• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODAL SOSIAL DALAM WISATA PEDESAAN: Studi Kasus Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODAL SOSIAL DALAM WISATA PEDESAAN: Studi Kasus Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

MODAL SOSIAL DALAM WISATA PEDESAAN:

Studi Kasus Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Ekonomi

Oleh:

Imanest Cristy Victoria Marantika NIM: 162314025

PROGRAM STUDI EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

i

MODAL SOSIAL DALAM WISATA PEDESAAN:

Studi Kasus Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Ekonomi

Oleh:

Imanest Cristy Victoria Marantika NIM: 162314025

PROGRAM STUDI EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(3)

ii

18 November 2021

(4)

iii 30 November 2021

(5)

iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

MODAL SOSIAL DALAM WISATA PEDESAAN:

Studi Kasus Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

Yang dimajukan untuk diuji pada tanggal 26 Oktober 2021 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak sengaja, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 November 2021 Yang membuat pernyataan,

Imanest Cristy Victoria Marantika

(6)

v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Imanest Cristy Victoria Marantika NIM : 162314025

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

MODAL SOSIAL DALAM WISATA PEDESAAN:

Studi Kasus Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lainnya untuk kepentingan akademis tanpa perlu memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenernya.

Yogyakarta, 30 November 2021 Yang membuat pernyataan,

Imanest Cristy Victoria Marantika

(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

“God is good, all the time. And all the time, God is good.”

– Shane Harper

Run till you can touch the sky with your hands.

Run till your heart is filled with your dreams.

(Epik High Lyrics – Run)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Ibuku tercinta V.S Bayu Lestari Kakakku Kevin Nilano Adekku Kent Bayu Aji

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Baik, oleh karena anugerah- Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Selama proses pengerjaan penulis memperoleh banyak dukungan, kekuatan, semangat, dan inspirasi dari berbagai pihak di sekitar penulis. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak terlibat yang senantiasa memberi semangat dengan tulus:

1. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Bapak Tiberius Handono Eko Prabowo Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan penulis untuk belajar dan berproses di Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Laurentius Bambang Harnoto, M. Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi yang telah membantu proses administrasi dan mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Y. Rini Hardanti, M. Si., selaku Wakil Ketua Program Studi Ekonomi yang telah mendukung dan memberi kesempatan bagi penulis untuk mengikuti program pengembangan softskill.

5. Romo Robertus In Nugroho Budi Santoso, SJ. H.Hum., M.P.P, selaku dosen pembimbing akademik yang setia menemani, membagikan pengalaman, memberi inspirasi dan motivasi.

6. Bapak Florentinus Nugro Hardianto M.Sc., selaku dosen pembimbing skripsi setia menjadi teman diskusi, dan mencurahkan waktunya untuk menemani berproses selama pengerjaan skripsi.

(9)

viii 7. Segenap Dosen Program Studi Ekonomi yang telah membimbing, memberi inspirasi dalam belajar, membagikan pengalaman, dan menemani proses pengembangan diri selama studi.

8. Ibu, saudara, dan keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan semangat tanpa henti.

9. Pengurus dan anggota di Desa Wisata Pujon Kidul yang telah meluangkan waktu dan kesediannya untuk berbagi cerita dan informasi demi pengumpulan data pada penulisan skripsi ini.

10. Sahabatku Devy Fatmawati yang selalu menemani penulis untuk mendengarkan curhat dan melepaskan penat.

11. Teman seperjuanganku Lehen Setyawan yang tak pernah lelah memberi semangat selama proses mengerjakan skripsi.

12. Adek-adekku Lia, Retha, dan Diana yang selalu menemani, memberi support, dan selalu membuatku happy.

13. Teman-teman Program Studi Ekonomi angkatan 2016 yang berproses dan berjuang bersama selama studi.

14. Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tentunya jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 30 November 2021

Imanest Cristy Victoria Marantika

(10)

ix

ABSTRAK

MODAL SOSIAL DALAM WISATA PEDESAAN:

Studi kasus desa wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

Pembangunan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, baik di tingkat lokal maupun global. Modal sosial cenderung berdampak pada kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat, dan selanjutnya membawa dampak bagi pengembangan wisata pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi modal sosial yang ada dalam wisata pedesaan, (2) mengeksplorasi fungsi modal sosial dalam wisata pedesaan, dan (3) menganalisis efektivitas fungsi modal sosial dalam menyukseskan pengembangan wisata pedesaan di Desa Wisata Pujon Kidul. Sumber data dalam penelitian ini adalah pengelola dan pengurus Desa Wisata Pujon Kidul. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data, penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) teridentifikasi tiga bentuk modal sosial dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul, yaitu bonding social capital, linking social capital, dan bridging social capital; 2) modal sosial berfungsi dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul (antara lain untuk menumbuhkan kepedulian terhadap sesama, membangun relasi masyarakat, meningkatkan pelayanan, dan mendorong promosi desa wisata Pujon Kidul); 3) modal sosial berfungsi secara efektif dalam menyukseskan pengembangan wisata pedesaan Pujon Kidul.

Kata kunci: modal sosial, efektivitas, pengembangan desa wisata

(11)

x

ABSTRACT

SOCIAL CAPITAL IN RURAL TOURISM:

A case study of Pujon Kidul tourism village, Pujon Subdistrict, Malang Regency, East Java Province

The development of the tourism sector is one of the efforts to improve the community's economy, both at the local and global levels. Social capital tends to impact society’s economic and social activities, then later brings impact on rural tourism development. This study aims to: (1) identify the existing social capital in rural tourism, (2) explore the function of social capital in rural tourism, and (3) analyze the effectiveness of the social capital function in the success of rural tourism development in Pujon Kidul Tourism Village. The data sources in this study were the managers and administrators of the Pujon Kidul Tourism Village. Data collection techniques used are interviews, documentation, and literature. The analysis in this study uses descriptive qualitative methods with the stages of data collection, data reduction, data presentation, and conclusion drawing.

Based on the results of data analysis, this study concluded that: 1) three forms of social capital were identified in the development of Pujon Kidul Tourism Village, namely bonding social capital, linking social capital, and bridging social capital; 2) social capital is functioning in the development of the Pujon Kidul Tourism Village (among others to foster concern for others, to build community relations, to improve services, and to encourage the promotion of the Pujon Kidul tourism village); 3) social capital is functioning effectively in the success of Pujon Kidul rural tourism development.

Keywords: social capital, effectiveness, rural tourism development

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv

HALAMAN DEWAN PENGUJI ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

(13)

xii

A. Modal Sosial/Social Capital ... 7

B. Bentuk Modal Sosial ... 8

C. Fungsi Modal Sosial ... 9

D. Wisata Pedesaan/Rural Tourism ... 10

E. Hubungan Modal Sosial dengan Wisata Pedesaan ... 11

F. Penelitian yang Relevan ... 12

G. Model Teoritis/Konseptual ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Objek Penelitian ... 17

B. Subjek Penelitian ... 17

C. Metode dan Desain Penelitian ... 17

D. Teknik Pengumpulan Data ... 18

E. Variabel Penelitian ... 20

F. Teknik Analisis Data ... 20

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Gambaran Umum Desa Wisata ... 24

B. Bentuk Modal Sosial ... 25

1. Modal Sosial Mengikat atau Bonding Social Capital dalam Pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul ... 26

2. Modal Sosial Menjembatani atau Bridging Social Capital dalam Pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul ... 28

3. Modal Sosial Menghubungkan atau Linking Social Capital dalam Pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul ... 30

C. Fungsi Modal Sosial ... 31

(14)

xiii

D. Efektivitas Fungsi Modal Sosial ... 33

BAB V PENUTUP ... 35

A. Kesimpulan ... 35

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 40

(15)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Teoretis/Konseptual………16 Gambar 4.1 Model Empiris Komponen Bentuk Modal Sosial

dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul………...26 Gambar 4.2 Model Empiris Bonding SC

dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul……….27 Gambar 4.3 Model Empiris Bridging SC

dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul……….29 Gambar 4.4 Model Empiris Linking SC

dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul……….31 Gambar 4.5 Model Empiris Fungsi Modal Sosial

dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul……….32 Gambar 4.6 Model Empiris Efektivitas Fungsi Modal Sosial

dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul……….34

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pariwisata di Indonesia saat ini makin pesat. Perkembangan sektor pariwisata menjanjikan dan memberikan manfaat kepada banyak pihak dari pemerintah, masyarakat maupun swasta. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu sektor yang dianggap menguntungkan untuk dikembangkan sebagai salah satu aset yang digunakan sebagai sumber yang menjanjikan bagi pemerintah maupun masyarakat sekitar objek wisata. Oleh karena itu, banyak daerah yang berkeinginan untuk mengadakan pembangunan di bidang pariwisata.

Salah satu kecenderungan dalam pariwisata umumnya saat ini adalah kuatnya fenomena untuk berwisata kembali ke alam. Hal ini bisa dilihat dari munculnya program atau aktivitas-aktivitas berwisata ke pedesaan atau pedalaman seperti rafting, trekking, mengunjungi taman nasional, dan kehidupan masyarakat di desa-desa sekitar.

Adanya daya tarik wisata alam di sekitarnya yang dipadukan dengan wisata ke daerah pedesaan yang melahirkan istilah rural tourism. Gorman (2015) memberikan batasan istilah rural tourism sebagai wisata di daerah terpencil yang jauh dari perkotaan dengan jumlah penduduk yang relatif kecil. Bukan jumlah penduduknya yang penting tetapi potensi alam dan keunikan budaya yang dapat menjadi daya tarik wisata.

Batasan yang berbeda tentang rural tourism juga dijelaskan European Community. Rural tourism merupakan kegiatan wisata dengan motivasi menikmati pengalaman hidup di pedesaan, terlibat dengan masyarakat, mempelajari cara hidup masyarakat, dan menikmati warisan peninggalan unik yang ada di desa tersebut (Gorman, 2015). Aktivitas yang menyerupai rural tourism di Indonesia dalah sepadan

(17)

2 dengan wisata pedesaan, dengan aktivitas melihat keindahan alam, menyaksikan atraksi seni budaya, cara hidup masyarakat lokal. Trend wisata desa yang berkembang di Indonesia ditandai oleh tumbuhnya minat melakukan wisata berkarakter nature based tourism (wisata berbasis alam) dan berminat menikmati pengalaman wisata

pedesan (Sastrayuda, 2010), dan munculnya desa wisata (viilage tourism). Wisata pedesaan telah diidentifikasi sebagai salah satu industri utama yang dapat membantu masyarakat lokal dalam mengembangkan keragaman ekonomi (Davis, et al., 2004).

Akibatnya, pengembangan pariwisata pedesaan telah diimplementasikan sebagai metode kebijakan untuk mengaktifkan ekonomi pedesaan.

Pemerintah Jokowi memiliki program terkait dengan pembangunan desa yaitu program pembangunan perbatasan termuat dalam poin ketiga dari Nawacita. Pada poin tersebut lebih jelasnya adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam rangka negara kesatuan. Dengan mendorong pembangunan desa mandiri dan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan ditujukan mampu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa.

Keberhasilan dalam pengembangan pariwisata didukung oleh adanya modal sosial. Sebagian besar jenis modal sosial mempengaruhi sikap penduduk dan dukungan mereka terhadap pengembangan pariwisata (Yoon, 2009). Dalam konteks pembangunan, modal sosial (social capital) umumnya terdiri dari tiga fitur:

kepercayaan, timbal balik, dan kerja sama (Flora, 1998). Ketika ketiga elemen ini kuat dalam komunitas, penghuni komunitas lebih mungkin untuk memanfaatkan peluang ekonomi, pembangunan komunitas, dan peningkatan kapasitas. Hal ini menunjukkan bahwa modal sosial mempengaruhi pengembangan pariwisata. Salah satunya adalah pariwisata pedesaan. Modal sosial yang seimbang akan menjadi jembatan yang sangat

(18)

3 penting untuk keberhasilan pengembangan pariwisata pedesaan (McGehee dkk, 2010).

Modal sosial yang tinggi membantu dalam meningkatkan efektivitas pengembangan pariwisata pedesaan. Salah satu tantangan yang perlu dipertimbangkan untuk keberlanjutan destinasi wisata pedesaan yang bertanggung jawab adalah kondisi sosial masyarakat setempat.

Sehubungan dengan peran modal sosial dalam pengembangan wisata pedesaan, penelitian ini akan meneliti keberadaan modal sosial dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu desa wisata yang memanfaatkan potensi alam, ekonomi dan budaya. Desa wisata Pujon Kidul berdiri pada tahun 2014 yang digagas oleh pemerintah desa. Didirikannya desa wisata Pujon Kidul arahnya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan meningkatkan strata sosial berbasis pendidikan. Keunggulan dalam pengembangan yang dimiliki desa wisata Pujon Kidul yaitu: kuliner, kebudayaan, edukasi (pertanian, peternakan, pengelolaan limbah, dan home industry).

Selain itu desa wisata Pujon Kidul mempertahankan kearifan lokal yang ternyata dianggap menarik oleh pengunjung. Desa wisata Pujon Kidul melalui Café Sawah yang menjadi salah satu unitnya bisa memiliki omzet Rp 1,2 miliar setiap tahunnya. Selain itu, desa wisata Pujon Kidul adalah salah satu desa wisata yang mendapatkan penghargaan Anugerah Desa Wisata 2021 sebagai bentuk apresiasi dan menerapkan program Desa Wisata Berkelanjutan Pertama yang diberikan oleh Kemenparekraf.

B. Rumusan Masalah

Setelah mendalami latar belakang yang sudah dijabarkan di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(19)

4 1. Modal sosial apa sajakah yang ada dalam wisata pedesaan di Desa Wisata

Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur?

2. Apa sajakah fungsi modal sosial dalam wisata pedesaan di Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur?

3. Apakah fungsi modal sosial itu efektif dalam mensukseskan wisata pedesaan di Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur?

C. Batasan Masalah

Adapun batasan dalam penelitian ini berfokus pada keberadaan modal sosial dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan bebrapa tujuan penelitian, yaitu:

1. Untuk mengidentifikasi modal sosial yang ada dalam wisata pedesaan di Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

2. Untuk mengeksplorasi fungsi modal sosial dalam wisata pedesaan di Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

3. Untuk menganalisis efektivitas fungsi modal sosial dalam mensukseskan wisata pedesaan di Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

(20)

5 1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi serta dapat menjadi bahan referensi yang berkaitan dengan keberadaan modal sosial dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.

2. Manfaat Praktis b. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sarana dan acuan akademik dalam meningkatkan dan menambah gambaran tentang keberadaan modal sosial dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.

c. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam mengembangkan Desa Wisata Pujon Kidul menggunakan pendekatan modal sosial.

d. Bagi Penulis

Penulisan ini diharapkan mampu menambah pengetahuan terkait keberadaan modal sosial dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

(21)

6 Bab ini berisikan tentang tinjauan teori, tinjauan studi empiris dan model konseptual yang berkaitan mengenai modal sosial dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan tentang profil objek penelitian, metode dan desain penelitian, dan teknik analisis data.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan data yang diperoleh penulisa dari hasil penelitian di Desa Wisata Pujon Kidul.

Bab V : Penutup

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari seluruh rangkaian proses penelitian mulai dari awal hingga hasil penelitian dan pembahasan data serta saran yang diharapkan berguna bagi Desa Wisata Pujon Kidul.

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka berisikan sumber-sumber literasi sebagai bahan dalam pembuatan penelitian.

(22)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Modal Sosial/Social Capital

Menurut Coleman (1988) tentang peran modal sosial dalam penciptaan modal manusia didefinisikan modal sosial secara fungsional sebagai berbagai entitas dengan dua elemen yang sama. Artinya, modal sosial adalah segala sesuatu yang memfasilitasi tindakan individu atau kolektif, yang dihasilkan oleh jaringan hubungan, timbal balik, kepercayaan, dan norma sosial. Dalam konsepsi Coleman, modal sosial adalah sumber daya netral yang memfasilitasi yang memfasilitasi tindakan apa pun. Baik Bourdieu dan Coleman memahami modal sosial sebagai aset individu atau kelompok kecil dan mendefinisikannya secara luas sebagai sumber daya yang melekat dalam hubungan sosial yang dapat digunakan oleh pemiliknya untuk mendapatkan akses ke sumber daya lainnya. Mereka menekankan bahwa meskipun modal sosial tidak dapat dibagi menjadi beberapa jenis, manifestasinya tergantung pada anggota organisasi.

Johannesson dkk. (2003) menemukan bahwa jika modal sosial suatu masyarakat tinggi, maka penduduknya sangat ingin mengembangkan strategi investasi pariwisata dan mengerahkan upaya untuk membangun jaringan. Yoon (2009) juga menunjukkan bahwa sebagian besar jenis modal sosial mempengaruhi sikap penduduk dan dukungan mereka terhadap pengembangan pariwisata. Jeong, Sim, dan Choi (2006) mengemukakan bahwa modal sosial memiliki mekanisme spesifik untuk pertukaran sosial, kompensasi, dan kerja sama. Kelompok-kelompok yang mengalami masalah yang terkait dengan konflik, pembagian keuntungan, atau kepemimpinan operasional menunjukkan modal sosial yang lebih rendah

(23)

8 sehubungan dengan pertukaran sosial, kompensasi, dan kerja sama. Pentingnya kolaborasi dengan masyarakat dan ekonomi telah diakui di kalangan akademis sebagai tertanam dalam bentuk modal yang sebanding dengan modal manusia, bangunan, keuangan, atau budaya yang disebut “modal sosial” (Jane Jacobs, 1962).

Wakefield & Polandia (2005) mengungkapkan bahwa modal sosial membantu mempromosikan perilaku dan sikap pro-sosial di antara anggota masyarakat dan tujuan sosial yang lebih lanjut (misalnya, anggota kelompok lingkungan dapat mendorong sesama anggota masyarakat untuk menandatangani petisi yang mendukung atau menentang jenis pengembangan pariwisata tertentu) yang mengarah pada tujuan sosial, kohesi dan kerja sama. Selain itu, modal sosial memperkuat hubungan antara lembaga negara dan jaringan informal jaringan, hubungan, dan norma di tingkat masyarakat dalam mengejar pembangunan sosial ekonomi (Buckland, 1998). Akibatnya, modal sosial dianggap sebagai “mata rantai yang hilang” dalam pembangunan ekonomi (Harriss & de Renzio, 1997). Putnam (1993) menegaskan bahwa masyarakat yang ditandai oleh modal sosial tingkat tinggi seperti kepercayaan, norma sosial, dan jaringan interpersonal lebih mungkin mengalami perkembangan ekonomi, sosial, budaya, dan politik yang positif daripada masyarakat dengan modal sosial yang rendah.

2. Bentuk Modal Sosial

Bentuk modal sosial ada tiga. Menurut Woolcock (2001) ketiga bentuk modal sosial tersebut adalah Bonding social capital atau modal sosial mengikat, Bridging social capital atau modal sosial menjembatani dan Linking social capital

atau modal sosial menghubungkan. Bonding social capital adalah tipe modal sosial dengan karakteristik adanya ikatan yang kuat dalam suatu sistem kemasyarakatan.

Bridging social capital merupakan suatu ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi

(24)

9 atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Bridging social capital bisa muncul karena adanya berbagai macam kelemahan yang ada di sekitarnya, sehingga mereka memutuskan untuk membangun kekuatan dari kelemahan.

Linking social capital merupakan hubungan sosial yang dikarakteristikan dengan

adanya hubungan di antara beberapa level dari kekuatan sosial maupun status sosial yang ada dalam masyarakat. Misalnya hubungan antara elite politik dengan masyarakat umum.

Bentuk bonding social capital atau mengarah pada koneksi di dalam kelompok atau komunitas yang memiliki hubungan yang kuat. Contoh dari bonding social capital antara lain: Gotong royong, Paguyuban, Arisan RT/RW, PKK dan Aksi sosial masyarakat (Tristan, 2018). Sedangkan, bridging social capital mengarah pada hubungan sosial, seringkali asosiasi antara orang-orang dengan minat atau tujuan bersama tetapi beridentitas sosial yang kontras (Pelling dan High, 2005). Contoh dari bridging social capital antara lain: kerja sama antar komunitas satu dengan yang lain, kerja sama antar desa, kerja sama komunitas desa dengan lembaga pendidikan, komunitas lintas agama, dan lain-lain (Tristan, 2018).

Kemudian lingking social capital mengarah pada hubungan antara individu dan kelompok dalam strata sosial dalam hierarki yang berbeda (Healy dan Cote, 2001).

Contoh dari linking social capital adalah hubungan kerja sama antara organisasi berbasis masyarakat dengan pemerintah atau lembaga lain yang tingkatan struktur sosialnya berbeda (Tristan, 2018).

3. Fungsi Modal Sosial

Modal sosial memiliki peranan penting dalam masyarakat. Modal sosial memegang peranan penting dalam memfungsikan dan memperkuat komunitas, organisasi/lembaga dan masyarakat (Fukuyama, 2001). Modal sosial juga berperan

(25)

10 pada pengembangan individu dan komunitas agar lebih erat secara sosial (Arzyana dkk, 2016). Modal sosial sebagai perekat sosial dalam menjaga keutuhan kelompok secara bersama-sama (Ubaididillah, 2017). Modal sosial yang berada pada komunitas masyarakat yang baik akan mendorong masyarakat berperilaku positif terhadap perlindungan lingkungannya (Liu dkk, 2014). Modal sosial dianggap suatu hal yang penting untuk pembangunan ekonomi karena melibatkan kepercayaan dan kerja sama antar seluruh masyarakat (Ali dkk, 2011). Modal sosial mampu berkontribusi pada peningkatan ketahanan, karena modal sosial mampu dapat menyebabkan munculnya respons bersama (Pramanik dkk, 2018).

4. Wisata Pedesaan/Rural Tourism

Tweeten dkk. (2008) mengungkapkan bahwa pariwisata pedesaan adalah alat pengembangan yang penting juga untuk negara-negara pedesaan yang sedang berkembang. Salah satu faktor terpenting yang memungkinkan fitur ini adalah kesederhanaannya bekerja di bidang pariwisata pedesaan dalam hal peserta pedesaan dan pembuat kebijakan. Lane (1994) merinci kesulitan dalam berusaha membuat definisi pariwisata pedesaan karena tidak semua pariwisata di daerah pedesaan benar-benar pedesaan. Wisata pedesaan meluas melampaui pariwisata berbasis pertanian untuk mencakup: liburan alam dan wisata alam yang menarik, liburan berjalan, mendaki dan mengendarai, petualangan, pariwisata olahraga dan kesehatan, berburu dan memancing, perjalanan pendidikan, pariwisata seni dan warisan, dan di beberapa daerah, pariwisata etnis (Lane, 1994). Menurut Sharpley dan Sharpley (1997), pariwisata pedesaan makin banyak digunakan untuk regenerasi dan diversifikasi sosial-ekonomi.

Area terakhir (lingkungan) tampaknya mendominasi dalam literatur, mungkin karena tidak terbarukannya sumber daya alam membentuk penghalang

(26)

11 terkuat untuk pertumbuhan berkelanjutan (Lindsay, 2003). Karena kemungkinan pengembangan pariwisata berkelanjutan, sebagian besar, tergantung pada kualitas sumber daya alam, dampak pariwisata terhadap lingkungan sekitarnya biasanya dianalisis dalam hal lingkungan alam. Namun, ruang dan modal manusia juga harus dimasukkan dalam kelompok sumber daya yang tidak dapat diperbarui dan perlahan-lahan diperbarui yang menentukan pengembangan pariwisata. Tidak diragukan bahwa model pengembangan pariwisata saat ini, yang juga berlaku untuk pariwisata pedesaan, memiliki konsekuensi spasial dan sosial yang serius. Mereka prihatin dengan transformasi jaringan permukiman dan kualitas sumber daya bangunan pedesaan, serta perubahan sosial, yang sering terbukti tidak dapat diubah, seperti memudarnya budaya pedesaan dan meningkatnya patologi sosial.

5. Hubungan Modal Sosial dengan Wisata Pedesaan

Menurut Yoon dan Park (2008) ada hubungan antara modal sosial penduduk dan efek pariwisata yang mereka rasakan dengan analisis korelasi kanonik di desa- desa wisata pedesaan di Korea. Melalui studi kualitatif, Kim dan Ko (2008) menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata pedesaan meningkatkan modal sosial penduduk. Menurut penelitian Zhao dkk. (2011) menunjukkan hubungan antara modal sosial dan kewirausahaan dalam pariwisata pedesaan, meskipun para peneliti mencatat bahwa efeknya bervariasi di berbagai dimensi modal sosial. Choi dkk. (2006) menegaskan bahwa agar pariwisata menjadi alat untuk pengembangan destinasi berkelanjutan, pariwisata harus meningkatkan kualitas hidup penduduk;

merangsang pekerjaan penduduk lokal dibandingkan dengan bukan penduduk lokal dalam kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata; mengoptimalkan manfaat ekonomi lokal; menyediakan hubungan ekonomi jangka panjang antara komunitas tujuan dan industri; mempertimbangkan batas daya dukung lingkungan; melindungi

(27)

12 warisan alam dan bangunan untuk generasi sekarang dan mendatang;

meminimalkan dampak negatif pariwisata; memberikan pengalaman berkualitas tinggi bagi pengunjung dan kesejahteraan sosial budaya bagi masyarakat tujuan yang menghormati identitas sosial, meningkatkan modal sosial, budaya lokal, kohesi sosial dan kebanggaan.

6. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Doohyun Hwang dan William P. Stewart (2016) tentang Modal Sosial dan Aksi Kolektif dalam Pariwisata Pedesaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik multi-metode, bagian empiris dari penelitian ini diarahkan pada dua komunitas pedesaan di Korea Selatan. Penelitian berupa wawancara tatap muka dengan sampel pemimpin yang terbatas di setiap komunitas yang menghasilkan informasi kualitatif (disebut sebagai kuesioner pemimpin komunitas) dan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner terstruktur dengan sampel populasi penghuni setiap komunitas untuk statistik dan analisis jaringan (disebut survei komunitas).

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pengembangan pariwisata sebagai upaya terkoordinasi dari jejaring sosial disebut sebagai “aksi kolektif” di antara penduduk untuk pengembangan pariwisata pedesaan. Sebagai implikasi praktis, penelitian ini menjanjikan untuk berkontribusi pada pengembangan pariwisata di dua komunitas studi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa para pemimpin mungkin ingin melibatkan berbagai organisasi berbasis masyarakat untuk memfasilitasi interaksi perumahan atau menjangkau orang lain. Sebagai bagian dari upaya penjangkauan apa pun, para pemimpin dapat mempelajari alasan lemahnya ikatan mereka dengan orang lain di masyarakat.

(28)

13 Selanjutnya, hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Duk-Byeong Park dkk, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi modal sosial dalam komunitas pariwisata pedesaan di Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur berdasarkan penelitian empiris yang berkaitan dengan masalah dan masalah yang disarankan. Tes dasar dilakukan untuk menentukan karakteristik masing-masing variabel menggunakan teknik statistik. Ada 32 pencilan di antara responden yang dihapus. Penelitian ini menggunakan analisis kluster untuk mengkategorikan masyarakat lokal berdasarkan karakteristik modal sosial.

Penelitian ini mempertimbangkan modal sosial yang sudah ada telah ditekankan dalam konteks hasil penelitian. Ketika sosial modal diukur sebagai variabel dependen, beberapa hubungan antara jenis modal sosial yang mempengaruhi peningkatan menunjukkan metode yang dapat meningkatkan modal sosial secara lebih efektif cara. Terutama, ketika kita mempertimbangkan berbagai jenis modal sosial, peningkatan masing-masing jenis modal sosial mempengaruhi kemandirian variabel dan memungkinkan kita untuk menemukan cara peningkatan yang lebih efektif modal sosial.

Persamaan penelitian-penelitian sebelumnya tersebut adalah sama-sama membahas terkait modal sosial maupun wisata pedesaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini sama-sama menggunakan penelitian empiris. Selain itu, kedua penelitian tersebut menggunakan kuesioner terstruktur. Hasil dari penelitian ini sama-sama menunjukkan rencana bisnis untuk mengembangkan pariwisata kedepannya. Kemudian, berupaya untuk mendorong kerja sama satu sama lain.

Selanjutnya, kedua penelitian ini menghasilkan rencana di kemudian hari tentang bertahan dalam situasi baru.

(29)

14 Perbedaan penelitian-penelitian ini adalah beda fokus pada variabelnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Doohyun Hwang dan William P. Stewart secara umum berfokus pada pengaruh modal sosial terhadap wisata pedesaan dan adanya pelibatan stakeholder. Penelitian yang dilakukan oleh Duk Byeong Park dkk secara umum adalah berfokus pada pengaruh wisata pedesaan terhadap modal sosial.

Metode yang digunakan dalam penelitian Doohyun dan William menggunakan teknik multi metode. Sedangkan penelitian yang dilakukan Duk Byeong Park menggunakan teknik statistik.

Tabel 1 - Penelitian Sebelumnya 1

No Penulis & Tahun Judul Jurnal Metode Penelitian Kesimpulan Penelitian

1.

Doohyun Hwang dan William P.

Stewart (2016)

Social Capital and Collective Action in Rural Tourism.

Metode yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik multi-metode,

bagian empiris dari penelitian ini diarahkan pada dua komunitas pedesaan di Korea Selatan.

dengan sampel pemimpin yang terbatas di setiap komunitas yang menghasilkan

informasi kualitatif (disebut sebagai kuesioner pemimpin komunitas) dan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner terstruktur dengan sampel populasi penghuni setiap komunitas untuk statistik dan analisis jaringan (disebut survei

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa para pemimpin mungkin ingin melibatkan berbagai organisasi berbasis masyarakat untuk memfasilitasi interaksi perumahan atau menjangkau orang lain.

Sebagai bagian dari upaya penjangkauan apa pun, para pemimpin dapat mempelajari alasan lemahnya ikatan mereka dengan orang lain di masyarakat.

(30)

15 komunitas).

2.

Duk-Byeong Park, Kwang-Woo Lee, Hyun-Suk Choi, Yooshik Yoon (2012)

Factors Influencing Social Capital

in Rural

Tourism Communities

in South

Korea.

Metode yang

digunakan menggunakan

kuesioner terstruktur berdasarkan

penelitian empiris yang berkaitan dengan masalah dan masalah yang disarankan. Tes dasar dilakukan untuk menentukan karakteristik masing- masing variabel menggunakan teknik statistik. Ada 32 pencilan di antara responden yang dihapus. Penelitian ini menggunakan analisis kluster untuk mengkategorikan masyarakat lokal berdasarkan

karakteristik modal sosial.

Jenis partisipasi dalam bisnis pariwisata pedesaan memiliki nilai positif. Di setiap kategori, penjualan produk pertanian, persiapan makanan kelompok, penginapan,

dan program

pengalaman semuanya positif.

Hasil penelitian ini menawarkan implikasi tentang bagaimana untuk melanjutkan dengan rencana bisnis pengembangan

pariwisata pedesaan.

Rencana-rencana ini dapat berhasil bahkan dalam lingkungan kritik, di mana bisnis pengembangan

pariwisata pedesaan yang kontroversial dikatakan

menghancurkan tatanan masyarakat di masyarakat pedesaan.

Dengan kata lain, bisnis pengembangan pariwisata pedesaan harus berupaya untuk mendorong kerja sama masyarakat setempat dan melibatkan orang- orang yang memiliki tingkat partisipasi rendah dalam bisnis tersebut.

(31)

16 7. Model Teoretis/Konseptual

Modal sosial merupakan hubungan sosial masyarakat untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Adanya modal sosial di tengah-tengah masyarakat guna meningkatkan ekonomi masyarakat. Modal sosial merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk saling terbuka, saling percaya, memberikan kewenangan bagi setiap orang yang dipilihnya untuk berperan sesuai dengan tanggung jawabnya. Modal sosial memiliki bentuk yang hadir di masyarakat. Bentuk ini adalah Bonding social capital, Bridging social capital dan Linking social capital.

Modal sosial memiliki fungsi dalam masyarakat. Fungsi modal sosial pada masyarakat berupa penyelesaian konflik di tengah masyarakat, membentuk solidaritas sosial masyarakat secara sukarela, dan membangun partisipasi masyarakat. Modal sosial penting dalam pengembangan wisata pedesaan untuk makin meningkatkan kerja sama sosial sehingga partisipasi masyarakat desa dalam pengembangan wisata di desanya juga makin meningkat.

Gambar 2.1 Model Teoretis/Konseptual Bentuk Modal

Sosial

Fungsi Modal Sosial

Pengembangan Wisata Pedesaan

MODAL SOSIAL

Bridging Social Capital Bonding

Social Capital

Linking Social Capital

Memperkuat Komunitas Berperilaku

Positif Pengembang

an Individu

(32)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan titik pusat penelitian yang hendak dipecahkan.

Objek penelitian adalah beberapa elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti atau pokok permasalahan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data secara lebih terarah (Supranto, 2000). Objek penelitian adalah objek atau kegiatan yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Objek dalam penelitian ini adalah peran modal sosial dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul. Lokasi penelitian menunjuk pada tempat atau wilayah yang dicirikan unsur penelitian yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang akan diteliti (Nasution, 2003). Penelitian ini dilakukan pada Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Waktu penelitian berlangsung pada bulan Juni 2021.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pihak Desa Wisata Pujon Kidul, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur khususnya subjek Pengelola Desa Wisata Pujon Kidul, Pengurus dan anggota Desa Wisata Pujon Kidul.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis dan cocok diteliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat digunakan untuk masalah yang belum jelas, untuk memahami makna dibalik data yang tampak, untuk memahami interaksi sosial, untuk

(33)

18 memahami perasaan orang, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data dan untuk meneliti sejarah perkembangan (Sugiyono, 2011).

Peneliti memilih menggunakan penelitian dengan metode penelitian kualitatif agar peneliti dapat memperoleh variasi data yang mendalam (Creswell, 2012). Dengan menggunakan metode kualitatif peneliti dapat memperoleh informasi tentang peran modal sosial dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul. Selain itu, analisis deskriptif bertujuan untuk mendefinisikan suatu keadaan atau fenomena secara apa adanya (Sukmadinata, 2009). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan asumsi bahwa mendapatkan jawaban yang lebih lengkap dari objek penelitian.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan oleh peneliti berupa studi kasus.

Penelitian ini memfokuskan diri pada objek tertentu untuk mempelajarinya sebagai suatu kasus. Studi kasus adalah penelitian terhadap kesatuan sosial yang dipilih sebagai bahan kajian terhadap agregat sosial yang lebih luas, akan tetapi hubungan antara kesatuan sosial tersebut dengan total populasi tidak dapat ditaksir (Creswell, 2016). Studi kasus dalam penelitian ini untuk memfokuskan pada satu kasus secara mendalam. Data studi kasus diperoleh dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan informasi yang lebih mendalam namun mengenal kasus tersebut dengan baik. Data studi kasus diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang dihadapi (Hadari, 2003). Studi kasus dapat menyajikan informasi sesuai dengan objek penelitian yang hendak dipecahkan.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawacara merupakan teknik pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan (Marshall & Rossman, 1989).

(34)

19 Wawancara memungkinkan adanya hubungan timba balik. Wawancara mendalam perlu dihindari adanya pertanyaan yang kaku, sebaliknya disarankan membuat pertanyaan yang bersifat umum dan mudah dimengeti. Wawancara dilakukan antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2011). Wawancara dilakukan dalam bentuk komunikasi untuk memperoleh informasi yang mendalam. Dalam melakukan wawancara, peneliti membawa pedoman yang berisi garis besar tentang hal-hal yang diketahui. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi mengenai peran modal sosial dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang menjadi bahan dalam penelitian. Metode dokumentasi dapat dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, jurnal, dan sebagainya (Arikunto, 2010). Dokumentasi merupakan hasil dari penelitian yang bersumber dari observasi dan wawancara yang dipercaya dengan bukti pendukung dari lokasi penelitian (Sugiyono, 2015). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa artikel, jurnal dan dokumen pendukung lainnya yang berhubungan dengan Desa Wisata Pujon Kidul. Selain itu peneliti juga melakukan pencarian pada berita- berita yang berkaitan dengan objek penelitian. Dokumentasi terhadap Desa Wisata Pujon Kidul bertujuan untuk mendukung data dari hasil wawancara dan kepustakaan.

3. Kepustakaan

(35)

20 Kepustakaan merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data.

Kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan pada pencarian informasi yang mendukung dalam penulisan penelitian. Kepustakaan berkaitan dengan kajian teoretis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya, norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti dengan mencari sumber- sumber penelitian terdahulu (Sugiyono, 2012). Peneliti menggunakan jurnal, buku- buku, dan dokumen-dokumen tertentu dalam mencari pengumpulan data. Hasil penelitian juga akan makin kredibel apabila didukung dengan karya tulis akademik (Sugiyono, 2015). Jadi, kepustakaan dapat mempengaruhi kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan. Kepustakaan membantu dalam pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan peneliti.

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk atribut, nilai, objek dan kegiatan yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Berdasarkan konsep tersebut, maka variabel adalah objek suatu penelitian yang menjadi titik fokus dalam penelitian. Variabel penilitian utama adalah variabel modal sosial.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang terpenting dan mempelajarinya, dan mengambil keputusan untuk dapat diceritakan kepda orang lain (Moleong, 2011). Teknik analisis data merupakan proses mencari dan menyusun sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan

(36)

21 dan dokumentasi dengan cara mengkoordinasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintetis, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari kemudian membuat kesimpulan (Sugiyono, 20120. Jadi teknik analisis data merupakan serangkaian kegiatan dalam mengolah data yang telah didapatkan dari pengumpulan data dan diolah menjadi hasil yang berguna, sehingga memberikan jalan keluar bagi permasalahan penelitian yang dihadapi dan dapat dipahami oleh peneliti maupun oleh orang lain.

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif meliputi empat komponen (Miles et al., 2014):

1. Pengumpulan Data

Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Menggunakan transkrip wawancara dan mengelompokkan data tersebut dalam jenis yang berbeda sesuai dengan sumber informasi. Menentukan strategi dalam pengumpulan data pada proses pengumpulan data selanjutnya. Strategi dalam pengumpulan data tersebut dibagi menjadi dua, yaitu penyuntingan dan interpretasi. Penyuntingan merupakan teknik mengolah data dengan meneliti kembali data yang sudah diperoleh melalui transkrip wawancara dalam bentuk kalimat kurang baku menjadi kalimat baku dan bahasa yang mudah dipahami. Interpretasi merupakan teknik menentukan maksud lebih dalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Interpretasi dilakukan dengan meninjau hasil penelitian secara kritis dan teori terkait dan informasi yang diperoleh dalam penelitian.

2. Reduksi Data

(37)

22 Merupakan langkah-langkah memilah, mengkategorikan dan mengkoordinasikan data-data yang telah direduksi dari wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Reduksi data dilakukan secara terus-menerus selama penelitian. Reduksi data berkaitan dengan masalah penelitian yang sedang diteliti. Data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah dalam melakukan pengumpulan data dan penambahan data yang diperlukan. Banyaknya data yang diperoleh pada saat melakukan penelitian berpengaruh pada kerumitan data. Kerumitan data ini mempengaruhi pengambilan gambaran yang spesifik tersebut.

bertolak dari hal tersebut reduksi data perlu dilakukan untuk menghindari banyaknya data rumit yang ada agar tidak mempersulit dalam melakukan analisis selanjutnya.

3. Penyajian Data

Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Melalui penyajian data ini, data yang sudah direduksi tersusun dalam pola yang dapat dipahami. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tabel, bagan dan hubungan antar kategori. Melalui penyajian data yang relevan sehingga informasi yang diperoleh dapat disimpulkan dan dapat menjawab pertanyaan penelitian. Penyajian data merupakan satu langkah untuk mencapai analisis kualitatif yang baik. Penyajian data tidak didasarkan dengan mendeskripsikan secara naratif, melainkan disertai dengan proses penarikan kesimpulan. Penyajian data merupakan langkah akhir sebelum melakukan penarikan kesimpulan.

(38)

23 4. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam menganalisis data adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan adalah suatu usaha memahami makna, pola-pola, penjelasan, alur sebab-akibat atau proposisi. Proses analisis dilakukan melalui proses secara bolak-balik dan terus-menerus dari kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan data yang telah direduksi dan disajikan, peneliti membuat kesimpulan yang didukung dengan bukti kuat dalam tahap pengumpulan data. Setelah melakukan penarikan kesimpulan, maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Kesimpulan ini adalah jawaban dari rumusan masalah dan pertanyaan yang akan diselesikan oleh peneliti. Penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhirdari kegiatan analisis.

(39)

24

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Wisata

Desa wisata Pujon Kidul merupakan salah satu desa wisata di daerah Malang yang tepatnya terletak di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Awal mula dibentuknya desa wisata digagas tahun 2011 oleh pemerintah desa. Didirikannya desa wisata karena didasari oleh faktor ekonomi.

Desa wisata Pujon Kidul disahkan sejak tahun 2014 dan melibatkan beberapa masyarakat dalam bentuk usaha pengembangan desa wisata.Sebelum desa wisata didirikan, desa Pujon mendirikan Event Organizer (EO) mulai dari bidang edukasi pertanian, peternakan, dangdutan, off road, motor trail. Hal ini mengarah agar orang tahu bahwa desa pujon ada potensi dan kegiatan waktu itu sangat menarik bagi orang-orang yang datang. Didirikannya desa wisata arahnya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan meningkatkan strata sosial berbasis pendidikan.

Saat ini anggota dan pengurus desa wisata Pujon Kidul ada sekitar 140 orang yang semuanya adalah masyarakat desa Pujon Kidul. Semua anggota tersebut terlibat dan bekerja secara aktif di unit masing-masing. Selain itu, anggota dan pengurus berkontribusi positif dan saling mengenal dengan baik dalam bentuk pertemuan atau evaluasi. Evaluasi secara menyeluruh maupun per-divisi yang dilakukan dua atau tiga bulan sekali. Tujuan utama yang dipegang oleh anggota dan pengurus dalam pengembangan desa wisata adalah pemberdayaan. Lalu, untuk nilai

(40)

25 utama yang dipertahankan oleh anggota maupun pengurus desa wisata Pujon Kidul adalah kearifan lokal.

Dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul berfokus pada potensi alam pedesaan. Banyak tempat disulap dan dipercantik tanpa menghilangkan ciri khas sebuah desa yaitu ketenangan suasana dan keramahan serta kesederhanaan masyarakatnya. Desa wisata Pujon Kidul saat ini masih terkonsentrasi di area Café Sawah. Café sawah yang memiliki view yang menarik dengan suasana yang segar dan nyaris tak sepi pengunjung. Setiap harinya tidak kurang dari 300 orang datang ke tempat ini. Bahkan bila akhir pekan tiba atau masa liburan pengunjung yang datang bisa mencapai 3000 sampai 5000 orang perharinya.

Keunggulan yang mendukung dalam pengembangan wisata pedesaan di desa wisata Pujon Kidul yaitu: (1) Kebudayaan (2) edukasi pertanian (3) edukasi peternakan (4) pengelolaan limbah (5) home industry. Secara garis besar keunggulan yang ditunjukkan desa wisata Pujon Kidul adalah kearifan lokal dalam bentuk kegiatan bertani. Warga masih ada yang mencari rumput dan lewat di area wisata, hal ini dianggap menarik bagi para pengunjung.

B. Bentuk Modal Sosial

Komponen bentuk modal sosial dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul dapat dilihat pada Gambar 4.1. Bentuk modal sosial dalam mendukung pengembangan desa wisata Pujon Kidul dapat ditemukan hubungannya dengan komponen-komponen modal sosial. Bentuk modal sosial dalam mendukung pengembangan desa wisata berawal dari tiga bentuk modal sosial. Ketiganya adalah bonding social capital, bridging social capital, linking social capital.

(41)

26 Gambar 4.1 Model Empiris Komponen Bentuk Modal Sosial dalam

pengembangan desa wisata Pujon Kidul

Model teoretis bentuk modal sosial dalam mendukung pengembangan desa wisata Pujon Kidul mampu menciptakan perubahan yang baik. Hal tersebut karena bentuk modal sosial ditandai dengan adanya ikatan yang kuat antara anggota atau antara anggota keluarga dari kelompok etnis, hubungan yang menjembatani dan hubungan sosial yakni menghubungkan karakteristik sosial (Woolcock, 2002). Jadi bentuk modal sosial yang ditemukan dalam mendukung pengembangan desa wisata Pujon Kidul sejalan dengan model teoretis yang ada.

a. Modal Sosial Mengikat atau Bonding Social Capital dalam Pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul

Modal sosial mengikat atau bonding social capital dalam mendukung pengembangan desa wisata Pujon Kidul dapat dilihat pada Gambar 4.2. Konsep bonding social capital, menurut (Bakker et al., 2019) merujuk pada saling terkaitnya norma komunitas, nilai-nilai, dan tindakan- tindakan di dalam suatu komunitas yang berkontribusi pada kohesi sosial

BENTUK MODAL SOSIAL BONDING SOCIAL

CAPITAL

BRIDGING SOCIAL CAPITAL

LINKING SOCIAL CAPITAL

(42)

27 dan identitas komunitas. Modal sosial mengikat dalam desa wisata Pujon Kidul ditemukan antara lain: (1) gotong royong (2) solidaritas (3) saling membantu (4) saling terlibat (5) saling percaya (6) saling mendukung (7) silahturahmi (8) hubungan kekeluargaan (9) berkomitmen. Kesembilan unsur modal sosial mengikat tersebut merupakan ikatan kuat yang ditunjukkan dalam hubungan kerja sama antar anggota atau pengurus desa wisata Pujon Kidul dalam mengembangkan desa wisata.

Gambar 4.2 Model Empiris Bonding SC dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul

Model teoretis modal sosial mengikat atau bonding social capital didasari dengan adanya ikatan antar anggota dengan pengurus yang ditunjukkan melalui kebiasaan, hubungan kekeluargaan dan solidaritas.

BONDING SOCIAL CAPITAL Saling

membantu

Solidaritas

Silahturahmi

Hubungan kekeluargaan Gotong

royong

Berkomitmen Saling terlibat

Saling percaya

Saling mendukung

(43)

28 Modal sosial mengikat dalam mendukung pengembangan desa wisata Pujon Kidul sejalan dengan model teoritisnya.

Bentuk modal sosial mengikat atau bonding social capital dalam mendukung pengembangan desa wisata Pujon Kidul memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dalam modal sosial mengikat atau bonding social capital terdapat pada gotong royong, saling mengenal dan saling terlibatnya

antar anggota atau pengurus yang cukup kuat. Hubungan kekeluargaan ini bisa menyebabkan adanya rasa empati/kebersamaan. Kelemahan dalam modal sosial mengikat atau bonding social capital yang ada tersebut belum semua ada dalam bentuk tertulis.

b. Modal Sosial Menjembatani atau Bridging Social Capital dalam Pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul

Modal sosial menjembatani atau bridging social capital dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Sementara konsep bridging social capital, menurut (Bakker et al., 2019) didefinisikan sebagai interaksi-interaksi dan kolaborasi antar beragam komunitas yang dapat digunakan untuk memperluas pengetahuan dan basis- basis aset dari komunitas. Modal sosial menjembatani dalam desa wisata Pujon Kidul ditemukan antara lain: (1) kerja sama Institusi Pendidikan (2) kerja sama Asosiasi Desa Wisata (3) kerja sama BUMDes sekabupaten Malang (4) kerja sama perusahaan kecil menengah (5) studi banding antar desa wisata. Keseluruhan modal sosial menjembatani yang ditemukan tersebut menghubungkan Desa Wisata Pujon Kidul dengan organisasi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.

(44)

29

Gambar 4.3 Model Empiris Bridging SC dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul

Model empiris dari modal sosial menjembatani atau bridging social capital didasarkan pada adanya hubungan masyarakat dari kelompok sosial

berbeda. Modal sosial menjembatani dalam mendukung pengembangan desa wisata Pujon Kidul sejalan dengan model teoritisnya. Modal sosial yang ditemukan adalah mampu membangun relasi sosial dalam komunitas, lembaga dan masyarakat lain dengan kelompok sosial yang berbeda.

Bentuk modal sosial menjembatani atau bridging social capital dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dari bentuk modal sosial menjembatani atau bridging social capital antar anggota atau pengurus mampu bekerja sama dengan

berbagai komunitas, lembaga, dan masyarakat desa. Hubungan inilah yang menjadikan desa wisata Pujon Kidul makin berkembang. Kelemahan dalam Kerja sama

perusahan kecil menengah

Studi banding antar desa

wisata

Kerja sama BUMDes KabupatenMalang Kerja sama

Asosiasi Desa Wisata

BRIDGING SOCIAL CAPITAL Kerja sama

Institusi Pendidikan

(45)

30 bentuk modal sosial menjembatani adalah tidak semua anggota atau pengurus desa wisata Pujon Kidul tahu bahwa dengan komunitas dan lembaga mana saja desa wisata bekerja sama. Hanya beberapa saja yang diketahui, secara keseluruhan tidak semuanya tahu. Sedangkan informasi itu penting dan perlu diketahui secara menyeluruh oleh setiap anggota atau pengurus.

c. Modal Sosial Menghubungkan atau Linking Social Capital dalam Pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul

Modal sosial menghubungkan atau linking social capital dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Konsep Linking social capital, yaitu ikatan modal sosial yang menjangkau orang-orang yang sangat berbeda, bahkan berada di luar komunitasnya.

Bentuk ini biasanya memberikan akses kepada organisasi atau sistem yang akan membantu masyarakat memperoleh sumberdaya untuk mendapatkan perubahan. Modal sosial menghubungkan dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul ditemukan antara lain: (1) kerja sama corporate social responsibility (CSR) (2) asuransi Jasindo (3) kerja sama Lembaga Bina

Pengembangan dan Potensi Desa (4) kerja sama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (5) kerja sama Bank BNI. Modal sosial menghubungkan yang ditemukan tersebut merupakan organisasi/lembaga, komunitas dan masyarakat yang lebih berdaya dalam mendukung pengembangan desa wisata Pujon Kidul.

(46)

31 Gambar 4.4 Model Empiris Linking SC dalam pengembangan desa wisata Pujon

Kidul

Bentuk modal sosial menghubungkan atau linking social capital dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul memiliki kekuatan.

Kekuatan dari bentuk modal sosial menghubungkan terdapat dukungan dari lembaga/organisasi yang berdaya yang mendampingi dan membantu dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul. Hal ini menandakan bahwa desa wisata Pujon Kidul mendapat dukungan dan perhatian yang serius. Terdapat tujuan yang sama untuk mengembangkan desa wisata melalui kegiatan yang diadakan.

C. Fungsi Modal Sosial

Fungsi modal sosial dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul. Modal sosial tumbuh dalam mendukung pengembangan desa wisata Pujon Kidul. Melalui unsur-unsur yang mempengaruhi antar anggota dan pengurus dalam pengembangan

Kerja sama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Asuransi

Jasindo

LINKING SOCIAL CAPITAL Kerja sama

CSR Perusahaan

Kerja sama Lembaga Bina Pengembangan dan Potensi Desa

Kerja sama Bank BNI

(47)

32 desa wisata Pujon Kidul. Pengaruh yang berdampak pada fungsi modal sosial ditunjukkan pada Gambar 5. Terdapat empat fungsi modal sosial dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul, antara lain: (1) menggerakkan untuk lebih peduli terhadap sesama, (2) membangun relasi, (3) meningkatkan pelayanan, (4) mempromosikan desa wisata Pujon Kidul.

Fungsi modal sosial yang ditemukan terdapat kesamaan dan perbedaan dalam model teoretis dan empirisnya. Persamaannya bahwa fungsi modal sosial dalam model teoritisnya mengatakan bahwa modal sosial memberi dorongan untuk mengembangankan desa wisata Pujon Kidul dalam meningkatkan pelayanan dan mempromosikan desa wisata. Pada poin meningkatkan pelayanan, berfokus pada pelayanan yang dilakukan antara pengurus dengan anggota dan pelayanan yang dilakukan pihak desa wisata Pujon Kidul dengan pengunjung. Sedangkan perbedaannya terletak pada fungsi modal sosial adalah menggerakkan untuk lebih peduli terhadap sesama. Lebih jelasnya, dengan adanya kepedulian terhadap sesama, maka menimbulkan pencapaian dalam mengembangkan desa yang lebih baik.

Menggerakkan untuk lebih peduli

terhadap sesama

Mempromosikan desa wisata Pujon

Kidul Meningkatkan

pelayanan

Membangun relasi

FUNGSI MODAL SOSIAL

(48)

33 Gambar 4.5 Model Empiris Fungsi Modal Sosial dalam pengembangan desa

wisata Pujon Kidul

D. Efektivitas Fungsi Modal Sosial

Penelitian ini juga berupaya meneliti bagaimanakah efektivitas fungsi modal sosial dalam pengembangan wisata pedesaan di lokasi penelitian. Terkait efektivitas fungsi modal sosial ini, penulis menanyakan kepada narasumber sebagai berikut: “Menurut Mas apakah adanya hubungan silaturahmi, kekeluargaan, dan saling mendukung satu sama lain itu berpengaruh efektif dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul?” Narasumber pertama, yakni Mas Badur menjawabnya seperti berikut: “Tujuan utama kami itu kan pemberdayaan. Ya itu sangat berpengaruh, karena adanya pelaku-pelaku wisata dan kekeluargaan kami yang menurut saya erat membuat semangat dan jelas akan mempengaruhi tujuan utama kami yaitu pemberdayaan”. Kemudian narasumber kedua, yakni Mas Ilham menjawabnya seperti berikut: “Berpengaruh efektif mbak. Solidaritas kami yang membuat kami makin semangat dalam menjalankan tugas, bila itu menyenangkan akan mempengaruhi kinerja kami dan mampu mencapai tujuan kami”. Kemudian narasumber ketiga, yakni Mas Yongki menjawabnya seperti berikut: “Iya, berpengaruh sekali. Kalau sudah nyaman dalam bekerja, sudah seperti saudara ya itu otomatis mempengaruhi.” Kemudian narasumber keempat, yakni Mas Toni menjawabnya seperti berikut: “Kami itu uda seperti keluarga. Jadi ya kami senang.

Jika kami senang itu juga memberi dampak baik dalam mencapai tujuan kami.”

Kemudian narasumber kelima, yakni Mas Bowo menjawabnya seperti berikut:

“Kalau saya merasa kami sudah seperti keluarga. Jadi menurut saya ini sangat

(49)

34 berpengaruh efektif dalam tujuan kami” Berdasarkan hasil jawaban semua narasumber penelitian, peneliti merumuskan bahwa fungsi modal sosial itu efektif dalam turut serta mengembangkan Desa Wisata Pujon Kidul. Model empiris efektivitas fungsi modal sosial dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul dapat dilihat pada Gambar 6.

FUNGSI MODAL SOSIAL

Gambar 4.6 Model Empiris Efektivitas Fungsi Modal Sosial dalam pengembangan desa wisata Pujon Kidul

Lebih peduli terhadap sesama

Membangun relasi MODAL

SOSIAL

PENGEMBANGAN DESA WISATA Meningkatkan

pelayanan

Mempromosikan desa wisata Pujon

Kidul

Gambar

Gambar 2.1 Model Teoretis/Konseptual……………………………………………16  Gambar 4.1 Model Empiris Komponen Bentuk Modal Sosial
Tabel 1 - Penelitian Sebelumnya 1
Gambar 2.1 Model Teoretis/Konseptual Bentuk Modal Sosial  Fungsi Modal Sosial Pengembangan Wisata Pedesaan MODAL SOSIAL Bridging Social Capital Bonding Social Capital Linking Social Capital  Memperkuat Komunitas Berperilaku Positif Pengembangan Individu
Gambar 4.2 Model Empiris Bonding SC dalam pengembangan desa wisata Pujon  Kidul
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah (1) Mengetahui dan menganalisis obyek atau daerah tujuan wisata eksisting, (2) Mengidentifikasi dan menganalisis obyek atau daerah/kawasan wisata

Oleh karena itu, mengacu dengan hasil penelitian yang terdahulu, pada penelitian ini juga ingin membuktikan bahwa stok modal sosial yang dimiliki oleh penjual

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses penerapan konsep dalam pengembangan Kampung Wisata Kungkuk pada sebelum dan saat pandemi, serta modal

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji keberadaan wisata agro di kawasan perdesaan dalam kaitannya dengan peluang kerja bagi masyarakat desa di sekitarnya. Kajian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh keberadaan obyek wisata terhadap kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan variabel ekonomi, variabel

Modal sosial membangun jaringan ekonomi lokal yang terdiri dari UMK dan Usaha Makanan untuk dapat berkembang di desa. Fungsi/peran modal sosial. kita tidak

Proses pengembangan ekowisata menuntut adanya modal sosial yang kuat dalam hal ini, jaringan, kepercayaan, norma, dan partisipasi masyarakat.. Berikut merupakan

Lokasi ini dipilih karena sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti yaitu bagaimana peran modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat diterapkan pada desa ini sehingga dapat