• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DENGAN

PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN - ENDED DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TESIS Oleh:

M. KOSMAS SIAHAAN NIM: 8096171012

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan dalam Pendidikan Matematika

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

M.KOSMAS SIAHAAN. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA Dengan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended dan Pembelajaran Konvensional. Tesis. Medan : Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

(7)

ii ABSTRACT

M.KOSMAS SIAHAAN. The Differences of Mathematics Problem Solving Ability and Creative Thinking Ability of Senior High School Students through Open-Ended Learning and Conventional Learning Approach. Thesis. Medan : Mathematics Education Study Program Postgraduate School of University of Medan, 2013.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih

yang memberikan rahmat dan tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis dengan judul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA Dengan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended dan Pembelajaran Konvensional ”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

membantu penulis sampai terselesainya tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha

Pengasih memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih

dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu

Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II dan ditengah-tengah

kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dan memberikan motivasi

sangat berarti bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.

2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Pascasarjana UNIMED dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku

Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED

yang telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof.Dr. Sahat Saragih, M.Pd, Bapak Prof.Dr. Asmin , M.Pd dan Bapak

Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku narasumber yang telah memberikan arahan dan

kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.

4. Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan

Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan semangat dan

membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana UNIMED.

6. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program

(9)

iv

7. Sr,Ludovika Situmorang, S.Psi selaku Kepala sekolah SMA Cahaya Medan

beserta seluruh dewan guru SMA Cahaya Medan yang telah memberikan

kesempatan dan izin kepada penulis untuk melalukan penelitian.

8. Teristimewa kepada isteri tercinta Jumintan Sianipar S.Pd dan putri tersayang

Bertua Marisi Gabryella Siahaan yang selalu memberikan doa dan dukungan

yang besar selama dalam pendidikan hingga terselesaikannya tesis ini.

9. Ayahanda tercinta Jannus Siahaan dan ibunda tersayang Enne Refida Siregar

serta mertua bapak Oster Sianipar dan ibu Basaria Siregar yang selalu

memberikan doa dan dukungan yang besar selama dalam pendidikan hingga

terselesaikannya tesis ini.

10.Sahabat seperjuangan dalam menimba ilmu di program pascasarjana

UNIMED yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya

kepada penulis.

11.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan

dalam penyelesaian tesis ini yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua yang telah

diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i, kirannya kita semua tetap dalam

lindungan-Nya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dari

tesis ini, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan dunia pendidikan dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian

lebih lanjut.

Medan, 20 Juni 2013

Penulis

(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK . ... i

ABSTRACT.... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 19

1.3. Batasan Masalah ... 20

1.4. Rumusan Masalah ... 20

1.5. Tujuan Penelitian ... 21

1.6. Manfaat Penelitian ... 22

1.7. Defenisi Operasional ... 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 26

2.1. Masalah Dalam Matematika ... 26

2.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 28

2.3. Hakikat Kreativitas Dan Berpikir Kreatif ... 42

2.4. Kemampuan Berpikir Kreatif... 50

2.5. Hubungan Antara Open-Ended Dengan Kreativitas Dan Pemecahan Masalah ... 64

2.6. Pendekatan Open –Ended Dalam Pembelajaran Matematika ... 67

2.7. Pembelajaran Matematika Konvensional ... 78

2.8. Teori Belajar Pendukung ... 81

(11)

vi

2.10. Kerangka Konseptual ... 90

2.11. Hipotesis Penelitian ... 96

BAB III METODE PENELITIAN ... 97

3.1. Jenis Penelitian ... 97

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 97

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 98

3.4. Mekanisme Dan Rancangan Penelitian ... 101

3.5. Variabel Penelitian ... 118

3.6. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data ... 119

3.6.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik . ... 120

3.6.2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif . ... 123

3.6.3. Lembar Jawaban Siswa . ... 125

3.6.4. Angket Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran ... 125

3.7. Teknik Analisis Data ... 125

3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif . ... 125

3.7.2. Analisis Statistik Inferensial . ... 132

3.8. Tahap Penelitian ( Jadwal Kegiatan ) ... 141

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 143

4.1. Analisis Data Hasil Penelitian ... 143

4.1.1. Analisis Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah . ... 143

4.1.2. Analisis Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif . ... 165

4.1.3. Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Pemecahan Masalah. ... 188

4.1.4. Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Berpikir Kreatif. ... 206

4.2. Analisis Keragaman Proses penyelesaian Jawaban Siswa ... 224

(12)

vii

4.2.2. Keragaman Proses Penyelesaian Jawaban Tes

Kemampuan Berpikir Kreatif . ... 245

4.3. Hasil Respon siswa ... 263

4.4. Temuan Penelitian ... 266

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 267

4.6. Keterbatasan Penelitian ... 271

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 274

5.1. Simpulan ... 274

5.2. Saran ... 275

DAFTAR PUSTAKA ... 277

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Hubungan Aktivitas Instruksional Dari penemuan Masalah Dan Pemecahan Masalah Matematik Dengan Komponen

Utama Kreativitas ... 66

Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Dengan Pendekatan Open-ended ... 76

Tabel 2.3. Perbedaan Pedagogik Antara Pendekatan Open-ended Dengan Pendekatan Konvensional ... 80

Tabel 3.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 105

Tabel 3.2. Hasil Validasi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik ... 106

Tabel 3.3. Hasil Validasi Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 106

Tabel 3.4. Hasil Validasi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik ... 107

Tabel 3.5. Hasil Validasi Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 107

Tabel 3.6. Rancangan Uji Coba ... 108

Tabel 3.7. Hasil Analisis Validitas Tes Awal Uji Coba Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 111

Tabel 3.8. Hasil Analisis Validitas Tes Akhir Uji Coba Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 111

Tabel 3.9. Analisis Realiabilitas Tes Awal Kemampuan Pemecahan

Masalah Dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 112

Tabel 3.10. Analisis Realiabilitas Tes Akhir Kemampuan Pemecahan

Masalah Dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 113

Tabel 3.11. Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Awal Uji Coba Kemampuan

(14)

ix

Tabel 3.12. Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Akhir Uji Coba Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik Dan Berpikir Kreatif ... 115

Tabel 3.13. Rancangan Penelitian ... 116

Tabel 3.14. Tabel Weiner tentang Keterkaitan Antara Variabel Bebas Dan Terikat ... 117

Tabel 3.15. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 121

Tabel 3.16. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 122

Tabel 3.17. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 123

Tabel 3.18. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 124

Tabel 3.19 Interval Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah ... 126

Tabel 3.20. Interval Kriteria Kemampuan Berpikir Kreatif ... 127

Tabel 3.21. Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 128

Tabel 3.22. Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Berpikir Kreatif ... 130

Tabel 3.23. Rancangan Analisis Data Untuk Anakova. ... 132

Tabel 3.24. Keterkaitan Antara Rumusan Masalah,Hipotesis, Data, Alat Uji Dan Uji Statistik ... 140

Tabel 3.25. Tahap Penelitian ( Jadwal Kegiatan ) ... 142

Tabel 4.1. Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Kontrol Secara Kuantitatif . ... 144

(15)

x

Tabel 4.3. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek memahami masalah Pada Kelas Kontrol Secara

Kuantitatif ... 147

Tabel 4.4. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek memahami masalah Pada Kelas Eksperimen Secara

Kuantitatif ... 149

Tabel 4.5. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek merencanakan Penyelesaian masalah Pada Kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 151

Tabel 4.6. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek merencanakan Penyelesaian masalah Pada Kelas

Eksperimen Secara Kuantitatif ... 152

Tabel 4.7. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek menyelesaikan masalah Pada Kelas Kontrol

Secara Kuantitatif ... 154

Tabel 4.8. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek menyelesaikan masalah Pada Kelas Eksperimen

Secara Kuantitatif ... 155

Tabel 4.9. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek memeriksa kembali Pada Kelas Kontrol

Secara Kuantitatif ... 157

Tabel 4.10. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek memeriksa kembali Pada Kelas Eksperimen

Secara Kuantitatif ... 158

Tabel 4.11. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas

Kontrol Secara Kuantitatif ... 160

Tabel 4.12. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas

Eksperimen Secara Kuantitatif ... 161

Tabel 4.13. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 164

Tabel 4.14. Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Kelas

(16)

xi

Tabel 4.15. Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Kelas

Eksperimen Secara Kuantitatif ... 167

Tabel 4.16. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Originality

(keaslian) Pada kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 169

Tabel 4.17. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Originality

(keaslian) Pada kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 171

Tabel 4.18. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Fleksibilitas (keluwesan) Pada kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 173

Tabel 4.19. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Fleksibilitas (keluwesan) Pada kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 174

Tabel 4.20. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Fluency

(kelancaran) Pada kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 176

Tabel 4.21. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Fluency

(kelancaran) Pada kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 177

Tabel 4.22. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Elaboration (kejelasan) Pada kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 179

Tabel 4.23. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Elaboration (kejelasan) Pada kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 180

Tabel 4.24. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik kelas

Kontrol Secara Kuantitatif ... 182

Tabel 4.25. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik kelas

Eksperimen Secara Kuantitatif ... 183

Tabel 4.26. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa ... 186

Tabel 4.27. Deskripsi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 189

Tabel 4.28. Deskripsi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 190

Tabel 4.29. Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan

(17)

xii

Tabel 4.30. Uji Homogenitas Varians Postes Kemampuan Pemecahan

Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 191

Tabel 4.31. Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik Kelas Kontrol ... 193

Tabel 4.32. Koefisien Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Kontrol ... 194

Tabel 4.33. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 195

Tabel 4.34. Analisis varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Pemecahan Masalah Eksperimen ... 196

Tabel 4.35. Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Eksperimen ... 197

Tabel 4.36. Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 198

Tabel 4.37. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Pemecahan Masalah. ... 199

Tabel 4.38. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Pemecahan Masalah. ... 200

Tabel 4.39. Analisis Kovarians Kemampuan Pemecahan Masalah Untuk

Kesejajaran Model Regresi ... 201

Tabel 4.40. Analisis Kovarians Kemampuan Pemecahan Masalah Untuk

Kesejajaran Model Regresi ... 202

Tabel 4.41. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik ... 204

Tabel 4.42. RangkumanHasil Pengujian Hipotesis penelitian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Taraf Signifikan 5% ... 205

Tabel 4.43. Deskripsi Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 207

(18)

xiii

Tabel 4.45. Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan

Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 209

Tabel 4.46. Uji Homogenitas Varians Postes Kemampuan

Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 210

Tabel 4.47. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematik Kelas Kontrol ... 212

Tabel 4.48. Koefisien Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan Berpikir Kreati Matematik Kelas Kontrol ... 212

Tabel 4.49. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Berpikir Kreatif Kelas Kontrol ... 213

Tabel 4.50. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen. ... 214

Tabel 4.51. Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Kelas Eksperimen ... 215

Tabel 4.52. Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 216

Tabel 4.53. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Berpikir Kreatif. ... 217

Tabel 4.54. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Berpikir Kreatif. ... 218

Tabel 4.55. Analisis Kovarians Kemampuan Berpikir Kreatif Untuk

Kesejajaran Model Regresi ... 219

Tabel 4.56. Analisis Kovarians Kemampuan Berpikir Kreatif Untuk

Kesejajaran Model Regresi ... 220

Tabel 4.57. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan

Berpikir Kreatif ... 222

Tabel 4.58. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis penelitian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Pada Taraf Signifikan 5% ... 224

(19)

xiv

Tabel 4.60 Deskripsi Perbedaan Setiap Indikator Kemampuan Berpikir

Kreatif Ditinjau Dari Pendekatan Pembelajaran ... 246

Tabel 4.61. Persentasi Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran

(20)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol ... 144

Gambar 4.2. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 146

Gambar 4.3. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 147

Gambar 4.4. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Memahami Masalah

Pada Kelas Kontrol ... ... 148

Gambar 4.5. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Memahami Masalah

Pada Kelas Eksperimen ... ... 150

Gambar 4.6. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Merencanakan

Penyelesaian Masalah Pada Kelas Kontrol ... ... 152

Gambar 4.7. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Merencanakan

Penyelesaian Masalah Pada Kelas Eksperimen ... ... 153

Gambar 4.8. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Menyelesaikan

Masalah Pada Kelas Kontrol ... ... 155

Gambar 4.9. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Menyelesaikan

Masalah Pada Kelas Eksperimen... ... 156

Gambar 4.10. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Memeriksa Kembali Pada Kelas Kontrol ... ... 158

Gambar 4.11. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Memeriksa Kembali Pada Kelas Eksperimen ... ... 159

Gambar 4.12. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol ... 161

Gambar 4.13. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 162

(21)

xvi

Gambar 4.15. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol ... 167

Gambar 4.16. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 168

Gambar 4.17. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 169

Gambar 4.18. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Fluency

(Kelancaran) Pada Kelas Kontrol ... ... 170

Gambar 4.19. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Fluency

(Kelancaran) Pada Kelas Eksperimen ... ... 172

Gambar 4.20. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Fleksibilits (Keluwesan) Pada Kelas Kontrol ... ... 174

Gambar 4.21. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Fleksibilits (Keluwesan) Pada Kelas Eksperimen ... ... 175

Gambar 4.22. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Elaboration (Kejelasan) Pada Kelas Kontrol ... ... 177

Gambar 4.23. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Elaboration (Kejelasan) Pada Kelas Eksperimen ... ... 178

Gambar 4.24. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Originality (Kebaruan) Pada Kelas Kontrol ... ... 180

Gambar 4.25. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Originality (Kebaruan) Pada Eksperimen ... ... 181

Gambar 4.26. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol ... 183

Gambar 4.27. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 184

Gambar.4.28. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 185

Gambar 4.29. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 1 Kelas

(22)

xvii

Gambar 4.30. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 1 Kelas

Kontrol ... 227

Gambar 4.31. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 2 Kelas

Eksperimen ... 228

Gambar 4.32. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 2 Kelas

Kontrol ... 228

Gambar 4.33. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 3 Kelas

Eksperimen ... 229

Gambar 4.34. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 3 Kelas

Kontrol ... 230

Gambar 4.35. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah

Butir Soal 1 Kelas Eksperimen ... 231

Gambar 4.36. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah

Butir Soal 1 Kelas Kontrol ... 232

Gambar 4.37. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah

Butir Soal 2 Kelas Eksperimen ... 233

Gambar 4.38. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah

Butir Soal 2 Kelas Kontrol ... 233

Gambar 4.39. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah

Butir Soal 3 Kelas Eksperimen ... 234

Gambar 4.40. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah

Butir Soal 3 Kelas Kontrol ... 235

Gambar 4.41. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 1

Kelas Eksperimen ... 236

Gambar 4.42. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 1

Kelas Kontrol... 237

Gambar 4.43. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 2

Kelas Eksperimen ... 238

Gambar 4.44. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 2

(23)

xviii

Gambar 4.45. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 3

Kelas Eksperimen ... 239

Gambar 4.46. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 3

Kelas Kontrol... 240

Gambar 4.47. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 1

Kelas Eksperimen ... 241

Gambar 4.48. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 1

Kelas Kontrol... 242

Gambar 4.49. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 2

Kelas Eksperimen ... 243

Gambar 4.50. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 2

Kelas Kontrol... 243

Gambar 4.51. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 3

Kelas Eksperimen ... 244

Gambar 4.52. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 3

Kelas Kontrol... 245

Gambar 4.53. Proses Jawaban Butir Soal 1 Berpikir Kreatif Kelas

Eksperimen ... 250

Gambar 4.54. Proses Jawaban Butir Soal 1 Berpikir Kreatif Kelas

Kontrol ... 250

Gambar 4.55. Proses Jawaban Butir Soal 2 Berpikir Kreatif Kelas

Eksperimen ... 254

Gambar 4.56. Proses Jawaban Butir Soal 2 Berpikir Kreatif Kelas

Kontrol ... 254

Gambar 4.57. Proses Jawaban Butir Soal 3 Berpikir Kreatif Kelas

Eksperimen ... 258

Gambar 4.58. Proses Jawaban Butir Soal 3 Berpikir Kreatif Kelas

Kontrol ... 258

Gambar 4.59. Proses Jawaban Butir Soal 4 Berpikir Kreatif Kelas

(24)

xix

Gambar 4.60. Proses Jawaban Butir Soal 4 Berpikir Kreatif Kelas

Kontrol ... 262

Gambar 4.61. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

di Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen... 268

Gambar 4.62. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa

(25)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A (PERANGKAT PEMBELAJARAN)

A1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Open-ended ... 284

A2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 333

A3. Lembar Aktivitas Siswa ( LAS ) ... 348

A4. Buku Guru ... 387

A5. Buku Siswa ... 424

LAMPIRAN B (INSTRUMEN PENELITIAN)

B1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 451

B2. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik ... 452

B3. Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 453

B4. Alternatif Penyelesaian Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik ... 456

B5. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 469

B6. Alternatif Penyelesaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik ... 472

B7. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 485

B8. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 486

B9. Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 487

B10. Alternatif Penyelesaian Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 489

B11. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 497

B12. Alternatif Penyelesaian Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 499

(26)

xxi LAMPIRAN C (HASIL VALIDASI AHLI)

C1. Daftar Nama Validator Perangkat Pembelajaran dan Instrumen

Penelitian ... 510

C2. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pembelajaran Open-Ended ... 512

C3. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pembelajaran Konvensional ... 513

C4. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) .. ... 514

C5. Hasil Validasi Buku Guru... ... 515

C6. Hasil Validasi Buku Siswa ... ... 516

C7. Hasil Validasi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran. ... 517

C8. Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 521

C9. Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 522

LAMPIRAN D (HASIL UJI COBA)

Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Dan Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 524

LAMPIRAN E (JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAGIAN KELOMPOK SISWA)

E1. Jadwal Pelaksanaan Kelas Kontrol ... 557

E2. Jadwal Pelaksanaan Kelas Eksperimen ... 558

E3. Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen ... 559

LAMPIRAN F (HASIL PENELITIAN)

F1. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Kontrol... ... 563

F2. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

(27)

xxii

F3. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Kontrol. ... 565

F4. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Eksperimen. ... 566

F5. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol.. ... 567

F6. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen.... ... 568

F7. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol... ... 569

F8. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen... ... 570

F9. Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Kontrol. ... 571

F10. Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Eksperimen.. ... 572

F11. Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Kontrol... ... 573

F12. Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Kelas Eksperimen.. ... 574

F13. Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol.. ... 575

F14. Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen ... 576

F15. Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol.. ... 577

F16. Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen ... 578

F17. Perhitungan Uji Indenpedensi Kemampuan Pemecahan Masalah

(28)

xxiii

F18. Perhitungan Uji Indenpedensi Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelas Eksperimen.... ... 580

F19. Perhitungan Uji Indenpedensi Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol... ... 581

F20. Perhitungan Uji Indenpedensi Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen ... 582

F21. Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol . ... 583

F22. Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen.. ... 584

F23. Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Berpikir

Kreatif Kelas Kontrol.. ... 585

F24. Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Berpikir

Kreatif Kelas Eksperimen ... 586

F25. Perhitungan Uji Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan

Pemecahan Masalah di Kelas Kontrol dan Eksperimen.. ... 587

F26. Perhitungan Uji Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan

Berpikir Kreatif di Kelas Kontrol dan Eksperimen... ... 588

F27. Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Kemampuan Pemecahan

Masalah di Kelas Kontrol dan Eksperimen.. ... 589

F28. Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Kemampuan Berpikir

Kreatif di Kelas Kontrol dan Eksperimen.. ... 592

F29 Anakova Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 595

F30 Anakova Kemampuan Berpikir Kreatif ... 596

LAMPIRAN G (DOKUMENTASI PENELITIAN)

(29)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan SDM yang

handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong dan memaksimalkan

potensi siswa sebagai calon SDM yang handal untuk dapat bersikap kritis, logis

dan inovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang

dihadapinya. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi

pengembangan siswa agar kelak menjadi sumber daya manusia berkualitas yang

mampu mengantar Indonesia ke posisi terkemuka, paling tidak sejajar dengan

negara-negara lain, baik dalam pembangunan ekonomi, politik, maupun sosial

budaya. Hal ini karena pendidikan menyediakan lingkungan yang

memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal,

sehingga ia dapat berguna bagi kebutuhan dirinya serta kebutuhan masyarakat di

sekitarnya.

Peningkatan pendidikan itu bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah

melainkan tanggung jawab semua warga negara, hal ini dapat dilihat dari usaha

pemerintah meningkatkan pendidikan. Tetapi yang paling berperan dalam

meningkatkan mutu pendidikan adalah guru. Oleh karena itu guru berusaha untuk

menggali berbagai model pembelajaran, metode, strategi, dan pendekatan yang

dapat disesuaikan dalam situasi kelas yang bersangkutan. Upaya pengembangan

(30)

2

suatu bentuk upaya memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan

kegiatan belajar dengan kata lain membelajarkan siswa.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam

penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan

dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan

aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan

sehari-hari, tetapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan

ilmu pengetahuan (Hudoyo, 2005:1). Oleh sebab itu, matematika sebagai ilmu

dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, baik oleh siswa SD, SMP, SMA juga

oleh mahasiswa perguruan tinggi.

Rendahnya penguasaan materi matematika khususnya pada siswa kelas X,

dapat dilihat pula pada rendahnya persentase jawaban benar peserta The Third

International Mathematics and Sciences Study (IMO) 1999 dari Indonesia. Pada

kompetisi itu, peserta dari Indonesia memperoleh skor yang rendah dalam

menyelesaikan soal-soal tidak rutin (masalah matematis yang membutuhkan

kemampuan penalaran). Namun mereka relatif lebih baik dalam menyelesaikan

soal-soal tentang fakta dan prosedur (Mullis et al, 2000). Pada kompetisi itu,

Indonesia menduduki urutan ke-34 dari 38 negara dalam hal penguasaan

matematika secara umum. Hasil data IMO tahun 2010 untuk siswa kelas X,

menempatkan Indonesia pada urutan ke-30 dari 96 negara pada penguasaan

matematika secara umum. Lima negara yang memperoleh skor terbesar secara

(31)

3

fakta, prosedur, dan konsep, Indonesia berada pada urutan ke-27. Lima negara

yang memperoleh skor terbesar secara berurutan adalah USA, Korea, Cina, Rusia,

Kazahstan. (IMO, 2010).

Berdasarkan hasil data di atas, terlihat bahwa peserta kompetisi IMO dari

negara kita; tentunya adalah putra-putra terbaik; masih lemah dalam

menyelesaikan soal-soal tidak rutin (masalah matematis yang membutuhkan

kemampuan penalaran). Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk terus

memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika.

Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran

matematika di Indonesia telah lama dilakukan, namun keluhan tentang kesulitan

belajar matematika masih sering terdengar. Kesulitan belajar yang timbul tersebut

tidak semata-mata bersumber dari diri siswa, tetapi bisa juga bersumber dari luar

diri siswa, misalnya cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru. Meskipun

berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar khususnya hasil

belajar matematika, namun sejauh ini hasil belajar tersebut masih tetap rendah

tidak menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan bahkan pelajaran

ini dianggap sebagai momok yang menakutkan dan merupakan pelajaran yang

tidak disenangi.

Menurut Gagne (1985) ada tiga fungsi yang dapat diperankan guru dalam

mengajar yaitu merancang, mengelola, dan mengevaluasi pelajaran. Pendapat ini

sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Suherman, E dkk (2003), bahwa

secara operasional ada tujuh komponen-komponen yang berperan dalam proses

(32)

4

metode, alat sumber pelajaran dan evaluasi. Semua komponen tersebut memiliki

ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu dibutuhkan guru yang mampu

melakukan inovasi pembelajaran yaitu guru yang selalu membuat

persiapan-persiapan mulai dari perencanaan tujuan pembelajaran, pengorganisasiaan materi,

perencanaan model, pendekatan, metode, media, evaluasi dan dapat

merealisasikan apa yang telah direncanakan dengan tepat.

Lebih lanjut Kunandar (2010) mengatakan pendidikan kita masih

didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta

yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama

pengetahuan, kemudian ceramah/konvensional menjadi pilihan utama pendekatan

belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah pendekatan belajar baru yang lebih

memberdayakan peserta didik. Sebuah pendekatan belajar yang tidak

mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah pendekatan yang

mendorong siswa mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal

menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif. Peserta didik berhasil

“mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik

memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Hal ini disebabkan

kurangnya pendekatan guru terhadap siswa akan penggunaan matematika dimasa

yang akan datang terutama bagi mereka yang akan melanjutkan pendidikan ke

Perguruan Tinggi. Oleh karena itu perlu ada perubahan strategi pembelajaran dan

pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta

(33)

5

yang akan datang. Salah satu faktor yang menentukan hasil belajar siswa adalah

pendekatan pembelajaran. Untuk memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran dibutuhkan kemampuan dalam memilih pendekatan

pembelajaran yang tepat, sebab pendekatan pembelajaran merupakan hal penting

yang harus diperhatikan dalam suatu proses belajar mengajar.

Soedjadi (2001:1) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah

kita selama ini terbiasa dengan urutan langkah-langkah pembelajaran sebagai

berikut : (1) diajarkan teori/definisi/teorema; (2) diberikan contoh-contoh; (3)

diberikan latihan soal. Lebih lanjut Soedjadi menyatakan bahwa perkembangan

intelektual siswa pada umumnya bergerak dari “konkret ke abstrak”. Dengan

demikian, langkah-langkah dan proses pembelajaran yang selama ini umumnya

dilakukan oleh para guru di sekolah adalah kurang tepat, mengingat objek kajian

matematika sebenarnya adalah abstrak. Oleh karena itu seharusnya urutan sajian

bahan ajar disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa.

Menurut Yaniawati (2001: 4), ditinjau dari pendekatan mengajarnya, pada

umumnya guru mengajar hanya menyampaikan apa yang ada di buku paket dan

kurang mengakomodasi kemampuan siswanya. Dengan kata lain, guru tidak

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan

matematika yang akan menjadi milik siswa sendiri. Guru cenderung memaksakan

cara berpikir siswa dengan cara berpikir yang dimiliki gurunya. Dengan kondisi

yang demikian, kemampuan kreatif siswa kurang berkembang. Padahal sebagai

negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang

(34)

6

pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan bangsa ini. Oleh karena itu

sepatutnya pendidikan yang diselenggarakan tertuju pada pengembangan

kreativitas peserta didik agar kelak mampu memenuhi kebutuhan pribadinya, serta

kebutuhan masyarakat dan bangsa.

Kreativitas dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan. Melalui

pendidikan diharapkan tersedia lingkungan yang memungkinkan peserta didik

mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Menurut Supriadi

(1995: 166) meskipun bukan satu-satunya penentu lahirnya orang-orang kreatif,

pendidikan merupakan faktor yang besar sekali peranannya. Peranan itu

dimungkinkan oleh guru yang mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam

proses belajar-mengajar dan membimbing siswa sehingga menjadi kreatif.

Untuk itu iklim belajar yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan

budaya belajar di kalangan masyarakat harus dikembangkan, agar sikap dan

perilaku kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju dapat ditumbuhkan. Hal ini

sejalan dengan pendapat Munandar (1999: 23) bahwa: “kreativitas hendaknya

meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas melalui faktor-faktor seperti

sikap menerima keunikan individu, pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajagan,

dan kemungkinan membuat pilihan”

Kreativitas pada dasarnya memuat kemampuan untuk membuat

kombinasi-kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antara

unsur-unsur atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Semiawan, 1987: 8). Jadi

kreativitas terletak pada kemampuan untuk melihat asosiasi antara obyek-obyek

(35)

7

gagasan baru yang dapat diterapkan untuk pemecahan masalah. Secara

komprehensif, kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir, bersikap,

dan bertindak tentang suatu cara yang baru dan tidak biasa, yang digunakan untuk

memecahkan berbagai persoalan, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan

dengan penyelesaian yang orisinil dan bermanfaat.

Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa kreativitas siswa pada

umumnya rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Hans dan Klaus Urban

pada tahun 1987 (dalam Munandar: 2002: 92) yang menggambarkan kreativitas

dan karakteristik anak-anak berbakat. Dari penelitian itu, ditemukan bahwa

tingkat kreativitas anak-anak Indonesia berusia 10 tahun (dengan jumlah sampel

50 anak di Jakarta) adalah yang terendah di antara anak-anak seusianya dari 8

negara lainnya. Secara berturut-turut dari yang tertinggi sampai yang terendah

rata-rata skor tesnya adalah: Filipina, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, India,

RRC, Kamerun, Zulu, dan terakhir Indonesia.

Hasil penelitian ini tentu mengejutkan bagi pakar dan praktisi pendidikan

di Indonesia, karena hal ini tidak terlepas dari peranan pendidikan. Dalam hal ini

sejauh manakah pendidikan dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat telah

memberikan kesempatan bagi berkembangnya kreativitas. Namun kenyataan ini

harus diterima karena mungkin saja penelitian tersebut merupakan gambaran

keadaan yang sesungguhnya mengenai kreativitas anak-anak Indonesia. Hasil ini

seharusnya dapat dijadikan pertimbangan untuk segera meningkatkan kualitas

pendidikan sehingga upaya yang dilakukan di masa yang akan datang lebih

(36)

8

Fakta-fakta di atas, menyadarkan kita bahwa diperlukan upaya-upaya

untuk mengembangkan sikap, perilaku, dan pemikiran kreatif anak sejak dini. Hal

ini penting karena sikap, perilaku dan pemikiran kreatif sangat diperlukan dalam

era globalisasi saat ini. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ruseffendi

(1991: 238) bahwa manusia yang kreatif tidak saja baik untuk dirinya melainkan

juga dapat bermanfaat bagi orang lain.

Dalam pembelajaran matematika, selain kemampuan berpikir kreatif

diperlukan juga pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematik.

Dalam proses pembelajaran, seharusnya guru memberi kesempatan kepada siswa

untuk melihat dan memikirkan gagasan yang diberikan. Untuk itu pemecahan

masalah merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika.

Penyelesaian masalah dapat dipandang sebagai proses siswa menemukan

kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dulu yang digunakan untuk

menyelesaikan masalah yang baru (Nasution (2000:170).

Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa secara optimal pada

saat ini sangat diperlukan karena kita sadari bahwa perkembangan ilmu dan

teknologi sekarang ini di satu sisi memungkinkan kita untuk memperoleh banyak

informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai tempat di dunia. Namun, di

sisi lain kita tidak mungkin untuk mempelajari keseluruhan informasi dan

pengetahuan yang ada, karena sangat banyak dan tidak semuanya diperlukan.

Untuk menghadapi tantangan tersebut dituntut sumber daya manusia yang handal

(37)

9

memiliki kemampuan dan keterampilan tinggi yang melibatkan pemikiran kritis,

kreatif, sistematis, logis, dan kemampuan bekerjasama yang efektif.

Siswa yang terlatih dengan pemecahan masalah akan menjadi terampil

menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisisnya dan akhirnya

meneliti hasilnya. Keterampilan itu akan menimbulkan pula kepuasan intelektual

dalam diri siswa, meningkatkan potensi intelektual siswa, dan melatih siswa

bagaimana melakukan penelusuran melalui penemuan. Ini berarti bahwa

kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang harus mendapat perhatian,

mengingat peranannya yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi

intelektual siswa.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah matematik siswa pada umumnya rendah. Menurut Sumarmo (1993),

kemampuan siswa SMA kelas X dalam menyelesaikan masalah matematik pada

umumnya belum memuaskan. Menurut Wahyudin (1999), kegagalan menguasai

matematika dengan baik diantaranya disebabkan oleh siswa kurang menggunakan

nalar dalam menyelesaikan masalah. Atas dasar ini perlu dilakukan upaya-upaya

untuk memperbaikinya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga pendidik adalah

melakukan inovasi dalam pembelajaran. Ausubel (dalam Ruseffendi, 1991: 291)

juga menyarankan sebaiknya dalam pembelajaran digunakan pendekatan yang

mengunakan metode pemecahan masalah, inquiri, dan metode belajar yang dapat

(38)

10

perbaikan metode dan cara menyajikan materi pelajaran, diharapkan kemampuan

pemecahan masalah dan kreativitas siswa dapat ditingkatkan.

Sebuah aliran dalam pembelajaran yaitu aliran konstruktivisme,

memandang bahwa pengetahuan itu dibangun secara aktif oleh individu (Suparno,

1997:29), dan lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa

(Soedjadi, 1999:100). Tujuan pembelajaran berdasarkan pandangan ini adalah

membangun pemahaman, sehingga belajar dalam pandangan ini tidak ditekankan

untuk memperoleh pengetahuan yang banyak, tetapi yang utama adalah

memberikan interpretasi melalui skemata yang dimiliki siswa (Hudoyo, 1998:6).

Konstruktivis memandang bahwa pengetahuan dibentuk dan ditemukan oleh

siswa secara aktif, tidak sekedar diterima secara pasif dari lingkungan. Siswa

sendiri yang membuat interpretasi yang dibentuk dari pengalaman dan interaksi

sosial. Jadi belajar matematika dalam hal ini lebih mementingkan proses daripada

hasil.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang merupakan bagian dari

pembelajaran konstruktivisme adalah pendekatan open-ended. Katsuro (2000)

mengatakan bahwa terdapat kesamaan antara pendekatan open-ended dan

konstruktivisme. Konstruktivisme memiliki prinsip dasar yaitu, pengetahuan

dikonstruksi oleh subyek sendiri. Demikian juga dalam pendekatan open-ended,

pengetahuan dikonsktruksi oleh siswa sendiri dan dalam pembelajarannya

disajikan suatu permasalahan yang memiliki beragam penyelesaian atau metode

(39)

11

Dengan keberagaman penyelesaian atau metode penyelesaian tersebut di

atas, maka pendekatan open-ended memberikan keleluasaan bagi siswa untuk

mengemukakan jawaban. Melalui presentasi dan diskusi tentang beberapa

penyelesaian alternatif, pendekatan ini membuat siswa menyadari adanya

metode-metode penyelesaian yang beragam. Pada akhirnya kapasitas matematika siswa

untuk menyelesaikan masalah matematik yang lebih fleksibel dapat meningkat.

Hal ini dapat membantu siswa melakukan pemecahan masalah secara kreatif dan

membuat siswa lebih menghargai keragaman berpikir selama proses pemecahan

masalah.

Dari uraian tentang karakteristik pembelajaran open-ended terlihat bahwa

pembelajaran open-ended dapat memupuk kemampuan pemecahan masalah dan

kreativitas siswa, karena pendekatan ini tidak mengharuskan siswa menghapal

fakta-fakta, tetapi mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan di dalam pikiran

mereka sendiri. Pada pendekatan ini, siswa dibiasakan memecahkan masalah,

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Hal

ini merupakan salah satu syarat yang dibutuhkan untuk pengembangan kreativitas

siswa.

Dalam belajar, siswa perlu mengetahui bagaimana menggunakan

sumber-sumber yang ada secara optimal untuk menemukan jawaban inovatif atas suatu

masalah yang dihadapinya. Dengan memadukan ungkapan dan pemecahan

masalah secara kreatif dalam kurikulum, siswa dapat dipersiapkan untuk

menghadapi masa depan yang penuh tantangan (Munandar, 2002:23). Oleh karena

(40)

12

dihasilkan, melainkan pada pemupukan sikap dan minat untuk melibatkan diri

dalam kegiatan kreatif. Sikap dan minat tersebut meliputi sikap ingin tahu, minat

untuk menyelidiki lingkungan atau bidang-bidang baru, dorongan untuk

melakukan eksperimen, perasaan tertantang untuk menangani masalah-masalah

rumit, dan menemukan beberapa kemungkinan pemecahan masalah.

Pengembangan sikap dan minat seperti ini akan memberi peluang kepada siswa

menjadi lebih kreatif.

Kondisi secara umum tentang kemampuan pemecahan masalah matematik

dan kemampuan berpikir kreatif yang masih rendah, terjadi juga pada siswa-siswi

SMA Swasta Cahaya Medan. Berdasarkan pengamatan awal yang dilaksanakan

oleh peneliti di SMA Swasta Cahaya Medan untuk kelas X menunjukkan indikasi

rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dan rendahnya

kemampuan kreativitas siswa. Hal ini berdasarkan pengamatan awal peneliti

melalui pemberian soal pemecahan masalah matematik dan soal kreativitas dalam

pokok bahasan persamaan kuadrat pada siswa kelas X-1 SMA Swasta Cahaya

Medan Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 40 orang terdiri dari 13 orang

laki-laki dan 27 orang perempuan.

Contoh kasus pemecahan masalah yang diberikan peneliti adalah: “Pak

Ali mempunyai sebidang tanah yang berbentuk persegi panjang yang berukuran 5

m x 10 m. Di tengah-tengah lahan tersebut hendak dibuat kebun sayur yang

luasnya 36 m2 , di sekeliling kebun sayur tersebut hendak dibuat jalan yang

(41)

13

Dari hasil yang diperoleh, ternyata hanya 15% dari siswa yang memahami

masalah soal selengkapnya, melaksanakan proses yang benar dan mendapat solusi

atau hasil yang benar. Siswa yang memahami masalah soal selengkapnya dan

menggunakan strategi yang benar, tetapi ada sedikit salah perhitungan sebanyak

10%. Memahami masalah soal selengkapnya dan melaksanakan prosedur yang

benar, memberikan jawaban yang benar tetapi salah sruktur atau perhitungan

sebanyak 20%. Salah menginterpretasi sebagian soal atau mengabaikan kondisi

soal, menggunakan prosedur yang benar tetapi mengarah kejawaban yang salah

secara prosedur dan perhitungan sebanyak 30%. Salah menginterpretasi soal dan

menggunakan prosedur yang salah sebanyak 25% dan tidak dapat memahami soal

sehingga sama sekali tidak dijawab sebanyak 15%.

Dari jawaban siswa terlihat bahwa siswa kurang memahami masalah,

rencana penyelesaian yang dilakukan siswa tidak terarah sehingga proses

perhitungan belum memperlihatkan jawaban yang benar. Siswa juga tidak

melakukan pemeriksaan atas jawaban akhir yang telah didapat, padahal jika hal

ini dilakukan memungkinkan bagi siswa untuk meninjau kembali jawaban yang

telah dibuat.

Adapun masalah kreatif yang diberikan peneliti adalah:” Seorang

pengusaha meminta sebuah perusahaan konstruksi untuk membangun gedung

yang akan ia jadikan pusat perbelanjaan . Gedung itu harus beralas persegi

panjang dengan luas 3000 m2. Secara spesifik pengusaha tersebut meminta agar

(42)

14

harus dilakukan perusahaan konstruksi adalah mencari lahannya. Buatlah ukuran

lahan minimal sehingga keinginan pengusaha tersebut dapat terwujud.”

Dalam memecahkan masalah kreatif tersebut penulis memperoleh data sebagai

berikut :

a.Terdapat 63% siswa tidak dapat menyelesaikan soal lebih dari satu cara

b.Terdapat 35% siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan beragam/variasi.

c.Satu orang siswa tidak mengerti sama sekali bagaimana menyelesaikan soal

tersebut.

d. Semua siswa tidak dapat memberikan jawaban yang lain dari yang sudah biasa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah matematik siswa rendah dan kemampuan kreativitas siswa rendah dalam

penyelesaian masalah matematika. Hal ini terjadi dikarenakan tingkat kemampuan

berpikir siswa yang tidak maksimal serta pendekatan pembelajaran yang

digunakan kurang cocok atau pendekatan pembelajaran sebelumnya tidak dapat

membuat siswa termotivasi sehingga siswa kurang mampu berpikir dan

menyelesaikan masalah yang diberikan guru yang berhubungan dengan materi

tersebut.Oleh karena itu perlu adanya suatu pendekatan pembelajaran yang

efektif untuk meningkatkan penguasaan materi persamaan kuadrat. Penyebab lain

rendahnya kreativitas siswa tersebut adalah ketidakmampuan siswa merubah soal

yang berbentuk masalah kontekstual ke dalam model matematika, mengaitkan

konsep yang dipelajari dalam menyelesaikan soal. Sebagian besar siswa

cenderung menghafal tanpa makna. Hal ini dapat dilihat dari kesulitan yang

(43)

15

permasalahan. Hal ini berakibat pada jauhnya kesenjangan nilai dari siswa

berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah pada pelajaran matematika.

Siswa yang tidak dapat memahami soal tidak akan dapat melakukan apapun untuk

menyelesaikannya,sihingga dia tidak akan mendapat nilai apapun. Sedangkan

siswa yang mampu memahami soal akan mempunyai kesempatan memikirkan

rencana pemecahannya. Apalagi jika ditinjau dari menemukan alternatif jawaban

lain untuk satu masalah, hampir tidak ditemukan siswa yang mencoba mencari

cara lain untuk menyelesaikan masalah yang telah dipecahkannya. Hampir semua

siswa merasa cukup jika sudah mampu menyelesaikan soal.

Dari jawaban siswa terlihat bahwa proses penyelesaian masalah yang

dibuat siswa sangat terbatas, monoton dan kurang bervariasi hal ini disebabkan

pembelajaran yang sepenuhnya berada pada kontrol guru . Siswa hanya sebatas

mendengarkan, mencatat apa yang disampaikan guru dan mengerjakan soal

latihan , yang memungkinkan proses berpikir siswa kurang berkembang, sehingga

siswa dalam menyelesaikan permasalahan mencontoh apa dan bagaimana yang

dilakukan guru yang mengakibatkan tidak terbentuknya keragaman jawaban yang

bervariasi dari siswa.

Belajar merupakan hasil sentral dalam mempelajari tingkah laku. Tingkah

laku dikontrol oleh stimulus dan respon yang diberikan siswa. Oleh karena itu,

respon siswa merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan

keberhasilan belajar matematika. Kurangnya respon siswa terhadap pelajaran

(44)

16

Rendahnya respon siswa belum tentu sumber kesalahan materi ajar pada

diri siswa, pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan

materi yang kurang tepat dapat menyebabkan kelas menjadi kurang menarik dan

cenderung membosankan siswa. Suara guru yang kurang keras, guru yang kurang

tegas, metode pembelajaran yang kurang tepat, atau posisi guru saat mengajar

banyak duduk dapat membawa suasana yang tidak menarik perhatian, membuat

siswa menjadi takut dan tidak senang yang mengakibatkan menurunnya respon.

Dengan menanamkan konsep pembelajaran open-ended maka siswa akan

lebih kreatif karena asik mengerjakan setiap masalah dan siswa tidak akan cepat

lupa disebabkan konsep sudah dimiliki. Pembelajaran dengan pendekatan

open-ended diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan

pembelajaran harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab masalah

dengan banyak cara serta mungkin juga dapat dengan banyak jawaban (yang

benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa

dalam proses menemukan sesuatu yang baru.

Tujuan dari pembelajaran Open-Ended Problem menurut Nohda

(Suherman, dkk, 2003; 104) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan

kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui problem posing secara simultan.

Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus

dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa.

Aktivitas kelas yang penuh ide-ide matematis pada akhirnya akan memacu

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Selain itu, pendekatan open-ended dapat

(45)

17

matematika. Dengan demikian, siswa memahami bahwa proses dalam

penyelesaian masalah berperan sama pentingnya seperti hasil akhir dari

pemecahan masalah itu. Berdasarkan uraian di atas, terlihat dengan jelas bahwa

pendekatan open ended terkait erat dengan pemecahan masalah.

Pendekatan open-ended, dalam pelaksanaanya dilakukan melalui kegiatan

membahas dan memecahkan masalah, sebagaimana yang dilakukan dalam

pendekatan problem solving ataupun problem posing. Asumsinya adalah proses

lebih utama daripada hasil. Kedua pendekatan tersebut menekankan pada upaya

pemecahan masalah, dengan merumuskan permasalahannya terlebih dahulu.

Dalam pendekatan open- ended terdapat keragaman dalam penyelesaian ataupun

metoda penyelesaiannya. Pendekatan ini memberi keleluasaan kepada siswa untuk

mengemukakan jawaban secara aktif dan kreatif.

Berabad-abad orang berupaya menjelaskan apa yang terjadi apabila

seseorang mencipta. Salah satu teori yang sampai saat ini masih banyak dikutip

adalah teori Wallas yang dikemukakan pada tahun 1926 dalam bukunya “ The Art

of Thuoght ” (Piirto, 1992), yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat

tahap, yaitu: (1) persiapan; (2) inkubasi; (3) iluminasi; dan (4) verifikasi.

Pada tahap persiapan untuk memecahkan masalah seseorang belajar

berpikir, mencari jawab, bertanya kepada orang lain, dan sebagainya. Pada tahap

inkubasi, seseorang untuk sementara waktu seolah-olah melepaskan diri dari

masalah tersebut. Masalah itu “dierami” dalam alam pra-sadar. Pada tahap

iluminasi, timbul yang dinamakan “insight” atau “Aha-Erlebnis” yaitu munculnya

(46)

18

ide atau kreasi baru. Dalam hal ini diperlukan proses pemikiran kritis dan

konvergen (Munandar, 2002: 59)

Dari uraian proses kreatif di atas, terlihat bahwa penemuan masalah dan

pemecahan masalah merupakan sebuah karakteristik dari aktivitas kreatif atau

bakat yang luar biasa pada berbagai bidang kehidupan. Khusus dalam mata

pelajaran matematika, Silver (dalam Silver, 1997: 76) mengatakan bahwa

penemuan masalah dan pemecahan masalah adalah inti dari mata pelajaran

matematika dan merupakan ciri-ciri dari berpikir matematis.

Sebagai hal yang berkenaan dengan kreativitas, pada dasarnya tidak

terletak pada seberapa banyaknya penemuan masalah itu sendiri, akan tetapi

terletak pada pengaruh antara penemuan masalah dan pemecahan masalah. Yang

dimaksud dengan saling pengaruh di sini adalah bagaimana usaha untuk

menyelesaikan, memformulasikan kembali, dan akhirnya memecahkan masalah

dengan melakukan aktivitas kreatif. Dari aktivitas ini, seseorang dapat menguji

formulasi permasalahan atau penyelesaian yang baru, tingkat perubahan arah

selama proses formulasi kembali, banyaknya formulasi, banyaknya penyelesaian

yang berbeda atau penyelesaian yang diperoleh.

Untuk membekali peserta didik dalam menghadapi permasalahan hidup

yang dihadapi sekarang maupun yang akan datang dan berdasarkan pengalaman

dan pengamatan penulis selama mengajar di SMA Swasta Cahaya Medan, siswa

jarang diajak untuk ikut terlibat dalam setiap pembelajaran sehingga siswa kurang

mampu memahami konsep yang diajarkan guru. Siswa tidak diberi kesempatan

(47)

19

sehingga siswa menjadi pasif. Peneliti beranggapan pendekatan yang cocok untuk

hal di atas adalah pendekatan open-ended. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

melakukan studi eksperimen perbedaan kemampuan pemecahan masalah

matematik dan kemampuan berpikir kreatif siswa SMA dengan pendekatan

pembelajaran Open-Ended dan pembelajaran konvensional.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang di atas, dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

(1) Rendahnya penguasaan materi matematika khususnya pada siswa kelas X.

(2) Prestasi matematika di Indonesia masih rendah dibanding negara lain.

(3) Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

(4) Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa.

(5) Dalam proses pembelajaran matematika guru pada umumnya menerapkan

pembelajaran konvensional

(6) Model pembelajaran yang selama ini digunakan tidak melibatkan siswa

secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

(7) Pendekatan pembelajaran open ended belum dilaksanakan pada proses

pembelajaran matematika.

(8) Bentuk proses penyelesaian masalah ( proses jawaban ) siswa tidak bervariasi.

(48)

20

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas adalah

masalah yang cukup luas dan kompleks serta cakupan materi matematika yang

sangat banyak maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini perlu dibatasi agar

penelitian ini lebih terarah, efektif, dan efisien serta memudahkan dalam

melaksanakan penelitian. Sehingga penelitian ini dibatasi pada masalah :

1. Rendahnya Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

2. Rendahnya Kemampuan berpikir kreatif siswa.

3. Dalam proses pembelajaran matematika guru pada umumnya menerapkan

pembelajaran konvensional..

4. Penerapan pendekatan pembelajaran open-ended belum dilaksanakan

pada proses pembelajaran matematika.

5. Bentuk proses penyelesaian masalah (proses jawaban) siswa tidak

bervariasi.

6. Siswa memiliki respon yang negatif terhadap matematika.

Untuk diteliti perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik dan

kemampuan berpikir kreatif siswa ditinjau dari pendekatan pembelajaran

open-ended dan pembelajaran konvensional, pada pokok bahasan persamaan dan fungsi

kuadrat di kelas X SMA.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

(49)

21

(1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah

matematik siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

(2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif

siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended dengan siswa

yang memperoleh pembelajaran konvensional?

(3) Bagaimanakah bentuk proses penyelesaian masalah (proses jawaban) yang

dibuat siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended dengan

siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

(4) Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended.

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah:

(1) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan

pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pendekatan

pembelajaran open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional.

(2) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan

berpikir kreatif siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran

(50)

22

(3) Untuk mendeskripsikan bentuk proses penyelesaian masalah (proses jawaban)

yang dibuat siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

(4) Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran matematika

dengan menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna baik bagi guru,

bagi siswa, bagi sekolah maupun bagi peneliti.

(1) Bagi Guru

Memberi alternatif atau variasi pendekatan pembelajaran matematika untuk

dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaanya dengan cara

memperbaiki kelemahan ataupun kekurangannya dan mengoptimalkan

pelaksanaan hal-hal yang talah dianggap baik.

(2) Bagi Siswa

Penerapan pendekatan open-ended selama penelitian pada dasarnya memberi

pengalaman baru dan mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran agar

terbiasa melakukan keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah

matematik dan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa meningkat serta

pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan bermanfaat.

(3) Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisien

(51)

23

pembelajaran baik matematika maupun pelajaran lain dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas guru.

(4) Bagi Peneliti

Memberi gambaran atau informasi tentang perbedaan kemampuan pemecahan

masalah matematik dan kemampuan berpikir kreatif siswa, proses

penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada

masing-masing pembelajaran dan respon siswa selama pembelajaran

berlangsung serta dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan

dapat dijadikan sebagai acuan/referensi untuk peneliti lain (penelitian yang

relevan) dalam melakukan penelitian yang sejenis.

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan pahaman terhadap apa yang akan diteliti,

maka perlu adanya penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian ini beberapa istilah dalam penelitian ini adalah:

(1) Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses

menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu:

a. Memahami masalah

b. Membuat rencana pemecahan masalah

c. Melaksanakan penyelesaian menggunakan strategi yang direncanakan

(52)

24

(2) Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang dapat menghasilkan

ide-ide yang dimiliki seseorang dengan mengkombinasikan ataupun

menerapkan kembali ide-ide yang telah ada ataupun kemampuan siswa untuk

menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru dalam menghasilkan banyak

kemungkinan cara menyelesaikan masalah untuk memperoleh satu jawaban

yang benar, kemampuan kreatif yang akan dicapai siswa dapat dilihat dari 4

macam perilaku kreatif yaitu: (1) kelancaran (fluency) , (2) keluwesan

(flexibility), (3) Elaborasi (elaboration), (4) Keaslian (originality).

(3) Pendekatan pembelajaran Open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang

menyajikan suatu permasalahan yang memiliki banyak proses atau metode

penyelesaian dalam menjawab soal sehingga memungkinkan siswa

memperoleh banyak jawaban cara untuk memperoleh satu jawaban yang benar

dari beragam metode penyelesaian yang digunakan. Pendekatan pembelajaran

Open-ended pendekatan pembelajaran yang melalui tahap-tahap pembelajaran,

yaitu:

a. Penyajian masalah

b. Pengorganisasian pembelajaran

c. Memperhatikan dan mencatat respon siswa

d. Bimbingan dan pengarahan

e. Membuat kesimpulan

(4) Pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran yang melibatkan

komponen-komponen: demonstrasi oleh guru, pemberian defenisi/teorema,

Gambar

Tabel 4.60 Deskripsi Perbedaan Setiap Indikator Kemampuan Berpikir   Kreatif Ditinjau Dari Pendekatan Pembelajaran ........................
Gambar 4.61. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

Referensi

Dokumen terkait

“ Manakah yang lebih baik antara metode pembelajaran discovery learning dan konvensional dalam peningkatan hasil belajar passing sepakbola siswa kelas. VIII di

The elements that should be prepared in sustainable property design such as the design layout, the building physical, reforestation/landscape, open area, absorption,

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2013 tentang Penetapan

pengaksesan data oleh orang yang

[r]

Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Untuk Menanamkan Kemampuan Mengenal Permasalahan Sosial dan Menentukan Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi Pada

Kematian terbanyak juga terjadi pada kelompok pasien rujukan bidan sebanyak 19 subjek, kelompok multigravida 13 subjek, kelompok rujukan Medan 16 subjek, kelompok SC 15 subjek,

Dalam rangka pencairan BOP RA Semester 1 Tahun 2016 dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ponorogo, bersama ini kami mohon kepada Kepala RA untuk mengumpulkan