• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP REMAJA SURABAYA TERHADAP ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT BKKBN VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU DI TELEVISI (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Remaja Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP REMAJA SURABAYA TERHADAP ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT BKKBN VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU DI TELEVISI (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Remaja Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Remaja Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat

BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di Kota Surabaya)

S K R I P S I

Oleh :

WIDHA AYU SAPUTRI

NPM. 0843010145

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sikap

Remaja di Surabaya terhadap Iklan Layanan Masyarakat BKKBN versi Shireen

Sungkar dan Teuku Wisnu di Televisi.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat

kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan sangat terbatasnya ilmu yang penulis

miliki serta kurangnya pengalaman dalam membuat skripsi. Meskipun demikian

dalam penyusunan skripsi ini telah mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari

Ir. Didiek Tranggono.MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing

penulis selama menyelesaikan skripsi.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih

yang setinggi-tingginya kepada semua pihak-pihak yang telah membantu penulis

dalam meyelesaikan skripsi ini, antaranya :

1. Dra. Hj. Suparwati, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Juwito, S.Sos, M.Si Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Ir. Didiek Tranggono.MSi Dosen Pembimbing yang banyak memberi

arahan serta masukan kepada penulis.

4. Bapak, Ibu, adek Widhi dan adek Arya tercinta terima kasih atas doa dan

(3)

ada, untuk kesediannya menghapus kejenuhan.

7. Untuk Veve, Itin, mbak Marlin, mbak Lala yang selalu mengingatkan dan

memotivasi.

8. Untuk semua teman seperjuangan yang sama-sama mengerjakan skripsi

dengan penuh semangat.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan demi kebaikan skripsi ini.

Surabaya, September 2011

(4)

HALAMAN J UDUL ...

i

HALAMAN PENGESAHAN ...

ii

KATA PENGANTAR ...

iii

DAFTAR ISI ...

v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ...

1

1.2. Perumusan Masalah ... ...

9

1.3. Tujuan Penelitian ...

10

1.4. Kegunaan Penelitian ...

10

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori …...

11

2.1.1. Pengertian dan Deskripsi Sikap ………

11

2.1.1.1. Komponen Sikap ……….

12

2.1.2. Iklan ………..

14

2.1.2.1. Fungsi Iklan ……….

15

2.1.2.2. Jenis Iklan ………

16

(5)

2.1.2.6. Iklan Layanan Masyarakat BKKBN versi

Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu……….

22

2.1.3. Televisi Sebagai Media Periklanan ………

24

2.1.3.1. Elemen-elemen Iklan ………

28

2.1.4. Masyarakat Surabaya ……… 30

2.1.5. Teori Stimulus Organism Response (SOR)………... 32

2.2. Kerangka Berpikir ………. 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional ……… 38

3.1.1. Sikap Remaja di Surabaya Terhadap Isi Pesan Iklan

Layanan Masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar

dan Teuku Wisnu di Televisi……… 39

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ………. 43

3.2.1. Populasi ………... 43

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ……… 44

3.3. Teknik Pengumpulan Data ……… 48

3.4. Teknik Analisis Data ……… 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian……….. 51

(6)

dan Teuku Wisnu di Televisi………...54

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data………... 56

4.2.1 Identitas Responden ………56

4.2.2 Penggunaan Media ………. .. 60

4.3 Sikap Kognitif, Afektif dan Konatif Remaja terhadap Isi Pesan Iklan

Layanan Masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku

Wisnu di Televisi ………62

4.3.1

Aspek Kognitif ……… 62

4.3.2

Aspek Afektif ………. 73

4.3.3

Aspek Konatif ………. 91

4.4

Sikap Remaja di Surabaya Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan

Masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu

di Televisi ……….. 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………..98

5.2 Saran ……….. 98

DAFTAR PUSTAKA ……… 99

(7)

Wisnu di Televisi (Studi Deskr iptif Kuantitatif Sikap Remaja Ter hadap Isi

Pesan Ik lan Layanan Masyar akat BKKBN ver si Shir een Sungkar dan Teuku

Wisnu di Kota Sur abaya)

Iklan layanan masyarakat menjadi salah satu sarana untuk menyampaikan

pesan kepada khalayak. BKKBN melalui iklan layanan masyarakat

menyampaikan himbauan mengenai pernikahan usia ideal, perencanaan kehamilan, pengeturan jarak kelahiran, pembentukan keluarga sejahtera, peningkatan kualitas hidup ibu dan bayi serta penghimbauan dua anak lebih baik.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model S-O-R, kepanjangan

dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus merupakan rangsangan. Organism

berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Selanjutnya Respon diartikan sebagai efek akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif dan kognitif pada diri komunikan.

Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah multistage

cluster sampling. Populasi penelitian ini dibagi menjadi beberapa cluster

berdasarkan wilayah tempat tinggal. Dari cluster – cluster tersebut diambil sampel sesuai yang proposional sesuai dengan jumlah populasi pada tiap cluster.

Hasil dari pengolahan data yang didapatkan melalui kuisioner yang disebarkan maka dapat disimpulkan bahwa sikap remaja di Surabaya terhadap iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di televisi adalah netral. Mereka masih ragu – ragu dalam melaksanakan himbauan yang ada dalam iklan tersebut atau tidak.

(8)

1

1.1Latar Belakang Masalah

Masyarakat membutuhkan informasi untuk memenuhi segala kebutuhan

yang semakin beragam. Seiring dengan perkembangan jaman, informasi juga

semakin berkembang. Masyarakat tidak hanya membutuhkan informasi namun

juga dituntut untuk mengetahui informasi yang semakin berkembang.

Penyampaian informasi tidak lepas dari proses komunikasi yang membutuhkan

media atau sarana untuk menyampaikannya, baik melalui media massa atau

komunikasi interpersonal. Televisi adalah salah satu diantara sekian banyak media

massa yang tengah berkembang. Meskipun demikian, perkembangannya terus

menerus dan cepat. Hal ini terbukti dari makin banyaknya stasiun televisi swasta

bermunculan. Ini dikarenakan media televisi memiliki keunggulan tersendiri

dibandingkan media lain yang lahir saat itu (Kuswandi, 1996:8).

Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Kekuatan

gambar menjadi andalan media televisi, karena gambar yang disajikan bukan

gambar mati melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan pada

penonton. Ini jelas menguntungkan televisi untuk digunakan penonton karena

sifatnya yang audio visual. Selain itu televisi memiliki segi positif yaitu suatu

pesan yang disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit

(9)

penonton untuk melihat informasi yang akan disampaikan, maka penyampaian

pesan akan lebih mudah.

Iklan juga merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan

paling banyak dibahas orang, hal ini disebabkan karena jangkauan luas. Iklan juga

menjadi instrument promosi yang sangat penting, khususnya bagi perusahaan

yang memproduksi barang atau jasa yang ditujukan kepada masyarakat luas. Iklan

di media massa dapat digunakan untuk menciptakan citra merek dan daya tarik

simbolis bagi suatu perusahaan atau merek. Keuntungan lain dari iklan melalui

media massa adalah kemampuannya menarik perhatian konsumen terutama

produk, iklannya popular atau sangat di kenal masyarakat (Morrisan, 2007 : 14 –

15).

Iklan secara tidak disadari sangat mempengaruhi sikap hidup manusia

yang menerimanya. Sejak awal telah diduga bahwa periklanan mampu

menumbuhkan perilaku konsumtif berlebihan terhadap suatu produk tertentu,

sampai pada penyimpangan perilaku yang kurang sesuai (berbeda sama sekali)

dengan perilaku umum masyarakat disekitarnya. Atau dengan kata lain, iklan

yang disiarkan melalui media massa dapat mempengaruhi, dalam arti membawa

dampak yang positif maupun negatife terhadap kehidupan budaya masyarakat.

Dampak tersebut dapat terlihat dalam perubahan sikap, perilaku, kepercayaan,

nilai-nilai, maupun gaya hidup yang melingkupi masyarakat. (Liliweri, 1992:100)

Saat ini seringkali kita lihat iklan-iklan layanan masyarakat yang ditujukan

(10)

sosial, yang isi pesannya berasal dari golongan atau instansi tertentu, contohnya

iklan Keluarga Berencana (KB), iklan himbauan membayar pajak, iklan

pemberian ASI eksklusif.

Salah satu iklan yang menarik perhatian peneliti adalah iklan layanan

masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Dalam iklan ini

digambarkan ada sepasang muda mudi yang diperankan oleh Teuku Wisnu dan

Shireen Sungkar. Diceritakan bahwa Teuku Wisnu ingin menyunting Shireen

Sungkar. Shireen Sungkar mau untuk disunting namun harus menunggu cukup

usia dulu. Setelah itu ada scene saat Shireen Sungkar hamil dan mempunyai satu

anak. Sepanjang iklan itu juga selalu wajah tersenyum yang diperlihatkan. Ketika

anak tersebut sudah terlihat cukup besar baru kemudian pada scene terakhir

mereka memiliki dua anak. Jadi jarak antara satu anak dengan anak yang lain

tidak terlalu dekat. Pada iklan tersebut juga terdapat jingle yang bergenre dangdut

liriknya, “ingin kusunting dirimu, mau ah aku mau tapi jangan buru-buru tunggu

cukup usia dulu. Agar bahtera kita indah selamanya, jangan hamil cepat-cepat,

jangan lahir rapat-rapat, agar bayi lahir sehat dan ibu selamat.“ Ditambah

pernyataan dari dr Sonia Wibisono, “Perkawinan dan kehamilan usia ideal bayi

lahir sehat dan ibu melahirkan selamat”. Ditutup dengan slogan KB “Dua anak

lebih baik”.

Terkenalnya Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu sebagai selebriti muda di

masyarakat juga menjadi salah satu daya tarik utama dalam iklan layanan

masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Seperti yang

(11)

kan sudah berubah. Sengaja bintang iklan layanan KB itu selebritas muda, karena

memang sasaran yang kita tembak adalah kalangan anak muda," terang Ketua

Badan Kependudukan dan KB Nasional (BKKBN), Soegiri di gedung BKKBN

Jakarta Timur, Jumat (17/6).

Salah satu cara untuk mengetahui respon yang diberikan masyarakat

terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan

Teuku Wisnu adalah mengetahui sikapnya. Menurut Azwar (2002:34) sikap

terdiri dari 3 komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif

berkaitan dengan keyakinan, kepercayaan dan pengetahuan terhadap suatu objek.

Selain itu, dengan meneliti kognitifnya juga dapat diketahui apakah masyarakat

juga memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap kebenaran dari unsur-unsur

dalam iklan tersebut. Dengan meneliti komponen kognitifnya, maka dapat

diketahui pengetahuan responden terhadap unsur-unsur keluarga berencana yang

ada dalam iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku

Wisnu. Komponen afektif berkaitan dengan perasaan suka atau tidak suka

masyarakat terhadap iklan tersebut. Sedangkan meneliti komponen afektif, maka

dapat mengetahui suka atau tidak suka masyarakat terhadap iklan tersebut, seperti

misalnya terkait dengan isi pesan iklan.Sedangkan konatif merupakan komponen

yang berkaitan dengan perilaku yang ditunjukkan oleh masyarakat terkait dengan

iklan tersebut. Dengan meneliti komponen konatif maka dapat diketahui

kecenderungan perilaku masyarakat terhadap iklan layanan masyarakat BKKBN

versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, seperti misalnya merencanakan akan

(12)

Adapun ketertarikan peneliti memilih iklan layanan masyarakat BKKBN

versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu karena banyaknya pernikahan dini di

Indonesia dan tujuan dari iklan tersebut adalah untuk mencegah semakin

banyaknya pernikahan dini. Perkawinan dini tercatat di Indonesia sangat banyak,

yakni 34,5 % dari total perkawinan di seluruh Indonesia yang berjumlah antara 2

sampai 2,5 juta pasangan setiap tahun. Ini sangat mengkhawatirkan, karena selain

menjadi pemicu tingginya angka perceraian, juga penyebab tetap tingginya angka

kematian bayi di Indonesia (www.kpai.go.id diunduh pada 22 oktober 2011).

Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Dr

Sugiri Syarief MPH mengatakan demi menyelamatkan generasi mendatang

BKKBN berupaya menekan angka pernikahan usia dini (Republika.co.id, Rabu 22

Juni 2011).

Di dalam iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan

Teuku Wisnu berisikan himbauan kepada masyarakat khususnya remaja bahwa

pernikahan membutuhkan perencanaan dan mengharapkan remaja dapat

melakukan perencanaan dalam sebuah pernikahan demi terciptanya keluarga yang

berkualitas dan sejahtera. “Karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang

dampak pernikahan dini yang rendah, menjadi salah satu penyebab angka

pernikahan usia dini meningkat.” (suaramerdeka.com diunduh pada tanggal 22

Oktober 2011). Tujuan dari program tersebut adalah apabila pembangunan

kependudukan dan program KB tidak segera mendapatkan perhatian dari para

pengambil kebijakan, maka pertambahan penduduk sebesar 3,5 juta pertahun akan

(13)

menangani masalah pembangunan kependudukan dan program KB bakal makin

berat karena pada akhir tahun jumlah penduduk bisa membengkak hingga

mencapai 240 juta jiwa. (http://www.bataviase.co.id/node/360500 diunduh pada

tanggal 22 Oktober 2011)

Akibat pernikahan dini, ujarnya, masa depan mereka terhambat. "Menjadi

ibu diusia muda sangat beresiko karena mentalnya belum siap mengurus keluarga,

sehingga yang menjadi korban anak keturunannya, anak-anaknya tidak terpenuhi

pendidikan, pengalaman sebagai orang tua belum saatnya," kata Kepala BKKBN

Pusat Dr Sugiri Syarief MPH (Republika.co.id, Rabu 22 Juni 2011). Hal ini

menunjukkan bahwa remaja yang menikah di usia muda kurang dapat

menyesuaian diri dengan kehidupan pasca pernikahan, mereka kurang dapat

menerima perubahan perilaku, sifat, dan karakter pasangan. Bahkan timbul

penyesalan di hati mereka karena menikah muda setelah kehidupannya setelah

menikah tidak jauh lebih lebih baik. (http://ums.ac.id/4804/ diunduh pada 2

Oktober 2011). Selain itu Dilansir Relationship Matters, menurut The National

Center for Health Statistics, pernikahan yang dilakukan di usia remaja usia 12 –

21 tahun tiga kali lebih banyak berakhir dengan perceraian dibandingkan dengan

pernikahan pada usia lebih tua (Ruanghati.com diunduh pada 2 Oktober 2011).

Fakta membuktikan, setahun di Indonesia ada 250.000 perceraian pasangan kawin

atau 10 % dari total perkawinan, dan sebagian besar perkawinan adalah mereka

yang kawin dini (www.kpai.go.id diunduh pada 22 oktober 2011). Sedangkan

jumlah anak yang diinginkan oleh remaja perempuan (2,55 anak) lebih rendah

(14)

Begitu juga jumlah anak yang diinginkan oleh remaja laki-laki (2,7 anak) lebih

rendah daripada jumlah anak ideal yang diinginkan oleh pria kawin yaitu 3,3 anak

(http://www.bkkbn.go.id diunduh pada 2 Oktober 2011). Dari gambaran diatas

bisa dilihat bahwa keinginan itu lebih dari dua anak. Artinya kecenderungan

berperilaku remaja masih belum sesuai dengan tujuan dari program BKKBN.

Dari uraian di atas, maka peneliti melihat adanya fenomena yang menarik

untuk diteliti, yaitu salah satu program yang dilakukan oleh BKKBN yang melalui

iklan masyarakat pada media massa televisi bisa menjadi sumber informasi yang

berpengaruh pada sikap penontonnya, yakni masyarakat khususnya remaja. Oleh

karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap remaja Surabaya terhadap

isi pesan iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku

Wisnu, yang waktu penayangannya 29 detik di televisi.

Era program Keluarga Berencana (KB) dengan visi Penduduk Tumbuh

Seimbang 2015, telah mendudukkan remaja pada posisi yang strategis.

Lebih-lebih setelah secara tegas dinyatakan bahwa Program KB sekarang ini juga

menekankan pada remaja sebagai sasaran penggarapan program sebagaimana

tertuang dalam lima aspek garapan program KB menurut UU No 52 Tahun 1999

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yakni:

Pendewasaan Usia Perkawinan, Pengaturan Kelahiran, Penbinaan Ketahanan

Keluarga, Peningkatan Kesejahteraan Keluarga dan Pengelolaan Kependudukan.

Peran serta remaja dalam program KB yang dalam hal ini diterjemahkan

(15)

seimbang 2015, dapat dicermati dari remaja sebagai obyek ataupun sebagai

subyek pengembangan program KB. Sebagai obyek, remaja merupakan salah satu

kelompok penduduk yang harus dibina secara terus menerus dan dimantapkan,

sehingga memiliki sikap dan perilaku yang mendukung

pelembagaan/pembudayaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)

sebagai tujuan akhir dari program KB di Indonesia. Hasil yang diharapkan ialah

mereka mampu menjadikan dirinya dan anak cucunya kelak sebagai manusia

Indonesia yang berkualitas, tidak saja cerdas, sehat dan terampil, tetapi juga

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki loyalitas, dedikasi, dan disiplin

yang tinggi serta berbudi pekerti luhur. Sedangkan sebagai subyek, remaja mampu

berperan secara aktif mendukung pembangunan keluarga kecil bahagia sejahtera

melalui kegiatan-kegiatan yang memberi kemungkinan, dan diintegrasikan dengan

kegiatan-kegiatan generasi muda di desa atau di dusun.

Mengingat kedudukan dan perannya yang strategis tersebut, sudah

selayaknya jika remaja di era sekarang ini akan memberi andil yang besar dalam

mengembangkan program KB di Indonesia. Lebih-lebih remaja memiliki

pendidikan yang lebih tinggi, sikap inovatif terhadap norma dan ide baru yang

rasional, bersifat dinamis dan berorientasi ke masa depan. Karakteristik ini

merupakan potensi pendukung untuk pengembangan peran remaja dalam bidang

KB di masa sekarang maupun yang akan datang sehingga kontribusinya dapat

ditingkatkan lagi. (http://www.kulonprogokab.go.id/v2/ diunduh pada 1 oktober

(16)

Dari kutipan berita diatas maka sasaran dari iklan layanan masyarakat

BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu adalah remaja. Surabaya

merupakan ibu kota Jawa Timur dengan jumlah remaja terbanyak. Hal ini terbukti

dengan banyaknya lembaga pendidikan tingkat menengah pertama (SMP), tingkat

menengah atas (SMA), atau perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang

tersebar di Surabaya dibandingkan di daerah lain di Jawa Timur. SMU dan SMK

negeri dan swasta : 266 buah, Perguruan Tinggi negeri dan swasta : 60 buah.

(www.surabaya.go.id diunduh pada 1 oktober 2011).

Pada penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah remaja berusia 17-20

tahun, dan menggunakan teori S-O-R yang dapat menjelaskan bagaimana terpaan

iklan di televisi dapat menyebabkan respon kognitif, afektif dan konatif bagi

pemirsanya. Alasan dipilihnya remaja 17-20 tahun : Pertama, sasaran utama dari

iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu

adalah remaja. Kedua, karena remaja usia 17-20 tahun termasuk remaja masa

akhir yaitu 17-21 tahun yang sudah memiliki kematangan kognitif, kematangan

emosional dan social (Sarwono,2004 : 14).

1.2Per umusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas peneliti dapat merumuskan

permasalahan penelitian ini, yaitu : Bagaimana Sikap Remaja di Surabaya

terhadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan

(17)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

peneliti ingin mengetahui bagaimana Sikap Remaja Surabaya Terhadap Isi Pesan

Iklan Layanan Masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di

Televisi.

1.4Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama topik

bahasan yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap berbagai hal yang

disajikan oleh media massa, khususnya dalam bentuk iklan layanan masyarakat di

televisi.

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan masyarakat

pada umumnya dan remaja pada khususnya bahwa media televisi merupakan

bentuk media yang perlu perhatian, pengertian dan pemikiran yang luas dalam

penyajiannya, terutama dalam menyampaikan informasi mengenai program

(18)

2.1. Landasan Teor i

2.1.1. Penger tian dan Deskr ipsi Sikap

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan

seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu

dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan,

perasaan-perasaan, dan kecenderunan untuk bertindak. Lebih mudahnya, sikap adalah

evaluatif terhadap obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni

bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap. Tekanannya pada

kebanyakan peneliti dewasa ini adalah perasaan atau emosi. Dewasa ini banyak

psikolog sosial berasumsi bahwa, diantara faktor-faktor lain, perilaku dipengaruhi

oleh tujuannya. (Van Den Ban dan Hawkins,1999:106-107)

Menurut Schifman dan Kanuk (1997) menyatakan bahwa sikap adalah

ekspresi perasaan (inner feeling), yang mencerminkan apakah senang atau tidak

senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek.

Objek yang dimaksud bisa berupa merek, layanan, pengecer, perilaku tertentu dan

lain-lain.

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi dan merasa

dalam menghadapi obyek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku

(19)

terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, situasi informasi, maupun

kelompok. (Sobur,2003:361)

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar.

Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu

bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan,

komunikasi dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang.

(Sobur,2003:362)

2.1.1.1. Komponen Sikap

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interlasi dari berbagai

komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga yaitu :

a. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi,

keyakinan dan pendapat yang dimilik seseoarang tentang objek sikapnya.

Kompnen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada

rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan evaluative yang dimiliki

seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap lingkungan.

b. Komponen Afektif

Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa

senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluative yang berhubungan erat

(20)

c. Komponen Konatif

Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak terhadap

lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan menentang,

melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya.

Apabila ketiga komponen ini dihubungkan dengan tujuan komunikasi

yang terpenting adalah bagaimana suatu pesan (isi atau contens) yag disampaikan

oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek pesan tertentu

pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat dirinci sebagai berikut :

a. Dampak Kognitif

Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan

seseorang menjadi tahu. Dampak kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa

yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaian

dengan tranmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi.

b. Dampak Afektif

Dampak afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi

atau dibenci khalayak. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya

komunikan tahu, tetapi juga bergerak hatinya.

c. Dampak Konatif

Dampak konatif merujuk pada behavioral atau perilaku nyata yang dapat

diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan

(21)

2.1.2. Iklan

Menurut Klepper (1986) dalam Liliweri (1992:28) iklan / advertising

berasal dari bahasa latin, ad-vere berarti mengoperkan pikiran dan gagasan

kepada pihak yang lain. Jika pengertian ini kita terima maka sebenarnya iklan

tidak ada bedanya dengan pengertian komunikasi yang satu arah. Menurut Bovee

(1976) yang mengemukakan bahwa iklan adalah suatu proses komunikasi, proses

pemasaran, proses social dan ekonomi, proses public relation yang semuanya

bergantung dari cara memandang kita. Wright mengemukakan bahwa iklan

merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat

penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan

layanan serta gagasan / ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi

yang persuasive (Liliweri, 1992:20)

Sedangkan definisi periklanan menurut Institusi Periklanan Inggris adalah

periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang di

arahkan kepada konsumen yang paling potensial atas produk barang atau jasa

tertentu dengan biaya yang paling ekonomis (Jefkins, 1997: 23). Definisi standar

dari periklanan menurut Sutisna mengandung enam elemen yaitu:

1. Periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar.

2. Dalam iklan juga terjadi proses identifikasi sponsor. Iklan bukan hanya

menampilkan pesan mengenai kehebatan produk yang ditawarkan, tapi juga

sekaligus menyampaikan pesan agar konsumen sadar mengenai perusahaan

yang memproduksi produk yang ditawarkan.

(22)

4. Periklanan memerlukan elemen media massa sebagai media penyampai pesan.

5. Periklanan memiliki sifat non personal (bukan pribadi).

6. Audience. Tanpa identifikasi audience yang jelas, pesan yang disampaikan

dalam iklan tidak akan efektif (Sutisna, 2003: 275-276).

Pembuatan program periklanan harus selalu dimulai dengan

mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian membuat lima

keputusan utama dalam pembuatan program periklanan, yaitu:

1. Mission (misi): Apakah tujuan periklanan?

2. Money (uang): Berapa banyak yang dapat dibelanjakan?

3. Messsage (pesan): Pesan apa yang harus disampaikan?

4. Media (media): Media yang akan digunakan?

5. Measurement (pengukuran): Bagaimana mengevaluasi hasilnya? (Kotler 2000:

578).

Iklan televisi atau siaran iklan adalah siaran yang khusus ditujukan untuk

promosi suatu produk, kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk

memperkenalkan kepada khalayak guna kepentingan komersial. Sumber utama

stasiun televisi adalah iklan, disamping pajak pesawat televisi (Wahyudi,

1986:227)

2.1.2.1. Fungsi Ik lan

Seiring dengan menjamurnya penawaran-penawaran produk melalui

berbagai media maka konsumen juga dipermudah dalam memilih produk sesuai

dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Melalui iklan penyampaian pesan

(23)

tersebut ditampilkan tokoh yang sudah dikenal oleh public, sehingga public akan

semakin percaya kepada perusahaan. Dari tayangan iklan juga konsumen akan

mengenal, meningkat dan mempercayai produk yang akhirnya pada perusahaan.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan menayangkan iklan dengan frekuensi

berulang-ulang, sehingga konsumen akan cepat mengenal, selalu ingat dan

percaya pada produk.

Sementara itu, Jack Engel, 1980, menuliskan bahwa ada delapan fungsi

yang diharapkan dari kegiatan periklanan. Kedelapan fungsi tersebut yaitu:

1. Menciptakan dan mempertahankan citra baik bagi produk.

2. Menciptakan penjualan bagi pabrikan dan pedagang lokal.

3. Memperkenalkan penggunaan baru sebuah produk.

4. Memberikan informasi yang berharga bagi konsumen.

5. Memberikan penawaran, kupon dan sampel.

6. Menekankan merk dagang.

7. Menjaga dan memelihara ketertarikan konsumen pasca pembelian.

8. Menarik dealer dan distributor baru (Widyatama, 2007: 149-150).

2.1.2.2. J enis Iklan

Iklan memiliki banyak sekali jenis dan kategori, tergantung pada isi pesan

itu sendiri. Berbagai macam fungsi tersebut secara sederhana dapat dibagi dalam

(24)

1. Iklan Informasi

Mengingat fungsi informasi yang dikandungnya, maka isi pesan dalam iklan

informasi cenderung lengkap. Bahkan tidak jarang semua informasi yang

berkaitan, disampaikan semua, sehingga sering pula disebut dengan iklan

teknik one stop informations.

2. Iklan Persuasif

Iklan ini di dalam isi pesannya menitikberatkan pada upaya mempengaruhi

khalayak untuk melakukan sesuatu sebagaimana dikehendaki oleh

komunikator. Karena tujuan yang ingin dicapai adalah mempengaruhi

khalayak, maka bahasa yang digunakan dalam pesan ini harus dirancang

sedemikian rupa yang mampu membujuk khalayak.

3. Iklan Pendidikan

Iklan ini menitikberatkan pada tujuan untuk mendidik khalayak, agar khalayak

mengerti atau mempunyai pengetahuan tertentu dan mampu melakukan

sesuatu. Iklan informasi sering pula berisi pesan yang mendidik.

4. Iklan Hiburan

Iklan tersebut dibuat untuk keperluan hiburan semata. Tujuan pesan iklan ini

adalah menitikbertakan pada kemampuannya untuk menghibur. Biasanya

digunakan untuk memeriahkan festival periklanan. Seringkali dijumpai dalam

bentuk plesetan dalam masyarakat kita (Widyatama, 2007: 133-134).

2.1.2.3. Ruang Lingkup Iklan

Secara umum, pembagian menurut para praktisi periklanan, ruang lingkup

(25)

dan iklan below the line. Iklan above the line adalah media yang bersifat massa.

Massa yang dimaksud adalah bahwa khalayak sasaran berjumlah besar, antara

satu sama lain tidak saling kenal dan menerpa pesan iklan secara serempak.

Beberapa media yang termasuk kategori above the line yaitu: surat kabar,

majalah, tabloid, televisi, film, radio dan media interaktif internet. Sementara itu

iklan below the line adalah iklan yang menggunakan media khusus. Media khusus

yang tergabung dalam below the line yaitu: leaflet, poster, spanduk, baliho, bus

panel, bus stop, point of purchase (POP), stiker, shop sign, flayers, hanging

display dan sebagainya (Widyatama, 2007: 76).

2.1.2.4. Pesan Iklan

Secara parsial, pesan adalah informasi inti dari komunikasi, yang mana

pesan menyangkut apa yang dikomunikasikan, dalam suatu proses komunikasi

pihak-pihak yang terlibat komunikasi (pengirim dan penerima), akan

memanfaatkan atau pun berbagai pesan atau informasi (Haryani, 2000: 11).

Menurut B. Aubrey Fisher, 1978, mengemukakan tentang keberagaman

konsep pesan dalam iklan, antara lain adalah:

1. Sebagai isyarat yang disampaikan.

Pesan dipandang sebagai bentuk dan lokasi pikiran, verbalisasi dan

seterusnya, dalam diri individu. Pesan yang terdapat pada saluran di luar

sumber atau penerima dalam bentuk energi fisik, lebih cocok untuk dipandang

sebagai isyarat (signal). Pikiran disandi ke dalam isyarat, isyarat dialih sandi

(26)

dinyatakan dengan cara lain, pesan disandi ke dalam isyarat: isyarat disandi ke

dalam pesan.

2. Sebagai bentuk struktural.

Pesan sebagai proses penyandian stimulant verbal, fisik dan vokal pesan

sebagai yang terstruktur.

3. Sebagai pengaruh sosial.

Pesan secara inheren mempengaruhi atau menimbulkan efek pada para peserta

dengan cara tertentu dan sampai taraf tertentu pula.

4. Sebagai penafsiran.

Pesan sebagai penafsiran lambang atau stimulant sebagai suatu proses

penafsiran sangat tergantung pada penjelasan psikologis tentang komunikasi

manusia. Sebagai penafsiran, pesan sampai berorientasi pada penerima dalam

arti bahwa ia menempatkan pesan dalam diri individu yang menangkap dan

menerima stimuli.

5. Sebagai refleksi diri.

Pesan mencerminkan keadaan internal individu yakni perilaku, dalam bentuk

tertentu, suatu manifestasi yang mencuat keluar dari konsep kotak hitam

tentang sikap, keyakinan, persepsi, nilai, citra, emosi dan sebagainya.

6. Sebagai kebersamaan.

Pesan dapat dipandang sebagai hubungan yang mengikat orang-orang menjadi

satu dalam suatu situasi komunikatif (Pareno, 2002: 14).

Pekerja kreatif mesti menentukan gaya, nada, kata-kata dan format yang

(27)

dengan berbagai style: gaya hidup, cuplikan hidup, fantasi, mood atau citra,

musical, lambang kepribadian, keahlian teknis, bukti ilmiah dan testimoni

(Sulaksana, 2007: 96).

Sulaksana dalam Integrated Marketing Communications, 2007,

menjelaskan bahwa ada beberapa penelitian mencantumkan kriteria iklan yang

menarik perhatian dan terus diingat, yaitu: inovasi (produk baru atau cara

penggunaan yang baru), daya tarik cerita, ilustrasi sebelum dan sesudah, demo

produk, pemecahan masalah dan penempelan ciri relevan yang menjadi lambang

merek.

2.1.2.5. Iklan Layanan Masyar akat

Jenis-jenis iklan menurut Liliweri (1992,31-32) terdiri atas dua jenis yaitu

Iklan Standard dan Iklan Layanan Masyarakat :

1. Iklan Standar, yaitu iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan

memperkenalkan barang atau jasa untuk konsumen melalui sebuah media,

yang bertujuan merangsang motif dan minat para pembeli atau pemakai.

2. Iklan Layanan Masyarakat yaitu jenis iklan yang bersifat non profit, jadi tidak

mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak.

Iklan layanan masyarakat tidak terlalu terikat pada penataan yang ketat,

perancangan pesan yang rumit, pemilihan media yang sesuai sampai pada

penentuan khalayak sasaran maupun pemilihan tempat dan waktu yang

benar-benar pas (Liliweri,1992:32)

Iklan layanan masyarakat merupakan bentuk tayangan berupa gambar baik

(28)

sebagai target audience agar berbuat atau bertindak seperti yang dianjurkan dalam

iklan tersebut. Iklan Layanan Masyarakat, isi pesannya berasal dari golongan atau

instansi tertentu (pemerintah, masyarakat, ataupun kelompok), yang memberikan

informasi kepada masyarakat. Sifatnya hanya mengingatkan, misalnya iklan anti

narkoba (Kuswandi,1996:123), dalam iklan tersebut disajikan pesan-pesan social

yang dimaksudkan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap

sejumlah masalah yang harus dihadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam

keserasian dan kehidupan umum.

Ad Council, dewan periklanan di Amerika Serikat yang mempelopori

iklan layanan masyarakat, menyebutkan beberapa criteria yaitu : non komersial,

non religious, non politik, berwawasan nasional diutamakan bagi semua lapisan

masyarakat, disajikan oleh organisasi yang telah diakui, dapat diiklankan,

mempunyai dampak yang positif dan kepentingan tinggi sehingga patut

memperoleh dukungan media local maupun nasional (Kasali,1992:205).

Ada tiga hal pokok yang dapat juga kita lihat, dengan munculnya iklan

layanan masyarakat di media massa ini, yakni menggugah kesadaran pemirsa

untuk berbuat sesuatu, isi pesannya sifatnya umum dan pesannya menggunakan

kata himbauan atau anjuran (Kuswandi,1996:124).

Menurut Jefskin, iklan layanan masyarakat merupakan media yang

disampaikan oleh pemerintah berkaitan dengan segala kegiatan dipemerintahan

maupun situasi yang terjadi di masyarakat secara urgent (mendesak) yang menjadi

informasi nasional dalam Negara. Data dan fakta terkandung dalam iklan layanan

(29)

memberikan penjelasan terhadap masyarakat awam dari kebutuhan informasi

yang dibutuhkan masyarakat (Jefkins,1997:356).

Menurut kutipan dari Christoper Gilson dan Harold W Berkman

mendefinisikan sebagai komunikasi yang dihadirkan dalam bentuk periklanan

yang sesuai dengan adat kebiasaan (meliputi ruang di surat kabar dan majalah,

kesatuan waktu di radio dan televisi, poster-poster di pusat kota) yang mendesak

para pendengar maupun pemirsa untuk menerapkan atau mendukung

persoalan-persoalan social ataupun ekonomi yang dianggap menguntungkan masyarakat

umum secara luas.

Adapun jenis iklan yang diamati dalam penelitian ini termasuk iklan

layanan masyarakat yaitu iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen

Sungkar dan Teuku Wisnu yang bertujuan menghimbau remaja mengenai betapa

pentingnya program KB, mulai dari menikah pada usia ideal, merencanakan masa

kehamilan dan mengatur jarak kelahiran. Hal itu bertujuan agar keluarga yang

dibangun menjadi sejahtera, ibu dan anak sehat serta selamat. Iklan ini juga

menghimbau mengenai memiliki dua anak lebih baik.

2.1.2.6. Iklan Layanan Masyar akat BKKBN ver si Shir een Sungkar dan

Teuku Wisnu di televisi

Iklan ini menggambarkan tentang pentingnya menikah di usia yang cukup,

merencanakan masa kehamilan dan mengatur jarak kelahiran. Tujuannya adalah

agar keluarga bahagia, bayi yang dilahirkan sehat dan ibu yang melahirkan

selamat serta memiliki sikap dan perilaku yang mendukung

(30)

sebagai tujuan akhir dari program KB di Indonesia. Seperti lirik jingle pada iklan

tersebut “ingin kusunting dirimu, mau ah aku mau tapi jangan buru-buru tunggu

cukup usia dulu. Agar bahtera kita indah selamanya, jangan hamil cepat-cepat,

jangan lahir rapat-rapat, agar bayi lahir sehat dan ibu selamat.“ Ditambah

pernyataan dari dr Sonia Wibisono, “Perkawinan dan kehamilan usia ideal bayi

lahir sehat dan ibu melahirkan selamat”. Ditutup dengan slogan KB “Dua anak

lebih baik”. Iklan tersebut menggunakan talent atau model artis dan aktor, Shireen

Sungkar dan Teuku Wisnu.

Iklan Layanan Masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku

Wisnu memiliki isi pesan untuk mengajak remaja agar lebih terbuka pikirannya

mengenai pentingnya pada pernikahan usia ideal dan perencanaan kehamilan dan

pengaturan jarak kelahiran yang termasuk dalam program KB. Hal ini tentunya

dapat dilihat dari perubahan sikap dari remaja, perubahan sikap tersebut tentu saja

dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek yakni aspek kognitif, aspek afektif dan aspek

konatif.

Isi pesan dari Iklan Layanan Masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar

dan Teuku Wisnu ini berisi tentang himbauan-himbauan mengenai pentingnya

program KB :

a. Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menghimbau agar tidak terburu-buru

menikah namun menunggu cukup usia dahulu.

b. Menghimbau agar tidak hamil terlalu cepat.

(31)

d. Tidak hamil terlalu cepat dan merencanakan jarak kelahiran tujuannya agar

bayi yang dilahirkan sehat dan ibu selamat.

e. Menggambarkan bahwa dengan semua perencanaan itu akan tercipta keluarga

yang bahagia selamanya.

f. Menghimbau bahwa memiliki dua anak lebih baik.

“Untuk perempuan, idealnya menikah di usia 20-35 tahun. Sedangkan

untuk laki-laki beda 5 tahun yakni 25-40 tahun," ujar Kepala BKKBN Sugiri

Syarif dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (17/5/2011). Sedangkan pada

umur 20 tahun ke atas, organ reproduksi perempuan sudah siap mengandung dan

melahirkan. Sedangkan pada usia 35 tahun mulai terjadi proses regeneratif.

(detiknews.com diunduh pada 1 Oktober 2011). John Hopkins, dokter berusia 55

tahun sangat setuju pada hasil penelitian DHS (Demographic and Health Survey)

yang menyebutkan anak-anak yang lahir dengan jarak tiga sampai lima tahun

memiliki kemungkinan hidup sehat yang lebih besar. "Dibandingkan anak-anak

yang lahir dengan jarak kelahiran kurang dari dua tahun, maka anak-anak dengan

jarak kelahiran ideal ini memiliki kelangsungan hidup lebih baik dan tinggi.

Kondisi begini bisa berlangsung sampai si anak berusia balita," katanya

(www.kesrepro.info diunduh pada 1 Oktober 2011).

2.1.3. Televisi Sebagai Media Per iklanan

Televisi merupakan media untuk menyampaikan banyak hal kepada

masyarakat mulai dari hal-hal yang bersifat social, politik, hiburan, olahraga,

beragam berita sampai dengan iklan komersial. Televisi adalah salah satu media

(32)

paling efektif untuk menyampaikan pesan-pesan komersialnya (Sumarwan, 2004 :

185)

Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas dan

penyampaian pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan televisi

tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Disisi lain, pesan ditelevisi memiliki

kelebihan tersendiri karena tidak hanya didengar tetapi juga dapat dilihat dalam

gambar yang bergerak.

Televisi juga diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran

terhadap pesan yang disampaikan (Kasali, 1992 : 172). Televisi mempunyai daya

tarik yang disebabkan adanya unsur kata-kata, music, sound effect, dan memiliki

unsur visual berupa gambar (Effendy, 2000 : 177).

Keunggulan-keunggulan yang dimiliki televisi sebagai media iklan antara

lain:

1. Efisiensi Biaya

Televisi mampu menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas, baik

khalayak sasaran yang bias dijangkau media lain. Jangkauan missal ini

menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau tiap kepala.

2. Dampak yang Kuat

Keunggulan televisi lainnya adalah kemampuannya menimbulkan dampak

yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanan sekaligus pada dua indera yang

(33)

3. Pengaruh yang Kuat

Televisi mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi

khalayak sasaran, karena kebanyakan calon pembeli lebih “percaya” pada

perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi daripada yang tidak

sama sekali (Kasali, 1992 : 122)

Sebagai media periklanan, televisi juga memiliki beberapa masalah

khusus, diantaranya :

a. Biaya periklanan yang meningkat cepat.

b. Erosi penonton televisi dimana rekaman video, program sindikasi, televisi

kabel, internet dan alternative waktu senggang dan rekreasi lainnya telah

mengurangi jumlah orang-orang yang menonton televisi jaringan.

c. Adanya audience francnalization atau terpecahnya penonton. Para pengiklan

tidak dapat mengharap untuk menarik penonton homogen yang luas ketika

memasang iklan pada program tertentu karena sekarang tersedia cukup banyak

pilihan program bagi penonton televisi.

d. Adanya zapping (peralihan dari satu saluran ke saluran lain) dan zipping

(iklan yang telah direkam dengan VCR ditampilkan dengan cepat ketika

penonton menyaksikan materi iklan yang pernah ditayangkan sebelumnya).

(Shimp, 2000 : 536-537)

Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas dan

penyampaian pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan dari

televisi tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Di sisi lain, pesan di televisi

(34)

dalam gambar yang bergerak (audio visual). Televisi merupakan media yang

paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi

yang mempunyai unsur audio dan visual. Sehingga para pengiklan percaya bahwa

televisi mampi menabah daya tarik iklan dibanding media lain. Televisi juga

diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran terhadap pesan yang

disampaikan (Kasali,1992,172)

Sebenarnya secara substansial televisi mempunyai posisi dan peranan yang

sama dengan media cetak dan radio. Hanya saja operasionalisasinya dalam

masyarakat menjadi sangat menentukan karena besar jangkauan yang dicapai.

Harold Laswell menyatakan sebagai berikut:

1. The survellaince of the environment, yaitu mengamati lingkungannya.

2. The correlation of the part of society in responding to the environment, yaitu

mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan

khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi

dan intepretasi.

3. The transmission og the social heritage from one generation to the next, yaitu

menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Tentu saja ketiga fungsi di atas menyiratkan bahwa pada dasarnya

memberikan penilaian pada media massa sebagai alat atau sarana yang secara

sosiologis menjadi perantara untuk menyampaikan nilai-nilai tertentu kepada

(35)

1. Televisi dapat mencapai khalayak yang besar sekali, dan mereka itu tetap

dapat mengambil manfaat sekalipun tidak bisa membaca.

2. Televisi dapat dipakai untuk mengajarkan banyak subjek dengan baik. Akan

tetapi, pengajaran itu akan lebih efektif bila diikuti dengan diskusi dan

aktifitas lain.

3. Televisi bersifat otoritatif dan bersahabat.

Dari sifat televisi seperti di atas dimungkinkan untuk menimbulkan

kecenderungan orang untuk menonton televisi, seperti disampaikan oleh Riza

Prambudi, karena (1) Televisi ada gambarnya, karena itu menjadikan lebih

dramatis, (2) Televisi seyogyanya lebih cepat, bahkan melalui siaran live, (3)

Televisi menuntun penonton, tidak usah memilih mana dulu yang harus dibaca.

2.1.3.1 Elemen-elemen Iklan

Elemen-elemen dalam iklan televisi merupakan komponen-komponen

yang terdiri dari unsure visual dan audio untuk mewujudkan gagasan kreatif

sehingga mampu menciptakan daya tarik bagi pemirsa. (Morissan,2007:282)

a. Tokoh/Figure

Adalah seseorang atau banyak orang yang menjadi penyampaian pesan iklan,

yang menyampaikan berbagai macam hal yang bertujuan meningkatkan

awareness dan menumbuhkan kepercayaan melalui pesan yang disampaikan.

Salah satu unsure terpenting dalam iklan di televisi adalah talent/figure iklan

(36)

b. Setting

Lokasi atau tempat pada saat pengambilan gambar sedang berlangsung yang

dilengkapi dengan lampu (lighting) serta didukung dengan model sebagai

penyempurnaan dalam pembuatan iklan.

c. Audio

Komponen audio dari suatu iklan televisi terdiri dari suara, musik, dan sound

effect. Pada iklan televisi, suara digunakan dalam berbagai cara yang berbeda.

Suara dapat didengar melalui suatu presentasi langsung oleh seorang penyaji

(presenter) atau dalam bentuk percakapan diantara sejumlah orang yang

muncul pada iklan yang bersangkutan. Suatu cara yang umum dilakukan

untuk menampilkan elemen suara pada iklan televisi adalah melalui pengisian

suara (dubbing atau voice over) yaitu narasi yang mengiringi gambar tanpa

memperhatikan siapa yang membacakan narasi tersebut. Musik juga menjadi

bagian terpenting suatu iklan televisi karena musik dapat menjadi alat untuk

menarik perhatian, menyampaikan pesan penjualan dan membantu

membangun citra.

d. Kredo

Kredo adalah sebuah pandangan yang berupaya kebijakan singkat dari

perusahaan/partai/kelompok yang dikomunikasikan dan berfungsi untuk

menyemangati atau menumbuhkan spirit. Poin-poin ini kemudian dikemas

dalam bahasa yang indah dan supportive. Semua aspek ini menerbitkan

asosiasi khusus di benak masyarakat dalam bersentuhan dengan brand

(37)

e. Pesan Iklan

Faktor pesan dalam penyusunan iklan merupakan komunikasi linier (satu

arah), kemasan pesan ini juga berpengaruh pada efektifitas iklan. Bentuk

pesan iklan akan berengaruh pada proses pembuatan keputusan yang

dilakukan oleh konsumen. Beberapa pesan iklan yaitu rational appeals,

comparative advertising, emotional appeals.

2.1.4. Masyar akat Sur abaya

Secara definisi, masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang

saling berinteraksi dan memiliki komponen perubahan yang dapat mengikat satu

individu dengan individu lain. Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat

yang tinggal di kota Surabaya. Dalam dinamika historisnya, terdapat satu karakter

Surabaya sebagai kota perdagangan dan tumbuh menjadi komunitas pedagang

cosmopolitan yang memiliki jaringan luas sampai ke Cina, Inggris, Belanda, dan

Portugis. Sejak abad ke-18, Surabaya telah memiliki berbagai macam industri

berbasis menufaktur, dan pada tahun 1870 menjadi pelopor dibidang industri

setara dengan kota-kota pelabuhan dunia seperti Shanghai, Calcuta, Singapura dan

Hongkong. Sebagai kota perdagangan diperlukan dukungan infrastruktur yang

memadai, maka pada tahun 1878 dibangun infrastruktur kereta api pertama yang

menghubungkan daerah-daerah penyangganya seperti Sidoarjo, Gresik, Jombang,

Kediri, Madiun dan sebagainya. Perkembangan industri dan perdagangan

menorehkan prestasi yang cukup tinggi bagi Surabaya, dimana pada tahun 1900

menjadi kota pelabuhan tersibuk dan kota terbesardi Hindia Timur yang dikuasai

(38)

perdagangan adalah sektor jasa. Abad ke-19 dan awal abad ke-20, Surabaya

berkembang menjadi pusat jasa untuk ekonomi perkebunan di Jawa Timur,

disamping pusat jasa untuk industrialisasi bagi wilayah-wilayah sekitar Surabaya.

Sebagai kota industri, perdagangan dan jasa, secara pararel Surabaya menjadi

daya tarik luar biasa terhadap migrasi penduduk dari berbagai penjuru daerah di

Jawa Timur, berbagai suku bangsa, bahkan dari berbagai negara. Pada tahun 1905

penduduk Surabaya terhitung sebanyak 150.000 jiwa yang diantaranya terdapat

etnis Eropa, Cina, India dan Arab. Pembangunan Surabaya sama sekali tidak bisa

melepaskan dirinya dari karakter dasar sebagai kota jasa dan perdagangan.

(www.surabaya.go.id diunduh pada 30 Agustus 2011)

Masyarakat di Surabaya dalam penelitian ini adalah remaja. Monks,

Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu

masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja

pertengahan 15 – 17 tahun, dan masa remaja akhir 17 – 21 tahun (Deswita,

2006:192) (Wikipedia.org diunduh pada 30 Agustus 2011). Namun yang

digunakan dalam penelitian ini adalah remaja yang sudah memasuki remaja masa

akhir. 17 tahun hingga 20 tahun. Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh

Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (belajarpsikologi.com diunduh

pada 1 Oktober 2011). Pada usia tersebut merupakan fase remaja, masa remaja

merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan “identity”

merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa

(39)

dalam menguji diri dan pilihannya yaitu; (a) Identity Achievement yang berarti

bahwa setelah remaja memahami pilihan yang realistic, maka dia harus membuat

pilihan dan perilaku sesuai dengan pilihannya, (b) Identity Fore Aosure yang

berarti menerima pilihan orang tua tanpa mempertimbangkan pilihan-pilihan, (c)

Identity Diffusion yang berarti kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa

dalam hidupnya, (d) Moralorium yang menurut Erikson berarti penundaan dalam

komitmen remaja terhadap pilihan-pilihan aspek pribadi atau okupasi.

(Yusuf,2001:201-202)

2.1.5. Teor i Stimulus Organism Response (SOR)

Teori S-O-R sebagai singkatan Stimulus-Organism-Response ini berasal

dari psikologi objek material radio psikolog dan ilmu komunikasi yang sama,

yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, perilaku,

kognisi, efeksi dan saksi. Menurut stimulus respon ini efek yang ditimbulkan

adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat

mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian pesan dan reaksi komunikan.

Gambar 1: Model Teor i S-O-R (Effendy, 1993:255)

Stimulus Organisme :

-Perhatian

-Pengertian

- Penerimaan

Respon:

- Kognitif

- Afektif

[image:39.612.140.506.500.622.2]
(40)

Gambar di atas menunjukkan bahwa :

a. Pesan (stimulus, S), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada

komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa lambang atau

tanda.

b. Komunikan (organism. O), merupakan keadaan komunikan disaat menerima

pesan. Pesan yang disampaikan komunikator diterima sebagai informasi dan

komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator.

Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan

yang disampaikan melalui lambang dan tanda tersebut. Selanjutnya

komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang

disampaikan komunikator.

c. Efek (Response, R), merupakan dampak daripada komunikasi. Efek dari

komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu sikap afektif, kognitif dan konatif.

Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi.

Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi

komunikan (Effendy, 1993:254)

Menurut Stimulus – Organism – Response ini, efek yang ditimbulkan

adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehigga seseorang dapat

mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi

(41)

2.2. Ker angka Ber pikir

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah sikap remaja Surabaya terhadap

isi pesan iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku

Wisnu di televisi. Adapun kerangka berpikirnya sebagai berikut :

Surabaya terpilih dalam penelitian ini, karena Surabaya merupakan ibu

kota Jawa Timur dengan jumlah remaja terbanyak. Hal ini terbukti dengan

banyaknya lembaga pendidikan tingkat menengah pertama (SMP), tingkat

menengah atas (SMA), atau perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang

tersebar di Surabaya dibandingkan di daerah lain di Jawa Timur.

Perkawinan dini tercatat di Indonesia sangat banyak, yakni 34,5 % dari

total perkawinan di seluruh Indonesia yang berjumlah antara 2 sampai 2,5 juta

pasangan setiap tahun. Ini sangat mengkhawatirkan, karena selain menjadi pemicu

tingginya angka perceraian, juga penyebab tetap tingginya angka kematian bayi di

Indonesia (www.kpai.go.id diunduh pada 22 oktober 2011). Akibat pernikahan

dini, ujarnya, masa depan mereka terhambat. "Menjadi ibu diusia muda sangat

beresiko karena mentalnya belum siap mengurus keluarga, sehingga yang menjadi

korban anak keturunannya, anak-anaknya tidak terpenuhi pendidikan, pengalaman

sebagai orang tua belum saatnya," kata Kepala BKKBN Pusat Dr Sugiri Syarief

MPH(Republika.co.id, Rabu 22 Juni 2011). Hal ini menunjukkan bahwa remaja

yang menikah di usia muda kurang dapat menyesuaian diri dengan kehidupan

pasca pernikahan, mereka kurang dapat menerima perubahan perilaku, sifat, dan

karakter pasangan. Bahkan timbul penyesalan di hati mereka karena menikah

(42)

(http://ums.ac.id/4804/ diunduh pada 2 Oktober 2011). Selain itu Dilansir

Relationship Matters, menurut The National Center for Health Statistics,

pernikahan yang dilakukan di usia remaja usia 12 – 21 tahun tiga kali lebih

banyak berakhir dengan perceraian dibandingkan dengan pernikahan pada usia

lebih tua (Ruanghati.com diunduh pada 2 Oktober 2011). Fakta membuktikan,

setahun di Indonesia ada 250.000 perceraian pasangan kawin atau 10 % dari total

perkawinan, dan sebagian besar perkawinan adalah mereka yang kawin dini

(www.kpai.go.id diunduh pada 22 oktober 2011). Sedangkan jumlah anak yang

diinginkan oleh remaja perempuan (2,55 anak) lebih rendah dari pada jumlah anak

ideal yang diinginkan oleh wanita kawin yaitu 2,9 anak. Begitu juga jumlah anak

yang diinginkan oleh remaja laki-laki (2,7 anak) lebih rendah daripada jumlah

anak ideal yang diinginkan oleh pria kawin yaitu 3,3 anak

(http://www.bkkbn.go.id diunduh pada 2 Oktober 2011). Dari gambaran diatas

bisa dilihat bahwa keinginan itu lebih dari dua anak. Artinya kecenderungan

berperilaku remaja masih belum sesuai dengan tujuan dari program BKKBN.

BKKBN memproduksi beberapa iklan masyarakat tentang KB secara

berkala, salah satu yang menjadi versi terbaru yaitu versi Shireen Sungkar dan

Teuku Wisnu. Untuk itu di dalam penelitian ini, ingin mengetahui bagaimanakah

sikap dari remaja Surabaya terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat BKKBN

versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di televisi. Isi pesan iklan layanan

masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu ini menjelaskan

(43)

dan mengatur jarak kelahiran. Tujuannya adalah agar keluarga bahagia, bayi yang

dilahirkan sehat dan ibu yang melahirkan selamat.

Remaja mendapat terpaan iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen

Sungkar dan Teuku Wisnu di televisi. Televisi pada penelitian ini dilakukan pada

seluruh stasiun televisi yang menayangkan iklan layanan masyarakat BKKBN

versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Isi pesan iklan layanan masyarakat

BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu yang ditayangkan di televisi

tentunya akan membawa dampak tersendiri bagi masyarakat.

Indikator yang digunakan untuk mengukur sikap remaja Surabaya

terhadap iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku

Wisnu setelah mendapatkan terpaan iklan adalah dengan melihat total skor yang

dikumpulkan responden setelah mengisi kuisioner, yaitu kumpulan pertanyaan

yang meliputi aspek kognitif, afektif dan konatif.

Peneliti menggunakan model S-O-R, kepanjangan dari

Stimulus-Organisme-Response. Stimulus merupakan rangsangan dalam hal ini isi pesan

iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di

televisi. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi

dari komunikator, yaitu remaja 17-20 tahun di Surabaya. Selanjutnya Respon

diartikan sebagai efek akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses

komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif dan kognitif pada diri

(44)

Maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui adanya sikap remaja

terhadap iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku

Wisnu di televisi. Secara sistematis kerangka berpikir dari penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2 : Bagan Kerangka Ber pikir tentang sikap r emaja ter hadap iklan

layanan masyaraka t BKKBN ver si Shir een Sungkar dan Teuku Wisnu di televisi.

Stimulus

Isi pesan iklan iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di televisi

a. Menikah di usia

cukup

b. Merencanakan

kehamilan

c. Mengatur jarak

kelahiran

d. Keselamatan ibu dan

bayi

e. Perencanaan tersebut

dapat menciptakan keluarga bahagia

f. Himbauan dua anak

[image:44.612.138.523.201.551.2]
(45)

3.1. Definisi Oper asional

Mengoperasionalkan konsep sama dengan menjelaskan konsep

berdasarkan parameter atau indikator-indikatornya. Dengan kata lain, hasil dari

mengoperasionalkan konsep ini adalah variabel. Dinamakan variabel karena

mempunyai variasi nilai yang dapat diukur. (Kriyantono, 2009 : 26)

Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap remaja di Surabaya

terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan

Teuku Wisnu di televisi. Adapun isi pesan dari iklan layanan masyarakat BKKBN

versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu ini berisi tentang himbauan-himbauan

mengenai pentingnya program KB :

a. Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menghimbau agar tidak terburu-buru

menikah namun menunggu cukup usia dahulu.

b. Menghimbau agar tidak hamil terlalu cepat.

c. Menghimbau agar tidak melahirkan terlalu dekat jaraknya.

d. Tidak hamil terlalu cepat dan merencanakan jarak kelahiran tujuannya agar

bayi yang dilahirkan sehat dan ibu selamat.

e. Menggambarkan bahwa dengan semua perencanaan itu akan tercipta keluarga

yang bahagia selamanya.

(46)

Untuk dapat lebih mudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan

sebagai berikut :

3.1.1 Sikap Remaja di Surabaya Ter hadap Isi Pesan Iklan Layanan

Masyar akat BKKBN ver si Shir een Sungkar dan Teuku Wisnu di

Televisi.

Sikap remaja terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat BKKBN versi

Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu merupakan efek atau pengaruh setelah melihat

atau menyaksikan iklan layanan masyarakat tersebut di televisi. Adapun sikap

remaja terhadap iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan

Teuku Wisnu dapat diukur dari dimensi-dimensi sebagai berikut :

a. Dimensi kognitif remaja terhadap pentingnya program KB yakni meliputi :

a. Pemahaman responden terhadap pernikahan di usia ideal.

b. Pemahaman responden mengenai pentingnya merencanakan kehamilan.

c. Pemahaman responden mengenai pengaturan jarak kelahiran.

d. Pemahaman responden bahwa dengan perencanaan kehamilan dan jarak

kelahiran berdampak pada kesehatan bayi dan keselamatan ibu.

e. Pemahaman responden bahwa dengan program KB akan membuat

keluarga menjadi sejahtera

(47)

b. Dimensi Afektif remaja mengenai program KB :

a. Perasaan senang terhadap BKKBN yang menghimbau menikah pada usia

ideal.

b. Perasaan setuju terhadap pernikahan pada usia ideal.

c. Perasaan setuju terhadap perencanaan kehamilan dan pengaturan jarak

kelahiran.

d. Perasaan tidak khawatir karena dengan perencanaan kehamilan dan

pengaturan jarak kelahiran bertujuan agar bayi lahir sehat dan ibu

melahirkan selamat.

e. Perasaan percaya karena dengan melakukan semua perencanaan tersebut

akan menghasilkan keluarga yang bahagia.

f. Perasaan setuju terhadap slogan KB “Dua Anak Lebih Baik”.

c. Dimensi sikap (konatif) remaja mengenai kecenderungan berperilaku sesuai

dengan program KB :

a. Adanya kecenderungan responden untuk menikah pada usia ideal.

b. Adanya kecenderungan responden untuk tidak hamil terlalu cepat.

c. Adanya kecenderungan responden untuk memperhitungkan jarak

kelahiran.

(48)

e. Adanya kecenderungan responden untuk membentuk keluarga yang

sejahtera.

f. Adanya kecenderungan responden untuk memberitahukan isi pesan iklan

ini terhadap remaja lainnya.

Berdasarkan dimensi diatas akan dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan.

Untuk mengetahui sikap remaja terhadap dimensi-dimensi iklan layanan

masyarakat mengenai pentingnya program KB digunakan model skala likert.

Untuk melakukan penskalaan, responden diberi daftar pertanyaan mengenai sikap

dan setiap pertanyaan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden

untuk menyatakan persetujuannya (Singarimbun, 1989 : 111). Alternatif pilihan

dalam pertanyaan yang dinyatakan dalam jumlah skor sebagai berikut :

1. Sangat tidak setuju (1)

2. Tidak setuju (2)

3. Setuju (3)

4. Sangat Setuju (4)

Pilihan jawaban hanya di golongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan

meniadakan jawaban “ragu-ragu” (undecided), alasannya adalah sebagai berikut :

1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum bisa

memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki

(49)

2. Tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan multi interpretable. Hal ini

tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ke tengah (central

tendency), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan

jawabannya.

3. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian,

sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring responden.

Maka selanjutnya diberi batasan-batasan dalam menentukan lebar interval

dari pertanyaan yang akan dijawab yaitu positif, negative, dan netral dengan

menggunakan rumus :

Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah

Jenjang yang diinginkan

Range = 76 – 19

3

= 57

3

= 19

SS = 4 x 19 = 76 (nilai tertinggi)

S = 3 x 19 = 57

TS = 2 x 19 = 38

(50)

Jadi penentu kategorinya adalah :

1. Sikap negative = 19 – 37

2. Sikap netral = 38 – 56

3. Sikap positif = 56 – 76

Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap-tiap kategori

diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan di analisis.

Sikap remaja terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat BKKBN versi

Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu

positif, netral, negative. Dikatakan positif, jika remaja akan melakukan tindakan

dari himbauan-himbauan yang terdapat dalam iklan tersebut. Dikatakan netral,

jika remaja bersikap ragu-ragu akan melakukan tindakan dari himbauan-himbauan

yang terdapat dalam iklan tersebut. Sementara dikatakan negative, jika remaja

tidak

Gambar

Gambar 1: Model Teori S-O-R (Effendy, 1993:255)
Gambar 2 :  Bagan Kerangka Berpikir tentang sikap remaja terhadap iklan layanan masyarakat BKKBN versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di televisi
Tabel 1
Tabel 2 Usia Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pedagang jajanan terhadap penggunaan pewarna metanil yellow adalah lamanya berdagang, akses yang mudah, tingkat pengetahuan yang rendah,

Dari hasil pengolahan konsentrasi total suspended solid menggunakan algoritma Syarif Budhiman (2004) didapatkan hasil berupa luasan lahan perairan banjir kanal

5 Karyawan ini selalu bekerja sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 6 Tingkat pencapaian volume kerja yang dihasilkan karyawan ini

“ ...Secara umum masyarakat internasional memang tidak menghendaki atau telah menghapuskan pidana badan ( corporal punishment ) kecuali negara-negara yang tunduk pada

Dalam setiap transaksinya pedagang emas diperkenankan untuk menggunakan faktur pajak sederhana, mengingat bahwa konsumennya tidak memiliki NPWP.Pengenaan Tarif atas Emas Perhiasan

Penelitian utama diantaranya karakterisasi bahan baku, uji organoleptik, pembuatan snack bar, dan pembandingan sifat fisik, kimia, dan organoleptik snack bar

Yayasan Bhakti Pos Indonesia adalah lembaga yang didirikan oleh PT.. Indonesia melekat pada citra YPBPI, yang menghasilkan lulusan yang diarahkan memiliki

Berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir dengan judul “Rancang Bangun Sistem E-Learning Program Studi Teknik Telekomunikasi Berbasis..