ABSTRAK
PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SUMBANG ASIH, YOGYAKARTA
Yovita Siska Febriana Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus yang dilatarbelakangi oleh perilaku anak usia SD yang kurang sopan pada orang yang lebih tua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak terhadap pola asuh orang tua. Narasumber dalam penelitian ini adalah dua anak perempuan kelas IVA usia 9 dan 12 tahun siswi SD Sumbang Asih, Yogyakarta tahun ajaran 2014/ 2015.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara dan panduan observasi Pola Asuh Orang Tua. Komponen-komponen yang ada pada pedoman wawancara dan panduan observasi adalah kontrol orang tua terhadap anak, komunikasi, dan tuntutan orang tua untuk menjadi matang (anak berkembang sesuai usianya). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Uji keabsahan data dengan kredibilitas dan triangulasi. Analisis data dilakukan dengan koding yaitu mengorganisasikan data dengan memberi kode pada setiap jawaban dari narasumber sehingga muncul suatu topik-topik.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua anak memberikan persepsi yang positif pada pola asuh yang mereka terima. Persepsi anak muncul karena kondisi keluarga dan pengalaman mengenai sikap serta perilaku orang tua dalam menerapkan pola asuh. Orang tua dari kedua anak menerapkan pola asuh otoritatif yang mengusahakan adanya keberadaan anak dalam setiap pengambilan keputusan sehingga anak tidak merasa terkekang dan mempunyai keleluasaan untuk bertindak dan mengekspresikan diri pada perilaku terarah yang bersifat positif sesuai tahapan perkembangan usia yang dialami.
ABSTRACT
CHILD’S PERCEPTION OF PARENTING PARENTS:
CASE STUDY IN SUMBANG ASIH ELEMENTARY SCHOOL, YOGYAKARTA
Yovita Siska Febriana Sanata Dharma University
2014
This research was a case study of qualitative was got background by
student’s bad behavior that less respectfull for older people. The purpose of this research was to find out child's perception of the parenting parents. Informants in this research were two 4th grade school girl, one was 9 years old and the other one was 12 years old and they were students of Sumbang Asih Elementary School, Yogyakarta period 2014/ 2015.
The research instrument used was the interviews and the observation guide of Parenting Parents. The components that exist in the interview guide and observation guide were parental control of children, communication, and the demands of parents to become mature (growing children according to age). The technique of collecting data used interviews and observation. Test validity and credibility of data with triangulation. Data analysis was performed with the coding that organize data by giving the code on every answer from the source so that it appears a topic.
The results of this study was the second child give a positive perception
on parenting they receive. Perception the child’s appeared because the experience of family conditions on the attitudes and behaviors of parents in implemented parenting. Parents of two children applyed authoritative parenting children who pursue their existence in any decision-making so that the child did not feel constrain and had the discretion to act and express themselves in behaviors that were positive directional developmentally appropriate age experienced .
i
PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SUMBANG ASIH, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yovita Siska Febriana NIM: 111134072
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan karya ini kepada:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
yang telah melimpahkan berkat dan mencurahkan Roh KudusNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Dosen-dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang dengan sabar membimbing dan memberi saran maupun masukan pada peneliti.
Keluarga Besar Laurentius
(orang tuaku Laurentius Pio Maryana dan Chressentiana Sadinem serta kakakku Andi Oka Maryana dan Vivia Ika Novena)
yang selalu memberi dukungan melalui semangat dan doa yang sangat berarti.
Teman Istimewaku Mikael Ayub Putra Anggit Cendana
dan seluruh keluarga besar Mbah Harno khususnya Bunda Harni dan Amsal.
Sahabat terbaikku Endika Elshanta Erawati
dan teman-teman yang selalu mendampingi disaat susah maupun senang, Rimba, Mega, Zena, Merry, Dian, Bene dan Putri terima kasih semua.
Semua teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas F yang telah berjuang bersama dalam proses perkuliahan, terima kasih teman-teman kalian sungguh mewarnai kehidupanku.
Almamaterku dan seluruh keluarga besar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
v
MOTTO
Bermurah hatilah seperti mentari
yang memancarkan sinarnya
tanpa terlebih dahulu bertanya
apakah orang-orang patut menerimanya.
(J. Donald Walters)
Apa saja yang kamu minta dalam doa
dengan penuh keprcayaan,
kamu akan menerimanya.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Desember 2014 Yang Menyatakan
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yovita Siska Febriana
Nomor Mahasiswa : 111134072
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SUMBANG ASIH, YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 18 Desember 2014 Yang Menyatakan
viii
ABSTRAK
PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SUMBANG ASIH, YOGYAKARTA
Yovita Siska Febriana Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus yang dilatarbelakangi oleh perilaku anak usia SD yang kurang sopan pada orang yang lebih tua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak terhadap pola asuh orang tua. Narasumber dalam penelitian ini adalah dua anak perempuan kelas IVA usia 9 dan 12 tahun siswi SD Sumbang Asih, Yogyakarta tahun ajaran 2014/ 2015.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara dan panduan observasi Pola Asuh Orang Tua. Komponen-komponen yang ada pada pedoman wawancara dan panduan observasi adalah kontrol orang tua terhadap anak, komunikasi, dan tuntutan orang tua untuk menjadi matang (anak berkembang sesuai usianya). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Uji keabsahan data dengan kredibilitas dan triangulasi. Analisis data dilakukan dengan koding yaitu mengorganisasikan data dengan memberi kode pada setiap jawaban dari narasumber sehingga muncul suatu topik-topik.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua anak memberikan persepsi yang positif pada pola asuh yang mereka terima. Persepsi anak muncul karena kondisi keluarga dan pengalaman mengenai sikap serta perilaku orang tua dalam menerapkan pola asuh. Orang tua dari kedua anak menerapkan pola asuh otoritatif yang mengusahakan adanya keberadaan anak dalam setiap pengambilan keputusan sehingga anak tidak merasa terkekang dan mempunyai keleluasaan untuk bertindak dan mengekspresikan diri pada perilaku terarah yang bersifat positif sesuai tahapan perkembangan usia yang dialami.
ix
ABSTRACT
CHILD’S PERCEPTION OF PARENTING PARENTS:
CASE STUDY IN SUMBANG ASIH ELEMENTARY SCHOOL, YOGYAKARTA
Yovita Siska Febriana Sanata Dharma University
2014
This research was a case study of qualitative was got background by
student’s bad behavior that less respectfull for older people. The purpose of this research was to find out child's perception of the parenting parents. Informants in this research were two 4th grade school girl, one was 9 years old and the other one was 12 years old and they were students of Sumbang Asih Elementary School, Yogyakarta period 2014/ 2015.
The research instrument used was the interviews and the observation guide of Parenting Parents. The components that exist in the interview guide and observation guide were parental control of children, communication, and the demands of parents to become mature (growing children according to age). The technique of collecting data used interviews and observation. Test validity and credibility of data with triangulation. Data analysis was performed with the coding that organize data by giving the code on every answer from the source so that it appears a topic.
The results of this study was the second child give a positive perception
on parenting they receive. Perception the child’s appeared because the experience of family conditions on the attitudes and behaviors of parents in implemented parenting. Parents of two children applyed authoritative parenting children who pursue their existence in any decision-making so that the child did not feel constrain and had the discretion to act and express themselves in behaviors that were positive directional developmentally appropriate age experienced .
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah Bapa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orang Tua: Studi Kasus di SD Sumbang Asih, Yogyakarta” ini tepat pada waktunya.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, pekenankanlah penelitian menyampaikan ucapan terima kasih dengan setulus hati kepada:
1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. dan Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum. dosen yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.
5. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk skripsi ini.
6. Dosen dan para ahli yang telah menjadi validator pada instrumen penelitian yang saya kembangkan.
7. Keluarga Dn dan Hp yang telah memberi izin pada anaknya sebagai narasumber dalam penelitian.
8. Dn dan Hp yang telah bersedia menjadi narasumber dalam penelitian.
9. Kedua orang tua saya, Laurentius Pio Maryana dan Chressentiana Sadinem yang telah memberikan doa dan dukungan.
10.Kakak saya Vivia Ika Novena, S.Psi. yang telah menjadi rekan diskusi. 11.Para sahabat dan teman terkasih yang telah memberikan dukungan dan doa
xi
12.Teman-teman PGSD angkatan 2011 yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti.
13.Semua pihak yang telah banyak berjasa yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju lebih sempurna dari skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat untuk dunia pendidikan. Terima Kasih.
Peneliti,
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ASTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Definisi Operational ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Kajian Pustaka ... 9
1. Teori-Teori yang Mendukung ... 9
a. Persepsi ... 9
1) Faktor yang Berperan dalam Persepsi ... 10
2) Tiga Komponen Utama Persepsi... 12
3) Proses Terjadinya Persepsi ... 13
4) Jenis Persepsi ... 15
b. Pola Asuh Orang Tua ... 16
1) Teknik Pendisiplinan pada Pola Asuh ... 17
2) Tiga Tipe Pola Asuh Orang Tua ... 20
2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22
B. Kerangka Berfikir ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Setting Penelitian ... 31
xiii
D. Teknik Pengumpulan Data ... 35
E. Instrumen Penelitian ... 38
F. Teknik Analisis Data ... 44
G. Kredibilitas dan Transferabilitas ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Hasil Penelitian ... 52
1. Pola Asuh Dn ... 53
2. Pola Asuh Hp ... 72
B. Analisis Data dan Pembahasan ... 92
C. Implikasi ... 98
BAB V PENUTUP ... 99
A. Kesimpulan ... 99
B. Keterbatasan Penelitian ... 100
C. Saran ... 100
DAFTAR REFERENSI ... 101
xiv
DAFTAR TABEL
No Tabel Hal
3.1 Jadwal Pengambilan Data Penelitian ... 32
3.2 Identitas Siswa ... 33
3.3 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 39
3.4 Kisi-Kisi Panduan Observasi ... 42
3.5 Data Koding Wawancara ... 45
3.6 Rekapitulasi Penilaian Validasi Wawancara ... 49
3.7 Rekapitulasi Penilaian Validasi Observasi ... 50
4.1 Pola Asuh Dn ... 68
4.2 Data Hasil Wawancara dan Observasi Dn ... 71
4.3 Pola Asuh Hp ... 89
xv
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Hal
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Hal
1. Surat Izin Sebelum Penelitian ... 104
2. Koding Wawancara Dn ... 105
3. Koding Wawancara Hp ... 115
4. Observasi Dn ... 126
5. Observasi Hp ... 133
6. Triangulasi Observasi Dn... 140
7. Triangulasi Observasi Hp... 142
8. Validasi Instrumen Penelitian ... 144
9. Penilaian Validasi Instrumen Penelitian ... 159
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dibahas hal-hal yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan tempat bagi anak dalam memperoleh pendidikan
untuk pertama kalinya. Hal ini berarti bahwa keluarga memegang peranan penting dalam tahap perkembangan anak dari usia dini hingga dewasa. Berbagai perilaku
baik maupun buruk serta kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh segala aktivitas yang ada pada keluarga (Hurlock, 2005). Sebagaimana halnya peribahasa
“buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, sifat anak juga tidak berbeda jauh dari orang
tuanya. Akibatnya, tidak mengherankan jika kebanyakan orang menilai anak berdasarkan sikap dan perilaku orang tuanya. Hal ini dimungkinkan karena anak
usia dini yang pada umumnya senang meniru sikap, perbuatan, dan kebiasaan yang dilakukan oleh orang tuanya sehingga secara tidak sadar apa yang dilakukan
orang tua dapat menjadi contoh bagi anak dan membentuk kebiasaan mereka. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar menjadi orang yang baik dalam bersosialisasi ketika hidup bermasyarakat dan hidup
membudaya. Sebagai anggota masyarakat, anak dituntut untuk terlibat di dalamnya dan bukan sebagai penonton tanpa mengambil peranan (Djamarah,
yang dilakukan anak-anak mereka serta memberi perhatian yang cukup pada mereka sehingga anak-anak merasa dianggap keberadaannya. Jika suatu ketika
seorang anak melakukan perilaku negatif, orang tua wajib meluruskan dengan memberi pengertian dan selanjutnya mengarahkan menuju perilaku positif.
Cara untuk mendidik anak dalam keluarga tentunya berbeda-beda. Sebagian orang tua menerapkan didikan yang tegas sehingga anak harus tunduk dan patuh terhadap perintah dan anjuran dari orang tua dan sebagian lagi sibuk
dengan pekerjaannya sehingga mereka bahkan tidak mempunyai waktu untuk sekedar bertemu dan bercerita dengan anaknya. Namun, cukup banyak pula orang
tua yang memberikan kasih sayang penuh dengan memposisikan dirinya sebagai teman sebaya anak-anak mereka sehingga hubungan anak dan orang tua terjalin dekat dan lekat. Tentu saja cara pengasuhan orang tua memberikan pengaruh
besar terhadap perkembangan psikis anak.
Kepatuhan dan ketegasan pola asuh pada keturunan Asia bukan
diasosiasikan dengan dominasi atau kekerasan, tetapi lebih diasosiasikan dengan perhatian, menyayangi, dan keterlibatan (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Adanya kehangatan dan dukungan melalui perhatian, pemberian kasih sayang, dan
ketertibatan tersebut maka karakter hubungan keluarga di Asia lebih menyerupai pola pengasuhan otoritatif, tanpa menekankan pada nilai-nilai individualitas,
pilihan, kebebasan, dan kontrol orang tua yang kaku. Djamarah (2014) mengungkapkan bahwa latar belakang pendidikan orang tua, mata pencaharian hidup, keadaan sosial ekonomi, adat istiadat, dan suku bangsa diyakini
diberikan kepada anak. Mendidik anak butuh keterampilan dan kesabaran yang cukup karena anak berkembang melalui tahapan-tahapan dan proses sehingga
lahirlah kepribadian yang khas sebagai bentuk perwujudan diri untuk memperoleh penerimaan sosial dalam pembentukan harga diri (Yusuf, 2009).
Cara orang tua mendidik anak atau yang sering disebut sebagai pola asuh orang tua merupakan suatu cara terstruktur dan terproses untuk mendidik, melatih, dan membimbing anak agar mempunyai kepribadian yang berakhlak mulia. Cara
orang tua dalam mendidik ini menjadi penilaian tersendiri bagi anak terhadap orang tuanya. Penilaian tersebut memberi makna yang mendalam bagi anak
karena melalui penilaian, anak berpandangan untuk mencirikan sendiri tipe pola asuh yang orang tua terapkan. Selanjutnya, hal tersebut memberi balikan pula bagi anak untuk memposisikan diri dalam keluarga serta bagaimana dia harus bersikap
dan berperilaku ketika berada di dalam rumah dan berkumpul bersama dengan keluarga seperti yang dikemukakan oleh Gusec dan Goodnow (Papalia, Olds, &
Feldman, 2009).
Namun, tidak jarang ditemui banyak anak bersikap kurang sopan terhadap orang tua dan saat berbicara pada orang, mereka tidak pernah berbahasa dengan
halus bahkan kata-kata yang dilontarkan anak pada orang lain bersifat kasar. Ada pula anak yang berkembang pesat melampaui usianya dengan selalu memikirkan
dan membayangkan hal-hal yang bersifat dewasa bahkan beberapa dari mereka sudah ada yang menjalin hubungan akrab dengan lawan jenisnya. Tentu hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi dan segala aktivitas dari dalam keluarga sebab
Perilaku anak yang kurang sopan terhadap orang lain ditemui pula pada siswa-siswi di SD Sumbang Asih, Yogyakarta (nama samaran). Banyak anak berbicara
menggunakan bahasa jawa ngoko pada guru, padahal bahasa jawa ngoko tepat digunakan untuk teman sebaya. Kondisi tersebut menjadi pemikiran karena
bertentangan dengan fungsi keluarga untuk melindungi dan mengarahkan anak agar berkembang menjadi lebih baik. Pada saat melaksanakan PPL (Program Pengalaman Lapangan), peneliti mencoba mendekatkan diri dengan siswa-siswi
sehingga peneliti dapat merangkum banyak hal mengenai karakteristik anak usia SD. Ada bermacam-macam karakteristik yang melekat pada masing-masing anak
seperti masih mementingkan ego dan mau menang sendiri, adanya kecenderungan untuk memuji diri sendiri, manja, suka membanding-bandingkan dirinya dengan siswa-siswi lain, dan ingin diperhatikan.
Teori psikoanalisis dari Freud (Santrock, 2007) mengungkapkan bahwa aspek pengasuhan anak yang dapat mendorong perkembangan moral adalah
praktik yang menanamkan rasa takut terhadap hukuman dan kehilangan cinta orang tua. Namun, dilihat dari sikap anak-anak di SD Sumbang Asih yang kurang menunjukkan rasa hormat pada orang yang lebih tua peneliti ingin mengetahui lebih
jauh kebiasaan-kebiasaan anak selama di rumah dan di luar rumah serta persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua yang mereka terima. Setelah itu, peneliti mencoba
menyimpulkan pola asuh yang orang tua terapkan ke salah satu tipe pola asuh yang ada menurut teori Diana Baumrind. Hurlock (2005) menyatakan bahwa hubungan orang tua-anak sangat dipengaruhi oleh persepsi anak terhadap pelatihan yang
mengenai pola asuh orang tua membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai persepsi anak terhadap pola asuh orang tua karena di dunia modern seperti
saat ini banyak hal dapat mempengaruhi sikap, sifat, dan perilaku anak. Beberapa pengaruh tersebut antara lain adanya perkembangan teknologi yang berkembang pesat
sehingga media sosial sangat mudah untuk diakses, lingkungan sosial yang menjadi tempat sehari-hari anak dalam berdinamika sosial dengan teman-teman dan orang lain, serta teman sebaya yang dominan dapat merubah sifat maupun karakter anak (Meggitt,
2013). Ahli teori behavioristik (enviromentalist) meyakini bahwa lingkungan anak adalah faktor utama yang memengaruhi perkembangan dan pemelajarannya. Seorang
anak belajar untuk menyesuaikan perilakunya setelah mendapatkan apresiasi dan hukuman (Meggitt, 2013). Dari hal tersebut, jelas bahwa pola asuh orang tua dibutuhkan untuk mendisiplinkan anak sehingga anak dapat berperilaku baik dan
bermoral (Hurlock, 2005).
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan orang tua menjadi sadar akan tugas
dan tanggung jawabnya untuk mendisiplinkan anak sehingga anak dapat mengaktualisasikan dirinya dengan mempunyai rasa segan dan rasa hormat pada orang lain seperti yang dikemukakan Maslow (Boeree, 2006). Selanjutnya,
diharapkan pula agar orang tua menerapkan cara pengasuhan yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan karakteristik anak sehingga disamping mendapat
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi anak terhadap pola
asuh orang tua?”
C. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dibahas dalam latar belakang, maka peneliti membatasi masalah penelitian pada dua orang siswi kelas IV SD Sumbang Asih
(nama samaran). Kedua orang siswi tersebut bernama Dn dan Hp (nama samaran). Pemilihan dua orang siswi dilakukan dengan terlebih dahulu mengobservasi
perilaku dan melihat cara bersosialisasi siswi tersebut pada teman sebaya maupun guru. Setelah terpilih 2 orang siswi, peneliti melakukan wawancara terhadap guru mengenai perilaku ketika mereka berada di kelas. Selanjutnya, peneliti melakukan
wawancara semi-terstruktur pada narasumber di rumah masing-masing narasumber sekaligus melihat aktivitas yang narasumber lakukan setiap harinya.
Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan bagi semua anak karena narasumber dipilih secara subjektif dan umum. Namun, jika ternyata ada kasus serupa dimungkinkan hasil penelitian dapat dijadikan pandangan dan referensi
untuk penelitian lanjutan.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak terhadap pola asuh orang tua.
E. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi dalam bidang
psikologi dan perkembangan mengenai persepsi anak terhadap pola asuh orang tua serta menjadi bahan menemukan penelitian baru yang serupa.
2. Praktis
a. Bagi Orang Tua
Memberi sumbangan pemikiran dalam mengasuh anak sehingga dapat
memilih pola asuh yang tepat agar anak berkembang sesuai dengan tahapan usianya sehingga relasi antara orang tua dan anak terjalin lekat.
b. Bagi Anak
Memberi pengalaman baru sehingga selalu berpandangan positif terhadap tipe-tipe pola asuh yang orang tua terapkan karena
bagaimanapun juga orang tua selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya.
c. Bagi Peneliti
Memberi tambahan informasi kepada mahasiswa PGSD sebagai calon pendidik agar mengetahui gambaran mengenai persepsi anak terhadap
pola asuh orang tua, selanjutnya dapat menyimpulkan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua ke dalam salah satu tipe pola pengasuhan
yang ada.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Memberi pandangan dan gambaran untuk melakukan penelitian baru
F. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu disepakati
bersama agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. Penulis mencoba memberi istilah dari masing-masing variabel yang tertuang pada judul. Beberapa
istilah tersebut adalah: 1. Persepsi
Persepsi adalah cara pandang dari pemikiran seseorang dalam menilai suatu
kejadian atau objek tertentu sehingga didapatkan kesimpulan melalui penginderaan, baik itu yang dilihat, dirasakan, diraba, dan lain sebagainya.
2. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua adalah cara mendidik yang diterapkan oleh orang tua pada anaknya untuk membentuk karakter dan kebiasaan yang khas dan
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bagian ini akan dibahas hal-hal yang meliputi kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.
A. Kajian Pustaka
1. Teori-Teori yang Mendukung a. Persepsi
Walgito (2010) mengartikan persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat indera atau disebut juga proses sensoris. Namun, proses tersebut tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Chaplin (2002) mengartikan persepsi sebagai proses
mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Desmita (2009) mengartikan bahwa persepsi adalah suatu proses penggunaan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh sistem indera manusia. Jadi, persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia
mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungan dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Setelah individu menginderakan
Pengertian persepsi seperti yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli
menjadikan peneliti dapat menyimpulkan bahwa persepsi adalah cara pandang dari pemikiran seseorang dalam menilai suatu kejadian atau objek tertentu
sehingga didapatkan kesimpulan dan keputusan pemikiran melalui penginderaan. Penginderaan dapat diperoleh melalui penglihatan, perasa, penciuman, maupun
peraba. Hasil dari penginderaan kemudian akan diproses dalam otak berdasarkan pengetahuan dan daya tangkap seseorang sehingga muncullah suatu pandangan dari kejadian atau objek yang dipersepsi.
1) Faktor yang Berperan dalam Persepsi
Persepsi individu dapat diorganisasikan dan diinterpretasikan melalui
stimulus yang diterima sehingga stimulus tersebut mempunyai arti dan makna bagi individu yang bersangkutan. Stimulus merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam persepsi. Walgito (2010) menjelaskan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi adanya persepsi. Beberapa faktor tersebut adalah: a) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf
penerima yang bekerja sebagai reseptor. Objek yang dapat dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Manusia itu sendiri
dipersepsi. Objek persepsi dapat dibedakan atas objek yang nonmanusia dan
manusia. Objek persepsi yang berwujud manusia disebut person perception atau ada juga yang menyebutkan sebagai social perception, sedangkan persepsi yang berobjekkan nonmanusia sering disebut sebagai nonsocial perception atau juga disebut sebagai things perception.
b) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Ada lima alat indera yaitu mata sebagai indera penglihatan, hidung sebagai indera
pencium, telinga sebagai indera pendengaran, mulut sebagai indera pengecap, dan kulit sebagai indera peraba. Selain alat indera juga harus ada syaraf sensoris.
Syaraf sensoris bekerja untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Otak kemudian merangkum informasi yang diterima dan mengolahnya menjadi suatu persepsi.
c) Perhatian
Perhatian diperlukan untuk menyadari adanya persepsi. Perhatian
merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Jadi, perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus sehingga apa yang diperhatikan akan betul-betul
disadari oleh individu, dan akan betul-betul jelas bagi individu yang bersangkutan. Perhatian dan kesadaran mempunyai korelasi yang positif karena semakin
Penjelasan mengenai faktor-faktor yang berperan dalam persepsi memberi
arahan bahwa objek, alat indera, susunan syaraf dan perhatian sangat diperlukan untuk dapat memunculkan sebuah persepsi. Adanya objek yang diterima oleh alat
indera dapat menggerakkan susunan syaraf sehingga syaraf akan bekerja dan membentuk perhatian yang mendalam. Perhatian yang mendalam tersebut yang
akhirnya dapat membentuk pandangan untuk mempersepsi suatu hal, kejadian, atau objek.
2) Tiga Komponen Utama Persepsi
Persepsi meliputi suatu interaksi rumit yang melibatkan setidaknya tiga komponen utama, yaitu: seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Berikut adalah tiga
komponen utama persepsi menurut Desmita (2009):
a) Seleksi
Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap stimulus. Ada
bermacam-macam stimulus, namun hanya beberapa informasi saja yang akan diseleksi. Struktur kognitif yang telah ada dalam kepala akan menyeleksi,
membedakan data yang masuk dan memilih data mana yang relevan sesuai dengan kepentingan dirinya.
b) Penyusunan
Penyusunan adalah proses mereduksi, mengorganisasikan, menata, atau menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam suatu pola yang
sejumlah stimulus ke dalam pola-pola tertentu dengan cara-cara yang sama
sehingga penyusunan stimulus tergantung pada kemampuan manusia dalam menangkap dan mengolah stimulus tersebut pada otak sebagai pusat kesadaran.
c) Penafsiran
Penafsiran adalah proses menerjemahkan atau menginterpretasikan
informasi atau stimulus ke dalam bentuk tingkah laku sebagai respon. Individu akan membangun kaitan-kaitan antara stimulus yang datang dengan struktur kognitif yang lama, kemudian membedakan stimulus yang datang untuk memberi
makna berdasarkan hasil interpretasi yang dikaitkan dengan pengalaman sebelumnya. Selanjutnya, individu akan bertindak atau bereaksi sebagai bentuk
respon dari hasil yang diintepretasikannya.
Penjelasan mengenai tiga komponen utama yang memunculkan adanya persepsi memberi pengetahuan bahwa persepsi dapat muncul karena adanya
tahapan pada proses penyeleksian, penyusunan, dan penafsiran. Informasi diseleksi dan disaring oleh alat indera kemudian informasi tersebut disusun
berdasarkan daya tangkap dan kemampuan masing-masing individu. Setelah adanya proses penyusunan dan pengolahan informasi di dalam otak, maka timbullah penafsiran atau penginterpretasian secara menyeluruh.
3) Proses Terjadinya Persepsi
Objek menimbulkan stimulus kemudian stimulus mengenai alat indera atau
diraba. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses
persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera.
Perhatian diperlukan dalam proses persepsi karena persepsi individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai oleh berbagai
macam stimulus yang ditimbulkan dari keadaan sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon dari individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi tergantung pada perhatian individu yang
bersangkutan. Secara skematis, proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Proses Terjadinya Persepsi St St
St St
RESPON Fi Fi
Fi Fi Keterangan gambar:
St: stimulus (faktor luar)
Fi: faktor intern (faktor dalam, termasuk perhatian) Sp: struktur pribadi individu
Walgito (2010) memberi gambaran dalam skema tersebut bahwa individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu
mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya dan di sinilah
berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap
stimulus tersebut. Kesimpulan dari proses terjadinya persepsi adalah bahwa persepsi dapat muncul karena adanya stimulus yang datang dari lingkungan
sekitar kemudian beberapa stimulus tersebut diseleksi dan mendapat perhatian sehingga akan tersusun suatu pemikiran yang dapat menimbulkan respon.
4) Jenis Persepsi
Cara pandang seseorang dalam menilai dan mengintepretasikan apa yang dilihat dan dirasakan melalui penginderaan dapat digolongkan ke dalam beberapa
jenis persepsi. Purwanto (1997) mengemukakan bahwa ada dua jenis persepsi, yaitu:
a) Persepsi Positif
Persepsi positif adalah persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan tanggapan yang selaras dengan objek persepsi dan diteruskan dengan upaya
pemanfaatannya. Persepsi ini biasanya menunjukkan kesukaan dan ketertarikan seseorang dalam menerima stimulus yang datang.
b) Persepsi Negatif
Persepsi negatif adalah persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan tanggapan yang tidak selaras dengan objek persepsi sehingga akan diteruskan
Penggolongan jenis persepsi cenderung didasari oleh objek dan stimulus
yang diterima. Objek dan stimulus mendorong seseorang untuk memunculkan suatu persepsi baik itu persepsi positif maupun negatif. Jenis persepsi tersebut
dapat dimaksudkan sebagai balikan dari penginderaan yang muncul sehingga mendorong seseorang untuk melakukan tindakan sesuai dengan kehendak dari
persepsi yang mereka yakini. Jadi, persepsi adalah cara pandang dari pemikiran seseorang dalam menilai suatu kejadian atau objek tertentu sehingga didapatkan kesimpulan melalui penginderaan.
b. Pola Asuh Orang Tua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem,
cara kerja, atau bentuk (struktur) yang tetap. Ketika pola diberi arti bentuk/ struktur yang tetap dan dilakukan secara berulang-ulang, maka hal itu semakna dengan istilah kebiasaan. Asuh berarti mengasuh. Mengasuh adalah satu bentuk
kata kerja yang bermakna menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri,
memimpin (mengepalai, menyelenggarakan) suatu badan kelembagaan. Pengasuh berarti orang yang mengasuh; wali (orang tua, dan sebagainya). Pengasuhan berarti proses, perbuatan, cara pengasuhan. Kata asuh mencakup segala aspek
yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.
keluarga, tentu saja orang tua yang dimaksud adalah ayah dan atau ibu kandung
dengan tugas dan tanggung jawab mendidik anak dalam keluarga. Pola asuh orang tua dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah dan atau ibu, dalam
memimpin, mengasuh dan membimbing anak dalam keluarga. Mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat dan mendidiknya. Membimbing dengan cara
membantu, melatih, dan sebagainya.
Tafsir (Djamarah, 2014) mengartikan bahwa pola asuh adalah pendidikan maka pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dan persisten
dalam menjaga, membimbing, dan mendidik anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan
bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu.
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah bahwa pola asuh orang tua merupakan cara didik yang diterapkan oleh orang tua untuk membentuk
karakter dan kebiasaan yang khas pada anak sehingga karakter dan kebiasaan tersebut melekat dalam diri anak pada proses tumbuh kembangnya dari setiap
waktu ke waktu. Pola asuh tentu menjadi dasar orang tua dalam membimbing anak agar dapat berperilaku baik, maka akan lebih tepat jika pola asuh orang tua diterapkan dengan melihat usia dan karakteristik masing-masing anak.
1) Teknik Pendisiplinan pada Pola Asuh
Disiplin adalah metode pembentukan karakter serta bentuk pengajaran
tujuan mengembangkan disiplin diri dengan memberikan perilaku yang dianggap
pantas yang diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anaknya. Berikut adalah bentuk-bentuk disiplin sebagai pendisiplinan dalam pola asuh menurut Isabel
Allende (Papalia, Olds, & Fieldman, 2009): a) Penguatan dan Hukuman
Penguatan (reinforcement) eksternal bisa berupa penguatan yang dapat diukur (uang, permen, mainan, atau binatang) atau tidak dapat diukur (senyuman, pujian, pelukan, perhatian lebih, atau perlakuan spesial). Apapun bentuk imbalan,
anak harus melihatnya sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan dan menerimanya dengan cukup konsisten setelah memperlihatkan perilaku yang
diinginkan.
b) Hukuman Fisik (Corporal Punishment)
Hukuman fisik (corporal punishment) didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan fisik dengan tujuan agar anak merasakan rasa sakit tetapi tidak mencederai. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki perilaku dan
mendisiplinkan anak. Hukuman fisik dianggap lebih efektif dibandingkan tindakan lain dan tidak berbahaya jika dilakukan secara tidak berlebihan, namun dapat pula memberi pengaruh negatif jika kurang benar dalam penerapannya.
c) Penonjolan Kekuasaan (Power Assertion)
penarikan hak-hak, memukul, atau bentuk hukuman lainnya. Hal tersebut
dimaksudkan agar anak menyadari peran orang tua untuk mengawasi mereka. d) Teknik Induktif (Inductive Techniques)
Teknik induktif (inductive techniques) dirancang untuk mendorong perilaku yang diinginkan (atau menekan perilaku yang tidak diinginkan) melalui argumen
dengan anak; dalam hal ini termasuk penetapan batasan, menunjukkan konsekuensi logis dari sebuah tindakan, memberikan penjelasan, berdiskusi dan memperoleh ide dari anak mengenai hal yang dianggap adil.
e) Penarikan Kasih Sayang (Withdrawal of Love)
Penarikan kasih sayang (withdrawal of love) dapat berbentuk pengabaian, isolasi, atau menunjukkan ketidaksukaan pada anak sehingga anak mendapat perlakuan acuh tak acuh dari oang tua.
f) Agresi Psikologi (Psychological Aggression)
Agresi psikologi (psychological aggression) adalah serangan verbal yang dapat menyebabkan kerugian psikologis, seperti berteriak (bentuk yang paling
umum), mengumpat, mengejek, mengancam akan memukul, atau mengancam dan mengusir anak.
Tindakan-tindakan di atas bertujuan untuk menanamkan sikap disiplin diri
pada anak sejauh penerapannya masih dengan adanya pertimbangan-pertimbangan yang matang, terlebih agar anak dapat dikontrol sehingga terarah
2) Tiga Tipe Pola Asuh Orang Tua
Sebagai seorang pemimpin, orang tua dituntut mempunyai dua keterampilan, yaitu keterampilan manajemen (managerial skill) maupun keterampilan teknis (technical skill). Sedangkan kriteria kepemimpinan yang baik memiliki beberapa kriteria, yaitu kemampuan memikat hati anak, kemampuan
membina hubungan yang serasi dengan anak, penguasaan keahlian teknis mendidik anak, memberikan contoh yang baik kepada anak, memperbaiki jika merasakan ada kesalahan dan kekeliruan dalam mendidik, membimbing, dan
melatih anak (Djamarah, 2014).
Diana Baumrind meneliti sebanyak 103 anak prasekolah dari 85 keluarga.
Beliau melakukan wawancara, pengetesan, dan melihat pembelajaran selama di rumah untuk mengukur bagaimana anak berfungsi, mengidentifikasi tiga pola asuh orang tua, dan menggambarkan pola perilaku umum dari anak yang
dibesarkan dengan masing-masing cara. Berikut adalah tipe pola asuh orang tua menurut Diana Baumrind (dalam Papalia, Olds, & Fieldman, 2009):
a) Orang tua yang otoritarian (authoritarian)
Orang tua yang otoritarian adalah orang tua yang menghargai kontrol dan kepatuhan tanpa banyak tanya. Orang tua berusaha membuat anak mematuhi set
standar perilaku dan menghukum mereka secara tegas jika melanggarnya. Orang tua lebih mengambil jarak dan kurang hangat dibanding orang tua yang lain
b) Orang tua yang permisif (permissive)
Orang tua yang permisif adalah orang tua yang menghargai ekspresi diri dan pengaturan diri. Orang tua hanya membuat sedikit permintaan dan
membiarkan anak memonitor aktivitas mereka sendiri sedapat mungkin. Ketika membuat aturan, orang tua menjelaskan alasannya kepada anak. Orang tua
berkonsultasi dengan anak mengenai keputusan kebijakan dan jarang menghukum. Orang tua bersikap hangat, tidak mengontrol, dan tidak menuntut. c) Orang tua yang otoritatif (authoritative)
Orang tua yang otoritatif adalah orang tua yang menghargai individualitas anak tetapi juga menekankan batasan-batasan sosial. Orang tua percaya akan
kemampuan dalam memandu anak, tetapi juga menghargai keputusan mandiri, minat, pendapat, dan kepribadian anak. Orang tua menyayangi dan menerima, tetapi juga meminta perilaku yang baik, tegas dalam menetapkan standar, dan
berkenan untuk menerapkan hukuman yang terbatas dan adil jika dibutuhkan dalam konteks hubungan yang hangat dan mendukung. Orang tua menjelaskan
alasan dibalik pendapatnya dan mendorong komunikasi verbal timbal balik sehingga anak merasa aman karena mengetahui mereka dicintai, tapi juga diarahkan dengan tegas. Dari teori-teori di atas, ada tiga tipe pola asuh orang tua
yaitu otoritarian (authoritarian), permisif (permissive), dan otoritatif (authotitative) yang masing-masing memiliki kekhasan tersendiri dalam penerapannya.
mengikat sehingga anak harus tunduk dan patuh pada peraturan yang ditetapkan.
Pola asuh permisif adalah pola asuh yang memberikan kekeluasaan sebebas-bebasnya pada anak untuk bertindak dan berperilaku. Pola asuh otoritatif adalah
pola asuh yang memberikan batasan dengan adanya keleluasaan dan penerimaan sehingga keberadaan anak sering diikutkan dalam diskusi keluarga.
2. Hasil Penelitian yang Relevan
Dewy (2009) melakukan penelitian dengan judul Persepsi Anak Mengenai Keluarga di Surakarta dan menetapkan 55 anak usia sekolah dasar sebagai subyek penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak mengenai keluarga dan diperoleh hasil berupa 51 macam kata persepsi.
Kata-kata persepsi tersebut dibagi menjadi 3 berdasarkan prosentase dari yang paling sering muncul, kemunculannya dibawah 10%, dan yang jarang muncul. Kata persepsi yang dominan adalah persepsi mengenai keluarga yang menyayangi – mencintai – mengasihi dan keluarga yang berkumpul – kebersamaan – bersama.
Berdasarkan kedekatan arti, masing-masing kata dapat dikelompokkan menjadi 10
kelompok persepsi yaitu relasi yang harmonis, memberi secara psikologis, memberi secara materiil, memiliki rasa kebersamaan, memiliki hubungan pertalian darah, meminta, relasi yang sangat kuat dan intens, sebuah karunia yang
dimiliki, relasi yang saling melengkapi, dan tempat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan. Kelompok persepsi yang dominan adalah relasi yang harmonis.
proyektif dengan teknik konstruksi yang menghasilkan cerita dan kuesioner
terbuka. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis isi.
Relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
adanya kesamaan dalam pembahasan yaitu munculnya persepsi anak terhadap sikap dan perilaku anggota keluarga sehingga anak menangkap fungsi keluarga
dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat keterkaitan persepsi anak dengan perilaku anggota keluarga sebab anak dapat merasakan adanya keharmonisan maupun ketidakharmonisan dengan mengandalkan pemikiran mereka melalui proses
penginderaan. Penelitian sebelumnya dengan penelitian ini mendekati serupa karena dalam penelitian ini juga akan mengungkapkan persepsi anak terhadap
orang tua berdasarkan sikap dan perilaku orang tua selama mereka mendidik dan mengasuh anak.
Pramawaty dan Hartati (2012) melakukan penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan pola asuh orang tua dan konsep diri anak usia sekolah (10-12 tahun). Penelitian dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Konsep Diri Anak Usia Sekolah (10-12 Tahun) ini menggunakan pendekatan kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasi. Data diuji dengan Chi Square
dan hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara pola asuh
orang tua dengan konsep diri anak usia sekolah (10-12 tahun) (x2=6.808; p=0.033). Pola asuh demokratis lebih banyak didapatkan anak dengan konsep diri
penelitian ini adalah anak usia 10-12 tahun dan ditentukan melalui teknik total
sampling dengan total responden adalah 149 orang.
Relevansi dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
kesamaan usia anak yaitu 10–12 tahun serta keterkaitan peran orang tua pada masa tumbuh kembang anak. Penelitian ini juga akan membahas mengenai orang
tua dalam perannya mendidik anak untuk menjadi matang (berkembang sesuai dengan usianya). Narasumber yang diteliti pada penelitian ini adalah dua siswi SD yang berumur 9 dan 12 tahun sehingga dalam penelitian sebelumnya peneliti
mendapat informasi mengenai karakteristik-karakteristik anak usia 10-12 tahun. Maryaningtyas (2013) juga melakukan penelitian mengenai persepsi anak
terhadap keluarga khususnya orang tua. Penelitian dengan judul Persepsi Anak Mengenai Orang Tua dan Keluarga dari Orang Tua Bercerai ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek (delapan subyek) mempersepsikan ibu secara
positif, sedangkan ayah, orang tua, dan keluarga dipersepsikan secara beragam yaitu dari segi positif dan negatif berdasarkan dampak perceraian orang tua yang
diberikan kepada anak. Kemunculan persepsi ini dapat disebabkan oleh dampak perceraian yang membuat anak memiliki harapan dan kebutuhan kepada keluarga dan orang tua. Persepsi anak tidak hanya dipengaruhi oleh pengalaman nyata saja
tetapi juga dari pemikiran anak itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi anak mengenai orangtua dan keluarga dari orang tua
anak-anak, sedangkan pengambilan data menggunakan laporan CAT dengan teknik
analisis tematik.
Relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu
mengungkapkan persepsi anak berdasarkan sikap dan perilaku yang orang tua lakukan dalam hidup sehari-hari. Persepsi anak mengenai orang tua dapat
terbentuk karena kondisi keluarga dan pengalaman melihat serta merasakan sikap maupun perilaku orang tua baik itu sikap yang patut dicontoh atau sikap yang kurang patut untuk dicontoh. Penelitian ini juga mengungkapkan persepsi siswa
berdasarkan sikap orang tua dalam mendidik dan mengontrol anak mereka sehingga perlakuan mereka melekat pada anak dan memberi pelajaran untuk
kehidupan mendatang.
Dumanauw (2012) meneliti mengenai persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua. Penelitian tersebut berjudul Persepsi Siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 Terhadap Pola Asuh Orang Tua. Tujuan penelitian adalah untuk (1) Mengetahui persepsi siswa kelas VIII SMP Bopkri 3
Yogyakarta tahun ajaran 2011-2012 terhadap pola pengasuhan orang tua, (2) Mengidentifikasi kualitas-kualitas butir dominan dalam pola asuh otoriter dan permisif, (3) Mengetahui profil skor setiap siswa kelas VIII SMP Bopkri 3
Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dari pola asuh demokratis, otoriter, dan permisif dalam upaya mengidentifikasi subyek yang direkomendasikan mendapat
siswa, kelas VIIIC sejumlah 23 siswa, dan kelas VIIID sejumlah 25 siswa.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Pola Asuh Orang Tua dengan jumlah 60 item. Hasil penelitian menyatakan bahwa (1) siswa memiliki persepsi kuat
terhadap pola asuh demokratis dengan frekuensi tinggi (92,22%), persepsi lemah terhadap pola asuh otoriter dengan frekuensi tinggi (65,56%), dan persepsi lemah
terhadap pola asuh permisif dengan frekuensi tinggi (73,33%). (2) Terdapat 6 butir dominan untuk pola asuh otoriter dan 5 butir dominan untuk pola asuh permisif. (3) Terdapat 10 siswa yang memiliki rata-rata skor sama antara pola
asuh permisif dan otoriter dan 9 siswa yang memiliki rata-rata skor sama antara ketiga pola asuh.
Relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah adanya pola asuh orang tua pada anak sehingga anak dapat menilai dan mempersepsikan pola asuh yang mereka terima. Penelitian sebelumnya dan
penelitian ini memiliki kesamaan yang besar sebab penelitian ini juga akan menarik persepsi anak terhadap pola asuh orang tua. Anak menilai tipe pola asuh
otritarian, permisif, atau otoritarif berdasarkan perlakuan dan cara didik yang diterapkan orang tua sehari-harinya.
Uji, Sakamoto, Adachi, dan Kitamura (2013) dalam penelitiannya yang
berjudul The Impact of Authoritative, Authoritarian, and Permissive Parenting Styles on Children’s Later Mental Health in Japan: Focusing on Parent and Child
dampak yang baik sehingga responden dapat berhasil di kemudian hari. Penelitian
ini mengambil sebanyak 1.320 orang sebagai responden. Responden dipilih secara acak termasuk didalamnya karyawan perusahaan, mahasiswa, dan staf rumah sakit
untuk mengingat dan mengevaluasi pengasuhan yang mereka terima dan melaporkan kesehatan mental yang mereka rasakan saat ini.
Relevansi penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memberi dampak bagi anak pada kehidupan mendatang. Pola asuh akan melekat pada diri seseorang dan membentuk persepsi untuk
melakukan introspeksi dari cara didik yang mereka diterima dahulu. Penelitian ini juga membahas bahwa pola asuh akan memberi dampak dalam membentuk
karakteristik anak sehingga cara didik orang tua akan melekat hingga usia dewasa. Kelima penelitian yang relevan di atas menjadi bahan acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian yang berjudul Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orang Tua. Peneliti menghubungkan dan mengaitkan kesamaan topik pada penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu ada keterkaitan hubungan
mengenai persepsi anak terhadap keluarga maupun orang tua serta pola asuh orang tua. Salah satu dari penelitian yang relevan memunculkan usia anak setingkat SD dan hal tersebut berkaitan erat dengan topik penelitian yang peneliti
coba analisis karena narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak usia SD khususnya usia 9 tahun dan 12 tahun sehingga peneliti mendapat banyak
memunculkan pandangan dan penilaian tersendiri bagi anak mengenai baik buruk
maupun positif negatif orang tua. Selanjutnya, pola asuh otoritarian, permisif, dan otoritatif juga memberi dampak pada mental seseorang sampai usia dewasa karena
pola asuh berperan sebagai pembentuk karakter dan kepribadian seseorang sehingga akan melekat sampai usia dewasa hingga tua.
Berikut adalah bagan literatur map dari penelitian-penelitian yang relevan: Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan
B. Kerangka Berpikir
Peran keluarga sangatlah penting bagi tumbuh kembang anak dari usia dini hingga dewasa, terlebih pola asuh orang tua karena berfungsi membentuk
kepribadian serta karakter anak. Melalui pola asuh inilah anak dapat menilai kemudian mempersepsikan perasaan yang muncul dalam menanggapi berbagai
tipe pola asuh yang orang tua terapkan. Perbedaan cara orang tua dalam mendidik anak tentunya akan membawa pengaruh yang berdampak baik maupun buruk bagi psikis anak. Perlu adanya keterampilan dan kesabaran untuk mengolah
Dewy (2009) Persepsi Anak Mengenai Keluarga di
Surakarta
Dumanauw (2012) Persepsi Siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2011/2012 Terhadap Pola Asuh Orang
Tua.
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Konsep Diri Anak
Usia Sekolah (10-12 Tahun)
Uji, Sakamoto, Adachi, dan Kitamura (2013)
The Impact of Authoritative, Authoritarian, and Permissive Parenting Styles on
komunikasi serta membagi waktu antara kesibukan dengan pemberian perhatian
sehingga hubungan anak dan orang tua terjalin dekat dan lekat. Namun begitu, perlu pula adanya pengajaran kontrol diri melalui perilaku yang dianggap pantas
agar anak disiplin dan terkendali.
Perbedaan budaya dalam pola asuh tentu menjadi perhatian. Kepatuhan dan
ketegasan pola asuh pada keturunan Asia bukan diasosiasikan dengan dominasi atau kekerasan, tetapi lebih diasosiasikan dengan perhatian, menyayangi, dan keterlibatan untuk mempertahankan keharmonisan keluarga. Peneliti ingin
mengaitkan tipe pola asuh orang tua yang diterapkan pada anak khususnya di lingkungan yang masuk dalam benua Asia sehingga dapat diketahui persepsi anak
berdasarkan cara didik yang mereka terima. Hal penting pada anak usia SD ialah anggapan bahwa sikap otoritas (kekuasaan) orang tua harus dikedepankan dan menganggap kekuasaan adalah sesuatu yang wajar. Namun, adanya lingkungan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian ini akan dibahas hal-hal yang meliputi jenis penelitian, setting
penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisa data, kredibilitas dan tranferabilitas.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus yang menekankan pada analisis proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan
dinamika hubungan antar fenomena dari masalah sosial atau kemanusiaan yang diamati dan senantiasa dieksplorasi menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif ini menggunakan strategi yaitu studi kasus. Studi kasus merupakan
strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Penelitian studi
kasus ini dilatarbelakangi oleh sikap dan perilaku anak yang kurang sopan terhadap orang yang lebih tua. Maka jelaslah bahwa penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus ini ingin mencermati dan menyelidiki realita sosial di keluarga
mengenai pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya sehingga muncullah persepsi dari anak mengenai cara didik yang mereka terima. Berawal dari
mengamati kemudian mengeksplorasi kebiasaan, perilaku, dan aturan keluarga yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, maka peneliti berusaha menganalisis cara pandang dan penilaian anak terhadap pola asuh dan cara didik dari orang tua
B. Setting Penelitian
Penelitian ini diadakan di dua keluarga yang beralamatkan di daerah
Yogyakarta. Alasan pemilihan dua keluarga sebagai tempat untuk melakukan penelitian karena peneliti ingin melihat dan mengetahui dua persepsi anak
terhadap pola asuh orang tuanya apakah serupa atau bahkan sama sekali berbeda. Lingkungan sekitar daerah Sleman, Yogyakarta termasuk lingkungan pinggiran namun keadaan ekonomi masyarakat sekitar cukup terpenuhi. Lingkungannya
terbagi menjadi perumahan-perumahan, walau begitu kondisi sosialnya masih kental dengan kondisi di pedesaan pada umumnya. Namun, ada pula beberapa
keluarga yang berada di posisi kalangan menengah dan kekurangan.
Penelitian dilakukan di rumah narasumber dan terlihat bahwa lingkungan yang ditempati oleh dua narasumber tersebut cukup berbeda. Lingkungan yang
ditempati Dn sangat sederhana karena kemampuan ekonominya pada tingkatan menengah, sedangkan lingkungan yang menjadi tempat tinggal Hp tercukupi
karena kemampuan ekonomi keluarganya termasuk menengah ke atas. Dalam sosialisasi sehari-hari, kedua narasumber penelitian ini mendapat kontrol pula dari kakek, nenek, tante, pakdhe, maupun budhenya karena mereka tinggal saling
berdekatan, di samping kanan dan kiri rumah narasumber. Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dan terproses dimulai dari pengamatan narasumber
di dalam kelas serta sosialisasi terhadap teman-temannya, pengumpulan informasi dari guru kelas dan teman sekelas untuk mengetahui sikap serta kebiasaan narasumber, wawancara mendalam, dan observasi dengan meninjau secara
terjadi dalam kehidupan sehari-harinya selama di rumah. Proses pengambilan data berlangsung selama dua bulan pada bulan September dan Oktober. Pengambilan
data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan satu kali sedangkan observasi sebanyak tiga kali dengan waktu yang berbeda-beda yaitu
pada siang sampai menjelang sore hari, petang sampai malam hari, dan pagi hari. Berikut adalah tabel jadwal pengambilan data wawancara dan observasi:
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data Penelitian
No. Hari, tanggal Kegiatan Waktu
1. Senin, 29 September 2014 Observasi di rumah Dn 11.45 – 16.30 2. Senin, 29 September 2014 Wawancara dengan Dn 12.11 – 12.36 3. Rabu, 1 Oktober 2014 Observasi di rumah Hp 11.45 – 16.30 4. Rabu, 1 Oktober 2014 Wawancara dengan Hp 12.12 – 12.45 5. Rabu, 8 Oktober 2014 Observasi di rumah Dn 17.30 – 21.00 6. Sabtu, 11 Oktober 2014 Observasi di rumah Dn 05.00 – 06.45 7. Rabu, 15 Oktober 2014 Observasi di rumah Hp 17.30 – 21.00 8. Sabtu, 18 Oktober 2014 Observasi di rumah Hp 05.00 – 06.30
Narasumber dalam penelitian ini adalah dua orang siswi kelas IV SD Sumbang Asih (nama SD disamarkan) dengan usia 9 dan 12 tahun dengan kriteria
tertentu. Rata-rata usia anak sekolah kelas IV adalah antara 9 dan 10 tahun. Pemilihan anak usia 9 dan 12 tahun dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan persepsi anak dengan kelas yang sama namun usia berbeda sedangkan pemilihan
di kelas IV merupakan dasar untuk menuju proses perkembangan berpikir siswa ke tingkat atas sehingga peneliti berpikir bahwa ada hubungan dan peran keluarga
dalam tumbuh kembang anak pada awal masuk kelas atas. Pemilihan narasumber dilakukan melalui observasi dan pengamatan mengenai karakteristik yang melekat
sehingga karakter tersebut membentuk kepribadian dan ditemukan dua narasumber yang berbeda kepribadian. Narasumber Dn termasuk siswi yang pendiam namun dia ramah dan hubungan dengan teman-temannya baik. Prestasi
di kelas cukup tinggi, jika ada teman yang meminta bantuan, Dn akan dengan senang hati membantu. Narasumber Hp termasuk siswi yang sangat ramah,
disegani oleh teman-temannya namun perilakunya kurang sopan pada orang yang lebih tua. Sering kali, Hp mengucapkan kata-kata kasar pada orang yang lebih tua. Prestasi di kelas tergolong rendah sehingga Hp pernah mengalami tinggal di kelas
selama dua tahun.
Tabel 3.2 Identitas Siswa
Nama (samaran) Nama Sekolah (disamarkan) Kelas Umur
Dn SD Sumbang Asih IV 9 tahun
Hp SD Sumbang Asih IV 12 tahun
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari desain penelitian yang digunakan oleh Setyawan (2008). Ada tiga tahapan yang dilalui peneliti dalam penelitian ini. Ketiga tahapan tersebut meliputi tahap
masih terbagi menjadi lima langkah-langkah kerja. Secara keseluruhan, alur penelitian kualitatif ini dapat dilihat pada bagan rencana penelitian di bawah ini:
Gambar 3.1 Bagan rencana penelitian (diadaptasi dari Setyawan (2008))
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Perencanaan Pengumpulan data Analisis data
Langkah 2
Langkah 1 Memilih Langkah 4
Memilih fokus narasumber Melakukan penelitian Langkah 5 penelitian - wawancara Koding dan Menentukan - observasi organisasi rumusan Langkah 3 - transkrip data masalah Merancang - menilai kepercayaan Menafsirkan Menyusun konsep instrumen Menganalisis Penelitian Menarik kesimpulan
Berikut adalah penjelasan langkah-langkah dari masing-masing tahapan penelitian:
1. Langkah pertama
Peneliti melakukan pemilihan tema atau topik dan menentukan fokus penelitian kemudian peneliti menentukan rumusan masalah dengan menyusun
kalimat pertanyaan sebagai langkah awal untuk memulai penelitian. Langkah selanjutnya adalah menyusun konsep sehingga penelitian dapat berjalan sesuai alur yang telah ditentukan.
2. Langkah kedua
Peneliti mulai memilih narasumber berdasarkan topik yang akan diteliti.
Pemilihan narasumber dilihat berdasarkan kriteria cara bersosialisasi dan berperilaku terhadap guru dan teman-teman di sekolahnya.
3. Langkah ketiga
wawancara dan panduan observasi. Peneliti membuat kisi-kisi terlebih dahulu kemudian meminta beberapa ahli untuk menentukan kelayakan untuk dapat
dipakai sebagai instrumen penelitian. 4. Langkah keempat
Peneliti mulai melakukan penelitian dengan terlebih dahulu mewawancarai narasumber kemudian melakukan observasi untuk melihat secara langsung segala aktivitas narasumber ketika berada di rumah. Setelah peneliti mendapatkan
data-data dan dirasa cukup, peneliti menyusun transkrip wawancara dan mendeskripsikan secara gamblang segala aktivitas yang sebenarnya terjadi pada
narasumber kemudian menilai kepercayaan dengan melakukan pengecekan terhadap cerita dari sumber yang berbeda. Saat melakukan penelitian, peneliti juga mengambil informasi-informasi dari guru kelas serta teman-teman narasumber
mengenai perilaku dan kebiasaan narasumber selama berada di sekolah. 5. Langkah kelima
Langkah selanjutnya setelah transkrip wawancara tersusun, peneliti menetapkan kode-kode pada jawaban narasumber yang berkaitan dengan kisi-kisi pada pedoman wawancara untuk mempermudah pengorganisasian data. Dari data
yang telah terorganisasi tersebut, peneliti menginterpetasi dan menganalisis data yang didapat kemudian menceritakan secara keseluruhan data wawancara maupun
observasi dan menarik kesimpulan dari analisis tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara dan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2010).
Sedangkan observasi menurut Sudijono (2012) adalah cara menghimpun data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung kepada obyek dan
melakukan catatan secara sistematis terkait dengan kejadian-kejadian yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
1. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mendapatkan dan menemukan apa yang terdapat di dalam pikiran orang lain. Penelitian ini menggunakan wawancara
tidak struktur atau sering disebut sebagai wawancara mendalam. Wawancara tidak terstruktur mirip dengan percakapan informal. Wawancara ini bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah
pada saat wawancara dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi saat wawancara berlangsung. Wawancara secara mendalam ini dilakukan secara
terbuka yang berarti narasumber mengetahui kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang bertugas melakukan penelitian di lokasi penelitian. Pertanyaan terbuka mempunyai kelebihan-kelebihan antara lain memungkinkan perolehan
variasi jawaban sesuai dengan pemikiran narasumber sehingga narasumber dapat memberikan jawabannya secara lebih rinci. Narasumber juga mendapat
kesempatan untuk mengekspresikan caranya dalam menjawab pertanyaan. Namun, peneliti juga harus dapat mengendalikan diri sehingga tidak memberikan penilaian mengenai benar salahnya pendapat atau opini narasumber. Peneliti