami
oleh peserta didik mulai dari tingkat pendidikan prasekolah hingga tingkat
perguruan tinggi.
Matematika sebagai mata pelajaran di sekolah dinilai cukup penting, baik
membentuk pola pikir siswa sehingga berkualitas maupun penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan, karena
matematika merupakan sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan
sistematis.
Pembelajaran matematika menjadi pusat perhatian para pendidik dalam
memampukan siswa untuk menerapkan konsep dan prinsip matematika dalam
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Sinaga (1999:1) mengatakan bahwa:
3
seumur hidup dalam abad globalisasi. Karena itu penguasaan tingkat tertentu
terhadap matematika diperlukan bagi semua peserta didik agar kelak dalam
hidupnya memungkinkan untuk dapat pekerjaan yang layak karena abad
globalisasi, tiada pekerjaan tanpa matematika. Cockroft (dalam Mulyono,
2003:253) mengatakan bahwa: matematika perlu diajarkan kepada siswa karena:
(1) Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) Semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis,
ketelitian, dan kesadaran keruangan; (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang. Hal ini senada dengan tujuan
pembelajaran matematika yang tercantum dalam kurikulum 2004, yaitu: “agar
siswa memahami atau menguasai penerapan konsep-konsep matematika dan
saling keterkaitannya serta mampu menerapkan berbagai konsep matematika
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi secara
ilmiah”. (Depdiknas, 2004)
Pada kenyataannya Wahyudin (dalam Marzuki, 2006) menyatakan bahwa
matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami siswa.
Ruseffendi (dalam Setiawan, 2008:2) menyatakan bahwa matematika bagi
anak-anak pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan mata
pelajaran yang paling dibenci. Sumarno (1987) menyatakan bahwa penguasaan
siswa terhadap pemahaman dan penalaran matematika secara keseluruhan masih
4
Selanjutnya Sumarno (1993) menyatakan bahwa kemampuan siswa SMA kelas X
dalam menyelesaikan masalah matematika pada umumnya belum memuaskan.
Banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang
menakutkan bahkan merupakan mata pelajaran yang paling sulit dipelajari.
Turmudi (2008:1) mengatakan ”bertahun-tahun telah diupayakan agar matematika
dapat dikuasai siswa dengan baik oleh ahli pendidikan dan ahli pendidikan
matematika. Namun hasilnya masih menunjukkan bahwa tidak banyak siswa yang
menyukai matematika.” Bahkan tidak sedikit anak yang takut pada pelajaran
matematika. Keadaan ini menggambarkan bahwa siswa kurang berhasil dalam
pelajaran matematika.
Hal ini juga tercermin dari rata-rata kelas untuk pelajaran matematika,
daya serap dan ketuntasan belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Sibolangit untuk
tahun pelajaran 2007/2008 masih rendah yaitu 60 untuk rata-rata kelas, 60 %
untuk daya serap dan 65% untuk ketuntasan belajar. Data tersebut
memperlihatkan bahwa hasil belajar siswa masih belum mencapai yang
diharapkan kurikulum, yaitu 65 untuk rata-rata kelas, 65% untuk daya serap dan
80% untuk ketuntasan belajar, (sumber: nilai raport siswa tahun pelajaran
2007/2008).
Rendahnya nilai matematika siswa diakibatkan karena dalam pembelajaran
tidak terlaksana tujuan pembelajaran umum matematika yang dirumuskan oleh
National Council of Teacher of Mathematic (NCTM:2000):
5
bernalar; ketiga, belajar untuk memecahkan masalah; keempat,belajar untuk mengaitkan ide; dan kelima, pembentukan sikap positif terhadap matematika.
Hasil survei Trend in Mathematics and Sciences Study (TIMMS) tahun
1999 Indonesia pada posisi ke 34 dari 48 negara dalam bidang matematika. Lima
negara terbaik saat itu adalah Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Jepang dan
Belgia. Dalam TIMMS tahun 2003 Indonesia pada posisi 34 dari 45 negara, dan
separuh pelajar kelas II dan III SLTP Indonesia dikategorikan berada di bawah
standar rata-rata skor Internasional. Urutan siswa Indonesia masih berada di
bawah Singapura dan Malaysia dalam penguasaan Matematika. Marpaung ( 2006
: 7 ) menyatakan bahwa prestasi yang dicapai oleh wakil-wakil Indonesia dalam
Olimpiade Matematika Internasional dari tahun 1995 sampai tahun 2002 selalu di
bawah median, misalnya tahun 2003 prestasi Indonesia mencapai urutan 37 dari
82 peserta.
Beberapa hal yang menjadi ciri praktek pendidikan di Indonesia belum
relevan dengan tujuan pembelajaran matematika didukung oleh Marpaung (2006
:7) mengatakan bahwa:
Pembelajaran matematika (lama), yang sampai sekarang pada umumnya masih berlangsung di sekolah (kecuali sekolah mitra PMRI), didomisili paradigma lama yaitu paradigma mengajar dengan ciri-ciri: (a) guru aktif mentransfer pengetahuan ke pikiran siswa; (b) siswa menerima pengetahuan secara pasif (murid berusaha menghafal pengetahuan yang diterima); (c) pembelajaran bersifat mekanistik; (d) pembelajaran dimulai dari guru dengan menjelaskan konsep atau prosedur menyelesaikan soal, memberi soal-soal latihan pada siswa; (e) guru memeriksa dan memberi skor pada pekerjaan siswa, dan (f) jika siswa melakukan kesalahan guru memberi hukuman dalam berbagai bentuk (pengaruh behavorisme).
Pendapat di atas menekan bahwa pengajaran yang terjadi selama ini
6
mengajarkan, bukan membelajarkan siswa. Guru belum berupaya secara
maksimal memampukan siswa memahami konsep/prinsip matematika,
mengungkapkan ide-ide, mampu berabstraksi, serta menunjukkan kegunaan
konsep dan prinsip matematika dalam memecahkan masalah dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Pembelajaran konvensional beranggapan bahwa guru berhasil apabila
dapat mengelola kelas sedemikian rupa dengan siswa-siswa terlatih dan tenang
mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Pengajaran dianggap sebagai proses
penyampaian fakta-fakta kepada para siswa, sementara para siswa mencatatnya
pada buku catatan. Guru yang baik adalah guru yang menguasai bahan, dan
selama proses belajar mengajar mampu menyampaikan materi tanpa melihat buku
pelajaran. Guru yang baik adalah guru yang selama 2 kali 45 menit dapat
menguasai kelas dan berceramah dengan suara lantang. Materi pelajaran yang
disampaikan sesuai dengan GBPP atau apa yang telah tertulis di dalam buku
paket. Ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar.
Menurut Haryati (2006 : 6) menyatakan bahwa Paradigma lama, dimana
guru dianggap sebagai “orang yang serbatau segalanya” harus di hilangkan. Guru
sebagai fasilitator berfungsi membantu siswa untuk mengembangkan potensinya,
dengan cara memberikan pelayanan pembelajaran. Agar upaya guru
mengembangkan potensi anak berhasil maka harus dipilih metode belajar yang
sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar yang nyaman
7
Dalam pembelajaran matematika guru diharapkan dapat memampukan
siswa menguasai konsep dan memecahkan masalah dengan kebiasaan berpikir
kritis, logis, sistematis, dan berstuktur. National Council of Teacher Mathematics
(NCTM) menganjurkan, problem solving must be the focus of school
mathematics (Sobel and Maletsky, 1988:53). Demikian juga Polya (dalam
Sinaga, 2007 : 6) menyatakan, “In my opinion, the first duty of a teacher of
mathematics is to use this opportunity. He should to everything in his power to
develop his student ability to solve problem”.
Tuntutan kedua kutipan ini adalah pentingnya guru merancang dan
menerapkan model pembelajaran matematika berdasarkan masalah. Guru
matematika memiliki tugas utama, berusaha sekuat tenaga memampukan siswa
memecahkan masalah sebab salah satu fokus pembelajaran matematika adalah
pemecahan masalah, sehingga kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap siswa
adalah standar minimal tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang terefleksi pada pembelajaran matematika dengan kebiasaan berpikir dan
bertindak memecahkan masalah.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran
matematika dalam aspek pemecahan masalah dan komunikasi matematik masih
rendah. Atun (2006: 66) menyatakan dalam penelitiannya: perolehan skor pretes
untuk kemampuan pemecahan masalah matematik pada kelas eksperimen
mencapai rata-rata 25,84 atau 33,56 %. Demikian juga menurut pengamatan
penulis selaku guru matematika di SMA Negeri 1 Sibolangit bahwa respon siswa
terhadap soal-soal pemecahan masalah dan komunikasi matematik umumnya
8
pemecahan masalah yang berhubungan dengan masalah kehidupan sehari-hari.
Salah satu materi yang dirasa sulit oleh sebahagian siswa yaitu program linear.
Biasanya siswa kesulitan dalam membuat model matematika dari masalah yang
diberikan berupa soal cerita. Begitu juga setelah memodelkan, sebahagian mereka
kesulitan membuat grafik dari sistem persamaan linearnya untuk menentukan
jawab optimal.
Kemampuan pemecahan masalah pada dasarnya merupakan salah satu
diantara hasil belajar yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika di
tingkat sekolah manapun ( Sumarmo, 1994). Oleh karena itu pembelajaran
matematika hendaknya selalu ditujukan agar dapat terwujudnya kemampuan
pemecahan masalah, sehingga selain dapat menguasai matematika dengan baik
siswa juga berprestasi secara optimal. Dengan demikian pembelajaran
matematika tidak hanya dilakukan dengan mentransfer pengetahuan kepada
siswa, tetapi juga membantu siswa untuk membentuk pengetahuan mereka
sendiri serta memberdayakan siswa untuk mampu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya.
Dalam proses pembelajaran dibutuhkan komunikasi yang baik antara siswa
dengan guru demikian juga sebaliknya. Kemampuan komunikasi setiap individu
akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang bersangkutan dan membentuk
kepribadiannya, ada individu yang memiliki pribadi positif dan ada pula yang
berkepribadian negative.
Sejalan dengan itu, Koehler and Prior (1993: 281-282) menegaskan bahwa
9
“Most would agree that teaching and learning could occur without texts,
blackboards, or manipulatives, but we maintain that the learning process would
exist for only a very few students if classroom interaction with teachers and peers
were eliminated. Teacher-student interactions are indeed the heartbeat of the
teaching-learning process”.
Kutipan di atas menyatakan bahwa pengajaran dan pembelajaran boleh
berlaku tanpa buku teks, papan tulis, atau bahan manipulatif, tetapi proses
pembelajaran hanya akan terwujud bagi beberapa siswa saja apabila interaksi
siswa dengan guru dan rekannya dihapuskan. Interaksi siswa dengan guru dan
rekan sebayanya merupakan “denyutan nadi” proses pengajaran dan
pembelajaran.
Dengan demikian, interaksi sosial antara guru dan siswa, siswa dan siswa,
secara individu atau kelompok kecil merupakan salah satu proses komunikasi
yang harus diwujudkan dalam belajar dan pembelajaran matematik.
Dalam pembelajaran matematika, indikator komunikasi matematis
menurut NCTM (1989: 214) dapat dilihat dari : (1) kemampuan
menginterpresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; (2) kemampuan
memahami, menginterprestasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik
secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya; (3) Kemampuan dalam
menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya
untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan
10
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan diatas kemampuan pemecahan
masalah dan komunikasi matematis penting dikuasai siswa. Oleh karena itu, perlu
dipikirkan upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematik.
Salah satu strategi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
dan komunikasi matematis adalah dengan memberikan penuntun-penuntun yang
dapat mengarahkan siswa ke arah pemecahan masalah dan komunikasi matematis,
yang hal ini yang ditemukan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang melibatkan siswa aktif secara optimal, memungkinkan siswa melakukan
eksplorasi, observasi, eksperimen, investigasi, pemecahan masalah yang
mengintegrasikan ketrampilan dan konsep-konsep dasar dari berbagai konten area.
Pembelajaran ini meliputi menyimpulkan informasi sekitar masalah, melakukan
sintesa dan mempresentasikan apa yang telah diperoleh siswa untuk disampaikan
kepada siswa lainnya. Belajar berbasis masalah berarti siswa memberi makna
terhadap situasi yang dihadapi serta berusaha membangun dan memahami konsep
dari suatu materi dengan cara terlibat aktif dalam memecahkan masalah. Pada
pembelajaran berbasis masalah guru diharapkan dapat mampu menciptakan
pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan dan proses
matematika serta menginvestigasi, menyusun konjektur, mengeksplorasi,
merencanakan langkah-langkah penyelesaian dan kemudian menyelesaikan
masalah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pembimbing, fasilitator, dan
11
Berdasarkan paparan diatas, penulis merasa perlu untuk merealisasikan
upaya tersebut dalam suatu penelitian dengan judul: Upaya Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematik Siswa SMA
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka
yang menjadi identifikasi penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah
dan komunikasi matematis siswa adalah sebagai berikut:
1. Kualitas pendidikan masih rendah.
2. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika belum
sesuai dengan harapan.
3. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan komunikasi
matematika siswa masih rendah.
4. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran rendah dan belum
menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif.
5. Interaksi antar siswa dalam pembelajaran matematika belum optimal.
6. Motivasi siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.
7. Aktivitas aktif siswa dalam belajar matematika masih rendah.
8. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika masih rendah.
9. Siswa sulit menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah dan
12
C.Pembatasan Masalah
Mengingat permasalahan diatas terlalu luas, maka peneliti membatasi
masalah hanya pada:
1. Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah.
2. Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan
penerapan pembelajaran berbasis masalah.
3. Aktifitas aktif siswa selama pembelajaran berbasis masalah.
4. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan
menerapkan pembelajaran berbasis masalah.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
yang menjadi rumusan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimanakah ketuntasan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah?
2. Bagaimanakah ketuntasan kemampuan komunikasi matematika siswa
selama proses pembelajaran berbasis masalah?
3. Bagaimanakah aktifitas aktif siswa dalam penerapan pembelajaran
berbasis masalah?
4. Bagaimana respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika
dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah dalam kaitannya
13
E.Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah.
2. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa selama
proses pembelajaran berbasis masalah.
3. Mengetahui aktifitas aktif siswa dalam penerapan pembelajaran berbasis
masalah.
4. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah dalam
kaitannya dengan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematik.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sekaligus
memberi manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa: siswa memperoleh variasi pembelajaran matematika yang
dapat mengoptimalkan pemecahan masalah dan komunikasi matematika
siswa dan mendapat pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan
sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran yang memungkinkan
meningkatnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.
2. Bagi guru matematika dan peneliti: sebagai masukan dalam menentukan
strategi atau pendekatan pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki
14
pembelajaran dapat tercapai dan mengembangkannya untuk dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematika siswa dan membuat siswa semakin tertarik dan berminat
dalam belajar matematika.
3. Bagi sekolah: dapat dijadikan masukan bagi sekolah sebagai alternatif
pembelajaran matematika bagi usaha perbaikan proses pembelajaran
dimasa yang akan datang.
G.Defenisi Operasional
Berikut merupakan beberapa istilah yang perlu didefenisikan secara
operasional dengan maksud agar tidak terjadi kesalahan penafsiran:
1. Model pembelajaran berbasis masalah adalah: Suatu model
pembelajaran yang mengacu pada 5 (lima) langkah-langkah pokok
pembelajaran yaitu: (1) orentasi siswa pada masalah, (2) mengorganisir
siswa untuk belajar (3) membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah
yaitu:
(1) memahami masalah, (2) merencanakan penyelesaian, (3)
melaksanakan penyelesaian, (4) memeriksa kembali kebenaran
15
3. Kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan komunikasi
secara tertulis yang diukur berdasarkan kemampuan siswa dalam
menjawab soal tes kemampuan komunikasi matematik berbentuk uraian
yang terdiri dari (1) menyatakan masalah kehidupan sehari-hari ke dalam
simbol-simbol atau bahasa matematis, (2) menginterpretasikan gambar ke
dalam model matematika, (3) menuliskan informasi dari pernyataan ke
dalam bahasa matematika.
4. Aktifitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini aktifitas yang dimaksud
adalah membaca, menulis, mendengar, bertanya, berdiskusi, merangkum
dan aktifitas yang tidak relevan dalam KBM.
5. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran adalah pendapat setuju,
sangat setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap
komponen model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Respon siswa
diukur dengan menggunakan instrumen respon siswa terhadap kegiatan
188
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitan yang telah diuraikan
sebelumnya maka dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Ketuntasan kemampuan pemecahan masalah dapat meningkat melalui penerapan
pembelajaran berbasis masalah. Hal ini diketahui dari rata-rata skor kemampuan
pemecahan masalah pada tes pengetahuan materi prasyarat adalah 44,64, kemudian
rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah pada siklus I adalah 66,18, kemudian
meningkat menjadi 72,73 pada tes kemampuan pemecahan masalah siklus kedua.
Persentase siswa yang telah memiliki kemampuan pemahaman matematik pada
siklus pertama adalah 54,55% meningkat menjadi 81,82% pada siklus kedua.
2. Ketuntasan kemampuan komunikasi matematik dapat meningkat melalui penerapan
pembelajaran berbasis masalah. Hal ini diketahui dari rata-rata skor kemampuan
komunikasi matematik siswa pada tes pengetahuan materi prasyarat adalah 50,30,
pada siklus pertama adalah 70 meningkat menjadi 73 pada siklus kedua. Persentase
siswa yang telah mampu berkomunikasi secara matematik pada siklus pertama
adalah 60,6 % meningkat menjadi 81,82% pada siklus kedua.
3. Penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas aktif siswa.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktif siswa. Pada katagori pengamatan “mendiskusikan LAS secara berkelompok dengan menggunakan buku siswa dan
buku-buku yang relevan dengan masalah yang diberikan” berada pada batas
189
Pada katagori “diskusi antar siswa” telah berada pada batas yang ditetapkan 15% ≤
PWI ≤ 25% dengan persentase waktu ideal 17,22. Pada katagori “diskusi antar siswa
dan guru” telah berada pada batas yang ditetapkan 5% ≤ PWI ≤ 5% dengan
persentase waktu ideal 12,5. Pada katagori “mengajukan pertanyaan” telah berada pada batas yang ditetapkan 0% ≤ PWI ≤ 10% dengan persentase waktu ideal 8,05.
Pada katagori “menyelesaikan masalah pada LAS” telah berada pada batas yang
ditetapkan 10% ≤ PWI ≤ 20% dengan persentase waktu ideal 14,14. Pada katagori
“memperagakan hasil/menyampaikan pendapat/ide tentang masalah yang ada pada
LAS” telah berada pada batas yang ditetapkan 5% ≤ PWI ≤ 15% dengan persentase
waktu ideal 8,59. Pada katagori “mencatat hal-hal yang relevan dengan Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM)” telah berada pada batas yang ditetapkan 0% ≤ PWI ≤
10% dengan persentase waktu ideal 14,14. Pada katagori “membuat kesimpulan dari
penyelesaian masalah dalam LAS” telah berada pada batas yang ditetapkan 5% ≤
PWI ≤ 15% dengan persentase waktu ideal 10,28. Pada katagori “portofilio
(menyelesaikan PR dan hasil karya yang terdapat LAS” telah berada pada batas
yang ditetapkan 5% ≤ PWI ≤ 15% dengan persentase waktu ideal 5,56. Aktivitas
Aktif siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah telah
memenuhi kriteria yang ditentukan dimana model pembelajaran dikatakan efektif
jika delapan kategori dari kriteria toleransi pencapaian keefektifan waktu yang
digunakan pada sembilan butir dipenuhi.
4. Respon siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran berbasis masalah
adalah positif. Pembelajaran ini membuat siswa senang, lebih berani tertarik untuk
mengikuti pembelajaran berikutnya dengan pembelajaran berbasis masalah, dan
190
B. SARAN
Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Ketuntasan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika siswa
dapat meningkat melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah. Hasil analisis
data, perangkat pembelajaran, maupun instrumen yang dihasilkan dalam penelitian
ini dapat dijadikan referensi dalam upaya peningkatan ketuntasan kemampuan
pemecahan masalah maupun kemampuan komunikasi matematik siswa pada jenjang
yang berbeda ataupun mata pelajaran yang berbeda dengan penelitian ini.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi sekolah untuk mengambil
kebijakan peningkatan mutu dan inovasi pembelajaran di sekolah, karena dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa.
3. Penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas aktif siswa .
Informasi mengenai aktivitas siswa memperlihatkan pentingnya siswa dibekali
kemampuan berdiskusi dan bernegosiasi sehingga orientasi siswa tidak hanya pada
penyelesaian soal saja tetapi terhadap penguasaan materi.
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijaksanaan karena dapat memberikan respon positif terhadap kegiatan
191
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Amir, M. T. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ansari, B. I. (2009). Komunikasi Matematik : Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh : PeNa
Arikunto, Suharsimi ( 1991). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Bandung : Bumi Aksara
. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Arends, Richard I. (2008). Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar) Buku
Satu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
. (2008). Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar) Buku Dua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Atun, I. (2006). Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Kooperatif Tipe
Student Achievment Divisions Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan masalah dan Komunikasi Siswa. Tesis tidak diterbitkan.
Bandung: Program Pasca Sarjana UPI Bandung.
Ben-Zeev, T, & Sternberg, R.J. (1996). The Nature 0f Mathematical Thinking.
Mahwah. NJ: Lawrence Erlbaum Assosiates, Inc.
Cangara, H. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dhitya. (2008). Komunikasi Matematik, (Online), (http://dhityaprivate.blogspot. com.html diakses 28 September 2012)
Hamalik. (2003). Strategi Baru Berdasarkan CBSA. Bandung : Sinar Baru
Haryati, M. (2006). Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi: Teori dan Praktek. Jakarta : Gaung Persada Press.
192
Hergenhahn, B.R. & Olson, M.H. (2008). Theories of Learning (Teori Belajar). Edisi Ketujuh, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hudojo. H. (1990). Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya
di Depan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional.
. (2001). Common Textbook: Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran Matematika. Edisi Revisi. Malang: JICA-Universitas
Negeri Malang.
Hutajulu, P.CH. (2012). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan
Bantuan Assesment Authentic Sebagai Upaya Meningkatkan Aktifitas Aktif Siswa dan Kemampuan Memecahkan Masalah. Tesis tidak
diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED Medan.
Ibrahim, M. Dan Nur, M. (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.
Isjoni, H. (2009). Pembelajaran Kooperatif. Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joyce, B. & Weil, M. (2009). Models of Teaching (Model-model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kadir. (2008). Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran
Matematika di SMP. (Online). (http://kadirrea.blogspot.com/2008/06/
pendekatan-pemecahan-masalah.html diakses 28 September 2012).
Karnasih, I. (2001). Prospek Pendidikan Matematika di Sumatera Utara, Dalam Seminar Sehari 5 Nopember 2001.
Koehler, M.S. & Prior, M. (1993). Classroom Interaction: The Hertbeat Of The
Teacing / Learning Process. In D.T. Owens (ed) Research Ideas For The Classroom : Middle Grades Mathematics (m.s 280-298). New York
: Macmillan Publishing Company For NCTM.
Krulik, S. and Jesse, A. R. (1996). The New Sourcebook For Teaching Reasoning
and Problem Solving in Junior and Senior High School, Allyn and
Bacon. Needham Heights, Massachusetts.
Kurikulum 2004 (2004), Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika
Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta :
Depdiknas.
Marzuki, A. (2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
193
Pemecahan Masalah Matematik Siswa. Tesis tidak diterbitkan.
Bandung : PPS UPI.
Marpaung, Y. (2006) Karakteristik PMRI (Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia) Jurnal Pendidikan Matematika MATHEDU, Volume I Nomor I. Edisi Januari 2006. Surabaya : PPS UNESA.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards For School Mathematics. Reston, VA: Authur.
. (2000a). Principles and Standards For School Mathematics. Reston, VA: NCTM
. (2000b). Principles and Standards For A New Century 2000 Year
Book. Reston, VA: NCTM
PGSM, Tim Pelatih Proyek. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Jakarta: Depdikbud.
Polya, G. (1985). On Solving Mathematichal Problem In High School, dalam
Kulik Stephan & Ray’s, Robert E (eds) Problem Solving In School Mathematics. Reston – Virginia. NCTM
Russefendi. (1988). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya Dalam Mengajar Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.
. (1991) Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua, Murid,
Guru, dan SPG Seri Kelima. Bandung: Tarsito.
. (1998) Statistika Dasar Untuk Penelitian. Bandung: IKIP Bandung Press.
Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komukasi
Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan, Bandung: PPS UPI
Bandung.
Sinaga, B. (1999). Efektivitas Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
(Problem –Based Instruction) Pada Kelas I SMU Dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: PPS IKIP
194
. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Bedasarkan
Masalah Berbasis Budaya Batak. Disertasi tidak diterbitkan, Surabaya:
PPS Universitas Surabaya.
Setiawan, A. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: PPS
UPI
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sulastri, Y. L. (2009). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui
Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistic Siswa Sekolah Menengah. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program
Pascasarjana UPI Bandung.
Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian IKIP Bandung: Tidak Dipublikasikan.
. (2004). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Makalah pada Seminar
Tingkat Nasional FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Tarwiyah. (2011). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Yang
Menekankan Pada Representasi Matematik Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Sekolah Menengah Pertama. Tesis tidak
diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED Medan.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika
(Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cita
Pustaka.
Widjaja, HA. W. (2001). Pengantar Studi Ilmu Komunikasi. Edisi revisi, Jakarta: Rineka Cipta.
Winkel, W.S (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: P.T. Grasindo.