PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI GARIS DAN SUDUT DENGAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI
REFLEKTIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI SMP NEGERI 1
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh: Fransisca Bertania Delani
NIM: 131414030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
PENGEIVTBA]TGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI GARIS DAN SLTDUT DENGAN PENDEKATAN P.A,RADIGMA PEDAGOGI
REFLEKTIT MENGGM{AKAhI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TtrAC}IING AND LEARNING DI SIUP NEGERI 1
YOGYAKARTA
Oleh:
Fransisca Bertania Delani NIM I '.: -131414030
T'eiah disetului oleh
:
,..
.
,,iDosen Pembimbing
SKRIPSI
PEN GEilIBANGAN PERAI{GKAT PEMBELAJARAN MATERI GARIS
DAN SLTDUT DENGAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI
REFLEKTIF' MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI SMP NEGERI 1
YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Fransisca Bertania Delani NIM: 131414030
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada ianggal 10 Juli 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syaral
Ketua
Sekretaris
Anggota
I
Anggota II
Anggota III
Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. Dr. Hongki Julie, M.Si.
Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. C. Novella Krisnamurti, M.Sc.
Niluh Suiistvani. M.Pd.
Tanda Tpq8an
,/
M"
, )ir'!
*^:
Pendidikan
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini Dipersembahkan Untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Ayah dan Ibu
Linoes Masiran
Christna Iswati
Kakak
Andreas Dion Aggoro
Sahabat, teman, dan orang-orang terdekat
Rekan-rekan Pendidikan Matematika
Seluruh Dosen selama saya menimba ilmu
Almamater terhormat
v
MOTTO
ḛ
Jangan Berhenti Belajar, Walau Ubanan
Ḝ
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Juli 2017 Penulis,
\r^^
Fransisca B ertania Delani NIM. t314t4030
PERNYATAAN
PERSETUJUAN
PUBLIKASI
KARYA
ILMIAH
UNTUK KEPBNTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Fransisca Bertania Delani NomorMahasiswa :131414030Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
..PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI GARIS DAN SUDUT DENGAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI SMP NEGERI I YOGYAKARTA"
Beserta perangkat yang diperlukan (perangkat pembelajaran). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitaas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memppublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu izi dari saya
maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 10 Juli 2017 Yang menyatakan
il
Il
lj 0u-I
Fransisca Bertania Delani
viii
ABSTRAK
Fransisca Bertania Delani (NIM: 131414030), 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi Garis dan Sudut dengan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif Menggunakan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning untuk di SMP Negeri 1 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan untuk perangkat pembelajaran pada materi garis dan sudut, dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan PPR serta menggunakan model CTL; 2) mengetahui kualitas perangkat pembelajaran yang yang dikembangkan berdasarkan hasil validasi dan ketercapaian hasil belajar siswa dan 3) mengetahui respon siswa dan guru terhadap proses pembelajaran tersebut.
Peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono, yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Perbaikan Desain, (6) Uji Coba Produk, (7) Revisi Produk. Subyek dalam penilitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Yogyakarta. Obyek penelitian ini adalah semua perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu silabus, RPP, bahan ajar, LKS, dan instrumen penilaian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, pemberian kuesioner, penilaian (competence, conscience, compassion), dan dokumentasi. Analisis data kualitatif berdasarkan hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil refleksi. Analisis data kuantitatif berdasarkan hasil observasi selama uji coba. Hasil validasi, nilaai THB, dan hasil kuesioner respon siswa.
Hasil dari perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan adalah produk yang dihasilkan sudah baik sehingga dapat digunakan secara meluas. Hasil validasi perangkat pembelajaran termasuk kategori baik, hasil kuesioner respon siswa terhadap proses pembelajaran termasuk kategori bagus, dan respon guru dari hasil observasi menunjukkan guru telah mampu melaksanakan proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan cukup baik.
ix
ABSTRACT
Fransisca Bertania Delani (NIM: 131414030), 2017.Development of Learning Materials of Line and Angle for Class VII B SMP Negeri 1 Yogyakarta using Reflective Pedagogy Paradigm Approach and Contextual Teaching and Learning Mode.Mathematics Education Study Program, Departmen of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This study serves as a research and development of teaching materials of line and angle, facilitated by the Reflective Pedagogy Paradigm (P PR) approach and Contextual Teaching and Learning (CTL) model. This research aims to 1) develop learning materials through PPR approach and CTL model; 2) comprehend the quality of developed teaching materials based on validation results
and students’ achieved learning results and 3) students and teachers response regarding said materials.
Researcher incorporated steps of research and development as advised by Sugiyono which include: (1) Potential and Problem, (2) Data collection, (3) P roduct Design, (4) Design Validation, (5) Design Improvement, (6) Trial Attempts, (7) Product Revision. Subject of research study is students of class VII B SMP Negeri 1 Yogyakarta. Object of research study including all learning materials developed by researcher. Learning materials developed including syllabus, RPP, teaching materials, LKS, and grading instruments. Data collection technique used including observation, interview, survey questionnaires, assessment (competence, conscience, compassion), and documentation. Qualitative data analysis is based on observation, interview results, and reflection results. Quantitative data analysis is based on observation results during trial practice. Validation results, THB scores, and student questionnaire results.
Result of developed learning materials shows that product is sustainable to be used and spread. Study material validation is categorized as “good”, students survey questionnaire regarding developed learning materials is categorized as “excellent”, and teachers response and observation results showed that teachers are able to execute learning processes using the developed teaching materials quite efficiently.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia dan penyertaanNya sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi yang
berjudul
"Pengembangan Perangkat Pembelajaran denganPendekatan Paradigma Pedagogi
Reflektif
dan
Menggunakan ModelPembelajaran Contextual Teaching and Learning untuk Materi Garis dan Sudut
Kelas
VII
B SMP
Negeri 1 Yogyakarta"ini
dengan tepat waktu. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang harus dipenuhi untukmemperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam mengumpulkan informasi mengenai pembuatan skripsi
ini. Pihak-pihak
tersebut antara lain:
Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dr.
Hongki Julie,M.Si.,
selaku Ketua Program Studi PendidikanMatematika.
Beni Utomo, M.Sc., selaku
Wakil
Ketua Program Studi PendidikanMatematika.
Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan sumbangan pemikiran selama menyusun skripsi ini.
l.
2.
J.
5.
Margaretha M.M, M.Pd., Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Si., dan Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen yang telah bersedia menjadi validatoruntuk instrumen dan perangkat pembelajaran.
6.
Dra. Y. Niken Sasanti, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk penelitian dan pengambilan data,
7.
Maria Roostika, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII B SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah menjadi validator sekaligus melakukanuji
coba perangkat pembelajaran yang dirancang oleh peneliti.8.
Siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah terlibat aktifselama pembelajaran.
9.
Kedua orang tua dan kakak laki-laki saya yang telah mendukung danmemberikan doa restu yaitu Linoes Masiran, Christina Iswati, dan Andreas
Dion Anggoro.
10. Sahabat-sahabat yang saya sayangi yang selalu memberikan semangat dan
motivasi: Anatasia Febi, Anna Budi, Mayang, Andit, Kress, Thevany, Ester, Dewi Chandra, dan Tika..
11. Ternan-teman Pendidikan Matematika angkatan
2013
yang
telah memberika ide pemikiran dan dukungan bagi saya.12. Semua pihak yang telah banyak berjasa dalam penelitian dan penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Disadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. oleh karena itu, dimohon kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik dan bermafaat bagi semua orang.
Sekian prakata
ini disampaikan, apabila
ada kata-kata yang salah maka saya mohon maaf.Yogyakarta, | 5 Juni 2017
lr
h/t
p
[,v'
IPenulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
PERSEMBAHAN...iv
MOTTO...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vii
ABSTRAK...viii
ABSTRACT...ix
KATA PENGANTAR...x
DAFTAR ISI...xiii
DAFTAR LAMPIRAN...xv
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR GAMBAR...xix
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Identifikasi Masalah...5
C. Rumusan Masalah...6
D. Tujuan Penelitian...7
E. Pembatasan Masalah...7
F. Batasan Istilah...8
G. Manfaat Penelitian...9
xiv
BAB II LANDASAN TEORI...12
A. Pembelajaran Matematika...12
B. Paradigma Pedagogi Reflektif...13
C. Penilaian Hasil Belajar...20
D. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL...21
E. Perangkat Pembelajaran...25
F. Alat Peraga...29
G. Garis dan Sudut...30
H. Penelitian dan Pengembangan...42
I. Penelitian yang Relevan...46
J. Kerangka Berpikir...48
BAB III METODE PENELITIAN...51
A. Jenis Penelitian...51
B. Setting Penelitian...52
C. Desain dan Prosedur Pengembangan...53
D. Teknik Pengumpulan Data... 56
E. Instrumen Penelitian...57
F. Penilaian Conscience...67
G. Penilaian Compassion...68
H. Teknik Analisis Data...69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...76
A. Hasil Penelitian...76
B. Pembahasan...144
C. Keterbatasan Penelitian...163
BAB V PENUTUP...165
a. Kesimpulan...165
xv
DAFTAR PUSTAKA...168
LAMPIRAN...172
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Keterangan Sudah Penelitian...172
Lampiran 2 Hasil Scanning Lembar Validasi Instrumen Penelitian...173
Lampiran 3 Hasil Scanning LKS...299
Lampiran 4 Scanning Hasil Lembar Jawab THB I...327
Lampiran 5 Scanning Hasil Lembar Jawab THB II...331
Lampiran 6 Scanning Hasil Refleksi dan Aksi Batin Siswa...334
Lampiran 7 Hasil Scanning Observasi Pembelajaran...339
Lampiran 8 Scanning Kuesioner Respon Siswa...382
Lampiran 9 Scanning Observasi Awal...385
Lampiran 10 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Setelah Uji Coba...387
Lampiran 11 Hasil Validasi Kuesioner...388
Lampiran 12 Hasil Validasi Pedoman Observasi...389
Lampiran 13 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran...390
Lampiran 14 Hasil Observasi Proses Pembelajaran...404
Lampiran 15 Hasil Olah Data Kuesioner Respon Siswa Terhadap Pembelajaran...414
Lampiran 16 Wawancara Awal...416
Lampiran 17 Wawancara Setelah Uji Coba...420
Lampiran 18 Wawancara Siswa...423
Lampiran 19 Transkrip Uji Coba...427
Lampiran 20 Daftar Nilai Competence...454
Lampiran 21 Daftar Nilai Conscience...456
xvi
Lampiran 23 Daftar NilaiKeterampilan...460
Lampiran 24 Aksi Siswa...462
Lampiran 25 Alat Peraga Puzzle Sudut...463
Lampiran 26 Silabus...468
Lampiran 27 Rancangan Perencanaan Pembelajaran...503
Lampiran 28 Bahan Ajar...565
Lampiran 29 Lembar Kerja Siswa...580
Lampiran 30 Soal Tes Hasil Belajar I...616
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi lembar observasi sebelum uji coba...58
Tabel 3.2 Kisi-kisi lembar observasi selama uji coba...58
Tabel 3.3 Kisi-kisi peodman wawancara sebelum uji coba...60
Tabel 3.4 Kisi-kisi pedoman wawancara setelah uji coba...60
Tabel 3.5 Kisi-kisi kuesioner siswa...62
Tabel 3.6 Kuesioner validasi perangkat pembelajaran...63
Tabel 3.7 Kisi-kisi tes hasil belajar I...65
Tabel 3.8 Kisi-kisi tes hasil belajar II...66
Tabel 3.9 Kriteria penilaian conscience...67
Tabel 3.10 Kriteria penilaian compassion...68
Tabel 3.11 Kriteria Rumus Skor Skala Lima menurut Widoyoko...71
Tabel 3.12 Kriteria Skor Skala Lima...73
Tabel 3.13 Bobot pernyataan positif kuesioner...74
Tabel 3.14 Bobot pernyataan negatif kuesioner...74
Tabel 3.15 Kategori respon siswa...75
Tabel 4.1 Hasil validasi perangkat pembelajaran oleh 2 ahli...91
Tabel 4.2 Jadwal pelaksanaan uji coba terbatas...94
Tabel 4.3 Hasil penilaian consciece pertemuan 1...98
xviii
Tabel 4.5 Hasil penilaian consciece pertemuan 2...105
Tabel 4.6 Hasil penilaian compassion pertemuan 2...106
Tabel 4.7 Hasil penilaian consciece pertemuan 3...112
Tabel 4.8 Hasil penilaian compassion pertemuan 3...113
Tabel 4.9 Hasil penilaian conscience pertemuan 4...119
Tabel 4.10 Hasil penilaian compassion pertemuan 4...120
Tabel 4.11 Hasil penilaian consciece pertemuan 5...126
Tabel 4.12 Hasil penilaian compassion pertemuan 5...126
Tabel 4.13 Hasil penilaian conscience pertemuan 6...131
Tabel 4.14 Hasil penilaian compassion pertemuan 6...132
Tabel 4.15 Hasil penilaian conscience pertemuan 7...135
Tabel 4.16 Hasil penilaian compassion pertemuan 7...136
Tabel 4.17 Penilaian keterampilan...138
Tabel 4.18 Hasil kuesioner respon siswa...141
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Garis AB ( ⃡ )...30
Gambar 2.2 Ruas garis AB ̅̅̅̅ ...30
Gambar 2.3 Sinar Garis AB ( )...30
Gambar 2.4 Tangga...30
Gambar 2.5 Laptop...34
Gambar 2.6 Kedudukan garis k dan bidang �...33
Gambar 2.7 Garis k dan l merupakan garis yang sejajar………...33
Gambar 2.8 Garis k dan l saling berimpit …...33
Gambar 2.9 Garis k dan l saling berpotongan ...34
Gambar 2.10 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅...34
Gambar 2.11 Garis BG membagi dua ...35
Gambar 2.12 ...35
Gambar 2.13 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ di titik C...36
Gambar 2. 14 Sudut PQR diukur menggunakan busur derajat...……..37
Gambar 2.15 Sudut lancip...37
Gambar 2.16 Sudut tumpul...38
Gambar 2.17 Sudut siku-siku...38
Gambar 2.18 Sudut lurus...38
xx
Gambar 2.20 Sudut berpenyiku...39
Gambar 2.21 Sudut berpelurus...40
Gambar 2.22 Sudut bertolakbelakang...40
Gambar 2.23 Sudut-sudut yang dihasilkan dari 2 garis sejajar yang dipotong oleh garis lain...40
Gambar 2.24 Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono...43
Gambar 2.25 Kerangka berpikir………..50
Gambar 4.1 Guru mempraktikkan cara membagi ruas garis dengan jangka di papan tulis...101
Gambar 4.2 Diagram hasil refleksi siswa pertemuan 2...104
Gambar 4.3 Siswa berdiskusi di dalam kelompok...110
Gambar 4.4 Diagram Hasil Refleksi Siswa Pertemuan 3...110
Gambar 4.5 Siswa mengukur besar sudut pada potongan pizza...116
Gambar 4.6 Diagram hasil refleksi siswa pertemmuan 4...119
Gambar 4.7 Guru menyampaikan materi menggunakan alat peraga Puzzle Sudut...122
Gambar 4.8 Diagram hasil refleksi siswa pertemuan 5...124
Gambar 4.9 Kekompakan siswa di dalam kelompok...129
Gambar 4.10 Diagram hasil refleksi siswa pertemuan 6...130
Gambar 4.11 Diagram ketuntasan THB I...137
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan (2007: 420) kualitas
pembelajaran dilihat dari proses pembelajaran dimana dikatakan berhasil
apabila seluruh siswa dapat terlibat aktif secara fisik, mental, dan sosial.
Kualitas juga dapat dilihat dari hasil proses pembelajaran tersebut.
Sehingga siswa tersebut mampu unggul dalam inetelektual serta
berperilaku dan berkarakter baik. Hal ini dapat ditegaskan dengan adanya
kasus 2 orang mahasiswa yang telah merencanakan pelemparan bom
molotov terhadap rumah wakil dekan 3 Fakultas Teknik UMI Makassar,
dan juga rumah salah satu dosen yang berada di Kelurahan Daya,
Kecamatan Biringkanaya, Makassar, tepatnya di perumahan Kumala
(Liputan6, Juli 2015). Hal tersebut mengakibatkan mereka yang
menerima pendidikan diharapkan mampu menjadi penerus bangsa yang
baik, faktanya dari kasus tersebut mereka memiliki kemampuan merakit
bom namun menyalahgunakan kemampuan yang mereka miliki tersebut.
Hingga saat ini pendidikan hanya menjadi sarana individu untuk
meraih gelar dan pangkat. Pendidikan menjadi tujuan untuk
didukung dari para siswa yang dengan antu sias berlomba-lomba
agar dapat meraih nilai yang terbaik serta peringkat yang tertinggi. Hal ini
juga dapat ditinjau dari beberapa siswa yang tidak hanya mengandalkan
menerima materi dan sekolah saja melainkan mencari guru les atau
mengikuti kursus/les di beberapa lembaga belajar. Padahal di jaman
globalisasi ini, pendidikan tidak hanya mengunggulkan aspek kognitif saja
melainkan pendidikan karakter sangat berperan penting. Melalui
pendidikan karakter diharapkan setiap individu tidak lagi mudah
dipengaruhi dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang hanya ingin
mencari keuntungan pribadi, seperti yang marak terjadi sekarang ini
adalah terorisme yang banyak melibatkan anak-anak muda, alasannya
karena mereka masih mudah untuk dipengaruhi.
Usaha yang dilakukan agar pendidikan sepenuhnya bertujuan
untuk mengembangkan kognitif dan menghasilkan karakter yang baik
yaitu dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam
proses pembelajaran di kelas. Menurut Tim Kanisius (2008: 41) tujuan
dari PPR itu sendiri untuk mewujudkan siswa yang cerdas, berkarakter,
peduli terhadap sesama dan lingkungan. Jika siswa dapat menerapkan
sikap peduli terhadap sesama dan lingkungan maka siswa dapat
memberikan manfaat bagi orang disekitarnya maupun untuk dirinya
sendiri. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) mencakup beberapa
tidak hanya dominan belajar materi saja melainkan dapat membentuk pola
pikir yang kritis dan berkarakter baik, itulah yang diharapkan dengan
menerapkan PPR. Pendidikan melalui PPR juga akan melahirkan budaya
antikorupsi, antikekerasan, antiperusakan lingkungan, juga memiliki sikap
kemanusiaan kritis, religiusitas terbuka, memiliki penalaran eksplorasi,
kreativitas dan kemandirian serta mahir dalam berbicara sebagai pemimpin
(Tim Kanisius, 2008: 45-51). Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ini
juga didasari dengan penilaian 3C yaitu competence (kompetensi),
conscience (suara hati), compassion (niat/bela rasa) yang semakin
mendukung dalam pembentukan karakter yang baik dan unggul.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di sekolah, diperoleh
bahwa guru sudah pernah mengalami pembelajaran dengan pendekatan
PPR. Walaupun demikian, dalam wawancara pula diperoleh bahwa guru
kadang-kadang melakukan refleksi di akhir pembelajaran secara lisan
tetapi, refleksi baru ditujukan untuk guru. Refleksi yang ditujukan kepada
siswa belum terpikirkan oleh guru. Padahal tujuan dari refleksi itu adalah
untuk memaknai pembelajaran yang telah berlangsung. Guru sadar akan
tujuan tersebut dan sudah memiliki keinginan untuk mencobanya
melakukan refleksi yang ditujukan kepada siswa, agar guru mengetahui
perkembangan siswa.
Pentingnya refleksi di akhir pembelajaran bagi siswa juga
didukung dalam jurnal yang ditulis oleh Hartana (2016) yaitu melalui
diharapkan dapat menjadi semakin bermakna sehingga mampu
menstimulasi setiap siswa untuk melakukan aksi nyata.
Beberapa masalah yang menjadi kesulitan siswa juga ditemukan
setelah berinteraksi dengan guru pengampu mata pelajaran matematika.
Diantaranya, siswa masih sulit dalam melakukan perhitungan aljabar
untuk materi garis dan sudut. Misalnya tentukan nilai dari persamaan
, untuk mencari nilai ada siswa yang mengurangkan
1800 dengan 300 terlebih dahulu lalu menguranginya lagi dengan 3
sehingga diperoleh nilai yang salah. Motivasi mereka untuk belajar
matematika sudah sangat tinggi, tetapi keterampillan mereka dalam
menyelesaikan suatu permasalahan masih menjadi kendala. Hal ini
disebabkan karena pada materi garis dan sudut ini, guru belum mengaitkan
materi dengan kehidupan sehari-hari. Ketersediaan alat peraga untuk
materi ini juga masih belum ada, sehingga pemahaman konsep siswa
masih sulit terbentuk.
Upaya mengatasi permasalahan tersebut pada penelitian ini, proses
pembelajaran akan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL). Model pembelajaran ini merupakan model
pembelajaran yang berbasis pada konteks kehidupan sehari-hari. Model ini
diharapkan mampu memudahkan siswa dalam menerima materi.
Penyampaian materi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari akan
lebih efektif dipahami siswa dibanding penyampaian materi yang terfokus
untuk menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan contoh-contoh
di kehidupan sehari-hari. Agar siswa dapat menggunakan ilmu yang
diperolehnya, siswa diajak memahami persoalan untuk dapat menggali
suatu solusi, hal tersebut akan dijadikan sebagai pengalaman belajarnya.
Ketika menggali solusi untuk menyelesaikan masalah, guru
mengkondisikan siswa di dalam diskusi kelompok kecil yang biasanya
terdiri dari 4-5 orang. Sehingga ide-ide pemikiran dari setiap individu
dapat saling dibagikan lalu dirumuskan bersama agar masalah tersebut
dapat diselesaikan. Kemudian, siswa diajak untuk membagikan hasil
diskusinya atau mempresentasikannya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran
matematika, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
1. Siswa masih merasa sulit dalam latihan soal
2. Siswa mengalami kesulitan pada perhitungan aljabar untuk
menentukan besar sudut
3. Keterampilan siswa dalam operasi aljabar masih rendah
4. Selama proses pembelajaran, siswa cenderung hanya mengejar nilai
maksimal dengan lebih memilih hasil yang cepat dibanding paham
dengan proses memperolehnya
5. Kesulitan penerapan materi yang dikaitkan dalam kehidupan
sehari-hari
7. Guru sudah pernah menggunakan pendekatan PPR dalam
pembelajaran, tapi ada tahapan PPR yang belum semuanya tercapai
dalam pembelajaran.
8. Bela rasa siswa serta menerima teman yang memiliki kekurangan
masih rendah pada proses pembelajaran
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran dengan
menggunakan paradigma pedagogi reflektif, yang menerapkan
model pembelajaran CTL dan penggunaan media pembelajaran
pada materi sudut dan garis kelas VII SMP Negeri 1
Yogyakarta?
2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran dengan
menggunakan paradigma pedagogi reflektif, yang menerapkan
model pembelajaran CTL dan penggunaan media pembelajaran
pada materi sudut dan garis kelas VII SMP Negeri 1
Yogyakarta?
3. Bagaimana respon pada guru dan siswa mengenai proses
pembelajaran dengan dengan menggunakan paradigma
pedagogi reflektif, yang menerapkan model pembelajaran CTL
dan penggunaan media pembelajaran pada materi sudut dan
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan proses dalam mengembangan
perangkat pembelajaran dengan menggunakan paradigma
pedagogi reflektif, yang menerapkan model pembelajaran CTL
dan penggunaan media pembelajaran pada materi sudut dan
garis kelas VII SMP Negeri 1 Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran dengan
menggunakan paradigma pedagogi reflektif, yang menerapkan
model pembelajaran CTL dan penggunaan media pembelajaran
pada materi sudut dan garis kelas VII SMP Negeri 1
Yogyakarta.
3. Untuk mendeskripsikan respon pada guru dan siswa mengenai
proses pembelajaran dengan menggunakan PPR, yang
menerapkan model pembelajaran CTL dan penggunaan media
pembelajaran pada materi sudut dan garis kelas VII SMP
Negeri 1 Yogyakarta.
E. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk masalah-masalahnya yaitu
penelitian didasarkan pada proses pengembangan perangkat pembelajaran
dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif, penerapan
pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and
F. Batasan Istilah
Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman akan maksud dan isi dari
penelitian ini, maka perlu adanya batasan istilah yang digunakan, yaitu:
1. Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu pendekatan dalam
metode pembelajaran yang mengandung konteks, pengalaman,
refleksi, aksi dan evaluasi. Evaluasi yang digunakan yaitu
penilaian berdasarkan kognitif (competence) hati nurani
(conscience) dan bela rasa (compassion).
2. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk
berpikir kritis dan kreatif dalam menerapkan konsep belajar
dalam kehidupan nyata sehingga hasil pembelajaran diharapkan
lebih bermakna bagi siswa dengan tahapan meliputi:
pemodelan, konstruktivisme, pengalaman, masyarakat belajar,
bertanya, refleksi dan evaluasi.
3. Perangkat pembelajaran meliputi: silabus. RPP, bahan ajar,
LKS, THB.
4. Sudut dapat terbentuk dari dua sinar garis yang berpotongan
G. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian, diharapkan dapat memberi manfaat kepada
pihak yang terlibat yaitu:
Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah agar kualitas
pendidikan semakin baik.
Bagi Guru
Dapat meningkatkan kreativitas guru dalam melakukan proses
belajar-mengajar sehingga proses pembelajaran lebih
berkualitas.
Bagi Siswa
Dari proses pembelajaran dengan alat peraga diharapkan siswa
mampu memahami konsep materi garis dan sudut dengan baik.
Dan dengan menerapkan PPR, selain aspek kognitif siswa juga
mampu mengembangkan aspek afektif sesuai dengan 2C.
Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengembangkan perangkat pembelajaran dengan
menggunakan PPR, menerapkan proses pembelajaran dengan
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning,
mampu menciptakan alat peraga yang efektif dalam
H. Spesifikasi produk
1. Silabus Pembelajaran Garis dan Sudut
Silabus yang digunakan berpedoman dengan silabus yang dipakai oleh
sekolah selanjutnya dikembangkan dengan menerapkan pendekatan
PPR terutama disesuaikan dengan alokasi waktu dan alur proses
pembelajarannya.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP dirancang dengan menggunakan PPR dan menggunakan model
pembelajaran CTL.
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS disusun dengan menerapkan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL). Dengan menerapkan model tersebut
LKS ini membuat siswa untuk berpikir kritis untuk mencari solusi dari
permasalahan yang diperolehnya. Sehingga mampu memahami materi
pembelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Penggunaan alat peraga juga dapat mendukung dalam pemahaman
konsep siswa.
4. Bahan Ajar
Bahan ajar disusun sesuai kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran. Bahan ajar menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif
5. Penilaian
Penilaian terdiri atas: Competence, Conscience, Compassion, dan
penilaian keterampilan. Penilaian terhadap competence (Status: Lulus/
Tidak lulus) menguraikan indikator dari KD-KD berikut.
1.12 Menjelaskan sudut, jenis sudut, hubungan antar sudut, cara
melukis sudut, membagi sudut, dan membagi garis.
1.13 Menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis
sejajar yang dipotong oleh garis transversal.
4.12 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sudut dan garis.
4.13 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan antar
sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika
Menurut Heruman (2007: 4) pembelajaran matematika tidak hanya
hasil akhirnya saja yang diperoleh melainkan proses untuk
menghasilkannya. Jika dalam pembelajaran menggunakan rumus maka
seharusnya siswa diberitahu asal mula rumus tersebut. Pembelajaran
matematika juga dikaitkan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya
dengan konsep yang akan diajarkan. Pada matematika setiap konsep
berkaitan dengan konsep lain dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi
konsep yang lain. Menurut Sundayana (2015: 24) pembelajaran
matematika di kelas hendaknya ditekankan keterkaitan antara
konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari karena hal
tersebut sangat penting untuk dilakukan.
Jadi dalam pembelajaran matematika hasil bukanlah hal utama
melainkan proses untuk memperolehnya juga penting. Konsep-konsep
B. Paradigma Pedagogi Reflektif
Menurut Tim Penerbit Kanisius (2008: 39) PPR merupakan pola
pikir dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi
kemanusiaan. Menurut Suparno (2015: 18) PPR bukan hanya sekedar
metode pembelajaran melainkan suatu pedagogi. Pedagogi merupakan
pendekatan, cara guru mendampingi siswa sehingga siswa berkembang
menjadi pribadi yang utuh.
1. Komponen dalam proses PPR
Adapun komponen dalam PPR yang terdiri dari: konteks,
pengalaman, refleksi, tindakan, dan evaluasi.
Konteks
Menurut Tim P3MP-LPM (2012 : 13) konteks adalah deskripsi
tentang “dengan siapa” berinteraksi, “bagaimana” latar belakang dan
pengalaman hidupnya, “dimana” dan “seperti apa’” lingkungan
tempatnya berinteraksi, “apa” yang diharapkan muncul dari interaksi
tersebut, serta “mengapa” mengikuti proses pembelajaran ini. Konteks
akan membantu guru menentukan bentuk dan cara pemberian
pengalaman melalui pembelajaran agar siswa dapat menarik makna dari
pengalamannya selama belajar, bagi hidupnya sendiri dan orang lain.
Menurut Suparno (2015: 21–22) guru perlu mengerti konteks
siswa, lingkungan dan sekolah, tempat dimana akan dilakukan proses
pembelajaran. Perbedaan konteks akan mempengaruhi pengalaman,
dilakukan kepada siswa. Semakin pembelajaran sesuai dengan
konteksnya, maka siswa akan semakin mudah menangkap dan mengerti
apa yang guru ajarkan.
Berdasarkan dari kedua pendapat di atas mengenai konteks, maka
dapat disimpulkan bahwa konteks adalah gambaran untuk guru
mengenai latar belakang siswa agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik sehingga siswa dapat memahami pengajaran
yang dilakukan oleh guru. Semakin pembelajaran sesuai dengan
konteksnya, maka siswa akan semakin mudah menangkap dan mengerti
apa yang guru ajarkan.
Pengalaman
Menurut Tim P3MP-LPM (2012: 16) pada tahap pengalaman ini,
siswa diajak untuk melakukan kegiatan yang memuat tidak hanya aspek
kognitif (pemahaman materi) tetapi juga aspek afektif (perasaan/
penghayatan). Melalui pengalaman dalam proses belajar mengajar,
siswa memperoleh fakta, ide, dan masukan baru baik dari guru maupun
dari sesama siswa lain (P3MP-LPM, 2012: 18).
Pengalaman yang dikemukakan dalam Suparno (2015: 28) adalah
suatu kejadian yang sungguh terjadi dilakukan dan dialami yang dapat
menyentuh pikiran, hati, kehendak, perasaan, maupun hasrat siswa.
Tanpa pengalaman dalam pembelajaran maka siswa tidak akan dapat
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengalaman adalah suatu kejadian dalam kegiatan siswa yang tidak
hanya memuat aspek kognitif (pemahaman) saja melainkan aspek
afektif (kehendak & perasaan) juga terlibat, dengan tujuan agar siswa
dapat memahami materi pelajaran yang telah dialaminya. Tanpa
pengalaman dalam pembelajaran maka siswa tidak akan dapat
memahami bahan/ materi yang dipelajari.
Refleksi
Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan
menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan
menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau
reaksi spontan untuk menangkap makna dari apa yang dipelajari
(P3MP-LPM, 2012: 18-19). Hal ini diperkuat oleh Suparno dalam tahap
refleksi, siswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka
sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, dan mengambil makna bagi hidup
pribadi, hidup bersama, dan hidup kemasyarakatan (Suparno, 2015: 33).
Jadi dapat disimpulkan, refleksi adalah kegiatan mengambil makna
serta nilai-nilai yang berpengaruh dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan bersama berdasarkan pengalaman.
Aksi
Menurut Tim P3MP-LPM (2012: 29), aksi/tindakan adalah
kegiatan yang mencerminkan pertumbuhan batin berdasarkan
tahap yaitu pilihan-pilihan batin (hasil dari refleksi pengalaman) dan
manifestasi lahiriahnya (perwujudan nyata) yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Menurut Suparno (2015: 37), aksi adalah tindakan entah masih
batin atau sudah tindakan psikomotorik yang dilakukan siswa setelah
mereka merefleksikan pengalaman belajar mereka. Secara nyata aksi
dapat berupa dua hal yaitu: sikap diri yang berubah menjadi lebih baik
dan tindakan nyata yang dapat dilihat dan dirasakan orang lain.
Kesimpulan dari paparan di atas, aksi merupakan tindakan dari
hasil refleksi pengalaman, baik dari dalam diri maupun tindakan nyata.
Jika hasil refleksi negatif, maka aksi/tindakannya adalah berusaha untuk
memperbaiki atau mengubahnya menjadi lebih baik. Jika hasil
refleksinya positif, maka aksi/ tindakannya adalah berusaha untuk
mempertahankan serta meningkatkan untuk tetap menjadi baik.
Evaluasi
Tim P3MP-LPM (2012: 35) menyatakan bahwa evaluasi
merupakan proses sistematis pengumpulan, pengolahan dan
pengambilan keputusan atas data tentang suatu obyek untuk selanjutnya
dipertimbangkan pemberian nilai atas obyek tersebut berdasarkan pada
suatu kriteria tertentu. Obyek penilaian dalam evaluasi pembelajaran ini
adalah proses dan hasil belajar.
Menurut Suparno (2015: 40), evaluasi dimaksudkan untuk melihat
berkembang. Semua proses PPR, terutama proses pengalaman, refleksi
dan aksi, perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah memang berjalan
baik dan sudah dapat mengembangkan pribadi siswa menjadi lebih
kompeten dalam bidang pengetahuan serta memiliki hati nurani yang
benar dan kepekaan pada kebutuhan orang lain atau belum. Jadi,
evaluasi adalah kegiatan pengukuran proses dan hasil belajar siswa
serta untuk mengetahui apakah unsur-unsur dalam PPR semuanya dapat
terlaksana sesuai rencana dengan baik atau tidak.
2. Competence, Conscience, Compassion (3C)
Competence menurut Suparno (2015: 19), secara sederhana setelah
siswa mendalami dan mengolah bahan yang dipelajari, ia menjadi
paham dalam bidang itu atau bahan itu. Menurut Tim P3MP-LPM
(2012: 38), competence embraces a broad spectrum of abilities –
academic proficiency (including the ability to reason reflectively,
logicaly, criticaly, imaginatively and creatively), technological and
vocational skills, an appreciation of creative art, sport and leisure, and
effective communication skills. Kalimat tersebut memiliki makna bahwa
competence mencakup kemampuan akademik seperti kemampuan
untuk berpikir logis, kritis, penuh dengan imajinasi dan berpikir kreatif
serta memiliki kemampuan dalam berkomunikasi.
Conscience menurut Suparno (2015: 19) berarti mempunyai hati
nurani yang dapat membedakan baik dan tidak baik, sehingga memiliki
(2012: 38), a person of conscience discerns what is right, good, and
true, and has the courage to do it, take a stand when necessary, has a
passion for social justice and is an influential leader in their
community. Such a person is a person of integrity. Pemaparan tersebut
memiliki makna bahwa conscience merupakan kemampuan untuk dapat
melihat apa yang baik dan benar dan memiliki keteguhan hati untuk
melakukannya.
A compassionate person generously responds to those who are in
greatest need who walk with other to enpower them, in solidarity snd
empathy (P3MP-LPM, 2012: 39). Kalimat ini memiliki makna bahwa
compassion merupakan kemampuan untuk memiliki rasa solidaritas dan
empati.
Jadi berdasarkan pemaparan 3C diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa competence lebih mengarah pada aspek kognitif dan
psikomotorik siswa. Conscience dan compassion lebih mengarah pada
aspek afektif siswa.
Pada penelitian ini nilai-nilai yang diteliti untuk conscience
meliputi: kerja keras, teliti, percaya diri dan untuk compassion
meliputi: gotong royong, toleransi dan kepedulian. Menurut A.
Koesoema (2010: 209) bangsa kita adalah sebuah bangsa yang bekerja
keras. Dalam kerja keras dibutuhkan kesabaran, ketekunan, dan jerih
payah. Menurut Kesuma (2011: 17) kerja keras adalah suatu istilah
menyelesaikan pekerjaan sampai tuntas. Jadi kerja keras merupakan
suatu istilah yang menunjukkan suatu upaya dalam menyelesaikan
pekerjaan dengan membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan jerih
payah.
Menurut Lilik Zubaidah (2016) orang yang teliti biasanya
digambarkan teman-teman mereka sebagai seseorang yang
well-organize, tepat waktu, dan ambisius. Menurut Gouw (2011: 39) orang
yang percaya diri menyadari akan kemampuan terbaik yang
dimilikinya, merasa nyaman dengan dirinya sendiri, memancarkan
karisma, dan aura yang positif.
Gotong royong Menurut Udin (1989: 13) adalah nilai yang baik,
terutama semangatnya. Semangat ini yang berkenaaan dengan
konsep-konsep bahwa manusia tidak hidup sendiri, manusia perlu memelihara
hubungan baik dengan sesama.
Toleransi menurut Syarbaini (2014: 21), salah satu nilai-nilai luhur
yang harus kita perjuangkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepedulian sosial merupakan suatu perasaan
simpati yang mendalam terhadap penderitaan atau kemalangan orang
lain, yang disertai oleh suatu hasrat untuk meringankan penderitaan
tersebut atau untuk menghilangkan penyebabnya (Rich Devos, 1995:
136).
Jadi dapat disimpulkan bahwa PPR adalah suatu pendekatan dalam
pribadi yang cerdas, memiliki kemauan untuk berkembang serta memiliki
perilaku/ sikap yang baik serta mengandung komponen konteks,
pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Evaluasi yang digunakan yaitu
penilaian berdasarkan kognitif (competence) hati nurani (conscience) dan
bela rasa (compassion).
C. Penilaian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010: 2-3) penilaian hasil belajar adalah proses
pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan
kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa (tujuan instruksional). Oleh
sebab itu, dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan
tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotoris.
Menurut Jihad (2013: 94), penilaian hasil belajar merupakan suatu
proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan
alat penilaian, pengumpulan informasi serta sejumlah bukti yang
menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian
dilakukan melalui berbagai cara seperti penilaian unjuk kerja
(performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test),
penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil
Pendapat di atas juga didukung oleh Zainal (2012: 4), penilaian
adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta
didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria
dan pertimbangan tertentu. Penilaian tidak hanya ditujukan pada
penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai.
Pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian
hasil belajar siswa merupakan kegiatan guru dalam melakukan penilaian,
baik terhadap aspek kognitif maupun aspek afektif dengan tujuan untuk
memeriksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa yang telah terjadi
melalui proses belajarnya. Penilaian pada penelitian ini mengacu pada
penilaian 3C yaitu competence (kognitif dan keterampilan), conscience
(hati nurani), compassion (bela rasa) sesuai dengan kriteria yang sudah
ditentukan sebelumnya.
D. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Trianto (2010: 105), CTL menekankan pada berpikir
tingkat lebih tinggi, pengumpulan informasi, penganalisaan informasi,
pensintesisan informasi dari berbagai sumber dan pandangan. Model ini
lebih berbasis pada konteks kehidupan sehari-hari, sehingga diperlukan
pemikiran kritis dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Hal ini
juga ditegaskan dalam Tukiran dkk (2011: 49) yang menyatakan bahwa
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Menurut Daryanto (2012: 155-157) pembelajaran kontekstual
(CTL) melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Contructivism), bertanya (Questioning), menemukan
(Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan
(Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Penjelasan
dari ketujuh komponen tersebut adalah sebagai berikut.
1) Konstruktivisme
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru
berdasarkan pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi
proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Proses
“mengkonstruksi” ini juga dapat didukung dengan pembelajaran
mandiri, karena menurut Elaine (2010: 152-153) pembelajaran mandiri
adalah suatu proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan
mandiri yang melibatkan satu orang atau satu kelompok. Tindakan
mandiri ini dirancang untuk menghubungkan pengetahuan akademik
dengan kehidupan siswa sehari-hari secara sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan yang bermakna. Jadi pada tahap ini siswa diajak
menghubungkan pengetahuan tersebut kedalam kehidupan siswa
sehari-hari.
2) Inkuiri
Komponen ini merupakan proses perpindahan dari pengamatan
menjadi pemahaman dan siswa belajar menggunakan keterampilan
berpikir kritis. Karena menurut Elaine (2010: 185) dengan berpikir
kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di tengah
kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Sehingga
sedikit demi sedikit akan membangkitkan kebiasaan berpikir dengan
baik, berpikiran terbuka, mendengarkan orang lain dengan tulus,
berpikir sebelum bertindak, mendasari kesimpulan dengan bukti kuat,
dan melatih imajinasi (Elaine, 2010: 182). Jadi pada tahap ini siswa
belajar menggunakan keterampilan dalam berpikir kritis untuk
memungkinkan siswa menemukan kebenaran terhadap kejadian dan
informasi yang mereka alami setiap hari.
3) Bertanya
Kegiatan ini meliputi kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Hal ini juga
didukung oleh Elaine (2010: 159) bahwa guru dapat membantu
anak-anak sejak mereka mengawali perjalanan untuk menjadi pelajar yang
aktif dan mandiri. Untuk bisa berhasil, pelajar yang mandiri haruslah
Pertanyaan yang mereka buat membantu mereka untuk
menemukan kaitan antara pelajaran di kelas dengan situasi yang
mereka alami baik di sekolah, di rumah, maupun sebagai anggota
masyarakat. Mereka juga menjadi termotivasi dari dalam diri untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang menarik dan menyesuaikan
posisi mereka untuk ambil bagian dalam persoalan-persoalan penting
(Elaine, 2010: 160). Jadi pada tahap ini guru membimbing dan
memfasilitasi siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat memotivasi dalam menyelesaikan masalah,.
4) Masyarakat Belajar
Bekerjasama dengan orang lain lebih baik dari pada belajar sendiri.
Para siswa dapat saling tukar pengalaman dan berbagi ide. Menurut
Elaine (2010: 164) dengan bekerja sama anggota kelompok kecil akan
mampu mengatasi berbagai rintangan, bertindak mandiri dengan
mengandalkan bakat setiap anggota kelompok, mengeluarkan
pendapat, mempercayai orang lain, dan mengambil keputusan. Jadi
pada tahap ini siswa diajak untuk dapat bekerja sama didalam
kelompok guna menyelesaikan suatu masalah yang dialaminya.
5) Pemodelan
Bagian merupakan proses penampilan dari suatu contoh agar orang
6) Refleksi
Kegiatan ini meliputi cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari
dan mencatat apa yang telah dipelajari.
7) Penilaian yang sebenarnya (Penilaian Autentik)
Kegiatan ini mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa,
penilaian produk (kinerja), tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.
Menurut Elaine (2010: 288-296) penilaian autentik mengajak para
siswa untuk menerapkan pengetahuan akademik dalam konteks dunia
nyata untuk tujuan yang bermakna.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa CTL
adalah model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk berpikir kritis
dan kreatif dalam menerapkan konsep belajar dalam kehidupan nyata.
Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa dengan tahapan
meliputi: pemodelan, konstruktivisme, pengalaman, masyarakat belajar,
bertanya, refleksi dan penilaian autentik.
E. Perangkat Pembelajaran
1. Silabus
Menurut Hosnan (2014: 99), silabus merupakan acuan penyusunan
kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus
dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola
pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai
Trianto (2012: 96) silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata
pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat
disimpulkan silabus adalah acuan penyusunan rencana pembelajaran untuk
mata pelajaran tertentu dan dikembangkan merujuk pada Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Menurut Hosnan (2014: 99 – 100) RPP adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap
pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, efisien, dapat memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, kreativitas sesuai dengan bakat dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih .
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menurut Kurniawan (2015: 122–
123) adalah detail rencana aktivitas pembelajaran untuk mencapai satu KD
tertentu, atau gabungan KD apabila dalam pembelajaran terpadu. Sebagai
yang acak yaitu proses pembelajaran yang tidak terencana. Menurut
Trianto (2012: 108) RPP adalah rencana yang menggambarkan
langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus
Jadi dapat disimpulkan, RPP adalah rencana dalam melaksanakan
pembelajaran untuk mencapai suatu KD yang dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menghindari
terjadinya proses pembelajaran yang acak yaitu proses pembelajaran yang
tidak terencana.
3. Bahan Ajar
Menurut Hidayat (2013: 62), bahan ajar adalah segala sesuatu yang
ditawarkan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan. Diperjelas oleh Majid (2009: 173), bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar memungkinkan siswa dapat
mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan
sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua
kompetensi secara utuh dan terpadu. Jadi, dapat disimpulkan bahan ajar
merupakan segala sesuatu yang digunakan baik oleh guru maupun siswa
dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4. Lembar Kegiatan siswa (LKS)
Menurut Majid (2009: 176-177) lembar kegiatan siswa (student work
peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah
untuk menyelesaikan suatu tugas. Keuntungan adanya lembar kegiatan
siswa adalah siswa dapat belajar secara mandiri serta dapat memahami dan
menjalankan suatu tugas tertulis. Keuntungan lainnya adalah memudahkan
guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Menurut Trianto (2011: 222-223), lembar kerja siswa adalah panduan
siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau
pemecahan masalah. LKS juga memuat sekumpulan kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya
pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar
yang harus ditempuh. Jadi dapat disimpulkan, lembar kerja siswa adalah
lembaran siswa yang berisi tugas siswa yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah yang sesuai dengan
indikator pembelajaran yang dicapai.
5. Tes Hasil Belajar (THB)
Menurut Trianto (2012: 114) THB merupakan butir tes yang
digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti
kegiatan belajar mengajar. THB dibuat mengacu pada kompetensi dasar
yang ingin dicapai lalu dijabarkan ke dalam indicator kemudian disusun
berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal beserta dengan kunci
jawabannya.
Menurut Kunandar (2014: 68) tes adalah cara penilaian yang dirancang
tertentu. Hasil belajar adalah kemampuan dalam peserta didik baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik yang telah dicapai setelah
mengikuti proses belajar mengajar (Kunandar, 2014: 62).
Jadi berdasarkan pemaparan kedua ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa tes hasil belajar merupakan cara penilaian untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar
yang meliputi aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
F. Alat Peraga
Menurut Rostina (2015 : 7), alat peraga adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyatakan pesan yang merangsang pikiran,
perasaan dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
proses belajar. Menurut Ruseffendi (1979: 383), pentingnya alat peraga
dalam pengajaran matematika agar siswa itu lebih banyak mengerti dan
mengikuti pelajaran matematika dengan gembira sehingga minatnya dalam
matematika lebih besar. Alat peraga ini akan sangat membantu siswa yang
daya tilik ruangnya (tanpa benda real) dan belajar melalui telinganya
kurang. Mereka yang demikian itu akan lebih berhasil belajarnya bila
melalui gambar dan benda-benda realnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
alat peraga adalah suatu alat yang digunakan untuk mendukung
pembelajaran serta untuk memotivasi dan merangsang pemikiran siswa
sehingga menumbuhkan pemahaman dan minat siswa dalam belajar
G. Garis dan Sudut
Menurut Leff (2009: 2), garis adalah himpunan titik-titik yang
kontinu dan dapat diperpanjang di kedua arah (gambar 2.1). Menurut Leff
(2009: 3), ruas garis adalah bagian dari garis yang terdiri dari 2 titik ujung
yang disebut titik akhir dan himpunan semua titik diantaranya (gambar
2.2). Menurut Leff (2009: 4), sinar garis adalah bagian dari garis yang
hanya memiliki satu titik ujung, dan himpunan semua titik pada ujung
[image:50.595.135.516.244.527.2]lainnya (gambar 2.3).
Gambar 2.1 Garis AB ( ⃡ ) Gambar 2.2 Ruas Garis AB ̅̅̅̅
Gambar 2.3 Sinar Garis AB
Menurut Smith (1956: 9),sudut adalah suatu daerah yang terbentuk
dari dua garis lurus yang bertemu pada suatu titik. Titik itu disebut titik
sudut dan garis-garis itu disebut sisi-sisi sudut.
Sudut dapat ditemukan di lingkungan sekitar seperti pada gambar
sebuah tangga di bawah ini.
Gambar 2.4 Tangga
�
k
l
Gambar 2.5 Laptop
k l
�
B
A A B
Dari gambar di atas, sudut yang terbentuk dari garis k dan l adalah sudut
�.
Tangga tersebut dapat berdiri tegak karena adanya sudut yang terbentuk.
Susunan pijakan kaki pada tangga tersebut juga membentuk sudut.
Hubungan Antara Titik, Garis dan Bidang
1. Letak suatu titik pada suatu garis lurus (Hadiwidjojo, 1973:
10-11)
Letak suatu titik pada suatu garis lurus ditentukan jika
diambil suatu titik pada garis tersebut. Titik tertentu itu
diberi nama titik asal. Suatu titik pada suatu garis lurus
mempunyai satu koordinat yang disebut absis titik tersebut.
Setiap titik pada garis menentukan suatu bilangan nyata yaitu
absisnya, dan sebaliknya setiap bilangan nyata, menentukan
letak suatu titik.
2. Letak suatu titik pada suatu bidang datar (Hadiwidjojo, 1973:
13-14)
Letak suatu titik pada suatu bidang datar akan tertentu,
apabila diketahui jarak-jarak titik itu dari sumbu-sumbu
koordinat. Jarak-jarak ini diambil sejajar dengan
sumbu-sumbu koordinat. Setiap titik dalam bidang menentukan
sepasang bilangan nyata berurutan dan sebaliknya setiap
pasang bilangan nyata berurutan menentukan satu titik pada
3. Letak garis lurus terhadap bidang datar
a. Garis terletak pada bidang
Menurut Hadiwidjojo (1973: 55), supaya suatu garis
terletak dalam bidang, maka garis harus sejajar dengan
bidang dan garis itu mempunyai titik yang terletak pada
bidang tersebut.
b. Garis sejajar bidang
Menurut Hadiwidjojo (1973: 52), garis sejajar dengan
bidang jika garis itu tegaklurus pada normal bidang.
c. Garis memotong bidang
Menurut Hadiwidjojo (1973: 52), mencari
koordinat-koordinat titik potong garis dan bidang itu sama saja
dengan mencari nilai x, y dan z yang memenuhi ketiga
persamaan tersebut. Misal diketahui persamaan garis
�
Dari persamaan tersebut diperoleh �,
, . Lalu dicari nilai
sedemikian hingga memenuhi persamaan suatu
bidang
�
Koordinat-koordinat titik potong garis dan bidang itu
dapat diperoleh jika � dan
.
4. Letak suatu garis lurus terhadap garis lurus lain
Menurut Hadiwidjojo (1973: 55), jika garis-garis lurus itu
mempunyai persamaan-persamaan dan
, maka berlaku pernyataan di bawah ini.
1. Jika dan , maka kedua garis itu akan
sejajar.
2. Jika dan , maka kedua garis itu
akan berimpit.
(1)
�
A
�
�
(2) (3)
Gambar 2.6 Kedudukan garis k dan bidang �
[image:53.595.138.514.142.684.2]Gambar 2.7 Garis dan merupakan garis yang sejajar
3. Jika , maka kedua garis itu akan
berpotongan.
B.Membagi sebuah ruas garis menjadi dua sama panjang (Smith: 1956: 5)
Misal diketahui garis AB, bagilah garis tersebut menjadi dua
bagian sama panjang.
1. Titik A dan B sebagai pusat, buatlah busur yang saling
memotong di titik C dan D dengan jari-jari jangka sepanjang
garis AB.
2. Buatlah garis CD yang memotong garis AB di titik E.
Sehingga AE = EB.
C.Membagi sudut menjadi dua bagian sama besar (Smith, 1956: 18)
Misal diketahui , bagilah sudut tersebut menjadi dua bagian
sama besar.
[image:54.595.139.515.260.633.2]Gambar 2.9 Garis dan saling berpotongan
1. Titik B sebagai pusat, buatlah busur yang
memotong BC di titik D dan BA di titik E
dengan jari-jari jangka kurang dari panjang
BC dan BA.
2. Menggunakan jari-jari jangka yang sama,
dengan titik D dan E sebagai pusat buatlah dua
busur yang saling berpotongan di titik F.
3. Buatlah garis BG melalui titik B dan F. Garis
BG membagi dua .
D.Membuat sebuah sudut yang sama dengan sudut yang diketahui (Smith, 1956: 19)
Misal diketahui , buatlah sudut yang sama dengan .
1. Buatlah garis ED yang sesuai dengan sisi BA
pada . E merupakan titik sudut dari sudut
yang akan dibuat.
2. Titik B sebagai pusat, buatlah busur yang
memotong BC di titik G dan BA di titik H
dengan jari-jari jangka kurang dari panjang BC
dan BA.
3. Menggunakan jari-jari jangka yang sama,
dengan titik E sebagai pusat buatlah busur
m yangmemotong ED di titik J.
[image:55.595.137.550.84.769.2]Gambar 2.11 Garis BG membagi dua
Gambar 2.12
Langkah 1, 2 dan 3
Langkah 4
4. Gunakan jari-jari jangka sepanjang titik H ke
titik G, dengan J sebagai pusat buatlah busur yang
memotong busur m di titik K.
5. Buatlah garis EF melalui titik E dan titik K. sama
dengan .
E.Membuat sebuah garis yang tegak lurus dengan garis yang sudah diketahui pada sebuah titik di garis tersebut (Smith: 1956: 24-25)
Misal diketahui garis AB dengan titik C pada garis tersebut.
Buatlah sebuah garis yang berpotongan tegak lurus terhadap garis
AB di titik C.
1. Titik C sebagai pusat buatlah busur yang
memotong AB di titik D dan E dengan jari-jari
jangka kurang dari panjang CA dan CB.
2. Menggunakan jari-jari jangka yang sama,
dengan titik D dan E sebagai pusat buatlah
busur yang akan saling berpotongan di titik F.
3. Buatlah garis CG melalui titik C dan F.
[image:56.595.136.558.264.606.2]
̅̅̅̅ ̅̅̅̅ di titik C.
Gambar 2.13 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ di titik C
F. Mengukur besar sudut dengan busur derajat
Menurut Abbott (1959: 40), busur derajat digunakan
untuk mengukur sudut. Busur derajat biasanya terbuat dari bahan
yang transparan, sehingga ketika busur derajat ditempatkan di atas
objek akan terlihat. Untuk mengukur sudut yang kaki sudutnya
adalah QP dan QR (gambar 2.18), busur derajat ditempatkan
dengan QR menunjuk skala 00. Jadi besar adalah 300.
Tujuan dari dua set angka pada busur derajat (gambar 2.18) adalah
memudahkan untuk membaca besar sudut dari kedua ujung S atau
R.
G. Jenis-jenis sudut
1. Sudut lancip
Gambar 2.14 Sudut PQR diukur menggunakan busur derajat
P
Q
R S
Menurut Ariawan (2014: 9), sudut lancip merupakan sudut
yang besar sudutnya lebih besar dari 00 dan kurang dari 900
( < < 9 ).
2. Sudut tumpul
Menurut Ariawan (2014: 9), sudut tumpul merupakan sudut
yang besar sudutnya lebih besar dari 900 dan kurang dari
1800 (9 < < ).
3. Sudut siku-siku
Menurut Ariawan (2014: 9), sudut siku-siku merupakan
sudut yang besar sudutnya tepat 900 ( 9 ).
4. Sudut lurus
Gambar 2.16 Sudut tumpul
Menurut Ariawan (2014: 9), sudut lurus merupakan sudut
yang besar sudutnya tepat 1800 ( ).
5. Sudut refleks
Menurut Ariawan (2014: 9), sudut refleks merupakan
sudut yang besar sudutnya lebih dari 1800 dan kurang dari
3600 < < 6 .
H. Hubungan Antar Sudut
a. Sudut berpelurus, berpenyiku dan bertolakbelakang
Menurut Ariawan (2014: 9), sudut dikatakan berpenyiku
atau berkomplemen jika dan hanya jika jumlah besar
kedua sudut 9 .
Contoh:
9
Menurut Ariawan (2014: 9), sudut dikatakan berpelurus
atau bersuplemen jika dan hanya jika jumlah besar
kedua sudut .
A
B
C
D
Contoh:
Menurut Ariawan (2014: 9), dua sudut yang bukan sudut
lurus disebut saling bertolakbelakang jika titik sudut
mereka sama dan kedua pasang kakinya membentuk
sudut lurus. Berdasarkan teorema 1.2 (Ariawan, 2014:
11) sudut-sudut yang bertolak belakang sama besar.
Contoh:
b. Hubungan sudut-sudut pada dua garis sejajar
C D A B O D C B A
Gambar 2.21 Sudut berpelurus
Gambar 2.22 Sudut bertolakbelakang
Gambar 2.23 Sudut-sudut yang dihasilkan dari 2 garis sejajar yang dipotong oleh garis lain
1 2 3 4
Menurut Ariawan (2014: 10), keterangan gambar diatas sebagai
berikut.
(a) Daerah C dan Daerah D adalah daerah diantara kedua garis
(di dalam garis)