PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DENGAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN - ENDED DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
TESIS Oleh:
M. KOSMAS SIAHAAN NIM: 8096171012
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan dalam Pendidikan Matematika
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
M.KOSMAS SIAHAAN. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA Dengan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended dan Pembelajaran Konvensional. Tesis. Medan : Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.
ii ABSTRACT
M.KOSMAS SIAHAAN. The Differences of Mathematics Problem Solving Ability and Creative Thinking Ability of Senior High School Students through Open-Ended Learning and Conventional Learning Approach. Thesis. Medan : Mathematics Education Study Program Postgraduate School of University of Medan, 2013.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih
yang memberikan rahmat dan tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis dengan judul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA Dengan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended dan Pembelajaran Konvensional ”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis sampai terselesainya tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha
Pengasih memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih
dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Prof.Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II dan ditengah-tengah
kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dan memberikan motivasi
sangat berarti bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.
2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku
Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED
yang telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Bapak Prof.Dr. Sahat Saragih, M.Pd, Bapak Prof.Dr. Asmin , M.Pd dan Bapak
Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku narasumber yang telah memberikan arahan dan
kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.
4. Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan semangat dan
membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED.
6. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program
iv
7. Sr,Ludovika Situmorang, S.Psi selaku Kepala sekolah SMA Cahaya Medan
beserta seluruh dewan guru SMA Cahaya Medan yang telah memberikan
kesempatan dan izin kepada penulis untuk melalukan penelitian.
8. Teristimewa kepada isteri tercinta Jumintan Sianipar S.Pd dan putri tersayang
Bertua Marisi Gabryella Siahaan yang selalu memberikan doa dan dukungan
yang besar selama dalam pendidikan hingga terselesaikannya tesis ini.
9. Ayahanda tercinta Jannus Siahaan dan ibunda tersayang Enne Refida Siregar
serta mertua bapak Oster Sianipar dan ibu Basaria Siregar yang selalu
memberikan doa dan dukungan yang besar selama dalam pendidikan hingga
terselesaikannya tesis ini.
10.Sahabat seperjuangan dalam menimba ilmu di program pascasarjana
UNIMED yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya
kepada penulis.
11.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan
dalam penyelesaian tesis ini yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua yang telah
diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i, kirannya kita semua tetap dalam
lindungan-Nya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dari
tesis ini, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian
lebih lanjut.
Medan, 20 Juni 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK . ... i
ABSTRACT.... ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 19
1.3. Batasan Masalah ... 20
1.4. Rumusan Masalah ... 20
1.5. Tujuan Penelitian ... 21
1.6. Manfaat Penelitian ... 22
1.7. Defenisi Operasional ... 23
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 26
2.1. Masalah Dalam Matematika ... 26
2.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 28
2.3. Hakikat Kreativitas Dan Berpikir Kreatif ... 42
2.4. Kemampuan Berpikir Kreatif... 50
2.5. Hubungan Antara Open-Ended Dengan Kreativitas Dan Pemecahan Masalah ... 64
2.6. Pendekatan Open –Ended Dalam Pembelajaran Matematika ... 67
2.7. Pembelajaran Matematika Konvensional ... 78
2.8. Teori Belajar Pendukung ... 81
vi
2.10. Kerangka Konseptual ... 90
2.11. Hipotesis Penelitian ... 96
BAB III METODE PENELITIAN ... 97
3.1. Jenis Penelitian ... 97
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 97
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 98
3.4. Mekanisme Dan Rancangan Penelitian ... 101
3.5. Variabel Penelitian ... 118
3.6. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data ... 119
3.6.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik . ... 120
3.6.2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif . ... 123
3.6.3. Lembar Jawaban Siswa . ... 125
3.6.4. Angket Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran ... 125
3.7. Teknik Analisis Data ... 125
3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif . ... 125
3.7.2. Analisis Statistik Inferensial . ... 132
3.8. Tahap Penelitian ( Jadwal Kegiatan ) ... 141
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 143
4.1. Analisis Data Hasil Penelitian ... 143
4.1.1. Analisis Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah . ... 143
4.1.2. Analisis Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif . ... 165
4.1.3. Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Pemecahan Masalah. ... 188
4.1.4. Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Berpikir Kreatif. ... 206
4.2. Analisis Keragaman Proses penyelesaian Jawaban Siswa ... 224
vii
4.2.2. Keragaman Proses Penyelesaian Jawaban Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif . ... 245
4.3. Hasil Respon siswa ... 263
4.4. Temuan Penelitian ... 266
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 267
4.6. Keterbatasan Penelitian ... 271
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 274
5.1. Simpulan ... 274
5.2. Saran ... 275
DAFTAR PUSTAKA ... 277
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Hubungan Aktivitas Instruksional Dari penemuan Masalah Dan Pemecahan Masalah Matematik Dengan Komponen
Utama Kreativitas ... 66
Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Dengan Pendekatan Open-ended ... 76
Tabel 2.3. Perbedaan Pedagogik Antara Pendekatan Open-ended Dengan Pendekatan Konvensional ... 80
Tabel 3.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 105
Tabel 3.2. Hasil Validasi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik ... 106
Tabel 3.3. Hasil Validasi Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 106
Tabel 3.4. Hasil Validasi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik ... 107
Tabel 3.5. Hasil Validasi Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 107
Tabel 3.6. Rancangan Uji Coba ... 108
Tabel 3.7. Hasil Analisis Validitas Tes Awal Uji Coba Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 111
Tabel 3.8. Hasil Analisis Validitas Tes Akhir Uji Coba Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 111
Tabel 3.9. Analisis Realiabilitas Tes Awal Kemampuan Pemecahan
Masalah Dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 112
Tabel 3.10. Analisis Realiabilitas Tes Akhir Kemampuan Pemecahan
Masalah Dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 113
Tabel 3.11. Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Awal Uji Coba Kemampuan
ix
Tabel 3.12. Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Akhir Uji Coba Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik Dan Berpikir Kreatif ... 115
Tabel 3.13. Rancangan Penelitian ... 116
Tabel 3.14. Tabel Weiner tentang Keterkaitan Antara Variabel Bebas Dan Terikat ... 117
Tabel 3.15. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 121
Tabel 3.16. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 122
Tabel 3.17. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 123
Tabel 3.18. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 124
Tabel 3.19 Interval Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah ... 126
Tabel 3.20. Interval Kriteria Kemampuan Berpikir Kreatif ... 127
Tabel 3.21. Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 128
Tabel 3.22. Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Berpikir Kreatif ... 130
Tabel 3.23. Rancangan Analisis Data Untuk Anakova. ... 132
Tabel 3.24. Keterkaitan Antara Rumusan Masalah,Hipotesis, Data, Alat Uji Dan Uji Statistik ... 140
Tabel 3.25. Tahap Penelitian ( Jadwal Kegiatan ) ... 142
Tabel 4.1. Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Kontrol Secara Kuantitatif . ... 144
x
Tabel 4.3. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek memahami masalah Pada Kelas Kontrol Secara
Kuantitatif ... 147
Tabel 4.4. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek memahami masalah Pada Kelas Eksperimen Secara
Kuantitatif ... 149
Tabel 4.5. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek merencanakan Penyelesaian masalah Pada Kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 151
Tabel 4.6. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek merencanakan Penyelesaian masalah Pada Kelas
Eksperimen Secara Kuantitatif ... 152
Tabel 4.7. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek menyelesaikan masalah Pada Kelas Kontrol
Secara Kuantitatif ... 154
Tabel 4.8. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek menyelesaikan masalah Pada Kelas Eksperimen
Secara Kuantitatif ... 155
Tabel 4.9. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek memeriksa kembali Pada Kelas Kontrol
Secara Kuantitatif ... 157
Tabel 4.10. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik untuk Aspek memeriksa kembali Pada Kelas Eksperimen
Secara Kuantitatif ... 158
Tabel 4.11. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas
Kontrol Secara Kuantitatif ... 160
Tabel 4.12. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas
Eksperimen Secara Kuantitatif ... 161
Tabel 4.13. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 164
Tabel 4.14. Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Kelas
xi
Tabel 4.15. Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Kelas
Eksperimen Secara Kuantitatif ... 167
Tabel 4.16. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Originality
(keaslian) Pada kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 169
Tabel 4.17. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Originality
(keaslian) Pada kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 171
Tabel 4.18. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Fleksibilitas (keluwesan) Pada kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 173
Tabel 4.19. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Fleksibilitas (keluwesan) Pada kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 174
Tabel 4.20. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Fluency
(kelancaran) Pada kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 176
Tabel 4.21. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Fluency
(kelancaran) Pada kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 177
Tabel 4.22. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Elaboration (kejelasan) Pada kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 179
Tabel 4.23. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Aspek Elaboration (kejelasan) Pada kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 180
Tabel 4.24. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik kelas
Kontrol Secara Kuantitatif ... 182
Tabel 4.25. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik kelas
Eksperimen Secara Kuantitatif ... 183
Tabel 4.26. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik Siswa ... 186
Tabel 4.27. Deskripsi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 189
Tabel 4.28. Deskripsi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 190
Tabel 4.29. Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan
xii
Tabel 4.30. Uji Homogenitas Varians Postes Kemampuan Pemecahan
Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 191
Tabel 4.31. Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik Kelas Kontrol ... 193
Tabel 4.32. Koefisien Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Kontrol ... 194
Tabel 4.33. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 195
Tabel 4.34. Analisis varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Pemecahan Masalah Eksperimen ... 196
Tabel 4.35. Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Eksperimen ... 197
Tabel 4.36. Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 198
Tabel 4.37. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Pemecahan Masalah. ... 199
Tabel 4.38. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Pemecahan Masalah. ... 200
Tabel 4.39. Analisis Kovarians Kemampuan Pemecahan Masalah Untuk
Kesejajaran Model Regresi ... 201
Tabel 4.40. Analisis Kovarians Kemampuan Pemecahan Masalah Untuk
Kesejajaran Model Regresi ... 202
Tabel 4.41. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik ... 204
Tabel 4.42. RangkumanHasil Pengujian Hipotesis penelitian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Taraf Signifikan 5% ... 205
Tabel 4.43. Deskripsi Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 207
xiii
Tabel 4.45. Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan
Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 209
Tabel 4.46. Uji Homogenitas Varians Postes Kemampuan
Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 210
Tabel 4.47. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematik Kelas Kontrol ... 212
Tabel 4.48. Koefisien Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan Berpikir Kreati Matematik Kelas Kontrol ... 212
Tabel 4.49. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Berpikir Kreatif Kelas Kontrol ... 213
Tabel 4.50. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen. ... 214
Tabel 4.51. Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Kelas Eksperimen ... 215
Tabel 4.52. Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 216
Tabel 4.53. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Berpikir Kreatif. ... 217
Tabel 4.54. Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Berpikir Kreatif. ... 218
Tabel 4.55. Analisis Kovarians Kemampuan Berpikir Kreatif Untuk
Kesejajaran Model Regresi ... 219
Tabel 4.56. Analisis Kovarians Kemampuan Berpikir Kreatif Untuk
Kesejajaran Model Regresi ... 220
Tabel 4.57. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Berpikir Kreatif ... 222
Tabel 4.58. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis penelitian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Pada Taraf Signifikan 5% ... 224
xiv
Tabel 4.60 Deskripsi Perbedaan Setiap Indikator Kemampuan Berpikir
Kreatif Ditinjau Dari Pendekatan Pembelajaran ... 246
Tabel 4.61. Persentasi Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol ... 144
Gambar 4.2. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 146
Gambar 4.3. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 147
Gambar 4.4. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Memahami Masalah
Pada Kelas Kontrol ... ... 148
Gambar 4.5. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Memahami Masalah
Pada Kelas Eksperimen ... ... 150
Gambar 4.6. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Merencanakan
Penyelesaian Masalah Pada Kelas Kontrol ... ... 152
Gambar 4.7. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Merencanakan
Penyelesaian Masalah Pada Kelas Eksperimen ... ... 153
Gambar 4.8. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Menyelesaikan
Masalah Pada Kelas Kontrol ... ... 155
Gambar 4.9. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Menyelesaikan
Masalah Pada Kelas Eksperimen... ... 156
Gambar 4.10. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Memeriksa Kembali Pada Kelas Kontrol ... ... 158
Gambar 4.11. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Memeriksa Kembali Pada Kelas Eksperimen ... ... 159
Gambar 4.12. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol ... 161
Gambar 4.13. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 162
xvi
Gambar 4.15. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol ... 167
Gambar 4.16. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 168
Gambar 4.17. Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 169
Gambar 4.18. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Fluency
(Kelancaran) Pada Kelas Kontrol ... ... 170
Gambar 4.19. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Fluency
(Kelancaran) Pada Kelas Eksperimen ... ... 172
Gambar 4.20. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Fleksibilits (Keluwesan) Pada Kelas Kontrol ... ... 174
Gambar 4.21. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Fleksibilits (Keluwesan) Pada Kelas Eksperimen ... ... 175
Gambar 4.22. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Elaboration (Kejelasan) Pada Kelas Kontrol ... ... 177
Gambar 4.23. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Elaboration (Kejelasan) Pada Kelas Eksperimen ... ... 178
Gambar 4.24. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Originality (Kebaruan) Pada Kelas Kontrol ... ... 180
Gambar 4.25. Kategori Penilaian Postes Berpikir Kreatif Aspek Originality (Kebaruan) Pada Eksperimen ... ... 181
Gambar 4.26. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol ... 183
Gambar 4.27. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 184
Gambar.4.28. Kategori Penilaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 185
Gambar 4.29. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 1 Kelas
xvii
Gambar 4.30. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 1 Kelas
Kontrol ... 227
Gambar 4.31. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 2 Kelas
Eksperimen ... 228
Gambar 4.32. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 2 Kelas
Kontrol ... 228
Gambar 4.33. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 3 Kelas
Eksperimen ... 229
Gambar 4.34. Proses Jawaban Memahami Masalah Butir Soal 3 Kelas
Kontrol ... 230
Gambar 4.35. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah
Butir Soal 1 Kelas Eksperimen ... 231
Gambar 4.36. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah
Butir Soal 1 Kelas Kontrol ... 232
Gambar 4.37. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah
Butir Soal 2 Kelas Eksperimen ... 233
Gambar 4.38. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah
Butir Soal 2 Kelas Kontrol ... 233
Gambar 4.39. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah
Butir Soal 3 Kelas Eksperimen ... 234
Gambar 4.40. Proses Jawaban Merencanakan Penyelesaian Masalah
Butir Soal 3 Kelas Kontrol ... 235
Gambar 4.41. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 1
Kelas Eksperimen ... 236
Gambar 4.42. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 1
Kelas Kontrol... 237
Gambar 4.43. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 2
Kelas Eksperimen ... 238
Gambar 4.44. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 2
xviii
Gambar 4.45. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 3
Kelas Eksperimen ... 239
Gambar 4.46. Proses Jawaban Menyelesaiakan Masalah Butir Soal 3
Kelas Kontrol... 240
Gambar 4.47. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 1
Kelas Eksperimen ... 241
Gambar 4.48. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 1
Kelas Kontrol... 242
Gambar 4.49. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 2
Kelas Eksperimen ... 243
Gambar 4.50. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 2
Kelas Kontrol... 243
Gambar 4.51. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 3
Kelas Eksperimen ... 244
Gambar 4.52. Proses Jawaban Memeriksa Kembali Butir Soal 3
Kelas Kontrol... 245
Gambar 4.53. Proses Jawaban Butir Soal 1 Berpikir Kreatif Kelas
Eksperimen ... 250
Gambar 4.54. Proses Jawaban Butir Soal 1 Berpikir Kreatif Kelas
Kontrol ... 250
Gambar 4.55. Proses Jawaban Butir Soal 2 Berpikir Kreatif Kelas
Eksperimen ... 254
Gambar 4.56. Proses Jawaban Butir Soal 2 Berpikir Kreatif Kelas
Kontrol ... 254
Gambar 4.57. Proses Jawaban Butir Soal 3 Berpikir Kreatif Kelas
Eksperimen ... 258
Gambar 4.58. Proses Jawaban Butir Soal 3 Berpikir Kreatif Kelas
Kontrol ... 258
Gambar 4.59. Proses Jawaban Butir Soal 4 Berpikir Kreatif Kelas
xix
Gambar 4.60. Proses Jawaban Butir Soal 4 Berpikir Kreatif Kelas
Kontrol ... 262
Gambar 4.61. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa
di Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen... 268
Gambar 4.62. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa
xx
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A (PERANGKAT PEMBELAJARAN)
A1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Open-ended ... 284
A2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 333
A3. Lembar Aktivitas Siswa ( LAS ) ... 348
A4. Buku Guru ... 387
A5. Buku Siswa ... 424
LAMPIRAN B (INSTRUMEN PENELITIAN)
B1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 451
B2. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik ... 452
B3. Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 453
B4. Alternatif Penyelesaian Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik ... 456
B5. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 469
B6. Alternatif Penyelesaian Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik ... 472
B7. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 485
B8. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 486
B9. Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 487
B10. Alternatif Penyelesaian Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 489
B11. Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 497
B12. Alternatif Penyelesaian Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 499
xxi LAMPIRAN C (HASIL VALIDASI AHLI)
C1. Daftar Nama Validator Perangkat Pembelajaran dan Instrumen
Penelitian ... 510
C2. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pembelajaran Open-Ended ... 512
C3. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pembelajaran Konvensional ... 513
C4. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) .. ... 514
C5. Hasil Validasi Buku Guru... ... 515
C6. Hasil Validasi Buku Siswa ... ... 516
C7. Hasil Validasi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran. ... 517
C8. Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 521
C9. Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 522
LAMPIRAN D (HASIL UJI COBA)
Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Dan Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 524
LAMPIRAN E (JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAGIAN KELOMPOK SISWA)
E1. Jadwal Pelaksanaan Kelas Kontrol ... 557
E2. Jadwal Pelaksanaan Kelas Eksperimen ... 558
E3. Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen ... 559
LAMPIRAN F (HASIL PENELITIAN)
F1. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Kelas Kontrol... ... 563
F2. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
xxii
F3. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Kelas Kontrol. ... 565
F4. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Kelas Eksperimen. ... 566
F5. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Kontrol.. ... 567
F6. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Eksperimen.... ... 568
F7. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Kontrol... ... 569
F8. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Eksperimen... ... 570
F9. Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Kelas Kontrol. ... 571
F10. Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Kelas Eksperimen.. ... 572
F11. Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Kelas Kontrol... ... 573
F12. Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Kelas Eksperimen.. ... 574
F13. Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Kontrol.. ... 575
F14. Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Eksperimen ... 576
F15. Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Kontrol.. ... 577
F16. Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Eksperimen ... 578
F17. Perhitungan Uji Indenpedensi Kemampuan Pemecahan Masalah
xxiii
F18. Perhitungan Uji Indenpedensi Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen.... ... 580
F19. Perhitungan Uji Indenpedensi Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Kontrol... ... 581
F20. Perhitungan Uji Indenpedensi Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Eksperimen ... 582
F21. Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol . ... 583
F22. Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen.. ... 584
F23. Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Berpikir
Kreatif Kelas Kontrol.. ... 585
F24. Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Berpikir
Kreatif Kelas Eksperimen ... 586
F25. Perhitungan Uji Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan
Pemecahan Masalah di Kelas Kontrol dan Eksperimen.. ... 587
F26. Perhitungan Uji Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan
Berpikir Kreatif di Kelas Kontrol dan Eksperimen... ... 588
F27. Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Kemampuan Pemecahan
Masalah di Kelas Kontrol dan Eksperimen.. ... 589
F28. Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Kemampuan Berpikir
Kreatif di Kelas Kontrol dan Eksperimen.. ... 592
F29 Anakova Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 595
F30 Anakova Kemampuan Berpikir Kreatif ... 596
LAMPIRAN G (DOKUMENTASI PENELITIAN)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan SDM yang
handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong dan memaksimalkan
potensi siswa sebagai calon SDM yang handal untuk dapat bersikap kritis, logis
dan inovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang
dihadapinya. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi
pengembangan siswa agar kelak menjadi sumber daya manusia berkualitas yang
mampu mengantar Indonesia ke posisi terkemuka, paling tidak sejajar dengan
negara-negara lain, baik dalam pembangunan ekonomi, politik, maupun sosial
budaya. Hal ini karena pendidikan menyediakan lingkungan yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal,
sehingga ia dapat berguna bagi kebutuhan dirinya serta kebutuhan masyarakat di
sekitarnya.
Peningkatan pendidikan itu bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah
melainkan tanggung jawab semua warga negara, hal ini dapat dilihat dari usaha
pemerintah meningkatkan pendidikan. Tetapi yang paling berperan dalam
meningkatkan mutu pendidikan adalah guru. Oleh karena itu guru berusaha untuk
menggali berbagai model pembelajaran, metode, strategi, dan pendekatan yang
dapat disesuaikan dalam situasi kelas yang bersangkutan. Upaya pengembangan
2
suatu bentuk upaya memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan belajar dengan kata lain membelajarkan siswa.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam
penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan
dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan
aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan
sehari-hari, tetapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan
ilmu pengetahuan (Hudoyo, 2005:1). Oleh sebab itu, matematika sebagai ilmu
dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, baik oleh siswa SD, SMP, SMA juga
oleh mahasiswa perguruan tinggi.
Rendahnya penguasaan materi matematika khususnya pada siswa kelas X,
dapat dilihat pula pada rendahnya persentase jawaban benar peserta The Third
International Mathematics and Sciences Study (IMO) 1999 dari Indonesia. Pada
kompetisi itu, peserta dari Indonesia memperoleh skor yang rendah dalam
menyelesaikan soal-soal tidak rutin (masalah matematis yang membutuhkan
kemampuan penalaran). Namun mereka relatif lebih baik dalam menyelesaikan
soal-soal tentang fakta dan prosedur (Mullis et al, 2000). Pada kompetisi itu,
Indonesia menduduki urutan ke-34 dari 38 negara dalam hal penguasaan
matematika secara umum. Hasil data IMO tahun 2010 untuk siswa kelas X,
menempatkan Indonesia pada urutan ke-30 dari 96 negara pada penguasaan
matematika secara umum. Lima negara yang memperoleh skor terbesar secara
3
fakta, prosedur, dan konsep, Indonesia berada pada urutan ke-27. Lima negara
yang memperoleh skor terbesar secara berurutan adalah USA, Korea, Cina, Rusia,
Kazahstan. (IMO, 2010).
Berdasarkan hasil data di atas, terlihat bahwa peserta kompetisi IMO dari
negara kita; tentunya adalah putra-putra terbaik; masih lemah dalam
menyelesaikan soal-soal tidak rutin (masalah matematis yang membutuhkan
kemampuan penalaran). Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk terus
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika.
Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran
matematika di Indonesia telah lama dilakukan, namun keluhan tentang kesulitan
belajar matematika masih sering terdengar. Kesulitan belajar yang timbul tersebut
tidak semata-mata bersumber dari diri siswa, tetapi bisa juga bersumber dari luar
diri siswa, misalnya cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru. Meskipun
berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar khususnya hasil
belajar matematika, namun sejauh ini hasil belajar tersebut masih tetap rendah
tidak menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan bahkan pelajaran
ini dianggap sebagai momok yang menakutkan dan merupakan pelajaran yang
tidak disenangi.
Menurut Gagne (1985) ada tiga fungsi yang dapat diperankan guru dalam
mengajar yaitu merancang, mengelola, dan mengevaluasi pelajaran. Pendapat ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Suherman, E dkk (2003), bahwa
secara operasional ada tujuh komponen-komponen yang berperan dalam proses
4
metode, alat sumber pelajaran dan evaluasi. Semua komponen tersebut memiliki
ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu dibutuhkan guru yang mampu
melakukan inovasi pembelajaran yaitu guru yang selalu membuat
persiapan-persiapan mulai dari perencanaan tujuan pembelajaran, pengorganisasiaan materi,
perencanaan model, pendekatan, metode, media, evaluasi dan dapat
merealisasikan apa yang telah direncanakan dengan tepat.
Lebih lanjut Kunandar (2010) mengatakan pendidikan kita masih
didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta
yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan, kemudian ceramah/konvensional menjadi pilihan utama pendekatan
belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah pendekatan belajar baru yang lebih
memberdayakan peserta didik. Sebuah pendekatan belajar yang tidak
mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah pendekatan yang
mendorong siswa mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal
menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif. Peserta didik berhasil
“mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Hal ini disebabkan
kurangnya pendekatan guru terhadap siswa akan penggunaan matematika dimasa
yang akan datang terutama bagi mereka yang akan melanjutkan pendidikan ke
Perguruan Tinggi. Oleh karena itu perlu ada perubahan strategi pembelajaran dan
pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta
5
yang akan datang. Salah satu faktor yang menentukan hasil belajar siswa adalah
pendekatan pembelajaran. Untuk memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran dibutuhkan kemampuan dalam memilih pendekatan
pembelajaran yang tepat, sebab pendekatan pembelajaran merupakan hal penting
yang harus diperhatikan dalam suatu proses belajar mengajar.
Soedjadi (2001:1) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah
kita selama ini terbiasa dengan urutan langkah-langkah pembelajaran sebagai
berikut : (1) diajarkan teori/definisi/teorema; (2) diberikan contoh-contoh; (3)
diberikan latihan soal. Lebih lanjut Soedjadi menyatakan bahwa perkembangan
intelektual siswa pada umumnya bergerak dari “konkret ke abstrak”. Dengan
demikian, langkah-langkah dan proses pembelajaran yang selama ini umumnya
dilakukan oleh para guru di sekolah adalah kurang tepat, mengingat objek kajian
matematika sebenarnya adalah abstrak. Oleh karena itu seharusnya urutan sajian
bahan ajar disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa.
Menurut Yaniawati (2001: 4), ditinjau dari pendekatan mengajarnya, pada
umumnya guru mengajar hanya menyampaikan apa yang ada di buku paket dan
kurang mengakomodasi kemampuan siswanya. Dengan kata lain, guru tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan
matematika yang akan menjadi milik siswa sendiri. Guru cenderung memaksakan
cara berpikir siswa dengan cara berpikir yang dimiliki gurunya. Dengan kondisi
yang demikian, kemampuan kreatif siswa kurang berkembang. Padahal sebagai
negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang
6
pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan bangsa ini. Oleh karena itu
sepatutnya pendidikan yang diselenggarakan tertuju pada pengembangan
kreativitas peserta didik agar kelak mampu memenuhi kebutuhan pribadinya, serta
kebutuhan masyarakat dan bangsa.
Kreativitas dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan. Melalui
pendidikan diharapkan tersedia lingkungan yang memungkinkan peserta didik
mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Menurut Supriadi
(1995: 166) meskipun bukan satu-satunya penentu lahirnya orang-orang kreatif,
pendidikan merupakan faktor yang besar sekali peranannya. Peranan itu
dimungkinkan oleh guru yang mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam
proses belajar-mengajar dan membimbing siswa sehingga menjadi kreatif.
Untuk itu iklim belajar yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan
budaya belajar di kalangan masyarakat harus dikembangkan, agar sikap dan
perilaku kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju dapat ditumbuhkan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Munandar (1999: 23) bahwa: “kreativitas hendaknya
meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas melalui faktor-faktor seperti
sikap menerima keunikan individu, pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajagan,
dan kemungkinan membuat pilihan”
Kreativitas pada dasarnya memuat kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antara
unsur-unsur atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Semiawan, 1987: 8). Jadi
kreativitas terletak pada kemampuan untuk melihat asosiasi antara obyek-obyek
7
gagasan baru yang dapat diterapkan untuk pemecahan masalah. Secara
komprehensif, kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir, bersikap,
dan bertindak tentang suatu cara yang baru dan tidak biasa, yang digunakan untuk
memecahkan berbagai persoalan, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan
dengan penyelesaian yang orisinil dan bermanfaat.
Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa kreativitas siswa pada
umumnya rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Hans dan Klaus Urban
pada tahun 1987 (dalam Munandar: 2002: 92) yang menggambarkan kreativitas
dan karakteristik anak-anak berbakat. Dari penelitian itu, ditemukan bahwa
tingkat kreativitas anak-anak Indonesia berusia 10 tahun (dengan jumlah sampel
50 anak di Jakarta) adalah yang terendah di antara anak-anak seusianya dari 8
negara lainnya. Secara berturut-turut dari yang tertinggi sampai yang terendah
rata-rata skor tesnya adalah: Filipina, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, India,
RRC, Kamerun, Zulu, dan terakhir Indonesia.
Hasil penelitian ini tentu mengejutkan bagi pakar dan praktisi pendidikan
di Indonesia, karena hal ini tidak terlepas dari peranan pendidikan. Dalam hal ini
sejauh manakah pendidikan dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat telah
memberikan kesempatan bagi berkembangnya kreativitas. Namun kenyataan ini
harus diterima karena mungkin saja penelitian tersebut merupakan gambaran
keadaan yang sesungguhnya mengenai kreativitas anak-anak Indonesia. Hasil ini
seharusnya dapat dijadikan pertimbangan untuk segera meningkatkan kualitas
pendidikan sehingga upaya yang dilakukan di masa yang akan datang lebih
8
Fakta-fakta di atas, menyadarkan kita bahwa diperlukan upaya-upaya
untuk mengembangkan sikap, perilaku, dan pemikiran kreatif anak sejak dini. Hal
ini penting karena sikap, perilaku dan pemikiran kreatif sangat diperlukan dalam
era globalisasi saat ini. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ruseffendi
(1991: 238) bahwa manusia yang kreatif tidak saja baik untuk dirinya melainkan
juga dapat bermanfaat bagi orang lain.
Dalam pembelajaran matematika, selain kemampuan berpikir kreatif
diperlukan juga pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematik.
Dalam proses pembelajaran, seharusnya guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk melihat dan memikirkan gagasan yang diberikan. Untuk itu pemecahan
masalah merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika.
Penyelesaian masalah dapat dipandang sebagai proses siswa menemukan
kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dulu yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang baru (Nasution (2000:170).
Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa secara optimal pada
saat ini sangat diperlukan karena kita sadari bahwa perkembangan ilmu dan
teknologi sekarang ini di satu sisi memungkinkan kita untuk memperoleh banyak
informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai tempat di dunia. Namun, di
sisi lain kita tidak mungkin untuk mempelajari keseluruhan informasi dan
pengetahuan yang ada, karena sangat banyak dan tidak semuanya diperlukan.
Untuk menghadapi tantangan tersebut dituntut sumber daya manusia yang handal
9
memiliki kemampuan dan keterampilan tinggi yang melibatkan pemikiran kritis,
kreatif, sistematis, logis, dan kemampuan bekerjasama yang efektif.
Siswa yang terlatih dengan pemecahan masalah akan menjadi terampil
menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisisnya dan akhirnya
meneliti hasilnya. Keterampilan itu akan menimbulkan pula kepuasan intelektual
dalam diri siswa, meningkatkan potensi intelektual siswa, dan melatih siswa
bagaimana melakukan penelusuran melalui penemuan. Ini berarti bahwa
kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang harus mendapat perhatian,
mengingat peranannya yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi
intelektual siswa.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa pada umumnya rendah. Menurut Sumarmo (1993),
kemampuan siswa SMA kelas X dalam menyelesaikan masalah matematik pada
umumnya belum memuaskan. Menurut Wahyudin (1999), kegagalan menguasai
matematika dengan baik diantaranya disebabkan oleh siswa kurang menggunakan
nalar dalam menyelesaikan masalah. Atas dasar ini perlu dilakukan upaya-upaya
untuk memperbaikinya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga pendidik adalah
melakukan inovasi dalam pembelajaran. Ausubel (dalam Ruseffendi, 1991: 291)
juga menyarankan sebaiknya dalam pembelajaran digunakan pendekatan yang
mengunakan metode pemecahan masalah, inquiri, dan metode belajar yang dapat
10
perbaikan metode dan cara menyajikan materi pelajaran, diharapkan kemampuan
pemecahan masalah dan kreativitas siswa dapat ditingkatkan.
Sebuah aliran dalam pembelajaran yaitu aliran konstruktivisme,
memandang bahwa pengetahuan itu dibangun secara aktif oleh individu (Suparno,
1997:29), dan lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa
(Soedjadi, 1999:100). Tujuan pembelajaran berdasarkan pandangan ini adalah
membangun pemahaman, sehingga belajar dalam pandangan ini tidak ditekankan
untuk memperoleh pengetahuan yang banyak, tetapi yang utama adalah
memberikan interpretasi melalui skemata yang dimiliki siswa (Hudoyo, 1998:6).
Konstruktivis memandang bahwa pengetahuan dibentuk dan ditemukan oleh
siswa secara aktif, tidak sekedar diterima secara pasif dari lingkungan. Siswa
sendiri yang membuat interpretasi yang dibentuk dari pengalaman dan interaksi
sosial. Jadi belajar matematika dalam hal ini lebih mementingkan proses daripada
hasil.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang merupakan bagian dari
pembelajaran konstruktivisme adalah pendekatan open-ended. Katsuro (2000)
mengatakan bahwa terdapat kesamaan antara pendekatan open-ended dan
konstruktivisme. Konstruktivisme memiliki prinsip dasar yaitu, pengetahuan
dikonstruksi oleh subyek sendiri. Demikian juga dalam pendekatan open-ended,
pengetahuan dikonsktruksi oleh siswa sendiri dan dalam pembelajarannya
disajikan suatu permasalahan yang memiliki beragam penyelesaian atau metode
11
Dengan keberagaman penyelesaian atau metode penyelesaian tersebut di
atas, maka pendekatan open-ended memberikan keleluasaan bagi siswa untuk
mengemukakan jawaban. Melalui presentasi dan diskusi tentang beberapa
penyelesaian alternatif, pendekatan ini membuat siswa menyadari adanya
metode-metode penyelesaian yang beragam. Pada akhirnya kapasitas matematika siswa
untuk menyelesaikan masalah matematik yang lebih fleksibel dapat meningkat.
Hal ini dapat membantu siswa melakukan pemecahan masalah secara kreatif dan
membuat siswa lebih menghargai keragaman berpikir selama proses pemecahan
masalah.
Dari uraian tentang karakteristik pembelajaran open-ended terlihat bahwa
pembelajaran open-ended dapat memupuk kemampuan pemecahan masalah dan
kreativitas siswa, karena pendekatan ini tidak mengharuskan siswa menghapal
fakta-fakta, tetapi mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan di dalam pikiran
mereka sendiri. Pada pendekatan ini, siswa dibiasakan memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Hal
ini merupakan salah satu syarat yang dibutuhkan untuk pengembangan kreativitas
siswa.
Dalam belajar, siswa perlu mengetahui bagaimana menggunakan
sumber-sumber yang ada secara optimal untuk menemukan jawaban inovatif atas suatu
masalah yang dihadapinya. Dengan memadukan ungkapan dan pemecahan
masalah secara kreatif dalam kurikulum, siswa dapat dipersiapkan untuk
menghadapi masa depan yang penuh tantangan (Munandar, 2002:23). Oleh karena
12
dihasilkan, melainkan pada pemupukan sikap dan minat untuk melibatkan diri
dalam kegiatan kreatif. Sikap dan minat tersebut meliputi sikap ingin tahu, minat
untuk menyelidiki lingkungan atau bidang-bidang baru, dorongan untuk
melakukan eksperimen, perasaan tertantang untuk menangani masalah-masalah
rumit, dan menemukan beberapa kemungkinan pemecahan masalah.
Pengembangan sikap dan minat seperti ini akan memberi peluang kepada siswa
menjadi lebih kreatif.
Kondisi secara umum tentang kemampuan pemecahan masalah matematik
dan kemampuan berpikir kreatif yang masih rendah, terjadi juga pada siswa-siswi
SMA Swasta Cahaya Medan. Berdasarkan pengamatan awal yang dilaksanakan
oleh peneliti di SMA Swasta Cahaya Medan untuk kelas X menunjukkan indikasi
rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dan rendahnya
kemampuan kreativitas siswa. Hal ini berdasarkan pengamatan awal peneliti
melalui pemberian soal pemecahan masalah matematik dan soal kreativitas dalam
pokok bahasan persamaan kuadrat pada siswa kelas X-1 SMA Swasta Cahaya
Medan Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 40 orang terdiri dari 13 orang
laki-laki dan 27 orang perempuan.
Contoh kasus pemecahan masalah yang diberikan peneliti adalah: “Pak
Ali mempunyai sebidang tanah yang berbentuk persegi panjang yang berukuran 5
m x 10 m. Di tengah-tengah lahan tersebut hendak dibuat kebun sayur yang
luasnya 36 m2 , di sekeliling kebun sayur tersebut hendak dibuat jalan yang
13
Dari hasil yang diperoleh, ternyata hanya 15% dari siswa yang memahami
masalah soal selengkapnya, melaksanakan proses yang benar dan mendapat solusi
atau hasil yang benar. Siswa yang memahami masalah soal selengkapnya dan
menggunakan strategi yang benar, tetapi ada sedikit salah perhitungan sebanyak
10%. Memahami masalah soal selengkapnya dan melaksanakan prosedur yang
benar, memberikan jawaban yang benar tetapi salah sruktur atau perhitungan
sebanyak 20%. Salah menginterpretasi sebagian soal atau mengabaikan kondisi
soal, menggunakan prosedur yang benar tetapi mengarah kejawaban yang salah
secara prosedur dan perhitungan sebanyak 30%. Salah menginterpretasi soal dan
menggunakan prosedur yang salah sebanyak 25% dan tidak dapat memahami soal
sehingga sama sekali tidak dijawab sebanyak 15%.
Dari jawaban siswa terlihat bahwa siswa kurang memahami masalah,
rencana penyelesaian yang dilakukan siswa tidak terarah sehingga proses
perhitungan belum memperlihatkan jawaban yang benar. Siswa juga tidak
melakukan pemeriksaan atas jawaban akhir yang telah didapat, padahal jika hal
ini dilakukan memungkinkan bagi siswa untuk meninjau kembali jawaban yang
telah dibuat.
Adapun masalah kreatif yang diberikan peneliti adalah:” Seorang
pengusaha meminta sebuah perusahaan konstruksi untuk membangun gedung
yang akan ia jadikan pusat perbelanjaan . Gedung itu harus beralas persegi
panjang dengan luas 3000 m2. Secara spesifik pengusaha tersebut meminta agar
14
harus dilakukan perusahaan konstruksi adalah mencari lahannya. Buatlah ukuran
lahan minimal sehingga keinginan pengusaha tersebut dapat terwujud.”
Dalam memecahkan masalah kreatif tersebut penulis memperoleh data sebagai
berikut :
a.Terdapat 63% siswa tidak dapat menyelesaikan soal lebih dari satu cara
b.Terdapat 35% siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan beragam/variasi.
c.Satu orang siswa tidak mengerti sama sekali bagaimana menyelesaikan soal
tersebut.
d. Semua siswa tidak dapat memberikan jawaban yang lain dari yang sudah biasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa rendah dan kemampuan kreativitas siswa rendah dalam
penyelesaian masalah matematika. Hal ini terjadi dikarenakan tingkat kemampuan
berpikir siswa yang tidak maksimal serta pendekatan pembelajaran yang
digunakan kurang cocok atau pendekatan pembelajaran sebelumnya tidak dapat
membuat siswa termotivasi sehingga siswa kurang mampu berpikir dan
menyelesaikan masalah yang diberikan guru yang berhubungan dengan materi
tersebut.Oleh karena itu perlu adanya suatu pendekatan pembelajaran yang
efektif untuk meningkatkan penguasaan materi persamaan kuadrat. Penyebab lain
rendahnya kreativitas siswa tersebut adalah ketidakmampuan siswa merubah soal
yang berbentuk masalah kontekstual ke dalam model matematika, mengaitkan
konsep yang dipelajari dalam menyelesaikan soal. Sebagian besar siswa
cenderung menghafal tanpa makna. Hal ini dapat dilihat dari kesulitan yang
15
permasalahan. Hal ini berakibat pada jauhnya kesenjangan nilai dari siswa
berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah pada pelajaran matematika.
Siswa yang tidak dapat memahami soal tidak akan dapat melakukan apapun untuk
menyelesaikannya,sihingga dia tidak akan mendapat nilai apapun. Sedangkan
siswa yang mampu memahami soal akan mempunyai kesempatan memikirkan
rencana pemecahannya. Apalagi jika ditinjau dari menemukan alternatif jawaban
lain untuk satu masalah, hampir tidak ditemukan siswa yang mencoba mencari
cara lain untuk menyelesaikan masalah yang telah dipecahkannya. Hampir semua
siswa merasa cukup jika sudah mampu menyelesaikan soal.
Dari jawaban siswa terlihat bahwa proses penyelesaian masalah yang
dibuat siswa sangat terbatas, monoton dan kurang bervariasi hal ini disebabkan
pembelajaran yang sepenuhnya berada pada kontrol guru . Siswa hanya sebatas
mendengarkan, mencatat apa yang disampaikan guru dan mengerjakan soal
latihan , yang memungkinkan proses berpikir siswa kurang berkembang, sehingga
siswa dalam menyelesaikan permasalahan mencontoh apa dan bagaimana yang
dilakukan guru yang mengakibatkan tidak terbentuknya keragaman jawaban yang
bervariasi dari siswa.
Belajar merupakan hasil sentral dalam mempelajari tingkah laku. Tingkah
laku dikontrol oleh stimulus dan respon yang diberikan siswa. Oleh karena itu,
respon siswa merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan
keberhasilan belajar matematika. Kurangnya respon siswa terhadap pelajaran
16
Rendahnya respon siswa belum tentu sumber kesalahan materi ajar pada
diri siswa, pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan
materi yang kurang tepat dapat menyebabkan kelas menjadi kurang menarik dan
cenderung membosankan siswa. Suara guru yang kurang keras, guru yang kurang
tegas, metode pembelajaran yang kurang tepat, atau posisi guru saat mengajar
banyak duduk dapat membawa suasana yang tidak menarik perhatian, membuat
siswa menjadi takut dan tidak senang yang mengakibatkan menurunnya respon.
Dengan menanamkan konsep pembelajaran open-ended maka siswa akan
lebih kreatif karena asik mengerjakan setiap masalah dan siswa tidak akan cepat
lupa disebabkan konsep sudah dimiliki. Pembelajaran dengan pendekatan
open-ended diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan
pembelajaran harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab masalah
dengan banyak cara serta mungkin juga dapat dengan banyak jawaban (yang
benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa
dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Tujuan dari pembelajaran Open-Ended Problem menurut Nohda
(Suherman, dkk, 2003; 104) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan
kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui problem posing secara simultan.
Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus
dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa.
Aktivitas kelas yang penuh ide-ide matematis pada akhirnya akan memacu
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Selain itu, pendekatan open-ended dapat
17
matematika. Dengan demikian, siswa memahami bahwa proses dalam
penyelesaian masalah berperan sama pentingnya seperti hasil akhir dari
pemecahan masalah itu. Berdasarkan uraian di atas, terlihat dengan jelas bahwa
pendekatan open ended terkait erat dengan pemecahan masalah.
Pendekatan open-ended, dalam pelaksanaanya dilakukan melalui kegiatan
membahas dan memecahkan masalah, sebagaimana yang dilakukan dalam
pendekatan problem solving ataupun problem posing. Asumsinya adalah proses
lebih utama daripada hasil. Kedua pendekatan tersebut menekankan pada upaya
pemecahan masalah, dengan merumuskan permasalahannya terlebih dahulu.
Dalam pendekatan open- ended terdapat keragaman dalam penyelesaian ataupun
metoda penyelesaiannya. Pendekatan ini memberi keleluasaan kepada siswa untuk
mengemukakan jawaban secara aktif dan kreatif.
Berabad-abad orang berupaya menjelaskan apa yang terjadi apabila
seseorang mencipta. Salah satu teori yang sampai saat ini masih banyak dikutip
adalah teori Wallas yang dikemukakan pada tahun 1926 dalam bukunya “ The Art
of Thuoght ” (Piirto, 1992), yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat
tahap, yaitu: (1) persiapan; (2) inkubasi; (3) iluminasi; dan (4) verifikasi.
Pada tahap persiapan untuk memecahkan masalah seseorang belajar
berpikir, mencari jawab, bertanya kepada orang lain, dan sebagainya. Pada tahap
inkubasi, seseorang untuk sementara waktu seolah-olah melepaskan diri dari
masalah tersebut. Masalah itu “dierami” dalam alam pra-sadar. Pada tahap
iluminasi, timbul yang dinamakan “insight” atau “Aha-Erlebnis” yaitu munculnya
18
ide atau kreasi baru. Dalam hal ini diperlukan proses pemikiran kritis dan
konvergen (Munandar, 2002: 59)
Dari uraian proses kreatif di atas, terlihat bahwa penemuan masalah dan
pemecahan masalah merupakan sebuah karakteristik dari aktivitas kreatif atau
bakat yang luar biasa pada berbagai bidang kehidupan. Khusus dalam mata
pelajaran matematika, Silver (dalam Silver, 1997: 76) mengatakan bahwa
penemuan masalah dan pemecahan masalah adalah inti dari mata pelajaran
matematika dan merupakan ciri-ciri dari berpikir matematis.
Sebagai hal yang berkenaan dengan kreativitas, pada dasarnya tidak
terletak pada seberapa banyaknya penemuan masalah itu sendiri, akan tetapi
terletak pada pengaruh antara penemuan masalah dan pemecahan masalah. Yang
dimaksud dengan saling pengaruh di sini adalah bagaimana usaha untuk
menyelesaikan, memformulasikan kembali, dan akhirnya memecahkan masalah
dengan melakukan aktivitas kreatif. Dari aktivitas ini, seseorang dapat menguji
formulasi permasalahan atau penyelesaian yang baru, tingkat perubahan arah
selama proses formulasi kembali, banyaknya formulasi, banyaknya penyelesaian
yang berbeda atau penyelesaian yang diperoleh.
Untuk membekali peserta didik dalam menghadapi permasalahan hidup
yang dihadapi sekarang maupun yang akan datang dan berdasarkan pengalaman
dan pengamatan penulis selama mengajar di SMA Swasta Cahaya Medan, siswa
jarang diajak untuk ikut terlibat dalam setiap pembelajaran sehingga siswa kurang
mampu memahami konsep yang diajarkan guru. Siswa tidak diberi kesempatan
19
sehingga siswa menjadi pasif. Peneliti beranggapan pendekatan yang cocok untuk
hal di atas adalah pendekatan open-ended. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan studi eksperimen perbedaan kemampuan pemecahan masalah
matematik dan kemampuan berpikir kreatif siswa SMA dengan pendekatan
pembelajaran Open-Ended dan pembelajaran konvensional.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang di atas, dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
(1) Rendahnya penguasaan materi matematika khususnya pada siswa kelas X.
(2) Prestasi matematika di Indonesia masih rendah dibanding negara lain.
(3) Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
(4) Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa.
(5) Dalam proses pembelajaran matematika guru pada umumnya menerapkan
pembelajaran konvensional
(6) Model pembelajaran yang selama ini digunakan tidak melibatkan siswa
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
(7) Pendekatan pembelajaran open ended belum dilaksanakan pada proses
pembelajaran matematika.
(8) Bentuk proses penyelesaian masalah ( proses jawaban ) siswa tidak bervariasi.
20
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas adalah
masalah yang cukup luas dan kompleks serta cakupan materi matematika yang
sangat banyak maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini perlu dibatasi agar
penelitian ini lebih terarah, efektif, dan efisien serta memudahkan dalam
melaksanakan penelitian. Sehingga penelitian ini dibatasi pada masalah :
1. Rendahnya Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
2. Rendahnya Kemampuan berpikir kreatif siswa.
3. Dalam proses pembelajaran matematika guru pada umumnya menerapkan
pembelajaran konvensional..
4. Penerapan pendekatan pembelajaran open-ended belum dilaksanakan
pada proses pembelajaran matematika.
5. Bentuk proses penyelesaian masalah (proses jawaban) siswa tidak
bervariasi.
6. Siswa memiliki respon yang negatif terhadap matematika.
Untuk diteliti perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik dan
kemampuan berpikir kreatif siswa ditinjau dari pendekatan pembelajaran
open-ended dan pembelajaran konvensional, pada pokok bahasan persamaan dan fungsi
kuadrat di kelas X SMA.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
21
(1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?
(2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif
siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended dengan siswa
yang memperoleh pembelajaran konvensional?
(3) Bagaimanakah bentuk proses penyelesaian masalah (proses jawaban) yang
dibuat siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?
(4) Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended.
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah:
(1) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pendekatan
pembelajaran open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
(2) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan
berpikir kreatif siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran
22
(3) Untuk mendeskripsikan bentuk proses penyelesaian masalah (proses jawaban)
yang dibuat siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran open-ended
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
(4) Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran matematika
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna baik bagi guru,
bagi siswa, bagi sekolah maupun bagi peneliti.
(1) Bagi Guru
Memberi alternatif atau variasi pendekatan pembelajaran matematika untuk
dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaanya dengan cara
memperbaiki kelemahan ataupun kekurangannya dan mengoptimalkan
pelaksanaan hal-hal yang talah dianggap baik.
(2) Bagi Siswa
Penerapan pendekatan open-ended selama penelitian pada dasarnya memberi
pengalaman baru dan mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran agar
terbiasa melakukan keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah
matematik dan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa meningkat serta
pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan bermanfaat.
(3) Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisien
23
pembelajaran baik matematika maupun pelajaran lain dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas guru.
(4) Bagi Peneliti
Memberi gambaran atau informasi tentang perbedaan kemampuan pemecahan
masalah matematik dan kemampuan berpikir kreatif siswa, proses
penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada
masing-masing pembelajaran dan respon siswa selama pembelajaran
berlangsung serta dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan
dapat dijadikan sebagai acuan/referensi untuk peneliti lain (penelitian yang
relevan) dalam melakukan penelitian yang sejenis.
1.7 Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan pahaman terhadap apa yang akan diteliti,
maka perlu adanya penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini beberapa istilah dalam penelitian ini adalah:
(1) Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu:
a. Memahami masalah
b. Membuat rencana pemecahan masalah
c. Melaksanakan penyelesaian menggunakan strategi yang direncanakan
24
(2) Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang dapat menghasilkan
ide-ide yang dimiliki seseorang dengan mengkombinasikan ataupun
menerapkan kembali ide-ide yang telah ada ataupun kemampuan siswa untuk
menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru dalam menghasilkan banyak
kemungkinan cara menyelesaikan masalah untuk memperoleh satu jawaban
yang benar, kemampuan kreatif yang akan dicapai siswa dapat dilihat dari 4
macam perilaku kreatif yaitu: (1) kelancaran (fluency) , (2) keluwesan
(flexibility), (3) Elaborasi (elaboration), (4) Keaslian (originality).
(3) Pendekatan pembelajaran Open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan suatu permasalahan yang memiliki banyak proses atau metode
penyelesaian dalam menjawab soal sehingga memungkinkan siswa
memperoleh banyak jawaban cara untuk memperoleh satu jawaban yang benar
dari beragam metode penyelesaian yang digunakan. Pendekatan pembelajaran
Open-ended pendekatan pembelajaran yang melalui tahap-tahap pembelajaran,
yaitu:
a. Penyajian masalah
b. Pengorganisasian pembelajaran
c. Memperhatikan dan mencatat respon siswa
d. Bimbingan dan pengarahan
e. Membuat kesimpulan
(4) Pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran yang melibatkan
komponen-komponen: demonstrasi oleh guru, pemberian defenisi/teorema,