• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Pemasaran Tenun Patra oleh Arsawan Design T1 362012018 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Pemasaran Tenun Patra oleh Arsawan Design T1 362012018 BAB V"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

41 BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dijelaskan pada bab IV dapat ditarik

kesimpulan bahwa permintaan Walikota Denpasar ke Om Arsawan untuk

membuat sebuah icon untuk wilayah Denpasar telah diwujudkan. Namun

permintaan ini mengalami ketidaksesuaian yang terjadi pada target pasar atau

penjualan Tenun Patra yang seharusnya untuk masyarakat Denpasar, menjadi

konsumsi Pejabat Negara. Hal tersebut tidak mengurungkan niat Om Arsawan

sebagai pelaku utama untuk tetap memajukan tenun Bali.

Salah satu letak kepincangan dari adanya tenun ini adalah orang tidak

mengapresiasi tenun Endek yang dijual dengan harga ratusan ribu, tetapi

justru malah mengapresiasi tenun Patra dengan harga jutaan bahkan belasan

juta. Ini bisa tejadi karena mungkin Endek tetap dijual dengan harga standar,

dan karena tidak dibranding maka orang tidak punya apresiasi. Maka dari itu,

alasan Patra ini dimunculkan adalah untuk menghilangkan kesan bahwa kain

Endek itu murah, dan kemunculan Patra ini langsung dipatok dengan harga

yang mahal. Pemasaran Tenun Patra ini dilakukan tanpa menggunakan

landasan teori, tetapi hanya menggunakan dan mengandalkan feeling. Hal ini

dilakukan karena menurut Beliau, feeling merupakan hal yang jauh lebih kuat

dari pada analisa yang rumit. Penentuan harga dengan menggunakan feeling

ini tentunya ditentukan dengan kecintaan Om Arsawan dengan sesuatu hal

yang rumit seperti menenun. Dari hal yang rumit inilah, Beliau mampu

(2)

42

Dengan begitu, hal-hal yang mendukung untuk memasarkan Tenun

Patra dengan harga yang mahal adalah

a. Kualitas; dilihat dari apakah motifnya disukai banyak orang atau

packagingnya, atau kesannya, atau orang percaya terhadap

brandingnya, atau kalau sudah dipakai memang terasa nyaman,

enak, dingin, lalu begitu orang melihat langsung bilang bagus.

Dengan benang katun terbaik yang dipilih, halus atau tidaknya,

yang terasa dingin, tidak panas saat menyentuhnya.

b. Motifnya Langka; terinspirasi pada saat Om Arsawan sedang

jalan-jalan di Bali bagian utara, di sebuah candi yang memiliki

relief dengan corak orang sedang bersepeda namun rodanya bukan

roda bulat yang seperti biasanya. Akan tetapi, roda dari sepeda di

relief itu berbentuk bunga matahari. Kemudian corak-corak dalam

relief itu ditransfer ke dalam kain, karena ornament Patra sudah

bisa berbentuk apa saja, sudah mulai ornamen geometri yang

digayakan, seperti membuat gambar bunga dan kemudian lebih

diorganikkan. Warna dan motifnya juga dirubah, hal ini dilakukan

supaya anak muda juga mau memakai.

c. Kemasan; tas dan font dirancang agar langsung terlihat berkelas.

Om Arsawan bekerjasama dengan rekan kerjanya, Om Ayip

membuat branding untuk membuatkan karakter font dan

packaging ini. Setelah beberapa kali uji coba, akhirnya muncul

tulisan berwarna emas diatas coklat. Ternyata benar saja, begitu

orang melihat kotaknya, kaget. kotaknya saja bisa mengalahkan

harga endek yang ada di pasar.

Kalau ngasih ke menteri kan nggak enak kalau ecek-ecek.

Ini begitu dibuka langsung, wow. Kalau bahan bakunya

(3)

43 seiring dengan kemasan, seiring dengan produk patra ini,

karena itu termasuk kolaborasi antara packaging, font,

branding dan produk yang bagus dan pas, makanya dia

langsung melambung target marketnya.”1

d. Memiliki Tingkat Kerumitan yang Tinggi; ersiapan pembuatan

Tenun Patra ini mencapai 2 minggu lamanya, dengan cara

menyejajarkan dahulu benangnya, setelah itu dihitung sesuai

dengan hitungannya, baru kemudian digambar atau diberi motif

pada benang itu, bukan digambar saat sudah menjadi kain. Proses

pembuatan tenun ini juga masih tradisional, menggunakan alat

tenun manual, bukan dengan mesin, dan tentunya handmade.

e. Sudah Masuk ke Sasaran Pejabat; kain tenun ini bukan lagi

merupakan konsumsi rakyat biasa, namun sudah menjadi konumsi

kalangan Pejabat di Indonesia. Karena produksi yang terhitung

masih sedikit, hanya sekitar 50 sampai 75 lembar per bulannya,

maka tak semua Pejabat bisa memiliki kain ini. Juga karena motif

dan warna yang masih terbatas, maka kain ini tidak mudah untuk

ditemui.

f. Quality Control; pembuatan Tenun Patra ini memang dilakukan

oleh para pekerja yang sudah menekuni bidang menenun. Namun

tentunya tak lepas dari perhatian dan kontrol yang dilakukan oleh

Om Arsawan secara teratur untuk memastikan proses pembuatan

berjalan dengan benar dari awal hingga akhirnya.

1

(4)

44 5.2. Saran

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak celah didalam

penelitian ini, sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya mampu

menggali lebih dalam lagi bagaimana strategi dan pemasaran yang dilakukan

oleh Arsawan Design dalam mewujudkan keinginan-keinginan yang sudah

Referensi

Dokumen terkait

Pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono dalam meraih calon konsumen dan konsumen menggunakan strategi komunikasi pemasarandalam bentuk kegiatan periklanan

Bagaimana proses adaptasi yang dilakukan pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono dengan tujuan untuk berjuang dalam menghadapi perubahan/ persaingan dengan

Selain itu pengusaha ATBM harus dapat memasarkan kain tenunnya dan bersaing dengan harga kain tenun ATM yang lebih murah dibanding kain tenun ATBM, sehingga pengusaha kerajinan

Namun masih memiliki kendala dalam memasarkan kepada target mereka, sehingga dibutuhkan sebuah media yang dapat mewadahi UMKM di Salatiga dalam menjangkau target mereka dengan

Selain itu pengusaha ATBM harus dapat memasarkan kain tenunnya dan bersaing dengan harga kain tenun ATM yang lebih murah dibanding kain tenun ATBM, sehingga pengusaha kerajinan

Selain itu pengusaha ATBM harus dapat memasarkan kain tenunnya dan bersaing dengan harga kain tenun ATM yang lebih murah dibanding kain tenun ATBM, sehingga pengusaha kerajinan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran terpadu (IMC) Grand Wahid Hotel Salatiga dalam memasarkan paket Edutrip serta mengetahui

Kelemahan di dalam perusahaan Tahubaxo Ibu Pudji sebagai berikut: Pembeli menilai harga yang di tawarkan untuk produk cukup mahal , selain itu tahu bakso ibu pudji