ABSTRAK
METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN, MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP N 2 POCO RANAKA PADA POKOK
BAHASAN MASSA JENIS
Maria Fransiska Kusumatryani
Universitas Sanata Dharma
2015
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) keaktifan siswa kelas
VII SMP N 2 Poco Ranaka tentang materi massa jenis melalui metode discovery; (2) minat belajar siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka tentang materi massa jenis
melalui metode discovery; (3) peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka tentang materi massa jenis melalui metode discovery.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 – 22 Agustus 2014. Subyek penelitian yaitu 33 siswa kelas VIIC dan 36 siswa kelas VIID SMP N 2 Poco Ranaka,
Kabupaten Manggarai. Instrumen yang digunakan yaitu tes tertulis berupa pre-test
dan post-test, lembar observasi keaktifan dan kuesioner minat belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) metode discovery dapat mengaktifkan siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka untuk materi massa jenis; (2) metode
discovery dapat menarik minat siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka untuk materi massa jenis; (3) metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka untuk materi massa jenis.
ABSTRACT
DISCOVERY METHODS TO IMPROVING ACTIVITY, INTEREST AND STUDENT LEARNING OUTCOMES OF SMP N 2 POCO RANAKA
ON DENSITY TOPIC
Maria Fransiska Kusumatryani
Sanata Dharma University
2015
The aim of this study is to know: (1) whether students in VII grade of SMP N
2 Poco Ranaka actively learned the material of the density through discovery
methods; (2) the interest of students of VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka about the
material of the density through discovery methods and the (3) improving of student
learning outcomes in VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka about the material of the
density through discovery methods.
This study was conducted on August 4 to 22, 2014. The subject of the study
was 33 students VIIC and 36 students VIID grade of SMP N 2 Poco Ranaka, regency
Manggarai. The instrument of the research was pre-test and post-test, observation
sheets and questionnaires.
The results of this study showed that: (1) discovery method helped students in
VII SMP N 2 Poco Ranaka to learn activity; (2) discovery method attracted students
in VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka to learn density; (3) discovery method
improved learning outcomes of students in VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka on
the material density.
Key words: Discovery Methods, Activity, Interest in Learning, Learning Outcomes
i
METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN, MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP N 2
POCO RANAKA PADA POKOK BAHASAN MASSA JENIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Maria Fransiska Kusumatryani NIM: 101424047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dua hal menjalani kehidupan,
Pertama adalah percaya bahwa
tidak ada keajaiban,
Kedua adalah percaya bahwa
semua adalah keajaiban
(Albert Einstein)
Kupersembahkan karya ini untuk:
Bapa Sabinus Hawi dan Mama Martina Imal, Kak Ambo, Kak
Wati, Kak Nanuk, Nana Vian, dan ponaanku Mario yang
selalu mendukung dengan cinta dan doa
Sahabat dan teman-teman yang selalu berbagi suka dan duka
vii
ABSTRAK
METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN, MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP N 2 POCO RANAKA PADA
POKOK BAHASAN MASSA JENIS
discovery;(2) minat belajar siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka tentang materi massa jenis melalui metode discovery; (3) peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka tentang materi massa jenis melalui metode discovery.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 – 22 Agustus 2014. Subyek penelitian yaitu 33 siswa kelas VIIC dan 36 siswa kelas VIID SMP N 2 Poco
Ranaka, Kabupaten Manggarai. Instrumen yang digunakan yaitu tes tertulis
berupa pre-test dan post-test, lembar observasi keaktifan dan kuesioner minat belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) metode discovery dapat mengaktifkan siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka untuk materi massa jenis;
(2) metode discovery dapat menarik minat siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka untuk materi massa jenis; (3) metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka untuk materi massa jenis.
viii
ABSTRACT
DISCOVERY METHODS TO IMPROVING ACTIVITY, INTEREST AND STUDENT LEARNING OUTCOMES OF SMP N 2 POCO RANAKA
ON DENSITY TOPIC
Maria Fransiska Kusumatryani
Sanata Dharma University
2015
The aim of this study is to know: (1) whether students in VII grade of SMP
N 2 Poco Ranaka actively learned the material of the density through discovery
methods; (2) the interest of students of VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka about
the material of the density through discovery methods and the (3) improving of
student learning outcomes in VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka about the
material of the density through discovery methods.
This study was conducted on August 4 to 22, 2014. The subject of the
study was 33 students VIIC and 36 students VIID grade of SMP N 2 Poco
Ranaka, regency Manggarai. The instrument of the research was pre-test and
post-test, observation sheets and questionnaires.
The results of this study showed that: (1) discovery method helped
students in VII SMP N 2 Poco Ranaka to learn activity; (2) discovery method
attracted students in VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka to learn density; (3)
discovery method improved learning outcomes of students in VII grade of SMP N
2 Poco Ranaka on the material density.
Key words: Discovery Methods, Activity, Interest in Learning, Learning
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia,
rahmat dan kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Metode Discovery Untuk Meningkatkan Keaktifan, Minat dan Hasil Belajar Siswa SMP N 2 Poco Ranaka Pada Pokok Bahasan Massa Jenis”.
Proses penyusunan, pelaksanaan serta penyelesaian skripsi ini tidak lepas
dari semua pihak yang turut memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, doa, dan
semangat yang sangat bermanfaat bagi penulis. Maka dari itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J, M.S.T selaku dosen pembimbing yang
senantiasa memberikan motivasi, masukkan, dan bantuan dalam membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika yang memberikan dukungan dan motivasi.
3. Bapak Rohandi, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
memberikan dukungan dan semangat.
4. Segenap Dosen JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah membantu
memberikan bekal pengetahuan bagi penulis.
5. Segenap Karyawan Sekretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan
dalam memperlancar surat perijinan ke sekolah.
6. Bapak Dominikus Dom, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP N 2 Poco Ranaka
x
7. Bapak Marianus Hasman, S.Pd selaku guru mata pelajaran fisika yang telah
membantu dan memberi masukkan dalam pelaksanaan penelitian.
8. Segenap Bapak, Ibu guru serta karyawan/i SMP N 2 Poco Ranaka yang telah
memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti dalam melaksanakan
penelitian.
9. Siswa/i SMP N 2 Poco Ranaka yang telah berpartisipasi dalam penelitian.
10. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sabinus Hawi dan Mama Martina Imal yang
dengan tulus memberi cinta, kasih sayang, doa, perhatian dan dukungan tanpa
henti bagi peneliti.
11. Kak Ambo dan Kak Wati, Kak Nanuk, Nana Vian, ponaanku Mario serta
semua keluarga besar yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan
bagi peneliti.
12. Tanta Meik dan Om Anus yang telah menyediakan tempat penginapan selama
peneliti melaksanakan penelitian.
13. Mama Lesta yang telah membantu peneliti dengan meminjamkan kamera
untuk dokumentasi.
14. Om Ansel dan Om Agus yang telah membantu peneliti dengan meminjamkan
neraca untuk kepentingan penelitian.
15. Sahabat-sahabatku tercinta, Inuk Lelly, Inuk Eland, Inuk Onchu, Inuk Atin,
Enu Ceilink, Enu Nopi, Enu Degan, Rini, Tyani, Qori, Ningsih, Vani, Nia,
Oyend untuk motivasi dan kebersamaan yang kita alami bersama.
16. Nana Marsellus N. Pampur yang selalu mengisi hari-hariku dengan canda dan
xi
17. Ade Ria, Ade Indri, Ika dan teman-teman kos Pink untuk kebersamaan dan
motivasinya.
18. Rekan-rekan seangkatan Pendidikan Fisika 2010 yang telah menjadi keluarga
baru dan telah berjuang bersama.
19. Semua pihak yang telah tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan doa kepada peneliti selama perjalanan studi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bermanfaat.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
xiii
1. Pengertian Belajar Aktif ... 11
2. Tolak Ukur Keaktifan Siswa ... 12
3. Ciri-ciri Keaktifan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar ... 15
C. Minat ... 15
1. Pengertian Minat ... 15
2. Pembentukan Minat Belajar ... 17
3. Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar Siswa ... 18
D. Hasil Belajar ... 19
E. Massa Jenis ... 20
1. Pengertian Massa Jenis ... 20
2. Satuan Sistem Internasional (SI) untuk Massa Jenis... 22
3. Menentukan Massa Jenis Zat ... 23
4. Perhitungan Massa Jenis ... 24
5. Konsep Massa Jenis dalam Pemecahan Masalah Keseharian ... 25
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28
A. Desain Penelitian ... 28
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29
1. Waktu Penelitian ... 29
2. Tempat Penelitian... 29
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
1. Populasi Penelitian ... 29
2. Sampel Penelitian ... 29
D. Treatment ... 29
1. Metode Discovery untuk Kelas Eksperimen ... 30
2. Metode Ceramah Aktif untuk Kelas Kontrol ... 30
E. Instrumen ... 31
1. Pretest dan Posttest ... 31
2. Pengamatan/Observasi Keaktifan Siswa ... 35
3. Kuesioner/Angket Minat Belajar Siswa ... 36
4. Validitas ... 37
F. Analisis Data ... 38
1. Pretest dan Posttest ... 38
2. Analisis Keaktifan Siswa ... 40
xv
BAB IV DATA DAN ANALISA DATA ... 45
A. Pelaksanaan Penelitian ... 45
1. Pelaksanaan Penelitian di Kelas Eksperimen ... 47
2. Pelaksanaan Penelitian di Kelas Kontrol ... 53
B. Data dan Analisis Data ... 57
1. Keaktifan Siswa ... 57
2. Minat Belajar Siswa ... 62
3. Hasil Belajar Siswa ... 71
C. Keterbatasan Penelitian ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Massa jenis berbagai zat ... 26
Tabel 3.1 Desain penelitian ... 28
Tabel 3.2 Kisi-kisi soal pretest dan posttest... 32
Tabel 3.3 Skoring soal no. 1... 33
Tabel 3.4 Skoring soal no. 2... 34
Tabel 3.5 Skoring soal no. 3... 34
Tabel 3.6 Skoring soal no. 4 dan 5 ... 34
Tabel 3.7 Skoring soal no. 6... 35
Tabel 3.8 Kisi-kisi kuesioner minat belajar ... 37
Tabel 3.9 Lembar observasi keaktifan siswa ... 40
Tabel 3.10 Hasil klasifikasi minat belajar siswa kelas kontrol dan kelas ekperimen ... 43
Tabel 3.11 Kategorisasi minat belajar siswa ... 44
Tabel 4.1 Proses pelaksanaan penelitian kelas eksperimen ... 45
Tabel 4.2 Proses pelaksanaan penelitian kelas kontrol ... 46
Tabel 4.3 Indikator keaktifan siswa kelas kontrol dan eksperimen ... 58
Tabel 4.4 Data kuesioner minat kelas kontrol ... 62
Tabel 4.5 Data kuesioner minat kelas eksperimen ... 64
Tabel 4.6 Analisis SPSS kuesioner minat belajar siswa kelas kontrol dan eksperimen ... 66
xvii
Tabel 4.8 Kategori minat belajar kelas eksperimen ... 68
Tabel 4.9 Data pretest dan posttest kelas eksperimen... 71
Tabel 4.10 Data pretest dan posttest kelas kontrol ... 73
Tabel 4.11 Analisis SPSS pretest eksperimen dan kelas kontrol ... 74
Tabel 4.12 Analisis SPSS pretest dan posttest kelas kontrol ... 75
Tabel 4.13 Analisis SPSS pretest dan posttest eksperimen ... 76
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jenis-jenis interaksi dalam belajar-mengajar ... 14
Gambar 2.2(a) Setetes air ... 21
Gambar 2.2(b) Air dalam gelas ... 21
Gambar 2.3 Bangun balok... 23
Gambar 2.4 Segitiga rumus massa jenis ... 24
Gambar 4.1 Siswa kelas eksperimen saat mengerjakan soal pretest ... 49
Gambar 4.2 Siswa kelas eksperimen ketika menimbang massa balok ... 49
Gambar 4.3 Siswa kelas eksperimen ketika mengukur volume balok ... 49
Gambar 4.4 Siswa kelas eksperimen ketika membuat telur terapung, melayang dan tenggelam ... 50
Gambar 4.5 Siswa kelas eksperimen mempresentesikan hasil percobaan kelompoknya ... 50
Gambar 4.6 Siswa kelas eksperimen ketika mengerjakan latihan soal di papan tulis ... 51
Gambar 4.7 Siswa kelas eksperimen saat mengisi kuesioner minat belajar .... 51
Gambar 4.8 Siswa kelas eksperimen saat mengerjakan soal posttest ... 52
Gambar 4.9 Siswa kelas kontrol saat mengerjakan soal pretest ... 54
Gambar 4.10 Siswa kelas kontrol ketika menuliskan tangga konversi di papan tulis ... 54
xix
Gambar 4.12 Siswa kelas kontrol ketika mengerjakan latihan soal dari
buku ... 56
Gambar 4.13 Siswa kelas kontrol ketika mengerjakan latihan soal di papan tulis ... 56
Gambar 4.14 Siswa kelas kontrol ketika mengisi kuesioner minat belajar ... 56
Gambar 4.15 Siswa kelas kontrol saat mengerjakan soal posttest ... 57
Gambar 4.16 Siswa kelas eksperimen ketika menimbang massa balok ... 61
Gambar 4.17 Siswa kelas eksperimen ketika mengukur volume balok ... 61
Gambar 4.18 Siswa kelas eksperimen membuat telur terapung, melayang dan tenggelam ... 61
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 86
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 87
Lampiran 3. RPP Kelas Eksperimen ... 88
Lampiran 4. RPP Kelas Kontrol... 93
Lampiran 5. Materi Ajar ... 98
Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa 1 ... 106
Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa 2 ... 111
Lampiran 8. Soal Pretest ... 115 Lampiran 9. Soal Posttest ... 116 Lampiran 10. Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 117 Lampiran 11. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 119
Lampiran 12. Kuesioner Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol... 120
Lampiran 13. Kuesioner Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 122
Lampiran 14. Daftar Distribusi Skor Pretest Kelas Kontrol ... 124 Lampiran 15. Daftar Distribusi Skor Pretest Kelas Eksperimen ... 125 Lampiran 16. Daftar Distribusi Skor Posttest Kelas Kontrol ... 127 Lampiran 17. Daftar Distribusi Skor Posttest Kelas Eksperimen ... 128 Lampiran 18. Daftar Skor Keaktifan Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 130
Lampiran 19. Daftar Distribusi Skor Minat Kelas Kontrol... 131
Lampiran 20. Daftar Distribusi Skor Minat Kelas Eksperimen ... 132
xxi
Lampiran 22. Jawaban Posttest Siswa Kelas Kontrol ... 135 Lampiran 23. Jawaban Pretest Siswa Kelas Eksperimen ... 137 Lampiran 24. Jawaban Posttest Siswa Kelas Eksperimen ... 138 Lampiran 25. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas Kontrol ... 139
Lampiran 26. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen ... 140
Lampiran 27. Jawaban Kuesioner Minat Siswa Kelas Kontrol ... 141
Lampiran 28. Jawaban Kuesioner Minat Siswa Kelas Eksperimen ... 143
Lampiran 29. Jawaban LKS 1 ... 145
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak manusia diciptakan, pendidikan telah menempati urutan pertama
sebagai alat yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia.
Meskipun belum ada istilah pendidikan formal maupun informal, lembaga
pendidikan sudah dibutuhkan manusia. Pendidikan dipandang sebagai wadah
yang tepat untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas dan bermutu yang mampu bersaing ditingkat global.
Pencapaian tujuan pendidikan khususnya untuk pendidikan formal
(sekolah) sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan proses belajar
mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar ini bergantung pada
beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah
bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran di dalam kelas
tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan
strategi pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru
semestinya mampu menciptakan suasana belajar di mana siswa
sungguh-sungguh berperan aktif dalam belajar.
Siswa akan terlihat aktif dalam mengikuti pelajaran jika mereka
berminat dalam mempelajari fisika. Siswa berminat/menyukai fisika jika
pelajari. Agar siswa sungguh-sungguh mengetahui dan memahami apa yang
sedang dipelajarinya itu, siswa hendaknya membangun dan membentuk
sendiri pengetahuannya. Dengan membentuk sendiri pengetahuannya, siswa
akan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Konsep belajar aktif banyak dikemukakan oleh beberapa ahli.
Giambattista Vico pada tahun 1710 (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011:
105) mengatakan bahwa “mengetahui berarti mengetahui bagaimana
membuat sesuatu.” Kalimat tersebut sebenarnya memiliki makna bahwa
siswa akan mengetahui sesuatu jika mereka sendirilah yang sungguh-sungguh
membangun pengetahuannya. Siswa akan lebih mengerti jika mereka sendiri
yang aktif terlibat dan membuat sesuatu itu sendiri.
Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001: 125) pengetahuan itu dibentuk
sendiri oleh orang yang menggeluti suatu objek. Pengetahuan tidak dapat
dipindahkan dari seorang guru kepada murid bila murid itu sendiri tidak mau
membentuknya secara aktif.
Siregar dan Nara (2011: 41) berpendapat bahwa dalam hal belajar,
pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam
kegiatan belajar mengajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri melalui bahan, media, peralatan, lingkungan, dan
fasilitas lainnya yang disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.
Lebih lanjut Siregar dan Nara (2011: 44) mengemukakan bahwa teori
konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi)
seseorang yang sedang mengetahui dan tidak dapat dipindahkan begitu saja
dari otak seseorang (guru) kepada orang lain (siswa).
Namun sayang dalam kenyataannya banyak ditemui pelaksanaan
pembelajaran masih kurang efektif. Siswa kurang aktif dalam proses belajar,
siswa lebih banyak mendengar dan menulis, menyebabkan isi pelajaran
sebagai hafalan sehingga siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya.
SMP N 2 Poco Ranaka merupakan salah satu Sekolah Menengah
Pertama yang terletak di Kabupaten Manggarai Timur, Propinsi NTT.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran fisika
diperoleh gambaran bahwa sebagian besar siswa di sekolah ini tidak berminat
dalam mengikuti pelajaran khususnya dalam pelajaran fisika sehingga dalam
kegiatan belajar siswa pasif. Hal ini terlihat saat guru menanyakan materi
yang sedang diajarkan hanya beberapa siswa saja yang aktif menjawab.
Sebagian besar siswa pasif dan diam saja saat ditanya. Padahal berdasar
penuturan guru, saat pelajaran dimulai guru tidak serta merta langsung
mengajarkan materi tetapi guru biasanya memberi kesempatan kepada siswa
sebelum pelajaran dimulai untuk membaca dan memahami materi yang akan
dipelajari. Namun saat pelajaran berlangsung, ternyata siswa masih saja pasif
dalam mengikuti pelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran juga rendah karena mereka tidak memahami dengan
sungguh-sungguh materi yang disungguhkan oleh guru.
Untuk dapat membantu siswa belajar fisika, guru hendaknya
dapat diterapkan guru dalam pembelajaran adalah metode discovery
(penemuan). Bruner (dalam Dahar, 2011: 79) mengganggap bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia
dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner
menyarankan agar siswa belajar melalui partisipasi secara aktif dengan
konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka memperoleh pengalaman dan
melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk
menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Bagi Suparno (2007: 72) discovery adalah model pengajaran di mana guru memberikan kebebasan siswa untuk menemukan sesuatu sendiri karena
dengan menemukan sendiri siswa dapat lebih mengerti secara mendalam.
Dalam discovery yang sangat penting adalah siswa sungguh-sungguh terlibat pada persoalannya, menemukan prinsip-prinsip atau jawaban lewat suatu
percobaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan
judul “Metode Discovery Untuk Meningkatan Keaktifan, Minat dan Hasil Belajar Siswa SMP N 2 Poco Ranaka Pada Pokok Bahasan Massa Jenis.”
Dengan menerapkan metode ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan
dan minat siswa dalam belajar fisika sehingga hasil belajar siswa menjadi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah metode discovery dapat mengaktifkan siswa SMP N 2 Poco Ranaka kelas VII dalam mempelajari materi pokok massa jenis?
2. Apakah metode discovery dapat membuat siswa SMP N 2 Poco Ranaka kelas VII berminat belajar fisika dalam materi pokok massa jenis?
3. Apakah metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP N 2 Poco Ranaka kelas VII dalam mempelajari materi pokok massa jenis?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Adanya keaktifan siswa SMP N 2 Poco Ranaka kelas VII dalam
mempelajari materi pokok massa jenis melalui metode discovery;
2. Minat siswa SMP N 2 Poco Ranaka kelas VII dalam mempelajari materi
pokok massa jenis melalui metode discovery;
3. Peningkatan hasil belajar siswa SMP N 2 Poco Ranaka kelas VII dalam
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru/sekolah
Metode discovery dapat dijadikan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi siswa
Metode discovery dapat membuat siswa aktif dalam belajar serta dapat menarik minat siswa dalam mempelajari fisika, sehingga siswa senang dan
tertarik untuk belajar fisika.
3. Bagi pengembangan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah hasil penelitian dalam
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode Discovery 1. Pengertian Discovery
Menurut Sund (dalam Roestiyah, 2001: 20) discovery adalah proses mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah
mengamati, mencerna, mengerti, mengggolong-golongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.
Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami
proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
instruksi.
Menurut Bruner (dalam Burden & Byrd, dalam Suparno, 2007: 72)
pembelajaran discovery adalah pendekatan kognitif dalam pembelajaran di mana guru menciptakan situasi sehingga siswa dapat belajar sendiri. Siswa
didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan
baginya. Jadi, dalam discovery yang sangat penting adalah siswa sungguh terlibat pada persoalannya, menemukan prinsip-prinsip atau jawaban lewat
2. Proses Discovery
Menurut Suparno (2007: 73) proses discovery meliputi:
a. Mengamati. Siswa mengamati gejala atau persoalan yang dihadapi;
b. Menggolongkan. Siswa mengklarifikasi apa-apa yang ditemukan dalam
pengamatan sehingga menjadi lebih jelas;
c. Memprediksi. Siswa diajak untuk memperkirakan mengapa gejala itu
terjadi atau mengapa persoalan itu terjadi;
d. Mengukur. Siswa melakukan pengukuran terhadap yang diamati untuk
memperolah data yang lebih akurat yang dapat digunakan untuk
mengambil kesimpulan;
e. Menguraikan atau menjelaskan. Siswa dibantu untuk menjelaskan atau
menguraikan dari data pengukuran yang telah dilakukan;
f. Menyimpulkan. Siswa mengambil kesimpulan dari data-data yang
didapatkan.
3. Macam-Macam Discovery
Weimer (1975, dalam Burden & Byrd, hal 104, dalam Suparno,
2007: 74-75) mengidentifikasi adanya enam tipe discovery, yaitu:
a. Discovery. Proses menemukan sesuatu sendiri. Prosesnya lebih bebas, yang terpenting adalah orang menemukan sesuatu hukum, prinsip atau
b. Discovery teaching. Penemuan sesuatu dengan pendekatan induktif, yaitu dari pengamatan banyak data, lalu disimpulkan. Prosesnya
lengkap seperti metode ilmiah.
c. Semi-inductive discovery. Penemuan dengan pendekatan induktif, tetapi tidak lengkap. Ketidaklengkapan terdapat pada data yang diambil hanya
sedikit, dapat pula prosesnya disederhanakan, dll.
d. Unguided or pure discovery atau discovery murni. Siswa diberi persoalan dan harus memecahkan sendiri dengan sedikit sekali petunjuk
guru.
e. Guided discovery. Siswa diberi masalah untuk dipecahkan dengan guru menyediakan hint (petunjuk) dan arahan bagaimana memecahkan
persoalan itu.
4. Keuntungan Discovery
Menurut Bruner beberapa keuntungan dari penggunaan discovery
dalam belajar fisika, antara lain sebagai berikut (Bruner, dalam
Trowbridge & Bybee, 1996: 177, dalam Suparno, 2007: 75).
a. Mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat
mengembangkan pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan
pikiran itu sendiri. Dengan model discovery pikiran siswa digunakan, dilatih untuk memecahkan persoalan.
b. Mengembangkan motivasi intrinsik. Dengan menemukan sendiri dalam
merupakan penghargaan dari dalam diri sendiri yang akan lebih
menguatkan untuk terus mau menekuni sesuatu.
c. Belajar menemukan sesuatu. Untuk terampil dalam menemukan
sesuatu, siswa hanya dapat lewat praktik menemukan sesuatu.
Discovery ini adalah praktik menemukan sesuatu yang dapat memperkaya siswa dalam penemuan hal-hal yang lain di kemudian
hari.
d. Ingatan lebih tahan lama. Dengan menemukan sendiri, siswa lebih ingat
akan yang dipelajari dan sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya tahan
lama, tidak mudah dilupakan.
e. Menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi siswa untuk terus
berusaha menemukan sesuatu sampai ketemu.
f. Melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa
untuk dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.
5. Kelemahan Discovery
Beberapa kelemahan discovery antara lain adalah sebagai berikut (Roestiyah, 2001: 21) :
a. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara
belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui
keadaan sekitarnya dengan baik.
c. Bagi guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan
teknik penemuan.
d. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
B. Belajar Aktif
1. Pengertian Belajar Aktif
Prinsip belajar aktif telah banyak dikemukakan oleh para ahli. John
Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus
dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari diri
siswa sendiri. Guru sekadar pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916,
dalam Davies,1937: 31, dalam Dimyati & Mudjiono, 1999: 44).
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi (Gage & Berliner,
1984: 267, dalam Dimyati & Mudjiono, 1999: 44-45). Menurut teori ini
anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu.
Anak mampu untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan
yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu
mengindentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan
hukum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan
adanya latihan-latihan (Dimyati & Mudjiono, 1999: 45).
Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil
beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai
kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati
diantaranya dalam bentuk kegiatan membaca, mendengarkan, menulis,
meragakan, dan mengukur. Contoh kegiatan psikis seperti mengingat
kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya, menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan
konsep yang lain, dan kegiatan psikis lainnya (Dimyati & Mudjiono, 1999:
114).
2. Tolak Ukur Keaktifan Siswa
Beberapa ahli mengemukakan cara untuk dapat mengukur kadar
keaktifan siswa dalam belajar adalah sebagai berikut (dalam Usman, 2009:
23-26):
a. Mc. Keachie mengemukakan tujuh dimensi dalam proses belajar
mengajar di mana terdapat variasi kadar keaktifan sebagai berikut:
1) Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar
mengajar,
3) Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
utama yang berbentuk interaksi antar siswa,
4) Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa yang
kurang relevan atau yang salah,
5) Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok,
6) Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil
keputusan yang penting dalam kegiatan di sekolah,
7) Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah pribadi
siswa, baik yang berhubungan ataupun tidak berhubungan dengan
pelajaran.
b. K. Yamamato melihat kadar keaktifan siswa itu dari segi intensionalitas
atau kesengajaan terencana dari peran serta kegiatan oleh kedua pihak
(siswa dan guru) dalam proses belajar mengajar. Yamamato
membedakan keaktifan yang direncanakan secara sengaja (intensional),
keaktifan yang dilakukan sewaktu-waktu (insidental) dan sama sekali
tidak ada keaktifan dari kedua belah pihak. Bagi Yamamato belajar
yang optimal hanya mungkin dicapai apabila siswa dan guru melakukan
kegiatan belajar mengajar secara disengaja dan terarah. Sebaliknya,
apabila tidak terdapat keaktifan mengajar pada pihak guru serta tidak
ada keaktifan belajar pada siswa kegiatan itu bukan lagi kegiatan
instruksional, melainkan kegiatan noninstruksional, mungkin berupa
c. H.O. Lingren melukiskan kadar keaktifan siswa itu dalam interaksi
diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya. Apabila
kita perhatikan suasana kelas pada waktu terjadi kegiatan instruksional,
akan tampak komunikasi yang beraneka ragam. Lingren
mengemukakan empat jenis komunikasi atau interaksi antara guru dan
siswa seperti tampak dalam diagram 2.1 berikut:
Jenis-Jenis Interaksi dalam Belajar-Mengajar
3. Ciri-Ciri Keaktifan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut Sudjana (2010: 61), keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar dapat dilihat dalam hal:
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;
b. Terlibat dalam pemecahan masalah;
c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapi;
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah;
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh;
g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis;
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi.
C. Minat
1. Pengertian Minat
Menurut Sukardi (1988: 61, dalam Susanto, 2013: 57) minat dapat
diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran, atau kesenangan akan
sesuatu. Adapun menurut Sardiman (2007: 77, dalam Susanto, 2013: 57)
minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri
atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan
seseorang terhadap sesuatu objek, biasanya disertai dengan perasaan
senang, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.
Bagi Slameto (2010: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar minat.
Secara sederhana, Syah (2008: 151) mendefinisikan minat sebagai
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Seorang siswa yang
menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya
lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan
perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa
tadi untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang
diinginkan.
William James (1890, dalam Usman, 2009: 27) melihat bahwa
minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan
belajar siswa. Jadi, minat merupakan faktor yang menentukan keterlibatan
2. Pembentukan Minat Belajar
Slameto (1995: 181, dalam Susanto, 2013: 63) menyebutkan bahwa
intensitas kebutuhan yang dilakukan oleh individu akan berpengaruh
secara signifikan terhadap besarnya minat individu yang bersangkutan.
Jadi, seorang siswa akan berminat mempelajari masalah-masalah sosial
bilamana intelegensinya telah berkembang sampai pada taraf yang
diperlukan untuk memahami dan menganalisis fakta dan gejala sosial
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun menurut Sukartini (1986: 63, dalam Susanto, 2013: 63),
perkembangan minat tergantung pada kesempatan belajar yang dimiliki
oleh seseorang. Dengan kata lain, bahwa perkembangan minat seseorang
tergantung pada lingkungan dan orang-orang dewasa yang erat
pergaulannya dengan mereka, sehingga secara langsung akan berpengaruh
pula terhadap kematangan psikologisnya. Lingkungan bermain, teman
sebaya, dan pola asuh orang tua merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan minat seseorang. Di samping itu, sesuai
dengan kecendrungan masyarakat yang senantiasa berkembang,
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan pola pergaulan akan
merangsang tumbuhnya minat baru secara lebih terbuka.
Secara psikologis, menurut Munandar (1992: 9, dalam Susanto,
2013: 64), fase perkembangan minat berlangsung secara bertingkat dan
mengikuti pola perkembangan individu itu sendiri. Di samping itu,
semakin matang secara psikologis maupun fisik, maka minat juga akan
semakin kuat dan terfokus pada objek tertentu.
3. Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar Siswa
Dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan
penting dalam belajar karena minat ini merupakan sesuatu kekuatan
motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap
seseorang, suatu benda, atau kegiatan tertentu. Dengan demikian minat
merupakan suatu unsur yang menggerakan motivasi seseorang sehingga
orang tersebut dapat berkonsentrasi terhadap suatu benda atau kegiatan
tertentu. Dengan adanya unsur minat belajar pada diri siswa, maka siswa
akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar tersebut. Dengan
demikian minat merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang
kegiatan belajar siswa (Susanto, 2013: 66).
Kenyataan ini juga diperkuat oleh pendapat Sardiman (2007: 95,
dalam Susanto, 2013: 66) yang menyatakan bahwa proses belajar itu akan
berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Begitu pula menurut William
James (1890, dalam Usman, 2009: 27) yang melihat bahwa minat siswa
merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.
Dengan demikian, minat belajar siswa merupakan faktor yang
sangat penting dalam menunjang tercapainya efektivitas proses belajar
mengajar, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar
D. Hasil Belajar
Menurut Nawawi (dalam Brahim, 2007: 39, dalam Susanto, 2013: 5)
hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Menurut Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Bagi Bloom (dalam Suprijono, 2009: 6-7) hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).
Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara bagi Lindgren
(dalam Suprijono, 2009: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi,
pengertian dan sikap.
Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentasi atau terpisah,
melainkan komprehensif (Suprijono, 2009: 7).
Sementara menurut Sudjana (2010: 62) salah satu keberhasilan proses
belajar mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang dapat
dilihat dalam aspek berikut:
1. Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan
pengalaman belajarnya;
2. Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa;
3. Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari
jumlah instruksional yang harus dicapai;
4. Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam
mempelajari bahan berikutnya.
E. Massa Jenis
1. Pengertian Massa Jenis
Segelas kopi hangat dan segelas air putih, manakah yang lebih
besar massa jenisnya? Bagaimana kita membuktikan atau menentukan
suatu benda yang belum kita ketahui jenisnya? Mengapa benda dapat
terapung, melayang dan tenggelam?
Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah kejadian yang sering kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang menyebabkan hal itu
Bagian utama yang tidak terpisahkan dari suatu zat adalah massa
dan volum. Zat atau materi adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan
menempati ruang. Massa adalah banyaknya zat yang terkandung di dalam
sebuah benda dan volume adalah perhitungan seberapa banyak ruang yang
bisa ditempati dalam suatu objek (Foster, 2004: 30). Dengan membagi
massa dan volume kita mendapatkan suatu ciri khas dari suatu benda yang
tidak dimiliki oleh benda lain yaitu massa jenis. Massa jenis suatu zat
merupakan salah satu ciri khas suatu zat, artinya apabila jenis benda/zat
sama maka nilai massa jenisnya juga sama. Contohnya perhatikan gambar
di bawah ini:
Gambar 2.2(a) Setetes air Gambar 2.2(b) Air dalam gelas Dari gambar di atas, air yang setetes dengan dengan air satu gelas
memiliki massa jenis yang sama yaitu 1 gr/cm3.
Massa jenis adalah perbandingan antara massa dengan volume
benda. Persamaan massa jenis adalah:
Dengan = massa jenis (kg/m3)
m = massa (kg)
Jadi untuk mengetahui massa jenis benda kamu harus mengetahui dua
besaran ini, yaitu massa dan volumnya.
2. Satuan Sistem Internasional (SI) untuk Massa Jenis (Kanginan, 2002) Massa benda diukur dalam kg dan volum diukur dalam m3,
sehingga satuan massa jenis adalah:
Satuan massa jenis =
=
Jadi satuan massa jenis dalam SI adalah kg/m3.
Satuan massa jenis juga dapat dinyatakan dalam g/cm3 atau g/mL
(ingat bahwa 1 cm3 = 1 mL, sehingga g/cm3 identik dengan g/mL). Volum
zat padat biasa dinyatakan dalam cm3, karena itu massa jenis zat padat
biasa dinyatakan dalam g/cm3 sementara volum zat cair diukur dengan
gelas ukur yang skalanya dalam mL, karena itu massa jenis zat cair biasa
dinyatakan dalam g/mL.
Bagaimana mengkonversi atau mengubah satuan massa jenis?
Misalnya kita memiliki massa jenis dalam satuan g/cm3 (atau g/mL) dan
hendak mengubahnya ke dalam kg/m3. Cara mengubahnya adalah sebagai
Sebaliknya berlaku:
1 kg/m3 =
g/cm 3
= 0,001 g/cm3
3. Menentukan Massa Jenis Zat
Untuk menentukan massa jenis suatu zat/benda kamu harus
mengetahui massa zat/benda dan volumnya dengan cara mengukurnya.
a. Zat padat yang bentuknya teratur
Untuk zat padat yang bentuknya teratur, massa zat/benda diukur
dengan menggunakan neraca atau timbangan. Volumnya dapat dihitung
menggunakan rumus berdasarkan bentuknya, misalnya pada kubus dan
balok. Perhatikan gambar balok di bawah ini:
Gambar 2.3 Bangun balok
Volume balok:
Vbalok = p x l x t
b. Zat padat yang bentuknya tidak teratur
Untuk zat padat yang bentuknya tidak teratur ataupun zat cair,
massa zat/benda dengan menggunakan neraca atau timbangan.
Volumnya dapat ditentukan dengan menggunakan gelas ukur. Misalnya
kamu ingin mengetahui volume batu. Volum batu dapat diukur dengan
1) Ukur volume air yang belum diisi batu
2) Masukkan batu ke dalam gelas ukur yang telah diisi air
3) Ukur volume air yang telah diisi batu
Maka volume batu = volume air yang telah diisi batu dikurangi volume
air yang belum diisi batu.
4. Perhitungan Massa Jenis (Kanginan, 2002)
Untuk menyelesaikan soal-soal hitungan yang berkaitan dengan
massa jenis diselesaikan dengan menggunakan persamaan:
Persamaan di atas dapat diubah ke bentuk:
atau
Gambar 2.4 Segitiga rumus massa jenis
Bentuk rumus mana yang digunakan dalam hitungan bergantung
pada besaran apa yang ditanyakan. Untuk memudahkan kamu mengingat
bentuk rumus yang akan digunakan, kamu dapat menggunakan segitiga
rumus massa jenis, seperti ditunjukkan pada gambar 2.4 di atas. Cara
menggunakan segitiga rumus secara umum adalah sebagai berikut:
a. Keluarkan besaran yang ditanyakan dari segitiga.
b. Besaran yang ditanyakan, yang ditulis diruas kiri tanda sama dengan
adalah sama dengan kedua besaran yang tertinggal di dalam segitiga
5. Konsep Massa Jenis dalam Pemecahan Masalah Keseharian
Tahukah kamu bahwa konsep massa jenis ternyata banyak
diterapkan dalam hidup kita sehari-hari? Berikut beberapa penerapan
konsep massa jenis:
a. Peristiwa terapung, melayang dan tenggelam:
Benda terapung : massa jenis benda < massa jenis air
Benda melayang : massa jenis benda = massa jenis air
Benda tenggelam : massa jenis benda > massa jenis air
b. Aluminium digunakan sebagai bahan logam pesawat terbang karena
alumanium kuat tetapi massanya ringan (tidak seberat logam lainnya
seperti besi).
c. Pernahkah kamu melihat balon udara? Tahukah kamu, gas apa
yang terdapat di dalamnya? Balon gas berisi gas helium. Gas
helium memiliki massa jenis yang lebih kecil dari udara, sehingga balon
gas bisa naik ke atas.
d. Ban karet atau pelampung untuk berenang atau pertolongan. Udara
yang dipompakan ke dalam ban akan menurunkan massa jenis ban
sehingga ban memiliki massa jenis yang lebih kecil daripada air. Maka
Tabel 2.1 Massa jenis berbagai zat
Wujud Zat Bahan Dalam (g/cm3) Dalam (kg/m3)
PADAT
Alumanium 2,7 2700
Besi 7,9 7900
Emas 19,3 19300
Kuningan 8,4 8400
Perak 10,5 10500
Platina 21,45 21450
Seng 7,14 7140
Es 0,92 920
CAIR
Air (40C) 1 1000
Alkohol 0,8 800
Raksa 13,6 13600
GAS Udara (270C) 0,0012 1,2
F. Kaitan Teori dengan Langkah Penelitian
1. Metode discovery
Metode discovery merupakan metode yang digunakan sebagai
treatment dalam proses penelitian yang dilaksanakan di SMP N 2 Poco Ranaka, Manggarai Timur, NTT.
2. Teori massa jenis
Massa jenis merupakan materi pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian. Materi massa jenis juga merupakan instrumen dalam penelitian
yang berupa pretest dan posttest.
3. Teori belajar aktif, minat dan hasil belajar
Teori belajar aktif, minat dan hasil belajar digunakan sebagai
instrumen dalam penelitian yang digunakan untuk mengetahui keaktifan
dan minat siswa yang berupa angket.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimental dengan
design pretest-posstest control group. Secara umum riset kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa skor atau angka, lalu
menggunakan analisis dengan statistik. Design pretest-posstest control group
adalah riset yang terdiri dari dua grup/kelompok. Satu kelompok diberi
treatment dan yang lain tidak. Lalu kedua kelompok diukur, dengan diberi
pretest dan posstest untuk kedua kelompok tersebut (Suparno, 2010: 142). Rancangan design pretest-posstest control group eksperimen yang digunakan seperti pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Desain penelitian
Treatment group P1 X1 P2 Control group P1 X2 P2
Keterangan: P1 = tes awal (pretest) dilakukan sebelum diberi treatment
X1 = treatment diberikan kepada siswa dengan menggunakan
metode discovery
X2 = treatment diberikan kepada siswa dengan menggunakan
metode ceramah aktif
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 4 – 22 Agustus 2014.
2. Tempat penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SMP N 2 Poco Ranaka,
Kabupaten Manggarai Timur, NTT.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian
Populasi adalah kelompok yang lebih besar di mana hasil penelitian
diharapkan berlaku; semua anggota grup yang akan diteliti (Suparno,
2010: 43). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i SMP N 2
Poco Ranaka tahun ajaran 2014/2015.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah himpunan bagian dari populasi, sampel menunjuk
pada suatu kelompok di mana informasi atau data didapatkan (Suparno,
2010: 43). Sampel dari penelitian ini berjumlah 69 siswa/i SMP N 2 Poco
Ranaka yang terdiri dari siswa/i kelas VIIC yang berjumlah 33 orang dan
kelas VIID yang berjumlah 36 orang.
D. Treatment
Treatment adalah perlakuan peneliti terhadap subyek yang akan
Treatment yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode
discovery untuk kelas eksperimen dan metode ceramah aktif untuk kelas kontrol pada materi massa jenis.
1. Metode discovery untuk kelas ekperimen
Dalam proses pembelajaran siswa melakukan discovery dengan bantuan LKS yang telah disediakan guru dengan proses sebagai berikut
(Susiani, 2013: 32) :
a. Guru membagi siswa dalam 7 kelompok.
b. Siswa mendapat LKS dalam kelompok.
c. Siswa memahami perintah-perintah discovery dalam LKS.
d. Siswa melakukan discovery dalam kelompok dengan topik massa jenis. e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
percobaan.
f. Siswa mendiskusikan data yang telah diperoleh dalam kelompok secara
bersama.
g. Siswa menemukan kesimpulan dari hasil discovery.
h. Bersama siswa menyimpulkan dari hasil discovery secara bersama dikaitkan dengan materi pelajaran.
2. Metode ceramah aktif untuk kelas kontrol
Dalam proses pembelajaran untuk kelas kontrol digunakan metode
ceramah aktif di mana guru berceramah, menjelaskan materi yang akan
pertanyaan pada siswa, siswa berdiskusi dan mengerjakan soal dalam
kelompok.
Pengajaran dengan metode discovery dan ceramah aktif dapat dilihat dalam RPP dan LKS. RPP untuk kelas eksperimen terlampir pada lampiran 3
dan RPP untuk kelas kontrol terlampir pada lampiran 4 serta LKS terlampir
pada lampiran 6 dan lampiran 7.
E. Instrumen
Instrumen adalah alat yang dipakai untuk mengambil data (Suparno,
2010: 53). Instrumen pengumpulan data berupa tes, yang terdiri dari pretest
dan posttest serta bentuk non-tes yang berupa angket/kuesioner dan pengamatan/observasi.
1. Pretest dan posstest
Pretest digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman awal siswa terhadap materi sebelum dilakukan proses pembelajaran di kelas
ekperimen dan kelas kontrol. Pretest dilakukan sebelum materi massa jenis disampaikan kepada siswa.
Posttest digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa setelah dilakukan proses pembelajaran untuk kedua kelas, yakni kelas eksperimen
dengan metode discovery dan kelas kontrol dengan ceramah aktif. Posttest
Untuk pembuatan soal pretest dan posttest dibutuhkan kisi-kisi. Kisi-kisi soal berdasar pada kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai
siswa. Tabel 3.2 adalah kisi-kisi soal pretest dan posttest.
Tabel 3.2 Kisi-kisi soal pretest dan posttest Kompetensi
Dasar
Indikator Soal Aspek
kg/m3 mempunyai
Untuk mengetahui bagaimana pemahaman siswa sebelum dan
setelah diberi treatment, diukur melalui test yaitu pretest dan posttest. Penskoran terhadap hasil kerja siswa dilakukan dengan membuat skala
skor. Berikut adalah penentuan bobot untuk masing-masing soal:
a. Soal no. 1 bobot soal 10
Tabel 3.3 Skoring soal no.1
Keterangan Skor
Siswa tidak mengerjakan 0
Jawaban siswa sama sekali tidak berhubungan 2
b. Soal no. 2 bobot soal 10
Tabel 3.4 Skoring soal no.2
Keterangan Skor
Siswa tidak mengerjakan 0
Jawaban siswa tidak berhubungan 2
Siswa menulis persamaan massa jenis tetapi terbalik 5
Pekerjaan siswa sesuai pedoman jawaban 10
c. Soal no. 3 bobot soal 10
Tabel 3.5 Skoring soal no.3
Keterangan Skor
Siswa tidak mengerjakan 0
Jawaban siswa tidak sesuai 2
Jawaban siswa benar, tanpa disertai penjelasan 8
Pekerjaan siswa sesuai pedoman jawaban 10
d. Soal no. 4 dan no.5 dengan bobot masing-masing soal 20
Tabel 3.6 Skoring soal no.4 dan no.5
Keterangan Skor
Siswa tidak mengerjakan 0
Pekerjaan siswa tidak sesuai 2
Pekerjaan siswa hanya sampai pada menuliskan besaran
yang diketahui dan ditanyakan secara lengkap
Pekerjaan siswa hanya sampai pada menulis rumus lengkap 10
Siswa mengerjakan dengan menulis rumus lengkap dan
memasukkan angka tetapi jawaban tidak sesuai
15
Jawaban siswa benar tetapi tidak mencantumkan satuan 19
Pekerjaan siswa sesuai pedoman jawaban 20
e. Soal no. 6 bobot soal 10
Tabel 3.7 Skoring soal no.6
Keterangan Skor
Siswa tidak mengerjakan 0
Pekerjaan siswa tidak sesuai 2
Jawaban siswa benar tanpa ada penjelasan 7
Pekerjaan siswa sesuai pedoman jawaban 10
2. Pengamatan/observasi keaktifan siswa
Pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (penciuman,
pendengaran, peraba, pengecap, rekaman gambar, rekaman suara, dll)
(Suparno, 2010: 63). Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
metode discovery dan ceramah aktif.
Keaktifan dapat diukur berdasar beberapa unsur keaktifan yaitu
pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapi, berusaha mencari berbagai informasi
yang diperlukan untuk pemecahan masalah, menilai kemampuan dirinya
dan hasil-hasil yang diperoleh dan melatih diri dalam memecahkan soal
atau masalah yang sejenis (Sudjana, 2010: 61).
3. Kuesioner/angket minat belajar siswa
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh
informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2010: 61).
Kuesioner dalam penelitian ini bersifat tertutup, di mana responden tinggal
memilih karena telah disediakan alternatif jawaban. Kuesioner ini
digunakan untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran fisika,
khususnya pada materi massa jenis. Kuesioner ini diberikan setelah
kegiatan pembelajaran, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Pembuatan kuesioner minat belajar ini diperlukan kisi-kisi
kuesioner minat. Berdasar pendapat para ahli yang telah dijabarkan dalam
bab kajian pustaka, indikator minat meliputi minat belajar yang berkaitan
dengan perasaan puas atau senang, perhatian, dan ketertarikan. Tabel 3.8
Tabel 3.8 Kisi-kisi kuesioner minat belajar Aspek Indikator Contoh pernyataan
kuesioner minat
Perhatian Saat guru mengajukan
pertanyaan dalam
Kuesioner minat belajar untuk kelas kontrol secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran 12 dan kuesioner minat belajar untuk kelas eksperimen
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 13.
4. Validitas
Validitas adalah mengukur atau menentukan apakah suatu tes
tujuan. Validitas menunjuk pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya
kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan
(Suparno, 2010: 67-68).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh
setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap isi
yang terkandung dalam tes hasil belajar. Validitas isi adalah validitas yang
ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu
sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta
didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap
keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya
diteskan/diujikan (Sudijono, 2011:164).
Validitas isi berpedoman pada kisi-kisi tes dan non tes yang diukur
sesuai dengan indikator. Kisi-kisi soal tes dapat dilihat pada tabel 3.2 pada
halaman 32, kisi-kisi kuesioner minat dapat dilihat pada tabel 3.8 pada
halaman 37 dan lembar pengamatan keaktifan siswa dapat dilihat pada
tabel 3.9 pada halaman 40.
F. Analisis Data
1. Pretest dan posttest
Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut (Suparno, 2011:
b. Untuk mengetahui apakah metode ceramah aktif dapat meningkatkan
hasil belajar siswa atau tidak, dengan menganalisis pretest-posttest pada kelas kontrol dengan menggunakan uji-t untuk kelompok dependen. Rumus untuk menghitungnya seperti rumus pada persamaan (1).
c. Untuk menguji pretest kelas ekperimen dan kelas kontrol apakah sama atau sungguh berbeda, dengan menggunakan uji-t untuk 2 grup yang independen. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut
(Suparno, 2011: 83).
t
= ̅̅̅̅ ̅̅̅̅√
Signifikan level = 0.05; two tailed
Df untuk t = ( -1) + ( -1) atau N – 2
Persamaan yang digunakan adalah
Perhitungan data menggunakan SPSS versi 16.0 for windows.
d. Untuk menguji posttest kelas ekperimen dan kelas kontrol apakah sama atau sungguh berbeda, dengan menggunakan uji-t untuk 2 grup yang independen. Rumus untuk menghitungnya seperti rumus pada
persamaan (2).
2. Analisis keaktifan siswa
Observasi keaktifan belajar siswa dilakukan peneliti di kelas
kontrol dan kelas ekperimen. Peneliti menggunakan lembar observasi
keaktifan guna membantu peneliti dalam melakukan pengamatan. Lembar
observasi keaktifan siswa dibuat berdasar indikator dalam bab II. Tabel 3.9
adalah lembar observasi keaktifan siswa (Sudjana dalam Puspita, 2013:
99) :
Tabel 3.9 Lembar Observasi Keaktifan Siswa
Unsur Indikator Standar satuan
atau masalah
yang sejenis
pekerjaan yang telah
diselesaikan
Untuk mengetahui ada tidaknya keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, dianalisis secara kualitatif.
3. Analisis minat belajar siswa
Data yang digunakan untuk mengetahui tingkat minat siswa
terhadap materi massa jenis baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen
adalah dengan menggunakan angket minat belajar siswa. Untuk
menganalisis angket minat siswa, terlebih dahulu ditentukan skor untuk
pernyataan-pernyataan dalam angket.
Penentuan skor untuk setiap pernyataan dalam angket dengan
menggunakan penilaian model skala Likert yaitu dengan kriteria sebagai
berikut (Mardapi, 2008: 122) :
Sangat setuju – Setuju – Tidak setuju – Sangat tidak setuju (4) (3) (2) (1)
Hasil penyekoran angket minat belajar siswa untuk kelas kontrol dan kelas
Tabel 3.10 Hasil klasifikasi minat belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen
Kode Siswa Jumlah Skor Minat Belajar
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Siswa 1
Siswa 2
Siswa 3
Kuesioner berisi 10 pernyataan yang terdiri dari empat pilihan
jawaban untuk mengukur minat belajar siswa. Hasil pengukuran berupa
skor atau angka.
a. Skor untuk setiap siswa
Skor minimal = 1 x 10 = 10
Skor maksimal = 4 x 10 = 40
Range = 40 – 10 = 30
b. Pembagian interval
Range dibagi dalam 4 interval, maka lebar interval 30 : 4 = 7,5
dibulatkan menjadi 8.
Skor yang diperoleh dari angket minat belajar siswa dibagi menjadi 4
Tabel 3.11 Kategorisasi minat belajar siswa
Untuk mengetahui perbedaan hasil minat belajar siswa kelas kontrol dan
kelas eksperimen dilakukan pengujian dengan menggunakan program
SPSS versi 16.0 for windows.
Skor Siswa Kriteria Minat
34 – 41 Sangat berminat
26 – 33 Berminat
18 – 25 Kurang berminat
45
BAB 1V
DATA DAN ANALISA DATA
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIIC dan kelas VIID SMP N 2
Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi NTT pada tanggal 4 –
22 Agustus 2014. Penelitian dilakukan dengan pembagian dua kelas yaitu
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Peneliti mengambil dua kelas sebagai
sampel penelitian. Kelas VIIC dengan jumlah siswa 33 orang sebagai kelas
kontrol dan kelas VIID dengan jumlah siswa 36 orang sebagai kelas
eksperimen. Tabel 4.1 dan 4.2 adalah jadwal dan proses pengambilan data
yang dilakukan di kelas VIID sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIC
sebagai kelas kontrol.
Tabel 4.1 Proses pelaksanaan penelitian kelas eksperimen
No. Hari/tanggal Pukul Kegiatan
1. Senin, 11
Agustus 2014
07.30 – 09.30 Perkenalan
Siswa mengerjakan soal pretest
Mendampingi siswa melakukan
3. Selasa, 19
Agustus 2014
07.30 – 09.30 Siswa mengerjakan
contoh-contoh soal
Siswa mengisi kuisioner minat
belajar
4. Rabu, 20
Agustus 2014
10.00 – 12.00 Siswa mengerjakan soal posttest
Tabel 4.2 Proses pelaksanaan penelitian kelas kontrol
No. Hari/tanggal Pukul Kegiatan
1. Selasa, 12
Agustus 2014
10.00 – 12.00 Perkenalan
Siswa mengerjakan soal pretest
Penjelasan tentang pengertian
massa jenis dan mengkonversi
satuan massa jenis ke sistem
internasional (SI)
2. Selasa, 19
Agustus 2014
10.00 – 12.00 Penjelasan tentang bagaimana
menentukan massa jenis zat dan
perhitungan massa jenis
Siswa menyelesaikan soal di
papan tulis
3. Rabu, 20
Agustus 2014
07.30 – 09.30 Siswa mengerjakan latihan soal