• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SDN MANGKURA 4

KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

OLEH NURMALA 105401133418

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

vi

(3)

vii

(4)

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO”

“Selalu Ada Harapan Bagi Mereka yang Sering Berdoa.. Selalu Ada Jalan Bagi Mereka yang Sering Berusaha…”

PERSEMBAHAN”

“Kupersembahkan karya ini: Kepada ayahhanda dan ibunda tercinta, yang pengorbanannya membuatku

teduh dalam menyusun skripsi ini. Dan saya berterimah kasih kepada saudaraku, keluargaku, serta

sahabat-sahabatku yang senantiasa berdo’a

Memberikan dorongan dan motivasi”.

(5)

ix

ABSTRAK

Nurmala, 2020. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar.Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Ernawati dan Pembimbing II Hamdana Hadaming.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat deskriptif. Pelaksanaan penelitian ini melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Prosedur Penelitian ini dilaksanakan dalam dua (2) siklus yakni siklus pertama dan siklus ke dua. Setiap siklus terdiri dari 4 kali pertemuan. Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes, dokumentasi dan pengamatan,. Analisis data dilakukan dengan cara mengelompokan data siswa, menyajikan data, menafsirkan data, dan menyimpulkan. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan untuk jawaban pertanyaan bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan tes hasil belajar matematika siswa Kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar. Hal ini berdasarkan hasil tes tes hasil belajar matematika materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000 siswa pada siklus I yang mencapai nilai diatas 69 dalam PBM hanya mencapai nilai 31,2%, hasil yang diperoleh dari tes hasil belajar matematika siswa dalam PBM meningkat dari siklus pertama dengan nilai di atas 69 mencapai 87,5%, Nilai rata-rata tes hasil belajar matematika dari siklus I ke siklus II mengalami kemajuan sebesar 12,8 Demikian juga dengan tingkat ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 56,3 %.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Hasil Belajar Matematika.

(6)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „alamin puji dan syukur ke hadirat Allah Swt atas segala limpahan rahmat dan segala nikmat yang selalu tercurahkan kepada penulis, salam dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammmad saw, keluarga, sahabat dan seluruh ummat muslim yang tetap istiqamah pada ajarannya. Pada kesempatan ini penulis mendapat nikmat yang luar biasa karena dapat menyelesaikan Skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit mengalami hambatan, akan tetapi atas berkat pertolongan sang Khalik Allah Swt penulis dapat mengatasinya dengan baik. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya baik berupa moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini mulai dari awal sampai selesai. Ucapan terima kasih yang tak terhingga dan teristimewa untuk yang penulis cintai dan mencintai penulis dengan sepenuh hati kepada kedua orang tua, Ayahanda H.A.Rahim dan Ibunda Hj. Ammase atas pengorbanannya yang tak akan pernah bisa penulis balas walaupun sampai titik peluh yang terakhir.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan

penghargaan terkhusus kepada Ernawati, S.Pd., M.Pd Pembimbing I dan

(7)

xi

Hamdana Hadaming, S.Pd., M.Si Pembimbing II, yang ditengah kesibukannya masih dapat meluangkan waktunya membantu dan membimbing penulis.

Demikian juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd. dan Ernawati, S.Pd., M.Pd. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak dan Ibu Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal dan ilmu pengetahuan selama mengikuti pendidikan. Pihak-pihak lain yang telah banyak membantu penulis sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tiada imbalan yang dapat diberikan, hanya kepada Allah Swt penulis menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan selama ini bernilai ibadah di sisi-Nya Aamiin.

Makassar, Januari 2021 Penulis,

Nurmala

(8)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Mamfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 7

B. Kerangka Pikir ... 20

C. Hipotesis tindakan ... 22

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Rancangan Penelitian ... 23

(9)

xiii

C. Prosedur Penelitian ... 23

D. Subjek Penelitian ... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. Teknik Analisis Data ... 26

H. Indikator Keberhasilan ... 27

BAB IV HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 36

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN – LAMPIRAN

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu proses yang bukan hanya memberi bekal kemampuan intelektual dalam membaca, menulis, dan berhitung saja melainkan juga sebagai proses mengembangkan kemampuan siswa secara optimal dalam aspek intelektual, sosial, dan personal (Taufiq, 2014). Pendidikan adalah proses meningkatkan kualitas manusia baik dari segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan mengikuti prosedur tertentu agar dapat bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Jadi pendidikan tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual saja namun juga bagaimana mengimplementasikannya dalam kehidupan bermasyarakat dengan menanamkan nilai-nilai moral. Pendidikan merupakan proses interaksi antara siswa dan tenaga pendidik dalam kegiatan pembelajaran.

Di antara beberapa mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir, berargumentasi, dan memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Menurut Susanto (2016: 183) matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak- kanak secara informal. Salah satu komponen pendidikan dasar adalah bidang pelajaran matematika.

Proses pembelajaran suatu mata pelajaran akan efektif bagi siswa jika guru memiliki pengetahuan tentang objek yang akan diajarkannya supaya dalam

(11)

2

menyampaikan materi tersebut dengan dinamika dan inovatif. Demikian juga dengan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, guru SD harus mengetahui bagaimana karaktristik matematika. Para ahli sepakat bahwa sasaran dalam pembelajaran matematika adalah abstrak (Suyadi, 2013: 29). Berdasarkan pendapat diatas yang dimaksud abstrak diartikan sebagai sesuatu yang tak berwujud atau hanya gambaran pikiran. Sesuatu yang abstrak, tidak berwujud dalam bentuk konkret atau nyata, hanya dapat dibayangkan dalam pikiran saja.

Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh guru sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan tepat mulai dari konsep yang sederhana sampai yang kompleks.

Kunci dalam pembelajaran matematika adalah pemahaman konsep yang baik (Fauzia, 2018). Untuk mendalami sebuah konsep baru, siswa terlebih dahulu memahami konsep pada materi sebelumnya. Hal ini merupakan syarat bagi siswa agar dapat menerima dan memahami konsep baru dengan mudah. Dengan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan meyebabkan hasil belajar tidak maksimal dan tidak mencapai ketuntasan belajar (Kamarianto, Noviana, Alpusari, 2018)

Selain keberhasilan proses belajar mengajar matematika di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantara faktor tersebut adalah guru dan siswa.

Guru sangat berperan dalam mengajarkan dan mendidik siswa, sedangkan siswa merupakan sasaran pendidikan sekaligus sebagai salah satu barometer dalam penentuan tingkat keberhasilan proses belajar mengajar.

Melihat permasalahan ini, perlu dilakukan perbaikan agar proses pembelajaran menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kualitas

(12)

3

pembelajaran khususnyapelajaranmatematika. Pembelajaran perlu dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan karakteristik siswa. Guru harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Salah satu cara yang dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi (Riswati, Alpusari, Marhadi, 2018). Sebagai pendidik, guru perlu memilih model yang tepat untuk menyampaikan sebuah konsep kepada anak didiknya.

Belajar matematika juga tidak dapat dilakukan hanya dengan mentransfer materi sebanyak-banyaknya dan menghafal rumus-rumus tanpa adanya pengalaman yang berkesan. Hal ini disebabkan karena matematika memiliki objek kajian yang abstrak sehingga siswa cenderung malas mempelajari matematika.

Inilah yang menjadi penghambat dalam pembelajaran matematika di sekolah.

Matematika sebagai suatu pelajaran yang sukar dan kurang disukai siswa. Dan salah satu pelajaran matematika yang sukar dan kurang disukai oleh siswa diantaranya tentang pemecahan masalah matematika, sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa terhadap pemecahan masalah matematika, sedangkan pemecahan masalah pada matematika sangat penting dikuasai oleh siswa karena banyak kaitannya dengan permasalahan dalam kehidupan sehari- hari.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar, menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang terkait soal-soal matematika. Masalah ini

(13)

4

diakibatkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah ketika diberikan soal yang berbasis masalah.

Kurangnya kemampuan siswa terhadap memecahkan soal cerita matematika, mengakibatkan kualitas pembelajaran matematika masih rendah sampai saat ini. Salah satu materi yang menekankan penyelesaian masalah adalah cara menyelesaikan soal cerita materi perbandingan.

Banyak faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada pemecahan soal cerita. Salah satu faktor yaitu proses pembelajaran dikelas. Selama ini ada kecenderungan bahwa guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga perlu menggunakan model pembelajaran agar hasil belajar siswa menjadi optimal, dalam hal ini menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Pembelajaran Problem Based Learning mengharuskan siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata.

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang diawali dengan masalah untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Fathurrohman, M, 2015). Dalam usaha memecahkan masalah tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan atas masalah tersebut. Sehingga pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning akan menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa.

Problem Based Learning membuat siswa belajar memecahkan suatu masalah sehingga siswa akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau

(14)

5

berusaha mengetahui pengetahuan baru yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. Problem Based Learning dapat juga menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Yenni (2017), bahwa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa pada materi menyelesaikan masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis bermaksud melakukan satu penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Matematika kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagimanakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar.

(15)

6

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teorilis

Hasil penelitian ini diharapkan guru SD dan peneliti selanjutnya memiliki refrensi yang dapat dijadikan acuan mengenai model pembelajaran PBL.

2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam rangka perbaikan pengajaran tingkat SD.

b. Bagi guru

Pelaksanaan penelitian ini untuk mempengaruhi dan menjadi acuan untuk guru agar lebih kreatif dalam mengolah proses belajar Matematika khususnya dalam pembelajaran yang berbasis masalah.

c. Bagi siswa

Mempengaruhi minat, perhatian, dan motivasi siswa dalam interaksi proses belajar mengajar bahasa Indonesia serta dapat menjadikan siswa berpikir mandiri dan kreatif.

(16)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan Hadist Awalia Fauzia (2018), Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana. Dari model problem based learning dipilih 10 hasil penelitian untuk dianalisis lebih lanjut dalam bentuk %. Berdasarkan hasil analisis dari 10 hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Peningkatan hasil belajar dari yang terendah 5 % sampai yang tertinggi 40%, dengan rata-rata 22,9 %.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yenni Fitra Surya (2017), Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai dengan judul penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas iv sdn 016 langgini kabupaten kampar. Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis disimpulkan melalui penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa pada materi menyelesaikan masalah yang melibatkan uang. Meningkatnya aktivitas guru dalam proses pembelajaran disebabkan karena guru sudah terbiasa menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL).

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil

(17)

8

belajar siswa sebelum tindakan yang mencapai KKM hanya 13 siswa dengan rata-rata klasikal sebesar 48%. Kemudian pada siklus I siswa yang mencapai KKM hanya 19 siswa dengan rata-rata klasikal sebesar 70%. Siklus II siswa yang mencapai KKM 25 siswa dengan rata-rata klasikal sebesar 92%

3. Penelitian yang dilakukan oleh Anastasia Nandhita Asriningtyas, Firosalia Kristin, Indri Anugraheni (2018), PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana dengan judul penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar dalam menyelesaikan soal cerita pada mata pelajaran matematika di kelas 4 SD Negeri Suruh 01. Hal tersebut dapat dibuktikan dari meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa dari kondisi awal (pra siklus) yaitu 60,82 (tidak kritis) menjadi 74,21 (cukup kritis) pada kondisi akhir siklus II. Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa dari nilai rata-rata hasil belajar pada kondisi awal 61,85 meningkat pada siklus I menjadi 69 dan pada siklus II menjadi 80. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat dari kondisi awal 44,84%, meningkat menjadi 69,44% pada evaluasi siklus I dan menjadi 88,89% pada evaluasi siklus II.

Berdasarkan penelitian yang relevan di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Dalam penelitian relevan di atas, mempunyai persamaan variabel dalam penelitian ini, yaitu membahas model pembelajaran problem based learning dan hasil belajar siswa, walaupun pada penelitian relevan yang ketiga

(18)

9

membahas juga tentang berpikir kritis. Sedangkan perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, yaitu terletak pada tingkatan kelas yang akan dilakukan penelitian. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu penelitian diatas dilakukan pada kelas IV sedangkan dalam penelitian ini dilakukan pada kelas III.

2. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari kata latin mathematika yang mulanya diambil dari kata Yunani yaitu mathematike yang berarti mempelajari. kata itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lain yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi berdasarkan asal katanya maka kata matematika berarti Ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir bernalar (Suwangsih, 2006: 3). Menurut Putra dkk (2012), Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif.

Hal itu sejalan dengan pendapat Karso dkk, (2009: 159) matematika adalah ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, seni, bahasa, ilmu tentang struktur yang terorganisasi. Menurut Johnson dan Rising (dalam Suwangsih dkk, 2006: 4) matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

Berdasarkan uraian pengertian matematika dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran matematika adalah

(19)

10

pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenaranya.

b. Pembelajaran Matematika di SD

Sebagai seorang guru SD perlu mengetahui karakteristik pembelajaran matematika di sekolah dasar. Seperti yang telah di uraikan pengertian matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, sedangkan yang kita ketahui, siswa SD yang berada pada usia 7 hingga 12 tahun masih berada pada tahap oprasional kongkrit yang belum dapat berfikir formal. Oleh karena itu pembelajaran matematika di SD selalu tidak terlepas dari hakikat matematika dan hakikat siswa di SD. (Suwangsih, 2006: 25)

Dalam teori pembelajaran matematika ditingkat SD yang diungkapkan oleh Heruman (2008: 4 – 5) bahwa dalam proses pembelajaran diharapkan adanya reinvention (penemuan kembali) secara informal dalam pembelajaran di kelas dan harus menampakkan adanya keterkaitan antar konsep. Hal ini bertujuan untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Menurut Karso, dkk (2009: 1.4) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika di SD merupakan satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan. karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak dan hakikat matematika yang disebabkan karena anak masih berada pada tahapan (pra konkret). Konsep pembelajaran matematika di SD yang telah dikemukakan di atas, sesuai dengan ciri-ciri pembelajaran matematika di SD menurut Suwangsih (2006: 25 – 26) sebagai berikut.

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral. Metode spiral ini melambangkan adanya keterkaitan antar materi satu dengan yang lainnya.

(20)

11

Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk memahami topik berikutnya atau sebaliknya.

2) Pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap. Materi pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap yang dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih kompleks.

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif, sedangkan matematika merupakan ilmu deduktif. Namun, karena sesuai tahap perkembangan siswa maka pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif.

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna. Konsep matematika tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya siswalah yang harus mengonstruksi konsep tersebut.

Berdasarkan uraian pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika di SD hendaknya merujuk pada pemberian pembelajaran yang bermakna melalui konstruksi konsep- konsep yang saling berkaitan hingga adanya reinvention (penemuan kembali). Meskipun penemuan ini bukan hal baru bagi individu yang telah mengetahui sebelumnya, namun bagi siswa penemuan tersebut merupakan sesuatu yang baru.

3. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar sebagai proses manusiawi memiliki kedudukan dan peran penting dalam kehidupan masyarakat, kerena dengan belajar seseorang akan menemukan pengetahuan baru walaupun membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Belajar

(21)

12

merupakan proses perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang yang dilakukan secara sadar dan bersifat menetap. Sumantri (2015: 2) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen dan dihasilkan dari pengalaman masa lampau ataupun dari pembelajaran yang bertujuan atau dirancangkan. Menurut Witherington (dalam Hanafiah dan Cucu, 2009: 7) belajar merupakan proses perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.

Hilgard (dalam Anitah dkk, 2009: 2.4) yang mengungkapkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif. Santrock dan Yusen (dalam Taufiq dkk, 2012: 5.4) menegaskan definisi belajar ketika dia mengatakan: “ learning is defined as a relatively permanen change in behavior that accurs through experience.” Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang terjadi karena pengalaman.

Dari uraian beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif.

b. Pengertian Hasil Belajar

Suatu proses pembelajaran pasti akan diakhiri dengan hasil belajar. Hasil belajar tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang tersebut tidak melakukan

(22)

13

sesuatu. Untuk itu, seseorang harus belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah iya menerima pengalaman belajarnya. Adapun Suprijono (dalam Sagala, 2013: 20), memaparkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Sejalan dengan pendapat di atas Sagala (2013: 22) menyatakan hasil belajar merupakan perubahan prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana disebutkan di atas tidak terlihat secara fragmatis atau terpisah, tetapi secara komprehensif.

Dari beberapa pengertian tentang hasil belajar yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap seseorang setelah mengikuti proses belajar, dengan indikator domain kognitif anatara lain:

pengetahuan, pemahaman, penerapan. Domain afektif yaitu jujur, tanggung jawab, santun, dan peduli. Serta domain psikomotor yaitu menyampaikan ide atau pendapat, melakukan komunikasi antar siswa dengan guru, mencari tahu dalam menemukan jawaban atas soal yang diberikan, melakukan interaksi dengan teman saat berdiskusi, bertanya pada guru.

4. Model Problem based learning (PBL) a. Pengertian Model Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dalam implementasinya mengenal banyak istilah yang menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Selain itu,

(23)

14

begitu banyak model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Menurut Yamin (2013: 17) model pembelajaran adalah contoh yang dipergunakan para ahli dalam menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran.

Sumantri (2015: 37) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Lebih lanjut, menurut Joyce (dalam Trianto, 2009: 22) model pembelajaran adalah suatu perancangan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain lain.

Berdasarkan berberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

b. Pengertian Model Problem based learning (PBL)

Model PBL dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery learning. Konsep tersebut memberikan dukungan teoritis terhadap pengembangan model PBL yang berorientasi pada kecakapan memproses informasi. Menurut Kemendikbud (2014: 27) PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar” bekerja bersama kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan nyata siswa.

(24)

15

Pendapat di atas diperjelas oleh Jones dkk, (dalam Yamin, 2013: 62) PBL adalah model pembelajaran yang lebih menekanan pada pemecahan masalah secara autentik seperti masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kurniasih (2014: 40) PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa (bersifat kontekstual) sehingga merangsang siswa untuk belajar.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa PBL adalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa (bersifat kontekstual) sehingga merangsang siswa untuk belajar.

c. Karakteristik Model Problem based learning (PBL)

Setiap model pembelajaran, memiliki karakteristik masing-masing untuk membedakan model yang satu dengan model yang lain. PBL merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleks yang ada. Seperti yang diungkapkan Gijbelc (dalam Yamin, 2013: 64) karakteristik model PBL yaitu:

1) Pembelajaran dimulai dengan mengangkat suatu permaslahan atau suatu pertanyaan yang nantinya menjadi focal poin untuk keperluan usaha-usaha investigasi siswa.

2) Siswa memiliki tanggung jawab utama dalam menyelidiki masalah- masalah dan memburu pertanyaan-pertanyaan.

3) Guru dalam pembelajaran PBL berperan sebagai fasilitator.

(25)

16

Sedangkan karakteristik model PBL menurut Rusman (2014: 232) adalah sebagai berikut.

1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).

4) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL.

7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

9) Sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

10) PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

d. Tujuan Model Problem based learning (PBL)

Proses pembelajaran di dalam kelas tentunya memiliki tujuan yang akan dicapai sehingga dalam proses pembelajaran siswa memperoleh sesuatu dari apa yang mereka pelajari. Yamin (2013: 63-64) menyatakan bahwa tujuan model PBL adalah untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan fleksibel yang dapat diterapkan dalam situasi yang berlawanan dengan inter knowledge.

(26)

17

Tujuan PBL adalah kemampuan untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah (Sanjaya, 2013:

216). Sedangkan Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2014: 242) mengemukakan tujuan model PBL secara lebih rinci yaitu: (a) membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; (b) belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata, dan (c) menjadi para siswa yang otonom atau mandiri.

Berdasarkan penjelasan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan tujuan PBL adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata, dan menjadi siswa yang otonom atau mandiri.

e. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem based learning (PBL)

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagaimana model PBL juga memiliki kelemahan dan kelebihan yang perlu dicermati untuk keberhasilan penggunaannya. Menurut Susanto (2016: 88-89) kelebihan PBL antara lain:

1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup baik untuk memahami isi pembelajaran.

2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampun siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru.

3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

(27)

18

5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

6) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan diskusi siswa.

7) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

8) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

Kelemahan dari penerapan model ini antara lain:

1) Bila siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

2) Keberhasilan pendekatan pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

3) Tanpa pemahaman mereka untuk berusaha memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar dari apa yang mereka pelajari.

f. Peran Guru dalam Model Problem based learning (PBL)

Seorang guru dalam model PBL harus mengetahui apa peranannya, mengingat model PBL menuntut siswa untuk mengevaluasi secara kritis dan berpikir berdayaguna. Peran guru dalam model PBL berbeda dengan peran guru di dalam kelas. Peran guru dalam model PBL menurut Rusman (2014: 234) antara lain:

(28)

19

2) Menyiapkan perangkat berpikir siswa. Menyiapkan perangkat berpikir siswa bertujuan agar siswa benar-benar siap untuk mengikuti pembelajaran dengan model PBL. Seperti, membantu siswa mengubah cara berpikirnya, menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang, membantu siswa merasa memiliki masalah, dan mengkomunikasikan tujuan, hasil, dan harapan.

3) Menekankan belajar kooperatif. Dalam prosesnya, model PBL berbentuk inquiry yang bersifat kolaboratif dan belajar. Seperti yang diungkapkan Bray, dkk. (dalam Rusman, 2014: 235) inkuiri kolaboratif sebagai proses dimana orang melakukan refleksi dan kegiatan secara berulang-ulang, mereka bekerja dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting. Sehingga siswa dapat memahami bahwa bekerja dalam tim itu penting untuk mengembangkan proses kognitif.

4) Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam model PBL Belajar dalam bentuk kelompok lebih mudah dilakukan, karena dengan jumlah anggota kelompok yang sedikit akan lebih mudah mengontrolnya. Sehingga guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar kooperatif untuk menggabungkan kelompok-kelompok tersebut untuk menyatukan ide.

5) Melaksanakan PBL. Dalam pelaksanaannya guru harus dapat mengatur lingkungan belajar yang mendorong dan melibatkan siswa dalam masalah.

Selain itu, guru juga berperan sebagai fasilitator dalam proses inkuiri kolaboratif dan belajar siswa.

g. Langkah-langkah Model Problem based learning (PBL)

(29)

20

Model PBL memiliki beberapa langkah pada implementasinya dalam proses pembelajaran. Menurut Kemendikbud, (2014: 28) mengemukakan bahwa langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut.

1) Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah.

2) Mengorganisasi siswa untuk belajar.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3) Membimbing pengalaman individual/kelompok.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap materi yang telah dipelajari, meminta kelompok presentasi hasil kerja.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran akan berhasil secara optimal apabila ada penguatan proses pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan serta bermakna bagi siswa.

Melalui penerapan Model PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka siswa dapat melakukan proses pembelajaran dengan mengkaitkan masalah

(30)

21

kehidupan sehari-hari siswa dengan keadaan nyata siswa yang kontekstual sehingga materi yang diberikan guru pada mata pelajaran Matematika mudah diterima oleh siswa dan memberikan pengalaman langsung yang bermakna bagi siswa. Kerangka pikir dapat dilihat berdasarkan gambar berikut.

Hasil Observasi Awal Pembelajaran

Matematika

1) Rendahnya hasil belajar matematika siswa, khususnya pembelajran berbasis masalah

2) Guru belum optimal dalam menerapkan variasi model pembelajaran.

3) Guru belum menerapkan model PBL dalam pembelajaran matematika.

4) Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

Proses

Output

Penerapan model PBL pada pembelajaran

matematika

1) Siswa mampu mencapai nilai di atas 75 sekurang-kurangnya 80%

dari seluruh siswa berdasarkan hasil evaluasi tiap siklusnya.

2) Peningkatan nilai rata-rata kelas setiap siklusnya.

Solusi Masalah

Hasil

(31)

22

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu penerapan model pembelajaran Problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar.

(32)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar. Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar, tahun ajaran 2020-2021 pada semester ganjil.

B. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat deskriptif. Model PTK yang dipilih untuk mengungkapkan hasil penelitian sesuai dengan data dan fakta yang diperoleh di kelas adalah Model PTK yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Bentuk PTK yang dipilih adalah bentuk kolaborasi antara guru dan peneliti. Pelaksanaan penelitian ini melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

C. Prosedur Penelitian

Pendekatan ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Action Researcah), yaitu rancangan penelitian berdaur ulang (siklus) hal ini mengacu pada pendapat MC. Taggart dalam Wardhani (2012: 11) bahwa penelitian tindakan kelas mengikuti proses siklus atau daur ulang mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi tahapan tindakan digambarkan dalam bagan berikut ini.

(33)

24

D. Subjek penelitian

Untuk memperoleh data mengenai penerapan model Problem based learning maka, penulis memilih subjek penelitian di SDN Mangkura 4 Kota Makassar pada kelas III dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 16 laki- laki dan 16 perempuan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar observasi

Lembar observasi adalah digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung pada pelajaran Matematika di kelas V. Lembaran ini berupa daftar ceklis yang terdiri dari

Pra Penelitian

Rencana I

SIKLUS II Tindakan

Observasi Refleksi II Belum Perencanaan II

SIKLUS I Tindakan

Observasi Refleksi I

Belum

Perencanaan III

SIKLUS III Tindakan

Observasi

Refleksi III Berhasil Simpulan

Berhasil Simpulan

(34)

25

beberapa item yang menyangkut observasi aktivitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran Problem based learning.

2. Tes

Tes adalah pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan,intelegensi,kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini digunakan dua tes yaitu:

a. Tes siklus I

Tes siklus I yaitu tes yang diberikan kepada siswa untuk mengevaluasi dan melihat peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem based learning pada siklus I. Adapun bentuk soal yang digunakan adalah essay dalam jumlah 5 soal.

b. Tes Siklus II

Tes siklus II yaitu tes yang diberikan kepada siswa untuk mengevaluasi dan melihat peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem based learning pada siklus II apabila pada siklus I belum terlihat hasil belajar yang memuaskan yang mencapai indikator keberhasilan. Adapun bentuk soal yang digunakan adalah essay dalam jumlah 5 soal. Soal ini berbeda dengan soal pada siklus I tetapi mempunyai indikator soal yang sama.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan atau transkip nilai.Untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa digunakan dokumentasi hasil/nilai ulangan siswa kelas IV.

(35)

26

F. Instrumen Penelitian

Adapun yang menjadi instrumen dalam pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

Selama proses pembelajaran dengan model Problem based learning dilakukan pengamatan tentang aktivitas siswa, pengamatan ini bertujuan untuk melihat kreativitas siswa selama pembelajaran dengan model Problem based learning. Peneliti nantinya akan memilih teman sesama guru sebagai pengamat, karena ini diharapkan beliau bisa memahami model pembelajaran Problem based learning untuk diterapkan kedepannya.

2. Soal Tes

Soal tes berfungsi sebagai alat untuk mengukur keberhasilan siswa terhadap materi yang dipelajari. Tes yang digunakan berbentuk essay masing- masing sebanyak 5 soal yang terdiri dari soal pre-tes dan post-tes serta quis yang diberikan disetiap siklus sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan di RPP.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengelompokan data siswa dengan menyajikan data, menafsirkan data, dan menyimpulkan. Sedangkan data hasil belajar matematika dianalisis berdasarkan mengerjakan tes yang diberikan dengan mencari rata-rata. Sebelum mencari nilai rata-rata maka terlebih dahulu ditentukan skor hasil tes setiap siswa dengan rumus:

Skor = 100

Maksimal Skor

Perolehan Skor

Jumlah

Dan kemudian dicari nilai rata-ratanya menggunakan rumus :

(36)

27

M = N

FX

Ket : M = Rata-rata

∑FX = Jumlah seluruh nilai N = Jumlah siswa

Dari rata-rata skor tersebut dapat dilihat indikator keberhasilan dengan berpatokan berdasarkan tehnik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Teknik kategorisasi standar berdasarkan ketetapan Departemen Pendidikan Nasional

No Taraf Keberhasilan Kualifiasi

1. 85-100 Sangat Baik (SB)

2. 70-84 Baik (B)

3. 55-69 Cukup (C)

4. 35 – 54 Kurang (K)

5. 0 – 34 Sangat Kurang (SK)

Permendikbud, (2013) H. Indikator Pencapaian

Efektifitas pembelajaran dapat di tentukan dengan menggunakan analisis data hasil belajar siswa secara deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar siswa. Data yang dianalisis untuk mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar siswa adalah data post-test. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di III SDN Mangkura 4 Kota Makassar, setiap siswa dikatakan tuntas belajar (ketuntasan individu) jika siswa tersebut sudah mencapai nilai KKM yaitu 70, sedangkan tuntas belajar secara klasikal, apabila dikelas tersebut nilai siswa mencapai 80% siswa yang sudah tuntas belajar.

(37)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan langsung dengan masalah-masalah yang diteliti, dengan cara pengamatan langsung terhadap objek penelitian yang meliputi hasil tes, baik pada siklus I, maupun siklus II. Hasil penelitian yang berupa tes hasil belajar matematika.

Sistem penyajian data hasil tes hasil belajar matematika yang berupa angka ini disajikan dalam bentuk table.

Hasil-hasil penelitian pada tiap siklus dapat diiterprestasikan sebagai berikut.

1. Siklus I

Siklus pertama terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta replaning, seperti berikut ini :

a. Perencanaan ( Planning )

1) Membuat skenario pembelajaran dan menentukan materi.

2) Menyusun dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) . 3) Menyiapkan pembelajaran untuk menerapkan model pembelajaran problem

based learning (PBL).

4) Membuat instrumen tes sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui peningkatan tes hasil belajar matematika pada siswa

b. Pelaksanaan ( Action )

Pada saat awal siklus pertama pelaksanaan belum sesuai dengan perencanaan. Hal ini disebabkan :

(38)

29

1) Selama 4 kali pertemuan, sebagian siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL). Untuk mengatasi masalah diatas dilakukan upaya yaitu memberikan penjelasan tentang penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran problem based learning (PBL) sehingga terbiasa dengan model pembelajaran ini yang berbasis masalah.

Pada akhir siklus pertama dengan 4 kali pertemuan, peneliti membuat suatu kesimpulan dari hasil pengamatan dalam proses pembelajaran selama penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) yaitu:

a) Selama proses pembelajaran, mulai dari pertemuan pertama sampai keempat, sebagian siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran model pembelajaran problem based learning (PBL) dalam materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000 dan semangat dalam pembelajaran karena mendapatkan pengalaman belajar yang baru.

b) Sebagian siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran model pembelajaran problem based learning (PBL) ini dapat membuat mereka semangat dalam pembelajaran sehingga menimbulkan minat dalam belajar dan memudahkan siswa dalam memahami materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000

c. Observasi dan Evaluasi ( Observastion and Evaluation )

Hasil tes pada siklus I merupakan data tes hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL). Secara umum

(39)

30

tes hasil belajar matematika pada siklus I yang dilakukan pada akhir siklus I yaitu pertemuan 4 dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.1 Deskripsi Hasil tes hasil belajar matematika siklus I

Nilai Rata-rata 64,68

Nilai Maksimum 80

Nilai Minimum 50

Range 30

Jumlah 2070

Tabel 4.2 Hasil tes hasil belajar matematika

Data tabel 4.1 menunjukan bahwa belum ada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat baik dengan rentang nilai 85-100 dicapai oleh 0 siswa atau sebesar 0%. Kategori baik dengan rentang nilai 70-84 dicapai oleh 10 siswa atau sebesar 31,2%. Kategori cukup baik dengan rentang nilai 55-69 dicapai oleh 19 siswa atau sebesar 59,4%. Kategori kurang dengan rentang nilai 35-54 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 9,4 %. Kategori sangat kurang kompeten dengan rentang nilai 0-34 dicapai oleh 0 siswa atau sebesar 0%.

No. Rentang Nilai

Kategori Frekuensi Persentase

1 85-100 Sangat Baik 0 0%

2 70-84 Baik 10 31,2%

3 55-69 Cukup Baik 19 59,4%

4 35 – 54 Kurang 3 9,4%

5 0 – 34 Sangat Kurang 0 3,9 %

Jumlah 32 100 %

(40)

31

d. Refleksi dan Perencanaan Ulang ( Reflecting and Replaning )

Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut.

a. Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kepada model pembelajaran problem based learning (PBL). Hal ini diperoleh dari tes hasil belajar matematika siswa dalam materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000 yang mencapai nilai diatas 69 dalam PBM hanya mencapai nilai 31,2%.

b. Masih ada siswa yang bermain pada saat guru menjelaskan sehingga hasil belajar kurang maksimal.

Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah di capai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut

1. Memberikan lagi penjelasan terkait materi mengurutkan bilangan dari 100 hingga 10000 dan langkah-langkah dalam model pembelajaran problem based learning (PBL)

2. Lebih intensif membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran dan mengerjakan soal latihan yang diberikan.

2. Siklus II

Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanaan, Pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta relpaning

a. Perencanaan ( planning)

Planing pada siklus kedua berdasarkan replaning siklus pertama yaitu:

(41)

32

b. Pada siklus kedua, pertemuan pertama hingga pertemuan ke empat, siswa diberikan lagi penjelasan terkait materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000 dan langkah-langkah dalam model pembelajaran problem based learning (PBL)

c. Lebih intensif membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000 dan mengerjakan soal latihan yang diberikan.

d. Pelaksanaan ( Action )

Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada pembelajaran model pembelajaran problem based learning (PBL). Tugas yang diberikan guru mampu dikerjakan dengan baik dengan materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000.

Semua siswa menunjukkan adanya keaktifan dalam tanya jawab yang berlangsung selama proses pembelajaran berlangsung. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.

e. Observasi dan Evaluasi ( Observation and Evaluation )

Hasil tes pada siklus II merupakan data hasil tes hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dalam materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000. Secara umum tes hasil belajar matematika pada di siklus II dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.3 Deskripsi Hasil tes hasil belajar matematika siklus II

Nilai Rata-rata 77,5

Nilai Maksimum 90

Nilai Minimum 65

Range 25

(42)

33

Jumlah 2480

Tabel 4.4 Hasil tes hasil belajar matematika

Data tabel 4.2 menunjukan bahwa belum ada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat baik dengan rentang nilai 85-100 dicapai oleh 8 siswa atau sebesar 25%. Kategori baik dengan rentang nilai 70-84 dicapai oleh 20 siswa atau sebesar 62,5%. Kategori cukup baik dengan rentang nilai 55-69 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 12,5%. Kategori kurang dengan rentang nilai 35-54 dicapai oleh 0 siswa atau sebesar 0%. Kategori sangat kurang kompeten dengan rentang nilai 0-34 dicapai oleh 0 siswa atau sebesar 0%.

Untuk

f. Refleksi dan Perencanaan Ulang ( Reflecting and replaning )

Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini yaitu Sebagian besar siswa dalam PBM sudah terbiasa dengan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan sudah terbiasa dalam materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000 sesuai pengalaman yang mereka dapat dalam proses pembelajaran. Sehingga hasil yang diperoleh dari tes hasil belajar matematika

No. Rentang Nilai

Kategori Frekuensi Persentase

1 85-100 Sangat Baik 8 25%

2 70-84 Baik 20 62,5%

3 55-69 Cukup Baik 4 12,5%

4 35 – 54 Kurang 0 0 %

5 0 – 34 Sangat Kurang 0 0 %

Jumlah 32 100

(43)

34

siswa dalam PBM meningkat dari siklus pertama dengan nilai 70 atau lebih di atas 84% yaitu mencapai 87,5%.

3. Perkembangan Kemajuan Tes hasil belajar matematika Setiap Siklus Setelah hasil dianalisis dan membandingkan hasil penelitian pada setiap siklus, maka akan diketahui seberapa besar perkembangan kemajuan atau peningkatan hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL). Kemajuan yang akan dibahas adalah catatan kemajuan dalam tes hasil belajar matematika materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000. Kemajuan tes hasil belajar matematika. dapat ditunjukkan oleh nilai rata-rata hasil tes tes hasil belajar matematika dan tingkat persentase ketuntasan dari siklus I dan siklus II, seperti yang disajikan dalam tabel 4.3.

Tabel 4.5 Kemajuan Nilai Rata-rata Tes hasil belajar matematika

Aspek Siklus Kemajuan I ke II

I II S2-S1

Nilai Rata-rata 64,68 77,5 12,8 Persentasi Ketuntasan Siswa 31,2% 87,5% 56,3%

Berdasakan tabel 4.3 rekapitulasi hasil penelitian di atas, nilai rata-rata tes hasil belajar matematika dari siklus I ke siklus II mengalami kemajuan sebesar 12,8 Demikian juga dengan tingkat ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 56,3%.

Demikian juga dari hasil wawancara diketahui bahwa pada siklus I dan II sebagian besar siswa mengemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat membantu mereka dalam menyelesaikan

(44)

35

masalah yang terkait dengan matematika karena sesuai pengalaman secara langsung dalam proses pembelajaran.

Pola pembelajaran pada siklus II juga merupakan pertimbangan pendapat dari siswa yang tercantum pada hasil wawancara. Secara umum, siswa menginginkan bentuk pembelajaran yang dapat menstimulus mereka untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas yang berbasis masalah. Penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) dalam membuat mereka merasa senang dengan adanya kebebasan yang diberikan guru untuk berkreasi sendiri.

Dengan pola pembelajaran seperti ini diharapakan dapat meningkatkan daya kretifitas siswa dan perkembangan kognitifnya, khususnya tes hasil belajar matematika .

Hasil observasi dan wawancara di atas dapat memberi petunjuk bahwa hasil belajar dalam pembelajaran menunjukkan adanya perkembangan dan perubahan dari pra siklus ke siklus. Perkembangan dan perubahan ini mengarah pada hasil belajar yang lebih baik, dimana siswa semakin giat dan sungguh- sungguh dalam belajar tanpa terbebani dan tidak ada tekanan, dan suasana belajar pun menjadi aktif dan lebih hidup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa belajar membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) sangat menarik, karena dapat membantu siswa untuk berkreasi dan berekspresi dalam memahami bacaan. Siswa lebih termotivasi, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam memahami bacaan.

Berkembangnya kemajuan tes hasil belajar matematika, ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL)

(45)

36

layak digunakan, karena melalui pembelajaran tersebut siswa lebih semangat, senang, dan bebas berekspresi serta berkreativitas dalam pembelajaran.

Berdasarkan deskripsi pada hasil pembahasan di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran memahami bacaan berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan tes hasil belajar matematika Kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar.

(46)

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan untuk jawaban pertanyaan bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan tes hasil belajar matematika siswa Kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar. Hal ini berdasarkan:

1. Hasil tes tes hasil belajar matematika materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000 siswa pada siklus I yang mencapai nilai diatas 69 dalam PBM hanya mencapai nilai 31,2%.

2. hasil yang diperoleh dari tes hasil belajar matematika siswa dalam PBM meningkat dari siklus pertama dengan nilai di atas 69 mencapai 87,5%.

3. Nilai rata-rata tes hasil belajar matematika dari siklus I ke siklus II mengalami kemajuan sebesar 12,8 Demikian juga dengan tingkat ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 56,3 %.

4. Demikian juga dari hasil wawancara diketahui bahwa pada siklus I dan II sebagian besar siswa mengemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat membantu dam melatih mereka dalam menyelesaikan masalah terkait tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah- masalah keseharian siswa karena sesuai pengalaman secara langsung dalam proses pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

(47)

38

1. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran problem based learning (PBL) dalam proses pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran matematika sebagai salah satu upaya meningkatkan tes hasil belajar matematika.

2. Siswa hendaknya meningkatkan kesadaran akan pentingnya belajar, menghargai ilmu pengetahuan, dan berperilaku yang baik dalam mengikuti pembelajaran sehingga apa yang dicita-citakan akan tercapai sesuai dengan harapan sekolah, orang tua, dan masyarakat. Dalam belajar tidak hanya mengutamakan penguasaan teori tapi lebih pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

(48)

39

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka: Jakarta.

Fathurrohman M, Sulistyorini. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rinneka Cipta

Fauzia, Hadist Awalia. 2018. penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar matematika sd. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, 7(1)

Hanafiah & Cucu S. 2009. Konsep Strategi Pengajaran. PT. Refika Adiatma:

Bandung.

Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Kamarianto, K., Noviana, E., & Alpusari, M. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Problem based learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Sd Negri 001 Kecamatan Sinaboi. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 5(1), 1-12.

Karso. dkk, 2009. Pendidikan Matematika 1. Universitas Terbuka: Jakarta.

Kemendikbud. 2014. Konsep Pendekatan Scientific. Kemendikbud. Jakarta.

Kurniasih, Imas & Berlin S. 2014. RPP. Kata Pena: Yogyakarta.

Putra, T.T., Irwan., Vionanda, D. (2012). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 1, No.1.

Riswati, R., Alpusari, M., & Marhadi, H. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Problem based learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 019 Sekeladi Tanah Putih. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 5(1), 1-12.

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sagala, S. 2013. Konsep dan makna pembelajaran. Alfabeta: Bandung.

Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Sandar Proses Pendidikan. Kencana: Jakarta.

(49)

40

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya Offset: Bandung.

Sumantri, Muhamad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Surya, Yenni Fitra. 2017. penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas iv sdn 016 langgini kabupaten kampar. Journal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1)

Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS. Prenadamedia Group:

Jakarta.

Susanto Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.

Jakarta. Kencana

Suwangsih, Erna & Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS: Bandung.

Suyadi. 2013. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta : DIVA Press.

Taufiq, Agus. dkk. 2012. Modul Pendidikan Anak di SD. Universitas Terbuka:

Tanggerang Selatan.

Taufiq, A. 2014. Pendidikan Anak di SD. (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Tim Penyusun.UU No. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Rineka Cipta, Jakarta.

Trianto. 2009. Mendisain Model-Model Pengajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Group: Jakarta.

Wardhani, I.G.A.K dkk.. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka:

Tanggerang Selatan.

Yamin, Martinis. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. GP Press Group: Jakarta.

(50)

LAMPIRAN

(51)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DARING

Satuan Pendidikan : SDN MANGKURA 4 Kelas / Semester : III (Tiga) / 1

Tema 1 : Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup

Sub Tema 1 : Ciri-Ciri Makhluk Hidup Pembelajaran : 1

Alokasi Waktu : 3 x 35 Menit

A. KOMPETENSI INTI (KI)

KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. KOMPETENSI DASAR (KD) Matematika

NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR

1 3.1 Menjelaskan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan cacah.

3.1.1 Membilang secara urut bilangan 1.000 sampai dengan 10.000.

3.1.2 Membilang secara loncat bilangan 1.000 sampai dengan 10.000.

2 4.1 Menyelesaikan masalah yang 4.1.1 Membilang dan menuliskan

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui pengaruh mikroba Bacillus cereus terhadap proses bioremidiasi dalam mereduksi kadar TPH (Total Petroleum Hidrokarbon) dan BTEX (Benzene, Toluene, Ethyl Benzene, Xylene)

didik dapat menggunakan serta melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah, (7) peserta didik bisa memperkaya pengalaman ddengan hal-hal yang bersifat objektif,

Populasi penelitian ini adalah data yang diperoleh dari rekam medik pasien rawat jalan dan rawat inap penderita Demam Typhoid di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar pada

Gradasi UF mengalami penurunan nilai ϕ pada penambahan kandungan lempung lebih dari 10% dikarenakan gradasi UF adalah gradasi seragam dengan distribusi

Bukti historis tersebut antara lain dapat ditilik dalam sejarah Walisongo, yang dikenal sebagai sembilan sufi terkemuka di Indonesia, yang mengajarkan Islam dengan

Di Malaysia, 'kta Perlindungan Pengguna $$$ ('kta !$$) memberikan takrian  pengguna sebagai seseorang yang memperoleh atau menggunakan barang atau perkhidmatan

Peneliti juga ingin mengetahui upaya- upaya yang dilakukan kepolisian Polda DIY untuk mendorong peningkatan kepatuhan publik dalam berlalu lintas serta persepsi

[r]