KAJIAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVELISASI FILM SANG PENCERAH SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI PEMODELAN TEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
BERDASARKAN KURIKULUM 2013
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan
oleh
Fajar Nugraha NIM 1201057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA
KAJIAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVELISASI
FILM SANG PENCERAH SERTA
PEMANFAATANNYA SEBAGAI PEMODELAN TEKS
PADA PEMBELAJARAB BAHASA INDONESIA
BERDASARKAN KURIKULUM 2013
oleh
Fajar Nugraha
M.Pd Sekolah Pascasarjana UPI, 2014
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bahasa Indonesia.
© Fajar Nugraha 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
FAJAR NUGRAHA NIM 1201057
KAJIAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVELISASI FILM SANG PENCERAH SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI PEMODELAN TEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
BERDASARKAN KURIKULUM 2013
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I,
Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd.
Pembimbing II,
Dr. Sumiyadi, M.Hum. NIP 19660320119910331004
diketahui Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 9
1.3 Rumusan Masalah Penelitian ... 9
1.4 TujuanPenelitian... 9
1.5 Manfaat Penelitian... 10
1.6 Definisi Operasional ... 11
1.7 Paradigma Penelitian ... 12
BAB 2 NOVELISASI FILM DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI PEMODELAN TEKS DALAM PEMBELAJARAN SASTRA 2.1 Landasan Teoretis ... 13
2.1.1 Pendekatan Struktural ... 13
2.1.2 Relasi Sintagmatik dan Paradigmatik ... 15
2.2 Perihal Sastra ... 17
2.2.1 Hakikat Sastra ... 17
2.2.2 Sastra ... 19
2.2.3 Fiksionalitas Sastra ... 22
2.3 Perihal Novel ... 25
2.3.1 Pengertian Novel ... 25
2.3.2 Jenis Novel ... 29
2.3.3 Struktur Novel ... 32
2.3.3.1Tokoh dan penokohan ... 33
2.3.3.2Alur ... 44
2.3.3.3Latar ... 52
2.3.3.4Sudut Pandang ... 54
2.4 Perihal Film ... 57
2.4.1 Hakikat Film ... 57
2.4.2 Pengertian Film ... 59
2.4.3 Struktur Film ... 60
2.4.4 Unsur Naratif Film ... 62
2.5 Perihal Sastra Bandingan ... 64
2.6 Perihal Novelisasi ... 67
2.7 Perihal Nilai Pendidikan... 69
2.7.1 Pengertian Nilai ... 69
2.7.2 Pengertian Nilai Pendidikan ... 70
2.7.3 Nilai-nilai Pendidikan dalam Sastra ... 72
2.8 Perihal Kurikulum 2013 untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 2.8.1 Kurikulum Berbasis Teks ... 77
2.8.2 Film sebagai Bahan Pemodelan Teks ... 84
2.9 Perihal Bahan Ajar ... 85
2.9.1 Pengertian Bahan Ajar ... 85
2.9.2 Fungsi Bahan Ajar ... 86
2.9.3 Unsur-unsur Bahan Ajar... 87
2.9.4 Bentuk Bahan Ajar ... 89
2.10 Perihal Modul ... 89
2.10.1 Pengertian Modul ... 89
2.10.2 Fungsi Modul... 90
2.10.3 Langkah-langkah Penyusunan Modul ... 91
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 92
3.2 Sumber Data dan Data ... 93
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 96
3.4 Teknik Analisis Data ... 96
3.4.1 Analisis Film ... 97
3.4.1.1Analisis Fakta Cerita Film Sang Pencerah ... 97
3.4.1.2Analisis Nilai Pendidikan Film Sang Pencerah ... 100
3.5.2 Analisis Novel ... 101
3.5.2.1Analisis Fakta Cerita Novel Sang Pencerah ... 101
3.5.2.2Analisis Nilai Pendidikan Film Sang Pencerah ... 104
3.5.3 Analisis Proses Novelisasi Film Sang Pencerah ... 104
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 107
4.1 Kajian Struktur Film ... 107
4.1.1 Kajian Fakta Cerita Film ... 107
4.1.1.1Kajian Alur ... 107
4.1.1.2Kajian Tokoh dan Penokohan ... 128
4.1.1.3Kajian Latar ... 165
4.1.2 Kajian Nilai Pendidikan dalam Film ... 186
4.2 Kajian Struktur Novel ... 189
2.10.4 Kajian Fakta Cerita Novel ... 189
2.10.4.1 Kajian Alur ... 189
2.10.4.2 Kajian Tokoh dan Penokohan ... 225
2.10.4.3 Kajian Latar ... 273
2.10.5 Kajian Nilai Pendidikan dalam Novel ... 293
4.3 Kajian Perbandingan... 294
4.3.1 Kajian Perbandingan Struktur... 294
4.3.1.1 Kajian Perbandingan Tokoh dan Penokohan ... 295
4.3.1.2 Kajian Perbandingan Latar ... 367
4.3.1.3 Kajian Perbandingan Alur ... 393
4.3.2 Kajian Perbandingan Nilai Pendidikan ... 398
4.4 Hasil Kajian Proses Novelisasi ... 399
4.4.1 Penambahan ... 399
4.4.2 Perubahan Variasi ... 404
4.5 Pemanfaatan Pemodelan Teks ... 405
4.5.1 Pemanfaatan Teks Novel pada Modul ... 406
4.5.1 Modul ... 407
4.5.2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 423
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan ... 437
3.2 Saran ... 440
DAFTAR TABEL
3.1 Analisis Urutan Satuan Isi Cerita (USIC) Film Sang Pencerah 98 3.2 Tabel Distribusi Urutan Satuan Isi Cerita (USIC)
Film Sang Pencerah ... 98
3.3 Analisis Tokoh Film Sang Pencerah ... 99
3.4 Analisis Latar Tempat Novel Sang Pencerah ... 100
3.5 Analisis Latar Waktu Film Sang Pencerah ... 100
3.6 Analisis Urutan Satuan Isi Cerita (USIC) Novel Sang Pencerah ... 101
3.7 Distribusi Urutan Satuan Isi Cerita (USIC) Novel Sang Pencerah ... 102
3.8 Analisis Tokoh Novel Sang Pencerah ... 102
3.9 Analisis Latar Tempat Novel Sang Pencerah ... 103
3.10 Analisis Latar Waktu Novel Sang Pencerah... 103
3.11 Perbandingan Distribusi Urutan Satuan Isi Cerita Film dan Novel Sang Pencerah... 104
3.12 Perubahan Variasi ... 105
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Muhammad darwis saat bayi ... 130
Gambar 2 Muhammad Darwis saat usia dua tahun ... 130
Gambar 3 Muhammad Darwis saat usia sepuluh tahun ... 130
Gambar 4 Muhammad Darwis saat usia 15 tahun ... 130
Gambar 5 Acara nyadran di pemakaman ... 131
Gambar 6 Mimik Muhammad Darwis yang tersirat kekritisan ... 131
Gambar 7 Tradisi Padusan di sungai kecil... 132
Gambar 8 Muhammad Darwis menolak diajak padusan ... 132
Gambar 9 Kiai Ahmad Dahlan sedang Berkhutbah ... 133
Gambar 10 Musyawarah mengenai Arah Kiblat ... 134
Gambar 11 Kiai Ahmad Dahlan sedang Memainkan Biola ... 136
Gambar 12 Ruang Madrasah Ibtidaiyah Diniyah ... 136
Gambar 13 Kiai Ahmad Dahlan sedang Mengajar di Madrasah ... 136
Gambar 14 Kiai Ahmad Dahlan sedang Mengajar di Sekolah Budi Utomo ... 136
Gambar 16 Kiai Ahmad Dahlan memberi sambutan dalam forum
BudiUtomo ... 139
Gambar 17 Kiai Ahmad Dahlan diberi ucapan selamat oleh dr.Wahidin Soedirohoesodo ... 139
Gambar 18 Kiai Ahmad Dahlan sedang mengajukan diri menjadi guru di Kweekschool ... 140
Gambar 19 Kiai Ahmad Dahlan sedang mengajar di Kweekscholl, Jetis ... 140
Gambar 20 Kiai Ahmad Dahlan menunjukkan penampilannya kepada anak-anak ... 141
Gambar 21 Terlihat perbedaan pakaian Priyayi (tengah) dan Kiai ... 141
Gambar 22 Muhammad Darwis sedang memberi makanan... 141
Gambar 23 Kiai Ahmad Dahlan sedang memberi makanan ... 141
Gambar 24 Murid nonmuslim sedang mengikuti peajaran di madrasah ... 144
Gambar 25 Kiai Ahmad Dahlan dan para muridnya menghadap ke arah kiblat yang diyakininya ... 145
Gambar 26 Kiai Penghulu Cholil Kamaludiningrat ... Gambar 27 Kiai Penghulu Kamaludiningrat berjabat tangan dengan Kiai Ahmad Dahlan ... 146
Gambar 28 Siti Walidah saat berusia 14 tahun ... 149
Gambar 29 Siti Walidah dewasa ... 150
Gambar 30 Kiai Lurah Noor ... 150
Gambar 31 Muhammad Jazuli... 151
Gambar 32 Muhammad Daniel ... 156
Gambar 33 Hisyam ... 156
Gambar 34 Muhammad Sangidu ... 156
Gambar 35 Muhammad Sangidu ... 159
Gambar 36 Muhammad Fahrudin ... 159
Gambar 37 Muhammad Sudja ... 159
Gambar 39 Kiai Penghulu Kamaludiningrat mengukuhkan Kiai Ahmad
Dahlan sebagai khotib ... 160
Gambar 40 Sri Sultan Hamengkubuwono VII sedang membacar surat rekomendasi pengukuhan Kiai Ahmad Dahlan sebagai khotib ... 160
Gambar 41 Sri Sultan Hamengkubuwono VII ... 161
Gambar 42 Kiai Abu Bakar ... 161
Gambar 43 Kiai Muhammad Fadhil ... 162
Gambar 44 Kiai Saleh dan istrinya ... 164
Gambar 45 Mesjid Gedhe Kauman tampak atas ... 168
Gambar 46 Gapura/regol ... 168
Gambar 47 Gapura/regol ... 168
Gambar 48 Bedug Mesjdi Gedhe Kauman ... 168
Gambar 49 Sungai kecil depan Mesjid Gedhe Kauman ... 168
Gambar 50 Kiai Kamaludingrat memimpin sidang raad ... 169
Gambar 51 Nampak anak-anak sedang bermain sepak bola ... 169
Gambar 52 Kiai Kamaludinigrat memasuki lingkungan Mesjid Gedhe Kauman ... 169
Gambar 53 Nampak lantai ruang utama ... 169
Gambar 54 Nampak ruang utama ... 169
Gambar 55 Mimbar Mesjid Gedhe Kauman ... 170
Gambar 56 Kanjeng Sri Sultan saat memasuki Maksura ... 170
Gambar 57 Sri Sultan sedang menyimak khutbah Kiai Ahmad Dahlan ... 170
Gambar 58 Para santri Kiai Abu Bakar sedang mengaji di Langgar Kidul ... 171
Gambar 59 Langgar kidul tampak depan ... 171
Gambar 60 Masa sedang merobohkan paksa Langgar Kidul ... 172
Gambar 61 Puing-puing Langgar Kidul ... 172
Gambar 62 Kiai Ahmad Dahlan sedang melihat puing-puing Langgar Kidul ... 172
Gambar 64 Langgar Kidul lima tahun setelah dibangun kembali ... 172
Gambar 65 Muhammad Darwis sedang berdzikir di kamarnya ... 173
Gambar 66 Kiai Ahmad Dahlan sedang beramah tamah bersama keluarga ... 173
Gambar 67 Acara makan bersama anggota keluarga di ruang makan . 173 Gambar 68 Nampak rumah Kiai Ahmad Dahlan berhadapan dengan Langgar Kidul ... 174
Gambar 69 Dialog antara kiai Ahmad Dahlan dan para muridnya di beranda rumah Kiai Ahmad Dahlan ... 174
Gambar 70 Ruang kamar Kiai Ahmad Dahlan ... 174
Gambar 71 Buka puasa bersama di beranda Kiai Ahmad Dahlan ... 175
Gambar 72 Ruang kelas madrasah di ruang tamu ... 175
Gambar 73 Halaman rumah Kiai Ahmad Dahlan ... 175
Gambar 74 Kegiatan bakti sosial di halaman rumah ... 175
Gambar 75 Halaman Kweekschool, Jetis ... 175
Gambar 76 Nampak ruang kelas ... 176
Gambar 77 Nampak selasar kelas... 176
Gambar 78 Halaman Kweekschool ... 176
Gambar 79 Nampak ruang kelas ... 176
Gambar 80 Ruang Proboyakso ... 177
Gambar 81 Ruang Proboyakso ... 177
Gambar 82 Stasiun Lempuyangan ... 177
Gambar 83 Muhammad Darwis berpamitan ... 177
Gambar 84 Suasana di pelabuhan ... 178
Gambar 85 Para penumpang menaiki kapal laut ... 178
Gambar 86 Kapal laut ... 178
Gambar 87 Tugu Yogyakarta ... 178
Gambar 88 Jalan Malioboro tahun 1883 ... 178
Gambar 89 Kiai Abu Bakar menggendong Muhammad Darwis ... 179
Gambar 90 Acara Ijab Qobul Pernikahan Kiai Ahmad Dahlan ... 180
Gambar 92 Rapat pembentukan Budi Utomo ... 181
Gambar 93 Kiai Ahmad Dahlan memberi sambutan berdirinya Muhammadiyah ... 181
Gambar 94 Makanan Tradisional ... 183
Gambar 95 Tradisi Thedak siten... 183
Gambar 96 Tradisi padusan ... 183
Gambar 97 Kiai Ahmad Dahlan memberi pemahaman mengenai selametn pernikahan ... 184
Gambar 98 Warga yang sedang menyajikan sesajen ... 184
Gambar 99 Acara nyadran ... 184
Gambar 100 Tahlilan di pemakaman ... 184
Gambar 101 Kiai Ahmad Dahlan sedang memahamkan mengenai yasinan kepada seirang warga ... 184
Gambar 102 Kiai Ahmad Dahlan sedang menyantuni masyarakat di alun-alun ... 185
Gambar 103 Para gelandangan di sekitar alun-alun ... 185
Gambar 104 Anak-anak gelandangan diajak sekolah ... 185
Gambar 105 Muhammad Darwis sedang menyantuni fakir miskin ... 185
Gambar 106 Tentara kolonial ... 186
Gambar 107 Rakyat sedang kerja paksa ... 186
Gambar 108 Penjara ... 186
ABSTRAK
Novelisasi film merupakan bentuk transformasi dari film ke dalam novel. Pentransformasian tersebut seringkali mengalami perubahan. Pada kurikulum 2013, khusus mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks (multimodal) yang memungkinkan film dan karya sastra dapat dijadikan sebagai pemodelan teks. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengangkat judul ”Kajian Nilai Pendidikan dalam Novelisasi Film Sang Pencerah serta Pemanfaatannya sebagai Pemodelan Teks pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Kurikulum 2013”.
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1) bagaimana nilai pendidikan yang ditampilkan dalam struktur film dan novel Sang Pencerah? 2) bagaimana nilai pendidikan yang ditampilkan dalam struktur novel Sang
Pencerah? 3) bagaimana perbandingan antara nilai pendidikan yang ditampilkan
dalam struktur film dan novel Sang Pencerah? 4) bagaimanakah rancangan model pembelajaran teks yang efektif di sekolah menengah atas dengan menggunakan film Sang Pencerah? Sedangkan tujuan penelitian ini yaitu 1) mendeskripsikan nilai pendidikan yang terdapat pada struktur pembangun cerita pada film Sang
Pencerah karya Hanung Bramantyo, 2) mendeskripsikan nilai pendidikan yang
terkandung pada pada novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral, 3) mendeskripsikan perbandingan nilai pendidikan yang terdapat pada struktur pembangun cerita dalam dua karya yang berbeda, yaitu nilai pendidikan dalam struktur film dan novelSang Pencerah 4) mendeskripsikan pemanfaatan teks film dan novel sebagai pemodelan teks yang efektif di sekolah menengah atas dalam bentuk modul.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik komparatif, yakni sebuah metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis perbandingan dua buah objek penelitian, yaitu film dan novel melalui studi sastra bandingan, kemudian dideskripsikan dengan menggunakan bahasa si peneliti.
ABSTRACT
Movie novelisation is a form of transformation of film into a novel. That transformation often causes changes. Curriculum 2013 using the text-based approach (multimodal) allowing all resources can be used as a text, including film and literature. Based on that problem, this study take the title "Study of Educational Value in Novelisation Movie Sang Pencerah as well as its Utilization as Modeling of Text in Indonesian Leaning Based on Curriculum 2013".
The problem formulation of this study are 1) how the educational value is shown in film structure of Sang Pencerah? 2) how the educational value is shown in novel structure of Sang Pencerah? 3) how is comparison between the educational value is shown in film and novel structure of Sang Pencerah? 4) how to design of an effective text learning model at senior high school using the movie Sang Pencerah? Then, the purpose of this study are 1) to describe the educational value contained in the structure of story building of movie Sang Pencerah by Hanung Bramantyo, 2) t odescribe the educational value contained in the Nasery Basral Akmal’s work Sang Pencerah novel, 3) to describe the comparison of the educational value contained in the structure of story building in two different works, those are the educational value in the film and novel structure Sang Pencerah, 4) to describe the use of movie and novel text as effective text modeling at senior high school in module form.
The method used in this study is a comparative analytical descriptive method, which is a research method used to analyze the comparison of two objects of research, those are movies and novels through the study of comparative literature, and then they are described using the researcher language.
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Karya seni merupakan sebuah bentuk yang seringkali berbeda rupa. Ia
menjadi rupa dalam sebuah teks; dapat teks dalam format verbal, musikal,
performance, maupun visual. Semua itu merupakan sebentuk ekspresi yang
didasarkan atas resepsi, sikap, pandangan, dan tanggapan seniman terhadap
fenomena kultural. Unsur seni sebuah karya dapat merujuk sebagai suatu proses
dan manifestasi kepada ekspresi diri, penilaian yang menentukan elemen-elemen
yang wajar diketengahkan di dalam hasil seni, di dalam menyampaikan ide,
emosi, perasaan, kepercayaan di dalam bentuk yang dipikirkan paling efektif.
Ratna (2010, hlm. 440) memberi pendapat bahwa sebagai hakikat estetis, karya
seni merupakan reproduksi mental, baik dalam bentuk emosional maupun
intelektual.
Seorang seniman merupakan bagian dari masyarakat. Seniman dan
masyarakat menciptakan interaksi sosial kultural yang membentuk repertoir dalam
benak seniman, sehingga hal tersebut memengaruhi terhadap hasil karyanya.
Dengan demikian, karya seni apapun sebenarnya tidak sepenuhnya sebagai karya
yang tercipta dari hasil pemikiran yang tiba-tiba timbul dalam pikiran penciptanya
saja, namun terbentuk dari residu konstruksi sosial.
Bertolak dari fakta demikian, apa pun jenis karya seni yang diciptakan
tidak sepenuhnya lahir dari pemikiran asli pribadi penciptanya. Dalam konteks ini
Kristeva (Pradopo, 2009, hlm. 167) menyatakan bahwa setiap teks merupakan
mozaik kutipan-kutipan, sekaligus penyerapan dan transformasi atas teks-teks
yang lain. Pernyataan tersebut memang menekan terutama pada relasi antarteks
sastra. Meskipun demikian, hal tersebut dapat diterapkan dan relevan juga dengan
teks seni yang lain, baik dalam genre yang sama ataupun lintas genre.
Substansi dari konsep tersebut adalah bagaimana mozaik atau
kutipan-kutipan tersebut dapat direfleksikan dengan berbagai wahana yang berbeda, tanpa
2
perhatikan dari pembelajaran faraprase yang seringkali guru tugaskan untuk
siswanya, seperti mengubah sebuah puisi ke dalam bentuk gambar atau lukisan,
sebuah lukisan ke dalam puisi, puisi ke dalam cerita pendek, dan parafrase
lainnya. Proses pembelajaran salah satu konsep sastra tersebut menjadi bukti
konkret dasar pengalihwahanaan yang terjadi dari genre yang satu ke genre yang
berbeda.
Pengalihan atau perubahan bentuk karya seni merupakan hal biasa dan
telah lama dilakukan. Paling banyak dikenal adalah perubahan bentuk dari karya
sastra menjadi karya lain seperti musik dan film. Seringkali fenomena tersebut
terbentuk secara mandiri dari masyarakat lebih cenderung menuntut karya yang
sarat nilai hiburan dan populer, sehingga hal tersebut menjadi peluang besar untuk
menjadi industri hiburan.
Beberapa pengalihan karya atau alih wahana sudah banyak dilakukan, di
antaranya karya sastra imajinatif seperti puisi diubah menjadi lagu, hal ini kita
kenali dengan musikalisasi puisi, novel diadaptasi menjadi film atau sebaliknya.
Kita ketahui banyak novel-novel best seller yang diadaptasi menjadi film, di
antaranya Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Laskar Pelangi,
Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk dan banyak yang lainnya. Dalam hal ini,
adaptasi atau perubahan bentuk (media) karya sastra menjadi sebuah film menurut
Eneste (1991, hlm. 11) disebut ekranasi. Ekranasi adalah pelayarputihan atau pemindahan/ pengangkatan sebuah novel ke dalam film („ecran’ dalam bahasa Perancis berarti layar).
Selain pengangkatan karya sastra ke dalam bentuk film, ada juga
fenomena pengalihan wahana dari film ke dalam bentuk novel yang sering disebut
novelisasi atau deekranisasi. Beberapa di antaranya adalah novelisasi film Naga
Bonar Jadi 2, Pasir Berbisik, Biola Tak Berdawai, 30 Hari Mencari Cinta,
Brownies, Rindu Kami Pada-Mu, dan Sang Pencerah yang menuai banyak
apresiasi dari khalayak. Hal ini menjadi salah satu indikator bangkitnya kreativitas
seni sastra, bukan saja bangkitnya perfilman yang diangkat dari novel, namun
3
bersumber dari film yang mengandung nilai-nilai penting untuk kehidupan
manusia secara luas.
Apabila dilihat dari segi komersil, novelisasi memang memiliki pasar yang
sangat potensial. Hal ini dikarenakan oleh popularitas dari film yang tayang
terlebih dahulu, jadi dari segi promosi, secara langsung telah terpromosikan oleh
filmnya. Adapun konsumen yang menjadi target utama dari novel tersebut adalah
kalangan pemerhati dan penikmat novel yang lebih cenderung dapat menikmati
karya yang bersifat imajinatif sebatas nalar ketika membacanya dibandingkan
dengan film yang sudah menyuguhkan visualisasi dari imajinasi yang telah
terbentuk dari skenario. Walau demikian, antara film dan novel tidak dapat
dipandang dari satu sudut pandang saja, karena keduanya memiliki kekuatan khas,
media yang berbeda, dan proses produksi yang berbeda.
Film dianggap menjadi media lain yang mempunyai potensi kuat untuk
menyampaikan paradigma novelis tentang sesuatu yang telah dilakukannya.
Novel atau karya tulis lain memang menjadi salah satu media terbaik untuk
memberi ruang manusia untuk membaca dunia, tetapi film mempunyai andil lain
dengan mengolahnya menjadi bentuk yang lebih kompleks, karena terdapat
banyak unsur di dalamnya.
Berbeda dengan karya sastra yang hanya menyuguhkan imajinasi dengan
kata-kata yang dirangkainya, film menggunakan gambar. Gambar tersebut
dirangkai dengan skenario yang telah dibuat untuk kepentingan alur cerita.
Menurut Pudovkin (Eneste, 1991, hlm. 16), penulis skenario bergulat dengan
plastic material. Penulis skenario harus cermat dan tepat memilih materi yang
bisa membawa gambaran yang tepat untuk filmnya.
Selain itu, perbedaan yang mendasar pada proses pembuatannya, karya
sastra adalah sebuah karya individu. Pengarang fokus dengan dirinya sendiri
untuk menghasilkan sebuah karya sastra. Kecermatannya menyusun nalar bahasa
untuk dijadikan bahan imaji pembaca lebih diutamakan. Namun, film adalah
bentuk karya seni yang melibatkan banyak orang dari bidang yang berbeda, baik
4
gabungan beberapa ragam kesenian, seperti musik, seni rupa, drama, sastra
ditambah unsur fotografi.
Namun demikian, bukan tanpa dinamika ketika terjadi fenomena adaptasi
dari karya sastra ke dalam film. Hal ini terjadi karena adanya ketidakpuasan
beberapa pihak terutama penulis novel atas hasil pemfilman novelnya. Walaupun
menurut beberapa pendapat, hal ini sangat wajar, karena bagaimanapun juga, film
tetap menjadi karya sendiri. Ia lahir sebagai teks baru yang tidak bisa dituntut
untuk harus sama persis dengan novel sebagai hipogramnya (Mutaqin, 2011, hlm.
4). Tetapi berbeda dengan apresiasi yang diberikan kepada proses novelisasi.
Novelisasi yang diangkat dari film cenderung lebih dapat diterima oleh publik.
Titik utama yang menjadi alasan terjadinya dinamika atau sebaliknya adalah
paradigma penikmat terhadap kedua karya yang melalui proses alih wahana yang
berbeda dan suguhan media yang berbeda pula.
Salah satu pendekatan yang dapat dijadikan konsentrasi kajian
perbandingan dua karya yang berbeda tersebut dapat memakai pendekatan
struktural. Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum strukturalisme
adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh unsur
pembangunnya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai
susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi
komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Abrams,
1981, hlm. 68). Di pihak lain, unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling
menentukan, saling memengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan
yang utuh.
Strukuralisme merupakan pendekatan kesastraan yang menekankan pada
kajian hubungan antarunsur pembangun karya yang bersangkutan. Abrams (1981,
hlm. 189) menjelaskan bahwa strukturalisme (disamakan dengan pendekatan
objektif) dapat dipertentangkan dengan pendekatan yang lain, seperti pendekatan
mimetik, ekspresif, dan pragmatik. Namun di pihak lain, Hawkes (Pradopo, 2009,
hlm. 119-120), pada dasarnya juga dapat dipandang sebagai cara berpikir tentang
dunia kesastraan yang lebih merupakan susunan hubungan daripada susunan
5
Sastra maupun Film sebagai media yang sangat dekat dengan masyarakat
tentunya mempunyai tanggung jawab yang sangat penting untuk memberi makna
positif terhadap penikmatnya, makna akan nilai-nilai sosial budaya, nilai-nilai
pendidikan, nilai-nilai kemanusiaan, serta nilai-nilai humanisme yang diperlukan
bagi kehidupan manusia. Dengan menikmati sastra dan film, berarti kita
menikmati pelajaran kehidupan kita sendiri. Menurut Ikram (Esten, tt: 33), Leavis
mengatakan bahwa setiap penulis kreatif yang utama mengetahui bahwa dalam
karya besar ia menggambarkan pemikiran, tentang kehidupan, dan setiap karya
memberi sumbangan ke arah keutuhan kehidupan tersebut.
Hal menarik dari produksi dua buah karya yang berbeda tersebut terletak
dari misi yang diusung. Secara umum misi yang diusung adalah misi pendidikan.
Secara etimologis, sastra juga berarti alat untuk mendidik (Ratna, 2010, hlm. 438).
Dengan kata lain sastra dan film memiliki tanggung jawab terhadap karyanya itu
sendiri khususnya dalam misi pendidikan. Dengan kata lain, sastra dan film
memiliki peran yang sangat strategis sebagai salah satu media pembelajaran nilai
dalam sistem pendidikan. Nilai-nilai tersebut, seyogyanya diharapkan mampu
menempa manusia berkualitas. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa manusia berkualitas yaitu
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Oleh karena itu, sastra dan film memiliki potensi kuat untuk dimanfaatkan
sebagai media yang efektif untuk bahan pembelajaran. Film dalam persfektif
pendidikan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
dalam proses belajar. Dalam hal ini di antaranya adalah: mengatasi keterbatasan
waktu dan jarak, mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara
realistis dalam waktu singkat, film dapat membawa dari masa yang satu ke masa
yang lain, film dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan, pesan yang
disampaikannya cepat dan mudah diingat, mengembangkan pikiran dan pendapat
para siswa, mengembangkan imajinasi siswa, memperjelas hal-hal yang abstrak
6
seseorang, film sangat baik menjelaskan suatu proses dan dapat menjelaskan suatu
keterampilan, semua siswa dapat belajar dari film baik yang pandai maupun yang
kurang pandai (Munadi, 2008, hlm. 116).
Dalam sejarah pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, film masih
belum dapat perhatian yang cukup menarik sebagai media pembelajaran di kelas.
Hal ini disebabkan bahwa film tidak termasuk pada genre sastra dan tidak dapat
dijadikan acuan khusus sebagai wahana pembelajaran keterampilan berbahasa.
Tetapi lain halnya dengan perkembangan pendidikan sekarang yang ditunjukkan
oleh kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dengan berbasis teks, membuka peluang
besar untuk karya apa saja untuk dijadikan sebuah teks bahan ajar, khususnya
pembelajaran bahasa Indonesia.
Perubahan perspektif yang berbeda mengenai teks yang dikembangkan
dalam kurikulum 2013 ini terletak dari sifat teks itu sendiri. Perspektif teks
sebelumnya hanya bersifat tulisan, dan sekarang berubah lebih dari sekadar
tulisan. Dalam kurikulum 2013, teks adalah ungkapan pikiran manusia yang
lengkap yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya (Mahsun, 2013). Teks
dibentuk oleh konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register
atau ragam bahasa yang di melatarbelakangi lahirnya teks tersebut. Maryanto
(Kompas, 3 April 2013) juga menyatakan bahwa yang dimaksud teks pada
Kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan multimodal seperti gambar.
Dari penjelasan di atas, maka dapat dipastikan bahwa film mempunyai
peluang dan potensi yang sangat strategis guna menjadi bagian dari teks. Diantara
konten teks yang dimaksud dalam kurikulum 2013 adalah pemodelan teks
negosiasi. Media film akan efektif apabila diterapkan dalam pembelajaran teks
negosiasi untuk siswa SMA. Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang
berfungsi untuk mencari penyelesaian bersama di anatara pihak-pihak yang
mempunyai perbedaan kepentingan. Teks yang mengandung unsur negosiasi
disebut teks negosiasi. Struktur teksnya adalah pembukaan^isi^penutup.
Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan kajian struktural dan
nilai-nilai pendidikan pada Film Sang Pencerah yang disutradari oleh Hanung
7
Nasery Basral. Film dan novel tersebut tersebut menghadirkan kisah tentang
kehidupan KH. Ahmad Dahlan, seorang tokoh besar dalam organisasi Islam
Muhammadiyah. Beliau merupakan sosok yang terkenal akan
pemikiran-pemikiran kontroversi seorang pendobrak tradisi. Karakter kuatnya itulah yang
menjadi modal utama dalam pengisahan dalam film dan novel ini.
Film Sang Pencerah itu sendiri disutradari oleh Hanung Bramantyo dan
diproduksi oleh MVP Pictures. Film ini dibintangi oleh Lukman Sardi sebagai
Ahmad Dahlan, Ihsan Idol sebagai Ahmad Dahlan Muda, dan Zaskia Adya
Mecca sebagai Nyai Ahmad Dahlan. Film ini menjadikan sejarah sebagai
pelajaran pada masa kini tentang toleransi, koeksistensi (bekerjasama dengan
yang berbeda keyakinan), kekerasan berbalut agama, dan semangat perubahan
yang kurang. Sang Pencerah mengungkapkan sosok pahlawan nasional itu dari
sisi yang tidak banyak diketahui publik. Selain mendirikan organisasi Islam
Muhammadiyah, lelaki tegas pendirian itu juga dimunculkan sebagai pembaharu
Islam di Indonesia. Ia memperkenalkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta
rasional
Adapun novelisasi yang dilakukan oleh Akmal Nasery Basral merupakan
gambaran secara umum yang merujuk pada skenario film Sang Pencerah yang
lebih dahulu tayang. Novel ini pun mengambil judul yang sama dengan judul
filmnya yaitu Sang Pencerah. Tentunya konten pengisahan pun tidak akan jauh
berbeda dengan apa yang terjadi dalam film. Namun, beberapa hal yang menjadi
menarik dari kedua karya ini adalah media ekspresi seni yang berbeda, film yang
lebih menekankan kepada unsur audio visual untuk ditonton, sedangkan novel
lebih menekankan kepada pembaca. Selain sebagai objek penelitian dengan
pendekatan struktural film dan novel ini pun akan dijadikan sebagai alternatif teks
pembelajaran teks negosiasi, khususnya di Sekolah Menengah Atas.
Penelitian ini akan menjadi pelengkap dari penelitian-penelitian
sebelumnya yang telah dikaji oleh beberapa orang peneliti yang memilih
novelisasi populer dan hanya fokus pada kajian struktur, perbandingan, serta
pemanfaatannya secara terpisah. Seperti yang dilakukan oleh Firman
8
ke dalam Novel: Kajian Perbandingan”. Selain itu, Diki Mutaqin (2011) dengan judul “Pembelajaran Apresiasi Sastra Melalui pendekatan Struktural dan Respon Pembaca terhadap Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Adaptasinya ke
dalam Bentuk Film serta Model Pembelajarannya di SMP Al Azhar Syifa Budi Parahyangan” dan Heri Nurdiansyah (2012) dengan judul penelitian “Transformasi Novel Dwilogi The Da Peci Code dan Rosid & Delia ke dalam
Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta”.
Adapun penelitian lain yang mengkaji khusus dengan objek novel Sang
Pencerah memang telah dilakukan, namun tidak diarahkan kepada kajian sastra
bandingan dengan karya film yang sebelumnya telah muncul sebelum novel
tersebut dibuat. Penelitian lain tersebut diantaranya dilakukan oleh Anis
Indarwati dan Mahasri Shobahiya dalam jurnal UMS dengan judul “Modernisasi
Pendidikan Islam KH. Ahmad Dahlan dalam Novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral”, kajian ini hanya fokus pada aspek penokohan K.H. Ahmad Dahlan yang membangun pembaharuan pendidikan Islam di Kauman,
Yogyakarta. Selain kajian tersebut, ada pula kajian nilai-nilai dakwah novel Sang
Pencerah yang dilakukan oleh Edi Amin yang hanya fokus pada nilai-nilai
dakwah tanpa melakukan kajian dalam aspek lainnya.
Adapun penelitian yang peneliti lakukan dalam karya ilmiah ini, mencoba
menambah kompleksitas penelitian yang belum dilakukan, selain mengkaji
struktur sastra bandingan dan pemanfaatannya dalam pembelajaran, peneliti
menambahkan dengan mengkaji nilai pendidikan yang sarat dalam karya film dan
9
1.2 Batasan Masalah
Untuk menfokuskan penelitian terhadap objek yang akan diteliti, peneliti
membatasi kajian pendekatan struktural dan nilai-nilai pendidikan pada film dan
novel Sang Pencerah.
1) Pendekatan struktur mengkaji mengenai unsur intrinsik novel dan film, yang
mencakup: (1) tokoh dan penokohan, (2) latar, (2) alur.
2) Nilai-nilai pendidikan yang akan diteliti, yaitu jujur, terbuka, berani
mengambil risiko dan bertanggungjawab, memenuhi komitmen, dan mampu
berbagi.
1.3 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti
merumuskan beberapa masalah untuk memperjelas arah penelitian dan untuk
menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi pada tujuan
utama. Perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut ini.
1) Bagaimana nilai pendidikan yang ditampilkan dalam struktur film Sang
Pencerah?
2) Bagaimana nilai pendidikan yang ditampilkan dalam struktur novel Sang
Pencerah?
3) Bagaimana perbandingan antara nilai pendidikan yang ditampilkan dalam
struktur film dan novel Sang Pencerah?
4) Bagaimanakah rancangan model pembelajaran teks yang efektif di sekolah
menengah atas dengan menggunakan film Sang Pencerah?
1.4 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
jelas tentang struktur serta nilai-nilai pendidikan yang tergambar dalam film dan
novel Sang Pencerah dan pemanfaatannya sebagai pemodelan teks negosiasi
pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum 2013. Berdasarkan
10
1) Mendeskripsikan nilai pendidikan yang terdapat pada struktur pembangun
cerita pada film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo.
2) Mendeskripsikan nilai pendidikan yang terkandung pada pada novel Sang
Pencerah karya Akmal Nasery Basral.
3) Mendeskripsikan perbandingan nilai pendidikan yang terdapat pada struktur
pembangun cerita dalam dua karya yang berbeda, yaitu nilai pendidikan
dalam struktur film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo dan novel
Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral.
4) Mendeskripsikan model pembelajaran pemodelan teks yang efektif di sekolah
menengah atas dengan menggunakan film Sang Pencerah.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dua manfaat, yaitu teoretis
dan praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi
perkembangan penelitian sastra bandingan dengan pendekatan struktural terhadap
novel dan alih wahananya menjadi karya film. Selain itu, penelitian ini diharapkan
memberi masukan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dalam
pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam kajian struktural serta nilai-nilai
pendidikan moral pada dua karya berbeda, yaitu novel dan film. Lebih dari itu,
penelitian ini diharapkan menjadi suplemen untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran berbasis teks pada kurikulum 2013.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan motivasi bagi
para pendidik agar lebih kreatif dan inovatif dalam menyusun model dan rencana
untuk menyiasati kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia berbasis
11
1.6 Definisi Operasional
Untuk menghindari salah penafsiran tentang penelitian ini, di bawah ini
diuraikan penjelasan sebagai berikut ini.
1) Kajian struktur adalah suatu cara untuk menelaah atau mengkajian karya dari
unsur-unsur pembangun karya itu sendiri. Dalam hal ini, kajian dilakukan
pada film dan novelisasi dengan pendekatan yang sama dengan pendekatan
struktural karya sastra imajinatif, yang unsur-unsurnya berhubungan satu
sama lain secara totalitas.
2) Nilai pendidikan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah nilai-nilai
baik yang berguna dan bernilai untuk kehidupan masyarakat pada umumnya.
3) Novel Sang Pencerah adalah novel yang disusun oleh Akmal Nasery Basral
dari hasil novelisasi dari film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo.
Novelisasi adalah pengalihwahanaan karya dari bentuk seni lain ke dalam
bentuk bentuk novel. Dalam hal ini, dalam bentuk film ke dalam bentuk
novel.
4) Film adalah media komunikasi yang mampu mempengaruhi cara pandang
individu yang kemudian akan membentuk karakter suatu bangsa dengan
menampilkan karya berupa sinema yang dapat ditonton secara audio visual
dari hasil kerja tim perfilman, seperti sutradara, aktor, penulis skenario,
penata artistisk, penata musik, dan lain-lain yang mendukung terciptanya
sebuah film.
5) Teks, teks pada Kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan
92
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif analitik komparatif. Pada hakikatnya pendekatan
kualitatif senantiasa mengalami perkembangan dalam pengolahan dan data yang
diteliti. Hal ini terjadi dari sifat kualitatif yang dinamis, yang menemukan
persoalan-persoalan baru dalam proses analisis, sehingga penelitian terus
memengalami perkembangan.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Sukmadinata, 2006:60).
Seraya yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen, S. (1992: 21-22) bahwa
penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam
tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,
kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu yang dikaji dari sudut
pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.
Adapun metode deskriptif analitik komparatif, yaitu metode
membandingkan dua buah objek penelitian (teks film dan novel). Metode ini
menuntut peneliti untuk menguraikan dan menganalisis objek-objek penelitian
tersebut terlebih dahulu, kemudian mendeskripsikannya sehingga terlihat jelas
gambaran mengenai fakta yang terkait dengan objek penelitian. Oleh karena itu,
penelitian ini termasuk dalam bidang kajian sastra bandingan.
Kekualitatifan penelitian ini berkaitan dengan data penelitian yang tidak
berupa angka-angka, tetapi berupa kualitas bentuk verbal yang berwujud tuturan
(Muhajir, 1996: 29). Tuturan yang menjadi data penelitian ini terealisasi di dalam
penggalan dialog pada film. Data verbal yang berupa penggalan percakapan ini
93
perhitungan secara statistik. Pendapat Muhajir ini diperkuat oleh Arikunto (1993:
195) yang menyebutkan bahwa penelitian deskriptif, karena penelitian ini
berusaha menggambarkan data dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan
menurut kategori untuk memperoleh simpulan.
Data-data yang ditemukan merupakan uraian dari hasil pendeskripsian.
Deskripsi data akan berbentuk uraian berupa unsur struktur dari novel dan film
yang dianalisis secara terpisah dalam bentuk uraian yang selanjutnya digaris
bawahi sebagai bahan perbandingan.
3.2 Sumber Data dan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah film Sang Pencerah karya
Hanung B ramantyo dan novel hasil dari proses novelisasi dari film tersebut yang
dilakukan oleh Akmal Nasery Basral. Sumber data ini didapatkan dari teks novel
tersebut dan hasil transkrip dialog (skenario) dari film tersebut, sehingga menjadi
korpus data. Data yang dimaksud telah terlebih dahulu dipilah dari bentuk korpus
ke dalam bentuk data yang diperlukan, baik berupa tuturan kalimat maupun kata
yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Hal ini senada dengan
pendapat Lofland dan Lopland (Moleong, 2000: 112), sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.
Adapun identitas dari kedua karya tersebut adalah sebagai berikut ini.
Identitas Film Sang Pencerah:
1. Judul : Sang Pencerah
2. Sutradara : Hanung Bramantiyo
3. Penulis Skenario : Hanung Bramantyo
4. Produser : Raam Punjabi
5. Produksi : MVP Pictures
6. Tahun tayang : 2010
7. Durasi : 120 menit
94
a) Peraih penghargaan FFI (Festival Film Indonesia) 2010 dengan
beberapa kategori, diantaranya:
1. Fil Cerita Panjang Terbaik
2. Sutradara Terbaik
3. Penulis Skenario Cerita Asli Terbaik
4. Penata Sinematografi Terbaik
5. Penata Artistik Terbaik
6. Penata Suara Terbaik
7. Penata Musik Terbaik
8. Penyunting Terbaik
9. Pemeran Utama Pria Terbaik
Sumber:
http://filmindonesia.or.id/article/sang-pencerah-raih-9-penghargaan-ffi-versi-tak-resmi#.U08kAVWSxSt
b) Peraih penghargaan FFB (Festival Film Bandung) 2011 dengan
beberapa kategori, diantaranya:
1. Film terpuji
2. Pemeran Utama Pria Terpuji yang diraih oleh Lukman Sardi
3. Penata Artistik Terpuji yang diraih oleh Alan Sebastian
4. Penata Musik Terpuji yang diraih oleh Tya Subiakto
5. Penata Kamera Terpuji yang diraih oleh Faozan Rizal
6. Sutradara Terpuji yang diraih oleh Hanung Bramantyo
Sumber:
http://entertainment.kompas.com/read/2011/05/06/23321532/.Sang.Pencerah.Bor
ong.Penghargaan
Identitas Novel Sang Pencerah:
1. Pengarang : Akmal Nasery Basral
2. Penerbit : Mizan
3. Tahun terbit : 2010
4. Cetakan ke- : IV, November 2010
5. Kota Terbit : Jakarta
95
Latar belakang penulis :
Akmal Nasery Basral adalah wartawan dan sastrawan Indonesia.
Kumpulan cerpen pertamanya Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku
(2006) yang terdiri dari 13 cerpen termasuk long-list Khatulistiwa Literary Award
2007. Dia menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Sosiologi Universitas
Indonesia. Saat ini tinggal di Cibubur, Bekasi, bersama istri, Sylvia, dan ketiga
putri mereka, Jihan, Aurora, Ayla.
Sebagai wartawan ia pernah bekerja untuk majalah berita mingguan Gatra
(1994-1998), Gamma (1999), sebelum bekerja di majalah Tempo
(2004-sekarang). Ia juga pendiri dan pemimpin redaksi majalah tren digital @-ha
(2000-2001), serta MTV Trax (2002) yang kini menjadi Trax setelah kerjasama MRA
Media Group, penerbit majalah itu, dengan MTV selesai.
Sebagai sastrawan ia termasuk terlambat menerbitkan karya. Baru pada
usia 37 tahun, novel pertamanya Imperia (2005) terbit, dilanjutkan dengan Ada
Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku (2006), serta Naga Bonar (Jadi) 2 (2007),
novel dari film box-office berjudul sama yang disutradarai aktor kawakan Deddy
Mizwar.
Di luar minatnya pada bidang jurnalistik dan sastra, Akmal Nasery Basral
juga dikenal sebagai pengamat musik dan film Indonesia. Ia termasuk anggota
awal tim sosialisasi Anugerah Musik Indonesia. Ketika sosialisasi terhadap
penghargaan utama bagi insan musik Indonesia ini dilakukan pada 1997, kalangan
jurnalis diwakili oleh Akmal dan Bens Leo. Pada pergelaran AMI ke-10 (2006),
Akmal ditunjuk sebagai ketua Tim Kategorisasi yang memformat ulang seluruh
kategorisasi penghargaan.
Di bidang perfilman Akmal menjadi satu dari lima juri inti Festival Film
Jakarta ke-2 (2007), bersama Alberthiene Endah, Ami Wahyu, Mayong Suryo
96
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan
membaca kritis seluruh teks dalam novel tersebut, lalu membaca keseluruhan
transkrip dialog dalam film Sang Pencerah. Setelah itu, mengumpulkan teori-teori
yang relevan sesuai dengan pendekatan penelitian yang telah ditetapkan, yaitu
struktur film dan nilai-nilai pendidikan. Mencatat nilai-nilai pendidikan adalah hal
yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data.
Adapun instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini dibuat
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Barthes (Zaimar, 1990:33) untuk
menentukan kriteria atau syarat sekuen yaitu sebagai berikut ini.
1) Sekuen haruslah terpusat pada satu titik perhatian (fokalisasi), yang
diamati merupakan objek yang tunggal dan yang sama: peristiwa yang
sama, tokoh yang sama, gagasan yang sama, bidang pemikiran yang
sama.
2) Sekuen harus mengurung suatu kurun waktu dan ruang yang koheren:
sesuatu terjadi pada suatu tempat atau waktu tertentu. Dapat juga
merupakan gabungan dari beberapa tempat dan waktu yang mencakup
dalam suatu tahapan. Misalnya satu periode dalam kehidupan seorang
tokoh, atau seringkaian contoh atau pembuktian untuk mendukung
suatu gagasan.
3) Adalakalanya sekuen dapat ditandai oleh hal-hal di luar bahasa: kertas
kosong di tengah teks, tata letak dalam penulisan teks, dan lain-lain.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
pencatatan data dan penggunaan dokumen. Selain itu, untuk memeriksa
keabsahan data, peneliti melakukan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan
teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data
yang diteliti (Maleong, 2000: 178). Adapun pencatatan data dan dokumen
97
keseluruhan dengan format urutan satuan isi cerita (USIC), kemudian data
diklasifikasikan dan dianalisis berdasarkan masalah penelitian. Secara rinci teknik
analisis data adalah sebagai berikut ini.
a. Data dikelompokkan atau diklasifikasikan secara terpisah antara film dan
novel;
b. Selanjutnya masing-masing karya dikaji berdasarkan struktur (alur, tokoh/
penokohan, latar);
c. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan pada masing-masing karya;
d. Mendeskripsikan perbandingan antara struktur pada film dan novel;
e. Mendeskripsikan perbandingan nilai-nilai pendidikan pada film dan novel;
f. Mendeskripsikan simpulan tentang hasil analisis terhadap karya film dan novel
secara umum.
g. Menyusun bahan pembelajaran sastra dengan memanfaatkan novelisasi untuk
pembelajaran sastra di SMA kelas X.
h. Membuat simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.
Berdasarkan langkah-langkah teknik analisis data tersebut, peneliti
membuat desain penganalisisan data berdasarkan klasifikasi sumber data. Adapun
desain penganalisisan tersebut adalah sebagai berikut ini.
3.4.1 Analisis Film
3.4.1.1Analisis Fakta Cerita Film Sang Pencerah 1) Analisis Alur
Analisis penyajian alur film Sang Pencerah dilakukan dengan membaca
keseluruhan cerita dengan saksama di setiap sekuennya dengan mendeskripsikan
cerita dari dialog, peritiwa, tokoh dan sikap tokoh/penokohan, sorot balik, dan
latar. Untuk memudahkan penelitian, peneliti membuat tabel analisis sekuen
98
Tabel 3.1
ANALISIS URUTAN SATUAN ISI CERITA (USIC) FILM SANG PENCERAH
No. Sekuen Jenis
Sekuen Waktu 1 ... ... ... 2 ... ... ... 3 ... ... ... 4 ... ... ...
5 Dst. dst. dst.
Keterangan:
Jenis sekuen diisi dengan singkatan:
1. Sekuen Dialog = SD
2. Sekuen Peristiwa = SP 3. Sekuen Deskripsi Latar = SDL
4. Sekuen Deskripsi Tokoh dan Penokohan=SDTP 5. Sekuen Sorot Balik = SSB
Selain tabel analisis alur di atas, peneliti pun membuat tabel distribusi
urutan sekuen film Sang Pencerah sebagai berikut ini.
Tabel 3.2
TABEL DISTRIBUSI URUTAN SATUAN ISI CERITA (USIC) FILM SANG PENCERAH
No. Jenis Sekuen Nomor
Sekuen Jumlah
1 Sekuen Dialog (SD) ... ...
2 Sekuen Peristiwa (SP) ... ...
3 Sekuen Latar (SL) ... ...
4 Sekuen Deskripsi Tokoh dan Penokohan (SDTP) ... ...
99
Tahap akhir dari proses analisis alur dengan mendeskripsikan tabel alur
tersebut untuk mengetahui penyajian alur film Sang Pencerah, sebagai bahan
untuk dijadikan pembanding dengan alur novel Sang Pencerah.
2) Analisis Tokoh dan Penokohan
Analisis penyajian tokoh dan penokohan film Sang Pencerah ini peneliti
desain dengan melalui tabel sebagai berikut ini. Analisis tokoh dan penokohan ini
dilakukan dengan merujuk pada sekuen deskripsi tokoh dan penokohan yang telah
dilakukan sebelumnya.
Tabel 3.3
ANALISIS TOKOH FILM SANG PENCERAH
No. Tokoh Jenis Penamaan
Tokoh
1 ... ...
2 ... ...
3 ... ...
4 ... ...
5 dst dst
Keterangan:
1. Tokoh : diisi dengan nama tokoh yang terdapat dalam film 2. Penamaan tokoh :
diisi dengan beberapa jenis penamaan berdasarkan sudut pandang dan tinjaun tertentu, seperti tokoh utama atau tambahan.
Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang
merujuk pada tokoh utama dan tambahan yang mendominasi cerita atau yang
memengaruhi sebab akibat alur pada cerita. Pada deskripsi ini, peneliti mengutip
beberapa dialog dan deskripsi peristiwa untuk menjadi bukti dasar yang
100
3) Analisis Latar
Mengungkapkan fakta cerita latar dalam film, peneliti berfokus pada
sekuen deskripsi latar yang tersaji pada analisis sekuen sebelumnya. Namun
peneliti memberi deskripsi latar tersebut sesuai dengan jenis latarnya, diantaranya
latar tempat, waktu, dan sosial. Adapun analisis tersebut disajikan dalam desain
tabel sebagai berikut ini.
Tabel 3.4
ANALISIS LATAR TEMPAT FILM SANG PENCERAH
No Latar Tempat USICF
1 ... ...
2 ... ...
3 ... ...
4 ... ...
5 dst. dst.
Keterangan:
1. Latar : diisi dengan nama tempat 2. USICF : diisi dengan nomor urut USIC
Tabel 3.5
ANALISIS LATAR WAKTU FILM SANG PENCERAH
No Latar Waktu USICF
1 ... ...
2 ... ...
3 ... ...
4 ... ...
5 dst. dst.
3.4.1.2Analisis Nilai Pendidikan Film Sang Pencerah
Pada tahap ini, peneliti menganalisis nilai-nilai pendidikan yang
bersumber dari inspirasi tokoh. Nilai pendidikan yang bersumber dari inspirasi
tokoh maksudnya adalah nilai yang terdapat pada hal-hal yang dilakukan tokoh
terhadap peristiwa yang terjadi terhadapnya, baik itu cara tokoh menghadapi
101
3.4.2 Analisis Novel
3.4.2.1Analisis Fakta Cerita Novel Sang Pencerah 1) Analisis Alur
Analisis penyajian alur novel Sang Pencerah dilakukan dengan membaca
keseluruhan cerita dengan saksama di setiap sekuennya dengan mendeskripsikan
cerita dari dialog, peritiwa, tokoh dan sikap tokoh/penokohan, sorot balik, dan
latar. Untuk memudahkan penelitian, peneliti membuat tabel analisis sekuen
sebagai berikut ini.
Tabel 3.6
ANALISIS URUTAN SATUAN ISI CERITA (USIC) NOVEL SANG PENCERAH
No. Sekuen Jenis
Sekuen Waktu 1 ... ... ... 2 ... ... ... 3 ... ... ... 4 ... ... ... 5 ... ... ... 6 ... ... ...
7 Dst. dst. dst.
Keterangan:
Jenis sekuen diisi dengan singkatan:
1. Sekuen Dialog = SD
2. Sekuen Peristiwa = SP
3. Sekuen Latar = SL
4. Sekuen Deskripsi Tokoh dan Penokohan=SDTP
5. Sekuen Sorot Balik = SSB
Selain tabel analisis alur di atas, peneliti pun membuat tabel distribusi
102
Tabel 3.7
DISTRIBUSI URUTAN SATUAN ISI CERITA (USIC) NOVEL SANG PENCERAH
No. Jenis Sekuen Nomor
Sekuen Jumlah
1 Sekuen Dialog (SD) ... ...
2 Sekuen Peristiwa (SP) ... ...
3 Sekuen Latar (SL) ... ...
4 Sekuen Deskripsi Tokoh dan Penokohan (SDTP) ... ... 5 Sekuen Sorot Balik (SSB) ... ...
Tahap akhir dari proses analisis alur dengan mendeskripsikan tabel alur
tersebut untuk mengetahui penyajian alur novel Sang Pencerah, sebagai bahan
untuk dijadikan pembanding dengan alur novel Sang Pencerah.
2) Analisis Tokoh dan Penokohan
Analisis penyajian tokoh dan penokohan novel Sang Pencerah ini peneliti
desain dengan melalui tabel sebagai berikut ini. Analisis tokoh dan penokohan ini
dilakukan dengan merujuk pada sekuen deskripsi tokoh dan penokohan yang telah
dilakukan sebelumnya.
Tabel 3.8
ANALISIS TOKOH NOVEL SANG PENCERAH
No. Tokoh Jenis Penamaan
Tokoh
1 ... ...
2 ... ...
3 ... ...
4 ... ...
5 dst dst
Keterangan:
1. Tokoh : diisi dengan nama tokoh yang terdapat dalam novel
2. Penamaan tokoh : diisi dengan beberapa jenis penamaan berdasarkan sudut pandang dan tinjaun tertentu, seperti tokoh utama atau
103
Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang
merujuk pada tokoh utama dan tambahan yang mendominasi cerita atau yang
memengaruhi sebab akibat alur pada cerita. Pada deskripsi ini, peneliti mengutip
teks novel untuk menjadi bukti dasar yang menguatkan penokohan.
3) Analisis Latar
Mengungkapkan fakta cerita latar dalam novel, peneliti berfokus pada
sekuen deskripsi latar yang tersaji pada analisis sekuen sebelumnya. Namun
peneliti memberi deskripsi latar tersebut sesuai dengan jenis latarnya, diantaranya
latar tempat, waktu, dan suasana. Adapun analisis tersebut disajikan dalam desain
tabel sebagai berikut ini.
Tabel 3.9
ANALISIS LATAR TEMPAT NOVEL SANG PENCERAH
No Latar Tempat USICN sebelumnya pada tabel analisis sekuen.
Tabel 3.10
ANALISIS LATAR WAKTU NOVEL SANG PENCERAH
104
Tahap selanjutnya adalah mendeskripsikan latar tempat, waktu, dan
suasana dengan berfokus pada informasi latar yang paling mendominasi/
mendukung cerita secara umum dengan bukti teks dari novel yang dikutip sebagai
bukti autentik.
3.5.2.2 Analisis Nilai Pendidikan Novel Sang Pencerah
Pada tahap ini, peneliti menganalisis nilai-nilai pendidikan yang
bersumber dari lima sikap dasar yang diungkapkna oleh Mulyana (Nurdiansyah,
2011:69), yakni jujur, terbuka, berani mengambil risiko dan bertanggungjawab,
memenuhi komitmen, dan mampu berbagi.
3.5.3 Analisis Proses Novelisasi Film Sang Pencerah
Analisis proses novelisasi film Sang Pencerah penulis uraikan dengan
tahapan sebagai berikut ini.
1. Penulis membuat tabel perbandingan Urutan Satuan Isi Cerita (USIC)
berdasarkan distribusi urutan satuan isis cerita film dan novel yang telah
disusun sebelumnya.
Tabel tersebut sebagai berikut.
Tabel 3.11
Perbandingan Distribusi Urutan Satuan Isi Cerita Film dan Novel
No. Jenis Sekuen Jumlah Sekuen
Film Novel
1 Dialog (D) ... ...
2 Peristiwa (P) ... ...
3 Deskripsi Latar (DL ... ...
4 Deskripsi Tokoh dan Sikap
Tokoh (DT) ... ...
5 Sorot Balik (SB) ... ...
105
2. Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan tabel perbandingan distribusi
urutan satuan isi cerita film dan novel tersebut untuk mengungkapkan proses
novelisasi yang dipastikan akan terjadi penambahan dan perubahan vasriasi.
3. Mendeskripsikan penambahan cerita.
4. Mendeskripsikan perbahan variasi
Untuk memudahkan untuk melihat perubahan variasi yang terjadi pada
proses novelisasi, peneliti menyajikannya dalam bentuk tabel sebagai berikut ini.
Tabel 3.12 Perubahan Variasi
No Film Novel
1 ... ...
2 ... ...
3 ... ...
4 ... ...
106
3.6 Desain Penelitian
Kajian Bandingan
PERBANDINGAN STRUKTUR
TEKS FILM TEKS NOVEL
STRUKTUR
FILM NOVEL
PERBANDINGAN NILAI PENDIDIKAN
STRUKTUR
SKENARIO PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS DAN PEMBUATAN MODUL
437
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah
penelitian yang dikemukakan pada rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut
dirancang untuk mencapai tujuan: 1) Mendeskripsikan nilai pendidikan yang
terdapat pada struktur pembangun cerita pada film Sang Pencerah karya Hanung
Bramantyo; 2) Mendeskripsikan nilai pendidikan yang terkandung pada pada
novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral; 3) Mendeskripsikan
perbandingan nilai pendidikan yang terdapat pada struktur pembangun cerita
dalam dua karya yang berbeda, yaitu nilai pendidikan dalam struktur film dan
novel Sang Pencerah; 4) Mendeskripsikan pemanfaatan teks film dan novel
sebagai pemodelan teks dalam bentuk modul sekolah menengah atas.
5.1.1 Nilai Pendidikan dalam Struktur Film
Hasil kajian struktur film Sang pencerah karya Hanung Bramantyo
menunjukan hasil bahwa penyajian unsur-unsur pembangun cerita dikemas
dengan efektif. Pertama, alur; alur film disajikan dengan alur maju. Penyajian alur
ini secara efektif ditampilkan oleh sutradara dengan apik, sehingga sangat lugas
dalam mengungkapkan skenario sejarah tokoh utama (Kiai Ahmad Dahlan) dalam
mendidirikan Muhammadiyah yang diangkat dalam film ini. Kedua, begitu pun
unsur tokoh dan penokohan, sutradara memberi keterangan nama secara visual
untuk mengenali tokoh-tokoh penting dalam film ini. Selain itu, sutradara pun
memberikan gambaran secara luas untuk para apresiator menentukan penokohan,
diantaranya dapat ditelaah dari sudut pandang pemikiran, sikap dan tindakan
tokoh, dialog antartokoh, dan gambaran langsung dari tokoh lain.
Ketiga, sebagai film yang mengusung sejarah, film ini menampilkan
latar-latar yang berhubungan langsung dalam sejarah yang diangkat, baik latar-latar tempat,
latar waktu, dan latar sosial. Untuk menguatkan latar tersebut, sutradara membuat
438
membubuhkan keterangan latar tersebut secara tertulis, sehingga apresiator film
dapat menemukan informasi secara langsung.
Untuk menemukan nilai-nilai pendidikan dalam film Sang Pencerah,
peneliti dapat dengan mudah menemukannya dalam beberapa peristiwa dan dalam
penokohan, baik tokoh utama maupun tokoh tambahan. Namun, peneliti
menfokuskan kajian nilai pendidikan pada penokohan tokoh utama, yaitu Kiai
Ahmad Dahlan dengan mempertimbangkan saratnya karakter tokoh tersebut yang
layak untuk dijadikan suritauladan untuk apresiator film. Adapun nilai-nilai
pendidikan tersebut merujuk pada konsep lima sikap dasar, yakni jujur, terbuka,
berani mengambil risiko dan bertanggungjawab, memenuhi komitmen, dan
mampu berbagi.
5.1.2 Nilai Pendidikan dalam Struktur Novel
Hasil kajian struktur novel Sang Pencerah karya Ahmad Nasery Basral
menunjukkan hasil bahwa penyajian cerita mengalami banyak penambahan, baik
peristiwa maupun pengemban cerita (tokoh). Oleh karena itu, alur cerita lebih
dramatis dan mengalami banyak perubahan variasi, sehingga tidak monoton.
Indikator hal ini dapat dilihat dari banyaknya sekuen yang muncul. Adapun jenis
sekuen yang mendominasi dibandingkan dengan sekuen-sekuen lainnya adalah
sekuen peristiwa, sehingga alur menjadi lebih dinamis dan memiliki detail
deskripsi tokoh dan penokohan, latar, dan sorot balik secara padu.
Deskripsi tokoh dan penokohan diungkapkan secara detail dengan
berbagai cara penyajian, diantaranya melalui tuturan pengarang secara langsung,
gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupan dan
cara berpakaian, menunjukkan bagaimana perilakunya, melihat bagaimana tokoh
tersebut berbicara, memahami bagaimana jalan pemikirannya, melihat bagaimana
tokoh lain berbincang dengannya, dan melihat bagaimana tokoh-tokoh lain
memberikan reaksi terhadapnya.
Selain tokoh dan penokohan yang disajikan secara terperinci, pengarang
pun menyajikan latar dengan lengkap dengan keterangan waktu, nama tempat
439
mengenai latar waktu yang diceritakan secara sistematis dan didukung oleh
penguatan fakta sejarah terjadinya peristiwa, maka novel Sang Pencerah ini dapat
dikategorikan sebagai novel sejarah.
Adapun nilai pendidikan yang menjadi esensi tujuan kajian ini adalah
dengan mengambil tokoh utama sebagai objek kajiannya, karena dianggap sebagai
tokoh yang sarat dengan karakter yang sangat layak dijadikan panutan untuk
apresiator dalam realita kehidupan. Karakter atau penokohan tersebut merujuk
pada nilai-nilai luhur universal, yakni: cinta tuhan dan ciptaan-nya; kemandirian
dan tanggung jawab; kejujuran/amanah dan diplomatis; hormat dan santun;
dermawan, suka tolong-menolong, gotong-royong, dan kerja sama; percaya diri
dan kerja keras; kepemimpinan dan keadilan; baik dan rendah hati; toleransi,
kedamaian, dan kesatuan.
5.1.3 Perbandingan Nilai Pendidikan dalam Struktur Film dan Novel
Ditinjau dari proses novelisasi yang terjadi di dalam film Sang Pencerah
bahwa novel Sang Pencerah melakukan banyak penambahan dan perubahan
variasi dan tidak melakukan penciutan. Terjadinya penambahan dan perubahan
variasi yang dilakukan pengarang pada novelnya dengan pertimbangan
tersedianya peluang nalarnya untuk dituangkan dalam bentuk bahasa tulis,
sehingga dapat dengan leluasa menuangkan imajinasinya.
Sesuai dengan yang telah dikaji pada pengkajian film dan novel
sebelumnya, nilai-nilai pendidikan yang patut dijadikan teladan bagi kita adalah
nilai sikap dasar karakter yang merujuk pada nilai-nilai universal. Nilai-nilai
tersebut disematkan secara apik oleh sutradara dan pengarang dengan menunjuk
beberapa tokoh untuk mengembannya, namun sesuai dengan isu kuat yang
diangkat adalah tokoh utama, yakni tokoh Kiai Ahmad Dahlan sebagai pendiri
perkumpulan Islam Muhammadiyah, pada sosok inilah nilai-nilai tersebut
ditanamkan oleh sineas dan pengarang Sang Pencerah ini.
Rumusan nilai-nilai tersebut telah terpatri dan dirumuskan berdasarkan
budaya dan karakter yang telah terukir dalam sosial masyarakat sebagai bangsa