• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Assalamu Alaikum Wr.Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR. Assalamu Alaikum Wr.Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Kedua orang tua saya berkat perjuangannya sehingga saya bisa menyelesaikan study ini semoga di beri umur yang panjang sehingga saya bisa membalas jasa- jasanya.

2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammdyah Makassar yang telah memberikan pengarahan selama penulis menempuh proses pendidikan.

3. Bapak Dr.H.Ansyarif Khalid.SE.M.Si.Ak.dan bapak Abd.Salam HB.SE.M.Si.Akt.selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya sampai skripsi ini selesai.

4. Bapak Ismail Badollahi S.E, M.Si.Ak,Ketua Program Studi/ Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadyah Makassar, yang

(2)

dengan tulus memberikan nasehat, bimbingan, semangat serta petunjuk selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Muhammadyah Makassar ini sampai pada penyusunan dan penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi/Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadyah Makassar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis duduk di bangku kuliah.

6. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung , M.A.,selaku Dekan dan para Pembantu Dekan serta staf Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadyah Makassar yang telah membantu dalam kelengkapan administrasi penelitian.

7. Kepala Pimpinan PT.Prima Karya Manunggal dan yang telah membantu selama penelitian kami berlangsung.

8. Keluarga besarku tercinta yang selama ini memberikan dukungan moril dan materil,

9. Kepada Rekan, Sahabat serta Teman dekat yang selama ini membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini khususnya teman seperjuanganku Ak.XI angkatan 2010 semoga persahabatan ini akan selalu melekat dalam hati kita masing-masing dan terima kasih atas semua bantuannya serta pengalaman berharga yang kalian berikan padaku selama ini.

10. Terima kasih untuk kakakku yang tercinta Muh.Abduh.S.S dan Herly S.Sos berkat perjuangan dan bimbingan beliau sehingga saya bisa seperti sekarang ini,semoga Allah melipatgandakan Rezki yang tak terhingga kepada keluarga kecil kalian,selalu diberi kebahagiaan,dan umur yang panjang..amin

(3)

10 Kepada kedua orang tuaku terimah kasih yang tak terhingga atas bantuan dan nasihatmu aku bisa menyelesaikan study semoga Diberi Umur panjang sehingga aku bisa membalas jasa-jasamu selama ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis, karena keterbatasan tempat sehingga tidak dapat dituliskan namanya, namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis. Semoga segala bantuan yang diberikan walau sekecil apapun memperoleh ganjaran di sisi-Nya.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, dan semoga semua bantuan dan partisipasi yang diberikan kepada penulis bernilai ibadah di sisi Allah SWT, Amin Ya Rabbal Alamin.

Wa’alaikumsalam Wr. Wb

Makassar, 27 April 2014

Penulis

(4)

HERAWATI, 105730 2245 10, Analisis Penerapan PSAK No. 46 pada Laporan Keuangan PT. Prima Karya Manunggal.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa laporan keuangan yang telah disusun oleh PT.Prima Karya Manunggal apakah laporan keuangan yang disusun sudah sepenuhnya menerapkan PSAK No.46.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui PT. Prima Karya Manunggal yang telah menerapkan PSAK No. 46 dalam laporan keuangannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan telah menerapkan akuntansi pajak penghasilan pada laporan keuangannya, namun belum sepenuhnya mengakui adanya konsekuensi atas pajak dimsa yang akan datang berupa kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka pendek.

Oleh karena itu disarankan untuk melakukan jurnal penyesuaian .

Kata kunci : PSAK No. 46, Akuntansi, Pajak Penghasilan,Pajak Tangguhan.

(5)

DAFTAR ISI

Sampul ... i

Halaman persetujuan...ii

Halaman Pengesahan...iii

Abstrak...iv

Kata Pengantar... ...v

Daftar Isi ...viii

Daftar Tabel...x

Bab.I.PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penulisan ...5

D. Manfaat penelitian ...5

Bab II.TINJAUAN PUSTAKA... 6

A.Laporan Keuangan ...6

B .Akuntansi Komersial Dan Akuntansi Fiskal ...12

C. Koreksi Fiskal ... 17

D.Akuntansi Pajak Penghasilan ... 26

E.Kerangka Pikir...47

BAB III .METODE PENELITIAN ...49

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ...49

B.Teknik Pengumpulan Data ...49

C. Jenis Dan Sumber Data ...50

D.Metode Analisis Data ...51

(6)

BAB IV.GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN...52

A. Latar Belakang Perusahaan. ... ...52

B. Susunan Kepengurusan Dan Modal Saham...52

BAB V.PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...54

A. Laporan Keuangan PT.Prima Karya Manuggal...54

B. Penyajian Laporan Keuangan Menurut Komersial Dan Fiskal...59

C. Laporan Keuangan Menurut PSAK No.46...61

BAB VI PENUTUP...67

A.Kesimpulan...68

B. Saran ...68

DAFTAR PUSTAKA...69

(7)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi, naiknya harga barang-barang, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serta turunnya daya beli masyarakat menjadi masalah yang sangat rumit yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah Indonesia berusaha untuk meningkatkan pendapatan yang berasal dari dalam negeri, dan pajak merupakan jawaban atas permasalahan tersebut. Pajak memberikan kontribusi pendapatan Negara Indonesia yang terbesar.

Bagi Indonesia, penerimaan pajak sangat besar peranannya dalam mengamankan anggaran Negara dalam APBN setiap tahunnya. Penerimaan Negara yang berkesinambungan dimungkinkan dan layak dibangun adalah perolehan dari sektor pajak. Struktur penerimaan Negara dalam APBN menempatkan penerimaan sektor pajak sebagai pos penerimaan terbesar. Kondisi itu tercapai ketika harga minyak bumi yang berfluktuasi di pasar internasional dalam kurun waktu relatif panjang pada awal dekade 1980-an. Fluktuasi harga itu telah membuat struktur penerimaan Negara yang saat itu sangat mengandalkan penerimaan dari minyak bumi dan gas alam (migas) tidak bisa diandalkan lagi untuk kesinambungannya. Untuk itu, pemerintah pada tahun 1983 mengambil kebijakan dengan melakukan reposisi andalan bagi penerimaan Negara yakni dari migas menjadi pajak.

(8)

2

Usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pajak untuk meningkatkan jumlah penerimaan Negara dengan tidak mengandalkan pada penerimaan dari sektor migas, kemudian dilakukan Reformasi perpajakan sebagai perubahan peraturan lama sampai keakar-akarnya, dasar falsafah dan sistem pemungutan diterapkan di Indonesia. Karena bagaimanapun, dengan mengandalkan sistem perpajakan yang sebelumnya akan menghalangi usaha peningkatan efisiensi industri dalam negeri, dimana sistem perpajakan yang ada dianggap belum efektif untuk menjangkau segala aspek perpajakan. Dan secara jelas IGGI (Inter Govermental Group of Indonesia) menyebutkan bahwa sistem perpajakan di Indonesia berada di bawah standar sistem perpajakan nasional.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 adalah standar akuntansi yang mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak. Karena merupakan standar, maka PSAK No. 46 wajib diterapkan dalam laporan keuangan perusahaan yang telah listing, dan dianjurkan untuk digunakan bagi perusahaan yang belum listing. Standar ini telah berlaku efektif pada tanggal 1 januari 1999 bagi perusahaan “go public”, sementara untuk perusahaan yang belum “go public” berlaku sejak 1 januari 2001.

PSAK No. 46 mewajibkan perusahaan untuk mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode mendatang dengan menghitung dan mengakui adanya pajak tangguhan (deferred tax) atas “future tax effects” dengan menggunakan “balance sheet liability method” atau

“asset/liability method”. Konsekuensi yang dimaksud dapat berupa penambahan nilai dasar pengenaan pajak di masa yang akan datang, ataupun pengurang nilai

(9)

3

dasar pengenaan pajak.

Perbedaan jumlah pajak yang dibebankan perusahaan dengan jumlah yang terutang menyebabkan adanya selisih. Selisih antara biaya pajak dengan hutang pajak ini merupakan pajak tangguhan. Jika biaya pajak lebih besar dibandingkan dengan hutang pajak maka akan timbul hutang pajak tangguhan.

Hal-hal mengenai pajak tangguhan diwajibkan oleh Standar Akuntansi Keuangan untuk dihitung, dan diakui sesuai dengan PSAK No. 46.

Pengakuan konsekuensi pajak yang bersifat wajib bagi perusahaan go public sering kali tidak diterapkan oleh perusahaan dalam laporan keuangan.

Permasalahan ini seringkali timbul akibat kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap perusahaan mengenai penerapan standar ini, terutama dalam perhitungan berapa besar pajak tangguhan yang harus diakui oleh perusahaan.

Oleh karena itu, beberapa perusahaan lebih memilih untuk tidak menerapkan standar ini pada laporan keuangannya.

Perusahaan berpandangan bahwa jika kewajiban perusahaan terhadap negara yang berupa pajak ini terjadi, maka setelah diakui sebagai biaya, maka pajak tidak lagi mempengaruhi bagian laporan keuangan lainnya.

Perusahaan ini kemudian menghitung besaran biaya pajak berdasarkan laba menurut akuntansi, sedangkan jumlah yang harus dibayarkan perusahaan kepada negara, yaitu hutang pajak, dihitung berdasarkan laba menurut ketentuan undang- undang. Dengan demikian tidak perlu diadakan pengakuan konsekuensi yang akan menambah ataupun mengurangi DPP(Dasar pengenaan pajak) di masa yang akan datang.Permasalahan demikian juga timbul pada PT. Prima Karya

(10)

4

Manunggal,sebagai salah satu anak perusahaan PT.Semen Tonasa, perusahaan ini adalah satu-satunya anak perusahaan yang menerapkan PSAK No.46.

meskipun telah menerapkannya, perusahaan selalu terkendsala pada pengakuan seluruh konsekuensi perhitungan pajak terhadap laporan keuangan. Hal ini Seringkali menyebabkan adanya perbaikan mengenai perlakuan akuntansi pajak penghasilan ini yang diberikan kantor akuntan yang ditunjuk untuk

mengauditnya.

Perusahaan dengan nama PT.Prima Karya Manunggal merupakan salah satu anak perusahaan PT.Semen Tonasa.Perusahaan ini berdiri pada tanggal 19 April 1982,dengan nama PT.Purna Karya Manunggal, kemudian pada tanggal 7 Maret 1998, nama perusahaan berubah menjadi PT.Prima Karya Manunggal.

PT.Prima Karya Manunggal merupakan perusahaan dengan banyak bidang usaha perdagangan di berbagai bidang,baik lokal,antar pulau,ekspor dan impor.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang :"Analisis Penerapan PSAK No.46 Pada Laporan Keuangan PT. Prima Karya Manunggal”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah laporan keuangan PT.Prima Karya Manunggal di susun sesuai dengan PSAK No.46?.

(11)

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana perlakuan PSAK No 46 pada laporan keuangan PT. Prima Karya manunggal.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis

Sebagai bahan perbandingan praktis antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek penyelenggaraan di lapangan serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis.

2. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan ataupun usulan kepada pihak manajemen perusahaan tentang pentingnya penerapan PSAK No. 46, khususnya mengenai pajak tangguhan.

3. Bagi pihak luar

Sebagai referensi bagi pihak akademis maupun pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik yang sama.

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan Dan PSAK No 46 1. Pengertian Laporan Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan menyatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah: “Suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas” IAI (2007:23). Sedangkan Lain halnya pengertian laporan keuangan menurut Jumingan (2008:4), yaitu: “Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi dan peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan.”

Menurut Munawir(2004:5) laporan kuangan adalah pelaporan dari peristiwa keuangan perusahaan yang terdiri dari dua daftar yaitu daftra neraca dan daftar pendapatan (rugi atau laba).

Berdasarkan beberapa pengertian laporan keuangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian laporan keuangan adalah catatan atas proses akuntansi yang menyediakan informasi untuk pengguna laporan keuagan itu sendiri.

Suatu laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan yang lazim disebut neraca, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas,

(13)

laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

2. Karakteristik Laporan Keuangan

Konsep fundamental dalam kerangka konseptual laporan keuangan menjelaskan karakteristik kualitatif yang harus dimiliki oleh suatu laporan keuangan yang baik. karakteristik kualitatif dalam kerangka kerja konseptual terdiri atas dua bagian, yaitu:

1.) Kualitas Primer.Relevansi dan keandalan harus melekat pada informasi akuntansi.

Relevansi. Agar relevan, informasi akuntansi harus mampu membua perbedaan dalam sebuah keputusan. Informasi itu harus mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak, berarti informasi tersebut dinyatakan tidak relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik, yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu. Informasi juga harus memiliki nilai prediktif yakni dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa akan datang.Selain itu, kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu. Informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.

Keandalan. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara tepat, serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan bagi individu-individu

(14)

pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.

Keberdayaujian. Informasi harus dapat diuji kebenarannya. Dapat diujinya kebenaran informasi akuntansi berdasar pada keobjektifan dan consensus.

Kenetralan. Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan berbagai kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha- usaha untuk memberikan keuntungan lebih kepada kelompok lain.

Kejujuran penyajian. Penyajian yang jujur berarti adanya kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan.

2.) Kualitas Sekunder. Yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan, dan konsistensi.

Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain dalam satu industri (perbandingan horizontal) atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda (perbandingan vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.

Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar akuntansi apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk kejadian-kejadi an serupa, dari periode ke periode.

(15)

3. Pengertian PSAK No.46

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 adalah standar akuntansi yang mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak. Karena merupakan standar, maka PSAK No. 46 wajib diterapkan dalam laporan keuangan perusahaan yang telah listing, dan dianjurkan untuk digunakan bagi perusahaan yang belum listing. Standar ini telah berlaku efektif pada tanggal 1 januari 1999 bagi perusahaan “go public”, sementara untuk perusahaan yang belum “go public” berlaku sejak 1 januari 2001.

4. Tujuan PSAK No. 46 Antara Lain:

1. Pernyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan. Masalah utama perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode mendatang untuk hal-hal berikut ini :

a.) Pemulihan nilai tercatat aktiva yang diakui pada neraca perusahaan atau pelunasan nilai tercatat kewajiban yang diakui pada neraca perusahaan; dan

b.) Transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan perusahaan.

2. Pengakuan aktiva atau kewajiban pada laporan keuangan secara tersirat, berarti bahwa perusahaan pelapor akan dapat memulihkan nilai tercatat aktiva tersebut atau akan melunasi nilai tercatat kewajiban tersebut.

Apabila besar kemungkinan bahwa pemulihan aktiva atau pelunasan

(16)

kewajiban tersebut akan mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang yang lebih besar atau lebih kecil dibandingkan pembayaran pajak sebagai akibat pemulihan aktiva atau pelunasan kewajiban yang tidak memiliki konsekuensi pajak, maka Pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk mengakui kewajiban pajak tangguhan atau aktiva pajak tangguhan, dengan beberapa pengecualian.

3. Pernyataan ini mengharuskan perusahaan memperlakukan konsekuensi pajak dari suatu transaksi dan kejadian lain sama dengan cara perusahaan memperlakukan transaksi dan kejadian tersebut. Oleh karena itu untuk transaksi dan kejadian lain yang diakui pada laporan laba rugi, konsekuensi atau pengaruh pajak dari transaksi dan kejadian tersebut harus diakui pula pada laporan laba rugi. Sedangkan untuk transaksi dan kejadian lain yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas. Demikian pula, pengakuan aktiva dan kewajiban pajak tangguhan pada suatu penggabungan usaha mempengaruhi saldo goodwill atau goodwill negatif yang timbul dari penggabungan usaha tersebut.

4. Pernyataan ini juga mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut, penyajian pajak penghasilan pada laporan keuangan, dan pengungkapan informasi yang berhubungan dengan pajak penghasilan.

(17)

5. Istilah-Istilah dalam PSAK No.46

1. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode masa depan sebagai akibat adanya:

2. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan

Akumulasi rugi pajak belum dikompensasi

Akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan mengizinkan.

3. Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode.

4. Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak.

5. Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak atas pajak penghasilan yang terutang (dilunasi).

6. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.

7. Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas.

8. Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan

(18)

penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis penghasilan, transaksi, atau usaha tertentu.

9. Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak) untuk satu periode.

10. Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya.

Perbedaan temporer dapat berupa:

1. Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah kena pajak dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan pada saat jumlah tercatat

asset. .

2. Perbedaan temporer dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan.

B. Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal

Akuntansi komersial merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan informasi kuantitatif mengenai suatu entitas ekonomi sebagai dasar untuk pengambilan suatu keputusan ekonomis terhadap beberapa alternatif yang tersedia.

(19)

Adapun pengertian akuntansi fiskal merupakan bagian dari akuntansi yang berhubungan dengan penyajian informasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Perbedaan antara akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal antara lain sebagai berikut :

1. Dasar penyusunan

Dasar penyusunan laporan keuangan komersial adalah standar akuntansi keuangan, sedangkan dasar peyusunan laporan keuangan fiskal adalah standar akuntansi keuangan yang disesuaikan dengan Undang–Undang Perpajakan yang berlaku.

2. Konsep

Konsep laporan keuangan komersial terdiri:

a. Dasar akrual (accrual basis). Pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan.

b. Mempertemukan beban dengan pendapatan yang paling tepat (proper matching cost and revenue) melibatkan pengakuan penghasilan dan beban atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama- sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama.

c. Konservatif (conservative), yaitu konsep hati–hati, kemungkinan rugi yang ditaksir sudah diakui sebagai kerugian, dengan membentuk penyisihan (cadangan) pada akhir tahun atau dengan membuat

(20)

penyesuaian,contoh:penyisihan kerugian piutang,penyisihan potongan penjualan, penyisihan retur penjualan, penyisihan klaim, penyisihan setelah biaya penjualan, penyisihan penurunan nilai surat– surat berharga, penilaian persediaan dengan metode harga pokok dan harga pasar mana yang lebih rendah.

d. Materialitas digunakan oleh auditor untuk menyatakan wajar/tidak wajar dalam penilaian laporan keuangan komersial.

Konsep laporan keuangan fiskal terdiri dari :

a. Akrual stelsel (stelsel accrual). Pengaruh transaksi diakui penghasilan pada saat diperoleh penghasilan, walaupun penghasilan tersebut belum diterima tunai, dan mengurangkannya dengan biaya–biaya pada saat biaya tersebut terutang, walaupun biaya tersebut belum dibayar tunai.

Sebagai contoh misalnya: pengeluaran untuk suatu pembayaran dimuka.

b. Mempertemukan antara biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan (proper matching taxable income and deductible expense) sesuai dengan prinsip 3M (mendapatkan, menagih dan memelihara) penghasilan, beban (expense) yang dapat dikurangkan atas penghasilan kena pajak (taxable income) adalah beban yang timbul dalam hubungannya dengan penghasilan (match and link).

c. Konservatif tidak digunakan.

d. Materialitas digunakan oleh auditor untuk menyatakan wajar/tidak

(21)

wajar dalam penilaian laporan keuangan komersial tidak digunakan (selain bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, hanya diperkenankan dengan metode langsung)

3 .Tujuan

Tujuan laporan keuangan komersial adalah menghitung laba bersih, mengukur kinerja, mengukur keadaan posisi keuangan, mengukur keadaan kekayaan dan laporannya ditujukan untuk pihak ketiga dan manajemen. Sedangkan tujuan laporan keuangan fiskal adalah menghitung besarnya pajak yang terutang dan laporannya ditujukan kepada pihak fiskus.

4. Akibat penyimpangan

Akibat dari penyimpangan dari laporan keuangan komersial, misalnya pengambilan keputusan yang tidak tepat oleh manajemen, adanya opini yang buruk terhadap laporan keuangan yang berhubungan langsung dengan kreditor, investor dan pemilik perusahaan. Sedangkan akibat penyimpangan dari laporan keuangan fiskal adalah dikenakannya sanksi Bidang perpajakan antara lain sanksi administrasi yang berupa denda, bunga kenaikan sedangkan sanksi pidananya berupa kurungan atau penjara.

Jika kemudian kita tinjau kembali, maka sebenarnya perbedaan laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal terdapat pada:

1. Perbedaan mengenai konsep penghasilan atau pendapatan

Baik menurut standar akuntansi, ataupun dari sisi fiskal, penghasilan

(22)

atau pendapatan merupakan suatu kenaikan atau tambahan manfaat ekonomi yang diperoleh suatu pihak dalam bentuk apapun. Lebih lanjutfiskal membedakan penghasilan tersebut menjadi tiga kelompok yang sesuai dengan UU No 36 Tahun 2008 Pasal 4 Tentang Pajak Penghasilan, yaitu:

a. Penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan b. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final

c.Penghasilan yang bukan merupakan ObjekPajak Penghasilan 2. Perbedaan Konsep Beban (Biaya)

Untuk konsep beban, keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Jika menurut standar akuntansi peristiwa yang menyebabkan penurunan asset, terjadinya kewajiban atau penurunan ekuitas dapat dikategorikan sebagai beban, untuk pihak fiskal membatasi peristiwa yang diakui sebagai beban hanya dengan yang dapat dihubungkan dengan pendapatan yang diterima, ditagih, ataupun yang diperoleh.

Perbedaan-perbedaan ini berdampak pada jumlah laba.

Laba komersial adalah pengukuran laba yang lazim digunakan dalam dunia bisnis. Laba komersial dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang berterima secaraumum.

Menurut UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, ”Laba fiskal atau penghasilan kena pajak merupakan laba yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku”. Oleh karena itu, penting untuk melakukan suatu

(23)

17

koreksi terhadap perhitungan laba ataupun rugi perusahaan agar sesuai dengan peraturan perpajakan demi perhitungan beban pajak.

C. Koreksi Fiskal

Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/laba yang sesuai dengan ketentuan perpajakan.

1. Koreksi fiskal positif

Koreksi fiskal positif yang mengakibatkan bertambahnya laba bersih kena pajak atau penghasilan kena pajak adalah (Wahono,Sugeng.2012:106):

1. Biaya yang dibebankan atau di keluarkan untuk kepentingan pemegang saham,sekutu,atau anggota.

2. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan

3. Penggantian atau imbalan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan

4. Jumlah yang melebihi kewajaran yang di bayarkan kepada pemegang saham atau pihak yang mempunyai istimewa sehubungan dengan pekerjaan.

5. Harta yang di hibahkan bantuan atau sumbangan 6. Pajak penghasilan

7. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan.firma atau CV yang modalnya tidak terbagi atas saham

8. Sanksi administrasi

9. Selisih penyusutan komersial diatas penyusutan fiskal

(24)

18

2. Sifat dan keterbatasan pelaporan keuangan fiskal

a. Laporan Keuangan bersifat historis

b. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan estimasi dan berbagai pertimbangan

c. Lebih mengutamakan hal yang material (tanpa mengurangi kelengkapan materi)

d. Laporan keuangan terutama menekankan makna ekonomis (substansi) setiap transaksi (tanpa, dalam kondisi tertentu, memperhatikan bentuk yuridis formalnya).

e. Terdapatnya alternatif yang dapat digunakan mengakibatkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar WP.

f. Informasi kualitatif, sedangkan fakta (yang tidak mendasar) yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya dikesampingkan

1. Pemeriksaan

undang-undang perpajakan yang baru memberikan wewenang melakukan penelitian serta penyelidikan terhadap wajib pajak yang diduga kurang atau tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya atau terhadap wajib pajak yang meminta kelebihan pembayaran.

a. Pengertian

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,mengumpulkan mengolah data dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan.

(25)

19

b. Sasaran Pemeriksaan

Yang menjadi sasaran pemeriksaan maupun penyelidikan adalah untuk mencari adanya :

1. Interpretasi undang- undang yang tidak benar 2. Kesalahan hitung

3. Penggelapan secara khusus dari penghasilan

4. Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya yang dilakukan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

c. Tujuan Pemeriksaan

1.) Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum,keadilan,dan pembinaan kepada wajib pajak yang dapat dilakukan dalam hal :

a. Surat pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak termasuk yang telah diberikan pengambilan pendahuluan kelebihan pajak.

b. surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan menunjukkan rugi c. surat pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak

pada waktu yang telah ditetapkan.

d. surat pemberitahuan yang tidak memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh direktur jenderal pajak.

e. ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada poin 3 tidak dipenuhi.

2.) Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

(26)

20

perundang-undangan perpajakan yang dapat dilakukan dalam hal : a. Pemberian nomor pokok wajib (NPWP) secara jabatan b. Penghapusan nomor pokok wajib pajak

c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak

d. Wajib pajak mengajukan keberatan

e. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan pen gasilan netto.

f. Pencocokan data dan atau alat keterangan

g. Penentuan wajib pajak beralokasi didaerah terpencil.

d. Wewenang Pemeriksa

Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

a. Dasar Hukum Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah:

1. Undang- Undang No.7 tahun 1983 2. Undang- Undang No.7 tahun 1991 3. Undang- Undang No.10 tahun 1994

4. Undang- Undang No.36 tahun 2008 (terahkir) tentang Pajak Penghasilan.

5. Peraturan Pemerintah,Keputusan mentri keuangan serta

(27)

21

Keputusan

6. Direktur Jenderal Pajak mengenai Pajak Penghasilan.

b. Subjek Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan dikenakan tehadap subjek pajak yang mempunyai objek pajak atau penghasilan .Wahono,Sugeng (2012:18)

Yang termasuk subjek pajak menurut Undang –Undang tentang pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

1. Orang pribadi,warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,menggantikan yang berhak.

2. Badan dan bentuk uasaha tetap (BUT).

Orang pribadi sabagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di indonesia ataupun di luar indonesia.Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti,menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

Yang termasuk badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha meliputi:

1. Perseroan terbatas

2. Perseroan komanditer,perseroan lainnya .

3. Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan

(28)

22

dalam bentuk apapun.

4. Firma 5. Kongsi 6. Dana pensiun 7. Persekutuan 8. Perkumpulan

9. Bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.

c. Objek Pajak Penghasilan

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterimah atau diperoleh wajib pajak,baik yang berasal dari indonesia maupun dari luar negeri,yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,Wahono,Sugeng(2012:28).

Penghasilan yang menjadi objek pajak sebenarnya dapat di kelompokkan menjadi empat kelompok yaitu:

1. Penghasilan diterimah orang pribadi dari pekerjaan 2. Penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas (laba usaha) 3. Penghasilan dari modal atau penggunaan harta

4. Penghasilan lain termasuk keuntungan pembebasan utang,laba selisi kurs,penelitian kembali, pengalihan harta, undian.

(29)

23

Secara garis besar, menurut Undang-undang Pajak Penghasilan diatur dalam pasal 4 ayat (1), Objek pajak penghasilan meliputi :

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan perhargaan;

c. Laba usaha;

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun;

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya

(30)

24

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan; dan

5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

n. Premi asuransi;

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

(31)

25

terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan;

Untuk menentukan kapan penghasilan diterima atau diperoleh, ketentuan perundang-undangan perpajakan mewajibkan Wajib Pajak melakukannya sesuai dengan metode pembukuan yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak itu sendiri, apakah berdasarkan basis akrual atau basis kas. Pendekatan akrual mengakui penghasilan pada saat diperoleh, sedangkan pendekatan kas mengakui penghasilan pada saat diterima. Kedua metode ini, dalam hal tertentu akan menimbulkan perbedaan waktu/beda waktu antara penghasilan dan beban yang diakui untuk tujuan pelaporan keuangan kormersial yang disesuaikan dengan peraturan perpajakan.

d. Perhitungan Pajak Penghasilan Tahun Berjalan

Setiap Wajib Pajak badan dalam satu tahun berjalan akan melunasi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perpajakan dalam dua bentuk :

1. Pembayaran pajak penghasilan Pasal 25 Tahunan (PPh Pasal 25 Tahunan)

2. Pembayaran Pajak Penghasilan yang dipotong/dipungut oleh pihak ketiga yang bersifat final sebagaimana yang dimaksud

(32)

26

dalam pasal 4 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan, yaitu:

a . Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,bunga obligasi dan surat utang negara, dan bung simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. Penghasilan berupa hadiah undian;

c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan model ventura;

d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

e. Penghasilan tertentu lainnya.

Untuk PPh Pasal 25 Tahunan, dilunasi dalam tiga cara, yakni : 1. Angsuran PPh Pasal 25

2. Pelunasan melalui pemotongan dan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga yang bersifat tidak final.

3. Pelunasan melalui PPh pasal 29 D. Akuntansi Pajak Penghasilan

Perlakuan akuntansi mengenai pajak penghasilan diatur oleh IAI melalui PSAK No. 46 tentang peyajian pajak penghasilan pada laporan keuangan serta pengungkapan infomasi yang relevan. Perubahan

(33)

27

pendekatan yang dipakai oleh Standar Akuntansi Keuangan khusunya untuk akuntansi pajak penghasilan dari income statement approach atau deferred method menjadi balance sheet approach atau Asset-Liability Method tidak dapat dipungkiri telah menambah kompleksitas penghitungan pajak penghasilan (PPh) karena adanya pengakuan pajak tangguhan pada neraca (Nurmantu Safri.2002:13).

1.) Ruang Lingkup PSAK No. 46

PSAK No. 46 bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan. Masalah utama dalam perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode mendatang untuk hal-hal sebagai berikut (PSAK No.46 paragraf 2) :

a. Pemulihan nilai tercatat aktiva atau pelunasan nilai tercatat kewajiban, sehingga menimbulkan konsekuensi untuk mengakui aktiva atau kewajiban pajak tangguhan, dengan beberapa pengecualian.

b. Transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain dalam periode berjalan yang diakui pada laporan laba rugi dengan konsekuensinya harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.

c. Mengatur pangakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dikompensasikan ke tahun berikut, peyajian pajak penghasilan pada laporan keuangan dan pengungkapan

(34)

28

informasi yang berhubungan dengan pajak penghasilan.

Ruang lingkup PSAK No. 46 adalah sebagai berikut :

a.) Mencakup perlakuan pajak penghasilan final, yang artinya bahwa pelunasan kewajiban pajak yang telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan tidak dapat digabungkan dengan penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Sesuai dengan peraturan perundangan perpajakan, penghasilan yang telah dikenakan PPh final tidak lagi dilaporkan sebagai penghasilan kena pajak, semua beban sehubungan dengan penghasilan yang dikenakan PPh final tidak boleh dikurangkan. Oleh karena itu, tidak terdapat perbedaan temporer sehingga tidak diakui adanya aktiva atau kewajiban pajak tangguhan.

b.) Mencakup pembatalan paragraph 77, PSAK No.16 yang menyatakan

“apabila perusahaan memilih untuk menghitung pajak menurut laba akuntansi, selisih perhitungan tersebut dengan hutang pajak yang dihitung (yang dihitung menurut laba kena pajak) yang disebabkan perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak ditampung dalam perkiraan pajak penghasilan yang ditangguhkan, dikelompokkan sebagian dari aktiva lain-lain dan dialokasikan pada beban kena pajak penghasilan tahun- tahun mendatang”.

Dalam PSAK No. 46 yang berkaitan dengan pelaporan Pajak Penghasilan terdapat beberapa istilah penting yang perlu diketahui, berikut pengertian pokok

(35)

29

dari istilah-istilah tersebut :

1.) Pajak Tangguhan adalah jumlah beban pajak penghasilan terhutang atau penghasilan pajak untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer dan sisa kompensasi kerugian.

2.) Pajak Kini adalah jumlah pajak penghasilan terhutang atas penghasilan kena pajak untuk satu periode.

3.) Beban Pajak atau Penghasilan Pajak adalah jumlah agregat pajak kini danpajak tangguhan yang diperhitungkan dalam perhitungan laba rugi pada satu periode.

4.) Kewajiban Pajak Tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terhutang untuk periode waktu mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.

5.) Aktiva Pajak Tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian

6.) Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aktiva atau kewajiban dengan dasar pengenaan pajaknya (DPP-nya).

Perbedaan temporer dapat berupa :

a. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan dalam perhitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau nilai

(36)

30

tercatat kewajiban tersebut dilunasi.

b. Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi.

Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan akan mengakibatkan timbulnya aktiva pajak tangguhan, karena manfaat ekonomi yang akan diperoleh Wajib Pajak dalam bentuk pengurangan terhadap laba fiskal pada masa yang akan datang. Sedangkan perbedaan temporer kena pajak akan menimbulkan kewajiban pajak tangguhan pada periode terjadinya beda waktu atau beda temporer, karena terdapat kewajiban pajak penghasilan pada periode yang akan datang.

2.) Pengakuan dalam PSAK No. 46

Penyebab terjadinya perbedaan temporer atau beda waktu adalah adanya perbedaan dasar pengukuran dan pengakuan aktiva dan kewajiban untuk tujuan perhitungan penghasilan kena pajak dan untuk tujuan perhitungan laba rugi komersial. Istilah Dasar Pengenaan Pajak atau DPP digunakan untuk menyatakan dasar pengukuran aktiva dan kewajiban berdasarkan peraturan perpajakan sedangkan istilah nilai tercatat digunakan untuk menyatakan dasar pengukuran aktiva dan kewajiban berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan.

(37)

31

Definisi DPP aktiva adalah jumlah yang dapat diperkurangkan, untuk tujuan fiskal terhadap setiap manfaat ekonomi (penghasilan) kena pajak yang akan diterima perusahaan pada saat memulihkan nilai tercatat aktiva tersebut. Apabila manfaat ekonomi (penghasilan) tersebut tidak akan dikenakan pajak maka DPP aktiva adalah sama dengan nilai tercatat aktiva. Sedangkan DPP kewajiban adalah nilai tercatat kewajiban dikurangi dengan setiap jumlah yang dapat dikurangkan pada masa depan.

a. Pengakuan Aktiva Pajak Kini dan Kewajiban Pajak Kini

Jumlah pajak kini yang belum dibayar haruslah diakui sebagai kewajiban pajak kini. Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terhutang untuk periode- periode tersebut, maka selisihnya diakui sebagai aktiva pajak kini.

b. Pengakuan Aktiva Pajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan

Aktiva pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat dari adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian (IAI 2009). Aktiva pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang, kecuali yang timbul dari :

(38)

32

1.) Goodwill negative yang diakui sebagai pendapatan tangguhan dari penggabungan usaha,

2.) Pangakuan awal aktiva dan kewajiban dari suatu transaksi yang bukan transaksi penggabungan usaha.

c. Cara Menentukan Pajak Tangguhan a. Pengakuan(Recognition)

Standar yang mengatur bahwa dampak PPh atas perbedaan temporer dan tax loss carry forward (TLCF) atau kompensasi rugi harus diakui dalam laporan keuangan. Pengakuan ini menyiratkan bahwa perusahaan pelapor akan memulihkan nilai tercatat asset pajak tangguhan atau deferred tax asset (DTA) dan akan melunasi nilai tercatat dalam kewajiban pajak tangguhan atau deferred tax liability (DTL) tersebut.

b. Pengukuran(Measurement)

Cara menghitung jumlah yang harus dibukukan dalam buku besar perusahaan. Dalam hal ini pajak tangguhan akan dihitung dengan menggunakan tarif yang berlaku atau efektif akan berlaku di masa yang akan datang.

c. Penyajian(Presentation)

Standar yang menentukan cara penyajian di dalam laporan keuangan, baik dalam neraca ataupun laba rugi. Asset pajak tangguhan (DTA) atau kewajiban pajak tangguhan (DTL) harus disajikan secara terpisah

(39)

33

dari asset atau kewajiban pajak kini dan disajikan dalam unsur non current dalam neraca.

d. Pengungkapan(Disclosure)

Berkaitan dengan standar informasi yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.Misalnya unsur-unsur utama perbedaan temporer yang menimbulkan pajak tangguhan, unsur-unsur yang dibebankan langsung ke laba ditahan, perubahan tarif pajak dan sebagainya.

d. Pengakuan Saldo Rugi Fiskal yang dapat Dikompensasi

Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang memadai untuk dikompensasi. Namun perlu diketahui, apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat dikompensasikan dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aktiva pajak tangguhan tidak diakui.

e. Pengakuan Pajak Kini dan Pajak Tangguhan

Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan laba rugi periode berjalan, kecuali untuk pajak penghasilan yang berasal dari (IAI 2009) :

a . Transaksi atau kejadian yang langsung dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas pada periode yang sama atau periode

yang berbeda, atau

(40)

34

b. Penggabungan usaha yang secara substansi adalah akuisisi.

Pajak kini dan pajak tangguhan harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas apabila pajak tersebut berhubungan dengan transaksi yang langsung dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas.

3.) Penyajian Perkiraan-perkiraan Menurut PSAK No. 46

a. Aktiva Pajak dan Kewajiban Pajak

Aktiva dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban lainnya dalam neraca. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aktiva pajak kini dan kewajiban pajak kini. Apabila dalam laporan keuangan, aktiva dan kewajiban lancar disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban tidak lancar maka aktiva (kewajiban) pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aktiva (kewajiban) lancar.

b. Saling Menghapuskan (offset)

PSAK No. 46 tidak menyatakan secara tegas mengenai aktiva pajak tangguhan boleh atau harus dikompensasi (offset) dengan kewajiban pajak tangguhan dalam penyajian neraca. PSAK No. 46 menyatakan bahwa aktiva pajak kini harus dikompensasi (offset) dengan kewajiban pajak kini dan jumlah netonya harus disajikan pada neraca.

c. Beban Pajak

Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.

(41)

35

d. Pajak Penghasilan Final

Apabila nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final berbeda dari DPP-nya, maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aktiva atau kewajiban pajak tangguhan. Atas penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final, beban pajak diakui secara proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan. Selisih antara jumlah pajak penghasilan final yang terhutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai beban pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak Penghasilan Final Dibayar Dimuka dan Pajak Penghasilan Final yang masih harus dibayar.

4.) Pengungkapan dalam PSAK No. 46

Hal-hal berikut ini harus diungkapkan : a. Unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak

b. Jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi- transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas

c. Beban (penghasilan) pajak yang berasal dari pos-pos luar biasa yang diakui pada periode berjalan

d. Penjelasan mengenai hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi dalam salah satu atau kedua bentuk berikut ini: (i) rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak dengan hasil perkalian laba akuntansi dan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku; atau (ii) rekonsiliasi antara tarif

(42)

36

pajak efektif rata-rata (average effective tax rate) dan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar perhitungan tarif pajak yang berlaku.

e. Penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yangberlaku dan perbandingan dengan tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya.

f. Jumlah (dan Batas waktu penggunaan, jika ada)perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut, yang tidak diakui sebagai aktiva pajak tangguhan pada neraca.

g. Untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap kelompok rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut :

(i) jumlah aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca untuk setiap periode penyajian;

(ii) jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang diakui pada laporan laba rugi apabila jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah aktiva atau kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca

h. Untuk operasi yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang berasal dari : (i) keuntungan atau kerugian atas penghentian operasi; dan

(ii) laba atau rugi dari aktivitas normal operasi yang tidak dilanjutkan untuk periode pelaporan, bersama dengan jumlah periode akuntansi sebelumnya yang disajikan pada laporan keuangan.

(43)

37

5.) Perhitungan Pajak Penghasilan Tangguhan

Pajak penghasilan tangguhan dapat dihitung dengan cara mengalikan beda waktu yang terjadi dengan tarif pajak yang berlaku pada saat aktiva dipulihkaatau kewajiban dilunasi. Biasanya, tarif yang digunakan adalah tarif PPh tertinggi yaitu 30%, walaupun tarif sebenarnya bersifat progresif.

Apabila pada tahun yang bersangkutan terjadi rugi fiskal, maka pajak penghasilan tangguhan dapat dihitung dengan cara yang sama, yaitu tarif efektif rata-rata, jika asumsinya 30%, maka 30% dikalikan dengan saldo rugi yang terjadi

Metode penangguhan dalam pajak penghasilan antara lain:

a. Deferred Method (Metode Penangguhan)

Metode ini menggunakan pendekatan laba rugi (Income Statement Approach) yang memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang laporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi baik dari segi komersial maupun fiskal. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan waktu dan perbedaan permanen. Hasil hitungan dari pendekatan ini adalah pergerakan yang akan diakui sebagai pajak tangguhan pada laporan laba rugi. Metode ini lebih menekankan matching principle pada periode terjadinya perbedaan tersebut.

b. Asset-Liability Method (Metode Asset dan Kewajiban)

Metode ini menggunakan pendekatan neraca (Balance Sheet Approach)

(44)

38

yang menekankan pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan memprediksikan aliran kas pada masa yang akan datang. Pendekatan neraca memandang perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang neraca, yaitu perbedaan antara saldo buku menurut komersial dan dasar pengenaan pajaknya. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan temporer dan perbedaan non temporer.

c. Net-of-Tax Method (Metode Bersih dari Pajak)

Metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi pajak atas perbedaan temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaliknya

diperlakukan sebagai penyesuaian atas nilai asset atau kewajiban tertentu dan penghasilan atau beban yang terkait. Dalam metode ini, beban pajak yang disajikan dalam laporan laba rugi sama dengan jumlah pajak penghasilan yang terhutang menurut SPT tahunan.

6.) Tata Cara Pemungutan Pajak

a. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak (penghasilan yang nyata ),sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.Stelsel nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan.kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis.sedangkan kelemahannya adalah pajak baru akan dikenakan pada periode (setelah penghasilan riil diketahui)

(45)

39

b. Stelsel Anggapan (Fictive Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang –undang.Misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya,sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan,tanpa harus menunggu pada akhir tahun.Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

c. Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan pada awal tahun,besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan.maka Wajib Pajak harus menambah .sebaliknya Jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.

7.) Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan maka,pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. .Pemingutan pajak harus adil (syarat keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum,yakni mencapai keadilan,undang –

(46)

40

undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil.Adil dalam prundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata,serta disesuaikan dengan kemampuan masing- masing.Sedangkan adil dalam pekasanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Waji Pajak untuk mengajukan keberatan,penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kapada Majelis Pertimbangan Pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis).

Diindonesia,pajak diatur dalam UUD 1945 Pasal 23 Ayat 2.hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan,baik bagi negara maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis).

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan,sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4. Pemungutan Pajak Harus Efisien

Sesuai fungsi budgetair,biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyaratkat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Syarat ini telah depenuhi oleh undang- undansg perpajakan.

(47)

41

8.) Teori-Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak

Menurut Prof.Dr.Mardiasmo terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi hak kepada negara untuk memungut pajak.Teori tersebut antara lain:

a. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa,harta benda dan hak –hak rakyatnya.oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

b. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan kepada kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang.Semakin besar kepentingan seseorangterhadap negara,makin tinggi pajak yang harus dibayar.

c. Teori Daya Pikul

beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya,artinya pajak harus dibayar sesuai daya pikul masing-masing orang.

Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan dua pendekatan antara lain:

1. Unsur objektif,Dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.

2. Unsur subjektif,dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi.

(48)

42

d. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya.Sebagai warga negara yang berbakti,rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban.

e. Teori Asas Daya Beli

Dasar pajak terletak pada akibat pemungutan pajak.Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyaratkat untuk rumah tangga negara.Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

9.) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor wajib pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dlam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

a. fungsi NPWP antara lain:

1. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.

2.Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan adminintrasi perpajakan.

(49)

43

b. Pencantuman NPWP

Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan,wajib pajak di wajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.

c. Pendaftaran NPWP

Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment,wajib pendaftaran diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang –Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerimah atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang – Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.Tempat pendaftaran dilakukan pada kantor direktorat jenderal pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan bagi wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu.Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hukum atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

(50)

44

Wanita kawin selain tersebut diatas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak atas namanya sendiri atas wanita kawin tersebut dapat melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suaminya.

Direktorat jenderal pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan apabila wajib pajak yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif tidak mendapatkan NPWP .Kewajiban perpajakan bagi wajib pajak yang diterbitkan nomor pokok wajib pajak secara jabatan dimulai sejak saat wajib pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan perturan perundang- undangan perpajakan,paling lama lima tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak.

Kewajiban untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka waktunya,karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak terutang jangka waktu pendaftaran NPWP adalah:

a. Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan,wajib mendaftarkan diri paling lambat satu bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.

b. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya sampai dengan satu bulan yang di setahunkan telah melebihi Penghsilan Tidak Kena Pajak,wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

(51)

45

d. Sanksi

Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat enam bulan dan paling lama enam tahun dan denda paling sedikit dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Pidana tersebut ditambahkan satu kali menjadi dua kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat satu tahun terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.

Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Wajib Pajak dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak,dipidana dengan pidana penjara paling singkat enam bulan dan paling lama dua tahun dan denda paling sedikit dua kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak empat kali jumlah restitusi yang dimohonkan atau kompensasi atau pengkreditan.

(52)

46

e. Penghapusan NPWP

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak apabila:

1. Diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak olehwajib pajak atau ahli warisnya apabila wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan prundang-undangan perpajakan.

2. Wajib pajak badan dilikwidasi karena pemberhentian atau penggabungan usaha.

3. Wanita yang sebelumnnya telah memiliki nomor wajib pajak dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan dalam hal suami dari wanita tersebut telah terdaftar sebagai wajib pajak.

4. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di indonesia.

5. Dianggap perlu oleh direktorat jenderal pajak untuk menghapuskan nomor pokok wajib pajak dari wajib pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif maupun objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan.

(53)

47

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang di kemikakan diatas maka di buat kerangka pikir sebagai berikut:

PT.Prima Karya Manunggal

Laporan Keuangan

Menurut Perusahaan Menurut PSAK No.46

Penerapan PSAK NO.46 pada Laporan Keuangan PT.Prima Karya Manunggal

(54)

48

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau eksplorasi dari kejadian teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang di teliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian dan merupakan tempat peneliti memberi penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel maupun masalah yang ada dalam penelitian .

Untuk menilai keputusan investasi yang diambil oleh pihak manajemen perusahaan .Maka dapat dilakukan dengan melakukan analisis laporan keuangan yang di gunakan dalam pengambilan keputusan investasi perusahaan dimana penelitian menganalisis laporan keuangan yang disusun menurut perusahaan dan menurut PSAK No.46 pada Perusahaan PT.Prima Karya Manunggal.

Referensi

Dokumen terkait

6. Jika 27 gram Al direaksikan dengan 24 gram S, maka berdasarkan hukum Proust, pernyataan berikut yang benar adalah.. Jika dalam senyawa kalsium oksida terdapat 4 gram Ca

Oman Sukmana, M.Si selaku Kepala Jurusan Program Studi Kesejahteraan sosial sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dukungan serta motivasinya

yang terjadi akibat gesekan antara drillstring dan formasi. Sumur X-01 merupakan sumur vertikal pada lapangan X yang akan dilakukan pemboran horizontal re-entries dengan membuat

Pada evaluasi struktur model level dua dengan koefisien acak diperoleh hanya variabel penjelas S 1 (pendidikan guru kelas) berpengaruh signifikan terhadap β 0jk

dimaksudkan agar kaum perempuan yang terjerumus ke dalam tindakan tersebut tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Salah satu program pemberdayaan perempuan yang

Tema tersebut juga yang sangat berperan dalam pembentukkan identitas visual pada HDI Klaten 2019 sehingga penggambaran visual dari difabel itu sendiri lebih

Pemberitaan yang disajikan Kompas juga lebih bersifat langsung (Straight news) dan memperlihatkan pengelolaan pemerintah terkait pariwisata, dibandingkan dengan media

Dan pada pengujian sifat mekanik yang terdiri dari pengujian (stability dan drop test) memenuhi standar dimana stability.. mengalami stabil pada hari ke 6 dan