• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lafaz Yang Bermakna Keburukan Dalam al-qur an; (Analisis Kata Khabīṡ, Syarrun, Żillah, Dan Sayyiah).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Lafaz Yang Bermakna Keburukan Dalam al-qur an; (Analisis Kata Khabīṡ, Syarrun, Żillah, Dan Sayyiah)."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)Lafaz Yang Bermakna Keburukan Dalam al-Qur’an; (Analisis Kata Khabīṡ, Syarrun, Żillah, Dan Sayyiah).. Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.). Oleh:. Saibatul Aslamiah Lubis 11140340000163. PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H.

(2)

(3)

(4)

(5) vi.

(6) PEDOMAN TRANSLITERASI Pedoman Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987. 1. Konsonan Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:. Huruf Arab. Nama. Huruf Latin. Nama. ‫ا‬. Alif. Tidak dilambangkan. ‫ب‬. Ba. B. Tidak dilambangkan Be. ‫ت‬. Ta. T. Te. ‫ث‬. Ṡa. ṡ. ‫ج‬. Jim. J. Es (dengan titik di atas) Je. ‫ح‬. Ḥa. ḥ. ‫خ‬. Kha. Kh. Ha (dengan titik di bawah) ka dan ha. ‫د‬. Dal. D. De. ‫ذ‬. Żal. ż. ‫ر‬. Ra. R. Zet (dengan titik di atas) Er. ‫ز‬. Zai. Z. Zet. ‫س‬. Sin. S. Es. ‫ش‬. Syin. Sy. es dan ye. ‫ص‬. Ṣad. ṣ. es (dengan titik di bawah). vii.

(7) ‫ض‬. Ḍad. ḍ. ‫ط‬. Ṭa. ṭ. ‫ظ‬. Ẓa. ẓ. ‫ع‬. „ain. „. ‫غ‬. Gain. G. de (dengan titik di bawah) te (dengan titik di bawah) zet dengan titik di bawah) koma terbalik (di atas) Ge. ‫ؼ‬. Fa. F. Ef. ‫ؽ‬. Qaf. Q. Ki. ‫ؾ‬. Kaf. K. Ka. ‫ؿ‬. Lam. L. El. ‫ـ‬. Mim. M. Em. ‫ف‬. Nun. N. En. ‫و‬. Wau. W. We. ‫هػ‬. Ha. H. Ha. ‫ء‬. Hamzah. '. Apostrof. ‫ي‬. Ya. Y. Ye. 2. Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda. ََ َِ. Nama Fathah. Huruf Latin A. Nama A. Kasrah. I. I. viii.

(8) َُ. Dhammah. U. U. Adapun untuk vocal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda. ‫ََ ْي‬ ‫ََ ْو‬. Nama Fathah dan ya Fathah dan wau. Huruf Latin Ai. Nama a dan i. Au. a dan u. Contoh:. ‫ف‬ َ ‫َكْي‬. -kaifa. ‫َه ْو َؿ‬. -haula. 3. Vokal Panjang/ Maddah Ketentuan alih aksara vocal panjang (maddah), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu: Harakat. Nama. Huruf dan. dan huruf. ‫ا‬...‫ََ ي‬ ‫ىِ ْي‬ ‫ىػُ ْو‬. Nama. tanda Ā. Fathah dan alif atau ya. a dan garis di atas. Ī. Kasrah dan ya. I dan garis di atas. Ū. Dhammah dan wau. u dan garis di atas. ix.

(9) Contoh:. ‫اؿ‬ َ َ‫ق‬. -qāla. ‫َرَمى‬. -ramā. ‫قِْي َل‬. -qīla. 4. Ta’ Marbūṭah Transliterasi untuk Ta’ Marbūṭah ada dua: a. Ta’ Marbūṭah hidup Ta’ Marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan ḍommah, transliterasinya adalah “t”. b. Ta’ Marbūṭah mati Ta’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah “h”. c. kalau pada kata terkahir dengan Ta’ Marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka Ta’ Marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). No 1 2 3. Kata Arab. Alih Aksara rauḍah al-aṭfāl. ‫ضةُ األَطْ َف ِاؿ‬ َ ‫َرْو‬ ِ ‫امل ِدينَةُ ال َف‬ ُ‫اضلَة‬ َ ِ‫احل‬ ‫ك‬ ُ‫ْمة‬ َ. al-madīnah al-fāḍilah al-ḥikmah. x.

(10) 5. Syaddah (Tasydîd) Syaddah atau tasydîd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (َ ّ ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Contoh:. ‫َربػَّنَا‬. -rabbanā. ‫نػََّزَؿ‬. -nazzala. ‫الب‬ ‫ِر‬. -al-birr. ‫– احلَ ّج‬al-ḥajj Jika huruf. ‫ ى‬ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh. huruf kasrah (‫) ػ ػ ػ ػ ػ ػػى‬, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (ī).. ّ. Contoh:. ‫علِى‬. : „Alī (bukan „Aliyy atau „Aly). ‫َعَرِب‬. : „Arabī (bukan „Arabiyy atau „Araby). xi.

(11) 6. Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ‫ال‬. Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika dia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-), Contohnya:. ‫الر ُج ُل‬ َّ. -al-rajulu. ‫السيِّ ُد‬ َّ ‫ش‬ ُ ‫َّم‬ ْ ‫الش‬. -al-sayyidu. -al-syamsu. ‫ال َقلَ ُم‬. -al-qalamu. ‫ألْبَ ِديْ ُع‬. -al-badĭ’u. ‫اْلَالَ ُؿ‬ ْ. -al-jalālu. 7. Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (') hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif. Contohnya:. xii.

(12) ‫تَأْ ُم ُرْو َف‬. : ta'murūna. ُ‫النػ َّْوء‬. : al-nau'. ‫َشْي ٌئ‬. : syai'un. ِ ‫ت‬ ُ ‫أُم ْر‬. : umirtu. 8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur‟an (dari al-Qur'ān), sunnah, khusus, dan umum. Namun bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh. contoh:. Kata Arab. ‫ِ ِْف ِظالَؿ ال ُق ْرآف‬ ‫السنَّة قَػْب َل التَ ْد ِويْن‬ ُ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ص ْو‬ ‫ص‬ ُ ُ‫العباََرة ب ُع ُم ْوـ اللَ ْفظ الَ ِب‬ ‫السبَب‬ َّ. Alih Aksara Fī Ẓilāl al-Qur'ān Al-Sunnah qabl al-tadwīn Al-‘ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab. xiii.

(13) 9. Lafẓ al-jalālah (‫)اهلل‬ Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudāf ilaih (frasa nominal), transliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh:. ِ‫ِدين اهلل‬ ُْ. : dīnullāh. ِ ‫بِا‬ ‫اهلل‬. : billāh. Adapun ta marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ aljalālah, ditransliterasi dengan huruf (t). Contoh :. ‫ُه ْم ِ ِْف َر ْْحَِة اهلل‬. : hum fī rahmatillāh. 10. Huruf Kapital Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menulis huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK,DP,CDK, dan DR). Contoh: xiv.

(14) Kata Arab. Alih aksara. ‫َوَما ُُمَ َّم ٌد إِالَّ َر ُس ْوٌؿ‬. -Wa mā Muḥammadun illā rasūl. ٍ ‫إِ َّف أ ََّو َؿ بػي‬ ِ ‫ت ُو ِض َع لِلن‬ ً‫َّاس لَلَّ ِذ ْي بِبَ َّكةَ ُمباََركا‬ َْ. -Inna awwala baitin wuḍi’a linnāsi. َّ ‫ضا َف‬ ‫الذ ْي أُنْ ِزَؿ فِْي ِه ال ُق ْرآ ُف‬ َ ‫َش ْه ُر َرَم‬. -Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh. ِ َ‫ن‬ ‫صْيػ ُر الدِّيْن الطرْو ِس ْي‬. -Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī. ‫اب‬ ْ َ‫أَبػُ ْو ن‬ ْ ِ‫صر ال َفَر‬. -Abū Naṣr al-Farābī. ‫ال‬ ْ ِ‫الغََز‬. -Al-Gazālī. bi Bakkata mubārakan. al-Qur'an. ِ ‫الدالَؿ‬ َ ‫املْنق ْذ ِم َن‬ ُ. -Al-Munqiż min al-Ḍalāl. xv.

(15) xvi.

(16) ABSTRAK SAIBATUL ASLAMIAH LUBIS (11140340000163) “Lafaz Yang Bermakna Keburukan Dalam al-Qur’an; (Analisis Terhadap Kata Khabīṡ, Syarrun, Żillah, Dan Sayyiah)”. Segala bentuk perbuatan manusia selalu mengacu pada sudut pandang tentang baik dan buruk. Nilai kebaikan dan keburukan akan selalu menjadi sumber rujukan untuk melakukan berbagai perbuatan di dalam kehidupan. Karena itu, pembahasan baik dan buruk merupakan persoalan mendasar dalam kehidupan manusia. Dalam hal baik dan buruk tentu saja sudah ada dalam al-Qur’an. Al-Qur’an yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw, merupakan mukjizat terbesar di antara mukjizat lainnya. Keindahan bahasa al-Qur’an yang terkandung didalamnya memberikan warna dalam gaya bahasa penyampaiannya. Gaya bahasa al-Qur’an sangatlah beragam seperti halnya penyampaian istilah keburukan yang berbeda-beda. Istilah yang digunakan dalam menguraikan makna keburukan dalam al-Qur’an sangatlah banyak, seperti Khabīṡ, syarrun, Żillah, sayyiah, dan lain-lain. Lalu, apa perbedaan makna yang terkandung dalam berbagai lafaz keburukan pada al-Qur’an? Metode yang digunakan adalah Library Research dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan untuk analisis data ialah metode tafsir maudhu’i yaitu dengan mengumpulkan ayat-ayat yang memiliki satu tema (keburukan). Lalu menafsirkan beberapa dari ayat tersebut yang dirasa cukup mewakili pembahasan dari empat lafaz yang bermakna keburukan. Penafsiran ayat menggunakan kitab-kitab tafsir kontemporer maupun klasik, seperti Tafsir Thabari, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir Misbah dan Tafsir al-Munir. Hasil dari penelitian ini, Makna keburukan yang diungkapkan dalam kata khabīṡ yaitu keburukan yang ditunjukkan kepada sesuatu yang buruk, kotor, haram, dan najis. Kata khabīṡ merupakan jenis keburukan dalam akidah. Syarrun yaitu suatu keburukan yang didalamnya mengungkapkan segala hal yang dibenci atau tertolak, merugikan, dan menyengsarakan orang lain. Lafaz syarrun merupakan keburukan berdimensi sosial. Żillah yaitu suatu keburukan yang hina, yang mengarah kepada ketamakan, lafaz żillah dikategorisasikan kedalam keburukan ekonomi. Dan sayyiah yaitu keburukan yang mengakibatkan kesusahan, kesempitan sebagai siksaan atau azab, lafaz sayyiah merupakan keburukan yang universal (umum).. Kata Kunci. : Lafaz, Al-Qur’an, Keburukan. xvii.

(17) xviii.

(18) KATA PENGANTAR. Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamu‘alaikum Warahmatullaah Wabarakaatuh Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan. kesempatan,. nikmat. iman,. nikmat. jasmani,. rohani,. kemudahan, kesehatan, rahmat, kesabaran, kasih sayang-Nya Yang Maha Luas. dan. Maha. Besar,. berkat. pertolongan-Nya. penulis. dapat. menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik mungkin. Shalawat dan salam tak lupa saya haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah mengubah zaman dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah, terang benderang menuju Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Beliaulah Nabi akhir zaman yang telah memberikan cahaya di atas cahaya, manusia paling sempurna, dan petunjuk jalan yang benar dan abadi kepada umat Islam untuk pedoman hidup, serta do’a untuk para keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillaah, berkat inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi merupakan salah satu tugas akhir yang harus dikerjakan oleh setiap mahasiswa/wi untuk mendapatkan gelar sarjana (S-1), yang disusun dengan berbagai sumber-sumber dari karyakarya orang yang sesuai dengan judul skripsi tersebut. Kepada beliaubeliau semua, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Penulisan skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa bantuan, dukungan, motivasi, dorongan, dan support dari berbagai pihak dan orangorang terdekat saya. Maka dari itu, pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih dan peng-apresiasi-an yang terbaik dan setinggi-tingginya. xix.

(19) kepada mereka semua yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Saya menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kepada. Yth.. Segenap. civitas. Akademia. UIN. Syarif. Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr. Amany Burhanudin Lubis, Lc., MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Eva Nugraha, MA selaku ketua Jurusan Ilmu alQur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan bapak Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH., selaku sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Serta seluruh dosen dan staff akademik Fakultas Ushuluddin, khusunya Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir yang telah meluangkan waktu dan tenaganya, berbagi ilmu dan pengalaman yang bermanfaat kepada penulis. Semoga amal kebaikan. selalu. mengalir. kepada. mereka. semua.. Jazakumullaah khairan jazaa. 4. Bapak Ahmad Rifqi Muchtar, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, gambaran, saran dan penjelasan yang sistematis dan membangun kepada penulis. Selalu meluangkan waktunya untuk mahasiswa bimbingannya. Mohon maaf yang sedalam-dalamnya, jika selama proses bimbingan berlangsung, banyak kesalahan kata maupun sikap yang kurang berkenan. Semoga Bapak senantiasa diberikan kesehatan dan kemudahan dalam setiap langkahnya, Amiin. 5. Bapak Dr.M.Suryadinata, MA, selaku dosen penasehat akademik yang telah meluangkan waktunya kepada penulis xx.

(20) terkait Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan konsultasi judul skripsi. Semoga Bapak senantiasa diberikan kesehatan, Amiin. 6. Segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan Pusat Studi al-Qur’an (PSQ) Ciputat dan Perpustakaan Iman Jama’ yang telah memberikan fasilitas serta rujukan-rujukan sebagai sumber referensi. 7. Kepada Mamah tercinta, Suripah dan Ayah tercinta, Hidayat Lubis, mereka yang selalu mendo’akan saya. Dengan ketegasan, kedisiplinan, kasih sayang dan semangat dari mereka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Banyak pelajaran hidup yang telah penulis dapati dari mereka, arahan yang baik, dan contoh yang patut diaplikasikan. Semoga Allah senantiasa mengampuni dosa-dosanya, selalu mempermudah urusan dan rezeki mereka, dan selalu dalam lindungan dan keselamatan-Nya, Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin. 8. Teruntuk. adik-adik. saya. tercinta. dan. tersayang,. Halimatussakdiyah Lubis, Rizki Pardomuan, Rif’ad Adly Lubis, Ainun Rizki Dalimunthe, dan Suci Amaliyah Batubara, yang senantiasa memberikan semangat, dan keceriaan ketika penulis sudah mulai jenuh. Semoga mereka senantiasa dimudahkan dalam menuntut ilmu dan berguna untuk dunia akhirat, Amiin. 9. Kepada Sawaluddin Dalimunthe, yang senantiasa memberikan nasehat, dan dukungan kepada penulis. Darinya dan karenanya, penulis mendapat berbagai pengalaman dan arahan selama penulisan. skripsi.. Semoga. xxi. Allah. selalu. memberikan.

(21) kemudahan dalam setiap urusannya dan kesemangatan dalam setiap langkahnya, Aamiin. 10. Kepada sahabat-sahabat penulis, Rofi’atul Khoiriah Nasution, Marhamah Nasution, Fradhita Solikhah, Siti Aisyah Batubara, Silma Laatansa Haqqi, Mega Nur Fadhilah, Fawaidul Makkiyah, Mulyani Amaliyah Nasution, Ziana Maulida Husnia, Faradhika Pertiwi Lubis, Rizka Melinda Nasution, Wida Sari Pulungan, Nur Rofi’ah Rangkuti, Henni Fadhilah Nasution, dan Rostika Nasution yang telah memberikan semangat, masukan dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 11. Teman-teman. seperjuangan. Ilmu. al-Qur’an. dan. Tafsir. Angkatan 2014. Mereka sudah penulis anggap seperti keluarga sendiri. Terimakasih semuanya, semoga tetap dan selalu terjalin silaturahminya, dan semoga Allah memberikan petunjuk di setiap urusan mereka. 12. Teman-teman KKN SAHITYA 031 UIN Jakarta, satu bulan bersama mereka dalam mengabdi kepada masyarakat, meski dari arah yang berbeda. Terimakasih untuk semuanya. Semoga selalu terjalin silaturahmi. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan masukannya dalam skripsi ini.. Ciputat, 30 Desember 2019. Saibatul Aslamiah Lubis xxii.

(22) DAFTAR ISI. LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................iii LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................v PEDOMAN TRANSLITERASI.............................................................vii ABSTRAK .............................................................................................. xvii KATA PENGANTAR ............................................................................ xix DAFTAR ISI ......................................................................................... xxiii. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Identifikasi Masalah.............................................................8 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 8 D. Metodologi Penelitian ................... .....................................9 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................10 F. Tinjauan Pustaka ............................................................... 11 G. Sistematika Penulisan ........................................................ 12. BAB II KEISTIMEWAAN BAHASA AL-QUR’AN A. Definisi al-Qur’an ........................................................... 15 B. Al-Qur’an diturunkan dengan Bahasa Arab .................... 17 C. Sisi Kemukjizatan Tata Bahasa al-Qur’an....................... 19 D. Pemaparan Taraduf ........................................................ 26. BAB III PANDANGAN TENTANG KEBURUKAN A. Defenisi Keburukan ........................................................... 31 B. Sumber Keburukan ........................................................ 32 xxiii.

(23) C. Jenis Keburukan ................................................................. 40 D. Akibat dan Solusi dari Keburukan .................................... 43 E. Lafaz-Lafaz yang menunjukkan Makna Keburukan .......... 45. BAB IV ANALISIS KATA-KATA KEBURUKAN PADA AYAT ALQUR’AN DALAM TAFSIR A. Analisa Terhadap Kata Khabīṡ ......................................... 47 B. Analisa Terhadap Kata Syarrun ....................................... 54 C. Analisa Terhadap Kata Żillah .......................................... 58 D. Analisa Terhadap Kata Sayyiah ....................................... 64 E. Analisa Kata-Kata Keburukan dalam al-Qur’an .............. 70. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................... 75 B. Saran-Saran ....................................................................... 76. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 77 LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................... 81. xxiv.

(24) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Agama Islam membawa manusia kepada kehidupan yang baik, keselamatan, sejahtera lahir batin, sehingga memperoleh kedamaian dan ketentraman hidup di dunia dan akhirat. Agama Islam berpedoman kepada al-Qur‟an yang merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah Swt untuk menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia.1 Al-Qur‟an. adalah. kalam. Allah. yang. diturunkan. melalui. perantaraan malaikat Jibril ke dalam kalbu Rasulullah Saw, dengan menggunakan bahasa Arab dan disertai dengan kebenaran agar dijadikan hujjah dalam hal pengakuannya sebagai Rasul, dan agar dijadikan sebagai dustur (undang-undang) bagi seluruh umat manusia, di samping merupakan amal ibadah jika membacanya. Al-Qur‟an itu di-tadwin-kan di antara dua ujung yang dimulai dari Surah AlFātihah, dan ditutup dengan Surah Al-Nās, dan sampai kepada kita secara tertib dalam bentuk tulisan maupun lisan dalam keadaan utuh atau terpelihara dari perubahan dan pergantian.2 Al-Qur‟an merupakan sumber rujukan paling pertama dan utama dalam ajaran Islam. Ia diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw untuk disampaikan kepada umat manusia. Hakikat diturunkannya Al-Qur‟an adalah menjadi acuan moral secara universal bagi umat manusia untuk memecahkan problema sosial. 1. Abuddin Nata, AL-QUR’AN DAN HADITS (Dirasah Islamiyah 1) Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 28-29. 2 Abdul Wahhab Khalaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Bandung: Penerbit Risalah), Cetakan Kedua 1985, 21.. 1.

(25) 2 yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Itulah sebabnya, al-Qur‟an secara kategoris dan tematik, justru dihadirkan untuk menjawab berbagai problema aktual yang dihadapi masyarakat sesuai dengan konteks dan dinamika sejarahnya. Karena itu masuk akal jika para mufassir sepakat bahwa profesi penurunan Al-Qur‟an ke muka bumi, mustahil dilakukan oleh Allah secara sekaligus, melainkan berangsurangsur, disesuaikan dengan kapasitas intelektual dan konteks masalah yang dihadapi umat manusia. Diturunkan secara berangsur-angsur, sudah tentu menunjukkan tingkat kearifan dan kebesaran Tuhan, sekaligus membuktikan bahwa pewahyuan total pada satu waktu adalah mustahil, karena bertentangan dengan fitrah manusia sebagai makhluk dha’if. Hikmah terbesar Al-Qur‟an diturunkan dari waktu ke waktu, tema per tema, bagian per bagian, adalah di samping mempertimbangkan kemampuan manusia yang terbatas dalam menelaah dan mencerna kandungan ayat-ayat-Nya, juga dimaksudkan agar selaras dan sejalan dengan kebutuhan objektif yang dihadapi umat manusia.3 Al-Qur‟an sendiri menegaskan bahwa kehadiranya memang secara seksama, memahami secara mendalam, sambil menggunakannya sebagai “rujukan moral” yang paling autentik untuk memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.4 Kitab suci al-Qur‟an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. suatu mukjizat yang dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia sepanjang masa. Karena beliau diutus oleh Allah untuk keselamatan manusia di mana dan di masa apapun mereka berada. Oleh sebab itu Allah menjamin keselamatan al-Qur‟an sepanjang masa. 3. Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an, cet.V (Jakarta: Penerbit Permadani, 2008), 22-23 4 QS. Al-Isra Ayat 106.

(26) 3 Sebagaimana Firman-Nya QS. an-Nahl /16: 9.             “Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. dan Jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).” Al-Qur‟an adalah kitab yang agung dan sempurna. Keagungan dan kesempurnaannya bukan hanya dirasakan oleh orang-orang yang memahami karakteristik bahasanya yaitu bahasa Arab, tetapi juga dirasakan. oleh mereka yang mempercayai dan mengharapkan. petunjuk-petunjuknya dan semua orang yang mengenalnya sebagai kitab yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Tinggi. Bila kita mempelajari al-Qur‟an dari aspek bahasanya akan ditemukan berbagai keindahan bahasa al-Qur‟an dari susunan kata dan kalimatnya serta ketelitian dan keseimbangan redaksi-redaksinya. Inilah salah satu bukti kebenaran al-Qur‟an sebagai wahyu Allah dan mukjizat Nabi Muhammad Saw. Kemujizatan seorang Nabi datang berkaitan dengan keahlian masyarakatnya. Hal ini karena suatu keistimewaan baru dapat menjadi bukti apabila aspek yang dikemukakan dapat dimengerti oleh mereka yang ditantang, dan bukti tersebut akan semakin membungkamkan apabila aspek tantangan yang dimaksud menyangkut sesuatu yang dinilai sebagai keunggulan yang ditantang. Pada masa Nabi Muhammad Saw. Keahlian masyarakat Arab. adalah bahasa dan. sastra Arab.5 Mereka merasa amat mahir dalam bidang tersebut, bisa dilihat dari banyaknya musabaqoh (perlombaan) dalam menyusun 5. M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an (Bandung: Mizan Media Utama, 2014), 116..

(27) 4 syair atau khutbah, petuah dan nasihat. Penyair bisa mendapatkan kedudukan yang sangat istimewa dalam masyarakat Arab. Al-Qur‟an disebut memiliki mukjizat karena berbeda dari kitabkitab sebelumnya, diantara perbedaan itu terletak pada kebahasaanya, keindahan susunan dan gaya bahasanya yang tidak dapat dibandingi dari kitab lainnya.6 Tidak dapat disangkal bahwa ayat-ayat al-Qur‟an tersusun dengan kosakata bahasa Arab, kecuali beberapa kata yang masuk dalam perbendaharaannya akibat akulturasi7. Al-Qur‟an mengakui hal ini dalam sekian banyak ayatnya, antara lain ayat yang membantah tuduhan yang mengatakan bahwa al-Qur‟an diajarkan oleh seorang „Ajam8 (non arab) kepada nabi,9 Allah swt berfirman dalam surah anNahl /16: 103.            .       “Dan Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya al-Qur‟an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam, sedang al-Qur‟an adalah dalam bahasa Arab yang terang”.. 6. Zainal Abidin, Seluk Beluk al-Qur’an, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), 100. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. (https://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi). 8 Bahasa „Ajam adalah bahasa selain bahasa arab, dan diartikan juga dengan bahasa arab yang tidak baik. (M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an, (Bandung: Mizan Media Utama, 2014), 94. 9 M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an, (Bandung: Mizan Media Utama, 2014), 93. 7.

(28) 5 Banyak faktor yang menyebabkan terpilihnya bahasa Arab sebagai bahasa wahyu Ilahi yang terakhir. Faktor-faktor tersebut antara lain berkaitan dengan ciri bahasa Arab dan tujuan penyebaran ajarannya. Bahasa ini mempunyai keunikan lain, yaitu banyaknya kata ambigu, dan tidak jarang satu kata mempunyai dua atau tiga arti yang berlawanan. Tapi, pada saat yang sama seseorang dapat menemukan kata yang mengandung satu makna yang pasti saja. Bahkan, satu huruf tidak jarang mempunyai lebih dari satu arti.10 Demikian juga satu kata dalam al-Qur‟an mempunyai timbangan atau maksud tersendiri, sehingga satu kata yang mempunyai arti sama terkadang diungkapkan dalam pilihan kata yang sangat beraneka ragam. Pengungkapan yang beraneka ragam ini dikarenakan adanya kata dalam bahasa Arab yang mutaradif. (memiliki makna yang sama. dalam berbagai lafaz). Segala bentuk tindakan manusia mengacu pada pandangannya tentang baik dan buruk. Nilai kebaikan dan keburukan senantiasa akan menjadi sumber rujukan (frame of reference) dalam melakukan berbagai tindakan hidupnya. Nilai baik, dan buruk, merupakan fokus pembahasan berbagai sumber agama, tak terkecuali al-Qur‟an. Kebaikan dan keburukan dalam ajaran Islam merupakan dua bahasa yang berbeda akan tetapi memiliki keterkaitan antara keduanya, yaitu kalau tidak berbuat baik maka berbuat buruk, maka manusia tinggal memilih pada posisi mana ia harus berbuat karena kebaikan dan keburukan itu sudah jelas diatur oleh ajaran agama Islam dalam kitab suci al-Qur‟an.. 10. 2014), 102.. M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an (Bandung: Mizan Media Utama,.

(29) 6 Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengerjakan suatu kebaikan atau keburukan. Diantara kebaikan dan keburukan manusia pada umumnya lebih condong atau lebih banyak yang mengerjakan keburukan, hal ini disebabkan karena mengerjakan keburukan sangatlah mudah dan beberapa faktornya adalah lemahnya iman, kurangnya didikan, dan pergaulan bebas yang buruk, akibat tontonan, bacaan. Dengan itu, penulis memilih menulis mengenai makna keburukan dalam al-Qur‟an. Istilah buruk dikenal dengan syarr, dan diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tak sempurna dalam kualitas, di bawah standar, kurang dalam nilai, tak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, yang tercela dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Dengan demikian yang dikatakan buruk adalah suatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia.11 Di antara sekian banyak kata yang terdapat dalam al-Qur‟an, makna kata yang mutaradif adalah keburukan. Kata-kata atau istilah yang diungkapkan al-Qur‟an untuk sesuatu yang bermaksud keburukan sangat beragam. Masing-masing kata tersebut walaupun ada persamaan dalam makna atau arti namun memiliki perbedaan yang dominan. Berkaitan dengan istilah-istilah yang bermakna keburukan, dalam situasi tersebut terkadang al-Qur‟an selalu menggunakan kata-kata atau istilah-istilah yang berbeda dalam penyampaiannya. Hal ini terbukti ketika al-Qur‟an mengungkapkan keburukan dalam situasi. 11. 2012), 105.. Abuddin Nata, AKHLAK TASAWUF (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,.

(30) 7 atau konteks menyangkut hal yang diharamkan seperti makanan, maka al-Qur‟an menggunakan kata “Khabīṡ”. Apabila dalam konteksnya. menggambarkan. keadaan,. maka. al-Qur‟an. mengungkapkannya dengan kata “syarrun”. Apabila konteksnya menunjukkan sifat atau akibat dari perbuatan tersebut, maka alQur‟an menggunakan kata “Żillah”. Apabila konteksnya nama atas perbuatan tersebut, maka al-Qur‟an menggunakan kata “sayyiah”. Perbedaan kata-kata yang digunakan tidak terlepas dari situasi dan kondisi yang sedang dibicarakan oleh al-Qur‟an, sehingga penerapan yang berbeda itu akan melahirkan pemaknaan yang berbeda meskipun masih sama dalam arti keburukan.12 Dengan melihat adanya hal tersebut, yaitu bahwa kecenderungan penggunaan kata dapat mempengaruhi jenis atau klasifikasi makna lafaz yang dipakai. Maka inilah yang menjadi alasan peneliti mengambil judul ini. Penelitian ini akan menjadi sangat menarik mengingat penggunaan kata-kata keburukan dalam al-Qur‟an akan menghasilkan beragam proses pemaknaan yang berbeda, sesuai dengan konteks yang dibicarakan oleh al-Qur‟an dalam ayat-ayat yang menyangkut tentang keburukan. Bagi bangsa Indonesia yang umumnya tidak mengetahui dan tidak mendalami bahasa Arab, amat sulit. untuk menemukan di mana. letaknya kemukjizatan al-Qur‟an dalam aspek kebahasaannya. karena untuk mengetahui ketinggian mutu suatu susunan kata-kata tidak akan dipahami jika tidak dapat merasakan keindahan bahasa itu sendiri.13. 12. Abd Rahman Dahlan, Kaidah-kaidah Penafsiran al-Qur’an, cet.II (Jakarta: Mizan, 1998), hlm.74 13 Zainal Abidin, Seluk Beluk al-Qur’an (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), 101..

(31) 8 Untuk menjawab masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul: “Lafaz Yang Bermakna Keburukan Dalam al-Qur’an; (Analisis Kata Khabīṡ, Syarrun, Żillah, Dan Sayyiah)”.. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, penulis mengidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut: 1. Apa defenisi keburukan ? 2. Apa saja lafaz yang bermakna keburukan dalam al-Qur‟an ? 3. Adakah perbedaan makna keburukan yang terkandung dalam setiap lafaz ? 4. Mengapa lafaz yang bermakna keburukan dalam al-Qur‟an banyak ? 5. Bagaimana pendapat para ulama‟ mengenai lafaz-lafaz yang bermakna keburukan dalam al-Qur‟an ?. C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, untuk membatasi serta mempermudah penyusunan skripsi ini penulis membatasi hanya khusus pada kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan arti keburukan dalam al-Qur‟an, yaitu: Khabīṡ, Syarrun, Żillah, dan Sayyiah, walaupun selain kata-kata tersebut masih ada kata-kata lain yang memiliki arti keburukan seperti Qabih, Fahsya`, Munkar, Fisq, ‘Ishyān, Isrāf, Bāthil, Zhalim, Fujur, dan Fasād. Namun menurut penulis kata-kata Khabīṡ, Syarrun, Żillah, dan Sayyiah, sudah cukup merepresentasikan pilihan kata-kata yang menjelaskan arti keburukan dalam al-Qur‟an..

(32) 9 Dalam membahas kata-kata tersebut, penulis menggunakan beberapa referensi yaitu, al-Mu’jam al-Muhfahras Li al-Fȃdzi alQur’an al-Karim, kitab ini digunakan untuk mengidentifikasi lafazlafaz dalam al-Qur‟an karya Muhammad Fuad Abdul Baqi. Kemudian kitab al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an kitab ini membahas makna lafaz-lafaz yang terdapat dalam al-Qur‟an karya al-Raghib alAsfahani sebagai rujukan utama dalam penulisan skripsi ini, dan untuk mendukung atas analisis tentang istilah-istilah keburukan tersebut, penulis juga menggunakan beberapa tafsir klasik dan kontemporer sebagai perbandingan antara lain: Tafsir Thabari, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir Misbah dan Tafsir al-Munir. Dari permasalahan di atas, maka perumusan masalah yang tepat untuk tulisan ini adalah “apa perbedaan makna yang terkandung dalam berbagai lafaz keburukan (Khabīṡ, Syarrun, Żillah, dan Sayyiah) dalam al-Qur’an?”.. D. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian ilmu, tentang alat-alat dalam suatu penelitian.14 Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research). yaitu suatu metode dengan. mengumpulkan dan menggunakan data-data yang diperoleh dari beberapa referensi dengan cara membaca, menelaah buku-buku, artikel, jurnal dan literatur-literatur lain yang tentunya berhubungan dengan pembahasan pada skripsi ini dan dengan pendekatan kualitatif.. 14. 2000), 6.. Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Saasin,.

(33) 10 Data-data yang diperoleh berkaitan dengan hal-hal yang mencakup dan penafsiran tentang ayat tersebut. Metode analisis data dalam penelitian ini, menggunakan metode maudu’i yaitu metode tafsir yang mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai kesamaan tema yaitu yang terdapat lafaz-lafaz yang bermakna keburukan. Kemudian dipilih lafaz-lafaz yang belum banyak dibahas oleh penelitian terdahulu. Setelah itu ditafsirkan beberapa ayat yang cukup mewakili pengungkapan makna dari lafazlafaz tersebut dan tak lupa mencantumkan asbab al-nuzul bila ada. Kumpulan ayat-ayat dari empat lafaz tersebut penulis paparkan dalam lembar lampiran pada skripsi ini. Dalam hal ini penulis merujuk kepada dua sumber, yakni sumber utama (primary resource) dan sumber pendukung (secondary resource). Sumber utama berasal dari kitab Al-Qur‟an dan Kitab-kitab tafsir. Sedangkan sumber pendukungnya adalah buku-buku yang berkaitan dengan judul tersebut, skripsi, jurnal, artikel, dan sumbersumber. informasi. lainnya. yang. sangat. mendukung. untuk. memudahkan penulis dalam menyusun skripsi dengan mencari bahanbahan tersebut di perpustakaan UIN Jakarta, perpustakaan Fakultas Ushuluddin maupun perpustakaan kampus. lain yang sangat. mendukung untuk memperoleh sumber-sumber dari judul tersebut.. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas, maka tujuan kajian skripsi secara umum adalah: 1. Untuk mengetahui kedalaman bahasa dalam al-Qur‟an dan seberapa teliti kebahasaan dalam al-Qur‟an..

(34) 11 2. Untuk mengetahui bagaimana pilihan kata-kata pada ayat-ayat alQur‟an yang secara umum menunjukkan makna keburukan yang mendapatkan penekanan klasifikasi makna yang membedakannya dengan pilihan lafaz lainnya. 3. Untuk mengetahui penggunaan kata-kata keburukan dalam redaksi al-Qur‟an yang memiliki spesialisasi tersendiri. 4. Tujuan. akademik. penelitian. ini. adalah. untuk. memenuhi. persyaratan tugas akhir perkuliahan di jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan tercapainya tujuan tersebut diharapkan dari hasil penelitian ini, diperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Secara akademis, dapat memberikan masukan dan kontribusi bagi pengembangan pengetahuan melalui penelitian. 2. Secara praktis, agar umat Islam dapat memandang secara ilmiah sehingga tidak terjebak pada satu sudut pandang saja. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki segala perbuatan dalam kehidupan masyarakat.. F. Tinjauan Pustaka Pembahasan mengenai lafaz yang bermakna Keburukan dalam alQur‟an, Analisa terhadap kata Khabīṡ, Syarrun, Żillah, Dan Sayyiah, secara eksplisit penulis tidak menemukan pembahasan tersebut, tetapi secara implisit penulis menemukan dua jurnal atau artikel yang sekilas sejalan dan mengarah kepada pembahasan tersebut yaitu, pertama Konsep Baik (kebaikan) dan Buruk (keburukan) dalam alQur’an jurnal artikel oleh Enoh tahun 2004..

(35) 12 Enoh15 membahas keburukan dalam artikelnya hanya sepintas dan digabungkan dengan membahas tentang kebaikan, itu pun dibahas secara global. Dalam artikelnya tidak ada penafsiran ayat secara utuh dan ia menggunakan pendekatan hermeneutika pada artikel tersebut. Kedua, Keburukan dalam Perspektif al-Qur’an telaah ragam, dampak, dan solusi terhadap keburukan jurnal oleh Imam Sudarmoko. Dalam artikel ini juga tidak ada penafsiran ayat-ayat yang terdapat lafaz keburukan. Adapun judul yang akan dibahas oleh penulis merujuk referensi kepada kitab al-Mu’jam al-Muhfahras Li al-Fȃdzi al-Qur’an alKarim, karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, dan kitab al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an karya al-Raghib al-Asfahani. Kitab-kitab tersebut membahas tentang lafaz-lafaz dalam al-Qur‟an serta maknanya. Kitab-kitab tersebutlah yang akan menjadi rujukan utama dalam penulisan skripsi ini. Selain itu penulis menggunakan kitab Lisan al‘Arabi, al-Munjid, dan kamus-kamus yang lain serta beberapa kitab tafsir sebagai penguat dalam peneitian ini. Oleh karena itu, penulis hanya akan memfokuskan kepada pembahasan mengenai lafaz-lafaz Khabīṡ, Syarrun, Żillah, dan Sayyiah, pada ayat-ayat yang memiliki arti tentang keburukan dalam al-Qur‟an.. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan hal yang penting karena mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari masingmasing bab yang saling berkaitan dan berurutan. Hal ini dimaksudkan. 15. Bandung.. Enoh, Drs., M.Ag. adalah dosen tetap Fakultas Tarbiyah di Universitas Islam.

(36) 13 agar tidak terjadi kekeliruan dalam penyusunannya. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I merupakan langkah awal dalam penelitian ini, yang mana penulis memberikan gambaran mengenai penelitian yang akan penulis lakukan. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian penulis kemudian identifikasi masalah lalu rumusan masalah bedasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut serta tujuan dan kegunaan penelitian ini. Penelitian ini didukung oleh beberapa pustaka dengan beberapa metode penelitian. Adapun sistematika penulisan guna menjadikan penelitian ini tersusun rapih. Lanjut ke BAB II, penulis mulai memberikan landasan teori dalam penelitian ini yang mendeskripsikan tentang pembahasan dari keistimewaan bahasa dalam al-Qur‟an, yang meliputi pengertian alQur‟an, al-Qur‟an diturunkan dengan bahasa Arab, dan sisi kemukjizatan tata bahasa al-Qur‟an. Pemaparan tentang tarâduf dimasukkan ke dalam bab ini di karenakan landasan rumusan masalah bermula dari tarâduf, yaitu memiliki banyak lafaz namun bermakna satu. Selengkapnya akan dibahas dalam bab ini. Lanjut ke BAB III, penulis menguraikan pembahasan tentang pandangan mengenai keburukan yang meliputi, defenisi term keburukan, sumber keburukan, dan akibat dari keburukan guna untuk menghindari kesalahan dalam memaknai kata keburukan itu sendiri. Lalu diikuti pembahasan lafaz-lafaz yang menunjukkan makna keburukan seperti: Khabīṡ, Syarrun, Żillah, dan Sayyiah. Empat lafaz tersebut yang merupakan pembatasan masalah. Lanjut ke BAB IV, pada bab ini akan dibahas lebih lanjut atau lebih mendalam mengenai empat lafaz tersebut Khabīṡ, Syarrun, Żillah, dan Sayyiah melalui analisa dari beberapa kitab tafsir yang.

(37) 14 berbeda-beda serta analisa penulis terhadap lafaz-lafaz keburukan dalam al-Qur‟an (Khabīṡ, Syarrun, Żillah, dan Sayyiah). Terakhir BAB V, merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan, dalam bab ini akan dipaparkan seluruh kajian atau penelitian yang merupakan jawaban dari permasalahan yang terdapat pada latar belakang masalah, dan juga akan dilanjutkan kepada permohonan saran-saran dan penutup sebagai masukan dari para pembaca untuk melengkapi hasil penelitian dari hasil karya penulis yang cukup terbatas dan tentunya masih banyak kekurangan. Semuanya akan disimpulkan secara narasi dengan baik..

(38) BAB II KEISTIMEWAAN BAHASA AL-QUR’AN Keistimewaan bahasa yang terkandung dalam al-Qur‟an merupakan bukti mukjizat al-Qur‟an yang diturunkan sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Keindahan bahasa serta penyesuaian tatanan kata-kata dalam al-Qur‟an sesuai mengikuti kondisi dan situasi, begitu pun makna yang terkandung di dalamnya sejalan dengan konteks yang sedang dibicarakan. A. Pengertian Al-Qur’an. Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang memperkenalkan dirinya sebagai hudan li an-nȃs (petunjuk bagi manusia) agar memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Ia merupakan sumber pertama dan utama dari segi ajaran syariat, akidah, maupun akhlak yang harus diimani dan di aplikasikan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, kaum muslimin khususnya, wajib berupaya memahami al-Qur‟an dengan mengerahkan segenap panca indera dan mata hati untuk menangkap kandungan isinya, sehingga fungsi al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia akan benar-benar terasa. Secara bahasa Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan bahwa al-Qur‟an adalah bentuk kata mashdar dari kata qara‟a (‫ )قرأ‬yang bermakna membaca atau mengumpulkan.1 Jika alQur‟an berasal dari kata qara‟a yang bermakna membaca, maka alQur‟an berarti sesuatu yang dibaca, sedangkan jika berasal dari kata 1. Suatu kata dalam bahasa Arab bisa memiliki lebih dari satu makna. Dalam kasus ini, ‫( قرأ‬qara`a) memiliki makna ‫( مجع‬jama'a) mengumpulkan dan ‫( تال‬talâ) membaca. Dari kata. ‫ قرأ‬diambil kata lain: ‫( القرية‬al-qaryah), yang berarti desa karena di. desa terkumpul keluarga-keluarga.. 15.

(39) 16 qara‟a yang bermakna mengumpulkan, maka al-Qur‟an berarti sesuatu yang mengumpulkan, karena al-Qur‟an itu berisi kumpulan kisah-kisah dan hukum.2 Mayoritas ahli tafsir sepakat bahwa wahyu pertama yang diterima oleh nabi Muhammad adalah surah al-'Alaq ayat 1-5. Walaupun hal demikian tidak tertulis secara langsung di alQur‟an. Menurut istilah, al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril ke dalam kalbu Rasulullah saw, dengan menggunakan bahasa Arab dan disertai dengan kebenaran agar dijadikan hujjah dalam hal pengakuannya sebagai Rasul, dan agar dijadikan sebagai dustur (undang-undang) bagi seluruh umat manusia, di samping merupakan amal ibadah jika membacanya. AlQur‟an itu ditadwinkan di antara dua ujung yang dimulai dari Surah al-Fȃtihah, dan ditutup dengan Surah al-Nȃs, dan sampai kepada kita secara tertib dalam bentuk tulisan maupun lisan dalam keadaan utuh atau terpelihara dari perubahan dan pergantian.3 Para ahli tafsir memiliki definisi tersendiri tentang al-Qur‟an, seperti Dr. Subhi Saleh yang mendefinisikan al-Qur‟an sebagai berikut: “Kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan. mutawatir,. membacanya. termasuk. ibadah”.. Adapun. Muhammad Ali Ash-Shabuni mendefinisikan al-Qur‟an sebagai berikut: “al-Qur‟an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta 2. Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Ushûl fî at-Tafsîr (Al-Maktabah alIslamiyyah, 2001). 3 Abdul Wahhab Khalaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, cet.II (Bandung: Penerbit Risalah, 1985), 21..

(40) 17 membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah al-Fȃtihah dan ditutup dengan surah an-Nȃs”. B. Al-Qur’an Diturunkan dengan Bahasa Arab. Tidak dapat disangkal bahwa ayat-ayat al-Qur‟an tersusun dengan kosakata bahasa Arab, hal ini dibuktikan dengan banyaknya ayat-ayat yang sudah menjelaskan, seperti ayat-ayat berikut ini :        “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf [12] : 2).                      “Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab.4 Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, Maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.” (QS. Ar-Ra`d [13] : 37).                “Dan Demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di 4. Keistimewaan bahasa Arab itu antara lain Ialah: 1. sejak zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup, 2. bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan Luas untuk menjelaskan tentang keTuhanan dan keakhiratan. 3. bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjugasi) yang Amat Luas sehingga dapat mencapai 3000 bentuk peubahan, yang demikian tak terdapat dalam bahasa lain..

(41) 18 dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” (QS. Taahaa [20] : 113).                         “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.” (QS. Asy-Shuura [42] : 7)                   “Dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-'Ahqaaf [46] : 12). Ayat-ayat di atas jelas seirama menerangkan bahwa al-Qur‟an itu berbahasa Arab. Maka ini jelas menjadi bantahan terhadap sebahagian ahli yang mengatakan bahwa bahasa al-Qur‟an adalah bahasa campuran antara bahasa Arab dan non Arab. Banyak faktor yang menyebabkan terpilihnya bahasa Arab sebagai bahasa wahyu Ilahi yang terakhir. Faktor-faktor tersebut antara lain berkaitan dengan ciri bahasa Arab dan tujuan penyebaran ajarannya. Bahasa Arab memiliki keistimewaan tersendiri, khususnya dalam hal kekayaan kosa-kata. Dengan spesifikasi ini, bahasa Arab dapat mengakomodasi perbedaan-perbedaan kecil mengenai satu hal, seperti.

(42) 19 menggambarkan rasa cinta dengan kosa kata berbeda-beda sesuai tingkatannya. Selain itu al-Qur‟an sangat teliti dalam memilih kata yang digunakannya yang dalam bahasa Indoonesia disebut dengan diksi.5 Bahasa al-Qur‟an dan bahasa Arab sekarang ini, merupakan bahasa terpenting di kalangan ras Semit6, lebih dari 100 juta orang menggunakan. bahasa. ini.. Sistem. penulisan. bahaa. Arab. diperkkenalkan di Mekkah tidak lama sebelum periode wahyu alQur‟an dan setelah periode turun wahyu sistem penulisan tersebut mengalami sejumlah perbaikan utamanya adalah dengan pemberian titik pada sebahagian huruf sebagai tanda bunyi huruf hijaiyah.7 C. Sisi Kemukjizatan Bahasa al-Qur’an. Al-Qur‟an adalah mukjizat yang terbesar yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, kemukjizatannya tidak hanya dilihat dari satu sisi saja. Al-Qur‟an merupakan firman Allah SWT yang memiliki keindahan dengan kemukjizatan bahasanya. Dari segi bahasa dan sastra al-Qur‟an mempunyai gaya bahasa yang khas yang sangat berbeda dengan bahasa masyarakat Arab, baik dari pemilihan kata dan penyusunannya yang memiliki makna dalam. Usman bin Jinni (932-1002) seorang pakar bahasa Arab sebagaimana dituturkan Quraish Shihab mengatakan bahwa pemilihan kosa kata dalam bahasa Arab bukanlah suatu kebetulan melainkan mempunyai. 5. Akimin Mesra, dkk, Ulumul Qur‟an (Ciputat: Pusat Studi Wanita, 2005), 171. Semit (dari bahasa Ibrani Alkitab, "Sem"; Arab: ّ‫سامي‬‎, Syam, diterjemahkan dengan arti "nama") adalah suatu istilah yang mula-mula digunakan dalam linguistik dan etnologi untuk merujuk kepada sebuah "keluarga atau rumpun bahasa" asal Timur Tengah, yang sekarang disebut "Rumpun bahasa Semit". 7 Cyril Glase, Ensiklopedia Islam Ringkas (Jakarta: PT Grapindo Persada, 1999), 47. 6.

(43) 20 nilai falsafah bahasa yang tinggi.8 Kalimat-kalimat dalam Al-Qur‟an mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada fenomena yang konkrit sehingga dapat dirasakan ruh dinamikanya, termasuk menundukkan seluruh kata dalam suatu bahasa untuk setiap makna dan imajinasi yang digambarkannya. Kehalusan bahasa dan uslub AlQur‟an yang menakjubkan terlihat dari balagoh dan fashohahnya, baik yang. konkrit. maupun. abstrak. dalam. mengekspresikan. dan. mengeksplorasi makna yang dituju sehingga dapat komunikatif antara Autor (Allah) dan penikmat (umat).9 Kajian mengenai gaya Al-Qur‟an, Shihabuddin menjelaskan dalam bukunya Stilistika Al-Qur‟an, bahwa penggabungan antara huruf konsonan dan vocal dalam al-Qur‟an memiliki keserasian sehingga mudah dalam pengucapannya. Lebih lanjut dengan mengutip AzZarqoni keserasian tersebut adalah tata bunyi harakah, sukun, mad dan ghunnah. Dari paduan ini bacaan al-Qur`an akan menyerupai suatu alunan musik atau irama lagu yang mengagumkan. Perpindahan dari satu nada ke nada yang lain sangat bervariasi sehingga warna musik yang ditimbulkanpun beragam. Keserasian akhir ayat melebihi keindahan. puisi,. hal. ini. dikarenakan. al-Qur‟an. mempunyai. purwakanthi10 beragam sehingga tidak membosankan. Misalnya dalam surah Al-Kahfi (18: 9-16) yang diakhiri vocal “a” dan diiringi konsonan yang berfariasi, sehingga tak aneh kalau mereka (masyarakat Arab) terenyuh dan mengira Muhammad berpuisi. Namun Walid Al-mughiroh membantah karena berbeda dengan 8. M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1999), 90. Said Aqil Munawar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Ciputat: Press Jakarta, 2002), 33-34 10 Purwakanthi merupakan rima atau alunan bunyi yang sama pada beberapa kata dalam Sastra Jawa dan Sastra Sunda. Purwakanthi berasal dari kata purwa artinya awalan, dan kanthi yang berarti menggandeng atau mengulang, sehingga purwakanthi arti harfiahnya adalah mengulang yang telah disebut di awal. 9.

(44) 21 kaidah-kaidah puisi yang ada, lalu ia mengira ucapan Muhammad adalah sihir karena mirip dengan keindahan bunyi sihir (mantra) yang prosais dan puitis. Sebagaimana pula dilontarkan oleh Montgomery Watt dalam bukunya “bell‟s Introduction to the Qoran” bahwa style Quran adalah Soothsayer Utterance (mantera tukang tenung), karena gaya itu sangat tipis dengan gayanya tukang tenung, penyair dan orang gila.11 Terkait dengan nada dan langgam bahasa ini, Quraish Shihab mengutip pendapat Marmaduke (cendikiawan Inggris) ia mengatakan bahwa al-Qur`an mempunyai simponi yang tidak ada taranya, setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita. Misalnya dalam surah An-Naazi‟at ayat 1-5. Kemudian dilanjutkan dengan langgam yang berbeda ayat 6-14, yang ternyata perpaduan langgam ini dapat mempengaruhi psikologis seseorang.12 Selain efek fonologi13 terhadap irama, juga penempatan hurufhuruf al-Qur‟an tersebut menimbulkan efek fonologi terhadap makna, contohnya sebagaimana dikutip Shihabuddin Qulyubi dalam bukunya Najlah “Lughah Al-Qur`an al-karim fi Juz „amma”, bunyi yang didominasi oleh jenis konsonan frikatif (huruf. ‫) ّس‬. memberi kesan. bisikan para pelaku kejahatan dan tipuan, demikian pula pengulangan dan bacaan cepat huruf. ‫ر‬. pada QS. An-Naazi‟at menggambarkan. getaran bumi dan langit. Contoh lain dalam surah al-haqqah dan al-. 11. Shihabuddin Qulyubi, Stilistika Al-Qur‟an (Yogyakarta: Titan Ilahi Pers, 1997), 39-41. 12 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1999), 119. 13 Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyibunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata..

(45) 22 Qari‟ah terkesan lambat tapi kuat, karena ayat ini mengandung makna pelajaran dan peringatan tentang hari kiamat.14 Dari pemilihan kata dan kalimat misalnya, al-Qur‟an mempunyai sinonim dan homonim15 yang sangat beragam. Secara umum Said Aqil merangkum keistimewaan al-Qur‟an sebagai berikut:16 1. Kelembutan al-Qur‟an secara lafziyah yang terdapat dalam susunan suara dan keindahan bahasa. 2. Keserasian. al-Qur‟an. baik. untuk. orang. awam. maupun. cendekiawan. 3. Sesuai dengan akal dan perasaan, yakni al-Qur‟an memberi doktrin pada akal dan hati, serta merangkum kebenaran serta keindahan sekaligus. 4. Keindahan sajian serta susunannya, seolah-olah suatu bingkai yang dapat memukau akal dan memusatkan tanggapan dan perhatian. 5. Keindahan dalam liku-liku ucapan atau kalimat serta beraneka ragam dalam bentuknya. 6. Mencakup dan memenuhi persyaratan global (ijmali) dan terperinci (tafsily). 7. Dapat memahami dengan melihat yang tersurah dan tersirat. Susunan gaya bahasa al-Qur‟an tidak sama dengan gaya bahasa karya manusia yang dikenal masyarakat Arab saat itu. Al-Qur‟an 14. Shihabuddin Qulyubi, Stilistika Al-Qur‟an ( Yogyakarta: Titan Ilahi Pers, 1997), 45-46. 15 Homonim ialah bentuk (istilah) yang sama ejaan atau lafalnya, tetapi mengungkapkan makna yang berbeda karena berasal dari asal yang berlainan. Homonim terbagi menjadi dua macam: 1. Homograf, yaitu bentuk istilah yang sama ejaannya, tetapi mungkin lain lafalnya. Contoh: pedologi (paedo) => ilmu tentang hidup dan perkembangan anak. Pedologi (pedon) => ilmu tentang tanah. 2. Homofon, yaitu bentuk yang sama lafalnya, tetapi berlainan ejaannya. Contoh: bank =>bang, sanksi => sangsi. (KBBI h.1045). 16 Said Aqil Munawar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Ciputat: Press Jakarta, 2002), 35..

(46) 23 tidaklah berbentuk syair, tidak pula puisi.17 “Bahkan menurut Noldeke18, diikuti Schwally19, mengatakan bahwa bahasa al-Qur‟an tidak dapat disamakan dengan bentuk bahasa buatan manusia manapun yang pernah dituturkan”.20 Adapun ciri-ciri gaya bahasa alQur‟an di antaranya:21 a. Susunan kata dan kalimat al-Qur‟an 1) Nada dan langgamnya yang unik Ayat-ayat al-Qur‟an walaupun telah ditegaskan oleh Allah bukan syair atau puisi, tetapi terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya. Hal ini diakui oleh cendikiawan Inggris, Mermaduke Pickthall22 dalam The 17. Rosihan Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 20. Theodor Nöldeke (lahir 2 Maret 1836 di Harburg , wafat 25 Desember 1930 di Karlsruhe ) adalah seorang orientalis dan sarjana Jerman . Minat penelitiannya berkisar pada studi Perjanjian Lama , bahasa Semitik dan sastra Arab, Persia, dan Syria. Nöldeke menerjemahkan beberapa karya penting sastra oriental dan selama masa hidupnya dianggap sebagai orientalis yang penting. Dia menulis banyak penelitian (termasuk tentang Al-Qur'an) dan menyumbangkan artikel untuk Encyclopædia Britannica. Dia mempercayakan Schwally dengan kelanjutan dari pekerjaan standarnya "The History of the Qur'ān ". (https://en.wikipedia.org/wiki/Theodor_Nöldeke ) 19 Schwally lahir pada 10 Agustus 1863, di rumah keluarga di Guldengasse. Kecintaan Schwally terhadap bahasa Semit membawanya ke Universitas Strasbourg pada tahun 1892 untuk kembali menjadi mahasiswa orientalis Jerman terkemuka pada masanya, Profesor Dr. Theodor Nöldeke . Di Universitas-universitas Jerman, Orientalisme telah berkembang menjadi disiplin akademik yang terpisah dalam dirinya sendiri, dan berlabuh di dalam Fakultas Filsafat. Itu didasarkan pada pengetahuan bahasa dan budaya, dan juga bisa merangkul metodologi historis-kritis untuk analisis teks. Bagi Schwally, ini adalah rumahnya yang alami. (https://en.wikipedia.org/wiki/Friedrich_Schwally) 20 Montgomery Watt, Pengantar Studi Al-Qur‟an, Penyempurnaan atas karya Ricard Bell (Jakarta: Rajawali Pers,1991), 132. 21 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1999), 118-119. 22 Muhammad Marmaduke William Pickthall (1875-1936) adalah seorang intelektual Muslim Barat, yang terkenal dengan terjemahan Al Qur'an yang puitis dan akurat dalam bahasa Inggris. Ia merupakan pemeluk agama Kristen yang kemudian berpindah agama memeluk Islam. Pickthall adalah juga seorang novelis, yang diakui oleh D.H Lawrence, H.G Wells dan E.M Forster, juga seorang jurnalis, kepala sekolah serta pemimpin politik dan agama. Dididik di Harrow, ia terlahir pada keluarga Inggris kelas menengah, yang akar keluarganya mencapai ksatria terkenal William sang penakluk. Pickthall berkelana ke banyak negara-negara Timur, mendapat reputasi sebagai ahli 18.

(47) 24 Meaning of Gloris Qur‟an. Pickthall berkata, “al-Qur‟an mempunyai simfoni yang tidak ada taranya sehingga setiap nada-nadanya dapat menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita”. Hal ini karena huruf dari kata-kata al-Qur‟an melahirkan keserasian irama. Sebagai contoh surah an-Nazi‟at /79: 1-4.             “Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, Dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, Dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, Dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang”. 2) Singkat dan padat Sebagaimana surah al-Baqarah /2: 212.        ... “Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”. Ayat di atas dapat berarti Allah memberikan rizki kepada siapa. yang. dikehendakinya. tanpa. ada. yang. berhak. mempertanyakannya. Dia Maha Kaya memberikan rizki tanpa batas. masalah Timur Tengah. Ia menerbitkan terjemahannya atas Al Qur'an (The meaning of the Holy Qur'an), ketika menjadi pejabat di bawah pemerintahan Nizam dari Hyderabad. Terjemahannya ini menjadi terjemahan dalam bahasa Inggris pertama yang dilakukan oleh seorang Muslim dan diakui oleh Universitas Al-Azhar (Mesir). (https://id.wikipedia.org/wiki/Marmaduke_Pickthall ).

(48) 25 b. Keseimbangan redaksi Al-Qur‟an memiliki keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya, seperti; al-hayah (hidup) dan al-maut (mati) masing-masing 145 kali, ash-sholihat (kebaikan) dan as-sayyiat (keburukan) masing-masing 167 kali. Selain itu al-Qur‟an memiliki keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya, seperti al-Harts dan az-Zira‟ah (membajak/bertani) masing-masing 14 kali. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah yang menunjukkan akibatnya, seperti al-Infaq dengan ar-Ridha masing-masing 73 kali. c. Ketelitian redaksi Sebagai contoh, kata as-sama‟ (pendengaran) dan al-abshar (penglihatan) dalam arti indra manusia, kata di atas ditemukan dalam al-Qur‟an sebanyak 13 kali. Dari jumlah tersebut kata assama‟ selalu digunakan dalam bentuk tunggal dan selalu mendahului kata al-abshar yang juga selalu dalam bentuk jamak. Dapat dilihat dalam surah an-Nahl/16: 78.                  “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”..

(49) 26 D. Pemaparan Tentang Tarâduf Dalam bahasa indonesia, tarȃduf diistilahkan dengan sinonim. Sinonim dalam KBBI ialah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi berlainan bentuk luarnya.23 Seperti contoh kata stop sama maknanya dengan berhenti, atau kata hubung, kait, keduanya memiliki satu pemahaman yang sama. Kata sinonim sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Dengan kata lain sinonim adalah nama lain untuk benda yang sama.24 Sedangkan. menurut. istilah. terminologi,. Kridalaksana. menyebutkan, sinonim adalah “Bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat, walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja”. Menurut Soedjito, Sinonim ialah: dua kata atau lebih yang maknanya sama atau hampir sama (mirip). Sinonim itu terdapat pada tataran kalimat, frase, kata, dan morfem (Verhar, 1977:132). Kata al-mutarȃdif bentuk fi‟il. berasal dari masdar. ‫ردف – ي ردف‬. ‫الردف‬. (al-radfu) dalam. (radifa-yardafu) yang berarti mengikuti. sesuatu, tiap-tiap benda mengikuti benda lain.. ‫( مت ردف ي‬mutaradifain). dalam (QS. Al-Anfal: 9) diartikan dengan datang bertutut-turut, apabila saling mengikuti dikatakan. ‫الت رادف‬. (al-tarāduf) bentuk isim. fa‟il (lil musyarakah).25 Al-Mutarȃdif (sinonim) ialah. ‫اللفظ المت عدد لمعن َاحد‬. “ dua kata. atau lebih, mempunyai satu arti” dalam kajian bahasa adalah lafazh 23. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 1045. 24 Rofiq Nurhadi, “Pro Kontra Sinonim Dallam al-Qur‟an”, Surya Bahtera: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol.2, No.04 (2015), 2 25 Muhammad Ibn Makram Ibn „Ali Ibn Manzur, Lisȃn al-A‟rab (Kairo: Dȃr alMa‟ȃrif, t.th), 1625..

(50) 27 yang berbeda-beda tetapi mempunyai makna yang sama, seperti ،‫أسامة‬. ،‫أسد‬. ،‫ الليث‬yang berarti singa, atau seperti ،‫ اليمان‬،‫ ّالمهند‬،ّ‫ّالسّيّف‬،‫الحّسّام‬ yang berarti pedang atau ‫ قيء‬،‫ ريق النحل‬،‫ العسل الشهد‬،‫ التحموت‬،‫َالميت‬ ‫ الزنابيل‬yang berarti madu. Beberapa pengertian lain mengenai al-tarȃduf ( ‫ ) الت رادف‬adalah:. ‫ ىو عبارة عن َجود كلمت ي فأكث ر لا دللة َاحدة‬: ‫الت رادف‬ “al-Tarȃduf adalah dua kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama. Dikatakan “kurang lebih” karena memang, tidak akan ada dua kata berlainan yang maknanya persis sama”. Sedangkan menurut Ya‟qub, ‫ الت رادف‬Ialah:. ‫ أَ ىو إطالق عدة كلمات علي مدلول َاحد‬,‫مااخت لف لفظو َإت فق معناه‬ “Berbeda arti pada satu lafaz, Atau Beragam lafaz tapi satuّ makna”. Menurut Umar:. ‫الت رادف َىو أن يدل أكث ر من لفظ علي معن َاحد‬. “Sinonim adalah banyak lafaz tapi satu arti”. Pengertian al-mutarȃdif menurut para ahli : 1. Menurut al-Jurjânî, mutarâdif adalah; beberapa kata yang sama mempunyai kesatuan pengertian dengan ciri-ciri tertentu. Tarȃduf lawannya musytarak. 2. Menurut Imam Fakhruddin, tarȃduf ialah lafaz yang tunggal yang memiliki satu pengertian..

(51) 28 3. Menurut Muhammad at-Tunjî dan Râjî al-Asmar, mutarâdif adalah perbedaan kata dengan satu pengertian, seperti kata. ‫السد َالليث‬. ‫ َضرغام َأسامة‬dan ّ ‫ َالب يت المسكن َالمن زل َالدار‬kedua kata tersebut masing-masing mempunyai satu pengertian. 4. As-Suyûthî mendefinisikan mutarâdif adalah beberapa kata dengan. satu arti, namun beliau lebih berhati-hati terhadap beberapa kata yang mempunyai batasan tertentu, seperti kata. ‫النسان َالبشر‬. dan. ‫ السيف َالصارم‬kedua kata ini mempunyai batasan dari segi zat dan sifatnya. Berdasarkan penelitian para ahli, bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang paling banyak mengandung lafazh mutarȃdifat. Untuk makna pedang saja terdapat seribu lebih lafaz, untuk makna singa ada lima ratus lafaz, untuk makna madu ada delapan puluh kata lebih, dan untuk makna hujan, unta, air, sungai, cahaya, gelap juga untuk makna yang menunjukan sifat seperti panjang, pendek, gagah, kikir dan lainlain yang dikenal oleh bangsa arab jahiliah masing-masing terdiri dari sepuluh lafaz. Bahkan seorang orientalis mencoba mengumpulkan kosa-kata yang berkaitan dengan unta dan berhasil mengumpulkan lima ribu enam ratus empat puluh empat. Jumhur ulama menyatakan bahwa mendudukkan dua murȃdif pada tempat yang lain diperbolehkan selama hal itu tidak dicegah oleh syara‟. Kaidah para Jumhur ulama sebagai berikut:. ‫إي قاع كل من الرادف ي مكان اآلخر يوز إذا ل يقم عليو طالع شرع‬ “Mendudukkan dua muradhif itu pada tempat yang sama itu diperbolehkan jika tidak ditetapkan oleh syara‟”..

(52) 29 Berdasarkan banyaknya pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa mutarȃdif adalah kata yang beragam namun memiliki arti atau makna yang sama..

(53) 30.

(54) BAB III PANDANGAN TENTANG KEBURUKAN Segala bentuk tindakan manusia selalu mengacu pada pandangannya tentang baik dan buruk. Nilai kebaikan dan keburukan senantiasa akan menjadi sumber rujukan untuk melakukan berbagai tindakan dalam hidup. Karena itu, pembahasan pandangan baik-buruk merupakan persoalan mendasar dalam peri kehidupan manusia. Pada hakikatnya, apapun yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya adalah kebaikan meskipun itu keburukan, sedangkan keburukan yang diperbuat oleh manusia adalah pelanggaran. Maka Allah Swt selalu memberi petunjuk kepada manusia agar selalu berbuat baik, karena kebaikan dapat menghapus keburukan. A. Defenisi Keburukan Keburukan. merupakan. sesuatu. yang. dibenci. dan. harus. ditinggalkan. Buruk diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, yang tidak seperti seharusnya, tak sempurna dalam kualitas, di bawah standar, kurang dalam nilai, tak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, sesuatu yang tercela, lawan dari baik, dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Oleh karena itu, kehadirannya tidak disukai oleh manusia.1 Perilaku keburukan adalah hina dan sesuatu yang dilarang oleh petunjuk agama dan harus ditinggalkan dengan berbagai bentuk dan jenisnya, namun dalam kehidupan beragama umat Islam di Indonesia saat ini, kata dan perbuatan buruk sering terdengar. Terkadang pula muncul ungkapan yang salah dalam mengklaim seseorang atau suatu 1. Abuddin Nata, AKHLAK TASAWUF (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), 105.. 31.

(55) 32. kelompok dikarenakan pola pikir dan kurangnya pengetahuan sehingga sesuatu yang baik dianggap buruk dan buruk dianggap baik. Tentu saja sikap dan istilah buruk yang dilontarkan oleh individu atau suatu kelompok kepada kelompok lain tersebut menimbulkan permasalahan tersendiri dalam konteks hubungan sosial. Istilah buruk juga tidak sangat menyenangkan bagi orang yang dituduh dengan ungkapan tersebut, bahkan tidak. jarang istilah. tersebut bisa menyulut konflik dan mengobarkan permusuhan antara sesama pemeluk suatu agama dengan kata lain terjadilah keburukan dalam hal interaksi sosial. Maka perlu adanya solusi dengan pengkajian yang mendalam sesuai petunjuk al-Qur’an. B. Sumber keburukan Sumber orang melakukan keburukan adalah karena dua faktor. Pertama, faktor internal yaitu adanya keinginan untuk berbuat buruk karena kelalaian atau kebodohannya dan tidak mampu menguasai hawa nafsunya.2 Di antara faktor internal yaitu: 1). Kebodohan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan sifat-sifat bodoh, ketidaktahuan, kekeliruan, dan kesalahan.3 Kebodohan adalah keadaan dan situasi di saat kurangnya pengetahuan terhadap suatu informasi yang bersifat subjektif atau lebih singkatnya minim pengetahuan. Kata “bodoh” adalah kata sifat yang mengambarkan keadaan di saat seseorang tidak menyadari suatu hal, tetapi memiliki. 2. Abd Haris, Etika Hamka Konstruksi Etik Berbasis Rasional-Religius (Yogyakarta: LKiS, 2010), 117-118. 3 Tim penyusun kamus pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi.3, cet.4 (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 160..

(56) 33. kemampuan. untuk. memahaminya.. Salah. satu. ayat. yang. membicarakan kebodohan ialah Q.S. al-Isra’/17: 36,                   “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. Kebodohan menjadi salah satu sumber internal keburukan dikarenakan jika seseorang melakukan suatu hal dengan minim pengetahuan maka perbuatan yang dilakukannya cenderung memiliki potensi kesalahan. 2). Kesombongan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sifat dari kata sombong, keangkuhan, kecongkakan, takabbur.4 Sombong adalah menghargai diri secara berlebihan, congkak, pongah hal ini merupakan prilaku buruk. Sebagaimana diungkapkan dalam QS. al-Isra’/17: 37,                “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”.. 4. Tim penyusun kamus pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1083..

(57) 34. 3). Putus asa Putus asa sama dengan hilang/habis harapan, menyerah dengan keadaan, tidak mempunyai jiwa semangat lagi dan cenderung menjerumuskan ke dalam perbuatan buruk seperti mencuri, bunuh diri, dll. Telah disebutkan al-Qur’an surah al-Zumar/39:53,                        “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.. 4). Mengikuti hawa nafsu Hawa nafsu adalah sebuah perasaan atau kekuatan emosional yang besar dalam diri seorang manusia yang berkaitan secara langsung dengan pemikiran atau fantasi seseorang. Hawa nafsu merupakan kekuatan psikologis yang kuat yang menyebabkan suatu hasrat atau keinginan intens terhadap suatu objek atau situasi demi pemenuhan emosi tersebut.5 Dengan berbekal nafsu manusia dapat menjalankan kehidupannya secara wajar sebagai makhluk hidup yang hidup di alam dunia. Berbagai kebuTuhan penting manusia, seperti makan, minum, tidur, menikah, dan lain sebagainya, semua itu melibatkan nafsu di dalamnya. Secara alamiah nafsu bukanlah hal yang mutlak buruk. Namun demikian, nafsu memiliki kecederungan-kecenderungan untuk menyimpang. Oleh karena itu, dalam Islam terkandung anjuran 5. Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Diakses pada 8 Februari, 2019, https://id.wikipedia.org/wiki/Hawa_nafsu.

Gambar

TABEL LAFAZ-LAFAZ ISTILAH KEBURUKAN BERIKUT  SURAH

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dampak negatif yang timbul dari syahwat adalah: Allah menciptakan syahwat dalam diri manusia yang menyebabkan mereka dapat terbuang dari kebenaran; dengan syahwat

Artinya: Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika petunjuk telah datang kepada mereka, dan dari memohon ampun kepada Tuhannya, kecuali

Usaha Konfeksi dan Sablon sebagai pemasok Factory Outlet, distro dan clothing untuk daerah Jakarta, terutama daerah Dago (Jl.Ir.H.Juanda) di Kota Bandung. Salah

• Hiperperistaltik dari usus yang dilakukan pullthrough  sphincter ani tidak mampu mengontrol..

Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu mukjizat kerasulannya. Al- Qur‟an merupakan

Belanja jasa konsultan perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Laboratorium Komputer SMAN 1 Kec. Bunguran

bisa disebabkan oleh: (1) mungkin beliau tidak pernah belajar membaca dan menulis; (2) sebelum diangkat menjadi rasul, beliau tidak pernah membaca kitab-kitab samawi, maka

Al-Qur‟an sebagai kitab suci (kitâbun muthahharah) maupun sebagai pedoman hidup (hudan linnas) sangat menghargai adanya pluralitas. Pluralitas oleh al-Qur‟an