• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh IQRA SYAHNUR. Nomor Induk Mahasiswa:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh IQRA SYAHNUR. Nomor Induk Mahasiswa:"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM JARINGAN ELEKTRONIK AKSES JEKA DATA CENTER (JEKA DAENT) DI KANTOR DINAS KOMUNIKASI

INFORMATIKA DAN STATISTIK KABUPATEN JENEPONTO

Oleh

IQRA SYAHNUR

Nomor Induk Mahasiswa: 10561 11284 16

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

55 SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM JARINGAN ELEKTRONIK AKSES JEKA DATA CENTER (JEKA DAENT) DI KANTOR DINAS KOMUNIKASI

INFORMATIKA DAN STATISTIK KABUPATEN JENEPONTO

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

IQRA SYAHNUR

Nomor Induk Mahasiswa: 10561 11284 16

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

ABSTRAK

Iqra Syahnur, Muhammad Tahir dan Nasrul Haq, Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) di Kantor Dinas Komunikasi, Informatika Dan Statistik Kabupaten Jeneponto

Implementasi adalah sesuatu untuk memahami apa yang senyatanya terjadi setelah suatu program dinyatakan berlaku dan dirumuskan, yakni kejadian- kejadian atau kegiatan-kegiatan yang timbul setelah tersahkannya pedoman kebijakan negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian. Implementasi dengan mengatakan bahwa secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu ikatan (linkage) yang memudahkan tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Implementasi adalah perbedaan yang paling penting dalam suatu negara dengan negara yang lain dan tidak terletak pada bentuk atau ideologinya, tetapi pada tingkat kemampuan negara tersebut untuk melaksanakan pemerintahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) di Kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kabupaten Jeneponto.

Jenis penelitan yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan tipe penelitian fenomenologi. Informan penelitian berjumlah lima orang dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data mencakup reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) dari aspek Standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan; hal ini didasarkan pada sasaran yang ingin dicapai terintegrasinya data-data dari setiap OPD ke dalam Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT). Sumber daya; Hal ini didasarkan jumlah pegawai sudah mencukupi dan sumber anggaran bersumber dari APBD.

Karakteristik organisasi pelaksana; Hal ini didasarkan pada proses Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) didukung dari kinerja pegawai yang sangat baik tetapi, terdapat salah satu OPD masih lambat mengumpulkan data. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan pelaksana; Hal ini didasarkan pada penyampaian kepada kepala daerah memberi support, penyampaian kepada setiap OPD serta yang bertanggung jawab dalam Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) Kepala Dinas dan Kepala Bidang Aplikasi dan Informatika. Disposisi atau sikap para pelaksana; para penentu kebijakan sangat mendukung dan mensupport suksesnya Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) serta berkembang baik kedepannya. Mengenai hambatan masih belum maksimal dalam pemenuhan data-data dari setiap OPD. Lingkungan, ekonomi, sosial dan politik;

hal ini didasarkan pada sosialisasi yang dilakukan melalui media sosial, radio dan kepada masayarakat. Adanya dukungan dari pemerintah daerah dan anggota DPRD mengenai Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT).

(7)

Kata Kunci: Implementasi, Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT)

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) di Kantor Dinas Komunikasi Informatika Dan Statistik Kabupaten Jeneponto

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Muhammad Tahir, M. Si selaku Pembimbing I dan Bapak Nasrul Haq, S. Sos., MPA selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak dan ibu dosen beserta seluruh staf fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membantu selama penulis menempuh pendididkan sampai pada dengan tahap penyelesaian studi.

(9)

5. Para pihak dinas/instansi yang telah memberikan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

vii

(10)

viii

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN AKHIR ... iii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Penelitian Terdahulu ... 9

B. Konsep dan Teori Kebijakan Publik... 11

C. Konsep dan Teori Implementasi ... 22

D. Konsep dan Teori Elektronik Governmant... 37

E. Konsep dan Teori Jaringan Elektornik Akses Data Center ... 44

F. Kerangka Pikir ... 45

G. Fokus Penelitian ... 46

ix

(12)

H. Deskripsi Fokus Penelitian ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A. Waktu dan Lokasi ... 49

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 49

C. Sumber Data ... 50

D. Informan ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Teknik Analisis Data ... 53

G. Teknik Pengabsahan Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 35

B. Hasil Penelitian ... 75

C. Pembahasan Penelitian ... 101

BAB V PENUTUP ... 109

A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 114

LAMPIRAN ... 117

x

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Informan ... 51 Tabel 1.2 Jumlah Pegawai Berdasakan Pangkat dan Golongan ... 73 Tabel 1.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Pegawai ... 74 Tabel 1.4 Nama Pegawai Pada Bidang Analisis dan Informatika ... 74 Tabel 1.5 Jumlah Pegawai Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Struktural . 74

xii

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir ... 46

xiii

(15)

55 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Teknologi informasi sekarang telah mampu melakukan pengumpulan, penyimpanan, pembagian dan penganalisaan data. Aktivitas ini menyebabkan beberapa sektor kehidupan telah memanfaatkan teknologi informasi yang ada seperti, electronic education (bidang pendidikan), electronic commerce (sektor perdagangan), electronic health (bidang kesehatan), serta electronic government (bidang pemerintahan) smartphone dan mobile internet dan perkembangan industri saat ini.

Regulasi terkait penempatan data center di Indonesia ini tertuang dalam peraturan pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE). Peraturan ini menyebutkan bahwa, penyedia layanan diwajibkan menempatkan pada data center atau disaster recovery center secara fisik diwilayah Negara Indonesia.

Sehingga, penyelenggaraan sistem elektronik asing pun harus berfikir dua kali apabila berencana melebarkan sayap ke pasar Negara Indonesia.

Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kabupaten Jeneponto merupakan perangkat daerah yang baru dibentuk pada akhir 2016 dalam lingkup Pemerintahan Kabupaten Jeneponto serta mulai bekerja pada akhir bulan maret 2020. Salah satu target kinerja yang ingin dicapai adalah penguatan institusi lembaga pemerintah melakukan pembangunan dalam proses penyajian data, informasi publik serta pengembangan data center. Oleh

1

(16)

karena itu Pemerintah Kabupaten Jeneponto

melahirkan sebuah program baru yaitu” Jaringan Elektronik Akses (JEKA) Data Center”. Jaringan Elektronik Akses (JEKA) data center ini dibuat dan diciptakan untuk mampu memberikan operasi yang berkelanjutan dan terus- menerus. Data center ini dibuat untuk mendekati zero-failure untuk seluruh komponennya dan mampu beradaptasi dengan perubahan, pertumbuhan dan kebutuhan yang cepat atau ketika adanya suatu pelayanan baru dan yang harus disediakan oleh data center tanpa melakukan suatu perubahan yang cukup berarti pada database secara keseluruhan.

Implementasi adalah salah satu tahap proses kebijakan publik, yang biasanya implementasi ini dilaksanakan setelah kebijakan yang dirumuskan dengan tujuan yang sangat jelas. Implementasi merupakan suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada setiap masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang telah diharapkan. Rangkaian kegiatan tersebut mencakup ranghkaian peraturan lanjutan yang merupakan interpensi dari kebijakan yang telah dibuat.

Misalnya sebuah undang-undang yang muncul sehingga sejumlah peraturan pemerintah, keputusan presiden, serta peraturan daerah, sehingga menyiapkan sumber daya guna dan menggerakkan implementasi termasuk yang ada didalamnya terdapat sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu saja siapa yang berhak bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut, dan bagaimana menyampaikan kebijakan tersebut langsung ke masyarakat.

Implementasi adalah kegiatan yang diarahkan pada suatu realisasi program.

(17)

Dengan demikian suatu implementasi merupakan sebuah proses dalam melaksanakan suatu rencana kebijakan yang berupa peraturan pemerintah maupun lembaga negara lainnya untuk mencapai tujuan kebijakan tersebut, jadi implementasi merupakan langkah penting dalam proses kebijakan.

Biarpun pemerintah membuat kebijakan yang sangat baik, tetapi belum diimplementasikan atau belum dilaksanakan dengan baik, maka kebijakan tersebut tidak berguna atau tidak memiliki pengaruh apa-apa terhadap kehidupan negara. (Gordon dalam Posolong dalam Mulayadi 2015:24).

Implementation as to carry out, acoumplish, fulfill, produce, complete maksudnya: membawa, menyelesaikan, mengisi, menghasilkan, melengkapi.

Jadi secara etimologis implementasi itu dapat diartikan sebagai suatu aktifitas yang berhubungan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana atau alat untuk memperoleh hasil. Pressman dan Wildavsky dalam Syahida (2014: 8-9).

Adapun dampak terhadap kinerja pemerintahan dan terhadap layanan dasar dapat diuraikan yakni, menjadikan local government Pemerintah Kabupaten Jeneponto sebagai pengelola dan koordinator jaringan telematika dan pusat data base daerah dimana semua Lembaga maupun instansi baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat inter koneksi dalam satu Network Operating Center (NOC), adanya pengembangan sarana dan prasarana fasilitas publik bidang telematika yang dapat langsung dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga percepatan budaya informasi dapat disignifikan. Adanya pembinaan dan pengaturan penggunaan sarana dan prasarana telematika di

(18)

Kabupaten Jeneponto sesuai dengan perundang-undangan, pengembangan infrastruktur telematika sampai setiap perangkat daerah sehingga penjaringan data dapat dilakukan secara online dalam waktu relatif cepat dan efisien.

Penyebaran informasi dan penyelenggaraan kemitran media massa dalam rangka meningkatkan potensi data daerah, pengembangan konten website Pemerintah Kabupaten Jeneponto yang meliputi sistem aplikasi perangkat daerah baik intranet maupun internet sebagai pusat pedoman aplikasi data perangkat daerah, pengembangan implementasi e-goverment di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jeneponto, adanya upaya penyediaan jaringan komunikasi data terintegrasi dengan seluruh perangkat daerah lingkup Pemerintahan Kabupaten Jeneponto dengan target awal 44 organisasi perangkat daerah (OPD), dan akan dikembangkan hingga ke tingkat Desa.

Keunikan program Jaringan Elektronik Akses (Jeka) Data Center diciptakan untuk mampu memberikan operasi berkelanjutan dan terus menerus. Jaringan Elektronik Akses (JEKA) Data Center ini dibuat agar sebisa mungkin mendekati zero-failure untuk seluruh komponen yang ada didalamnya dan mampu beradaptasi dengan pertumbuhan kebutuhan yang cepat dan ketika adanya pelayanan baru, harus disediakan oleh data center tanpa melakukan perubahan yang sangat cukup bagi database secara keseluruhan. Kondisi awal sebelum adanya Program Jaringan Elektronik Akses (JEKA) Data Center ini jika ingin mengetahui informasi data-data dari setiap organisasi perangkat daerah (OPD), masayarakat dan organisasi perangkat daerah (OPD) masih manual dalam memberikan data tetapi dengan

(19)

adanya Jaringan Elektronik Akses Data Center (JEKA DAENT) ini bisa memudahkan dalam mengakses data-data dari setiap organisasi perangkat daerah (OPD) memalui website.

Terkait dengan “Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) di Kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kabupaten Jeneponto juga menjadikan sebagai salah satu faktor utama yang harus dimiliki oleh setiap pegawai, karena Jaringan Elektronik Akses Data Center (JEKA DAENT) penting dijadikan sebagai program pemenuhan data untuk memudahkan setiap organisasi perangkat daerah (OPD) dan masyarakat mudah mengakses situs web yang berbasis terintegrasi dalam lingkungan Pemerintah Kabupaten Jeneponto. Ketersediaan server di organisasi perangkat daerah (OPD) ini memberikan manfaat banyak bagi organisasi perangkat daerah (OPD) yang memiliki aplikasi website karena fasilitas ini sudah diberikan kepada seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) untuk melakukan hosting atau penyimpanan data server yang tersedia di Kantor Dinas Komunikasi, Informatiaka dan Statistik Kabupaten Jeneponto.

Kenyataan yang terjadi dikantor dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Jeneponto berkaitan dengan implementasi masih belum dapat dikatakan ideal. Banyak masalah yang terjadi, dari hasil observasi awal peneliti menemukan bahwa adanya masalah-masalah diantaranya masih banyak organisasi perangkat daerah (OPD) tidak maksimal dalam memberikan data kepada staf dinas Komunikasi Informatika Dan Statistik Kabupaten Jeneponto, adanya organisasi perangkat daerah (OPD) yang tidak

(20)

menggunakan server yang telah disediakan malah menggunakan server kementrian serta masih terkendala dengan sumber daya yang akan mengelola aplikasi dan website dalam pengimplementasian Program Jaringan Elektronik Akses (JEKA) Data Center di Kantor Komunikasi, Informatika dan Statistik di Kabupaten Jeneponto. Penelitian ini penting dilakukan oleh peneliti agar dapat dijadikan rekomendasi bagi Kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kabupaten Jeneponto untuk dapat megetahui Program Jaringan Elektronik Akses Data Center (JEKA DAENT) ini.

Kondisi yang diharapkan adalah Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Jeneponto harus memiliki kemampuan dan kapasitas dalam melayani tuntutan masyarakat dinamika dan kemajuan masyarakat, sehingga tujuan dan sasaran pembangunan nasional dapat dicapai dengan baik.

Selama ini terdapat kondisi yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan data dari berbagai stake holder dan institusi lainnya, sehingga ikut berdampak terhadap lemahnya penentuan program strategis pembangunan.

Berdasarkan pemamaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan meneliti bagaimana Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses (JEKA) Data Center di Kabupaten Jeneponto. Hasil pemantauan peneliti yang menyangkut “Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) di Kabupaten Jeneponto, sehingga uraian latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang ““Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) di Kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik

(21)

Kabupaten Jeneponto”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah:

1. Bagaimana Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses (JEKA) Data Center di Kantor Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Jeneponto.

2. Apa faktor pendukung dan penghambat Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses (JEKA) Data Center di Kantor Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Jeneponto?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Implemetasi Program “Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) di Kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kabupaten Jeneponto.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Implementasi Program Implementasi “Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) di Kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kabupaten Jeneponto.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Sebagai bahan bacaan masyarakat agar dapat mengetahui

“Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center

(22)

(JEKA DAENT) yang dilakukan oleh aparat pemerintah yang akan diterima oleh masyarakat, dan sebagai bahan masukan bagi Kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kabupaten Jeneponto untuk meningkatkan inovasi ini.

2. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan untuk merumuskan “Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) dan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang Implementasi “Implementasi Program Jaringan Elektronik Akses Jeka Data Center (JEKA DAENT) Kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kabupaten Jeneponto dalam meningkatkan program.

(23)

55 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang penelitian ini, maka diperlukan beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan judul penelitian ini sebagai pedoman dan referensi untuk memudahkan penelitian. Adapun penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Atin T (2015)

Atin Triwahyuni (2015) “Pengembangan Sistem Informasi Data Center Sebagai Penyedia Data Penyusunan Borang Akreditasi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya sistem informasi tersebut data center borang akreditasi bisa memperbaiki pengolahan data borang serta dokumentasi agar tertata rapi. Dengan adanya bantuan berupa office automantion dapat menghasilkan output atau sistem berupa file Microsoft excel yang akan memudahkan dalam penyusunan data yang diperlukan dalam penyusunan borang akreditasi.

2. Prasetyo dan Rohmatun (2015)

Angga Prasetyo dan Nunung Rohmatun (2015) “Implementasi Informasi Geografis dan Data Center” Untuk Pemetaan Penyebaran Penyakit Demam Berdarah di Kabupaten Ponogoro”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan informasi penyebaran penyakit menular diperlukan oleh beberapa pihak, seperti Dinas Kesehatan. Salah satu informasi yang di dapat adalah mengenai penyebaran penyakit

9

(24)

penderita demam berdarah atau (DBD) di Kabupaten Ponegoro.

Keterbatasan pergerakan informasi ini menyebabkan penanganan yang serius serta proses antisipasi penyebaran di salah satu daerah tertentu menjadi sangat lambat dalam penanganannya. Sistem informasi geografis (SIG) adalah suatu teknologi pemetaan secara geografis yang memadukan salah satu sentuhan sistem informasi. Sistem informasi geografis (SIG) memiliki kemampuan sangat baik dalam memvisualisasikan data-data spesial yaitu atribut-atributnya, memodifikasi bentuk, warna, dan simbol.

Proses penyimpanan ini dalam suatu basis data yang berhubungan dengan persoalan serta keadaan seperti dunia nyata, memprediksi suatu hasil dan perencanan strategis. Proses survey dan epidemitologi pengamatan penyakit demam berdarah masih berdasarkan riwayat dan data-data pelaporan yang tidak tepat waktu, sehingga penanggulangan penyakit masih terkesan sangat lambat.

3. Afrianto dan Ade Hendri Hendrawan (2019)

Yuggo Afrianto dan Ade Henri Hendrawan (2019) “Implementasi Data Center Untuk Penempatan Host Server Berbasis Private Cloud Computing”. Berdasarkan hasil penelitian ini adalah sistem layanan private cloud computing berbasis IaaS di data center kampus Universitas Ibn Khaldum (UIKA), dapat diterapkan menggunakan metode hypervisor native bare metal dan aplikasi promox. Hasil pengujian mengatakan bahwa data center berabasis IaaS secara sumber daya dapat menghemat, mengoptimalkan, dan pengelolaan sumber daya dari kebutuhan layanan

(25)

sistem informasi yang harus disediakan kampus UIKA. Berdarakan uji usability menunjukkan aplikasi promox telah sesuai dengan kebutuhan manajemenen yang ada pada administrator IT kampus UIKA, yang memenuhi aspek learnability, efficiency, memorabilyty, errors, dan satisfaction.

B. Konsep dan Teori Kebijakan Publik

Kebijakan Publik Kebijakan adalah sebagai suatu rangkaian rencana program, aktivitas, aksi, keputusan, sikap, untuk bertindak maupun tidak bertindak yang dilakukan oleh para pihak aktor-aktor, serta sebagai tahapan untuk penyelesaian masalah yang dihadapi. Penetapan kebijakan merupakan suatu factor yang penting bagi organisasi untuk mencapai tujuannya (Iskandar, 2012). Kebijakan publik adalah hasil rumusan dari suatu pemerintahan. Dalam pandangan ini, kebijakan publik lebih diartikan sebagai apa yang telah dikerjakan oleh pemerintah dibandingkan dari pada proses hasil yang dibuat Thoha (2012).

Mengenai kebijakan publik, lebih lanjut Wahab (2010) menyatakan bahwa:

1. kebijakan publik lebih adalah tindakan sadar yang berorientasi pada suatu pencapaian tujuan dari pada sebagai perilaku atau tindakan yang dilakukan secara acak dan kebetulan;

2. kebijakan publik pada hakekatnya terdiri dari tindakan yang saling berkaitan dan memiliki pola tertentu yang mengarah pada pencapaian

(26)

suatu tujuan tertentu yang dilakukan oleh para pemerintah, serta bukan merupakan keputusan yang berdiri sendiri;

3. kebijakan publik berkenaan dengan aktivitas atau tindakan yang sengaja dilakukan secara sadar dan terukur oleh pemerintah dalam suatu bidang tertentu;

4. kebijakan publik adalah bersifat positif dalam arti merupakan pedoman tindakan pemerintah yang telah dilakukan dalam menghadapi suatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

Berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan, Islamy (2010) mengemukakan pengertian kebijakan publik, sebagai berikut:

1. Kebijakan negara dalam bentuk awalnya berupa ketetapan tindakan para pemerintah.

2. Kebijakan negara itu tidak cukup hanya dinyatakan, tetapi harus dilaksanakan dalam bentuk secara nyata.

3. Kebijakan negara yang baik untuk melakukan sesuatu dan tidak melakukan sesuatu yang dilandasi dengan maksud dan tujuan tertentu.

4. Kebijakan negara harus senantiasa ditujukan bagi pemenuhan kepentingan kepada seluruh anggota masyarakat.

Kebijkan publik dalam (Jann and Wegrich, 2007) juga dapat diartikan sebagai:

(27)

1. Tindakan yang bertujuan pada proses pencapai tujuan dari pada tindakan yang dilaksankan secara kebetulan;

2. Tindakan yang saling berhubungan dan terdapat pola-pola yang menuju kepada pencapaian tujuan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan bukan oleh keputusan diri sendiri;

3. Kegiatan yang dilakukan dengan sadar, sengaja, dan terarah yang dilakukan oleh pemerintah dalam suatu bidang;

4. Pedoman oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan tertentu dan sebuah keputusan untuk tidak melakukan tindakan sesuatu.

Mengenai keberhasilan kebijakan publik, merupakan bahwa suatu kebijakan negara akan efektif apabila dilaksanakan dan memberikan suatu dampak positif bagi masyarakat, dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi anggota masyarakat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah atau negara. Oleh karena itu, pemerintah perlu memastikan pelaksanaan kebijakan agar berjalan efektif dilakukan melalui rancangan program yang memadai dan strukturasi dari proses pelaksanaannya (Pülzl & Treib, 2007). Kebijakan publik pada dasarnya merupakan suatu aktivitas atau kegiatan dari pemerintah untuk mengatur kehidupan masyarakat dan publik (Agustino, 2008; Akib, 2010). Kebijakan publik merupakan suatu kegiatan sadar, sengaja, dan terarah yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Sebuah kebijakan harus dituangkan kedalam sebuah peraturan perundang-undangan. Hal ini dikarenakan dalam peraturan perundang-undangan terdapat suatu sistem

(28)

yang bersifat memaksa dan mengikat. Sehingga dengan dimasukannya kedalam sistem perundang-undangan, setiap kebijakan yang telah dihasilkan harus dilaksankan oleh setiap orang tanpa terkecuali. Oleh sebab itu sebelum suatu kebijakan tersebut diterapkan perlunya proses legtimasi oleh lembaga yang memiliki sebuah wewenang (Safira, 2018).

Kebijakan publik adalah menghasilkan suatu peraturan perundang- undangan merupakan bagian dari komunitas politik yang berkaitan dengan kepentingan publik. Namun kebijakan publik dapat diperbaiki apabila terjadi dinamika yang berdampak suatu kebijakan tersebut. Oleh sebab itu kebijakan publik bersifat fleksibel yang bisa diperbaiki dan di sesuaikan berdasarkan perkembangan pembangunan. Proses perbaikan dan penyesuaian tersebut dapat dipengaruhi oleh penilaian yang dilakukan masyarakat. Kebijakan publik tidak akan terlaksana apabila tidak ada proses pelaksanaan kebijakan publik tersebut. Pelaksanaan kebijakan publik merupakan rangkaian tindakan dalam merumuskan dan melaksanakan suatu kebijakan. Proses pelaksanaaan kebijakan publik didasari pada mekanisme (Alam, 2012). Kebijakan publik merupakan kegiatan sadar, sengaja, dan terarah yang dilakukan oleh lembaga pemerintah dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Sebuah kebijakan harus dituangkan kedalam sebuah peraturan perundang-undangan (Safira, 2018). Kebijakan publik yang menghasilkan peraturan perundang-undangan merupakan bagian dari suatu komuditas politik yang berkaitan dengan sebuah kepentingan publik (Alam, 2012).

(29)

a. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan Publik Menurut Edwards III, (Wahyudi, 2016).

Pelaksanaan kebijakan dapat diartikan sebagai bagian dari tahapan dari proses kebijaksanaan, yang posisinya berada diantara tahapan penyusunan kebijaksanaan dan konsekuensi yang ditimbulkan oleh kebijaksanaan tersebut output dan outcome. Lebih lanjut, Edward III mengidentifikasikan aspek- aspek yang diduga kuat dalam berkontribusi pada pelaksanaan suatu kebijakan, yaitu: komunikasi, sumberdaya, disposisi atau sikap pelaksana, dan struktur birokrasi. Keempat aspek mempengaruhi pelaksanaan kebijakan, baik secara langsung maupun tidak secara langsung, dan masing aspek saling berpengaruh terhadap aspek lainnya.

1. Kewenangan atau Struktur Birokrasi

Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan suatu kebijakan yang ditetapkan secara politik. Kewenangan ini berkaitan dengan struktur birokrasi yang melekat pada posisi dan strata kelembagaan atau individu sebagai suatu pelaksana kebijakan.

Karakteristik utama dari birokrasi yang umumnya tertuang dalam prosedur kerja atau Standard Operating Procedures (SOP) dan fragmentasi organisasi (Afandi & Warjio, 2015).

2. Komunikasi

Komunikasi adalah aktivitas yang mengakibatkan orang lain menginterprestasikan suatu ide atau gagasan, terutama yang dimaksudkan oleh pembicara atau penulis melalui sesuatu sistem yang biasa atau lazim

(30)

baik dengan simbol, signal, maupun perilaku (Wardhani, Hasiolan, &

Minarsih, 2016). Komunikasi mempengaruhi pelaksanaan kebijakan publik, dimana komunikasi yang tidak baik dan dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi pelaksanaan kebijakan. Dimensi komunikasi yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan publik diantaranya:

transmisi, konsistensi, dan kejelasan (Winarno, 2012). Pencapaian keberhasilan pelaksanaan kebijakan public yang mensyaratkan pelaksana untuk mengetahui yang harus dilakukan secara jelas, tujuan dan sasaran kebijakan harus diinformasikan kepada kelompok sasaran sehingga dapat mengurangi kesenjangan antara rencana dan pelaksanaan kebijakan.

Apabila penyampaian suatu informasi tentang tujuan dan sasaran suatu kebijakan kepada kelompok sasaran tidak jelas, dimungkinkan terjadi resistensi dari kelompok sasaran (Afandi & Warjio, 2015). Kemampuan komunikasi diarahkan agar pelaksana kegiatan dapat berunding satu sama lain dengan yang lain dan menemukan titik kesepahaman atau konsensus yang saling menguntungkan. Konsensus yang terbagun dapat meningkatkan kinerja personal dalam bekerja dengan menemukan kondisi win-win solution pada setiap permasalahan (Ramdhani & Suryadi, 2005).

3. Sumberdaya

Pelaksanaan kebijakan harus ditunjang oleh ketersediaan sumberdaya seperti manusia, materi dan metode. Pelaksanaan kebijakan publik perlu dilakukan dengan secara cermat, jelas, dan konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan dalam sumberdaya yang diperlukan, maka

(31)

pelaksanaaan kebijakan akan cenderung tidak dapat dilaksanakan secara efektif. Tanpa dukungan sumberdaya, kebijakan publik hanya akan menjadi dokumen yang tidak diwujudkan untuk memberikan suatu pemecahan masalah yang ada pada masyarakat, atau upaya dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Dengan demikian, sumberdaya merupakan factor yang penting dalam melaksanakan kebijakan publik.

Sumberdaya dalam pelaksanaan kebijakan publik diantaranya staf yang memadai, informasi, pendanaan, wewenang, dan fasilitas pendukung lainnya (Afandi & Warjio, 2015).

4. Disposisi atau sikap dari pelaksana

Disposisi merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki oleh para pelaksana kebijakan, seperti komitmen, disiplin, kejujuran, kecerdasan, dan sifat demokratis (Wahab, 2010). Apabila pelaksana kebijakan memiliki disposisi yang baik, maka dia kuat dalam menjalankan kebijakan dengan baik, sebaliknya apabila pelaksana kebijakan memiliki sikap atau cara pandang yang berbeda dengan maksud arah dari kebijakan, maka dimungkinkan proses pelaksanaan kebijakan tersebut tidak akan efektif dan efisien. Disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan dukungan atau hambatan terhadap para pelaksanaan kebijakan tergantung dari kesesuaian kompetensi dan sikap dari para pelaksanan. Karena itu, pemilihan dan penetapan personalia pelaksana kebijakan dipersyaratkan individu yang memiliki kompetensi dan dedikasi yang tepat pada kebijakan yang telah ditetapkan (Afandi & Warjio, 2015).

(32)

b. Dimensi Pelaksanaan Kebijakan Publik

Berdasarkan beberapa konsep dan sifat tindakan yang berkenaan dengan pelaksanaan Good Governance, menurut pemahaman penulis maka pelaksanaan kebijakan dapat diukur atau dievaluasi berdasarkan dimensi- dimensi: konsistensi, transparansi, akuntabilitas, keadilan, efektivitas, dan efisiensi.

1. Konsistensi

Pelaksanaan kebijakan berlangsung dengan baik apabila pelaksanaan kebijakan dilakukan secara konsisten dengan berpegang teguh pada suatu prosedur dan norma yang berlaku (Mutiasari, Yamin, & Alam, 2016).

a. Transparansi

Transparansi merupakan kebebasan akses atas informasi yang patut diketahui oleh publik dan pihak yang berkepentingan (Coryanata, 2012). Informasi yang berkenaan dengan pelaksanaan suatu kebijakan publik perlu dilakukan bersifat secara terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang memerlukan, dan disediakan secara memadai, serta mudah dimengerti (Rohman, 2016).

b. Akuntabilitas

Setiap aktivitas pelaksanaan kebijakan publik harus dapat dipertanggung jawabkan baik secara administratif maupun substantif, dengan ketentuan peraturan perundang- undangan (Rohman, 2016).

(33)

c. Keadilan

Keadilan secara umum dapat dipahami sebagai suatu kebajikan dan kebenaran yang mengikat antara anggota masyarakat dalam mewujudkan keserasian antara penggunaan hak dan pelaksanaan kewajiban (Nasution, 2016). Keadilan dalam suatu kebijakan publik dapat diwujudkan pada aktivitas pelayanan yang tidak diskriminatif.

Pelaksanaan kebijakan publik tidak membedakan kualitas pelayanan pada kelompok sasaran berdasarkan pertimbangan suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lainnya (Rohman, 2016).

d. Partisipatif

Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Partisipasi masyarakat disamping menopang percetapan pelaksanaan suatu kebijakan, pada sisi lain akan berdampak pada proses evaluasi atau kontrol atas kinerja pemerintah dan dapat mampu menimalisir penyalahgunaan wewenang. Partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses dari pelaksanaan kebijakan publik karena dalam partisipasi menyangkut beberapa aspek pengawasan dan aspirasi. Pengawasan yang dimaksud di sini termasuk pengawasan terhadap pihak eksekutif melalui pihak legislatif (Coryanata, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut, pelaksanaan kebijakan sebaiknya bersifat partisipatif, yaitu pelaksanaan kebijakan yang dapat mendorong suatu peran serta masyarakat dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, kepentingan, dan harapan masyarakat (Rohman, 2016).

(34)

e. Efektivitas

Efektifitas berkenaan dengan pencapaian hasil yang telah ditetapkan, atau pencapaian tujuan dari dilaksanakannya suatu tindakan, yang berhubungan dengan aspek rasionalitas teknis, dan selalu diukur dari unit produk atau layanan (Dunn, 2003). Dalam pelaksanaan kebijakan publik, efektifitas diukur dari keberhasilan suatu pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan pada kebijakan publik.

f. Efisiensi

Efisiensi berkenaan dengan jumlah penggunaan sumberdaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi adalah hubungan antara efektivitas dan penggunaan sumberdaya (Dunn, 2003). Indikator dalam ukuran yang dapat digunakan pada dimensi efisiensi adalah penggunaan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan, yang bisa diukur dengan tingkat pengunaan waktu, biaya, manusia, peralatan, dan sumberdaya lainnya.

c. Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Publik

Keberhasilan implementasi kebijakan public membutuhkan keterlibatan stake holder secara demokratis dan partisipatif. Stake holder dan pembuat suatu kebijakan harus terus menerus terlibat dalam dialog untuk menganalisis suatu konsekuensi dari pelaksanaan kebijakan tersebut. Oleh karena itu, evaluasi pelaksanaan kebijakan perlu dilakukan untuk melihat akuntabilitas dan peningkatan kinerja suatu kebijakan publik. Model Helmut Wollman

(35)

menguraikan evaluasi pelaksanaan kebijakan pada tiga utama, yaitu: ex-ante evaluation, on-going evaluation, dan ex-post evaluation (Lintjewas, Tulusan,

& Egetan, 2016).

1. Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex-ante)

Evaluasi ex-ante adalah evaluasi kebijakan yang dilakukan sebelum kebijakan tersebut diimplementasikan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan sebuah skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya (Diansari, 2016). Secara hipotetik, tipe evaluasi ex-ante ditujukan untuk mengantisipasi dan memberikan suatu penilaian awal atas perkiraan pengaruh, dampak, dan konsekuensi dari kebijakan yang direncanakan atau yang telah ditetapkan. Tujuannya yaitu memberikan informasi yang relevan dengan kebijakan atau dengan proses pembuatan kebijakan yang sedang berjalan. Tipe evaluasi ex-ante juga memberikan analisa dan dampak terhadap lingkungan kebijakan (Lintjewas, Tulusan, & Egetan, 2016).

2. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going)

Evaluasi on-going yaitu evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan kebijakan untuk menentukan tingkat kemajuan dari pelaksanaan suatu kebijakan dan dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Diansari, 2016). Evaluasi on-going secara umum dimaksudkan untuk menjamin agar tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, bukan dimaksudkan untuk evaluasi penilaian akhir

(36)

capaian kinerja pelaksanaan kebijakan. Dengan dilakukan evaluasi on- going, jika terjadi penyimpangan, diharapkan dapat dilakukan langkah perbaikan secepat mungkin melalui sejumlah rancangan atau rekomendasi, sehingga hasil akhir pelaksanaan kebijakan akan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Christiyanto, Nurfitriyah, &

Sutadji, 2016). Esensi dari evaluasi on-going adalah untuk memberikan berbagai informasi yang relevan yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki proses pelaksanaan kebijakan ke arah yang ingin dicapai (Lintjewas, Tulusan, & Egetan, 2016).

3. Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post)

Ex-post evaluation adalah model evaluasi klasik dari evaluasi pelaksanaan kebijakan. Evaluasi ex-post dimaksudkan untuk memberikan penilaian terhadap tingkat pencapaian tujuan serta dampak dari kebijakan yang telah dilaksanakan (Lintjewas, Tulusan, & Egetan, 2016). Evaluasi ex-post adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan kebijakan berakhir, yang ditujukan untuk menganalisa tingkat pencapaian keluaran, hasil, dampak pelaksanaan kebijakan. Evaluasi ex-post digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (pencapaian tujuan dan sasaran), ataupun manfaat (dampak pelaksanaan kebijakan terhadap penyelesaian masalah) (Diansari, 2016).

C. Konsep dan Teori Implementasi 1. Pengertian Implementasi

Implementasi adalah sesuatu untuk memahami apa yang senyatanya

(37)

terjadi setelah suatu program dinyatakan berlaku dan dirumuskan, yakni kejadian-kejadian atau kegiatan-kegiatan yang timbul setelah tersahkannya pedoman kebijakan negara yang mencakup baik usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan suatu dampak nyata pada masyarakat (Mazmanian dan Sabatier (1979) dalam Wahab 2012:135).

Implementasi bahwa secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu ikatan (linkage) yang memudahkan dalam tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Implementasi kebijakan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh beberapa individu dan kelompok pemerintahan maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan atau kebijakan sebelumnya Van Meter dan Van Horn (1975) (dalam Winarno, 2014:149).

Implementasi kebijakan adalah suatu kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yaitu yang dilakukan oleh beberapa implementor kepada suatu kelompok sasaran (target group) sebagai upaya dalam mewujudkan suatu tujuan kebijakan. Tujuan kebijakan tersebut diharapkan muncul ketika (policy output) dapat diterima dan dimanfaatkan dengan baik oleh para kelompok sasaran sehingga dalam jangka panjang hasil kebijakan tersebut akan mampu diwujudkan (Purwanto dan Sulistyastuti, 2015:21). Implementasi kebijakan merupakan hal yang rumit dan kompleks, sehingga hal ini dapat dipahami karena proses implementasi melibatkan interaksi banyak orang dengan kepentingan dan sekaligus merumuskan mekanisme untuk memberikan informasi kebijakan

(38)

tersebut. Kompleksitas dalam suatu proses implementasi tidak jarang memunculkan permasalahan, Edwards III mengidentifikasi bahwa ada empat kriteria factor yang mempengaruhi keberhasilan proses implementasi.

Keempat faktor tersebut yaitu: komunikasi, sumber daya, disposisi atau perilaku, dan struktur birokrasi (Purwanto dan Sulistyastuti, 2015:85).

a. Komunikasi Secara umum Edwards III membahas tiga hal yang penting dalam proses komunikasi kebijakan, seperti transmisi, konsistensi dan kejelasan (clarity) (Winarno, 2014:178). Persyaratan pertama tentang transmisi dalam komunikasi kebijakan menjelaskan bahwa mereka yang melaksanakan suatu keputusan tersebut dan harus diketahui mengapa dan apa yang harus mereka lakukan, keputusan kebijakan dan perintah harus diteruskan kepada setiap orang yang tepat sebelum keputusan- keputusan kebijakan dan perintah-perintah tersebut di diikuti.

Komunikasi tersebut harus akurat serta harus dimengerti dengan cermat oleh pelaksana. Yang kedua mengenai konsistensi, jika implementasi kebijakan ingin berlangsung secara efektif maka perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Selanjutnya, mengenai kejelasan, jika kebijakan-kebijakan tersebut diimplementasikan sebagaimana apayang telah diharapkan, maka arahan pelaksanaan kepada pelaksana kebijakan tidak hanya diterima tetapi juga harus jelas bentuknya.

b. Sumber daya implementasi dalam kebijakan bisa jadi diteruskan dengan jelas dan konsisten kepada seorang pelaksana, tetapi jika seorang pelaksana kekurangan sumberdaya yang dibutuhkan untuk

(39)

melaksanakan suatu kebijakan, maka implementasi cenderung tidak akan efektif. Sumber daya merupakan faktor yang paling penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Yang dimaksud meliputi staf yang memiliki suatu keahlian yang baik untuk melaksanakan kebijakan, wewenang dan fasilitas yang memadai guna melaksanakan kebijakan.

Staf sepertinya merupakan sumber yang paling penting dalam melakukan kebijakan. Staf yang banyak belum tentu dapat melaksanakan kebijakan dengan baik, begitu pula dengan staf yang sedikit. Sumber lain yang penting adalah wewenang. Setiap wewenang akan berbeda-beda dalam setiap kebijakan. Selanjutnya adalah mengenai fasilitas. Seorang pelaksana harus memiliki staf yang memadai dan mungkin mempunyai suatu wewenang untuk melakukan tugasnya tetapi tanpa bangunan kantor untuk berkoordinasi, perlengkapan dan perbekalan maka besar kemungkinan implementasi kebijakan tidak akan tercapai. Disposisi dari pelaksana kebijakan merupakan faktor yang penting dalam implementasi kebijakan. Jika para pelaksana melakukan sikap baik dalam kebijakan, seperti halnya mendukung suatu kebijakan, maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan kebijakan dengan baik. Banyak kebijakan yang dilaksanakan dengan baik karena mendapat banyak dukungan dari pelaksana, namun ada pula kebijakan yang bertentangan dengan pandangan- pandangan pelaksana, kepentingan pribadi atau organisasi pelaksana. Jika kebijakan dilaksanakan kepada para pihak yang tidak

(40)

mendukung, maka kesalahan - kesalahan tidak dapat dijelaskan, yakni adanya jarak antara keputusan kebijakan dan pencapaian kebijakan.

c. Struktur Birokrasi merupakan salah satu organisasi yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana sebuah kebijakan.

Birokrasi memiliki struktur yang dibuat untuk mencari solusi dalam setiap permasalahan masyarakat. Ada dua karakteristik utama birokrasi, yakni prosedur kerja, ukuran dasar atau sering disebut SOP dan fragmentasi (Winarno, 2014:206).

Implementasi sebagai tindakan yang administratif dan dapat diteliti pada satu tingkat program tertentu Grindle dalam Mulyadi (2015:47).

Implementasi adalah sebagai tindakan yang dilakukan oleh beberapa individu atau pejabat serta kelompok pemerintahan atau swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah digariskan dalam kebijakan Horn dalam Tahir (2014:55). Implementasi adalah perbedaan yang paling penting dalam suatu negara dengan negara yang lain serta tidak terletak pada bentuk atau ideologinya, tetapi pada tingkat kemampuan negara tersebut untuk melaksanakan pemerintahan. Tingkat kemampuan itu juga dapat dilihat pada suatu kemampuan dalam mengimplementasikan setiap keputusan dan kebijakan yang dibuat oleh sebuah polibiro, kabinet dan Presiden (Huntington dalam Mulyadi 2015:24). Implementasi adalah kegiatan yang diarahkan pada suatu realisasi program. Dengan demikian suatu implementasi merupakan sebuah proses dalam melaksanakan suatu rencana kebijakan yang berupa peraturan pemerintah maupun lembaga

(41)

negara lainnya untuk mencapai tujuan kebijakan tersebut, jadi implementasi merupakan langkah yang sangat penting dalam suatu proses kebijakan. Biarpun pemerintah membuat kebijakan yang sangat baik, tetapi belum diimplementasikan atau belum dilaksanakan dengan baik, maka kebijakan tersebut tidak berguna atau tidak memiliki pengaruh apa-apa terhadap kehidupan negara (Gordon dalam Posolong dalam Mulayadi 2015:24). Ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni standar dan sasaran kebijakan, sumberdaya, komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, karakteristik agen pelaksana dan kondisi sosial, ekonomi dan politik Meter dan Horn (dalam Subarsono, 2011: 99).

Menurut Mulyadi (2015:12), implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan- keputusan tersebut menjadi sebuah pola-pola operasional serta berusaha mencapai perubahan besar dan kecil sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya.

Implementasi juga pada hakikatnya adalah upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah suatu program dilaksanakan. Dalam suatu tataran praktis, implementasi adalah proses pelaksanaan keputusan dasar.

Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yaitu:

a. Tahapan pengesahan peraturan perundang-undangan.

b. Pelaksanaan keputusan oleh suatu instansi pelaksana.

c. Kesediaan suatu kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan.

(42)

d. Dampak nyata dalam keputusan baik yang dikehendaki maupun tidak.

e. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi pelaksana.

Implementasi adalah studi untuk mengetahui suatu proses implementasi, tujuan utama yaitu proses implementasi itu sendiri untuk memberi umpan balik kepada pelaksanaan kebijakan dan juga untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan telah sesuai dengan rencana atau standar yang telah ditetapkan, selanjutnya untuk mengetahui hambatan atau problem yang muncul dalam suatu proses implementasi Wahyu dalam Mulyadi (2015:50). Implementation as to carry out, acoumplish, fulfill, produce, complet maksudnya adalah membawa, menyelesaikan, mengisi menghasilkan dan melengkapi. Jadi secara etimologis implementasi itu dapat dimaksudkan sebagai aktifitas yang beralian dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil Pressman dan Wildavsky dalam Syahida (2014: 8-9). Implementasi merupakan salah satu tahap dalam sebuah proses kebijakan publik dalam sebuah negara. Biasanya implementasi tersebut harus dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas, termasuk tujuan jangka pendek, menengah dan panjang Syaukani dkk dalam Pratama (2015: 229). Implementasi menetapkan bahwa apakah organisasi dapat membawa jumlah orang, material dalam unit organisasi secara kohesif dan mendorong mereka mencari bagaimana cara untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan William (Taufik dan Isril, 2013:136). Implementasi adalah pelaksanaan keputusan

(43)

kebijakan dasar, yang biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah atau keputusan- keputusan eksekutif yang penting atau badan peradilan lainnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin segera diatasi, menyebutkan bahwa secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan berbagai cara untuk menstruktur dan mengatur proses implementasinya Mazmanian dan Sebatier (Waluyo, 2007:49).

Webster Dictionary (Syahida, 2014:8) mengenai pengertian implementasi menyatakan bahwa: “Implementasi adalah terjemahan dari kata “implementation”, berasal dari kata kerja “to implement”, kata to implement yang berasal dari bahasa latin “implementatum” dari asal kata

“impere” yang dimaksudkan “to fill up”, “to fill in” yang artinya mengisi penuh, melengkapi, sedangkan “plere” maksudnya “to fill”, yaitu mengisi. Selanjutnya kata “to implement” dimaksudkan sebagai:

a. Pertama, to implement maksudnya adalah membawa ke suatu hasil atau akibat, melengkapi dan menyelesaikan”.

b. Kedua, to implement maksudnya adalah “menyediakan sarana atau alat untuk melaksanakan sesuatu, memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu”.

c. Ketiga, to implement maksudnya adalah menyediakan atau melengkapi dengan alat menyatakan, bahwa implementasi sebagai operasionalisasi dari berbagai aktivitas guna mencapai sebuah sasaran tertentu serta menyentuh seluruh jajaran manajemen mulai dari manajemen puncak

(44)

sampai pada karyawan terbawah. Salusu dalam Tahir (2014:55-56).

Kapioru (2014:105) menyebutkan, ada empat faktor yang mempengaruhi suatu kinerja implementasi, yaitu:

a. Kondisi lingkungan (environmental conditions)

b. Hubungan antar organisasi (inter-organizational relationship) c. Sumberdaya (resources)

d. Karakter institusi para implementor (characteristic implementing agencies)

Purwanto dalam Syahida, 2014:13), beberapa faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses implementasi yaitu:

a. Kualitas kebijakan itu sendiri.

b. Kecukupan input kebijakan (terutama anggaran).

c. Ketepatan instrumen yang dipakai untuk mencapai tujuan suatu kebijakan seperti pelayanan, subsidi, hibah, dan lainnya.

d. Kapasitas implementor yaitu struktur organisasi, dukungan SDM, koordinasi, pengawasan, dan sebagainya.

e. Karakteristik dan dukungan para kelompok sasaran apakah kelompok sasaran tersebut adalah individu atau kelompok, laki-laki atau perempuan, terdidik atau tidak.

f. Kondisi lingkungan seperti geografi, sosial, ekonomi, dan politik dimana implementasi tersebut dilakukan. Implementasi Those Activities directed toward putting a program into effect yang artinya sebuah proses mewujudkan program hingga memperlihatkan sebuah hasil,

(45)

sedangkan Those actions by public and private individual (or group) that are achievement or objectives set forth in prior poslicy yang atinya tindakan yang dilakukan pemerintah. Sehingga implementasi dapat di artikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan setelah sebuah kebijakan telah di tetapkan.

Implementasi adalah suatu cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya dengan baik teori Jones dalam Mulyadi (2015:45).

Implementasi juga diartikan sebagai sebuah hasil, maka implementasi menyangkut tindakan seberapa jauh arah yang sudah diprogramkan itu benar-benar memuaskan Lister dalam Taufik dan Isril (2013:136).

Definisi implementasi secara eksplisit adalah mencakup tindakan oleh individu atau kelompok privat (swasta) dan publik yang telah langsung pada serangkaian pencapaian tujuan untuk terus-menerus dalam sebuah keputusan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya Ekawati dalam Taufik dan Isril (2013:136). Implementasi juga dapat diartikan sebagai penyedia sarana untuk melaksanakan sebuah kebijakan dan dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu Menurut Widodo dalam Syahida (2014:10). Implementasi adalah persoalan yang mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan yang telah ditetapkan Naditya dkk (2013:1088).

Implementasi merupakan sebagai operasionalisasi dari berbagai aktivitas guna mencapai suatu sasaran tertentu serta menyentuh seluruh jajaran manajemen mulai dari manajemen tertinggi sampai pada karyawan

(46)

terbawa Salusu dalam Tahir (2014:55-56). Implementasi atau implementation, adalah yang sebagaimana disebutkan dalam kamus Webster and Roger dipahami sebagai to carry out, accomplish, fulfill, produce, complete. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan implementasi adalah suatu pelaksanaan, penerapan, dan sebuah pemenuhan. Michael Hill and Peter Hupe 2002 dalam Handoyo (2012:93-94). Istilah implementasi adalah menunjuk sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan yang dimaksud tentang tujuan program dan hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintahan. Implemetasi juga mencakup tindakan atau tanpa tindakan oleh berbagai aktor, khusunya para birokrat pemerintah, yang dikhususkan untuk membuat sebuah kebijakan Grindle dalam Winarno (2012:148). Grindle memandang implementasi secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kegiatan linkage yang memudahkan tujuan kebijakan sehingga bisa terealisasikan sebagai suatu output dari suatu kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, tugas implementasi mencakup terbentuknya a policy delivery system dimana suatu sarana tertentu dirancang dan di implementasi dengan sebuah harapan sampai pada tujuan-tujuan yang telah diinginkan Grindle dalam Winarno (2012:149). Keberhasilan implementasi dapat juga diukur oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation).

Variabel tersebut dapat mencakup sejauh mana kepentingan sebuah kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan, jenis

(47)

manfaat yang diterima oleh target group, sejauh mana perubahan yang telah diinginkan dari sebuah kebijakan, apakah letak sebuah program sudah tepat, apakah suatu kebijakan telah menyebutkan bahwa implementornya secara rinci, dan apakah suatu program telah didukung oleh sumberdaya yang memadai Merilee S. Grindle (dalam Subarsono, 2011: 93). Secara umum implementasi mempunyai sebuah tugas dalam membentuk suatu hubungan yang dapat mempermudah mencapai suatu tujuan kebijakan sehingga dapat diwujudkan sebagai pengaruh dari suatu kegiatan pemerintah Grindle (1980:6) dalam Winarno (2016: 135).

Implementasi adalah sesuatu yang dapat memberikan otoritas terhadap program, kebijakan, keuntungan (benefit), dan suatu jenis pengeluaran bersifat nyata (tangible output) yang telah terjadi setelah undang-undang tersebut ditetapkan. Agar memiliki dampak dan mencapai suatu tujuan dari kebijakan tersebut, maka suatu program dari kebijakan tersebut harus dapat diimplementasikan dengan baik Ripley dan Franklin dalam Hamdi (2014: 134). Implementasi merupakan kegiatan untuk mendistribusikan sebuah keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan oleh beberapa implementor kepada kelompok sasaran (target group) sebagai suatu upaya untuk mewujudkan sebuah tujuan kebijakan. Tujuan kebijakan dapat diharapkan akan muncul ketika hasil kebijakan (policy output) tersebut dapat diterima dan dimanfaatkan dengan baik oleh beberapa kelompok sasaran sehingga dalam jangka waktu panjang hasil kebijakan tersebut akan mampu

(48)

diwujudkan Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2012:21). Ripley dan Franklin dalam (Winarno, 2014: 148). Menyatakan bahwa implementasi adalah apa yang telah terjadi setelah undang-undang ditetapkan serta dapat memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), dan sebuah jenis keluaran yang nyata (tangible output). Implementasi adalah mencakup tindakan-tindakan sebagai aktor, khususnya untuk para birokrat yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan lancar. Menurut Ripley dan Franklin, ada tiga cara yang dominan bagi suksesnya implementasi kebijakan, yaitu:

a. Tingkat kepatuhan pada ketentuan yang berlaku

b. Adanya suatu kelancaran pelaksanaan rutinitas fungsi dan tidak adanya masalah

c. Pelaksanaan dan dampak yang dikehendaki terarah

Implementasi secara umum, tugas implementasi adalah membentuk sebuah kaitan (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan suatu kebijakan yang bisa direalisasikan sebagai dampak dari sebuah kegiatan pemerintah, implementasi kebijakan berhimpit pada studi pengambilan keputusan di sektor publik. Studi awal implementasi kebanyakan hanya berupa catatan, meski cukup rinci, mengenai bagaimana sebuah keputusan otoritatif dilaksanakan Grindle dalam Winarno (2016:135).

Implementasi merupakan bahwa implementasi dapat berhasil bergantung pada keterkaitan dengan berbagai organisasi dan departemen pada tingkat lokal yang terlibat dalam implementasi. Kerja sama, koordinasi, dan

(49)

mengkontrol dan memegang peranan sangat penting Jeffrey Pressman dan Aaron Wildavsky dalam Soetari (2014:238). Implementasi adalah apa yang terjadi dalam sebuah undang-undang di telah ditetapkan dan memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output) Ripley dan Franklin dalam Winarno (2016:134). Implementasi adalah memahami apa yang telah terjadi setelah suatu program dinyatakan telah berlaku, dirumuskan, fokus perhatian implementasi kebijakan, yaitu kejadian dan kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman kebijakan yang mencakup, baik usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk rnenimbulkan akibat dan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (dalam Azam Awang 2010: 28).

Implementasi “Those Activities directed toward putting a program into effect” dapat diartikan sebagai proses mewujudkan program hingga memperlihatkan hasilnya Jones (Mulyadi, 2015:45). Implementasi merupakan sebuah hasil, maka implementasi yang menyangkut tindakan seberapa jauh arah yang telah diprogramkan itu benar-benar memuaskan Taufik dan Isril (2013:136). Implementasi merupakan sebuah proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu Grindle dalam Mulyadi (2015:47). Implementasi sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh baik individu, pejabat, kelompok pemerintah dan swasta dapat diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam kebijakan Horn dalam Tahir (2014:55).

(50)

Meter dan Van Horn Van Meter Van Horn dalam Deddy Mulyadi (2015:72-73) menjelaskan bahwa ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

a. Standar dan sasaran kebijakan yang harus jelas dan terukur, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang dapat menyebabkan terjadinya konflik diantara para agen implementasi.

b. Sumber daya kebijakan perlu didukukng oleh sumber daya, baik itu sumber daya manusia atau sumber daya non manusia.

c. Komunikasi antar organisasi serta penguatan aktivitas dalam berbagai kasus, implementasi sebuah program tersebut terkadang perlu didukung dan dikoordinasikan dengan instansi lainnya agar tercapai keberhasilan yang diinginkan.

d. Karakteristik agen pelaksana Sejauh mana kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan. Termasuk di dalamnya karakteristik para partisipan yakni dapat mendukung atau menolak, kemudian juga bagaimana sifat opini publik yang ada pada lingkungan dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

e. Kondisi sosial, ekonomi, politik kondisi sosial, ekonomi, politik yang mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan tersebut.

f. Disposisi implementor mencakup tiga hal penting, yaitu:

g. Respon implementor terhadap suatu kebijakan, yang akan

(51)

mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan;

h. Kognisi, yakni pemahamannya terhadap suatu kebijakan;

i. Intensitas pada posisi implementor yakni preferensi nilai yang harus dimiliki oleh implementor.

Keberhasilan implemantasi juga dipengaruhi oleh isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan kebijakan (content of implementation).

Ide dasarnya adalah setelah kebijakan ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan harus dilakukan. Merile S. Grindle dalam Deddy Mulyadi (2015:66-67).

Daniel Mazmanian & Paul Sabatier Mazmanian dan Sabatier dalam Deddy Mulyadi (2015:70-71). Implementasi menjelaskan bahwa ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni:

a. Karakteristik dari suatu masalah (tractability of the problems)

b. Karakeristik kebijakan atau Undang-undang (ability of statue to structure implementation)

c. Variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementations) Implementasi sebagai: “Those actions by public or private individuals (or groups) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions yang diartikan sebagai suatu tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh individu, pejabat, kelompok pemerintah dan swasta yang telah diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

(52)

kebijaksanaan Van Horn dan Van Meter yang dikutip oleh Purwanto dan Sulistyastuti (2012: 21).

D. Konsep dan Teori E-Government

E-government berkembang mengadopsi electronic business, electronic commerce, dan electronic market yang lebih dulu mengaplikasikan suatu teknologi tersebut dalam institusi bisnis dengan menggunakan jasa yaitu internet (Akadun, 2009:130). E-government merupakan pemrosesan secara elektronik yang digunakan untuk pemerintah dalam mengkomunikasikan, menyebarkan dan mengumpulkan informasi sebagai fasilitas dan perizinan untuk suatu tujuan (Wyld dalam Akadun (2009:131). E-government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah yang memungkinkan pemerintah untuk mentransformasikan suatu hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan pihak yang berkepentingan, dan dalam prakteknya, e- government merupakan penggunaan internet untuk melaksanakan urusan pemerintah dan penyediaan setiap pelayanan publik agar lebih baik dan berorientasi pada pelayanan masyarakat Menurut Indrajit yang dikutip dalam Akadun (2009:131).

E-Government mengacu pada penggunaan teknologi informasi oleh instansi pemerintah yang memiliki kemampuan untuk mengubah suatu hubungan dengan warga negara, bisnis, atau unit lain dari pemerintah.

Teknologi yang digunakan ini dapat melayani sebuah keragaman yang berbeda yaitu pemberian sebuah pelayanan pada warganegara yang lebih baik, serta

(53)

meningkatkan interaksi pada dunia bisnis dan industri, pemberdayaan masyarakat melalui akses terhadap informasi, atau manajemen pemerintah yang lebih efisien. Hasil yang didapat yaitu korupsi yang berkurang, transparansi yang meningkat, kenyamanan yang lebih besar, peningkatan penerimaan negara, dan pengurangan biaya (Grönlund, 2008). E-government merupakan garda terdepan dari upaya pemerintah dalam menyediakan suatu informasi dan pelayanan kepada setiap masyarakat, kelompok bisnis, pegawai pemerintah, dan organisasi masyarakat (Yu-Che Chen & James Perry, 2003).

UNDP (United Nation Development Programme) mendefinisikan e-Goverment secara lebih sederhana, dapat diartikan yaitu “e-Government is the application of the Information and Communication Technology (ICT) by government agencies”. (Indrajit, 2004: 2). e-Government diartikan sebagai “E-Government is the use of information and communications technology (ICT) to promote more efficiency and cost-effective government, facilitate more convenient government services, allow greater public access to information, and make goverment more accountable to citizens” (Wescott dalam Indrajit, 2004: 4-5).

The Government of New Zealand yang mendefinisikan bahwa e-Government sebagai “a way for governments to use the new technologies to provide people with more convenient access to government information and services, to improve the quality of the services and to provide greater opportunities to participate in our democratic institutions and processes” (Bovaird, 2005: 19).

E-Government adalah sebuah cara bagi pemerintah untuk menggunakan sebuah teknologi baru untuk melayani masyarakat akses terhadap informasi dan

(54)

pelayanan pemerintah dengan nyaman, untuk meningkatkan kualitas pelayanan serta menyediakan kesempatan yang lebih besar dalam berpartisipasi pada sebuah proses dan institusi demokratis. Sedangkan holmes memberi penjelasan tentang e-Government: “is the use of information technology, in particular the internet, to deliver public services in a much more convenient, customer- oriented, cost-efective, and altogether diffrent and better way. It affects an agency’s dealing with citizens, businesses, and other public agencies as well as its internal business processes and employees” (Holmes, 2001: 2).

1. Tujuan dan Sasaran e-Government

Dalam prakteknya, e-Government adalah penggunaan suatu internet dalam melaksanakan urusan pemerintah serta penyediaan pelayanan publik yang lebih baik dan cara yang berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat.

Secara ringkas tujuan yang ingin dicapai oleh e-Government adalah untuk menciptakan sebuah customer online dan bukan in line. Selain itu e- Government bertujuan memberikan pelayanan tanpa adanya intervensi dari pegawai institusi publik serta sistem antrian yang Panjang yang hanya untuk mendapatkan suatu pelayanan yang sederhana, murah serta efektif.

Sehingga tujuan mendasar yang ingin dicapai dari implementasi ini adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan mutu layanan publik melalui pemanfaatan teknologi IT dalam proses penyelenggaraan pemerintahan.

b. Terbentuknya kepemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif.

Gambar

Tabel 1.1  Tabel Informan .............................................................................
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir .................................................................
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir  G.  Fokus Penelitian
Tabel 1.1 Tabel Informan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Semua instansi yang terkait dengan Tenaga Kerja Asing selalu memberikan informasi akurat kepada bidang pengawasan ketenagakerjaan Disnakertrans Provinsi Sulawesi

ASTIYANA BAHTIAR, Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Desa Ujung Baji Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (dibimbing oleh Nuryanti Mustari

Pengaruh positif antara variabel bebas dan terikat pada penelitian ini yang terproyeksikan melalui aspek komunikasi digital e-banking terhadap peningkatan minat

Yang membedakan dari penelitian terdahulu yaitu peneliti ingin meneliti mengenai salah satu punguan marga suku batak yang ada di Kota Palembang yaitu punguan