• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BEBERAPA VARIABEL TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN MINUMAN ISOTONIK POCARI SWEAT DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BEBERAPA VARIABEL TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN MINUMAN ISOTONIK POCARI SWEAT DI SURABAYA."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Gelar Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan Oleh

TRI WULANDARI NPM 086120089

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

DI SURABAYA

Diajukan Oleh

TRI WULANDARI NPM : 086120089

Telah disetujui untuk diuji :

Pembimbing Utama

Dr. Muhadjir Anwar, SE, MM Tanggal : __________________

Pembimbing Pendamping

Dr. Prasetyo Hadi, SE, MM Tanggal : __________________

Surabaya _____________ UPN ”Veteran” Jawa Timur

Program Pasasarjana Direktu,

(3)
(4)

i

telah dilimpahkan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian dengan judul “PENGARUH BEBERAPA VARIABEL TERHADAP PREFERENSI

KONSUMEN MINUMAN ISOTONIK POCARI SWEAT DI SURABAYA” Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi sebagai salah satu syarat mencapai gelar Magister Manajemen pada Program Pasca Sarjana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu peneliti bersedia menerima kritik dan saran demi perbaikan penelitian ini.

Adapun keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu peneliti sampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Prof. Dr. Djohan Mashudi, SE. MS, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, SE, MM, selaku Pembimbing Utama yang selalu

memberikan pengarahan dalam penyelesaian penelitian ini.

4. Bapak Dr. Prasetyo Hadi, SE, MM, selaku Pembimbing Pendamping yang dengan tulus ikhlas memberikan tenaga dan pikirannya dalam penyelesaian penelitian ini.

(5)

ii

6. Pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.

Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua

Surabaya, Juni 2010

(6)

iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 10

1.4.2. Manfaat Praktis ... 11

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL 2.1 Penelitian Terdahulu ... 12

2.2 Kajian Teoritis ... 13

2.2.1 Iklan ... 13

2.3.1.1. Pilihan Media Iklan ... 17

2.3.1.2. Media Televisi ... 17

2.3.1.3. Sikap Konsumen Pada Iklan ... 19

2.2.2 Merek ... 20

2.2.3 Citra Merek ... 21

2.2.4 Sikap Konsumen Terhadap Merek ... 24

2.2.5 Preferensi Konsumen ... 24

2.2.6 Hubungan Antar Variabel ... 28

2.2.6.1Pengaruh Sikap Konsumen Pada Iklan Terhadap Sikap Konsumen Pada Merek .... 28

(7)

iv

2.2.6.5Pengaruh Citra Merek Terhadap Preferensi

konsumen pada Merek ... 31

2.2.7 Model Analisis dan Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Identifikasi Variabel ... 36

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

3.3.1. Definisi Operasional Variabel ... 36

3.3.2. Pengukuran Variabel ... 38

3.8. Model Persamaan Struktural (Structural Equation Model = SEM) ... 41

BAB 4 HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Obyek Penelitian ... 49

4.2. Deskripsi Karakteristik Konsumen ... 51

4.3. Deskripsi Variabel Penelitian ... 53

4.4. Validitas dan Reliabilitas ... 57

4.5. Persamaan Model Struktural ... 59

4.5.1. Evaluasi Normalitas Univariate dan Multivariate .. 61

Formatt ed: I ndonesian

(8)

v

4.5.3.3.Citra Merek ... 67

4.5.3.4.Preferensi konsumen ... 68

4.6. Pengujian Hipotesis Model Persamaan Struktural ... 70

4.7. Pembahasan ... 72

4.7.1. Pengaruh Sikap Konsumen Pada Iklan Terhadap Sikap Konsumen Pada Merek ... 72

4.7.2. Pengaruh Sikap Konsumen Pada Iklan Terhadap Citra Merek ... 74

4.7.3. Pengaruh Sikap Konsumen Pada Merek Terhadap Preferensi Konsumen ... 76

4.7.4. Pengaruh Citra Merek Terhadap Preferensi Konsumen ... 77

4.7.5. Pengaruh Sikap Konsumen Pada Merek Terhadap Citra Merek ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Formatt ed: I ndonesian Formatt ed: I ndonesian

Formatt ed: I ndonesian Formatt ed: I ndonesian Formatt ed: I ndonesian

(9)

vi

Tabel 1.3 Tiga Besar Top Brand Indeks Pemain Minuman Isotonik

2010 ... 5

Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata Indikator Sikap Konsumen Pada Iklan ... 53

Tabel 4.6 Nilai Rata-Rata Indikator Sikap Konsumen Pada Merek ... 54

Tabel 4.7 Nilai Rata-Rata Indikator Citra Merek ... 55

Tabel 4.8 Nilai Rata-Rata Indikator Preferensi konsumen ... 56

Tabel 4.9. Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap Konsumen Pada Iklan .. 57

Tabel 4.10. Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap Konsumen Pada Merek 58 Tabel 4.11. Uji Validitas dan Reliabilitas Citra Merek ... 58

Tabel 4.12. Uji Validitas dan Reliabilitas Preferensi konsumen ... 59

Tabel 4.13. Goodness of Fit Index Konfirmatori ... 60

Tabel 4.14 Uji Normalitas Univariate dan Multivariate ... 61

Tabel 4.15 Uji Outlier dengan Z Score ... 63

Tabel 4.16. Uji Unidimensionalitas Sikap Konsumen Pada Iklan ... 64

Tabel 4.17. Reliabilitas Konstruk Sikap Konsumen Pada Iklan ... 65

Tabel 4.18. Uji Unidimensionalitas Sikap Konsumen Pada Merek... 66

Tabel 4.19. Reliabilitas Konstruk Sikap Konsumen Pada Merek... 66

Tabel 4.20. Uji Unidimensionalitas Citra Merek ... 67

Tabel 4.21. Reliabilitas Konstruk Citra Merek ... 68

Tabel 4.22. Uji Unidimensionalitas Preferensi konsumen ... 69

Tabel 4.23 Reliabilitas Konstruk Preferensi konsumen ... 69

Tabel 4.24 Pengujian Hipotesis Model Persamaan Struktural ... 71

Formatt ed: I ndonesian

Formatt ed: I ndonesian Formatt ed: I ndonesian

(10)

vii

Gambar 4.1. Gambar Produk Pocari Sweat ... 51 Gambar 4.2. Persamaan Model Struktural ... 56 Gambar 4.3 Pengujian Hipotesis Model Persamaan Struktural ... 70

Formatt ed: I ndonesian

(11)

viii

Abstrak

Pasar minuman terus meningkat tiap tahunnya, dari pangsa pasar minuman dalam kemasan yang secara keseluruhan sebesar 44 triliun rupiah, pasar minuman isotonik memiliki porsi Rp 2,9 – 3,4 triliun di tahun 2009 dan terus naik dari tahun-tahun sebelumnya. Pocari Sweat menduduki ranking pertama pada tiga besar Top Brand Indeks mulai tahun 2008-2010 bersama pesaingnya yaitu Mizone dan Vitazone. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh (1) sikap konsumen pada iklan terhadap sikap konsumen pada merek ; (2) sikap konsumen pada iklan terhadap citra merk ; (3) sikap konsumen terhadap preferensi konsumen ; (4) citra merk terhadap preferensi konsumen ; (5) sikap konsumen pada merek terhadap citra merek.

Variabel pada penelitian ini adalah : sikap konsumen pada iklan, sikap konsumen pada merek, citra merek dan preferensi konsumen. Populasi pada penelitian ini adalah konsumen yang membeli dan mengkonsumsi Pocari Sweat, dengan karakteristiknya pendidikan minimal SMU, berdomisili di Surabaya. Teknik sampel menggunakan aksidental sampling. Teknik analisisnya menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan bantuan program AMOS 15.0

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah (1) terdapat pengaruh sikap konsumen pada iklan terhadap sikap konsumen pada merek ; (2) terdapat pengaruh sikap konsumen pada iklan terhadap citra merk ; (3) terdapat pengaruh sikap konsumen terhadap preferensi konsumen ; (4) terdapat pengaruh citra merk terhadap preferensi konsumen ; (5) terdapat pengaruh sikap konsumen pada merek terhadap citra merek

Keyword : sikap konsumen pada iklan, sikap konsumen pada merek, citra merek, preferensi konsumen

(12)

1.1. Latar Belakang Masalah

Bisnis minuman dalam kemasan masih memiliki daya tarik bagi para

pengusaha, sama seperti pada pasar makanan, penjualan minuman adalah bisnis

yang tidak ada matinya. Bisnis minuman ini menjanjikan keuntungan besar,

karena memilik pasarnya yang juga besar, terlebih lagi untuk sebuah negara yang

berpenduduk mencapai kurang lebih 230 juta jiwa seperti Negara Indonesia.

(Kontan, Minggu II, Oktober 2008).

Peluang dipasar minuman yang masih besar ini diperkuat dengan

pernyataan Yessy Lestarina Harahap, menurut hitungan Coca Cola, selama tahun

2007 ada sekitar 8,96 miliar liter beragam jenis minuman bermerek non-alkohol

yang beredar di pasar Indonesia, jika asumsi satu orang butuh minum 1,5 liter,

maka dalam sehari harus tersedia kurang lebih 345 juta liter air minum dari

berbagai jenis untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia.

Pada kenyataanya jumlah minuman bermerek yang beredar di Indonesia

masih sebesar 15% dari jumlah kebutuhan tersebut, sehingga masih tersedia

sekitar 85% pangsa pasar yang bisa diperebutkan oleh para produsen minuman,

dari pasokan minuman siap saji bermerek tadi, air minum dalam kemasan

(AMDK) mengambil porsi paling besar. Saat ini pemimpin pasar air kemasan

adalah Aqua Golden Missisippi. (Kontan, Minggu II Oktober 2008), namun

(13)

minuman berkarbonasi, teh, atau minuman rasa buah, yakni minuman isotonik,

sebagian konsumen saat ini lebih memilih minuman isotonik dibandingkan

dengan air minum biasa, hal ini dikarenakan agar tubuh secepatnya mendapat

ganti ion tubuh yang hilang.

Perusahaan minuman isotonik mengiklankan diri mereka melalui iklan

sebagai minuman yang mampu mengganti ion-ion tubuh, bahkan minuman

isotonik dianggap dapat menambah konsentrasi, menjaga kelembaban kulit,

hingga mengembalikan energi yang mulai menurun, minuman isotonik dianggap

lebih baik dari air minum biasa, karena air minum biasa tidak memiliki kandungan

mineral seperti minuman isotonik.

Minuman isotonik adalah minuman yang memiliki tekanan yang sama

dengan cairan dalam sel tubuh, kandungan dalam minuman isotonik adalah

elektrolit (Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-) yang terlarut dalam bentuk garam dan gula

untuk membantu mempercepat penyerapan elektrolit, dan sudah tentu kandungan

yang terbanyak adalah air, jadi minuman isotonik sebenarnya adalah air minum

yang mengandung beberapa jenis ion dalam bentuk garam.

Kondisi tubuh yang kekurangan cairan, minuman isotonik memang

bermanfaat untuk mengganti cairan tubuh, misalnya pada olahragawan, penderita

diare, atau saat dehidrasi (Media-Indonesia.com). Pada periode akhir 2005

terdapat berbagai merek minuman isotonik yang muncul di Indonesia untuk

menyaingi Pocari Sweat, diantaranya adalah Mizone, X-ion, Pro-sweat, Optima

Sweat, Powerade, Kino sweat, Vitazone, dan terakhir pada tahun 2008 munculah

(14)

Persaingan di pasar minuman isotonik ini sudah penuh, namun masih

banyak produsen yang berlomba-lomba untuk tetap masuk ke dalam pasar ini,

karena berdasarkan penelitian oleh badan riset terkemuka, Nielsen Research

melalui Nielsen Advertising Information Services, pasar minuman terus meningkat

tiap tahunnya, dari pangsa pasar minuman dalam kemasan yang secara

keseluruhan sebesar 44 triliun rupiah, pasar minuman isotonik memiliki porsi Rp

2,2 – 2,5 triliun di tahun 2008 dan terus naik dari tahun-tahun sebelumnya. Data

tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1. Nilai Pasar Minuman Isotonik

Tahun Nilai Pasar

2005 Rp. 700-800 Miliar

2006 Rp. 1,2 triliun

2007 Rp. 1,5 Triliun

2008 Rp. 2,2 – 2,5 Triliun

2009 Rp. 2,9 – 3,4 Triliun

Sumber : (SWA, Maret 2010)

Pangsa pasar minuman isotonik di Indonesia, banyak pemain yang

bersaing didalamnya, pada tabel 1.2 adalah daftar produsen yang bersaing di pasar

(15)

Tabel 1.2. Pasar Minuman Isotonik

Harga Distributor & Promosi

Akhir 2005 Kaleng Rp3000-Rp3500 Vitazone Mayora Kopi

Torabika, Sumber : MIX, 20 Juni-20 Juli 2006

Berdasarkan tabel diatas, dapat dirumuskan persaingan di pasar minuman

isotonik ditinjau dari konsep marketing mix (Produk, Harga, Promosi, dan

Distribusi). Minuman isotonik merupakan produk yang tergolong baru di dalam

industri minuman namun industri ini peluang masih terbuka lebar hal ini dapat

dilihat pada tabel 1.1, dimana permintaan terus tumbuh.

Tahun 2010, Pocari Sweat memegang 59,4% top brand indeks minuma

(16)

Tabel 1.3. Tiga Besar Top Brand Indeks Pemain Minuman Isotonik 2010

Merek Minuman Isotonik

Top Brand Indeks

2008 2009 2010

Pocari Sweat 62,15% 61,30% 59,4%

Mizone 26,3% 28,25 32,4%

Vitazone 1,8% 3,7% 4,5%

Sumber : SWA No 02/X/February 2010-03-03 dan Produk Komplemen BPOM, http://www.pom.go.id/

Top Brand Indeks diukur berdasarkan mind share, market share dan

commitment share. Mind share, yang diindikasikan oleh nilai top of mind. Mind

share ini mencerminkan kekuatan merek tertentu di dalam benak konsumen dari

kategori produk tertentu dimana merek tersebut berada relatif terhadap

merek-merek pesaingnya, semakin tinggi nilai mind share dari suatu merek-merek, maka akan

semakin kuat merek tersebut.

Melakukan pengukuran market share dengan teknik survei konsumen

memang relatif sulit dan tidak dapat dilakukan secara langsung, untuk itu, nilai

market share diperoleh dengan cara estimasi. Estimasi berdasarkan merek yang

terakhir kali sesuai dengan (re)purchase cycle kategori produk digunakan oleh

konsumen. Nilai yang didapatkan kemudian diturunkan untuk mendapatkan nilai

market share.

Commitment share diindikasikan oleh future intention, yaitu tingkat

keinginan konsumen untuk membeli atau menggunakan merek tertentu di masa

yang akan datang. Commitment share ini menggambarkan porsi merek tertentu di

hati para konsumen kategori produk terkait, future intention ini kemudian

diturunkan untuk mendapatkan nilai commitment share (Handi Irawan, 2007)

Berdasarkan survey tob brand indeks 2009 dan 2010 yang dilakukan oleh

(17)

mengalami penurunan Top Brand Index dari 61,30% ditahun 2009 menjadi 59,4%

di tahun 2010, hal ini menunjukkan ada penurunan juga kekuatan merek dibenak

konsumen, market share yang diindikasikan pembelian ulang dan penggunaan

merek (pembelian) Pocari Sweat di masa mendatang.

Penurunan mind share mencerminkan penurunan kekuatan merek tertentu

di dalam benak konsumen berkaitan dengan penurunan citra merek Pocari Sweat,

karena salah satu indikator citra merek adalah kekuatan asosiasi merk (strength of

brand association) terbentuk dari informasi yang masuk dalam ingatan konsumen

dan bertahan menjadi bagian dari citra merk, asosiasi suatu merk utama yang

sudah ada dalam ingatan konsumen tergantung bagaimana merk tersebut

dipertimbangkan (Keller,1993:7).

Strategi promosi merupakan salah satu hal yang sangat penting di dalam

upaya membangun merek, terlebih jika manajemen menginginkan mereknya

masuk dalam predikat Top Brand, dari berbagai dimensi strategi promosi, maka

penetapan besarnya budget promosi merupakan faktor kunci keberhasilan.

Pengamatan Handi Irawan hasil survei Top Brand yang dilakukan oleh Frontier

Consulting Group menunjukkan bahwa banyak di antara merek-merek yang

berhasil disebabkan karena dukungan budget promosi yang optimal. Dan

sebaliknya, banyak merek-merek yang kurang berhasil membangun mereknya

karena budget promosi yang terlalu kecil, untuk itu, menentukan budget promosi

yang tepat sangatlah penting (Handi Irawan, 2007). Strategi promosi yang

dilakukan oleh Pocari Sweat di media televisi sebagai upaya untuk meningkatkan

(18)

menciptakan sikap merek yang positif dan keinginan membeli yang lebih tinggi

(Peter dan Olson, 2004).

Commitment share yang digunakan untuk mengukur top of brand indeks

diindikasikan oleh future intention, yaitu tingkat keinginan konsumen untuk

membeli atau menggunakan merek tertentu di masa yang akan datang. Adanya

keinginan untuk membeli produk Pocari Sweat di masa mendatang tidak terlepas

dari kepercayaan yang kuat konsumen akan produk Pocari Sweat, kepercayaan

yang kuat inilah yang mendasari preferensi konsumen (Houston and

Sherman,1995) untuk memilih produk Pocari Sweat dibanding dengan produk

minuman istonik lainnya.

Pocari Sweat merupakan minuman kesehatan yang diproduksi oleh

perusahaan farmasi Otsuka (Filipina) Pharmaceutical Incorporated (OPPI). Pocari

Sweat pertama kali diperkenalkan di Jepang pada Tahun 1980 dan sejak itu telah

menjadi favorit bagi konsumen Jepang. Minuman kesehatan ini merupakan

minuman isotonik yang dapat membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang

hilang melalui keluarnya keringat, sampai saat ini, Pocari Sweat sudah dapat

dinikmati oleh konsumen di 14 negara di seluruh dunia, termasuk Korea,

Indonesia, Malaysia, Hong Kong, Cina, Thailand dan Uni Emirat Arab.

Pocari Sweat mulai masuk di pasar Indonesia pada Tahun 1989 dan

dikembangkan oleh PT. Amerta Indah Otsuka (AIO). Pada Tahun 1991, pabrik

Pocari Sweat didirikan di Lawang (Malang, Jawa Timur) untuk melayani

kebutuhan pasar di Indonesia, kemudian pada Bulan Januari 2004, terjadi

(19)

Pada awal masuknya ke Indonesia, Pocari Sweat mengalami masa sulit,

kerugian selama lebih dari 10 tahun hingga pada Tahun 2002, perusahaan dapat

memperoleh keuntungan, hal ini disebabkan pada saat awal penetrasi di Indonesia,

persepsi masyarakat masih kabur terhadap produk, yang saat itu Pocari Sweat

merupakan pelopor dari produk minuman isotonik Indonesia.

Berdasarkan data dari lembaga penelitian Nielsen Media Research,

memperlihatkan bahwa setiap tahun ada peningkatan anggaran iklan oleh pemain

di bisnis makanan dan minuman, dalam iklan Pocari Sweat selalu memposisikan

diri sebagai minuman untuk aktifitas olah raga dan keluarga, total budjet untuk

promosi Above The Line pada Tahun 2009, Pocari sweat sendiri menargetkan

mencapai sekitar Rp 30 miliar menurut Prayugo Gunawan, Direktur Penjualan dan

Pemasaran PT Amerta Indah Otsuka (SWA, 19 Februari 2009). Berdasarkan data

Nielsen Media, belanja iklan Pocari pada Tahun 2008 mencapai Rp 46,7 miliar

atau turun dibanding Tahun 2007 yang sebesar Rp 63,7 miliar (nilai dihitung

berdasarkan rate card dari media).

Iklan Pocari Sweat hadir dalam berbagai versi : versi boneka kayu

Pinokio, versi olah raga, versi jumping dan versi bangun tidur (youtube). Saat

konsumen menyaksikan iklan yang ditayangkan dan timbul rasa tertarik di benak

konsumen maka akan timbul keinginan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya

dengan produk yang diiklankan, jadi disini tampak hubungan positif antara sikap

terhadap iklan dengan sikap terhadap produk yang diiklankan (Mowen and

Minor,1998:351). Setiap iklan terdapat bermacam-macam tanda seperti simbol

(20)

dengan kata lain sikap konsumen pada iklan dapat mencerminkan penilaian citra

merk dari produk yang diiklankan (Aaker,1987:341). Sikap konsumen pada merek

memiliki efek terhadap citra merek (Low dan Lamb, 2000), dimana citra merek

suatu produk juga ditentukan oleh sikap konsumen pada merek suatu produk,

apakah sikap itu positif ataupun negatif. Sikap terhadap suatu merk yang positif

akan memperbesar kemungkinan konsumen untuk memilih merk suatu produk

tertentu (Rossiter and Percy,1987:131 dalam Keller,1993:17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini berusaha untuk

menjawab masalah-masalah penelitian, sebagai berikut.

1.Apakah sikap konsumen pada iklan Pocari Sweat berpengaruh terhadap sikap

konsumen pada merk Pocari Sweat?

2.Apakah sikap konsumen pada iklan Pocari Sweat berpengaruh terhadap citra

merk Pocari Sweat?

3.Apakah sikap konsumen pada merk Pocari Sweat berpengaruh terhadap

preferensi konsumen pada merk Pocari Sweat?

4.Apakah citra merk Pocari Sweat berpengaruh terhadap preferensi konsumen

pada merk Pocari Sweat?

5.Apakah sikap konsumen pada merek Pocari Sweat berpengaruh terhadap citra

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi, menganalisis dan membuktikan:

1.Sikap konsumen pada iklan Pocari Sweat berpengaruh terhadap sikap

konsumen pada merk Pocari Sweat.

2.Sikap konsumen pada iklan Pocari Sweat berpengaruh terhadap citra merk

Pocari Sweat.

3.Sikap konsumen pada merk Pocari Sweat berpengaruh terhadap preferensi

konsumen pada merk Pocari Sweat.

4.Citra merk Pocari Sweat berpengaruh terhadap preferensi konsumen pada merk

Pocari Sweat.

5.Sikap konsumen pada merek Pocari Sweat berpengaruh terhadap citra merek

Pocari Sweat.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitihan ini dapat bermanfaat pada pengembangan

ilmu pemasaran dalam pengembangan ilmu pemasaran yang berkaitan dengan

strategi pemasaran, terutama yang terkait dengan preferensi konsumen terhadap

merek yang dipengaruhi oleh sikap konsumen pada iklan yang dilakukan oleh

(22)

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar

penyusunan strategi dan kebijakan di kemudian hari, dengan menjaga dan

meningkatkan mutu produknya dan layanan serta mengeluarkan produk-produk

baru yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dari minuman

(23)

2.1 Penelitian Terdahulu

Punj dan Hillyer (2004) mengenai struktur kognitif terhadap brand equity

menemukan bahwa sikap pada merek global mempengaruhi kekuatan preferensi

secara signifikan, hal tersebut didukung oleh Rossiter dan Percy (1987) dalam

Keller (1993:17) yang menyatakan bahwa sikap terhadap suatu merek yang positif

akan memperbesar preferensi konsumen untuk memilih merek suatu produk dari

ketegori produk tertentu.

Purnawati (2003) yang meneliti mengenai atributisasi pertimbangan dokter

dalam keputusan meresepkan suatu merek obat menemukan bahwa citra merek

ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi konsumen. Penelitian

tersebut didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Mittal (1990), Aaker

(1997), dan Keller (1998) yang menemukan bahwa citra merek berpengaruh

terhadap preferensi konsumen. Hal ini karena citra merek yang positif, diciptakan

oleh asosiasi merek yang kuat, baik, dan unik, akan mempertinggi tingkat

preferensi terhadap merek.

Eva Martinez (2003) tentang perluasan merek pada citra merek

menemukan bahwa sikap konsumen pada merek juga ikut memberikan pengaruh

pada citra merek suatu produk, hal ini didukung oleh pernyataan dari Low dan

Lamb (2000) yang menyatakan bahwa sikap pada merek memiliki efek pada citra

(24)

Shimp (2003:11) yang menyatakan bahwa suka atau tidaknya sikap

konsumen pada iklan juga akan mempengaruhi citra merek suatu produk yang

diiklankan. Aaker, Batra, dan Myres (1996:293), juga mendukung pernyataan

tersebut sikap pada iklan juga memegang peranan penting dalam membangun

citra merek suatu produk dimana dengan melihat kualitas karakteristik iklan yang

ditampilkan, konsumen akan memiliki reaksi positif pada produk yang diiklankan

hingga akan timbul minat untuk mencoba dan akhirnya membeli produk atau

sebaliknya.

2.2. Kajian Teoritis

2.2.1. Iklan

Periklanan pada dasarnya merupakan salah satu tahap dari pemasaran,

yang tiap-tiap tahap itu bagaikan mata rantai yang saling berhubungan dan

jaringannya akan terputus jika salah satu mata rantai itu lemah. Periklanan

menjadi tahap yang penting yang sama pentingnya dengan tahap-tahap lain dalam

proses pemasaran.

Definisi periklanan menurut institute praktisi periklanan Inggris dalam

Jefkins (1996 : 5) adalah: Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang

paling persuasive yang diarahkan kepada (calon) konsumen yang paling potensial

atas produk barang atau jasa tertentu dengan dengan biaya yang paling ekonomis.

Kotler (1997 : 236) mengartikan periklanan sebagai berikut: Periklanan

adalah segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang, atau jasa

oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembiayaan, dalam membuat

(25)

mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli.

Salah satu bentuk promosi adalah iklan sebagai sarana memperkenalkan

atau menginformasikan produk atau jasa yang dihasilkan pada konsumen, iklan

yang dibuat oleh perusahaan harus memiliki informasi tentang produk yang

diiklan, sehingga konsumen memiliki kesadaran dan pengetahuan akan merk

tersebut, dan dapat menentukan apakah produk itu sesuai atau tidak. Iklan yang

dibuat haruslah dapat membuat konsumen percaya pada produk yang diiklankan

dan kata-kata yang digunakan harus mudah dipahami dan diingat.

Iklan yaitu suatu pesan tentang suatu produk, jasa atau ide yang disiarkan

lewat satu atau lebih media dan dibiayai oleh sponsor atau perusahaan yang

diketahui umum (Stanton,1991:452), atau kumpulan tanda atau simbol yang

dikumpulkan bersama dalam berbagai macam cara (Dunn and Barban,1982:325).

Periklanan adalah segala bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang,

jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang telah dibayar, dan iklan

merupakan bagian dari bauran pemasaran dan sebagai salah satu media untuk

mengkomunikasikan informasi tentang produk yang dilakukan oleh sponsor

tertentu yang telah dibayar (Kotler and Armstrong,2001:543), dalam membuat

iklan harus ditetapkan dulu tujuan yang ingin dicapai seperti siapa target sasaran,

pasar yang akan dimasuki, dan lainnya.

Tujuan iklan ada empat yaitu (1) Informative advertising untuk

memberikan informasi saat memperkenalkan produk baru dan untuk menciptakan

permintaan awal, seperti memberitahu pasar mengenai produk baru, cara

(26)

membujuk dan menciptakan permintaan selektif, sehingga produk yang

dipasarkan menimbulkan kesan positif dan memberikan pengaruh pada

pembelian; (3) Comparative advertising untuk membangun superioritas merk

melalui perbandingan spesifik dengan satu atau lebih merk lainnya dalam suatu

ketegori produk; (4) Remainder advertising untuk mengingatkan konsumen

kembali akan produk tersebut; (5) Reinforcement advertising untuk meyakinkan

konsumen bahwa mereka telah melakukan pilihan yang tepat, sehingga dapat

melakukan pembelian ulang.

Iklan diadakan untuk memberi informasi dan membujuk. Isi komunikasi

iklan adalah inti apa yang dapat dilakukan oleh iklan tersebut. Aspek ini sering

disebut ”kreatif”, pesan atau isi iklan disebut ”pekerjaan kreatif ”. Iklan meliputi

latihan menulis dan mendesain dalam kata-kata dan gambar, serta memerlukan

kemampuan verbal maupun kemampuan menggambar yang memadai. Perbedaan

antara satu iklan dengan iklan yang lain seringkali terletak pada pesan itu sendiri

itulah arti komunikasi.

Secara umum terdapat tiga tujuan strategi periklanan yang dikemukakan

Taufik Amir (2004), yaitu (1) mengingatkan; (2) persuasif, dan membandingkan;

dan (3) informatif. Selain tujuan umum tersebut terdapat tujuan finansial, yaitu

periklanan adalah investasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk periklanan, harus

dapat dikembalikan melalui peningkatan penjualan yang lebih tinggi dari

sebelumnya dilakukan periklanan (Lowe, 2000). Iklan sebagai sarana pemasaran

produk atau jasa, dapat dipergunakan oleh produsen, pedagang, maupun badan

(27)

diperhatikan dalam strategi periklanan adalah; menyusun pesan yang ingin

disampaikan (advertising message), dan pilihan media iklan (media selection).

Dunn and Barban (1990:325) mengatakan iklan merupakan kumpulan

tanda dan simbol yang diletakkan atau digabungkan secara bersama-sama dalam

berbagai cara yang tidak terbatas, yang dapat menciptakan suatu kesan tertentu

yang dapat membentuk image terhadap suatu merk atau lembaga. Simbol dan

tanda yang digunakan harus menarik, mudah dimengerti, dan mudah diingat yang

akan memperkuat brand image dari produk tersebut, sehingga akan membentuk

asosiasi merk yang terus melekat dalam pikiran pemirsa dan akhirnya membentuk

brand image yang positif.

Beberapa syarat iklan yang baik, seperti: dapat menimbulkan perhatian

dengan gambar dibuat menarik, tulisan mencolok, kata-katanya unik; menarik

dapat menimbulkan rasa ingin tahu dari konsumen; menimbulkan keinginan untuk

membeli; dan akhirnya konsumen membeli produk yang ditawarkan (Kotler and

Armstrong,2001:521). Pada penelitian ini, iklan yang diteliti adalah iklan pada

media televisi karena media periklanan yang paling ampuh dari semua media yang

lain ini mampu menggabungkan penglihatan, suara, gerak, dan peluang untuk

mendemonstrasikan produk secara langsung (Russel and Lane,1990:505). Jadi

elemen iklan televisi (Rossiter and Percy,1987:209) yang akan diukur yaitu: (1)

Sound effect: kata-kata dan suara yang terdengardalam iklan; (2) Music: musik

yang digunakan dalam media penyiaran; (3) Words: kata-kata yang terlihat untuk

menjelaskan pesan iklan; (4) Pictures: gambar atau penayangan dari produk yang

(28)

cahaya pada tayangan iklan; (6) Movement: gerakan pada tayangan iklan yang

mempengaruhi emosi seseorang seperti fragmen cerita dan adegan yang

ditampilkan.

2.2.1.1 Pilihan Media Iklan

Perusahaan yang akan mengiklankan produk atau jasa yang akan

ditawarkan dapat memilih media iklan yang tepat untuk menyampaikan

mengkomunikasikan manfaat produk dan jasa tersebut kepada konsumen atau

calon konsumennya, namun tidak semua media memiliki ekspour yang sama

kepada konsumen sasaran.

Kemampuan media untuk menjangkau konsumen sasaran dapat dilihat dari

luas jamgkauan maupun cara penyampaian iklan, dalam memilih diperlukan

pertimbangan dalam tiga faktor, yaitu; 1) ciri khasproduk yang diiklankan; 2)

kemampuan media menyampaikan iklan; dan 3) jumlah anggaran yang

dialokasikan, (Sutojo dan Kleinsteuber, 2001).

2.2.1.2. Media Televisi

Iklan melalui media televisi lebih baik daripada melalui media radio dan

media lainnya, sebab iklan pada media televisi dapat menciptakan kombinasi dari

cahaya, suara, gerakan dan adanya peluang untuk mendemonstrasikan produk

secara langsung. Demonstrasi langsung ini yang menyebabkan iklan televisi lebih

mengena daripada di media lain. Terjemahan dari pendapat Russel dan Lane

(1990: 257) “Televisi merupakan media periklanan yang sangat ampuh dari semua

media lain karena menggabungkan penglihatan, suara dan gerak”. Media iklan di

(29)

konsumen sebab pada televisi tersebut konsumen melihat dengan jelas produk

yang ditawarkan, cara - cara pembuatan produk yang dapat menyakinkan

konsumen akan kualitas produk tersebut, dan demonstrasi penggunaan produknya

sehingga dapat mempermudah konsumen menggunakan produknya dengan baik

dan benar. Iklan di televisi lebih berhasil menyakinkan konsumen dan berhasil

menarik perhatian konsumen dari konsumen yang tidak mengetahui adanya suatu

produk baru hingga mengenalnya dan ingin membelinya.

Media televisi merupakan salah satu media iklan yang efektif untuk

menyampaikan pesan iklan kepada konsumen potensial. Media televisi merupakan

media yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan iklan produk, positioning

iklan tersebut dalam sela-sela program siaran televisi, maka semakin banyak

waktu yang dihabiskan pemirsa untuk melihat iklan dalam media tersebut. Bentuk

siaran dalam media televisi sangat tergantung dari berbagai bentuk siarannya,

apakah merupakan bagian dari suatu sindikat, jaringan lokal, kabel atau bentuk

lainnya, bentuk iklan ditelevisi yaitu: pensponsoran, partisipasi, pengumuman

maupun announ cement.

Media televisi menimbulkan danpak yang kuat terhadap konsumen dalam

hal menciptakan kelenturan dengan mengkombinasikan audio visual sehingga

iklan dapat dikemas dalam bentuk yang menarik, iklan media televisi dapat

mempengaruhi sikap dan persepsi konsumen sasaran dimana banyak konsumen

potensial meluangkan waktu didepan televisi sebagai sumber berita dan informasi.

(30)

2.2.1.3. Sikap Konsumen Pada Iklan

Para pengiklan selalu berusaha untuk mengukur sejauh mana konsumen

mengevaluasi iklan yang ditayangkan. Beberapa peneliti menemukan bahwa sikap

konsumen pada iklan adalah bagaimana evaluasi afeksi terhadap iklan tersebut

dapat dipengaruhi sikap mereka terhadap produk atau merek yang diiklankan.

(Peter dan Olson, 2004). Iklan akan disenangi konsumen terlihat dapat

menciptakan sikap merek yang positif dan keinginan membeli yang lebih tinggi

dibandingkan iklan yang tidak disukai.

Mekanisme yang dapat menjelaskan dampak sikap menyukai terhadap

merek akan mengakibatkan menyukai suatu iklan atau dapat berlaku sebaliknya,

menyukai suatu iklan akan mempengaruhi perhatian dan pemahaman terhadap

suatu merek dan pada akhirnya menyukai merek tersebut, mengacu pada teori

kognitif sosial Bandura (1989). Pengaruh iklan dapat saja menghasilkan sikap

positif terhadap suatu merek, tetapi tidak selalu membawa kepada peningkatan

pembelian merek tersebut.

Sikap pada iklan berkerja melalui suatu proses reaksi konsumen yang

terjadi karena rangsangan dari elemen-elemen iklan, dimana reaksi ini timbul saat

konsumen sedang melihat, mendengar, berpikir tentang suatu iklan, dan dapat

ditunjukkan melalui sikap suka atau tidak suka terhadap rangsangan iklan tersebut

(Mowen and Minor,2002:352).

Proses reaksi akan digunakan untuk mendorong elemen-elemen iklan lebih

rinci tergantung pada media periklanan yang digunakan, jadi bisa berupa gambar

(31)

Seseorang akan merasa suka terhadap suatu merk jika iklan tersebut menmiliki

daya tarik tertentu seperti kombinasi warna yang menarik, menampilkan idola,

pesan yang disampaikan mudah dimengerti, dan memiliki daya kreatifitas yang

tinggi sebagai faktor pembeda dengan iklan lain dan sebaliknya.

Sikap atas iklan dapat dibentuk dari elemen-elemen dari iklan itu sendiri,

dengan kata lain, sikap pada iklan adalah perasaaan seseorang pada saat melihat

tayangan iklan, yang terbentuk dengan meneliti sikap pada iklan tersebut dari

kualitas karakteristik iklan yang ada (Aaker, Batra, and Myres, 1996:293).

2.2.2. Merek

Merk adalah sebuah janji kepada konsumen, dengan harapan ketika

konsumen menyebut merk tersebut akan memberikan kualitas terbaik,

kenyamanan, status, dan lainnya yang menjadi pertimbangan konsumen saat

membeli (Shimp,2003:8). Menurut American Marketing Association adalah nama,

istilah, simbol, atau desain, atau kombinasi dari keseluruhan untuk

mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual atau sekelompok penjual agar dapat

dibedakan dari kompetitornya (Kotler,2003:82). Jadi merk adalah suatu simbol

yang rumit yang dapat disampaikan dalam enam tingkat, yaitu (1) atribut: merk

dapat mengingatkan atribut-atribut tertentu; (2) manfaat: atribut harus dapat

diterjemahkan menjadi menfaat fungsional dan emosional; (3) nilai: merk juga

mengatakan sesuatu tentang nilai dari produsennya; (4) budaya: melambangakan

budaya tertentu; (5) kepribadian: dapat mencerminkan kepribadian tertentu; dan

(6) pemakai: mencermikan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan

(32)

2.2.3. Citra Merek

Berdasarkan American Marketing Association, merk dapat didefinisikan

sebagai suatu nama, simbol, tanda atau desain, atau kombinasi dari semuanya,

yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang pembeli

atau sebuah kelompok penjual tersebut, sehingga dapat dibedakan dari barang dan

jasa yang dihasilkan para kompetitor (Aaker,1997:9; Kotler,1991 in

Keller,1993:2; Keller,1998:2). Citra merek menurut Kotler (2000:296) adalah

suatu cara dari konsumen untuk menyadari suatu badan usaha atau produk badan

usaha.

Citra merk (brand image) adalah kesan yang diperoleh tentang suatu merk

yang dianggap sebagai kelompok asosiasi yang menghubungkan pemikiran

manusia dengan suatu nama merk (Beil,1992:8). Menurut Schiffman dan Kanuk

(1997:182), brand image merupakan kumpulan asosiasi yang dihubungkan pada

merk yang diingat oleh konsumen, jadi semakin besar asosiasi yang dihubungkan

ke merk suatu produk maka semakin positif produk tersebut di dalam benak

konsumen. Jadi suatu citra merk yang positif diciptakan oleh suatu asosiasi merk

yang kuat, baik, dan unik yang akan mempertinggi preferensi merk

(Aaker,1997:160-165) dan mempunyai dampak yang baik terhadap probabilitas

pemilihan suatu merk.

Suatu merk akan memberikan tanda kepada konsumen mengenai sumber

produk tersebut dan melindungi konsumen maupun produsen dari para kompetitor

(33)

Komponen merk yang memberikan identitas secara individu disebut dengan

identitas merk atau biasanya dikenal dengan merk (Keller,1993:2).

Pengetahuan akan suatu merk (brand knowledge) dalam memori atau

ingatan penting untuk membuat suatu keputusan pembelian dimana biasanya telah

didokumentasikan dengan baik dalam ingatan (Albe, Hutchinson, dan Lynch,1991

in Keller, 1993:2), sehingga pengetahuan merk sangat penting dan dapat

mempengaruhi apa yang dipikirkan oleh seseorang tentang suatu merk, yang

terdiri dari dua komponen yaitu kesadaran merk: terkait dengan pengenalan dan

pengingatan kembali tentang kinerja suatu merk; dan citra merk mengacu pada

serangkaian asosiasi yang berhubungan dengan merk yang tertanam di benak

konsumen (Keller,1993:2).

Asosiasi merk (Keller,1998:93) adalah titik-titik informasional lain yang

berhubungan dengan merk di dalam ingatan dan mengandung makna dari merk di

dalam benak konsumen. Faktor-faktor pembentuk citra merk (Keller,1993:7)

adalah (1) keuntungan asosiasi merk (favorability of brand association), tercipta

dari dari atribut dan manfaat yang diberikan suatu merk yang dapat memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen; (2) kekuatan asosiasi merk (strength of

brand association), terbentuk dari informasi yang masuk dalam ingatan konsumen

dan bertahan menjadi bagian dari citra merk. Asosiasi suatu merk utama yang

sudah ada dalam ingatan konsumen tergantung bagaimana merk tersebut

dipertimbangkan; dan (3) keunikan asosiasi merk (uniqueness of brand

association) terbentuk dari informasi yang masuk dalam ingatan konsumen dan

(34)

ada dalam ingatan konsumen tergantung bagaiman merk tersebut

dipertimbangkan.

Keller (1993:11) juga menyebutkan citra merk yang dibangun dari asosiasi

merk ini biasanya dihubungkan dengan informasi yang ada dalam ingatan dengan

sesuatu yang berhubungan dengan produk atau jasa tersebut, karena suatu merk

itu diidentifikasikan dari entitasnya, maka konsumen sering menghubungkan

asosiasi merk itu dengan entitas tersebut, sehingga menghasilkan suatu asosiasi

sekunder atau asosiasi yang tidak langsung dihubungkan dengan merk. Asosiasi

sekunder ini didapatkan dari asosiasi primer yang berhubungan dengan nama

perusahaan, asal negara, distributor, selebriti yang mengiklankan, dari produk atau

jasa tersebut, serta kejadian.

Citra merk dapat digambarkan sebagai kontribusi dari sub image atau citra

yatitu citra penyedia produk atu jasa, citra pemakainya, dan citra dari produk atau

jasa itu sendiri (Biel,1992:8). Misal kasus Marlboro, reputasi dari perusahaan

Philip Morris memainkan peran paling utama dalam membangun citra merk.

Bagaimanapun juga kontribusi relatif ketiga elemen ini sangat bervariasi

tergantung dari kategori produk dan merknya. Citra dari produknya pun

mendukung hal ini dan kontribusinya dalam kesan dari pemakainya.

Sebuah citra merk akan diidentikkan dengan citra dari perusahaannya.

Selain itu juga akan diidentikkan dengan citra dari negara asal dimana perusahaan

tersebut menghasilkan produk atau jasa itu sehingga melihat negara asalnya

seorang konsumen dapat mengevaluasi dan mempercayai suatu merk (Erickson,

(35)

distributor atau retailer pun juga dapat membangun citra merk, karena gengsi dari

retailer akan dihubungkan dengan asosiasi terhadap merk yang ditawarkan

(Keller,1993:11).

Kotler and Armstrong (2005:273) mengatakan bahwa konsumen akan

mengembangkan suatu kepercayaan terhadap merk dimana tiap merk memiliki

ciri khas, kepercayaan konsumen terhadap merk tertentu disebut citra merk.

Kepercayaan konsumen ini dapat bervariasi sesuai dengan ciri yang sebenarnya

sampai sikap preferensi konsumen ke arah alternatif merk melalui prosedur

evaluasi tertentu. Salah satu prosedur yang mempengaruhi evaluasi itu adalah

kepercayaan merk atau citra merk.

2.2.4. Sikap Konsumen Pada Merek

Sikap pada merk merupakan kecenderungan perilaku yang diperoleh dari

pengaruh situasi untuk dapat menilai suatu merk produk, dan yang ditunjukkan

melalui rasa suka atau tidak suka dari suatu proses pembelajaran sebelumnya

(Aaker, Batra, and Myres, 1996:126). Hal ini dikarenakan setiap konsumen akan

bertindak, bereaksi, dan memberikan respon terhadap apa yang dikomunikasikan

oleh pemasar mengenai suatu produk, yang akan mempengaruhi sikapnya

terhadap merk, walaupun sikap mempunyai ciri yang relatif konsisten, tapi sikap

bukan merupakan elemen psikologis yang bersifat statis, karena sikap itu lebih

dinamis atau dapat berubah. Sikap terhadap suatu merk dapat diukur langsung

dengan menanyakan apakah konsumen suka atau tidak suka terhadap suatu merk

atau dengan menilai perasaan konsumen terhadap suatu obyek melalui evaluasi

(36)

menguntungkan atau tidak bagi dirinya (Schiffman and Kanuk,1997:242). Jika

konsumen menyukai suatu merk maka mereka akan memiliki penilaian positif

terhadap atribut yang ditawarkan produk tersebut dan sebaliknya.

Merek adalah sebuah janji epada konsumen, dengan harapan ketika

konsumen menyebut merek tersebut akan memberikan kualitas terbaik,

kenyamanan, status, dan lainnya yang menjadi pertimbangan konsumen saat

membeli (Shimp, 2003:8). Jadi elemen merek (Keller, 1998:135-165) dapat

diukur melalui Brand Name, Logo and Symbols, Characters, Slogans, Jingles,

Packaging.

2.2.5. Preferensi Konsumen

Preferensi merk dikatakan sebagai kecenderungan terhadap suatu merk

yang didasarkan pada kepercayaan konsumen yang kuat atau menonjol pada saat

tertentu (Fishbein dan Ajzen,1997; Mitchelle dan Olson,1981 in D’souza dan

Rao,1995:33). Preferensi merk yang mempengaruhi proses pemilihan suatu merk

dibedakan berdasarkan menjadi dua hal yaitu: preferensi berdasarkan atribut dan

preferensi berdasarkan attitude, dimana proses preferensi berdasarkan atribut,

banyak penelitian menyebutkan bahwa nama merk yang disebut terakhir

merupakan merk utama yang digunakan sebagai subyek perbandingan dan merk

yang disebutkan lebih dulu sebagai merk pilihan (Houston and Sherman,1995;

Houston, Sherman, and Baker,1989; Kardes and Sabon matsu, 1993). Proses

preferensi membutuhkan suatu pengetahuan dan kegunaan dari suatu atribut

spesifik pada saat melakukan pengambilan keputusan dengan melakukan

(37)

Keunikan dari atribut juga mempengaruhi proses pemilihan atau

perbandingan merk ini. Atribut dibedakan menjadi dua yaitu atribut unik (unique

attribute) dan atribut umum (shared attribute) (Thersky,1997 in Mantel dan

Kardes,1999:336). Atribut yang unik akan menjadi pokok perbandingan secara

langsung dan memberikan bobot yang lebih didalam proses perbandingan dua

merk (Mantel and Kardes,1999:336). Orang akan mulai menggunakan memorinya

untuk membuat keputusan dimana memori akan membandingkan kedua merk

tersebut, biasanya merk yang konsep desainnya jelas akan lebih mudah diingat

oleh memori (Mantel dan Kardes,1999:336).

Kebanyakan orang akan berusaha melakukan preferensi berdasarkan

atribut dalam melakukan pemilihan suatu merk. Preferensi berdasarkan atribut

adalah preferensi yang mensyaratkan suatu pengetahuan dan kegunaan tentang

suatu atribut yang spesifik pada saat pengambilan keputusan dan melakukan

perbandingan atribut demi atribut terhadap suatu merk (Mantel dan

Kardes,1999:336). Jika keputusan yang dibuat diantara merk dengan atribut unik

dan umum, maka pilihan yang dilakukan adalah lebih ke preferensi atribut,

apalagi jika ditambah dengan nilai dari atribut produk yang ada, maka dapat

mengurangi konsumen untuk memikirkan alternatif lain dalam melakukan

preferensi yang telah ditetapkan sebelumnya (Sanbonmatsu et al., 1991:138).

Preferensi konsumen berdasarkan atribut (Mantel Kardes,1999:337), ada

indikator yang berpengaruh yaitu banyaknya pengetahuan yang ada pada

konsumen bisa berupa informasi produk yang diperoleh dari iklan; tingkat

(38)

kemampuan suatu produk dari kemasan; tingkat keterlibatan konsumen terhadap

keinginannya berdasarkan keterangan tentang kemampuan suatu produk dari

referensi.

Preferensi konsumen pada suatu merek dapat dibangun melalui beberapa

cara di bawah ini (Alreck dan Settle 1999) :

1. Need association, yaitu suatu merek terhubung pada satu kebutuhan melalui

asosiasi yang berulang.

2. Mood association, yaitu suasana hati dilampirkan pada suatu produk/merek

melalui asosiasi yang berulang.

3. Subconscious motivation, yaitu simbol-simbol yang disarankan digunakan

untuk menarik perhatian motivasi bawah sadar konsumen.

4. Behavior modification, yaitu konsumen dikondisikan untuk membeli merek

dengan cara memanipulasi bukti-bukti dan penghargaan.

5. Cognitive processing, yaitu rintangan persepsi dan kognitif ditembus untuk

menciptakan perilaku yang baik.

6. Model emulation, yaitu model-model gaya hidup sosial yang ideal

dipersembahkan kepada konsumen agar konsumen berusaha menyamai atau

melebihi model-model tersebut.

Preferensi berdasarkan sikap memakai yakni perasaan untuk membangun

preferensi (Muthitacharoen dan Palvia,2002:203). Evaluasi bisa berupa evaluasi

positif dan negatif (Priester dan Petty,1996 in Craig et al.,2002:3). Situasi ini

menggambarkan preferensi konsumen berdasarkan sikap, sedangkan proses

(39)

memori manusia. Jadi secara umum, attitude dari konsumen merupakan gabungan

dari kepercayaan, perasaan, tujuan (intention) perilaku konsumen terhadap suatu

obyek dalam konteks pemasaran. Elemen dari preferensi konsumen dapat diukur

melalui (1) kepercayaan, dimana konsumen memiliki kepercayaan yang berebeda

terhadap suatu objek tergantung pada tiap situasi dan biasanya sulit diubah dari

pengalaman yang dirasakan; (2) perasaan, dimana persaan juga muncul memalui

suatu kepercayaan dan dapat menimbulkan dampak yang berbeda bagi konsumen,

(3)minat (behavior intention) membeli atau tidak membeli konsumen akan produk

tertentu yang akan membawa dampak suatu pemikiran logis terhadap kepercayaan

yang ada suatu keadaan. Ketiga komponen ini mempunyai tingkat ketergantungan

yang tinggi dan secara bersama-sama menunjukkan suatu reaksi konsumen

terhadap pemilihan merk suatu obyek (Hawkins et al.,1998:26).

2.2.6. Hubungan Antar Variabel

2.2.6.1 Pengaruh Sikap Konsumen Pada Iklan Terhadap Sikap Konsumen

Pada Merek

Konsumen secara langsung akan memiliki sikap pada iklan saat iklan itu

ditayangkan, dan akan terbentuk sikap terhadap merk produk yang diiklankan.

Saat konsumen menyaksikan iklan yang ditayangkan dan timbul rasa tertarik di

benak konsumen maka akan timbul keinginan konsumen untuk memenuhi

kebutuhannya dengan produk yang diiklankan, jadi disini tampak hubungan

positif antara sikap pada iklan dengan sikap terhadap produk yang diiklankan,

dan sebaliknya (Mowen and Minor,1998:351). Jadi perasaan suka terhadap

(40)

mempengaruhi sikap konsumen atas merk produk tersebut. Dengan kata lain,

perasaan terhadap iklan akan bekerja saat konsumen menyukai atau tidak terhadap

iklan dan sikap ini berhubungan dengan merk, jadi disini terdapat hubungan

kausal antara sikap atas iklan dan sikap atas merk (Aaker, Batra, and Myres,

1996:293).

2.2.6.2 Pengaruh Sikap Konsumen Pada Iklan Terhadap Citra Merek

Setiap iklan terdapat bermacam-macam tanda seperti simbol dan kata-kata

yang dapat menimbulkan kesan tersendiri di benak konsumen, atau dengan kata

lain sikap konsumen pada iklan dapat mencerminkan penilaian citra merk dari

produk yang diiklankan (Aaker,1987:341). Sikap pada iklan juga memegang

peranan penting dalam membentuk citra merk suatu produk dimana dengan

melihat kualitas karakteristik iklan yang ditampilkan (apakah menarik atau tidak),

konsumen akan memiliki reaksi positif pada produk yang diiklankan sehingga

akan timbul minat untuk mencoba dan akhirnya membeli produk atau sebaliknya

(Aaker, Batra, and Myres, 1996:293). Jadi suka atau tidaknya sikap konsumen

pada iklan juga akan mempengaruhi citra merk suatu produk yang diiiklankan

(Shimp,2003:11).

2.2.6.3. Pengaruh Sikap Konsumen Pada Merek Terhadap Citra Merek

Sikap konsumen pada merek memiliki efek terhadap citra merek (Low dan

Lamb, 2000), dimana citra merek suatu produk juga ditentukan oleh sikap

konsumen pada merek suatu produk, apakah sikap itu positif ataupun negatif,

(41)

apakah akan menerima atau menolak produk tersebut, yang pada akhirnya akan

berdampak pada keinginan untui melakukan pembelian.

Pada penelitian dari Eva Martinez (2003) tentang perluasan merek pada

citra merek menemukan bahwa sikap konsumen pada merek juga ikut

memberikan pengaruh pada citra merek suatu produk. Perusahaan telah

menggunakan ekstensi merek sebagai strategi untuk meluncurkan produk baru.

Alasan mengapa strategi ini telah populer adalah fakta bahwa menurunkan resiko

kegagalan produk baru, karena konsumen pada awalnya lebih bersedia untuk

menerima produk-produk dipasarkan dengan merek terkenal. Namun demikian,

strategi ini tidak bebas dari risiko, karena tidak nyaman untuk semua merek, dan

bahkan mungkin memiliki efek negatif terhadap citra merek diperpanjang. Untuk

analisis ini, percobaan dilakukan yang meneliti variabel paling penting untuk

dipertimbangkan dalam menggunakan strategi ekstensi merek.

2.2.6.4. Pengaruh Sikap Konsumen Pada Merek Terhadap Preferensi

Konsumen

Iklan yang dilakukan oleh pemasar diharapkan dapat menimbulkan

penilaian dari konsumen yang akan berpengaruh pada sikap konsumen terhadap

merk tersebut dalam memilih merk produk yang telah diiklankan. Dimana dari

sikap terhadap merk yang positif itulah, konsumen akan memutuskan untuk

mencoba atau membeli merk tersebut. Jadi sikap terhadap suatu merk yang positif

akan memperbesar preferensi konsumen untuk memilih merk suatu produk dari

kategori produk tertentu (Rossiter and Percy,1987:131 in Keller,1993:17), atau

(42)

pengambilan keputusan pembelian, karena konsumen sudah memiliki penilaian

yang positif terhadap merk tersebut (Aaker and Keller,1990 in Keller1993:16).

Hasil penelitian Punj dan Hillyer (2004) menunjukkan struktur kognitif terhadap

brand equity menemukan bahwa sikap pada merek global mempengaruhi

kekuatan preferensi secara signifikan.

Pada penelitian Punj dan Hillyer (2004) menemukan bahwa sikap pada

merek global mempengaruhi kekuatan preferensi, dimana sikap terhadap suatu

merek yang positif akan memperbesar preferensi konsumen untuk memilih merek

suatu produk dari ketegori produk tertentu.

Keberhasilan strategi pemasaran sangat bergantung pada pemahaman

pemasar membangun preferensi konsumen. Tujuan utamanya adalah untuk

membangun hubungan yang tahan lama antara merek tertentu dengan preferensi

konsumen untuk menciptakan suatu ikatan yang kuat antara merek dan pembeli.

Konsumen hampir selalu melakukan pendekatan pasar dengan selera dan

preferensi. Sangat jarang membuat konsumen benar-benar spontan melakukan

pembelian tanpa adanya preferensi. Sebagian besar konsumen bahkan untuk

melakukan pembelian tak direncankan sangat dipengaruhi oleh selera yang sudah

ada dan preferensi. Dalam arti yang sangat nyata, sikap konsumen pada merek

dapat mempengaruhi preferensi konsumen (Alreck dan Settle, 1999).

2.2.6.5. Pengaruh Citra Merek Terhadap Preferensi Konsumen pada Merek

Sebuah citra merk akan diidentikkan dengan citra dari perusahaannya.

Selain itu juga akan diidentikkan dengan citra dari negara asal dimana perusahaan

(43)

seorang konsumen dapat mengevaluasi dan mempercayai suatu merk (Erickson,

Johansson, and Chao,1984; Hong and Wyer,1989 in Keller,1993:11). Citra

distributor atau retailer pun juga dapat membangun citra merk, karena gengsi dari

retailer akan dihubungkan dengan asosiasi terhadap merk yang ditawarkan

(Keller,1993:11). Citra merek suatu obat berpengaruh signifikan terhadap

preferensi konsumen obat yang diresepkan oleh Dokter di Surabaya (Purnawati,

2003).

Kotler and Armstrong (2005:273) mengatakan bahwa konsumen akan

mengembangkan suatu kepercayaan terhadap merk dimana tiap merk memiliki

ciri khas, kepercayaan konsumen terhadap merk tertentu disebut citra merk.

Kepercayaan konsumen ini dapat bervariasi sesuai dengan ciri yang sebenarnya

sampai sikap preferensi konsumen ke arah alternatif merk melalui prosedur

evaluasi tertentu. Salah satu prosedur yang mempengaruhi evaluasi itu adalah

kepercayaan merk atau citra merk.

Menurut Purnawati (2003) yang meneliti mengenai atributisasi

pertimbangan dokter dalam keputusan meresepkan suatu merek obat menemukan

bahwa citra merek ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi

konsumen. Dhar and Simonson (1992) dalam Purnawati (2003) dalam

penelitiannya tentang efek dari fokus perbandingan pada preferensi konsumen

menyebutkan bahwa dalam teori preferensi, setiap konsumen diasumsikan

memiliki urutan preferensi yang terdefinisikan dengan baik mengenai fungsi

kegunaan, konsumen akan memilih barang yang kegunaannya paling tinggi dari

(44)

tergantung dari evaluasi akan pengingatan atribut produk, maka jika suatu merek

yang memiliki atribut yang positif akan dapat memperbaiki posisi suatu merek.

Konsumen mengembangkan preferensi konsumen berdasarkan atribut atau aspek

dari produk atau merek, dimana hal tersebut biasanya dilihat sebagai suatu

rangkaian dari atribut dan manfaat. Konsumen akan lebih menyukai suatu merek

tertentu dalam pilihannya jika konsumen terserbut mempersepsikan adanya suatu

manfaat yang besar dari suatu merek.

2.2.7. Model Analisis dan Hipotesis

Gambar 2.1 Kerangka Model Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan hubungan antar konsep yang telah diuraikan di

atas, maka hipotesis pada penelitian ini yaitu :

H1 : Terdapat pengaruh positif sikap konsumen pada iklan terhadap sikap pada

merek minuman isotonik Pocari Sweat (Aaker, Batra, and Myres, 1996;

Mowen and Minor,1998)

Sikap konsumen pada merek (Z1)

Citra Merek (Z2) Sikap konsumen

pada iklan (X)

Preferensi Konsumen (Y)

H1

H2

H3

(45)

H2 : Terdapat pengaruh positif sikap pada iklan terhadap citra merek minuman

isotonik Pocari Sweat (Aaker, 1987 ; Aaker, Batra, and Myres, 1996 ;

Shimp,2003)

H3 : Terdapat pengaruh positif sikap pada merek terhadap preferensi konsumen

minuman isotonik Pocari Sweat (Low dan Lamb, 2000 ; Eva Martinez,

2003)

H4 : Terdapat pengaruh positif citra merek terhadap preferensi konsumen

minuman isotonik Pocari Sweat (Rossiter and Percy,1987 ; Aaker and

Keller,1990 ; Punj dan Hillyer, 2004)

H5 : Terdapat pengaruh positif sikap pada merek terhadap citra merek minuman

isotonik Pocari Sweat (Erickson, Johansson, and Chao,1984; Hong and

(46)

3.1. Jenis Penelitian

Metode utama penelitian adalah penelitian survei, yaitu suatu penelitian

yang dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok.

Penelitian ini juga disebut penelitian penjelasan (explanatory research)

karena tujuannya untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui

pengujian hipotesis dan juga merupakan penelitian konklusif karena memenuhi

karakteristik sebagai berikut (Malhotra, 1999 : 84) :

a. Tujuannya untuk menguji hipotesis mengenai hubungan antara

variabel-variabel yang diteliti.

b. Informasi yang diperlukan didefinisikan dengan jelas.

c. Proses penelitian formal dan terstruktur.

d. Analisis data menggunakan teknik kuantitatif.

Ditinjau dari tempat dan bagaimana peneliti memperlakukan

variabel-variabel penelitian, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field study)

dimana peneliti meneliti variabel penelitian apa adanya yang ada di lapangan

tanpa melakukan campur tangan terhadap variabel-variabel yang ada (Sekaran

(47)

3.2. Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan

sebagai berikut : (1) variable eksogen tediri dari sikap pada iklan (X) ;

(2) variable intervening terdiri dari sikap pada merek (Z1) dan citra merek (Z2)

; (3) variabel endogen yaitu preferensi konsumen (Y)

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.3.1. Definisi Operasional Variabel

1. Sikap pada iklan (X)

Sikap pada iklan adalah rasa suka atau tidak suka seseorang pada saat

melihat tayangan iklan Pocari Sweat melalui kualitas karakteristik iklan Pocari

Sweat . Indikatornya sebagai berikut (Rossiter and Percy 1987:147) :

X1 = kesukaan terhadap suara yang terdengar dalam iklan Pocari Sweat .

X2 = kesukaan terhadap musik yang digunakan dalam iklan Pocari Sweat

X3 = kesukaan terhadap kata-kata yang terlihat untuk menjelaskan pesan

iklan Pocari Sweat.

X4 = kesukaan terhadap gambar atau tayangan dari iklan Pocari Sweat

X5 = kesukaan terhadap keserasian warna gambar serta pengaturan cahaya

Pada tayangan iklan Pocari Sweat .

X6 = kesukaan terhadap gerakan pada tayangan iklan Pocari Sweat yang

mempengaruhi emosi

2. Sikap pada merek (Z1)

Sikap terhadap merk merupakan kecenderungan perilaku yang

(48)

ditunjukkan melalui rasa suka atau tidak suka Pocari Sweat dari suatu proses

pembelajaran sebelumnya. Indikator dari sikap terhadap merk (Keller 2003:82)

sebagai berikut :

Z1.1 = kesukaan terhadap nama dari merek Pocari Sweat

Z1.2 = kesukaan terhadap logo dan simbol dari Pocari Sweat

Z1.3 = kesukaan terhadap karakter huruf Pocari Sweat

Z1.4 = kesukaan terhadap slogan “minum air putih saja tidak cukup” dari

Pocari Sweat

3. Citra merek (Z2)

Citra merk adalah kesan yang diperoleh konsumen tentang produk Pocari

Sweat yang dianggap sebagian kelompok asosiasi menghubungkan pemikiran

manusia dengan nama merek Pocari Sweat. Indikator dari sikap terhadap merk

(Biel, 1992 dan Keller, 1993) sebagai berikut :

Z2.1 = Pocari Sweat mampu dikesankan sebagai minuman isotonik

(minuman pengganti cairan tubuh yang hilang)

Z2.2 = Pocari Sweat mampu dikesankan sebagai minuman isotonik

(minuman pengganti cairan tubuh) yang lebih cepat diserap tubuh

Z2.3 = Pocari Sweat mampu dikesankan sebagai minuman kesehatan

Z2.4 = Logo Pocari Sweat mudah diingat

Z2.5 = Slogan Pocari Sweat “minum air putih saja tidak cukup” mampu

dikesankan sebagai slogan yang mudah diingat

Z2.6 = Pocari Sweat mampu dikesankan sebagai minuman yang

(49)

1 2 3 4 5 Sangat tidak setuju Sangat setuju

4. Preferensi konsumen (Y)

Preferensi merk dikatakan sebagai kecenderungan terhadap merk Pocari

Sweat yang didasarkan pada kepercayaan pelanggan yang kuat atau menonjol

pada saat tertentu. Indikator preferensi merk Hawkins (1999:337) sebagai

berikut :

Y1 = kepercayaan pada Pocari Sweat sebagai minuman berkualitas

Y2 = kepercayaan pada Pocari Sweat bahwa harganya terjangkau

Y3 = kesukaan terhadap komposisi yang ditawarkan Pocari Sweat

Y4 = minat memilih merek Pocari Sweat sebagai minuman isotonik

(minuman pengganti cairan tubuh) yang dikonsumsinya

3.3.2. Pengukuran Variabel

Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan

pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan objek yang

diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang 2 sisi. Penelitian ini akan

menggunakan skala semantik diferensial yang mempunyai skala 5 poin dengan

pola sebagai berikut :

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang

berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 5 pada masing-masing skala, dimana

nilai 1 menunjukkan nilai terendah, nilai 3 merupakan nilai tengah antara sangat

setuju dengan pernyataan sangat tidak setuju dan 5 nilai tertinggi. Kesimpulan

(50)

yang diberikan, jawaban antara 4 sampai 5 berarti cenderung sangat setuju dengan

pernyataan yang diberikan.

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli dan

mengkonsumsi Pocari Sweat, dengan karakteristiknya pendidikan minimal SMU

(dengan pertimbangan sudah dapat memutuskan pembelian sendiri terhadap suatu

produk), berdomisili di Surabaya.

3.4.2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non probablity

yaitu pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang

sama bagi setiap anggota populasi untuk dipiliih menjadi sampel (Sugiyono,

2004). Teknik sampel menggunakan aksidental sampling, yaitu penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2004).

Pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48 ) yaitu :

a. 100-200 sampel untuk teknik Makximum Likehood Estimation.

b. Tergantung pada jumlah sampel yang diestimasi. Pedomannya yaitu 5-10 kali

jumlah parameter yang diestimasi

c. Tergantung pada jumlah indikator dikali 5-10, bila terdapat 20 indikator,

besarnya sampel adalah 100-200, pada penelitian ini sampel yang diambil

(51)

jumlah indikator 20x 5 = 100 konsumen. Jadi minimal sampel yang diperoleh

adalah 100 konsumen.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data cross section yaitu pengambilan

data pada waktu tertentu tidak berdasarkan urut waktu (time series) (Sugiyono,

2004)

Sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data

yang dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui kuesioner yang dibagikan

kepada konsumen Pocari Sweat (Sugiyono, 2004)

3.6. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan kepada konsumen untuk dijawab (Sugoyono,

2004), pada penelitian ini pertanyaan yang akan dijawab berkaitan dengan

variabel sikap terhadap ikaln, sikap pada merek, preferensi konsumen dan citra

merek

3.7. Uji Instrumen

3.7.1. Uji Validitas

Uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS 15.0. Kedua uji ini

dilakukan dengan menyebarkan pre sampling sebanyak 50 konsumen dengan

(52)

Validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi

sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah

tiap butir pertanyaan benar-benar telah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan

derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita

yakini dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini

dilakukan dengan cara mengkorelasikan (Korelasi Pearson) antara skor item

dengan skor total item. Menurut Ghozali (2004:137), jika nilai signifikansi < 0,05,

maka variabel atau indikator tersebut valid, jika nilai signifikansi > 0,05, maka

variabel atau indikator tersebut tidak valid.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang

ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Analisis keandalan butir bertujuan untuk

menguji konsistensi butir-butir pertanyaan dalam mengungkap indikator.

Perhitungan keandalan butir dalam penelitian ini menggunakan teknik Hoyt,

seperti yang dikatakan oleh Hoyt dalam Azwar (1997) bahwa realibilitas test

dapat diestimasikan dengan pendekatan analisis variant. Menurut Ghozali

(2001:133), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0,6.

3.8. Model Persamaan Struktural (Structural Equation Model = SEM)

Untuk mencapai tujuan penelitian serta pengajuan hipotesis yang diajukan,

maka seluruh data dan informasi yang dikumpulkan selanjutnya akan diolah

sesuai dengan kebutuhan analisis. Untuk kepentingan pembahasan, data diolah

(53)

kepentingan analisis dan pengujian hipotesis digunakan pendekatan statstik

inferensial.

Analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan Model Persamaan Struktur atau Structural Equation Model (SEM)

dengan menggunakan paket program Amos 7,0 dan SPSS versi 15.0.

Structural Equation Model (SEM) adalah teknik teknik multivariate yang

mengkombinasikan aspek-aspek multiple regression (menguji hubungan saling

ketergantungan) dan faktor analysis (menunjukkan konsep-konsep tak terukur

faktor dengan banyak variabel) untuk mengestimasi hubungan saling

ketergantungan secara simultan (Hair et al., 1998). SEM menganalisis struktur

kovarian yang terdiri dari dua bagian, yaitu model pengukuran (measurement

model) dan model persamaan struktural (structural model) (Cooper and Emory,

1995 dan Hair et al., 1998). Hair et al. (1998) mengungkapkan bahwa model

pengukuran adalah sub model dalam SEM yang menetapkan indikator untuk

setiap konstruk dan menilai realibilitas setiap konstruk untuk mengestimasi

hubungan kausal.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian multidimensi dengan

menggambarkan fenomena praktis yang diamati dalam berbagai dimensi atau

indikator. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang mampu dalam

mengakomodasi penelitian multidimensi maka peneliti menggunakan analisis

statistik pemodelan persamaan struktural (Structural Equation Model = SEM).

Pada prinsipnya didalam SEM adalah ingin menganalisis hubungan kausal antar

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Model Penelitian ................................................
Tabel 1.1. Nilai Pasar Minuman Isotonik
Tabel 1.2. Pasar Minuman Isotonik
Tabel 1.3. Tiga Besar Top Brand Indeks Pemain Minuman Isotonik 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari studi ini tampak bahwa Graha Maria Annai Velangkanni sesuai dengan fungsinya menerapkan bentuk arsitektur Gereja Katolik pada bagian interior Gereja, tata ruang

Manager Acounting dan Admin yang memiliki staff accounting yang tugasnya mengolah data data penjualan dan pembelian perusahaan dan laporan keuangan , Sedangkan staff admin

Fasilitas Jasa Makanan Diberikan pengurangan penghasilan kena pajak sampai dengan 60% (persen) dengan dasar perhitungan kredit pajak sebesar 70% (persen) dari biaya

Gambar 4.1 Hubungan antara Tegangan Jepit Transformator dengan Kecuraman Muka Gelombang untuk Jarak 4 meter

jenis biaya jenis produk data supplier data barang data karyawan Menentukan biaya Data karyawan Data Barang data supplier data produk Karyawan Bagian Gudang Pemilik Karyawan Bagian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh antara modal intelektual (yang diukur melalui physical capital efficiency , human capital efficiency , dan structural

Guru harus memiliki pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa

✭❇✮ Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia memerlukan beberapa komponen, antara lain guru yang berkualitas, sarana dan prasarana yang lengkap, metode pembelajaran yang bervariasi,