• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode discovery untuk meningkatkan keaktifan, minat dan hasil belajar siswa SMP N 2 Poco Ranaka pada pokok bahasan massa jenis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode discovery untuk meningkatkan keaktifan, minat dan hasil belajar siswa SMP N 2 Poco Ranaka pada pokok bahasan massa jenis."

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN, MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP N 2 POCO RANAKA PADA POKOK

BAHASAN MASSA JENIS

Maria Fransiska Kusumatryani

Universitas Sanata Dharma

2015

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) keaktifan siswa kelas

VII SMP N 2 Poco Ranaka tentang materi massa jenis melalui metode discovery; (2) minat belajar siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka tentang materi massa jenis

melalui metode discovery; (3) peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka tentang materi massa jenis melalui metode discovery.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 – 22 Agustus 2014. Subyek penelitian yaitu 33 siswa kelas VIIC dan 36 siswa kelas VIID SMP N 2 Poco Ranaka,

Kabupaten Manggarai. Instrumen yang digunakan yaitu tes tertulis berupa pre-test

dan post-test, lembar observasi keaktifan dan kuesioner minat belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) metode discovery dapat mengaktifkan siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka untuk materi massa jenis; (2) metode

discovery dapat menarik minat siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka untuk materi massa jenis; (3) metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka untuk materi massa jenis.

(2)

ABSTRACT

DISCOVERY METHODS TO IMPROVING ACTIVITY, INTEREST AND STUDENT LEARNING OUTCOMES OF SMP N 2 POCO RANAKA

ON DENSITY TOPIC

Maria Fransiska Kusumatryani

Sanata Dharma University

2015

The aim of this study is to know: (1) whether students in VII grade of SMP N

2 Poco Ranaka actively learned the material of the density through discovery

methods; (2) the interest of students of VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka about the

material of the density through discovery methods and the (3) improving of student

learning outcomes in VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka about the material of the

density through discovery methods.

This study was conducted on August 4 to 22, 2014. The subject of the study

was 33 students VIIC and 36 students VIID grade of SMP N 2 Poco Ranaka, regency

Manggarai. The instrument of the research was pre-test and post-test, observation

sheets and questionnaires.

The results of this study showed that: (1) discovery method helped students in

VII SMP N 2 Poco Ranaka to learn activity; (2) discovery method attracted students

in VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka to learn density; (3) discovery method

improved learning outcomes of students in VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka on

the material density.

Key words: Discovery Methods, Activity, Interest in Learning, Learning Outcomes

(3)

i

METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN, MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP N 2

POCO RANAKA PADA POKOK BAHASAN MASSA JENIS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Maria Fransiska Kusumatryani NIM: 101424047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dua hal menjalani kehidupan,

Pertama adalah percaya bahwa

tidak ada keajaiban,

Kedua adalah percaya bahwa

semua adalah keajaiban

(Albert Einstein)

Kupersembahkan karya ini untuk:

Bapa Sabinus Hawi dan Mama Martina Imal, Kak Ambo, Kak

Wati, Kak Nanuk, Nana Vian, dan ponaanku Mario yang

selalu mendukung dengan cinta dan doa

Sahabat dan teman-teman yang selalu berbagi suka dan duka

(7)
(8)
(9)

vii

ABSTRAK

METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN, MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP N 2 POCO RANAKA PADA

POKOK BAHASAN MASSA JENIS

discovery;(2) minat belajar siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka tentang materi massa jenis melalui metode discovery; (3) peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka tentang materi massa jenis melalui metode discovery.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 – 22 Agustus 2014. Subyek penelitian yaitu 33 siswa kelas VIIC dan 36 siswa kelas VIID SMP N 2 Poco

Ranaka, Kabupaten Manggarai. Instrumen yang digunakan yaitu tes tertulis

berupa pre-test dan post-test, lembar observasi keaktifan dan kuesioner minat belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) metode discovery dapat mengaktifkan siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka untuk materi massa jenis;

(2) metode discovery dapat menarik minat siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka untuk materi massa jenis; (3) metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Poco Ranaka untuk materi massa jenis.

(10)

viii

ABSTRACT

DISCOVERY METHODS TO IMPROVING ACTIVITY, INTEREST AND STUDENT LEARNING OUTCOMES OF SMP N 2 POCO RANAKA

ON DENSITY TOPIC

Maria Fransiska Kusumatryani

Sanata Dharma University

2015

The aim of this study is to know: (1) whether students in VII grade of SMP

N 2 Poco Ranaka actively learned the material of the density through discovery

methods; (2) the interest of students of VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka about

the material of the density through discovery methods and the (3) improving of

student learning outcomes in VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka about the

material of the density through discovery methods.

This study was conducted on August 4 to 22, 2014. The subject of the

study was 33 students VIIC and 36 students VIID grade of SMP N 2 Poco

Ranaka, regency Manggarai. The instrument of the research was pre-test and

post-test, observation sheets and questionnaires.

The results of this study showed that: (1) discovery method helped

students in VII SMP N 2 Poco Ranaka to learn activity; (2) discovery method

attracted students in VII grade of SMP N 2 Poco Ranaka to learn density; (3)

discovery method improved learning outcomes of students in VII grade of SMP N

2 Poco Ranaka on the material density.

Key words: Discovery Methods, Activity, Interest in Learning, Learning

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia,

rahmat dan kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Metode Discovery Untuk Meningkatkan Keaktifan, Minat dan Hasil Belajar Siswa SMP N 2 Poco Ranaka Pada Pokok Bahasan Massa Jenis”.

Proses penyusunan, pelaksanaan serta penyelesaian skripsi ini tidak lepas

dari semua pihak yang turut memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, doa, dan

semangat yang sangat bermanfaat bagi penulis. Maka dari itu, pada kesempatan

ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J, M.S.T selaku dosen pembimbing yang

senantiasa memberikan motivasi, masukkan, dan bantuan dalam membimbing

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika yang memberikan dukungan dan motivasi.

3. Bapak Rohandi, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

memberikan dukungan dan semangat.

4. Segenap Dosen JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah membantu

memberikan bekal pengetahuan bagi penulis.

5. Segenap Karyawan Sekretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan

dalam memperlancar surat perijinan ke sekolah.

6. Bapak Dominikus Dom, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP N 2 Poco Ranaka

(12)

x

7. Bapak Marianus Hasman, S.Pd selaku guru mata pelajaran fisika yang telah

membantu dan memberi masukkan dalam pelaksanaan penelitian.

8. Segenap Bapak, Ibu guru serta karyawan/i SMP N 2 Poco Ranaka yang telah

memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti dalam melaksanakan

penelitian.

9. Siswa/i SMP N 2 Poco Ranaka yang telah berpartisipasi dalam penelitian.

10. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sabinus Hawi dan Mama Martina Imal yang

dengan tulus memberi cinta, kasih sayang, doa, perhatian dan dukungan tanpa

henti bagi peneliti.

11. Kak Ambo dan Kak Wati, Kak Nanuk, Nana Vian, ponaanku Mario serta

semua keluarga besar yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan

bagi peneliti.

12. Tanta Meik dan Om Anus yang telah menyediakan tempat penginapan selama

peneliti melaksanakan penelitian.

13. Mama Lesta yang telah membantu peneliti dengan meminjamkan kamera

untuk dokumentasi.

14. Om Ansel dan Om Agus yang telah membantu peneliti dengan meminjamkan

neraca untuk kepentingan penelitian.

15. Sahabat-sahabatku tercinta, Inuk Lelly, Inuk Eland, Inuk Onchu, Inuk Atin,

Enu Ceilink, Enu Nopi, Enu Degan, Rini, Tyani, Qori, Ningsih, Vani, Nia,

Oyend untuk motivasi dan kebersamaan yang kita alami bersama.

16. Nana Marsellus N. Pampur yang selalu mengisi hari-hariku dengan canda dan

(13)

xi

17. Ade Ria, Ade Indri, Ika dan teman-teman kos Pink untuk kebersamaan dan

motivasinya.

18. Rekan-rekan seangkatan Pendidikan Fisika 2010 yang telah menjadi keluarga

baru dan telah berjuang bersama.

19. Semua pihak yang telah tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dan doa kepada peneliti selama perjalanan studi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bermanfaat.

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

(15)

xiii

1. Pengertian Belajar Aktif ... 11

2. Tolak Ukur Keaktifan Siswa ... 12

3. Ciri-ciri Keaktifan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar ... 15

C. Minat ... 15

1. Pengertian Minat ... 15

2. Pembentukan Minat Belajar ... 17

3. Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar Siswa ... 18

D. Hasil Belajar ... 19

E. Massa Jenis ... 20

1. Pengertian Massa Jenis ... 20

2. Satuan Sistem Internasional (SI) untuk Massa Jenis... 22

3. Menentukan Massa Jenis Zat ... 23

4. Perhitungan Massa Jenis ... 24

5. Konsep Massa Jenis dalam Pemecahan Masalah Keseharian ... 25

(16)

xiv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

1. Waktu Penelitian ... 29

2. Tempat Penelitian... 29

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

1. Populasi Penelitian ... 29

2. Sampel Penelitian ... 29

D. Treatment ... 29

1. Metode Discovery untuk Kelas Eksperimen ... 30

2. Metode Ceramah Aktif untuk Kelas Kontrol ... 30

E. Instrumen ... 31

1. Pretest dan Posttest ... 31

2. Pengamatan/Observasi Keaktifan Siswa ... 35

3. Kuesioner/Angket Minat Belajar Siswa ... 36

4. Validitas ... 37

F. Analisis Data ... 38

1. Pretest dan Posttest ... 38

2. Analisis Keaktifan Siswa ... 40

(17)

xv

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA ... 45

A. Pelaksanaan Penelitian ... 45

1. Pelaksanaan Penelitian di Kelas Eksperimen ... 47

2. Pelaksanaan Penelitian di Kelas Kontrol ... 53

B. Data dan Analisis Data ... 57

1. Keaktifan Siswa ... 57

2. Minat Belajar Siswa ... 62

3. Hasil Belajar Siswa ... 71

C. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Massa jenis berbagai zat ... 26

Tabel 3.1 Desain penelitian ... 28

Tabel 3.2 Kisi-kisi soal pretest dan posttest... 32

Tabel 3.3 Skoring soal no. 1... 33

Tabel 3.4 Skoring soal no. 2... 34

Tabel 3.5 Skoring soal no. 3... 34

Tabel 3.6 Skoring soal no. 4 dan 5 ... 34

Tabel 3.7 Skoring soal no. 6... 35

Tabel 3.8 Kisi-kisi kuesioner minat belajar ... 37

Tabel 3.9 Lembar observasi keaktifan siswa ... 40

Tabel 3.10 Hasil klasifikasi minat belajar siswa kelas kontrol dan kelas ekperimen ... 43

Tabel 3.11 Kategorisasi minat belajar siswa ... 44

Tabel 4.1 Proses pelaksanaan penelitian kelas eksperimen ... 45

Tabel 4.2 Proses pelaksanaan penelitian kelas kontrol ... 46

Tabel 4.3 Indikator keaktifan siswa kelas kontrol dan eksperimen ... 58

Tabel 4.4 Data kuesioner minat kelas kontrol ... 62

Tabel 4.5 Data kuesioner minat kelas eksperimen ... 64

Tabel 4.6 Analisis SPSS kuesioner minat belajar siswa kelas kontrol dan eksperimen ... 66

(19)

xvii

Tabel 4.8 Kategori minat belajar kelas eksperimen ... 68

Tabel 4.9 Data pretest dan posttest kelas eksperimen... 71

Tabel 4.10 Data pretest dan posttest kelas kontrol ... 73

Tabel 4.11 Analisis SPSS pretest eksperimen dan kelas kontrol ... 74

Tabel 4.12 Analisis SPSS pretest dan posttest kelas kontrol ... 75

Tabel 4.13 Analisis SPSS pretest dan posttest eksperimen ... 76

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis-jenis interaksi dalam belajar-mengajar ... 14

Gambar 2.2(a) Setetes air ... 21

Gambar 2.2(b) Air dalam gelas ... 21

Gambar 2.3 Bangun balok... 23

Gambar 2.4 Segitiga rumus massa jenis ... 24

Gambar 4.1 Siswa kelas eksperimen saat mengerjakan soal pretest ... 49

Gambar 4.2 Siswa kelas eksperimen ketika menimbang massa balok ... 49

Gambar 4.3 Siswa kelas eksperimen ketika mengukur volume balok ... 49

Gambar 4.4 Siswa kelas eksperimen ketika membuat telur terapung, melayang dan tenggelam ... 50

Gambar 4.5 Siswa kelas eksperimen mempresentesikan hasil percobaan kelompoknya ... 50

Gambar 4.6 Siswa kelas eksperimen ketika mengerjakan latihan soal di papan tulis ... 51

Gambar 4.7 Siswa kelas eksperimen saat mengisi kuesioner minat belajar .... 51

Gambar 4.8 Siswa kelas eksperimen saat mengerjakan soal posttest ... 52

Gambar 4.9 Siswa kelas kontrol saat mengerjakan soal pretest ... 54

Gambar 4.10 Siswa kelas kontrol ketika menuliskan tangga konversi di papan tulis ... 54

(21)

xix

Gambar 4.12 Siswa kelas kontrol ketika mengerjakan latihan soal dari

buku ... 56

Gambar 4.13 Siswa kelas kontrol ketika mengerjakan latihan soal di papan tulis ... 56

Gambar 4.14 Siswa kelas kontrol ketika mengisi kuesioner minat belajar ... 56

Gambar 4.15 Siswa kelas kontrol saat mengerjakan soal posttest ... 57

Gambar 4.16 Siswa kelas eksperimen ketika menimbang massa balok ... 61

Gambar 4.17 Siswa kelas eksperimen ketika mengukur volume balok ... 61

Gambar 4.18 Siswa kelas eksperimen membuat telur terapung, melayang dan tenggelam ... 61

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 86

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 87

Lampiran 3. RPP Kelas Eksperimen ... 88

Lampiran 4. RPP Kelas Kontrol... 93

Lampiran 5. Materi Ajar ... 98

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa 1 ... 106

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa 2 ... 111

Lampiran 8. Soal Pretest ... 115 Lampiran 9. Soal Posttest ... 116 Lampiran 10. Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 117 Lampiran 11. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 119

Lampiran 12. Kuesioner Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol... 120

Lampiran 13. Kuesioner Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 122

Lampiran 14. Daftar Distribusi Skor Pretest Kelas Kontrol ... 124 Lampiran 15. Daftar Distribusi Skor Pretest Kelas Eksperimen ... 125 Lampiran 16. Daftar Distribusi Skor Posttest Kelas Kontrol ... 127 Lampiran 17. Daftar Distribusi Skor Posttest Kelas Eksperimen ... 128 Lampiran 18. Daftar Skor Keaktifan Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 130

Lampiran 19. Daftar Distribusi Skor Minat Kelas Kontrol... 131

Lampiran 20. Daftar Distribusi Skor Minat Kelas Eksperimen ... 132

(23)

xxi

Lampiran 22. Jawaban Posttest Siswa Kelas Kontrol ... 135 Lampiran 23. Jawaban Pretest Siswa Kelas Eksperimen ... 137 Lampiran 24. Jawaban Posttest Siswa Kelas Eksperimen ... 138 Lampiran 25. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas Kontrol ... 139

Lampiran 26. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen ... 140

Lampiran 27. Jawaban Kuesioner Minat Siswa Kelas Kontrol ... 141

Lampiran 28. Jawaban Kuesioner Minat Siswa Kelas Eksperimen ... 143

Lampiran 29. Jawaban LKS 1 ... 145

(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak manusia diciptakan, pendidikan telah menempati urutan pertama

sebagai alat yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia.

Meskipun belum ada istilah pendidikan formal maupun informal, lembaga

pendidikan sudah dibutuhkan manusia. Pendidikan dipandang sebagai wadah

yang tepat untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas dan bermutu yang mampu bersaing ditingkat global.

Pencapaian tujuan pendidikan khususnya untuk pendidikan formal

(sekolah) sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan proses belajar

mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar ini bergantung pada

beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah

bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran di dalam kelas

tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan

strategi pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru

semestinya mampu menciptakan suasana belajar di mana siswa

sungguh-sungguh berperan aktif dalam belajar.

Siswa akan terlihat aktif dalam mengikuti pelajaran jika mereka

berminat dalam mempelajari fisika. Siswa berminat/menyukai fisika jika

(25)

pelajari. Agar siswa sungguh-sungguh mengetahui dan memahami apa yang

sedang dipelajarinya itu, siswa hendaknya membangun dan membentuk

sendiri pengetahuannya. Dengan membentuk sendiri pengetahuannya, siswa

akan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Konsep belajar aktif banyak dikemukakan oleh beberapa ahli.

Giambattista Vico pada tahun 1710 (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011:

105) mengatakan bahwa “mengetahui berarti mengetahui bagaimana

membuat sesuatu.” Kalimat tersebut sebenarnya memiliki makna bahwa

siswa akan mengetahui sesuatu jika mereka sendirilah yang sungguh-sungguh

membangun pengetahuannya. Siswa akan lebih mengerti jika mereka sendiri

yang aktif terlibat dan membuat sesuatu itu sendiri.

Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001: 125) pengetahuan itu dibentuk

sendiri oleh orang yang menggeluti suatu objek. Pengetahuan tidak dapat

dipindahkan dari seorang guru kepada murid bila murid itu sendiri tidak mau

membentuknya secara aktif.

Siregar dan Nara (2011: 41) berpendapat bahwa dalam hal belajar,

pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam

kegiatan belajar mengajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri melalui bahan, media, peralatan, lingkungan, dan

fasilitas lainnya yang disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.

Lebih lanjut Siregar dan Nara (2011: 44) mengemukakan bahwa teori

konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi)

(26)

seseorang yang sedang mengetahui dan tidak dapat dipindahkan begitu saja

dari otak seseorang (guru) kepada orang lain (siswa).

Namun sayang dalam kenyataannya banyak ditemui pelaksanaan

pembelajaran masih kurang efektif. Siswa kurang aktif dalam proses belajar,

siswa lebih banyak mendengar dan menulis, menyebabkan isi pelajaran

sebagai hafalan sehingga siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya.

SMP N 2 Poco Ranaka merupakan salah satu Sekolah Menengah

Pertama yang terletak di Kabupaten Manggarai Timur, Propinsi NTT.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran fisika

diperoleh gambaran bahwa sebagian besar siswa di sekolah ini tidak berminat

dalam mengikuti pelajaran khususnya dalam pelajaran fisika sehingga dalam

kegiatan belajar siswa pasif. Hal ini terlihat saat guru menanyakan materi

yang sedang diajarkan hanya beberapa siswa saja yang aktif menjawab.

Sebagian besar siswa pasif dan diam saja saat ditanya. Padahal berdasar

penuturan guru, saat pelajaran dimulai guru tidak serta merta langsung

mengajarkan materi tetapi guru biasanya memberi kesempatan kepada siswa

sebelum pelajaran dimulai untuk membaca dan memahami materi yang akan

dipelajari. Namun saat pelajaran berlangsung, ternyata siswa masih saja pasif

dalam mengikuti pelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran juga rendah karena mereka tidak memahami dengan

sungguh-sungguh materi yang disungguhkan oleh guru.

Untuk dapat membantu siswa belajar fisika, guru hendaknya

(27)

dapat diterapkan guru dalam pembelajaran adalah metode discovery

(penemuan). Bruner (dalam Dahar, 2011: 79) mengganggap bahwa belajar

penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia

dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner

menyarankan agar siswa belajar melalui partisipasi secara aktif dengan

konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka memperoleh pengalaman dan

melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk

menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

Bagi Suparno (2007: 72) discovery adalah model pengajaran di mana guru memberikan kebebasan siswa untuk menemukan sesuatu sendiri karena

dengan menemukan sendiri siswa dapat lebih mengerti secara mendalam.

Dalam discovery yang sangat penting adalah siswa sungguh-sungguh terlibat pada persoalannya, menemukan prinsip-prinsip atau jawaban lewat suatu

percobaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan

judul “Metode Discovery Untuk Meningkatan Keaktifan, Minat dan Hasil Belajar Siswa SMP N 2 Poco Ranaka Pada Pokok Bahasan Massa Jenis.”

Dengan menerapkan metode ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan

dan minat siswa dalam belajar fisika sehingga hasil belajar siswa menjadi

(28)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah metode discovery dapat mengaktifkan siswa SMP N 2 Poco Ranaka kelas VII dalam mempelajari materi pokok massa jenis?

2. Apakah metode discovery dapat membuat siswa SMP N 2 Poco Ranaka kelas VII berminat belajar fisika dalam materi pokok massa jenis?

3. Apakah metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP N 2 Poco Ranaka kelas VII dalam mempelajari materi pokok massa jenis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Adanya keaktifan siswa SMP N 2 Poco Ranaka kelas VII dalam

mempelajari materi pokok massa jenis melalui metode discovery;

2. Minat siswa SMP N 2 Poco Ranaka kelas VII dalam mempelajari materi

pokok massa jenis melalui metode discovery;

3. Peningkatan hasil belajar siswa SMP N 2 Poco Ranaka kelas VII dalam

(29)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru/sekolah

Metode discovery dapat dijadikan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi siswa

Metode discovery dapat membuat siswa aktif dalam belajar serta dapat menarik minat siswa dalam mempelajari fisika, sehingga siswa senang dan

tertarik untuk belajar fisika.

3. Bagi pengembangan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah hasil penelitian dalam

(30)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Discovery 1. Pengertian Discovery

Menurut Sund (dalam Roestiyah, 2001: 20) discovery adalah proses mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau

prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah

mengamati, mencerna, mengerti, mengggolong-golongkan, membuat

dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami

proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan

instruksi.

Menurut Bruner (dalam Burden & Byrd, dalam Suparno, 2007: 72)

pembelajaran discovery adalah pendekatan kognitif dalam pembelajaran di mana guru menciptakan situasi sehingga siswa dapat belajar sendiri. Siswa

didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang

memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan

baginya. Jadi, dalam discovery yang sangat penting adalah siswa sungguh terlibat pada persoalannya, menemukan prinsip-prinsip atau jawaban lewat

(31)

2. Proses Discovery

Menurut Suparno (2007: 73) proses discovery meliputi:

a. Mengamati. Siswa mengamati gejala atau persoalan yang dihadapi;

b. Menggolongkan. Siswa mengklarifikasi apa-apa yang ditemukan dalam

pengamatan sehingga menjadi lebih jelas;

c. Memprediksi. Siswa diajak untuk memperkirakan mengapa gejala itu

terjadi atau mengapa persoalan itu terjadi;

d. Mengukur. Siswa melakukan pengukuran terhadap yang diamati untuk

memperolah data yang lebih akurat yang dapat digunakan untuk

mengambil kesimpulan;

e. Menguraikan atau menjelaskan. Siswa dibantu untuk menjelaskan atau

menguraikan dari data pengukuran yang telah dilakukan;

f. Menyimpulkan. Siswa mengambil kesimpulan dari data-data yang

didapatkan.

3. Macam-Macam Discovery

Weimer (1975, dalam Burden & Byrd, hal 104, dalam Suparno,

2007: 74-75) mengidentifikasi adanya enam tipe discovery, yaitu:

a. Discovery. Proses menemukan sesuatu sendiri. Prosesnya lebih bebas, yang terpenting adalah orang menemukan sesuatu hukum, prinsip atau

(32)

b. Discovery teaching. Penemuan sesuatu dengan pendekatan induktif, yaitu dari pengamatan banyak data, lalu disimpulkan. Prosesnya

lengkap seperti metode ilmiah.

c. Semi-inductive discovery. Penemuan dengan pendekatan induktif, tetapi tidak lengkap. Ketidaklengkapan terdapat pada data yang diambil hanya

sedikit, dapat pula prosesnya disederhanakan, dll.

d. Unguided or pure discovery atau discovery murni. Siswa diberi persoalan dan harus memecahkan sendiri dengan sedikit sekali petunjuk

guru.

e. Guided discovery. Siswa diberi masalah untuk dipecahkan dengan guru menyediakan hint (petunjuk) dan arahan bagaimana memecahkan

persoalan itu.

4. Keuntungan Discovery

Menurut Bruner beberapa keuntungan dari penggunaan discovery

dalam belajar fisika, antara lain sebagai berikut (Bruner, dalam

Trowbridge & Bybee, 1996: 177, dalam Suparno, 2007: 75).

a. Mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat

mengembangkan pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan

pikiran itu sendiri. Dengan model discovery pikiran siswa digunakan, dilatih untuk memecahkan persoalan.

b. Mengembangkan motivasi intrinsik. Dengan menemukan sendiri dalam

(33)

merupakan penghargaan dari dalam diri sendiri yang akan lebih

menguatkan untuk terus mau menekuni sesuatu.

c. Belajar menemukan sesuatu. Untuk terampil dalam menemukan

sesuatu, siswa hanya dapat lewat praktik menemukan sesuatu.

Discovery ini adalah praktik menemukan sesuatu yang dapat memperkaya siswa dalam penemuan hal-hal yang lain di kemudian

hari.

d. Ingatan lebih tahan lama. Dengan menemukan sendiri, siswa lebih ingat

akan yang dipelajari dan sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya tahan

lama, tidak mudah dilupakan.

e. Menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi siswa untuk terus

berusaha menemukan sesuatu sampai ketemu.

f. Melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa

untuk dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.

5. Kelemahan Discovery

Beberapa kelemahan discovery antara lain adalah sebagai berikut (Roestiyah, 2001: 21) :

a. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara

belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui

keadaan sekitarnya dengan baik.

(34)

c. Bagi guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan

pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan

teknik penemuan.

d. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu

mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan

perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.

B. Belajar Aktif

1. Pengertian Belajar Aktif

Prinsip belajar aktif telah banyak dikemukakan oleh para ahli. John

Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus

dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari diri

siswa sendiri. Guru sekadar pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916,

dalam Davies,1937: 31, dalam Dimyati & Mudjiono, 1999: 44).

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang

sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar

menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi (Gage & Berliner,

1984: 267, dalam Dimyati & Mudjiono, 1999: 44-45). Menurut teori ini

anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu.

Anak mampu untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan

yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu

mengindentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,

(35)

Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan

hukum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan

adanya latihan-latihan (Dimyati & Mudjiono, 1999: 45).

Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil

beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai

kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati

diantaranya dalam bentuk kegiatan membaca, mendengarkan, menulis,

meragakan, dan mengukur. Contoh kegiatan psikis seperti mengingat

kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya, menggunakan khasanah

pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,

menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan

konsep yang lain, dan kegiatan psikis lainnya (Dimyati & Mudjiono, 1999:

114).

2. Tolak Ukur Keaktifan Siswa

Beberapa ahli mengemukakan cara untuk dapat mengukur kadar

keaktifan siswa dalam belajar adalah sebagai berikut (dalam Usman, 2009:

23-26):

a. Mc. Keachie mengemukakan tujuh dimensi dalam proses belajar

mengajar di mana terdapat variasi kadar keaktifan sebagai berikut:

1) Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar

mengajar,

(36)

3) Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

utama yang berbentuk interaksi antar siswa,

4) Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa yang

kurang relevan atau yang salah,

5) Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok,

6) Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil

keputusan yang penting dalam kegiatan di sekolah,

7) Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah pribadi

siswa, baik yang berhubungan ataupun tidak berhubungan dengan

pelajaran.

b. K. Yamamato melihat kadar keaktifan siswa itu dari segi intensionalitas

atau kesengajaan terencana dari peran serta kegiatan oleh kedua pihak

(siswa dan guru) dalam proses belajar mengajar. Yamamato

membedakan keaktifan yang direncanakan secara sengaja (intensional),

keaktifan yang dilakukan sewaktu-waktu (insidental) dan sama sekali

tidak ada keaktifan dari kedua belah pihak. Bagi Yamamato belajar

yang optimal hanya mungkin dicapai apabila siswa dan guru melakukan

kegiatan belajar mengajar secara disengaja dan terarah. Sebaliknya,

apabila tidak terdapat keaktifan mengajar pada pihak guru serta tidak

ada keaktifan belajar pada siswa kegiatan itu bukan lagi kegiatan

instruksional, melainkan kegiatan noninstruksional, mungkin berupa

(37)

c. H.O. Lingren melukiskan kadar keaktifan siswa itu dalam interaksi

diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya. Apabila

kita perhatikan suasana kelas pada waktu terjadi kegiatan instruksional,

akan tampak komunikasi yang beraneka ragam. Lingren

mengemukakan empat jenis komunikasi atau interaksi antara guru dan

siswa seperti tampak dalam diagram 2.1 berikut:

Jenis-Jenis Interaksi dalam Belajar-Mengajar

(38)

3. Ciri-Ciri Keaktifan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar

Menurut Sudjana (2010: 61), keaktifan siswa dalam proses belajar

mengajar dapat dilihat dalam hal:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;

b. Terlibat dalam pemecahan masalah;

c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapi;

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah;

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh;

g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis;

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah

diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi.

C. Minat

1. Pengertian Minat

Menurut Sukardi (1988: 61, dalam Susanto, 2013: 57) minat dapat

diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran, atau kesenangan akan

sesuatu. Adapun menurut Sardiman (2007: 77, dalam Susanto, 2013: 57)

minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri

atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan

(39)

seseorang terhadap sesuatu objek, biasanya disertai dengan perasaan

senang, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.

Bagi Slameto (2010: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan

rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan

tersebut, semakin besar minat.

Secara sederhana, Syah (2008: 151) mendefinisikan minat sebagai

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil

belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Seorang siswa yang

menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya

lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan

perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa

tadi untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang

diinginkan.

William James (1890, dalam Usman, 2009: 27) melihat bahwa

minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan

belajar siswa. Jadi, minat merupakan faktor yang menentukan keterlibatan

(40)

2. Pembentukan Minat Belajar

Slameto (1995: 181, dalam Susanto, 2013: 63) menyebutkan bahwa

intensitas kebutuhan yang dilakukan oleh individu akan berpengaruh

secara signifikan terhadap besarnya minat individu yang bersangkutan.

Jadi, seorang siswa akan berminat mempelajari masalah-masalah sosial

bilamana intelegensinya telah berkembang sampai pada taraf yang

diperlukan untuk memahami dan menganalisis fakta dan gejala sosial

dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun menurut Sukartini (1986: 63, dalam Susanto, 2013: 63),

perkembangan minat tergantung pada kesempatan belajar yang dimiliki

oleh seseorang. Dengan kata lain, bahwa perkembangan minat seseorang

tergantung pada lingkungan dan orang-orang dewasa yang erat

pergaulannya dengan mereka, sehingga secara langsung akan berpengaruh

pula terhadap kematangan psikologisnya. Lingkungan bermain, teman

sebaya, dan pola asuh orang tua merupakan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan minat seseorang. Di samping itu, sesuai

dengan kecendrungan masyarakat yang senantiasa berkembang,

lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan pola pergaulan akan

merangsang tumbuhnya minat baru secara lebih terbuka.

Secara psikologis, menurut Munandar (1992: 9, dalam Susanto,

2013: 64), fase perkembangan minat berlangsung secara bertingkat dan

mengikuti pola perkembangan individu itu sendiri. Di samping itu,

(41)

semakin matang secara psikologis maupun fisik, maka minat juga akan

semakin kuat dan terfokus pada objek tertentu.

3. Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar Siswa

Dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan

penting dalam belajar karena minat ini merupakan sesuatu kekuatan

motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap

seseorang, suatu benda, atau kegiatan tertentu. Dengan demikian minat

merupakan suatu unsur yang menggerakan motivasi seseorang sehingga

orang tersebut dapat berkonsentrasi terhadap suatu benda atau kegiatan

tertentu. Dengan adanya unsur minat belajar pada diri siswa, maka siswa

akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar tersebut. Dengan

demikian minat merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang

kegiatan belajar siswa (Susanto, 2013: 66).

Kenyataan ini juga diperkuat oleh pendapat Sardiman (2007: 95,

dalam Susanto, 2013: 66) yang menyatakan bahwa proses belajar itu akan

berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Begitu pula menurut William

James (1890, dalam Usman, 2009: 27) yang melihat bahwa minat siswa

merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.

Dengan demikian, minat belajar siswa merupakan faktor yang

sangat penting dalam menunjang tercapainya efektivitas proses belajar

mengajar, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar

(42)

D. Hasil Belajar

Menurut Nawawi (dalam Brahim, 2007: 39, dalam Susanto, 2013: 5)

hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor

yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Bagi Bloom (dalam Suprijono, 2009: 6-7) hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara bagi Lindgren

(dalam Suprijono, 2009: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi,

pengertian dan sikap.

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,

(43)

sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentasi atau terpisah,

melainkan komprehensif (Suprijono, 2009: 7).

Sementara menurut Sudjana (2010: 62) salah satu keberhasilan proses

belajar mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang dapat

dilihat dalam aspek berikut:

1. Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan

pengalaman belajarnya;

2. Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa;

3. Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari

jumlah instruksional yang harus dicapai;

4. Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam

mempelajari bahan berikutnya.

E. Massa Jenis

1. Pengertian Massa Jenis

Segelas kopi hangat dan segelas air putih, manakah yang lebih

besar massa jenisnya? Bagaimana kita membuktikan atau menentukan

suatu benda yang belum kita ketahui jenisnya? Mengapa benda dapat

terapung, melayang dan tenggelam?

Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah kejadian yang sering kita

jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang menyebabkan hal itu

(44)

Bagian utama yang tidak terpisahkan dari suatu zat adalah massa

dan volum. Zat atau materi adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan

menempati ruang. Massa adalah banyaknya zat yang terkandung di dalam

sebuah benda dan volume adalah perhitungan seberapa banyak ruang yang

bisa ditempati dalam suatu objek (Foster, 2004: 30). Dengan membagi

massa dan volume kita mendapatkan suatu ciri khas dari suatu benda yang

tidak dimiliki oleh benda lain yaitu massa jenis. Massa jenis suatu zat

merupakan salah satu ciri khas suatu zat, artinya apabila jenis benda/zat

sama maka nilai massa jenisnya juga sama. Contohnya perhatikan gambar

di bawah ini:

Gambar 2.2(a) Setetes air Gambar 2.2(b) Air dalam gelas Dari gambar di atas, air yang setetes dengan dengan air satu gelas

memiliki massa jenis yang sama yaitu 1 gr/cm3.

Massa jenis adalah perbandingan antara massa dengan volume

benda. Persamaan massa jenis adalah:

Dengan = massa jenis (kg/m3)

m = massa (kg)

(45)

Jadi untuk mengetahui massa jenis benda kamu harus mengetahui dua

besaran ini, yaitu massa dan volumnya.

2. Satuan Sistem Internasional (SI) untuk Massa Jenis (Kanginan, 2002) Massa benda diukur dalam kg dan volum diukur dalam m3,

sehingga satuan massa jenis adalah:

Satuan massa jenis =

=

Jadi satuan massa jenis dalam SI adalah kg/m3.

Satuan massa jenis juga dapat dinyatakan dalam g/cm3 atau g/mL

(ingat bahwa 1 cm3 = 1 mL, sehingga g/cm3 identik dengan g/mL). Volum

zat padat biasa dinyatakan dalam cm3, karena itu massa jenis zat padat

biasa dinyatakan dalam g/cm3 sementara volum zat cair diukur dengan

gelas ukur yang skalanya dalam mL, karena itu massa jenis zat cair biasa

dinyatakan dalam g/mL.

Bagaimana mengkonversi atau mengubah satuan massa jenis?

Misalnya kita memiliki massa jenis dalam satuan g/cm3 (atau g/mL) dan

hendak mengubahnya ke dalam kg/m3. Cara mengubahnya adalah sebagai

(46)

Sebaliknya berlaku:

1 kg/m3 =

g/cm 3

= 0,001 g/cm3

3. Menentukan Massa Jenis Zat

Untuk menentukan massa jenis suatu zat/benda kamu harus

mengetahui massa zat/benda dan volumnya dengan cara mengukurnya.

a. Zat padat yang bentuknya teratur

Untuk zat padat yang bentuknya teratur, massa zat/benda diukur

dengan menggunakan neraca atau timbangan. Volumnya dapat dihitung

menggunakan rumus berdasarkan bentuknya, misalnya pada kubus dan

balok. Perhatikan gambar balok di bawah ini:

Gambar 2.3 Bangun balok

Volume balok:

Vbalok = p x l x t

b. Zat padat yang bentuknya tidak teratur

Untuk zat padat yang bentuknya tidak teratur ataupun zat cair,

massa zat/benda dengan menggunakan neraca atau timbangan.

Volumnya dapat ditentukan dengan menggunakan gelas ukur. Misalnya

kamu ingin mengetahui volume batu. Volum batu dapat diukur dengan

(47)

1) Ukur volume air yang belum diisi batu

2) Masukkan batu ke dalam gelas ukur yang telah diisi air

3) Ukur volume air yang telah diisi batu

Maka volume batu = volume air yang telah diisi batu dikurangi volume

air yang belum diisi batu.

4. Perhitungan Massa Jenis (Kanginan, 2002)

Untuk menyelesaikan soal-soal hitungan yang berkaitan dengan

massa jenis diselesaikan dengan menggunakan persamaan:

Persamaan di atas dapat diubah ke bentuk:

atau

Gambar 2.4 Segitiga rumus massa jenis

Bentuk rumus mana yang digunakan dalam hitungan bergantung

pada besaran apa yang ditanyakan. Untuk memudahkan kamu mengingat

bentuk rumus yang akan digunakan, kamu dapat menggunakan segitiga

rumus massa jenis, seperti ditunjukkan pada gambar 2.4 di atas. Cara

menggunakan segitiga rumus secara umum adalah sebagai berikut:

a. Keluarkan besaran yang ditanyakan dari segitiga.

b. Besaran yang ditanyakan, yang ditulis diruas kiri tanda sama dengan

adalah sama dengan kedua besaran yang tertinggal di dalam segitiga

(48)

5. Konsep Massa Jenis dalam Pemecahan Masalah Keseharian

Tahukah kamu bahwa konsep massa jenis ternyata banyak

diterapkan dalam hidup kita sehari-hari? Berikut beberapa penerapan

konsep massa jenis:

a. Peristiwa terapung, melayang dan tenggelam:

Benda terapung : massa jenis benda < massa jenis air

Benda melayang : massa jenis benda = massa jenis air

Benda tenggelam : massa jenis benda > massa jenis air

b. Aluminium digunakan sebagai bahan logam pesawat terbang karena

alumanium kuat tetapi massanya ringan (tidak seberat logam lainnya

seperti besi).

c. Pernahkah kamu melihat balon udara? Tahukah kamu, gas apa

yang terdapat di dalamnya? Balon gas berisi gas helium. Gas

helium memiliki massa jenis yang lebih kecil dari udara, sehingga balon

gas bisa naik ke atas.

d. Ban karet atau pelampung untuk berenang atau pertolongan. Udara

yang dipompakan ke dalam ban akan menurunkan massa jenis ban

sehingga ban memiliki massa jenis yang lebih kecil daripada air. Maka

(49)

Tabel 2.1 Massa jenis berbagai zat

Wujud Zat Bahan Dalam (g/cm3) Dalam (kg/m3)

PADAT

Alumanium 2,7 2700

Besi 7,9 7900

Emas 19,3 19300

Kuningan 8,4 8400

Perak 10,5 10500

Platina 21,45 21450

Seng 7,14 7140

Es 0,92 920

CAIR

Air (40C) 1 1000

Alkohol 0,8 800

Raksa 13,6 13600

GAS Udara (270C) 0,0012 1,2

(50)

F. Kaitan Teori dengan Langkah Penelitian

1. Metode discovery

Metode discovery merupakan metode yang digunakan sebagai

treatment dalam proses penelitian yang dilaksanakan di SMP N 2 Poco Ranaka, Manggarai Timur, NTT.

2. Teori massa jenis

Massa jenis merupakan materi pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian. Materi massa jenis juga merupakan instrumen dalam penelitian

yang berupa pretest dan posttest.

3. Teori belajar aktif, minat dan hasil belajar

Teori belajar aktif, minat dan hasil belajar digunakan sebagai

instrumen dalam penelitian yang digunakan untuk mengetahui keaktifan

dan minat siswa yang berupa angket.

(51)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimental dengan

design pretest-posstest control group. Secara umum riset kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa skor atau angka, lalu

menggunakan analisis dengan statistik. Design pretest-posstest control group

adalah riset yang terdiri dari dua grup/kelompok. Satu kelompok diberi

treatment dan yang lain tidak. Lalu kedua kelompok diukur, dengan diberi

pretest dan posstest untuk kedua kelompok tersebut (Suparno, 2010: 142). Rancangan design pretest-posstest control group eksperimen yang digunakan seperti pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Desain penelitian

Treatment group P1 X1 P2 Control group P1 X2 P2

Keterangan: P1 = tes awal (pretest) dilakukan sebelum diberi treatment

X1 = treatment diberikan kepada siswa dengan menggunakan

metode discovery

X2 = treatment diberikan kepada siswa dengan menggunakan

metode ceramah aktif

(52)

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 4 – 22 Agustus 2014.

2. Tempat penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMP N 2 Poco Ranaka,

Kabupaten Manggarai Timur, NTT.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi adalah kelompok yang lebih besar di mana hasil penelitian

diharapkan berlaku; semua anggota grup yang akan diteliti (Suparno,

2010: 43). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i SMP N 2

Poco Ranaka tahun ajaran 2014/2015.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah himpunan bagian dari populasi, sampel menunjuk

pada suatu kelompok di mana informasi atau data didapatkan (Suparno,

2010: 43). Sampel dari penelitian ini berjumlah 69 siswa/i SMP N 2 Poco

Ranaka yang terdiri dari siswa/i kelas VIIC yang berjumlah 33 orang dan

kelas VIID yang berjumlah 36 orang.

D. Treatment

Treatment adalah perlakuan peneliti terhadap subyek yang akan

(53)

Treatment yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode

discovery untuk kelas eksperimen dan metode ceramah aktif untuk kelas kontrol pada materi massa jenis.

1. Metode discovery untuk kelas ekperimen

Dalam proses pembelajaran siswa melakukan discovery dengan bantuan LKS yang telah disediakan guru dengan proses sebagai berikut

(Susiani, 2013: 32) :

a. Guru membagi siswa dalam 7 kelompok.

b. Siswa mendapat LKS dalam kelompok.

c. Siswa memahami perintah-perintah discovery dalam LKS.

d. Siswa melakukan discovery dalam kelompok dengan topik massa jenis. e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

percobaan.

f. Siswa mendiskusikan data yang telah diperoleh dalam kelompok secara

bersama.

g. Siswa menemukan kesimpulan dari hasil discovery.

h. Bersama siswa menyimpulkan dari hasil discovery secara bersama dikaitkan dengan materi pelajaran.

2. Metode ceramah aktif untuk kelas kontrol

Dalam proses pembelajaran untuk kelas kontrol digunakan metode

ceramah aktif di mana guru berceramah, menjelaskan materi yang akan

(54)

pertanyaan pada siswa, siswa berdiskusi dan mengerjakan soal dalam

kelompok.

Pengajaran dengan metode discovery dan ceramah aktif dapat dilihat dalam RPP dan LKS. RPP untuk kelas eksperimen terlampir pada lampiran 3

dan RPP untuk kelas kontrol terlampir pada lampiran 4 serta LKS terlampir

pada lampiran 6 dan lampiran 7.

E. Instrumen

Instrumen adalah alat yang dipakai untuk mengambil data (Suparno,

2010: 53). Instrumen pengumpulan data berupa tes, yang terdiri dari pretest

dan posttest serta bentuk non-tes yang berupa angket/kuesioner dan pengamatan/observasi.

1. Pretest dan posstest

Pretest digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman awal siswa terhadap materi sebelum dilakukan proses pembelajaran di kelas

ekperimen dan kelas kontrol. Pretest dilakukan sebelum materi massa jenis disampaikan kepada siswa.

Posttest digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa setelah dilakukan proses pembelajaran untuk kedua kelas, yakni kelas eksperimen

dengan metode discovery dan kelas kontrol dengan ceramah aktif. Posttest

(55)

Untuk pembuatan soal pretest dan posttest dibutuhkan kisi-kisi. Kisi-kisi soal berdasar pada kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai

siswa. Tabel 3.2 adalah kisi-kisi soal pretest dan posttest.

Tabel 3.2 Kisi-kisi soal pretest dan posttest Kompetensi

Dasar

Indikator Soal Aspek

(56)

kg/m3 mempunyai

Untuk mengetahui bagaimana pemahaman siswa sebelum dan

setelah diberi treatment, diukur melalui test yaitu pretest dan posttest. Penskoran terhadap hasil kerja siswa dilakukan dengan membuat skala

skor. Berikut adalah penentuan bobot untuk masing-masing soal:

a. Soal no. 1 bobot soal 10

Tabel 3.3 Skoring soal no.1

Keterangan Skor

Siswa tidak mengerjakan 0

Jawaban siswa sama sekali tidak berhubungan 2

(57)

b. Soal no. 2 bobot soal 10

Tabel 3.4 Skoring soal no.2

Keterangan Skor

Siswa tidak mengerjakan 0

Jawaban siswa tidak berhubungan 2

Siswa menulis persamaan massa jenis tetapi terbalik 5

Pekerjaan siswa sesuai pedoman jawaban 10

c. Soal no. 3 bobot soal 10

Tabel 3.5 Skoring soal no.3

Keterangan Skor

Siswa tidak mengerjakan 0

Jawaban siswa tidak sesuai 2

Jawaban siswa benar, tanpa disertai penjelasan 8

Pekerjaan siswa sesuai pedoman jawaban 10

d. Soal no. 4 dan no.5 dengan bobot masing-masing soal 20

Tabel 3.6 Skoring soal no.4 dan no.5

Keterangan Skor

Siswa tidak mengerjakan 0

Pekerjaan siswa tidak sesuai 2

Pekerjaan siswa hanya sampai pada menuliskan besaran

yang diketahui dan ditanyakan secara lengkap

(58)

Pekerjaan siswa hanya sampai pada menulis rumus lengkap 10

Siswa mengerjakan dengan menulis rumus lengkap dan

memasukkan angka tetapi jawaban tidak sesuai

15

Jawaban siswa benar tetapi tidak mencantumkan satuan 19

Pekerjaan siswa sesuai pedoman jawaban 20

e. Soal no. 6 bobot soal 10

Tabel 3.7 Skoring soal no.6

Keterangan Skor

Siswa tidak mengerjakan 0

Pekerjaan siswa tidak sesuai 2

Jawaban siswa benar tanpa ada penjelasan 7

Pekerjaan siswa sesuai pedoman jawaban 10

2. Pengamatan/observasi keaktifan siswa

Pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap

sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (penciuman,

pendengaran, peraba, pengecap, rekaman gambar, rekaman suara, dll)

(Suparno, 2010: 63). Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

metode discovery dan ceramah aktif.

Keaktifan dapat diukur berdasar beberapa unsur keaktifan yaitu

(59)

pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak

memahami persoalan yang dihadapi, berusaha mencari berbagai informasi

yang diperlukan untuk pemecahan masalah, menilai kemampuan dirinya

dan hasil-hasil yang diperoleh dan melatih diri dalam memecahkan soal

atau masalah yang sejenis (Sudjana, 2010: 61).

3. Kuesioner/angket minat belajar siswa

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh

informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2010: 61).

Kuesioner dalam penelitian ini bersifat tertutup, di mana responden tinggal

memilih karena telah disediakan alternatif jawaban. Kuesioner ini

digunakan untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran fisika,

khususnya pada materi massa jenis. Kuesioner ini diberikan setelah

kegiatan pembelajaran, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

Pembuatan kuesioner minat belajar ini diperlukan kisi-kisi

kuesioner minat. Berdasar pendapat para ahli yang telah dijabarkan dalam

bab kajian pustaka, indikator minat meliputi minat belajar yang berkaitan

dengan perasaan puas atau senang, perhatian, dan ketertarikan. Tabel 3.8

(60)

Tabel 3.8 Kisi-kisi kuesioner minat belajar Aspek Indikator Contoh pernyataan

kuesioner minat

Perhatian Saat guru mengajukan

pertanyaan dalam

Kuesioner minat belajar untuk kelas kontrol secara lengkap dapat dilihat

pada lampiran 12 dan kuesioner minat belajar untuk kelas eksperimen

secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 13.

4. Validitas

Validitas adalah mengukur atau menentukan apakah suatu tes

(61)

tujuan. Validitas menunjuk pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya

kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan

(Suparno, 2010: 67-68).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh

setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap isi

yang terkandung dalam tes hasil belajar. Validitas isi adalah validitas yang

ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu

sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta

didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap

keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya

diteskan/diujikan (Sudijono, 2011:164).

Validitas isi berpedoman pada kisi-kisi tes dan non tes yang diukur

sesuai dengan indikator. Kisi-kisi soal tes dapat dilihat pada tabel 3.2 pada

halaman 32, kisi-kisi kuesioner minat dapat dilihat pada tabel 3.8 pada

halaman 37 dan lembar pengamatan keaktifan siswa dapat dilihat pada

tabel 3.9 pada halaman 40.

F. Analisis Data

1. Pretest dan posttest

(62)

Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut (Suparno, 2011:

b. Untuk mengetahui apakah metode ceramah aktif dapat meningkatkan

hasil belajar siswa atau tidak, dengan menganalisis pretest-posttest pada kelas kontrol dengan menggunakan uji-t untuk kelompok dependen. Rumus untuk menghitungnya seperti rumus pada persamaan (1).

c. Untuk menguji pretest kelas ekperimen dan kelas kontrol apakah sama atau sungguh berbeda, dengan menggunakan uji-t untuk 2 grup yang independen. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut

(Suparno, 2011: 83).

t

= ̅̅̅̅ ̅̅̅̅

(63)

Signifikan level = 0.05; two tailed

Df untuk t = ( -1) + ( -1) atau N – 2

Persamaan yang digunakan adalah

Perhitungan data menggunakan SPSS versi 16.0 for windows.

d. Untuk menguji posttest kelas ekperimen dan kelas kontrol apakah sama atau sungguh berbeda, dengan menggunakan uji-t untuk 2 grup yang independen. Rumus untuk menghitungnya seperti rumus pada

persamaan (2).

2. Analisis keaktifan siswa

Observasi keaktifan belajar siswa dilakukan peneliti di kelas

kontrol dan kelas ekperimen. Peneliti menggunakan lembar observasi

keaktifan guna membantu peneliti dalam melakukan pengamatan. Lembar

observasi keaktifan siswa dibuat berdasar indikator dalam bab II. Tabel 3.9

adalah lembar observasi keaktifan siswa (Sudjana dalam Puspita, 2013:

99) :

Tabel 3.9 Lembar Observasi Keaktifan Siswa

Unsur Indikator Standar satuan

(64)
(65)

atau masalah

yang sejenis

pekerjaan yang telah

diselesaikan

Untuk mengetahui ada tidaknya keaktifan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung, dianalisis secara kualitatif.

3. Analisis minat belajar siswa

Data yang digunakan untuk mengetahui tingkat minat siswa

terhadap materi massa jenis baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen

adalah dengan menggunakan angket minat belajar siswa. Untuk

menganalisis angket minat siswa, terlebih dahulu ditentukan skor untuk

pernyataan-pernyataan dalam angket.

Penentuan skor untuk setiap pernyataan dalam angket dengan

menggunakan penilaian model skala Likert yaitu dengan kriteria sebagai

berikut (Mardapi, 2008: 122) :

Sangat setuju – Setuju – Tidak setuju – Sangat tidak setuju (4) (3) (2) (1)

Hasil penyekoran angket minat belajar siswa untuk kelas kontrol dan kelas

(66)

Tabel 3.10 Hasil klasifikasi minat belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen

Kode Siswa Jumlah Skor Minat Belajar

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Siswa 1

Siswa 2

Siswa 3

Kuesioner berisi 10 pernyataan yang terdiri dari empat pilihan

jawaban untuk mengukur minat belajar siswa. Hasil pengukuran berupa

skor atau angka.

a. Skor untuk setiap siswa

Skor minimal = 1 x 10 = 10

Skor maksimal = 4 x 10 = 40

Range = 40 – 10 = 30

b. Pembagian interval

Range dibagi dalam 4 interval, maka lebar interval 30 : 4 = 7,5

dibulatkan menjadi 8.

Skor yang diperoleh dari angket minat belajar siswa dibagi menjadi 4

(67)

Tabel 3.11 Kategorisasi minat belajar siswa

Untuk mengetahui perbedaan hasil minat belajar siswa kelas kontrol dan

kelas eksperimen dilakukan pengujian dengan menggunakan program

SPSS versi 16.0 for windows.

Skor Siswa Kriteria Minat

34 – 41 Sangat berminat

26 – 33 Berminat

18 – 25 Kurang berminat

(68)

45

BAB 1V

DATA DAN ANALISA DATA

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIIC dan kelas VIID SMP N 2

Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi NTT pada tanggal 4 –

22 Agustus 2014. Penelitian dilakukan dengan pembagian dua kelas yaitu

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Peneliti mengambil dua kelas sebagai

sampel penelitian. Kelas VIIC dengan jumlah siswa 33 orang sebagai kelas

kontrol dan kelas VIID dengan jumlah siswa 36 orang sebagai kelas

eksperimen. Tabel 4.1 dan 4.2 adalah jadwal dan proses pengambilan data

yang dilakukan di kelas VIID sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIC

sebagai kelas kontrol.

Tabel 4.1 Proses pelaksanaan penelitian kelas eksperimen

No. Hari/tanggal Pukul Kegiatan

1. Senin, 11

Agustus 2014

07.30 – 09.30  Perkenalan

 Siswa mengerjakan soal pretest

 Mendampingi siswa melakukan

(69)

3. Selasa, 19

Agustus 2014

07.30 – 09.30  Siswa mengerjakan

contoh-contoh soal

 Siswa mengisi kuisioner minat

belajar

4. Rabu, 20

Agustus 2014

10.00 – 12.00  Siswa mengerjakan soal posttest

Tabel 4.2 Proses pelaksanaan penelitian kelas kontrol

No. Hari/tanggal Pukul Kegiatan

1. Selasa, 12

Agustus 2014

10.00 – 12.00  Perkenalan

 Siswa mengerjakan soal pretest

 Penjelasan tentang pengertian

massa jenis dan mengkonversi

satuan massa jenis ke sistem

internasional (SI)

2. Selasa, 19

Agustus 2014

10.00 – 12.00  Penjelasan tentang bagaimana

menentukan massa jenis zat dan

perhitungan massa jenis

 Siswa menyelesaikan soal di

papan tulis

3. Rabu, 20

Agustus 2014

07.30 – 09.30  Siswa mengerjakan latihan soal

Gambar

Gambar 2.1 Jenis-jenis interaksi dalam belajar-mengajar
Gambar 2.3 Bangun balok
Gambar 2.4 Segitiga
Tabel 2.1 Massa jenis berbagai zat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi :EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII H SMP NEGERI 1

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan minat dan keaktifan belajar matematika bagi siswa kelas VIIIA SMP Muhammadiyah 2 Surakarta melalui

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan minat dan keaktifan belajar matematika bagi siswa kelas VIIIA SMP Muhammadiyah 2 Surakarta melalui

Subyek penelitian yang dikenai tindakan adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Colomadu, yang berjumlah 32 siswa, sedangkan obyek penelitian adalah keaktifan siswa. Data

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR EKONOMI PADA SISWA VII A SMP N 2.. GATAK TAHUN

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian tentang model pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan film semidokumenter pada siswa kelas VII SMP N 1 Doro

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIE semester II SMP N

Disimpulkan bahwa pembelajaran Discovery melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII D SMP N 1 Sokaraja..