• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN OPEN INQUIRY DAN GUIDED INQUIRY TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA TEMA SUHU DAN PERUBAHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN OPEN INQUIRY DAN GUIDED INQUIRY TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA TEMA SUHU DAN PERUBAHAN."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN OPEN INQUIRY DAN

GUIDED INQUIRY TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN

SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA TEMA SUHU DAN PERUBAHAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA

Oleh :

DWI INDAH SURYANI 1302989

Program Studi Pendidikan IPA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

DWI INDAH SURYANI

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN OPEN INQUIRY DAN

GUIDED INQUIRY TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN

SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA TEMA SUHU DAN PERUBAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH,

Pembimbing,

Prof. Dr. Fransisca Sudargo, M. Pd. NIP. 195107261978032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN OPEN INQUIRY DAN

GUIDED INQUIRY TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP

ILMIAH SISWA SMP PADA TEMA SUHU DAN PERUBAHAN” beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2015 Yang membuat pernyataan,

(4)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN OPEN INQUIRY DAN

GUIDED INQUIRY TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN

SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA TEMA SUHU DAN PERUBAHAN

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan, serta mengetahui perbedaan sikap ilmiah siswa yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan. Sampel penelitian adalah siswa SMP kelas VII di Kota Palembang dengan jumlah keseluruhan 56 siswa. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperiment. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan tes penguasaan konsep, skala sikap ilmiah dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan program IBM SPSS

Statistics 22. Hasil analisis penelitian menunjukkan N-Gain untuk kelas Open

Inquiry sebesar 0,69 dengan kategori peningkatan sedang dan untuk kelas Guided Inquiry N-Gain sebesar 0,73 dengan kategori peningkatan tinggi. Sikap ilmiah

untuk kelas Open Inquiry sebesar 81,0% dengan kategori baik dan untuk kelas

Guided Inquiry sebesar 82,6% dengan kategori baik. Berdasarkan hasil uji beda

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan, serta tidak terdapat perbedaanpada sikap ilmiah siswa yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan.

(5)

IMPLEMENTATION OF OPEN INQUIRY AND GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL TOWARD CONCEPT MASTERY AND SCIENTIFIC ATTITUDE OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENT IN

TEMPERATURE AND ALTERATION THEME

ABSTRACT

The aim of this study is to find out enhancement difference of concept mastery of students who use Open Inquiry learning model and students who use Guided inquiry in temperature and alteration theme, and to find out the difference of scientific attitude of students who use Open Inquiry learning model and students who use Guided Inquiry learning model in temperature and alteration theme. Sample of study are class VII students of Junior High School in Palembang City and the total numbers are 56 students. This study use Quasi Experiment method. Data collection technique is by using concept mastery test, scientific attitude scale and documentation. Data analysis technique use IBM SPSS Statistics 22 program. The result of study analysis show that N-Gain for Open Inquiry class is 0.69 with category of enhancement is medium and N-Gain for Guided Inquiry class is 0.73 with category of enhancement is high. Scientific attitude for Open Inquiry class is 81.0% with good category and for Guided Inquiry class is 82.6% with good category. Based on result of difference test, it can be concluded that there is significant difference in concept mastery enhancement of students who use Open Inquiry learning model and students who use Guided Inquiry learning model in temperature and alteration theme, and there is no difference in scientific attitude of students who use Open Inquiry learning model and students who use Guided Inquiry learning model in temperature and alteration theme.

Keywords: Open Inquiry, Guided Inquiry, Concept Mastery, Scientific Attitude,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….. i

LEMBAR PENGESAHAN TESIS………... ii

PERNYATAAN……….. iii

ABSTRAK………... iv

KATA PENGANTAR……… vi

UCAPAN TERIMAKASIH………... vii

DAFTAR ISI………... viii

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR GAMBAR……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xii

BAB I. PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Penelitian……….. 1

B. Rumusan Masalah……….. 5

C. Pertanyaan Penelitian………. 5

D. Tujuan Penelitian………... 6

E. Manfaat Penelitian………. 6

BAB II. IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN OPEN INQUIRY DAN GUIDED INQUIRY TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA TEMA SUHU DAN PERUBAHAN……….. 7

A. Pembelajaran Inquiry………. 7

B. Model Pembelajaran Open Inquiry (Inkuiri Terbuka / Bebas)…….. 13

C. Model Pembelajaran Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)………... 16

D. Penguasaan Konsep………... 18

E. Sikap Ilmiah………... 21

F. Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed………... 24

(7)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………... 36

A. Lokasi dan Sampel Penelitian……… 36

B. Metode dan Desain Penelitian………... 36

C. Definisi Operasional……….. 37

D. Instrumen Penelitian……….. 38

E. Teknik Pengumpulan Data……… 45

F. Analisis Data……….. 46

G. Jadwal Penelitian……….... 50

H. Alur Penelitian……….... 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 52

A. Hasil Penelitian………... 52

B. Pembahasan………... 63

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN……….. 80

A. Simpulan………. 80

B. Saran……… 80

DAFTAR PUSTAKA……….. 82

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Open Inquiry……….. 15

Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Guided Inquiry…………... 17

Tabel 2.3. Jenjang Kognitif Bloom………. 19

Tabel 3.1. Matching Only Pretest-Posttest Control Group Design……… 36

Tabel 3.2. Kategori Validasi Butir Soal……….. 39

Tabel 3.3. Kategori Indeks Kesukaran Soal……… 40

Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda………. 41

Tabel 3.5. Rekapitulasi Hasil Analisis Validasi, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal……….. 41

Tabel 3.6. Pedoman Skor Jawaban Skala Sikap……….. 42

Tabel 3.7. Rekapitulasi Hasil Ujicoba Pernyataan Sikap Ilmiah……… 44

Tabel 3.8. Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi……….. 48

Tabel 3.9. Kategori Penilaian Sikap Ilmiah………. 49

Tabel 3.10. Estimasi Waktu Penelitian……… 50

Tabel 4.1. Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep………. 52

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Pada Data Pretest……… 53

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Pada Data Posttest………... 54

Tabel 4.4. Hasil Rata-Rata N-Gain Penguasaan Konsep……… 55

Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas N-Gain……… 56

Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis Penguasaan Konsep……… 57

Tabel 4.7. Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Pretest, Posttest dan N-Gain Setiap Jenjang Kognitif……… 57

Tabel 4.8. Rekapitulasi Nilai Akhir Sikap Ilmiah Siswa……… 60

(9)

Sikap Ilmiah……… 62

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Keterpaduan Tema Suhu dan Perubahan……… 25

Gambar 2.2. Indra Peraba Tidak Dapat Mengukur Suhu……… 26

Gambar 2.3. Bagian-Bagian Termometer………... 27

Gambar 2.4. Termometer Klinis………. 27

Gambar 2.5. Termometer Ruang………. 28

Gambar 2.6. Termometer Laboratorium………. 28

Gambar 2.7. (a) Saat dipanaskan bimetal melengkung, (b) Termometer bimetel, digunakan untuk pengukur suhu………... 29

Gambar 2.8. Titik Tetap Bawah dan Titik Tetap Atas Pada Berbagai Termometer……… 29

Gambar 2.9. Pemuaian Gas Dalam Botol Kaca……….. 31

Gambar 2.10. Sungai Membeku Pada Permukaannya……… 32

Gambar 2.11. Pemasangan Kaca Jendela……… 33

Gambar 2.12. Sambungan Rel Kereta Api……….. 33

Gambar 2.13. (a) Beruang Memiliki Bulu yang Tebal, (b) Unta Memiliki Punuk………... 35

Gambar 3.1. Alur Penelitian……… 51

Gambar 4.1. Diagram Perbandingan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep……… 53

Gambar 4.2. Diagram Perbandingan Rata-Rata Nilai Pretest, Posttest dan N-Gain Penguasaan Konsep………... 55

(10)

Jenjang Kognitif Kelas Eksperimen Dua………... 58

Gambar 4.5. Diagram Perbandingan N-Gain Setiap Jenjang Kognitif……….. 59

Gambar 4.6. Diagram Perbandingan Rata-Rata Nilai Akhir Setiap Indikator 62 Sikap Ilmiah………. DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A. Instrumen Penelitian A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Satu………. 86

A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Dua……….. 106

A.3. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen Satu……….. 124

A.4. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen Dua……….. 130

A.5. Kisi-Kisi Soal Tes Penguasaan Konsep……….. 138

A.6. Soal Tes Penguasaan Konsep……….. 148

A.7. Kisi-Kisi Skala Sikap Ilmiah………... 152

A.8. Skala Sikap Ilmiah………... 154

A.9. Lembar Validasi Soal Tes Penguasaan Konsep……….. 156

A.10. Lembar Validasi Skala Sikap Ilmiah………... 204

A.11. Hasil Analisis Uji Coba Soal Tes Penguasaan Konsep………... 228

A.12. Hasil Analisis Uji Coba Skala Sikap Ilmiah………. 230

A.13. Contoh Laporan Lembar Kerja Siswa………... 236

A.14. Contoh Jawaban Tes Penguasaan Konsep………... 240

A.15. Contoh Jawaban Skala Sikap Ilmiah………... 241

A.16. Dokumentasi Pembelajaran Kelas Eksperimen Satu………... 242

A.17. Dokumentasi Pembelajaran Kelas Eksperimen Dua………... 243

Lampiran B. Analisis Data Penelitian B.1. Skor Mentah Pretest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Satu………. 244

B.2. Skor Mentah Posttest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Satu……... 245

(11)

B.4. Skor Mentah Posttest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Dua……… 247

B.5. Rekapitulasi Skor Pretest, Posttest dan N-Gain Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Satu……… 248

B.6. Rekapitulasi Skor Pretest, Posttest dan N-Gain Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Dua………. 249

B.7. Skor Setiap Jenjang Kognitif Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Satu……… 250

B.8. Skor Setiap Jenjang Kognitif Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Dua………. 252

B.9. Skor Mentah Setiap Indikator Skala Sikap Ilmiah Akhir Kelas Eksperimen Satu……….... 254

B.10. Skor Mentah Setiap Indikator Skala Sikap Ilmiah Akhir Kelas Eksperimen Dua……… 255

B.11. Hasil Uji Normalitas Pretest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Satu dan Kelas Eksperimen Dua………... 256

B.12. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pretest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Satu dan Kelas Eksperimen Dua………... 258

B.13. Hasil Uji Normalitas Posttest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Eksperimen Satu dan Kelas Eksperimen Dua………... 259

B.14. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Posttest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Satu dan Kelas Eksperimen Dua………... 261

B.15. Hasil Uji Normalitas N-Gain Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Satu dan Kelas Eksperimen Dua………... 262

B.16. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Penguasaan Konsep……… 264

B.17. Hasil Uji Hipotesis Penguasaan Konsep………... 266

B.18. Hasil Uji Hipotesis Sikap Ilmiah………... 268

Lampiran C. Surat Penelitian C.1. Surat Keputusan Pembimbing Penulisan Tesis………... 269

(12)
(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan

adalah masih lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, dimana informasi tersebut dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Faktanya pada pembelajaran IPA, selama ini proses belajar dan mengajar IPA hanya menghafal fakta, prinsip dan teori saja (Trianto, 2014). Pembelajaran IPA tidak cukup dengan penjelasan dan mendengarkan saja, melainkan siswa akan lebih mudah memahami materi dan konsep-konsep IPA jika dilakukan dengan kegiatan menemukan konsep itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2014), bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta, membangun konsep, teori dan sikap ilmiah sendiri yang pada akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas produk pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014), menguraikan tujuan dari mata pelajaran IPA di SMP adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

(3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

(14)

2

menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wadah bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA

diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Apabila dikaitkan dengan kondisi pembelajaran sesungguhnya, proses menemukan merupakan hal yang jarang dilakukan oleh guru. Untuk itu, dalam upaya meningkatkan mutu belajar, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan, bertanya, mengajukan dugaan-dugaan, mengumpulkan data, dan menyimpulkan sendiri. Melalui siklus proses penemuan seperti itu, diharapkan pengetahuan dan pengalaman siswa dipahami sebagai pengetahuan dan pengalaman dari, oleh, dan untuk mereka (Hosnan, 2014).

Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu inovasi pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk melakukan penemuan sehingga siswa dapat memperoreh pengetahuan yang lebih mendalam. Model pembelajaran tersebut menekankan bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara pengolahan informasi. Inkuiri yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan observasi dan mengemukakan jawaban atas suatu permasalahan melalui interpretasi data hingga diperoleh suatu kesimpulan.

Berdasarkan tingkat kompleksitasnya pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi

tiga tingkatan (Trowbridge & Bybee, 1990). Pertama adalah pembelajaran penemuan (discovery inquiry). Kedua adalah pembelajaran inkuiri terbimbing

(guided inquiry). Tingkatan paling kompleks adalah pembelajaran inkuiri terbuka

(open inquiry). Persamaan ketiga tingkatan inkuiri tersebut adalah ketiganya

(15)

3

Guided Inquiry. Model pembelajaran ini dipilih karena pada setiap langkah

pembelajaran pada kedua model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan, bertanya, mengajukan dugaan-dugaan, mengumpulkan data, melakukan percobaan dan membuat kesimpulan. Diharapkan juga langkah-langkah dalam model pembelajaran ini dapat membuat siswa belajar lebih bermakna, serta siswa mampu mengkonstruksikan

pengetahuan berdasarkan temuan-temuan dari proses percobaan yang mereka lakukan.

Zion & Sadeh (2011), menyatakan bahwa Open Inquiry merupakan tingkat yang paling kompleks, pada model pembelajaran ini guru hanya menjelaskan kerangka pengetahuan, tetapi siswa yang merumuskan pertanyaan. Pada Open

Inquiry siswa menyelidiki topik yang terkait dengan pertanyaan yang telah

dirumuskan. Open Inquiry menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi dan kunci dalam pembelajaran Open Inquiry ini adalah kemampuan guru untuk memotivasi siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan membimbing siswa untuk memecahkan masalah. Sebelum masuk ke dalam model pembelajaran Open

Inquiry siswa dilatih terlebih dahulu cara berinkuri melalui model latihan inkuiri.

Model latihan inkuiri merupakan implementasi teknik mengajar agar siswa terangsang oleh masalah dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah tersebut (Martina, 2014). Latihan inkuiri (pada tahap awal) paling penting sekali dalam rangka membangkitkan motivasi belajar pada siswa dan menuntun siswa untuk merumuskan masalah.

Menurut Sund dan Trowbridge (1973, dalam Wenning, 2011), mengemukakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah suatu model

pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan/petunjuk yang cukup luas untuk siswa. Perencanaannya dibuat oleh

(16)

4

pembelajaran yang diterapkan. Tema suhu dan perubahan dipilih karena tema ini memiliki konsep-konsep yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pada pembelajaran inkuiri ini metode yang digunakan adalah percobaan. Tema suhu dan perubahan ini dirasa cocok untuk digunakan mengingat begitu banyaknya konsep yang dapat dijelaskan melalui kegiatan percobaan. Melalui kegiatan percobaan ini juga diharapkan dapat mengembangkan sikap ilmiah

siswa. Penelitian ini menggunakan tipe pembelajaran terpadu model Webbed. Keterpaduan model Webbed dipilih karena model ini mengkaji konsep IPA secara lebih luas. Pada penelitian konsep IPA pada tema suhu dan perubahan akan dikaji keterpaduan berdasarkan bidang biologi, fisika, kimia dan teknologi.

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014). Selain penguasaan konsep, penelitian ini juga akan menganalisis perbedaan sikap ilmiah siswa SMP setelah pembelajaran. Sikap ilmiah perlu dikembangkan pada siswa tingkat menengah, karena di dalam belajar sains tidak hanya sekedar aspek kognitif, aspek afektif juga merupakan bagian yang penting dalam perencanaan, penyampaian, dan evaluasi suatu pembelajaran. Carin dan Sund (1997), berpendapat bahwa pendidikan sains harus melahirkan suatu sikap dan nilai ilmiah. Sikap ilmiah sangat mendukung kegiatan belajar siswa ke arah yang positif (Slameto, 2010). Berdasarkan hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa masih rendah, sehingga perlu

dioptimalkan dan diberdayakan. Sikap ilmiah seperti sikap ingin tahu, mengutamakan bukti, sikap skeptis, menerima perbedaan, dapat bekerja sama, dan

bersikap positif terhadap kegagalan menjadi hal penting untuk dimiliki setiap siswa (Carin & Sund, 1997).

(17)

5

dipertimbangkan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Rendahnya sikap ilmiah siswa dikarenakan proses pembelajaran yang diterapkan selama ini masih menggunakan metode ceramah yang divariasi dengan diskusi informasi. Siswa seharusnya menjadi lebih aktif dalam mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan, sebagaimana implementasi dari kurikulum 2013 yang mengharuskan pembelajaran berpusat pada siswa. Berdasarkan hasil

observasi dan wawancara di sekolah, ternyata guru di sekolah masih sangat jarang menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti perlu melakukan penelitian tentang implementasi model pembelajaran Open Inquiry dan Guided Inquiri terhadap penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Palembang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah perbedaan pada peningkatan penguasaan konsep siswa SMP yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan ?

2. Bagaimanakah perbedaan pada sikap ilmiah siswa siswa SMP yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah :

(18)

6

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah siswa yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui perbedaan pada peningkatan penguasaan konsep antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan.

2. Mengetahui perbedaan pada sikap ilmiah antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi yang terlibat langsung dalam penelitian, antara lain:

1. Bagi siswa diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang baru, sehingga dapat lebih menguasai materi pelajaran dan dapat melatih sikap ilmiah siswa baik secara individu ataupun kelompok.

2. Bagi guru diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengembangkan strategi pembelajaran.

3. Soal yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi guru dalam mengembangkan soal pada materi pelajaran lainnya.

4. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat menjadi masukan untuk perbaikan dalam proses belajar mengajar.

5. Memperkaya hasil-hasil penelitian tentang Open Inquiry dan Guided

(19)

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Palembang, pada siswa kelas VII tahun ajaran 2014/2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random

Sampling . Sampel penelitian yang digunakan tidak dipilih secara acak individu

melainkan secara acak kelas, karena semua kelas dianggap memiliki karakteristik yang sama, yaitu sama-sama kelas homogen dan diajar dengan guru yang sama. Sampel penelitian diambil dua kelas yaitu kelas VII.4 dan kelas VII.1. Dikelompokkan sebagai kelas eksperimen satu dan kelas eksperimen dua dengan masing-masing kelas berjumlah 28 siswa, sehingga jumlah seluruh siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini ada 56 siswa.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu

(Quasi-Experiment), suatu penelitian mengupayakan pengontrolan hanya pada

satu variabel dominan terhadap variabel lain yang tidak dikontrol sepenuhnya tetapi dipasangkan. (Sukmadinata, 2010). Desain penelitian yang digunakan adalah Matching Only Pretest-Posttest Control Group Design (Fraenkel & Wallen, 2009). Desain penelitian tersaji dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1. Matching Only Pretest-Posttest Control Group Design

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen 1 M O1 X1 O2

Eksperimen 2 M O1 X2 O2

Keterangan : O1 = pretest

O2 = posttest

X1 = pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Open Inquiry

(20)

37

C. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Open Inquiry (Inkuiri terbuka/bebas) merupakan model pembelajaran di

mana siswa diberi kebebasan dan inisiatif untuk memikirkan bagaimana memecahkan persoalan yang dihadapi. Siswa berpikir sendiri, menentukan rumusan masalah, hipotesis, lalu menentukan peralatan yang akan digunakan, merangkaianya, dan mengumpulkan data sendiri. Guru hanya sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum masuk ke dalam model pembelajaran Open Inquiry siswa terlebih dahulu melakukan latihan inkuiri dengan melakukan tanya jawab dengan guru. Jenis pertanyaan yang diajukan hanya boleh dijawab dengan ya atau tidak. 2. Guided Inquiry (Inkuiri terbimbing) merupakan model pembelajaran

inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau

petunjuk yang cukup luas untuk siswa. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, guru tidak melepaskan siswa begitu saja dalam

kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa. Guru memberikan bimbingan pada setiap tahapan pembelajaran.

3. Penguasaan konsep merupakan kemampuan kognitif siswa dalam memahami konsep-konsep setelah pembelajaran. Jenjang kognitif menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi yaitu: (C1) Mengingat, (C2) Memahami, (C3) Menerapkan, (C4) Menganalisis, (C5) Menilai, dan (C6) Berkreasi. Penguasaan konsep siswa SMP diukur dengan nilai tes

(pretest-posttest) berupa soal objektif sebanyak 30 soal.

(21)

38

Menggunakan skala Likert dengan opsi sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

5. Konsep yang harus dikuasai siswa dalam penelitian ini yaitu IPA di semester dua pada tema suhu dan perubahan. Berdasarkan kompetensi dasar 3.7. Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor,dan penerapannya dalam mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan serta dalam kehidupan sehari-hari.

D. Instrumen Penelitian 1. Tes Penguasaan Konsep

Soal tes digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa. Tes ini merupakan tes tertulis sebanyak tiga puluh soal objektif. Setiap soal dibuat untuk menguji penguasaan konsep siswa pada tema suhu dan perubahan dari jenjang kognitif C1 - C6. Tes dilakukan dua kali, yaitu pada tes awal (pretest)

yang bertujuan untuk mengukur penguasaan konsep awal siswa dan tes akhir (posttest) yang bertujuan untuk mengukur penguasaan konsep siswa sebagai

hasil penggunaan model pembelajaran.

Sebelum digunakan dalam penelitian, soal tes akan diajukan kepada ahli untuk dipertimbangkan valid/tidaknya setiap butir soal tes yang telah dikembangkan dan diujicoba.

a) Validasi Butir Soal

Validasi merupakan hal yang paling penting untuk dipertimbangkan saat mempersiapkan atau memilih instrument untuk digunakan (Fraenkel & Wallen, 2009). Validasi butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validasi setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Validasi butir soal dapat menggunakan rumus korelasi

product moment sebagai berikut (Coladarci et al, 2011) :

(22)

39

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (rxy) sebagai berikut :

Tabel 3.2. Kategori Validasi Butir Soal

Rentang Kategori

0,800 - 1,000 Sangat Tinggi

0,600 - 0,799 Tinggi

0,400 - 0,599 Cukup

0,200 - 0,399 Rendah

0,000 - 0,199 Sangat Rendah (tidak valid)

Sumber: Riduwan (2013)

Pada penelitian ini validasi tes penguasaan konsep tidak dihitung secara

manual dengan rumus, melainkan menggunakan program ANATES. Hasil validasi soal tes tersaji pada tabel 3.5.

b)Reliabilitas Tes

Uji reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus koefisien realibilitas tes sebagai berikut (Arikunto, 2013) :

(23)

40

hasil analisis diperoleh reliabilitas tes sebesar 0,79, maka tes dinyatakan reliabel.

c) Tingkat Kesukaran Tes

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Indeks kesukaran menurut Arikunto (2013) dapat ditentukan dengan

menggunakn rumus :

Keterangan

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa pesert tes

Tabel 3.3. Kategori Indeks Kesukaran Soal

Indeks Kesukaran Kategori

0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

Sumber: Arikunto (2013)

Pada penelitian ini tingkat kesukaran soal tidak dihitung dengan menggunakan rumus, melainkan menggunakan program ANATES. Hasil analisis tingkat kesukaran tes tersaji pada tabel 3.5.

d)Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh ( berkemampuan rendah). Daya pembeda soal dapat dicari dengan rumus (Arikunto, 2013) sebagai berikut :

(24)

41

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat,P sebagai

indeks kesukaran)

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda

Daya Pembeda Kategori

0,00 < D ≤ 0,20 Jelek (poor)

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40 < D ≤ 0,70 Baik (good)

0,70 < D ≤ 1,00 Baik Sekali (excellent)

D = negatif tidak baik

Sumber: Arikunto (2013) Pada penelitian ini daya pembeda soal tidak dihitung dengan menggunakan rumus, melaikan menggunakan program ANATES. Hasil analisis daya pembeda soal tes tersaji pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Rekapitulasi Hasil Analisis Validasi, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal

Butir Asli

Butir Baru

Tingkat Kesukaran Indeks Daya Pembeda

(25)

42

Tingkat Kesukaran Indeks Daya Pembeda

Validasi Keterangan diberikan pada saat akhir pembelajaran baik pada kelas eksperimen satu maupun kelas eksperimen dua. Skala sikap berisi tiga puluh pernyataan yang disesuaikan dengan indikator sikap ilmiah yaitu: (a) Memupuk rasa ingin tahu, (b) Mengutamakan bukti, (c) Bersikap skeptis (d) Menerima perbedaan, (e) Dapat bekerja sama, dan (f) Bersikap positif terhadap kegagalan. Setiap pernyataan yang dibuat pada skala sikap ada yang bersifat positif dan negatif.

Skala sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala

Likert (Riduwan, 2013). Pernyataan dihubungkan dengan jawaban yang

diungkapkan dengan empat pilihan jawaban menggunakan skala Likert yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif Skor

Sangat Setuju (SS) 4 Sangat Setuju (SS) 1

(26)

43

Tabel 3.6. Pedo

man Skor Jawaban Skala Sikap

Diadaptasi dari Riduwan (2013)

Langkah-langkah penyusunan skala sikap ilmiah siswa adalah sebagai berikut (diadaptasi dari Azwar, 2013):

1. Menentukan indikator pernyataan sikap ilmiah ilmiah yaitu: (a) Memupuk rasa ingin tahu, (b) Mengutamakan bukti, (c) Bersikap skeptis (d) Menerima perbedaan, (e) Dapat bekerja sama, dan (f) Bersikap positif terhadap kegagalan.

2. Menyusun pernyataan berdasarkan indikator, masing-masing pernyataan memiliki kecenderungan positif atau negatif. Pada penelitian ini akan disusun 45 pernyataan sikap.

3. Konsultasi dengan pembimbing untuk mendapatkan validasi isi, menelaah kesesuaian pernyataan dengan indikator sikap ilmiah.

4. Melakukan uji coba terhadap pernyataan yang telah disusun. Uji coba terhadap pernyataan sikap ilmiah ini diberikan kepada siswa kelas VIII. 5. Menganalisis hasil ujicoba dengan menggunakan pedoman skor jawaban

dari pernyataan sikap ilmiah diatas.

6. Menentukan daya pembeda pernyataan skala sikap. Untuk menentukan daya beda setiap butir pernyataan dilakukan dalam beberapa tahapan berikut :

a) Menyusun skor skala sikap subjek yang telah diurutkan dari nilai tertinggi hingga nilai terendah.

b) Memilih siswa yang termasuk kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 25%.

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 3

(27)

44

c) Menentukan nilai thitung, dengan rumus:

̅ ̅

pernyataan tersebut mempunyai daya beda dan valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Hasil ujicoba pernyataan skala sikap ilmiah tersaji pada tabel 3.5.

Tabel 3.7. Rekapitulasi Hasil Ujicoba Pernyataan Sikap Ilmiah Butir

Asli Butir Baru

Jenis

Pernyataan thitung ttabel Validasi Keterangan

(28)

45

Pernyataan thitung ttabel Validasi Keterangan

37 27 Negatif 12.78 1.81 Valid Dapat digunakan

8. Menguji reliabilitas seluruh pernyataan skala sikap ilmiah dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas tes sebagai berikut (Arikunto, 2013) :

(29)

46

ilmiah tidak dihitung dengan menggunkan rumus, melainkan menggunakan program ANATES. Dari hasil analisis diperoleh reliabilitas sebesar 0,79, maka pernyataan sikap ilmiah dinyatakan reliabel.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes Penguasaan Konsep

Tes dalam pendidikan adalah alat penilaian atau metode penilaian yang sistematis, sah, dapat dipercaya dan objektif untuk menentukan kecakapan, keterampilan, dan tingkat pengetahuan siswa terhadap bahan ajar, berupa suatu tugas atau persoalan yang harus diselesaikan oleh seorang siswa atau sekelompok siswa ( Basuki & Hariyanto, 2014). Pada penelitian ini tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa adalah tes tertulis yang diberikan diawal (pretest) dan diakhir (posttest) pembelajaran. Konsep yang

harus dikuasai oleh siswa yaitu konsep IPA pada tema suhu dan perubahannya.

2. Skala Sikap

Skala sikap diberikan untuk mengukur sikap ilmiah siswa secara tertulis. Skala sikap disusun untuk mengukur sikap ilmiah siswa melalui model pembelajaran Open Inquiry dan Guided Inquiry. Sikap ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran antara lain : (a) Memupuk rasa ingin tahu, (b) Mau menerima perbedaan, (c) Mengutamakan bukti, (d) Sikap skeptis, (e) Bersikap positif terhadap kegagalan, dan (f) Dapat bekerja sama. Setiap pernyataan yang dibuat pada skala sikap ada yang bersifat positif dan negatif berdasarkan indikator sikap ilmiah. Pernyataan dihubungkan dengan jawaban yang diungkapkan dengan empat pilihan jawaban menggunakan skala Likert yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

(30)

47

Pada teknik ini pengumpulan data berupa rekaman video, catatan lapangan dan foto-foto selama proses pembelajaran pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dan Guided Inquiry. Data yang diperoleh dapat dijadikan data pendukung untuk pembahasan berdasarkan temuan-temuan di lapangan.

F. Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Melakukan uji normalitas terhadap data tes penguasaan konsep yang bertujuan untuk mengetahui data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat menggunakan rumus Chi-Kuadrat

χ : Uji normalitas Chi-kuadrat

k : Interval kelompok menurut aturan Sturges Oi : Frekuensi pengamatan

Ei : Frekuensi yang diharapkan

Namun pada penelitian ini analisis uji normalitas data tes menggunakan SPSS-22 dimana nilai sig. output dibandingkan dengan α

(31)

48

berarti data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan jika sig. output < α (0,05) maka H1 diterima, berarti data berasal dari populasi

yang berdistribusi tidak normal. Apabila data tes tidak berdistribusi normal, maka untuk uji beda dilakukan dengan menggunakan statistik non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

c) Uji Homogenitas

Melakukan uji homogenitas varians antara kelas eksperimen satu dan eksperimen dua, bertujuan untuk mengetahui apakah varians kedua kelas sama atau beda. Uji homogenitas dapat dihitung dengan rumus berikut (Coladarci et al, 2011) :

Kemudian membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan taraf signifikan (α) = 0,05. Namun pada penelitian ini analisis uji homogenitas

menggunakan SPSS-22 dengan melihat hasil dari Levene’s Test dimana nilai sig. output dibandingkan dengan α (0,05). Dengan kriteria, jika sig.

output > α (0,05) maka H0 diterima, berarti data berasal dari varian yang

homogen dan jika sig. output < α (0,05) maka H1 diterima, berarti data

berasal dari varian yang tidak homogen. d) Menghitung N-Gain

Peningkatan penguasaan konsep siswa sebagai pengaruh dari model pembelajaran Open Inquiry dan Guided Inquiry dihitung dari skor awal

dan skor akhir dengan menggunakan rumus N-gain yang dikemukakan oleh Hake (1998) :

Tabel 3.8. Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi

Faktor

skala 0-1 Kriteria

(32)

49

0,3  > 0,7 Sedang

< 0,3 Rendah

Sumber: Hake (1998) e) Uji Hipotesis

Melakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik uji statistik yang sesuai dengan distribusi data yang diperoleh. Jika data terdistribusi normal dan varians data homogen, maka uji hipotesis dengan menggunakan uji

parametrik. Pada penelitian uji hipotesis menggunakan Uji t dua pihak, dengan rumus sebagai berikut ( Sudjana, 2005):

2

X : peningkatan hasil tes rata-rata kelas eksperimen

2

X : peningkatan hasil tes rata-rata kelas kontrol

n1 : Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 : Jumlah siswa kelas kontrol

S : Simpangan baku

S12 : Varians kelas eksperimen

S22 : Varians kelas kontrol

Pada penelitian ini pengujian hipotesis (uji beda) penguasaan konsep melalui program SPSS-22 menggunakan data N-Gain, bila data normal dan homogen maka uji hipotesis menggunakan statistik parametrik yaitu dengan Independent Samples Test.

Hipotesis statistik dalam penelitian adalah : H0 : μ1 = μ2

Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran

Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran

Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan.

(33)

50

Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran

Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran

Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan.

2. Sikap Ilmiah

a) Pemberian Skor

Pemberian skor pada sikap ilmiah akhir siswa berdasarkan pedoman penskoran jawaban skala sikap pada tabel 3.6. Skor yang diperoleh kemudian dikonversikan dalam persentase untuk menentukan kategori sikap ilmiah siswa dikedua kelas. Kategori penilaian sikap ilmiah siswa disajikan pada tabel 3.9.

Tabel 3.9. Kategori Penilaian Sikap Ilmiah

Kategori Nilai

Sangat baik 86% - 100%

Baik 76% - 85%

Cukup 66% - 75%

Kurang 56% - 65%

Sangat kurang ≤ 55%

Sumber: Diadaptasi dari Purwanto (1994) b) Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis (uji beda) untuk sikap ilmiah siswa menggunakan program SPSS-22 dengan statistik non-parametrik, karena jenis data pada sikap ilmiah adalah data ordinal. Statistik non-parametrik yang digunakan yaitu uji Mann-Whitney.

Hipotesis statistik dalam penelitian adalah : H0 : μ1 = μ2

Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah siswa yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan.

(34)

51

Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah siswa yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan.

G. Jadwal Penelitian

Rincian jadwal pelaksanaan penelitian seperti tersaji dalam tabel 3.10. berikut: Tabel 3.10. Estimasi Waktu Penelitian

Kegiatan

2014 2015

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Penyusunan proposal penelitian

Seminar proposal penelitian Pembuatan instrumen penelitian Validasi instrumen penelitian Penelitian

Analisis data penelitian Penyusunan laporan Pelaporan hasil penelitian

H. Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi Literatur : Open Inquiry, Guided Inquiry, Penguasaan Konsep, Sikap Ilmiah, dan Tema Suhu dan Perubahan

Penyusunan RPP Open Inquiry dan

Guided Inquiry

Penyusunan Instrumen : 1. Soal tes penguasaan konsep 2. Skala sikap ilmiah

Judgmen ahli, perbaikan, uji coba dan analisis

(35)

52

Gambar 3.1. Alur Penelitian Pretest Penguasaan

Konsep Kelas

Eksperimen 1

Kelas Eksperimen 2

Model Pembelajaran

Open Inquiry

Model Pembelajaran

Guided Inquiry

Posttest Penguasaan Konsep

dan Sikap Ilmiah Akhir

Pengolahan dan Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

Tahap Pelaksanaan

(36)

80

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan

penguasaan konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan. Kategori peningkatan penguasaan konsep untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry yaitu sedang dengan N-Gain sebesar 0,69 dan untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran Guided

Inquiry yaitu tinggi dengan N-Gain sebesar 0,73.

Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry nilai sikap ilmiah siswa sebesar 81,0% dengan kategori sikap ilmiah baik dan pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry nilai sikap ilmiah siswa sebesar 82,6% dengan kategori sikap ilmiah baik. Disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah siswa yang menggunakan model pembelajaran Open Inquiry dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry pada tema suhu dan perubahan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang implementasi model pembelajaran Open Inquiry dan Guided Inquiry terhadap penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP pada tema suhu dan perubahan, maka terdapat beberapa

saran antara lain, perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap waktu pelaksanaan pembelajaran agar hasil yang diperoleh lebih optimal. Singkatnya waktu

(37)

81

berkembang sebagaimana mestinya. Disarankan untuk memperhatikan lamanya waktu penelitian agar diperoleh sikap ilmiah siswa secara optimal.

Belum terbiasanya siswa mengikuti model pembelajaran yang diterapkan menyebabkan adanya kebingungan siswa dalam melaksanakan langkah pembelajaran. Selain itu siswa juga belum terbiasa melakukan percobaan di dalam laboratorium, sehingga membuat siswa bingung dengan alat-alat yang digunakan

(38)

82

DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, W. T. G. (2008). Perbandingan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Melalui

Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi Pada Topik Alat Indera di SMA. Tesis Magister pada Sps UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya Edisi Ke 2.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basuki, I & Hariyanto. (2014). Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Blanchard, M. R., Southerland, S. A., Osborne, J. W., Sampson, V. D., Annetta, L. A., & Granger, E. M. (2010). Is Inquiry Possible in Light of

Accountability?: A Quantitative Comparison of the Relative Effectiveness of Guided Inquiry and Verification Laboratory Instruction. Science

Education. 94, (4), 577-616.

Carin, A., & Sund, B. (1997). Teaching Science Through Discovery. Columbus, Ohio: Merrill Publishing Co.

Coladarci, T., Cobb, C. D., Minium, E. W., & Clarke, R. B. (2011). Fundamental

of Statistical Reasoning in Education: Third Edition. John Wiley & Sons,

Inc. United States of America.

Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Dayakisni, T. & Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Universitas Muhammadiyah Malang: UMM Press.

Dowdy, S., Weardon, S., & Chilko, D. (2004). Statistics for Research: Third

Edition. Willey. USA.

Fogarty, R. (1991). The Mindful School: How to Integrate The Curricula. Illinois: IRI/ Skylight Publishing, Inc.

Fraenkel, J. R. & Wallen, N.E. (2009). How to Design and Evaluate Research in

(39)

83

Gulo. W. (2008). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta. Grasindo.

Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement versus traditional methods: A

six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Course. American Association of Physics Teachers, 66(1): 64-74.

Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. London: David Fulton Publisher.

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran

Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Iswani, S. (2008). Pembelajaran Biologi Metode Inkuiri Terbimbing

Menggunakan Lab Riil dan Lab Virtual Ditinjau Dari Sikap Ilmiah dan Gaya Belajar Siswa. Tesis Magister UNS Solo: Tidak diterbitkan.

Joyce, B. Weil, M. & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching. Model-Model

Pembelajaran (Edisi Kedelapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Ilmu Pengetahuan Alam

SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Materi Pelatihan Guru

Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015 Mata Pelajaran IPA SMP/MTS. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Lang, H. R. & Evans, D. N. (2006). Models, Strategies, and Methods for Effective

Teaching. USA: Pearson Education Inc.

Malik, N. I, U. Wahyono & H. A. Lamda. n.d. (2009). Efektifitas Penggunaan

Metode Inkuiri Terbimbing dan Metode Inkuiri Terbuka untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Fisika di Kelas VIII SMP Negeri 14 Palu. Palu: Pasca Sarjana Universitas

Tadakulo.

Martina, T. (2014). Pengaruh Model Latihan Inkuiri Dengan Pendekatan

Lingkungan Terhadap Kreativitas Siswa Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan. Tesis Magister pada Sps UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Noperman, F. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation

(40)

84

Purwanto. (1994). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Putra, S. R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: DIVA Press.

Riduwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rizki, N. A. (2013). Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan

Penguasaan E-Learning Menggunakan Moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi Suhu Dan Kalor Siswa Kelas X SMA. Tesis Magister pada Sps UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi-Cet 1. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung.

Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suparno, P. (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan

Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Trowbridge, L. W. & Bybee, R. W. (1990). Becoming a Secondary School

Science Teacher. Melbourne : Merril Publishing Company.

Trundle, K. C., Atwood, R. K., Christopher, J. E. & Sackes, M. (2010). The Effect

of Guided Inquiry-Based Instruction on Middle School Students’ Understanding of Lunar Concepts. Research Science Education. 40:

451-478.

(41)

85

Vajoczki, S., Watt, S., Vine, M. & Liao, X. (2011). Inquiry Learning: Level,

Discipline, Class Size, What Matters?. International Journal for the

Scholarship of Teaching and Learning

http://www.georgiasouthern.edu/ijsotl .Vol. 5, No. 1. Georgia Southern University.

Wartini. (2014). Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Melalui Inkuiri

Terbimbing dan Verifikasi Pada Konsep Fotosintesis Terhadap Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sain Siswa SMP. Tesis

Magister pada Sps UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wenning, C. J. (2005). Level of Inquiry: Hierarchies of Pedagogical Practicess

and Inquiry Process. Journal of Physic Teacher Education. 2 (3), 3-11.

Wenning, C. J. (2011). Level of Inquiry Model of Science Teaching: Learning sequences to lesson plans. Department of Physics, Illinois State University, Normal, IL, USA. Email: wenning@phy.ilstu.edu and Manzoor Ali Khan, Senior Lecturer, Aga Khan Higher Secondary School, Konodass, Gilgit-Baltistan, Pakitan, Email: chaman_humar@yahoo.com J. Phys. Tchr. Educ. Online, 6(2), Summer 2011.

Zion, M., & Sadeh, I. (2011). Which Type of Inquiry Project Do High School

Biology Students Prefer : Open or Guided. Research Science Education.

Gambar

Tabel 3.2. Kategori Validasi Butir Soal
Tabel 3.5. Rekapitulasi Hasil Analisis Validasi, Tingkat Kesukaran dan  Daya Pembeda Soal
Tabel 3.7. Rekapitulasi Hasil Ujicoba Pernyataan Sikap Ilmiah
Tabel 3.9. Kategori Penilaian Sikap Ilmiah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 5-60 o C,. temperatur optimum adalah 25-40

Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.. Jakarta: Departemen

LAPORAN DINAS PENANAMAN MODAL DAN PTSP KABUPATEN GRESIK TAHUN 2016.

Pejabat Pengadaan pada Kegiatan Pengembangan Kawasan Budidaya Air Payau, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi dan Penawaran dalam Pengadaan Langsung untuk

a. Dosen wajib bekerjasama dengan manajemen yayasan pendidikan / lembaga resmi penyelenggara pendidikan , instansi pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional

Disebabkan keadaan kawasan kajian yang agak jauh dan sekiranya ianya ingin melaksanakan kajian dengan merangkumi 4 perkampungan ini, ianya akan mengambil masa

KARAKTER: Jika bermaksud memancingnya (biasanya sebagai umpan untuk ikan yang lebih besar), peralatan yang paling baik adalah piranti jenis.. Spinning dengan umpan

[r]