• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Deskriptif Mengenai Orientasi Nilai Individualism-Collectivism Pada Mahasiswa Batak Toba Usia 19-22 Tahun di Universitas "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penelitian Deskriptif Mengenai Orientasi Nilai Individualism-Collectivism Pada Mahasiswa Batak Toba Usia 19-22 Tahun di Universitas "X" Kota Bandung."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

 

i Universitas Kristen Maranatha 

 

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif mengenai orientasi nilai individualism-collectivism pada mahasiswa Batak Toba yang berusia 19-22 tahun di Universitas “X” kota Bandung dan bertujuan mengetahui orientasi nilai

individualism-collectivism yang paling dominan pada mahasiswa Batak Toba

berusia 19-22 tahun di Universitas “X” kota Bandung berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa aktif di Universitas ”X” yang berada pada tahap perkembangan remaja akhir yaitu 19-22 tahun, memiliki marga Batak Toba dan minimal telah 1 tahun tinggal di kota Bandung. Sampel berukuran 165 orang, dipilih melalui metode snowball sampling.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa skenario sebanyak 25 item hasil modifikasi dari alat ukur “Subjective Individualism and

Collectivism” (SINDCOL) Instrumen 1 bagian kedua. Validasi alat ukur dengan

menggunakan content validity (Neuman, 2003).

Berdasarkan pengolahan data didapatkan hasil sebagai berikut: 31,2% dari kelompok tersebut memiliki orientasi nilai horizontal individualism (HI), 27% horizontal collectivism (HC), 21,4% vertical collectivism (VC), dan 20,4%

vertical individualism (VI). Kesimpulan yang diperoleh bahwa horizontal individualism (HI) merupakan persentase orientasi nilai yang paling besar pada

mahasiswa Batak Toba usia 19-22 tahun di Universitas “X” kota Bandung.

Peneliti mengajukan saran bagi peneliti individualism-collectivism selanjutnya untuk menggunakan validitasi dengan metode statistik. Selain itu juga disarankan untuk meneliti kontribusi faktor pendidikan dan kelas sosial terhadap orientasi nilai individualism-collectivism, serta meneliti orientasi nilai

(2)

 

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 14

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 14

1.3.1 Maksud Penelitian ... 14

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian ... 15

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 15

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 15

(3)

 

vii Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai ... 23

2.1.1 Pengertian Nilai ... 23

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Nilai Individu ... 25

2.1.3 Variasi Nilai antar Budaya ... 26

2.2 Budaya ... 27

2.2.1 Pengertian Budaya ... 27

2.2.2 Unsur-Unsur Budaya ... 27

2.2.3 Karakteristik Budaya ... 28

2.3 Individualism-Collectivism ... 29

2.3.1 Pengertian Individualism-Collectivism ... 29

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Individualism- Collectivism ... 34

2.3.3 Faktor Kondusif yang Terdapat pada Individualism- Collectivism ... 37

2.4 Enkulturasi ... 38

2.4.1 Pengertian Enkulturasi ... 38

(4)

 

viii Universitas Kristen Maranatha

2.5 Akulturasi ... 40

2.5.1 Pengertian Akulturasi ... 40

2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensi Akulturasi ... 41

2.6 Budaya Batak Toba ... 42

2.6.1 Dalihan Na Tolu ... 43

2.6.2 Nilai Budaya sebagai Tujuan Hidup Masyarakat Batak Toba .... 44

2.6.3 Nilai Budaya sebagai Identitas Masyarakat Batak Toba ... 47

2.6.4 Adat Kebiasaan Masyarakat Batak Toba ... 50

2.6.5 Hukum Berbalasan Positif pada Masyarakat Batak Toba ... 51

2.6.6 Urutan Kelahiran pada Keluarga Batak Toba ... 52

2.7 Remaja Akhir ... 53

2.7.1 Pengertian dan Batasan Remaja ... 53

2.7.2 Ciri-Ciri Remaja Akhir ... 55

2.7.3 Tugas Perkembangan Remaja ... 55

(5)

 

ix Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ... 60

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 60

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 61

3.3.1 Variabel Penelitian ... 61

3.3.2 Definisi Operasional ... 61

3.4 Alat Ukur ... 63

3.4.1 Alat Ukur Individualism-Collectivism ... 63

3.4.2 Prosedur Pengisian dan Sistem Skoring ... 64

3.4.3 Data Penunjang ... 65

3.5 Validitas Alat Ukur ... 66

3.6 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 66

3.6.1 Populasi Sasaran ... 66

3.6.2 Karakteristik Populasi ... 66

3.6.3 Teknik Penarikan Sampel ... 67

(6)

 

x Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden ... 69

4.1.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 69

4.1.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70

4.1.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Fakultas ... 70

4.1.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Urutan Kelahiran ... 71

4.1.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Bandung... 71

4.2 Hasil Penelitian ... 72

4.2.1 Deskripsi Per Dimensi Orientasi Nilai Individualism-Collectivism pada Responden ... 72

4.3 Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 90

5.2 Saran ... 91

5.2.1 Saran Teoretis ... 91

5.2.2 Saran Praktis ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

DAFTAR RUJUKAN ... 97

(7)

 

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir ... 23

(8)

 

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur ... 66

Tabel 4.1 Persentase Berdasarkan Usia... 71

Tabel 4.2 Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

Tabel 4.3 Persentase Berdasarkan Fakultas ... 72

Tabel 4.4 Persentase Berdasarkan Urutan Kelahiran ... 73

Tabel 4.5 Persentase Berdasarkan Lama Tinggal di Bandung ... 73

(9)

 

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Individualism-Collectivism

Lampiran 2 Form Data Penunjang

Lampiran 3 Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Lampiran 4 Frekuensi Kategori Individualism-Collectivism

Lampiran 5 Kategori INDCOL per Responden

Lampiran 6 Tabel Dimensi dan Jenis Pekerjaan

Lampiran 7 Tabel Crosstab Data Primer dengan Data Penunjang

Lampiran 7.1 Crosstab TRAVEL*INDCOL: Frekuensi pindah kota

Lampiran 7.2 Crosstab OCCUP*INDOL: Pengalaman bekerja

Lampiran 7.3 Crosstab TMPDOM*INDCOL: Tempat tinggal

Lampiran 7.4 Crosstab KNOWLEDG*INDCOL: Pengetahuan budaya

Lampiran 7.5 Crosstab APPLY*INDCOL: Penerapan budaya

Lampiran 7.6 Crosstab SOURCE*INDCOL: Sumber informasi budaya

Lampiran 7.7 Crosstab FRIEND*INDCOL: Lingkungan pergaulan

Lampiran 7.8 Crosstab ANAK*INDCOL: Urutan kelahiran

(10)
(11)

Lampiran 1. Alat Ukur

KUESIONER INDIVIDUALISM -- COLLECTIVISM

Identitas

Jenis Kelamin : L / P

Usia : ... tahun

Urutan dalam keluarga : anak ke ………… dari …………bersaudara

Fakultas/Jurusan : ...

Semester/Angkatan : ………

Tempat domisili sekarang : rumah /kos /...

(12)

Lampiran 1. Alat Ukur

Petunjuk Pengisian

Berikut ini ada beberapa situasi yang masing-masing diikuti oleh empat

pilihan jawaban. Saudara diminta untuk membayangkan diri Saudara berada

dalam situasi tersebut dan meranking empat pilihan jawaban tersebut. Cara

meranking dengan menuliskan angka secara berurutan di dalam kotak di sebelah

huruf pada masing-masing pilihan jawaban, mulai dari angka 1 sampai dengan 4.

Angka 1 untuk yang paling sesuai dengan diri Saudara dan seterusnya hingga

angka 4 untuk yang derajat kesesuaiannya paling rendah bagi Saudara. Dalam hal

ini, tidak ada jawaban yang benar ataupun salah. Semua jawaban yang Saudara

pilih haruslah sesuai dengan diri Saudara sendiri bukan berdasarkan diri orang

lain. Isilah seluruh kotak yang tersedia, jangan sampai ada yang terlewat atau

tidak diisi.

Selamat Mengerjakan

1. Andaikan Saudara menggunakan satu kata untuk menggambarkan diri

Saudara, kata manakah yang akan Saudara gunakan?

a. Unik.

b. Kompetitif.

c. Kooperatif.

d. Patuh.

2. Sudara membeli sebuah tas baru. Faktor manakah yang paling penting pada

saat memutuskan untuk membelinya?

a. Karena tas tersebut modelnya bagus dan sulit mendapatkannya.

b. Teman-teman Saudara akan menyukainya.

c. Saudara menyukainya.

(13)

Lampiran 1. Alat Ukur

3. Saudara berada di sebuah rumah makan bersama teman-teman. Bagaimana

cara untuk memutuskan makanan apa yang akan dipesan?

a. Satu orang akan memesan dan memutuskan untuk semua.

b. Saudara akan memesan sesuai keinginan sendiri.

c. Saudara akan memesan makanan yang diinginkan oleh sebagian

besar orang.

d. Saudara akan memesan makanan yang menjadi andalan rumah

makan tersebut.

4. Seandainya pacar dan orangtua Saudara kurang cocok satu sama lain, apa

yang akan Saudara lakukan?

a. Tidak melakukan apa-apa.

b. Mengatakan kepada pacar bahwa saat ini Saudara masih

membutuhkan dukungan finansial orangtua, oleh sebab itu pacar

harus belajar menerima kondisi tersebut.

c. Membujuk pacar agar lebih berusaha keras untuk dapat diterima

oleh orangtua Saudara.

d. Mengingatkan pacar bahwa orang tua sangatlah penting bagi

Saudara dan ia harus mengikuti harapan orangtua jika masih ingin

manjadi pacar Saudara.

5. Saat orang lain bertanya tentang diri Saudara, maka Saudara akan...

a. Menceritakan tradisi keluarga Saudara.

b. Menceritakan teman-teman dan kegiatan Saudara bersama mereka.

c. Menceritakan tentang prestasi, cita-cita dan harapan Saudara.

(14)

Lampiran 1. Alat Ukur

6. Saat Saudara akan membeli baju untuk dikenakan pada acara di kampus,

Saudara akan merasa lebih puas jika ...

a. Saudara sendiri menyukainya.

b. Orangtua Saudara akan menyukainya.

c. Teman-teman Saudara akan menyukainya.

d. Baju itu bagus sekali sehingga akan membuat banyak orang

terpesona.

7. Saudara dan teman-teman memutuskan secara spontan untuk pergi makan

malam bersama di sebuah restoran. Menurut Saudara bagaimana cara

terbaik untuk membayarnya?

a. Membagi secara rata, tanpa memperhatikan apa pesanan

masing-masing orang.

b. Membaginya berdasarkan uang yang dimiliki masing-masing orang

pada saat itu.

c. Salah seorang yang membayar atau ia yang memutuskan

bagaimana cara membagi tagihannya.

d. Membayar berdasarkan pesanan masing-masing orang.

8. Seandainya saudara berselisih dengan teman kos Saudara. Cara manakah

yang Saudara gunakan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut?

a. Meminta salah seorang teman kos untuk menjadi penengah.

b. Menunjukkan bukti-bukti kepada penghuni kos yang lain, sehingga

mereka bisa memutuskan pihak mana yang benar dan mana yang

salah.

c. Mendiskusikan dengan orang yang berselisih dengan Saudara agar

ditemukan solusi yang dapat memuaskan bagi kedua pihak.

d. Meminta bantuan orangtua/pemilik kos untuk mendengar keluhan

dari masing-masing pihak dan memutuskan apa yang harus

(15)

Lampiran 1. Alat Ukur

9. Manakah dari keempat judul buku yang berisi tentang pengembangan diri

berikut ini yang tampak paling menarik bagi Saudara?

a. Bagaimana untuk menjalin pertemanan.

b. Bagaimana untuk sukses dalam bisnis.

c. Bagaimana cara menikmati hidup dengan murah.

d. Bagaimana cara membentuk keluarga bahagia.

10.Jika Saudara boleh bebas mengambil mata kuliah pilihan, mana yang akan

Saudara pilih?

a. Salah satu yang akan menaikkan nilai IPK Saudara.

b. Salah satu yang disarankan oleh dosen wali Saudara.

c. Salah satu yang juga diambil oleh teman-teman dekat Saudara.

d. Salah satu yang paling menarik menurut Saudara.

11.Misalkan Saudara mengikuti lomba penelitian ilmiah bersama empat orang

teman lainnya. Kelompok Saudara memenangkan juara pertama dengan

hadiah sebesar Rp.10.000.000,00; padahal Saudara dan satu orang lainnya

mengerjakan 95% dari keseluruhan penelitian tersebut. Bagaimana cara

pembagian uang (hadiah) tersebut?

a. Membagi rata, tanpa memperhatikan siapa mengerjakan apa.

b. Anda dan satu teman Saudara itu memperoleh 95% uang tersebut

dan sisanya dibagi untuk anggota kelompok lainnya.

c. Ketua kelompok yang memutuskan bagaimana membagi uang

tersebut.

d. Membagi uang tersebut dengan cara yang paling menguntungkan

(16)

Lampiran 1. Alat Ukur

12.Kelas Saudara diberi tugas kelompok. Faktor manakah yang paling penting

sebagai pertimbangan Saudara dalam memilih anggota kelompok?

a. Orang yang sangat berminat dengan topik tugas tersebut.

b. Orang yang memiliki Indeks Prestasi (IP) tinggi dan sering

memperoleh nilai yang bagus dalam tugas-tugas sebelumnya.

c. Teman dekat Saudara.

d. Senior yang Saudara kenal dan dianggap berpengalaman

mengerjakan tugas semacam itu.

13.Menurut saudara, aktivitas manakah di bawah ini yang paling memuaskan

atau menyenangkan?

a. Berpikir mengenai diri.

b. Melakukan berbagai hal untuk orang lain.

c. Membina relasi dengan orang lain.

d. Mengalahkan saingan Saudara.

14.Jika Saudara akan bergabung ke salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa, faktor

manakah yang paling penting dalam memutuskan ke Unit Kegiatan mana

Saudara akan bergabung?

a. Yang orang-orang di dalamnya menyenangkan menurut Saudara.

b. Yang paling bergengsi (prestis).

c. Teman-teman Saudara telah menjadi anggota di unit Kegiatan

tersebut.

(17)

Lampiran 1. Alat Ukur

15.Seandainya Sudara memenangkan sejumlah uang dari undian berhadiah,

maka uang tersebut…..

a. Seluruhnya Saudara gunakan untuk keperluan Saudara.

b. Sebagian diberikan kepada teman dekat Saudara.

c. Sebagian diberikan kepada orangtua Saudara.

d. Digunakan untuk membeli barang yang menunjang penampilan

Saudara sehingga membuat orang lain kagum.

16.Saudara mengalami kesulitan dalam memahami salah satu materi kuliah dan

akan mendiskusikan hal tersebut agar dapat lebih memahami. Siapakah yang

akan Saudara ajak untuk belajar bersama?

a. Teman sekelas yang ada saat itu.

b. Teman seangkatan yang terkenal pintar dalam mata kuliah tersebut.

c. Teman-teman dekat Saudara.

d. Senior yang IPK-nya tinggi dan sudah mengambil mata kuliah

tersebut.

17.Arti kehidupan dapat dipahami dengan cara………….

a. Memperhatikan pandangan orang tua.

b. Melalui diskusi dengan teman atau sahabat.

c. Melalui perenungan diri.

d. Mendalami pandangan dari orang bijak/tokoh spiritual.

18.Kandidat mana yang akan Saudara pilih untuk pemilihan Ketua Senat

Mahasiswa/Unit Kegiatan/organisasi mahasiswa?

a. Yang dipilih oleh teman-teman Saudara.

b. Yang paling Saudara sukai.

c. Yang memberi hadiah secara pribadi pada Saudara.

(18)

Lampiran 1. Alat Ukur

19.Menurut Saudara, faktor apa yang paling penting yang harus dimiliki oleh

seorang Ketua Senat Mahasiswa ?

a. Loyal pada organisasi.

b. Patuh dan menaati perintah atasan (Dekan, Pembantu Dekan).

c. Mampu berpikir dan bertindak sendiri.

d. Aktif dan telah mengabdi pada organisasi di masa lalu/periode

sebelumnya.

20.Andaikan Saudara adalah anggota dari salah satu organisasi mahasiswa.

Suatu saat terjadi konflik di dalam organisasi tersebut. Hal manakah yang

akan Saudara lakukan?

a. Mengumpulkan fakta-fakta dan mencoba memahami situasi.

b. Berdiskusi dengan pemimpin organisasi tersebut dan memberinya

dorongan untuk menyelesaikan konflik.

c. Berdiskusi dengan teman-teman Saudara sesama anggota

organisasi tersebut dan menghimpun pandangan-pandangan

mereka.

d. Mempertimbangkan posisi mana yang paling menguntungkan bagi

Saudara di tengah konflik tersebut di masa yang akan datang.

21.Kebahagian dicapai dengan ...

a. Memperoleh status atau kedudukan yang tinggi dalam masyarakat.

b. Mempunyai hubungan persahabatan dengan banyak orang.

c. Menjaga privasi/hal-hal yang bersifat pribadi.

(19)

Lampiran 1. Alat Ukur

22.Misalkan Saudara adalah seksi acara pada salah satu acara kampus dan harus

memilih band pengisi acara untuk acara tersebut. Apa faktor terpenting

dalam Saudara memutuskan ?

a. Saudara sangat menyukai band tersebut.

b. Teman-teman Saudara menyukainya.

c. Dekan dan para Dosen menyetujuinya.

d. Band tersebut akan menarik banyak orang.

23.Seandainya Saudara adalah pengurus Senat Mahasiswa/Unit

Kegiatan/organisasi mahasiswa. Suatu saat Saudara merencanakan untuk

berlibur panjang ke suatu tempat di luar kota. Ternyata pada hari yang sama

ada rapat penting, di mana Saudara harus menghadiri dan akan

menyebabkan kesulitan bagi banyak orang bila Saudara tidak hadir. Kepada

siapa Saudara akan mendiskusikan hal ini, sebelum memutuskan untuk pergi

atau tidak ?

a. Tidak kepada siapa pun.

b. Orang tua.

c. Pacar atau teman dekat.

d. Orang yang benar-benar mengetahui tentang tempat tersebut.

24.Menurut saudara hal apakah yang terpenting dari suatu pekerjaan?

a. Yang memungkinkan Saudara untuk berhubungan dengan banyak

orang.

b. Yang meningkatkan gengsi Saudara di masyarakat.

c. Yang memungkinkan Saudara untuk mencapai cita-cita atau tujuan

jangka panjang.

(20)

Lampiran 1. Alat Ukur

25.Andaikan saudara dimintai pendapat tentang bagaimana cara menurunkan

angka perceraian yang merupakan fenomena yang sering terjadi belakangan

ini. Saudara akan menyarankan orang menikah………….

a. Karena cinta.

b. Berdasarkan banyaknya kesamaan antara kedua pihak.

c. Dengan orang yang memiliki kedudukan tinggi dalam masyarakat,

karena jika bercerai akan berisiko pada kedudukan tersebut.

d. Disetujui oleh orangtua, karena orangtua mengetahui yang terbaik

(21)

Lampiran 2. Kuesioner Data Penunjang

DATA PENUNJANG

Untuk pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, Saudara diminta memilih

jawaban yang sesuai dengan diri Saudara, dengan cara memberi tanda silang (X)

pada huruf. Jawaban yang dipilih bisa lebih dari satu dan pada beberapa

pertanyaan dijawab beserta dengan menuliskan jawabannya.

Budaya Batak Toba

1. Saudara mengetahui dan mengenal Budaya Batak Toba dari :

a. Orangtua

b. Saudara

c. Teman

d. Buku

e. Lainnya ……….…………

2. Budaya Batak Toba yang Saudara ketahui :

a. Sistem Kekerabatan (Dalihan Na Tolu)

b. Hagabeon, berarti ………….

c. Hasangapon, berarti ………

d. Hamoraon, berarti …………

e. Upacara adat pernikahan, yaitu ……….

f. Upacara adat kelahiran, yaitu ………

g. Upacara adat kematian, yaitu ………

h. Upacara adat yang lainnya, yaitu………...

i. Seni tari, yaitu………..

j. Seni Musik dan lagu, yaitu………

k. Bahasa Batak Toba

(22)

Lampiran 2. Kuesioner Data Penunjang

3. Budaya Batak Toba yang Saudara terapkan dalam kehidupan sehari-hari:

a. Menggunakan nama sapaan bagi orang Batak Toba lainnya (keluarga,

teman, kenalan) yang sesuai prinsip Dalihan Na Tolu

b. Menghadiri upacara adat pernikahan, yaitu ……….

c. Menghadiri upacara adat kelahiran, yaitu ………

d. Menghadiri upacara adat kematian, yaitu ………

e. Menghadiri upacara adat yang lainnya, yaitu………...

f. Menari tarian khas Batak Toba

g. Menyanyi atau memainkan alat musik khas batak Toba

h. Menggunakan bahasa Batak Toba

i. Lainnya ………

Relasi Sosial (peer group)

4. Berapa banyak anggota keluarga/teman yang tinggal di rumah yang

Saudara tempati saat ini? (pilih salah satu)

a. 0-5 orang

b. 6-10 orang

c. Lebih dari 10 orang

5. Apa saja latar belakang budaya mereka?

a. Batak

b. Sunda

c. Jawa

d. Tionghoa

e. ………. . (lainnya)

6. Aktivitas apa sajakah yang biasanya Saudara lakukan bersama mereka?

a. Berbincang-bincang

b. Makan bersama

c. Kegiatan rekreasi (jalan-jalan, menonton di bioskop)

d. Kegiatan olahraga atau bermain musik

(23)

Lampiran 2. Kuesioner Data Penunjang

7. Berapa banyak teman akrab yang Saudara miliki? (pilih salah satu)

a. 1-2 orang

b. 3-6 orang

c. Lebih dari 6 orang

8. Sebagian besar teman akrab Saudara berlatar belakang budaya apa?

a. Batak

b. Sunda

c. Jawa

d. Tionghoa

e. ………. (lainnya)

9. Aktivitas apa sajakah yang biasanya dilakukan bersama teman akrab

Saudara?

a. Berbincang-bincang

b. Makan bersama

c. Belajar kelompok

d. Kegiatan ektrakurikuler di kampus (Senat Mahasiswa/Unit

Kegiatan/organisasi mahasiswa)

e. Kegiatan rekreasi (jalan-jalan, menonton di bioskop)

f. Kegiatan olahraga atau bermain musik

g. Lainnya ……….

10.Lebih sering dengan siapa saja Anda menghabiskan waktu luang? (pilih

salah satu)

a. Orang-orang yang sama-sama berlatar belakang budaya Batak Toba

(24)

Lampiran 2. Kuesioner Data Penunjang

Riwayat Pendidikan, Perjalanan, dan Pekerjaan

11.Apakah Anda pernah mengalami pindah sekolah atau tempat berdomisili

antar kota/negara? (pilih salah satu)

a. Tidak Pernah

b. Pernah; pada tahun :….., tempat tujuan :………

12.Apakah Saudara telah bekerja? (pilih salah satu)

a. Belum bekerja

b. Bekerja; sejak tahun :………..

nama pekerjaan : ………....

jabatan, sebagai : ……….

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Responden

No. Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2

152 HI HC HI VI HI HC HC VC HI HC HI VC HI VC

153 HC VI HI VI HI VI VC HC VC HC HI HC HI VC

154 HC HI VI VC HI VI HC VC HC VC HI VI HI VI

155 HI VC HI VI HI HC VC VI HC VC HI HC HI VI

156 HI HC VI HC HC VC HC VC HI VC HI HC VI VC

157 HI HC VI HC VI HC VC HI VI VC VC HI VI HC

158 HI HC VI HC HC HI VI HC HI VC VI HI HI VI

159 HC HI VI HI HI HC HC VI VI VC HI VC HI VC

160 VC HI HI VI HC HI VI VC VI HC HI VI HI VI

161 HC VC HI VI VC VI HC VC HC VC HC HI HI VI

162 HI VI HI VI VI HC HC VI VI HI HI HC HC VC

163 HC VC HI VI HC VI VI HC VC HC HI VI HI VI

164 HC VI HI VI HI HC HC VC VC VI HI VC HI HC

165 HI VC VI HI VI HI VC VI HI VI HI VI HI VI

(32)
(33)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Item 13 Item 14

(34)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Item 13 Item 14

Item 9 Item 10 Item 11 Item 12

(35)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Item 13 Item 14

Item 9 Item 10 Item 11 Item 12

(36)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Item 13 Item 14

Item 9 Item 10 Item 11 Item 12

(37)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Item 13 Item 14

Item 9 Item 10 Item 11 Item 12

(38)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Responden

No. Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2

152 HI HC HC VI HI VC VC VI HC HI HI HC HI HC

153 HC VI HI VI HI VI VI VC VC VI VC HC HI VI

154 HI HC HI VI VI HI VC VI HC VC HI HC HI VC

155 HI HC HC HI VI HI VC HI HC VI VC HI VC HI

156 HC HI HC VI VI HI HC VC HC VI HC VI HC HI

157 HI VI VC VI HI VC HC VC VC HI VC VI HI HC

158 HI VC HC VI HI VI HC VI VC HC VC HC HC VC

159 HI HC HC VI HI VI HC VC HI HC HI HC HI HC

160 HI VC VI VC HI VC VC HC VI HC HI VC HI HC

161 HC VC VC HI HC HI VC VI HC VC HC VC HC HI

162 HC VI VI VC VI HC HC VI HI HC HI VC VI HI

163 HI VC HC HI VI VC VC VI VI HC HC VC HI HC

164 HI VI VI HC HI VI VC HC HI HC VI HI VC HC

165 VC HI HC VC VC HI HC VC VC HC VC HI HI HC

Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14

(39)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Item 18 Item 19 Item 20 Item 21

(40)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Item 18 Item 19 Item 20 Item 21

(41)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Item 18 Item 19 Item 20 Item 21

(42)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Item 18 Item 19 Item 20 Item 21

(43)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Item 18 Item 19 Item 20 Item 21

(44)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Item 18 Item 19 Item 20 Item 21

(45)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Responden

No. Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2

152 VC HI VI HC VC HC HI VC VI HC VC HC HC VI

153 VC HI VC VI HI VC HI VC HC VI VC HC VI HC

154 VC HI HI HC HI VI VC HI VI HC HC VC HI VI

155 VC HI HI VI VC VI VC HC HC VC HC HI HC VI

156 HI VC HC HI HC VC VC HC VI HI HC VC HC VI

157 VC HI HI VC VC HI HI HC VC VI HC VC HC VI

158 HC HI HC HI HI VI VC HI VI HI HC VI HC VI

159 VC HI HI HC HI HC HI HC HC HI HI HC VI HC

160 VC HI HI VI HI VC VC HI VC HI VC HC HC VI

161 VI VC HC HI VI VC VC HC VI HC HC VC HC VI

162 HC VC VC VI HC HI VC HI HI VC HI VC VC HC

163 HI VC HI HC VC HC VC HI HC VC VC HC VI HC

164 VC HI HI HC HI VC VC HI HI VI HC VC VI HC

165 HC VC HC HI HI VC HC VC HI VC VC HC VI HC

Item 19 Item 20 Item 21

(46)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Item 24 Item 25

(47)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

(48)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

(49)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

(50)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

(51)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

(52)

Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item

Responden Responden

No. Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 No. Rank 1 Rank 2

152 VI HI HC VI HI VC 152 HC HI

153 HC HI HI VC HI HC 153 VC VI

154 VI HC HI VC HI VC 154 HI VC

155 HC HI VI HC HI HC 155 HI HC

156 HC HI VI HI HC VC 156 VC HC

157 VC VI VC VI VI HI 157 HC VC

158 VI HI VI HC HC HI 158 HC VC

159 VI HI VC HC HI HC 159 HC VC

160 VC HI VC HC VC HI 160 HC VC

161 VI VC HC VC HC HI 161 HC VC

162 HI HC HC VI HC HI 162 VC HC

163 VI HC VC HC HI VC 163 HC VC

164 VI HI VI HI HI HC 164 VC HC

165 VI HI VI VC HC VC 165 HC VC

(53)
(54)
(55)
(56)

LAMPIRAN 4. FREKUENSI KATEGORI INDIVIDUALISM-COLLECTIVISM

TOTAL 759 1081 781 1479 1120 1149 950 881

2X 1518 2162 1562 2958 1120 1149 950 881

VC1+VC2 HC1+HC2 VI1+VI2 HI1+HI2 TOTAL 2638 3311 2512 3839 12300

0.2144715 0.269187 0.204228 0.312114 21.44715 26.9187 20.4228 31.2114

VC HC VI HI %

(57)

Lampiran 5. Kategori INDCOL per Responden

No.Resp VC HC VI HI INDCOL

1 11 12 24 28 HI

(58)

Lampiran 5. Kategori INDCOL per Responden

No.Resp VC HC VI HI INDCOL

(59)

Lampiran 5. Kategori INDCOL per Responden

No.Resp VC HC VI HI INDCOL

133 20 20 13 22 HI

(60)

Lampiran 5. Kategori INDCOL per Responden

(61)

 

Lampiran 6. Tabel Dimensi dan Jenis Pekerjaan

Lampiran 6.1: Dimensi Pengertian Diri (self)

Bentuk Item 1 (%) Item 5 (%) Item 13 (%)

HI 45.4 38.2 21.2 HC 24.8 27.3 50.3 VC 16.4 18.8 21.8 VI 13.4 15.7 6.7

Total 100.0 100.0 100.0

Lampiran 6.2: Dimensi Tujuan

Bentuk Item 10 (%) Item14 (%)

HI 43.6 50.9 HC 6.1 20.6 VC 10.9 8.5

VI 39.4 20 Total 100.0 100.0

Lampiran 6.3: Dimensi Perilaku Sosial

Bentuk Item 11 (%) Item 19 (%)

HI 3.7 18.2 HC 47.9 47.3 VC 36.3 9.1

VI 12.1 25.4 Total 100.0 100.0

Lampiran 6.4: Dimensi Relasi Sosial

Bentuk Item 8 (%) Item 12 (%)

HI 67.9 37.6 HC 16.4 39.4 VC 5.4 6

VI 10.3 17 Total 100.0 100.0

Lampiran 6.5: Jenis Pekerjaan

No. Responden Nama Pekerjaan Kategori 21 Stand Guide Marketing Bisnis

48 Penulis Individual

70 Staff Customer Service Bisnis

104 Wedding Organizer Bisnis

144 Administrator Jaringan Individual

(62)

Lampiran 7. Crosstabs individualism-collectivism dan Data Penunjang

Lampiran 7.1 TRAVEL*INDCOL : Frekuensi pindah kota

Lampiran 7.2 OCCUP*INDCOL : Pengalaman bekerja

TRAVEL * INCOL Crosstabulation

5 8 1 14

35.7% 57.1% 7.1% 100.0%

11.9% 8.3% 7.1% 8.5%

3.0% 4.8% .6% 8.5%

26 70 9 9 114

22.8% 61.4% 7.9% 7.9% 100.0%

61.9% 72.9% 64.3% 69.2% 69.1%

15.8% 42.4% 5.5% 5.5% 69.1%

7 14 2 2 25

28.0% 56.0% 8.0% 8.0% 100.0%

16.7% 14.6% 14.3% 15.4% 15.2%

4.2% 8.5% 1.2% 1.2% 15.2%

3 2 1 1 7

42.9% 28.6% 14.3% 14.3% 100.0%

7.1% 2.1% 7.1% 7.7% 4.2%

1.8% 1.2% .6% .6% 4.2%

1 1 1 1 4

25.0% 25.0% 25.0% 25.0% 100.0%

2.4% 1.0% 7.1% 7.7% 2.4%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%

OCCUP * INCOL Crosstabulation

40 93 14 12 159

25.2% 58.5% 8.8% 7.5% 100.0% 95.2% 96.9% 100.0% 92.3% 96.4%

24.2% 56.4% 8.5% 7.3% 96.4%

2 3 1 6

33.3% 50.0% 16.7% 100.0%

4.8% 3.1% 7.7% 3.6%

1.2% 1.8% .6% 3.6%

42 96 14 13 165

(63)

Lampiran 7.3 TMPDOM*INDCOL : Tempat tinggal

Lampiran 7.4 KNOWLEDG*INDCOL : Pengetahuan tentang budaya Batak Toba

Lampiran 7.5 APPLY*INDCOL : Penerapan budaya Batak Toba

TMPDOM * INCOL Crosstabulation

6 12 2 20

30.0% 60.0% 10.0% 100.0%

14.3% 12.5% 14.3% 12.1%

3.6% 7.3% 1.2% 12.1%

12 24 4 4 44

27.3% 54.5% 9.1% 9.1% 100.0%

28.6% 25.0% 28.6% 30.8% 26.7%

7.3% 14.5% 2.4% 2.4% 26.7%

24 60 8 9 101

23.8% 59.4% 7.9% 8.9% 100.0%

57.1% 62.5% 57.1% 69.2% 61.2%

14.5% 36.4% 4.8% 5.5% 61.2%

42 96 14 13 165

25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%

KNOWLEDG * INCOL Crosstabulation

23 47 8 4 82

28.0% 57.3% 9.8% 4.9% 100.0%

54.8% 49.0% 57.1% 30.8% 49.7%

13.9% 28.5% 4.8% 2.4% 49.7%

19 49 6 9 83

22.9% 59.0% 7.2% 10.8% 100.0%

45.2% 51.0% 42.9% 69.2% 50.3%

11.5% 29.7% 3.6% 5.5% 50.3%

42 96 14 13 165

25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%

APPLY * INCOL Crosstabulation

16 29 3 1 49

32.7% 59.2% 6.1% 2.0% 100.0%

38.1% 30.2% 21.4% 7.7% 29.7%

9.7% 17.6% 1.8% .6% 29.7%

26 67 11 12 116

22.4% 57.8% 9.5% 10.3% 100.0%

61.9% 69.8% 78.6% 92.3% 70.3%

15.8% 40.6% 6.7% 7.3% 70.3%

42 96 14 13 165

25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

(64)

Lampiran 7.6 SOURCE*INDCOL: Sumber informasi tentang budaya Batak Toba

Lampran 7.7 FRIEND*INDCOL: Lingkungan pergaulan

SOURCE * INCOL Crosstabulation

1 1

100.0% 100.0%

2.4% .6%

.6% .6%

25 58 11 9 103

24.3% 56.3% 10.7% 8.7% 100.0%

59.5% 60.4% 78.6% 69.2% 62.4%

15.2% 35.2% 6.7% 5.5% 62.4%

21.4% 15.6% 14.3% 15.4% 17.0%

5.5% 9.1% 1.2% 1.2% 17.0%

25.0% 25.0% 50.0% 100.0%

1.0% 7.1% 15.4% 2.4%

.6% .6% 1.2% 2.4%

42 96 14 13 165

25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%

FRIEND * INCOL Crosstabulation

26 49 10 8 93

28.0% 52.7% 10.8% 8.6% 100.0% 61.9% 51.0% 71.4% 61.5% 56.4% 15.8% 29.7% 6.1% 4.8% 56.4%

16 47 4 5 72

22.2% 65.3% 5.6% 6.9% 100.0% 38.1% 49.0% 28.6% 38.5% 43.6% 9.7% 28.5% 2.4% 3.0% 43.6%

42 96 14 13 165

(65)

Lampiran 7.8 ANAK*INDCOL: Urutan kelahiran

Lampiran 7.9 JK*INDCOL: Jenis kelamin

 

ANAK * INCOL Crosstabulation

17 43 5 4 69

24.6% 62.3% 7.2% 5.8% 100.0%

40.5% 44.8% 35.7% 30.8% 41.8%

10.3% 26.1% 3.0% 2.4% 41.8%

26.0% 54.0% 12.0% 8.0% 100.0%

31.0% 28.1% 42.9% 30.8% 30.3%

7.9% 16.4% 3.6% 2.4% 30.3%

5 14 2 3 24

20.8% 58.3% 8.3% 12.5% 100.0%

11.9% 14.6% 14.3% 23.1% 14.5%

3.0% 8.5% 1.2% 1.8% 14.5%

42 96 14 13 165

25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%

JK * INCOL Crosstabulation

18 48 4 6 76

23.7% 63.2% 5.3% 7.9% 100.0%

42.9% 50.0% 28.6% 46.2% 46.1%

10.9% 29.1% 2.4% 3.6% 46.1%

24 48 10 7 89

27.0% 53.9% 11.2% 7.9% 100.0%

57.1% 50.0% 71.4% 53.8% 53.9%

14.5% 29.1% 6.1% 4.2% 53.9%

42 96 14 13 165

25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

(66)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki beranekaragam budaya, di mana setiap budaya yang

ada memiliki sistem nilai masing-masing dan dipelihara oleh anggota masyarakat

penganutnya. Indonesia merupakan negara penganut budaya Timur dan

menunjukkan orientasi nilai collectivism (Hofstede, 1991). Masyarakat di

Indonesia menganggap penting nilai dari suatu sistem kekerabatan dalam

kelompok budayanya. Salah satu kelompok budaya di Indonesia adalah

masyarakat Batak.

Menurut Sensus Penduduk tahun 2000, total populasi orang Batak yang

tersebar di Indonesia adalah 6 juta jiwa. Masyarakat Batak sebagian besar

bermukim di wilayah Sumatera Utara. Secara lebih khusus Suku Batak terdiri dari

sub-sub suku (1) Karo, berjumlah 120.000 jiwa, mendiami suatu daerah induk

yang meliputi Dataran Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Serdang dan sebagian

dari Dairi; (2) Simalungun, berjumlah 50.000 jiwa, yang mendiami daerah induk

Simalungun; (3) Pakpak, yang mendiami daerah induk Dairi sebanyak 22.000

jiwa; (4) Angkola, yang mendiami daerah induk Angkola dan Sipirok; (5)

Mandailing, mendiami daerah induk Mandailing, Ulu, Pakatan dan bagian Selatan

Padang Lawas, bersama-sama dengan orang Angkola berjumlah 160.000 jiwa;

dan (6) Toba, mendiami daerah tepi Danau Toba, Pulau Samosir, Dataran Tinggi

(67)

2

Universitas Kristen Maranatha

pegunungan Pahae dan Habinsaran, sebanyak 400.000 jiwa, yang merupakan

jumlah terbesar di antara suku-suku Batak. Jumlah tersebut berdasarkan Sensus

Penduduk tahun 1930. Tidak terdapat perhitungan jumlah penduduk yang lebih

baru karena sejak Sensus Penduduk tahun 1961, unsur suku bangsa diabaikan.

Jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa hanya dapat dikumpulkan dengan

mengunjungi kantor pemerintahan di daerah-daerah lokal, namun itu pun belum

tentu akan didapatkan jumlah yang teliti. (Koentjaraningrat, 1971). Sedangkan

orang Batak yang tercatat sebagai penduduk di kota Bandung berdasarkan Sensus

Penduduk tahun 2000 menurut Wilayah Administrasi dan Suku Bangsa berjumlah

37.465 jiwa, merupakan urutan keempat terbanyak setelah Sunda, Jawa, dan

Tionghoa (Data Badan Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2001).

Ditinjau dari sejarahnya, masyarakat Toba merupakan suatu kelompok

masyarakat yang hidup tidak terisolasi meskipun dibatasi oleh kondisi geografis

yang berbukit-bukit. Orientasi daerah Toba ke Samudra Indonesia adalah yang

paling menonjol sebagai faktor pendorong interaksi kebudayaan dengan dunia

luar. Sistem adat dan budaya yang berlaku pada masyarakat Toba juga

memperlihatkan adanya interaksi dan proses akulturasi yang telah lama

berlangsung dengan peradaban-peradaban besar yang ada di Asia Tenggara.

Masyarakat Toba telah bersinggungan dengan banyak kelompok masyarakat dan

budaya lain di wilayah Asia Tenggara melalui perdagangan. Masyarakat Toba

juga mengalami krisis perbenturan antara budaya asli dan budaya baru, akibat

persinggungannya dengan kedatangan misi Zending (penyebaran agama Kristen)

(68)

3

Universitas Kristen Maranatha

Meskipun banyak orang Batak telah berpindah dari kampung halaman di

kawasan Danau Toba ke tempat perantauan baik di desa maupun kota di berbagai

tempat di Indonesia bahkan di belahan dunia, serta telah bergaul dengan

suku-suku bangsa lain di Indonesia bahkan dengan bangsa lain, orang Batak masih tetap

mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai utama budayanya sebagai kearifan

tradisional (local wisdom). Sekalipun demikian, tidak dapat dihindari bahwa telah

terjadi pergeseran dalam implementasi nilai-nilai tersebut.

Sistem kekerabatan yang mengatur interaksi pada masyarakat Batak Toba

disebut dalihan na tolu yang secara harafiah berarti ”tungku nan tiga”. Nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya mencakup somba marhula-hula yang artinya

hormat pada hula-hula (kelompok orang yang posisinya “di atas”, yaitu keluarga

dari marga pihak istri), manat mardongan tubu berarti menjaga hubungan dengan

dongan tubu (kelompok orang yang posisinya “sejajar”, yaitu saudara atau teman

yang satu marga), dan elek marboru yang berarti sayangi boru (kelompok orang

yang posisinya “di bawah”, yaitu saudara perempuan dari pihak laki-laki dan

termasuk juga marga suaminya). Dalam interaksinya, setiap orang akan memiliki

sikap dan perilaku yang berbeda pada masing-masing pihak tersebut.

Dalihan na tolu adalah suatu sistem kekerabatan yang menunjukkan

struktur sosial di dalam masyarakat Batak Toba, dipegang teguh dan hingga kini

menjadi landasan kehidupan bermasyarakat di lingkungan orang Batak. Prinsip

pembagian peran dalam dalihan na tolu ini mengindikasikan adanya tingkatan

dalam struktur kemasyarakatan adat di kelompok masyarakat Batak Toba. Setiap

(69)

4

Universitas Kristen Maranatha

tidak akan terlepas dari dalihan na tolu. Di dalam Psikologi Lintas Budaya,

dikenal suatu konsep yaitu orientasi nilai individualism-collectivism (Triandis,

1995), dan mengenai kelompok masyarakat Batak Toba yang mementingkan

sistem kekerabatan pada budayanya tersebut mengacu pada konsep vertical

collectivism (VC).

Pada budaya Batak Toba berkembang pula nilai-nilai yang menjadi tujuan

atau pencapaian di dalam kehidupan masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut adalah

hamoraon (kekayaan), hagabeon (keturunan), dan hasangapon (kehormatan).

Untuk mencapai hamoraon, orang Batak bekerja keras dan banyak pula yang

mangaranto, yaitu pergi meninggalkan kampung halaman untuk mencari

kekayaan material. Hagabeon, yaitu kesuburan yang berarti memiliki banyak

keturunan. Hal ini sangat menentukan status sosial seseorang dalam masyarakat

Batak. Ukuran umum hagabeon dalam masyarakat Batak adalah mempunyai

keturunan laki-laki dan perempuan yang juga kemudian mempunyai keturunan

lagi. Semakin banyak anak, cucu dan cicit seseorang, semakin terhormatlah orang

tersebut dalam persekutuan adat. Hasangapon secara harafiah diartikan sebagai

terpuji atau terhormat. Mencapai hasangapon antara lain dengan cara menjadi

orang yang terpelajar dan memiliki jabatan yang berpengaruh di tengah

masyarakat umum (Lumbangaol, 2007). Hamoraon, hagabeon, dan hasangapon

dapat menentukan kedudukan seseorang dalam kelompok masyarakat Batak

Toba, hal tersebut mengacu pada konsep vertical collectivism (VC).

Dalam upacara adat perkawinan orang Batak Toba terdapat salah satu

(70)

5

Universitas Kristen Maranatha

tersebut merupakan acara merestui menantu laki-laki yang dilakukan oleh pihak

orangtua mempelai perempuan dalam statusnya sebagai hula-hula (pemberi istri).

Orangtua laki-laki dari mempelai perempuan berdiri di hadapan kedua mempelai,

didampingi istrinya, menyampaikan kata-kata restu sambil akan mengembangkan

sehelai kain tenun tradisional yang disebut ulos. Selanjutnya ulos tersebut

dilingkupkan pada kedua mempelai sebagai gerak simbolis menyatakan mereka

telah menjadi satu tubuh (Situmorang, 2004).

Terdapat pula prinsip berbalasan positif (sisoli-soli) untuk mewujudkan

keadilan atau kesejahteraan bersama, beban dan keuntungan dibagi serta dipikul

bersama. Di dalam suatu upacara adat, boru memberikan juhut (daging) dan

hula-hula menyambut dan memberikan boras dohot dengke (beras dan ikan). Boru

memberikan piso-piso (uang) dan hula-hula merespon dengan memberi doa.

Hula-hula memberikan ulos dan boru membalas dengan uang. (Harahap, 2007).

Restu atau berkat dari orang tua dan hula-hula merupakan hal yang sangat

penting bagi seseorang dalam masyarakat Batak Toba untuk menjalani

kehidupannya. Hal tersebut tercermin dari simbol-simbol pada upacara adat Batak

Toba, misalnya pada mangulosi hela dan prinsip sisoli-soli yang mengacu pada

vertical collectivism (VC).

Masyarakat dan kebudayaan manusia di mana pun akan selalu berada

dalam keadaan berubah. Perubahan yang terjadi selain karena faktor-faktor

perubahan jumlah dan komposisi penduduk serta perubahan lingkungan hidup,

juga disebabkan oleh adanya penyebaran kebudayaan lain ke dalam masyarakat

(71)

6

Universitas Kristen Maranatha

penemuan teknologi. Secara pelan-pelan dan biasanya tanpa disadari, berbagai

pola perilaku, norma, nilai, dan pranata menjadi berubah karena sebagian dari

unsur kebudayaan dan struktur sosial yang telah berlaku harus diubah dan

disesuaikan dengan jumlah dan komposisi penduduk yang menjadi warga

masyarakat tersebut. Berbagai nilai, norma, dan pola-pola hubungan sosial yang

berlaku pada generasi sebelumnya, dapat tidak berlaku lagi dan diganti oleh yang

lainnya pada generasi mendatang. Demikian pula nilai-nilai yang terdapat pada

masyarakat Batak Toba, dapat terjadi pergeseran pada nilai yang terkandung di

dalam sistem interaksi (dalihan na tolu), nilai pencapaian hidup (hamoraon,

hagabeon, dan hasangapon), maupun pada nilai-nilai sebagai identitas (marga,

bahasa-aksara, dan adat-istiadat).

Hamoraon, hagabeon, dan hasangapon telah mengalami pergeseran

makna seiring dengan perkembangan ekonomi dan pengaruh migrasi

(Lumbangaol, 2007). Saat ini, orang yang berpendidikan tinggi dapat menandakan

hamoraon. Demikian pula dengan hagabeon, dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi serta jumlah penduduk yang semakin bertambah,

sehingga memiliki banyak anak tidak lagi menjadi yang utama pada masyarakat

modern. Anak laki-laki atau perempuan dianggap setara. Pernikahan bukan lagi

kewajiban tetapi pilihan bebas seseorang. Bagi manusia modern kesuburan bukan

lagi nilai terpenting atau satu-satunya dalam kehidupan manusia. Manusia modern

lebih menghargai produktivitas, kreativitas, karya hasil pemikiran dan budi baik

(72)

7

Universitas Kristen Maranatha

Sedangkan hasangapon, dicapai dengan menjadi teladan di tengah lingkungan

masyarakat, sehingga akan dihargai dan dihormati oleh orang-orang di sekitarnya.

Nalom Siahaan (1964) mengatakan bahwa meskipun di perantauan, orang

Batak peduli dengan identitas sukunya. Hal tersebut terlihat dari orang Batak

berusaha untuk mendirikan perhimpunan semarga atau sekampung untuk

menghidupkan ide-ide adat budayanya di tengah kehidupan modern, antara lain

dengan mengadakan pertemuan secara berkala dalam bentuk adat ataupun

silaturahmi. Demikian pula di Universitas “X” kota Bandung, terdapat

perkumpulan mahasiswa Batak Toba.

Tidak semua orang Batak sekarang ini yang dapat berbahasa Batak dan

mampu menulis serta membaca aksara Batak. Orang Batak yang tinggal di daerah

asalnya di Sumatra Utara dapat berbahasa Batak, meskipun sangat sedikit yang

menguasai aksara Batak; tetapi mayoritas anak-anak dan generasi muda yang lahir

dan dibesarkan di kota-kota di luar tempat asalnya tidak lagi dapat berbahasa

Batak dan menguasai aksara Batak. Kondisi tersebut merupakan salah satu hasil

dari proses pergaulan sehari-hari di lingkungannya, Pada praktiknya ditemukan

bahwa untuk berkomunikasi di antara orang-orang yang berasal dari latarbelakang

budaya berbeda adalah dengan menggunakan bahasa yang lebih umum (Bahasa

Indonesia) atau bahasa pergaulan di tempat tersebut. Semakin jarang bahasa Batak

digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, maka akan semakin banyak pula

generasi muda yang tidak dapat berbahasa Batak pada masa mendatang.

Upacara adat Batak Toba sampai saat ini tetap dilaksanakan sesuai dengan

(73)

8

Universitas Kristen Maranatha

penyesuaian pada susunan tata cara, waktu yang dipersingkat ataupun tempat

pelaksanaan upacara adat yang disewa berupa gedung pertemuan modern. Hal

tersebut dimungkinkan terjadi asalkan tidak melewatkan bagian yang merupakan

esensi upacara adat yang bersangkutan. Masyarakat Batak Toba yang ada di

perantauan menggunakan strategi penyesuaian sedemikian rupa dan dapat tetap

melaksanakan adat-istiadat budayanya meskipun telah menjadi perantau dan

berada di kota-kota besar yang jauh dari kampung halaman. Penyesuaian dalam

acara adat dilakukan untuk menjaga keberlangsungan adat tersebut serta

mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan bersamaan dengan

itu di sisi lain menyadari bahwa kondisi yang ada di kota besar menuntut suatu

efisiensi waktu dan jarak.

Orang Batak Toba merupakan salah satu masyarakat perantau dan dapat

ditemui hampir di seluruh wilayah Indonesia. Lebih dari sekadar geografis, pada

dasarnya manusia Indonesia – salah satunya orang Batak – adalah perantau dalam

pengertian budaya, misalnya gaya hidup, cara berpikir, suasana hati, dan

penghayatan dalam berbagai bidang. Bangsa Indonesia kaya akan pengaruh,

interaksi asimilatif maupun konflik antara kebudayaan-kebudayaan luar dan

dalam negeri. Dalam situasi kultural sekarang ini, yang ditandai dengan sangat

pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi, membuat manusia modern menjadi

perantau budaya – mempelajari, menghayati bahkan mempraktikkan

budaya-budaya yang ditemuinya. Adanya bentuk-bentuk budaya-budaya yang berlainan

mendorong individu untuk meninjau nilai-nilai kebudayaannya sendiri (Danujaya,

(74)

9

Universitas Kristen Maranatha

Pada awalnya orang Batak Toba meninggalkan daratan Toba dan pergi ke

luar daerahnya untuk mencapai kesuksesan, sehingga pada masa yang akan datang

dapat pulang ke kampung halamannya dengan membawa kemakmuran dan

kemasyuran. Orang Batak Toba berinteraksi dengan budaya masyarakat di tempat

ia merantau tanpa melepaskan budaya asalnya. Pada masa sekarang ini tidak

semua orang Batak seperti demikian, khususnya pada generasi muda yang lahir

dan tumbuh bukan di daerah asal orang Batak Toba – Sumatera Utara. Generasi

muda rentan terhadap pengaruh kemajuan teknologi dan modernisasi. Berdasarkan

hasil observasi peneliti, mayoritas mahasiswa Batak Toba berminat untuk

mencoba hal-hal yang baru di lingkungan kampusnya, antara lain dengan

bergabung ke dalam organisasi kemahasiswaan di Universitas “X”. Namun di sisi

lain, mahasiswa Batak Toba tersebut kurang antusias untuk menjalankan tradisi

dan nilai budaya Batak Toba yang terkesan kuno di tengah kompleksitas yang

terjadi di kota-kota besar, seperti salah satunya adalah kota Bandung.

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan ibukota

Propinsi Jawa Barat. Lokasi kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi

komunikasi, perekonomian maupun keamanan. Masyarakatnya terdiri dari suku

Sunda, suku Jawa, dan hampir semua suku bangsa se-Indonesia, sehingga kota

Bandung memungkinkan terjadinya multikulturasi budaya. Multikulturasi adalah

kondisi sosial politik yang di dalamnya individu dapat mengembangkan dirinya

sendiri baik dengan cara menerima dan mengembangkan identitas budaya yang

(75)

10

Universitas Kristen Maranatha

berbagai budaya, serta berhubungan dan berpartisipasi dengan seluruh kelompok

budaya dalam lingkungan masyarakat yang luas (Berry, 1992).

Mahasiswa sebagai individu yang berada pada tahap remaja akhir akan

berhadapan dengan lingkungan pendidikan yang memiliki budaya lebih beragam

daripada sekolah lanjutan, yaitu pendidikan di perguruan tinggi. Bandung

merupakan salah satu kota tujuan calon mahasiswa Batak Toba yang berasal dari

luar kota Bandung untuk dipilih sebagai tempat menuntut ilmu lebih lanjut ke

tingkat perguruan tinggi. Universitas “X” merupakan salah satu perguruan tinggi

di kota Bandung yang banyak diminati oleh calon mahasiswa yang sebelumnya

telah menetap di kota Bandung maupun yang baru datang dari luar kota Bandung.

Selama menempuh pendidikan di Universitas “X” kota Bandung, mahasiswa

Batak Toba bersinggungan dengan nilai-nilai yang baru saat berinteraksi di

lingkungan yang sarat dengan kemajuan teknologi, percepatan arus informasi dan

kontak sosial dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya.

Nilai-nilai pada diri seorang mahasiswa Batak Toba di Universitas “X”

yang berasal dari luar kota Bandung dapat berbenturan dengan nilai-nilai dari luar

diri saat berhadapan dengan lingkungan pergaulan di kampusnya, sehingga

memungkinkan nilai-nilai dalam dirinya bergeser. Demikian pula pada mahasiswa

Batak Toba yang sudah lebih lama tinggal di kota Bandung dan memiliki lebih

banyak pengalaman tinggal dalam lingkungan multikulural kota Bandung,

terdapat kemungkinan bergesernya nilai-nilai pribadi karena lingkungan kampus

memberi pengaruh yang lebih kompleks daripada lingkungan pendidikan

(76)

11

Universitas Kristen Maranatha

merupakan pendatang baru maupun penduduk tetap kota Bandung dapat berbeda

dengan orientasi nilai budaya Batak Toba itu sendiri.

Dalam penelitian ini, peneliti menjaring orientasi nilai

individualism-collectivism pada mahasiswa Batak Toba yang telah bersinggungan dengan

budaya setempat pada level individual. Telah dilakukan survei awal yang

dilakukan pada bulan Mei 2008 terhadap 10 orang mahasiswa Batak Toba di

Universitas “X” di kota Bandung. Dalam hal pengertian tentang dirinya (self),

60% responden survei awal adalah individu yang sangat menyukai kompetisi,

menjadi lebih bersemangat untuk meningkatkan hasil dalam perkuliahan jika

terdapat situasi yang memungkinkan untuk bersaing dengan orang lain, antara lain

dengan berusaha untuk mendapatkan nilai tertinggi di kelas di setiap mata kuliah,

yang mengacu pada vertical individualism (VI). Sedangkan 20% tidak menyukai

persaingan dan dalam menjalani kuliah lebih melihat bagaimana pencapaian

optimal menurut ukuran diri sendiri saja, misalnya dengan menargetkan nilai pada

semester ini cukup dengan nilai mutu B, yang mengacu pada horizontal

individualism (HI). Sebanyak 10% tidak ingin menonjol di tengah kelompoknya

yaitu menjadi lebih berprestasi di antara teman-temannya, jika teman-temannya

sebagian besar mendapatkan nilai tertentu maka ia sendiri juga akan puas dengan

nilai tersebut, yang mengacu pada horizontal collectivism (HC). Yang mengarah

pada vertical collectivism (VC) memahami bahwa dirinya harus berkuliah dengan

baik dan berprestasi karena orangtua telah membiayai dan mendukungnya, yaitu

(77)

12

Universitas Kristen Maranatha

Lain halnya pada tujuan individu, terdapat 80% responden survei awal

yang rela berkorban untuk teman-teman dalam kelompoknya, antara lain

mengorbankan waktu dan kesenangan pribadi agar dapat menemani teman

mengerjakan tugas atau pergi ke tempat-tempat tertentu untuk urusan

kelompoknya, hal ini mengacu pada horizontal collectivism (HC). Dalam

mencapai suatu tujuan sesuai dengan kelompoknya tersebut tidak memandang

apakah itu senior atau orang yang labih tua, yaitu 0% pada vertical collectivism

(VC). Sebanyak 20% mempertimbangkan situasi dan tujuan yang hendak dicapai

sesuai dengan keinginannya, bukan tergantung pada kelompoknya, menunjukkan

horizontal individualism (HI). Selain itu tidak mempertimbangkan posisinya di

antara orang lain dalam mencapai tujuan pribadinya, yaitu 0% pada vertical

individualism (VI).

Berkaitan dengan perilaku sosial, ditemukan 60% responden survei awal

yang mengikuti dan menyesuaikan perilaku mereka dengan aturan dan norma

yang diberlakukan orangtua sekaligus juga sangat dipengaruhi oleh bagaimana

pendapat teman dekat tentang bagaimana perilaku yang akan ditampilkan,

misalnya dalam memilih jurusan ataupun tempat tinggal di Bandung. Hal tersebut

mengacu pada vertical collectivism (VC) dan juga horizontal collectivism (HC).

Sebanyak 30% menganggap perilaku dalam kehidupannya ditentukan berdasarkan

kebutuhan pribadi yang melatarbelakanginya, hal itu mengarah pada horizontal

individualism (HI). Terdapat 10% yang menunjukkan vertical individualism (VI)

(78)

13

Universitas Kristen Maranatha

mencantumkan nama anggota yang tidak memberikan kontribusi pada tugas

tersebut dalam laporan tugas kelompok.

Mengenai hubungan interpersonal, hanya 10% responden survei awal yang

mudah untuk saling berbagi cerita kehidupan pribadinya dan meminta bantuan

untuk menyelesaikan masalahnya pada orang orangtua ataupun orang dewasa

lainnya yang mengacu pada vertical collectivism (VC). Terdapat 10% yang

menunjukkan horizontal collectivism (HC), yaitu secara terbuka menceritakan

tentang kehidupan pribadi secara mendalam dan membiarkan temannya untuk

membantu menyelesaikan masalahnya, misalnya jika mengalami masalah

keuangan. Sebanyak 80% yang horizontal individualism (HI) yaitu tidak terbiasa

menceritakan tentang masalah kehidupan pribadinya secara mendalam ataupun

membiarkan orang lain ikut berperan menyelesaikannya. Tidak ditemukan yang

memiliki hubungan akrab dan terbuka membicarakan kehidupan pribadi secara

mendalam dengan dosennya, yaitu 0% vertical individualism (VI).

Nilai-nilai Batak Toba yang mengacu pada orientasi nilai vertical

collectivism (VC) diteruskan dari orang tua kepada anak-anaknya, yang dalam

penelitian ini merupakan mahasiswa Batak Toba di Universitas “X” kota

Bandung. Berdasarkan hal itu, diperkirakan orientasi nilai yang dominan pada

mahasiswa Batak Toba tersebut adalah vertical collectivism (VC). Akan tetapi hal

tersebut tidak sejalan dengan fakta yang ditemukan pada survei awal. Survei awal

menunjukkan hasil berupa komposisi yang bervariasi dari keempat bentuk

orientasi nilai, dengan kata lain vertical collectivism (VC) bukan merupakan

(79)

14

Universitas Kristen Maranatha

kota Bandung. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang orientasi nilai individualism-collectivism pada mahasiswa Batak

Toba yang berusia 19-22 tahun di Universitas “X” kota Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran orientasi nilai

individualism-collectivism pada mahasiswa Batak Toba yang berusia 19-22 tahun

di Universitas “X” kota Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran orientasi nilai

individualism-collectivism pada mahasiswa Batak Toba yang berusia 19-22 tahun

di Universitas “X” kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui orientasi nilai

individualism-collectivism yang paling dominan pada mahasiswa Batak Toba

yang berusia 19-22 tahun di Universitas “X” kota Bandung dalam kaitannya

(80)

15

Universitas Kristen Maranatha 1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

a) Bidang Akademik

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai orientasi nilai

individualism-collectivism bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi

Lintas Budaya.

b) Bidang Penelitian

Penelitian ini dapat menjadi referensi dan pendorong bagi peneliti lain

yang akan meneliti lebih lanjut mengenai orientasi nilai

individualism-collectivism.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a) Memberikan informasi mengenai gambaran orientasi nilai

individualism-collectivism kepada mahasiswa yang berminat terhadap

budaya Batak Toba, berupa bahan bacaan di perpustakaan dan melalui

mahasiswa Batak Toba di Universitas “X”.

b) Memberikan informasi kepada pengurus perkumpulan mahasiswa

Batak Toba di Universitas “X” dan kemudian dapat mendorong

anggotanya untuk menambah pengetahuan tentang budaya Batak Toba.

c) Memberikan informasi kepada Universitas “X”, secara khusus kepada

pihak penyelenggara kegiatan orientasi mahasiswa di Universitas “X”

yaitu berkaitan dengan usaha mengembangkan penyesuaian diri

(81)

16

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pikir

Indonesia merupakan negara timur yang multikultural, terdiri dari

kumpulan masyarakat penganut budaya tertentu. Salah satu kelompok budaya di

Indonesia adalah masyarakat Batak Toba, yaitu masyarakat dengan sistem nilai

budaya yang berisi konsep-konsep dalam pikiran kelompok tersebut mengenai

hal-hal yang harus mereka anggap penting dalam hidupnya. Masyarakat Batak

Toba mempertahankan dan memelihara sistem nilainya melalui tradisi, baik dalam

upacara adat maupun kehidupan sehari-hari. Suatu sistem nilai budaya berfungsi

sebagai pedoman dalam suatu masyarakat. Pada budaya Batak Toba di dalamnya

tercakup sistem kekerabatan yang disebut dalihan na tolu,

hagabeon-hamoraon-hasangapon yang merupakan visi bagi orang Batak Toba, serta nilai-nilai budaya

yang menunjukkan identitas sebagai masyarakat Batak Toba, yaitu marga, bahasa

dan aksara, beserta dengan berbagai macam upacara adat. Nilai-nilai tersebut

ditransmisikan dari orangtua sebagai agen enkulturasi kepada anak-anaknya,

sehingga anak menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dan pada masa yang akan

datang dapat meneruskan ke generasi selanjutnya.

Mahasiswa berada pada tahap remaja akhir, yaitu rentang usia 19-22 tahun

(Santrock, 2003). Masa remaja merupakan masa perubahan dan mayoritas remaja

bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi

menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain takut akan tanggung jawab yang

menyertai kebebasan tersebut. Untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi

(82)

17

Universitas Kristen Maranatha

dengan cara tidak hanya mengikuti perubahan lingkungan, tetapi juga

mengeksplorasi nilai-nilai di baliknya.

Mahasiswa Batak Toba yang menempuh perkuliahan di Universitas “X”

Bandung sebagian besar dapat dikategorikan memiliki latar belakang sosial

ekonomi menengah ke atas. Hal tersebut dapat dilihat dari biaya kuliah yang

relatif mahal jika dibandingkan dengan biaya kuliah universitas lainnya di kota

Bandung. Selain itu juga dapat ditunjukkan dari ketersediaan sarana dan prasarana

bagi mahasiswa Universitas “X” tersebut.

Pola interaksi mahasiswa ketika berada di tengah keluarganya, yaitu

orangtua dan saudaranya juga dapat mengarahkan orientasi nilai dirinya. Secara

umum, perilaku orangtua mahasiswa mengindikasikan pemberian tanggung jawab

kepada anaknya agar memulai kehidupan yang lebih mandiri. Meskipun sebagian

besar belum mandiri secara finansial, namun mahasiswa tersebut dapat mencapai

kemandirian emosional dari orang tuanya dan dalam pengambilan keputusan

sehari-hari, yaitu memilih tingkah laku yang tepat sesuai tuntutan lingkungannya

saat ini. Pola asuh yang dilakukan orangtua akan mendorong timbulnya rasa

tanggung jawab dan kemandirian pada diri anak yang bersangkutan.

Dengan mengalami suatu perjalanan ke tempat lain yang memiliki

nilai-nilai yang berbeda daripada nilai-nilai-nilai-nilai daerah asalnya, dapat mempengaruhi

orientasi nilai dalam diri mahasiswa Batak Toba. Hal ini khususnya dialami oleh

mahasiswa Batak Toba yang berasal dari luar kota Bandung. Demikian pula pada

mahasiswa yang telah bekerja dan bahkan dapat membiayai kuliah sendiri,

(83)

18

Universitas Kristen Maranatha

khususnya pada pekerjaan yang tidak di dalam kelompok. Dengan tingkat

pendidikan yang relatif tinggi, kemampuan dan kebutuhan remaja untuk menyerap

nilai sebagai landasan mempersiapkan diri di masyarakat menjadi lebih besar.

Selain itu, pendidikan juga mendorong mahasiswa Batak Toba di Universitas “X”

untuk berpikir lebih terbuka dan relatif dalam menghadapi beragam informasi

yang diterima dari lingkungan di luar dirinya.

Setiap mahasiswa Batak Toba memiliki orientasi nilai individualism

maupun collectivism dalam derajat yang berbeda dari individu yang lain dan

tergantung pada situasi yang dihadapinya (Triandis, 1995). Individualism dipicu

oleh kemakmuran, budaya yang kompleks, penghidupan yang bercorak berburu

atau mengumpulkan makanan, migrasi, urbanisasi, dan persinggungan dengan

media massa. Kondisi itu melahirkan sifat-sifat: (1) cenderung memisahkan diri

secara emosi dari ingroup; (2) menempatkan kepentingan pribadi di atas

kepentingan kelompok; (3) perilaku ditentukan oleh sikap pribadi dan

pertimbangan untung-rugi; dan (4) mampu menerima konfrontasi. Sifat-sifat itu

selanjutnya menimbulkan konsekuensi: (1) dalam sosialisasi menekankan

pembentukan sifat mandiri dan tidak tergantung; (2) tidak kesulitan membawa diri

masuk ke dalam kelompok-kelompok baru; dan (3) mudah merasa kesepian

(Triandis, 1990).

Sebaliknya, collectivism lazim tumbuh dalam masyarakat agraris yang

mengutamakan pembentukan keluarga-keluarga besar sebagai ingroup. Kondisi

ini akan melahirkan sifat-sifat: (1) mengutamakan integritas atau keutuhan

(84)

19

Universitas Kristen Maranatha

perilaku ditentukan oleh norma ingroup; (4) mengutamakan hirarki dan harmoni

dalam ingroup; (5) mengutamakan keseragaman dalam ingroup; dan (6)

melakukan pembedaan tajam antara ingroup dan outgroup. Sifat-sifat itu

menimbulkan konsekuensi: (1) dalam sosialisasi mengutamakan ketaatan dan

kepatuhan pada kewajiban; (2) menekankan pentingnya pengorbanan diri bagi

ingroup; (3) menekankan keseragaman dalam berpikir; (4) menekankan

bentuk-bentuk perilaku yang mencerminkan hirarki, kehangatan, saling ketergantungan,

saling memberikan dukungan sosial, dan berorientasi menyelamatkan nama baik

(Triandis, 1990).

Terdapat empat dimensi universal pada konstruk

individualism-collectivism yaitu (1) pengertian self : bersifat interdependen pada individualism-collectivism

dan independen pada individualism; (2) tujuan personal dan kelompok : keduanya

diatur berdampingan pada budaya collectivism, sedangkan pada individualism

kedua tujuan ini terpisah satu sama lain; (3) perilaku sosial : pada collectivism

ditentukan oleh kognisi yang berpusat pada norma, kewajiban, dan komitmen

bersama, sedangkan pada individualism diarahkan oleh kognisi yang berfokus

pada sikap, kebutuhan pribadi, hak, dan perjanjian; (4) relasi interpersonal :

budaya collectivism mementingkan relasi yang harmonis sekalipun tidak

menguntungkan, sedangkan budaya individualism lebih berdasarkan analisa

untung-rugi (Triandis, 1995).

Triandis (1995) mengemukakan empat macam turunan

individualism-collectivism yaitu independen (tidak bergantung) atau interdependen (saling

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai orientasi masa depan bidang pernikahan pada narapidana dewasa awal yang belum menikah di Lembaga Pemasyarakatan

Pada mahasiswa perempuan Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak Usulan Penelitian tahun akademik 2012/2013 di Universitas “X” Bandung akan lebih mengarahkan orientasi masa

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan data survei dan pengambilan data dilakukan pada 19 orang guru TK “X” Kota Bandung yang sudah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran orientasi masa depan bidang pernikahan pada mahasiswa yang orang tuanya bercerai di Universitas “X” Bandung.. Rancangan