23 III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan penelitian.
Pengetahuan diperoleh dari ilmu-ilmu yang dipelajari sebelumnya dari sumber bacaan-bacaan dari buku teks, jurnal, skripsi dan logika peneliti yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya.
3.1.1 Konsep Risiko
Robison dan Barry (1987), memberikan arti pada risiko (risk) adalah sebuah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian, risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda.
Ketidakpastian (uncertainty) adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan dengan demikian adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko.
Risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perubahan atau tindakan, pada umumnya risiko didefinisikan dalam pengertian ketidakpastian (Redja, 2001). Menurut Ghozali (2007) risiko dapat didefinisikan sebagai volatilitas outcome, yang umumnya berapa nilai dari suatu aktiva atau hutang perusahaan dalam aktivitasnya menghadapi dua jenis risiko yaitu risiko usaha dan risiko non usaha. Risiko usaha adalah semua risiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang saham.
Risiko dalam suatu usaha berhubungan dengan produk seperti inovasi teknologi, desain produk, dan pemasaran produk. Perluasan operasi yang berhubungan dengan besarnya tingkat biaya tetap dan biaya variabel juga merupakan bagian dari risiko usaha. Risiko usaha bagi perusahaan merupakan risiko yang dapat dikendalikan.
Sedangkan risiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan
dikategorikan sebagai risiko non usaha, salah satu dari risiko non usaha
24 adalah risiko strategik sebagai akibat dari perubahan lingkungan, ekonomi dan politik.
Tampubolon (2004) mendefinisikan risiko sebagai bentuk-bentuk peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau sebuah intitusi untuk mencapai tujuannya. Djohanputro (2004) mengemukakan pengertian dasar risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya yang telah diketahui tingkat probabilitasnya dan kejadiannya.
Menurut Darmawi (2005), risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga.
Penggunaan kata “kemungkinan” tersebut sudah menunjukkan adanya ketidakpastian.
Ketidakpastian tersebut merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, sedangkan kondisi yang tidak pasti timbul karena berbagai macam hal, antara lain : 1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir.
Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya.
2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
3. Keterbatasan pengetahuan atau keterampilan mengambil keputusan, dan lain sebagainya.
Menurut Kountur (2008) terdapat tiga unsur penting dari suatu kejadian yang dianggap sebagai risiko, yaitu: (1) Merupakan suatu kejadian. (2) Kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, jadi bisa terjadi dan bisa tidak. (3) Jika sampai terjadi maka akan menimbulkan kerugian.
3.1.2 Klasifikasi Risiko
Menurut Harwood et al (1999), terdapat beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani, yaitu :
1. Risiko produksi
Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal
panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan
hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan
masih banyak lagi.
25 2. Risiko Pasar atau Harga
Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga dapat naik akibat dari inflasi.
3. Risiko Kelembagaan
Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya.
4. Risiko Kebijakan
Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha. Dalam artian kebijakan tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya adalah kebijakan tarif ekspor.
5. Risiko Finansial
Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi dan sebagainya.
Risiko dapat juga diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan, dan sudut pandang kejadian yang terjadi (Kountur, 2008) :
1. Risiko dari Sudut Pandang Penyebab
Risiko jika diklasifikasikan dalam sudut pandang penyebab terjadinya risiko
dapat dibedakan menjadi dua yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko
keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga,
tingkat bunga, dan mata uang asing. Risiko operasional adalah risiko-risiko yang
disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan. Faktor-faktor non keuangan tersebut
yaitu manusia, teknologi, dan alam.
26 2. Risiko dari Sudut Pandang Akibat
Risiko dari sudut pandang akibat dapat dibagi menjadi dua kategori risiko yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni adalah suatu kejadian yang dapat berakibat merugikan saja, atau dapat juga berakibat merugikan atau menguntungkan. Apabila suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan maka risiko tersebut disebut risiko murni. Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.
3. Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas
Risiko ini menyangkut dengan aktivitas yang dapat menimbulkan risiko, misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank risikonya disebut dengan risiko kredit.
Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak jumlah aktivitas yang ada.
4. Risiko dari Sudut Pandang Kejadian
Risiko ini menyatakan bahwa suatu risiko berdasarkan kejadiannya, misalnya kejadian kebakaran maka disebut risiko kebakaran. Perlu diketahui bahwa dalam suatu aktivitas pada umumnya terdapat beberapa kejadian, sehingga kejadian adalah salah satu bagian dari aktivitas.
3.1.3 Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah bagian penting atau titik sentral manajemen strategis suatu organisasi. Manajemen risiko adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu agar suatu organisasi atau perusahaan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan yang dilakukan organisasi dalam mencapai tujuannya.
Fokus dari manajemen risiko adalah mengenal dengan tepat risiko dan mengambil keputusan atau tindakan yang tepat dan bersifat strategis terhadap risiko yang dihadapi, tujuannya adalah dengan secara kontinyu menciptakan atau menambah nilai maksimum kepada semua organisasi (Siahaan, 2009).
Manajemen risiko sebagai suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta
mengendalikan risiko dalam setiap kerugian perusahaan dengan tujuan untuk
memperoleh efektifitas dan efisiensi perusahaan yang lebih tinggi (Darmawi, 2004).
27 Manajemen risiko juga dapat diartikan sebagai kemampuan seorang manajer untuk menata kemungkinan variabilitas pendapatan dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian, yang diakibatkan oleh keputusan yang diambil dalam menyelesaikan suatu situasi yang tidak pasti (Sofyan, 2005).
Thornhill dalam Tampubolon (2004) mendefinisikan manajemen risiko sebagai sebuah disiplin pengelolaan yang tujuannya adalah memproteksi aset dan laba sebuah organisasi dengan mengurangi potensi kerugian sebelum hal tersebut terjadi dan pembiayaan melalui asuransi atau cara lain atas kemungkinan rugi besar karena bencana alam, kelalaian manusia atau karena keputusan pengadilan dalam prakteknya proses ini mencakup langkah-langkah logis seperti pengidentifikasian risiko, pengukuran dan penilaian atas ancaman yang telah diidentifikasi, pengendalian ancaman tersebut melalui eliminasi atau pengurangan dan pembiayaan ancaman yang tersisa agar apabila kerugian tetap terjadi, organisasi dapat terus menjalankan usahanya tanpa terganggu stabilitas keuangannya.
Manajemen risiko adalah bagian penting atau titik sentral manajemen strategis dalam suatu organisasi, merupakan suatu proses metode tertentu agar suatu organisasi mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan ataupun risiko-risiko dari sebuah portofolio. Fokus dari manajemen risiko adalah mengenal dengan pasti risiko dan mengambil sebuah keputusan yang tepat terhadap suatu risiko dengan tujuan, yang dilakukan secara terus-menerus menciptakan atau menambah nilai maksimum pada semua kegiatan yang dilakukan, dan harus menciptakan nilai tambah bagi organisasi.
Menurut Darmawi (2008), manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan atau suatu usaha dari kegagalan. Sebagian kerugian seperti hancurnya fasilitas produksi mungkin dapat menyebabkan perusahaan atau suatu usaha harus ditutup, jika sebelumnya tidak ada kesiapsediaan menghadapui musibah seperti itu.
Dengan manajemen risiko tersebut perusahaan dapat terhindar dari kehancuran.
Menurut Djohanputro (2004), siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap
sesuai Gambar 2, sebagai berikut :
28
Keterangan := Hubungan langsung
= Hubungan tidak langsung