• Tidak ada hasil yang ditemukan

WACANA MAKNA JIHAD DALAM FILM 3: ALIF LAM MIM KARYA ANGGY UMBARA. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WACANA MAKNA JIHAD DALAM FILM 3: ALIF LAM MIM KARYA ANGGY UMBARA. Skripsi"

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

Neyla Sabyla Salma 11170510000147

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1443 H/ 2021 M

(2)

ii

Nama : Neyla Sabyla Salma

NIM : 11170510000147

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Wacana Makna Jihad dalam Film 3: Alif Lam Mim Karya Anggy Umbara” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 1 September 2021

Neyla Sabyla Salma NIM. 11170510000147

(3)

iii

WACANA MAKNA JIHAD DALAM

FILM 3: ALIF LAM MIM KARYA ANGGY UMBARA

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh :

Neyla Sabyla Salma NIM. 11170510000147

Dosen Pembimbing,

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1443 H/2021 M

(4)

iv

Skripsi berjudul “Wacana Makna Jihad dalam Film 3: Alif Lam Mim Karya Anggy Umbara” yang disusun oleh Neyla Sabyla Salma Nomor Induk Mahasiswa 11170510000147 telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus pada tanggal 22 September 2021 dihadapan dewan penguji.

Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Strata I Sarjana Sosial (S.Sos) dalam sidang Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 22 September 2021 Tim Ujian Munaqosyah Tanda Tangan, Ketua

Dr. Armawati Arbi, M.Si NIP. 196502071991032002 Sekretaris

Dr. H. Edi Amin, M.A NIP. 197609082009011010 Penguji I

Drs. Wahidin Saputra, M.Ag NIP. 197009031996031001 Penguji II

Kalsum Minangsih, M.A NIP. 197704242007102002 Pembimbing

Dr. Fatmawati, M.Ag NIP. 197609172001122002

(5)

v

Wacana Makna Jihad dalam Film 3: Alif Lam Mim Karya Anggy Umbara

Pandangan khalayak luas mengenai makna jihad masih sangat terbatas sehingga terbentuklah stereotip masyarakat bahwa jihad identik dengan hal berbau radikal. Tema besar film 3: Alif Lam Mim terkait pesan anti islamophobia, bagaimana stereotip negatif masyarakat terhadap agama Islam bertolak belakang dengan keadaan yang sebenarnya.

Berdasarkan pada kurangnya pemahaman masyarakat mengenai makna jihad yang sesungguhnya dalam film “3: Alif Lam Mim,” peneliti tertarik untuk meneliti makna jihad dalam film tersebut dengan rumusan masalah “Bagaimana wacana makna jihad dalam film 3: Alif Lam Mim dilihat dari level teks, level kognisi sosial, dan level konteks sosial ?”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis wacana Teun A. Van Dijk yang membagi analisis wacana menjadi tiga level yakni teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Teknik pengumpulan data melalui observasi teks, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian yang diperoleh, dalam film 3: Alif Lam Mim terkait makna jihad yang sesungguhnya. Ingin menunjukkan bahwa jihad tidak identik dengan peperangan. Namun, jihad identik dengan perdamaian.

Penelitian ini berimplikasi bahwa dengan adanya penelitian mengenai makna jihad dapat merubah pandangan masyarakat ke arah yang lebih positif terhadap kata jihad. Serta bisa memberikan implikasi sebagai referensi penelitian kedepannya terkait analisis wacana yang berhubungan dengan film.

Kata Kunci : Wacana, Teun . A Van Dijk, Jihad, Film

(6)

vi

SWT atas kehendak-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa di panjatkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, yang sangat diharapkan syafaatnya.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul :

“Wacana Makna Jihad Dalam Film 3: Alif Lam Mim Karya Anggy Umbara ”

Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini penyusun menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun, sangat saya harapkan untuk kesempurnaan penyusunan yang akan datang.

Selesainya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dorongan oleh banyak pihak. Tidak ada kata yang dapat di ungkapkan kecuali ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Suparto, M. Ed, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Siti Napsiyah, S. Ag. MSW, selaku Wakil Dekan I, Dr.

Sihabudin Noor, M. Ag selaku Wakil Dekan II, Drs. Cecep Castrawijaya M.A selaku Wakil Dekan II. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

vii

5. Dr. Edi Amin, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

6. Dr. Fatmawati, M.Ag sebagai dosen pembimbing yang selalu memberikan dukungan, arahan, dan motivasi serta pendapat yang membangun atas penulisan skripsi ini, juga selalu sabar untuk mengingatkan penulis menyelesaikan skripsi ini sampai akhir.

7. Umi Musyarofah, M.A, selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Ibu yang selalu memberikan motivasi agar semangat menyelesaikan studi bagi Keluarga Cemara KPI C.

8. Tim Penguji Skripsi serta Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah membagi Ilmu dan pengalamannya bagi penulis.

9. Seluruh narasumber Drs. KH. Nur Hasyim Ilyas, M.Pd.I sebagai selaku Pengurus Lembaga Dakwah PBNU serta Pengasuh Pondok Pesantren El-Huda Tambun, Bekasi, dan juga kepada narasumber Bapak Benny Benke selaku Pengamat Perfilman Indonesia.

10. Khusus kepada orangtua penulis Bapak Alm. Drs. Badrus Salam MS yang hingga akhir hayat nya Alm selalu memberikan dukungan untuk semangat menyelesaikan studi perkuliahan ini. Kemudian kepada Ibu Dra. Aan Andriana BS, yang tak henti-hentinya memberikan kasih, serta do’a yang beliau panjatkan disetiap shalat nya, juga semangat, dan perhatiannya bagi penulis, sehingga penulis dapat

(8)

viii

11. Keluarga besar PMII, IMIKI, serta mahasiswa KPI angkatan 2017. Terlebih khusus kepada Keluarga Cemara KPI C.

Terimakasih atas rangkulannya serta memori yang membekas selama menjadi mahasiswa KPI.

12. My support system Alifaturasikah, Nadila Putri, Junita Nurbaiti, Permata Dewi, Nuriyah Fatkhul, Faradisa Albina, Suhaelah, serta Aidah Kamila dan seluruh kerabat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terimakasih selalu bersama dalam perjalanan kuliah penulis, dan selalu setia mendukung penulis hingga menggelar sarjana S1 ini.

Tanpa mereka, penelitian ini mustahil dapat terselesaikan, semoga Allah SWT membalas dengan imbalan pahala yang berlipat. Diharapkan, skripsi ini dapat bermanfaat umumnya kepada semua pihak, khususnya diri pribadi penulis.

Jakarta, 1 September 2021

Neyla Sabyla Salma

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

ABSTRAK ...v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

C. Batasan Masalah ...7

D. Rumusan Masalah ...7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...8

F. Metodologi Penelitian ...9

G. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 16

H. Sistematika Penulisan ... 22

(10)

x

1. Pengertian Jihad ... 24

2. Macam-Macam Jihad ... 28

3. Konsep Jihad Menurut Al-Quran ... 32

4. Jihad Pada Masa Kini ... 37

B. Tinjauan Tentang Film ... 43

1. Pengertian Film ... 43

2. Sejarah dan Perkembangan Film ... 43

3. Jenis-Jenis Film ... 46

4. Klasifikasi Film ... 48

5. Unsur-Unsur Film ... 52

C. Analisis Wacana ... 55

1. Pengertian Analisis Wacana ... 55

2. Analisis Wacana Teun A Van Dijk ... 60

BAB III GAMBARAN UMUM ... 70

A. Sinopsis Film 3: Alif Lam Mim ... 70

B. Profil Film ... 74

C. Profil Sutradara dan Pemain Film 3: Alif Lam Mim ... 75

D. Penghargaan yang diraih Film 3: Alif Lam Mim ... 83

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 84

A. Penyajian Data ... 84

1. Observasi dan Dokumentasi ... 84

2. Wawancara ... 108

(11)

xi

1. Level Teks ... 109

2. Level Kognisi Sosial ... 154

3. Level Konteks Sosial ... 156

BAB VI PENUTUP ... 160

A. Kesimpulan ... 161

B. Implikasi ... 165

C. Saran ... 165

DAFTAR PUSTAKA ... 166

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 175

(12)

xii

Tabel 4. 2 Adegan Wacana Makna Jihad Scene 44 ... 87

Tabel 4.3 Adegan Wacana Makna Jihad Scene 45 ... 88

Tabel 4.4 Adegan Wacana Makna Jihad Scene 47 ... 90

Tabel 4.5 Adegan Wacana Makna Jihad Scene 74 ... 93

Tabel 4.6 Adegan Wacana Makna Jihad Scene 86 ... 97

Tabel 4.7 Adegan Wacana Makna Jihad Scene 105 ... 103

(13)

xiii

Gambar 3.1 Poster Film 3: Alif Lam Mim ... 74

Gambar 3. 2 Anggy Umbara ... 75

Gambar 3. 3 Profil Cornelio Sunny ... 76

Gambar 3. 4 Profil Abimana Aryasatya ... 77

Gambar 3. 5 Profil Agus Kuncoro ... 79

Gambar 3. 6 Profil Prisia Nasution ... 80

Gambar 3. 7 Profil Piet Pagau ... 81

(14)

1

A. Latar Belakang

Film sebagai media audio-visual yang juga ditujukan untuk menyampaikan sebuah pesan. Film memiliki daya tarik tersendiri di mata khalayak karena kemasannya berbeda dengan produk media lainnya. Tidak seperti berita yang terlihat kaku dan formal, film visualnya lebih menarik karena merupakan gabungan antara komunikasi dan seni. Pesan yang disampaikan melalui film pun tidak langsung melainkan tersirat. Film diproduksi dengan berbagai macam tema dan genre. Film dengan tema yang mengangkat isu-isu sensitif yang menarik perhatian khalayak.

Film yang mengangkat isu-isu sensitif biasanya based on reality walaupun dikemas secara fiktif atau bahkan diberikan sedikit sentuhan hiperbola untuk menarik pasar.

Lebih dari itu tetap terdapat banyak makna tersirat yang terkandung di dalamnya yang membahas secara langsung isu sosial yang tengah terjadi di masyarakat. Salah satu isu yang masih melekat ditelinga khalayak adalah isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). Bukan hal yang tabu lagi bagi kita untuk mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara republik yang memiliki beraneka ragam suku, adat dan budaya, ras, serta agama. Tentu dengan adanya

(15)

keanekaragaman tersebut juga tidak lepas dari pro dan kontra antar SARA. Sejalan dengan hal tersebut maka wajar jika banyak isu-isu yang diangkat seputar hal tersebut. Isu terorisme contohnya yang disangkut-pautkan dengan jihad pada agama Islam, orang yang menyangkut-pautkan teorisme dengan jihad pasti belum lah memahami arti jihad sesungguhnya. Seperti yang dijelaskan dalam terjemah QS Al - Hajj: 78

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.”1

Pandangan khalayak luas mengenai makna jihad masih sangat terbatas sehingga kemudian terbentuklah stereotip masyarakat yang melekat bahwa orang Islam adalah teroris dan sering mengaitkannya dengan jihad yang dilakukan oleh orang Islam itu sendiri. Jihad merupakan kewajiban seorang mukmin untuk mempertahankan agamanya dari serangan lawan. Wujud dari serangan tersebut tidak harus berupa serangan fisik, akan tetapi dapat berupa serangan pemikiran, keilmuan, teknologi, perekonomian, dan lain sebagainya. Pada prakteknya, umat Islam dapat melakukan jihad dengan bersungguh-sungguh meningkatkan kualitas dari menjadi seorang pemikir, ahli di bidang keilmuan, teknologi, perekonomian, dan bidang-bidang lain yang rawan terjadi

1 Kementrian Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahnya.(Jakarta: PT.

Tehazed, 2013), h. 308

(16)

konflik antara orang Islam dan pihak lain yang berusaha untuk menghancurkan Islam.2

Sampai saat ini jihad sering digambarkan dengan sikap arogansi. Sikap yang seharusnya tidak ada pada pribadi seorang muslim. Di era globalisasi yang semakin modern ini, dimana tatanan dunia semakin berubah membuat jihad digambarkan kepada suatu sikap apriori yaitu suatu bentuk klaim akan kebenaran yang sejati, yang menjadikan pelakunya rabun untuk memandang khazanah nilai-nilai kebenaran yang juga dimiliki oleh orang lain. Arogansi dalam memahami agama muncul manakala seseorang atau kelompok mencerna suatu permasalahan apa yang tampak di permukaan, enggan menelisiknya dari sudut pandang yang lebih dalam.

Zaman modern saat ini makna jihad bukan hanya dengan berperang untuk membela diri seperti pada zaman nabi, atau dengan menggunakan kekerasan dengan bermunculannya aksi teror yang mengatasnamakan agama.

Menurut Syatha ad-Dimyathi jihad itu salah satu pengertiannya adalah membantu mereka yang tidak punya, membantu mereka yang memiliki keterbatasan sandang, pangan, dan papan. Itu sebabnya, jihad bukan untuk berani

2 Abdul, Fatah, Memaknai Makna Jihad Dalam al-Qur‟an dan Tinjauan Historis Penggunaan Istilah Jihad Dalam Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 3, No. 1 Juli-Desember (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016), h.66

(17)

mati di jalan Allah. Jihad pada zaman sekarang adalah jihad untuk hidup di jalan Allah.3

Stereotip sampai saat ini masih sering kali muncul dari masyarakat terhadap Islam, dalam hal ini wajar saja jika stereotip itu muncul, akibat dari identitas terduga pelaku teror dan publikasi media yang hampir keseluruhan menyiarkan berita terorisme dengan highlight agama yang dianut oleh terduga teroris tersebut. Media hanya mementingkan hal yang dianggap menjadi isu sensitif nya saja, bukan mementingkan berapa banyak pihak yang tersinggung dan dirugikan dalam hal ini.

Hal tersebut menjadi pembuka dari apa yang digambarkan di dalam film “Alif Lam Mim.” Film ini adalah garapan dari sutradara handal, yaitu Anggy Umbara, di produseri oleh aktor kenamaan, yaitu Arie Untung, dan ditulis oleh professional, yaitu Anggy, Bounty, serta Fajar Umbara.

Film ini bergenre action-drama dengan tema persahabatan, persaudaraan, dan kekeluargaan. Film ini dibuka dengan cuplikan-cuplikan kasus terorisme yang terjadi sejak 2015 dan juga cuplikan masa mendatang di tahun 2036. Film ini berani mengambil latar masa depan yang mengasumsikan bahwa Indonesia pada tahun 2036 akan menjadi negara liberal, yang mana menjunjung tinggi hak dan kebebasan masyarakat yang berganti nama dari Indonesia menjadi Libernesia.

3https://news.detik.com/berita/memaknai-jihad-zaman-now.(Diakses 13/02/2020 Pukul 12.17 WIB)

(18)

Film ini terbagi dalam 4 plot besar, pertama mengisahkan kehidupan Alif, kedua kehidupan Lam, ketiga kehidupan Mim, dan yang keempat mengenai kisah mereka bersama-sama berjuang mengungkap sebuah kebenaran.

Ketiganya kembali dipertemukan karena adanya kekacauan yang terjadi. Kekacauan tersebut melibatkan pondok di mana Mim berada. Dari kekacauan yang ada, pondok pesantren itu selalu menjadi sasaran atas tuduhan yang terjadi yang mengakibatkan kerusuhan dimana-mana.

Semua kerusuhan tersebut ternyata hanya ulah beberapa oknum yang mengatasnamakan dirinya sebagai aparat negara. Mereka salah memahami arti perdamaian.

Mereka beranggapan bahwa masyarakat membutuhkan kekacauan agar bisa menyusuri perdamaian. Padahal Islam sendiri sebagai agama yang Rahamatan lil Alamin, sesuai dengan terjemah QS Al Anfal: 61

Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”4

Film tersebut mengajarkan kita pada makna jihad yang sebenarnya, bagaimana mengatasi hantaman musuh tidak dengan kekerasan namun dengan kesabaran dan kesukarelaan.

Mengasihi dengan tidak memandang siapa pun itu. Walaupun dengan musuh sendiri. Makna jihad menurut mereka sebagai

4Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.(Jakarta: PT.

Tehazed, 2013), h. 167

(19)

seorang muslim, dan mereka yang non muslim tentunya berbeda. Dari film ini diajarkan bagaimana cara menyikapi perbedaan pandangan dengan tutur kata dan sikap yang ada pada setiap adegan nya. Dengan tidak lupa melihat kognisi sosial dan konteks sosial yang ingin disampaikan juga oleh penulis film tersebut.

Dari uraian di atas terlihat bahwa dalam film ini menceritakan bagaimana pandangan khalayak mengenai makna jihad yang sebenarnya masih sangat terbatas.

Bagaimana dalam kasus diatas agama selalu menjadi penyebabnya, kerusuhan dan kerusakan dimana-mana menjadikan agama selalu menjadi stigma negatif khalayak luas pada tahun 2036 mendatang. Perbedaan pandangan antara ketiga tokoh di atas dalam menangani kasus ini pun sangat menarik, karena memandang dari sisi yang berbeda.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis sangat tertarik untuk meneliti cerita pada film tersebut. Maka dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengangkat judul “Wacana Makna Jihad Dalam Film 3: Alif Lam Mim Karya Anggy Umbara”.

(20)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan, sebagai berikut :

1. Jihad dipahami sebagai suatu sikap yang mengajarkan untuk tidak menjadi pemberontak di dalam film “3: Alif Lam Mim”.

2. Mengatasi konflik tidak dengan kekerasan namun dengan kesabaran melawan hawa nafsu, beramal baik dan juga pengorbanan .

3. Jihad ditujukan untuk mempertahankan diri, mengakhiri kezaliman dan permusuhan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka peneliti akan membatasi penelitian ini pada adegan dialog percakapan yang mengandung wacana makna jihad dalam film “3: Alif Lam Mim.”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana wacana makna jihad dalam film “3: Alif Lam Mim” dilihat dari level teks, level kognisi sosial dan level konteks sosial?

(21)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

Mengetahui wacana seputar makna jihad dalam film “3:

Alif Lam Mim” jika dilihat dari level teks, level kognisi sosial dan level konteks sosial.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi baik untuk kepentingan akademis maupun praktis.

a. Manfaat Akademis

Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat menjadi salah satu konstribusi yang baik dan positif pada ilmu pengetahuan dalam bidang komunikasi dan dakwah melalui media massa, terutama mengenai penelitian analisis wacana film 3:

Alif Lam Mim sebagai media atau sarana memperluas wawasan melalui media massa, yaitu film.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan berguna untuk menambah wawasan bagi mahasiswa yang sedang menyusun analisis wacana. Lebih dari itu, penulis juga mengharapkan dengan adanya kajian analisis mengenai film “3: Alif Lam Mim” ini, baik penulis maupun pembaca dapat memaknai nya dengan

(22)

sebijak mungkin dan dapat menjadi tambahan wawasan.

F. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.5

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis pada umumnya selalu melihat dalam konteks yang luas, tidak hanya pada sebuah level saja namun juga mengeksplorasi level lain yang ikut berperan dalam sebuah perisitiwa. Secara ontologis, paradigma kritis memandang realitas yang teramati sebagai realitas semu yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Secara epistemologis hubungan peneliti dengan yang diteliti selalu dijembatani oleh nilai-nilai tertentu, serta pemahaman suatu realitas merupakan value mediated findings.6

5 Dedi, Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: T Remaja Rosdakarya, 2003), h. 9

6 Rakhmat ,Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:

Kencana, 2012), h. 51-52

(23)

Paradigma kritis mengkaji kandungan-kandungan makna ideologis melalui pembongkaran terhadap isi teks, hal tersebut mendasarkan penelitian pada penafsiran teks yang menjadi objek penelitian ini Dengan penafsiran tersebut, peneliti menyelami teks dan menyikapi makna yang terkandung di dalam teks pada dialog di adegan film tersebut.

2. Metode Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial.7 Dalam penelitian ini, penulis meneliti dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian dengan cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran, dan mengualifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya, setelah itu ditarik kesimpulan. Di dalam pendekatan kualitatif, posisi peneliti sebisa mungkin harus dekat dengan objek yang diteliti, agar sumber informasi yang didapat untuk penelitian semakin akurat.

Pendekatan kualitatif pada penelitian ini menggunakan model analisis wacana yang dikembangkan oleh Teun A Van Dijk. Analisis wacana dikatakan sebagai objek analisis, yang dikatakan sebagai sebuah wacana,

7Imam,Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 85

(24)

teks, pesan, perkataan, dialog, atau perbincangan.8 Pendekatan kualitatif ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat.9

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kualitatif harus dilakukan sendiri oleh peneliti dan tidak boleh diwakilkan.10 Berdasarkan manfaat empiris, bahwa metode pengumpulan data kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data adalah observasi teks, wawancara, dan dokumentasi. Dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Observasi Teks

Observasi teks merupakan pengamatan langsung terhadap teks yang berisi pembahasan atau mengenai penelitian. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.11Teks observasi berisi penjabaran umum

8 Rulli, Nasrullah, Metode Penelitian Jurnalisme Pendekatan Kualitatif, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2020), h. 148

9 Burhan, Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 3

10 Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 11.

11 Imam, Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 143.

(25)

atau melaporkan sebuah hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan mengamati langsung setiap adegan yang mengandung dialog wacana jihad dalam film 3: “Alif Lam Mim”

b. Wawancara

Wawancara dalam penulisan ini dilakukan dengan wawancara mendalam, bebas namun sesuai dengan pedoman wawancara. Wawancara dalam riset kualitatif yang disebut sebagai wawancara intensif, bebas namun terarah sesuai dengan konteks pembahasan12. Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan infroman terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.13

12 Rachmat, Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:

Kencana, 2008), Edisi 1, cet ke-III, h. 36

13 Burhan, Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana: 2010), Edisi, 1, cet 4, h. 208.

(26)

c. Dokumentasi

Dokumenter merupakan suatu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.14 merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, gambar, dan karya – karya momentum yang semuanya itu memberikan informasi bagi proses penelitian.15Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data dari berbagai sumber yang dapat mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

14 Burhan, Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, , h.121.

15 Imam, Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 178.

(27)

4. Teknik Analisis Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dilakukan, peneliti mendapatkan sejumlah data. Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif tidak berbentuk angka, tetapi lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto) ataupun bentuk-bentuk non angka lain.16Ada tiga tahapan yang di kerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif adalah (1) reduksi data, (2) paparan data, dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan – kegiatan tersebut dilakukan juga selama dan sesudah pengumpulan data.17 Secara singkat, data yang di peroleh dari hasil observasi, wawancara dan juga catatan yang ditulis atau dokumentasi lainnya dilapangan akan disimpulkan yang dimana kesimpulan tersebut diangkat dari fakta-fakta yang ditemukan selama penelitian.

Dalam pengolahan data ini, data akan disajikan secara deskriptif dengan bentuk beberapa lampiran seperti foto, dan tabel agar mempermudah dalam mengelompokkan dalam memahami makna jihad yang ada pada film Alif Lam Mim dilihat dari isi pesan teks, konteks sosial, maupun kognisi sosial. Peneliti

16 E. Kristi Poerwandi, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku manusia, (Depok: LPSP3 UI: 2005), edisi 3, h. 143.

17 Imam, Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.210-211.

(28)

menggunakan prosedur penelitian yang mengacu pada buku pedoman di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul melalui metode yang direncanakan, peneliti akan menganalisa dengan menggunakan kerangka konsep yang ada serta diperkuat dengan teori analisis wacana Teun A. van Dijk untuk menjawab permasalahan yang ada di rumusan masalah.

5. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan masalah penelitian.

Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.18 Subjek dari penelitian ini adalah film 3: Alif Lam Mim.

Sedangkan objek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada obyek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.19 Objek penelitian nya adalah makna jihad dalam film 3: Alif Lam Mim.

18Arikunto, Suharsimi, Metodologi Penelitian,( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h.107

19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 215

(29)

6. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan sejak tanggal 1 Maret – 22 Agustus 2021. Peneliti akan mengambil data – data yang diperlukan selama penelitian dengan sedetail mungkin. Mulai dari observasi teks, wawancara, dan dokumentasi. Hal ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan memiliki aspek utama dan pendukung yang kuat serta dapat menjawab rumusan masalah yang ada dengan lengkap juga jelas.

G. Tinjauan Kajian Terdahulu

Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan acuan berupa skripsi dan penelitian lain yang memiliki beberapa kesamaan dalam bidang penelitian, sebagai rujukan penulis membuat penelitian ini. Walaupun pada fokus penelitian ada perbedaan tujuan, namun langkah – langkah yang digunakan menggunakan teori yang sama. Tinjauan pustaka yang menjadi rujukan penulis, yaitu:

No Nama

Pengarang Judul

Persamaan dengan Penelitian

Perbedaan dengan Penelitian 1 Fitri

Maulida Rachmawati

20

Analisis Wacana Tentang Diskrimi

Penelitian ini sama- sama menjadikan

Perbedaan skripsi Fitri Maulida dengan

20 Fitri Maulida Rachmawati, Analisis Wacana Tentang Diskriminasi Gender dalam Film “Wadjda,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

(30)

nasi Gender dalam Film

“Wadjda,

analisis wacana sebagai objek penelitian

yang akan saya teliti yaitu pada judul film yang

dianalisis.

2 Meifans Abdillah Saputra21

Analisis Wacana Reforma si dalam Film

“Dibalik 98”

Penelitian ini sama- sama menjadikan Analisis wacana sebagai objek penelitian.

Perbedaan skripsi Meifans dengan yang akan saya teliti yaitu

kepada judul film yang

dianalisis.

3 Wiwi Alawiyah22

Makna Pesan Propagan

Penelitian ini memiliki kesamaan

Perbedaan skripsi Wiwi

Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2018)

21 Meifans Abdillah Saputra, Analisis Wacana Reformasi dalam Film

“Dibalik 98”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2020)

22 Wiwi Alawiyah, Makna Pesan Propaganda Komunikasi Politik Tentang Islam dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim), (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016)

(31)

da Komunik asi Politik Tentang Islam dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim)

pada subjek penelitian, yaitu Film 3: Alif, Lam, Mim.

Alawiyah dengan yang akan saya teliti adalah pada objek penelitian.

Dimana skripsi penelitian Wiwi Alawiyah menggunak an

propaganda sebagai objek penelitiann ya dan menggunak an konsep semiotika Roland Barthes.

Sementara penelitian

(32)

yang saya ambil yaitu memahami makna jihad dengan menggunak an teori Analisis Wacana Teun A Van Dijk

4 Ahmad Zarkasi23

Islamoph obia dalam Film 3:

Alif, Lam, Mim

Penelitian ini memiliki kesamaan pada subjek penelitian, yaitu Film 3: Alif, Lam, Mim

Perbedaan skripsi Ahmad Zarkasi dengan yang akan saya teliti adalah pada teori, skripsi Ahmad memakai analisis

23 Ahmad Zarkasi, Islamophobia dalam Film 3: Alif, Lam, Mim, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2017)

(33)

semiotika Charles Sanders Pierce sementara saya menggunak an teori Analisis Wacana Teun A Van Dijk,

kemudian perbedaan terletak pada objek, jika Ahmad Zarkasi objek penelitiann ya pada Islamophob ia

sementara yang akan saya teliti

(34)

adalah makna jihad dalam film 3: Alif Lam Mim

(35)

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan, maka penulis menyusun sistematika penulisan mengelompokkan dalam 6 bab pembahasan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tinjauan tentang jihad meliputi pengertian jihad, macam-macam jihad, konsep jihad menurut Al-Quran, serta jihad pada masa kini. Tinjauan tentang film meliputi pengertian film, sejarah dan perkembangan film, jenis-jenis film, klasifikasi film serta unsur-unsur film.

Kemudian tentang analisis wacana, konsep wacana Teun A Van Dijk.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini berisi uraian mengenai film 3:“Alif Lam Mim”, seperti, sinopsis film, profil sutradara film, profil para pemain film, nominasi serta penghargaan apa saja yang di dapat oleh film tersebut.

(36)

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi data dari temuan penelitian dengan metode observasi teks, dan dokumentasi. Hasil data observasi berupa pengamatan film 3: Alif Lam Mim, dokumentasi berupa potongan gambar beserta teks dialog yang ada pada film 3: Alif Lam Mim.

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini membahas wacana makna jihad pada level teks, kognisi sosial, dan konteks sosial dalam film 3: Alif Lam Mim. Pada bab ini akan dianalisis dialog yang mengandung wacana makna jihad serta juga dilampirkan beberapa wawancara peneliti dengan narasumber.

BAB VI PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang dibuat oleh peneliti yang membahas tentang hasil keseluruhan penelitian yang menguraikan tentang kesimpulan dari semua uraian yang ada pada bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini, peneliti juga akan memberikan kesimpulan dan saran serta implikasi sebagai hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

(37)

24

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Jihad 1. Pengertian Jihad

Kata Jihad berasal dari akar kata jahada, yajhudu, jahd au juhd artinya adalah sungguh-sungguh atau berusaha keras.1 Kata jahd atau juhd artinya tenaga, usaha atau kekuatan. Dari akar kata jahada (bentuk tsulatsi mujarrad) dibentuk tsulatsi mazid dengan menambahkan alif sesudah fa‟ fi’il atau suku pertama, sehingga menjadi jahada, yujahidu, mujahadah wa jihad. Jihad artinya berjuang dan berusaha untuk menata masyarakat yang lebih baik dan bermartabat, seperti damai dan saling menghormati.2

Berikut ini definisi menurut beberapa ulama atau cendikiawan pada masanya, yang masih relevan apabila ditarik benang lurus dengan zaman modern sekarang ini:

Pertama, menurut Syaikh Abdul Aziz bin Baaz menyatakan bahwa, jihad terbagi menjadi dua yaitu jihad at-tholab (menyerang) dan jihad ad-daf‟u (bertahan).

Maksud tujuan keduanya adalah meyampaikan agama Allah dan mengajak orang mengikutinya, mengeluarkan

1 Hasan,Saleh, Kajian Fiqih dan Fiqih Kontemporer , (Jakarta: IT Raja Persada, 2004), h. 274

2https://openulis.com/Pengertian/Jihad/Dalam/Islam/Yang/Benar/M enurut/al-Quran/dan/Hadits (Diakses 01/02/2020 Pukul 12.17 WIB)

(38)

manusia dari kegelapan kepada cahaya Islam dan meninggikan agama Allah di muka bumi serta menjadikan agama ini hanya untuk Allah semata.3 Kedua, menurut Imam al-Bajuri mengatakan bahwa, jihad atau qital itu berarti perang di jalan Allah yang berasal dari kata al-mujahadah, yaitu perang untuk menegakkan agama dan pengertian ini yang dinamakan dengan jihad asghar, sedangkan jihad akbar adalah melawan hawa nafsu, mengingat sabda Nabi Saw. Ketika beliau baru pulang, ketika beliau baru kembali daru medan perang “ kita baru kembali dari jihad ashgar menuju kepada jihad akbar.4

Ketiga, Sayyid Qutub mengartikan jihad di jalan Allah adalah sebagai perjuangan melawan musuh-musuh, perjuangan melawan diri sendiri dan perjuangan untuk melawan kerusakan dan kejahatan. Ketiganya adalah bentuk amanah besar yang diberikan oleh Allah Swt.5 Keempat, jihad menurut pandangan Imam al-Diin al- Kaasaaniy, di dalam kitabnya Badaai’ al-Shanaai’, mengatakan secara literal jihad mempunyai makna mencurahkan segenap usaha dan tenaga atau ia adalah bentuk mubalaghah (hiperbolis) dari tenaga yang dicurahkan dalam suatu pekerjaan. Sedangkan menurut

3 Imam Malik Ibnu Anas, Al-Muwatta (Jakarta: Raja Fragindo Persada, 1999), h.230

4 Imam Malik Ibnu Anas, Al-Muwatta, h.232

5 Sayyid, Qutb, Tafsir Fi Zilal al-Qur‟an Jilid 8 (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 150-152.

(39)

huruf syara, kata jihad digunakan untuk menggambarkan pencurahan usaha dan tenaga dalam perang di jalan Allah Swt., baik dengan jiwa, harta, lisan (pendapat).6

Kelima, Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali (Hujjatul Islam) di dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub mengatakan bahwa jihad itu terbagi menjadi tiga macam, 1) Jihad terhadap orang kafir. Jihad ini dinamakan dengan jihad dzahir yang di dalam al-Qur’an disebut “yujahiduna fisabilillah”

(mereka yang berjihad di jalan Allah). 2) Jihad dengan dalil-dalil dan ilmu untuk menghadapi orang-orang dhalim. Ini disebutkan oleh al-Qur‟an (adakanlah diskusi dengan mereka dengan jalan yang sebaik-baiknya). 3) Jihad melawan nafsu amarah (hawa nafsu). Ini disebutkan di dalam al-Qur’an “orang-orang yang berjihad di jalan Kami, Kami Tunjukkan jalan-jalan Kami”. Sama halnya dengan hadits Nabi Saw. bahwa jihad yang paling baik adalah jihad melawan dirinya sendiri”7

Keenam, Maududi mendefinisikan jihad sebagai mempertaruhkan hidup seseorang dan segala sesuatu yang dimilikinya untuk melenyapkan penguasaan manusia atas manusia dan menegakkan pemerintah yang tegak di atas syariat Islam.8 Dengan demikian kata jihad

6 Tengku, Muhammad Habsi ash-Shidiegh, Ihya Ulumuddin, terj.

(Semarang: Pustaka Riski, 2003), h. 510

7 Ali, Yasir, Jihad Masa Kini, (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah,2005), h.14

8 Deni, Irawan, Kontroversi Makna dan Konsep Jihad Dalam al- Qur‟an Tentang Menciptakan Perdamaian,( Jurnal Religi, Universitas Islam

(40)

menurut istilah syar’i nya adalah perang. Adapun menurut makna bahasa, kata tersebut mengandung makna yang lebih luas. Mencakup juga pengertian bermujahadah melawan hawa nafsu, bermujahadah melawan hasrat diri, bergulat melawan setan, berjuang melawan kelalaian untuk membangkitkan hati dan tidurnya dan sebagainya.

Kata jihad, dalam tradisi Islam adalah sikap kesungguhan untuk melakukan pembelaan kepada agama.

Kata jihad juga berimplikasi pada pengorbanan yang tidak ada batasan bagi mereka yang memiliki kekuatan untuk melakukannya.9Menurut M. Quraish Shihab jihad merupakan ujian dan cobaan. ia menyimpulkan bahwa jihad adalah cara untuk mencapai tujuan. Jihad tidak mengenal putus asa, menyerah, kelesuan, tidak pula pamrih. Tetapi jihad tidak dilaksanakan tanpa modal yang dimiliki dan tujuan yang ingin dicapai. Selama tujuan tercapai dan masih ada modal, selama itu jihad di tuntut.

Jihad merupakan puncak segala aktivitas. Jihad bermula dari upaya mewujudkan jati diri yang bermula dari kesadaran, sedangkan kesadaran harus berdasarkan pengetahuan dan tidak ada paksaan, karena seorang

Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta), Tahun 2014, Vol X, No. 1, h. 68 (Diunduh dari laman https:// e-journal. Uin-suka.ac.id/ushuludin/ Religi: Jurnal Studi Agama-agama)

9 Fatmawati, Kalsum Minangsih, Siti Mahmudah Noorhayati, Jihad Penista Agama Jihad NKRI Analisa Teori Hegemoni Antonio Gramsci terhadap Fenomena Dakwah Radikal di Media Online, (Jurnal Ilmiah Islam Futura, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta), Tahun 2018, Vol 17, No. 2, h. 224

(41)

mujahid harus bersedia berkorban tidak mungkin melakukan jihad dengan terpaksa atau dengan paksaan dari pihak lain.10

Sedangkan banyak orang sering mengabungkan dengan kata jihad fi sabilillah. Sebenarnya apa pengertian dari jihad fii sabilillah itu sendiri. Jihad fi sabilillah adalah seorang muslim yang mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memperjuangkan serta menegakkan Islam demi mencapai ridho Allah SWT. Oleh sebab itu kata-kata jihad selalu diiringi dengan fi sabilillah untuk menunjukkan jihad yang dilakukan harus sesuai dengan ajaran Islam supaya mendapat keridhoan Allah SWT.11

2. Macam-Macam Jihad

Jihad itu terdiri dari empat macam :12 a. Jihad terhadap nafsu.

Jihad paling besar yaitu jihad dalam melawan hawa nafsu, yang dimaksud disini adalah perjuangan seseorang menyucikan hati dari sifat-sifat tercela dan menghiasi hati dengan sifat-sifat terpuji. Melawan hawa nafsu. Menurut Quraish Shihab hawa nafsu adalah salah satu lahan sasaran jihad. Nabi

10 M, Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Tafsir Madh’u atau Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1998), h. 506

11 https://suhupendidikan.com/fisabilillah. (Diakses 01/02/2020 Pukul 15.08 WIB)

12https://hafiziazmi.com/jihad-fisabilillah/Pengertian-Jihad

Fisabilillah-dan-Bentuk-Bentuk-Jihad (Diakses pada 01/02/2020 pukul 10.57 WIB)

(42)

Muhammad bersabda, “Berjihadlah menghadapi nafsumu sebagaimana engkau berjihad menghadapi musuhmu”. Hawa nafsu merupakan adalah musuh paling besar setiap manusia. Menurut Quraish Shihab jihad melawan hawa nafsu adalah suatu bukti bahwa jihad bukan hanya identik dengan perang mengangkat senjata. Jihad melawan hawa nafsu adalah suatu bentuk jihad yang ada pada diri setiap Muslim. Dan setiap Muslim adalah mujahid.13

b. Jihad terhadap syaithan

Menolak syubhat dan keraguan yang dilemparkan setan kepada hamba, serta menolak syahwat dan kehendak-kehendak rusak yang dilemparkan setan kepada hamba. Jihad yang pertama akan diakhiri dengan keyakinan, sedangkan jihad yang kedua akan diakhiri dengan kesabaran.

Menurut Quraish Shihab, manusia harus berjuang dengan sekuat tenaga untuk tidak menuruti perbuatan-perbuatan setan. Manusia pasti dapat melawan perbuatan setan, apalagi dalam al-Qur’an sudah digariskan bahwa sesungguhnya tipu daya setan lemah . Ini menjadi dasar Al-Quran memerintahkan manusia untuk berta’awwudh, memohon perlindungan Nya saat terasa ada godaan, sebagaimana dalam berjihad seorang Muslim

13 M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah, Vol. 1(Cet. I: Jakarta:

Lentera Hati, 2002), h.495

(43)

dianjurkan banyak berdzikir, antara lain dengan menyebut atau memekikkan kalimat takbir “Allahu Akbar”.14

c. Jihad terhadap orang dhalim, dan ahli-ahli berbuat jahat serta ahli-ahli bid’ah (pengubah peraturan-peraturan agama Allah yang telah pasti)

Berani mengatakan kebenaran kepada orang yang zalim, berbuat jahat dan ahli bid’ah termasuk jihad, dengan mengajak pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran dengan menasehati nya. Seperti hadis nabi:15

يردخلا ديعس يبأ نع -

هنع الله يضر ِّ يبنلا نع-

ِّهْيَلَع ُالله ى لَص-

مَّلَسو :َلاَق-

رِّئاَج ٍناَطْلُس دنع ٍلْدَع ةملك داهجلا لضفأ« ».

].حيحص[

- هجام نباو يذمرتلاو دواد وبأ هاور[

].دمحأو

Dari Abu Sa’id Al-Khudri -radiyallahu 'anhu, dari Nabi -sallallahu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Jihad paling utama adalah (menyampaikan) kata-kata adil di hadapan penguasa yang zalim."(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah -

14 M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’ atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1998), h.504

15 https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/3045 (Diakses pada 01/02/2020 pukul 10.57 WIB)

(44)

Diriwayatkan oleh Tirmizi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad).

Nabi menjelaskan bahwa jihad paling agung bagi seseorang adalah mengatakan perkataan yang benar mengenai penguasa zalim (di sisinya), karena mungkin saja penguasa tersebut membalas dendam kepadanya karena kata-kata itu dan menyakitinya atau membunuhnya. Jadi jihad itu bisa dengan tangan seperti memerangi orang-orang kafir; bisa juga dengan lisan seperti mengingkari kezaliman; dan bisa juga dengan hati seperti jihad melawan diri sendiri.16

d. Jihad terhadap kaum kafirin dan musyrikin Jihad terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah dan orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan, cara melakukan jihadnya dengan tangan atau anggota tubuh lainnya, jika tidak kuasa maka dengan lisan, jika tidak kuasa dengan lisan maka dengan harta benda, jika tidak kuasa dengan harta benda maka wajiblah mengerjakannya dengan hati.

Menurut Quraish Shihab jihad dalam menghadapi orang-orang kafir telah dinyatakan dalam al-Qur’an berupa perang mengangkat senjata

16 https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/3045 (Diakses pada 01/02/2020 pukul 10.57 WIB)

(45)

sebagaimana diizinkanya berperang. Dalam hal tersebut di atas mempertegas diperbolehkan untuk berperang, “Dan perangilah di jalan Allah orang- orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”17

3. Konsep Jihad Menurut Al-Quran

Dari sekian banyak syari’at yang tertera dalam al- Qur’an, salah satu yang harus dijalankan oleh setiap umat Muhammad adalah jihad fi sabilillah.18 Jihad adalah salah satu tema besar yang ada dalam al-Qur’an yang mana Allah Berfirman Dalam Surat Al-Imran ayat 142 menunjukkan bahwa jihad merupakan ujian dan cobaan.

وُدَهاَج َنيِّذَّلا ُ َّاللَّ ِّمَلْعَي اَّمَل َو َةَّنَجْلا اوُلُخْدَت ْنَأ ْمُتْبِّسَح ْمَأ َني ِّرِّباَّصلا َمَلْعَي َو ْمُكْنِّم ا

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.19

Ayat ini mengandung makna bahwa jihad merupakan cara yang ditetapkan Allah untuk menguji

17 M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’ atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1998), h.508-509

18 Thoriqul Aziz & A. Zainal Abidin, Tafsir Moderat Konsep Jihad dalam Perspektif M. Quraish Shihab ,( Jurnal Kontemplasi, IAIN Tuluangagung, Yogyakarta), Tahun 2017, Vol 05, No. 2, h. 68

19 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.(Jakarta: PT.

Tehazed, 2013), h. 62

(46)

manusia. Jihad dalam ayat ini dapat diartikan sebagai:

berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam; memerangi hawa nafsu;

mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam, memberantas yang batil dan menegakkan yang hak. Tampak pula kaitan yang sangat erat dengan kesabaran sebagai isyarat bahwa jihad adalah sesuatu yang sulit, memerlukan kesabaran serta ketabahan.

Potongan akhir ayat َني ِّرِّباَّصلا َمَلْعَي َوdan mengetahui orang- orang sabar . Huruf wau yang biasa diterjemahkan “dan”, oleh sementara ulama dipahami dalam arti “bersama”.

Dengan demikan menjadi menyatu pengetahuan tentang kesabaran/ketabahan. Apakah kamu mengira akan masuk ke surga padahal Allah belum mengetahu hakekat jihad kamu menyatu dengan kesabaran kamu. Ini karena kesabaran merupakan syarat keberhasilan jihad. Di sisi lain, jihad tidak dapat terjadi tanpa kesabaran, tetapi jika tidak disertai dengan kesabaran, maka jihad itu akan gagal.20

Sebagian kalangan sarjana Barat salah memahami dan mempersempit makna jihad diidentikkan dengan perang suci “holy war” dalam rangka mengaplikasikan dakwah qahriyah dan dalam rangka memperluas teritori muslim.21Begitupun juga dengan sebagian orang Islam

20 M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah: Pesan dan kesan keserasian Al-Quran, Vol. 2 (Cet. I: Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 217

21 Zulfi, Mubaraq, Tafsir Jihad: Menyingkap Tabir Fenomena Terorisme Global. (Malang: UIN-MALIKI-Press, 2011), h. 90

(47)

sendiri,mengartikan jihad sebagai bentuk perlawanan terhadap orang kafir dimanapun mereka berada yang menawarkan pelakunya hidup mulia atau mati syahid.

Imam Shafi’i adalah orang pertama yang merumuskan doktrin jihad melawan orang kafir karena kekufurannya. Atas dasar ini jihad kemudian di transformasikan sebagai kewajiban kolektif bagi kaum Muslim. Dasar hukum ini menimbulkan pro dan kontra pada ulama sesudahnya dan memunculkan perbedaan pandangan. Al- Sarakhsi, komentator besar karya-karya Shaibani menerima doktrin al-Shafi’i bahwa memerangi kaum kafir adalah “tugas tetap sampai akhir zaman.” Ada yang menerima pendapat ini digunakan dan disalahgunakan dalam sejarah Islam.22

Hal ini didasari dengan wahyu-wahyu al-Qur’an tentang jihad yang turun di Makkah dengan orientasi dakwah, sementara ayat-ayat jihad periode Madinah berorientasi perang seperti ayat-ayat jihad yang ada dalam surat al-Anfal dan al- Tawbah. Ayat-ayat periode Madinah dipandang telah menaskh ayat-ayat jihad periode Makkah.23

22 John L. Esposito, Unholy War: Terror in The Name of Islam, terj.

Syafruddin Hasani, (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2003), h. 30.

23 Muchlis M. Hanafi, et. al., Jihad; Makna dan Implementasinya [Tafsir Tematik].(Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2012), h. 3- 4.

(48)

Kata jihad dalam Al-Quran sebanyak empat puluh satu kali dengan berbagai bentuknya. Al-Quran juga mempergunakan dua kata dalam menjelaskan makna jihad yaitu Al-qital dan Al-harb. Di dalam Al-Quran kata Qital disebut 13 kali dan dalam semua derivasinya (asal mula) 114 kali, sedangkan kata harb 4 kali. Jihad mempunyai makna yang sangat variatif. Sehingga banyak orang yang menyalahartikan jihad dengan menyamakannya dengan makna yang terkandung dalam kata”qital” dan pada zaman sekarang ini sering disamakan artinya dengan terorisme. Padahal jika kita memaknai jihad, qital dan terorisme sesungguhnya sangatlah berbeda.24

Jihad tidak identik dengan qital atau perang, sebab jihad telah diserukan oleh Allah SWT dan telah dilaksanakan nabi bersama kaum muslimin sejak periode Mekkah. Sementara peperangan baru diizinkan Allah SWT bagi kaum muslimin pada periode Madinah.

Terdapat perbedaan antara ayat-ayat jihad pada periode Mekah dengan ayat-ayat Jihad periode Madinah. Ayat- ayat jihad peride Mekah pada umumnya menyeru untuk bersabar terhadap tindakan-tindakan musuh, disamping terus berdakwah secara lisan ditengah tengah umat manusia. Memang tidak ada pilihan lain bagi mereka selain pilihan itu. Sedangkan ayat- ayat periode

24 Gammal, Al-Banna, Jihad Cet I, (Jakarta: Mata Air Publishing, 2006), h. 67.11

(49)

Madinah,sesuai dengan kondisi umat Islam pada waktu itu, menyeru kaum mukminin untuk menghadapi musuh secara konfrontatif dan mewajibkan mereka untuk memerangi orang-orang kafir.25

Sungguh ironis jika jihad hanya ditafsirkan dengan bentuk perang dan yang berorientasi terhadap kekerasan. Pada dasarnya perang dalam bahasa arab adalah al-qital, ghazwah, al-ribat},dan sariyah, tidak hanya merujuk pada kata jihad.26 Perang hanya dianggap mencakup aspek waktu suatu pelaksanaan yang disesuaikan dengan serangkaian formalitas sebagai bagian dari sistem hukum tertentu, atau perang ditujukan demi alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai dasar normatif untuk melakukan jihad dengan perang.

Choiruddin Hadhiri dalam klasifikasi kandungan Al-quran jilid II menyatakan bahwa jihad dalam Al- Quran dikelompokkan menjadi dua diantaranya jihad merupakan usaha bersungguh-sungguh dalam mencurahkan segala kemampuan serta jihad adalah perang di jalan Allah, mendakwahi orang kafir baik lisan maupun perbuatan dan memerangi jika menolak. 27

25 Muhammad, Chirzin, Jihad Menurut Sayid Qutub Dalam Tafsir Zhilal, (Laweyan, Era Intermedia, 2001), cet 1

26 Abid ,Rohmanu, Jihad dan Benturan Peradaban: Identitas Poskolonial Khaled Medhat Abou El fadl (Yogyakarta: Q.media, 2015), h. 36

27 Choiruddin, Hadhiri, Kalisifikasi Kandungan Al-Quran Jilid II, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 156

(50)

Para ulama sependapat bahwa hukum jihad adalah wajib berdasarkan nash yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul. Namun terdapat perbedaan pendapat tentang sifat wajibnya. Apakah dibedakan secara individu (wajib’ain) atau kolektif (wajib kifayah). Hal ini berpangkal dari sudut pandang yang berbeda terhadap makna jihad. Apabila jihad diartikan sebagai perang secara fisik maka hukumnya fardhu kifayah.

4. Jihad Pada Masa Kini

Jihad bisa ditafsirkan dengan cara melihat situasi dan kondisi zamanya. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa penafsiran terhadap jihad diharapkan mampu menjawab problem sosial yang ada pada masing-masing era. Sebagaimana halnya jihad Nabi Muhammad ketika berada di Makkah (sebelum hijrah) yang berorientasi dakwah akan berbeda dengan jihad pada saat berada di Madinah (pasca hijrah) yang berorientasi terhadap perang fisik.

Hal itu di sebabkan karena memang situasi dan kondisi sosial pada saat itu yang mengharuskan jihad berorientasi terhadap dakwah atau pun berperang. Salah satu tokoh mufasir Indonesia yang juga membahas tentang jihad, yaitu M. Quraish Shihab. Ia berkontribusi dalam memaknai dan menafsirkan konsep agung dalam dalam karyanya, Tafsir al-Mishbah. Tokoh yang menjadi salah satu anggota Majlis Hukama Musliminini memiliki

(51)

konsep jihad yang khas. Quraish Shihab termasuk dalam tipologi mufasir era kontemporer dan moderat.28

Pemaknaan jihad dalam Tafsir al-Mishbah mencerminkan pandangan penulisnya yang luas. Secara umum makna jihad dapat disimpulkan menjadi dua pemaknaan, yaitu: 1) mencurahkan segala kemampuan atau menanggung pengorbanan. 2) bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu. Adapun pemaparan mengenai kedua makna jihad tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:29

a. Jihad bermakna mencurahkan segala kemampuan atau menanggung pengorbanan

Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al- Mishbah, mengartikan jihad dengan makna mencurahkan seluruh kemampuan atau menanggung pengorbanan atau yang hampir semakna dengannya seperti mencurahkan segala yang dimilikinya sampai tercapai apa yang diharapkan. Menurutnya dalam berjihad seseorang dituntut untuk mencurahkan kemampuan baik lahir maupun batin, fisik maupun mental, jiwa, harta dan raga. Mujahid di haruskan mencurahkan semua kemampuan dan totalitasnya, artinya mujahid tidak boleh setengah-setengah dalam berjihad menegakkan kalimat Allah.

28 Majid, Khadduri, War & Peace: In The Law of Islam, terj.

Kuswanto,(Yogyakarta:Tarawang Press, 2002), h. 47

29 M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah, Vol. 1(Cet. I: Jakarta:

Lentera Hati, 2002), h.465

(52)

b. Jihad bermakna bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti juga sama dengan: tidak main-main, dengan segenap hati, dengan tekun, benar- benar.30 Misalnya pada kalimat “pekerjaan itu dikerjakan dengan sungguh- sungguh”. Artinya seorang tersebut tidak main-main atau dengan segenap hati ia bekerja. Oleh karena itu seorang yang berjihad adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam segala hal.

Menurut Quraish Shihab jihad berarti sungguh-sungguh.Segala aktivitas yang dilakukan dalam rangka meninggikan kalimat Allah yang disertai dengan kesungguhan dinamakan berjihad.

Da’i dalam menyampaikan dakwahnya harus sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil yang memuaskan; seorang mahasiswa harus bersungguh- sungguh dalam mengerjakan tugas-tugas kuliahnya agar mendapatkan hasil yang maksimal; Kedua aktivitas tersebut bila dikerjakan dengan ikhlas untuk mengharap ridha dari Allah semata disebut dengan berjihad.

Jihad dalam pandangan Quraish Shihab sangat luas, tidak sebatas perang mengangkat senjata ataupun perang melawan hawa nafsu. Menurut

30 Departemen Agama, Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahnya,( Semarang: CV, Toha Putra, 1996), h. 291

(53)

Quraish Shihab jihad adalah cara untuk mencapai tujuan. Caranya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Jihad tidak mengenal putus asa, menyerah, kelesuan, tidak pula pamrih.

Sarana jihad dalam Tafsir al-Mishbah antara lain, jihad dengan cara yang sesuai dengan situasi dan kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, jihad dengan harta benda, jiwa raga, tenaga, pikiran, hati, lisan, tulisan, emosi, al- Qur’an, perang, waktu, pengetahuan, dan lain-lain.

Pemaknaan sarana jihad oleh Quraish Shihab ini dapat terlingkupi oleh kata al-nafs. Penegasan al- Qur’an tentang kata jihad yang dirangkai dengan redaksi al- al-nafs diulang sebanyak 9 kali.

Penggabungan dua istilah tersebut menunjukkan sebagai salah satu bentuk jihad dalam al-Qur’an yaitu jihad dengan menggunakan jiwa raga. Penyebutan jihad dengan jiwa semua didahului oleh perintah jihad dengan harta kecuali hanya satu ayat.

Menurut Quraish Shihab, pengertian al-nafs mempunyai makna yang luas, sehingga kata al-nafs diatas dapat dimaknai pengorbanan totalitas manusia.

Menurut Quraish Shihab jihad dengan jiwa raga (al- nafs) memiliki banyak makna, adakalanya yang berarti nyawa, hati, jenis dan totalitas manusia yakni tempat bergabungnya jiwa dan raga serta segala sesuatu yang tidak bisa terpisah darinya. Pemaknaan

(54)

al-nafs dalam konteks jihad menurutnya tidaklah salah jika al-nafs dipahami sebagai totalitas manusia sehingga bisa mencakup nyawa, emosi, pengetahuan, tenaga, pikiran bahkan waktu dan tempat yang berkaitan dengannya.31

Dari banyaknya sarana jihad yang disebutkan di atas dapat dipahami bahwa, semakin banyak lawan dengan berbagai jenisnya maka banyak macam dan sarana jihad yang digunakan. Jihad disesuaikan dengan objek dan sasaran jihad yang dihadapi. Jihad melawan kemiskinan cara yang dilakukan bekerja keras mencari nafkah; jihad melawan kebodohan caranya belajar dengan sungguh-sugguh, jihad melawan pemerintahan yang lalim cara yang dilakukan berkata benar di hadapannya; jihad juga harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, jihad dengan lisan, jihad dengan tulisan, jihad dengan pikiran dan lain-lain.

Dari hal di atas, mengindikasikan bahwa pemahaman jihad Quraish Shihab tampak akan kemoderatanya. Hal ini karena tampak berbeda dengan sebagian kelompok yang memahami jihad dengan makna dengan perang melawan hawa nafsu atau juga sebagian kelompok lain yang memahami jihad hanya berperang mengangkat senjata. Jihad

31 M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah, Vol. 9 (Cet. I: Jakarta:

Lentera Hati, 2007), h.135

(55)

menurut Quraish Shihab yang dipahami dengan melihat situasi dan kondisi dapat melingkupi dari pemahaman kedua kelompok tersebut.

Pemaknaan jihad Quraish Shihab sangat luas yang meliputi objek dan sasaran jihad, sarana jihad, dan bentuk-bentuk jihad. Pemaknaan jihad Quraish Shihab menemukan relevansinya dalam konteks Indonesia saat ini. Jihad dalam konteks Indonesia saat ini dapat diwujudkan melalui beberapa bentuk jihad seperti jihad melawan ancaman disintegrasi, kebodohan, kemiskinan, korupsi, dan lain-lain.

Dalam bidang sosial, jihad yang kontekstual mengatasi keadaan masyarakat yang sungguh memprihatinkan, mulai dari permasalahan kemiskinan, keterlantaran, kebodohan, krisis akhlak, ancaman disintegrasi, narkoba, korupsi, kriminalitas, ketidakadilan sosial dan ribuan masalah lainnya yang begitu kompleks.

Jihad dalam berbagai bidang seperti sosial, sosial budaya, politik, pendidikan dan ekonomi juga bisa dikatakan Jihad. Jihad ekonomi diawali dengan cara mengubah paradigma dan meningkatkan etos kerja masyarakat tentang pentingnya bekerja, menciptakan lapangan pekerjaan, memberantas

Gambar

Gambar 3.1 Poster Film 3: Alif Lam Mim 1 1 Sutradara    Anggy Umbara
Gambar 3. 2 Anggy Umbara  2
Gambar 3. 3 Profil Cornelio Sunny  4
Gambar 3. 4 Profil Abimana Aryasatya 6
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian ini, maka penulis akan mampu menerapkan dan membuat struktur rigging yang tepat untuk karakter dalam animasi “Hunter & Dragon”.Hasil rigging dari penelitian

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul “ Pengaruh

Saya memahami dan bersetuju bahawa mana-mana data peribadi yang dikumpul atau dimiliki oleh Etiqa General Insurance, sama ada terkandung dalam permohonan ini atau

Tahap selanjutnya setelah melakukan berbagai eksperimen pada material denim dan telah terpilih beberapa teknik, mahasiswa mulai menerapkan motif mega mendung pada

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT atas segala karunia dan nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga dapat menuntaskan

Interior Hagia Sophia pada penciptaan karya ini tampil sebagai motif dengan teknik batik tulis yang diaplikasikan dalam busana kasual.. Kedelapan karya berupa

Anak adalah makhluk tidak berdosa dan anugerah dari tuhan yang diberikan kepada pasangan suami isteri jika melakukan hubungan seksual di dalam suatu perkawinan, tapi

Hasil penelitian menunjukkan dalam pembentukan kualitas pelayanan didominasi oleh aspek tangible (bukti fisik) berkenaan dengan fasilitas fisik yang diberikan oleh