• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh AULIA RAHMA DAULAY NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh AULIA RAHMA DAULAY NIM"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM

PENERAPAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT UMUM PERMATA BUNDA

MEDAN TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh

AULIA RAHMA DAULAY NIM. 161000056

PROGRAM STUDI STRATA KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM

PENERAPAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT UMUM PERMATA BUNDA

MEDAN TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Mayarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

AULIA RAHMA DAULAY NIM. 161000056

PROGRAM STUDI STRATA KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)

i

Judul Skripsi : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Patient Safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan Tahun 2020

Nama Mahasiswa : Aulia Rahma Daulay Nomor Induk Mahasiswa : 161000056

Departemen : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Dekan

Tanggal Lulus : 28 Januari 2021

(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 28 Januari 2021

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

Anggota : 1. Dr. Siti Khadijah Nasution, S.K.M., M.Kes.

2. dr. Harry Chrismanda, M.K.M.

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap terhadap Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Patient Safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Kota Medan Tahun 2020” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang diajukan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

(6)

iv Abstrak

Keselamatan pasien (Patient Safety) di rumah sakit adalah sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Program keselamatan pasien merupakan hal yang wajib bagi seluruh rumah sakit di Indonesia. Keselamatan pasien mempunyai 6 sasaran yaitu yang meliputi Ketepatan identifikasi pasien, Peningkatan komunikasi efektif, Peningkatan keamanan obat, Kepastian terhadap lokasi, prosedur dan pasien operasi, Pengurangan terhadap resiko infeksi dan juga Pengurangan resiko jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety di Rumah Sakit Permata Bunda Kota Medan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Permata Bunda Kota Medan dimulai bulan Januari 2020 sampai dengan selesai. Sampel dalam penelitian ini adalah 84 responden.

Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan menggunakan uji chi- square. Berdasarkan karakteristik yang meliputi adanya hubungan umur dengan kepatuhan perawat dengan p value (0,034) < 0,05, tidak adanya hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan perawat dengan p value (0,344) > 0,05, tidak adanya hubungan status pernikahan dengan kepatuhan perawat dengan p value (0,722) >

0,05, adanya hubungan masa kerja dengan kepatuhan perawat dengan p value (0,010) < 0,05 dan adanya hubungan tingkat Pendidikan dengan kepatuhan perawat dengan p value (0,001) < 0,05. Berdasarkan pengetahuan adanya hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dengan p value (0,001) < 0,05.

Berdasarkan sikap adanya hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dengan p value (0,013) < 0,05. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan karakteristik , pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Kota Medan.

Kata kunci : Keselamatan pasien, kepatuhan perawat

(7)

v Abstract

Patient safety in a hospital is a system where the hospital makes patient care safer. Patient safety programs are mandatory for all hospitals in Indonesia.

Patient safety has 6 goals, namely the accuracy of patient identification, increased effective communication, increased drug safety, certainty of location, procedures and patient operations, reduction of the risk of infection and reduction of the risk of falls. This study aims to explain the relationship between characteristics, knowledge and attitudes with nurses' compliance in implementing patient safety at Permata Bunda Hospital, Medan City. This research is a quantitative study using a cross sectional design. This research was conducted at Permata Bunda Hospital, Medan City starting from January 2020 to completion.

The sample in this study were 84 respondents. The research instrument used a questionnaire using the chi-square test. Based on the characteristics that include the relationship between age and nurse compliance with p value (0.034) <0.05, there is no gender relationship with nurse compliance with p value (0.344)> 0.05, there is no relationship between marital status and nurse compliance with p.

value (0.722)> 0.05, there was a relationship between tenure and nurse compliance with p value (0.010) <0.05 and a relationship between education level and nurse compliance with p value (0.001) <0.05. Based on knowledge there is a relationship between knowledge and nurse compliance with p value (0.001)

<0.05. Based on the attitude, there is a relationship between attitude and nurse compliance with p value (0.013) <0.05. The conclusion is that there is a relationship between characteristics, knowledge and attitudes with nurses' compliance in implementing patient safety at Permata Bunda General Hospital, Medan City.

Keywords: Patient safety, nurse compliance

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga tugas skripsi yang berjudul: “Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Patient Safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Kota Medan Tahun 2020” dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Kepala Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan FKM USU sekaligus dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Siti Khadijah Nasution, S.K.M.. M.Kes. selaku dosen Penguji I dan dr. Harry Chrismanda, M.K.M. selaku dosen Penguji II yang telah

(9)

vii

banyak memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Drs. Tukiman, M.K.M. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

6. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada penulis.

7. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Departemen AKK yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan dan juga terkhusus Pak Hendro Lukito pegawai Departemen AKK yang telah banyak membantu.

8. Pegawai Case Manager Rumah Sakit Umum Permata Bunda Kota Medan, Pak Wahyu yang bersedia membantu saya dalam penelitian Skripsi ini.

9. Pegawai RSU Permata Bunda Kota Medan yang bersedia menjadi responden penulis untuk penelitian skripsi ini.

10. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orangtua Ayahanda (H. Ali Damri Daulay, SH, MAP) dan Ibunda (Ir. Yuliani Siregar, MAP) yang menjadi motivasi utama serta selalu memberikan doa, dukungan dan kasih sayang dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada kakak penulis

(10)

viii

(Maulidya Aini Daulay,SE) dan adik penulis (Ali Akbar Hamonangan Daulay) yang memberikan semangat selama penulisan skripsi.

11. Teman seperjuangan penulis Syahara Istaufa Nasution, Ester Sonya Simangunsong, Aida Fitryani Tambak, Fatimah Azzahra, Suci Andriani, Fathania Nadhilah Sitompul, Nur Fajrina Arwan Nst, Anggun Puspa Sari, dan Cynthia Sormin yang sudah membantu, memberi semangat, menemani dan menghibur di masa akhir penulisan skripsi.

12. Teman tercinta penulis Shinta M. Siregar, Zummi Rizki, Sahiril Anhar, Brigida, Tri Suci Audri dan Nurindah Permata Sari yang telah memberikan semangat dan memberi masukan selama masa penulisan skripsi.

13. Teman KKN PPM USU desa Air joman yang telah memberikan banyak dukungan dan doa dalam penulisan skripsi ini.

14. Teman-teman tercinta peminatan AKK 2016 dan FKM USU STAMBUK 2016 yang telah memberikan banyak kenangan indah, berbagai saran dan masukan serta penghibur kepada penulis selama masa perkuliahan berlangsung.

15. Seluruh pihak yang membantu dan memberikan kontribusinya dalam penyelasaian skripsi ini. Terimakasih untuk segala sesuatunya penulis ucapkan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari

(11)

ix

semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 28 Januari 2021

Aulia Rahma Daulay

(12)

x Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi x

Daftar Tabel xiii

Daftar Gambar xiv

Daftar Lampiran xv

Daftar Istilah xvi

Riwayat Hidup xvii

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 9

Tujuan Penelitian 10

Tujuan umum 10

Tujuan khusus 10

Manfaat Penelitian 11

Tinjauan Pustaka 12

Perilaku 12

Kepatuhan 17

Perawat 24

Fungsi perawat 27

Keselamatan Pasien (patient safety) 19

Tujuan keselamatan kerja 29

Indikator mutu 30

Standar keselamatan pasien 30

Tujuh langkah menuju patient safety 36

Sasaran keselamatan pasien 37

Kerangka Konsep 44

Hipotesis Penelitian 45

Metode Penelitian 46

Jenis Penelitian 46

Lokasi dan Waktu Penelitian 46

Lokasi penelitian 46

Waktu penelitian 46

Populasi dan Sampel 46

(13)

xi Populasi

Sampel

46 46

Variabel Penelitian 48

Variabel independen 48

Variabel dependen 48

Metode Pengumpulan Data 48

Metode Pengukuran 49

Aspek pengukuran variabel karakteristik 49

Aspek pengukuran pengetahuan 50

Aspek pengukuran variabel sikap 51

Aspek pengukuran variabel keselamatan pasien 51

Metode Analisis Data 52

Analisis univariat 52

Analisis bivariat 52

Hasil Penelitian 53

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 53

Sejarah singkat 53

Lokasi 53

Profil 54

Visi dan misi 55

Struktur organisasi 56

Analisis Univariat 58

Distribusi responden berdasarkan karakteristik 58 Distribusi responden berdasarkan kepatuhan

perawat dalam pelaksanaan patient safety 59 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan 60 Distribusi responden berdasarkan sikap 60

Analisis Bivariat 61

Hubungan karakteristik dengan kepatuhan perawat

dalam penerapan patient safety 61

Hubungan umur dengan kepatuhan perawat dalam

patient safety 61

Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan perawat

dalam penerapan patient safety 62

Hubungan status pernikahan dengan kepatuhan

perawat dalam penerapan patient safety 63 Hubungan masa kerja dengan kepatuhan perawat

dalam penerapan patient safety 63

Hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan

perawat dalam penerapan patient safety 64 Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan

pelaksanaan keselamatan pasien 65

Hubungan sikap dengan kepatuhan pelaksanaan

keselamatan pasien 66

(14)

xii

Pembahasan 67

Hubungan Karakteristik Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Masa Kerja dan Pendidikan Terakhir dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Patient

Safety 67

Hubungan umur dengan kepatuhan perawat dalam

pelaksanaan patient safety 67

Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan perawat

dalam pelaksanaan patient safety 67

Hubungan status pernikahan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan patient safety

68 Hubungan masa kerja dengan kepatuhan perawat

dalam pelaksanaan patient safety 69

Hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan

perawat dalam melaksanakan patient safety 70 Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat

dalam penerapan patient safety

72 Hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam

penerapan patient safety

74

Keterbatasan Penelitian 74

Kesimpulan dan Saran 75

Kesimpulan 76

Saran 76

Daftar Pustaka 78

Lampiran 83

(15)

xiii Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Aspek Pengukuran Variabel Independen 49

2 Aspek Pengukuran Variabel Dependen 51

3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 58

4 Distribusi Frekuensi Kepatuhan 59

5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan 60

6 Distribusi Frekuensi Sikap 61

7 Hubungan Umur dengan Kepatuhan 61

8 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan 62

9 Hubungan Status Pernikahan dengan Kepatuhan 63

10 Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan 64

11 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan 64

12 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan 65

13 Hubungan Sikap dengan Kepatuhan 66

(16)

xiv Daftar Gambar

No Judul Halaman

1. Kerangka konsep 44

(17)

xv

Daftar Lampiran

No Judul Halaman

1 Lembar Kuesioner 83

2 Hasil Output SPSS 93

3 Master Data 100

4 Surat Survei Pendahuluan 103

5 Surat Izin Penelitian 104

6 Surat Selesai Penelitian 105

7 Dokumentasi 106

(18)

xvi Daftar Istilah

JCI Joint Commission International KTD Kejadian Tidak Diharapkan KNC Kejadian Nyaris Cedera KPC Kondisi Potensial Cedera KTC Kejadian Tidak Cedera

RS Rumah Sakit

(19)

xvii Riwayat Hidup

Penulis bernama Aulia Rahma Daulay berumur 22 tahun, dilahirkan di Medan pada tanggal 16 Mei 1998. Penulis Bergama Islam, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ali Damri Daulay dan Ibu Yuliani Siregar.

Pendidikan formal dimulai di sekolah dasar di SD Al Azhar Medan Tahun 2004-2010, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Medan Tahun 2010- 2013, sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Medan Tahun 2013-2016, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, 28 Januari 2021

Aulia Rahma Daulay

(20)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit (PERMENKES, 2018).

Pada Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit bahwa terdapat pelayanan kesehatan yaitu memberikan hak setiap orang yang telah di resmikan oleh negara yang telah di presepsikan dengan cara peningkatan sebagai derajat kesehatan masyarakat (KEMENKES RI,2012). Pelayanan kesehatan berkualitas perlu ditunjang dengan pelayanan keperawatan yang berkualitas, karena pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Perawat memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kualitas pelayanan keperawatan dan citra rumah sakit karena 90% pelayanan di rumah sakit diberikan oleh perawat (Huber, 2006).

Keselamatan pasien identik dengan kualitas pelayanan, karena semakin baik kualitas layanan maka keselamatan pasien akan semakin baik. Standar akreditasi rumah sakit versi 2012 mengacu pada patient centered, patient safety, good governance, dan Metode yang digunakan adalah menggunakan Focused MDGs, dengan 80% muatan standar adalah patient safety (Swensen, 2013).

(21)

2

Keselamatan pasien (Patient Safety) bukan hanya efesiensi pelayanan melainkan perilaku perawat dengan kemampuannya sangat berperan penting dalam pelaksanaan keselamatan pasien, baik perilaku yang tidak aman, kurangnya perhatian, kecerobohan, tidak teliti, kemampuan tidak memperdulikan pasien dan menjaga keselamatan pasien yang beresiko untuk terjadinya kesalahan yang mana akan mengakibatkan cidera pada pasien berupa Near Miss (Kejadian Nyaris Cedera/KNC) atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD) selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan memodifikasi perilaku. Kepatuhan perawat juga sangat berpengaruh dalam penerapan keselamatan pasien di rumah sakit. Apabila perawat patuh dalam penerapapan SOP keselamatan maka kesalahan yang mengakibatkan cidera pada pasien akan berkurang.

Adanya perubahan sistem dan konsep akreditasi di seluruh dunia yang telah di ikuti oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit di negara Indonesia, akreditas itu sudah termasuk standar pelayanan berfokus dengan provider, dari mulai tahun 2012 sudah berubah menjadi fokus pada pasien dan dari standar akreditas versi 2012 di bagi menjadi 2 kelompok yaitu standar pelayanan yang sudah fokus dengan pasien dan standar manajemen Rumah sakit. Adapun yang di pertimbangkan dalam standar akreditasi sudah di jadikan menjadi 3 kelompok yaitu standar pelayanan yang berfokus dengan pasien, pelayanan yang berfokus dengan pasien. Adanya sasaran keselamatan pasien, dari awalnya yaitu standar yang berfokus dengan pasien. Metode penelusur meliputi hal yang penting di dalam survei standar akreditasi baru. Adapun individu yang akan menulusuri yang akan dilakukan oleh surverior dalam melakukan survei akreditas (KARS, 2017).

(22)

Peningkatan mutu pelayanan dalam berbagai bidang kesehatan ada salah satunya yang menggunakan akrditasi Rumah sakit yang bertujuan untuk memiliki kualitas pelayanan Internasional. Adapun sistem akreditasi yang menggunakan standar Joint commission Internasional (JCI) yang dilakukan menggunakan standar relavan dengan adanya mutu pelayanan Rumah sakit International Patient Safety Goals (sasaran International keselamatan pasien) berupa enam sasaran dalam keselamatan pasien di Rumah sakit (Kemenkes RI, 2011).

Keselamatan pasien menjadi isu global yang paling penting saat ini dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada pasien. Keselamatan pasien merupakan sebuah sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut terdiri dari asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melakukan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Insiden keselamatan pasien merupakan setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

WHO menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang berhubungan dengan keselamatan pasien, yaitu: Organisational/managerial (budaya keselamatan, kepemimpinan, komunikasi), workgroup/team (struktur/proses kerja tim, pengawas), individual worker (kesadaran situasi, pengambilan keputusan, stres, kelelahan), work environment (lingkungan kerja yang berbahaya). Leape , Dineen,

(23)

4

AHRQ, Depkes, Henrikson menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kejadian keselamatan pasien meliputi faktor karakteristik individu, sifat dasar pekerjaan, lingkungan fisik, interaksi antara sistem dan manusia, lingkungan organisasi dan sosial, manajemen, dan lingkungan eksternal.

Keselamatan pasien di rumah sakit (KPRS) adalah sistem pelayanan dalam suatu Rumah sakit yang memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman, termasuk didalamnya mengukur resiko, identifikasi dan pengelolahan resiko terhadap pasien analisa insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi untuk mengurangi resiko (WHO, 2004).

Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan test dan prosedur, banyak terdapat alat dan teknologi, bermacam profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan pasien selama 24 jam secara terus-menerus, dimana keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi Kejadian Tidak Diharapkan. Dimana Kejadian Tidak Diharapkan merupakan kejadian yang akan mengancam keselamatan pasien (Depkes RI, 2008).

Dalam Permenkes RI no. 11 tahun 2017 BAB I Pasal 1 ayat 1 Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yangdisebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

(24)

Organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization) juga telah menegaskan pentingnya Keselamatan dalam pelayanan kepada pasien: “Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of quality management.” Sehubungan dengan data Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit di berbagai negara menunjukkan angka: 3 -16% yang tidak kecil (WHO, 2004).

Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan laporan yang mengagetkan banyak pihak: “TO ERR IS HUMAN”, Building a Safer Health System. Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD (Adverse Event) sebesar 2,9 %, dimana 6,6 % diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7% dengan angka kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 – 98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun 2004, mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara: Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6 %. Dengan data-data tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien (Linda, 2005).

Di Eropa mengalami pasien dengan resiko infeksi 83,5% dan bukti kesalahan medis menunjukkan 50-72,3%. Di kumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6 %.

Data Patient Safety tentang Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Tak

(25)

6

Diharapkan (KTD) di Indonesia masih jarang, namun dipihak lain terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek” yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Insiden pelanggaran patient safety 28,3% dilakukan oleh perawat.

Data tentang kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedera di Indonesia masih sangat langka tetapi mal praktik terus meningkat yang mana belum ditemukan adanya bukti. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia mengambil inisiatif untuk membentuk suatu komite yang melaksanakan Langkah Langkah persiapan pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan KEPMEN nomor 496/MENKES/S/IV/2005 yang berisi tentang pedoman audit medis di rumah sakit. Tujuannya untuk tercapainya pelayanan medis prima yang terbebas dari medical error dan memberikan keselamatan pasien. Komite tersebut adalah Komite Keselamatan Pasien di Rumah Sakit (KKP-RS).

Berdasarkan tujuan penyelenggaraan pelayanan rumah sakit yang tercantum dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (selanjutnya disingkat UURS) pada Pasal 3 yaitu :

a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,

b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit,

c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit, d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya

manusia rumah sakit dan rumah sakit.

(26)

Makna dari undang – undang diatas adalah rumah sakit mempunyai tugas pokok yaitu memberikan pelayanan kesehatan dengan memberikan perlindungan untuk semua pihak terutama pada pasien. Pasien membutuhkan jaminan keamanan, terutama dalam penanganan kesehatannya. Untuk menjaga jaminan keamanan dalam penanganannya dibutuhkan standar penanganan agar tidak melenceng dari standar penangan pasien. Kesalahan dari penanganan pasien akan merugikan pasien maka dari itu pasien dan keluarga membutuhkan jaminan hukum bagi penanganan petugas rumah sakit sehingga dapat terhindar dari berbagai kelalaian.

Secara keseluruhan program patient safety sudah diterapkan, namun masalah di lapangan merujuk pada konsep patient safety, karena walaupun sudah pernah mengikuti sosialisasi, tetapi masih ada pasien cedera, resiko jatuh, resiko salah pengobatan, pendelegasian yang tidak akurat saat oforan pasien yang mengakibatkan keselamatan pasien menjadi kurang maksimal.Data Patient Safety tentang Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) di Indonesia masih jarang, namun dipihak lain terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek” yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Insiden pelanggaran patient safety 28,3% dilakukan oleh perawat (Bawelle,2013).

Topik keselamatan pasien merupakan topik yang hangat dibahas.

Pelatihan, seminar, dan workshop tentang keselamatan pasien merupakan agenda tahunan yang dilakukan rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan pasien.

Nyatanya keselamatan pasien masih kurang tercapai secara maksimal meskipun sudah dilakukan standar, sasaran dan langkah menuju keselamatan pasien sesuai

(27)

8

dengan Peraturan Menteri Kesehatan 2017 sehingga terjadi insiden keselamatan pasien.

Program keselamatan pasien merupakan hal yang wajib bagi seluruh rumah sakit di Indonesia. Menurut data yang dilansir dari SP2KPN berdasarkan rumah sakit yang melaporkan IKP pada tahun 2019 di Indonesia terdapat 7465 pelaporan dengan KNC sebanyak 38 %, KTC sebanyak 31 % dan Ktd sebanyak 31 %. Jumlah kasus berdasarkan insidennya yaitu 171 berakibat kematian, 80 berakibat cedera berat, 372 berakibat cedera sedang, 1183 cedera ringan dan 5659 tidak berakibat cedera. Rumah Sakit Umum Permata Bunda adalah rumah sakit kelas C di Kota Medan yang memberikan pelayanan kesehatan bersifat umum maupun bersifat spesialistik, yang dilengkapi dengan pelayanan medis 24 jam.

Lokasinya berada di Jl. SM Raja no. 7 Medan, Povinsi Sumatera Utara, Indonesia dengan luas area 2.955,80 m2 dan luas bangunan 4.230 m2 .

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, informasi yang didapatkan yaitu data kunjungan rumah sakit tahun 2018 dan 2019 adalah sebanyak 9028 dan 7089. Kunjungan Januari – Oktober 2020 ada sebanyak 3.557 kunjungan. Dari data kunjungan dapat disimpulkan setiap tahunnya kunjungan pasien di rumah sakit tersebut mengalami penurunan. Menurut laporan IKP yang telah dilaporkan Rumah Sakit Umum Permata Bunda pada tahun 2019 dan 2020 didapatkan 14 laporan yang meliputi KTD (Kejadian yang Tidak Diinginkan) 35,7% sebanyak 5 orang, KNC (Kejadian Nyaris Cidera) 14,3% sebanyak 2 orang, dan juga KTC (Kejadian Tidak Cidera) 50% sebanyak 7 orang.

(28)

Berdasarkan data di atas, menurut salah satu staf rumah sakit mengatakan kejadian yang pernah terjadi seperti salahnya pemberian resep obat ke pasien yang diakibatkan dari kelalaian petugas pada tahun 2019, kurangnya komunikasi antar perawat dengan pasien yang menyebabkan kesalahan rujukan yang terjadi pada tahun 2019 dan angka kejadian infeksi yang terjadi pada bulan Februari sampai April tahun 2019 dikarenakan kurang patuhnya petugas dalam mencuci tangan sebelum dan sesudah berinteraksi dengan pasien.

Dari hasil wawancara tersebut peneliti menyimpulkan masih belum optimalnya rumah sakit dalam upaya penerapan patient safety. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety di RSU Permata Bunda Medan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan karakteristik dengan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Kota Medan tahun 2020?

2. Apakah terdapat hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Kota Medan tahun 2020?

(29)

10

3. Apakah terdapat hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Kota Medan tahun 2020?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Menganalisis hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.

Tujuan khusus. Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:

1. Menganalisis hubungan umur dengan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.

2. Menganalisis hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.

3. Menganalisis hubungan status pernikahan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan patient safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.

4. Menganalisis hubungan lama kerja dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan patient safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.

5. Mengalisis hubungan tingkat Pendidikan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan patient safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.

6. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.

7. Menganalisis hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam penerapan patient safety di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.

(30)

Manfaat Penelitian

1. Bagi Manajemen Rumah Sakit, sebagai masukan dan memberikan gambaran untuk mengevaluasi program patient safety dalam program peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

2. Bagi perawat, sebagai menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kesiagaan dalam memberikan pelayanan terkhusus patient safety.

3. Bagi peneliti, sebagai menambah wawasan dan dan sumber referensi serta dapat dijadikan bahan atau dasar dalam melakukan penelitian untuk berikutnya.

(31)

12

Tinjauan Pustaka

Perilaku

Perilaku adalah cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang dan merupakan hasil kombinasi antara pengembangan anatomis, fisiologis dan psikologis (Kast dan Rosenweig, 1995). Menurut Notoatmodjo (2007), Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri, perilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung Dan hal ini berarti bahwa perilaku terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilakan reaksi perilaku tertentu.

Rakhmat (2001) menyebutkan bahwa terdapat tiga komponen yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif.

Komponen kognitif merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen afektif merupakan aspek emosional. Komponen konatif adalah aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.

Menurut Samsudin (1987), unsur perilaku terdiri atas perilaku yang tidak nampak seperti pengetahuan(cognitive) dan sikap(affective), serta perilaku yang nampak seperti keterampilan(psychomotoric) dan tindakan nyata(action). Pola perilaku setiap orang bisa saja berbeda tetapi proses terjadinya adalah mendasar bagi semua individu, yakni dapat terjadi karena disebabkan, digerakkan dan ditunjukkan pada sasaran (Kast dan Rosenweig, 1995).

(32)

Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Berbicara tentang perilaku, manusia itu unik /khusus. Artinya tidak sama antar dan inter manusianya. Baik dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat, maupun kepribadian. Manusia berperilaku atau beraktivitas karena adanya tujuan tertentu.

Adanya kebutuhan diri seseorang maka akan memunculkan motivasi/penggerak , sehingga manusia itu berperilaku , baru tujuan tercapai dan individu mengalami kepuasan. Siklus melingkar kembali memenuhi kebutuhan berikutnya atau kebutuhan lain dan seterusnya dalam suatu proses terjadinya perilaku manusia.

Menurut Sunaryo (2004), Perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat adanya rangsangan (stimulus) baik dari dalam dirinya sendiri(internal) maupun dari luar individu (eksternal). Pada hakekatnya perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt behaviour) dan perilaku yang tidak tampak (inert behavior atau covert behavior).

Menurut Skinner, dalam Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –Organisme – Respon.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

1. Perilaku tertutup (covert behavior) Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulusdalam bentuk terselubung atau tertutup

(33)

14

(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yangmenerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas olehorang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakannyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelasdalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku. Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu: faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor) (Notoatmodjo, 2003; Green, 2000).

Faktor predisposisi. faktor faktor ini mencakup tentang pengetahuan dan sikap seseorang terhadap sebuah rangsangan atau stimulus yang ia dapatkan.

Pengetahuan. Merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensori khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Tingkat pengetahuan mencakup di dalam domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh beban yang dipelajari.

(34)

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian itu, didasarkan atas suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang tersedia.

Sikap. Merupakan respon tertutup individu terhadap suatu stimulus atau obyek, baik yang bersifat dari dalam maupun luar, sehingga gejalanya tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

(35)

16

perilaku yang tertutup tersebut. Tingkatan sikap mencakup menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible).

Faktor pemungkin. Faktor faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas sebagai penunjang terjadinya sebuah perilaku yang terjadi pada seseorang tersebut.

Faktor penguat. Faktor-faktor penguat ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku dari peran role dari seseorang yang membuatnya menirukan apa yang mereka lakukan semuanya.

Hal lain yang paling berpengaruh terhadap perubahan perilaku perawat adalah motivasi. Menurut KKBI motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga dapat timbul dari diri sendiri maupun dari lingkungan. Menurut (Sunaryo, 2004) untuk meningkatkan motivasi berperilaku dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut; 1). Memberi hadiah dalam bentuk penghargaan, pujian, piagam, hadiah, promosi pendidikan dan jabatan, 2).

Kompetisi atau persaingan ketat, 3). Memperjelas tujuan atau menciptakan tujuan antara, dan 4). Memberi informasi keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, untuk mendorong agar lebih berhasil. Sehingga diharapkan individu akan lebih termotivasi untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.

Perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan karakteristik perawat yang bersifat bawaan yang teridentifikasi berupa tingkat kecerdasan, tingkat emosional,

(36)

dan pengalaman pribadi. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku perawat adalah lingkungan seperti pengaruh orang lain yang dianggap penting atau kepemimpinan, budaya dan sistem organisasi. Faktor ini sering menjadi faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2012). Faktor eksternal berupa pengaruh orang lain juga dapat menimbulkan sikap perawat terhadap pelaksaan keselamatan pasien.

Perilaku perawat yang tidak menjaga keselamatan pasien berkontribusi terhadap insiden keselamatan pasien. Perawat yang tidak memiliki kesadaran terhadap situasi yang cepat memburuk gagal mengenali apa yang terjadi dan mengabaikan informasi klinis penting yang terjadi pada pasien dapat mengancam keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman, Lupa, kurangnya perhatian, motivasi, kecerobohan dan kelelahan berisiko untuk terjadinya kesalahan selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan memodifikasi perilaku (Choo dkk, 2010).

Kepatuhan

Kepatuhan adalah sikap patuh, ketaatan, sedangkan patuh adalah suka menurut perintah/aturan (WHO, 2009). Perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian baru menjadi internalisasi, artinya kepatuhan merupakan suatu tahap awal perilaku, maka semua faktor yang mendukung atau mempengaruhi perilaku juga akan mempengaruhi kepatuhan.

Patuh adalah sikap positif individu yang ditunjukkan dengan adanya perubahan secara berarti sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Ketidakpatuhan

(37)

18

merupakan suatu kondisi pada individu atau kelompok yang sebenarnya mau melakukannya, tetapi dapat dicegah untuk melakukannya oleh faktor-faktor yang menghalangi ketaatan terhadap anjuran. Kepatuhan adalah perilaku perawat terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau di taati.

Menurut Stanley (2007), kepatuhan seseorang sangat berhubungan dengan Interaksi kompleks antara dukungan keluarga dan pengalaman, Interaksi perilaku dengan kepercayaan Kesehatan seseorang dan juga Kepercayaan yang ada sebelumnya. Pada tahap kepatuhan, individu mematuhi anjuran atau instruksi tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan juga karena ingin sekali menghindari hukuman atau sanksi jika tidak memenuhi aturan, dan akan memperoleh imbalan kalau mematuhi aturan tersebut. Biasanya, perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang bersifat sementara selama ada pengawasan terhadap tindakan tersebut.

Menurut Ivancevich, konopaske dan Matteson (2006) keberhasilan sebagai perubahan sangat tergantung pada kualitas dan kemampuan bekerjasama didalam suatu organisasi. Perilaku individu dalam organisasi dipengaruhi oleh perubahan dari luar dan dari dalam. Perubahan dari luar yaitu seseorang dari luar organisasi yang menciptakan suatu perubahan didalam organisasi. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat terhadap suatu tindakan, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati.

Menurut Sacket Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku perawat sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Perilaku yang disiplin merupakan perilaku yang taat dan patuh dalam peraturan. Kepatuhan

(38)

merupakan suatu tahap awal perilaku, maka semua faktor yang mendukung atau mempengaruhi perilaku juga akan mempengaruhi kepatuhan. Perubahan sikap dan perilaku dimulai dari kepatuhan, identifikasi, kemudian internalisasi. Menurut Gibson ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja seseorang yaitu:

Faktor individu. Faktor individu merupakan faktor yang memiliki dampak langsung pada kinerja petugas kesehatan. Hal ini didukung oleh Gibson, yang menyatakan bahwa variabel individu dikelompokkan pada sub variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografi. Variabel kemampuan dan keterampilan meliputi: fisik, mental (EQ) dan intelegensi (IQ).

Sub variabel kemampuan dan keterampialan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan individu. Sub variabel demografi mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu. Karakteristik demografi meliputi usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, masa kerja dan status perkawinan.

Usia. Usia berkaitan dengan kematangan, kedewasaan, dan kemampuan seseorang dalam bekerja. Semakin bertambah usia semakin mampu menunjukkan kematangan jiwa dan semakin sepat berfikir rasional, mampu untuk menentukan keputusan, semakin bijaksana, mampu mengontrol emosi, taat terhadap aturan dan norma dan komitmen terhadap pekerjaan.

Jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan secara umum tidak menunjukkan perbedaan yang berarti dalam melaksanakan pekerjaan. Teori psikologi menjumpai bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang

(39)

20

dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinan dari pada wanita dalam memiliki pengharapan untuk sukses, meskipun perbedaannya sangat kecil.

Pendidikan. Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam bekerja. Tingkat pendidikan perawat mempengaruhi kinerja perawat yang bersangkutan apabila Tenaga keperawatan yang berpendidikan tinggi kinerjanya akan lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, dapat memberikan saran atau masukan yang bermanfaat terhadap manajer keperawatan dalam meningkatkan kinerja keperawatan.

Masa kerja. Masa kerja berkaitan dengan lama seseorang bekerja menjalankan pekerjaan tertentu. Perawat yang bekerja lebih lama diharapkan lebih berpengalaman dan senior. Perawat yang bekerja lebih lama akan lebih berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya dan semakin rendah keinginan perawat untuk meninggalkan pekerjaannya.

Status perkawinan. Status perkawinan seseorang berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam bekerja. Karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, lebih puas dengan pekerjaannya dibandingkan dengan temannya yang belum menikah.

Faktor psikologi. Adapun faktor psikologi yang mempengaruhi adalah sebagai berikut

Sikap. Menurut Gibson sikap adalah perasaaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengamatan yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek

(40)

ataupun keadaan. Sikap adalah determinan perilaku yang berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu.

1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek)

2. Merespon (responding) memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Motivasi. Motivasi berasal dari aneka kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Maslow mengembangkan teori kebutuhan kedalam suatu bentuk hierarki yang dikenal dengan hierarki kebutuhan maslow. Menurut Maslow bila suatu kebutuhan telah tercapai oleh individu, maka kebutuhan yang tinggi akan segera menjadi kebutuhan baru yang harus dicapai. Maslow memandang motivasi manusia sebagai hierarki Piramida lima macam kebutuhan manusia yaitu

1. Kebutuhan fisiologis.

Tingkat kebutuhan yang pertama dan yang paling penting adalah suatu yang sifatnya biologis dan fisiologis yang perlu dijaga

(41)

22

keberlangsungannya. Seperti: bernapas, makan dan minum, buang air besar, sandang, pangan dan papan.

2. Kebutuhan perlindungan rasa aman.

Ketika kebutuhan yang pertama sudah terpenuhi, tingkat kebutuhan yang tinggi muncul berperan, kebutuhan itu antara lain, bebas dari rasa takut, bahaya, ancaman dan sebagainya. Jika menghadapai kebijakan tertentu yang menimbulkan rasa takut dan tidak pasti, maka kebutuhan yang mungkin terjadi motivator yang paling dominan.

3. Kebutuhan rasa memiliki dan sosial.

Ketika seseorang tidak lagi merasa takut pada dua tingkat kebutuhan yang terdahulu, kebutuhan sosial akan muncul dipermukaan. Kebutuhan dan keterikatan serta menerima kawan sebaya sangat penting, yaitu mau memberi dan menerima bentuk persahabatan dan memiliki keluarga.

4. Kebutuhan penghargaan dan status. Setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan yaitu harga diri seperti menghargai diri sendiri, orang lain, prestasi. dan penghargaan dari orang lain seperti: status pengakuan, dan perhatian.

5. Kebutuhan aktualisasi diri. Merupakan kebutuhan tertinggi dari hierarki maslow. Kebutuhan naluri pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Tingkatan tertinggi dari perkembangan psikologis yang bisa dicapai bila semua kebutuhan dasar terpenuhi dan pengaktualisasian seluruh potensi dirinya mulai dilakukan, seperti mempunyai kepribadian

(42)

multidimensi yang matang, dan tidak tergantung secara penuh pada opini orang lain.

Persepsi. Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu, oleh karena itu setiap individu akan memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Persepsi merupakan proses kognitif dimana seseorang individu memberikan arti terhadap lingkungan.

Persepsi juga dipengaruhi oleh beberpa faktor yaitu faktor situasional, kebutuhan, keinginan dan emosi. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal meliputi, perasaan, sikap, kepribadian individu, prasangka atau harapan, perhatian, proses belajar, motivasi, gangguan jiwa dll

2. Faktor eksternal meliputi, latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.

Faktor organisasi. Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal dari duaorang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Karakteristik organisasi yang mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang yaitu sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.

1. Sumber daya pada sistem organisasi di rumah sakit ada dua sumber daya yaitu: sumber daya manusia terdiri dari tenaga professional, non professional, staf administrasi dan pasien. Sumber daya alam antara lain:

uang, metode, peralatan, dan bahan-bahan.

(43)

24

2. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.

Kepemimpinan terletak pada kemampuan untuk mempengaruhi aktivitas orang lain atau kelompok melalui komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi atau prestasi.

3. Imbalan Imbalan atau kompensasi mengandung makna pembayaran atau imbalan baik langsung maupun tidak langsung yang diterima karyawan sebagai hasil kinerja. Kinerja seseoarang akan meningkat apabila dia dilakukan secara adil baik antar pekerja maupun pemberian imbalan atau penghargaan. Pemberian imbalan yang baik akan mendorong karyawan bekerja secara produktif.

4. Desain pekerjaan merupakan upaya seseorang manajer mengklasifikasikan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing individu. Pekerjaan yang dirancang dengan baik akan meningkatkan motivasi yang merupakan faktor penentu produktivitas seseorang maupun organisasi.

Perawat

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. (Kusnanto, 2006)

Profesi keperawatan merupakan profesi yang kompleksdan beragam. Perawat berpraktik di berbagai tempat yang menuntut aspek ketrampilan dan keahlian sertadisiplin yang tinggi. Keahlian dalam keperawatan merupakan hasil dari

(44)

pengetahuan dan pengalaman klinik yang dijalanninya. Keahlian diperlukan untuk menginterpretasikan situasi klinik dan membuat keputusan yang kompleks dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan berkualitas.Profesi keperawatan berkembang karena adanya tuntutan masyarakat serta perubahan kebutuhan kesehatan dan berbagai kebijakan pemerintah terkait dengan pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan.

Menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989

1) Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkanmelalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

2) Advokat pasien/klien, dengan menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.

3) Pendidik /Edukator, perawat bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dalam hal ini individu, keluarga, serta masyarakat sebagai upaya menciptakan perilaku individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan. Untuk dapat melaksanakan peran sebagai pendidik (edukator), ada beberapa kemampuan yang harus

(45)

26

dimiliki seorang perawat sebagai syarat utama, yaitu berupa wawasan ilmu pengetahuan yang luas, kemampuan berkomunikasi, pemahaman psikologi, dan kemampuan menjadi model/contoh dalam perilaku profesional.

4) Koordinator, dengan cara mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

5) Kolaborator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

6) Konsultan, perawat sebagaitempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

7) Peran perawat sebagai pengelola (manager).Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan di semua tatanan layanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya) maupun tatanan pendidikan yang berada dalam tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai proses pelaksanaan layanan

(46)

keperawatan melalui upaya staf keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/keluarga/masyarakat (Gillies, 1985).

8) Peneliti dan pengembangan ilmu keperawatan, sebagai sebuah profesi dan cabang ilmu pengetahuan, keperawatan harus terus melakukan upaya untuk mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap perawat harus mampu melakukan riset keperawatan. Ada beberapa hal yang harus dijadikan prinsip oleh perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik dan benar. Prinsip tersebut harus menjiwai setiap perawat ketika memberi layanan keperawatan kepada klien.

Fungsi perawat. Merupakan suatu pekerjaan atau kegiatanyang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada, perawat dalam menjalankan perannya memiliki beberapa fungsi, seperti:

Fungsi independent. Yaitu fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Fungsi dependen. Yaitu fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang di berikan.

Fungsi Interdependen. Yaitu fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yangbersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi

(47)

28

ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyapenyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun yang lainnya.

Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 1691/Menkes/per/VIII/2011. Keselamatan pasien rumah sakit adalah sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi pengkajian resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden dan pencegahan penyakit infeksi, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnyaresiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah timbulnya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tindakan yang seharusnya dilakukan.

Taylor, et al. (1993) mengungkapkan bahwa keperawatan merupakan profesi yang berfokus kepada pelayanan dan bertujuan membantu pasien mencapai kesehatannya secara optimal. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat harus mampu memastikan bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan mengedepankan keselamatan. Perawat harus memiliki kesadaran akan adanya potensi bahaya yang terdapat di lingkungan pasien melalui pengidentifikasian bahaya yang mungkin terjadi selama berinteraksi dengan pasien selama 24 jam penuh, karena keselamatan

(48)

pasien dan pencegahan terjadinya cedera merupakan salah satu tanggung jawab perawat selama pemberian asuhan keperawatan berlangsung.

Tujuan keselamatan kerja. Tujuan penerapan sistem keselamatan pasien di rumah sakit antara lain:

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.

3. Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD)

4. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD

Dalam upaya pencapaian tujuan keselamatan pasien ini, setiap rumah sakit wajib melaksanakan sistem keselamatan pasien melalui upaya-upaya sebagai berikut:

1. Akselerasi program infeksion control prevention (ICP)

2. Penerapan standar keselamatan pasien dan pelaksanaan 7 langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit. Dan di evaluasi melalui akreditasi rumah sakit

3. Peningkatan keselamatan penggunaan darah (blood safety).

4. Dievaluasi melalui akreditasi rumah sakit.

5. Peningkatan keselamatan pasien di kamar operasi cegah terjadinya wrong person, wrong site, wrong procedure (Draft SPM RS:100% tidak terjadi kesalahan orang, tempat, dan prosedur di kamar operasi)

6. Peningkatan keselamatan pasien dari kesalahan obat.

7. Pelaksanaan pelaporan insiden di rumah sakit dan ke komite keselamatan rumah sakit.

(49)

30

Indikator mutu. Layanan keperawatan yang sensitif terhadap staffing pada saat ini secara terus menerus dikembangkan. Banyak lembaga yang berupaya membuat indikator mutu, namun banyak dari indikator tersebut kurang mencerminkan pengaruh pelayanan keperawatan terhadap keselamatan pasien, karena hanya dianggap sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan (ANA, 1995; Institute of Medicine, 1999, 2001, 2005; Joint Commision, 2007 dalam Montalvo, 2007).

Mulai tahun 2007, WHO Collaborating Center For Patient Safety berupaya menetapkan sembilan solusi keselamatan pasien untuk mempermudah pendeteksian terjadinya masalah pada keselamatan pasien di Rumah Sakit, yaitu : (1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names). (2) Pastikan Identifikasi pasien, (3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien, (4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar, (5) Kendalikan cairan elektrolit pekat, (6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan, (7) Hindari salah cateter dan salah sambung gelang, (8) Gunakan alat injeksi sekali pakai, dan (9) Tingkatkan kebersihan tangan unuk pencegahan infeksi nosokomial (WHO, 2007 dalam Tim KP-RS RSUP Sanglah Denpasar, 2011).

Standar keselamatan pasien. Menurut PERMENKES Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus ada beberapa standar yang wajib dimiliki oleh Rumah Sakit dalam menjalankan program keselamatan pasien.

(50)

Standar I ketentuan tentang hak pasien. Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD. Adapun kriteria dari standar ini adalah :

1. Harus terdapat dokter penanggung jawab pelayanan.

2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan kesehatan.

3. Dokter yang menjadi penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan dan prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.

Standar II mendidik pasien dan keluarga. Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung pasien dalam asuhan kesehatan pasien. Adapun kriteria dari standar tersebut antara lain. Keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan dapat di tingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan. Karena itu di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut di harapkan pasien dan keluarga dapat :

1. Memberi informasi yang tepat, benar, jelas, lengkap dan jujur.

2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasiendan keluarga.

3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.

4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanankesehatan.

(51)

32

5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.

6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.

7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan. Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan kesehatan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriteria:

1. Adanya koordinasi yang baik daripelayanankesehatansecara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.

2. Adanya koordinasi pelayanan kesehatan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transaksi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.

3. Adanya koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

4. Adanya komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

Standar IV penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien. Rumah

(52)

sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Kriteriadari standar IV adalah sebagai berikut:

1. Setiap rumah sakit melakukan proses perencanaan yang baik dengan mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien- petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat dan faktor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit”

2. Setiap rumah sakit melakukan pengumpulan data kinerja antara lain yang terkait dengan pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan dan keuangan.

3. Setiap rumah sakit melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua KTD/KNC, dan secara proaktif melakukan evaluasi suatu proses kasus resiko tinggibagi pasien.

4. Setiap rumah sakit menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang di perlukanagar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan ”Tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit”, Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk mengidentifikasi risiko keselamatan pasien dan program

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan analisis mutu pelayanan rawat inap dengan tingkat kepuasan pasien peserta Askes Plus Rumah Sakit Umum Permata Bunda

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU TENAGA KEBIDANAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERMATA

dokter pada pasien dalam upaya keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan tahun 2015.. 1.4

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Efendi (2020), ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pencegahan pasien jatuh di rumah

Teknik pengawasan yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Permata Bunda Medan menurut penulis sudah baik dan sangat mendukung terhadap prosedur pengawasan persediaan obat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara fungsi manajemen kepala ruangan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam penerapan patient safety

Terdapat perbedaan waktu rata-rata penyediaan dokumen rekam medis pada pasien dengan kategori tidak puas dan puas di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan, artinya semakin cepat

Pengaruh karakteristik perawat dan lingkungan kerja terhadap keinginan pindah kerja (intensi turnover) perawat di rumah sakit swasta di kota medan tahun 2009.. Fakultus