PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI
MATEMATIS SISWA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA
REALISTIK DAN KONVENSIONAL
T E S I S
Oleh:
HERLINA YUNITA S
0809715009
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI
MATEMATIS SISWA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA
REALISTIK DAN KONVENSIONAL
T E S I S
Oleh:
HERLINA YUNITA S
0809715009
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
HERLINA YUNITA S. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Dan Koneksi Matematis Siswa Dengan Pendekatan Matematika Realistik Dan
Konvensional
Tujuan dari penelitian ini untuk: (1) mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran PMR lebih tinggi dibanding siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional; (2) mengetahui apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran PMR lebih tinggi dibanding siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional; (3) mendeskripsikan kadar aktivitas aktif siswa selama pembelajaran dengan PMR; (4) mendeskripsikan respon siswa terhadap PMR; (6) mendeskripsikan proses penyelesaian siswa di kelas yang diajar dengan PMR dan konvensional.
Penelitian ini merupakan semi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Salapian Kabupaten Langkat. Secara acak dipilih dua kelas dari empat kelas. Kelas eksperimen diberi perlakuan Pendekatan Matematika Realistik dan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan komunikasi matematis; (2) tes kemampuan koneksi matematis; (3) lembar observasi. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validasi isi, serta koefisien reliabilitas sebesar 0,71 dan 0,69 beturut-turut untuk kemampuan komunikasi dan koneksi matematis.
Analisis data dilakukan dengan analisis kovarian (ANAKOVA), karena melibatkan kemampuan awal siswa sebagai variabel penyerta. Dari hasil perhitungan, didapat nilai Fres = 57,03 > Ftabel = 3,98 untuk komunikasi dan Fres = 23,34 > Ftabel = 3,98 untuk koneksi. Berdasarkan hasil tersebut hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan PMR lebih tinggi dibanding siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional; (2) kemampuan koneksi matematis siswa yang diajar dengan PMR lebih tinggi dibanding siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional; (3) siswa terlibat aktif dalam pembelajaran; (4) siswa memberikan respon yang baik terhadap pembelajaran PMR; (5) proses penyelesaian siswa dengan PMR lebih baik dibanding dengan pembelajaran konvensional.
ii
ABSTRACT
S YUNITA. The Difference of Students’ Mathematic Communication and Connection ability by Using Realistic Mathematic Education and Conventional
The purposes of this study are to determine: (1) to know whether students’ communication ability by learning RME higher than students that taught by conventional learning; (2) to know whether students’ connection ability by learning RME higher than students that taught by conventional learning; (3) describe students’ active activity degree while using RME; (4) describe students’ responds about RME; (5) describe students’ finishing process at the class that taught by RME and conventional.
This study is a semi-experimental study. This study population is a class X student of SMA Negeri 1 Salapian Kabupaten Langkat. Randomly has selected two of four classes as research subject. RME is given to the experiment class and conventional is given to the control class. The instrument used consisted of: (1) mathematic communication ability test; (2) mathematic connection ability test; (3) the observation sheet. The instrument has been declared eligible content validity, and reliability coefficient of 0.71 and 0.69 respectively for mathematic communication and connection ability.
Data analysis was performed by analysis of covariance (ANACOVA) because the first of students’ ability is involved as enclosing variable. The results showed that the value of Fres= 57.03>Ftable= 3.98, for communication and Fres= 23.34>Ftable= 3.98, for connection. The research result shows that: (1) the students’ mathematic communication ability that taught by RME is higher than students that taught by conventional learning; (2) the students’ mathematic connection ability that taught by RME is higher than students that taught by conventional learning; (3) the students are actively involved in learning; (4) students give a good respond to the RME; (5) the students’ completion process by RME is better than conventional learning.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih
yang memberikan rahmat dan tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis dengan judul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Dan
Koneksi Matematis Siswa Dengan Pendekatan Matematika Realistik Dan
Konvensional”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis sampai terselesainya tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha
Pengasih memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih
dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:
1. Prof.Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Prof. Dr.
Pargaulan Siagian, M.Pd. selaku pembimbing II ditengah-tengah
kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dan memberikan motivasi
sangat berarti bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.
2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED dan Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku
Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED
yang telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, Bapak Prof Dr. Dian Armanto, M.Pd.,
M.A., M.Sc., Ph.D dan Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd, selaku
narasumber yang telah memberikan arahan dan kritik yang membangun untuk
menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.
4. Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan semangat dan
membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED.
6. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten Direktur I Program
iv
7. Bapak Drs. Sahren Karo-karo selaku Kepala SMA Negeri 1 Salapian,
Kabupaten Langkat beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan
kesempatan dan izin kepada penulis untuk melalukan penelitian.
8. Teristimewa kepada Ayahanda J. Sidauruk, S.Pd. dan Ibunda Nurdina, S.Pd
serta adik-adikku Tulus L.P.S, S.Pd., Rosmalina Sidauruk, Yuli Handita Ria
Lina S dan Yohana Aguslina, serta kepada Bobe yang selalu memberikan doa
dan dukungan yang besar selama dalam pendidikan hingga terselesaikannya
tesis ini.
9. Seluruh saudara seiman Pemuda/I GPI sid. Kebun Pisang, jemaat dan para
Bapak Hamba Tuhan yang telah menjadi keluarga bagi penulis selama ini.
Terimakasih untuk dukungan doa yang tak pernah terhenti untuk penyelesaian
tesis ini.
10.Sahabat seperjuangan angkatan XVI Prodi Matematika terkhusus kelas A (Pak
Bahrul, Pak Yusri, Pak Joni, Pak Irwan, Bu Yusfiatini, Kak Inur, Kak Fira,
Kak Ira, Kak Frida, Kak Rani, Bang Badzlan, Kak Posma, Kak Ina) yang telah
memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis.
11.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan
dalam penyelesaian tesis ini yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua yang telah diberikan
Bapak/Ibu serta saudara/i, kirannya kita semua tetap dalam lindungan-Nya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dari
tesis ini, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian
lebih lanjut.
Medan, Februari 2012
Penulis
v
1.7 Definisi Operasional ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar dalam Matematika ... 13
2.2 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 15
2.3 Kemampuan Koneksi Matematis ... 21
2.4 Pendekatan Matematika Realistik ... 23
2.5 Pendekatan Pembelajaran Konvensional ... 31
2.6 Aktifitas Aktif Siswa ... 33
2.7 Respon Siswa ... 35
2.8 Proses Penyelesaian Siswa dalam Menyelesaikan Masalah ... 36
2.9 Teori Belajar yang Mendukung PMR ... 37
2.10Hasil Penelitian yang Relevan ... 39
2.11Kerangka Konseptual 2.11.1 Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dengan PMR Lebih Tinggi Dibanding Siswa dengan Konvensional ... 42
2.11.2. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa dengan PMR Lebih Tinggi Dibanding Siswa dengan Konvensional ... 44
2.11.3 Siswa dengan Pembelajaran PMR Terlibat Aktif ... 45
2.11.4 Siswa Akan Memberikan Respon Positif Terhadap Pembelajaran PMR ... 46
2.11.5 Proses Penyelesaian Siswa dalam Memecahkan Masalah ... 46
2.12 Hipotesis Penelitian ... 43
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 48
3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 48
3.3Populasi dan Sampel ... 48
3.4Mekanisme dan Rancangan Penelitian ... 49
3.5Variabel Penelitian ... 53
3.6Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 54
3.7Teknik Analisis Data ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian ... 84
4.1.1 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis ... 84
4.1.2 Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis ... 91
4.1.3 Analisis Deskriptif Kadar Aktivitas Aktif Siswa ... 99
vi
4.1.5 Deskripsi Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ... 102
4.2 Analisis Statistik Inferensial Hasil Penelitian ... 113
4.2.1 Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Komunikasi Matematis ... 113
4.2.2 Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Koneksi Matematis ... 124
4.3 Temuan Penelitian ... 137
4.3.1 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 137
4.3.2 Kemampuan Koneksi Matematis ... 139
4.3.3 Aktivitas Siswa ... 140
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 141
4.4.1 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 141
4.4.2 Kemampuan Koneksi Matematis ... 142
4.4.3 Kadar Aktivitas Aktif Siswa ... 143
4.4.4 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran PMR ... 143
4.4.5 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ... 144
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 145
5.2 Saran ... 146
vii
DAFTAR TABEL
TABEL Hal
2.1 Langkah-Langkah Pendekatan Matematika Realistik ... 31
2.2 Perbedaan antara Pembelajaran dengan PMR dan Konvensional ... 34
3.1 Rancangan Penelitian Eksperimen ... 51
3.2 Tabel Kisi-Kisi Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 55
3.3 Pedoman Penyekoran Tes kemampuan Komunikasi Matematis ... 56
3.4 Tabel Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ... 57
3.5 Pedoman Penyekoran Tes kemampuan Komunikasi Matematis ... 58
3.6 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 59
3.7 Hasil Validasi Tes Awal Komunikasi Matematis ... 60
3.8 Hasil Validasi Tes Awal Koneksi Matematis ... 60
3.9 Hasil Validasi Tes Akhir Komunikasi Matematis ... 60
3.10 Hasil Validasi Tes Akhir Komunikasi Matematis ... 61
3.11 Hasil Analisis Validitas Tes Awal Ujicoba Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematis ... 63
3.12 Hasil Analisis Validitas Tes Akhir Ujicoba Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematis ... 63
3.13 Analisis Reliabilitas Tes Awal Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematis ... 65
3.14 Analisis Reliabilitas Tes Akhir Kemampuan Komunikasi dan Konkesi Matematis ... 65
3.15 Kategori Aktivitas Siswa ... 66
3.16 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ... 67
3.17 Rancangan Analisis Data untuk ANAKOVA ... 72
3.18 Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat Uji, dan Uji Statistik ... 82
4.1 Pre-test Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 83
4.2 Pre-test Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 83
4.3 Post-test Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 86
4.4 Post-test Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 86
4.5 Hasil Tes Awal dan Tes akhir Kemampuan Komunikasi Matematis ... 89
4.6 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis ... 89
4.7 Pre-test Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 91
4.8 Pre-test Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 91
viii
4.10 Post-test Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen Secara
Kuantitatif ... 93 4.11 Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Koneksi Matematis ... 96
4.12
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Koneksi Matematis ... 97 4.13 Kadar Aktivitas Aktif Siswa Selama Pembelajaran dengan PendekatanMatematika Realistik ... 98 4.14 Hasil Rekap Data Angket Respon Siswa ... 100 4.15 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Komunikasi Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 106 4.16 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Akhir Komunikasi Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 106 4.17 Hasil Uji Homogenitas Varians Kemampuan Awal Komunikasi Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 114 4.18 Hasil Uji Homogenitas Varians Kemampuan Akhir Komunikasi Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 114 4.19 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Komunikasi
Matematis Kelas Kontrol ... 116 4.20 Koefesien Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Komunikasi Matematis Kelas Kontrol ... 116 4.21 Uji Linieritas Komunikasi Matematis kelas Kontrol ... 117 4.22 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen ... 118 4.23 Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen ... 118 4.24 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Komunikasi
Matematis Kelas Eksperimen ... 119 4.25 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan
Komunikasi matematis ... 120 4.26 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Komunikasi ... 120 4.27 Koefisien Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Komunikasi ... 121 4.28 Analisis Kovarians Kemampuan Komunikasi Untuk Kesejajaran
Model Regresi ... 121 4.29 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Komunikasi Matematis ... 123 4.30 Parameter Estimates Kemampuan Komunikasi Matematis ... 123 4.31 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Koneksi Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ... 125 4.32 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Akhir Koneksi Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ... 125 4.33 Hasil Uji Homogenitas Varians Kemampuan Awal Koneksi Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 125 4.34 Hasil Uji Homogenitas Varians Kemampuan Akhir Koneksi Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 126 4.35 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Koneksi
ix
4.36 Koefesien Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Koneksi Matematis Kelas Kontrol ... 128 4.37 Uji Linieritas Koneksi Matematis kelas Kontrol ... 129 4.38 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Koneksi
Matematis Kelas Eksperimen ... 130 4.39 Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen ... 130 4.40 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Koneksi
Matematis Kelas Eksperimen ... 131 4.41 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Koneksi matematis ... 132 4.42 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan
Koneksi ... 133 4.43 Koefisien Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Koneksi ... 133 4.44 Analisis Kovarians Kemampuan Koneksi Untuk Kesejajaran Model
Regresi ... 134 4.45 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
x
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Hal
3.1Tahapan Alur Kerja Penelitian ... 52
4.1Nilai Pre-Test Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Kontrol ... 84
4.2 Pre-Test Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen ... 85
4.3 Interval Nilai Kemampuan Awal Komunikasi Matematis Kelas Kontrol dan Eksperimen. ... 85
4.4 Nilai Post-Test Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Kontrol ... 87
4.5 Nilai Post-Test Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen ... 87
4.6 Interval Nilai Tes Akhir Kemampuan Komunikasi Matematis ... 88
4.7 Pre-Test Kemampuan Koneksi Matematis kelas Kontrol... 92
4.8 Pre-Test Kemampuan Koneksi Matematis kelas Eksperimen ... 92
4.9 Kategori Nilai Tes Awal Kemampuan Koneksi Matematis ... 93
4.10 Post-Test Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Kontrol ... 94
4.11 Post-Test Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen ... 95
4.12 Interval Nilai Tes Akhir Kemampuan Koneksi Matematis ... 95
4.13 Rata-rata Persentase Aktivitas aktif Siswa dengan PMR ... 99
4.14 Respon Siswa terhadap Pembelajaran PMR ... 100
4.15 Proses Penyelesaian Komunikasi Matematis Soal 1 di Kelas Eksperimen... 101
4.16 Proses Penyelesaian Komunikasi Matematis Soal 1 di Kelas Kontrol ... 101
4.17 Proses Penyelesaian Komunikasi Matematis Soal 2 di Kelas Eksperimen... 102
4.18 Proses Penyelesaian Komunikasi Matematis Soal 2 di Kelas Kontrol ... 102
4.19 Proses Penyelesaian Komunikasi Matematis Soal 3 di Kelas Eksperimen... 103
4.20 Proses Penyelesaian Komunikasi Matematis Soal 3 di Kelas Kontrol ... 104
4.21 Proses Penyelesaian Komunikasi Matematis Soal 4 di Kelas Eksperimen... 105
4.22 Proses Penyelesaian Komunikasi Matematis Soal 4 di Kelas Kontrol ... 105
4.23 Proses Penyelesaian Koneksi Matematis Soal 1 di Kelas Eksperimen ... 107
4.24 Proses Penyelesaian Koneksi Matematis Soal 1 di Kelas Kontrol ... 107
4.25 Proses Penyelesaian Koneksi Matematis Soal 2di Kelas Eksperimen ... 108
4.26 Proses Penyelesaian Koneksi Matematis Soal 2 di Kelas Kontrol ... 108
4.27 Proses Penyelesaian Koneksi Matematis Soal 3 di Kelas Eksperimen ... 109
4.28 Proses Penyelesaian Koneksi Matematis Soal 3 di Kelas Kontrol ... 110
4.29 Proses Penyelesaian Koneksi Matematis Soal 4 di Kelas Eksperimen ... 111
4.30 Proses Penyelesaian Koneksi Matematis Soal 4 di Kelas Kontrol ... 111
4.31 Contoh Lembar Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama ... 137
4.32 Contoh Lembar Aktivitas Siswa Pertemuan keempat ... 137
4.33 Contoh LAS Pertemuan 4 ... 138
4.34 Contoh Hasil Kerja Siswa Terkait Persamaan Kuadrat ... 138
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan. Apalagi,
seiring berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang begitu pesat,
terutama di bidang informasi, yang mengakibatkan jarak dan waktu bukan lagi
hambatan dalam memperoleh informasi. Kemajuan ini membawa kita pada suatu
masa atau era yang disebut dengan Era Globalisasi. Akan ada banyak hal yang terjadi
dalam era ini. Salah satu contoh yang mulai terlihat adalah pasar bebas yang
menuntut peningkatan sumber daya manusia (SDM).
Harus diakui, pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan
sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu,
seharusnya kita dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia agar tidak kalah
bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Namun, kenyataan
yang terjadi justru sebaliknya. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan. Seperti yang tertulis dalam sebuah situs, yang meyebutkan data
UNESCO (2011) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human
Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan,
kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia jauh dibawah negara-negara lain dan mendapat
peringkat ke 124 dari 187 negara.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
2
mulai diperkenalkan sejak Taman Kanak-kanak. Berbeda dengan Fisika dan Kimia
misalnya, yang baru dipelajari di tingkat SMP. Ini menunjukkan, pemerintah juga
setuju, bahwa matematika sangat diperlukan dalam kehidupan, terutama untuk
menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan (Permen No.22 tahun 2006).
Meskipun demikian, ada hal yang justru sangat ironis yang mungkin telah menjadi
rahasia umum. Matematika ternyata belum bisa menjadi pelajaran yang difavoritkan.
Justru sebaliknya, phobia matematika masih kerap menghinggapi perasaan sebagian
besar siswa. Seperti yang dikemukakan Ruseffendi (2001:15) bahwa matematika
(ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak
disenangi.
Ketidaksukaan siswa terhadap matematika tentu patut dipertanyakan, apalagi
bagi kalangan pendidik yang terlibat secara langsung dengan pendidikan. Meskipun
guru bukanlah satu-satunya faktor penyebab dalam hal tersebut, namun guru
memiliki peranan besar dalam pendidikan. Diduga, ketidaksukaan siswa tersebut
menjadi salah satu penyebab utama yang membuat rendahnya kualitas pendidikan
matematika, seperti yang ditunjukkan oleh data TIMSS (2007) yang mencatat bahwa
Indonesia berada di posisi ke-36 dari 49 negara peserta untuk Matematika dengan
nilai rata-rata 405 dan pada PISA tahun 2009, Indonesia hanya menduduki rangking
61 dari 65 peserta dengan rata-rata skor 371, sementara rata-rata skor internasional
adalah 496.
Hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Salapian sendiri juga masih tergolong
rendah. Hal tersebut terlihat dari data nilai ujian semester yang belum mencapai nilai
yang diharapkan. Dari 40 siswa, hanya 9 siswa yang mendapat nilai cukup,
3
dalam memecahkan masalah belum menunjukkan adanya komunikasi atau koneksi
matematis. Rendahnya hasil belajar matematika siswa ini tentunya tidak terlepas dari
peran guru dalam mengelola pembelajaran. Menurut Marpaung (2004) guru
cenderung memindahkan pengetahuan yang dimilki ke pikiran siswa, mementingkan
hasil dari pada proses, mengajarkan secara urut halaman per halaman tanpa
membahas keterkaitan antara konsep-konsep atau masalah. Hal yang sama
dikemukakan oleh Hadi (2010) yang menyatakan:
Beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran matematika di Indonesia selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah atau ekspositori sementara para siswa mencatatnya pada buku catatan. Guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada para siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa.
Untuk mengatasi hal di atas, proses pembelajaran di kelas perlu diubah, dengan
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan guru bertindak sebagai
sutradara dan fasilitator untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir
matematika. Dengan demikian, nantinya siswa diharapkan memiliki kemampuan
bernalar, representasi, berpikir kritis dan kreatif, mampu mengkoneksikan semua
pengetahuan yang didapat sebelumnya, mampu berkomunikasi, memiliki rasa
percaya diri untuk memecahkan masalah secara matematika, yang juga dikenal
dengan ”standar proses daya matematika” atau NCTM menyebutnya dengan istilah
mathematical power process standards.
Mulyasa (2003: 21) menjelaskan bahwa “acuan kurikulum berbasis kompetensi
4
satunya adalah memiliki kemampuan berkomunikasi”. Ada dua alasan penting,
mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuh kembangkan di kalangan
siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar
alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), matematika tidak hanya sebagai alat untuk
menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi
matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide
secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity:
artinya matematika sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran, matematika juga
sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa
(Baroody dalam Ansari, 2009: 4). Namun, faktanya “penekanan pembelajaran di
Indonesia lebih banyak pada penguasaan ketrampilan dasar (basic skills) namun
sedikit atau sama sekali tidak ada penekanan untuk kehidupan sehari-hari,
berkomunikasi secara matematis dan bernalar secara matematis”.
Seperti yang dikemukakan Shadiq (2007: 2), proses belajar yang selama ini
masih menggunakan pembelajaran konvensional membuat siswa hanya sebagai
penerima informasi, membuatnya cenderung bersikap pasif. Siswa dianggap telah
berhasil dalam belajar, apabila dapat menghafal rumus sebanyak mungkin, dan
mampu menggunakannya dalam mengerjakan soal tanpa tahu apa kegunaan dari
semua yang dipelajarinya. Ketika bertemu dengan soal, siswa cenderung langsung
memperhatikan angka yang tertera, dan menghitung mengikuti contoh yang telah
diberikan guru tanpa terlebih dahulu memahami apa masalah yang terkandung dalam
soal tersebut. Tentu saja, hal tersebut menghilangkan makna dari pembelajaran
5
matematis siswa ini menjadi sebuah permasalahan serius yang harus segera
ditangani.
Selain komunikasi, kemampuan koneksi matematis siswa juga tidak kalah
penting untuk diperhatikan. Permen Diknas No.22 tahun 2006 mencantumkan salah
satu tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah diantaranya adalah menjelaskan
keterkaitan antar konsep. Hal ini menunjukkan pentingnya hubungan atau koneksi
dalam matematika, baik antar materi dalam matematika itu sendiri, maupun dengan
ilmu lain dan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan proses pembelajaran yang
berlangsung selama ini, kemampuan koneksi siswa dalam matematika semakin
terlihat memudar. Berkutatnya pembelajaran kepada rumus-rumus dan hafalan,
membuat siswa tidak menyadari adanya keterkaitan antara apa yang sedang
dipelajarinya dengan apa yang telah dipelajarinya, atau dengan kehidupannya
sehari-hari. Yang terpikir hanyalah bagaimana mendapatkan jawaban dengan cepat tanpa
proses yang panjang, apalagi mengingat-ingat materi sebelumnya. Padahal, setiap
bagian matematika bukanlah bagian yang terpisah-pisah, melainkan satu kesatuan
yang tetap memiliki keterkaitan dan tak dapat berdiri sendiri tanpa bagian yang lain.
Dari pengalaman langsung peneliti terhadap siswa kelas XI, dapat dikatakan
bahwa siswa-siwa tersebut tidak pernah berpikir bahwa apa yang telah dipelajarinya
di kelas X memiliki keterkaitan terhadap materi yang sedang dipelajarinya.
Kebanyakan dari mereka sibuk mengotak-atik rumus yang diberikan pada topik
tersebut. Pada topik lingkaran misalnya, siswa-siswa tidak tahu bahwa nilai
Diskriminan yang mereka pelajari di kelas X pada topik Persamaan Kuadrat
digunakan juga dalam topik lingkaran untuk mempelajari hubungan garis lurus
6
nilai Diskriman dari sebuah persamaan kuadrat. Bukanlah suatu kebetulan yang
sempurna jika mencantumkan kemampuan koneksi dalam “standar proses daya
matematika”.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut adalah dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik (PMR), yang
diketahui telah berkembang sejak tahun 1970-an. Menurut Tarigan (2006) ada lima
karakteristik PMR, yaitu: (1) menggunakan masalah kontekstual, (2) menggunakan
model, (3) kontribusi siswa, (4) kegiatan interaktif, (5) keterkaitan materi. Kelima
karakteristik tersebut wajib terlihat pada Pendekatan Matematika Realistik.
Penggunaan model dan keterkaitan materi inilah, yang akan menunjang perbaikan
kemampuan siswa dalam koneksi dan berkomunikasi.
PMR didasari oleh filosofi bahwa matematika dipandang sebagai aktivitas
manusia, sehingga matematika seharusnya tidak diberikan dalam bentuk jadi kepada
siswa, melainkan siswa harus mengkonstruk sendiri isi pengetahuan melalui
penyelesaian masalah-masalah kontekstual secara interatif, baik secara informal
maupun secara formal, sehingga mereka menemukan sendiri atau dengan bantuan
orang dewasa/guru (guided reinvention), apakah jawaban mareka benar atau salah.
Hal tersebut sesuai dengan yang diutarakan dalam Permen Diknas No.22 tahun 2006,
yang mengatakan bahwa “Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika
hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi
(contextual problem).
Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap
dibimbing untuk menguasai konsep matematika”. Beberapa penelitian pendahuluan
7
realistik sekurang-kurangnya dapat membuat matematika lebih menarik, relevan, dan
bermakna, tidak terlalu formal, dan tidak terlalu abstrak, mempertimbangkan tingkat
kemampuan siswa, menekankan belajar matematika pada learning by doing,
memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian
(algoritma) yang baku, menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran
matematika (Kuiper dan Kuiner 1993). Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak
boleh dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi (passive
receivers of ready-made mathematics). Menurutnya pendidikan harus mengarahkan
siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan
kembali matematika dengan cara mereka sendiri. Indonesia pun mulai mengadaptasi
dan menerapkan PMR di beberapa sekolah tingkat SD/MI dan diberi nama
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah
seperti berikut:
1. Hasil belajar siswa masih rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan.
2. Kemampuan siswa berkomunikasi matematis masih rendah.
3. Kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah.
4. Proses penyelsaian siswa dalam memecahkan masalah belum menunjukkan
adanya komunikasi dan koneksi matematis.
5. Proses pembelajaran selama ini kurang relevan dengan tujuan pembelajaran dan
karakteristik matematika di sekolah.
8
7. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika cenderung tidak menyukainya, karena
menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit.
8. Pendekatan yang digunakan oleh guru masih menggunakan pendekatan
konvensional.
9. Kurangnya keterkaitan matematika yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.
1.3Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, pada penelitian ini, dibatasi hanya pada:
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
2. Kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah.
3. Aktivitas siswa selama pembelajaran cenderung pasif.
4. Sikap siswa yang kurang menyukai pelajaran matematika.
5. Proses penyelesaian siswa dalam memecahkan masalah.
Dari beberapa pendekatan pembelajaran yang ada, banyak pendekatan
pembelajaran yang mungkin digunakan, tetapi khusus dalam penelitian ini penulis
akan membatasi pada penggunaan metode PMR, dan materi yang akan digunakan
adalah Fungsi Kuadrat.
1.4 Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini
adalah:
1. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan PMR lebih
tinggi dibanding dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional?
2. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang diajar dengan PMR lebih
9
3. Bagaimana kadar aktivitas aktif siswa dengan pembelajaran PMR?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan PMR?
5. Bagaimana proses penyelesaian siswa yang diajar dengan PMR dan
Konvensional?
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan yang diajukan dalam penelitian ini, maka yang
menjadi tujuan dalm penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa dengan PMR lebih
tinggi dibanding dengan siswa yang belajar dengan pendekatan konvensional.
2. Untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa dengan PMR lebih
tinggi dibanding dengan siswa yang belajar dengan pendekatan konvensional.
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana kadar aktivitas aktif siswa dengan
pembelajaran PMR.
4. Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran dengan PMR.
5. Untuk mendeskripsikan proses penyelesaian siswa yang diajar dengan PMR dan
Konvensional?
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi usaha
memperbaiki proses pembelajaran matematika dengan menerapkan model
pembelajaran. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan :
1) Manfaat bagi Siswa.
Memberikan motivasi dan aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar, dapat
10
siswa untuk dapat memiliki kemampuan komunikasi dan koneksi matematis
melalui Pendekatan Matematika Realistik (PMR) .
2) Manfaat bagi Guru.
Meningkatkan kemampuan guru dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar dan
membiasakan guru menggunakan metode mengajar serta meningkatkan
profesionalitas guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di
sekolah.
3) Manfaat bagi Sekolah.
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pegelolaan
pendidikan dalam mengambil kebijakan dalam penerapan inovasi pembelajaran baik
matematika maupun pelajaran lain sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan
dan kualitas guru.
4) Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat digunakan dalam
proses belajar mengajar di kelas khususnya pada pokok bahasan turunan.
1.7Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap penafsiran istilah-istilah yang
digunakan, akan dijelaskan beberapa istilah yang didefenisikan secara operasional
dengan tujuan penelitian ini menjadi lebih terarah. Adapun istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Pendekatan Matematika Realistik (PMR) adalah prosedur yang digunakan dalam
membahas bahan pelajaran matematika yang memiliki karakteristik (a)
menggunakan konteks, (b) menggunakan model, (c) kontribusi siswa, (d) kegiatan
interaktif, (e) keterkaitan materi.
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa adalah kompetensi siswa dalam
11
mengekspresikan ide-ide matematika secara tertulis serta menggambarnya secara
visual. (2) Kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide
matematik secara tertulis maupun dalam bentuk visual lainnya. (3) Kemampuan
menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan strukturnya untuk
menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.
3. Kemampuan koneksi matematis siswa adalah kemampuan siswa memahami
hubungan antar topik matematika, koneksi terhadap mata pelajaran lain serta
koneksi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pendekatan konvensional adalah prosedur yang biasa digunakan guru dalam
membahas bahan pelajaran matematika dengan tahapan guru menjelaskan materi
pelajaran, siswa diberikan kesempatan bertanya, siswa mengerjakan latihan, guru
dan siswa membahas latihan.
5. Kadar aktivitas aktif siswa adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran berlangsung dan diamati oleh dua orang observer dan diukur
berdasarkan pencapaian waktu ideal yang meliputi: (1) mendengar, memperhatikan
penjelasan guru, (2) membaca/memahami masalah kontekstual di LAS, (3)
menyelesaikan masalah/menemukan cara dan jawaban dari masalah, (4) menulis
penyelesaian masalah, merangkun dan meyimpulkan suatu prosedur/konsep, (5)
memperagakan hasil/presentasi, (6) berdiskusi/bertanya kepada teman/bertanya
pada guru, (7) menarik kesimpulan suatu prosedur/konsep, (8) mencatat hal-hal
yang relevan dengan proses belajar mengajar, (9) kegiatan yang tidak relevan
dengan pembelajaran.
6. Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui pendapat atau komentar siswa
12
setelah pembelajaran, yang berisi meliputi: pendapat siswa terhadap komponen
materi pelajaran, LAS, buku siswa, cara belajar dan cara guru mengajar.
7. Fungsi Kuadrat adalah materi yang diajarkan pada kelas X berdasarkan KTSP tahun
2006. Adapun materi yang diajarkan dalam materi tersebut meliputi: (1) merancang
model matematika dari masalah autentik/nyata yang berkaitan dengan persamaan
kuadrat, menyelesaikan modelnya dan menafsirkan hasilnya; (2) menggunakan sifat
dan aturan tentang akar-akar persamaan kuadrat dan diskriminan dalam
memecahkan masalah; (3) melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis
yang berkaitan dengan sifat dan aturan dalam persamaan kuadrat; (4) merancang
model matematika dari masalah kontekstual yang berkaitan dengan fungsi kuadrat,
menyelesaikan modelnya dan menafsirkan hasilnya; (5) menggambar grafik fungsi
kuadrat; (6) menggunakan sifat dan aturan tentang koefisien, diskriminan, sumbu
simetri, titik puncak grafik fungsi kuadrat dalam memecahkan masalah kontekstual
dan mampu melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan
dengan fungsi kuadrat.
8. Kemampuan prasyarat siswa adalah kemampuan siswa yang diukur melalui pre-test.
9. Pre-test adalah tes yang diberikan pada siswa sebelum dilakukan perlakuan, di mana pre-test tersebut dikembangkan dari materi prasyarat yaitu Operasi Aljabar, Persamaan Kuadrat di kelas IX dan Persamaan Linier.
10. Post-test adalah tes yang diberikan pada siswa setelah diberikan perlakuan, di mana
145
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran
dengan PMR dengan menekankan pada kemampuan komunikasi dan koneksi
matematis maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kemampuan komunikasimatematis antara siswa SMA Negeri 1 Salapian yang
diberi pembelajaran dengan PMR lebih tinggi dibanding kemampuan
komunikasi matematis siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Hal ini
terlihat dari hasil analisis kovarians (ANAKOVA) bahwa siswa yang diajar di
kelas kontrol memiliki nilai lebih rendah 2,054 dibanding siswa di kelas
eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis
siswa yang diajar dengan pembelajaran dengan PMR lebih tinggi 2,054
dibanding siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.
2. Kemampuan koneksi matematis antara siswa SMA Negeri 1 Salapian yang
diberi pembelajaran dengan PMR lebih tinggi dibanding kemampuan
komunikasi matematis siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Hal ini
terlihat dari hasil analisis kovarians (ANAKOVA) bahwa siswa yang diajar di
kelas kontrol memiliki nilai lebih rendah 8,917 dibanding siswa di kelas
eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis
siswa yang diajar dengan pembelajaran dengan PMR lebih tinggi 8,917
146
3. Kadar aktivitas aktif siswa selama pembelajaran, untuk
mendengar/memperhatikan guru, memahami LAS, buku siswa dan lain-lain,
menemukan cara penyelesaian, menyelesaikan masalah, mengajukan
pertanyaan, diskusi, memperagakan hasil, membuat kesimpulan dan kegiatan
yang tidak relevan dengan pembelajaran, berada pada batas toleransi
Persentasi Waktu Ideal (PWI).
4. Respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran dengan PMR
adalah positif.
5. Proses penyelesaian jawaban siswa dengan Pendekatan Matematika Realistik
lebih bervariasi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
5.2 Saran
Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian, maka disampaikan
beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yaitu:
1. Kepada Guru
a. Pembelajaran menggunakan PMR pada pembelajaran matematika yang
menekankan kemampuan komunikasi matematis dan koneksi matematis
siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan
pembelajaran matematika yang inovatif khususnya dalam mengajarkan
materi Persamaan Kuadrat dan Fungsi Kuadrat.
b. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana
belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara
mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi
147
c. Agar pembelajaran dengan PMR lebih efektif diterapkan pada pembelajaran
matematika, sebaiknya guru harus membuat perencanaan mengajar yang
baik dengan daya dukung sistem pembelajaran yang baik (Buku Guru, Buku
Siswa, LAS, dan RPP).
d. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori pembelajaran
dan model pembelajaran yang inovatif agar dapat melaksanakannya dalam
pembelajaran matematika sehingga pembelajaran konvensional secara sadar
dapat ditinggalkan perlahan sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa.
2. Kepada Lembaga terkait
a. Pembelajaran dengan PMR, yang menekankan kemampuan komunikasi
matematis dan koneksi matematika masih sangat asing bagi guru maupun
siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga
terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa,
khususnya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan koneksi
matematis siswa.
b. Pembelajaran dengan PMR dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan koneksi
matematis siswa pada materi Persamaan Kuadrat dan Fungsi Kuadrat,
sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai
strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang
148
3. Kepada peneliti Lanjutan
a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan PMR dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis dan koneksi matematis siswa secara
maksimal untuk memperoleh hasil penelitian yang maksimal.
b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan kontekstualPMR
dalam meningkatkan kemampuan/aspek matematika lain dengan menerapkan
lebih dalam agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di
149
DAFTAR PUSTAKA
Agung, IGN. 1992. Metode Penelitian Sosial (Pengertian dan Pemakaian Praktis). Bagian I. Jakarta: Gramedia.
Ahmad, B. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah. Tesis. Medan: Unimed. (Tidak Dipublikasikan)
Alipandie, I. 1984. Didaktik Metodik. Surabaya: Usaha Nasional.
Anshari, B. I. 2009. Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Yayasan PeNA.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
Armanto, D. 2001. Alur Pembelajaran Perkalian dan Pembagian Dua Angka dalam Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Makalah. Disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika Realistik di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tanggal 14- 15 November 2001.
Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Bandung: Gelora Aksara Pratama
Depdikbud 1995. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GPPP) Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Silabus. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Fergusson, G.A. 1989. Statistical Analysis in Psycology and Education. Sixth Edition, Singapore: Mc.Graw-Hill International Book Co.
Gravemeijer, K. 1994. Developng Realistic Mathematic Education. Netherlands: Freudenthal Institute Urech CD-B Press.
Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya. Banjarmasin: Tulip
Haji, S. 2005. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika di Sekolah Dasar. Disertasi UPI Bandung.
150
Johari, M. 2010. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Melalui Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. (Tidak Dipublikasikan).
Kemp, Jerold. E. 1994. Designing Effective Instruction. New York: Macmilan College Publishing Company.
Mar’at (1984). Sikap Manusia, Prilaku serta Pengukurannya. Bandung: Graha Indonesia
Marpaung, Y. 2004. Reformasi Pendidikan Matematika di Sekolah Dasar. Basis, 53(07-08): 21-28
Maryunis, Aleks. (1989). Metode Pemetaan Informasi dalam Proses Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Pascasarjana IKIP Jakarta.
Marzuki, A. 2008. Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Siswa. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep Karakteristik Implimentasi). Bandung: Rosdakarya.
Nasution, S. (1995). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
NCTM. (National Council of Teacher of Mathematics) (2000) Prisiple and Standards for School Mathematics. Viginia: NCTM.
Netter, J. 1974. Applied Linier Statistical Model. Illions : Richard D. Erwin, INC.
Prasetyo, B dan Lina Miftahul Jannah. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT raja Grafindo Persada.
Rahayu. 2005. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI Memang Beda. Buletin PMRI/ VI/2005. http://www.pmri.or.id/main.php. (Diakses 20 Feb 2010)
Ruseffendi, E.T. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
---. 2001. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.
151
Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berfikir Logis dan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Strategi Matematika Realistik. Disertasi.
UPI (Tidak Dipublikasi)
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sarwono. (2003) Pengantar Umum Psikologi. Jakarata: Bulan Bintang
Shadiq, F. (2007). Laporan Hail Seminar Lokakarya Pembelajaran Matematika. Maret 2007. P4TK . Yogyakarta
Sinaga, B. (1999). Efektifitas Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Intruction)
pada Kelas I SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis .Surabaya: PPS IKIP.
(Tidak Dipublikasi).
---. (2007). Pengembangan Metode Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah
Berbasisi Budaya Batak (PBM-P3M). Disertasi. Surabaya: UNESA. (Tidak
Dipublikasi).
Slavin, R.E. 2008. Psikologi Pendidikan, Teori dan Praktek. Edisi Kedelapan. Jakarta: Indeks.
Sofyan, D. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Mengah Pertama. Tesis. Bandung: UPI (Tidak Dipublikasi)
Sulastri, Y. L. (2009). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matemtis Memlalui
Pembelajaran Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistic Siswa Sekolah Menengah. Tesis .Bandung: UPI ( Tidak Dipublikasi).
Tarigan. D. 2006. Pemebelajaran Matematika Realsitik. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
TIMSS (Trens in Mathematics Sciens Study). (2009). Tersedia online
http://nces.ed.gov/timss/tables03.asp (Diakses 10 Oktober 2009).
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Turmudi. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Bagi Siswa SLTP Melalui
Pendekatan Realistik. Laporan Penelitian Due-Like. (Tidak Diterbitkan).
---. 2001 Implementasi Awal Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Bandung. Bandung: Laporan Penelitian
Mandiri, FMIPA UPI (Tidak Diterbitkan).
---. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. PT. Luser Cita Pustaka.
Zainurie, (2007), Lima Mitos Belajar Matematika,