• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Kesadaran Masyarakat di Bantaran Sungai Citarum Melalui Program Peduli Lingkungan Pada Masyarakat Sumbersari Kecamatan Ciparay

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Membangun Kesadaran Masyarakat di Bantaran Sungai Citarum Melalui Program Peduli Lingkungan Pada Masyarakat Sumbersari Kecamatan Ciparay"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Homepage ://ejournal.multiliterasi.com/index.php/journal-multiliterasi

Membangun Kesadaran Masyarakat di Bantaran Sungai Citarum Melalui Program Peduli Lingkungan Pada Masyarakat Sumbersari Kecamatan

Ciparay

Kuswanto1, Burhan Kurniansyah2

1PGSD Kampus Daerah UPI Cibiru

2Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia Correspondence Author: kuswanto.8@upi.edu

A b s t r a k A r t i c l e I n f o

Terdapat banyak permasalahan yang terjadi di pedesaan, salah satunya yaitu masalah lingkungan. Masalah lingkungan telah menjadi permasalahan yang mengancam kelangsungan hidup dari makhluk hidup yang ada pada suatu wilayah dan mengancam kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi ini. Salah satu permasalahan lingkungan yang terjadi adalah permasalahan sampah.

Hal ini terjadi karena masyarakat seringkali membuang sampah ke aliran “Sungai Citarum”. Di perlukan suatu upaya untuk membangun kesadaran lingkungan khususnya masyarakat yang berada di daerah aliran sungai citarum yang perlu dilakukan untuk membangun paradigma masyarakat melalui program gerakan aksi untuk lingkungan. Kegiatan yang di lakukan dalam aksi penanggulangan masalah lingkungan ini adalah 1) Program Si Eco (Kursi Ecobrick) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengedukasi siswa SD mengenai sampah anorganik yang mempunyai kegunaan, dan juga mengembangkan kreativitas siswa dalam membuat suatu produk dari sampah anorganik. 2) Penanaman Pohon di bantaran Sungai Citarum. kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan melalui penanaman dan pemeliharaan pohon.

3) Pelaksanaan LCO (Lubang Cerdas Organik) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal yang berkaitan dengan masalah sampah dapur yang mereka buang menjadi bermanfaat dengan adanya pembuatan LCO. Kegiatan dilaksanakan dengan bantuan dari berbagai pihak termasuk anak-anak SD sebagai sasaran kegiatan si eco dan LCO, juga para mahasiswa dan para satgas sungai Citarum.

Namun masyarakat kurang berpartisipasi dalam kegiatan ini padahal kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri, dalam upaya menjaga lingkungan sekitar untuk kelangsungan hidup bersama.

Article History:

Received June 22, 2021.

Revised June 28, 2021

Accepted June 28, 2021 Available online 30 July 2021

Keywords:

Masalah, Sampah, Ecobric

(2)

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Terdapat banyak permasalahan- permasalahan yang terjadi di pedesaan, salah satunya yaitu permasalahan lingkungan. Permasalahan lingkungan yang terjadi telah menjadi permasalahan yang mengancam, tidak hanya kelangsungan hidup dari makhluk hidup yang ada pada suatu wilayah, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi ini (Yunansah &

Herlambang, 2017; Irianto, 2020;

Herlambang, 2018; Irianto, dkk, 2020). Lebih lanjut, Keraf (2006); Herlambang (2018); &

Irianto, (2020) menyatakan krisis lingkungan yang dialami manusia berakar pada kesalahan perilaku, dimana kesalahan tersebut timbul karena kekeliruan perspektif manusia, dalam hal ini manusia sendiri, alam, dan hubungan antara manusia dengan seluruh alam semesta.

Salah satu permasalahan lingkungan yang terjadi adalah permasalahan sampah.

Hal ini terjadi karena masyarakat seringkali membuang sampah ke aliran “Sungai Citarum”. Sampah-sampah yang sering dijumpai diantaranya merupakan sampah plastik dan sampah rumah tangga. Seakan- akan membuang sampah menjadi hal yang sangat lumrah dilakukan masyarakat.

Permasalahan ini menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan sekitar. Seiring berjalannya waktu sampah-sampah tersebut menumpuk dan menyebabkan kerusakan lingkungan. Terdapat banyak permasalahan- permasalahan yang terjadi di pedesaan, salah satunya yaitu permasalahan lingkungan. Permasalahan lingkungan yang terjadi telah menjadi permasalahan yang mengancam, tidak hanya kelangsungan hidup dari makhluk hidup yang ada pada suatu wilayah, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup

yang ada di muka bumi ini. Lebih lanjut Keraf (2006) menyatakan krisis lingkungan yang dialami manusia berakar pada kesalahan perilaku, dimana kesalahan tersebut timbul karena kekeliruan perspektif manusia, dalam hal ini manusia sendiri, alam, dan hubungan antara manusia dengan seluruh alam semesta.

Salah satu permasalahan lingkungan yang terjadi adalah permasalahan sampah. Hal ini terjadi karena masyarakat seringkali membuang sampah ke aliran “Sungai Citarum”. Sampah-sampah yang sering dijumpai diantaranya merupakan sampah plastik dan sampah rumah tangga. Seakan- akan membuang sampah menjadi hal yang sangat lumrah dilakukan masyarakat.

Permasalahan ini menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan sekitar. Seiring berjalannya waktu sampah-sampah tersebut menumpuk dan menyebabkan kerusakan lingkungan.

Konteks kehidupan dengan permasalahan kompleks dengan beragam kemajuan dan permasalahan yang ada menjadi tantangan untuk dapat berkehidupan pada zamanya, sehingga proses penyadaran melalui pendidikan yang menantang untuk mampu berpikir kritis, kreatif, pemecahan masalah, serta berpikir imajinasi dalam mengatasi permasalahan untuk menghasilkan suatu inovasi untuk kebermanfaatan kehidupan umat manusia (Kaderi, 2017; Kwee & Gandha, 2020). Proses pembelajaran untuk menyadarkan dengan menyajikan masalah, merupakan cara membelajarkan setiap orang agar memiliki sikap solutif dalam menghadapi masa depan dan permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat (Freire, 2015; Ani, 2017;

Sudirman, 2019; Irianto, dkk, 2020).

Menyikapi hal tersebut, diperlukannya suatu upaya untuk membangun kesadaran lingkungan

(3)

khususnya masyarakat yang berada di daerah aliran sungai citarum yang perlu dilakukan untuk membangun paradigma masyarakat melalui program gerakan aksi untuk lingkungan (GAUL), adapun kegiatan dari program tersebut diantaranya Si Eco (Kursi ecobriks), Penanaman pohon di bantaran sungai citarum, Lubang Cerdas Organik (LCO). Dari kegiatan tersebut diharapkan mampu mewujudkan masyarakat agar memiliki kesadaran pola hidup sehat dan yang menjadi esensi dalam permasalahan ini adalah bagaimana mewujudkan kesadaran kolektif masyarakat agar masalah terkait pencemaran lingkungan tersebut menjadi perhatian dan tanggung jawab bersama.

2. Tinjauan pustaka a. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.

Pemerintah mengeluarkan Pasal 1 Ayat 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan menjelaskan bahwa “Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah”. Pengelolaan sampah adalah sebuah upaya menyeluruh untuk menangani sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia. Pengelolaan persampahan didefinisikan sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, proses, dan pembuangan akhir sampah. Adapun kegiatan pengelolaan sampah meliputi:

b. Penimbunan sampah (solid wasre generated)

Pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan. Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan

yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis kegiatannya. Jumlah penduduk merupakan pelaku yang menimbulkan sampah itu sendiri.

b. Penanganan di tempat (on site handling) Adapun yang dimaksud dengan penanganan sampah di tempat atau pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah ditempatkan di lokasi tempat pembuangan. Kegiatan tahap ini bervariasi antara lain pemilahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang.

Tujuan dari kegiatan ini untuk mengurangi besarnya jumlah sampah.

c. Pengumpulan (collecting)

Pengumpulan ini merupakan tindakan pengumpulan sampah dari sumbernya menuju ke TPS dengan menggunakan gerobak dorong atau mobil pick-up khusus sampah. Sumber sampah merupakan dari warga atau masyarakat di sekitar TPS.

e. Pengangkutan (transfer/transport)

Pengangkutan merupakan usaha pemindahan sampah dari TPS menuju TPA dengan menggunakan truk sampah. Itulah proses pemindahan sampah-sampah dari sumbernya yaitu warga/masyarakat.

f. Pengolahan (treatment)

Sampah dapat diolah tergantung pada jenis dan komposisinya. Berbagai alternatif yang tersedia dalam proses pengolahan sampah di antaranya adalah sebagai berikut:

1). fisik, meliputi pemisahan sampah dan pemadatan yang bertujuan

untuk mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.

2). Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah

yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas.

(4)

3). Pembuatan kompos (composting), yaitu mengubah sampah melalui

proses mikrobiologi menjadi produk lain yang dapat dipergunakan.

Output dari proses ini adalah kompos dan gas bio.

4). Energy recovery, yaitu transformasi sampah menjadi energi, baik

energi panas maupun energi listrik.

g. Pembuangan akhir

Pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Ada dua teknik yang bisa dilakukan di tempat pembuangan akhir, pertama yaitu open dumping, yaitu sampah yang ada hanya ditempatkan begitu saja hingga kapasitasnya tidak lagi terpenuhi, namun teknik ini sudah jarang dilakukan karena mengganggu masyarakat sekitarnya.

Kedua yaitu teknik sanitary landfill, yaitu pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.

Sedangkan sanitary landfill menurut Karden Eddy (dalam Arif hlm. 15) adalah pembuangan sampah di TPA yang diikuti dengan penimbunan sampah dengan tanah.

2. Pengelolaan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

Pengertian pengelolaan sampah 3R secara umum adalah upaya untuk mengurangi sampah sejak dari sumbernya, melalui program mengurangi (Reduce), menggunakan kembali (Reuse), dan mendaur ulang (Recycle).

a) Reduce

Reduce atau reduksi sampah yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah di lingkungan sumber bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak

sampah menjadi hemat, efisien dan sedikit sampah.

b) Reuse

Menurut Pasal 11 Ayat (1) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, pemanfaatan kembali sampah (Reuse) adalah upaya untuk mengguna ulang sampah sesuai dengan fungsi yang sama atau fungsi yang berbeda dan/atau mengguna ulang bagian dari sampah yang masih bermanfaat tanpa melalui suatu proses pengolahan terlebih dahulu.

c) Recycle

Menurut Pasal 11 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, Pendauran ulang (Recycle) adalah upaya memanfaatkan sampah menjadi barang yang berguna setelah melalui suatu proses pengolahan terlebih dahulu. Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengelolaan seperti sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dan sebagainya atau mengolah botol atau plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot dan sebagainya serta mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas lebih rendah, sampah basah yang dapat diolah menjadi kompos dan lain-lain.

B. Metode 1. Pendekatan

Pada pelaksanaan program Tematik Citarum Harum di Desa Sumbersari ini menggunakan pendekatan sosial kepada masyarakat secara persuasif, hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan segala hal yang diperlukan untuk menunjang

(5)

terlaksananya program ini. Pendekatan sosial disini yakni kami melakukan usaha-usaha untuk mengumpulkan informasi, menganalisis kebutuhan masyarakat dan mencari alternatif solusi untuk permasalahan tersebut dengan cara melakukan kegiatan yang memang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti melakukan observasi ke lapangan untuk melihat kondisi alam dan masyarakat sekitar, melakukan survei ke beberapa rumah dan sekolah di Desa Sumbersari. Selain itu pendekatan yang digunakan untuk peserta didik (sekolah dasar) yaitu pendekatan secara edukatif, hal ini dapat dilihat dari program yang dilaksanakan di Sekolah dasar yakni melalui kegiatan pembuatan kursi ecobrick (Si Eco), Penanaman pohon di bantaran sungai.

Dalam melakukan pendekatan tersebut kami menggunakan berbagai macam metode untuk mencapai tujuan yang telah kami rancang, diantaranya yakni metode ekspositori dimana anak menyimak dengan baik informasi yang kami sampaikan pada kegiatan penayangan video tentang kegunaan sampah plastik dan pentingnya pohon bagi kehidupan. Selain itu juga kami melakukan tanya jawab untuk melatih mereka dalam berpikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan.

Kemudian kami menggunakan metode demonstrasi. Anak Bermain konstruktif menurut Piaget dapat membantu mengembangkan keterampilan anak dalam rangka keberhasilan sekolahnya dikemudian hari.

2. Khalayak Sasaran

Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Sumbersari Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, yang mayoritas penduduknya adalah buruh, petani, pedagang dan pegawai pabrik. Khalayak kegiatan ini adalah para masyarakat Desa Sumbersari yang terdiri

masyarakat Desa Sumbersari, termasuk para orang tua dan anak-anak Usia Dini.

C. Hasil dan Pembahasan

a. Cara untuk Mengelola Sampah Menjadi Barang yang Bermanfaat

Cara mengelola sampah menjadi barang yang bermanfaat adalah dengan Program Si Eco (Kursi Ecobrick) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengedukasi siswa SD mengenai sampah anorganik, dengan sasarannya yaitu siswa kelas 5 SD Sapan di Desa Sumbersari. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 26-27 Juli 2019.

Dengan program ini kami ingin mengedukasi siswa agar memahami bahwa sampah anorganik mempunyai kegunaan dan kami ingin mengembangkan kreativitas siswa dalam membuat suatu produk dari sampah anorganik. Kegiatan program Ecobrick ini dimulai dengan melakukan perizinan kepada pihak SDN Sapan pada hari Sabtu, 20 Juli 2019. Berikutnya hari Selasa, 23 Juli 2019 kami mengumpulkan sampah untuk pelaksanaan program dari mulai mengutip sampah plastik yang ada di pinggir-pinggir jalan maupun yang ada di tempat sampah, ada juga anggota kelompok yang sebelumnya telah membeli sampah plastik ke tukang ronsok dan ke bank sampah, setelah itu kami juga mencuci terlebih dahulu sampah-sampahnya. Kemudian kembali lagi ke sekolah pada hari Jum’at, 26 Juli 2019 untuk melakukan sosialisasi kepada siswa kelas 5 mengenai sampah anorganikdan alat dan bahan apa saja yang diperlukan untuk pembuatan Ecobrick serta pembagian kelompok yang dimulai dari pukul 09:00- 10:30 WIB. Kemudian program pembuatan kursi dengan ecobrick ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Juli 2019 pukul 07.00-11.00 WIB.

b. Upaya untuk Mengolah Sampah Organik

(6)

Upaya untuk mengolah sampah organik adalah dengan Program LCO (Lubang Cerdas Organik). Program LCO ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal yang berkaitan dengan masalah sampah dapur yang mereka buang menjadi bermanfaat dengan adanya pembuatan LCO. Dimana sampah dapur atau sampah yang berjenis organik dikumpulkan dalam satu lubang yang nantinya akan berubah menjadi pupuk organik yang hasilnya akan mengurangi pembuangan sampah di tempat sembarangan dan juga dapat dijadikan pupuk untuk tanaman yang bisa menghasilkan uang. Dengan kata lain LCO merupakan kegiatan yang memberikan penyuluhan sekaligus praktik pembuatan lubang cerdas organik kepada warga RW 13, dikhususkan kepada ketua RW dan Ketua RT.

Kegiatan ini bertujuan untuk menangani sampah organik rumah tangga yang produksi setiap harinya itu semakin meningkat. Pelaksanaan ini dilaksanakan selama 3 hari pada hari jumat 9 agustus 2019, kamis 15 agustus 2019 dan jumat 16 agustus 2019. Sebelum melaksanakan kegiatan tersebut, kami bertemu kepada pengurus pengelolaan sampah di desa Sumbersari yaitu Pak Asep untuk membantu dalam melaksanakan program pembuatan LCO, karena beliau adalah salah satu yang bertanggung jawab dan lebih tahu pada pembuatan LCO. Kemudian meminta izin kepada ketua RW 13 beserta ketua-ketua RT.

Dan menyiapkan alat dan bahan pembuatan LCO. Pada hari pertama, kami melaksanakan pembuatan LCO di tiga tempat yaitu di halaman rumah ketua RW 13, ketua RT 01 dan ketua RT 02. Sebelum melakukan pembuatan LCO, melakukan pembukaan terlebih dahulu yang dihadiri oleh satgas, Pak Asep, RW 13 dan ketua-ketua RT 01-05.

Setelah selesai pembukaan, langsung melakukan pembuatan di RW 13 sebagai tempat percontohan di lingkungan RW 13.

Setelah selesai di RW 13, dilanjutkan ke RT 01 dan RW 02. Pada hari kedua, kami langsung melaksanakan pembuatan LCO di satu tempat yaitu di ketua RT 03. Dikarenakan waktu yang kurang memadai, maka untuk hari kedua, pembuatan LCO hanya dilakukan di RT 03 saja. Selanjutnya pada hari ketiga, kami melaksanakan pembuatan LCO di dua tempat yaitu di ketua RT 04 dan ketua RT 05 yang merupakan hari terakhir pembuatan LCO.

c. Upaya untuk Meningkatkan Kesadaran Lingkungan Masyarakat Desa Sumbersari Dalam upaya meningkatkan

kesadaran lingkungan masyarakat Desa Sumbersari yaitu melalui program Penanaman Pohon di bantaran Sungai Citarum kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan melalui penanaman dan pemeliharaan pohon. Program ini dilaksanakan oleh mahasiswa bersama siswa-siswi SDN Sumbersari RW07 Desa Sumbersari Kec. Ciparay pada hari Sabtu 3 Agustus 2019 yang di laksanakan di Bantaran Sungai Citarum. Setiap program yang dibuat bukan semata-mata dapat dilaksanakan saja, setiap program tentunya harus harus memiliki tujuan di dalamnya. Kemudian kenapa kami memilih menanam di bantaran yaitu karena tidak ada lahan untuk menanam di sekolaholeh karena itu kami memilih menanam di bantaran sungai Citarum agar lingkungan di bantaran tersebut menjadi hijau tidak lagi gersang karena tidak ada pohon yg membuat lingkungan menjadi sejuk. Program penanaman ini bertujuan agar siswa-siswi dapat mengetahui pentingnya menanam pohon yang memiliki banyak manfaatnya bagi kita semua. Dalam kegiatan ini, terdapat beberapa

(7)

langkah/pertemuan sebelum penanaman dilaksanakan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu perizinan kepada pihak sekolah melalui kepala sekolah yang dilaksanakan pada hari selasa 29 Juli 2019.

Setelah perizinan dan mendapatkan respon yang baik,kami memutuskan untuk melaksanakan program ini bersama siswa- siswi kelas V dengan rencana awal di dalam lingkungan sekolah, namun setelah pertimbangan dari pihak sekolah dan mahasiswa diambil keputusan bahwa penanaman dilaksanakan di bantaran sungai Citarum yang penanamannya akan dilakukan di Bantaran Sungai Citarum. Langkah kedua yaitu sosialisasi mengenai manfaat dari pohon dan pentingnya kita menanam pohon serta akibat dari tidak menanam pohon yang dilaksanakan pada hari Sabtu 3 agustus 2019.

Kegiatan ini dimulai dengan penanyangan video yang dimulai dari pukul 08:00-08:30 WIB. Terdapat dua video yang ditayangkan, yang pertama yaitu video tentang manfaat dari menanam pohon, video yang kedua yaitu tentang akibat dari kita tidak menanam pohon. Kami berharap, dengan ditayangkannya video tersebut, siswa-siswi akan lebih menyadari pentingnya menanam pohon serta dengan mempraktikannya langsung semoga dapat menambah rasa kepeduliannya terhadap lingkungan.

Langkah ketiga melaksanakan penanaman pohon yang juga dilakukan pada hari sabtu 3 Agustus 2019 pada pukul 08:30-selesai.

Sebelumnya telah disiapkan 10 bibit pohon buah sirsak yang di bagikan kepada masing- masing kelompok 1 pohon.

d. Hasil yang di Capai

Hasil pencapaian dari program pengabdian yang sudah dilakukan tersebut, akan terinterpretasikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.

Hasil yang dicapai

No Program Kondisi sebelum Program

Kondisi Setelah Program 1. LCO

sampah organic bercampur dengan sampah anorganik dan di buang sembarangan

Sampah organic telah dipisahkan dan dimasukan ke dalam LCO dan akan diproses menjadi pupuk 2. Si Eco

(Kursi Ecobrick)

Terdapat banyak sampah plastic, yang akhirnya dibakar. Sampah tidak termanfaatkan

Sampah plastic lebih bermanfaat karena dibuat menjadi kursi ecobrick

3. Penanama n Pohon di bantaran Sungai Citarum

Bantaran sungai terlihat gersang dan tidak ada pohon.

Bantaran Sungai telah ditanami oleh pohon, diantaranya

(8)

No Program Kondisi sebelum Program

Kondisi Setelah Program pohon kayu manis, sirsak, dan kopi.

e. Faktor Pendukung dan Kendala dalam Program Kegiatan

Dalam jangka waktu 40 hari kami melaksanakan kegiatan kuliah kerja nyata, muncul berbagai faktor yang mendorong maupun menghambat kelancaran dan kesuksesan kegiatan. Faktor pendorong maupun penghambat kegiatan muncul dari intern pelaksana kuliah kerja nyata maupun masyarakat. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil yang dicapai

No Nama

Program

Faktor Pendukung

Faktor Penghambat 1. Si Eco

(Kursi Ecobrick)

Banyak bahan yang didapat,

dan juga

bantuan dari satgas.citarum yang ikut membantu mencari bahan untuk

pembuatan kursi ecobrick dan juga proses pembuatannya

Sarana dan prasarana yangkurang mendukung, menyebabkan banyak waktu yang terpakai hanya untuk menyiapkan pengarahan pembuatan ecobrick. Kendala lainnnya adalah siswa yang rebut

dan tidak

mendengarkan

No Nama

Program

Faktor Pendukung

Faktor Penghambat ketika

pengarahan pembuatan ecobrick

2. LCO (Lubang Cerdas Organik)

Adanya bantuan

alat dan

personel dari ketua TPA Desa Sumbersari dan satgas citarum harum

Ketua RT yang sulit untuk ditemui dan memberi tidak kepastian, sehingga waktu pembuatan terus diundur.

3. Penanaman Pohon di bantaran Sungai

Adanya bantuan bibit pohon dan pembuatan lubang untuk menanam dari satgas sektor 5

Adanya perubahan tempat penanaman

D. Kesimpulan

Program-program yang dilaksanakan di Desa Sumbersari sudah mencapai tujuan yang diharapkan, karena kami telah memilih program Sumbersari yaitu permasalahan dengan sampah. Tujuan yang sudah dicapai diantaranya masyarakat maupun siswa dapat memanfaatkan barang bekas yaitu botol dan sampah plastik yang dapat dijadikan kursi ecobrick sehingga dapat meminimalisir penumpukan sampah. Kemudian program- program ini dibuat agar dapat menyadarkan siswa mulai dari anak usia, agar selalu membuang sampah pada tempatnya, memelihara dan peduli terhadap lingkungan, menyayangi tanaman. Dikarenakan kursi ecobrick mereka buat sendiri dan bahan yang digunakanpun diperoleh sendiri, sehingga mereka sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan juga

(9)

dapat membedakan mana sampah organik dan anorganik, sadar akan pentingnya

tumbuhan bagi kehidupan dan memiliki kesadaran untuk merawat tanaman.

Daftar Pustaka

Ani, H. M. (2017). Pendidikan dan Pembelajaran Berorientasi Pemecahan Masalah Masa Depan.

Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial, 10(2).

Arif, F. (2011). Modul Kajian Pengelolaan Sampah. [Online]. Diakses dari:

http://www.eprints.undip.ac.id.

Arsyad, Azhar. (2016). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Freire, P. dkk. (2015). Menggugat Pendidikan: Fundamentalis, Konservatif, Liberal, Anarkis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Herlambang, Y. T. (2018). Pedagogik: Telaah Kritis Ilmu Pendidikan Dalam Multiperspektif. Jakarta:

Bumi Aksara.

Irianto, D, M, Herlambang, Y, T., Yunansah, H & Mulyati, T. (2020) Ekopedagogik: Sebuah Konsep Pendidikan Lingkungan Dalam Perspektif Filosofis-Pedagogis. Tasikmalaya: Ksatria Sili- wangi.

Irianto, D, M., Herlambang, Y, T., Yunansah, H., Mulyati, T (2020). Membangun Kecerdasan Ekologis Melalui Model Multiliterasi Berbasis Ecopedagogy Approach. EduHumaniora| Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru 12 (1), 81-90

Kaderi, M. A. (2017). Future Of Education (Masa Depan Pendidikan). Ittihad, 13(24), 78-96.

Keputusan Presiden RI No. 12 Tahun 2012

Khadijah. (2016). Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing.

Kwee, S. M., & Gandha, M. V. (2020). Ruang Belajar Masa Depan: Sebuah Tipologi Baru Bangunan Pendidikan. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 1(2), 1339- 1348.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 13 Tahun 2012. (2012). Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank Sampah. [Online]. Diakses dari:

http://www.mnlh.go.id

Setiawan, E. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]. Diakses dari:

https://kbbi.web.id/dekat

Sudirman, P. (2019). Pedagogik Kritis Sejarah, Perkembangan dan Pemikiran. Jurnal Pendidikan Dasar dan Keguruan, 4(2), 63-72

Yunansah, H & Herlambang, Y, T (2017). Pendidikan Berbasis Ekopedagogik Dalam Menumbuhkan Kesadaran Ekologis Dan Mengembangkan Karakter Siswa Sekolah Dasar. EduHumaniora|

Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru 9 (1), 27-34

Gambar

Tabel 2. Hasil yang dicapai

Referensi

Dokumen terkait

Nilai konstanta laju reaksi pada suhu yang berbeda, karena konstanta laju reaksi berbanding lurus dengan laju reaksi, untuk laju reaksi prediksi yang dihasilkan dengan

Menurut Pareto, yang disebut dengan elit adalah sekelompok kecil individu yang memiliki kualitas-kualitas terbaik, yang dapat menjangkau pusat kekuasaan

[r]

Karena penyakit datang tergantung dari kekebalan tubuh ayam, tetapi ada juga penyakit yang datang pada usia 1-10 hari seperti penyakit berak kapur, ada juga penyakit yang

Pada pertemuan sebelumnya (pertemuan I/ Perkenalan dengan keluarga) mahasiswa dan keluarga telah sama – sama tau identitas nya, Keluarga mengetahui tujuan dan manfaat

Dari perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa tahun 1946 yang termasuk dalam kurup Asapon (Alip Senin Pahing), tanggal 1 Suro-nya jatuh pada urutan ke 3

Setelah disetor, kelebihan atas nilai pari akan menjadi bagian dari tambahan modal disetor perusahaan dan pemegang saham perorangan tidak memiliki klaim yang lebih besar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku , perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma