i Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif mengenai orientasi nilai individualism-collectivism pada mahasiswa Batak Toba yang berusia 19-22 tahun di Universitas “X” kota Bandung dan bertujuan mengetahui orientasi nilai
individualism-collectivism yang paling dominan pada mahasiswa Batak Toba
berusia 19-22 tahun di Universitas “X” kota Bandung berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa aktif di Universitas ”X” yang berada pada tahap perkembangan remaja akhir yaitu 19-22 tahun, memiliki marga Batak Toba dan minimal telah 1 tahun tinggal di kota Bandung. Sampel berukuran 165 orang, dipilih melalui metode snowball sampling.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa skenario sebanyak 25 item hasil modifikasi dari alat ukur “Subjective Individualism and
Collectivism” (SINDCOL) Instrumen 1 bagian kedua. Validasi alat ukur dengan
menggunakan content validity (Neuman, 2003).
Berdasarkan pengolahan data didapatkan hasil sebagai berikut: 31,2% dari kelompok tersebut memiliki orientasi nilai horizontal individualism (HI), 27% horizontal collectivism (HC), 21,4% vertical collectivism (VC), dan 20,4%
vertical individualism (VI). Kesimpulan yang diperoleh bahwa horizontal individualism (HI) merupakan persentase orientasi nilai yang paling besar pada
mahasiswa Batak Toba usia 19-22 tahun di Universitas “X” kota Bandung.
Peneliti mengajukan saran bagi peneliti individualism-collectivism selanjutnya untuk menggunakan validitasi dengan metode statistik. Selain itu juga disarankan untuk meneliti kontribusi faktor pendidikan dan kelas sosial terhadap orientasi nilai individualism-collectivism, serta meneliti orientasi nilai
vi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 14
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 14
1.3.1 Maksud Penelitian ... 14
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 14
1.4 Kegunaan Penelitian ... 15
1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 15
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 15
vii Universitas Kristen Maranatha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nilai ... 23
2.1.1 Pengertian Nilai ... 23
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Nilai Individu ... 25
2.1.3 Variasi Nilai antar Budaya ... 26
2.2 Budaya ... 27
2.2.1 Pengertian Budaya ... 27
2.2.2 Unsur-Unsur Budaya ... 27
2.2.3 Karakteristik Budaya ... 28
2.3 Individualism-Collectivism ... 29
2.3.1 Pengertian Individualism-Collectivism ... 29
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Individualism- Collectivism ... 34
2.3.3 Faktor Kondusif yang Terdapat pada Individualism- Collectivism ... 37
2.4 Enkulturasi ... 38
2.4.1 Pengertian Enkulturasi ... 38
viii Universitas Kristen Maranatha
2.5 Akulturasi ... 40
2.5.1 Pengertian Akulturasi ... 40
2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensi Akulturasi ... 41
2.6 Budaya Batak Toba ... 42
2.6.1 Dalihan Na Tolu ... 43
2.6.2 Nilai Budaya sebagai Tujuan Hidup Masyarakat Batak Toba .... 44
2.6.3 Nilai Budaya sebagai Identitas Masyarakat Batak Toba ... 47
2.6.4 Adat Kebiasaan Masyarakat Batak Toba ... 50
2.6.5 Hukum Berbalasan Positif pada Masyarakat Batak Toba ... 51
2.6.6 Urutan Kelahiran pada Keluarga Batak Toba ... 52
2.7 Remaja Akhir ... 53
2.7.1 Pengertian dan Batasan Remaja ... 53
2.7.2 Ciri-Ciri Remaja Akhir ... 55
2.7.3 Tugas Perkembangan Remaja ... 55
ix Universitas Kristen Maranatha
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ... 60
3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 60
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 61
3.3.1 Variabel Penelitian ... 61
3.3.2 Definisi Operasional ... 61
3.4 Alat Ukur ... 63
3.4.1 Alat Ukur Individualism-Collectivism ... 63
3.4.2 Prosedur Pengisian dan Sistem Skoring ... 64
3.4.3 Data Penunjang ... 65
3.5 Validitas Alat Ukur ... 66
3.6 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 66
3.6.1 Populasi Sasaran ... 66
3.6.2 Karakteristik Populasi ... 66
3.6.3 Teknik Penarikan Sampel ... 67
x Universitas Kristen Maranatha
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Responden ... 69
4.1.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 69
4.1.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70
4.1.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Fakultas ... 70
4.1.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Urutan Kelahiran ... 71
4.1.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Bandung... 71
4.2 Hasil Penelitian ... 72
4.2.1 Deskripsi Per Dimensi Orientasi Nilai Individualism-Collectivism pada Responden ... 72
4.3 Pembahasan ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 90
5.2 Saran ... 91
5.2.1 Saran Teoretis ... 91
5.2.2 Saran Praktis ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
DAFTAR RUJUKAN ... 97
xi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pikir ... 23
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur ... 66
Tabel 4.1 Persentase Berdasarkan Usia... 71
Tabel 4.2 Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72
Tabel 4.3 Persentase Berdasarkan Fakultas ... 72
Tabel 4.4 Persentase Berdasarkan Urutan Kelahiran ... 73
Tabel 4.5 Persentase Berdasarkan Lama Tinggal di Bandung ... 73
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Individualism-Collectivism
Lampiran 2 Form Data Penunjang
Lampiran 3 Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Lampiran 4 Frekuensi Kategori Individualism-Collectivism
Lampiran 5 Kategori INDCOL per Responden
Lampiran 6 Tabel Dimensi dan Jenis Pekerjaan
Lampiran 7 Tabel Crosstab Data Primer dengan Data Penunjang
Lampiran 7.1 Crosstab TRAVEL*INDCOL: Frekuensi pindah kota
Lampiran 7.2 Crosstab OCCUP*INDOL: Pengalaman bekerja
Lampiran 7.3 Crosstab TMPDOM*INDCOL: Tempat tinggal
Lampiran 7.4 Crosstab KNOWLEDG*INDCOL: Pengetahuan budaya
Lampiran 7.5 Crosstab APPLY*INDCOL: Penerapan budaya
Lampiran 7.6 Crosstab SOURCE*INDCOL: Sumber informasi budaya
Lampiran 7.7 Crosstab FRIEND*INDCOL: Lingkungan pergaulan
Lampiran 7.8 Crosstab ANAK*INDCOL: Urutan kelahiran
Lampiran 1. Alat Ukur
KUESIONER INDIVIDUALISM -- COLLECTIVISM
Identitas
Jenis Kelamin : L / P
Usia : ... tahun
Urutan dalam keluarga : anak ke ………… dari …………bersaudara
Fakultas/Jurusan : ...
Semester/Angkatan : ………
Tempat domisili sekarang : rumah /kos /...
Lampiran 1. Alat Ukur
Petunjuk Pengisian
Berikut ini ada beberapa situasi yang masing-masing diikuti oleh empat
pilihan jawaban. Saudara diminta untuk membayangkan diri Saudara berada
dalam situasi tersebut dan meranking empat pilihan jawaban tersebut. Cara
meranking dengan menuliskan angka secara berurutan di dalam kotak di sebelah
huruf pada masing-masing pilihan jawaban, mulai dari angka 1 sampai dengan 4.
Angka 1 untuk yang paling sesuai dengan diri Saudara dan seterusnya hingga
angka 4 untuk yang derajat kesesuaiannya paling rendah bagi Saudara. Dalam hal
ini, tidak ada jawaban yang benar ataupun salah. Semua jawaban yang Saudara
pilih haruslah sesuai dengan diri Saudara sendiri bukan berdasarkan diri orang
lain. Isilah seluruh kotak yang tersedia, jangan sampai ada yang terlewat atau
tidak diisi.
Selamat Mengerjakan
1. Andaikan Saudara menggunakan satu kata untuk menggambarkan diri
Saudara, kata manakah yang akan Saudara gunakan?
a. Unik.
b. Kompetitif.
c. Kooperatif.
d. Patuh.
2. Sudara membeli sebuah tas baru. Faktor manakah yang paling penting pada
saat memutuskan untuk membelinya?
a. Karena tas tersebut modelnya bagus dan sulit mendapatkannya.
b. Teman-teman Saudara akan menyukainya.
c. Saudara menyukainya.
Lampiran 1. Alat Ukur
3. Saudara berada di sebuah rumah makan bersama teman-teman. Bagaimana
cara untuk memutuskan makanan apa yang akan dipesan?
a. Satu orang akan memesan dan memutuskan untuk semua.
b. Saudara akan memesan sesuai keinginan sendiri.
c. Saudara akan memesan makanan yang diinginkan oleh sebagian
besar orang.
d. Saudara akan memesan makanan yang menjadi andalan rumah
makan tersebut.
4. Seandainya pacar dan orangtua Saudara kurang cocok satu sama lain, apa
yang akan Saudara lakukan?
a. Tidak melakukan apa-apa.
b. Mengatakan kepada pacar bahwa saat ini Saudara masih
membutuhkan dukungan finansial orangtua, oleh sebab itu pacar
harus belajar menerima kondisi tersebut.
c. Membujuk pacar agar lebih berusaha keras untuk dapat diterima
oleh orangtua Saudara.
d. Mengingatkan pacar bahwa orang tua sangatlah penting bagi
Saudara dan ia harus mengikuti harapan orangtua jika masih ingin
manjadi pacar Saudara.
5. Saat orang lain bertanya tentang diri Saudara, maka Saudara akan...
a. Menceritakan tradisi keluarga Saudara.
b. Menceritakan teman-teman dan kegiatan Saudara bersama mereka.
c. Menceritakan tentang prestasi, cita-cita dan harapan Saudara.
Lampiran 1. Alat Ukur
6. Saat Saudara akan membeli baju untuk dikenakan pada acara di kampus,
Saudara akan merasa lebih puas jika ...
a. Saudara sendiri menyukainya.
b. Orangtua Saudara akan menyukainya.
c. Teman-teman Saudara akan menyukainya.
d. Baju itu bagus sekali sehingga akan membuat banyak orang
terpesona.
7. Saudara dan teman-teman memutuskan secara spontan untuk pergi makan
malam bersama di sebuah restoran. Menurut Saudara bagaimana cara
terbaik untuk membayarnya?
a. Membagi secara rata, tanpa memperhatikan apa pesanan
masing-masing orang.
b. Membaginya berdasarkan uang yang dimiliki masing-masing orang
pada saat itu.
c. Salah seorang yang membayar atau ia yang memutuskan
bagaimana cara membagi tagihannya.
d. Membayar berdasarkan pesanan masing-masing orang.
8. Seandainya saudara berselisih dengan teman kos Saudara. Cara manakah
yang Saudara gunakan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut?
a. Meminta salah seorang teman kos untuk menjadi penengah.
b. Menunjukkan bukti-bukti kepada penghuni kos yang lain, sehingga
mereka bisa memutuskan pihak mana yang benar dan mana yang
salah.
c. Mendiskusikan dengan orang yang berselisih dengan Saudara agar
ditemukan solusi yang dapat memuaskan bagi kedua pihak.
d. Meminta bantuan orangtua/pemilik kos untuk mendengar keluhan
dari masing-masing pihak dan memutuskan apa yang harus
Lampiran 1. Alat Ukur
9. Manakah dari keempat judul buku yang berisi tentang pengembangan diri
berikut ini yang tampak paling menarik bagi Saudara?
a. Bagaimana untuk menjalin pertemanan.
b. Bagaimana untuk sukses dalam bisnis.
c. Bagaimana cara menikmati hidup dengan murah.
d. Bagaimana cara membentuk keluarga bahagia.
10.Jika Saudara boleh bebas mengambil mata kuliah pilihan, mana yang akan
Saudara pilih?
a. Salah satu yang akan menaikkan nilai IPK Saudara.
b. Salah satu yang disarankan oleh dosen wali Saudara.
c. Salah satu yang juga diambil oleh teman-teman dekat Saudara.
d. Salah satu yang paling menarik menurut Saudara.
11.Misalkan Saudara mengikuti lomba penelitian ilmiah bersama empat orang
teman lainnya. Kelompok Saudara memenangkan juara pertama dengan
hadiah sebesar Rp.10.000.000,00; padahal Saudara dan satu orang lainnya
mengerjakan 95% dari keseluruhan penelitian tersebut. Bagaimana cara
pembagian uang (hadiah) tersebut?
a. Membagi rata, tanpa memperhatikan siapa mengerjakan apa.
b. Anda dan satu teman Saudara itu memperoleh 95% uang tersebut
dan sisanya dibagi untuk anggota kelompok lainnya.
c. Ketua kelompok yang memutuskan bagaimana membagi uang
tersebut.
d. Membagi uang tersebut dengan cara yang paling menguntungkan
Lampiran 1. Alat Ukur
12.Kelas Saudara diberi tugas kelompok. Faktor manakah yang paling penting
sebagai pertimbangan Saudara dalam memilih anggota kelompok?
a. Orang yang sangat berminat dengan topik tugas tersebut.
b. Orang yang memiliki Indeks Prestasi (IP) tinggi dan sering
memperoleh nilai yang bagus dalam tugas-tugas sebelumnya.
c. Teman dekat Saudara.
d. Senior yang Saudara kenal dan dianggap berpengalaman
mengerjakan tugas semacam itu.
13.Menurut saudara, aktivitas manakah di bawah ini yang paling memuaskan
atau menyenangkan?
a. Berpikir mengenai diri.
b. Melakukan berbagai hal untuk orang lain.
c. Membina relasi dengan orang lain.
d. Mengalahkan saingan Saudara.
14.Jika Saudara akan bergabung ke salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa, faktor
manakah yang paling penting dalam memutuskan ke Unit Kegiatan mana
Saudara akan bergabung?
a. Yang orang-orang di dalamnya menyenangkan menurut Saudara.
b. Yang paling bergengsi (prestis).
c. Teman-teman Saudara telah menjadi anggota di unit Kegiatan
tersebut.
Lampiran 1. Alat Ukur
15.Seandainya Sudara memenangkan sejumlah uang dari undian berhadiah,
maka uang tersebut…..
a. Seluruhnya Saudara gunakan untuk keperluan Saudara.
b. Sebagian diberikan kepada teman dekat Saudara.
c. Sebagian diberikan kepada orangtua Saudara.
d. Digunakan untuk membeli barang yang menunjang penampilan
Saudara sehingga membuat orang lain kagum.
16.Saudara mengalami kesulitan dalam memahami salah satu materi kuliah dan
akan mendiskusikan hal tersebut agar dapat lebih memahami. Siapakah yang
akan Saudara ajak untuk belajar bersama?
a. Teman sekelas yang ada saat itu.
b. Teman seangkatan yang terkenal pintar dalam mata kuliah tersebut.
c. Teman-teman dekat Saudara.
d. Senior yang IPK-nya tinggi dan sudah mengambil mata kuliah
tersebut.
17.Arti kehidupan dapat dipahami dengan cara………….
a. Memperhatikan pandangan orang tua.
b. Melalui diskusi dengan teman atau sahabat.
c. Melalui perenungan diri.
d. Mendalami pandangan dari orang bijak/tokoh spiritual.
18.Kandidat mana yang akan Saudara pilih untuk pemilihan Ketua Senat
Mahasiswa/Unit Kegiatan/organisasi mahasiswa?
a. Yang dipilih oleh teman-teman Saudara.
b. Yang paling Saudara sukai.
c. Yang memberi hadiah secara pribadi pada Saudara.
Lampiran 1. Alat Ukur
19.Menurut Saudara, faktor apa yang paling penting yang harus dimiliki oleh
seorang Ketua Senat Mahasiswa ?
a. Loyal pada organisasi.
b. Patuh dan menaati perintah atasan (Dekan, Pembantu Dekan).
c. Mampu berpikir dan bertindak sendiri.
d. Aktif dan telah mengabdi pada organisasi di masa lalu/periode
sebelumnya.
20.Andaikan Saudara adalah anggota dari salah satu organisasi mahasiswa.
Suatu saat terjadi konflik di dalam organisasi tersebut. Hal manakah yang
akan Saudara lakukan?
a. Mengumpulkan fakta-fakta dan mencoba memahami situasi.
b. Berdiskusi dengan pemimpin organisasi tersebut dan memberinya
dorongan untuk menyelesaikan konflik.
c. Berdiskusi dengan teman-teman Saudara sesama anggota
organisasi tersebut dan menghimpun pandangan-pandangan
mereka.
d. Mempertimbangkan posisi mana yang paling menguntungkan bagi
Saudara di tengah konflik tersebut di masa yang akan datang.
21.Kebahagian dicapai dengan ...
a. Memperoleh status atau kedudukan yang tinggi dalam masyarakat.
b. Mempunyai hubungan persahabatan dengan banyak orang.
c. Menjaga privasi/hal-hal yang bersifat pribadi.
Lampiran 1. Alat Ukur
22.Misalkan Saudara adalah seksi acara pada salah satu acara kampus dan harus
memilih band pengisi acara untuk acara tersebut. Apa faktor terpenting
dalam Saudara memutuskan ?
a. Saudara sangat menyukai band tersebut.
b. Teman-teman Saudara menyukainya.
c. Dekan dan para Dosen menyetujuinya.
d. Band tersebut akan menarik banyak orang.
23.Seandainya Saudara adalah pengurus Senat Mahasiswa/Unit
Kegiatan/organisasi mahasiswa. Suatu saat Saudara merencanakan untuk
berlibur panjang ke suatu tempat di luar kota. Ternyata pada hari yang sama
ada rapat penting, di mana Saudara harus menghadiri dan akan
menyebabkan kesulitan bagi banyak orang bila Saudara tidak hadir. Kepada
siapa Saudara akan mendiskusikan hal ini, sebelum memutuskan untuk pergi
atau tidak ?
a. Tidak kepada siapa pun.
b. Orang tua.
c. Pacar atau teman dekat.
d. Orang yang benar-benar mengetahui tentang tempat tersebut.
24.Menurut saudara hal apakah yang terpenting dari suatu pekerjaan?
a. Yang memungkinkan Saudara untuk berhubungan dengan banyak
orang.
b. Yang meningkatkan gengsi Saudara di masyarakat.
c. Yang memungkinkan Saudara untuk mencapai cita-cita atau tujuan
jangka panjang.
Lampiran 1. Alat Ukur
25.Andaikan saudara dimintai pendapat tentang bagaimana cara menurunkan
angka perceraian yang merupakan fenomena yang sering terjadi belakangan
ini. Saudara akan menyarankan orang menikah………….
a. Karena cinta.
b. Berdasarkan banyaknya kesamaan antara kedua pihak.
c. Dengan orang yang memiliki kedudukan tinggi dalam masyarakat,
karena jika bercerai akan berisiko pada kedudukan tersebut.
d. Disetujui oleh orangtua, karena orangtua mengetahui yang terbaik
Lampiran 2. Kuesioner Data Penunjang
DATA PENUNJANG
Untuk pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, Saudara diminta memilih
jawaban yang sesuai dengan diri Saudara, dengan cara memberi tanda silang (X)
pada huruf. Jawaban yang dipilih bisa lebih dari satu dan pada beberapa
pertanyaan dijawab beserta dengan menuliskan jawabannya.
Budaya Batak Toba
1. Saudara mengetahui dan mengenal Budaya Batak Toba dari :
a. Orangtua
b. Saudara
c. Teman
d. Buku
e. Lainnya ……….…………
2. Budaya Batak Toba yang Saudara ketahui :
a. Sistem Kekerabatan (Dalihan Na Tolu)
b. Hagabeon, berarti ………….
c. Hasangapon, berarti ………
d. Hamoraon, berarti …………
e. Upacara adat pernikahan, yaitu ……….
f. Upacara adat kelahiran, yaitu ………
g. Upacara adat kematian, yaitu ………
h. Upacara adat yang lainnya, yaitu………...
i. Seni tari, yaitu………..
j. Seni Musik dan lagu, yaitu………
k. Bahasa Batak Toba
Lampiran 2. Kuesioner Data Penunjang
3. Budaya Batak Toba yang Saudara terapkan dalam kehidupan sehari-hari:
a. Menggunakan nama sapaan bagi orang Batak Toba lainnya (keluarga,
teman, kenalan) yang sesuai prinsip Dalihan Na Tolu
b. Menghadiri upacara adat pernikahan, yaitu ……….
c. Menghadiri upacara adat kelahiran, yaitu ………
d. Menghadiri upacara adat kematian, yaitu ………
e. Menghadiri upacara adat yang lainnya, yaitu………...
f. Menari tarian khas Batak Toba
g. Menyanyi atau memainkan alat musik khas batak Toba
h. Menggunakan bahasa Batak Toba
i. Lainnya ………
Relasi Sosial (peer group)
4. Berapa banyak anggota keluarga/teman yang tinggal di rumah yang
Saudara tempati saat ini? (pilih salah satu)
a. 0-5 orang
b. 6-10 orang
c. Lebih dari 10 orang
5. Apa saja latar belakang budaya mereka?
a. Batak
b. Sunda
c. Jawa
d. Tionghoa
e. ………. . (lainnya)
6. Aktivitas apa sajakah yang biasanya Saudara lakukan bersama mereka?
a. Berbincang-bincang
b. Makan bersama
c. Kegiatan rekreasi (jalan-jalan, menonton di bioskop)
d. Kegiatan olahraga atau bermain musik
Lampiran 2. Kuesioner Data Penunjang
7. Berapa banyak teman akrab yang Saudara miliki? (pilih salah satu)
a. 1-2 orang
b. 3-6 orang
c. Lebih dari 6 orang
8. Sebagian besar teman akrab Saudara berlatar belakang budaya apa?
a. Batak
b. Sunda
c. Jawa
d. Tionghoa
e. ………. (lainnya)
9. Aktivitas apa sajakah yang biasanya dilakukan bersama teman akrab
Saudara?
a. Berbincang-bincang
b. Makan bersama
c. Belajar kelompok
d. Kegiatan ektrakurikuler di kampus (Senat Mahasiswa/Unit
Kegiatan/organisasi mahasiswa)
e. Kegiatan rekreasi (jalan-jalan, menonton di bioskop)
f. Kegiatan olahraga atau bermain musik
g. Lainnya ……….
10.Lebih sering dengan siapa saja Anda menghabiskan waktu luang? (pilih
salah satu)
a. Orang-orang yang sama-sama berlatar belakang budaya Batak Toba
Lampiran 2. Kuesioner Data Penunjang
Riwayat Pendidikan, Perjalanan, dan Pekerjaan
11.Apakah Anda pernah mengalami pindah sekolah atau tempat berdomisili
antar kota/negara? (pilih salah satu)
a. Tidak Pernah
b. Pernah; pada tahun :….., tempat tujuan :………
12.Apakah Saudara telah bekerja? (pilih salah satu)
a. Belum bekerja
b. Bekerja; sejak tahun :………..
nama pekerjaan : ………....
jabatan, sebagai : ……….
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Responden
No. Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2
152 HI HC HI VI HI HC HC VC HI HC HI VC HI VC
153 HC VI HI VI HI VI VC HC VC HC HI HC HI VC
154 HC HI VI VC HI VI HC VC HC VC HI VI HI VI
155 HI VC HI VI HI HC VC VI HC VC HI HC HI VI
156 HI HC VI HC HC VC HC VC HI VC HI HC VI VC
157 HI HC VI HC VI HC VC HI VI VC VC HI VI HC
158 HI HC VI HC HC HI VI HC HI VC VI HI HI VI
159 HC HI VI HI HI HC HC VI VI VC HI VC HI VC
160 VC HI HI VI HC HI VI VC VI HC HI VI HI VI
161 HC VC HI VI VC VI HC VC HC VC HC HI HI VI
162 HI VI HI VI VI HC HC VI VI HI HI HC HC VC
163 HC VC HI VI HC VI VI HC VC HC HI VI HI VI
164 HC VI HI VI HI HC HC VC VC VI HI VC HI HC
165 HI VC VI HI VI HI VC VI HI VI HI VI HI VI
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Item 13 Item 14
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Item 13 Item 14
Item 9 Item 10 Item 11 Item 12
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Item 13 Item 14
Item 9 Item 10 Item 11 Item 12
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Item 13 Item 14
Item 9 Item 10 Item 11 Item 12
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Item 13 Item 14
Item 9 Item 10 Item 11 Item 12
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Responden
No. Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2
152 HI HC HC VI HI VC VC VI HC HI HI HC HI HC
153 HC VI HI VI HI VI VI VC VC VI VC HC HI VI
154 HI HC HI VI VI HI VC VI HC VC HI HC HI VC
155 HI HC HC HI VI HI VC HI HC VI VC HI VC HI
156 HC HI HC VI VI HI HC VC HC VI HC VI HC HI
157 HI VI VC VI HI VC HC VC VC HI VC VI HI HC
158 HI VC HC VI HI VI HC VI VC HC VC HC HC VC
159 HI HC HC VI HI VI HC VC HI HC HI HC HI HC
160 HI VC VI VC HI VC VC HC VI HC HI VC HI HC
161 HC VC VC HI HC HI VC VI HC VC HC VC HC HI
162 HC VI VI VC VI HC HC VI HI HC HI VC VI HI
163 HI VC HC HI VI VC VC VI VI HC HC VC HI HC
164 HI VI VI HC HI VI VC HC HI HC VI HI VC HC
165 VC HI HC VC VC HI HC VC VC HC VC HI HI HC
Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Item 18 Item 19 Item 20 Item 21
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Item 18 Item 19 Item 20 Item 21
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Item 18 Item 19 Item 20 Item 21
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Item 18 Item 19 Item 20 Item 21
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Item 18 Item 19 Item 20 Item 21
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Item 18 Item 19 Item 20 Item 21
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Responden
No. Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2
152 VC HI VI HC VC HC HI VC VI HC VC HC HC VI
153 VC HI VC VI HI VC HI VC HC VI VC HC VI HC
154 VC HI HI HC HI VI VC HI VI HC HC VC HI VI
155 VC HI HI VI VC VI VC HC HC VC HC HI HC VI
156 HI VC HC HI HC VC VC HC VI HI HC VC HC VI
157 VC HI HI VC VC HI HI HC VC VI HC VC HC VI
158 HC HI HC HI HI VI VC HI VI HI HC VI HC VI
159 VC HI HI HC HI HC HI HC HC HI HI HC VI HC
160 VC HI HI VI HI VC VC HI VC HI VC HC HC VI
161 VI VC HC HI VI VC VC HC VI HC HC VC HC VI
162 HC VC VC VI HC HI VC HI HI VC HI VC VC HC
163 HI VC HI HC VC HC VC HI HC VC VC HC VI HC
164 VC HI HI HC HI VC VC HI HI VI HC VC VI HC
165 HC VC HC HI HI VC HC VC HI VC VC HC VI HC
Item 19 Item 20 Item 21
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Item 24 Item 25
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Lampiran 3. Ranking 1 dan Ranking 2 per Item
Responden Responden
No. Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 Rank 1 Rank 2 No. Rank 1 Rank 2
152 VI HI HC VI HI VC 152 HC HI
153 HC HI HI VC HI HC 153 VC VI
154 VI HC HI VC HI VC 154 HI VC
155 HC HI VI HC HI HC 155 HI HC
156 HC HI VI HI HC VC 156 VC HC
157 VC VI VC VI VI HI 157 HC VC
158 VI HI VI HC HC HI 158 HC VC
159 VI HI VC HC HI HC 159 HC VC
160 VC HI VC HC VC HI 160 HC VC
161 VI VC HC VC HC HI 161 HC VC
162 HI HC HC VI HC HI 162 VC HC
163 VI HC VC HC HI VC 163 HC VC
164 VI HI VI HI HI HC 164 VC HC
165 VI HI VI VC HC VC 165 HC VC
LAMPIRAN 4. FREKUENSI KATEGORI INDIVIDUALISM-COLLECTIVISM
TOTAL 759 1081 781 1479 1120 1149 950 881
2X 1518 2162 1562 2958 1120 1149 950 881
VC1+VC2 HC1+HC2 VI1+VI2 HI1+HI2 TOTAL 2638 3311 2512 3839 12300
0.2144715 0.269187 0.204228 0.312114 21.44715 26.9187 20.4228 31.2114
VC HC VI HI %
Lampiran 5. Kategori INDCOL per Responden
No.Resp VC HC VI HI INDCOL
1 11 12 24 28 HI
Lampiran 5. Kategori INDCOL per Responden
No.Resp VC HC VI HI INDCOL
Lampiran 5. Kategori INDCOL per Responden
No.Resp VC HC VI HI INDCOL
133 20 20 13 22 HI
Lampiran 5. Kategori INDCOL per Responden
Lampiran 6. Tabel Dimensi dan Jenis Pekerjaan
Lampiran 6.1: Dimensi Pengertian Diri (self)
Bentuk Item 1 (%) Item 5 (%) Item 13 (%)
HI 45.4 38.2 21.2 HC 24.8 27.3 50.3 VC 16.4 18.8 21.8 VI 13.4 15.7 6.7
Total 100.0 100.0 100.0
Lampiran 6.2: Dimensi Tujuan
Bentuk Item 10 (%) Item14 (%)
HI 43.6 50.9 HC 6.1 20.6 VC 10.9 8.5
VI 39.4 20 Total 100.0 100.0
Lampiran 6.3: Dimensi Perilaku Sosial
Bentuk Item 11 (%) Item 19 (%)
HI 3.7 18.2 HC 47.9 47.3 VC 36.3 9.1
VI 12.1 25.4 Total 100.0 100.0
Lampiran 6.4: Dimensi Relasi Sosial
Bentuk Item 8 (%) Item 12 (%)
HI 67.9 37.6 HC 16.4 39.4 VC 5.4 6
VI 10.3 17 Total 100.0 100.0
Lampiran 6.5: Jenis Pekerjaan
No. Responden Nama Pekerjaan Kategori 21 Stand Guide Marketing Bisnis
48 Penulis Individual
70 Staff Customer Service Bisnis
104 Wedding Organizer Bisnis
144 Administrator Jaringan Individual
Lampiran 7. Crosstabs individualism-collectivism dan Data Penunjang
Lampiran 7.1 TRAVEL*INDCOL : Frekuensi pindah kota
Lampiran 7.2 OCCUP*INDCOL : Pengalaman bekerja
TRAVEL * INCOL Crosstabulation
5 8 1 14
35.7% 57.1% 7.1% 100.0%
11.9% 8.3% 7.1% 8.5%
3.0% 4.8% .6% 8.5%
26 70 9 9 114
22.8% 61.4% 7.9% 7.9% 100.0%
61.9% 72.9% 64.3% 69.2% 69.1%
15.8% 42.4% 5.5% 5.5% 69.1%
7 14 2 2 25
28.0% 56.0% 8.0% 8.0% 100.0%
16.7% 14.6% 14.3% 15.4% 15.2%
4.2% 8.5% 1.2% 1.2% 15.2%
3 2 1 1 7
42.9% 28.6% 14.3% 14.3% 100.0%
7.1% 2.1% 7.1% 7.7% 4.2%
1.8% 1.2% .6% .6% 4.2%
1 1 1 1 4
25.0% 25.0% 25.0% 25.0% 100.0%
2.4% 1.0% 7.1% 7.7% 2.4%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%
OCCUP * INCOL Crosstabulation
40 93 14 12 159
25.2% 58.5% 8.8% 7.5% 100.0% 95.2% 96.9% 100.0% 92.3% 96.4%
24.2% 56.4% 8.5% 7.3% 96.4%
2 3 1 6
33.3% 50.0% 16.7% 100.0%
4.8% 3.1% 7.7% 3.6%
1.2% 1.8% .6% 3.6%
42 96 14 13 165
Lampiran 7.3 TMPDOM*INDCOL : Tempat tinggal
Lampiran 7.4 KNOWLEDG*INDCOL : Pengetahuan tentang budaya Batak Toba
Lampiran 7.5 APPLY*INDCOL : Penerapan budaya Batak Toba
TMPDOM * INCOL Crosstabulation
6 12 2 20
30.0% 60.0% 10.0% 100.0%
14.3% 12.5% 14.3% 12.1%
3.6% 7.3% 1.2% 12.1%
12 24 4 4 44
27.3% 54.5% 9.1% 9.1% 100.0%
28.6% 25.0% 28.6% 30.8% 26.7%
7.3% 14.5% 2.4% 2.4% 26.7%
24 60 8 9 101
23.8% 59.4% 7.9% 8.9% 100.0%
57.1% 62.5% 57.1% 69.2% 61.2%
14.5% 36.4% 4.8% 5.5% 61.2%
42 96 14 13 165
25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%
KNOWLEDG * INCOL Crosstabulation
23 47 8 4 82
28.0% 57.3% 9.8% 4.9% 100.0%
54.8% 49.0% 57.1% 30.8% 49.7%
13.9% 28.5% 4.8% 2.4% 49.7%
19 49 6 9 83
22.9% 59.0% 7.2% 10.8% 100.0%
45.2% 51.0% 42.9% 69.2% 50.3%
11.5% 29.7% 3.6% 5.5% 50.3%
42 96 14 13 165
25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%
APPLY * INCOL Crosstabulation
16 29 3 1 49
32.7% 59.2% 6.1% 2.0% 100.0%
38.1% 30.2% 21.4% 7.7% 29.7%
9.7% 17.6% 1.8% .6% 29.7%
26 67 11 12 116
22.4% 57.8% 9.5% 10.3% 100.0%
61.9% 69.8% 78.6% 92.3% 70.3%
15.8% 40.6% 6.7% 7.3% 70.3%
42 96 14 13 165
25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Lampiran 7.6 SOURCE*INDCOL: Sumber informasi tentang budaya Batak Toba
Lampran 7.7 FRIEND*INDCOL: Lingkungan pergaulan
SOURCE * INCOL Crosstabulation
1 1
100.0% 100.0%
2.4% .6%
.6% .6%
25 58 11 9 103
24.3% 56.3% 10.7% 8.7% 100.0%
59.5% 60.4% 78.6% 69.2% 62.4%
15.2% 35.2% 6.7% 5.5% 62.4%
21.4% 15.6% 14.3% 15.4% 17.0%
5.5% 9.1% 1.2% 1.2% 17.0%
25.0% 25.0% 50.0% 100.0%
1.0% 7.1% 15.4% 2.4%
.6% .6% 1.2% 2.4%
42 96 14 13 165
25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%
FRIEND * INCOL Crosstabulation
26 49 10 8 93
28.0% 52.7% 10.8% 8.6% 100.0% 61.9% 51.0% 71.4% 61.5% 56.4% 15.8% 29.7% 6.1% 4.8% 56.4%
16 47 4 5 72
22.2% 65.3% 5.6% 6.9% 100.0% 38.1% 49.0% 28.6% 38.5% 43.6% 9.7% 28.5% 2.4% 3.0% 43.6%
42 96 14 13 165
Lampiran 7.8 ANAK*INDCOL: Urutan kelahiran
Lampiran 7.9 JK*INDCOL: Jenis kelamin
ANAK * INCOL Crosstabulation
17 43 5 4 69
24.6% 62.3% 7.2% 5.8% 100.0%
40.5% 44.8% 35.7% 30.8% 41.8%
10.3% 26.1% 3.0% 2.4% 41.8%
26.0% 54.0% 12.0% 8.0% 100.0%
31.0% 28.1% 42.9% 30.8% 30.3%
7.9% 16.4% 3.6% 2.4% 30.3%
5 14 2 3 24
20.8% 58.3% 8.3% 12.5% 100.0%
11.9% 14.6% 14.3% 23.1% 14.5%
3.0% 8.5% 1.2% 1.8% 14.5%
42 96 14 13 165
25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%
JK * INCOL Crosstabulation
18 48 4 6 76
23.7% 63.2% 5.3% 7.9% 100.0%
42.9% 50.0% 28.6% 46.2% 46.1%
10.9% 29.1% 2.4% 3.6% 46.1%
24 48 10 7 89
27.0% 53.9% 11.2% 7.9% 100.0%
57.1% 50.0% 71.4% 53.8% 53.9%
14.5% 29.1% 6.1% 4.2% 53.9%
42 96 14 13 165
25.5% 58.2% 8.5% 7.9% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki beranekaragam budaya, di mana setiap budaya yang
ada memiliki sistem nilai masing-masing dan dipelihara oleh anggota masyarakat
penganutnya. Indonesia merupakan negara penganut budaya Timur dan
menunjukkan orientasi nilai collectivism (Hofstede, 1991). Masyarakat di
Indonesia menganggap penting nilai dari suatu sistem kekerabatan dalam
kelompok budayanya. Salah satu kelompok budaya di Indonesia adalah
masyarakat Batak.
Menurut Sensus Penduduk tahun 2000, total populasi orang Batak yang
tersebar di Indonesia adalah 6 juta jiwa. Masyarakat Batak sebagian besar
bermukim di wilayah Sumatera Utara. Secara lebih khusus Suku Batak terdiri dari
sub-sub suku (1) Karo, berjumlah 120.000 jiwa, mendiami suatu daerah induk
yang meliputi Dataran Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Serdang dan sebagian
dari Dairi; (2) Simalungun, berjumlah 50.000 jiwa, yang mendiami daerah induk
Simalungun; (3) Pakpak, yang mendiami daerah induk Dairi sebanyak 22.000
jiwa; (4) Angkola, yang mendiami daerah induk Angkola dan Sipirok; (5)
Mandailing, mendiami daerah induk Mandailing, Ulu, Pakatan dan bagian Selatan
Padang Lawas, bersama-sama dengan orang Angkola berjumlah 160.000 jiwa;
dan (6) Toba, mendiami daerah tepi Danau Toba, Pulau Samosir, Dataran Tinggi
2
Universitas Kristen Maranatha
pegunungan Pahae dan Habinsaran, sebanyak 400.000 jiwa, yang merupakan
jumlah terbesar di antara suku-suku Batak. Jumlah tersebut berdasarkan Sensus
Penduduk tahun 1930. Tidak terdapat perhitungan jumlah penduduk yang lebih
baru karena sejak Sensus Penduduk tahun 1961, unsur suku bangsa diabaikan.
Jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa hanya dapat dikumpulkan dengan
mengunjungi kantor pemerintahan di daerah-daerah lokal, namun itu pun belum
tentu akan didapatkan jumlah yang teliti. (Koentjaraningrat, 1971). Sedangkan
orang Batak yang tercatat sebagai penduduk di kota Bandung berdasarkan Sensus
Penduduk tahun 2000 menurut Wilayah Administrasi dan Suku Bangsa berjumlah
37.465 jiwa, merupakan urutan keempat terbanyak setelah Sunda, Jawa, dan
Tionghoa (Data Badan Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2001).
Ditinjau dari sejarahnya, masyarakat Toba merupakan suatu kelompok
masyarakat yang hidup tidak terisolasi meskipun dibatasi oleh kondisi geografis
yang berbukit-bukit. Orientasi daerah Toba ke Samudra Indonesia adalah yang
paling menonjol sebagai faktor pendorong interaksi kebudayaan dengan dunia
luar. Sistem adat dan budaya yang berlaku pada masyarakat Toba juga
memperlihatkan adanya interaksi dan proses akulturasi yang telah lama
berlangsung dengan peradaban-peradaban besar yang ada di Asia Tenggara.
Masyarakat Toba telah bersinggungan dengan banyak kelompok masyarakat dan
budaya lain di wilayah Asia Tenggara melalui perdagangan. Masyarakat Toba
juga mengalami krisis perbenturan antara budaya asli dan budaya baru, akibat
persinggungannya dengan kedatangan misi Zending (penyebaran agama Kristen)
3
Universitas Kristen Maranatha
Meskipun banyak orang Batak telah berpindah dari kampung halaman di
kawasan Danau Toba ke tempat perantauan baik di desa maupun kota di berbagai
tempat di Indonesia bahkan di belahan dunia, serta telah bergaul dengan
suku-suku bangsa lain di Indonesia bahkan dengan bangsa lain, orang Batak masih tetap
mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai utama budayanya sebagai kearifan
tradisional (local wisdom). Sekalipun demikian, tidak dapat dihindari bahwa telah
terjadi pergeseran dalam implementasi nilai-nilai tersebut.
Sistem kekerabatan yang mengatur interaksi pada masyarakat Batak Toba
disebut dalihan na tolu yang secara harafiah berarti ”tungku nan tiga”. Nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya mencakup somba marhula-hula yang artinya
hormat pada hula-hula (kelompok orang yang posisinya “di atas”, yaitu keluarga
dari marga pihak istri), manat mardongan tubu berarti menjaga hubungan dengan
dongan tubu (kelompok orang yang posisinya “sejajar”, yaitu saudara atau teman
yang satu marga), dan elek marboru yang berarti sayangi boru (kelompok orang
yang posisinya “di bawah”, yaitu saudara perempuan dari pihak laki-laki dan
termasuk juga marga suaminya). Dalam interaksinya, setiap orang akan memiliki
sikap dan perilaku yang berbeda pada masing-masing pihak tersebut.
Dalihan na tolu adalah suatu sistem kekerabatan yang menunjukkan
struktur sosial di dalam masyarakat Batak Toba, dipegang teguh dan hingga kini
menjadi landasan kehidupan bermasyarakat di lingkungan orang Batak. Prinsip
pembagian peran dalam dalihan na tolu ini mengindikasikan adanya tingkatan
dalam struktur kemasyarakatan adat di kelompok masyarakat Batak Toba. Setiap
4
Universitas Kristen Maranatha
tidak akan terlepas dari dalihan na tolu. Di dalam Psikologi Lintas Budaya,
dikenal suatu konsep yaitu orientasi nilai individualism-collectivism (Triandis,
1995), dan mengenai kelompok masyarakat Batak Toba yang mementingkan
sistem kekerabatan pada budayanya tersebut mengacu pada konsep vertical
collectivism (VC).
Pada budaya Batak Toba berkembang pula nilai-nilai yang menjadi tujuan
atau pencapaian di dalam kehidupan masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut adalah
hamoraon (kekayaan), hagabeon (keturunan), dan hasangapon (kehormatan).
Untuk mencapai hamoraon, orang Batak bekerja keras dan banyak pula yang
mangaranto, yaitu pergi meninggalkan kampung halaman untuk mencari
kekayaan material. Hagabeon, yaitu kesuburan yang berarti memiliki banyak
keturunan. Hal ini sangat menentukan status sosial seseorang dalam masyarakat
Batak. Ukuran umum hagabeon dalam masyarakat Batak adalah mempunyai
keturunan laki-laki dan perempuan yang juga kemudian mempunyai keturunan
lagi. Semakin banyak anak, cucu dan cicit seseorang, semakin terhormatlah orang
tersebut dalam persekutuan adat. Hasangapon secara harafiah diartikan sebagai
terpuji atau terhormat. Mencapai hasangapon antara lain dengan cara menjadi
orang yang terpelajar dan memiliki jabatan yang berpengaruh di tengah
masyarakat umum (Lumbangaol, 2007). Hamoraon, hagabeon, dan hasangapon
dapat menentukan kedudukan seseorang dalam kelompok masyarakat Batak
Toba, hal tersebut mengacu pada konsep vertical collectivism (VC).
Dalam upacara adat perkawinan orang Batak Toba terdapat salah satu
5
Universitas Kristen Maranatha
tersebut merupakan acara merestui menantu laki-laki yang dilakukan oleh pihak
orangtua mempelai perempuan dalam statusnya sebagai hula-hula (pemberi istri).
Orangtua laki-laki dari mempelai perempuan berdiri di hadapan kedua mempelai,
didampingi istrinya, menyampaikan kata-kata restu sambil akan mengembangkan
sehelai kain tenun tradisional yang disebut ulos. Selanjutnya ulos tersebut
dilingkupkan pada kedua mempelai sebagai gerak simbolis menyatakan mereka
telah menjadi satu tubuh (Situmorang, 2004).
Terdapat pula prinsip berbalasan positif (sisoli-soli) untuk mewujudkan
keadilan atau kesejahteraan bersama, beban dan keuntungan dibagi serta dipikul
bersama. Di dalam suatu upacara adat, boru memberikan juhut (daging) dan
hula-hula menyambut dan memberikan boras dohot dengke (beras dan ikan). Boru
memberikan piso-piso (uang) dan hula-hula merespon dengan memberi doa.
Hula-hula memberikan ulos dan boru membalas dengan uang. (Harahap, 2007).
Restu atau berkat dari orang tua dan hula-hula merupakan hal yang sangat
penting bagi seseorang dalam masyarakat Batak Toba untuk menjalani
kehidupannya. Hal tersebut tercermin dari simbol-simbol pada upacara adat Batak
Toba, misalnya pada mangulosi hela dan prinsip sisoli-soli yang mengacu pada
vertical collectivism (VC).
Masyarakat dan kebudayaan manusia di mana pun akan selalu berada
dalam keadaan berubah. Perubahan yang terjadi selain karena faktor-faktor
perubahan jumlah dan komposisi penduduk serta perubahan lingkungan hidup,
juga disebabkan oleh adanya penyebaran kebudayaan lain ke dalam masyarakat
6
Universitas Kristen Maranatha
penemuan teknologi. Secara pelan-pelan dan biasanya tanpa disadari, berbagai
pola perilaku, norma, nilai, dan pranata menjadi berubah karena sebagian dari
unsur kebudayaan dan struktur sosial yang telah berlaku harus diubah dan
disesuaikan dengan jumlah dan komposisi penduduk yang menjadi warga
masyarakat tersebut. Berbagai nilai, norma, dan pola-pola hubungan sosial yang
berlaku pada generasi sebelumnya, dapat tidak berlaku lagi dan diganti oleh yang
lainnya pada generasi mendatang. Demikian pula nilai-nilai yang terdapat pada
masyarakat Batak Toba, dapat terjadi pergeseran pada nilai yang terkandung di
dalam sistem interaksi (dalihan na tolu), nilai pencapaian hidup (hamoraon,
hagabeon, dan hasangapon), maupun pada nilai-nilai sebagai identitas (marga,
bahasa-aksara, dan adat-istiadat).
Hamoraon, hagabeon, dan hasangapon telah mengalami pergeseran
makna seiring dengan perkembangan ekonomi dan pengaruh migrasi
(Lumbangaol, 2007). Saat ini, orang yang berpendidikan tinggi dapat menandakan
hamoraon. Demikian pula dengan hagabeon, dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta jumlah penduduk yang semakin bertambah,
sehingga memiliki banyak anak tidak lagi menjadi yang utama pada masyarakat
modern. Anak laki-laki atau perempuan dianggap setara. Pernikahan bukan lagi
kewajiban tetapi pilihan bebas seseorang. Bagi manusia modern kesuburan bukan
lagi nilai terpenting atau satu-satunya dalam kehidupan manusia. Manusia modern
lebih menghargai produktivitas, kreativitas, karya hasil pemikiran dan budi baik
7
Universitas Kristen Maranatha
Sedangkan hasangapon, dicapai dengan menjadi teladan di tengah lingkungan
masyarakat, sehingga akan dihargai dan dihormati oleh orang-orang di sekitarnya.
Nalom Siahaan (1964) mengatakan bahwa meskipun di perantauan, orang
Batak peduli dengan identitas sukunya. Hal tersebut terlihat dari orang Batak
berusaha untuk mendirikan perhimpunan semarga atau sekampung untuk
menghidupkan ide-ide adat budayanya di tengah kehidupan modern, antara lain
dengan mengadakan pertemuan secara berkala dalam bentuk adat ataupun
silaturahmi. Demikian pula di Universitas “X” kota Bandung, terdapat
perkumpulan mahasiswa Batak Toba.
Tidak semua orang Batak sekarang ini yang dapat berbahasa Batak dan
mampu menulis serta membaca aksara Batak. Orang Batak yang tinggal di daerah
asalnya di Sumatra Utara dapat berbahasa Batak, meskipun sangat sedikit yang
menguasai aksara Batak; tetapi mayoritas anak-anak dan generasi muda yang lahir
dan dibesarkan di kota-kota di luar tempat asalnya tidak lagi dapat berbahasa
Batak dan menguasai aksara Batak. Kondisi tersebut merupakan salah satu hasil
dari proses pergaulan sehari-hari di lingkungannya, Pada praktiknya ditemukan
bahwa untuk berkomunikasi di antara orang-orang yang berasal dari latarbelakang
budaya berbeda adalah dengan menggunakan bahasa yang lebih umum (Bahasa
Indonesia) atau bahasa pergaulan di tempat tersebut. Semakin jarang bahasa Batak
digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, maka akan semakin banyak pula
generasi muda yang tidak dapat berbahasa Batak pada masa mendatang.
Upacara adat Batak Toba sampai saat ini tetap dilaksanakan sesuai dengan
8
Universitas Kristen Maranatha
penyesuaian pada susunan tata cara, waktu yang dipersingkat ataupun tempat
pelaksanaan upacara adat yang disewa berupa gedung pertemuan modern. Hal
tersebut dimungkinkan terjadi asalkan tidak melewatkan bagian yang merupakan
esensi upacara adat yang bersangkutan. Masyarakat Batak Toba yang ada di
perantauan menggunakan strategi penyesuaian sedemikian rupa dan dapat tetap
melaksanakan adat-istiadat budayanya meskipun telah menjadi perantau dan
berada di kota-kota besar yang jauh dari kampung halaman. Penyesuaian dalam
acara adat dilakukan untuk menjaga keberlangsungan adat tersebut serta
mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan bersamaan dengan
itu di sisi lain menyadari bahwa kondisi yang ada di kota besar menuntut suatu
efisiensi waktu dan jarak.
Orang Batak Toba merupakan salah satu masyarakat perantau dan dapat
ditemui hampir di seluruh wilayah Indonesia. Lebih dari sekadar geografis, pada
dasarnya manusia Indonesia – salah satunya orang Batak – adalah perantau dalam
pengertian budaya, misalnya gaya hidup, cara berpikir, suasana hati, dan
penghayatan dalam berbagai bidang. Bangsa Indonesia kaya akan pengaruh,
interaksi asimilatif maupun konflik antara kebudayaan-kebudayaan luar dan
dalam negeri. Dalam situasi kultural sekarang ini, yang ditandai dengan sangat
pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi, membuat manusia modern menjadi
perantau budaya – mempelajari, menghayati bahkan mempraktikkan
budaya-budaya yang ditemuinya. Adanya bentuk-bentuk budaya-budaya yang berlainan
mendorong individu untuk meninjau nilai-nilai kebudayaannya sendiri (Danujaya,
9
Universitas Kristen Maranatha
Pada awalnya orang Batak Toba meninggalkan daratan Toba dan pergi ke
luar daerahnya untuk mencapai kesuksesan, sehingga pada masa yang akan datang
dapat pulang ke kampung halamannya dengan membawa kemakmuran dan
kemasyuran. Orang Batak Toba berinteraksi dengan budaya masyarakat di tempat
ia merantau tanpa melepaskan budaya asalnya. Pada masa sekarang ini tidak
semua orang Batak seperti demikian, khususnya pada generasi muda yang lahir
dan tumbuh bukan di daerah asal orang Batak Toba – Sumatera Utara. Generasi
muda rentan terhadap pengaruh kemajuan teknologi dan modernisasi. Berdasarkan
hasil observasi peneliti, mayoritas mahasiswa Batak Toba berminat untuk
mencoba hal-hal yang baru di lingkungan kampusnya, antara lain dengan
bergabung ke dalam organisasi kemahasiswaan di Universitas “X”. Namun di sisi
lain, mahasiswa Batak Toba tersebut kurang antusias untuk menjalankan tradisi
dan nilai budaya Batak Toba yang terkesan kuno di tengah kompleksitas yang
terjadi di kota-kota besar, seperti salah satunya adalah kota Bandung.
Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan ibukota
Propinsi Jawa Barat. Lokasi kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi
komunikasi, perekonomian maupun keamanan. Masyarakatnya terdiri dari suku
Sunda, suku Jawa, dan hampir semua suku bangsa se-Indonesia, sehingga kota
Bandung memungkinkan terjadinya multikulturasi budaya. Multikulturasi adalah
kondisi sosial politik yang di dalamnya individu dapat mengembangkan dirinya
sendiri baik dengan cara menerima dan mengembangkan identitas budaya yang
10
Universitas Kristen Maranatha
berbagai budaya, serta berhubungan dan berpartisipasi dengan seluruh kelompok
budaya dalam lingkungan masyarakat yang luas (Berry, 1992).
Mahasiswa sebagai individu yang berada pada tahap remaja akhir akan
berhadapan dengan lingkungan pendidikan yang memiliki budaya lebih beragam
daripada sekolah lanjutan, yaitu pendidikan di perguruan tinggi. Bandung
merupakan salah satu kota tujuan calon mahasiswa Batak Toba yang berasal dari
luar kota Bandung untuk dipilih sebagai tempat menuntut ilmu lebih lanjut ke
tingkat perguruan tinggi. Universitas “X” merupakan salah satu perguruan tinggi
di kota Bandung yang banyak diminati oleh calon mahasiswa yang sebelumnya
telah menetap di kota Bandung maupun yang baru datang dari luar kota Bandung.
Selama menempuh pendidikan di Universitas “X” kota Bandung, mahasiswa
Batak Toba bersinggungan dengan nilai-nilai yang baru saat berinteraksi di
lingkungan yang sarat dengan kemajuan teknologi, percepatan arus informasi dan
kontak sosial dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya.
Nilai-nilai pada diri seorang mahasiswa Batak Toba di Universitas “X”
yang berasal dari luar kota Bandung dapat berbenturan dengan nilai-nilai dari luar
diri saat berhadapan dengan lingkungan pergaulan di kampusnya, sehingga
memungkinkan nilai-nilai dalam dirinya bergeser. Demikian pula pada mahasiswa
Batak Toba yang sudah lebih lama tinggal di kota Bandung dan memiliki lebih
banyak pengalaman tinggal dalam lingkungan multikulural kota Bandung,
terdapat kemungkinan bergesernya nilai-nilai pribadi karena lingkungan kampus
memberi pengaruh yang lebih kompleks daripada lingkungan pendidikan
11
Universitas Kristen Maranatha
merupakan pendatang baru maupun penduduk tetap kota Bandung dapat berbeda
dengan orientasi nilai budaya Batak Toba itu sendiri.
Dalam penelitian ini, peneliti menjaring orientasi nilai
individualism-collectivism pada mahasiswa Batak Toba yang telah bersinggungan dengan
budaya setempat pada level individual. Telah dilakukan survei awal yang
dilakukan pada bulan Mei 2008 terhadap 10 orang mahasiswa Batak Toba di
Universitas “X” di kota Bandung. Dalam hal pengertian tentang dirinya (self),
60% responden survei awal adalah individu yang sangat menyukai kompetisi,
menjadi lebih bersemangat untuk meningkatkan hasil dalam perkuliahan jika
terdapat situasi yang memungkinkan untuk bersaing dengan orang lain, antara lain
dengan berusaha untuk mendapatkan nilai tertinggi di kelas di setiap mata kuliah,
yang mengacu pada vertical individualism (VI). Sedangkan 20% tidak menyukai
persaingan dan dalam menjalani kuliah lebih melihat bagaimana pencapaian
optimal menurut ukuran diri sendiri saja, misalnya dengan menargetkan nilai pada
semester ini cukup dengan nilai mutu B, yang mengacu pada horizontal
individualism (HI). Sebanyak 10% tidak ingin menonjol di tengah kelompoknya
yaitu menjadi lebih berprestasi di antara teman-temannya, jika teman-temannya
sebagian besar mendapatkan nilai tertentu maka ia sendiri juga akan puas dengan
nilai tersebut, yang mengacu pada horizontal collectivism (HC). Yang mengarah
pada vertical collectivism (VC) memahami bahwa dirinya harus berkuliah dengan
baik dan berprestasi karena orangtua telah membiayai dan mendukungnya, yaitu
12
Universitas Kristen Maranatha
Lain halnya pada tujuan individu, terdapat 80% responden survei awal
yang rela berkorban untuk teman-teman dalam kelompoknya, antara lain
mengorbankan waktu dan kesenangan pribadi agar dapat menemani teman
mengerjakan tugas atau pergi ke tempat-tempat tertentu untuk urusan
kelompoknya, hal ini mengacu pada horizontal collectivism (HC). Dalam
mencapai suatu tujuan sesuai dengan kelompoknya tersebut tidak memandang
apakah itu senior atau orang yang labih tua, yaitu 0% pada vertical collectivism
(VC). Sebanyak 20% mempertimbangkan situasi dan tujuan yang hendak dicapai
sesuai dengan keinginannya, bukan tergantung pada kelompoknya, menunjukkan
horizontal individualism (HI). Selain itu tidak mempertimbangkan posisinya di
antara orang lain dalam mencapai tujuan pribadinya, yaitu 0% pada vertical
individualism (VI).
Berkaitan dengan perilaku sosial, ditemukan 60% responden survei awal
yang mengikuti dan menyesuaikan perilaku mereka dengan aturan dan norma
yang diberlakukan orangtua sekaligus juga sangat dipengaruhi oleh bagaimana
pendapat teman dekat tentang bagaimana perilaku yang akan ditampilkan,
misalnya dalam memilih jurusan ataupun tempat tinggal di Bandung. Hal tersebut
mengacu pada vertical collectivism (VC) dan juga horizontal collectivism (HC).
Sebanyak 30% menganggap perilaku dalam kehidupannya ditentukan berdasarkan
kebutuhan pribadi yang melatarbelakanginya, hal itu mengarah pada horizontal
individualism (HI). Terdapat 10% yang menunjukkan vertical individualism (VI)
13
Universitas Kristen Maranatha
mencantumkan nama anggota yang tidak memberikan kontribusi pada tugas
tersebut dalam laporan tugas kelompok.
Mengenai hubungan interpersonal, hanya 10% responden survei awal yang
mudah untuk saling berbagi cerita kehidupan pribadinya dan meminta bantuan
untuk menyelesaikan masalahnya pada orang orangtua ataupun orang dewasa
lainnya yang mengacu pada vertical collectivism (VC). Terdapat 10% yang
menunjukkan horizontal collectivism (HC), yaitu secara terbuka menceritakan
tentang kehidupan pribadi secara mendalam dan membiarkan temannya untuk
membantu menyelesaikan masalahnya, misalnya jika mengalami masalah
keuangan. Sebanyak 80% yang horizontal individualism (HI) yaitu tidak terbiasa
menceritakan tentang masalah kehidupan pribadinya secara mendalam ataupun
membiarkan orang lain ikut berperan menyelesaikannya. Tidak ditemukan yang
memiliki hubungan akrab dan terbuka membicarakan kehidupan pribadi secara
mendalam dengan dosennya, yaitu 0% vertical individualism (VI).
Nilai-nilai Batak Toba yang mengacu pada orientasi nilai vertical
collectivism (VC) diteruskan dari orang tua kepada anak-anaknya, yang dalam
penelitian ini merupakan mahasiswa Batak Toba di Universitas “X” kota
Bandung. Berdasarkan hal itu, diperkirakan orientasi nilai yang dominan pada
mahasiswa Batak Toba tersebut adalah vertical collectivism (VC). Akan tetapi hal
tersebut tidak sejalan dengan fakta yang ditemukan pada survei awal. Survei awal
menunjukkan hasil berupa komposisi yang bervariasi dari keempat bentuk
orientasi nilai, dengan kata lain vertical collectivism (VC) bukan merupakan
14
Universitas Kristen Maranatha
kota Bandung. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang orientasi nilai individualism-collectivism pada mahasiswa Batak
Toba yang berusia 19-22 tahun di Universitas “X” kota Bandung.
1.2Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran orientasi nilai
individualism-collectivism pada mahasiswa Batak Toba yang berusia 19-22 tahun
di Universitas “X” kota Bandung.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran orientasi nilai
individualism-collectivism pada mahasiswa Batak Toba yang berusia 19-22 tahun
di Universitas “X” kota Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui orientasi nilai
individualism-collectivism yang paling dominan pada mahasiswa Batak Toba
yang berusia 19-22 tahun di Universitas “X” kota Bandung dalam kaitannya
15
Universitas Kristen Maranatha 1.4Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
a) Bidang Akademik
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai orientasi nilai
individualism-collectivism bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi
Lintas Budaya.
b) Bidang Penelitian
Penelitian ini dapat menjadi referensi dan pendorong bagi peneliti lain
yang akan meneliti lebih lanjut mengenai orientasi nilai
individualism-collectivism.
1.4.2 Kegunaan Praktis
a) Memberikan informasi mengenai gambaran orientasi nilai
individualism-collectivism kepada mahasiswa yang berminat terhadap
budaya Batak Toba, berupa bahan bacaan di perpustakaan dan melalui
mahasiswa Batak Toba di Universitas “X”.
b) Memberikan informasi kepada pengurus perkumpulan mahasiswa
Batak Toba di Universitas “X” dan kemudian dapat mendorong
anggotanya untuk menambah pengetahuan tentang budaya Batak Toba.
c) Memberikan informasi kepada Universitas “X”, secara khusus kepada
pihak penyelenggara kegiatan orientasi mahasiswa di Universitas “X”
yaitu berkaitan dengan usaha mengembangkan penyesuaian diri
16
Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pikir
Indonesia merupakan negara timur yang multikultural, terdiri dari
kumpulan masyarakat penganut budaya tertentu. Salah satu kelompok budaya di
Indonesia adalah masyarakat Batak Toba, yaitu masyarakat dengan sistem nilai
budaya yang berisi konsep-konsep dalam pikiran kelompok tersebut mengenai
hal-hal yang harus mereka anggap penting dalam hidupnya. Masyarakat Batak
Toba mempertahankan dan memelihara sistem nilainya melalui tradisi, baik dalam
upacara adat maupun kehidupan sehari-hari. Suatu sistem nilai budaya berfungsi
sebagai pedoman dalam suatu masyarakat. Pada budaya Batak Toba di dalamnya
tercakup sistem kekerabatan yang disebut dalihan na tolu,
hagabeon-hamoraon-hasangapon yang merupakan visi bagi orang Batak Toba, serta nilai-nilai budaya
yang menunjukkan identitas sebagai masyarakat Batak Toba, yaitu marga, bahasa
dan aksara, beserta dengan berbagai macam upacara adat. Nilai-nilai tersebut
ditransmisikan dari orangtua sebagai agen enkulturasi kepada anak-anaknya,
sehingga anak menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dan pada masa yang akan
datang dapat meneruskan ke generasi selanjutnya.
Mahasiswa berada pada tahap remaja akhir, yaitu rentang usia 19-22 tahun
(Santrock, 2003). Masa remaja merupakan masa perubahan dan mayoritas remaja
bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi
menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain takut akan tanggung jawab yang
menyertai kebebasan tersebut. Untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi
17
Universitas Kristen Maranatha
dengan cara tidak hanya mengikuti perubahan lingkungan, tetapi juga
mengeksplorasi nilai-nilai di baliknya.
Mahasiswa Batak Toba yang menempuh perkuliahan di Universitas “X”
Bandung sebagian besar dapat dikategorikan memiliki latar belakang sosial
ekonomi menengah ke atas. Hal tersebut dapat dilihat dari biaya kuliah yang
relatif mahal jika dibandingkan dengan biaya kuliah universitas lainnya di kota
Bandung. Selain itu juga dapat ditunjukkan dari ketersediaan sarana dan prasarana
bagi mahasiswa Universitas “X” tersebut.
Pola interaksi mahasiswa ketika berada di tengah keluarganya, yaitu
orangtua dan saudaranya juga dapat mengarahkan orientasi nilai dirinya. Secara
umum, perilaku orangtua mahasiswa mengindikasikan pemberian tanggung jawab
kepada anaknya agar memulai kehidupan yang lebih mandiri. Meskipun sebagian
besar belum mandiri secara finansial, namun mahasiswa tersebut dapat mencapai
kemandirian emosional dari orang tuanya dan dalam pengambilan keputusan
sehari-hari, yaitu memilih tingkah laku yang tepat sesuai tuntutan lingkungannya
saat ini. Pola asuh yang dilakukan orangtua akan mendorong timbulnya rasa
tanggung jawab dan kemandirian pada diri anak yang bersangkutan.
Dengan mengalami suatu perjalanan ke tempat lain yang memiliki
nilai-nilai yang berbeda daripada nilai-nilai-nilai-nilai daerah asalnya, dapat mempengaruhi
orientasi nilai dalam diri mahasiswa Batak Toba. Hal ini khususnya dialami oleh
mahasiswa Batak Toba yang berasal dari luar kota Bandung. Demikian pula pada
mahasiswa yang telah bekerja dan bahkan dapat membiayai kuliah sendiri,
18
Universitas Kristen Maranatha
khususnya pada pekerjaan yang tidak di dalam kelompok. Dengan tingkat
pendidikan yang relatif tinggi, kemampuan dan kebutuhan remaja untuk menyerap
nilai sebagai landasan mempersiapkan diri di masyarakat menjadi lebih besar.
Selain itu, pendidikan juga mendorong mahasiswa Batak Toba di Universitas “X”
untuk berpikir lebih terbuka dan relatif dalam menghadapi beragam informasi
yang diterima dari lingkungan di luar dirinya.
Setiap mahasiswa Batak Toba memiliki orientasi nilai individualism
maupun collectivism dalam derajat yang berbeda dari individu yang lain dan
tergantung pada situasi yang dihadapinya (Triandis, 1995). Individualism dipicu
oleh kemakmuran, budaya yang kompleks, penghidupan yang bercorak berburu
atau mengumpulkan makanan, migrasi, urbanisasi, dan persinggungan dengan
media massa. Kondisi itu melahirkan sifat-sifat: (1) cenderung memisahkan diri
secara emosi dari ingroup; (2) menempatkan kepentingan pribadi di atas
kepentingan kelompok; (3) perilaku ditentukan oleh sikap pribadi dan
pertimbangan untung-rugi; dan (4) mampu menerima konfrontasi. Sifat-sifat itu
selanjutnya menimbulkan konsekuensi: (1) dalam sosialisasi menekankan
pembentukan sifat mandiri dan tidak tergantung; (2) tidak kesulitan membawa diri
masuk ke dalam kelompok-kelompok baru; dan (3) mudah merasa kesepian
(Triandis, 1990).
Sebaliknya, collectivism lazim tumbuh dalam masyarakat agraris yang
mengutamakan pembentukan keluarga-keluarga besar sebagai ingroup. Kondisi
ini akan melahirkan sifat-sifat: (1) mengutamakan integritas atau keutuhan
19
Universitas Kristen Maranatha
perilaku ditentukan oleh norma ingroup; (4) mengutamakan hirarki dan harmoni
dalam ingroup; (5) mengutamakan keseragaman dalam ingroup; dan (6)
melakukan pembedaan tajam antara ingroup dan outgroup. Sifat-sifat itu
menimbulkan konsekuensi: (1) dalam sosialisasi mengutamakan ketaatan dan
kepatuhan pada kewajiban; (2) menekankan pentingnya pengorbanan diri bagi
ingroup; (3) menekankan keseragaman dalam berpikir; (4) menekankan
bentuk-bentuk perilaku yang mencerminkan hirarki, kehangatan, saling ketergantungan,
saling memberikan dukungan sosial, dan berorientasi menyelamatkan nama baik
(Triandis, 1990).
Terdapat empat dimensi universal pada konstruk
individualism-collectivism yaitu (1) pengertian self : bersifat interdependen pada individualism-collectivism
dan independen pada individualism; (2) tujuan personal dan kelompok : keduanya
diatur berdampingan pada budaya collectivism, sedangkan pada individualism
kedua tujuan ini terpisah satu sama lain; (3) perilaku sosial : pada collectivism
ditentukan oleh kognisi yang berpusat pada norma, kewajiban, dan komitmen
bersama, sedangkan pada individualism diarahkan oleh kognisi yang berfokus
pada sikap, kebutuhan pribadi, hak, dan perjanjian; (4) relasi interpersonal :
budaya collectivism mementingkan relasi yang harmonis sekalipun tidak
menguntungkan, sedangkan budaya individualism lebih berdasarkan analisa
untung-rugi (Triandis, 1995).
Triandis (1995) mengemukakan empat macam turunan
individualism-collectivism yaitu independen (tidak bergantung) atau interdependen (saling