C O N G E N I T A L M E G A C O L O N
(
H I R S C H S P R U N G ’ S D I S E A S E )
O L E H : D R . YO H A N E S S A N TO S A H .
P E M B I M B I N G : D R . I G B A D R I A
H A R I A S TAWA , S P. B A ( K )
TUJUAN UMUM
• Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi, dan fisiologi saluran cerna; memahami dan mengerti patologi dan patogenesis penyakit Hirschsprung; memahami dan mengerti diagnosis dan pengelolaan penyakit Hirschsprung dan dapat melakukan tindakan operasi untuk penanganan penyakit Hirschsprung, serta perawatan pasca operasi
TUJUAN KHUSUS
• Mampu menjelaskan embriologi, anatomi, dan fisiologi saluran cerna.
• Mampu menjelaskan patologi dan patogenesis penyakit Hirschsprung.
• Mampu menjelaskan dan membuat diagnosis penyakit Hirschsprung.
• Mampu menjelaskan indikasi dan interpretasi hasil pemeriksaan imaging dalam rangka diagnostik penyakit Hirschsprung
• Mampu menjelaskan teknik operasi dan melakukan operasi kolostomi dan operasi definitif pada penyakit hirschsprung dan mengatasi komplikasinya
• Mampu melakukan persiapan pra operatif dan perawatan pasca operatif penyakit Hirschsprung
• Mampu mengenal dan menangani komplikasi pasca operasi kolostomi dan pull through.
SEJARAH
• Ditemukan pada ahli bedah Hindu kuno (Sumshruta Samhita)
• Abad ke-17, Frederick Ruysch, anak umur 5 tahun yang meninggal karena obstruksi usus
• Tahun 1800, Battini, kasus anak meninggal karena congenital megacolon
• Tahun 1887, oleh Harald Hirschsprung
• Tahun 1901, Tittel, tidak adanya ganglion sel pada colon bagian distal • Tahun 1946, Ehrenpreis aganglionosis sebagai penyebab kongenital
megacolon
• Tahun 1949, Swenson, operasi rekonstruksi pertama pada HD (Hirschsprung’s Disease)
• Tahun 1955, Franco Soave, memperkenalkan teknik endorectal pull through
INSIDEN
•
1 : 5000 kelahiran hidup
•
♀ : ♂ = 4 : 1 pada segmen pendek, cenderung sama pada
segmen yang lebih panjang
•
80% memiliki
‘zona transisi’
•
Hampir seluruh kasus terletak pada rektum
•
80% kasus melibatkan rektum dan sigmoid
•
10% melibatkan kolon proximal
•
5-10% mengalami total kolon aganglion sampai usus halus
bagian distal
KELAINAN KONGENITAL LAIN
TERKAIT HIRSCHSPRUNG
’
DISEASE
INERVASI
Langman’s Medical Embryology 13th
EMBRIOLOGI
• Pada minggu ke-13 terjadi migrasi dari sel neural crest melalui GI Tract dari proximal menuju ke distal yang kemudian berdiferensiasi menjadi sel ganglion yang matang.
• Sumber sel neural crest Vagal & Sacral
ETIOLOGI
• Tidak adanya pleksus myenteric (Aurbach) dan pleksus submukosa (Meissner)
• Ada 2 teori penyebab dari Hirschsprung’s Disease : Gagal bermigrasi
– Mutasi gen RET (terletak di kromosom 10q11) sebagai penyandi reseptor tirosin kinase pada membran sel, Glial Cell-Derived Neurotrophic Growth Factor (GDNF) sebagai ligand yang diproduksi sel mesenkim
– Reseptor + ligand migrasi sel Gagal bertahan dan berproliferasi
– Otot polos dan esktraseluler matrix di lokasi aganglion memberikan kondisi yang tidak mendukung pertumbuhan dari sel neuron
Coran Pediatric Surgery 7th Edition
PATOLOGI
• Obstruksi akibat gangguan peristaltik usus
• Dilatasi abnormal dan distensi + penebalan dinding (muskular hipertofi) kolon , proximal dari segmen aganglion
GEJALA KLINIS
• Obstruksi neonatal
– Delayed meconium (<24 jam) 90% kasus
– Distensi abdomen
– Muntah billious
– Perforasi cecal atau appendix
• Obstruksi kronis : FTT, ketergantungan enema
GEJALA KLINIS
• Enterocolitis HAEC (Hirschsprung Associated Enterocolitis) ~ 10% kasus
– Demam
– Distensi abdomen – Diare
• Obstruksi fungsional pertumbuhan bakteri↑↑ infeksi sekunder • ↓↓ produksi mucin dan Ig invasi mikroorganisme (Clostridium
difficile dan rotavirus)
GEJALA KLINIS
• Pada anak usia lebih tua, teraba massa feces di kuadran kiri bawah, rektum kosong
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium : Darah lengkap • Radiologi
• Anorektal manometri • Biopsi
RADIOLOGI
• BOF
RADIOLOGI
RADIOLOGI
RADIOLOGI
Coran Pediatric Surgery 7th Edition
ANOREKTAL MANOMETRI
Ashcraft’s Pediatric Surgery Fig 34-3. Pg 476 Normal
ANOREKTAL MANOMETRI
Ashcraft’s Pediatric Surgery Fig 34-3. Pg 476 Hirschsprung’s Disease
REKTAL BIOPSI
(DIAGNOSIS DEFINITIF / GOLD STANDARD)
•
Biopsi
–
Biopsi hisap
–
Biopsi full thickness
•
> 1.5 cm di atas linea dentata : 2 cm, 3 cm, 5 cm di atas
linea dentata
REKTAL BIOPSI (DORSAL
LITHOTOMY)
ANAL / RECTAL MYOTOMY
(POSTERIOR MIDLINE
TRANS-SACRAL APPROACH)
HISTOLOGI
(
PEWARNAAN
HEMATOXYLIN DAN EOSIN)
Hirschsprung Hypertophied nerve trunks • Ashcraft’s Pediatric Surgery 6th Edition. Fig 34-4. Pg 476
• Monforte-Muñoz H et al. Increased submucosal nerve trunk caliber in aganglionosis: a "positive" and objective finding in suction biopsies and segmental resections
HISTOLOGI
(PEWARNAAN CHOLINESTERASE)
Ashcraft’s Pediatric Surgery 6th Edition. Fig 34-5. Pg 476
HISTOLOGI
(PEWARNAAN CALRETININ
– CALB2 GENE)
Normal Hirschsprung
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
• Intestinal neuronal dysplasia • Meconium Plug Syndrome
• Small Left Colon Syndrome • Distal ileal atresia
• MAR letak rendah • Nenonatal Sepsis • Hypothyroid
• Brain injury • Prematurity
INTESTINAL NEURONAL
DYSPLASIA
• Dideskripsikan pertama oleh Meier-Ruge tahun 1971 • Terdapat 2 tipe :
– Tipe A : jarang terjadi, ditandai dengan tidak adanya inervasi simpatik pada pleksus myenterik dan submukosa disertai hiperplasia pleksus
myenterikus
– Tipe B (dapat bersamaan dengan HD) :
• displasia dari pleksus submukosa dengan penebalan serabut saraf dan giant ganglia
• Pewarnaan ACH meningkat
PENANGANAN
PREOPERATIVE
•
Dekompresi : rectal tube, NGT
•
Resusitasi cairan
•
Antibiotik profilaksis
•
Rectal washout
PENANGANAN OPERATIVE
•
Colostomy sementara sampai usia 6-12
bulan (dekompresi kolon)
•
Operasi
–
Duhamel (definitive)
–
Soave
DUHAMEL
•
Untuk menghindari diseksi pelvis pada prosedur Swenson
•
Manipulasi rektum dilakukan secara anterior
mempertahankan pleksus saraf otonom dari sistem
genitourinaria
•
Menggunakan stapling otomatis
•
Usus yang berganglion ditarik sampai 1 cm di atas linea
dentata
DUHAMEL
•
Preoperatif :
–
Leveling Colostomy beberapa bulan sebelumnya
dekompresi usus dan kembali ke ukuran normal
–
Rektal dan kolon washout
–
Primer Duhamel (tanpa menunggu usia 6-12 bulan atau
berat badan 10 kg)
SOAVE
•
Franco Soave (1955) dimodifikasi oleh Boley Coran
•
Untuk neonatus usia 1-2 minggu
•
Angka komplikasi = standar 2 tahap prosedur
•
Menghindari kerusakan nervus di daerah pelvis
•
Mempertahankan serabut sensoris di antara dinding usus
yang aganglion
•
Mempertahankan integritas dari spingter interna
•
Terdapat kemungkinan terjadi konstipasi (segmen ganglion
di dalam segmen aganglion) memerlukan studi lebih
lanjut
SOAVE
•
Preoperatif :
–
Rectal washout ~ terakhir ditambahkan neomicyn 1%
–
Dilatasi digital pada rektum
–
Antibiotik profilaksis sebelum operasi dan 2 dosis
setelah operasi
SWENSON
•
Swenson and Bill pada tahun 1948
•
Inisial insiden enterocolitis post operatif akibat terlalu
banyak segmen aganglion pada rektum yang ditinggalkan
– Early 16% – Late 27%
•
Diseksi secara virtual dinding posterior rektum sampai
bagian paling atas dari sphincter interna
•
Memerlukan diseksi yang sangat teliti pada rektum sampai
2 cm di anodermal junction
•
Jika diseksi sampai pada dinding rektum, sangat besar
kemungkinan terjadi injuri pada nervus genitourinaria
SWENSON
•
Preoperatif :
–
Dilakukan washout rutin
–
Persiapan lainnya hampir sama dengan teknik
pull-through lainnya
POSTOPERATIVE CARE
• NGT dilepas jika motilitas saluran cerna sudah bagus
• Oral feeding dapat diberikan segera pada HD yang sederhana • Kateter Foley dilepas 2 hari setelah operasi pada Duhamel dan
Endorectal Pull Through (Soave) • Antibiotik sampai 2 hari post-op • Monitoring komplikasi
• Pada endorectal pull-through, dilakukan rectal touche dengan jari atau cotton tip applicator
• Perawatan perineum, Zinc Oxide ointment setiap penggantian pampers mencegah iritasi
POST OPERATIVE CARE
• Neonatus, dimulai dengan Hegar dilator 6-7 dan ditingkatkan sesuai kondisi klinis (pada teknik Soave)
KOMPLIKASI
• Komplikasi dini : striktur anastomosis (15%), infeksi (11%), leakage (7%)
• Leakage, tanda – tanda awalnya : – Eritema
– Selulitis
• Komplikasi lanjut :
KOMPLIKASI
•
Obstruksi karena 5 hal :
1.
Obstruksi mekanikal
–
Striktur (Soave atau Swenson), penumpukan feses
pada daerah spur (Duhamel)
–
Terpuntir pada daerah pullthrough atau
penyempitan pada muscular cuff (Soave)
2.
Rekuren aganglionosis atau acquired biopsi ulang
proximal dari colo-anal anastomose redo Duhamel
atau Soave
–
Kesalahan analisa histologi
–
Pullthrough pada zona transisi
3.
Kelainan motilitas kolon proximal atau usus halus
–
GERD
–
Intestinal Neuronal Dysplasia (IND)
4.
Achalasia sphincter internus abnormalitas dari
recto-anal nhibitory reflex dilakukan
sphincterotomy chemical (botulinum toxin)
•
Enterocolitis :
–
Multifaktorial
–
Stasis karena obstruksi fungsional pertumbuhan
bakteri + infeksi sekunder
–
Agent yang berperan : Clostridium dificile dan rotavirus
–
↓↓ produksi mucin dan Imunoglobulin hilangnya
barier intestinal dan terjadi invasi bakteri
–
Dapat terjadi sebelum atau sesudah operasi
–
Gejala dapat berupa : demam, distensi abdomen, diare,
leukositosis dan edema intestinal pada foto BOF
•
Penanganan enterocolitis :
–
Pemasangan NGT
–
Cairan intravena
–
Antibiotik broad-spectrum
–
Dekompresi rektum dan colon (stimulasi dan irigasi)
•
Encoporesis (inkontinensia) :
– Fungsi sphincter yang abnormal, bisa diakibatkan karena injuri saat dilakukan pullthrough atau myectomy atau sphincterotomy
sebelumnya; dapat diperiksa dengan anorektal manometri atau USG endorektal
– Sensasi abnormal
• Tidak bisa merasakan rektum yang penuh anorektal manometri
• Tidak bisa membedakan gas dan feses (akibat hilangnya epitel transisional pada saat anastomose di bawah linea dentata
– Pseudo inkontinesia, dicurigai jika sphincter dan sensasi terbukti normal
• Obstipasi yang berat dengan distensi dari rektum yang massif dan overflow dari cairan feses
• Hiperperistaltik dari usus yang dilakukan pullthrough sphincter ani tidak mampu mengontrol
• Penanganan gangguan BAB :
– Sphincter + sensasi inadekuat stimulant laxative (senna, enema)
– Konstipasi berat laxative
– Kebiasaan menahan BAB dengan sensasi dan sphincter yang
normal akan mengalami eksaserbasi jika dilakukan enema atau manipulasi anal
– Hiperparitaltik pullthrough constipating diet + medikasi (loperamide)
ANTERIOR AGANGLIONIC
’SPUR’ (DUHAMEL)
TWISTED TAP (TRANSANAL
PULLTHROUGH)
<48 jam (90%)
Ganglion (-) Ganglion (+)
> 48 jam (10%)
Ganglion (+)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ashcraft’s Pediatric Surgery 6th Edition 2. Coran Pediatric Surgery 7th Edition
3. Langman’s Medical Embryology 13th Edition 4. Larsen’s Human Embryology 5th Edition
5. Ziegler : Operative Pediatric Surgery 2nd Edition
6. Monforte-Muñoz H et al. Increased submucosal nerve trunk caliber in aganglionosis : a "positive" and objective finding in suction