ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran orientasi masa depan bidang pernikahan pada mahasiswa yang orang tuanya bercerai di Universitas “X” Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survey.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur orientasi masa depan bidang pernikahan adalah kuesioner orientasi masa depan yang merupakan hasil modifikasi yang dilakukan oleh Victoriana E (2000), yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Adapun sampel penelitian ini adalah mahasiswa yang orang tuanya bercerai di Universitas “X” Bandung yang memenuhi karakteristik sampel yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode convenience sampling dengan sampel 40 orang. Teknik analisa untuk menganalisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan SPSS 11.5 for Ms. Windows.
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik terdapat sebanyak 57,5% mahasiswa yang orang tuanya bercerai memiliki orientasi masa depan yang jelas dan terdapat 42,5% mahasiswa yang orang tuanya bercerai memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas. Aspek-aspek orientasi masa depan bidang pernikahan yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi tidak seluruhnya jelas pada mahasiswa yang memiliki orientasi masa depan yang jelas, dan tidak seluruhnya tdak jelas pada mamhasiswa yang memiliki rientasi masa depan yang tidak jelas.
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebagian besar mahasiswa yang orang tuanya bercerai memiliki orientasi masa depan yang jelas. Berdasarkan kesimpulan dapat diajukan beberapa saran bagi penelitian lanjutan, mahasiswa yang memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas, serta bagi orang tua dari mahasiswa tersebut.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR BAGAN ...ix
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR LAMPIRAN...xii
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah... 1
1. 2. Identifikasi Masalah ... 9
1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 9
1. 4. Kegunaan Penelitian ... 10
1. 5. Kerangka Pikir ... 11
1. 6. Asumsi Penelitian ... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 19
2. 1. Orientasi Masa Depan ... 19
2. 1. 1. Pengertian OMD ... 19
2. 1. 2. Pembentukan OMD... 20
2. 1. 3. OMD Sebagai Suatu Sistem... 26
2. 1. 4. Faktor Yang Mempengaruhi OMD... 27
2. 1. 5. Kehidupan Sosial Dan OMD ... 31
2. 1. 6. OMD Pada Masa Dewasa ... 33
2. 2. Masa Dewasa Awal... 36
2. 2. 1. Pengertia Masa Dewasa ... 36
2. 2. 2. Ciri-ciri Masa Dewasa Awal... 37
2. 2. 3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal ... 40
2. 3. Pernikahan... 41
2. 3. 1. Definisi Pernikahan... 41
2. 3. 2. Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan ... 42
2. 3. 3. Karakteristik Individu Yang Mempengaruhi Terjadinya Kesulitan Dalam Pernikahan ... 46
2. 4. Perceraian... 47
2. 4. 1. Gambaran Umum Mengenai Perceraian ... 47
2. 4. 2. Pengertian Perceraian... 49
2. 4. 3. Penyebab Perceraian ... 50
2. 4. 4. Dampak Perceraian ... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Rancangan Penelitian ... 56
3. 2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 57
3. 2. 1. Variabel Penelitian ... 57
3. 2. 2 Definisi Operasional ... 57
3. 3. Alat Ukur... 58
3. 3. 1. Kuesioner ... 58
3. 3. 2. Data Penunjang ... 60
3. 4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 60
3. 4. 1. Validitas ... 60
3. 4. 2. Reliabilitas ... 62
3. 5. Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 63
3. 5. 1. Populasi Sasaran ... 63
3. 5. 2. Karakteristik Populasi ... 63
3. 5. 3. Teknik Penarikan Sampel ... 63
3. 6. Teknik Analisis ... 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Gambaran Responden ... 65
4. 1. 1. Jenis Kelamin ... 65
4. 1. 2. Usia ... 66
4. 1. 3. Tempat Tinggal ... 66
4. 1. 4. Tahun Perceraian Orang Tua ... 67
4. 2. Hasil Pengolahan Data ... 68
4. 2. 1. OMD Bidang Pernikahan Secara Keseluruhan ... 68
4. 2. 2. OMD Bidang Pernikahan Berdasarkan Aspek ... 69
4. 3. Hasil Crosstabs Antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Data
Penunjang ... 71
4. 3. 3. Hasil Crosstabs Antara OMD Dengan Jenis Kelamin... 71
4. 3. 2. Hasil Crosstabs Antara OMD Dengan Usia ... 72
4. 3. 3. Hasil Crosstabs Antara OMD Dengan Tuntutan Situasi ... 73
4. 3. 4. Hasil Crosstabs Antara OMD Dengan Sosial Learning ... 74
4. 3. 5. Hasil Crosstabs Antara OMD Dengan Proses Interaksi ... 75
4. 4. Pembahasan... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1. Kesimpulan ... 82
5. 2. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. 1. Bagan Kerangka Pikir ... 17
Bagan 3. 1. Bagan Rancangan Penelitian... 56
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1. Tabel Jenis Kelamin ... 63
Tabel 4. 2. Tabel Usia ... 64
Tabel 4. 3. Tabel Tempat Tinggal ... 64
Tabel 4. 4. Tabel Tahun Perceraian Orang Tua ... 65
Tabel 4. 5. Tabel OMD Bidang Pernikahan Secara Keseluruhan ... 66
Tabel 4. 6. Tabel OMD Dengan Aspek Motivasi ... 67
Tabel 4. 7. Tabel OMD Dengan Aspek Perencanaan ... 67
Tabel 4. 8. Tabel OMD Dengan Aspek Evaluasi ... 68
Tabel 4. 9. Tabel Crosstabs OMD Dengan Jenis Kelamin... 69
Tabel 4. 10. Tabel Crosstabs OMD Dengan Usia... 70
Tabel 4. 11. Tabel Crosstabs OMD Dengan Penghayatan Tentang Pasangan Yang Serius ... 71
Tabel 4. 12. Tabel Crosstabs OMD Dengan Menuntut Diri Untuk Menikah ... 72
Tabel 4. 13. Tabel Crosstabs OMD Dengan Perasaan Takut Gagal Menikah ... 72
Tabel 4. 14. Tabel Crosstabs Jenis Kelamin Dengan Perasaan Takut Gagal Menikah ... 73
Tabel 4. 15. Tabel Crosstabs OMD Dengan Yang Paling Banyak Memberi Dukungan ... 74
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Alat Ukur Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan
LAMPIRAN 2 Data Penunjang
LAMPIRAN 3 Tabel Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur
LAMPIRAN 4 Tabel Crosstabs OMD Dengan Data Penunjang
LAMPIRAN 5 Tabel Data Mentah
LAMPIRAN 1
KUESIONER ORIENTASI MASA DEPAN
DALAM BIDANG PERNIKAHAN
Kuesioner ini terdiri dari sekelompok pertanyaan yang berhubungan dengan
pendapat dan pemikiran Saudara mengenai pernikahan di masa mendatang. Saudara
diminta untuk menjawab setiap pernyataan yang ada sesuai dengan keadaan diri saudara.
Jawaban yang benar ialah jawaban yang menggambarkan diri saudara. Oleh karena itu
kami harap agar saudara memberikan jawaban yang sesuai dengan keadaan dan
keyakinan pribadi.
Agar penelitian ini berhasil, keterbukaan dan kejujuran Saudara dalam menjawab
setiap pernyataan sangatlah penting. Keterangan yang saudara berikan bersifat rahasia
dan hanya akan digunakan oleh peneliti untuk keperluan penelitian.
Jawablah pernyataan-pernyataan berikut ini pada lembar jawaban secara
berurutan dan jangan terlewat satu nomor pun. Pada setiap pernyataan, Saudara dapat
memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan Saudara.
1. Jika Saudara memikirkan pernikahan di masa mendatang, pernyataan mana dibawah
ini yang menggambarkan situasi Saudara?
a. Saya belum memikirkan hal-hal yang menyangkut pernikahan di masa
mendatang.
b. Kadang-kadang saya melihat ada beberapa kemungkinan pada pernikahan di masa
mendatang.
c. Saya benar-benar serius mempertimbangkan berbagai kemungkinan mengenai
pernikahan di masa mendatang.
d. Saya sedang mempertimbangkan satu kemungkinan yang serius tentang
pernikahan di masa mendatang.
e. Setelah melihat berbagai kemungkinan tentang pernikahan di masa mendatang,
saya memusatkan diri pada satu kemungkinan yang serius.
2. Apakah Saudara memikirkan kapan cita-cita mengenai pernikahan Saudara akan
tercapai?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari
3. Apakah Saudara akan berusaha keras agar pernikahan Saudara dapat tercapai sesuai
dengan keinginan Saudara?
1 2 3 4 5
tidak mungkin tidak mungkin ya,
mungkin tidak
mungkin ya pasti
4. Sebenarnya, apakah Saudara telah mencari keterangan atau informasi mengenai
pernikahan?
1 2 3 4 5
5. Seberapa sering Saudara memikirkan pernikahan dan merencanakan pernikahan di
masa mendatang?
1 2 3 4 5
tidak tahu agak tahu cukup tahu tahu tahu pasti
6. Apakah Saudara telah berusaha dengan keras agar cita-cita pernikahan Saudara dapat
tercapai?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari
7. Apakah Saudara yakin bahwa rencana pernikahan Saudara dapat terwujud?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu
8. Pada saat Saudara memikirkan pernikahan di masa mendatang, apakah Saudara
merasa penuh harapan?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu
9. Dalam memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan pernikahan di masa mendatang,
pernyatan berikut manakah yang paling sesuai dengan Saudara?
a. Ada begitu banyak kemungkinan yang berlainan sehingga saya sukar memilih
salah satu
b. Ada banyak kemungkinan dan semua mungkin untuk dipilih
c. Ada beberapa kemungkinan yang mungkin diambil
d. Ada dua kemungkinan dan saya akan memilih salah satu
10.Apakah Saudara mengetahui kappa cita-cita pernikahan Saudara akan tercapai?
1 2 3 4 5
tidak tahu agak tahu cukup tahu tahu tahu pasti
11.Menurut Saudara, berapa banyak informasi yang Saudara miliki tentang suatu
pernikahan yang bahagia?
1 2 3 4 5
tidak ada
sama sekali
tidak banyak cukup banyak banyak sekali
12.Apakah Saudara memikirkan cara untuk dapat mencapai cita-cita pernikahan
Saudara?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari
13.Apakah Saudara telah memfokuskan diri pada suatu hal tertentu yang berkaitan
dengan pencapaian cita-cita pernikahan Saudara?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari
14.Apakah Saudara yakin akan mencapai suatu pernikahan yang bahagia sesuai dengan
keinginan Saudara?
1 2 3 4 5
15.Apakah Saudara dapat menyebutkan berapa kira-kira usia Saudara ketika Saudara
memutuskan akan melakukan pernikahan?
1 2 3 4 5
tidak dapat kurang dapat ragu-ragu dapat pasti
16.Seberapa penting peran pernikahan bagi Saudara?
1 2 3 4 5
tidak penting kurang
penting
agak penting cukup penting sangat penting
17.Apakah Saudara telah mencari informasi tentang kiat-kiat agar pernikahan Saudara
dapat berlangsung bahagia?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari
18.Apakah Saudara memikirkan alternative lain apabila pilihan rencana pernikahan yang
utama tidak tercapai?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari
19.Apakah Saudara telah berdiskusi dengan orang tua atau teman Saudara mengenai
pernikahan yang akan Saudara hadapi?
1 2 3 4 5
20.Apakah muncul suasana hati yang tidak menyenangkan ketika Saudara memikirkan
kehidupan pernikahan di masa mendatang?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu
21.Apakah Saudara memperkirakan kapan Saudara akan memasuki kehidupan
pernikahan?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari
22.Berapa banyak informasi yang Saudara miliki mengenai kiat-kiat agar pernikahan
Saudara dapat berlangsung bahagia?
1 2 3 4 5
tidak ada
sama sekali
tidak banyak cukup banyak banyak sekali
23.Apakah Saudara dapat mempunyai kehidupan pernikahan yang bahagia?
1 2 3 4 5
pasti tidak
dapat
yakin tidak
dapat
mungkin dapat,
mungkin tidak
yakin dapat pasti dapat
24.Apakah Saudara merasa putus asa ketika memikirkan pernikahan Saudara?
1 2 3 4 5
25.Apakah Saudara telah mencari informasi mengenai seluk beluk kehidupan
pernikahan?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari
26.Apakah Saudara dapat menjalani kehidupan pernikahan sesuai dengan keinginan
Saudara?
yakin dapat pasti dapat
27.Apakah muncul perasaan antusiasme ketika Saudara memikirkan pernikahan di masa
depan?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu
28.Berapa banyak informasi yang Saudara miliki mengenai seluk beluk kehidupan
pernikahan?
1 2 3 4 5
tidak ada
sama sekali
tidak banyak cukup banyak banyak sekali
29.Apakah Saudara telah mencari informasi mengenai cara-cara dalam menjalani
kehidupan pernikahan yang bahagia?
1 2 3 4 5
30.Apakah muncul perasaan penuh pengharapan ketika Saudara memikirkan
kemungkinan tercapainya pernikahan yang bahagia?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu
31.Berapa banyak informasi yang Saudara milii mengenai cara-cara dalam menjalani
kehidupan pernikahan yang bahagia?
1 2 3 4 5
tidak ada
sama sekali
tidak banyak cukup banyak banyak sekali
32.Apabila cita-cita pernikahan Saudara tidak tercapai, apakah Saudara berfikir bahwa
hal tersebut disebabkan oleh kondisi atau keadaan yang tidak mendukung Saudara?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu
33.Apabila cita-cita pernikahan Saudara tidak tercapai, apakah Saudara berfikir bahwa
hal tersebut disbabkan oleh kemampuan pribadi Saudara?
1 2 3 4 5
tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu
34.Apakah Saudara telah mencari informasi mengenai factor-faktor yang berpengarug,
pengetahuan yang harus dimilki agar dapat melangsungkan penikahan sesai dengan
yang Saudara inginkan?
1 2 3 4 5
35.Berapa banyak informasi yang Saudara miliki mengenai factor-faktor yang
berpengaruh atau pengetahuan yang harus dimiliki agar dapat melangsungkan
pernikahan sesuai dengan yang Saudara inginkan?
1 2 3 4 5
tidak ada
sama sekali
LAMPIRAN 2
PENGANTAR
Saya adalah mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang
sedang menyusun skripsi, dimana akan melaksanakan pengambilan dan pengumpulan
data. Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon bantuan saudara-saudara dapat
meluangkan waktu untuk mengisi angket ini. Setiap angket mempunyai petunjuk
masing-masing yang dapat saudara baca dan kerjakan sendiri.
Data yang saudara-saudara berikan hanya akan digunakan untuk keperluan
penelitian saja dan kerahasiaan identitas saudara-saudara akan dijaga.
Sebelum dan sesudahnya atas kesediaan saudara meluangkan waktu dan bantuan
saudara-saudara, saya ucapkan terima kasih.
Bandung, Juni 2007
PETUNJUK PENGISIAN DATA PRIBADI
Isilah identitas saudara-saudara pada tempat yang telah disediakan dengan
lengkap dan jelas serta sejujur-jujurnya sesuai dengan data yang dibutuhkan
DATA PRIBADI
Jenis Kelamin :
Usia :
Tempat tinggal : a. Orang tua b. Ayah/Ibu c. Kost d. Lain-lain
Pendidikan :
Anak ke- :
ANGKET
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan mengisi titik-titik yang telah
disediakan atau dengan memberi tanda lingkaran pada jawaban yang paling sesuai
dengan saudara.
1. Hal apakah yang dapat membuat saudara berpikiran untuk menikah ?
a. Tuntutan dari orang tua
b. Teman-teman saudara yang telah banyak yang menikah
c. Usia saudara yang dapat dikatakan telah cukup untuk menikah
2. Diantara pilihan dibawah ini, siapakah orang yang paling banyak memberi dukungan
bagi saudara untuk menikah?
a. Orang tua
b. Saudara
c. Teman
3. Berdasarkan jawaban saudara pada soal no 2, apabila saudara memiliki masalah
dengan pasangan saudara, apa yang (orang tua/saudara/teman) saudara lakukan?
a. (orang tua/saudara/teman) saudara ikut campur dalam menyelesaikan masalah
saudara dengan pasangan saudara
b. (orang tua/saudara/teman) saudara hanya memberikan solusi tanpa campur tangan
c. (orang tua/saudara/teman) saudara hanya mendengarkan cerita saudara
4. Apabila saudara melihat teman saudara mengalami kegagalan dalam pernikahannya,
apakah hal tersebut mempengaruhi keputusan saudara untuk menikah?
a. Ya
b. Ragu-ragu
5. Apabila saudara dihadapkan pada situasi dimana saudara mengalami konflik dengan
pasangan saudara, apa yang akan saudara lakukan?
a. Membicarakan hal tersebut dengan pasangan
b. Membiarkan
c. Memutuskan hubungan dengan pasangan
6. Jika saudara menikah nanti adakah perasaan takut gagal seperti pernikahan orang tua
saudara?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
7. Apa yang membuat saudara dapat memutuskan untuk membina hubungan yang lebih
serius dengan pasangan saudara?.
a. Keluarga sangat menyetujui pilihan saudara
b. Dukungan dari teman-teman saudara, yang juga sudah memiliki hubungan yang
serius
c. Keinginan saudara sendiri
8. Saudara merasa keluarga saudara……….
a. Sangat menaruh harapan pada saudara untuk segera menikah, atau paling tidak
memiliki hubungan yang serius
b. Cukup menaruh harapan pada saudara untuk segera menikah, atau paling tidak
memiliki hubungan yang serius
c. Tidak terlalu berharap pada saudara untuk segera menikah, atau paling tidak
memiliki hubungan yang serius
9. Berdasarkan usia saudara sekarang, bagaimana penghayatan saudara tentang memiliki
pasangan yang serius ?
a. Berdasarkan usia saya saat ini, saya merasa sudah harus memiliki hubungan yang
serius
b. Tergantung apakah untuk saat ini saya memiliki hubungan dekat dengan lawan
c. Menurut saya usia bukan merupakan faktor yang penting dalam membina
hubungan yang serius.
10. Apakah Saudara menuntut diri sendiri untuk menikah?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
11.Apabila saudara dihadapkan pada suatu situasi dimana hubungan saudara dengan
pasangan, tidak direstui oleh keluarga, apa yang akan saudara lakukan?
a. Saudara dan pasangan akan terus berusaha membujuk keluarga saudara
b. Saudara dan pasangan akan mencoba membujuk keluarga saudara, namun tidak
akan memaksakan
c. Saudara dan pasangan akan memutuskan untuk mengakhiri hubungan
12.Dengan melihat lingkungan teman-teman saudara yang telah memiliki hubungan
yang serius dengan pasangannya, apakah yang saudara lakukan?
a. Saudara akan memastikan pada pasangan saudara bahwa hubungan saudara itu
serius
b. Saudara cukup memikirkan untuk memiliki hubungan yang lebih serius dengan
pasangan saudara
c. Saudara tetap menjalani hubungan saudara dengan pasangan tanpa terpengaruh
LAMPIRAN 3
Evaluasi 8
Reliabilitas Alat Ukur
N = 40 N Item Diterima = 33
Reliabilitas = 0,8833
Keterangan :
N : Jumlah Responden
rs : < 0,3 item ditolak
> 0,3 item diterima
rt : 0,00 – 0,19 : Reliabilitas sangat rendah.
0,20 – 0,39 : Reliabilitas rendah.
0,40 – 0,69 : Reliabilitas sedang.
0,70 – 0,89 : Reliabilitas tinggi.
LAMPIRAN 4
Tabel Hasil Crosstabs OMD Bidang Pernikahan dengan Data Penunjang
Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan dengan Tempat Tinggal
Tempat Tinggal
Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan dengan Tahun Perceraian Orang Tua
Tahun Perceraian Orang Tua
1983-1987 1988-1992 1993-1997 1998-2002 2003-2006 Total
Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Hal Yang Mempengaruhi Mahasiswa Untuk Menikah
Hal Yang Mempengaruhi Mahasiswa Untuk
Menikah Total
Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Cara Penyelesaian Konflik Dengan Pasangan
Cara Penyelesaian Konflik Dengan Pasangan Total
Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Keputusan Dalam Membina Hubungan Serius
Keputusan Membina Hubungan Serius Total
dukungan teman keinginan sendiri
Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Yang Dilakukan Saat Hubungan Tidak Direstui Keluarga
Yang Dilakukan Saat Hubungan Tidak Direstui Total
Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Kegagalan Mempengaruhi Keputusan Menikah
Kegagalan Mempengaruhi Keputusan Menikah Total
Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Pengaruh Teman Yang Telah Membina Hubungan Serius
Pengaruh Teman Total
Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Dukungan Yang Diberikan Oleh Orang Sekitar
Dukungan Yang Diberikan Orang Sekitar Total
Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Harapan Keluarga Terhadap Responden Untuk Mnikah
Harapan Keluarga Total
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama
seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini,
individu tetap dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan yang harus dilakukannya.
Tugas-tugas perkembangan ini berhubungan dengan persiapan individu untuk masa
depannya, sehingga secara tidak langsung tugas-tugas tersebut mengacu pada
orientasi masa depan masing-masing individu. Orientasi masa depan yaitu cara
pandang seseorang terhadap masa depannya. Dengan adanya orientasi masa depan,
berarti individu telah melakukan antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang mungkin
timbul di masa depannya. Banyak hal yang menjadi pemikiran individu dewasa
dalam menghadapi masa depannya, salah satunya yaitu mengenai kehidupan
pernikahan (Nurmi, 1989).
Kematangan seksual pada individu mengarahkan mereka untuk mengadakan
hubungan sosial dengan memiliki minat untuk tertarik pada lawan jenisnya, yang
akhirnya mengarah pada kehidupan pernikahan. Pernikahan menurut UU RI no 1
tahun 1974, yaitu merupakan suatu ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai
suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga yang kekal dan bahagia
berdasarkan Tuhan YME. Suatu pernikahan yang akan terjadi, tidak luput dari
2
pengaruh lingkungan di mana individu berada, khususnya yaitu lingkungan keluarga
(Martina Rini S Tasmin, S Psi dalam e-psikologi.com).
Sarlito Wirawan (psikolog) dalam artikelnya mengatakan, keluarga merupakan
unit terkecil dari suatu masyarakat, dimana di dalam unit keluarga inilah seorang anak
lahir tumbuh dan berkembang. Keluarga merupakan lingkungan primer bagi individu
sejak ia lahir sampai datang masa ia meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga
sendiri. Pada hakikatnya seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya
akan membutuhkan bantuan dan uluran tangan dari kedua orang tuanya. Orang tua
lah yang paling bertanggung jawab dalam perkembangan keseluruhan eksistensi
anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang ke arah kepribadian yang
harmonis dan matang. Gambaran anak yang memiliki kepribadian yang harmonis dan
matang lebih banyak dapat tercapai bila pernikahan orang tuanya harmonis. Suasana
keluarga yang utuh dan lengkap akan membantu anak dalam mengadakan modelling
terhadap kedua orang tuanya.
Hubungan antar orang tua tidaklah selalu sempurna. Setiap keluarga tentu tak
luput dari masalah-masalah, mulai dari masalah kecil hingga masalah besar. Oleh
karenanya sering kali keseimbangan akan terganggu dan membahayakan kehidupan
keluarga. Ketegangan-ketegangan antara ayah dan ibu yang terjadi tidak jarang
berakhir dengan perceraian (Sarlito Wirawan dalam Matra, 2004)
Kasus perceraian, akhir-akhir ini memang marak terjadi dan semakin meningkat
setiap tahunnya, walaupun tidak sebesar angka perceraian di Amerika Serikat yang
mencapai (66,6%) atau Inggris (50%), di Indonesia sudah cukup banyak kasus
3
perceraian yang meningkat hingga kira-kira 11% per tahunnya, dan rata-rata 70%
wanita yang menggugat cerai (Kompas, Agustus 2006). Perceraian yang biasanya
didahului dengan perselisihan-perselisihan dan pertengkaran-pertengkaran akan
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Ada anak yang dapat mengerti
mengapa orang tuanya bercerai, bahwa perceraian adalah jalan keluar yang terbaik
bagi sebuah hubungan antara dua orang yang tidak bisa lagi mengatasi masalahnya.
Ada juga anak yang tidak bisa menerima perceraian orang tuanya sehingga
memperlihatkan tingkah laku yang asosial, seperti mencari rasa aman dengan
menggunakan obat-obatan terlarang, melakukan seks bebas (Matra, 2004).
Berdasarkan beberapa penelitian, salah satunya diterbitkan oleh Journal of
Marriage and Family (2001), ditemukan bahwa perceraian orangtua membawa
dampak negatif pada banyak anak. Sering dijumpai, seseorang yang tidak
mendapatkan perasaan tenang dan nyaman di rumah, maka tingkah lakunya
cenderung selalu mencari perhatian orang lain baik di rumah ataupun di luar rumah.
Mereka juga biasanya menjadi kehilangan minat untuk pergi ke luar rumah, menarik
diri dari pergaulan, selalu merasa curiga pada orang-orang di sekelilingnya, bersikap
bermusuhan, memperlihatkan tingkah laku asosial, prestasi belajar menurun drastis
dan dalam beberapa kasus ada yang sampai bunuh diri.
Selain beberapa dampak di atas, dalam beberapa kasus yang terjadi pada anak
yang orangtuanya bercerai, perkembangan heteroseksualnya menjadi terhambat,
karena anak akan mengembangkan perasaan takut, tegang, gelisah, ketika ia terlibat
atau berinteraksi dengan lawan jenis. Hal tersebut dapat mengakibatkan pada saat
4
dewasa, anak menjadi takut untuk menikah. Dia khawatir perkawinannya nanti akan
mengalami nasib yang sama seperti orangtuanya (M.M. Nilam Widyarini, MSi,
dalam Kompas Cyber Media, Maret 2005).
Seperti juga dalam kasus perceraian Dewi Yull dan Ray Sahetapi, membawa
dampak negatif pada putra-putrinya, dan dalam kasus ini Gisca putri sulung pasangan
tersebut pun terkena dampaknya. Gisca mengaku bahwa ia sangat terbebani dengan
perceraian kedua orang tuanya, ditambah dengan kenyataan bahwa kedua orang
tuanya adalah public figure, yang membuat semua orang bisa berkomentar tentang
perceraian kedua orang tuanya itu. Perceraian tersebut membuat Gisca sangat marah
kepada ayahnya, dan tidak percaya lagi kepada ayahnya. Ia merasa bahwa ia sudah
berusaha menyelamatkan pernikahan kedua orang tuanya tetapi tidak berhasil,
sehingga Gisca pun sangat kecewa, merasa diabaikan dan terkadang merasa bukan
bagian penting dari kehidupan orang tuanya (www.tabloidnova.com)
Berbagai dampak perceraian di atas, akan mempengaruhi pula bagaimana
antisipasi individu dewasa yang orang tuanya bercerai, dalam menghadapi
kehidupannya di masa depan khususnya kehidupan pernikahan, misalkan pada
seorang pria dewasa yang orang tuanya bercerai, ia tidak mau kehidupan
pernikahannya kelak seperti orang tua mereka, sehingga dalam membina hubungan ia
berusaha lebih menghargai dan mengerti keinginan pasangannya. Masa depan
terutama kehidupan pernikahan akan berhasil, jika mempunyai orientasi masa depan
yang jelas. Dengan orientasi masa depan yang jelas, individu dapat menciptakan
5
kehidupan yang lebih baik di masa depan, karena mereka telah memikirkan dan
merencanakan dengan matang.
Orientasi masa depan bidang pernikahan terbentuk atas tiga tahap yang berupa
tahapan siklus, yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi (Nurmi, 1991). Motivasi
yang kuat akan mendorong individu untuk menetapkan tujuan pernikahannya kelak.
Agar tujuan terebut dapat tercapai, maka individu harus memiliki minat dan harapan
yang tinggi tentang kehidupan pernikahan di masa depan. Tahap perencanaan
dilakukan individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan
tersebut berupa strategi yang disusun individu untuk mewujudkan tujuan, sehingga
akhirnya individu dapat melakukan evaluasi atau penilaian mengenai langkah yang
paling memungkinkan untuk tercapainya tujuan pernikahan tersebut.
Tiga tahap orientasi masa depan tersebut diatas, saling berhubungan satu dengan
lainnya membentuk suatu siklus, sehingga jika motivasi, perencanaan, atau evaluasi
yang dilakukan individu berkebalikan dengan yang dijelaskan diatas, maka individu
tersebut mempunyai orientasi masa depan pernikahan yang tidak jelas. Jika individu
tidak mempunyai orientasi masa depan yang jelas, maka kemungkinan kehidupannya
di masa depan tidak akan berjalan dengan baik, misalnya seseorang yang orientasi
masa depan pernikahannya tidak jelas, ia belum memikirkan pernikahannya maka
kemungkinan ketika ia dihadapkan pada pernikahan sesungguhnya, kemungkinan
individu tersebut tidak bisa mengantisipasi kejadian itu.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 3 orang dewasa
awal yang orang tuanya bercerai, maka diperoleh fakta bahwa dua orang di antaranya
6
mempunyai orientasi masa depan yang jelas dalam pencapaian cita-cita kehidupan
pernikahannya di masa depan. Dalam pencapaian cita-citanya tersebut, mereka
memiliki motivasi yang mengarahkan mereka dalam menetapkan tujuan yang ingin
dicapai, terutama dalam kehidupan pernikahan mereka kelak. Mereka juga memiliki
perencanaan mengenai langkah-langkah yang akan mereka lakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, seperti meyelesaikan kuliah secepatnya agar dapat
menikah sesuai target, memilih pasangan yang benar-benar cocok dengan dirinya.
Sehingga akhirnya mereka pun membuat penilaian mengenai langkah-langkah yang
paling memungkinkan untuk tercapainya tujuan tersebut.
Namun demikian tidak semua individu dewasa yang orang tuanya bercerai
mempunyai minat atau harapan untuk menikah di masa depan. Dapat dilihat bahwa
mereka yang orientasi masa depan pernikahannya tidak jelas, kurang mempunyai
motivasi untuk menikah di masa depan sehingga perencanaan dan penilaian mereka
mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dimasa depan
pun menjadi tidak jelas. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan yang mengatakan
bahwa ia belum memikirkan untuk menikah, sehingga ia belum memiliki rencana
apabila ia dihadapkan pada pernikahan nanti.
Berdasarkan kenyataan di atas, ternyata individu dewasa awal yang orang tuanya
bercerai memiliki kejelasan orientasi masa depan yang berbeda-beda terhadap suatu
pernikahan. Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti seberapa jelas orientasi
masa depan pernikahan pada individu dewasa awal yang orang tuanya bercerai di
bandung.
7
1.2.Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui “bagaimana gambaran orientasi
masa depan pernikahan pada individu dewasa awal di Bandung yang orang tuanya
bercerai”.
1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud di diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui orientasi masa
depan pernikahan pada individu dewasa awal di Bandung yang orang tuanya bercerai.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran yang
lebih spesifik mengenai seberapa jelas orientasi masa depan pernikahan yang
dikaitkan dengan tahap-tahap motivasi, perencanaan dan evaluasi pada individu
dewasa awal di Bandung yang orang tuanya bercerai.
1.4.Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Ilmiah
Untuk memberikan informasi, terutama dalam bidang Psikologi
Perkembangan dan Psikologi Keluarga mengenai orientasi masa depan
pernikahan pada individu dewasa yang orang tuanya bercerai di Bandung.
8
Memberikan informasi mengenai orientasi masa depan bidang pernikahan
kepada peneliti lain, yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai bidang
pernikahan, khususnya pada individu dewasa yang orang tuanya bercerai.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan individu dewasa yang orang tuanya bercerai
mendapatkan gambaran mengenai derajat kejelasan orientasi masa depan
bidang pernikahan, sehingga dapat menjadi masukan dalam mengambil
keputusan yang tepat untuk masa depannya, khususnya masa depan bidang
pernikahan.
Memberikan informasi mengenai derajat kejelasan orientasi masa depan anak
pada orang tua
.
1.5.Kerangka Pemikiran
Masa dewasa merupakan masa penetapan, masa reproduktif, masa ketegangan
emosional, masa bermasalah, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa
perubahan nilai, masa penyesuaian diri dengan gaya hidup baru dan masa kreatif.
Masa ini, merupakan masa dimana seseorang telah menyesuaikan masa
pertumbuhannya dan siap untuk memiliki statusnya dalam masyarakat bersama-sama
dengan orang dewasa lainnya.
Pada masa dewasa awal, individu tetap dihadapkan pada tugas-tugas
perkembangan yang harus dijalaninya, hal ini tentu bukanlah sesuatu yang mudah
9
dikerjakan, dan jika tidak berhasil memenuhi tugas perkembangan pada satu tahapan
akan menghambat untuk tugas perkembangan pada tahap selanjutnya (Hurlock,
1991). Tugas perkembangan individu pada masa ini yaitu individu sudah mampu
mandiri, memiliki penghasilan atau pekerjaan, dan mulai memasuki dunia
perkawinan. Menurut Ruth Westheimer (1990), perkawinan merupakan dunia yang
hangat dan sejahtera serta kokoh antara dua orang manusia. Fungsi dari perkawinan
itu sendiri adalah untuk membentuk kehidupan bersama antara pria dan wanita
dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan.
Tugas perkembangan tersebut akan dihadapi oleh setiap individu yang memasuki
masa dewasa. Kehidupan pernikahan yang akan dihadapi oleh setiap individu, tidak
lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan tersebut. Salah
satu faktor yang mempengaruhi yaitu kebahagiaan pernikahan orang tua (Greenberg,
dalam Stinett & Walters,1977). Apabila orang tua memiliki pernikahan yang
bahagia maka individu tersebut cenderung bahagia pula dalam pernikahannya dan
memperkecil terjadinya perceraian. Begitu pula sebaliknya jika pernikahan orang tua
tidak bahagia dan akhirnya terjadi perceraian, maka kecenderungan individu untuk
memiliki pernikahan yang tidak bahagia atau bercerai juga semakin besar. Menurut
teori social learning pengalaman tidak menyenangkan/menyenangkan mengakibatkan
perubahan emosi yang akhirnya mengarahkan pada perilaku tertentu. Dalam hal ini,
dengan perceraian orang tua sebagai pengalaman yang tidak meyenangkan
mengakibatkan individu dewasa awal menghindari hal-hal yang mengarahkan pada
perceraian, misalkan ia menjadi tidak mau menikah.
10
Perceraian orang tua memberi dampak buruk bagi anaknya, Heterington
(Gullota, 1978:241), mengatakan bahwa anak yang orang tuanya bercerai mengalami
stress yang luar biasa, mereka memiliki perasaan kesendirian, pengasingan, depresi,
takut untuk berelasi dengan orang lain, terutama lawan jenis. Jika anak terus
mengembangkan tingkah laku seperti tersebut di atas, maka perkembangan relasi
heteroseksualnya pun akan terhambat dan akhirnya pada masa dewasa, tugas
perkembangannya terutama dalam mempersiapkan pernikahan akan terhambat pula.
Menurut Nurmi (1991:12) tugas-tugas perkembangan yang akan dijalani
individu pada masa dewasa berkaitan dengan orientasi masa depan yaitu memilih
pasangan hidup, belajar untuk hidup bersama dengan pasangan, memulai kehidupan
berkeluarga membesarkan anak-anak, mengatur rumah tangga, dan mulai bekerja.
Nurmi (1989), mendefinisikan orientasi masa depan sebagai cara pandang seseorang
terhadap masa depannya yang akan tergambar melalui harapan-harapan, tujuan
standar, perencanaan dan strategi pencapaian tujuan. Pembentukan orientasi masa
depan mencakup tiga tahap yang membentuk suatu tahapan siklus, yaitu motivasi,
perencanaan dan evaluasi. Apabila tahap-tahap orientasi masa depan diterapkan
dalam bidang pernikahan, maka tahapan motivasi berkaitan dengan minat, perhatian
serta penetapan tujuan (goal setting) tentang pernikahan bagi individu dewasa awal
yang orang tuanya bercerai. Untuk menetapkan tujuan yang realistik maka minat
harus dibandingkan dengan pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan masa
depan. Misalnya pada seseorang yang orang tuanya bercerai, dengan mempunyai
pengetahuan tentang suatu pernikahan itu seperti apa terlebih melihat orang tuanya
11
bercerai, ia memiliki minat dan harapan untuk membangun suatu kehidupan
pernikahan yang lebih baik daripada orang tuanya.
Perencanaan berfungsi untuk merealisasikan tujuan, dalam proses ini individu
dewasa awal yang orang tuanya bercerai mempertimbangkan ide-ide atau gagasan
untuk mencapai rencana yang telah ditetapkan. Dalam proses ini individu
mempertimbangkan pengetahuan (knowledge), ragam perencanaan (plans), dan
keterampilan untuk merealisasikan tujuannya (realization). Misalnya dengan minat
seperti dijelaskan di atas, maka individu mulai mempertimbangkan pengetahuannya
tadi, lalu ia mulai merencanakan untuk mencari pasangan yang benar-benar cocok
dengannya, sehingga dalam pelaksanaannya ia menjadi sangat pemilih dalam
menentukan pasangan yang dapat cocok dengannya.
Tahap berikutnya adalah evaluasi. Pada tahap ini individu dewasa awal yang
orang tuanya bercerai mengevaluasi tujuan yang telah ditetapkan dan rencana yang
telah dibuat. Selain evaluasi kognitif, pada proses terakhir ini juga berperan aspek
emosi. Weiner 1985, (dalam Nurmi 1991) mengemukakan model akibat proses
emosi (attribution emotion) sebagai faktor yang berpengaruh dalam pengevaluasian
hasil-hasil tingkah laku. Dalam proses ini, individu memperkirakan faktor-faktor apa
saja yang sekiranya dapat mendukung atau menghambat terwujudnya tujuan dan
apakah ia merasa optimistik atau pesimistik dalam memandang masa depannya
terutama dalam perkawinannya. Misalnya dengan hal-hal yang sudah ia rencanakan
dan ia coba untuk melaksanakannya, individu tersebut optimis dengan ia menjadi
seorang yang pemilih, ia akan menemukan pasangan yang cocok dengannya,
12
sehingga dapat memperbesar kemungkinan bahwa pernikahan yang ia jalani akan
lebih baik dari pernikahan orang tuanya.
Dalam membentuk orientasi masa depan tersebut, tidak lepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Ada banyak hal yang mempengaruhi pembentukan onentasi
masa depan sebelum seorang individu memulai mengambil keputusan mengenai
masa depannya, menyusun rencana dan melaksanakannya. Trommsdorf (1983)
menyebutkan ada empat hal utama yang berkaitan dengan perkembangan orientasi
masa depan yaitu, pengaruh dari tuntutan situasi, kematangan kognitif, pengaruh dari
social learning, dan proses interaksi. Bila faktor tersebut dikaitkan dengan
pembentukan orientasi masa depan pernikahan pada individu dewasa yang orang
tuanya bercerai, maka tuntutan situasi yang ia hadapi saat ini dan yang akan datang
mempengaruhi orientasi masa depannya, misalnya seorang wanita yang berusia 25
tahun sudah diharuskan lingkungan untuk memikirkan pernikahan dibandingkan
dengan pria yang sama-sama berusia 25 tahun, sehingga orientasi masa depan
pernikahannya pun dapat dianggap lebih sederhana daripada wanita yang sudah
memikirkan pernikahan.
Kematangan kognitif individu pun mempengaruhi pembentukan orientasi masa
depan pernikahan. Pada masa dewasa, terjadi peningkatan kognitif (Nurmi, 1991)
yang menyebabkan individu dewasa dapat menyusun strategi ketika menemui
masalah pada saat mencapai tujuan. Faktor selanjutnya yaitu pengaruh social
learning, selain kematangan kognitif yang berasal dari diri individu, terdapat pula
faktor di luar individu seperti pengalaman belajar yang ia alami dalam lingkungan
Universitas Kristen Maranatha 13
keluarga, lingkungan teman sebaya maupun lingkungan masyarakat yang
berpengaruh terhadap pembentukan orientasi masa depannya. Misalkan pada individu
dewasa awal yang orang tuanya bercerai, dengan melihat pernikahan orang tuanya
yang tidak berhasil, membuat ia belajar bahwa pernikahan tidak selalu membawa
kebahagiaan, akhirnya ia belum mau memikirkan pernikahan, sehingga motivasinya
pun belum ada, dan secara tidak langsung perencanaan dan evaluasi pun tidak
terbentuk, maka dapat dikatakan bahwa orientasi masa depan pernikahannya pun
tidak jelas.
Faktor terakhir yang mempengaruhi pembentukan orientasi masa depan yaitu
proses interaksi, dalam proses ini, individu yang diharapkan lingkungan untuk
berhasil dalam kehidupannya dan mendapat bantuan dari orang tuanya serta
dukungan dalam pengambilan keputusan akan membuat individu tersebut lebih
percaya diri dengan kemampuannya, lebih memiliki harapan, lebih optimistik
memandang masa depannya dan memiliki orientasi masa depan yang lebih jelas
(Rosenthal & Jacobson, 1968; Lewin & Wang 1983). Misalnya orang tua
memberikan suatu informasi dan bimbingan yang mengarahkan pada individu, agar
memandang bahwa kelak pernikahan individu tersebut akan berbeda dari pernikahan
orang tuanya yang bercerai.
Universitas Kristen Maranatha 14
Individu Dewasa Awal
Faktor yang mempengaruhi OMD :
− Pengaruh Tuntutan Situasi
− Kematangan Kognitif
− Pengaruh Social
Learning − Proses Interaksi
Orientasi Masa Depan Pernikahan Individu
Dewasa Awal Yang Orang Tuanya
Bercerai
Faktor yang mempengaruhi OMD :
− Pengaruh Tuntutan Situasi
− Kematangan Kognitif
− Pengaruh Social
Learning − Proses Interaksi
Orientasi Masa Depan Pernikahan Tugas-tugas Perkembangan Masa
Dewasa Awal :
− Mendapat Pekerjaan
− Memilih Teman Hidup
− Belajar Hidup Bersama dengan Suami atau Istri
− Membentuk suatu Keluarga
− Membesarkan Anak-anak
− Mengelola sebuah Rumah Tangga
− Menerima tanggung Jawab sebagai Seorang Warga Negara
15
1.6.Asumsi Penelitian
Berdasarkan pemikiran di atas, dapat ditarik asumsi sebagai berikut :
Mengantisipasi masa depan dalam bidang pernikahan adalah salah satu tugas
perkembangan individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa.
Individu dewasa awal yang orang tuanya bercerai, memiliki orientasi masa
depan dengan taraf kejelasan yang berbeda-beda.
Orientasi masa depan bidang pernikahan terbentuk melalui tiga aspek, yaitu
motivasi, perencanaan dan evaluasi.
Bab V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengumpulan data terhadap 40
responden, yaitu mahasiswa yang orang tuanya bercerai di Universitas “X” Bandung,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Mahasiswa yang orang tuanya bercerai lebih banyak yang memiliki orientasi
masa depan bidang pernikahan yang jelas (57,5%) dibandingkan dengan
orientasi masa depan bidang pernikahan yang tidak jelas (42,5%).
2. Pada mahasiswa dengan orientasi masa depan yang jelas, pada tahap motivasi
mayoritas kuat, tetapi ada mahasiswa dengan orientasi masa depan yang jelas,
memiliki perencanaan yang tidak terarah dan evaluasi yang tidak akurat.
3. Begitupun pada mahasiswa dengan orientasi masa depan yang tidak jelas,
ternyata tidak semua tahap didalamnya, yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi
semuanya tidak jelas. Ada mahasiswa dengan orientasi masa depan yang tidak
jelas, memiliki motivasi yang kuat dan perencanaan yang terarah.
4. Faktor-faktor seperti usia, tuntutan situasi, proses interaksi, dan pengaruh social
learning mempengaruhi pembentukan orientasi masa depan pernikahan
mahasiswa yang orang tuanya bercerai.
82
5. Terdapat perbedaan orientasi masa depan pernikahan berdasarkan gender, pada
mahasiswa perempuan dan laki-laki. Ternyata laki-laki lebih banyak memiliki
orientasi masa depan yang jelas, dibandingkan perempuan.
5.2. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tentang
orientasi masa depan bidang pernikahan pada mahasiswa yang orang tuanya bercerai,
serta dengan menyadari banyaknya kekurangan dalam penelitian ini, maka penelti
memandang perlu mengajukan saran sebagai berikut :
1. Saran Teoretis
• Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan suatu penelitian dengan sampel
lain sehingga dapat terlihat bagaimana gambaran orientasi masa depan bidang
pernikahannya, misalkan pada perempuan dan laki-laki.
• Melakukan penelitian dengan menghubungkan orientasi masa depan bidang
pernikahan dengan variable lain yang berhubungan, agar hasil penelitiannya
dapat lebih kaya dan luas lagi, misalkan dihubungkan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi orientasi masa depan.
83
2. Saran Praktis
• Disarankan bagi mahasiswa yang memiliki orientasi masa depan yang tidak
jelas, hendaknya agar lebih yakin pada diri sendiri dan tidak terlalu terpatok
pada kegagalan perceraian orang tua, agar lebih mudah dalam menghadapi
masa depan khususnya bidang pernikahan.
• Disarankan bagi orang tua dari mahasiswa tersebut, agar lebih memberi
perhatian dan dukungan yang diperlukan anak, agar anak tidak merasa takut
dalam menghadapi masa depan pernikahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dominian J. 1968. Marital Break Down. Hazeliwatson & Vinety, Ltd.
Duvall, E. M. & Brent C. Miller. 1985. Marriage and Family Development, 6th edition. New York:
Harper and Row Publisher.
Gullo, W. 2004 .Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo.
Hurlock, B. Elizabeth. 1991. Terjemahan Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian, cetakan 3. Jakarta : Ghalia Indonesia
Nurmi, Jari-Erik. 1989. Adolescents Orientation To The Future: Development Of Interests and Plans, and Related Attributions and Affects, in The Life-Span Contex. Societas
Scientiarum Fennica.
________1989. How do adolescent See Their Future A Review Of The Development of Future
Orientation and Planning. Research Reports no. 11. Helsinki, University of Helsinki:
Dept of Psychology.
_______1991. The Development Of Future Orientation In A Life Span Context. Research
Reports no. 13 , Helsinki: Dept. Of Psychology.
Siegel, Sidney. 1990. Terjemahan oleh Hagul, Peter. Statistik Non-Parametrik untuk ilmu-ilmu
sosial. Jakarta: PT. Gramedia
Spannier, G.B., & Thomson, L. 1984 .Varting : The After Math of Separation and Divorce.
Sage Publication.
Stinett, N & Walters. 1977. Relationship in Marriage and Family. New York: Macmillan
Publishing Co. Inc.
Sudjana. 1992. Metoda Statistika, edisi 5. Bandung : Tarsito.
Trommsdorf, Gisela. 1983. Future Orientation and Socialization.
Trommsdorf, Gisela. 1983. Future Times Orientation and Its Relevance For Development As Action.
Westheimer, Ruth. 1990. Seks Dalam Perkawinan, Jakarta: Penerbit Erlangga.
DAFTAR RUJUKAN
Apriliana, Mona. 2001. Hubungan antara Konsep Diri dengan Orientasi Masa Depan Bidang Perkawinan Pada Homoseksual. Skripsi. Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha.
Dawayanty, Shinta. 2001. Hubungan antara Self Esteem dan Orientasi Masa Depan Bidang Perkawinan pada Wanita Karir Berusia 30-40 tahun yang Belum Menikah Perusahaan “X” Bandung. Skripsi. Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi Univesitas Kristen
Maranatha.
Fransello, Friesky, 2006. Studi Kasus Mengenai Konsep Diri Pada Wanita Dewasa Muda Yang Orang Tuanya Bercerai. Makalah Metodologi Penelitian II. Bandung : Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha.
Jurnal Ilmiah Psikologi. Arkhe. Th. 6/No. 2/2001.
StatPac Inc. 1997-2007. Non Probability Sampling
Yandnyawati, Ni Wayan. 2000. Hubungan antara Sikap Terhadap Perceraian dan Komitmen Terhadap Pernikahan. Skripsi. Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi
Universitas Padjajaran.