• Tidak ada hasil yang ditemukan

MELALUI KETERAMPILAN MENDONGENG SALAH SATU USAHA GURU MEMBANGUN PENDIDIKAN BERKARAKTER DI SEKOLAH RENDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MELALUI KETERAMPILAN MENDONGENG SALAH SATU USAHA GURU MEMBANGUN PENDIDIKAN BERKARAKTER DI SEKOLAH RENDAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

195 MELALUI KETERAMPILAN MENDONGENG

SALAH SATU USAHA GURU MEMBANGUN PENDIDIKAN BERKARAKTER DI SEKOLAH RENDAH

Delfianto, M.Pd

Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) AhlussunnahBukittinggi Email : [email protected]

Abstrak

Penanaman pendidikan karakter bagi siswa amat penting dilakukan oleh guru pada saat sekarang ini. Kegiatan belajar mengajar di sekolah membutuhkan teknik dan kecakapan bagi guru salah, satunya kemampuan bersastra yakni mendongeng. Melalui kemampuan mendongeng guru dapat menerapkan nilai karakter pada siswanya. Beratnya beban pembelajaran, pencapaian target pembelajaran dengan target belajar tuntas menjadikan kondisi sekolah menjenuhkan bagi siswa. Perubahan kurikulum yang terjadi dari setiap dekade kebijakan, juga berpengaruh pada paradigma guru dalam mengajar. Kecendrungan guru memberikan pemadatan materi terhadap siswa sangat berdampak pada kemajuan siswa. Hail ini dilakakukan kerena tujuan akhir pembelajaran adalah siswaa lulus UAS atau UN dengan sempurna. Melalui berbagai himbauan secara persuasif tidak mendapat tempat lagi di hati siswa. Perubahan kurikulum Tingkat Satuan Penddidikan kepada Kurikulum 2013 memberikan warna baru bagi dunia pendidikan saat ini.

Penyesuaian demi penyesuaian dilakukan oleh guru untuk mencapai pembelajaran yang dinamis.

Belajar dari perjalan kurikulum yang didasarkan pada kompetensi siswa, belum membuahkan hasil yang diharapkan. Dengan hadirnya kurikulum 2013 berbasis teks yang bertitik tolak pada pembentukan karakter diharapkan dapat mengembangkan potensi dan kompetensi siswa secara maksimal.

Kata kunci : Kemampuan Mendongeng, Upaya Guru, Pendidikan Karakter

THROUGH STORYTELLING SKILLS

ONE OF THE TEACHER'S EFFORTS TO BUILD CHARACTER EDUCATION IN LOW SCHOOL

Abstract

Cultivating character education for students is very important for teachers at this time.

Teaching and learning activities in schools require wrong techniques and skills for teachers, one of which is literary skills, namely storytelling. Through storytelling skills, teachers can apply character values to their students. The heavy learning load, the mistake of learning targets with learning targets completely saturated the school conditions for students. Curriculum changes that occur from each policy, also affect the teacher's paradigm in teaching. The tendency of teachers to provide material compaction to students greatly impacts student progress. This is done because the final goal of learning is that students pass the UAS or UN perfectly. Through various appeals, persuasively, it no longer has a place in the hearts of students. Changes in the Education Unit Level Curriculum to the 2013 Curriculum provide a new color for today's education world. Adjustments for accuracy are made by the teacher to achieve dynamic learning. Learning from a curriculum that is based on student competencies has not yielded the expected results. With the presence of a text-based 2013 curriculum which has a starting point on

(2)

196 character orders, it is hoped that it can develop the potential and competence of students to the maximum.

Key Word: Storytelling Ability, Teacher's Efforts,Character Education

A. PENDAHULUAN

Kegiatan belajar mengajar di sekolah membutuhkan teknik dan kecakapan bagi guru.

Tuntutan belajar yang semakin tinggi, membuat siswa merasa jenuh dalam pembelajaran. Susana pembelajaran yang semakin hari semakin berat dirasakan oleh siswa. Perkembangan teknologi serta dinamika ilmu pengatahuan, juga membuat tantangan bagi guru untuk menyesuaikan diri.

Pembelajaran harus divariasikan oleh guru sejalan dengan tuntutan zaman. Guru harus mencari cara, metode, bahan ajar yang mengarah pada tingkat kemajuan teknologi. Tuntutan ini merupakan beban berat yang harus diterima oleh guru. Secara kompetensi masih banyak guru kita yang gagap teknologi. Contoh sederhana dalam pemakaian komputer, masih banyak guru yang belum mampu mengoperasikan komputer secara mandiri. Sementara untuk mendapatkan bahan ajar, pembaharuan metode, mencari media yang tepat melalui jaringan harus menggunakan komputer sebagai alat bantunya.

Perubahan kurikulum yang terjadi dari setiap dekade kebijakan, juga berpengaruh pada paradigma guru dalam mengajar. Tingginya rasa jenuh siswa, dengan beban pembelajaran yang cukup lumayan berat. Kondisi ini diperparah lagi, dengan tujuan akhir pembelajaran adalah UAS atau UN. Melalui berbagai himbauan secara persuasif tidak mendapat tempat lagi di hati siswa.

Perubahan kurikulum Tingkat Satuan Penddidikan kepada Kurikulum 2013 memberikan warna baru bagi dunia pendidikan saat ini. Penyesuaian demi penyesuaian dilakukan oleh guru untuk mencapai pembelajaran yang dinamis. Belajar dari perjalanan kurikulum yang didasarkan pada kompetensi siswa, belum membuahkan hasil yang diharapkan. Penempatan kompetensi dengan pendekatan karakter, tidak mengalami perubahan yang signifikan. Dengan hadirnya kurikulum 2013 yang bertitik tolak pada pembentukan karakter diharapkan dapat mengembalikan posisi tujuan pendidikan pada tempatnya yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Penanaman pendidikan karakter bagi siswa amat penting dilakukan oleh guru pada saat sekarang ini. Kegiatan belajar mengajar di sekolah membutuhkan teknik dan kecakapan bagi guru, salah satunya kemampuan bersastra yakni mendongeng. Melalui kemampuan mendongeng guru dapat menerapkan nilai karater pada siswanya Nilai-nilai yang terdapat dalam dongeng menjadikan sebuah perbandingan bagi diri siswa untuk lebih baik dalam berprilaku. Menurut

(3)

197 Danandjaja (2007:83), dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan. Selanjutnya dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran moral, atau bahkan sindiran.

Dongeng dapat memberikan pelajaranan bagi kita. Kisah kisah yang ditampilkan dongeng dapat memberikan hiburan dan inspirasi bagi kita semua. Dongeng merupakan suatu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak benar-benar tejadi/ fiktif yang bersifat menghibur dan terdapat ajaran moral yang terkandung dalam cerita dongeng tersebut. Dahulu dongeng diciptakan untuk anakkecil, isinya penuh dengan nasihat. Karena itu dongeng muncul pertama kali pada zaman sastra purba di Indonesia maka pada mulanya tergolong sastra oral atau sastra lisan, disampaikan dari mulut ke mulut.

Menurut Danandjaja (2007:86), ada beberapa jenis dongeng: Pertama dongeng binatang, yaitu dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptilia), ikan, dan serangga. Kedua dongeng biasa, yaitu jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seorang. Ketiga dongeng lelucon dan anekdok, yaitu dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehinggav menimbulkan ketawa bagi yang mendengarkannya maupun yang menceritakannya. Keempat dongeng berumus yaitu, dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan. Dongeng berumus mempunyai beberapa subbentuk yaitu: dongeng bertimbun banyak, dongeng untuk mempermainkan orang, dan dongeng yang tidak mempunyai akhir. Keempat jenis-jenis dongeng ini termasuk karya sastra yang mampu membangun karakteristik anak sejak kecil untuk belajar berimajinasi.

Menurut Stewig (dalam Nurgiantoro 20005:201) membagi jenis dongeng dilihat dari waktu kemunculannya yaitu dongeng klasik dan dongeng modern. Dongeng klasik adalah cerita dongeng yang telah muncul sejak zaman dahulu yang telah mewaris secara turun temurun lewat tradisi lisan. Sedangkan dongeng modern adalah cerita dongeng yang sengaja ditulis untuk maksud bercerita dan agar tulisannya itu dibaca oleh orang lain.

Dari uraian pendapat ahli diatas dapat dipahami bahwa dongeng terbagi dalam dua bagian yaitu dongeng modern dan dengeng klasik. Dongeng merupakan sastra lisan yang disampaikan oleh masyarakat secara turun temurun.

(4)

198 Sastra lisan tersebut mempunyai beberapa tanda atau cici-ciri. Menurut Danandjaja (2007:3) ciri-ciri dongeng adalah sebagai berikut: (1) penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, (2) disebarkan diantara kolektif tertentu dengan waktu yang cukup lama, (3) bersifat anonim, (4) Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola seperti kata klise, (5) mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik, (6) bersifat pralogis, (7) menjadi milik bersama dari kolektif tertentu, (8) bersifat polos dan lugu.

Secara garis besar unsur yang membangun dongeng terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ektrinsin. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur- unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara langsung mempengaruhi sistem organisme karya sastra.

Menurut Nurgiyantoro (2007:23), unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sebuah dongeng adalah unsur-unsur yang turut serta membangun sebuah dongeng. Unsur- unsur yang secara faktual akal dijumpai di dalam sebuah cerita. Unsur yang dimaksud adalah:

tema, tokoh/penokohan, alur, latar, dan amanat. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membangun cerita. Dalam aspek unsur pembangun secara intrinsik, cerita dongeng dapat menyampaikan nilai moral melalui tokoh serta peristiwa yang diceritakan.

Penerapan karakter ini sebaiknya dilakukan sejak dini yaitu sejak sekolah dasar. Pada saat jenjang pendidikan inilah guru dapat membentuk kepribadian siswa, karena belum banyak terkontaminasi oleh lingkungan luar. Pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikanwatakyangbertujuanmengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusanbaik-buruk,memeliharaapayangbaik &mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-haridengansepenuhhati(Kemendiknas, 2011:1).

Hermino (2014:159) pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan masalah benar dan salah, tetapi bagaiman menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik dalam kehidupan, serta kepedulian dan komitmen dalam menerapkan kebijakan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, Linkona dan Mulyasa (dalam Hermino,2014:159) menyatakan tiga komponen karakter yang perlu ditekankan yaitu: (1) Moral Knowing atau pengetahuan moral, (2) Moral Filling atau perasaan tentang moral, (3) Moral Action atau Tindakan Moral. Kemudian

(5)

199 Megawangi (2004:95) (dalam Kesuma,2011:14) mengatakan bahwa nilai karakter yang perlu ditanamkan menurut Indonesian Heritage Foundation (IHF) adalah: 1. Cinta Kepada Tuhan, 2.

Mandiri dan Tanggung Jawab, 3. Kejujuran/amanah, 4.Hormat dan Santun, 5. Dermawan, suka menolong, 6. Percaya diri dan kerja keras, 7.kepemimpinan dan keailan, 8. Baik dan redah hati, 9. Toleransi. Hidayat (2009: pp 335-44) dalam penelitiannya menyatakan pesan moral dalam dongeng biasanyabermuatanreligius,memilikikecerdikan,dan yang tidak kalah pentingnya adalah ajaran-ajaran mengenai kebaikan.

Penerapan karakter ini sebaiknya dimulai sejak tingkat sekolah rendah yakni Sekolah Dasar (SD). Sekolah dasar adalah sekolah untuk anak yang berusia 7 sampai dengan 12 tahun.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1244) sekolah dasar diartikan sebagai lembaga untuk memperoleh pendidikan dasar pengetahuan. Jadi dapat kita pahami bahwa untuk menanamkan nilai-nilai karakter sebagai dasar pembentukan prilaku sebaiknya pada saat anak berada pada sekolah dasar.

B. METODE PENELITIAN

Metode yang dugunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan tinjuan pustaka. Peniliti mencoba mendeskripsikan tentang niai-nilai yang terkandung dalam dongeng sebagai startegi pembentukan karekter siswa.

C. PEMBAHASAN

Guru sebagai orang tua bagi siswa harus mampu untuk membentuk perilaku siswanya ke arah yang positif. Salah satunya adalah menerapkan keterampilan bercerita dongeng sebagai salah satu strategi dalam pembelajaran. Potensi guru memang harus dituntut untuk dapat meguasai berbagai cerita dongeng yang ada di lingkungan nusantara ini. Melalui kegiatan mendongeng guru dapat menyampaikan berbagai pesan moral yang dapat diteladani oleh siswa.

Tokoh-tokoh dan karater dongeng yang disampaikan oleh guru, dapat menjadi cerminan dan perbandingan sikap yang dimiliki oleh siswa. Ada tokoh yang mulia, pemurah, pemaaf, baik hati suka menolong, dan tidak suka membenci, memliki rasa tanggungjawab. Kesemua karakter ini, ada dalam cerita dongeng. Ada pula tokoh yang jahat, suka dengki, iri hati, serta licik yang pada akhir menjadi sengsara. Jadi, ada tokoh yang dipanut oleh siswa ada tokoh yang tidak disenangi oleh siswa. Selanjutnya, dalam cerita dongeng ada kisah yang disampaikan. Kisah yang

(6)

200 disampaikan tersebut dapat menjadi pelajaran bagi siswa. Siswa akan memahami makna sebuah peristiwa yang terjadi.

Penanaman karakter perlu ditanamkan sejak dini yaitu pada sekolah rendah. Pada masa usia sekolah rendah ini, siswa dapat dibentuk untuk merubah perilakunya. Melalui keterampilan guru bercerita dongeng, guru dapat memberikan pembelajaran bermakna pada siswa untuk perubahan tingkah laku. Tingkah laku siswa tentu dibandingkan dengan perilaku seorang tokoh yang ada dalam cerita dongeng. Seperti yang dikemukan oleh Nurgiantoro (2007:23), unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sebuah dongeng adalah unsur-unsur yang turut serta membangun sebuah dongeng. Unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai di dalam sebuah cerita. Unsur yang dimaksud adalah: tema, tokoh/penokohan, alur, latar, dan amanat.

Dongeng yang disampaiakan oleh guru pasti mengandung unsur tersebut. Adanya tema dalam cerita guru dapat dipahami oleh siswa sebagai wawasan nilai yang ingin dicapai oleh guru.

Unsur tokoh dan karakter tokoh dalam cerita dongeng dapat menjadi panutan bagi siswa, bahwa tokoh memliki karakter yang baik. Melalui pengambaran karekter tokoh guru dapat melakukan himbauan secara tersirat agar siswa tidak mencontoh perilaku tokoh yang jahat, melainkan mencontoh tokoh yang berperilaku baik. Guru dapat menyampaikan pesan moral melalui dongeng yang diceritakan.

Bila kita lihat contoh sebuah dongeng yang pernah diceritakan oleh guru pada sekolah rendah, yaitu dongeng Si Malin Kundang, banyak pesan yang dapat dipetik oleh para siswa setelah dongeng tersebut dituturkan oleh guru. Malin yang mulanya anak penurut, patuh sama ibunya, hidup dalam keadaan yang miskin. Bekerja mennacari kayu bakar ke hutan untuk kebutuhan hidupnya. Namun setelah dia merantau dapat istri serta mertua saudagar kaya, Malin tak lagi mengakui ibunya yang telah tua renta. Malin jatuh menjadi orang yang takabur serta durhaka pada orang tua. Pada akhirnya dia dikutuk ibunya menjadi batu.

Sinopsis singkat dongeng Si MalinKundang di atas, banyak memiliki nilai pelajaran yang dapat diambil oleh para siswa. Mulai dari usaha usaha untuk menjadi orang sukses, namun jatuh pada kekufuran yang merupakan dosa besar secara niai religius. Kemudian tokoh yang dikutuk menjadi batu akibat durhaka pada orang tuanya. Menjadi pelajaranlah bagi siswa agar jangan sekali-kali durhaka pada orang tua yang melahirkan kita, agar tak mendapatkan laknatullah.

Disini tanpak nilai karakter yang harus dimiliki oleh siswa yakni jujur, pemurah, penyayang dan bertanggung jawab.

(7)

201 Contoh lain dari sebuah sinopsis dongeng adalah Legenda Batu Menangis. “Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja.

Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan.

Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Setiap pemuda yang bertemu dengannya, bertanya tentang siapa orang yang berada di belakangnya. Gadis itu menjawab itu adalah budaknya. Berkali-kali dia menjawab setiap ditanya tentang ibunya, dia menjawab itu adalah budaknya. Akhirnya hati ibu yang merasa terhina dan sedih. Sang ibu berdoa kepada tuhan agar anaknya diberikan hukuman. Karena kesalahannya itu anak gadis itu menangis minta ampun kepada ibunya tapi doa orang tua sudah terijabahkan oleh yang kuasa.

Kemudian gadis itu berubah menjadi batu.”

Dari sinopsis singkat dongeng Batu Menagis tersebut, banyak hal yang dapat diambil hikmah serta pelajaran yang dapat diberikan oleh guru pada siswa. Siswa harus berprilaku jujur serta lemah lembut. Jangan sekali –kali merendahkan orang tua sendiri. Berbuat baiklah kepada orang tua. Bersikap jujur kepada siapa saja. Karakter ini dapat ditanamkan kepada siswa sejak mereka dimasa kanak-kanak.

Seperti yang dikemukan oleh hidayat (2009) dalam jurnalnya penelitiannya menyatakan religius,memilikikecerdikan,dan yang tidak kalah pentingnya adalah ajaran-ajaran mengenai kebaikan. Bila kita hubungan dengan cerita dongeng Si Malin Kundang dan Batu Menangis di atas, memang sesuai sekali. Banyak ajaran-ajaran yang baik serta adanya niai-nilai religius yang dapat dipahami dalam sebuah dongeng. Bagaimana siswa memahami bahwa doa orang tua yaitu ibu dijabah oleh Allah. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua ibu dan bapak. Kesemuanya itu adalah pelajaran kebaikan yang dapat dimaknai oleh siswa.

Bila kita cermati, dongeng banyak menyampikan pesan untuk membentuk karakter sesorang siswa. Seperti yang dikemukan Linkona dan Mulyasa (dalam Hermino,2014:159) menyatakan tiga komponen karakter yang perlu ditekankan yaitu: (1) Moral Knowing atau pengetahuan moral, (2) Moral Filling atau perasaan tentang moral, (3) Moral Action atau Tindakan Moral. Melalui dongeng ini, terdapat pesan morak sebagai bagian dari karakter yang

(8)

202 harus dimiliki oleh siswa. Serta adanya perubahan tindakan perilaku oleh siswa kepada yang lebih positif.

Pendidikan karakter sangat penting dibangkitkan kembali oleh guru untuk anak-anak didiknya. Berbagai cara harus dilakukan oleh guru dalam belajar mengajar untuk mengembangkan kepribadian anak didiknya ke arah yang lebih baik. Salah satunya melakukan kegiatan bercerita dongeng dalam pembelajaran.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa:

1. Pentingnya guru memilih strategi dalam pembejaran untuk menanamkan nilai karakter pada diri siswa.

2. Melalui kegiatan mendongeng guru bisa menanamkan nilai-nilai moral pada diri siswanya.

3. Dongeng memiliki pesan-pesan moral untuk membentuk karakter siswa.

4. Melalui pengembangan pengajaran sastra di sekolah rendah, guru dapat menanamkan nilai- nilai karakter pada siswa sejak dini.

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja, James. 2007. Foklor Indonesia. Jakarta: Grafik pers.

Fathurrohman,P.,AASuryana,danFennyFatriany.

2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung:RefikaAditama.

Hidayat, Arif. 2009. Pengaruh DongengDalamMasaKanak- KanakTerhadap Perkembangan Seseorang(Jurnal). Purwokerto:Pusat Studi Gender STAIN. Issn: 1907-2791 Vol.4 No.2.

Tim Redaksi KBBI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. PendidikanKarakterDiSekolahMenengah Pertama”.Jakarta.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berdasarkan Pengalaman di Satuan PendidikanRintisan.Jakarta.

Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengajaran Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Madah Universitas Press.

(9)

203 Hermino, Agustinus. 2014. Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter.Bandung: Alfabeta

Kesuma, Dharma., dkk. 2011. Pendidikan Karakter. Kajian Toeri dan Paraktik di Sekolah.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan guru tentang siswanya yang meliputi (1) bagaimana pengetahuan guru tentang kemampuan awal

Hasil penelitian adalah (1) Bentuk kompetensi pedagogik guru meliputi : pemahaman guru pada peserta didik, kemampuan guru mengembangkan RPP, kemampuan guru dalam

Pengembangan yang dilakukan pada rencana pelaksanaan pembelajaran adalah terdapat rubrik kisi-kisi penilaian dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan

Guru dan siswa membaca nyaring cerita bergambar yang Guru menjelaskan materi tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran membaca nyaring dengan

Strategi guru dalam meningkatkan kemampuan siswa menguasai materi tajwid membutuhkan suatu proses dan memerlukan suatu strategi guru yang konkrit. Begitu juga di MTs

Keberadaan guru profesional di MTs Al-Khairaat Bunobogu berdasarkan tingkat kompetensi guru, kemampuan dalam menerapkan proses pembelajaran itu sendiri, karena guru secara aktif

Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. 2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. 3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai

Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam membentuk mentalitas dan karakter siswa harus dimungkinkan dengan lebih dari satu cara, untuk membingkai secara spesifik