• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Individu Dewasa Awal yang Orang Tuanya Bercerai (Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Mahasiswa Universitas "X" Bandung yang Orang Tuanya Bercerai).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Individu Dewasa Awal yang Orang Tuanya Bercerai (Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Mahasiswa Universitas "X" Bandung yang Orang Tuanya Bercerai)."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran orientasi masa depan bidang pernikahan pada mahasiswa yang orang tuanya bercerai di Universitas “X” Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survey.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur orientasi masa depan bidang pernikahan adalah kuesioner orientasi masa depan yang merupakan hasil modifikasi yang dilakukan oleh Victoriana E (2000), yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Adapun sampel penelitian ini adalah mahasiswa yang orang tuanya bercerai di Universitas “X” Bandung yang memenuhi karakteristik sampel yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode convenience sampling dengan sampel 40 orang. Teknik analisa untuk menganalisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan SPSS 11.5 for Ms. Windows.

Berdasarkan hasil pengolahan data statistik terdapat sebanyak 57,5% mahasiswa yang orang tuanya bercerai memiliki orientasi masa depan yang jelas dan terdapat 42,5% mahasiswa yang orang tuanya bercerai memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas. Aspek-aspek orientasi masa depan bidang pernikahan yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi tidak seluruhnya jelas pada mahasiswa yang memiliki orientasi masa depan yang jelas, dan tidak seluruhnya tdak jelas pada mamhasiswa yang memiliki rientasi masa depan yang tidak jelas.

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebagian besar mahasiswa yang orang tuanya bercerai memiliki orientasi masa depan yang jelas. Berdasarkan kesimpulan dapat diajukan beberapa saran bagi penelitian lanjutan, mahasiswa yang memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas, serta bagi orang tua dari mahasiswa tersebut.

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR BAGAN ...ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah... 1

1. 2. Identifikasi Masalah ... 9

1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 9

1. 4. Kegunaan Penelitian ... 10

1. 5. Kerangka Pikir ... 11

1. 6. Asumsi Penelitian ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 19

2. 1. Orientasi Masa Depan ... 19

2. 1. 1. Pengertian OMD ... 19

2. 1. 2. Pembentukan OMD... 20

2. 1. 3. OMD Sebagai Suatu Sistem... 26

(3)

2. 1. 4. Faktor Yang Mempengaruhi OMD... 27

2. 1. 5. Kehidupan Sosial Dan OMD ... 31

2. 1. 6. OMD Pada Masa Dewasa ... 33

2. 2. Masa Dewasa Awal... 36

2. 2. 1. Pengertia Masa Dewasa ... 36

2. 2. 2. Ciri-ciri Masa Dewasa Awal... 37

2. 2. 3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal ... 40

2. 3. Pernikahan... 41

2. 3. 1. Definisi Pernikahan... 41

2. 3. 2. Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan ... 42

2. 3. 3. Karakteristik Individu Yang Mempengaruhi Terjadinya Kesulitan Dalam Pernikahan ... 46

2. 4. Perceraian... 47

2. 4. 1. Gambaran Umum Mengenai Perceraian ... 47

2. 4. 2. Pengertian Perceraian... 49

2. 4. 3. Penyebab Perceraian ... 50

2. 4. 4. Dampak Perceraian ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Rancangan Penelitian ... 56

3. 2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 57

3. 2. 1. Variabel Penelitian ... 57

3. 2. 2 Definisi Operasional ... 57

(4)

3. 3. Alat Ukur... 58

3. 3. 1. Kuesioner ... 58

3. 3. 2. Data Penunjang ... 60

3. 4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 60

3. 4. 1. Validitas ... 60

3. 4. 2. Reliabilitas ... 62

3. 5. Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 63

3. 5. 1. Populasi Sasaran ... 63

3. 5. 2. Karakteristik Populasi ... 63

3. 5. 3. Teknik Penarikan Sampel ... 63

3. 6. Teknik Analisis ... 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Gambaran Responden ... 65

4. 1. 1. Jenis Kelamin ... 65

4. 1. 2. Usia ... 66

4. 1. 3. Tempat Tinggal ... 66

4. 1. 4. Tahun Perceraian Orang Tua ... 67

4. 2. Hasil Pengolahan Data ... 68

4. 2. 1. OMD Bidang Pernikahan Secara Keseluruhan ... 68

4. 2. 2. OMD Bidang Pernikahan Berdasarkan Aspek ... 69

(5)

4. 3. Hasil Crosstabs Antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Data

Penunjang ... 71

4. 3. 3. Hasil Crosstabs Antara OMD Dengan Jenis Kelamin... 71

4. 3. 2. Hasil Crosstabs Antara OMD Dengan Usia ... 72

4. 3. 3. Hasil Crosstabs Antara OMD Dengan Tuntutan Situasi ... 73

4. 3. 4. Hasil Crosstabs Antara OMD Dengan Sosial Learning ... 74

4. 3. 5. Hasil Crosstabs Antara OMD Dengan Proses Interaksi ... 75

4. 4. Pembahasan... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1. Kesimpulan ... 82

5. 2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. 1. Bagan Kerangka Pikir ... 17

Bagan 3. 1. Bagan Rancangan Penelitian... 56

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1. Tabel Jenis Kelamin ... 63

Tabel 4. 2. Tabel Usia ... 64

Tabel 4. 3. Tabel Tempat Tinggal ... 64

Tabel 4. 4. Tabel Tahun Perceraian Orang Tua ... 65

Tabel 4. 5. Tabel OMD Bidang Pernikahan Secara Keseluruhan ... 66

Tabel 4. 6. Tabel OMD Dengan Aspek Motivasi ... 67

Tabel 4. 7. Tabel OMD Dengan Aspek Perencanaan ... 67

Tabel 4. 8. Tabel OMD Dengan Aspek Evaluasi ... 68

Tabel 4. 9. Tabel Crosstabs OMD Dengan Jenis Kelamin... 69

Tabel 4. 10. Tabel Crosstabs OMD Dengan Usia... 70

Tabel 4. 11. Tabel Crosstabs OMD Dengan Penghayatan Tentang Pasangan Yang Serius ... 71

Tabel 4. 12. Tabel Crosstabs OMD Dengan Menuntut Diri Untuk Menikah ... 72

Tabel 4. 13. Tabel Crosstabs OMD Dengan Perasaan Takut Gagal Menikah ... 72

Tabel 4. 14. Tabel Crosstabs Jenis Kelamin Dengan Perasaan Takut Gagal Menikah ... 73

Tabel 4. 15. Tabel Crosstabs OMD Dengan Yang Paling Banyak Memberi Dukungan ... 74

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Alat Ukur Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan

LAMPIRAN 2 Data Penunjang

LAMPIRAN 3 Tabel Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur

LAMPIRAN 4 Tabel Crosstabs OMD Dengan Data Penunjang

LAMPIRAN 5 Tabel Data Mentah

(9)

LAMPIRAN 1

KUESIONER ORIENTASI MASA DEPAN

DALAM BIDANG PERNIKAHAN

Kuesioner ini terdiri dari sekelompok pertanyaan yang berhubungan dengan

pendapat dan pemikiran Saudara mengenai pernikahan di masa mendatang. Saudara

diminta untuk menjawab setiap pernyataan yang ada sesuai dengan keadaan diri saudara.

Jawaban yang benar ialah jawaban yang menggambarkan diri saudara. Oleh karena itu

kami harap agar saudara memberikan jawaban yang sesuai dengan keadaan dan

keyakinan pribadi.

Agar penelitian ini berhasil, keterbukaan dan kejujuran Saudara dalam menjawab

setiap pernyataan sangatlah penting. Keterangan yang saudara berikan bersifat rahasia

dan hanya akan digunakan oleh peneliti untuk keperluan penelitian.

Jawablah pernyataan-pernyataan berikut ini pada lembar jawaban secara

berurutan dan jangan terlewat satu nomor pun. Pada setiap pernyataan, Saudara dapat

memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan Saudara.

(10)

1. Jika Saudara memikirkan pernikahan di masa mendatang, pernyataan mana dibawah

ini yang menggambarkan situasi Saudara?

a. Saya belum memikirkan hal-hal yang menyangkut pernikahan di masa

mendatang.

b. Kadang-kadang saya melihat ada beberapa kemungkinan pada pernikahan di masa

mendatang.

c. Saya benar-benar serius mempertimbangkan berbagai kemungkinan mengenai

pernikahan di masa mendatang.

d. Saya sedang mempertimbangkan satu kemungkinan yang serius tentang

pernikahan di masa mendatang.

e. Setelah melihat berbagai kemungkinan tentang pernikahan di masa mendatang,

saya memusatkan diri pada satu kemungkinan yang serius.

2. Apakah Saudara memikirkan kapan cita-cita mengenai pernikahan Saudara akan

tercapai?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari

3. Apakah Saudara akan berusaha keras agar pernikahan Saudara dapat tercapai sesuai

dengan keinginan Saudara?

1 2 3 4 5

tidak mungkin tidak mungkin ya,

mungkin tidak

mungkin ya pasti

4. Sebenarnya, apakah Saudara telah mencari keterangan atau informasi mengenai

pernikahan?

1 2 3 4 5

(11)

5. Seberapa sering Saudara memikirkan pernikahan dan merencanakan pernikahan di

masa mendatang?

1 2 3 4 5

tidak tahu agak tahu cukup tahu tahu tahu pasti

6. Apakah Saudara telah berusaha dengan keras agar cita-cita pernikahan Saudara dapat

tercapai?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari

7. Apakah Saudara yakin bahwa rencana pernikahan Saudara dapat terwujud?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu

8. Pada saat Saudara memikirkan pernikahan di masa mendatang, apakah Saudara

merasa penuh harapan?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu

9. Dalam memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan pernikahan di masa mendatang,

pernyatan berikut manakah yang paling sesuai dengan Saudara?

a. Ada begitu banyak kemungkinan yang berlainan sehingga saya sukar memilih

salah satu

b. Ada banyak kemungkinan dan semua mungkin untuk dipilih

c. Ada beberapa kemungkinan yang mungkin diambil

d. Ada dua kemungkinan dan saya akan memilih salah satu

(12)

10.Apakah Saudara mengetahui kappa cita-cita pernikahan Saudara akan tercapai?

1 2 3 4 5

tidak tahu agak tahu cukup tahu tahu tahu pasti

11.Menurut Saudara, berapa banyak informasi yang Saudara miliki tentang suatu

pernikahan yang bahagia?

1 2 3 4 5

tidak ada

sama sekali

tidak banyak cukup banyak banyak sekali

12.Apakah Saudara memikirkan cara untuk dapat mencapai cita-cita pernikahan

Saudara?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari

13.Apakah Saudara telah memfokuskan diri pada suatu hal tertentu yang berkaitan

dengan pencapaian cita-cita pernikahan Saudara?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari

14.Apakah Saudara yakin akan mencapai suatu pernikahan yang bahagia sesuai dengan

keinginan Saudara?

1 2 3 4 5

(13)

15.Apakah Saudara dapat menyebutkan berapa kira-kira usia Saudara ketika Saudara

memutuskan akan melakukan pernikahan?

1 2 3 4 5

tidak dapat kurang dapat ragu-ragu dapat pasti

16.Seberapa penting peran pernikahan bagi Saudara?

1 2 3 4 5

tidak penting kurang

penting

agak penting cukup penting sangat penting

17.Apakah Saudara telah mencari informasi tentang kiat-kiat agar pernikahan Saudara

dapat berlangsung bahagia?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari

18.Apakah Saudara memikirkan alternative lain apabila pilihan rencana pernikahan yang

utama tidak tercapai?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari

19.Apakah Saudara telah berdiskusi dengan orang tua atau teman Saudara mengenai

pernikahan yang akan Saudara hadapi?

1 2 3 4 5

(14)

20.Apakah muncul suasana hati yang tidak menyenangkan ketika Saudara memikirkan

kehidupan pernikahan di masa mendatang?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu

21.Apakah Saudara memperkirakan kapan Saudara akan memasuki kehidupan

pernikahan?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari

22.Berapa banyak informasi yang Saudara miliki mengenai kiat-kiat agar pernikahan

Saudara dapat berlangsung bahagia?

1 2 3 4 5

tidak ada

sama sekali

tidak banyak cukup banyak banyak sekali

23.Apakah Saudara dapat mempunyai kehidupan pernikahan yang bahagia?

1 2 3 4 5

pasti tidak

dapat

yakin tidak

dapat

mungkin dapat,

mungkin tidak

yakin dapat pasti dapat

24.Apakah Saudara merasa putus asa ketika memikirkan pernikahan Saudara?

1 2 3 4 5

(15)

25.Apakah Saudara telah mencari informasi mengenai seluk beluk kehidupan

pernikahan?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering setiap hari

26.Apakah Saudara dapat menjalani kehidupan pernikahan sesuai dengan keinginan

Saudara?

yakin dapat pasti dapat

27.Apakah muncul perasaan antusiasme ketika Saudara memikirkan pernikahan di masa

depan?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu

28.Berapa banyak informasi yang Saudara miliki mengenai seluk beluk kehidupan

pernikahan?

1 2 3 4 5

tidak ada

sama sekali

tidak banyak cukup banyak banyak sekali

29.Apakah Saudara telah mencari informasi mengenai cara-cara dalam menjalani

kehidupan pernikahan yang bahagia?

1 2 3 4 5

(16)

30.Apakah muncul perasaan penuh pengharapan ketika Saudara memikirkan

kemungkinan tercapainya pernikahan yang bahagia?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu

31.Berapa banyak informasi yang Saudara milii mengenai cara-cara dalam menjalani

kehidupan pernikahan yang bahagia?

1 2 3 4 5

tidak ada

sama sekali

tidak banyak cukup banyak banyak sekali

32.Apabila cita-cita pernikahan Saudara tidak tercapai, apakah Saudara berfikir bahwa

hal tersebut disebabkan oleh kondisi atau keadaan yang tidak mendukung Saudara?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu

33.Apabila cita-cita pernikahan Saudara tidak tercapai, apakah Saudara berfikir bahwa

hal tersebut disbabkan oleh kemampuan pribadi Saudara?

1 2 3 4 5

tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu

34.Apakah Saudara telah mencari informasi mengenai factor-faktor yang berpengarug,

pengetahuan yang harus dimilki agar dapat melangsungkan penikahan sesai dengan

yang Saudara inginkan?

1 2 3 4 5

(17)

35.Berapa banyak informasi yang Saudara miliki mengenai factor-faktor yang

berpengaruh atau pengetahuan yang harus dimiliki agar dapat melangsungkan

pernikahan sesuai dengan yang Saudara inginkan?

1 2 3 4 5

tidak ada

sama sekali

(18)

LAMPIRAN 2

PENGANTAR

Saya adalah mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang

sedang menyusun skripsi, dimana akan melaksanakan pengambilan dan pengumpulan

data. Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon bantuan saudara-saudara dapat

meluangkan waktu untuk mengisi angket ini. Setiap angket mempunyai petunjuk

masing-masing yang dapat saudara baca dan kerjakan sendiri.

Data yang saudara-saudara berikan hanya akan digunakan untuk keperluan

penelitian saja dan kerahasiaan identitas saudara-saudara akan dijaga.

Sebelum dan sesudahnya atas kesediaan saudara meluangkan waktu dan bantuan

saudara-saudara, saya ucapkan terima kasih.

Bandung, Juni 2007

(19)

PETUNJUK PENGISIAN DATA PRIBADI

Isilah identitas saudara-saudara pada tempat yang telah disediakan dengan

lengkap dan jelas serta sejujur-jujurnya sesuai dengan data yang dibutuhkan

DATA PRIBADI

Jenis Kelamin :

Usia :

Tempat tinggal : a. Orang tua b. Ayah/Ibu c. Kost d. Lain-lain

Pendidikan :

Anak ke- :

(20)

ANGKET

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan mengisi titik-titik yang telah

disediakan atau dengan memberi tanda lingkaran pada jawaban yang paling sesuai

dengan saudara.

1. Hal apakah yang dapat membuat saudara berpikiran untuk menikah ?

a. Tuntutan dari orang tua

b. Teman-teman saudara yang telah banyak yang menikah

c. Usia saudara yang dapat dikatakan telah cukup untuk menikah

2. Diantara pilihan dibawah ini, siapakah orang yang paling banyak memberi dukungan

bagi saudara untuk menikah?

a. Orang tua

b. Saudara

c. Teman

3. Berdasarkan jawaban saudara pada soal no 2, apabila saudara memiliki masalah

dengan pasangan saudara, apa yang (orang tua/saudara/teman) saudara lakukan?

a. (orang tua/saudara/teman) saudara ikut campur dalam menyelesaikan masalah

saudara dengan pasangan saudara

b. (orang tua/saudara/teman) saudara hanya memberikan solusi tanpa campur tangan

c. (orang tua/saudara/teman) saudara hanya mendengarkan cerita saudara

4. Apabila saudara melihat teman saudara mengalami kegagalan dalam pernikahannya,

apakah hal tersebut mempengaruhi keputusan saudara untuk menikah?

a. Ya

b. Ragu-ragu

(21)

5. Apabila saudara dihadapkan pada situasi dimana saudara mengalami konflik dengan

pasangan saudara, apa yang akan saudara lakukan?

a. Membicarakan hal tersebut dengan pasangan

b. Membiarkan

c. Memutuskan hubungan dengan pasangan

6. Jika saudara menikah nanti adakah perasaan takut gagal seperti pernikahan orang tua

saudara?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

7. Apa yang membuat saudara dapat memutuskan untuk membina hubungan yang lebih

serius dengan pasangan saudara?.

a. Keluarga sangat menyetujui pilihan saudara

b. Dukungan dari teman-teman saudara, yang juga sudah memiliki hubungan yang

serius

c. Keinginan saudara sendiri

8. Saudara merasa keluarga saudara……….

a. Sangat menaruh harapan pada saudara untuk segera menikah, atau paling tidak

memiliki hubungan yang serius

b. Cukup menaruh harapan pada saudara untuk segera menikah, atau paling tidak

memiliki hubungan yang serius

c. Tidak terlalu berharap pada saudara untuk segera menikah, atau paling tidak

memiliki hubungan yang serius

9. Berdasarkan usia saudara sekarang, bagaimana penghayatan saudara tentang memiliki

pasangan yang serius ?

a. Berdasarkan usia saya saat ini, saya merasa sudah harus memiliki hubungan yang

serius

b. Tergantung apakah untuk saat ini saya memiliki hubungan dekat dengan lawan

(22)

c. Menurut saya usia bukan merupakan faktor yang penting dalam membina

hubungan yang serius.

10. Apakah Saudara menuntut diri sendiri untuk menikah?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

11.Apabila saudara dihadapkan pada suatu situasi dimana hubungan saudara dengan

pasangan, tidak direstui oleh keluarga, apa yang akan saudara lakukan?

a. Saudara dan pasangan akan terus berusaha membujuk keluarga saudara

b. Saudara dan pasangan akan mencoba membujuk keluarga saudara, namun tidak

akan memaksakan

c. Saudara dan pasangan akan memutuskan untuk mengakhiri hubungan

12.Dengan melihat lingkungan teman-teman saudara yang telah memiliki hubungan

yang serius dengan pasangannya, apakah yang saudara lakukan?

a. Saudara akan memastikan pada pasangan saudara bahwa hubungan saudara itu

serius

b. Saudara cukup memikirkan untuk memiliki hubungan yang lebih serius dengan

pasangan saudara

c. Saudara tetap menjalani hubungan saudara dengan pasangan tanpa terpengaruh

(23)
(24)

LAMPIRAN 3

(25)

Evaluasi 8

Reliabilitas Alat Ukur

N = 40 N Item Diterima = 33

Reliabilitas = 0,8833

Keterangan :

N : Jumlah Responden

rs : < 0,3 item ditolak

> 0,3 item diterima

rt : 0,00 – 0,19 : Reliabilitas sangat rendah.

0,20 – 0,39 : Reliabilitas rendah.

0,40 – 0,69 : Reliabilitas sedang.

0,70 – 0,89 : Reliabilitas tinggi.

(26)

LAMPIRAN 4

Tabel Hasil Crosstabs OMD Bidang Pernikahan dengan Data Penunjang

Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan dengan Tempat Tinggal

Tempat Tinggal

Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan dengan Tahun Perceraian Orang Tua

Tahun Perceraian Orang Tua

1983-1987 1988-1992 1993-1997 1998-2002 2003-2006 Total

(27)

Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Hal Yang Mempengaruhi Mahasiswa Untuk Menikah

Hal Yang Mempengaruhi Mahasiswa Untuk

Menikah Total

Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Cara Penyelesaian Konflik Dengan Pasangan

Cara Penyelesaian Konflik Dengan Pasangan Total

Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Keputusan Dalam Membina Hubungan Serius

Keputusan Membina Hubungan Serius Total

dukungan teman keinginan sendiri

(28)

Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Yang Dilakukan Saat Hubungan Tidak Direstui Keluarga

Yang Dilakukan Saat Hubungan Tidak Direstui Total

Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Kegagalan Mempengaruhi Keputusan Menikah

Kegagalan Mempengaruhi Keputusan Menikah Total

Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Pengaruh Teman Yang Telah Membina Hubungan Serius

Pengaruh Teman Total

(29)

Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Dukungan Yang Diberikan Oleh Orang Sekitar

Dukungan Yang Diberikan Orang Sekitar Total

Hasil Crosstabs antara OMD Bidang Pernikahan Dengan Harapan Keluarga Terhadap Responden Untuk Mnikah

Harapan Keluarga Total

(30)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini,

individu tetap dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan yang harus dilakukannya.

Tugas-tugas perkembangan ini berhubungan dengan persiapan individu untuk masa

depannya, sehingga secara tidak langsung tugas-tugas tersebut mengacu pada

orientasi masa depan masing-masing individu. Orientasi masa depan yaitu cara

pandang seseorang terhadap masa depannya. Dengan adanya orientasi masa depan,

berarti individu telah melakukan antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang mungkin

timbul di masa depannya. Banyak hal yang menjadi pemikiran individu dewasa

dalam menghadapi masa depannya, salah satunya yaitu mengenai kehidupan

pernikahan (Nurmi, 1989).

Kematangan seksual pada individu mengarahkan mereka untuk mengadakan

hubungan sosial dengan memiliki minat untuk tertarik pada lawan jenisnya, yang

akhirnya mengarah pada kehidupan pernikahan. Pernikahan menurut UU RI no 1

tahun 1974, yaitu merupakan suatu ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai

suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga yang kekal dan bahagia

berdasarkan Tuhan YME. Suatu pernikahan yang akan terjadi, tidak luput dari

(31)

2

pengaruh lingkungan di mana individu berada, khususnya yaitu lingkungan keluarga

(Martina Rini S Tasmin, S Psi dalam e-psikologi.com).

Sarlito Wirawan (psikolog) dalam artikelnya mengatakan, keluarga merupakan

unit terkecil dari suatu masyarakat, dimana di dalam unit keluarga inilah seorang anak

lahir tumbuh dan berkembang. Keluarga merupakan lingkungan primer bagi individu

sejak ia lahir sampai datang masa ia meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga

sendiri. Pada hakikatnya seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya

akan membutuhkan bantuan dan uluran tangan dari kedua orang tuanya. Orang tua

lah yang paling bertanggung jawab dalam perkembangan keseluruhan eksistensi

anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang ke arah kepribadian yang

harmonis dan matang. Gambaran anak yang memiliki kepribadian yang harmonis dan

matang lebih banyak dapat tercapai bila pernikahan orang tuanya harmonis. Suasana

keluarga yang utuh dan lengkap akan membantu anak dalam mengadakan modelling

terhadap kedua orang tuanya.

Hubungan antar orang tua tidaklah selalu sempurna. Setiap keluarga tentu tak

luput dari masalah-masalah, mulai dari masalah kecil hingga masalah besar. Oleh

karenanya sering kali keseimbangan akan terganggu dan membahayakan kehidupan

keluarga. Ketegangan-ketegangan antara ayah dan ibu yang terjadi tidak jarang

berakhir dengan perceraian (Sarlito Wirawan dalam Matra, 2004)

Kasus perceraian, akhir-akhir ini memang marak terjadi dan semakin meningkat

setiap tahunnya, walaupun tidak sebesar angka perceraian di Amerika Serikat yang

mencapai (66,6%) atau Inggris (50%), di Indonesia sudah cukup banyak kasus

(32)

3

perceraian yang meningkat hingga kira-kira 11% per tahunnya, dan rata-rata 70%

wanita yang menggugat cerai (Kompas, Agustus 2006). Perceraian yang biasanya

didahului dengan perselisihan-perselisihan dan pertengkaran-pertengkaran akan

mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Ada anak yang dapat mengerti

mengapa orang tuanya bercerai, bahwa perceraian adalah jalan keluar yang terbaik

bagi sebuah hubungan antara dua orang yang tidak bisa lagi mengatasi masalahnya.

Ada juga anak yang tidak bisa menerima perceraian orang tuanya sehingga

memperlihatkan tingkah laku yang asosial, seperti mencari rasa aman dengan

menggunakan obat-obatan terlarang, melakukan seks bebas (Matra, 2004).

Berdasarkan beberapa penelitian, salah satunya diterbitkan oleh Journal of

Marriage and Family (2001), ditemukan bahwa perceraian orangtua membawa

dampak negatif pada banyak anak. Sering dijumpai, seseorang yang tidak

mendapatkan perasaan tenang dan nyaman di rumah, maka tingkah lakunya

cenderung selalu mencari perhatian orang lain baik di rumah ataupun di luar rumah.

Mereka juga biasanya menjadi kehilangan minat untuk pergi ke luar rumah, menarik

diri dari pergaulan, selalu merasa curiga pada orang-orang di sekelilingnya, bersikap

bermusuhan, memperlihatkan tingkah laku asosial, prestasi belajar menurun drastis

dan dalam beberapa kasus ada yang sampai bunuh diri.

Selain beberapa dampak di atas, dalam beberapa kasus yang terjadi pada anak

yang orangtuanya bercerai, perkembangan heteroseksualnya menjadi terhambat,

karena anak akan mengembangkan perasaan takut, tegang, gelisah, ketika ia terlibat

atau berinteraksi dengan lawan jenis. Hal tersebut dapat mengakibatkan pada saat

(33)

4

dewasa, anak menjadi takut untuk menikah. Dia khawatir perkawinannya nanti akan

mengalami nasib yang sama seperti orangtuanya (M.M. Nilam Widyarini, MSi,

dalam Kompas Cyber Media, Maret 2005).

Seperti juga dalam kasus perceraian Dewi Yull dan Ray Sahetapi, membawa

dampak negatif pada putra-putrinya, dan dalam kasus ini Gisca putri sulung pasangan

tersebut pun terkena dampaknya. Gisca mengaku bahwa ia sangat terbebani dengan

perceraian kedua orang tuanya, ditambah dengan kenyataan bahwa kedua orang

tuanya adalah public figure, yang membuat semua orang bisa berkomentar tentang

perceraian kedua orang tuanya itu. Perceraian tersebut membuat Gisca sangat marah

kepada ayahnya, dan tidak percaya lagi kepada ayahnya. Ia merasa bahwa ia sudah

berusaha menyelamatkan pernikahan kedua orang tuanya tetapi tidak berhasil,

sehingga Gisca pun sangat kecewa, merasa diabaikan dan terkadang merasa bukan

bagian penting dari kehidupan orang tuanya (www.tabloidnova.com)

Berbagai dampak perceraian di atas, akan mempengaruhi pula bagaimana

antisipasi individu dewasa yang orang tuanya bercerai, dalam menghadapi

kehidupannya di masa depan khususnya kehidupan pernikahan, misalkan pada

seorang pria dewasa yang orang tuanya bercerai, ia tidak mau kehidupan

pernikahannya kelak seperti orang tua mereka, sehingga dalam membina hubungan ia

berusaha lebih menghargai dan mengerti keinginan pasangannya. Masa depan

terutama kehidupan pernikahan akan berhasil, jika mempunyai orientasi masa depan

yang jelas. Dengan orientasi masa depan yang jelas, individu dapat menciptakan

(34)

5

kehidupan yang lebih baik di masa depan, karena mereka telah memikirkan dan

merencanakan dengan matang.

Orientasi masa depan bidang pernikahan terbentuk atas tiga tahap yang berupa

tahapan siklus, yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi (Nurmi, 1991). Motivasi

yang kuat akan mendorong individu untuk menetapkan tujuan pernikahannya kelak.

Agar tujuan terebut dapat tercapai, maka individu harus memiliki minat dan harapan

yang tinggi tentang kehidupan pernikahan di masa depan. Tahap perencanaan

dilakukan individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan

tersebut berupa strategi yang disusun individu untuk mewujudkan tujuan, sehingga

akhirnya individu dapat melakukan evaluasi atau penilaian mengenai langkah yang

paling memungkinkan untuk tercapainya tujuan pernikahan tersebut.

Tiga tahap orientasi masa depan tersebut diatas, saling berhubungan satu dengan

lainnya membentuk suatu siklus, sehingga jika motivasi, perencanaan, atau evaluasi

yang dilakukan individu berkebalikan dengan yang dijelaskan diatas, maka individu

tersebut mempunyai orientasi masa depan pernikahan yang tidak jelas. Jika individu

tidak mempunyai orientasi masa depan yang jelas, maka kemungkinan kehidupannya

di masa depan tidak akan berjalan dengan baik, misalnya seseorang yang orientasi

masa depan pernikahannya tidak jelas, ia belum memikirkan pernikahannya maka

kemungkinan ketika ia dihadapkan pada pernikahan sesungguhnya, kemungkinan

individu tersebut tidak bisa mengantisipasi kejadian itu.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 3 orang dewasa

awal yang orang tuanya bercerai, maka diperoleh fakta bahwa dua orang di antaranya

(35)

6

mempunyai orientasi masa depan yang jelas dalam pencapaian cita-cita kehidupan

pernikahannya di masa depan. Dalam pencapaian cita-citanya tersebut, mereka

memiliki motivasi yang mengarahkan mereka dalam menetapkan tujuan yang ingin

dicapai, terutama dalam kehidupan pernikahan mereka kelak. Mereka juga memiliki

perencanaan mengenai langkah-langkah yang akan mereka lakukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, seperti meyelesaikan kuliah secepatnya agar dapat

menikah sesuai target, memilih pasangan yang benar-benar cocok dengan dirinya.

Sehingga akhirnya mereka pun membuat penilaian mengenai langkah-langkah yang

paling memungkinkan untuk tercapainya tujuan tersebut.

Namun demikian tidak semua individu dewasa yang orang tuanya bercerai

mempunyai minat atau harapan untuk menikah di masa depan. Dapat dilihat bahwa

mereka yang orientasi masa depan pernikahannya tidak jelas, kurang mempunyai

motivasi untuk menikah di masa depan sehingga perencanaan dan penilaian mereka

mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dimasa depan

pun menjadi tidak jelas. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan yang mengatakan

bahwa ia belum memikirkan untuk menikah, sehingga ia belum memiliki rencana

apabila ia dihadapkan pada pernikahan nanti.

Berdasarkan kenyataan di atas, ternyata individu dewasa awal yang orang tuanya

bercerai memiliki kejelasan orientasi masa depan yang berbeda-beda terhadap suatu

pernikahan. Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti seberapa jelas orientasi

masa depan pernikahan pada individu dewasa awal yang orang tuanya bercerai di

bandung.

(36)

7

1.2.Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui “bagaimana gambaran orientasi

masa depan pernikahan pada individu dewasa awal di Bandung yang orang tuanya

bercerai”.

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud di diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui orientasi masa

depan pernikahan pada individu dewasa awal di Bandung yang orang tuanya bercerai.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran yang

lebih spesifik mengenai seberapa jelas orientasi masa depan pernikahan yang

dikaitkan dengan tahap-tahap motivasi, perencanaan dan evaluasi pada individu

dewasa awal di Bandung yang orang tuanya bercerai.

1.4.Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Ilmiah

ƒ Untuk memberikan informasi, terutama dalam bidang Psikologi

Perkembangan dan Psikologi Keluarga mengenai orientasi masa depan

pernikahan pada individu dewasa yang orang tuanya bercerai di Bandung.

(37)

8

ƒ Memberikan informasi mengenai orientasi masa depan bidang pernikahan

kepada peneliti lain, yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai bidang

pernikahan, khususnya pada individu dewasa yang orang tuanya bercerai.

1.4.2. Kegunaan Praktis

ƒ Melalui penelitian ini diharapkan individu dewasa yang orang tuanya bercerai

mendapatkan gambaran mengenai derajat kejelasan orientasi masa depan

bidang pernikahan, sehingga dapat menjadi masukan dalam mengambil

keputusan yang tepat untuk masa depannya, khususnya masa depan bidang

pernikahan.

ƒ Memberikan informasi mengenai derajat kejelasan orientasi masa depan anak

pada orang tua

.

1.5.Kerangka Pemikiran

Masa dewasa merupakan masa penetapan, masa reproduktif, masa ketegangan

emosional, masa bermasalah, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa

perubahan nilai, masa penyesuaian diri dengan gaya hidup baru dan masa kreatif.

Masa ini, merupakan masa dimana seseorang telah menyesuaikan masa

pertumbuhannya dan siap untuk memiliki statusnya dalam masyarakat bersama-sama

dengan orang dewasa lainnya.

Pada masa dewasa awal, individu tetap dihadapkan pada tugas-tugas

perkembangan yang harus dijalaninya, hal ini tentu bukanlah sesuatu yang mudah

(38)

9

dikerjakan, dan jika tidak berhasil memenuhi tugas perkembangan pada satu tahapan

akan menghambat untuk tugas perkembangan pada tahap selanjutnya (Hurlock,

1991). Tugas perkembangan individu pada masa ini yaitu individu sudah mampu

mandiri, memiliki penghasilan atau pekerjaan, dan mulai memasuki dunia

perkawinan. Menurut Ruth Westheimer (1990), perkawinan merupakan dunia yang

hangat dan sejahtera serta kokoh antara dua orang manusia. Fungsi dari perkawinan

itu sendiri adalah untuk membentuk kehidupan bersama antara pria dan wanita

dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan.

Tugas perkembangan tersebut akan dihadapi oleh setiap individu yang memasuki

masa dewasa. Kehidupan pernikahan yang akan dihadapi oleh setiap individu, tidak

lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan tersebut. Salah

satu faktor yang mempengaruhi yaitu kebahagiaan pernikahan orang tua (Greenberg,

dalam Stinett & Walters,1977). Apabila orang tua memiliki pernikahan yang

bahagia maka individu tersebut cenderung bahagia pula dalam pernikahannya dan

memperkecil terjadinya perceraian. Begitu pula sebaliknya jika pernikahan orang tua

tidak bahagia dan akhirnya terjadi perceraian, maka kecenderungan individu untuk

memiliki pernikahan yang tidak bahagia atau bercerai juga semakin besar. Menurut

teori social learning pengalaman tidak menyenangkan/menyenangkan mengakibatkan

perubahan emosi yang akhirnya mengarahkan pada perilaku tertentu. Dalam hal ini,

dengan perceraian orang tua sebagai pengalaman yang tidak meyenangkan

mengakibatkan individu dewasa awal menghindari hal-hal yang mengarahkan pada

perceraian, misalkan ia menjadi tidak mau menikah.

(39)

10

Perceraian orang tua memberi dampak buruk bagi anaknya, Heterington

(Gullota, 1978:241), mengatakan bahwa anak yang orang tuanya bercerai mengalami

stress yang luar biasa, mereka memiliki perasaan kesendirian, pengasingan, depresi,

takut untuk berelasi dengan orang lain, terutama lawan jenis. Jika anak terus

mengembangkan tingkah laku seperti tersebut di atas, maka perkembangan relasi

heteroseksualnya pun akan terhambat dan akhirnya pada masa dewasa, tugas

perkembangannya terutama dalam mempersiapkan pernikahan akan terhambat pula.

Menurut Nurmi (1991:12) tugas-tugas perkembangan yang akan dijalani

individu pada masa dewasa berkaitan dengan orientasi masa depan yaitu memilih

pasangan hidup, belajar untuk hidup bersama dengan pasangan, memulai kehidupan

berkeluarga membesarkan anak-anak, mengatur rumah tangga, dan mulai bekerja.

Nurmi (1989), mendefinisikan orientasi masa depan sebagai cara pandang seseorang

terhadap masa depannya yang akan tergambar melalui harapan-harapan, tujuan

standar, perencanaan dan strategi pencapaian tujuan. Pembentukan orientasi masa

depan mencakup tiga tahap yang membentuk suatu tahapan siklus, yaitu motivasi,

perencanaan dan evaluasi. Apabila tahap-tahap orientasi masa depan diterapkan

dalam bidang pernikahan, maka tahapan motivasi berkaitan dengan minat, perhatian

serta penetapan tujuan (goal setting) tentang pernikahan bagi individu dewasa awal

yang orang tuanya bercerai. Untuk menetapkan tujuan yang realistik maka minat

harus dibandingkan dengan pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan masa

depan. Misalnya pada seseorang yang orang tuanya bercerai, dengan mempunyai

pengetahuan tentang suatu pernikahan itu seperti apa terlebih melihat orang tuanya

(40)

11

bercerai, ia memiliki minat dan harapan untuk membangun suatu kehidupan

pernikahan yang lebih baik daripada orang tuanya.

Perencanaan berfungsi untuk merealisasikan tujuan, dalam proses ini individu

dewasa awal yang orang tuanya bercerai mempertimbangkan ide-ide atau gagasan

untuk mencapai rencana yang telah ditetapkan. Dalam proses ini individu

mempertimbangkan pengetahuan (knowledge), ragam perencanaan (plans), dan

keterampilan untuk merealisasikan tujuannya (realization). Misalnya dengan minat

seperti dijelaskan di atas, maka individu mulai mempertimbangkan pengetahuannya

tadi, lalu ia mulai merencanakan untuk mencari pasangan yang benar-benar cocok

dengannya, sehingga dalam pelaksanaannya ia menjadi sangat pemilih dalam

menentukan pasangan yang dapat cocok dengannya.

Tahap berikutnya adalah evaluasi. Pada tahap ini individu dewasa awal yang

orang tuanya bercerai mengevaluasi tujuan yang telah ditetapkan dan rencana yang

telah dibuat. Selain evaluasi kognitif, pada proses terakhir ini juga berperan aspek

emosi. Weiner 1985, (dalam Nurmi 1991) mengemukakan model akibat proses

emosi (attribution emotion) sebagai faktor yang berpengaruh dalam pengevaluasian

hasil-hasil tingkah laku. Dalam proses ini, individu memperkirakan faktor-faktor apa

saja yang sekiranya dapat mendukung atau menghambat terwujudnya tujuan dan

apakah ia merasa optimistik atau pesimistik dalam memandang masa depannya

terutama dalam perkawinannya. Misalnya dengan hal-hal yang sudah ia rencanakan

dan ia coba untuk melaksanakannya, individu tersebut optimis dengan ia menjadi

seorang yang pemilih, ia akan menemukan pasangan yang cocok dengannya,

(41)

12

sehingga dapat memperbesar kemungkinan bahwa pernikahan yang ia jalani akan

lebih baik dari pernikahan orang tuanya.

Dalam membentuk orientasi masa depan tersebut, tidak lepas dari faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Ada banyak hal yang mempengaruhi pembentukan onentasi

masa depan sebelum seorang individu memulai mengambil keputusan mengenai

masa depannya, menyusun rencana dan melaksanakannya. Trommsdorf (1983)

menyebutkan ada empat hal utama yang berkaitan dengan perkembangan orientasi

masa depan yaitu, pengaruh dari tuntutan situasi, kematangan kognitif, pengaruh dari

social learning, dan proses interaksi. Bila faktor tersebut dikaitkan dengan

pembentukan orientasi masa depan pernikahan pada individu dewasa yang orang

tuanya bercerai, maka tuntutan situasi yang ia hadapi saat ini dan yang akan datang

mempengaruhi orientasi masa depannya, misalnya seorang wanita yang berusia 25

tahun sudah diharuskan lingkungan untuk memikirkan pernikahan dibandingkan

dengan pria yang sama-sama berusia 25 tahun, sehingga orientasi masa depan

pernikahannya pun dapat dianggap lebih sederhana daripada wanita yang sudah

memikirkan pernikahan.

Kematangan kognitif individu pun mempengaruhi pembentukan orientasi masa

depan pernikahan. Pada masa dewasa, terjadi peningkatan kognitif (Nurmi, 1991)

yang menyebabkan individu dewasa dapat menyusun strategi ketika menemui

masalah pada saat mencapai tujuan. Faktor selanjutnya yaitu pengaruh social

learning, selain kematangan kognitif yang berasal dari diri individu, terdapat pula

faktor di luar individu seperti pengalaman belajar yang ia alami dalam lingkungan

(42)

Universitas Kristen Maranatha 13

keluarga, lingkungan teman sebaya maupun lingkungan masyarakat yang

berpengaruh terhadap pembentukan orientasi masa depannya. Misalkan pada individu

dewasa awal yang orang tuanya bercerai, dengan melihat pernikahan orang tuanya

yang tidak berhasil, membuat ia belajar bahwa pernikahan tidak selalu membawa

kebahagiaan, akhirnya ia belum mau memikirkan pernikahan, sehingga motivasinya

pun belum ada, dan secara tidak langsung perencanaan dan evaluasi pun tidak

terbentuk, maka dapat dikatakan bahwa orientasi masa depan pernikahannya pun

tidak jelas.

Faktor terakhir yang mempengaruhi pembentukan orientasi masa depan yaitu

proses interaksi, dalam proses ini, individu yang diharapkan lingkungan untuk

berhasil dalam kehidupannya dan mendapat bantuan dari orang tuanya serta

dukungan dalam pengambilan keputusan akan membuat individu tersebut lebih

percaya diri dengan kemampuannya, lebih memiliki harapan, lebih optimistik

memandang masa depannya dan memiliki orientasi masa depan yang lebih jelas

(Rosenthal & Jacobson, 1968; Lewin & Wang 1983). Misalnya orang tua

memberikan suatu informasi dan bimbingan yang mengarahkan pada individu, agar

memandang bahwa kelak pernikahan individu tersebut akan berbeda dari pernikahan

orang tuanya yang bercerai.

(43)

Universitas Kristen Maranatha 14

Individu Dewasa Awal

Faktor yang mempengaruhi OMD :

− Pengaruh Tuntutan Situasi

− Kematangan Kognitif

Pengaruh Social

Learning Proses Interaksi

Orientasi Masa Depan Pernikahan Individu

Dewasa Awal Yang Orang Tuanya

Bercerai

Faktor yang mempengaruhi OMD :

− Pengaruh Tuntutan Situasi

− Kematangan Kognitif

Pengaruh Social

Learning Proses Interaksi

Orientasi Masa Depan Pernikahan Tugas-tugas Perkembangan Masa

Dewasa Awal :

− Mendapat Pekerjaan

− Memilih Teman Hidup

− Belajar Hidup Bersama dengan Suami atau Istri

− Membentuk suatu Keluarga

− Membesarkan Anak-anak

− Mengelola sebuah Rumah Tangga

− Menerima tanggung Jawab sebagai Seorang Warga Negara

(44)

15

1.6.Asumsi Penelitian

Berdasarkan pemikiran di atas, dapat ditarik asumsi sebagai berikut :

ƒ Mengantisipasi masa depan dalam bidang pernikahan adalah salah satu tugas

perkembangan individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa.

ƒ Individu dewasa awal yang orang tuanya bercerai, memiliki orientasi masa

depan dengan taraf kejelasan yang berbeda-beda.

ƒ Orientasi masa depan bidang pernikahan terbentuk melalui tiga aspek, yaitu

motivasi, perencanaan dan evaluasi.

(45)

Bab V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengumpulan data terhadap 40

responden, yaitu mahasiswa yang orang tuanya bercerai di Universitas “X” Bandung,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Mahasiswa yang orang tuanya bercerai lebih banyak yang memiliki orientasi

masa depan bidang pernikahan yang jelas (57,5%) dibandingkan dengan

orientasi masa depan bidang pernikahan yang tidak jelas (42,5%).

2. Pada mahasiswa dengan orientasi masa depan yang jelas, pada tahap motivasi

mayoritas kuat, tetapi ada mahasiswa dengan orientasi masa depan yang jelas,

memiliki perencanaan yang tidak terarah dan evaluasi yang tidak akurat.

3. Begitupun pada mahasiswa dengan orientasi masa depan yang tidak jelas,

ternyata tidak semua tahap didalamnya, yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi

semuanya tidak jelas. Ada mahasiswa dengan orientasi masa depan yang tidak

jelas, memiliki motivasi yang kuat dan perencanaan yang terarah.

4. Faktor-faktor seperti usia, tuntutan situasi, proses interaksi, dan pengaruh social

learning mempengaruhi pembentukan orientasi masa depan pernikahan

mahasiswa yang orang tuanya bercerai.

(46)

82

5. Terdapat perbedaan orientasi masa depan pernikahan berdasarkan gender, pada

mahasiswa perempuan dan laki-laki. Ternyata laki-laki lebih banyak memiliki

orientasi masa depan yang jelas, dibandingkan perempuan.

5.2. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tentang

orientasi masa depan bidang pernikahan pada mahasiswa yang orang tuanya bercerai,

serta dengan menyadari banyaknya kekurangan dalam penelitian ini, maka penelti

memandang perlu mengajukan saran sebagai berikut :

1. Saran Teoretis

• Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan suatu penelitian dengan sampel

lain sehingga dapat terlihat bagaimana gambaran orientasi masa depan bidang

pernikahannya, misalkan pada perempuan dan laki-laki.

• Melakukan penelitian dengan menghubungkan orientasi masa depan bidang

pernikahan dengan variable lain yang berhubungan, agar hasil penelitiannya

dapat lebih kaya dan luas lagi, misalkan dihubungkan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi orientasi masa depan.

(47)

83

2. Saran Praktis

• Disarankan bagi mahasiswa yang memiliki orientasi masa depan yang tidak

jelas, hendaknya agar lebih yakin pada diri sendiri dan tidak terlalu terpatok

pada kegagalan perceraian orang tua, agar lebih mudah dalam menghadapi

masa depan khususnya bidang pernikahan.

• Disarankan bagi orang tua dari mahasiswa tersebut, agar lebih memberi

perhatian dan dukungan yang diperlukan anak, agar anak tidak merasa takut

dalam menghadapi masa depan pernikahannya.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Dominian J. 1968. Marital Break Down. Hazeliwatson & Vinety, Ltd.

Duvall, E. M. & Brent C. Miller. 1985. Marriage and Family Development, 6th edition. New York:

Harper and Row Publisher.

Gullo, W. 2004 .Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo

 

Hurlock, B. Elizabeth. 1991. Terjemahan Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian, cetakan 3. Jakarta : Ghalia Indonesia

 

Nurmi, Jari-Erik. 1989. Adolescents Orientation To The Future: Development Of Interests and Plans, and Related Attributions and Affects, in The Life-Span Contex. Societas

Scientiarum Fennica.

________1989. How do adolescent See Their Future A Review Of The Development of Future

Orientation and Planning. Research Reports no. 11. Helsinki, University of Helsinki:

Dept of Psychology.

_______1991. The Development Of Future Orientation In A Life Span Context. Research

Reports no. 13 , Helsinki: Dept. Of Psychology.

Siegel, Sidney. 1990. Terjemahan oleh Hagul, Peter. Statistik Non-Parametrik untuk ilmu-ilmu

sosial. Jakarta: PT. Gramedia

Spannier, G.B., & Thomson, L. 1984 .Varting : The After Math of Separation and Divorce.

Sage Publication. 

 

Stinett, N & Walters. 1977. Relationship in Marriage and Family. New York: Macmillan

Publishing Co. Inc.

(49)

Sudjana. 1992. Metoda Statistika, edisi 5. Bandung : Tarsito.

Trommsdorf, Gisela. 1983. Future Orientation and Socialization.

Trommsdorf, Gisela. 1983. Future Times Orientation and Its Relevance For Development As Action.

Westheimer, Ruth. 1990. Seks Dalam Perkawinan, Jakarta: Penerbit Erlangga.

(50)

DAFTAR RUJUKAN

Apriliana, Mona. 2001. Hubungan antara Konsep Diri dengan Orientasi Masa Depan Bidang Perkawinan Pada Homoseksual. Skripsi. Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Dawayanty, Shinta. 2001. Hubungan antara Self Esteem dan Orientasi Masa Depan Bidang Perkawinan pada Wanita Karir Berusia 30-40 tahun yang Belum Menikah Perusahaan “X” Bandung. Skripsi. Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi Univesitas Kristen

Maranatha.

Fransello, Friesky, 2006. Studi Kasus Mengenai Konsep Diri Pada Wanita Dewasa Muda Yang Orang Tuanya Bercerai. Makalah Metodologi Penelitian II. Bandung : Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Jurnal Ilmiah Psikologi. Arkhe. Th. 6/No. 2/2001.

StatPac Inc. 1997-2007. Non Probability Sampling

Yandnyawati, Ni Wayan. 2000. Hubungan antara Sikap Terhadap Perceraian dan Komitmen Terhadap Pernikahan. Skripsi. Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi

Universitas Padjajaran.

   

(51)

Gambar

Tabel Hasil Crosstabs OMD Bidang Pernikahan dengan Data Penunjang

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Gambaran tentang perbedaan fisik rumah gadang Koto Piliang dan Bodi Caniago tersebut diatas memang selalu terkait dengan aspek politik dan pola kepemimpinan yang berkembang dalam

Karena lahan kosong yang tersedia pun masih tidak dapat menyelesaikan permasalahan ini , maka untuk mengatasi hal tersebut dilakukan sistem pengerukan lahan kosong baru

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai R², namun karena dalam penelitian menggunakan variabel independen lebih dari

Sistem informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengelola data-data kepegawaian yaitu data Administrasi Kepegawaian seluruh pegawai, pengontrolan kenaikan pangkat pegawai,

Private cloud merupakan salah satu model deployment dari cloud computing , dimana pengelolaan dari infrastruktur yang diperlukan dikelola dalam jaringan internal

Bagaimana cara mengedukasi masyarakat urban bahwa urban gardening adalah hal yang mudah dilakukan untuk mendapatkan sayuran organik. Bagaimana cara

Kegiatan diisi dengan berdiskusi tentang membran sel, inti sem dan sitoplasma (struktur dan fungsi serta komponen kimiawi yang menyusunnya) dengan menggunakan LKS,