HUBUNGAN STRATEGI KOPING DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi
Diajukan oleh :
CHANDRA MEIRISKA KRISNANINGRUM F 100110069
FAKULTAS PSIKOLOGI
ii
HUBUNGAN STRATEGI KOPING DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi
Diajukan oleh :
CHANDRA MEIRISKA KRISNANINGRUM F 100110069
FAKULTAS PSIKOLOGI
iii
HUBUNGAN STRATEGI KOPING DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN
Yang diajukan oleh :
CHANDRA MEIRISKA KRISNANINGRUM F 100110069
Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji
Telah disetujui oleh : Pembimbing
iv
HUBUNGAN STRATEGI KOPING DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN
Yang diajukan oleh :
CHANDRA MEIRISKA KRISNANINGRUM F 100110069
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 9 Juli 2015
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Penguji Utama
Dr, Eny Purwandari, M.Si _________________________
Penguji I
Taufik, M.Si., Ph.D. _________________________
Penguji Pendamping II
Aad Satria Permadi, S.Psi., MA _________________________
Surakarta, 9 Juli 2015
Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Psikologi
Dekan
v
HUBUNGAN STRATEGI KOPING DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN
ABSTRAKSI
Chandra Meiriska Krisnaningrum Eny Purwandari
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta cmer@ymail.com / cmer552@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara strategi koping dengan kecemasan menghadapi ujian SBMPTN. Hipotesisnya adalah ada hubungan negatif antara strategi koping dengan kecemasan menghadapi ujian SBMPTN. Subjek penelitian ini memiliki karakteristik yaitu peserta yang belum lolos ujian SBMPTN dan sudah lulus dari tingkat pendidikan SMA/MA/SMK/MAK yang mengikuti lembaga bimbingan belajar di kawasan Monginsidi, Surakarta. Penelitian kuantitatif ini mendapatkan 70 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Analisis data menggunakan korelasi product moment dan paired t-test. Hasil penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara strategi koping dengan kecemasan pada peserta yang menghadapi ujian SBMPTN. Hasil analisis penelitian menyatakan bahwa a) ada peningkatan dan perbedaan tingkat kecemasan pada peserta SBMPTN, dimana tingkat kecemasan satu minggu sebelum ujian SBMPTN lebih tinggi daripada tingkat kecemasan dua minggu sebelum ujian SBMPTN, b) sumbangan efektif strategi koping terhadap kecemasan tergolong kecil (7,7%). Tingkat kecemasan peserta tergolong rendah meningkat menjadi sedang dicapai dalam 1 minggu, dan strategi koping tergolong tinggi. Informasi tambahan adalah bahwa hampir setengah dari jumlah peserta mengalami kecemasan lebih tinggi dikarenakan orang tua melihat dari sibling si peserta yang mampu masuk PTN dengan SBMPTN maupun tidak.
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Wijaya (2014) menyatakan bahwa SBMPTN sedikit berbeda dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SNMPTN, dimana SBMPTN ini merupakan jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi yang menggunakan sistem ujian tertulis yang dapat daftar secara sistem online di seluruh Indonesia. Sedangkan SNMPTN adalah jalur yang melalui undangan dengan skala nasional, yang dilakukan secara seretak oleh seluruh perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia. Pada tahun 2014, berdasarkan berita Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, jumlah calon yang terdaftar sebagai peserta SBMPTN adalah sebanyak 664.509 orang (Rogeleonick, 2014), mengalami peningkatan sebesar 13,44% daripada tahun sebelumnya. Dan jumlah ini dinyatakan telah melebihi kuota yang sudah seharusnya, yaitu melebihi 30%. Yang dikatakan melebihi kuota tersebut adalah sejumlah 104.862 yang diterima melewati SBMPTN (Wicaksono, 2014). Dan yang tidak lolos SBMPTN berjumlah 559.647. Jumlah kapasitas yang ditentukan sudah sangat melebihi, akan tetapi masih banyak yang belum bisa lolos. Persentasi tingkat kelolosan siswa dalam SBMPTN pada tahun 2014 adalah 15,7%, dan yang tidak lolos SBMPTN pada tahun 2014 sebesar
84,2%. Persentasi lolos ini termasuk kecil melihat banyaknya pendaftar di seluruh Indonesia. Berdasarkan studi awal melalui wawancara dengan 6 siswa SMA Negeri favorit di Surakarta, dinyatakan bahwa mereka memiliki ekspektasi yang tinggi untuk bisa lolos tahap SBMPTN yang mereka inginkan, walaupun nilai mereka tidak begitu meyakinkan untuk bisa melawan siswa-siswa dalam SBMPTN. Mereka yakin bisa lolos SBMPTN, tetapi mereka menyatakan merasa cemas karena banyak sekali siswa yang lebih baik nilainya yang akan berkompetisi dalam tahap ini.
2 dipikir sebagai penyebab stress atau distress psikologis (Mohino., dkk, dalam Sholichatun, 2011).
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa dengan penelitian ini maka diuji apakah ada hubungan antara strategi koping dengan kecemasan menghadapi SBMPTN, maka dari itu peneliti mengajukan judul “Hubungan antara Strategi Koping dengan Kecemasan Menghadapi Ujian SBMPTN”.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan dan ditunjukkan dengan khawatir, prihatin, dan ketakutan. (Atkinson & dkk, 2008). Haber dan Runyon (1984) mengatakan bahwa jika individu mengalami perasaan gelisah, gugup, atau tegang dalam menghadapi suatu situasi yang tidak pasti, berarti orang tersebut mengalami kecemasan, yaitu ketakutan yang tidak menyenangkan dan merupakan suatu pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan merupakan sebuah ungkapan perasaan seseorang terhadap suatu kondisi yang dapat diekspresikan dengan berbagai macam cara yang dapat dikenali, misalnya menunjukkan ekspresi atau perilaku kekhawatiran dengan cara marah atau menangis (Hurlock, dalam Hartanti, 1997).
Pengertian Kecemasan
Menghadapi Ujian SBMPTN
Menurut Azwar (1987) kecemasan menghadapi tes disebabkan adanya persepsi yang kuat dalam diri peserta tes yang umumnya menilai bahwa suatu nilai dalam tes yang berhasil merupakan kesuksesan belajar, sedangkan nilai tes adalah satu-satunya indikator terpenting. Kecemasan ujian hampir selalu disebabkan karena beberapa penilaian yang salah tentang tes atau standar yang tidak rasional (Tjandrarini, 1989). Ujian SBMPTN termasuk dalam ujian yang terstandarisasi (Standardized Test), yaitu ujian yang menurut Santrock (2009), mempunyai prosedur seragam pada administrasi dan penilaian, serta sering kali memungkinkan prestasi peserta untuk dibandingkan dengan prestasi peserta yang lain pada tingkat umur atau kelas untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Berikut aspek kecemasan yang dibentuk dalam tiga reaksi menurut Calhoun dan Acocella (dalam Safaria, 2009) :
a) Reaksi emosional : Reaksi ini merupakan komponen yang berkaitan dengan persepsi. b) Reaksi kognitif : Reaksi ini
merupakan reaksi takut dan khawatir yang memiliki pengaruh terhadap kemampuan berpikir.
c) Reaksi fisiologis : Reaksi yang ditunjukkan oleh tubuh.
3 predesposisi atau pendukung (peristiwa traumatik, konflik emosional, gangguan konsep diri, frustasi, gangguan fisik, pola mekanisme koping keluarga, riwayat gangguan kecemasan, dan medikasi), dan faktor presipitasi, yang terdiri atas dua ancaman yaitu ancaman terhadap integritas fisik (sumber internal dan sumber eksternal), dan ancaman terhadap harga diri (sumber internal dan sumber eksternal) (Kusumawati & Hartono, 2010). Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kecemasan yang dihadapi, merupakan suatu proses yang disebut dengan strategi koping (Santrock, 2003).
Pengertian Strategi Koping
MacArthur (dalam Suliswati, 2005) menyatakan strategi koping adalah upaya khusus, baik secara perilaku ataupun psikologis yang digunakan orang untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalkan dampak. Menurut Gowan (dalam Suliswati, 2005), strategi koping adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal yang dihasilkan dari sumber stress.
Carver (1989) menyebutkan aspek-aspek strategi koping diantaranya adalah:
a) Keaktifan diri: Suatu tindakan untuk mencoba menghilangkan penyebab stress.
b) Perencanaan: Memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stres.
c) Kontrol Diri: Seseorang membatasi keterlibatannya dalam aktivitas.
d) Mencari dukungan sosial bersifat instrumental : Sebagai nasihat, bantuan, atau informasi.
e) Mencari dukungan sosial bersifat emosional : Melalui dukungan moral, simpati, atau pengertian.
f) Penerimaan : Sesuatu yang penuh dengan stres dan keadaan yang memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut. g) Religiusitas : Sikap seseorang
yang menenangkan dan menyelesaikan masalah secara keagamaan.
Berdasarkan dari teori dari Lazarus dan Folkman (Azmisahabudin, 2011) dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping adalah kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial, dan materi. METODE PENELITIAN
4 SMA/MA/SMK/MAK yang mengikuti bimbingan belajar.
Penelitian ini menggunakan pengambilan sampel secara Cluster Random Sampling. Uji validitas menggunakan SPSS for Windows versi 17. Pengujian validitas diukur oleh expert judgement Perhitungan koefisien korelasi Pearson menghasilkan r= 0,955 (p=0,000). Pengukuran yang menghasilkan r≥ 0,8 dipandang memiliki reliabilitas tinggi(Polgar & Thomas, 2000).
Sebanyak 70 peserta digolongkan lebih detil oleh peneliti sebagai berikut:
Bagan 1. Kriteria Subjek dengan Sibling
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Uji coba ukur skala kecemasan dilakukan dengan cara try out terpakai, yaitu pengambilan data dilakukan masing-masing hanya sekali yaitu pada tanggal 29 Mei 2015 dan tanggal 5 Juni 2015. Penelitian dengan try out terpakai ini dilakukan dua kali dikarenakan untuk
membandingkan tingkat kecemasan peserta SMBPTN ketika 2 minggu dan 1 minggu sebelum hari pelaksanaan SBMPTN. Didapatkan 70 pada pengukuran pertama dan 87 pada pengukuran kedua, akan tetapi peneliti menggunakan 70 eksemplar skala dikarenakan memiliki kesamaan nama dan data subjek.
Berdasarkan temuan penelitian tentang strategi koping dengan kecemasan menghadapi ujian SBMPTN, diperoleh hasil seperti berikut:
Tabel 1. Uji Normalitas Uji
Hasil uji normalitas sebaran dari variabel kecemasan uji pertama, kecemasan uji kedua, dan strategi koping menunjukkan bahwa ketiga variabel penelitian ini memeniuhi distribusi normal.
Tabel 2. Uji Linieritas
ANOVA F Sig
Kecemasan (1) 0,842 0,686 Strategi Koping 4,967 0,032
5 sinifikan antara variabel strategi koping dengan variabel kecemasan.
Tabel 3. Uji Korelasi Korelasi Pearson Sig Kecemasan Pearson, berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara strategi koping dengan kecemasan pada peserta yang akan melakukan ujian SBMPTN, yang terdaftar dalam Lembaga Bimbingan Belajar tersebut.
Hasil analisis menggunakan t-test diperoleh adanya perbedaan yang signifikan akan tingkat kecemasan pada peserta dalam menghadapi ujian SBMPTN dalam waktu dua minggu sebelum dan satu minggu sebelum hari ujian yang dimana tingkat kecemasan pada satu minggu sebelum hari ujian lebih tinggi dibandingkan tingkat kecemasan dua minggu sebelum hari ujian.
Tabel 5. Sumbangan Efektif
R R² Sumb.
Sumbangan efektif strategi koping terhadap kecemasan pada peserta yang menghadapi ujian SBMPTN tergolong kecil, sedangkan sumbangan efektif dari faktor lain sebesar 92,2716% atau 92,3%.
Tabel 6. Kategorisasi Norma Kecemasan (1)
Tabel di atas ini adalah tabel kategorisasi norma dari kecemasan uji pertama. Terlihat hasil kecemasan
uji pertama tergolong rendah dengan persentase sebesar 27%. Untuk tabel kategorisasi norma dari kecemasan uji kedua adalah sebagai berikut: Interval Skor Kategori Rerata
6
Tabel 7. Kategorisasi Norma Kecemasan (2) Interval Skor Kategori Rerata
Empirik
Rerata Hipotetik
F Prosentase
32 ≤x< 51,2 Sangat rendah 3 4%
51,2 ≤x< 70,4 Rendah 10 14%
70,4 ≤x< 89,6 Sedang 76,06 80 51 73%
19,6 ≤x< 108,8 Tinggi 6 9%
108,8 ≤x< 128 Sangat tinggi 0 0%
TOTAL 70 100%
Tabel di atas menunjukkan hasil kecemasan uji kedua tergolong sedang dengan persentase sebesar
73%. Dan kategorisasi norma strategi koping adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Kategorisasi Norma Strategi Koping Interval Skor Kategori Rerata
Empirik
Rerata Hipotetik
F Prosentase
31 ≤x< 49,6 Sangat rendah 0 0%
49,6 ≤x< 68,2 Rendah 0 0%
78,2 ≤x< 86,8 Sedang 77,5 7 10%
86,8 ≤x< 105,4 Tinggi 90,16 56 80%
105,4 ≤x< 124 Sangat tinggi 7 10%
TOTAL 70 100%
Tabel di atas menunjukkan hasil strategi koping tergolong tinggi dengan persentase sebesar 80%. Ditunjukkan dalam tabel bahwa rerata empirik sebesar 90,16.
Pembahasan Umum
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan, yang menyatakan bahwa apabila kemampuan strategi koping peserta tinggi, maka semakin rendah tingkat kecemasan pada peserta yang menghadapi ujian SBMPTN, dan
7 psikologis yang digunakan orang untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalkan dampak. Dan strategi koping adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal yang dihasilkan dari sumber stress.
Dapat dilihat dari bagan 1 dianalisis ada sebanyak 44% persen dari peserta diasumsikan mengalami kecemasan lebih tinggi dikarenakan orang tua melihat dari sibling si peserta yang mampu masuk PTN dengan SBMPTN maupun tidak. Sesuai dengan pernyataan Sriyanti (2009) bahwa hal ini dapat memicu orangtua menuntut anak secara berlebihan agar bisa masuk PTN seperti kakak mereka, menimbulkan kecemasan untuk gagal, karena bila gagal akan mengecewakan orangtuanya. Sesuai dengan teori dari Le Fanu (2006) bahwa kecemasan dalam melaksanakan apa yang harus peserta kerjakan tidak akan mendukung mereka dalam keberhasilannya.
Dari hasil kurva kategorisasi kecemasan uji pertama, yang bisa dilihat pada tabel 6, rerata empiriknya yaitu 69,64 sebesar 27% subjek yang memiliki kecemasan rendah. Dengan ukuran persentase yang paling besar yaitu 57% yang berarti subjek memiliki kategori tingkat kecemasan yang sedang. Dari hasil kurva kecemasan uji kedua, persentase yang digunakan sesuai dengan reratanya yaitu 76,06 sebesar
73%, yang merupakan persentase terbesar dengan berkategorikan tingkat kecemasan yang sedang. Dari hasil kurva kategori strategi koping, yang memiliki rerata hipotetik 77,5, yang bisa dilihat pada lampiran halaman 7, persentase yang sesuai dengan reratanya yaitu 90,16 sebesar 80%, berkategorikan subjek memiliki strategi koping tinggi. Menurut hasil analisis, maka tingkat kecemasan uji pertama tergolong rendah dibandingkan kecemasan uji kedua yang tergolong sedang. Dan strategi koping yang dimiliki subjek memiliki kategori yang tinggi, yang berarti baik. Hasil analisis ini bisa dilihat di tabel 6, 7, dan 8.
Sumbangan efektif strategi koping terhadap kecemasan pada peserta yang menghadapi ujian SBMPTN adalah sebesar 7,7%, dimana tergolong kecil, sedangkan sumbangan efektif dari faktor lain sebesar 92,2716% atau 92, 3%. Bagan sumbangan efektif dan rumusnya dapat dilihat di tabel 5. PENUTUP
Kesimpulan
1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara strategi koping dengan kecemasan pada peserta yang menghadapi ujian SBMPTN.
2. Tingkat strategi koping memiliki konstribusi terhadap kecemasan pada peserta yang mengikuti SBMPTN.
8 SBMPTN, dimana tingkat kecemasan satu minggu sebelum ujian SBMPTN lebih tinggi daripada tingkat kecemasan dua minggu sebelum ujian SBMPTN. 4. Ada perbedaan yang signifikan akan tingkat kecemasan pada peserta dalam menghadapi ujian SBMPTN dalam waktu dua minggu dan satu minggu sebelum hari ujian.
5. Sumbangan efektif strategi koping terhadap kecemasan tergolong kecil.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi peserta. Kecemasan peserta tergolong sedang merupakan kecemasan yang diperlukan seseorang agar dapat mencapai tujuannya. Peserta harus tetap fokus pada penyelesaian sesuatu yang dikerjakan terkait dengan menghadapi ujian SBMPTN dan menambah wawasan
seluas-luasnya dengan
mempertimbangkan berbagai faktor, seperti banyaknya pesaing yang mengikuti ujian, pesaing dengan nilai rapor lebih tinggi, dan pesaing yang berpengalaman ujian. Hal ini dilakukan demi menambah motivasi untuk berusaha sebaik mungkin. Agar dapat mempertahankan kecemasan yang moderate dan strategi koping yang tergolong tinggi, peserta bisa tetap bertahan
dengan rencana belajarnya dan mengontrol diri agar lebih fokus hanya untuk ujian. Peserta dapat membuat jadwal belajar yang dilakukan rutin setiap hari, misalnya dua hingga tiga jam di luar bimbingan belajar, juga mengurangi kegiatan di luar selain untuk belajar dan fokus menghadapi ujian SBMPTN. 2. Bagi pembimbing belajar.
Pembimbing belajar/guru dapat memberikan tips dan trik untuk mengelola kecemasan dan membuat strategi untuk menghadapi sumber kecemasan peserta yaitu ujian SBMPTN seperti membuka jam konsultasi tidak hanya untuk siswa yang kesulitan dalam bidang pelajaran, tetapi juga pada siswa yang ingin menceritakan kesulitan personal terkait dengan kemampuannya menghadapi ujian SBMPTN. Pembimbing/guru dapat menyampaikan juga saran menjalani kegiatan dalam kondisi menghadapi ujian kepada siswa. 3. Peneliti lain. Untuk peneliti lain
faktor-9 faktor yang lain dalam penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amwalina, & Rachmahana, R. S. (2005). Hubungan antara Konsep Diri Akademik dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional. 1-18.
Atkinson, R., & dkk. (2008). Pengantar Psikologi (11th ed). Batam: Interaksara. Azmisahabudin. (2011, Oktober 17).
Strategi Coping dalam Psikologi. Dipetik April 26,
Carver, C., Scheir, M., & Wientraub, J. (1989). Assessing Coping Strategies: A Theritically Based Approach. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 56, No. 2 , 267-283.
Haber, A., & Runyon, R. D. (1984). Psychology of Adjustment. Illinois: The Dorsey Press. Hartanti, & Judith, E. (1997).
Hubungan antara Konsep Diri dan Kecemasan Menghadapi Masa Depan dengan Penyesuaian Sosial Anak-Anak Madura. Jurnal Psikologi Pendidikan : Anima .
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Le Fanu, J. (2006). Deteksi Dini Masalah-Masalah Psikologi Anak, cet. ke-1, Alih bahasa: Irham Ali S. Yogyakarta: Think.
Polgar, S., & Thomas, S. A. (2000). Introduction to Research in The Health Sciences. London: Churchill Livingstone / Harcourt Publishers Ltd. Rogeleonick, A. (2014, Juli 16).
Bidang Olahraga Miliki Peminat Terbanyak dalam Ujian di SBMPTN 2014. Dipetik Februari 17, 2015, dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan: www.kemdikbud.go.id/kemdi kbud/node/2868
Safaria, T., & Saputra, N. E. (2009). MANAJEMEN EMOSI: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta: Bumi Aksara.
Santrock, J. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. (Terj.: Child Development). Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. (2009). Psikologi Pendidikan: Educational Psychology (3rd Ed). Jakarta: Salemba Humanika.
Sholichatun, Y. (2011). Stres dan Strategi Coping pada Anak Didik di Lembaga Pemasyarakatan Anak. PSIKOISLAMIKA , 23-42. Sriyanti, L. (2009). Membentuk Self
Concept Positif pada Anak (Pendekatan Parenting Skill). MUDARRISA .
10 Tjandrarini, K. (1989). Kecemasan
dalam Belajar di Perguruan Tinggi. Salatiga: Pusat Bimbingan Universitas Kristen Satya Wacana.
Wicaksono, S. (2014, Juli 17). Siswa Lulus SBMPTN 2014. Dipetik Februari 17, 2015, dari Suara Merdeka.com:
suaramerdeka.com/v1/index.p hp/read/news/2014/07/17/209 791/104.861-Siswa-lulus-SBMPTN-2014
Wijaya, P. A. (2014, Oktober). Pendaftaran Online SBMPTN 2015. Dipetik Februari 17, 2015, dari Populer.Web.Id: www.populer.web.id/2014/10
/pendaftaran-online-sbmptn.html