• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII STRATEGI PENGEMBANGAN KUTA LOMBOK SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA BERKELANJUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VII STRATEGI PENGEMBANGAN KUTA LOMBOK SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA BERKELANJUTAN"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

STRATEGI PENGEMBANGAN KUTA LOMBOK SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pengembangan suatu daerah menjadi destinasi pariwisata memerlukan berbagai hal yang dapat mendukung program tersebut seperti mengidentifikasi berbagai potensi sebagai faktor pendorong maupun kendala yang dapat penghambat, mengidesntifikasi kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternalnya untuk mengetahui faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta yang menjadi peluang dan ancaman dari destinasi itu sendiri yang dalam penelitian ini adalah kondisi internal dan eksternal Kuta Lombok sehingga dapat formulasikan berbagai strategi yang tepat dan sesuai untuk pengembangannya baik itu berupa strategi umum (grand strategy) mapun strategi alternatif atau khusus.

7.1 Kondisi Lingkungan Internal dan Eksternal Kuta Lombok sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

7.1.1 Kondisi Lingkungan Internal

Sebagaimana yang telah dikemukakna oleh Cooper (1993) dalam lingkungan internal terdapat unsur-unsur yang menentukan keberhasilan suatu destinasi wisata terutama untuk mengembangkannya sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Kondisi lingkungan internal Kuta Lombok merupakan segala hal yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Beberapa variabel yang dapat

141

(2)

digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan internal tersebut diantaranya (a) Attraction (atraksi) daya tarik, (b) Accessibility (Aksesibilitas) Akses, (c) Amenities (Kenyamanan), dan (d) Ancillary (Layanan atau Jasa Pendukung) yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta, dan berikut adalah beberapa kekuatan yang dimiliki Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan berdasarkan hasil observasi, wawancara mendalam dengan semua narasumber (26 narasumber) dalam penelitian ini, maupun studi dokumentasi.

a. Kekutan (Strengths)

Yang dimaksud dengan kekutan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang dapat dikembangkan sebagai andalan pengembangan destinasi pariwisata dengan segala potensi yang dimiliki. Kekuatan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelenajutan diantaranya adalah memiliki keunggulan atau kelebihan seperti:

1. Keindahan Alam

Secara umum Kuta Lombok berada di kawasan pantai sehingga memiliki

potensi yang besar dalam pengembangan aktivitas kepariwisataan. Secara

administratif luas wilayah desa Kuta yaitu 2.366 Ha dengan ketinggian tanah 5-10

mdpl, memiliki curah hujan 125 mm pertahun sehingga rata-rata suhu udara

berkisar antara 18

o

C-34

o

C. Jenis dari dataran rendah, tinggi, pengunungan dan

pantai adalah datar dan bergelombang. Barisan perbukitan yang membentang dari

batas barat, utara dan timur merupakan pemandangan yang luar biasa indah,

sementara bagian selatan adalah pantai dengan beberapa bukit yang menambah

eksotisnya panorama alamnya.

(3)

Keindahan alam merupakan salah satu daya tarik serta menjadi kekutan yang dimiliki Kuta Lombok. Panorama sunrise dan sunset merupakan daya tarik tersendiri bagi Kuta Lombok dan yang jarang dimiliki destinasi pariwisata lainnya. Hasil wawancara mendalam (in-depth interview) dengan Kasub Perencanaan Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah (Zulfa) mengemukakan bahwa keindahan alam yang dimiliki Kuta Lombok merupakan salah satu kekuatan dalam pengembangannya sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

“…Kuta itu meiliki potensi yang bagus dan sangat layak jika dikembangkan menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan, sebab jika bisa dimanfaatkan segala kekutan yang ada seperti keindahan alamnya seperti pantai, laut maupun panorama surise dan sunset yang tentunya jarang ditemukan di tempat lain…”(wawancara, 17 Juni 2014)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa Kuta Lombok sangat layak untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan jika segala kekuatan yang ada sebagai pendukung pengembangannya dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin. Keindahan alam yang berupa hamparan pantai dengan pasir putihnya yang menawan, lautnya, maupun pemandangan perbukitan yang eksotis.

2. Keunikan Tradisi dan Budaya Masyarakat Lokal

Tradisi dan budaya masyarakat Kuta Lombok yang tergolong unik

merupakan salah satu daya tarik sekaligus sebagai kekuatan yang dimiliki Kuta

Lombok dalam pengembangannya sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan

selain keindahan alamnya. Keuinkan tradisi dan budaya masyarakat lokal seperti

tradisi core event “Bau Nyale”, Peresean maupun upacara adat Sasak Lombok

(4)

serta kehidupan sosial budaya lainnya merupakan kekutan yang sangat potensial untuk pengembangan kegiatan kepariwisataan di Kuta Lombok.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah (Putria) dalam wawancara mendalam dengan peneliti (Kanom), menjelaskan bahwa keunikan tradisi dan budaya masyarakat lokal merupakan salah satu kekuatan sebagai faktor pendorong dan pendukung dalam upaya pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

“…tradisi dan budaya masyarakat kita yang sangat unik seperti tradisi “Bau Nyale”, Peresean, maupun upacara-upacara adat dan keagamaan merupakan kekutan yang dimiliki Kuta Lombok untuk mendukung kegiatan kepariwisataan sebagai daya tarik dan hal tersebut juga menjadi faktor pendukung dalam pengembangan Kuta Lombok khususnya sektor kepariwisataanya, namun hal tersebut akan jadi kekuatan jika dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin dan sebaik mungkin, kalau tidak….ya..edaq kenenen selapuqn eto…kan begitu..” (wawancara, 17 Juni 2014).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menegaskan bahwa Kuta Lombok memiliki daya tarik wisata budaya selain wisata alamnya dan hal tersebut menjadi kekuatannya jika dapat dikembangkan dengan sebaik dan semaksimal meungkin untuk mendukung pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan., namun, jika hal tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik maka kekuatan tersebut justru akan menjadi kelemahan.

3. Sikap Ramah-tamah Masyarakat Lokal

Sikap ramah-tamah masyarakat Kuta Lombok merupakan salah satu faktor

pendukung yang menjadi kekuatan dalam kegiatan kepariwisataan. Dengan

adanya sikap ramah-ramah masyarakat Kuta Lombok tersebut dapat meniciptakan

suasana yang nyaman terutama bagi wisatawan. Hal tersebut tentu sangat

diperlukan dalam kepariwisataan guna memberikan pelayanan yang baik terhadap

(5)

wisatawan sebab dalam industri pariwisata yang sangat memerlukan hospiItality yang bagus.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam (in-depth interview) dengan unsur akademisi (Jumail) mengemukakakn bahwa salah satu elemen penting dalam pariwisata terutama di Indonesia khususnya di Kuta Lombok adalah budaya ramah-tamah., sebab sikap ramah-tamah tersebut akan menciptakan suasana yang kondusif, aman dan nyama terutama bagi wisatawan, dan dengan demikian maka memory (kenangan) akan selalu mereka kenang dengan baik begitu juga sebaliknya.

“…dalam sapta pesoan wisata…budaya atau sikap ramah-tamah masyarakat lokal sangat dibutuhkan untuk memberikan kenangan yang baik bagi wisatawan..selain itu suasana yang sejuk dan kondusif dari sikap tersebut merupakan faktor yang menjadi kekuatan bagi sebuah destinasi pariwisata…dan hal tersebut tercermin di Kuta Lombok…masyarakat di Kuta Lombok sangat welcome sekali terhadap siapapun yang berkunjung ke daerahnya… termasuk wisatawan dan menurut saya ini kekuatan untuk mendukung pengembangan Kuta Lombok sebaga destinasi pariwisata berkelanjutan..dengan catatan bawa sikap tersebut harus berkelanjutan juga..” (wawancara, 2 September 2014)

Hasil wawancara tersebut menegaskan bahwa sikap ramah-tamah merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan kepariwisataan. Ramah merupakan sikap dan prilaku seseorang yang menunjukkan keakraban, seperti:

suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati. Ramah tamah bukan berarti

kita harus kehilangan kepribadian kita atau tidak tegas dalam menentukan suatu

keputusan. Sikap ramah merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada

umumnya. Sikap selalu menghormati tamu, menjadi tuan rumah yang baik

merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan.

(6)

Keramahan merupakan sikap positif dari seseorang yang memiliki etika moral dan berpendidikan. Akan tetapi keramahan dapat juga menjadi milik semua sebagai warga masyarakat yang berbudaya dan memiliki adat istiadat ketimuran.

Perilaku atau pribadi yang ramah memang disukai banyak orang . keramahan inilah yang harus tetap dijaga dan tingkatkan kembali dalam kehidupan sehari-hari dan dalam aspek kehidupan. Jika sudah terwujud, tentu semua mempertahankan keramahan tersebut sampai betul-betul bisa dinikmati dan dicontoh oleh orang lain.

Aspek keramahan inilah yang selama ini yang menjadi kebanggaan dan diharapkan dapat mengembalikan prestasi bidang pariwisata Indonesia ini ke masa lalu. Dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, sikap ramah-tamah masyarakat inlah yang menjadi salah satu kekuatannya dan sikap ramah tamah tersebut selalu dibarengi dengan sikap tolaransi.

4. Sikap Toleransi

Toleransi merupakan hal sangat diperlukan dalam pergaulan sehari-hari baik dengan keluarga, teman, sahabat, tetangga maupun wisatawan. Sikap tolransi akan mencerminkan suasana yang aman dan nyaman terlebih lagi dilengkapi dengan sikap ramah-tamah.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa sikap toleransi masyarakat Kuta

Lombok merupakan salah satu kekuatan selain keindahan alamnya, keunikan

tradisi dan budaya serta sikap ramah-tamah masyarakatnya. Berdasarkan hasil

wawancara mendalam dengan narasumber dari unsur tokoh agama dan

(7)

masyarakat (Ust.H.M. Sanusi Ali) menjelaskan bahwa masyarakat Kuta Lombok tidak merasa terganggu dengan kehadiran wisatawan atau kegiatan kepariwisataan, menurutnya adanya kegiatan kepariwisataan di Kuta Lombok merupakan anugrah Allah SWT. Masyarakat Kuta Lombok yang mayoritas Muslim tidak merasa terganggu dengan adanya kegiatan periwisata tersebut karena menututnya ajaran islam itu adalah cinta perdamain serta menjadi rahmat bagi alam semesta juga. Dengan demikian sikap toleransi merupakan salah satu ajaran islam yang harus dilaksanankan oleh penganutnya termasuk masyarakat Kuta Lombok.

“pariwisata itu bagus dan akan lebih bagus lagi jika dapat saling menguntungkan semua pihak artinya bahwa tidak pihak yang dirugikan baik itu masyarakat lokal maupun wisatawab itu sendiri…menurut saya semua masyarakat Kuta sangat mendukung pengembangan pariwisata…apalagi jika dijadikan sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan…dan salah satu kekutannya untuk pengembangan tersebut adalah adanya sikap toleransi dari masyarakat Kuta itu sendiri…”(wawncara, 20 Juni 2014).

Adanya sikap toleransi masyarakat Kuta Lombok tersebut merupakan salah

satu kekuatan yang dapat mendukung pengembangannya menjadi destinasi

pariwisata berkelanjutan. Kekutan tersebut harus bisa dimanfaatkan dengan sebaik

mungkin agar dapat meminimalisir segala kelemahan yang ada dan dengan

demikian pengembangan tersebut akan dapat terwujud. Selain beberapa faktor

atau elemen yang menjadi kekuatan Kuta Lombok sebai destinasi pariwisata

berkelanjuta, terdapat pula hal-hal yang dapat menjadi ancaman jika hal tersebut

tidak segera dibenahi dengan sebaik mungkin. Apabila kelemahan tersebut

dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan atau langkah kongkrit maka segala

kekuatan yang dimiliki Kuta Lombok tidak akan berarti apa-apa.

(8)

b. Kelemahan (Weakness) 1. Sumber Daya Manusia

Dalam pengembangan suatu daerah atau kawasan menjadi sebuah destinasi pariwisata tentu harus didukung dengan sumber daya manusia yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Sumber daya manusia diakui sebagai salah satu komponen vital dalam pembangunan pariwisata (Pitana dan Diarta, 2009:72). Jika sumber daya manusia belum memadai maka hal tersebut dapat menjadi kendala dalam pengembangannya termasuk pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam (in-depth interview) dengan semua narasumber (26 narasumber) dalam penelitian ini sependapat bahwa kendala utama serta menjadi kelemahan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan adalah masih rendah dan belum memadainya sumber daya manusia baik secara kualitas mauoun kuantitas khususnya di sektor pariwisata.

Terkait dengan hal tersebut maka, sangat diperlukan upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia khususnya sektor pariwisata, agar pengembanga tersebut dapat terwujud, jika tidak maka pengembangan tersebut hanyalah sebuah mimpi semata. Sebab, dengan rendahnya sumber daya manusia tersebut akan berdampak pula pada kualitas pelayanan maupun daya saing destinasi pariwisata.

Hampir setiap tahap dan elemen pariwisata memerlukan sumber daya

manusia untuk menggerakkannya. Faktor sumber daya manusia sangat

(9)

menentukan eksistensi pariwisata. Sebagai salah satu industry jasa, sikap dan kemampuan staff akan berdampak krusial terhadap bagaimana pelayanan pariwisata diberikan kepada wisatawan yang secara langsung akan berdampak pada kenyamanan, kepuasan dan kesan atas kegiatan wisata yang dilakukannya.

2. Manajemen Destinasi

Destinasi pariwisata merupakan panggung pertunjukan seluruh sumberdaya pariwisata yang memberikan nilai akhir bagi kepuasan berwisata. Oleh sebab itu hitam–putih pengelolaan destinasi pariwisata akan menentukan tiga hal elementer berikut; (a) keunggulan dan daya tarik suatu destinasi bagi pasar wisatawan, (b) tingkat manfaatnya secara ekologi, ekonomi, sosial dan budaya bagi daerah, dan (c) daya saingnya di antara pasar destinasi pariwisata internasional.

Salah satu elemen penting di dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah manajemen destinasi pariwisata yang cermat dan efektif. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Putria) dan anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah (Karim) sebagai narasumber dalam penelitian ini, mengakui bahwa manajemen destinasi pariwisata di Kuta Lombok masih sangat kurang artinya masih belum maksimal dan hal tersebutlah yang menjadi salah satu kelemahan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

Masih belum tersedianya pusat informasi pariwisata (tourism information

center) yang kompetibel, sarana dan prasarana pariwisata yang belum memadai,

promosi destinasi pariwisata yang masih sangat minim termasuk daya saingnya

yang masih perlu ditingkatkan. Kondisi tersebut membutuhkan manajemen yang

(10)

baik, cermat dan efektif sehingga bisa dijadikan salah satu faktor pendorong atau kekuatan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Selain manajemen destinasi yang masih sangat kurang faktor keamanan dan kenyamanan yang hingga kini masih menjadi faktor penghambat atau kelemahan

3. Keamanan dan Kenyamanan

Salah satu faktor yang dapat menghambat atau menjadi kelemahan dalm pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan adalah masih kurangnya keamanan dan kenyamanan. Secara umum keamanan adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan. Keamanan sebagai kadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter dan Perry, 2006).

Destinasi pariwisata yang tidak aman dan nyamana, maka sudah dipastikan

akan dapat memperburuk citra destinasi pariwisata tersebut. Menurut Suwantoro

(2004: 34) wisatawan mengharapkan kepuasan dari keanekaan, keasingan dan

keaslian objek wisata yang dikunjungi. Hal yang paling mereka cemaskan adalah

gangguan keamanan baik terhadap dirinya maupun terhadap benda-benda

miliknya. Kemamanan dan kenyamanan bukan saja dibutuhkan wisatawan saja

namun hal tersebut menjadi kebutuhan semua pihak termasuk masyarakat Kuta

Lombok khusunya serta pihak–pihak terkait lainnya, dengan demikian faktor ini

harus mendapatkan perhatian yang serius untuk mencari solusi terbaiknya.

(11)

Keamanan dan kenyamanan selalu menjadi faktor penghambat dan menjadi salah satu kelemahan dalam pengembangan apapun di Kuta Lombok termasuk pengembangan kepariwisataan. Faktor keamanan dan kenyaman ini merupakan faktor yang harus dipenuhi oleh setip destinasi pariwisata terlebih pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Berdasarkan hasil obeservasi langsung maupun wawancara mendalam dengan narasumber (semua narasumber) dalam penelitian ini ditemukan bahwa faktor keamanan dan kenyamananlah yang selama ini menjadi kelemahan atau penghambat perkembangan kepariwisataan di Kuta Lombok. Meskipun berbagai wacana dan rencana pengembangan kepariwisataan di Kuta Lombok namun selalu saja gagal dikarenankan terkendala faktor keamanan dan kenyamanan. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemanan dan kenyaman di antaranya adalah; (a) penataan dan pengelolaan areal parkir, (b) ketersediaan fasilitas toilet umum, (c) Perilaku agresif pedagang asongan, (d) penataan warung dan pedagang kaki lima, dan (e) Stabilitas politik dan isu SARA.

7.1.2 Kondisi Lingkungan Eksternal a. Peluang (Opportunities)

Peluang merupakan keadaan yang mendatagkan keuntungan bila dapat memanfaatkannya dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

1. Kemajuan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi

Informasi dan telekomunikasi merupakan salah satu faktor pendukung

dalam kegiatan kepariwisataan maupun bidang lainnnya. Dengan semakin

(12)

berkembangnya teknologi informasi dan telekomunikasi akan memudahkan seorang untuk mengakses informasi apapun dengan cepat dan gelobal di segala penjuru dunia. Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan salah satu peluang dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan asalkan dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin, namun jika tidak dimanfaatkan maka hal tersebut justru akan menjadi ancaman.

Kemajuan teknologi Informasi dan telekomunikasi sangat penting bagi wisatawan maupun pelaku pariwisata serta pihak terkait dimana informasi yang dimaksud adalah informasi tentang keberadaan Kuta Lombok. Kemajuan informasi dan telekomunikasi seperti internet dan jaringan telepon dapat mempermudah wisatawan dalam mengakses terlebih dahulu sebelum berkunjung ke destinasi pariwisata dan indikator ini dinilai sangat penting pertama dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Kasub Perencanaan Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah mengemukakan bahwa

dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan

salah satu peluang dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi

pariwisata berkelanjutan, sebab dengan adanya informasi dan telekomunikasi akan

dapat memudah setiap orang termasuk wisatawan maupun pelaku pariwisata serta

stakeholder dan instansi terkait dapat dengan mudah mengakses serta

mempromosikan destinasi tersebut. Ketersediaan fasilitas internet maupun alat

komunikasi lainnya akan mempengaruhi kenyamanan wisatawan juga.

(13)

“semakin berkembangnya teknologi informasi dan telekomunikasi maka ini merupakan peluang yang sangat bagus untuk mendukung pengembangan kepariwisataan di Kuta Lombok, dengan demkian kan mudah untuk promosi bagi yang memiliki usaha pariwisata…kemudian bagi wisatawan yang berkunjung di Kuta dengan mudah dan gampang memberikan informasi, kabar tentang keberadaannya di Kuta, jadi ini peluang yang sangat baik untuk pengembangan pariwisata di Kuta…” (wawancara, 17 Juni 2014) Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi telekomunikasi sangat menunjang pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dengan adanya teknologi informasi dan telekomunikasi akan dapat memberikan kenyamanan juga bagi wisatawan yang berkunjung, kemudian untuk para pelaku wisata akan dengan mudah memasarkan produk wisatanya. Hal tersebut akan jadi peluang jika dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

2. Jarak Kuta Lombok dengan Bandara Internasional Lombok (BIL)

Hadirnya Bandara Internasional Lombok (BIL) atau LOP (Lombok Praya) sejak tanggal 1 Oktober tahun 2011 merupakan salah satu peluang bagus bagi pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Kuta Lombok hanya berjarak + 10 km atau dengan perjalan kurang lebih 20-30 menit dengan kendaraan bermotor (sepeda motor, mobil).

Dekatnya jarak Kuta Lombok dengan bandara merupakan salah satu

peluang, sebab jarak destinasi pariwisata dengan bandara menjadi salah satu

pertimbangan wisatawan ututk mengujungi suatu destinasi pariwisata. Bandara

Internasional Lombok merupakan satu-satunya bandara bertaraf internasional di

Nusa Tenggara barat dan Lombok khususnya. Keberadaan bandara tersebut

tentunya akan dapat mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ke Kuta

(14)

Lombok, sebab jarak Kuta Lombok dengan Bandara yang dekat dan mudah dijangkau merupakan peluang yang sangat bagus terhadap pengembangan dan keberlanjutan kegiatan kepariwisataan di Kuta Lombok.

3. Jarak Kuta Lombok dengan Kota Praya (ibu kota Kabupaten Lombok Tengah)

Dekat atau tidaknya destinasi pariwisata dengan Kota juga merupakan salah satu pertimbangan para wisatawan untuk memilih destinasi tersebut sebagai salah satu tujuan wisatanya. Jarak Kuta Lombok dengan Kota Praya (Ibu Kota Kabupaten Lombok Tengah) yang dekat yaitu sekitar 30 km atau dengan jarak tempuh sekitar 30-35 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor) merupakan salah satu peluang dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

Berdasarkan hasil wawancra mendalam (in-depth interview) dengan unsur pelaku wisata (Manah) jarak Kuta Lombok dengan Kota Praya dapat menjadi peluang karena para wisatawan yang suka ke kota menjadi lebih mudah mengingat jarak yang dekat dengan waktu tempuh yang relatif singkat.

“…Kuta kan rapat kance Praye jarin tamu saq mele gitaq kota merase senang sengaq perjalanan dari Kuta ke Praya kan lumayan singkat...ya ini kan bisa jadi peluang juga…karena tamu yang berkunjung di Kuta juga bisa melakukan city tour…jadi tamu merasa nyaman dan bisa betah tinggal di Kuta…” (wawancara, 19 Juni 2014)

Kuta Lombok yang memiliki jarak dari Bandara (BIL) maupun Kota Praya

yang dekat juga merupakan peluang dalam mendukung pengembangannya

menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan sebab, wisatawan dapat menikmati

keliling Kota meskipun nginap di Kuta Lombok.

(15)

4. Jarak Kuta Lombok dengan Kota Mataram (ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat)

Kota Mataram merupakan ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, jarak Kuta Lombok dengan Kota Mataram hanya sekitar 50 km atau perjalanan menggunakan kendaraan bermotor dengan waktu tempuh sekitar 60-70 menit saja.

Dekatnya jarak tersebut merupakan peluang dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan sebab, selain dekat dengan bandara dan Kota Praya dekat juga dengan kota Mataram dimana para wisatawan dapat berkeliling Kota (city tour) meskipun mereka tinggal di Kuta Lombok.

Menurut Karim (anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah) dekatnya jarak antara Kuta Lombok dengan Kota Mataram merupakan peluang sebab, dengan dekatnya jarak tersebut akan memperngaruhi motivasi wisatawan untuk berkeunjung ke Kuta Lombok. Semakin dekatnya jarak destinasi dengan kota atau pusat kota juga akan berpengaruh pula pada motivasi kunjungan wisatawan.

“…peluang Kuta Lombok sangat bagus jika dikembangkan…karena selain dekat dengan bandara yang merupakan gateway atau pintu gerbang udara di Lombok dilengkapi pula dengan jarak Kuta Lombok dengan kota Praya dan Mataram juga dekat…jadi selain mereka bisa menikmati keindahan alam di pantai Kuta mereka juga bisa keliling kota..ini kan peluang…”(wawancara, 16 Juni 2014)

Jarak Kuta Lombok dengan Kota Mataram merupakan salah satu peluang jika kondisi tersebut mampu dimanfaatkan dengan baik terutama untuk mendukung pengembangan kepariwisataan di Kuta Lombok., namun hal tersebut bisa saja menjadi ancaman apabila tidak apat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

(16)

5. Aturan (code of conduct)

Dalam pengembangan sebuah daerah, wilayah atau kawasan menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan harus didukung dengan aturan atau aspek legalitas atau aturan (code of conduct) yang bagus dan jelas. Tanpa adanya aturan yang jelas maka hal tersebut akan dapat menjadi ancaman dalam pengembangannya termasuk dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan., sebab pada dasarnya pembangunan berkelanjutan harus dapat berkelanjutan dari aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, dengan demikian pemabangunan berkelanjutan dapat dilaksanakan.

Selain perlunya aturan atau regulasi yang jelas dalam pengembangan destinasi pariwisata, dalam kegiatan berwisata juga harus didukung pula dengan aturan atau tata tertib yang jelas sehingga secara ekonomi dapat menguntungkan, aspek kehidupan sosial budaya tetap terjaga keberadaanya, mapun lingkungan tetap lestari dan semakin baik, begitu halnya dalam pengembangan Kuta Lombok.

Dalam penelitian ini aturan (code of conduct) merupakan salah satu

peluang bagi Kuta Lombok untuk mendukung pengembangannya sebagai

destinasi pariwisata berkelanjutan dianataranya adalah adanya kebijakan

pemerintah tentang kepariwisataan maupun pelestarian lingkungan. Dengan

adanya kebijakan-kebijakan pemerintah terkait kepariwisataan seperti; Undang-

undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, Peraturan Pemerintah (PP)

nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional

(Ripparnas), Peraturan Pemerintah (PP) nomor 52 tahun 2014 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dan Peraturan daerah (Perda) nomor 7 tahun

(17)

2013 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Ripparda) Provinsi Nusa Tenggara barat yang menetapkan Kuta Lombok sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) merupakan peluang yang sangat bagus untuk pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Kuta Lombok merupakan salah satu dari 9 kawasan wisata di pulau Lombok, hal tersebut berdasarkan peraturan daerah (Perda) nomor 9 tahun 1989 tentang penetapan 15 kawasan wisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Selain kebijakan pemerintah tentang kepariwisataan terdapat pula kebijakan pemerintah tentang pelestarian lingkungan dan tata ruang yang menjadi peluang dan merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam pembangunan berkelanjutan yaitu dengan tetap menjaga dan melesetarikan lingkungan, adapun kebijakan- kebijakan pemerintah tentang pelestarian lingkungan diantaranya adalah Undang–

undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2013 tentang ketelitian peta rencana tata ruang, Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang–

undang nomor 4 tahun 2011 tentang informasi Geospasial, Peraturan Daerah

nomor 3 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi

Nusa Tenggara Barat serta Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2011 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lombok Tengah. Dengan adanya

kebijakan–kebijakan tersebut memperkuat bahwa Kuta Lombok sangat layak

untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan terutama dalam

dalam aspek lingkungan, karena dalam pengembangan kepariwisataan harus tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan.

(18)

b. Ancaman (Threats)

Ancaman merupakan keadaan apabila dibiarkan akan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ketidakberhasilan yang harus diwaspadai dalam hal menyusun strategi pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

1. Kesadaran Masyarakat dalam menjaga Kebersihan dan Kelestarian Lingkungan

Secara teoritik, pola interaksi antara aktivitas kepariwisataan dan lingkungan sekitar yang ada di suatu destinasi akan dapat menimbulkan berbagai kemungkinan dampak. Faktor lingkungan dimungkinkan akan mendapatkan dampak positif maupun dampak negatif dari aktivitas kepariwisataan yang ada dan sebaliknya faktor kepariwisataan juga akan dimungkinkan mendapatkan dampak positif maupun negatif dari lingkungan sekitar (Sunaryo, 2013:41).

Kebersihan dan kelestarian lingkungan pada destinasi pariwisata merupakan hal

yang paling penting. Keadaan lingkungan sekitar kawasan wisata bahwa

lingkungan tersebut harus terjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah

sembarangan dan kebersihan pada fasilitas umum (Kurihara, 2010), dengan

demikian kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kelestarian

lingkungan sangat diperlukan karena dengan adanya partisipasi masyarakat dalam

menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan tersebut akan menjadi peluang

emas bagi pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata

berkelanjutan.

(19)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kesadaran masyarakat dalm menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan merupakan salah satu ancaman dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan., hal tersebut sesuai dengan hasil obeservasi langsung ke lokasi penelitian, wawancara mendalam (in-depth interview) denga narasumber (26 narasumber) serta studi dokumentasi.

Selama ini, maslah kebersihan dan kelestarian lingkungan, selalu menjadi sorotan para wisatawan yang berkunjung di Kuta Lombok seperti sampah yang tidak terurus berserakan dimana-mana termasuk pada area wisata yang tetap dikunjungi wisatawan. Hal tersebut disebabkan karena masih adanya perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan bahkan di area wisata sehingga sangat mengganggu pemandangan., dimana hal tersebut merupakan salah satu yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan di Kuta Lombok serta berdampak pula pada keberlanjutan kegiatan kepariwisataan itu sendiri.

Masih rendahnya keasadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan

kelestarian lingkungan merupakan ancaman yang serius sekaligus sebagai

penghambat dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata

berkelanjutan, oleh sebab itu hal ini harus ada upaya berupa solusi terbaik untuk

memberikan pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya menjaga

kebersihan dan kelestarian lingkungan sehingga dapat menjadi peluang emas

dalam pengembagan pariwisata di Kuta Lombok. Jika hal ini tidak segera

dibenahi, maka daya tarik seperti keindahan alam di Kuta Lombok sangat

terancam keberlangsungannya sehingga kegiatan kepariwisataanpun terhenti.

(20)

2. Stabilitas Politik dan Isu SARA (Suku, Agama dan Ras)

Beberapa hal yang dapat menjadi ancaman dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan adalah adanya stabilitas politik yang masih belum berpihak serta adanya isu terkait suku, agama dan ras (SARA).

Kondisi stabilitas politik yang baik dan kondusif merupakan modal yang baik untuk pengembangan kepariwisataan, hal tersebut diperlukan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman oleh wisatawan, investor, pelaku pariwisata maupun masyarakat lokal setempat.

Adanya gerakan reformasimasi serta kirisis moneter akibat stabilitas politik yang kurang baik pada tahun 1998 menyebabkan kondisi kepariwisataan di Kuta Lombok terpuruk. Akibatnya sebagaian besar warga masyarakat Kuta Lombok dan sekitarnya menduduki tanah asal mereka yang sudah ditetapkan menjadi area wisata, selain itu ratusan hektar tanah yang sudah dibebaskan untuk menjadi kawasan pariwisata di Kuta Lombok dan sekitarnya ditelantarkan. Kondisi politik tersebut meluas pada isu SARA (Suku, Agama dan Ras) yang sangat sensitif sehingga warga Kuta dan sekitarnya menolak pengembangan kepariwisataan di Kuta Lombok dan sekitarnya.

Selain adanya gerakan reformasi dan stabilitas politik yang kurang baik

tersebut, isu terkait dengan SARA (Suku, Agama, dan Ras) juga terjadi pada

bulan Januari tahun 2000. Adanya isu SARA tersebut sangat berdampak buruk

pada perkembangan kepariwisataan di Lombok pada umumnya serta Kuta

Lombok khususnya. kerusuhan Mataram akibat adanya isu tersebut berimbas pada

pergerakan masa lebih dari lima ribu masa bergerak di Mataram dengan

(21)

membakar beberapa rumah ibadah seperti gereja serta fasilitas umum lainnya termasuk pembakaran club malam di kawasan pariwisata Senggigi.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam (in-depth interview) dengan Kasub Perencanaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah (Zulfa) menyebutkan bahwa isu tentang suku, agama dan ras (SARA) serta stabilitas politik yang tidak menentu membuat perkembangan pariwisata di Kuta Lombok macet dan tidak bisa berkembang dan hal tersebut merupakan salah satu ancaman dalam pengembagan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

“…Kuta sangat layak untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan karena didukung oleh keindahan alam maupun potensi sosial budayanya,…namun adanya isu terkait SARA dan stabilitas politik kita yang tidak menentu serta sarat akan kepentingan tertentu maka hal inilah menjadi ancaman juga terhadap pengembangan Kuta, sebab dengan adanya isu tersebut tentu menjadi pertimbangan dalam pengembangan pariwisata termasuk untuk pembangunan infrastruktrurnya seperti hotel, villa dan sebagainya. Karena bagi investor maupun wisatawan itu kan, harus ada jaminan keamanan serta kepastian hukum yang jelas untuk investasi maupun berkunjung ke Kuta. namun jika kondisi stabilitas politik kita baik serta isu SARA tersebut mampu dijadikan peluang maka akan lebih baik lagi, tapi selama ini tersebut merupakan salah satu yang dapat menjadi ancaman termasuk di Kuta Lombok..” (wawancara, 17 Juni 2014)

Kondisi stabilitas pilitik yang kurang baik serta yang isu terkait dengan SARA (Suku, Agama dan Ras) merupakan salah satu hal yang dapat berdampak negatif terkait dengan dampak sosial budaya pengembangan destinasi pariwisata.

Adanya kondisi tersebut merupakan salah satu pertimbangan bagi para investor

atau pengembang untuk berpartisipasi dalam pengembangan suatu daerah menjadi

destinasi pariwisata termasuk di Kuta Lombok. Berdasarkan hasil wawancara

mendalam dengan Kasub Perencanaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

(22)

Kabupaten Lombok Tengah (Zulfa) menunjukkan bahwa dengan adanya kondisi politik yang kurang baik serta isu SARA tersebut merupakan salah satu ancaman terhadap pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, namun jika isu tersebut bisa dimanfaatkan maka justru akan menjadi peluang apalagi jika di kaitkan dengan konsep pembangunan berkelanjutan, baik itu secara sosial budaya, ekonomi maupun aspek lingkungan.

Secara umum semua elemen masyarakat menginginkan adanya perkembangan kepariwisataan di Kuta Lombok tanpa terkecuali tokoh Masyarakat (tokoh Agama, Adat dan Pemuda). Hal tersebut sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Ust.H.M. Sanusi Ali., dalam wawancara mendalam (in-depth interview) dengan peneliti.

“…pariwisata merupakan salah satu yang menjadi tumpuan dan harapan sebagian besar masyarakat kita di Kuta ini, oleh sebab itu kita sangat mengharapkan adanya kemajuan dan perkembangan yang signifikan terhadap pariwisata ini, agar nantinya dapat memberikan kontribusi positif terutama terhadap perekonomian, lingkungan kita namun kehidupan sosial budaya kita juga akan semakin baik..tanpa harus mengorbankan agama untuk kepentingan duniawi saja… saya melihat bahwa masih belum berkembangnya pariwisata sekarang kan karena adanya oknum-oknum tertentu yang mengatas namakan agama, adat, ras untuk menolak pariwisata..namun itu kan oknum…tapi kita semua sangat setuju jika Kuta Lombok dijadikan sebagai tempat wisata yang mendunia...”(wawancara, 20 Juni 2014)

Meskipun secara umum semua elemen masyarakat di Kuta Lombok

mendukung pemgembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata

berkelanjutan sebagaimana yang dikemukakan oleh Ust.H.M. Sanusi Ali tersebut,

namun kondisi stabilitas politik dan isu SARA tetap menjadi ancaman dalam

pengembangannya. Sebab, hal tersebut sangat sesnsitif terutama bagi masyarakat

setempat.

(23)

Berdasarkan hasil wawncara mendalam (in-depth interview) dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kabupaten Lombok Tengah (Karim) menyebutkan bahwa karakteristik masyarakat kita yang masih kental dengan adat budaya maupun agama serta masih kurangnya pemahaman mereka tentang pariwisata menyebabkan mereka akan sangat mudah terpancing emosinya dengan isu-isu yang berbau suku, agama maupun ras (SARA) terlebih kondisi politik yang terkadang memanfaatkan isu tersebut.

“…pengembangan pariwisata dimanapun termasuk di Kuta tidak terlepas dari kepetingan politik, hal tersebut dapat kita lihat dari sejak awal mula penetapan Kuta sebagai salah satu kawasan pariwisata di NTB atau Lombok, itu kan melalui peraturan daerah (Perda) dan hal tersebut tentunya disahkan oleh lembaga politik juga yaitu DPRD NTB waktu itu bersama dengan Gubernur selalu pemerintah atau eksekutif, jadi kondisi stabilitas politik sangat menentukan perkembangan pariwisata di Kuta juga dan terkadang politik ada permainan juga di dalamnya ya tidak menutup kemungkinan isu SARA dimunculkan, dan jika itu dimunculkan maka bisa berdampak positif sebagai peluang atau bisa jadi sebagai ancaman, jadi ketika stabilitas politik tidak menentu seperti sekarang ini serta adanya isu SARA juga merupakan salah satu ancaman bagi pengembangan pariwisata di Kuta Lombok. Hal tersebut kan bisa dilihat dari hadirnya LTDC, EMAAR, BTDC dan sekarang ITDC lagi yang hingga saat ini juga tidak jelas....”(wawancara, 16 Juni 2014)

Kondisi stabilitas politik yang tidak menentu serta adanya isu terkait SARA

(Suku, Agama dan Ras) hingga sekarang merupakan hal dapat menjadi ancaman

terhadap pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan,

hal tersebut sesuai dengan hasil temuan dalam penelitian ini. Mengingat masih

adanya berbagai kendala yang berupa kelemahan dan ancaman yang dapat

menghambat pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata

berkelanjutan, meskipun Kuta Lombok memiliki potensinya sangat bagus dan

layak untuk dikembangkan. Untuk memwujudkan Kuta Lombok menjadi

(24)

destinasi pariwisata berkelanjutan, maka dalam penelitian ini dijelaskan, diuraikan, dikaji serta dianalisis secara mendalam mengenai strategi yang tepat untuk pengembangannya.

7.2 Strategi Pengembangan Kuta Lombok sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

Untuk dapat merumuskan strategi pengembangan yang tepat terhadap suatu destinasi pariwisata maka, perlu diketahui fase-fase atau siklus hidup area wisata.

Sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori siklus hidup destinasi yang diadaptasi dari Butler (1980), terdapat tujuh fase-fase dalam siklus evolusi destinasi pariwisata yaitu: exploration (penemuan), involvement (keterlibatan), development (pembangunan), consolidation (konsolidasi), stagnation (stagnasi), decline (penurunan), dan rejuvenation (peremajaan).

Berdasarkan hasil observasi langsung lokasi penelitian, wawancara

mendalam (in-depth interview) dengan semua narasumber (26 narasumber) dalam

penelitian ini serta dilengkapi dengan data jumlah kunjungan wisatawan dari

tahun 2008 hingga 2012 terus mengalami peningkatan, yaitu dari 30326

wisatawan mancanegara dan 11969 wisatawan domestik (wisatawan nusantara)

pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2012 jumlah kunjungan wisatawan

mananegara berjumlah 58364 wisatawan dan untuk wisatawan domestik

berjumlah 23535 wisatawan, begitu juga halnya dengan rata-rata lama tinggal

(length of stay) dari tareget rata–rata lama tinggal 2.67 hari namun naik menjadi

2.71 hari (Disbudpar Lombok Tengah, 2013).

(25)

Mengacu pada teori siklus hidup destinasi tersebut, Kuta Lombok berada pada posisi Involment (keterlibatan), hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan kunjungan wisatwan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.

Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan tersebut mendorong penduduk lokal menawarkan fasilitas secara ekslusif kepada wisatawan. Kontak dengan masyarakat lokal setempat tetap tinggi dan beberapa dari masyarakat lokal setempat menyesuaikan pola sosialnya untuk mengakomodasi perubahan kondisi ekonomi akibat keberadaan wisatawan., selain itu masyarakat ada yang mulai menyediakan dan menawarkan penginapan seperti Homestay dan sebagainya.

Berdasarkan kondisi lingkungan internal dan eksternal Kuta Lombok serta jumlah kunjungan wisatawan masih didominasi oleh wisatawan mancanegara maka strategi umum (grand strategy) yang bisa diterapkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk wisata. Strategi penetrasi pasar adalah strategi memperluas pasar (market share) suatu produk atau jasa melalui usaha–

usaha pemasaran yang lebih besar (Umar, 2005).

Strategi ini penting dilakukan mengingat selama ini wisatawan yang

berkunjung di Kuta Lombok sebagian besar adalah wisatawan mancanegara

sehingga perlu dilakukan strategi promosi untuk meningkatkan kunjungan

wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara., sedangkan yang dimaksud

dengan strategi pengembangan produk merupakan strategi yang bertujuan agar

perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan atau

memodifikasi produk–produk atau jasa–jasa yang telah ada sekarang. Jadi, tujuan

(26)

strategi ini adalah untuk memperbaiki dan mengembangkan produk atau jasa yang sudah ada.

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian, perolehan, pemakaian, dan konsumsi atau yang mungkin memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsep produk, tidak terbatas pada obyek fisik saja namun termasuk objek non fisik (jasa) juga, dan sebagai tambahan produk fisik dan produk jasa, produk juga meliputi orang, tempat, organisasi, dan aktivitas.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka strategi pengembangan produk terkait dengan pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan adalah strategi dalam upaya meningkatkan potensi yang dimiliki yaitu wisata alam, wisata bahari, wisata minat khusus serta sosial dan budaya, baik fisik maupun non fisik dimana di dalamnya mencakup daya tarik wisata (attraction), akses (accessibility), fasilitas kenyamanan (amenities), dan layanan pendukung lainnya (ancillary service).

Dalam membuat strategi pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan juga diawali dengan menguraikan faktor–faktor internal dan eksternal. Beradasarkan kondisi lingkungan internal dan eksternal diperoleh strategi yang bersifat umum (grand strategy). Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats) untuk merumuskan strategi alternatifnya.

Matriks SWOT menghasilkan empat sel kemungkinan strategi khusus

pengembangan yang sesuai dengan potensi serta kondisi internal dan eksternal

(27)

yang dimiliki Kuta Lombok. Dari setiap strategi khusus yang dihasilkan dapat dijabarkan berbagai macam program pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

Berdasarkan kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, maka melalui matriks SWOT akan ditemukan beberapa strategi pengembangan yang dapat mendukung kelayakan pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan seperti yang tercantum pada Tabel 7.1.

Dalam analisis SWOT yang disajikan, disusun beberapa alternatif pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan sebagai strategi khusus, yang merupakan opsi–opsi pengembangan dari grand strategy.

Beberapa alternatif yang disusun yaitu; (1) Strategi pengembangan destinasi pariwisata, (2) Strategi pengembangan daya tarik wisata, (3) Strategi peningkatan kualitas lingkungan, (4) Strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan, (5) Strategi pengembangan promosi destinasi pariwisata, (6) Strategi peningkatan keamanan dan kenyamanan, (7) Strategi pengembangan sumber daya manusia, dan (8) Strategi pengembangan kelembagaan dan manajemen destinasi. Setiap strategi yang digunakan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Strategi Strength–Opportunity (S–O)

Strategi strength–opportunity merupakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang, sehingga menghasilakan strategi

pengembangan destinasi pariwisata dan strategi pengembangan daya tarik

(28)

wisata. Kekuatan yang dimilikinya harus digunakan dengan semaksimal mungkin agar dapat memanfaatkan segala peluang yang ada dengan sebaik–

baiknya.

2. Strategi Strength–Threat (S–T)

Strategi strength–threat merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, dimana strategi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah strategi peningkatan kualitas lingkungan dan strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan. Untuk menjadikan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan maka strategi ini sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan tersebut.

3. Strategi Weakness–Opportunity (W–O)

Upaya untuk meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang merupakan strategi yang sangat penting digunakan dalam pengembangan sebuah destinasi pariwisata. Sehingga strategi yang ditemukan dalam penelitian ini adalah strategi pengembangan promosi destinasi pariwisata dan strategi peningkatan keamanan dan kenyamanan.

4. Strategi Weakness–Threat (W–T)

Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

merupakan strategi yang mendukung dalam pengembangan Kuta Lombok

sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan dan dalam strategi ini

(29)

menghasilkan strategi pengembangan sumber daya manusia dan strategi pengembangan kelembagaan dan manajemen destinasi.

Tabel 7.1.

Analisis Matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities and Threats) Pengembangan Kuta Lombok sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

Lingkungan Internal

Lingkungan Eksternal

Strengths (S) Kekuatan 1. Keindahan alam 2. Keunikan Tradisi dan

Budaya Masyarakat Lokal 3. Sikap Ramah–tamah

Masyarakat Lokal 4. Sikap toleransi

Weaknesses (W) Kelemahan 1. Sumber Daya Manusia 2. Manajemen Destinasi 3. Keamanan dan

Kenyamanan

Opportunities (O) Peluang 1. Kemajuan Teknologi dan

Telekomunikasi 2. Jarak Kuta Lombok

dengan Bandara Internasional Lombok (BIL)

3. Jarak Kuta Lombok dengan Kota Praya (ibu Kota Kabupaten Lombok Tengah)

4. Jarak Kuta Lombok dengan Kota Mataram (ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat) 5. Aturan (code of conduct)

Strategi S – O

Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

1. Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata

2. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata

Strategi W – O

Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk

memanfaatkan peluang 1. Strategi Pengembangan

Promosi Destinasi Pariwisata

2. Strategi Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan

Threats (T) Ancaman 1. Kurangnya Kesadaran

Masyarakat dalam menjaga Kebersihan dan Kelestarian Lingkungan 2. Stabilitas Politik dan Isu

terkait suku, agama, dan ras (SARA)

Strategi S –T

Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

1. Strategi Peningkatan Kualitas Lingkungan 2. Strategi Pengembangan

Pariwisata Perkelanjutan

Strategi W – T Strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

1. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia 2. Strategi Pengembangan

Kelembagaan dan Manajemen Destinasi Pariwisata

Sumber: Data diolah Tahun 2014

7.3 Program Pengembangan Kuta Lombok sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

Mengingat bahwa strategi dapat dikatakan masih dalam bentuk langkah–

langkah umum, oleh sebab itu sesuai dengan hirarki perencanaan maka,

(30)

perumusan strategi sebaiknya diikuti oleh suatu rencana yang kongkrit yaitu yang disebut program. Dengan program tersebut jika nantinya tersedia anggaran yang cukup dan memungkinkan untuk direalisasikan menjadi program aksi (action) atau proyek. Adapun program–program yang dapat dirumuskan dari setiap strategi tersebut adalah diantaranya sebagai berikut;

7.3.1 Program Pengembangan dari Strategi Strength–Opportunity (S–O) Dari strategi strength–opportunity pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan terdapat dua strategi yang dapat diaplikasikan yaitu; (1) Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata dan (2) Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dengan uraian dan program–program sebagai berikut:

1. Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan terdapat strategi pengembangan destinasi sebagai langkah awal untuk pengembangannya seperti penataan destinasi dengan sebaik mungkin, hal tersebut dapat dilakukan dengan program sebagai berikut;

a. Program Pengembangan Sarana dan Prasarana serta Infrastruktur Pendukung Kepariwisataan. Program ini bertujuan untuk menyediakan berbagai sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan kepariwisataan di Kuta Lombok.

b. Program Pengadaan Fasilitas Pengelolaan Wisata, seperti;

1) Pusat Informasi Pariwisata (tourism informatioan center) yang memadai

(31)

2) Pembuatan pos–pos jaga untuk menigkatkan keamanan dan kenyamanan bersama (wisatawan dan masyarakat)

3) Pengadaan sarana pemantauan serta telekomunikasi yang memadai

c. Program Pembuatan Tempat–tempat Istrirahat (rest area) yang bercirikan arsitektur lokal pada akses menuju Kuta Lombok serta pada tempat-tempat strategis kegiatan kepariwisataan untuk meberikan rasa nyaman (seperti Berugaq) serta tempat ibadah (seperti Mushala atau Masjid) dan sebagainya.

d. Program Pembangunan Akomodasi Pariwisata (seperti Homestaay) yang memadai serta tempat makan (seperti warung makan biasa maupun restaurant)

Pembangunan akomodasi pariwisata disatukan dengan rumah penduduk dan harus mengindari pembangunan di daerah–daerah konservasi atau dekat dengan tempat suci serta yang dikeramatkan baik oleh adat maupun agama. Selain itu, pemerintah daerah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lombok Tengah dapat membangun akomodasi maupun tempat makan yang kepemilikannya oleh pemerintah namun pengelolaanya (melalui pendampingan pemerintah) dengan melibatkan masyarakat lokal setempat.

e. Program Pengembangan, Perbaikan serta Pemeliharaan Akses Jalan di Kuta Lombok

Jalan sangat diperlukan untuk mempermudah akses ke berbagai daya tarik

wisata yang ada di Kuta Lombok mengingat kondisi jalan yang ada saat ini masih

banyak yang perlu dikembangkan dan diperbaiki serta dipelihara, seperti masih

(32)

adanya jalan tanah yang ketika musim hujan sangat licin dan ketika musim kemarau sangat berdebu.

Selain itu, masih terdapat jalan yang berlubang serta tidak meliki got sehingga sangat mengganggu terutama bagi pengguna jalan tersebut baik wisatawan maupun masyarakat lokal., supaya kedepannya jalan yang berada di Kuta Lombok segera diperlebar dan di hot mix agar tidak terjadi kemacatan jika ada kendaraan dengan ukuran besar, selain itu sering tergenang air jika musim hujan.

f. Program Penyediaan Tempat–tempat Sampah yang Ramah Lingkungan Menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan tentu harus memperhatikan kebersihan secara berkelanjutan pula, oleh sebab itu sangat perlu untuk menyediakan tempat sampah terutama yang ramah lingkungan. Tempat sampah yang dimaksud adalah tempat sampah yang semi permanen yang ditempatkan pada tempat–tempat yang strategis dan dapat diangkat (dipindahkan) untuk dikumpulkan pada satu tempat pembuangan sampah (TPS) sementara. Sampah yang telah dikumpulkan dapat dipilih terutama yang bisa didaur ulang ataupun yang dapat digunakan kembali.

Pemisahan sampah akan lebih baik jika dilakukan dengan memisahkan

sampah organik maupun non organik atau sampah lainnya sehingga lingkungan

tetap terjaga kelesatariannya. Adapun konsep yang bisa diterapkan adalah melalui

konsep 3R (Reduce, Reuse, and Recycle). Penanganan sampah 3R adalah konsep

penanganan sampah dengan cara Reduce (Mengurangi), Reuse (Menggunakan

kembali) dan Recycle (Mendaur ulang) sampah mulai dari sumbernya.

(33)

g. Program Pembangunan Fasilitas Toilet Umum ditempat–tempat Strategis Ketersediaan fasilitas seperti ketersediaan fasilitas toilet umum atau MCK (mandi cuci kencing) sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan kepariwisataan di Kuta Lombok. Fasilitas toilet umum atau MCK yang dibangun harus tetap memperhatikan dampak pencemarannya seperti harus jauh dari sumber mata air atau sumur penduduk lokal. Selain itu dibuatkan pula tempat penampungan limbah dan air cucian tau mandi harus diupayakan untuk tidak terserap tanah. Hal ini berkaitan dengan kualitas air tanah yang akan tercemar apabila limbah tersebut terserap tanah.

h. Penyediaan Listrik dan Air Bersih yang Memadai

Mengingat Kuta Lombok merupakan daerah yang terletak di bagian selatan pulau Lombok yang pada umumnya kering maka perlu adanya penyediaan air bersih yang cukup dan memadai, baik oleh pemerintah maupun swasta untuk mendukung kegiatan kepariwisataan. Hal ini sangat diperlukan mengingat sebagian besar akomodasi pariwisata seperti Hotel, Villa, Bungalow, Lodge, maupun Homestay menggunakan sumur bor untuk penyediaan air bersih begitu pula dengan restaurant, café dan termasuk juga masyrakat setempat. Sedangkan kedalam sumur bor minimal 35 meter ke atas, sehingga mengakibatkan banyaknya sumur yang mengalami kekeringan termasuk sumur bor yang dengan kedalaman di bawah 50 meter juga mengalami hal yang sama pada musim kemarau.

Selain perlunya penyediaan air bersih yang memadai penyediaan listrik juga

sangat perlu mengingat banyaknya wisatwan yang complain karena seringnya

terjadi pemadamangan listrik dalam waktu yang lama bahkan hingga 30 jam.

(34)

Dengan demikian maka akan sangat mengganggu kegiatan kepariwisataan itu sendiri.

i. Menyediakan Tempat Penyewaan Alat–alat Pancing, Snorkeling, Diving maupun Surfing yang lengkap.

Penyediaan tempat penyewaan tersebut penting dilakukan karena sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Kuta Lombok untuk menikmati wisata bahari seperti berselancar (surfing), memancing, diving, snorkeling dan mereka pasti membutuhkan alat–alat tersebut. Sehingga, dengan menyediakan dan menyewakan perlengkapan tersebut yang akan digunakan oleh wisatawan dengan demikian tentu akan berdampak positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat terutaman masyarakat setempat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.

j. Program Peningkatan Daya Saing Destinasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing destinasi pariwisata khususnya di Kuta Lombok dengan destinasi pariwisata lainnya. Peningkatan daya saing destinasi sangat penting dilakukan terutama dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Mengingat daya saing pariwisata di Kuta Lombok maka dalam penelitian ini ditemukan beberapa hal yang dapat diterapkan dan untuk mendukung program peningkatan daya saing destinasi pariwisata sebagaimana yang dimaksudkan di atas adalah sebagai berikut;

1) Penataan, peningkatan serta pembenahan segala fasilitas pendukung

kegiatan kepariwisataan di Kuta Lombok, seperti; akomodasi pariwisata,

(35)

restaurant, ketersediaan angkutan wisata, maupun pengembangan produk wisata.

2) Pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya di sektor pariwisata.

3) Sosialisasi gerakan sadar wisata yang tepat sasaran kepada masyarakat khususnya masyarakat Kuta Lombok agar mampu merupah pola fikir masyarakat tentang kesadaran berwisata (gerakan sadar wisata) dengan demikian masyarakat akan merasa bertanggung jawab dalam dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan karena mereka memiliki sense of belonging (rasa memilki) yang tinggi.

2. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata

Pengembangan daya tarik wisata sangat perlu dilakukan untuk mendukung pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Salah satu langkah yang dapat diterapkan dalam pengembangan daya tarik wisata yaitu dengan program inventarisasi (pendataan) daya tarik wisata yang ada di Kuta Lombok. Dengan inventarisasi daya tarik tersebut kemudian langkah selanjutnya adalah pengembangan produk wisata.

Suatu destinasi pariwisata akan berkembang dengan baik jika tetap menjaga

dan mengembangkan produk wisata. Program pengembangan produk wisata

sangat perlu untuk memperhatikan aspek kekhasanya, keunikan, keaslian dan juga

kualitasnya sehingga dapat memicu motivasi dan ketertarikan wisatawan untuk

membeli produk wisata yang dikembangkan tersebut, dan berikut adalah

penjabaran program pengembangan daya tarik wisata di Kuta Lombok seperti;

(36)

a. Program Pengelompokan potensi–potensi dan daya tarik wisata yang ada di Kuta Lombok

Pengelompokan potensi wisata akan memudahkan wisatawan untuk menentukan pilihan aktivitas wisata sesuai yang diinginkan. Dari segi pengelolaan maupun pengelompokkan produk wisata berdasarkan jenisnya memudahkan pengelola untuk mengelola dan mengontrol aktivitas wisata sehingga pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan dapat terealisasi. Potensi–potensi daya tarik wisata di Kuta Lombok dapat dikelompokkan menjadi dua produk wisata yaitu produk wisata alam dan sosial budaya.

1) Produk Wisata Alam

Produk wisata alam yang ada di Kuta Lombok adalah keindahan alam,

pantai dengan hamparan pasir putih yang indah dengan bentuk yang

beragam, keindahan laut dengan aktivitasnya, seperti surfing yang

merupakan salah satu wisata minat khusus yang paling banyak diminati oleh

para wisatawan terutama wisatawan mancanegara (asing), snorkeling,

fishing maupun aktivitas bawah laut sperti diving, keindahan pengamatan

mathari terbit (sunrise) dan matahari terbenam (sunset) serta keindahan

alam perbukitan bagaikan benteng yang kokoh dengan mengelilingi mulai

dari batas barat Kuta Lombok dengan Desa Prabu, kemudian terus ke utara

yaitu berbatasan dengan Desa Rambitan, serta batas timur yaitu berbatasan

dengan desa Sukadane dan desa Sengkol kecuali bagian selatan yang

langsung berbatasan laut samudra Indonesia.

(37)

2) Produk Wisata Sosial Budaya

Masih kuatnya tradisi dan budaya kehidupan masyarakat di Kuta Lombok menjadi daya tarik tersendiri bagi kepariwisataan di daerah ini sehingga dapat dikelompokkan menjadi produk wisata sosial budaya. Produk wisata ini meliputi; kehidupan sosial masyarakat lokal termasuk di Kampung Nelayan. Kegiatan tradisi dan budaya masyarakat lokal yang masih terjaga dengan baik merupakan daya tarik wisata yang sangat perlu untuk jaga eksistensinya sehingga tetap menjadi daya tarik wisata di Kuta Lombok.

b. Program Pembuatan aktivitas wisata baru yang dapat dijadikan sebagai upaya pelestarian alam (seperti aktivitas menanam pohon sambil rekreasi atau camping, menanam terubu karang sambil snorkeling atau diving, membersihkan pantai dari sampah baik dari laut maupun dari wisatawan itu sendiri) serta pelestarian budaya (membuat festival seni dan budaya)

c. Program Penetapan daya tarik wisata yang ada di Kuta Lombok oleh pemerintah dan penataan lokasi wisata berdasarkan produk wisata. Hal tersebut perlu dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan pengelola dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas wisata di lokasi tersebut.

d. Program Pembuatan produk wisata unggulan, yaitu produk wisata bahari dan sosial budaya yang menjadi icon daya tarik wisata di Kuta Lombok.

7.3.2 Program Pengembangan dari Strategi Strength–Threat (S–T)

Dari strategi strength–threat (S–T), terdapat dua strategi yang dapat

diaplikasikan diantaranya adalah (1) Strategi peningkatan kualitas lingkungan,

dan (2) Strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan. Konsep pengembangan

(38)

berkelanjutan adalah proses pengembangan kepariwisataan yang tidak mengesampingkan sumber daya yang dimiliki untuk pengembangan yang akan datang., demikian pengembangan–pengembangan fasilitas penunjang kepariwisataan harus dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek penting yang mendukung keberlanjutannya yaitu berkelanjutan dalam aspek lingkungan aspek, ekonomi dan aspek sosial budaya.

1. Strategi Peningkatan Kualitas Lingkungan

Salah satu faktor pendukung dalam pengembangan kepariwisataan di Kuta Lombok adalah aspek lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat vital dalam pengembangan pariwisata. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan karena kegiatan pariwisata akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk dikembalikan seperti sediakala dan hal tersebut sangat sulit untuk dilakukan.

Beberapa program yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan atau memelihara kelestarian lingkungan dengan adanya kegiatan kepariwisataan sehingga dapat terwujudnya pariwisata yang berkelanjutan terutama dalam aspek kebersihan dan kelestairian lingkungan di Kuta Lombok yaitu program peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan

kelestarian lingkungan maka, perlu adanya upaya untuk membangun pola fikir

serta budaya masyarakat yang ramah lingkungan yang dapat dilakukan melalui

tindakan pengawasan ataupun aturan yang jelas, pembinaan dan pengelolaan

lingkungan hidup baik dari unsur pemerintah, masyarakat, stakeholder maupun

(39)

para pelaku pariwisata khususnya yang ada di Kuta Lombok dan berikut adalah hal–hal yang dapat dilakukan antara lain:

a. Perlunya tindakan pemerintah untuk me-sosialisasikan Undang–undang tentang pengelolaan lingkungan hidup serta Undang–undang tentang penataan ruang kepada masyarakat dan industri termasuk larangan dan sanksi bagi siapa saja yang jelas–jelas melakukan perusakan lingkungan

b. Sosialisasi oleh pmerintah daerah tentang peraturan daerah (Perda) yang ada mengenai rencana tata ruang wilayah (RTRW) baik Kabupaten maupun Provinsi.

c. Tindakan tegas dari pemerintah terhadap industri yang membuang limbahnya ke laut tanpa proses pengolahan serta pengelolaan yang memadai

d. Mengadakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya kebersihan dan ramah lingkungan. Penyuluhan perlu diadakan secara berkesinambungan secara terus–menerus baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media masa, baik cetak maupun elektronik serta dengan tindakan yang kongkrit.

e. Membangun sistem daur ulang sampah baik itu yang organik amupun non organik sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Mengingat hingga saat ini masalah sampah masih belum ditangai atau dikelola dengan baik.

f. Mengadakan gerakan bersih pantai (beach clean) dengan semua elemen

masyarakat termasuk pelaku pariwisata serta wisatawan

(40)

g. Membudayakan gotong royong dalam gerakan Jum’at bersih untuk membersihkan lingkungan setiap hari Jum’at

h. Mengadakan lomba kebersihan lingkungan

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk melengkapi uapaya tersebut di atas adalah (1) Perlu adanya pengawasan dan pengaturan terhadap pembuangan sampah serta limbah di Kuta Lombok, dan (2) Pemeliharaan dan reboisasi.

1. Melakukan pengawasan dan pengaturan terhadap pembuangan sampah serta limbah di Kuta Lombok.

Wisatawan yang berkunjung dan tinggal di Kuta Lombok tidak hanya memberikan keuntungan bagi daerah ini namun dapat juga berdampak negatif seperti ketika mereka membuang sampah sembarangan. Oleh sebab itu, upaya yang perlu dilakukan adalah pengawasan yang ketat akan sampah yang ada di Kuta Lombok. Selain sampah dari wisatawan tentu terdapat juga sampah dari industri pariwisata yang ada di Kuta Lombok seperti sampah–sampah atau limbah yang dihasilkan oleh hotel, restaurant, serta lainnya. Hal ini sangat diperlukan pengawasan yang ketat pula guna menghindari pencemaran lingkungan.

2. Pemeliharaan dan reboisasi

Secara umum pemeliharaan diharapkan dilakukan secara berkelanjutan dan

efektif yang artinya menyediakan sarana penunjang untuk menjaga

kebersihan dan kelestaian lingkungan seperti penyediaan tempat sampah yang

memadai, baik untuk sampah oraganik dan non organik. Kerja bakti atau

gotong royong dapat dilakukan oleh masyarakat atau stakeholder lainnya

Referensi

Dokumen terkait

Surat Pernyataan Tidak Masuk Daftar Hitam dan Perusahaan Tidak Bangkrut, Pailit, Tidak Dalam Pengawasan Pengadilan Tidak

(c) Dengan cara yang sama, gambarlah grafik dari persamaan- Dengan cara yang sama, gambarlah grafik dari persamaan-persamaan persamaan berikut secara berurutan..

(3) Setiap penduduk Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) atau Pasal 22 ayat (4) yang bepergian tidak membawa

XYZ sebagai perusahaan jasa pengangkutan, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan berkaitan dengan tax planning seperti: memberlakukan metode gross up atau

Hambatan atau Resistensi adalah kemampuan suatu benda untuk menahan aliran arus listrik. Dalam suatu sirkuit, arus listrik dari power suplay tidak sepenuhnya dapat

Abnormalitas pada bagian kepala sperma antara lain: ukuran kepala sperma yang lebih besar maupun lebih kecil dari ukuran normal, sperma dengan dua kepala, sperma

Proses penilaian pelanggaran siswa di SMK Putra Mahkota Kayen dilakukan dengan cara guru BK atau guru piket melihat jenis dan point pelanggaran yang dilakukan

Dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat yang memberikan penjelasan tentang tauhid (meng-esa-kan) Allah. Salah satu dari ayat tersebut adalah surah al-Baqarah: 255 atau dikenal