• Tidak ada hasil yang ditemukan

Galang Indra Aldiansyah Abstrak Kata Kunci : Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Galang Indra Aldiansyah Abstrak Kata Kunci : Abstract"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

NOVEL “PASAR” KARYA KUNTOWIJOYO : KAJIAN STRUKTURALISME-GENETIK LUCIEN GOLDMANN

Galang Indra Aldiansyah

Mahasiswa S-1 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Surabaya, [email protected]

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas kehidupan yang terjadi dalam masyarakat yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Realitas kehidupan tersebut berupa fakta-fakta kemanusiaan yang terbagi antara lain sikap mawasdiri, sopan santun, hidup yang semadya, kejujuran, relaberkorban, bertanggung jawab, juga mengenai rahasia hidup yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagaimanakah fakta kemanusiaan dalam novel “Pasar” karya Kuntowijoyo? (2) Bagaimanakah subjek kolektif dalam novel “Pasar” karya Kuntowijoyo? (3) Bagaimanakah pandangan dunia dalam novel “Pasar” karya Kuntowijoyo? (4) Bagaimanakah struktur sosial dalam novel “Pasar” karya Kuntowijoyo? (5) Bagaimanakah dialektika pemahaman – penjelasan dan keseluruhan bagian dalam novel

“Pasar” karya Kuntowijoyo? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan dan mendeskripsikan (1) Fakta kemanusiaan dalam novel “Pasar” karya Kuntowijoyo. (2) Subjek kolektif dalam novel “Pasar” karya Kuntowijoyo. (3) Pandangan dunia dalam novel “Pasar” karya Kuntowijoyo. (4) Struktur sosial dalam novel

“Pasar” karya Kuntowijoyo. (5) Dialektika pemahaman – penjelasan dan keseluruhan bagian dalam novel “Pasar”

karya Kuntowijoyo. Pada penelitian ini digunakan teori strukturalisme-genetik Lucien Goldmann. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini menggunakan sumber sumber data novel Pasar karya Kuntowijoyo. Data penelitian ini berupa kutipan-kutipan dari novel. Hasil penelitian ini antara lain. Fakta-fakta kemanusiaan yang terjadi dalam dalam novel ini meliputi segala aktivitas manusia baik verbal maupun fisik.Subjek kolektif yang terjadi dalam novel ini meliputi : orang- orang yang ada di pasar kompak menghakimi burung dara pak mantri yang dianggapnya sebagai biang masalah yang ada di pasar gemolong.Struktur sosial dalam novel Pasar karya kuntowijoyo mengalami suatu permasalahan yang bermula dari burung-burung dara pak mantri yang ada di dalam pasar dirasa mengganggu kegiatan masyarakat pasar pada saat itu.Pandangan dunia pengarang dalam novel Pasar karya Kuntowijoyo yaitu Seorang kuntowijoyo melalui tokoh Pak mantri mampu menampilkan suatu pelajaran yang berharga untuk pembacanya, yaitu banyak nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Dialektika pemahaman-penjelasan dan keseluruhan- bagian dalam novel Pasar karya Kuntowijoyo antara lain. Seorang tukang ketik (sekretaris) kecamatan sedang menjelaskan kepada pak mantri tetntang bagaimana prosedur mengisi buku tamu sebelum bertemu dengan pak camat.

Kata Kunci : Strukturalisme-genetik, fakta kemanusiaan, subyek kolektif, pandangan dunia, struktur sosial, dialektika pemahaman – penjelasan dan keseluruhan bagian.

Abstract

The research was distributed by the reality of life that occur in society that we often encounter in everyday life. The realities of life in the form of facts of humanity is divided between other mawasdiri attitude, manners, semadya life, honesty, relaberkorban, responsible, as well as to the secret of life that exists in the life of society.

Formulation of the problem in this research are as follows: (1) how does the humanitarian facts in the novel "pasar"

by Kuntowijoyo? (2) how is the subject of the collective in the novel "pasar" by Kuntowijoyo? (3) how is the view of the world in the novel "pasar" by Kuntowijoyo? (4) how is the social structure in the novel "pasar" by Kuntowijoyo? (5) how can understanding of the dialectic – overall description and a part in the novel "pasar" by Kuntowijoyo? The purpose of this research is to find and describe (1) humanitarian Facts in the novel "pasar" by Kuntowijoyo. (2) the subject of the collective in the novel "pasar" by Kuntowijoyo. (3) view of the world in the novel "pasar" by Kuntowijoyo. (4) the social structure in the novel "pasar" by Kuntowijoyo. (5) understanding of the Dialectic – explanation and whole sections in the novel "pasar" by Kuntowijoyo. On this research used genetic structuralism theory-Lucien Goldmann. The approach used in this research is descriptive qualitative approach because in this study using data source novel Pasar works Kuntowijoyo. The data of this research in the form of quotations from the novel. The results of this research, among others. The humanitarian facts happened in the in the novel encompasses all human activity, either verbal or physical. The collective subject happens in this novel include: people who are in the market for compact judges pigeon Mr. mantri who he thought of as a cause of the problems that exist in the market gemolong. The social structure in the novel kuntowijoyo paper Pasar is

(2)

experiencing a problem which originated from the bird-cuckoos Mr. mantri who are in the market is reasonably interfere with the activities of the Community market at the time. The author's view of the world in the novel Pasar works Kuntowijoyo IE A kuntowijoyo through the character of Mr. mantri capable of displaying a valuable lesson for readers, that is a lot of moral values contained therein. Dialectic explanations and overall understanding of the parts of the work Market in the novel Kuntowijoyo among others. A type (Secretary) sub is being explained to Mr. mantri how procedures Guestbook before meeting with pak camat.

Keyword: genetic-Structuralism, the fact of humanity, the subject of collective, world view, social structure, understanding of the dialectic – overall description and part.

PENDAHULUAN

Pengarang menuangkan refleksi kehidupan sosial atau realitas sosial sekelilingnya melalui karyanya. Pengarang berupaya mengajak pembaca untuk melihat, merasakan, dan menghayati hal-hal yang terjadi seperti sudut pandang yang digambarkannya. Adanya rasa haru, rasa sedih, dan rasa bahagia selalu menyertai pembaca setelah membaca karya sastra yang merupakan perubahan yang dialami dalam menyikapi kehidupan ini.

Beberapa jenis karya sastra tersebut salah satunya yaitu novel. Novel sebagai pengungkap yang menyajikan tentang penggambaran realita kehidupan, atau hasil dari sebuah pemikiran dari para penulis. Juga menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsurnya.

Semua unsur tersebut sengaja didegradasikan oleh pengarang, dibuat mirip, diimitasikan dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa - peristiwa dan latarnya.

Goldmann (dalam Faruk, 1994:18) mendefinisikan novel sebagai cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik itu hanya dapat dilihat dari kecenderungan dunia-dunia problematikanya yang hero. Nilai-nilai tersebut hanya ada dalam kesadaran pengarang dengan bentuk yang konseptual dan abstrak.

Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.

Kelebihan novel yang khas adalah kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak jadi, secara implisit dari sekedar apa yang diceritakan. Selain itu kelebihan novel yang khas adalah kemampuannya menyampaikan masalah yang kompleks secara penuh.

Melalui karyanya, seorang pengarang menawarkan hal-hal tertentu yang berkaitan dengan kehidupan, yang mengajak pembaca untuk melihat, merasakan, dan menghayati hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan itu sebagaimana ia memandangnya.

Setelah membaca novel, mungkin sekali pembaca akan merasakan sesuatu yang belum dirasakan sebelumnya, mungkin berupa keharuan ikut merasakan penderitaan atau kebahagiaan seperti

yang dialami tokoh atau berbagai sifat emotif lain yang dapat menyebabkan pembaca mengalami perubahan dalam menyikapi hidup dan kehidupan ini (Nurgiyantoro, 1995: 71).

Melalui novelnya yang berjudul “Pasar”, Kuntowijoyo mampu memadukan realitas kehidupan yang terjadi dalam masyarakatnya dengan kelihaiannya merangkai kata menjadi sebuah novel yang memikat. Tanpa terkesan menggurui, pembaca seakan diajak untuk mengingat dan merenungkan kembali nilai-nilai kehidupan dalam bermasyarakat. Nilai-nilai kehidupan yang diungkap dalam novel Pasar ini adalah nilai-nilai yang semestinya dipegang teguh dan menjadi dasar dalam mengarungi kehidupan bermasyarakat. Nilai- nilai tersebut antara lain sikap mawas diri, unggah- ungguh (sopan santun), hidup yang samadya, jujur, rela berkorban, bertanggung jawab, juga mengenai rahasia hidup, dan sebagainya.

Novel “Pasar” karya Kuntowijaya merupakan sebuah karya sastra yang tidak hanya cukup dinikmati saja. Melainkan perlu mendapat tanggapan ilmiah. Peneliti merasa tertarik untuk mengkajinya, khususnya dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik. Penelitian ini diangkat dengan judul “Novel “Pasar” karya Kuntowijoyo Kajian: Strukturalisme Genetik Lucien Goldman”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah fakta kemanusiaan dalam novel “Pasar” karya Kuntowijoyo?

b. Bagaimanakah subjek kolektif dalam novel “Pasar” karya Kuntowijoyo?

c. Bagaimanakah struktur sosial dalam novel

“Pasar” karya Kuntowijoyo?

d. Bagaimanakah pandangan dunia dalam novel “Pasar” karya Kuntowijoyo?

e. Bagaimanakah dialektika pemahaman – penjelasan dan keseluruhan bagian dalam novel “Pasar” karya Kuntowijoyo?

(3)

Kajian Pustaka Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat.

Karenanya, asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu yang mampu merefleksikan zamannya (Endraswara, 2003;77).

Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertitik tolak dengan orientasi kepada pengarang. (Abrams, 1981:178) mengatakan sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan para kritikus dan ahli sejarah sastra yang utamanya ditujukan pada cara-cara seseorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju. Kesemuanya itu terangkum dalam aspek yang membangun sebuah cipta sastra, salah satu aspek yang membangun keutuhan sebuah cerita adalah menyangkut perwatakan tokoh- tokohnya. Ciri-ciri perwatakan seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang dan lingkungan di mana ia hidup. Demikian juga menyangkut tipe orang atau tokohnya. Biasanya dalam setiap cerita selalu terdapat beberapa tokoh, dalam hal inilah pengetahuan sosiologi berperan mengungkapkan isi sebuah karya sastra.

Dalam buku Sosiologi sastra (2013: 15-16), dijelaskan tiga hakikat kenyataan dalam karya sastra dan dalam sosiologi. Pertama, kenyataan dalam sosiologi adalah kenyataan yang factual yang merupakan fakta sosial pada bidang-bidang kehidupan manusia, sedangkan kenyataan dalam karya sastra adalah kenyataan fiksional, imajinasi pengarang dengan menggunakan bahasa meamorfosis yang menyentuh perasaan pembaca.

Kedua, sosiolgi melukiskan fenomena sosial dengan menggunakan bahasa yang lugas, denotatif sehingga mudah dianalisis dengan pikiran tanpa menimbulkan penafsiran yang lain, sedangkan dalam karya sastra fenomena sosial yang ada dilukiskan dengan bahasa konotatif yang menimbulkan multitafsir dan menyentuh perasaan pembaca. Ketiga, sosiolog mengolah pikiran dan perasaannya secara lebih rasional sehingga mudah dicerna pembaca, sedangkan pengarang sastra mengolah pikiran dan perasaannya secara emosional impresif yang subjektif.

Sastra bergerak pada dua tampilan pengalaman hidup, yaitu: (1) menampilkan pengalaman hidup secara nyta, tanpa ada tambahan, tanpa ada sunatan, dan kadang-kadang secara kasar diekspresikn begitu saja, dengan ambisi tertentu, (2)

menampilkan pengalaman hidup yang telah dipotong-potong, digunting, dilipat, diterjemahkan, dan dipoles dengan fantasi, hingga sering jauh dari realitas. Tampilan (1) meyakini bahwa hidup seperti apa adanya, diungkapkan secara jelas. Kehidupan yang di satu sisi dapat ditemukan di setiap saat dalam setiap manusia, merupakan wujud penagalaman sosial. Adapun pengalaman (2), jelas sudah banyak bunga-bunga dan bumbu serta kecap sastrawan. Seperti halnya seorang pelukis, sastrawan kadang-kadang berkarya sebagai refleksi pengalaman yang meleset keluar ke beberapa hal.

Kajian sosiologi sastra merupakan salah satu bidang dalam sastra yang mengaitkan suatu sastra yang dihasilkan oleh pengarang dengan keadaan sosial di sekitarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa sosiologi sastra adalah karya sastra kritikus dan sejarahwan yang terutama mengungkapkan yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi, politik, dan sosialnya, kondisi ekonomi, serta khalayak yang ditujunya.

Sosiologi sastra atau sosiokritik dianggap sebagai disiplin yang baru. Sosiologi sastra lahir abad ke-18, ditandai dengan tulisan Madame de Stale. Sosiologi sastra berkembang dengan memanfaatkan teori sturukturalisme dianggap mengalami kemunduran. Analisis strukturalisme dianggap mengabaikan relevansi masyarakat yang justru merupakan asal-usulnya. (Ratna, 2004 : 331- 332)

Teori sosial sastra yang menempatkan karya sastra tidak sekedar sebagai gambaran masyarakat, sebagai susunan teratas yang ditentukan infrastruktur, melainkan mempunyai kemungkinan pula dalam taraf tertentu yang bersifat formatif terhadap masyarakat ( Gramsci dan Raymond Williams dalam Faruk, 1994 : 11)

Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient being, makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan demikian, sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya; dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya.

Sosiologi sastra adalah ilmu yang mempelajari aktivitas dan perilaku manusia dengan segala dampak dalam suatu karya sastra. Adapun konsep Sosiologi sastra adalah sebagai berikut : 1. Suatu ilmu yang membahas karya sastra yang dihubungkan dengan masyarakat

2. Suatu ilmu yang membahas berbagai fenomena sosial dalam karya sastra

(4)

3. Ilmu sastra yang dihubungkan dengan berbagai ilmu lain, seperti sosioogi, politik, ekonomi, agama, pendidikan, filsafat, psikologi, dll.

Teori Strukturalisme Genetik Lucienn Goldmann

Strukturalisme genetik merupakan salah satu metode penelitian sastra yang populer digunakan dalam menganalisis karya sastra baik novel, cerpen, maupun puisi. Teori ini merupakan salah satu cabang sosiologi sastra yang memadukan antara struktur teks, konteks sosial, dan pandangan dunia pengarang (Yasa, 2012:28). Teori ini menekankan hubungan antara karya sastra dengan lingkungan sosialnya. Dalam masyarakat sesungguhnya manusia berhadapan dengan norma dan nilai, dalam karya sastra juga dicerminkan norma dan nilai yang secara sadar difokuskan dan diusahakan untuk dilaksanakan dalam masyarakat. Sastra juga melukiskan kecemasan, harapan dan aspirasi manusia. Oleh karena itu, kemungkinan karya sastra tersebut dapat dijadikan ukuran sosiologis yang paling efektif untuk mengukur tanggapan manusia terhadap kekuatan sosial.

Secara definitive teori strukturalisme genetic (genetic structuralism) adalah analisis karya sastra dalam hubungannya dengan lingkungan masyarakat tempat asal-usul karya sastra tersebut.

teori strukturalisme genetic dikembangkan oleh seorang sosiolog perancis sekaligus tokoh utama teori ini, yakni Lucien Goldman. teori strukturalisme genetic menekankan hubungan antara karya sastra dengan lingkungan sosial pengarangnya. Teori ini disebut Selden (dalam Taum, 1997:40) sebagai teori Marxisme strukturalis, yang percaya bahawa individu bukanlah mahluk bebas, melainkan pendukung kelas-kelas sosial dalam lingkungan masyarakatnya.

Strukturalisme Genetik adalah sebuah pendekatan di dalam penelitian sastra yang lahir sebagai reaksi dari pendekatan Strukturalisme Murni yang anntihistoris dan menyebabkan suatu kejadian (Jabrohim, 2012 : 78). Strukturalisme genetik dikembankan atas dasar penolakan terhadap analisis strukturalisme murni yang menganalisis terhadap unsur-unsur instrinsik (Ratna, 2004 : 121).

Strukturalisme genetik mencoba untuk memperbaiki kelemahan pendekatan Strukturalisme, yaitu dengan memasukkan faktor genetik di dalam memahami karya sastra.

Strukturalisme Genetik sering juga disebut strukturalisme historis, yang menganggap karya sastra khas dianalisis dari segi historis. Goldmann bermaksud menjembatani jurang pemisah antara pendekatan strukturalisme (intrinsik) dan pendekatan sosiologi (ekstrinsik).

Secara definitif strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian pada asal-usul karya sastra. Secara ringkas berarti bahwa strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis instrinsik dan ekstrinsik. Meskipun demikian, sebagai teori yang telah teruji validitasnya, strukturalisme genetik masih ditopang oleh beberapa konsep terbaru yang tidak dimiliki oleh teori sosial lain, misalnya: simetri atau homologi, kelas-kelas sosial, subjek transindividual, dan pandangan dunia (Ratna, 2004:123).

Strukturalisme genetik adalah suatu metode penelitian sastra yang menekankan hubungan antara karya sastra dengan lingkungan sosialnya. Pada prinsipnya teori ini menganggap karya sastra tidak hanya struktur yang statis dan lahir dengan sendirinya tetapi juga merupakan hasil strukturasi pemikiran subjek penciptanya yang timbul akibat interaksi antara subjek dengan situasi sosial tertentu (Rosyidi, 2010:201).

Menurut Goldmann, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal karya sastra yang bersangkutan (Faruk, 1999b:12). Goldmann percaya pada adanya homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat sebab keduanya merupakan produk di aktivitas strukturasi yang sama (Faruk, 1999:15).

Goldman menyarankan untuk menggunakan karya sastra ciotaan pengarang utama karena sastra yang dihasilkannya merupakan karya agung yang di dalamnya mempunyai tokoh problematik yang bermasalah yang berhadapan dengan kondisi sosial yang memburuk dan berusaha mendapatkan nilai yang benar. Kemudian pandangan dunia akan terungkap melalui problematic hero-nya.

Pada perkembangannya strukturalisme genetik juga dipengaruhi oleh ilmu seorang marxis, yaitu George Lukacs. Menurut Goldmann strukturalisme genetik memandang struktur karya sastra sebagi produk dari struktur kategoris dari pemikiran kelompok sosial tertentu (Faruk, 1999:12). Kelompok sosial itu mula-mula diartikan sebagai kelompok sosial dalam pengertian marxis (Faruk, 1999:13-14).

Pendekatan strukturalisme genetik mempunyai segi-segi yang bermanfaat dan berdaya guna tinggi, apabila para peneliti sendiri tidak melupakan atau tetap memperhatikan segi-segi instrinsik yang membangun karya sastra, di samping memperhatikan faktor-faktor sosiologis, serta menyadari sepenuhnya bahwa karya sastra itu diciptakan oleh suatu krativitas dengan memanfaatkan faktor imajinasi (Jabrohim, 2012 : 81).

(5)

Pada dasarnya, teori strukturalisme genetic menganggap karya sastra tidak hanya struktur yang statis yang lahir dengan sendirinya, melainkan merupakan hasil structural pemikiran subjektif penciptanya yang timbul akibat interaksinya dengan situasi sosial tertentu dalam lingkungan masyarakatnya. Struktur karya sastra dalam hal ini merupakan struktur dinamis yang lahir dari dinamika pemikiran masyarakat manusia. Teori ini muncul sebagai reaksi terhadap teori strukturalisme murni yang mengabaikan unsur kesejarahan teks sastra sehingga menjadi teori yang ahistoris (mengingkari sejarah terbentuknya karya sastra).

Dari sudut pandang sosiologi sastra, strukturalisme genetik memiliki arti penting, karena menempatkan karya sastra sebagai data dasar penelitian, memandangnya sebagai suatu sistem makna yang berlapis-lapis yang merupakan suatu totalitas yang tak dapat dipisah-pisahkan (Damono, 1979:42).Hakikatnya karya sastra selalu berkaitan dengan masyarakat dan sejarah yang turut mengkondisikan penciptaan karya sastra, walaupun tidak sepenuhnya di bawah pengaruh faktor luar tersebut.

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa strukturalisme genetik adalah metode penelitian sastra yang menganalisis tidak hanya pada sisi intrinsiknya tetapi juga unsur-unsur pembangun yang berada di luar karya sastra. Unsur di luar karya sastra yang digali adalah aspek pengarangnya dan situasi sosial yang melatarbelakangi karya sastra tersebut dilahirkan.

Fakta Kemanusiaan

Sebagai salah satu bagian dari strukturalisme genetik, fakta kemanusiaan dimaknai sebagai segala bentuk aktivitas manusia baik berupa aktivitas verbal maupun fisik yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Fakta kemanusiaan tersebut meliputi semua kegiatan sosial tertentu, kegiatan politik, budaya, seni, dan lain-lainnya.

Fakta kemanusiaan mempunyai peranan besar dalam sejarah, dapat berupa fakta individual, fakta sosial atau historis. Revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya cultural yang besar merupakan faksa sosial (historis) yang hanya mungkin diciptakan oleh subjek transindividual.

Subjek transindividual yang demikian adalah subjek karya besar, sebab karya besar semacam itu merupakan aktivitas yang objek penciptaannya adalah alam semesta, umat manusia dan kemanusiaan. Selain itu fakta kemanusiaan menjadi prinsip utama teori strukturalisme genetic, antara lain berupa aktivitas sosial tertentu, penciptaan karya sastra, dan penciptaan kreasi cultural pada umumnya. Bagi Goldmen, karya sastra dipandang sebagi (1) refleksi kenyataan dan kesadaran

kelompok tertentu dalam masyarakat, (2) karya sastra berhubungan dengan ideology kolektif, filosofis, dan teologis, (3) karya sastra berhubungan dengan struktur mental kelompok sosial tertentu yang dapat diperluas melalui hubungan individu dengan kelompok, dan (4) kesadaran kolektif bukanlah realitas utama,tetapi struktur mental yang merupakan pandangan dunia (Rosyidi,dkk, 2010).

Fakta kemanusiaan merupakan segala aktifitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik. Fakta ini dapat berwujud aktifitas sosial tertentu maupun kreasi kultural seperti filsafat, seni rupa, seni musik, seni patung dan seni sastra. Pada hakikatnya, fakta kemanusiaan itu terdiri atas dua bagian. Fakta pertama adalah fakta individual yang merupakan hasil dari perilaku individu manusia baik yang berupa mimpi maupun tingkah laku. Fakta selanjutnya adalah fakta sosial, fakta ini berkaitan dengan peranan sejarah dan dampak hubungan sosial, ekonomi, politik antar-masyarakat (Faruk, 2012: 57).

Goldmann (dalam Faruk, 2012: 57-58) menganggap semua fakta kemanusiaan merupakan suatu struktur yang berarti. Sehingga, pemahaman mengenai fakta-fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan struktur dan artinya. Fakta- fakta kemanusiaan tumbuh sebagai respons dari subjek kolektif maupun individual terhadap situasi dan kondisi yang ada dalam diri dan di sekitarnya, pembangunan suatu percobaan dari si subjek untuk mengubah situasi yang ada agar cocok bagi aspirasi- aspirasi subjek itu. Dengan kata lain, fakta-fakta itu merupakan hasil usaha manusia untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan dunia sekitarnya. Keseimbangan tersebut meliputi keseimbangan antara struktur mental dari subjek dengan lingkungan di sekitarnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik simpulan bahwa fakta kemanusiaan dikatakan mempunyai arti apabila fakta itu merupakan hasil strukturasi timbal-balik antara subjek dengan lingkungannya. Dalam proses strukturasi dan akomodasi yang terus-menerus itulah suatu karya sastra sebagai fakta kemanusiaan dan sebagai hasil aktivitas kultural manusia memperoleh artinya.

Proses tersebut sekaligus merupakan genesis dari struktur karya sastra.

Subjek Kolektif

Revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural yang besar, merupakan fakta sosial. Individu dengan dorongan keinginannya sendiri tidak akan mampu menciptakannya. Yang dapat menciptakannya adalah subjek transindividual.

Subjek trans-individual adalah subjek yang mengatasi individu, yang di dalamnya individu hanya merupakan bagian. Subjek trans-individual bukanlah kumpulan individu-individu yang berdiri

(6)

sendiri-sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan, satu kolektifitas (Faruk, 1994: 15). Menurut Goldmann (dalam Faruk, 1994: 15) konsep subjek kolektif atau trans-individual masih kurang jelas. Subjek kolektif itu dapat kelompok kekerabatan, kelompok sekerja, kelompok teritorial, dan sebagainya. Untuk memperjelasnya, Goldmann mengelompokkannya sebagai kelas sosial.

Kesadaran kolektif dapat dilihat dengan cepat,sedangkan struktur mental atau pandangan dunia merupakan capaian tertinggi dari kesadaran suatu kelompok, sehingga ia dapat berada di luar kesadaran kolektif. Hubungan teks dengan konteks sosial itu tidak bersifat langsung, tetapi keduanya dimediasi oleh struktur mental atau pandangan dunia. pandangan dunia diartikan oleh Goldman sebagai kompleks meyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan anggota kelompok sosial yang lain.

Kasadaran yang nyata adalah kesadaran yang dimiliki oleh individu-individu yang ada dalam masyarakat. Individu-individu itu menjadi anggota berbagai pengelompokan dalam masyarakat, seperti keluarga, kelompok sekerja, dan sebagainya.

Ditambah dengan kompleksnya kenyataan masyarakat, individu-individu itu jarang sekali memiliki kepekaan untuk menyadari secara lengkap dan menyeluruh mengenai makna dan arah keseluruhan dari aspirasi-aspirasi, perilaku-perilaku, dan emosi-emosi kolektifnya (Goldmann dalam Faruk, 1994: 16), sebaliknya, kesadaran yang mungkin adalah yang menyatakan suatu kecenderungan kelompok ke arah suatu koherensi menyeluruh, perspektif yang koheren dan terpadu mengenai hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya (Goldmann dalam Faruk, 1994: 16).

Kesadaran tersebut jarang disadari pemiliknya kecuali dalam momen-momen krisis dan sebagai ekspresi individual pada karya-karya besar (Goldmann dalam Faruk, 1994: 16-17).

Struktur Sosial

Strukturalisme-genetik mengakui karya sastra sebagi suatu struktur sehingga perlu dipahami secara struktural (Faruk,2012;163). Karya sastra yang besar merupakan produk strukturasi yang koheren dan terpadu. Dalam konteks struktural- genetik, konsep struktur karya sastra berbeda dari konsep struktur umum yang dikenal (Faruk, 2013 : 71).

Konsep-konsep Lucien Goldmann mengenai karya sastra dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Diantara konsep-konsep itu yang paling langsung berhubungan dengan karya sastra adalah konsep struktur yang memiliki arti.

Karena mempunyai arti, karya sastra berkaitan

dengan usaha manusia memecahkan persoalan- persoalannya dalam kehidupan sosial yang nyata.

Sistem jaringan peranan status dalam struktur sosial mengandaikan terjadinya saluran- saluran informasi dalam proses interaksi dengan tujuan masing-masing. Setiap aksi individual mengandikan terjadinya reaksi, sesuai dengan sistem harapan peranan, dengan kosakata yang mengacu pada struktur tindakan yang lebih luas (Ratna, 2009:83).

Struktur karya sastra dalam pandangan Goldmann adalh konsep struktur yang bersifat tematik. Yang menjadi pusat perhatiannya adalah relasi antara tokoh dengan tokoh dengan obyek yang ada disekitarnya. Goldmann memaknai novel sebagaicerita tentang penemuan nilai-nilai asli yang teralihkan oleh dunianyang teralihkan. Penemuan tersebut dilakukan oleh seseorang atau tokoh hero yang memiliki permasalahan (Faruk, 2013:72).

Karya sastra berfungsi untuk menginventarisasikan sejumlah besar kejadian- kejadian yang telah dikerangkakan bahkan juga karya-karya yang tergolong ke dalam genre yang saling absurd pun, merupakan prototipe kejadian yang pernah dan mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kreativitas dan imajinasinya, sastra memiliki kemungkinan yang paling luas dalam mengalihkan keragaman alam semesta ke dalam totalitas naratif semantis, dari kuantitas kehidupan sehari-hari ke dalam kualitas dunia fiksional (Ratna, 2009:35).

Goldmann (dalam Damono, 2003:42) berpendapat bhwa setiap karya sastra besar terdapat fakta estetis. Fakta estetis mengandung dua tataran korespondensi penting. Pertama, hubungan antara pandangan dunia sebagai suatu kenyataan yang dialami dan alam ciptaan pengarang. Kedua, hubungan antara alam ciptaan pengarang, danalat- alat kesusastraan tertentu seperti sintaksis, gaya, dan citra yang dipergunakan pengarang dalam penulisannya.

Karya sastra sebagai karya estetis dalam pandangan struktural-genetik memiliki dua estetika:

estetika sosiologi dan estetika sastra. Berkaitan dengan estetika sosiologi struktural-geneti menunjukkan hubungan adntara salah satu pandangan dunia dan tokoh-tokoh serta hal-hal yang diciptakan pengarang dalam karyanya. Berkaitan dengan estetika sastra, struktural-genetik menunjukkan hubungan antara alam ciptaan pengarang dengan perlengkapan sastra yang dipergunakan pengarang untuk menuliskannya (Damono, 2003:43).

Menurut Goldman (dalam Taum, 1997:

40), karya sastra sebagai struktur bermakna itu mewakili pandangan dunia penulis, tidak saja sebagai individu melainkan sebagai wakil golongan masyarakatnya. Teori strukturalisme genetic mengukuhkan adanya hubungan antara struktur sastra dan struktur masyarakat melalui pandangan

(7)

dunia atau ideology yang diekspresikan pengarangnya. Oleh karena itu, karya sastra , sebagaiman semua kegiatan cultural lainnya, tidak bisa dipahami secara utuh jika totalitas kehidupan masyarakat yang telah melahirkan krya itu diabaikan begitu saja.pengabaian itu menyebabkan gambaran tentang kegiatan cultural manusia yang menjadi sumber penciptaan karya sastra itu menjadi pincang.

Pandangan Dunia

Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, strukturalisme genetik mengkaji karya sastra dengan melibatkan hal lain di luar teks sastra itu sendiri. Hal lain yang dimaksud adalah pandangan dunia pengarang. Menurut Goldmann dikutip Yasa (2012:30) pandangan dunia (world view) merupakan sesuatu pemahaman total terhadap dunia dengan segala permasalahan. Artinya, analisis ini dilakukan bukan pada ranah isi melainkan lebih pada struktur cerita. Pandangan dunia pengarang juga dapat didefinisikan sebagai wujud mediasi(kompromi) antara struktur masyarakat dan unsur karya sastra. Pandangan dunia hadir karena adanya kesadaran secara kolektif dari situasi masyarakat (strata sosial) yang ada. Artinya, pandangan ini lahir karena adanya antara subjek kolektif dengan situasi di sekitarnya.

Pandangan dunia, yang bagi Goldman selalu terbayang dalam karya sastra yang agung adalah suatu abstraksi, bukan fakta empiris, yang memiliki eksistensi objektif.abstraksi itu, menurut Goldman, akan mencapai bentuknya yang konkret dan sempurna dalam sastra dan filsafat. Oleh karena pandangan dunia itu merupakan suatu bentuk kesadaran kolektif yang mewakili kelas sosialnya.

Pandangan dunia inillah yang menentukn struktur suatu karya sastra. Oleh karena itu, karya sastra dapat dipahami asalnya dan bagaimana terjadinya (unsure genetiknya) dari latar belakang sosialnya.

Pandangan dunia, menurut Goldmann (dalam Faruk, 2012: 65-67) tidak lain daripada kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota- anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial yang lain.

Pandangan dunia ini menurut Goldmann ( dalam Faruk, 1988: 74) sama dengan konsep kesadaran kolektif yang biasa digunakan dalam ilmu sosial. Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomik tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memilikinya. Pandangan dunia merupakan produk interaksi antara subjek kolektif dengan situasi di sekitarnya, sehingga pandangan dunia tidak lahir dengan tibatiba. Ada transformasi mentalitas yang perlahan-lahan dan bertahap demi terbangunnya mentalitas baru dan teratasinya

mentalitas yang lama. Proses panjang itu disebabkan oleh kenyataan bahwa pandangan dunia itu merupakan kesadaran yang tidak semua orang dapat memahaminya, kesadaran yang mungkin dibedakan dari kesadaran yang nyata.

Kesadaran nyata adalah kesadaran yang dimiliki oleh individu-individu yang ada dalam masyarakat. Individu-individu itu menjadi anggota berbagai pengelompokan dalam masyarakat, seperti keluarga, kelompok sekerja, dan sebagainya.

Ditambah dengan kompleksnya kenyataan masyarakat, individuindividu itu jarang sekali mempunyai kemampuan untuk menyadari secara lengkap dan menyeluruh mengenai makna dan arah keseluruhan dari aspirasiaspirasi, perilaku-perilaku, dan emosi-emosi kolektifnya, Goldmann (dalam Faruk, 2012: 68-69).

Tidak semua kelompok sosial bisa dianggap sebagai subjek kolektif. Yang bisa hanyalah kelompok sosial dengan gagasan-gagasan dan aktifitas-aktifitas yang cenderung ke arah penciptaan suatu pandangan lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan sosial manusia.

Kelompok sosial yang dimaksud adalah kelas sosial (Faruk, 1988: 84). Karya sastra besar merupakan produk strukturasi dari subjek kolektif. Goldmann (dalam Faruk, 2012: 71) mengemukakan dua pendapat mengenai karya sastra pada umumnya.

Pertama, bahwa karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner. Kedua, bahwa dalam usahanya mengekspresikan pandangan dunia itu, pengarang menciptakan semesta tokohtokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner. Ia juga membedakan karya sastra dari sudut pandang filsafat dan sosiologi. Dari sudut pandang filsafat, karya sastra mengekspresikan pandangan dunia secara konseptual. Sedangkan dalam sudut pandang sosiologi mengacu pada empirisitasnya.

Dari kedua pendapat tersebut, Faruk (2012:

72) menjelaskan bahwa Goldmann mempunyai konsep struktur yang bersifat tematik dengan pusat perhatiannya adalah relasi antara tokoh dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya. Sifat tematik konsep struktur Goldmann merupakan ekspresi dan produk strukturasi pandangan dunia.

Dialektika Pemahaman-Penjelasan

Untuk mengetahui karya sastra dengan kodrat keberadaannya (ontologi), Goldmann kemudian mengembangkan sebuah metode yang disebut metode dialektik. Sebuah metode yang khas yang berbeda dari metode positivistik, metode intuitif, dan metode biografis yang psikologis. Jika dilihat dari segi titik awal dan titik akhirnya, metode dialektik sama dengan metode positivistik.

Keduanya sama-sama bermula dan berakhir pada teks sastra. Namun, metode dialektik ini lebih

(8)

memberi perhatian pada koherensi struktural.

Prinsip dasar dari metode dialektik adalah pengetahuan mengenai fakta-fakta kemanusiaan yang akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkret dengan mengintegrasikannya ke dalam keseluruhan, Goldmann (dalam Faruk, 2012: 77).

Sehubungan dengan itu, metode dialektik mengembangkan dua pasang konsep, yaitu keseluruhan-bagian dan pemahaman-penjelasan.

Sudut pandang dialektik mengukuhkan perihal tidak pernah adanya titik awal yang secara mutlak sahih, dan tidak adanya persoalan yang secara final dan pasti terpecahkan. Oleh karena itu, dalam sudut pandang tersebut pikiran tidak pernah bergerak seperti garis lurus. Setiap fakta atau gagasan individual mempunyai arti hanya jika ditempatkan dalam keseluruhan. Sebaliknya, keseluruhan hanya dapat dipahami dengan pengetahuan yang bertambah mengenai fakta-fakta parsial atau yang tidak menyeluruh yang membangun keseluruhan itu.

Sedangkan yang dimaksud dengan konsep pemahaman-penjelasan, pemahaman adalah usaha pendeskripsian struktur objek yang dipelajari, sedangkan penjelasan adalah usaha menggabungkannya ke dalam struktur yang lebih besar, Goldmann (dalam Faruk, 2012: 79).

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsep “keseluruhan-bagian”

mengacu pada pengertian bahwa setiap fakta atau ide perseorangan akan memiliki arti jika ditempatkan dalam keseluruhan. Keseluruhan tersebut hanya dapat dipahami dengan pengetahuan tentang bagian-bagian yang membangun keseluruhan itu. Konsep

“pemahaman-penjelasan” mengandung pengertian bahwa pemahan merupakan usaha pendeskripsian struktur objek yang dikaji, sedang penjelasan merupakan usaha menggabungkan struktur objek tersebut ke dalam struktur yang lebih besar.

Menurut Goldmann dalam (Endraswara, 2003:61) penelitian keseluruhan-sebagian membutuhkan bentuk-bentuk yang terjamin kehandalannya dalam memanfaatkan model yang disusun terbatas pada sejumlah unsur dan hubungan-hubungannya. Dalam memulai penelitiannya, peneliti harus memahami bagian mana yang menjadi unsur dominan dalam karya sastra tersebut berdasarkan data empiriknya.

Selanjutnya, peneliti memberikan sebuah penjelasan dari struktur internal sebagai bagian keseluruhan. Penjelasan struktur internal ini merupakan bagian terkecil dari pemahaman makna, sedangkan makna puncaknya adalah struktur secara menyeluruh.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen. Karena sumber data berupa novel maka teknik pengumpulan

data yang paling sesuai ialah dokumen. Data-data yang diperoleh akan bisa ditambah atau dikurangi atau bahkan dibuang sama sekali setelah dibandingkan dengan temuan mengenai variabel yang lain. Data-data di dalam penelitian akan dihubungkan satu dengan yang lain dengan metode dialektik yang berlaku pada level karya sastra, yaitu dengan menyelesaikan bagian dengan keseluruhan sampai terbentuk sebuah struktur dengan koherensi maksimal. Sesuai dengan teknik tersebut, maka tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut : a) Membaca dan memahami novel

Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah membaca dari awal sampai akhir novel Pasar karya Kuntowijoyo berulang-ulang sehingga mampu menemukan gambaran secara menyeluruh dan mengetahui isi novel secara jelas.

b) Inventarisasi data

Setelah membaca novel Pasar karya Kuntowijoyo pada tahap ini adalah mencatat data-data dan memilih beberapa data yang mengandung konsep strukturalisme-genetik dalam novel tersebut baik berupa kata, kalimat, paragraf, atau alinea utuh.

c) Mengklasifikasi data

Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengklasifikasi data yang sudah dicatat berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang sudah ditentukan. Pengklasifikasian ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam menganalisis.

d) Menyusun tabel data

Tahap selanjutnya adalah memasukkan data ke dalam tabel klasifikasi data untuk mempermudah analisis data.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menganalisis data yaitu teknik deskriptif atau konten analisis. Analisis konten digunakan apabila peneliti hendak mengungkap, memahami, dan menangkap pesan karya sastra, dan pemahaman tersebut mengandalkan tafsir sastra (Endraswara,2013;160).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis data sesuai dengan permasalahan yang

(9)

disesuaikan dengan teori yang digunakan sebelumnya teknik deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil analisis secara rinci, serta menafsirkan dan mendeskripsikan data yang ada sesuai dengan landasan teori yang telah ditetapkan.

Dalam pengambilannya dilakukan melalui klasifikasi atau pengelompokan yaitu dengan mengelompokkan atau memilah teks-teks yang masuk ke dalam kategori aspek fakta kemanusiaan, subjek kolektif, struktur karya sastra, pandangan dunia, dan dialektika pemahaman-penjelasan.

Setelah diklasifikasikan kemudian dianalisis berdasarkan konsep struktural-genetik yakni fakta kemanusiaan, subjek kolektif, struktur karya sastra, pandangan dunia, dan dialektika pemahaman- penjelasan yang terdapat pada novel Pasar karya Kuntowijoyo.

Untuk analisis data digunakan prosedur penelitian dengan langkah-langkah penganalisisan sebagai berikut;

1. mengklasifikasi data sesuai dengan tabel klasifikasi data yang telah ditentukan.

2. mendeskipsikan hasil klasifikasi data berdasarkan masalah yang telah dtemukan. Data di deskripsikan dalam bentuk uraian secara kualitatif.

3. menyimpulkan analisis data berdasarkan klasifikasi yang telah tersusun menjadi data penelitian.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Fakta kemanusiaan

Fakta-fakta kemanusiaan yang terjadi dalam dalam novel ini meliputi segala aktivitas manusia baik verbal maupun fisik. Dalam novel Pasar terdapat fakta kemanusiaan dengan adanya perilaku tolong- menolong antar sesama di lingkungan pasar Gemolong, Selain itu adanya aktivitas yang mencerminkan rasa tanggung jawab yang dimiliki pak mantri sebagai orang yang di percaya mampu memimpin serta melindungi seluruh masyarakat khususnya para pedagang pasar gemolong dari gangguan yang berasal dari luar, serta fakta kemanusiaan yang ada dalam novel Pasar dengan adanya aktivitas yang mencermin rasa prihatin serta kasih sayang seorang pak mantri kepada anak-anak yang terjatuh di pasar pada saat berburu burung dara.

Subjek kolektif

Subjek kolektif yang terjadi dalam novel ini meliputi : orang-orang yang ada di pasar kompak menghakimi burung dara pak mantri yang dianggapnya sebagai biang masalah yang ada di pasar gemolong. Hal itu ditengarai karena orang- orang pasar gemolong terutama para pedagang merasa dirugikan dengan adanya burung dara pak mantri, mereka beranggapan bahwa burung dara itu adalah sebagai biang masalah yang ada di pasar itu.

Selain itu juga adanya konflik yang terjadi antara pak mantri dengan orang-orang para pengejar kambing-kambing yang telah dilepas kasan ngali di area pasar, serta adanya interaksi antara pak mantri dengan anak-anak yang mencoba menjelaskan bahwa anak yang sakit itu adalah anak marsiyah yang tak lain adalah wanita pujaan pak mantri pada dahulu kala.

Struktur sosial

Struktur sosial dalam novel Pasar karya kuntowijoyo mengalami suatu permasalahan yang bermula dari burung-burung dara pak mantri yang ada di dalam pasar dirasa mengganggu kegiatan masyarakat pasar pada saat itu. Keadaan tersebut juga di manfaatkan oleh seorang pengusaha kaya yaitu kasan ngali dalam melancarkan aksi busuknya yaitu ia mencoba menguasai semua pedagang supaya tidak berjualan dipasar itu lagi dan ia membuat pasar baru di seberang pasar itu.

Pandangan Dunia

Pandangan dunia pengarang dalam novel Pasar karya Kuntowijoyo yaitu Seorang kuntowijoyo melalui tokoh Pak mantri mampu menampilkan suatu pelajaran yang berharga untuk pembacanya, yaitu banyak nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya mulai darimawas diri, unggah-ungguh (sopan santun), hidup yang samadya, jujur, rela berkorban, bertanggung jawab, juga mengenai rahasia hidup, dan sebagainya.

Dialektika pemahaman-penjelasan dan keseluruhan-bagian

Dialektika pemahaman-penjelasan dan keseluruhan- bagian dalam novel Pasar karya Kuntowijoyo antara lain. Seorang tukang ketik (sekretaris) kecamatan sedang menjelaskan kepada pak mantri tetntang

(10)

bagaimana prosedur mengisi buku tamu sebelum bertemu dengan pak camat. Selain itu upaya pak mantri sedang menjelaskan atau memberi pengertian kepada anak-anak yaitu tentang senuah perbuatan apapun yang dilakukan manusia, pasti akan ada balasannya entah itu balasan baik maupun buruk.

Serta pada saat pak mantri memberi penjelasan kepada paijo tentang keadaan zaman yang terjadi pada saat itu yang semakin tidak karuan seperti tidak ada aturan.

Penutup Simpulan

Peneliti melakukan analisis novel berdasarkan teori strukturalisme genetik . Terdapat lima elemen yang menjadi pokok bahasan dalam menganalisis novel Pasar karya Kuntowijoyo, yaitu.

Fakta Kemanusiaan, subjek kolektif, struktur sosial, pandangan dunia, dan dialektika pemahaman- penjelasan dan keseluruhan-bagian Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut dalam novel Pasar karya Kuntowijoyo, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

Pertama, Dalam novel Pasar terdapat fakta kemanusiaan dengan adanya berbagai perilaku sosial yang terjadi dari satu tokoh dengan tokoh yang lain.

Kedua, Subjek kolektif yang terjadi dalam novel ini meliputi adanya berbagai fakta sosial serta konflik sosial yang terjadi antara satu tokoh dengan suatu kelompok sosial yang lain.

Ketiga, Struktur sosial dalam novel Pasar karya kuntowijoyo mengalami suatu permasalahan yang di akibatkan denga adanya berbagai kepentingan dari kelas kelas sosial tertentu.

Keempat, Pandangan dunia pengarang dalam novel Pasar karya Kuntowijoyo lewat tokoh Pak Mantri pengarang mencoba menampilkan suatu pesan moral yang tersirat.

Kelima, Dialektika pemahaman-penjelasan dan keseluruhan-bagian dalam novel Pasar karya Kuntowijoyo yaitu semua pembahasan serta penjelasan dari berbagai fenomena maupun konflik yang ada dalam novel tersebut.

Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya yang berkeinginan meneliti sastra khususnya menggunakan teori strukturalisme-genetik Lucien Goldmann. Penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga peneliti berharap kepada pembaca untuk mengirimkan kritik dan sarannya kepada penelitian ini. Dan bagi peneliti lain diharapkan dapat

menutupi dan mengisi kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam penelitian ini.

Bagi peneliti yang berminat mengkaji novel Pasar karya Kuntowijoyo dapat menggunakan teori yang berbeda.

Daftar Rujukan

Abrams, M.H. 1976. The Mirror and the Lamp.

London: Oxford University Press.

Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Creswell JW. 2010. Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Edisi Ketiga (Terjemahan). Pustaka Pelajar.

Yogyakarta

Damono, Sapardi Djoko. 2003. Sosiologi Sastra.

Semarang: Magister Ilmu susastra UNDIP.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori dan Aplikasi Yogyakarta: Pustaka Utama Widyatama.

Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strkturalisme Genetik sampai Post- Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______ 2012. Metode Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Handoko, Andi Dwi. 2010.Novel Orang-Orang Proyek Dan Kaitannya Dengan Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari (Analisis Strukturalisme Genetik).

Skripsi. Solo : UNS

Jabrohim. 2003. Metodologi Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Kulsum, Siti Ummu. 2015. Novel Bandar Karya Zaky Yamani : Kajian Strukturalisme- Genetik Lucien Goldmann. Skripsi.

Surabaya : FBS Unesa.

Kuntowijoyo. 2017, Pasar. Yogyakarta: DIVA Press.

Mursida, Auliya. 2015. Novel Burung Terbang Di Kelam Malam Karya Artafat Nur (Kajian Strukturalisme-Genetik Lucien Goldman).

Skipsi. Surabaya : FBS Unesa.

(11)

Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Cetakan Keenam.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosyidi, M. Ikhwan dkk. 2010. Analisis Teks Sastra.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusasteraan. Terjemahan Melani Bunianto. Jakarta: Gramedia.

Yasa, I Nyoman. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra Darwati

Referensi

Dokumen terkait

Pada bendung bertangga dengan kondisi aliran tenggelam, aliran yang melimpas pada anak-anak tangga berkembang dan berputar membentuk pusaran air pada sumbu horizontal

Oleh karena itu, agar biaya pemakaian tidak membebani pemakai maka pada perangkat telepon dibuat aplikasi untuk pembatas pemakaian dengan cara user login dan

Menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu Provinsi berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota yang

Sebaliknya jika siswa memiliki kebiasaan yang buruk dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan buruk (rendah). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Panel juri independen Danamon Award 2008 terdiri dari para individu terkenal dengan latar belakang yang beragam, yaitu; Ade Suwargo Mulyo, Senior Project Manager

Memutus dan menyatakan bahwa sepanjang Pasal 7A ayat (1) Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

Melalui eksperimen ini akan diketahui fraksi volume kristal superkonduktor yang terbentuk pada setiap variasi kadar molar dopan Pb yang digunakan dalam

Peserta wajib membawa Kartu Peserta Ujian yang telah ditandatangani Pengawas pada Saat Ujian TPA dan TPU serta Tes Psikologi, membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat