• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)KEDUDUKAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN (ORMAS) BERBENTUK PERKUMPULAN YANG TIDAK BERBADAN HUKUM (STUDI PADA PERKUMPULAN GENERASI MANAHAN BERKEDUDUKAN DI KOTA MEDAN). TESIS. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Oleh :. RIZKI UTAMI 177011114. MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020.

(2)

(3)

(4)

(5)

(6) KEDUDUKAN DAN PERTANGUNGJAWABAN HUKUM ORGANISASI KEMASYARAKAN (ORMAS) BERBENTUK PERKUMPULAN YANG TIDAK BEBRBADAN HUKUM (STUDI PADA PERKUMPULAN GENERASI MANAHAN BERKEDUDUKAN DI KOTA MEDAN) ABSTRAK Perkumpulan merupakan bagian dalam organisasi masyarakat yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Dalam penyelenggaraannya, organisasi masyarakat dapat berbentuk badan hukum dan tidak berbadan hukum. Generasi Manahan sebagai perkumpulan yang tidak berbadan hukum kedudukannya sudah diakui oleh Peraturan Perundang-undangan, namun Generasi Manahan belum dapat melakukan perbuatan hukum dengan mandiri dikarenakan status hukumnya yang belum berbadan hukum, sehingga dalam pertanggungjawaban hukumnya, Generasi Manahan tidak dapat dengan bebas melakukan perbuatan hukum dengan mengatasnamakan Generasi Manahan. Dikarenakan Generasi Manahan belum berbadan hukum, maka segala perbuatan hukumnya harus diwakili oleh anggota pengurusnya, dengan mengatasnamakan nama anggota pengurusnya. Jenis penelitian tesis ini menggunakan penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis. Data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitin ini adalah data primer dan data sekunder yang berasal dari penelitian kepustakaan dan hasil wawancara langsung dengan narasumber. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan, perkumpulan yang tidak berbadan hukum, pendaftarannya dilakukan dengan pemberian surat keterangan terdaftar. Surat keterangan terdaftar ini dapat diberikan oleh Menteri Dalam Negeri bagi perkumpulan yang memiliki lingkup nasional, Gubernur bagi perkumpulan yang memiliki lingkup provinsi, Bupati/Walikota bagi perkumpulan yang memiliki lingkup kabupaten/kota. Tata cara perubahan status perkumpulan yang tidak berbadan hukum menjadi perkumpulan yang berbadan hukum yaitu perkumpulan yang belum berbadan hukum tersebut harus membuat akta pendirian yang baru, dimana akta tersebut dibuat oleh Notaris, lalu mendaftarkan perkumpulannya ke Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia melalui Sistem Administrasi Badan Hukum. Status kedudukan hukum perkumpulan Generasi Manahan diakui oleh peraturan, yaitu menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan sedangkan tanggungjawab hukum Perkumpulan Generasi Manahan, yaitu ditanggung secara tanggung renteng karena Generasi Manahan belum berbentuk badan hukum. Kata kunci. : Generasi Manahan, kedudukan hukum, pertanggungjawaban hukum, organisasi kemasyarakatan, perkumpulan..

(7)

(8)

(9) KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam penyusunan tesis yang berjudul “Kedudukan Dan. Pertanggungjawaban. Organisasi. Kemasyarakatan. (ORMAS). Berbentuk Perkumpulan Yang Tidak Berbadan Hukum (Studi Pada Perkumpulan Generasi Manahan Berkedudukan Di Kota Medan)” ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam penulis sanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah bersusah payah membawa umatnya dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh sebab itu, Peneliti sangat mengharapkan adanya penelitian lanjutan guna kesempurnaan penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan kepada pihak yang telah menjadi bagian penting selama penulis menjalani kehidupan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Kenotariatan, yaitu : 1.. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.. 2.. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara..

(10) 3.. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S,H, C.N, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku pembimbing kedua yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran serta sabar dalam mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.. 4.. Bapak Dr. Edy Ikhsan, S.H, M.A, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.. 5.. Bapak Prof. Dr. Saidin, S.H., M.Hum, selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu dan memberi motivasi, bimbingan, dorongan, saran dan perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.. 6.. Bapak Dr. Suprayitno, S.H, M.Kn, selaku pembimbing ketiga yang telah meluangkan waktu dan memberi motivasi, bimbingan, dorongan, saran dan perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.. 7.. Bapak Dr. Dedi Harianto, S.H., M.Hum dan Ibu Dr. Idha Aprilyana Sembiring, S.H., M.Hum, selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan saran untuk perbaikan penulisan tesis.. 8.. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta arahan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan perkuliahan.. 9.. Seluruh Staf/Pegawai Administrasi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari penulis masuk kuliah hingga penulis menyelesaikan tesis ini.. 10.. Bapak Toni Manahan Purba selaku Pendiri Perkumpulan Generasi Manahan yang telah banyak membantu memberikan bantuan data kepada Peneliti.. 11.. Sahabat-sahabat dan juga seluruh mahasiswa angkatan 2017 yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini..

(11)

(12) DAFTAR ISI PENGESAHAN ………………………………………………………………… i TANGGAL UJIAN PERNYATAAN ORISINALITAS PERSETUJUAN PUBLIKASI TESIS ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii BAB I. PENDAHULUAN A.. Latar Belakang ............................................................................... 1. B.. Rumusan Masalah ........................................................................... 9. C.. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9. D.. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10. E.. Keaslian Penelitian ........................................................................ 11. F.. Kerangka Teori Dan Konsepsi .......................................................12 1. Kerangka Teori........................................................................ 12 2. Kerangka Konsepsi ................................................................. 18. G.. Metode Penelitian.......................................................................... 20 1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian ...................................... 20 2. Sumber Data .......................................................................... 21 3. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 23 4. Analisis Data.......................................................................... 23. BAB II. PROSEDUR. PENDIRIAN. KEMASYARAKATAN YANG. BERBADAN. BERBADAN NOMOR. HUKUM. 16. PERATURAN UNDANG. TAHUN. PERUBAHAN. BERBENTUK HUKUM. 2017. ATAS. 2. PERKUMPULAN. DAN. MENURUT. PEMERINTAH. NOMOR. ORGANISASI. YANG. UNDANG-UNDANG. TENTANG. PENETAPAN. PENGGANTI. TAHUN. TIDAK. 2017. UNDANG-UNDANG. UNDANGTENTANG. NOMOR 17.

(13) TAHUN. 2013. TENTANG. ORGANISASI. KEMASYARAKATAN ...............................................................25 A.. Pengertian Perkumpulan dan Perkembangannya Di Indonesia .... 25. B.. Jenis-jenis Perkumpulan Di Indonesia .......................................... 31 1. Perkumpulan Dalam Arti Sempit ............................................ 32 2. Perkumpulan Dalam Arti Luas................................................ 53. C.. Prosedur Pendirian Suatu Perkumpulan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Jo. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perkumpulan ........................................................................................................81 1. Tata Cara Pendirian Suatu Perkumpulan Yang Berbadan Hukum ..................................................................................... 82 2. Tata Cara Pendirian Suatu Perkumpulan Yang Tidak Berbadan Hukum ..................................................................................... 87. BAB III. TATACARA. PERUBAHAN. KEMASYARAKATAN YANG. TIDAK. STATUS. BERBENTUK. BERBADAN. ORGANISASI PERKUMPULAN. HUKUM. MENJADI. PERKUMPULAN YANG BERBADAN HUKUM .................. 91 A.. Perubahan Status Perkumpulan Yang Tidak Berbadan Hukum Menjadi Perkumpulan Yang Berbadan Hukum………………… 91. B.. Proses Pendaftaran Perkumpulan Berbadan Hukum Secara Online Di Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Melalui Sistem Administrasi Badan Hukum……………………………………. 96.

(14) BAB IV. KEDUDUKAN DAN PERTANGUNGJAWABAN HUKUM ORGANISASI. KEMASYARAKAN. BERBENTUK. PERKUMPULAN YANG TIDAK BERBADAN HUKUM (STUDI PADA PERKUMPULAN GENERASI MANAHAN BERKEDUDUKAN DI KOTA MEDAN) ................................105 A.. Sejarah Perkumpulan Generasi Manahan ................................... 105. B.. Hak Dan Kewajiban Perkumpulan Sebagai Organisasi Masyarakat . ................................................................................................... 109. C.. Kedudukan Hukum Perkumpulan Generasi Manahan Menurut Peraturan Perundang-Undangan.................................................. 112. D.. Pertanggung Jawaban Hukum Perkumpulan Generasi Manahan Menurut Peraturan Perundang-Undangan ................................... 116. BAB V. KESIMPULAN SARAN ........................................................ 120 A.. Kesimpulan.............................................................................. 120. B.. Saran ....................................................................................... 121. DAFTAR PUSAKA ........................................................................................ 123.

(15) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wujud pelaksanaan ketentuan dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu Pemerintah Indonesia mengundangkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Kedua undang-undang tersebut telah mencantumkan hak-hak setiap warga negara sebagai bentuk perlindungan pemerintah terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Perkumpulan merupakan bagian dalam organisasi masyarakat atau disingkat dengan ormas diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi. 1.

(16) 2. dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.1 Sesuai dengan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Organisasi Kemasyarakatan2 : 1. Ormas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dapat berbentuk: a. badan hukum; atau b. tidak berbadan hukum. 2. Ormas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat: a. berbasis anggota; atau b. tidak berbasis anggota. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwasaannya ormas dapat berbentuk badan hukum, dengan kata lain ormas juga merupakan subyek hukum. Subyek hukum memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting di dalam bidang hukum, khususnya hukum keperdataan karena subyek hukum tersebut dapat mempunyai wewenang hukum. Istilah subyek hukum berasal dari terjemahan bahasa Belanda yaitu rechtsubject atau law of subject dalam bahasa Inggris. Secara umum rechtsubject diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban, yaitu manusia dan badan hukum.3 Kemudian didalam Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang OKM (Organisasi Kemasyarakatan), menyebutkan bahwa: ormas berbadan hukum sebagaimana dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a dapat berbentuk : a. Perkumpulan; atau 1. Pasal 1 Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. 2 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. 3 Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Prenada Media Grup, Jakarta, 2008, h. 40..

(17) 3. b. yayasan Perkumpulan di Indonesia apabila dilihat dari (berdasar pada) Stb. 187064 terdapat 2 macam bentuk perkumpulan, yaitu4 : 1. perkumpulan yang berbadan hukum (pasal 1), dan 2. perkumpulan yang tidak berbadan hukum (pasal 8). Ketentuan pasal tersebut mengindikasikan bahwa status badan hukum Perkumpulan didapat setelah mendapatkan pengesahan dari pemerintah. Pengesahan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perkumpulan selanjutnya disebut Permen No. 3 Tahun 2016. Perkumpulan yang tidak berbadan hukum merujuk pada pasal 8 Stb. 1870-64 yang berbunyi: Perkumpulan-perkumpulan, yang tidak didirikan sebagai badan hukum menurut peraturan umum atau tidak diakui menurut peraturan ini dengan demikian tidak dapat melakukan tindakan-tindakan perdata. yang didapat atas namanya, terhadap negara dan terhadap pihak ketiga dipandang mengikuti orangorang yang menutup perjanjian dan menerima barangbarang sekalipun juga bahwa perjanjian-perjanjian itu dan dasar hukum orang-orang yang bertindak hanya sebagai. kuasa atau pengurus perkumpulan. Ketentuan pasal tersebut diatas mengindikasikan bahwa Perkumpulan dapat berbentuk bukan badan hukum, namun perkumpulan yang tidak berbadan. 4. Chidir Ali, Badan Hukum, P.T. Alumni, Bandung, 2014, h. 117..

(18) 4. hukum tidak dapat melakukan tindakan keperdataan kepada pihak ketiga secara mandiri atau mengatasnamakan Perkumpulan itu sendiri. Apabila akan dibuat suatu perjanjian antara pihak ketiga dengan Perkumpulan yang dimaksud, harus dilakukan oleh orang-orang yang bergabung dalam Perkumpulan tersebut. Perjanjian tersebut baru mengikat perkumpulan jika seluruh anggotanya menandatangani perjanjian dimaksud atau seluruhnya memberikan kuasa kepada 1 (satu) orang anggotanya untuk membuat dan menandatangani perjanjian dimaksud.5 Manusia sebagai pembawa hak, di dalam hukum juga terdapat badanbadan atau perkumpulan-perkumpulan dipandang sebagai subyek hukum yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti manusia. Badan-badan dan perkumpulan-perkumpulan itu dapat memiliki kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan menggugat di muka Hakim. Badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan tersebut dinamakan badan hukum (rechtspersoon) yang berarti orang (persoon) yang diciptakan oleh hukum.6 Jadi, ada suatu bentuk hukum (rechtsfiguur) yaitu badan hukum (rechtspersoon) yang dapat mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban hukum dan dapat mengadakan hubungan hukum.. 5. Irma Devita, Perkumpulan (Himpunan/Ikatan/LSM/Paguyuban/Ormas.), http://irmadevita.com/2012/perkumpulan-himpunanikatanlsmpaguyubanormas/, diakses pada 30 Januari 2018. 6 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedelapan, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, h. 216..

(19) 5. Fungsi Pendaftaran organisasi masyarakat diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan, yakni7 : 1. Ormas berbadan hukum dinyatakan terdaftar setelah mendapatkan pengesahan badan hukum. 2. Pendaftaran Ormas berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Dalam hal telah memperoleh status badan hukum, ormas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memerlukan surat keterangan terdaftar. Status Perkumpulan berbadan hukum semakin dipertegas dengan keluarnya Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 3 Tahun 2016 yang memberikan defenisi perkumpulan itu sendiri. Pada Pasal 1 angka (1) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 3 Tahun 2016 mengatakan bahwa: “Perkumpulan adalah badan hukum yang merupakan kumpulan orang didirikan untuk mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan dan tidak membagi keuntungan kepada anggotanya.” Para pihak yang akan mengadakan atau mendirikan badan hukum dengan menggunakan akta, maka mereka diharuskan oleh undang-undang untuk menghadap kepada pejabat tertentu yang diberi kewenangan khusus yaitu Notaris. Pihak-pihak yang menghadap kepada Notaris untuk dibuatkan akta badan hukum biasanya terdiri dari berbagai kalangan masyarakat. Masyarakat yang dating tersebut, memiliki keinginan yang berbeda-beda baik keinginan positif atau keinginan negatif yang bisa menimbulkan permasalahan di kemudian hari 7. Pasal 15 Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Organisasi Kemasyarakatan..

(20) 6. atas akta yang akan dibuat. Disinilah profesi Notaris dituntut untuk mampu menghadapi setiap kemungkinan yang terjadi dan siap mempertanggung jawabkan profesinya atas segala keadaan yang timbul seiring tugas dan jabatannya sebagai seorang Notaris yang mungkin terjadi di kemudian hari atas akta yang dibuatnya. Indonesia saat ini hanya mengenal 2 (dua) bentuk badan hukum sosial yakni Yayasan dan Perkumpulan. Kedua badan hukum tersebut walaupun mempunyai kesamaan, yakni bergerak dalam bidang sosial, namun tetap memiliki perbedaan. Yayasan itu sendiri telah mempunyai Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (selanjutnya disebut UU Yayasan) sebagai landasan untuk dapat mendirikan Yayasan. Sedangkan Perkumpulan hingga kini masih diatur berdasarkan Staatsblad 1870 Nomor 64 (selanjutnya disebut Stb. 1870-64) dan Pasal 1653-1665 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Selain peraturan tersebut, di dalam Staatsblad 1939 Nomor 570 jo 717 diatur tentang Perkumpulan Indonesia (Inlandse Vereniging) yang pada awalnya hanya berlaku untuk daerah Jawa Madura saja, kemudian disempurnakan dengan Staatsblad 1942 Nomor 13 jo. Nomor 14 berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia.8 Sedangkan untuk Organisasi Kemasyarakatan itu sendiri diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan menjadi Undang-Undang. 8. Herlin Budiono, Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, h. 189..

(21) 7. Dasar hukum yang melandasi Perkumpulan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan Perkumpulan yang ada di Indonesia bahkan cenderung bias, sebut saja dalam pasal 1653 KUHPerdata yang membagi Perhimpunan orang sebagai Perkumpulan (vereenigingen van personen als zedelijke lichmen), yakni:9 1. Perkumpulan yang diadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum (op openbaar gezag als zoodanig ingesteld); 2. Perkumpulan yang diakui (erkend); 3. Perkumpulan yang diizinkan (geoorloofd toegelaten); atau 4. Perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan Undang-undang atau kesusilaan baik (tot een bepaald oogmek, niet strijdig met de wetten of met de geode zeden, samengesteld). Hasil dari keterangan di atas, bahwasannya Organisasi Kemasyarakatan khususnya yang berbadan hukum sangat jelas dan diatur pengaturannya dalam Undang-Undang, yang mana perkumpulan yang berbadan hukum jelas berbasis anggota, diatur dalam Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Ormas yakni Ormas berbadan hukum perkumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a didirikan dengan berbasis anggota. Di dalam ruang lingkup perkumpulan yang berbadan hukum sudah jelas diatur mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing anggota. Sehingga perkumpulan yang berbadan hukum dalam menjalankan kegiatan baik kegiatan di dalam perkumpulan itu sendiri maupun kegiatan di dalam pemerintahan sudah jelas berjalan dengan baik dikarenakan pengaturannya sudah diatur dengan jelas. Sedangkan perkumpulan yang tidak berbadan hukum masih sedikit pengaturan di dalam Undang-Undang, akan tetapi pada prakteknya perkumpulan yang tidak berbadan hukum dalam menjalankan kegiatan keorganisasiannya baik di dalam 9. Ibid..

(22) 8. perkumpulan maupun pemerintahan juga berjalan dengan baik. Pengaturan Organ di dalam perkumpulan yang tidak berbadan hukum belum ada pengaturan bagaimana keanggotaannya, dapat menjalankan kegiatan keorganisasiannya dengan baik di dalam pemerintahan. Dipenelitian ini, sebagai contoh organisasi yang tidak berbadan hukum yaitu Generasi Manahan. Generasi Manahan memiliki nama lengkap yaitu Generasi Manahan Archery Club. Generasi Manahan terbentuk sejak April 2015. Namun Generasi Manahan baru mendapatkan legalitas dengan lahirnya akta Notaris pada tanggal 09 Januari 2019. Generasi Manahan bermarkas di Komplek Taman Asoka Asri Jalan Flamboyan Raya Setia Budi/Flamboyan I, Kelurahan Tanjung Selamat, Medan Tuntungan. Namun sebelum berada di Komplek Taman Asoka Asri tersebut, sebelumnya Generasi Manahan berlatih di SMP IT Siti Hajar Medan. Sejumlah atlet berprestasi lahir dari klub panahan ini. Awalnya Generasi Manahan ini didirikan untuk menyalurkan hobi memanah. Namun seiring berkembangnya generasi Manahan ini, akhirnya generasi Manahan ini melahirkan atlet-atlet yang berprestasi. Hasil dari penjelasan tersebut diatas bahwa belum ada pengaturan yang jelas tentang perkumpulan yang tidak berbadan hukum di dalam Undang-Undang, oleh sebab itu penelitian ini dirasa penting untuk diteliti, untuk mengetahui pertanggungjawaban hukum terhadap perkumpulan yang tidak berbadan hukum apabila melakukan perbuatan hukum dan siapa yang bertanggung jawab dalam perkumpulan terhadap perbuatan hukum tersebut..

(23) 9. Hasil dari uraian-uraian tersebut diatas maka perlu penelitian lebih lanjut mengenai Organisasi Sosial yang akan dituangkan ke dalam judul Tesis “Kedudukan dan pertanggungjawaban hukum organisasi kemasyarakatan (ormas) berbentuk perkumpulan yang tidak berbadan hukum (studi pada Perkumpulan Generasi Manahan berkedudukan di Kota Medan).” B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana prosedur pendirian organisasi kemasyarakatan berbentuk perkumpulan yang berbadan hukum dan yang tidak berbadan hukum menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan? 2. Bagaimana tatacara perubahan status organisasi kemasyarakatan berbentuk perkumpulan yang tidak berbadan hukum menjadi perkumpulan yang berbadan hukum? 3. Bagaimana. kedudukan. dan. pertangungjawaban. hukum. organisasi. kemasyarakan berbentuk perkumpulan yang tidak berbadan hukum (studi pada perkumpulan generasi manahan berkedudukan di kota Medan)? C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penulisan ini adalah untuk mendalami tentang permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :.

(24) 10. 1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana prosedur pendirian organisasi kemasyarakatan berbentuk perkumpulan yang berbadan hukum dan yang tidak berbadan hukum menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis tatacara perubahan status organisasi kemasyarakatan berbentuk perkumpulan yang tidak berbadan hukum menjadi perkumpulan yang berbadan hukum. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan dan pertangungjawaban hukum organisasi kemasyarakan berbentuk perkumpulan yang tidak berbadan. hukum. (studi. pada. perkumpulan. generasi. manahan. berkedudukan di kota Medan). D. Manfaat Penelitian Dari pembahasan permasalahan dalam kegiatan penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktek. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat meberikan manfaat dalam bentuk sumbangan saran untuk perkembangan ilmu hukum pada umumnya serta Ilmu Kenotariatan khususnya yang berkaitan dengan peran Notaris dalam mendukung program Pemerintah dalam hal organisasi kemasyarakatan. Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbang saran dalam ilmu hukum pada umumnya dan pertanggungjawaban hukum.

(25) 11. perkumpulan yang tidak berbadan hukum. Di samping itu juga dapat menjadi literatur dalam kepustakaan serta perkembangan ilmu hukum perdata dan perkumpulan di perguruan tinggi. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan masukan kepada para pihak dan notaris yang berperan langsung dalam perkumpulan agar para pihak mengerti dan memahami secara lebih mendalam mengenai pengetahuan hukum dan tanggung jawab terhadap suatu organisasi. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran pustaka yang dilakukan di perpustakaan dan bagian administrasi, khususnya di lingkungan Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa penelitian dengan judul “Kedudukan dan Pertanggungjawaban Hukum Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Berbentuk Perkumpulan Yang Tidak Berbadan Hukum (Studi Pada Perkumpulan Generasi Manahan Berkedudukan di Kota Medan)” belum pernah dilakukan pendekatan dan perumusan masalah yang sama, walaupun ada beberapa topik yang mirip, namun jelas berbeda dengan penelitian ini. Namun ada penelitian yang membahas objek kajian yang sama tetapi berbeda permasalahan dan pembahasannya, penelitian tersebut antara lain : 1. Rina (147011068), Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Hambatan Notaris Dalam Pembuatan Akta Badan Hukum Perkumpulan”. Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah :.

(26) 12. a. Bagaimana kedudukan perkumpulan yang didirikan sebagai badan hukum? b. Bagaimana tanggungjawab Notaris terhadap akta badan hukum perkumpulan setelah keluarnya Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2014? c. Bagaimana hambatan yang dihadapi Notaris dalam pembuatan akta badan hukum perkumpulan sesudah terbitnya Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan? 2. Muhammad Algar (16921019), Magister Kenotariatan Universitas Islam Indonesia, dengan judul “Peran Notaris Dalam Pembuatan Akta Pendirian Perkumpulan Berbadan Hukum”. Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah : a. Bagaimanakah peran Notaris terhadap meningkatnya permintaan masyarakat dalam pembuatan akta Perkumpulan berbadan hukum dengan berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah? b. Bagaimanakah konstruksi ideal format atau bentuk Akta Perkumpulan Berbadan Hukum? F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori Langkah selanjutnya dalam rangka penulisan sebuah karya ilmiah adalah menentukan teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam.

(27) 13. menganalisa rumusan permasalahan yang dikekemukakan pada sebuah tesis, oleh karena itu semua penelitian harus berbekal teori. Kerangka teori dapat diartikan sebagai kerangka yang disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana masalah yang telah dipilih akan disoroti dan sebagai perkiraan teoritis dari hasil yang akan dicapai setelah dianalisi secara kritis. Utnutk itulah kerangka teori harus disusun berdasarkan sumber-sumber yang dibaca dan diambil secara kritis dari literatur yang bisa dipercaya.10 Teori. adalah. suatu. penjelasan. yang. berupaya. untuk. menyederhanakan pemahaman menegnai suatu fenomena atau teori juga merupakan simpulan rangkaian berbagai fenomena menjadi penjelasan yang sifatnya umum.11 Suatu teori pada dasarnya merupakan hubungan pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diambil dan pada umumnya dapat diuji secara empiris.12 Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum, teori badan hukum dan teori kewenangan. a. Teori Kepastian Hukum Teori kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu : “Pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan. 10. Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2017, h. 92-93. 11 Ibid., h. 134. 12 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, h. 19..

(28) 14. kedua berupa keamanan hukum bagi individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan”. Kepastian hukum ditujukan pada sikap lahir manusia, yang tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk, tetapi yang diperhatikan adalah bagaimana lahiriahnya. Kepastian hukum tidak memberikan sanksi kepada seseorang yang mempunyai sikap batin yang buruk, namun yang diberi sanksi adalah perwujudan dari sikap batin yang buruk tersebut yang menjadikannya perbuatan yang nyata atau konkrit.13 Kepastian hukum itu harus meliputi seluruh bidang hukum. Kepastian hukum tidak saja meliputi kepastian hukum secara substansi tetapi juga kepastian hukum dalam penerapannya (hukum acara) dalam putusan-putusan badan peradilan. Antara kepastian substansi hukum dan kepastian penegakan hukum seharusnya harus sejalan, tidak boleh hanya kepastian hukum bergantung pada law in the books tetapi kepastian hukum yang sesungguhnya adalah bila kepastian dalam law in the books tersebut dapat dijalankan sebagaimana mestinya sesuai dengan prinsipprinsip dan norma-norma hukum dalam menegakkan keadilan hukum.14. 13. Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, h. 158. Kusno Sudarmanto, Hukum dan Keadilan, Pradnya Paramita, Jakarta, 2011, h. 19.. 14.

(29) 15. Hans Kelsen melalui teori hukum murninya juga menekankan kepastian hukum. Kepastian ini penting karena hukum menjadi satu-satunya alat untuk menilai dan mengontrol secara tegas perilaku setiap anggota masyarakat.15 Teori kepastian hukum digunakan dalam penelitian Tesis ini yakni untuk mendapatkan jaminan dan memberikan perlindungan hakhak dari setiap Organisasi kemasyarakatan khususnya perkumpulan yang tidak berbadan hukum, dimana perkumpulan yang tidak berbadan hukum pengaturannya masih minim sehingga teori kepastian hukum dapat memberikan kepastian hukum bagi ormas yang tidak berbadan hukum. b. Teori Badan Hukum Badan hukum dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai organisasi atau perkumpulan yang didirikan dengan akta yang otentik dan dalam hukum diperlakukan sebagai orang yang memiliki hak dan kewajiban atau disebut juga dengan subyek hukum. Subyek hukum dalam ilmu hukum ada dua yakni, orang dan badan hukum. Disebut sebagai subyek hukum oleh karena orang dan badan hukum menyandang hak dan kewajiban hukum.16 Teori-teori badan hukum yang ada, sebenarnya dapat dihimpun dalam dua golongan yaitu :17 15. Andre Ata Ujan, Filsafat Hukum-Membangun Hukum, Membela Keadilan, Kanisius, Yogyakarta, 2009, h. 90. 16 Syahiri Riduan, Seluk beluk dan asas – asas hukum perdata, Alumni, Bandung, 2006, h. 22. 17 Chidir Ali, op.cit., h. 30..

(30) 16. 1. Teori yang berusaha kearah peniadaan persoalan badan hukum, antara lain dengan jalan mengembalikan persoalan tersebut kepada orang-orangnya, yang merupakan orang-orang yang sebenarnya berhak. Termasuk golongan ini ialah teori Orgaan, teori kekayaan bersama. 2. teori lainnya yang hendak mempertahankan persoalan badan hukum, ialah teori fiksi, teori kekayaan yang bertujuan, teori kenyataan yuridis. Dalam. perkumpulan. yang. tidak. berbadan. hukum. ini. menggunakan teori orgaan. Menurut von Gierke, badan hukum itu seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar-benar dalam pergaulan hukum, yaitu „eine leiblichgeistige Lebensein heit’, yaitu suatu badan yang membentuk kehendaknya dengan perantaraan alat-alat atau organorgan badan tersebut misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya seperti manusia yang mengucapkan kehendaknya dengan perantaraan mulutnya atau dengan perantaraan tangannya jika kehendak itu ditulis atas kertas. Apa yang mereka (organen) putuskan adalah kehendak dari badan hukum.18 Dengan demikian penelitian ini berkaitan dengan perkumpulan karena menurut teori orgaan, badan hukum bukanlah suatu hal yang abstrak, tetapi benar-benar ada. Badan hukum bukanlah suatu kekayaan (hak) yang tidak bersubjek tetapi badan hukum itu suatu organisme yang. 18. Ibid., h. 30..

(31) 17. riil, yang hidup dan bekerja seperti manusia biasa. Jadi badan hukum tidak berbeda dengan manusia, karena itu dapat disimpulkan bahwa tiaptiap perkumpulan/perhimpunan orang adalah badan hukum. c. Teori Kewenangan Indiroharto mengemukakan, bahwa wewenang diperoleh, bahwa wewenang diperoleh secara Atribusi, Delegasi, dan Mandat, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : Wewenang yang diperoleh secara Atribusi, yaitu pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Jadi, disini dilahirkan/diciptakan suatu wewenang pemerintah yang baru. Pada Delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh Badan atau Jabatan TUN (Tata Usaha Negara) yang telah memperoleh suatu wewenang pemerintahan secra atributif kepada Badan atau Jabatan TUN lainnya. Jadi, suatu Delegasi selalu didahului oleh adanya sesuatu atribusi wewenang. Pada Mandat, disana tidak terjadi suatu pemberian wewenang baru maupun pelimpahan wewenang dari Badan atau Jabatan TUN yang satu kepada yang lain.19 Menurut konsep teori kewenangan dari Philipus M. Hadjon, bahwa setiap tindakan pemerintahan disyaratkan harus bertumpu atas kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh melalui tiga sumber, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan agar Negara oleh undang19. Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pustaka Harapan, Jakarta, 1993, h. 90..

(32) 18. undang, kewenangan delegasi adalah kewenangan yang berasal dari adanya pelimpahan kewenangan secara atributif sedangkan mandate tidak terjadi suatu pelimpahan kewenangan.20 Notaris dalam hal menjalankan jabatannya sebagai pejabat umum merupakan suatu kewenangan yang diperoleh secara atribusi yang terdapat peraturannya di dalam Undang-Undang Jabatan Notaris. Sebagai pejabat umum Notaris bersifat mandiri dan otonom dapat menjalankan fungsi dan wewenangnya kapan saja dan tanpa harus memperoleh persetujuan pemerintah pusat, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur. Notaris dalam menjalankan tugasnya diwajibkan untuk melaksanakan sumpah jabatan, bertujuan agar dalam melaksanakan tugas senantiasa menjunjung tinggi martabat jabatan notaris.21 Teori kewenangan ini digunakan berkaitan dengan pembuatan akta pendirian suatu organisasi kemasyarakatan. 2. Kerangka Konsepsi Konsep diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan “definisi operasional”.22 Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang 20. Philipus M. Hadjon, Penataan Hukum Administrasi Tentang Wewenang, Fakultas Hukum Unair, Surabaya, 1997, h. 2. 21 Hadi Setia Tunggal, Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Jabatan Notaris, Dilengkapi Putusan Mahkamah Konstitusi & AD, ART dan Kode Etik Notaris, Harvarindo, Jakarta, 2006, h.39. 22 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, h. 59..

(33) 19. dipakai. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan yaitu : 1.. Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.23. 2. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2004.24 3. Anggaran Dasar yang selanjutnya disingkat AD adalah peraturan dasar Ormas.25 4. Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat ART adalah peraturan yang dibentuk sebagai penjabaran AD Ormas.26 5. Badan Hukum adalah dimana suatu badan yang sekalipun bukan berupa seorang manusia namun dianggap mempunyai suatu harta kekayaan. 23. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. 24 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan notaris. 25 Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. 26 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Organisasi Kemasyarakatan..

(34) 20. sendiri terpisah dari para anggotanya dan merupakan pendukung dari hakhak dan kewajiban seperti seorang manusia.27 6. Perkumpulan adalah badan hukum yang merupakan kumpulan orang didirikan untuk mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan dan tidak membagikan keuntungan kepada anggotanya.28 G. Metode Penelitian Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun, dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses pinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah dalam melakukan penelitian.29 1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif (yuridis normative) dimana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji peraturan- peraturan yang ada dan mengimplementasikan dalam praktek di lapangan, serta literatur-literatur yang berhubungan dengan perkumpulan yang tidak berbadan hukum. Sifat penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitis. Deskriptif maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan. 27. Abdul Muis, Hukum Persekutuan dan Perseroan, Fakultas Hukum USU, Medan, 2006,. h. 12.. 28. Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 29 Ibid., h. 9..

(35) 21. sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dilakukan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh dan akan dilakukan secara cermat terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan Pendirian Perkumpulan Di Sumatera Utara.30 2. Sumber Data Metode pendekatan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencakup penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada data primer dan data sekunder yang dapat dipaparkan sebagai berikut: 1) Data primer, dalam penelitian ini akan dilakukan dengan wawancara. Wawancara secara mendalam dilakukan secara langsung kepada narasumber yaitu dengan Perkumpulan Generasi Manahan. Dalam hal ini, mula-mula diadakan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut, sehingga dapat diperoleh jawaban yang memperdalam data primer dan data sekunder lainnya. 2) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian yang sering disebut sebagai bahan hukum.31 Selain berupa peraturan perundang-undangan, data sekunder juga dapat berupa pendapat para pakar yang ahli terhadap masalah-masalah ini,. 30. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 105 – 106. Fajat dan Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, h. 34. 31.

(36) 22. yang disampaikan dalam berbagai literatur baik dari buku-buku, naskah ilmiah, laporan penelitian, media masa, dan lain-lain. Adapun data sekunder tersebut dapat dibedakan menjadi: 1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang isinya mempunyai kekuatan mengikat yang berupa peraturan perundang-undangan, misalnya: a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan b. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan. Pengesahan. Badan. Hukum. Dan. Persetujuan. Perubahan Anggaran Dasar Perkumpulan. 2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan pustaka yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan berisikan informasi yang dapat membantu menganalisis bahan hukum primer. Adapun bahan hukum sekunder yang digunakan terdiri dari tulisan-tulisan hasil karya para ahli hukum yang berupa buku-buku, makalah-makalah, artikel-artikel, majalah, serta dokumen-dokumen yang relevan lainnya, yang materinya dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini..

(37) 23. 3. Bahan hukum tersier yaitu, bahan-bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang berupa kamus, diantaranya kamus bahasa Indonesia dan kamus hukum. 3. Teknik Pengumpulan Data a) Teknik data pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (Library Research). Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu studi dokumen untuk memperoleh data sekunder, dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, dan menganalisa data primer yakni peraturan perundang-undangan maupun peraturan-peraturan yang mengatur tentang Notaris. b) Teknik penelitian lapangan (field research) dimaksudkan untuk memperoleh data primer yang berkaitan dengan materi penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode wawancara dengan Pendiri Perkumpulan Generasi Manahan Berkedudukan di Medan. 4. Analisis Data Dalam suatu penelitian sebelumnya perlu disusun sistematis kemudian akan dianalisa dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang sifatnya kualitatif. Kualitatif berarti akan dilakukan analisa data yang bertitik tolak dari penelitian terhadap asas atau prinsip sebagaimana yang diatur didalam bahan hukum primer32. Semua data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (libraryresearch) kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan. 32. Zainuddin Ali, Op. cit., h. 110..

(38) 24. selanjutnya dianalisa dengan menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah yang akan diteliti. Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus dengan menggunakan ketentuan berdasarkan pengetahuan umum seperti teori-teori, dalil-dalil atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-proposisi untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus.33. 33. Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, h. 109..

(39) BAB II PROSEDUR PENDIRIAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN BERBENTUK PERKUMPULAN YANG BERBADAN HUKUM DAN YANG TIDAK BERBADAN HUKUM MENURUT UNDANGUNDANG NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANGUNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN A. Pengertian Perkumpulan dan Perkembangannya Di Indonesia Berdirinya Budi Utomo pada tanggal 5 Mei 1908 yang kemudian dapat membangkitkan bangsa ini dengan membentuk kelompok-kelompok terlihat dari berdirinya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang diikuti dengan adanya Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon. Secara historis keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia diawali oleh perjalanan perjuangan yang didukung oleh kelompok-kelompok atau organisasi masyarakat yang mempunyai keinginan dan tujuan yang sama yaitu kemerdekaan Indonesia, yang terwujud pada tanggal 17 Agustus l945. Dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan Indonesia Kehadiran beberapa organisasi, merupakan fakta yang tidak terbantahkan, karena organisasi-organisasi pada zaman itu mempunyai tujuan yang sama membangun kesadaran masyarakat Indonesia sehingga menghantarkan mampu kemerdekaan Indonesia. Organisasi-organisasi tersebut sampai saat ini, masih diakui keberadaannya dan berkembang dengan cara melakukan kiprahnya. 25.

(40) 26. di. tengah-tengah. masyarakat. pada. berbagai. bidang. kehidupan. sosial. kemasyarakatan, misalnya organisasi keagamaan, yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Organisasi-organisasi dimaksud diantaranya adalah34 1. Tahun 1908 Budi Oetomo lahir, 2. Tahun 19l1, Serikat Dagang Islam lahir, 3. Tahun 1912, Muhammadiyah lahir, 4. Tahun 1912, Indiche Party lahir, 5. Tahun 1913, Indische Social Democratiche Vereniging lahir, 6. Tahun 1915, Trikoro Dharmo lahir, 7. Tahun 1918, Jong Java lahir, 8. Tahun 1925, Manifesto Politik lahir, 9. Tahun 1926, Nahdlatoel „Ulama (NU) lahir, 10. Tahun 1928, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lahir, 11. Tahun 1931, Indonesia Muda lahir. Keberadaan Organisasi Kemasyarakatan diatas, merupakan sejarah tumbuh. dan. berkembangnya. kesadaran. sekaligus. ekspresi. kebebasan. mengeluarkan pendapat dalam konteks berserikat dan berkumpul. Menurut hukum, subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban, dimana terdari dari manusia (person) dan badan hukum (rechtpersoon). Manusia (person) merupakan pembawa hak dan kewajiban, berlakunya seseorang sebagai pembawa. 34. Nia Kania Winayanti, Dasar Hukum Pendirian dan Pembubaran Ormas, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011, h. 3..

(41) 27. hak, mulai dari dia dilahirkan sampai dia meninggal dunia. Sedangkan badan hukum (rechtpersoon) dipandang oleh hukum dapat memiliki hak dan dapat melakukan perbuatan hukum seperti halnya manusia. Badan hukum tersebut memiliki harta kekayaan sendiri, ikut serta dalam persoalan hukum dan dapat juga digugat atau menggugat di pengadilan dengan perantara pengurusnya.35 Badan hukum berasal dari berbagai macam terjemahan bahasa asing yakni rechtspersoon (Belanda), persona moralis (Latin), dan legal persons (Inggris). Menurut E. Utrecht, badan hukum (rechtspersoon) adalah badan yang menurut hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak, yang tidak berjiwa, atau lebih tepat yang bukan manusia. Badan hukum sebagai gejala kemasyarakatan adalah suatu gejala yang riil, merupakan fakta yang benar-benar dalam pergaulam hukum biarpun tidak berwujud manusia atau benda yang dibuat dari besi, kayu dan sebagainya.36 Perkumpulan dalam pengertian yang umum, lazimnya meliputi semua bentuk perkumpulan baik perkumpulan dalam bidang hukum perdata, hukum dagang, hukum tata pemerintahan, hukum adat dan sebagainya. Bila ditinjau dari struktur hukumnya bentuk-bentuk kesatuan kerjasama itu dapat digolongkan dalam bentuk badan hukum dan yang tidak merupakan badan hukum. Badan hukum merupakan terjemahan istilah hukum Belanda yaitu rechtspersoon. Istilah rechtspersoon mulai diperkenalkan di Belanda pada permulaan abad ke xx dalam. 35. Zaeni dan Arief Rahman, Pengantar Ilmu hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013,. h. 61. 36. Neni Sri Imaniyati, Hukum Bisnis: Telaah tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, h. 124..

(42) 28. B.W. (Burgerlijk Wetboek). Perkumpulan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam buku III bab IX pasal 1653 sampai Pasal1665. R. Subekti mengatakan bahwa badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau mengguagat di depan hakim.37 R. Rochmat Soemitro mengemukan juga bahwa badan hukum (rechtspersoon) adalah suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak serta kewajiban seperti orang pribadi.38 Perkumpulan dalam arti sempit yaitu perkumpulan yang tidak termasuk dalam lingkungan hukum dagang karena itu tidak merupakan bentuk asal dari persekutuan. Perkumpulan dalam arti sempit ini berdiri sendiri dan terpisah dari lainnya dan tidak bertujuan ekonomis serta tidak menjalankan perusahaan. Menurut penggolongan hukum, yaitu golongan hukum publik dan hukum perdata, jenis badan hukum dapat dibagi dua yaitu: Badan hukum publik dan Badan hukum perdata. Perkumpulan berbadan hukum perdata di Indonesia terbagi atas 2 yaitu: perkumpulan badan hukum perdata yang mencari keuntungan (profit) yaitu Perseroan Terbatas dan Koperasi. Sedangkan perkumpulan badan hukum perdata yang tidak mencari keuntungan (non profit) yaitu Organisasi Massa, Partai Politik, Yayasan dan Perkumpulan. Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan, 37. Chidir Ali. Op. cit., h. 19. Muhammad Algar, Peran Notaris Dalam Pembuatan Akta Pendirian Perkumpulan Berbadan Hukum, Tesis, Magister Kenotariatan Universitas Islam Indonesia, 2018, h. 71 38.

(43) 29. Perkumpulan adalah badan hukum yang merupakan kumpulan orang, didirikan untuk mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan dan tidak membagikan keuntungan kepada anggotanya. Sehingga dari definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat ditemukan unsur-unsur yang harus dimiliki oleh Perkumpulan, antara lain: 1.. Berbentuk badan hukum.. 2.. Mempunyai maksud dan tujuan di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan.. 3.. Mempunyai Organ Perkumpulan yang terdiri dari:39 a. Rapat Umum Anggota. Rapat umum anggota sebagai organ yang tertinggi di dalam perkumpulan berhak untuk merubah maksud dan tujuan, mengangkat dan/atau memberhentikan pengurus, membubarkan perkumpulan serta membagi-bagikan kekayaan perkumpulan kepada anggotanya. b. Pengurus. Pengurus perkumpulan mempunyai kewenangan untuk mewakili perkumpulan baik di dalam maupun di luar pengadilan dan mengurus jalannya perkumpulan, serta berkewajiban untuk melaksanakan keputusan rapat anggota. Pengurus Perkumpulan terbagi menjadi 3 (tiga) yang terdiri dari: Ketua, Sekretaris dan Bendahara. c. Pengawas. 39. Subekti dan Mulyoto, Perkumpulan: Dalam Rangka Menyongsong Lahirnya UndangUndang Perkumpulan, Cakra Media, Yogyakarta, 2016, h. 17..

(44) 30. Pengawas. mempunyai. kewenangan. untuk. melakukan. pengawasan terhadap pengurus dan memberi saran-saran dan masukanmasukan kepada pengurus. 4.. Non profit atau tidak mencari keuntungan. 5.. Tidak membagikan keuntungan kepada anggotanya Dalam pengertian perkumpulan, yang berkumpul ialah orang-orang. perseorangan. atau. orang-orang. yang. merasa. mempunyai. kepentingan.. Kepentingan ini tidak hanya bersifat materil, melainkan juga dapat bersifat moril. Dalam pekumpulan, tidak hanya materi saja yang dapat diberikan, namun dapat berupa tenaga fisik, tenaga fikiran, dan juga barang-barang dari anggota perkumpulan.40 Perkumpulan memiliki sifat, yang pada umumnya sifat dari perkumpulan tersebut ialah gotong royong, kerukunan, dan persatuan. Di Indonesia sendiri sifat ini sama sekali tidak asing untuk didengar, karena sifat ini melekat pada seluruh masyarakat Indonesia. Sifat gotong royong ini, dapat merupakan saling tolong menolong guna memenuhi kebutuhan masing-masing atau merupakan kerja sama untuk mengejar suatu tujuan yang sama.41 Tujuan perkumpulan itu sendiri dapat bermacam-macam. Kalau perkumpulan itu didirikan untuk melakukan transaksi jual beli, maka tujuan mereka ialah untuk mencapai suatu keuntungan dalam perdagangan. Kalau. 40. Wirjono Prodjodikoro, Hukum perkumpulan Perseroan dan Koperasi Di Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, 1969, h. 1. 41 Ibid., h. 2..

(45) 31. persamaan sifat dan keadaan bersama dari para anggota perkumpulan ialah mereka bersama-sama mengejar suatu keahlian, seperti ditemukan diantara para sarjana atau para ahli atau para penggemar olahraga, maka tujuan mereka tidaklah mencari keuntungan, melainkan untuk mengembangkan keahlian masing-masing tersebut, baik untuk keperluan kelompok perkumpulan tersebut maupun untuk keperluan bangsa dan Negara. Kalau persamaan sifat dan kadaan bersama dari para peserta perkumpulan ialah bahwa mereka adalah senasib dalam pekerjaan sehari-hari, seperti misalnya para buruh, maka tujuan mereka ialah untuk mencapai nasib.42 B. Jenis-jenis Perkumpulan di Indonesia Secara garis besar, ada dua golongan perkumpulan, yaitu: perkumpulan dalam arti sempit dan arti luas. Secara skematis, H. M. N. Purwosutjipto membagi perkumpulan sebagai berikut:43 1.. Perkumpulan dalam arti sempit, ialah perkumpulan yang lazim disebut vereniging seperti perkumpulan yang diatur dalam: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III Bab IX, Stb. 1870-64, dan Stb. 1939-570, adalah perkumpulan yang tidak termasuk dalam hukum dagang.. 2.. Perkumpulan dalam arti luas adalah perkumpulan yang merupakan bentuk asal dari semua persekutuan, koperasi dan perkumpulan saling menanggung. Perkumpulan dalam arti luas ini meliputi: a.. Perkumpulan yang tidak berbadan hukum, seperti:. 42. Ibid., h. 3-5. Chidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1991, h. 116.. 43.

(46) 32. b.. 1.. Perusahan perorangan. 2.. Persekutuan firma. 3.. Persekutuan komanditer. Perkumpulan yang berbadan hukum, seperti: 1.. Perseroan terbatas. 2.. Koperasi. 3.. Perkumpulan saling menanggung. 1. Perkumpulan Dalam Arti Sempit Menurut R. Subekti, perkumpulan dalam arti sempit ini dalam bahasa Belanda. dinamakan. vereniging,. (sebagai. lawan. dari. maatschap. atau. vennootschap), dalam bahasa Jerman disebut “verein” (sebagai lawan untuk membedakan dari “company” atau “corporation”). Dalam perkumpulan ini beberapa orang yang hendak mencapai suatu tujuan dalam bidang non-ekonomis (tidak untuk mencari keuntungan) bersepakat mengadakan suatu kerja sama yang bentuk dan caranya diletakkan dalam apa yang dinamakan “anggaran dasar” atau “reglemen” atau “statute”. Dalam bahasa Indonesia, perkumpulan dalam arti sempit ini mempunyai banyak nama, misalnya: perkumpulan, perhimpunan, perikatan, ikatan, serikat, persatuan, kesatuan, dan lain-lain. Perkumpulan dalam arti sempit ini tidak mencari laba dan tidak menjalankan perusahaan. Tujuan perkumpulan dalam arti sempit ini adalah non-ekonomis dan ditekankan pula.

(47) 33. bahwa perkumpulan dalam arti sempit ini tidak termasuk dalam bidang hukum dagang.44 Mengenai sifat pendirian perkumpulan adalah perjanjian, R. Subekti berpendapat sebagai berikut: “sebetulnya tidak lazim dan juga tidak tepat bahwa perbuatan tersebut diberi nama “perjanjian” dan yang benar adalah orang-orang tersebut bersama-sama “mendirikan” suatu perkumpulan. Lazimnya tentang perkumpulan ini tidak diatur dalam buku atau undang-undang yang mengatur perihal perikatan atau perjanjian. Misalnya dalam Bugerliches gesetzbuch (Jerman Barat) ia diatur dalam Buku I yang memuat “ketentuan-ketentuan umum” yaitu perihal orang, perihal perbuatan hukum, dan lain-lain. Hanya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, mengenai hal ini diatur dalam Buku III perihal perikatan sejajar dengan perjanjian-perjanjian biasa, seperti jual-beli, sewamenyewa, dan sebagainya. Di Jerman, perbuatan mendirikan suatu perkumpulan atau persekutuan (perseroan) itu lazimnya tidak dinamakan “Vertrag” (perjanjian), tetapi dinamakan “Gesamt-akt” yaitu perbuatan beberapa orang bersama. Di Indonesia sendiri, dapat kita temukan beberapa bentuk perkumpulan dalam arti sempit ini, misalnya: perkumpulan, partai politik, dan yayasan. a. Perkumpulan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang 44. Ibid., h. 119-120..

(48) 34. Organisasi Kemasyarakatan Pasal 1 mengatakan bahwa oraganisasi masyarakat adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Berdasarkan defenisi diatas, maka organisasi masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, organisasi masyarakat merupakan salah satu ruang bersosialisasi bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan fungsi organisasi yang dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, organisasi dakwah, yang menciptakan masyarakat bermoral sesuai dengan nilai-nilai agama. Kedua, organisasi masyarakat juga merupakan ruang untuk menghimpun kepentingan anggotanya, dalam hal ini publik yang dibelanya. Ketiga, organisasi masyarakat adalah salah satu ruang untuk melatih rasa tanggung jawab. Keempat, Ormas adalah salah satu pilar demokrasi. Untuk itu, semakin banyak individu yang terhimpun dalam lembaga itu, maka akan semakin memudahkan mereka menyampaikan aspirasi/kepentingannya. Kelima, organisasi masyarakat juga berfungsi sebagai wahana kaderisasi pemimpin dalam masyarakat, baik pemimpin formal ataupun pemimpin non formal. Hal ini disebabkan karena mereka yang tergabung dalam lembaga ini telah terbiasa menyusun program untuk kepentingan anggota organisasi masyarakat. Karenanya itu, tidak heran ketika rata-rata parpol juga merekrut alumni organisasi masyarakat ini sebagai kader.

(49) 35. mereka. Mereka diincar karena pada umumnya mereka telah cukup matang dalam proses kepemimpinan.45 Organisasi masyarakat dalam menjalankan kegiatannya tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, organisasi masyarakat memiliki tujuan dan fungsi, tujuan oganisasi masyarakat yaitu: untuk 1.. Meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat. 2.. Memberikan pelayanan kepada masyarakat. 3.. Menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4.. Melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang hidup dalam masyarakat. 5.. Melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup. 6.. Mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong-royong, dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. 7.. Menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. 8.. Mewujudkan tujuan negara. Sedangkan mengenai fungsi organisasi masyarakat yaitu:. 45. Dimas Prayoga, Kebijakan Pemberdayaan Organisasi Kemasyarakatan Berdasarkan UU No.17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan (Studi Kasus Di Kota Pontianak), Jurnal Mahasiswa S2 Hukum Universitas Tanjungpura, 2017, Pontianak, h. 4..

(50) 36. 1.. Penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota dan/atau tujuan organisasi. 2.. Pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan organisasi. 3.. Penyalur aspirasi masyarakat. 4.. Pemberdayaan masyarakat. 5.. Pemenuhan pelayanan sosial. 6.. Partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. 7.. Pemeliharaan dan pelestari norma, nilai, dan etika, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pasal 10 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang. Organisasi. Kemasyarakatan,. mengatakan. bahwa. organisasi. masyarakat dapat berbentuk badan hukum dan tidak badan hukum. Perkumpulan yang berbadan hukum pengesahannya dilakukan kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia dan didirikannya dengan syarat: 1. Akta pendirian yang dikeluarkan oleh Notaris yang memuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga 2. Program kerja 3. Sumber pendanaan 4. Surat keterangan domisili.

(51) 37. 5. Nomor pokok wajib pajak atas nama perkumpulan 6. Surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara di pengadilan. Perkumpulan yang tidak berbadan hukum didaftarkan kepada Menteri Dalam Negeri untuk perkumpulan yang memiliki lingkup nasional, kepada Gubernur untuk perkumpulan yang memiliki lingkup provinsi, dan kepada. Bupati/Walikota. bagi. perkumpulan. yang. memiliki. lingkup. Kabupaten/Kota. Untuk persyaratannya, perkumpulan yang tidak berbadan hukum harus dapat memenuhi: 1. Akta pendirian yang dikeluakan oleh Notaris yang memuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga 2. Program kerja 3. Susunan pengurus 4. Surat keterangan domisili 5. Nomor pokok wajib pajak atas nama perkumpulan 6. Surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara di pengadilan. 7. Surat pernyataan kesanggupan melaporkan kegiatan Perkumpulan dalam melakukan kegiatannya, memiliki hak dan kewajiban dimana hak dan kewajiban ini diatur dalam Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang.

(52) 38. Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Dalam pasal tersebut dijelaskan mengenai hak perkumpulan, yaitu: 1. Mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri dan terbuka 2. Memperoleh hak atas kekayaan intelektual untuk nama dan lambang perkumpulan 3. Memperjuangkan cita-cita dan tujuan organisasi 4. Melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi 5. Mendapatkan perlindungan hukum terhadap keberadaan dan kegiatan organisasi 6. Melakukan kerja sama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, ormas lain, dan pihak lain dalam rangka pengembangan dan keberlanjutan organisasi. Kewajiban perkumpulan yaitu: 1. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi 2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan Negara Kesatuan Indonesia 3. Memelihara nilai agama, budaya, moral, etika, dan norma kesusilaan, serta memberikan manfaat untuk masyarakat 4. Menjaga ketertiban umum dan terciptanya kedamaian dalam masyarakat 5. Melakukan pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel.

(53) 39. 6. Berpartisipasi dalam pencapaian tujuan 39egara. b. Partai Politik Dewasa ini sangat sulit menemukan pemerintahan secara langsung, hal ini diakibatkan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan juga semakin luasnya wilayah suatu negara, maka sistem pemerintahan langsung dirasa kurang efektif. Selain itu mengutip pernyataan Lord Acton “Power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely” (kekuasaan mempunyai kecenderungan untuk berlaku korupsi, maka kekuasaan yang absolute atau mutlak pasti akan melakukan korupsi.46 Hal ini disebabkan kekuasaan merupakan masalah sentral di dalam suatu negara, karena negara merupakan pelembagaan masyarakat politik (policy) yang paling besar dan memiliki kekuasaan yang otoritatif. Bahkan dalam pandangan Max Weber, kekuasaan di dalam suatu negara itu mencakup penggunaan paksaan yang absah di dalam suatu wilayah tertentu. Itulah sebabnya, ketika ilmuwan politik melakukan studi tentang negara, secara otomatis mereka memperbincangkan sesuatu yang berkaitan dengan kekuasaan yang ada di dalamnya, seperti tentang bagaimana kekuasaan itu muncul, sumber-sumbernya, proses memperebutkan dan mempertahankannya, dinamikanya berikut pengalokasian dan pendistribusiannya.47 pelaksanaan hak asasi manusia tersebut untuk berkumpul, berserikat dan mengemukakan pendapat selain itu juga demi berjalannya. 46. M. Iwan Satriawan, Risalah Hukum Partai Politik di Indonesia, Pusat Kajian Konstitusi dan Peraturan Perundang-undangan Fakultas Hukum Universitas Lampung, Lampung, 2015, h. 1. 47 Kacung Maridjan, Sistem Politik di Indonesia, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2010, h. 17..

(54) 40. demokrasi yang baik dalam suatu negara. Melalui institusi partai politik modern yang terstruktur, adanya pemilihan umum berkala, dan beroperasinya kelompok-kelompok penekan, demokrasi berjalan sebagai suatu mekanisme atau “an institutuional arrangement for arriving at political decisions by mean of competitive struggle for the people’s vote”.48 Berdasarkan sejarah dan perkembangan partai politik, pertamatama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat disatu sisi, dan pemerintah di sisi yang lain.49 Pada awal perkembangannya, partai politik dipusatkan pada kelompok-kelompok politik diparlemen yang bersifat elitis dan aristokrasi. Namun lambat laun kegiatan partai politik juga berkembang di luar parlemen dengan munculnya partai-partai dari masyarakat umum yang berfungsi sebagai penghubung komunikasi antara pemerintah dengan yang diperintah dan rata-rata bersifat spontan. Karena kelahirannya yang secara spontan,di Polandia, berkumpulah sekelompok penggemar Bir untuk mendirikan partai penggemar bir yang sejatinya ditujukan hanya untuk parodi. Namun dalam kelompok tersebut diisi juga dengan diskusi politik dan ide-ide kreatif selain juga bercanda. Yang lebih mencengangkan lagi pada pemilu di tahun 1991, partai ini meraih 16 kursi di Sejm (majelis rendah parlemen Polandia). Jadi 48. M.Ali Safa‟at, Pembubaran Partai Politik, Rajawali Press ,Jakarta, 2011, h. 7. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 2012, h.398.. 49.

(55) 41. meskipun partai penggemar Bir pada mulanya hanya sebuah parodi , ia menjadi sebuah kekuatan dalam politik Polandia karena ideidenya5. Demikian juga dengan yang terjadi di Indonesia, pada awal berdirinya Nasdem (Nasional Demokrat)bukanlah partai politik melainkan sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang didirikan oleh Surya Paloh pada tahun 2010. Nasdem secara resmi berubah dari organisasi sosial kemasyaratan menjadi partai politik sejak dideklarasikannya pada tanggal 26 Juli 2011.50 Kata Partai politik sendiri berasal dari dua suku kata yaitu partai dan politik. Kata partai sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu “Partire” yang berarti membagi. Awalnya kehadiran partai dalam kehidupan politik banyak dinilai negative. Orator dan agitator revolusi Perancis, Rebespierre, “menganggap partai hanyalah organisasi yang hanya mementingkan kepentingan pemimpin”. Sedangkan George Washington meyakini partai sebagai penyebar bibit-bibit permusuhan dan ketidakpuasan terhadap masyarakat umum.51 kata politiek dalam kamus bahasa Belanda yang ditulis Van der Tas mengandung arti beleid, yang berarti kebijakan (policy). Dalam bahasa Inggris disebut politics, sedangkan dalam bahasa Arab disebut dengan Siyasah yang kemudian diterjemahkan menjadi siasat.52 Namun seiring dengan berubahnya zaman, dan tingkat pendidikan masyarakat yang semakin baik, maka penilaian miring tersebut sedikit demi sedikit semakin berkurang. 50. Op. cit., M. Iwan Satriawan. h. 2-3. Efriza, Political Explore, Alfabeta, Bandung, 2012, h. 213. 52 Sri Soemantri, Politik Hukum Pemerintahan Desa, jurnal PSHK-UII, Yogyakarta, 2012, 51. h. 128..

(56) 42. sehingga akhirnya partai politik memegang peranan penuh dalam penegakkan sendi-sendi demokrasi dalam suatu negara. Kebijakan sendiri diartikan sebagai perilaku atau tindakan yang mencerminkan kebajikan atau rasa bijak bagi setiap pribadi atau individu pejabat, karena itu kebijakan lebih banyak dipengaruhi oleh budi pekerti dan hati nurani setiap pejabat bukan kekuasaan semata-mata.53 Berbeda halnya politik menurut Plato yang mengartikan sebagai sistem kekuasaan pemerintahan yang dijalankan dan dipegang oleh kaum Aristokrat (kaum bijak) yang dipilih lewat proses keputusan bersama, dan di dalamnya tidak ada kediktatoran.54 Berdasarkan definisi tersebut diatas, maka partai politik adalah suatu badan hukum publik yang diakui oleh pemerintah dan terdiri dari sekelompok orang yang terorganisir secara baik dengan tujuan merebut atau mempertahankan kekuasaan secara damai lewat pemilihan umum (pemilu) yang dilaksanakan secara berkala. Sedangkan menurut Carl J.Friedrch mengungkapkan bahwa partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil dan materiil.55. 53. Sadjijino, Memahami Beberapa Bab Pokok Hukum Administrasi, Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2008, h. 72. 54 Imam Hidayat, Teori-Teori Politik, Setara Press , Malang, 2012, h. 7. 55 Op. cit., M. Iwan Satriawan. h. 5..

(57) 43. Definisi berbeda dinyatakan oleh Sigit Pamungkas,. yang. mengartikan partai politik sebagai sebuah organisasi untuk memperjuangkan nilai atau ideologi tertentu melalui penguasaan struktur kekuasaan dan kekuasaan itu diperoleh melalui keikutsertaannya di dalam pemilihan umum.56 Partai politik menurut Ranney dan Kedall dilihat sebagai “autonomous groups that make nominations and contest elections in the hope of eventually gaining and exercise control of the personnel and policies of government.” (kelompok otonomi yang membuat suatu nominasi dan pemilihan dengan harapan pada akhirnya mengatur dan melatih kontrol atas personal dan kebijakan pemerintah). Dalam pengertian modern, partai politik adalah suatu kelompok yang mengajukan calon-calon bagi jabatan publik untuk dipilih oleh rakyat, sehingga dapat mengatasai atau mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintah.57 Partai politik sendiri dalam fiqih siyasah dipadankan dengan istilah al-hizb. Istilah ini digunakan oleh Taqiyuddin al-Nabhani untuk menjelaskan organisasinya, Hizbut Tahrir sebagai partai politik. Namun demikian, partai politik yang digagas al-Nabhani bukan sebagai pilar demokrasi seperti yang dikemukakan oleh pemikir Barat seperti Soltau. Hizb adalah pilar Khilafah Islamiyah.58. 56. Sigit Pamungkas, Partai Politik Teori dan Praktek di Indonesia, Institute democracy and Welfarism, Yogyakarta, 2011, h. 5. 57 Abdul Mukthie Fadjar, Partai Politik Dalam Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia, Setara Press, Malang, 2012, h.13. 58 Ahmad Sukardja, Hukum Tata Negara dan Hukum Admnistrasi Negara Dalam Prespektif Fiqih Siyasah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, h. 147..

(58) 44. Memasuki abad 21 atau yang lebih popular disebut dengan era demokrasi kontemporer, partai politik juga sering kali digunakan untuk memberikan pengaruh yang cukup kuat atas kebijakan-kebijakan publik. Bahkan, di beberapa negara yang dikuasai oleh rezim otoriter dan dikatator, para penguasa berusaha melegitimasi kehadiran mereka melalui instrument partai politik.59 Partai politik di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Dalam Pasal 1 undang-undang ini dikatakan bahwa, Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan citacita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Partai politik didirikan dan dibentuk paling sedikit 30 (tiga puluh) orang warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah menikah dari setiap provinsi. Dan partai politik didaftarkan paling sedikit 50 (lima puluh) orang pendiri yang mewakili seluruh pendiri partai politik dengan akta Notaris. Dalam akta Notaris tersebut harus memuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dari partai politik yang didirikan serta kepengurusan partai politik di tingkat pusat. Pendiri dan pengurus partai. 59. Op. Cit., M. Iwan Satriawan. h. 7..

(59) 45. politik dilarang merangkap sebagai anggota Partai Politik lain. Pendirian dan pembentukan Partai Politik menyertakan 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan. Partai politik harus berbentuk badan hukum. Maka partai politik tersebut harus didaftarkan ke Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Untuk menjadi badan hukum, parati politik harus mempunyai: 1.. Akta Notaris pendirian partai politik,. 2.. Nama, lambang, atau tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, atau tanda gambar yang telah dipakai secara sah oleh partai politik lain sesuai dengan peraturan perundangundangan,. 3.. Kepengurusan pada setiap provinsi dan paling sedikit 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah kabupaten/kota pada provinsi yang bersangkutan dan paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah kecamatan pada kabupaten/kota yang bersangkutan,. 4.. Kantor tetap pada tingkatan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sampai tahapan terakhir pemilihan umum, dan. 5.. Rekening atas nama Partai Politik. Setelah semua berkas tersebut telah disiapkan dan didaftarkan ke. Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia, lalu kementerian menerima pendaftaran dan melakukan penelitian dan/atau verifikasi kelengkapan dan kebenaran berkas yang diberikan, Penelitian dan/atau verifikasi ini dilakukan paling lama 45 (empat puluh lima) hari sejak diterimanya dokumen.

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah Kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk digunakan membeli atau membayar sebuah bangunan rumah tinggal

Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa undang-undang telah mengatur umur para pihak yang hendak melakukan perbuatan hukum, termasuk dalam hal yang

Kendala yang dialami PPAT dalam melaksanakan perannya turut mengawasi pemungutan BPHTB atas transaksi jual beli hak atas tanah dan bangunan di Kabupaten Samosir antara

atas 3 (tiga) objek tanah dan bangunan tersebut sekaligus melakukan peralihan hak atau balik nama ke atas nama Penggugat. Pertimbangan hukum oleh majelis hakim

Dalam hal status kekuatan alat bukti akta Notaris, suatu akta tersebut dapat mengalami penurunan mutu atau kemunduran atau kemerosotan status apabila dalam

Selain pengajuan gugatan derivatif sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap pemegang saham, apabila direksi lalai dalam pelaksanaan tugas dalam hal ini

lain yang telah diberikan kepada pihak lain untuk invensi yang sama maka dapat dimintakan penghapusannya kepada Pengadilan Niaga, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 132

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan menjelaskan kejadian yang diamati, yaitu menggali mengenai kekuatan hukum atas