ABSTRAK
EFEK INFUSA HERBA KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus [Bl] Miq.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT
JANTAN GALUR Swiss- Webster
Pudyastuti Rachyanti, 2007 ; Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., MS.,
AFK.,Apt. Pembimbing II : Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes.
Diabetes Melitus adalah penyakit kronik yang merupakan masalah serius karena biaya pengelolaannya yang mahal, prevalensinya yang cukup tinggi, serta komplikasinya yang berdampak besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Kumis kucing dengan kandungannya yang berkhasiat, merupakan salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai pilihan dalam pengelolaan diabetes melitus.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek kumis kucing terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan.
Penelitian ini merupakan penelitian prospektif eksperimental sungguhan memakai rancangan acak lengkap bersifat komparatif. Hewan coba yang digunakan adalah mencit jantan dewasa galur Swiss-Webster berusia 9-10 minggu dengan berat badan 25-30 gram sebanyak 25 ekor yang diinduksi aloksan. Mencit yang memenuhi persyaratan dibagi menjadi 5 kelompok (n = 5). Tiga kelompok perlakuan yaitu 1 DM (1 x dosis manusia), 2 DM, dan 4 DM diberi infusa herba kumis kucing setiap hari selama 7 hari masing-masing sebanyak 0,195 mg/25 g BB mencit, 0,39 mg/25 g BB mencit, dan 0,78 mg/25 g BB mencit. Kelompok kontrol diberi air suling dan kelompok pembanding diberi larutan Glibenklamid. Kadar glukosa darah diukur pada hari ke-14 setelah induksi aloksan dan pada hari ke-21 yaitu hari ke-8 setelah perlakuan. Analisis secara statistik dilakukan dengan menggunakan Analisis Varian (ANAVA) satu arah, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan dengan α = 0,05..
ABSTRACT
THE EFFECT OF KIDNEY TEA PLANTS INFUSION (Orthosiphon aristatus [Bl] Miq.) ON THE DECREASE OF BLOOD GLUCOSE CONCENTRATION IN Swiss-Webster STRAIN MALE MICE
Pudyastuti Rachyanti, 2007 ; 1st tutor : Endang Evacuasiany,Dra.,MS., AFK.,Apt. 2nd tutor : Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes.
Diabetes mellitus is a chronic disease which form a serious problem due to it expensive cost, with a relatively high prevalence, and its complications that greatly decrease human resource quality. Kidney tea plants with it peculiar property is one of medical plants that can be used as an alternative to diabetic treatment.
The purpose of this research was to find out the effect of kidney tea plants on the decrease of blood glucose concentration in mice which induced by alloxan. This research was a real prospective experimental method using random complete design. The experimental animals were Swiss-Webster adult male mice 9-10 weeks of age with 25-30 gram weight which induced by alloxan. Mice which fulfill the qualifications divided into 5 groups (n = 5). Three groups of treatments that is 1 DM, 2 DM, and 3 DM were given kidney tea plants infusion everyday for 7 days that is 0,195 mg/25 g mice weight, 0,39 mg/25 g mice weight, and 0,78 mg/25 g mice weight each. Control group were given aquadest and standard group were given Glibenklamid solution. The blood glucose concentrations were measured on day 14th after induced by alloxan and day 21 th that is day 8 th after treatments. Statistical analysis with one way ANOVA, continued by Duncan with
α = 0.05.
Blood glucose concentration after given kidney tea plants 1DM, 2DM, 4 DM, glibenclamide, and aquadest alternately were 103 mg%, 87,6 mg%, 89,6 mg%, 60,8 mg%, dan 136 mg%. Kidney tea plants infusion 1 DM, 2DM , and 4DM were significantly different with control (p < 0.05).
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa atas berkat, rahmat dan karuniaNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. Tujuan dari pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Pada kesempatan ini, penulis bermaksud untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Endang Evacuasiany, Dra.,MS., AFK.,Apt., selaku pembimbing utama atas bimbingan, nasihat, dan bantuannya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini 2. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes., selaku pembimbing pendamping atas
bimbingan, nasihat, dan bantuannya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. 3. Bapak dan Ibu, atas dukungan moral dan materiil serta kasih sayang yang
diberikan kepada penulis.
4. Kakak dan adikku tercinta, atas segala dukungan dan doanya untuk penulis. 5. Teman seperjuanganku, Vindi, Intan, Satria, Jono, Roy, Tassa, Ichsan, Dwi,
dan Handi terima kasih untuk kebersamaan, kerjasama, dan dukungannya. 6. Dimas Bramaditya Amir S.Ked., atas bantuan, perhatian, dan motivasi yang
diberikan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini..
7. Sahabat-sahabatku, Nane, Puspa, Tine, Tika, Sri, Rosyi, Tisha serta teman-teman angkatan 2002 yang telah memberikan semangat kepada penulis. 8. Pak Nana dan Pak Kris, atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan... 2
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran... 3
2.2 Insulin
2.2.1 Kimia Insulin... 9
2.2.2 Sekresi Insulin... 10
2.2.3 Peranan Insulin dalam Metabolisme ... 12
2.3 Diabetes Melitus
2.6.3 Morfologi ... 35
2.6.4 Kandungan Kimia ... 37
2.6.5 Manfaat dan Kegunaan ... 37
BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 43
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
LAMPIRAN 1... 57
LAMPIRAN 2... 59
RIWAYAT HIDUP ... 61
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sel-sel pulau (islet) pankreas dan produk sekretoriknya ... 7
Tabel 2.2 Peran insulin dalam metabolisme ... 13
Tabel 2.3 Perbedaan antara diabetes tipe 1 dengan diabetes tipe 2 ... 18
Tabel 2.4 Kriteria pengendalian DM ... 28
Tabel 4.1 Kadar glukosa darah mencit dengan pemberian infusa herba kumis kucing ... 43
Tabel 4.2 Perbandingan rerata, nilai minimum, dan maksimum dari kadar glukosa darah mencit setelah induksi dan setelah perlakuan ... 44
Tabel 4.3 Hasil ANAVA kadar glukosa darah setelah perlakuan... 45
Tabel 4.4 Hasil uji jarak berganda Duncan pada kadar glukosa darah setelah perlakuan... 46
Tabel 4.5 Rerata, nilai minimum, dan maksimum penurunan kadar glukosa Darah ... 47
Tabel 4.6 Hasil ANAVA persentase penurunan kadar glukosa darah ... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Pankreas ... 6
Gambar 2.2 Fisiologi pulau langerhans dalam kelenjar pankreas... 8
Gambar 2.3 Struktur kimia insulin... 9
Gambar 2.4 Mekanisme sekresi insulin ... 12
Gambar 2.5 Struktur kimia aloksan ... 33
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil perhitungan konversi dosis... 57
Lampiran 2 1. Kadar glukosa darah setelah induksi ... 59
2. Kadar glukosa darah setelah perlakuan... 59
57
Lampiran 1
Hasil Perhitungan Konversi Dosis
1. Larutan Glibenklamid
Dosis manusia untuk Glibenklamid sebesar 10 mg dan konversi dosis dari
manusia ke mencit = 0,0026.
Dosis larutan Glibenklamid dikonversikan dari manusia ke mencit (20 g)
= 10 mg * 0,0026
= 0,026 mg
Dosis untuk mencit dengan berat badan 25 g
= 25/20 * 0,026
= 0,0325 mg
Jadi dosis larutan glibenklamid yang diberikan pada mencit adalah 0,0325 mg /
0,5 ml
2. Infusa Kumis Kucing
Dosis 1 DM :
Dosis manusia adalah sebesar 30-60 g/hari
Konversi dosis dari manusia ke mencit (20 g) adalah sebesar 0,0026
Jadi dosis pada mencit (20 g) adalah 0,078 g – 0,156 g
Dosis untuk mencit dengan berat badan 25 g
= 25/20 * 0,156
= 0,195 g
Jadi dosis infusa kumis kucing 1 DM yang diberikan pada mencit 25 g adalah
0,195 g / 0,5 ml
Dosis 2 DM :
Dosis 2 DM untuk mencit adalah
= 0,195 * 2
= 0,39 g
Jadi dosis infusa kumis kucing 2 DM yang diberikan pada mencit 25 g adalah
58
Dosis 4 DM :
Dosis 4 DM untuk mencit adalah
= 0,195 * 4
= 0,78 g
Jadi dosis infusa kumis kucing 4 DM yang diberikan pada mencit 25 g adalah
0,78 / 0,5 ml
3. Aloksan
Dosis aloksan = 120 mg / kg BB
Dosis aloksan untuk mencit dengan berat badan 25 g adalah
=120 mg * 0,025
59
Lampiran 2
1. Kadar Glukosa Darah Setelah Induksi
Oneway
2. Kadar Glukosa Darah Setelah Perlakuan
Oneway
Squares df Mean Square F Sig.
Post Hoc Tests
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
60
3. Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah
neway
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000. a.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronik (menahun) yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia)
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Slamet Suyono, 2002;
Suharmiati, 2003).
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia (Rudy.W.
Bilous, 2003), yang mana penyakit ini seringkali menimbulkan kecemasan
terhadap kualitas dan harapan hidup penderita. Hal ini disebabkan karena diabetes
melitus merupakan masalah serius yang berdampak pada penurunan kemampuan
kerja serta produktivitas secara progresif, yang dapat diakhiri dengan kematian
akibat berbagai komplikasi yang fatal, dimana penderita DM mempunyai risiko
untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak 2
kali lebih besar, dan 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal (Sarwono
Waspadji, 2002).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang harus mendapat perhatian
lebih di negara kita, yang mana menurut survei yang dilakukan oleh organisasi
kesehatan dunia WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah
penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk. Diabetic Federation menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes melitus yang pada tahun 2001, mencapai 5,6 juta penderita diabetes untuk usia diatas 20 tahun, akan
meningkat menjadi 8,2 juta pada tahun 2020, bila tidak dilakukan upaya
perubahan pola hidup sehat para penderita (Depkes RI, 2006).
Diabetes merupakan penyakit mahal yang sangat mempengaruhi keadaan
ekonomi penderita dan keluarganya. Penderita diabetes harus mengeluarkan biaya
yang besar untuk perawatan berobat jalan, perawatan di rumah sakit, program
2
mandiri. Semua itu harus dilaksanakan secara terus menerus karena diabetes
melitus merupakan penyakit kronik yang akan diderita seumur hidup, sehingga
secara keseluruhan, biaya yang harus dikeluarkan menjadi sangat tinggi
(PERKENI, 2006).
Salah satu pilihan untuk mengatasi DM adalah dengan memanfaatkan tanaman
obat (herba), yang mana daya tarik herba diantaranya adalah alamiah, lebih aman,
dan lebih dapat ditoleransi daripada obat-obatan modern, selain itu herba juga
mudah didapat dan bahkan lebih murah (Juckett, 2004).
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus [Bl] Miq.) merupakan salah satu tanaman obat yang dikenal dapat digunakan untuk perawatan penderita diabetes
(Prapti Utami, 2006). Dengan harganya yang relatif murah serta mudah untuk
didapat, kumis kucing dapat digunakan sebagai alternatif obat hipoglikemik oral.
Salah satu kandungan kimia yang terdapat dalam kumis kucing adalah saponin,
yang mana terdapat hasil penelitian di Iraq yang menyebutkan bahwa saponin dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan (Hassan, Barry,
Mohammeda, 2000; B. Mahendra dan Fauzi Rahmat Kusuma, 2005). Oleh sebab
itu perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji efek kumis kucing dalam
pengelolaan penyakit diabetes.
1.2Identifikasi Masalah
Apakah infusa herba kumis kucing menurunkan kadar glukosa darah.
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian : Bila kumis kucing dapat menurunkan kadar glukosa darah
diharapkan dapat digunakan sebagai obat alternatif dalam pengelolaan penyakit
3
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang farmakologi khususnya
dalam penggunaan tanaman obat (herba).
1.4.2 Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini, apabila terbukti bahwa kumis kucing dapat menurunkan
kadar glukosa darah, maka diharapkan masyarakat dapat memperoleh obat
alternatif yang sangat menguntungkan.
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Diabetes melitus (DM) disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin, baik
kekurangan ini absolut maupun relatif, selain itu, DM juga dapat disebabkan oleh
proses autoimun, genetik dan obat-obatan seperti derivat thiazide, diphenylhidantoin, dan phenothiazine, serta bahan lain seperti alloxan, streptozotocin dan vacor rat poison. Aloksan merupakan zat diabetogenik yang dapat menyebabkan degenerasi sel beta pankreas. Sel beta pankreas akan
mereduksi aloksan, yang mana proses reduksi tersebut melibatkan protein yang
diperlukan dalam sintesis insulin serta menghasilkan radikal oksida dan radikal
hidroksil yang dapat menyebabkan kerusakan membran serta kematian sel
(Halliwell, 1991; M.W. Haznam, 1991).
Kandungan zat aktif dalam herba kumis kucing antara lain adalah saponin dan
senyawa flavon seperti sinensetin, derivat dimetil, trimetil, dan tetrametil serta
4
menghambat radikal bebas di tubuh, antara lain mereduksi radikal nitric oxide, anion superoxide, singlet oxygen dan radikal hidroksil (Bruneton, 1999; Mills and Bone, 2000; B. Mahendra dan Fauzi Rahmat Kusuma, 2005). Saponin merupakan
senyawa fitokimia yang dapat menghambat peningkatan kadar glukosa darah
dengan cara menghambat penyerapan glukosa di usus halus dan menghambat
pengosongan lambung. Yang mana dengan melambatnya pengosongan lambung,
maka absorpsi makanan akan semakin lama, dan kadar glukosa darah akan
mengalami perbaikan (Matsuda, Li, Yamahara, Yoshikawa, 1999).
1.5.2 Hipotesis
Infusa herba kumis kucing menurunkan kadar glukosa darah.
1.6Metodologi
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan, dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif.
Data yang diukur adalah kadar glukosa darah dalam mg/dl. Analisis secara
statistik dilakukan dengan menggunakan Analisis Varian (ANAVA) satu arah,
dilanjutkan dengani uji jarak berganda Duncan dengan α = 0,05.
1.7Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Infusa herba kumis kucing (Orthosiphon aristatus [Bl] Miq.) semua dosis
dapat menurunkan kadar glukosa darah terutama dosis 4 DM.
5.2 Saran
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan sehingga perlu dilakukan
penelitian lanjut. Seperti :
• Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan ekstrak dan variasi dosis yang lebih banyak sehingga dapat diperoleh dosis yang paling baik untuk
pengobatan DM.
• Penelitian mengenai toksisitas kumis kucing
DAFTAR PUSTAKA
Askandar Tjokroprawiro, 2001. Hidup sehat dan bahagia bersama diabetes. Jakarta : EGC. Hal 4-6, 20.
Bennett P.H. 1994. Definition, diagnosis, and classification of diabetes mellitus and impaired glucose tolerance. In: Kahn C.R., Weir G. C., eds. Joslin’s
diabetes mellitus, 13th ed. Pennsylvania: Lea & Febiger. p. 193.
B. Mahendra., Fauzi Rahmat Kusuma. 2005. Kumis kucing pembudidayaan dan
pemanfaatan untuk penghancur batu ginjal. Depok : Penebar Swadaya. Hal
6-10, 15.
Bruneton, J. 1999. Flavonoid. Dalam: Pharmacognosy : Phytochemistry medical
plants, edisi 2. France : Lavoisier Publishing. p. 310-327.
Cartailler J.P. 2006. Insulin from secretion to action. http://www.betacell.Org/ images /cms., 19th October 2006.
Crompton L. 2000. Insulin and Glucagon. cal.man.ac.uk/student_project/ 2000/mnby7lc2/default.htm, 19th October 2006.
Departemen kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
Departemen kesehatan Republik Indonesia. 2006. Diabetes mellitus masalah kesehatan masyarakat yang serius.
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=94 2&Itemid=2. , 20 Juli 2006.
53
Halliwell B., Gutteridge M.C. 1991. Free radicals and toxicology. In : Free
radicals in biology and medicine, 2nd ed. New York. p 310-4.
Hassan A., Barry A., Mohammeda T. 2000. The hypoglycaemic and
antihyperglycaemic effect of citrullus colocynthis fruit aqueous extract in normal and alloxan diabetic rabbits.
www.Prosenebio.in/DMP/citrullus.htm, 25 December 2006.
I Ketut Suastika , I N Dwi Sutanegara. 1999. Komplikasi akut diabetes mellitus. Dalam: I Made Bakta, I Ketut Suastika, eds. Gawat darurat di bidang
penyakit dalam. Jakarta : EGC. Hal 110-113, 123, 128-129.
John M.F. Adam, 2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes mellitus yang
baru.
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/13KlasifikasidanKriteriaDiagnosi sDiabetesMelitusyangBaru127.pdf/13KlasifikasidanKriteriaDiagnosisDiabet esMelitusyangBaru127.html, 20 Juli 2006.
John M.F. Adam. 2006. Diabetes mellitus gestasional. Dalam : Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K.,Siti Setiati, eds.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi keempat-jilid III. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Hal 1927.
Juckett G. 2004. Herbal Medicine. In : Craig C.R., Stitzel R.E., eds. Modern
Pharmacology with clinical applications, 6th edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. p 785.
Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-Dasar Statistika. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal 257-262.
Matsuda H., Li Y., Yamahara J., Yoshikawa M. 1999. Inhibition of Gastric
Emptying by Triterpene Saponin, Momordin Ic, in Mice: Roles of Blood Glucose, Capsaicin-Sensitive Sensory Nerves, and Central Nervous System. http://jpnet.aspet journals.org/cgi/content/full/289/2/729, 25 Desember 2006
Midrian Sirait, dkk. 1993. Penapisan farmakologi dan pengujian fitokimia. Jakarta : Yayasan pengembangan obat bahan alam phyto medica. Hal 15-7.
Mills. S., Bone. K. 2002. Principles of herbal pharmacology. In : Principles and
practice of phytotherapy modern herbal medicine. New york : Churchill
54
Molina P.F. 2004. Endocrine pancreas. In: Nagueira I., Peter J.B., eds. Endocrine
physiology. New York : Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. p 160,
162, 173.
M.W. Haznam. 1991. Pankreas endokrin (Endorine pancreas). Dalam:
Endokrinologi. Bandung : Perc. Angkasa offset. Hal 37-41.
Nolte M.S., Karam J.H. 2002. Hormon pankreas dan obat antidiabetes. Dalam : Katzung, B.G., ed. Farmakologi dasar dan klinik, edisi 8. Jakarta : Salemba Medika. Hal 672-5, 693-706.
Nusa Herba. 2004. Misai kuching medicinal herb. www.misaikucing.com, 20 Juli 2006.
O’meara N.M., Polonsky K.S. 1994. Insulin secretion in vivo. In: Kahn C.R., Weir G. C., eds : Joslin’s diabetes mellitus, 13th ed. Pennsylvania: Lea & Febiger. p 83.
PERKENI. 2006. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2
di Indonesia. Jakarta : PB PERKENI. Hal 1-37.
Powers A.C. 2001. Diabetes mellitus. In: Braunwald E., Fauci A.S., Kasper D.L., Hauser S.L., Longo D.L., Jameson J.L., eds. Harrison’s principles of
internal medicine, 15th ed Vol 2. New York : Mc Graw-Hill. p 2110, 2112,
2119.
Pradana Soewondo. 2002. Pemantauan pengendalian diabetes mellitus. Dalam : Sidartawan Soegondo, Pradana Soewondo, Imam Subekti, eds.
Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Cetakan 2. Jakarta : Balai
penerbit FK UI. Hal 153-154.
Prapti Utami, 2006. Tanaman obat untuk mengatasi diabetes mellitus. Depok : PT Agromedia Pustaka.
55
Rudy W. Bilous. 2003. Seri kesehatan bimbingan dokter pada diabetes. Jakarta: dian rakyat.
Sarwono Waspadji. 2002a. Diabetes mellitus, penyulit kronik dan pencegahannya. Dalam : Sidartawan Soegondo, Pradana Soewondo, Imam Subekti, eds.
Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Cetakan 2. Jakarta : Balai
penerbit FK UI. Hal 171.
_______2002b. Diabetes mellitus, Mekanisme dasar dan pengelolaannya yang rasional. Dalam : Sidartawan Soegondo, Pradana Soewondo, Imam Subekti, eds. Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Cetakan 2. Jakarta : Balai penerbit FK UI. Hal 34.
Schteingart D.E. 1995. Pankreas metabolisme glukosa dan diabetes mellitus. Dalam: Price S.A., Wilson L.M., eds. Patofisiologi, edisi 4. Jakarta : EGC. Hal 1111-9.
Setiawan Dalimartha, 2005. Atlas tumbuhan obat Indonesia, jilid 1. Jakarta : Trubus agriwidya. Hal 127 – 128.
Shoelson S.E., Halban P.A. 1994. Insulin biosynthesis and chemistry. In: Kahn C.R., Weir G. C., eds. Joslin’s diabetes mellitus, 13th ed. Pennsylvania: Lea & Febiger. p 39.
Sidartawan Soegondo. 2002. Prinsip pengobatan diabetes, insulin dan obat hipoglikemik oral. Dalam: Sidartawan Soegondo, Pradana Soewondo, Imam Subekti, eds. Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Cetakan 2. Jakarta : Balai penerbit FK UI. Hal 127.
Simmons D. A. 1994. Pathogenesis of diabetic nephropathy. In: Kahn C.R., Weir G. C., eds. Joslin’s diabetes mellitus, 13th ed. Pennsylvania: Lea & Febiger. p 667.
Slamet Suyono. 2002. Patofisiologi diabetes mellitus. Dalam : Sidartawan Soegondo, Pradana Soewondo, Imam Subekti, eds. Penatalaksanaan
diabetes mellitus terpadu. Cetakan 2. Jakarta : Balai penerbit FK UI. Hal 8,
13-14.
56
Spinas G.A., Heitz P.V. 2005. struktur und synthese des insulins. http://www.Megru.unizh/media/endo/insulin.gif, 19th October 2006.
Stephenson T.J. 1999. Sistem Endokrin. Dalam : Sarjadi ed. Patologi Umum dan
Sistematik, edisi 2. Jakarta : EGC.
Suharmiati. 2003. Pengujian bioaktivitas anti diabetes mellitus tumbuhan obat.
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/06_PengujianBioaktivitasAntiDia betes.pdf/06_Pengujian BioaktivitasAntiDiabetes.html, 2 Agustus 2006.
Tisher C.C. 1997. Nefropati diabetik. Dalam : Huriawati Hartanto ed. Buku saku
nefrologi, edisi 3. Jakarta : EGC. Hal 76.
Tony Handoko, B. Suharto. 2003. Insulin, glukagon dan anti diabetik oral. Dalam : Sulistia G. Ganiswara, Rianto Setiabudy, Frans D. Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi, eds. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta : Gaya Baru. Hal 467-8, 471-9.
Viberti G., Wiseman J.W., Pinto J.R., Messent J. 1994. Diabetic nephropathy. In: Kahn C.R., Weir G. C., eds. Joslin’s diabetes mellitus, 13th ed. Pennsylvania: Lea & Febiger. p 691.
Windholz, M. 2006. The merck index. 14th ed. Rahway N.J. : Merck & co. inc. p 277.
Wise P.H. 1996. Diabetes melitus. Dalam: Jonatan Oswari, ed : Atlas bantu