• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVELISASI FILM SANG PENCERAH SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI PEMODELAN TEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVELISASI FILM SANG PENCERAH SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI PEMODELAN TEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2013."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVELISASI FILM SANG PENCERAH SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI PEMODELAN TEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BERDASARKAN KURIKULUM 2013

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan

oleh

Fajar Nugraha NIM 1201057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVELISASI

FILM SANG PENCERAH SERTA

PEMANFAATANNYA SEBAGAI PEMODELAN TEKS

PADA PEMBELAJARAB BAHASA INDONESIA

BERDASARKAN KURIKULUM 2013

oleh

Fajar Nugraha

M.Pd Sekolah Pascasarjana UPI, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bahasa Indonesia.

© Fajar Nugraha 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

FAJAR NUGRAHA NIM 1201057

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVELISASI FILM SANG PENCERAH SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI PEMODELAN TEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BERDASARKAN KURIKULUM 2013

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I,

Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd.

Pembimbing II,

Dr. Sumiyadi, M.Hum. NIP 19660320119910331004

diketahui Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,

(4)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 9

1.3 Rumusan Masalah Penelitian ... 9

1.4 TujuanPenelitian... 9

1.5 Manfaat Penelitian... 10

1.6 Definisi Operasional ... 11

1.7 Paradigma Penelitian ... 12

BAB 2 NOVELISASI FILM DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI PEMODELAN TEKS DALAM PEMBELAJARAN SASTRA 2.1 Landasan Teoretis ... 13

2.1.1 Pendekatan Struktural ... 13

2.1.2 Relasi Sintagmatik dan Paradigmatik ... 15

2.2 Perihal Sastra ... 17

2.2.1 Hakikat Sastra ... 17

2.2.2 Sastra ... 19

2.2.3 Fiksionalitas Sastra ... 22

2.3 Perihal Novel ... 25

2.3.1 Pengertian Novel ... 25

2.3.2 Jenis Novel ... 29

2.3.3 Struktur Novel ... 32

2.3.3.1Tokoh dan penokohan ... 33

2.3.3.2Alur ... 44

2.3.3.3Latar ... 52

2.3.3.4Sudut Pandang ... 54

(5)

2.4 Perihal Film ... 57

2.4.1 Hakikat Film ... 57

2.4.2 Pengertian Film ... 59

2.4.3 Struktur Film ... 60

2.4.4 Unsur Naratif Film ... 62

2.5 Perihal Sastra Bandingan ... 64

2.6 Perihal Novelisasi ... 67

2.7 Perihal Nilai Pendidikan... 69

2.7.1 Pengertian Nilai ... 69

2.7.2 Pengertian Nilai Pendidikan ... 70

2.7.3 Nilai-nilai Pendidikan dalam Sastra ... 72

2.8 Perihal Kurikulum 2013 untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 2.8.1 Kurikulum Berbasis Teks ... 77

2.8.2 Film sebagai Bahan Pemodelan Teks ... 84

2.9 Perihal Bahan Ajar ... 85

2.9.1 Pengertian Bahan Ajar ... 85

2.9.2 Fungsi Bahan Ajar ... 86

2.9.3 Unsur-unsur Bahan Ajar... 87

2.9.4 Bentuk Bahan Ajar ... 89

2.10 Perihal Modul ... 89

2.10.1 Pengertian Modul ... 89

2.10.2 Fungsi Modul... 90

2.10.3 Langkah-langkah Penyusunan Modul ... 91

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 92

3.2 Sumber Data dan Data ... 93

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 96

3.4 Teknik Analisis Data ... 96

3.4.1 Analisis Film ... 97

3.4.1.1Analisis Fakta Cerita Film Sang Pencerah ... 97

3.4.1.2Analisis Nilai Pendidikan Film Sang Pencerah ... 100

3.5.2 Analisis Novel ... 101

3.5.2.1Analisis Fakta Cerita Novel Sang Pencerah ... 101

3.5.2.2Analisis Nilai Pendidikan Film Sang Pencerah ... 104

3.5.3 Analisis Proses Novelisasi Film Sang Pencerah ... 104

(6)

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 107

4.1 Kajian Struktur Film ... 107

4.1.1 Kajian Fakta Cerita Film ... 107

4.1.1.1Kajian Alur ... 107

4.1.1.2Kajian Tokoh dan Penokohan ... 128

4.1.1.3Kajian Latar ... 165

4.1.2 Kajian Nilai Pendidikan dalam Film ... 186

4.2 Kajian Struktur Novel ... 189

2.10.4 Kajian Fakta Cerita Novel ... 189

2.10.4.1 Kajian Alur ... 189

2.10.4.2 Kajian Tokoh dan Penokohan ... 225

2.10.4.3 Kajian Latar ... 273

2.10.5 Kajian Nilai Pendidikan dalam Novel ... 293

4.3 Kajian Perbandingan... 294

4.3.1 Kajian Perbandingan Struktur... 294

4.3.1.1 Kajian Perbandingan Tokoh dan Penokohan ... 295

4.3.1.2 Kajian Perbandingan Latar ... 367

4.3.1.3 Kajian Perbandingan Alur ... 393

4.3.2 Kajian Perbandingan Nilai Pendidikan ... 398

4.4 Hasil Kajian Proses Novelisasi ... 399

4.4.1 Penambahan ... 399

4.4.2 Perubahan Variasi ... 404

4.5 Pemanfaatan Pemodelan Teks ... 405

4.5.1 Pemanfaatan Teks Novel pada Modul ... 406

4.5.1 Modul ... 407

4.5.2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 423

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan ... 437

3.2 Saran ... 440

(7)

DAFTAR TABEL

3.1 Analisis Urutan Satuan Isi Cerita (USIC) Film Sang Pencerah 98 3.2 Tabel Distribusi Urutan Satuan Isi Cerita (USIC)

Film Sang Pencerah ... 98

3.3 Analisis Tokoh Film Sang Pencerah ... 99

3.4 Analisis Latar Tempat Novel Sang Pencerah ... 100

3.5 Analisis Latar Waktu Film Sang Pencerah ... 100

3.6 Analisis Urutan Satuan Isi Cerita (USIC) Novel Sang Pencerah ... 101

3.7 Distribusi Urutan Satuan Isi Cerita (USIC) Novel Sang Pencerah ... 102

3.8 Analisis Tokoh Novel Sang Pencerah ... 102

3.9 Analisis Latar Tempat Novel Sang Pencerah ... 103

3.10 Analisis Latar Waktu Novel Sang Pencerah... 103

3.11 Perbandingan Distribusi Urutan Satuan Isi Cerita Film dan Novel Sang Pencerah... 104

3.12 Perubahan Variasi ... 105

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Muhammad darwis saat bayi ... 130

Gambar 2 Muhammad Darwis saat usia dua tahun ... 130

Gambar 3 Muhammad Darwis saat usia sepuluh tahun ... 130

Gambar 4 Muhammad Darwis saat usia 15 tahun ... 130

Gambar 5 Acara nyadran di pemakaman ... 131

Gambar 6 Mimik Muhammad Darwis yang tersirat kekritisan ... 131

Gambar 7 Tradisi Padusan di sungai kecil... 132

Gambar 8 Muhammad Darwis menolak diajak padusan ... 132

Gambar 9 Kiai Ahmad Dahlan sedang Berkhutbah ... 133

Gambar 10 Musyawarah mengenai Arah Kiblat ... 134

Gambar 11 Kiai Ahmad Dahlan sedang Memainkan Biola ... 136

Gambar 12 Ruang Madrasah Ibtidaiyah Diniyah ... 136

Gambar 13 Kiai Ahmad Dahlan sedang Mengajar di Madrasah ... 136

Gambar 14 Kiai Ahmad Dahlan sedang Mengajar di Sekolah Budi Utomo ... 136

(8)

Gambar 16 Kiai Ahmad Dahlan memberi sambutan dalam forum

BudiUtomo ... 139

Gambar 17 Kiai Ahmad Dahlan diberi ucapan selamat oleh dr.Wahidin Soedirohoesodo ... 139

Gambar 18 Kiai Ahmad Dahlan sedang mengajukan diri menjadi guru di Kweekschool ... 140

Gambar 19 Kiai Ahmad Dahlan sedang mengajar di Kweekscholl, Jetis ... 140

Gambar 20 Kiai Ahmad Dahlan menunjukkan penampilannya kepada anak-anak ... 141

Gambar 21 Terlihat perbedaan pakaian Priyayi (tengah) dan Kiai ... 141

Gambar 22 Muhammad Darwis sedang memberi makanan... 141

Gambar 23 Kiai Ahmad Dahlan sedang memberi makanan ... 141

Gambar 24 Murid nonmuslim sedang mengikuti peajaran di madrasah ... 144

Gambar 25 Kiai Ahmad Dahlan dan para muridnya menghadap ke arah kiblat yang diyakininya ... 145

Gambar 26 Kiai Penghulu Cholil Kamaludiningrat ... Gambar 27 Kiai Penghulu Kamaludiningrat berjabat tangan dengan Kiai Ahmad Dahlan ... 146

Gambar 28 Siti Walidah saat berusia 14 tahun ... 149

Gambar 29 Siti Walidah dewasa ... 150

Gambar 30 Kiai Lurah Noor ... 150

Gambar 31 Muhammad Jazuli... 151

Gambar 32 Muhammad Daniel ... 156

Gambar 33 Hisyam ... 156

Gambar 34 Muhammad Sangidu ... 156

Gambar 35 Muhammad Sangidu ... 159

Gambar 36 Muhammad Fahrudin ... 159

Gambar 37 Muhammad Sudja ... 159

(9)

Gambar 39 Kiai Penghulu Kamaludiningrat mengukuhkan Kiai Ahmad

Dahlan sebagai khotib ... 160

Gambar 40 Sri Sultan Hamengkubuwono VII sedang membacar surat rekomendasi pengukuhan Kiai Ahmad Dahlan sebagai khotib ... 160

Gambar 41 Sri Sultan Hamengkubuwono VII ... 161

Gambar 42 Kiai Abu Bakar ... 161

Gambar 43 Kiai Muhammad Fadhil ... 162

Gambar 44 Kiai Saleh dan istrinya ... 164

Gambar 45 Mesjid Gedhe Kauman tampak atas ... 168

Gambar 46 Gapura/regol ... 168

Gambar 47 Gapura/regol ... 168

Gambar 48 Bedug Mesjdi Gedhe Kauman ... 168

Gambar 49 Sungai kecil depan Mesjid Gedhe Kauman ... 168

Gambar 50 Kiai Kamaludingrat memimpin sidang raad ... 169

Gambar 51 Nampak anak-anak sedang bermain sepak bola ... 169

Gambar 52 Kiai Kamaludinigrat memasuki lingkungan Mesjid Gedhe Kauman ... 169

Gambar 53 Nampak lantai ruang utama ... 169

Gambar 54 Nampak ruang utama ... 169

Gambar 55 Mimbar Mesjid Gedhe Kauman ... 170

Gambar 56 Kanjeng Sri Sultan saat memasuki Maksura ... 170

Gambar 57 Sri Sultan sedang menyimak khutbah Kiai Ahmad Dahlan ... 170

Gambar 58 Para santri Kiai Abu Bakar sedang mengaji di Langgar Kidul ... 171

Gambar 59 Langgar kidul tampak depan ... 171

Gambar 60 Masa sedang merobohkan paksa Langgar Kidul ... 172

Gambar 61 Puing-puing Langgar Kidul ... 172

Gambar 62 Kiai Ahmad Dahlan sedang melihat puing-puing Langgar Kidul ... 172

(10)

Gambar 64 Langgar Kidul lima tahun setelah dibangun kembali ... 172

Gambar 65 Muhammad Darwis sedang berdzikir di kamarnya ... 173

Gambar 66 Kiai Ahmad Dahlan sedang beramah tamah bersama keluarga ... 173

Gambar 67 Acara makan bersama anggota keluarga di ruang makan . 173 Gambar 68 Nampak rumah Kiai Ahmad Dahlan berhadapan dengan Langgar Kidul ... 174

Gambar 69 Dialog antara kiai Ahmad Dahlan dan para muridnya di beranda rumah Kiai Ahmad Dahlan ... 174

Gambar 70 Ruang kamar Kiai Ahmad Dahlan ... 174

Gambar 71 Buka puasa bersama di beranda Kiai Ahmad Dahlan ... 175

Gambar 72 Ruang kelas madrasah di ruang tamu ... 175

Gambar 73 Halaman rumah Kiai Ahmad Dahlan ... 175

Gambar 74 Kegiatan bakti sosial di halaman rumah ... 175

Gambar 75 Halaman Kweekschool, Jetis ... 175

Gambar 76 Nampak ruang kelas ... 176

Gambar 77 Nampak selasar kelas... 176

Gambar 78 Halaman Kweekschool ... 176

Gambar 79 Nampak ruang kelas ... 176

Gambar 80 Ruang Proboyakso ... 177

Gambar 81 Ruang Proboyakso ... 177

Gambar 82 Stasiun Lempuyangan ... 177

Gambar 83 Muhammad Darwis berpamitan ... 177

Gambar 84 Suasana di pelabuhan ... 178

Gambar 85 Para penumpang menaiki kapal laut ... 178

Gambar 86 Kapal laut ... 178

Gambar 87 Tugu Yogyakarta ... 178

Gambar 88 Jalan Malioboro tahun 1883 ... 178

Gambar 89 Kiai Abu Bakar menggendong Muhammad Darwis ... 179

Gambar 90 Acara Ijab Qobul Pernikahan Kiai Ahmad Dahlan ... 180

(11)

Gambar 92 Rapat pembentukan Budi Utomo ... 181

Gambar 93 Kiai Ahmad Dahlan memberi sambutan berdirinya Muhammadiyah ... 181

Gambar 94 Makanan Tradisional ... 183

Gambar 95 Tradisi Thedak siten... 183

Gambar 96 Tradisi padusan ... 183

Gambar 97 Kiai Ahmad Dahlan memberi pemahaman mengenai selametn pernikahan ... 184

Gambar 98 Warga yang sedang menyajikan sesajen ... 184

Gambar 99 Acara nyadran ... 184

Gambar 100 Tahlilan di pemakaman ... 184

Gambar 101 Kiai Ahmad Dahlan sedang memahamkan mengenai yasinan kepada seirang warga ... 184

Gambar 102 Kiai Ahmad Dahlan sedang menyantuni masyarakat di alun-alun ... 185

Gambar 103 Para gelandangan di sekitar alun-alun ... 185

Gambar 104 Anak-anak gelandangan diajak sekolah ... 185

Gambar 105 Muhammad Darwis sedang menyantuni fakir miskin ... 185

Gambar 106 Tentara kolonial ... 186

Gambar 107 Rakyat sedang kerja paksa ... 186

Gambar 108 Penjara ... 186

(12)

ABSTRAK

Novelisasi film merupakan bentuk transformasi dari film ke dalam novel. Pentransformasian tersebut seringkali mengalami perubahan. Pada kurikulum 2013, khusus mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks (multimodal) yang memungkinkan film dan karya sastra dapat dijadikan sebagai pemodelan teks. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengangkat judul ”Kajian Nilai Pendidikan dalam Novelisasi Film Sang Pencerah serta Pemanfaatannya sebagai Pemodelan Teks pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Kurikulum 2013”.

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1) bagaimana nilai pendidikan yang ditampilkan dalam struktur film dan novel Sang Pencerah? 2) bagaimana nilai pendidikan yang ditampilkan dalam struktur novel Sang

Pencerah? 3) bagaimana perbandingan antara nilai pendidikan yang ditampilkan

dalam struktur film dan novel Sang Pencerah? 4) bagaimanakah rancangan model pembelajaran teks yang efektif di sekolah menengah atas dengan menggunakan film Sang Pencerah? Sedangkan tujuan penelitian ini yaitu 1) mendeskripsikan nilai pendidikan yang terdapat pada struktur pembangun cerita pada film Sang

Pencerah karya Hanung Bramantyo, 2) mendeskripsikan nilai pendidikan yang

terkandung pada pada novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral, 3) mendeskripsikan perbandingan nilai pendidikan yang terdapat pada struktur pembangun cerita dalam dua karya yang berbeda, yaitu nilai pendidikan dalam struktur film dan novelSang Pencerah 4) mendeskripsikan pemanfaatan teks film dan novel sebagai pemodelan teks yang efektif di sekolah menengah atas dalam bentuk modul.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik komparatif, yakni sebuah metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis perbandingan dua buah objek penelitian, yaitu film dan novel melalui studi sastra bandingan, kemudian dideskripsikan dengan menggunakan bahasa si peneliti.

(13)

ABSTRACT

Movie novelisation is a form of transformation of film into a novel. That transformation often causes changes. Curriculum 2013 using the text-based approach (multimodal) allowing all resources can be used as a text, including film and literature. Based on that problem, this study take the title "Study of Educational Value in Novelisation Movie Sang Pencerah as well as its Utilization as Modeling of Text in Indonesian Leaning Based on Curriculum 2013".

The problem formulation of this study are 1) how the educational value is shown in film structure of Sang Pencerah? 2) how the educational value is shown in novel structure of Sang Pencerah? 3) how is comparison between the educational value is shown in film and novel structure of Sang Pencerah? 4) how to design of an effective text learning model at senior high school using the movie Sang Pencerah? Then, the purpose of this study are 1) to describe the educational value contained in the structure of story building of movie Sang Pencerah by Hanung Bramantyo, 2) t odescribe the educational value contained in the Nasery Basral Akmal’s work Sang Pencerah novel, 3) to describe the comparison of the educational value contained in the structure of story building in two different works, those are the educational value in the film and novel structure Sang Pencerah, 4) to describe the use of movie and novel text as effective text modeling at senior high school in module form.

The method used in this study is a comparative analytical descriptive method, which is a research method used to analyze the comparison of two objects of research, those are movies and novels through the study of comparative literature, and then they are described using the researcher language.

(14)

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Karya seni merupakan sebuah bentuk yang seringkali berbeda rupa. Ia

menjadi rupa dalam sebuah teks; dapat teks dalam format verbal, musikal,

performance, maupun visual. Semua itu merupakan sebentuk ekspresi yang

didasarkan atas resepsi, sikap, pandangan, dan tanggapan seniman terhadap

fenomena kultural. Unsur seni sebuah karya dapat merujuk sebagai suatu proses

dan manifestasi kepada ekspresi diri, penilaian yang menentukan elemen-elemen

yang wajar diketengahkan di dalam hasil seni, di dalam menyampaikan ide,

emosi, perasaan, kepercayaan di dalam bentuk yang dipikirkan paling efektif.

Ratna (2010, hlm. 440) memberi pendapat bahwa sebagai hakikat estetis, karya

seni merupakan reproduksi mental, baik dalam bentuk emosional maupun

intelektual.

Seorang seniman merupakan bagian dari masyarakat. Seniman dan

masyarakat menciptakan interaksi sosial kultural yang membentuk repertoir dalam

benak seniman, sehingga hal tersebut memengaruhi terhadap hasil karyanya.

Dengan demikian, karya seni apapun sebenarnya tidak sepenuhnya sebagai karya

yang tercipta dari hasil pemikiran yang tiba-tiba timbul dalam pikiran penciptanya

saja, namun terbentuk dari residu konstruksi sosial.

Bertolak dari fakta demikian, apa pun jenis karya seni yang diciptakan

tidak sepenuhnya lahir dari pemikiran asli pribadi penciptanya. Dalam konteks ini

Kristeva (Pradopo, 2009, hlm. 167) menyatakan bahwa setiap teks merupakan

mozaik kutipan-kutipan, sekaligus penyerapan dan transformasi atas teks-teks

yang lain. Pernyataan tersebut memang menekan terutama pada relasi antarteks

sastra. Meskipun demikian, hal tersebut dapat diterapkan dan relevan juga dengan

teks seni yang lain, baik dalam genre yang sama ataupun lintas genre.

Substansi dari konsep tersebut adalah bagaimana mozaik atau

kutipan-kutipan tersebut dapat direfleksikan dengan berbagai wahana yang berbeda, tanpa

(15)

2

perhatikan dari pembelajaran faraprase yang seringkali guru tugaskan untuk

siswanya, seperti mengubah sebuah puisi ke dalam bentuk gambar atau lukisan,

sebuah lukisan ke dalam puisi, puisi ke dalam cerita pendek, dan parafrase

lainnya. Proses pembelajaran salah satu konsep sastra tersebut menjadi bukti

konkret dasar pengalihwahanaan yang terjadi dari genre yang satu ke genre yang

berbeda.

Pengalihan atau perubahan bentuk karya seni merupakan hal biasa dan

telah lama dilakukan. Paling banyak dikenal adalah perubahan bentuk dari karya

sastra menjadi karya lain seperti musik dan film. Seringkali fenomena tersebut

terbentuk secara mandiri dari masyarakat lebih cenderung menuntut karya yang

sarat nilai hiburan dan populer, sehingga hal tersebut menjadi peluang besar untuk

menjadi industri hiburan.

Beberapa pengalihan karya atau alih wahana sudah banyak dilakukan, di

antaranya karya sastra imajinatif seperti puisi diubah menjadi lagu, hal ini kita

kenali dengan musikalisasi puisi, novel diadaptasi menjadi film atau sebaliknya.

Kita ketahui banyak novel-novel best seller yang diadaptasi menjadi film, di

antaranya Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Laskar Pelangi,

Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk dan banyak yang lainnya. Dalam hal ini,

adaptasi atau perubahan bentuk (media) karya sastra menjadi sebuah film menurut

Eneste (1991, hlm. 11) disebut ekranasi. Ekranasi adalah pelayarputihan atau pemindahan/ pengangkatan sebuah novel ke dalam film („ecran’ dalam bahasa Perancis berarti layar).

Selain pengangkatan karya sastra ke dalam bentuk film, ada juga

fenomena pengalihan wahana dari film ke dalam bentuk novel yang sering disebut

novelisasi atau deekranisasi. Beberapa di antaranya adalah novelisasi film Naga

Bonar Jadi 2, Pasir Berbisik, Biola Tak Berdawai, 30 Hari Mencari Cinta,

Brownies, Rindu Kami Pada-Mu, dan Sang Pencerah yang menuai banyak

apresiasi dari khalayak. Hal ini menjadi salah satu indikator bangkitnya kreativitas

seni sastra, bukan saja bangkitnya perfilman yang diangkat dari novel, namun

(16)

3

bersumber dari film yang mengandung nilai-nilai penting untuk kehidupan

manusia secara luas.

Apabila dilihat dari segi komersil, novelisasi memang memiliki pasar yang

sangat potensial. Hal ini dikarenakan oleh popularitas dari film yang tayang

terlebih dahulu, jadi dari segi promosi, secara langsung telah terpromosikan oleh

filmnya. Adapun konsumen yang menjadi target utama dari novel tersebut adalah

kalangan pemerhati dan penikmat novel yang lebih cenderung dapat menikmati

karya yang bersifat imajinatif sebatas nalar ketika membacanya dibandingkan

dengan film yang sudah menyuguhkan visualisasi dari imajinasi yang telah

terbentuk dari skenario. Walau demikian, antara film dan novel tidak dapat

dipandang dari satu sudut pandang saja, karena keduanya memiliki kekuatan khas,

media yang berbeda, dan proses produksi yang berbeda.

Film dianggap menjadi media lain yang mempunyai potensi kuat untuk

menyampaikan paradigma novelis tentang sesuatu yang telah dilakukannya.

Novel atau karya tulis lain memang menjadi salah satu media terbaik untuk

memberi ruang manusia untuk membaca dunia, tetapi film mempunyai andil lain

dengan mengolahnya menjadi bentuk yang lebih kompleks, karena terdapat

banyak unsur di dalamnya.

Berbeda dengan karya sastra yang hanya menyuguhkan imajinasi dengan

kata-kata yang dirangkainya, film menggunakan gambar. Gambar tersebut

dirangkai dengan skenario yang telah dibuat untuk kepentingan alur cerita.

Menurut Pudovkin (Eneste, 1991, hlm. 16), penulis skenario bergulat dengan

plastic material. Penulis skenario harus cermat dan tepat memilih materi yang

bisa membawa gambaran yang tepat untuk filmnya.

Selain itu, perbedaan yang mendasar pada proses pembuatannya, karya

sastra adalah sebuah karya individu. Pengarang fokus dengan dirinya sendiri

untuk menghasilkan sebuah karya sastra. Kecermatannya menyusun nalar bahasa

untuk dijadikan bahan imaji pembaca lebih diutamakan. Namun, film adalah

bentuk karya seni yang melibatkan banyak orang dari bidang yang berbeda, baik

(17)

4

gabungan beberapa ragam kesenian, seperti musik, seni rupa, drama, sastra

ditambah unsur fotografi.

Namun demikian, bukan tanpa dinamika ketika terjadi fenomena adaptasi

dari karya sastra ke dalam film. Hal ini terjadi karena adanya ketidakpuasan

beberapa pihak terutama penulis novel atas hasil pemfilman novelnya. Walaupun

menurut beberapa pendapat, hal ini sangat wajar, karena bagaimanapun juga, film

tetap menjadi karya sendiri. Ia lahir sebagai teks baru yang tidak bisa dituntut

untuk harus sama persis dengan novel sebagai hipogramnya (Mutaqin, 2011, hlm.

4). Tetapi berbeda dengan apresiasi yang diberikan kepada proses novelisasi.

Novelisasi yang diangkat dari film cenderung lebih dapat diterima oleh publik.

Titik utama yang menjadi alasan terjadinya dinamika atau sebaliknya adalah

paradigma penikmat terhadap kedua karya yang melalui proses alih wahana yang

berbeda dan suguhan media yang berbeda pula.

Salah satu pendekatan yang dapat dijadikan konsentrasi kajian

perbandingan dua karya yang berbeda tersebut dapat memakai pendekatan

struktural. Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum strukturalisme

adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh unsur

pembangunnya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai

susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi

komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Abrams,

1981, hlm. 68). Di pihak lain, unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling

menentukan, saling memengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan

yang utuh.

Strukuralisme merupakan pendekatan kesastraan yang menekankan pada

kajian hubungan antarunsur pembangun karya yang bersangkutan. Abrams (1981,

hlm. 189) menjelaskan bahwa strukturalisme (disamakan dengan pendekatan

objektif) dapat dipertentangkan dengan pendekatan yang lain, seperti pendekatan

mimetik, ekspresif, dan pragmatik. Namun di pihak lain, Hawkes (Pradopo, 2009,

hlm. 119-120), pada dasarnya juga dapat dipandang sebagai cara berpikir tentang

dunia kesastraan yang lebih merupakan susunan hubungan daripada susunan

(18)

5

Sastra maupun Film sebagai media yang sangat dekat dengan masyarakat

tentunya mempunyai tanggung jawab yang sangat penting untuk memberi makna

positif terhadap penikmatnya, makna akan nilai-nilai sosial budaya, nilai-nilai

pendidikan, nilai-nilai kemanusiaan, serta nilai-nilai humanisme yang diperlukan

bagi kehidupan manusia. Dengan menikmati sastra dan film, berarti kita

menikmati pelajaran kehidupan kita sendiri. Menurut Ikram (Esten, tt: 33), Leavis

mengatakan bahwa setiap penulis kreatif yang utama mengetahui bahwa dalam

karya besar ia menggambarkan pemikiran, tentang kehidupan, dan setiap karya

memberi sumbangan ke arah keutuhan kehidupan tersebut.

Hal menarik dari produksi dua buah karya yang berbeda tersebut terletak

dari misi yang diusung. Secara umum misi yang diusung adalah misi pendidikan.

Secara etimologis, sastra juga berarti alat untuk mendidik (Ratna, 2010, hlm. 438).

Dengan kata lain sastra dan film memiliki tanggung jawab terhadap karyanya itu

sendiri khususnya dalam misi pendidikan. Dengan kata lain, sastra dan film

memiliki peran yang sangat strategis sebagai salah satu media pembelajaran nilai

dalam sistem pendidikan. Nilai-nilai tersebut, seyogyanya diharapkan mampu

menempa manusia berkualitas. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa manusia berkualitas yaitu

manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Oleh karena itu, sastra dan film memiliki potensi kuat untuk dimanfaatkan

sebagai media yang efektif untuk bahan pembelajaran. Film dalam persfektif

pendidikan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi

dalam proses belajar. Dalam hal ini di antaranya adalah: mengatasi keterbatasan

waktu dan jarak, mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara

realistis dalam waktu singkat, film dapat membawa dari masa yang satu ke masa

yang lain, film dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan, pesan yang

disampaikannya cepat dan mudah diingat, mengembangkan pikiran dan pendapat

para siswa, mengembangkan imajinasi siswa, memperjelas hal-hal yang abstrak

(19)

6

seseorang, film sangat baik menjelaskan suatu proses dan dapat menjelaskan suatu

keterampilan, semua siswa dapat belajar dari film baik yang pandai maupun yang

kurang pandai (Munadi, 2008, hlm. 116).

Dalam sejarah pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, film masih

belum dapat perhatian yang cukup menarik sebagai media pembelajaran di kelas.

Hal ini disebabkan bahwa film tidak termasuk pada genre sastra dan tidak dapat

dijadikan acuan khusus sebagai wahana pembelajaran keterampilan berbahasa.

Tetapi lain halnya dengan perkembangan pendidikan sekarang yang ditunjukkan

oleh kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dengan berbasis teks, membuka peluang

besar untuk karya apa saja untuk dijadikan sebuah teks bahan ajar, khususnya

pembelajaran bahasa Indonesia.

Perubahan perspektif yang berbeda mengenai teks yang dikembangkan

dalam kurikulum 2013 ini terletak dari sifat teks itu sendiri. Perspektif teks

sebelumnya hanya bersifat tulisan, dan sekarang berubah lebih dari sekadar

tulisan. Dalam kurikulum 2013, teks adalah ungkapan pikiran manusia yang

lengkap yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya (Mahsun, 2013). Teks

dibentuk oleh konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register

atau ragam bahasa yang di melatarbelakangi lahirnya teks tersebut. Maryanto

(Kompas, 3 April 2013) juga menyatakan bahwa yang dimaksud teks pada

Kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan multimodal seperti gambar.

Dari penjelasan di atas, maka dapat dipastikan bahwa film mempunyai

peluang dan potensi yang sangat strategis guna menjadi bagian dari teks. Diantara

konten teks yang dimaksud dalam kurikulum 2013 adalah pemodelan teks

negosiasi. Media film akan efektif apabila diterapkan dalam pembelajaran teks

negosiasi untuk siswa SMA. Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang

berfungsi untuk mencari penyelesaian bersama di anatara pihak-pihak yang

mempunyai perbedaan kepentingan. Teks yang mengandung unsur negosiasi

disebut teks negosiasi. Struktur teksnya adalah pembukaan^isi^penutup.

Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan kajian struktural dan

nilai-nilai pendidikan pada Film Sang Pencerah yang disutradari oleh Hanung

(20)

7

Nasery Basral. Film dan novel tersebut tersebut menghadirkan kisah tentang

kehidupan KH. Ahmad Dahlan, seorang tokoh besar dalam organisasi Islam

Muhammadiyah. Beliau merupakan sosok yang terkenal akan

pemikiran-pemikiran kontroversi seorang pendobrak tradisi. Karakter kuatnya itulah yang

menjadi modal utama dalam pengisahan dalam film dan novel ini.

Film Sang Pencerah itu sendiri disutradari oleh Hanung Bramantyo dan

diproduksi oleh MVP Pictures. Film ini dibintangi oleh Lukman Sardi sebagai

Ahmad Dahlan, Ihsan Idol sebagai Ahmad Dahlan Muda, dan Zaskia Adya

Mecca sebagai Nyai Ahmad Dahlan. Film ini menjadikan sejarah sebagai

pelajaran pada masa kini tentang toleransi, koeksistensi (bekerjasama dengan

yang berbeda keyakinan), kekerasan berbalut agama, dan semangat perubahan

yang kurang. Sang Pencerah mengungkapkan sosok pahlawan nasional itu dari

sisi yang tidak banyak diketahui publik. Selain mendirikan organisasi Islam

Muhammadiyah, lelaki tegas pendirian itu juga dimunculkan sebagai pembaharu

Islam di Indonesia. Ia memperkenalkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta

rasional

Adapun novelisasi yang dilakukan oleh Akmal Nasery Basral merupakan

gambaran secara umum yang merujuk pada skenario film Sang Pencerah yang

lebih dahulu tayang. Novel ini pun mengambil judul yang sama dengan judul

filmnya yaitu Sang Pencerah. Tentunya konten pengisahan pun tidak akan jauh

berbeda dengan apa yang terjadi dalam film. Namun, beberapa hal yang menjadi

menarik dari kedua karya ini adalah media ekspresi seni yang berbeda, film yang

lebih menekankan kepada unsur audio visual untuk ditonton, sedangkan novel

lebih menekankan kepada pembaca. Selain sebagai objek penelitian dengan

pendekatan struktural film dan novel ini pun akan dijadikan sebagai alternatif teks

pembelajaran teks negosiasi, khususnya di Sekolah Menengah Atas.

Penelitian ini akan menjadi pelengkap dari penelitian-penelitian

sebelumnya yang telah dikaji oleh beberapa orang peneliti yang memilih

novelisasi populer dan hanya fokus pada kajian struktur, perbandingan, serta

pemanfaatannya secara terpisah. Seperti yang dilakukan oleh Firman

(21)

8

ke dalam Novel: Kajian Perbandingan”. Selain itu, Diki Mutaqin (2011) dengan judul “Pembelajaran Apresiasi Sastra Melalui pendekatan Struktural dan Respon Pembaca terhadap Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Adaptasinya ke

dalam Bentuk Film serta Model Pembelajarannya di SMP Al Azhar Syifa Budi Parahyangan” dan Heri Nurdiansyah (2012) dengan judul penelitian “Transformasi Novel Dwilogi The Da Peci Code dan Rosid & Delia ke dalam

Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta”.

Adapun penelitian lain yang mengkaji khusus dengan objek novel Sang

Pencerah memang telah dilakukan, namun tidak diarahkan kepada kajian sastra

bandingan dengan karya film yang sebelumnya telah muncul sebelum novel

tersebut dibuat. Penelitian lain tersebut diantaranya dilakukan oleh Anis

Indarwati dan Mahasri Shobahiya dalam jurnal UMS dengan judul “Modernisasi

Pendidikan Islam KH. Ahmad Dahlan dalam Novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral”, kajian ini hanya fokus pada aspek penokohan K.H. Ahmad Dahlan yang membangun pembaharuan pendidikan Islam di Kauman,

Yogyakarta. Selain kajian tersebut, ada pula kajian nilai-nilai dakwah novel Sang

Pencerah yang dilakukan oleh Edi Amin yang hanya fokus pada nilai-nilai

dakwah tanpa melakukan kajian dalam aspek lainnya.

Adapun penelitian yang peneliti lakukan dalam karya ilmiah ini, mencoba

menambah kompleksitas penelitian yang belum dilakukan, selain mengkaji

struktur sastra bandingan dan pemanfaatannya dalam pembelajaran, peneliti

menambahkan dengan mengkaji nilai pendidikan yang sarat dalam karya film dan

(22)

9

1.2 Batasan Masalah

Untuk menfokuskan penelitian terhadap objek yang akan diteliti, peneliti

membatasi kajian pendekatan struktural dan nilai-nilai pendidikan pada film dan

novel Sang Pencerah.

1) Pendekatan struktur mengkaji mengenai unsur intrinsik novel dan film, yang

mencakup: (1) tokoh dan penokohan, (2) latar, (2) alur.

2) Nilai-nilai pendidikan yang akan diteliti, yaitu jujur, terbuka, berani

mengambil risiko dan bertanggungjawab, memenuhi komitmen, dan mampu

berbagi.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti

merumuskan beberapa masalah untuk memperjelas arah penelitian dan untuk

menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi pada tujuan

utama. Perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut ini.

1) Bagaimana nilai pendidikan yang ditampilkan dalam struktur film Sang

Pencerah?

2) Bagaimana nilai pendidikan yang ditampilkan dalam struktur novel Sang

Pencerah?

3) Bagaimana perbandingan antara nilai pendidikan yang ditampilkan dalam

struktur film dan novel Sang Pencerah?

4) Bagaimanakah rancangan model pembelajaran teks yang efektif di sekolah

menengah atas dengan menggunakan film Sang Pencerah?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang

jelas tentang struktur serta nilai-nilai pendidikan yang tergambar dalam film dan

novel Sang Pencerah dan pemanfaatannya sebagai pemodelan teks negosiasi

pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum 2013. Berdasarkan

(23)

10

1) Mendeskripsikan nilai pendidikan yang terdapat pada struktur pembangun

cerita pada film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo.

2) Mendeskripsikan nilai pendidikan yang terkandung pada pada novel Sang

Pencerah karya Akmal Nasery Basral.

3) Mendeskripsikan perbandingan nilai pendidikan yang terdapat pada struktur

pembangun cerita dalam dua karya yang berbeda, yaitu nilai pendidikan

dalam struktur film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo dan novel

Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral.

4) Mendeskripsikan model pembelajaran pemodelan teks yang efektif di sekolah

menengah atas dengan menggunakan film Sang Pencerah.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dua manfaat, yaitu teoretis

dan praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi

perkembangan penelitian sastra bandingan dengan pendekatan struktural terhadap

novel dan alih wahananya menjadi karya film. Selain itu, penelitian ini diharapkan

memberi masukan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dalam

pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam kajian struktural serta nilai-nilai

pendidikan moral pada dua karya berbeda, yaitu novel dan film. Lebih dari itu,

penelitian ini diharapkan menjadi suplemen untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran berbasis teks pada kurikulum 2013.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan motivasi bagi

para pendidik agar lebih kreatif dan inovatif dalam menyusun model dan rencana

untuk menyiasati kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia berbasis

(24)

11

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran tentang penelitian ini, di bawah ini

diuraikan penjelasan sebagai berikut ini.

1) Kajian struktur adalah suatu cara untuk menelaah atau mengkajian karya dari

unsur-unsur pembangun karya itu sendiri. Dalam hal ini, kajian dilakukan

pada film dan novelisasi dengan pendekatan yang sama dengan pendekatan

struktural karya sastra imajinatif, yang unsur-unsurnya berhubungan satu

sama lain secara totalitas.

2) Nilai pendidikan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah nilai-nilai

baik yang berguna dan bernilai untuk kehidupan masyarakat pada umumnya.

3) Novel Sang Pencerah adalah novel yang disusun oleh Akmal Nasery Basral

dari hasil novelisasi dari film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo.

Novelisasi adalah pengalihwahanaan karya dari bentuk seni lain ke dalam

bentuk bentuk novel. Dalam hal ini, dalam bentuk film ke dalam bentuk

novel.

4) Film adalah media komunikasi yang mampu mempengaruhi cara pandang

individu yang kemudian akan membentuk karakter suatu bangsa dengan

menampilkan karya berupa sinema yang dapat ditonton secara audio visual

dari hasil kerja tim perfilman, seperti sutradara, aktor, penulis skenario,

penata artistisk, penata musik, dan lain-lain yang mendukung terciptanya

sebuah film.

5) Teks, teks pada Kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan

(25)
(26)

92

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan

menggunakan metode deskriptif analitik komparatif. Pada hakikatnya pendekatan

kualitatif senantiasa mengalami perkembangan dalam pengolahan dan data yang

diteliti. Hal ini terjadi dari sifat kualitatif yang dinamis, yang menemukan

persoalan-persoalan baru dalam proses analisis, sehingga penelitian terus

memengalami perkembangan.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mendeskripsikan dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Sukmadinata, 2006:60).

Seraya yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen, S. (1992: 21-22) bahwa

penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam

tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,

kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu yang dikaji dari sudut

pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

Adapun metode deskriptif analitik komparatif, yaitu metode

membandingkan dua buah objek penelitian (teks film dan novel). Metode ini

menuntut peneliti untuk menguraikan dan menganalisis objek-objek penelitian

tersebut terlebih dahulu, kemudian mendeskripsikannya sehingga terlihat jelas

gambaran mengenai fakta yang terkait dengan objek penelitian. Oleh karena itu,

penelitian ini termasuk dalam bidang kajian sastra bandingan.

Kekualitatifan penelitian ini berkaitan dengan data penelitian yang tidak

berupa angka-angka, tetapi berupa kualitas bentuk verbal yang berwujud tuturan

(Muhajir, 1996: 29). Tuturan yang menjadi data penelitian ini terealisasi di dalam

penggalan dialog pada film. Data verbal yang berupa penggalan percakapan ini

(27)

93

perhitungan secara statistik. Pendapat Muhajir ini diperkuat oleh Arikunto (1993:

195) yang menyebutkan bahwa penelitian deskriptif, karena penelitian ini

berusaha menggambarkan data dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan

menurut kategori untuk memperoleh simpulan.

Data-data yang ditemukan merupakan uraian dari hasil pendeskripsian.

Deskripsi data akan berbentuk uraian berupa unsur struktur dari novel dan film

yang dianalisis secara terpisah dalam bentuk uraian yang selanjutnya digaris

bawahi sebagai bahan perbandingan.

3.2 Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah film Sang Pencerah karya

Hanung B ramantyo dan novel hasil dari proses novelisasi dari film tersebut yang

dilakukan oleh Akmal Nasery Basral. Sumber data ini didapatkan dari teks novel

tersebut dan hasil transkrip dialog (skenario) dari film tersebut, sehingga menjadi

korpus data. Data yang dimaksud telah terlebih dahulu dipilah dari bentuk korpus

ke dalam bentuk data yang diperlukan, baik berupa tuturan kalimat maupun kata

yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Hal ini senada dengan

pendapat Lofland dan Lopland (Moleong, 2000: 112), sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain.

Adapun identitas dari kedua karya tersebut adalah sebagai berikut ini.

Identitas Film Sang Pencerah:

1. Judul : Sang Pencerah

2. Sutradara : Hanung Bramantiyo

3. Penulis Skenario : Hanung Bramantyo

4. Produser : Raam Punjabi

5. Produksi : MVP Pictures

6. Tahun tayang : 2010

7. Durasi : 120 menit

(28)

94

a) Peraih penghargaan FFI (Festival Film Indonesia) 2010 dengan

beberapa kategori, diantaranya:

1. Fil Cerita Panjang Terbaik

2. Sutradara Terbaik

3. Penulis Skenario Cerita Asli Terbaik

4. Penata Sinematografi Terbaik

5. Penata Artistik Terbaik

6. Penata Suara Terbaik

7. Penata Musik Terbaik

8. Penyunting Terbaik

9. Pemeran Utama Pria Terbaik

Sumber:

http://filmindonesia.or.id/article/sang-pencerah-raih-9-penghargaan-ffi-versi-tak-resmi#.U08kAVWSxSt

b) Peraih penghargaan FFB (Festival Film Bandung) 2011 dengan

beberapa kategori, diantaranya:

1. Film terpuji

2. Pemeran Utama Pria Terpuji yang diraih oleh Lukman Sardi

3. Penata Artistik Terpuji yang diraih oleh Alan Sebastian

4. Penata Musik Terpuji yang diraih oleh Tya Subiakto

5. Penata Kamera Terpuji yang diraih oleh Faozan Rizal

6. Sutradara Terpuji yang diraih oleh Hanung Bramantyo

Sumber:

http://entertainment.kompas.com/read/2011/05/06/23321532/.Sang.Pencerah.Bor

ong.Penghargaan

Identitas Novel Sang Pencerah:

1. Pengarang : Akmal Nasery Basral

2. Penerbit : Mizan

3. Tahun terbit : 2010

4. Cetakan ke- : IV, November 2010

5. Kota Terbit : Jakarta

(29)

95

Latar belakang penulis :

Akmal Nasery Basral adalah wartawan dan sastrawan Indonesia.

Kumpulan cerpen pertamanya Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku

(2006) yang terdiri dari 13 cerpen termasuk long-list Khatulistiwa Literary Award

2007. Dia menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Sosiologi Universitas

Indonesia. Saat ini tinggal di Cibubur, Bekasi, bersama istri, Sylvia, dan ketiga

putri mereka, Jihan, Aurora, Ayla.

Sebagai wartawan ia pernah bekerja untuk majalah berita mingguan Gatra

(1994-1998), Gamma (1999), sebelum bekerja di majalah Tempo

(2004-sekarang). Ia juga pendiri dan pemimpin redaksi majalah tren digital @-ha

(2000-2001), serta MTV Trax (2002) yang kini menjadi Trax setelah kerjasama MRA

Media Group, penerbit majalah itu, dengan MTV selesai.

Sebagai sastrawan ia termasuk terlambat menerbitkan karya. Baru pada

usia 37 tahun, novel pertamanya Imperia (2005) terbit, dilanjutkan dengan Ada

Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku (2006), serta Naga Bonar (Jadi) 2 (2007),

novel dari film box-office berjudul sama yang disutradarai aktor kawakan Deddy

Mizwar.

Di luar minatnya pada bidang jurnalistik dan sastra, Akmal Nasery Basral

juga dikenal sebagai pengamat musik dan film Indonesia. Ia termasuk anggota

awal tim sosialisasi Anugerah Musik Indonesia. Ketika sosialisasi terhadap

penghargaan utama bagi insan musik Indonesia ini dilakukan pada 1997, kalangan

jurnalis diwakili oleh Akmal dan Bens Leo. Pada pergelaran AMI ke-10 (2006),

Akmal ditunjuk sebagai ketua Tim Kategorisasi yang memformat ulang seluruh

kategorisasi penghargaan.

Di bidang perfilman Akmal menjadi satu dari lima juri inti Festival Film

Jakarta ke-2 (2007), bersama Alberthiene Endah, Ami Wahyu, Mayong Suryo

(30)

96

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan

membaca kritis seluruh teks dalam novel tersebut, lalu membaca keseluruhan

transkrip dialog dalam film Sang Pencerah. Setelah itu, mengumpulkan teori-teori

yang relevan sesuai dengan pendekatan penelitian yang telah ditetapkan, yaitu

struktur film dan nilai-nilai pendidikan. Mencatat nilai-nilai pendidikan adalah hal

yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data.

Adapun instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini dibuat

berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Barthes (Zaimar, 1990:33) untuk

menentukan kriteria atau syarat sekuen yaitu sebagai berikut ini.

1) Sekuen haruslah terpusat pada satu titik perhatian (fokalisasi), yang

diamati merupakan objek yang tunggal dan yang sama: peristiwa yang

sama, tokoh yang sama, gagasan yang sama, bidang pemikiran yang

sama.

2) Sekuen harus mengurung suatu kurun waktu dan ruang yang koheren:

sesuatu terjadi pada suatu tempat atau waktu tertentu. Dapat juga

merupakan gabungan dari beberapa tempat dan waktu yang mencakup

dalam suatu tahapan. Misalnya satu periode dalam kehidupan seorang

tokoh, atau seringkaian contoh atau pembuktian untuk mendukung

suatu gagasan.

3) Adalakalanya sekuen dapat ditandai oleh hal-hal di luar bahasa: kertas

kosong di tengah teks, tata letak dalam penulisan teks, dan lain-lain.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik

pencatatan data dan penggunaan dokumen. Selain itu, untuk memeriksa

keabsahan data, peneliti melakukan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan

teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data

yang diteliti (Maleong, 2000: 178). Adapun pencatatan data dan dokumen

(31)

97

keseluruhan dengan format urutan satuan isi cerita (USIC), kemudian data

diklasifikasikan dan dianalisis berdasarkan masalah penelitian. Secara rinci teknik

analisis data adalah sebagai berikut ini.

a. Data dikelompokkan atau diklasifikasikan secara terpisah antara film dan

novel;

b. Selanjutnya masing-masing karya dikaji berdasarkan struktur (alur, tokoh/

penokohan, latar);

c. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan pada masing-masing karya;

d. Mendeskripsikan perbandingan antara struktur pada film dan novel;

e. Mendeskripsikan perbandingan nilai-nilai pendidikan pada film dan novel;

f. Mendeskripsikan simpulan tentang hasil analisis terhadap karya film dan novel

secara umum.

g. Menyusun bahan pembelajaran sastra dengan memanfaatkan novelisasi untuk

pembelajaran sastra di SMA kelas X.

h. Membuat simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.

Berdasarkan langkah-langkah teknik analisis data tersebut, peneliti

membuat desain penganalisisan data berdasarkan klasifikasi sumber data. Adapun

desain penganalisisan tersebut adalah sebagai berikut ini.

3.4.1 Analisis Film

3.4.1.1Analisis Fakta Cerita Film Sang Pencerah 1) Analisis Alur

Analisis penyajian alur film Sang Pencerah dilakukan dengan membaca

keseluruhan cerita dengan saksama di setiap sekuennya dengan mendeskripsikan

cerita dari dialog, peritiwa, tokoh dan sikap tokoh/penokohan, sorot balik, dan

latar. Untuk memudahkan penelitian, peneliti membuat tabel analisis sekuen

(32)

98

Tabel 3.1

ANALISIS URUTAN SATUAN ISI CERITA (USIC) FILM SANG PENCERAH

No. Sekuen Jenis

Sekuen Waktu 1 ... ... ... 2 ... ... ... 3 ... ... ... 4 ... ... ...

5 Dst. dst. dst.

Keterangan:

Jenis sekuen diisi dengan singkatan:

1. Sekuen Dialog = SD

2. Sekuen Peristiwa = SP 3. Sekuen Deskripsi Latar = SDL

4. Sekuen Deskripsi Tokoh dan Penokohan=SDTP 5. Sekuen Sorot Balik = SSB

Selain tabel analisis alur di atas, peneliti pun membuat tabel distribusi

urutan sekuen film Sang Pencerah sebagai berikut ini.

Tabel 3.2

TABEL DISTRIBUSI URUTAN SATUAN ISI CERITA (USIC) FILM SANG PENCERAH

No. Jenis Sekuen Nomor

Sekuen Jumlah

1 Sekuen Dialog (SD) ... ...

2 Sekuen Peristiwa (SP) ... ...

3 Sekuen Latar (SL) ... ...

4 Sekuen Deskripsi Tokoh dan Penokohan (SDTP) ... ...

(33)

99

Tahap akhir dari proses analisis alur dengan mendeskripsikan tabel alur

tersebut untuk mengetahui penyajian alur film Sang Pencerah, sebagai bahan

untuk dijadikan pembanding dengan alur novel Sang Pencerah.

2) Analisis Tokoh dan Penokohan

Analisis penyajian tokoh dan penokohan film Sang Pencerah ini peneliti

desain dengan melalui tabel sebagai berikut ini. Analisis tokoh dan penokohan ini

dilakukan dengan merujuk pada sekuen deskripsi tokoh dan penokohan yang telah

dilakukan sebelumnya.

Tabel 3.3

ANALISIS TOKOH FILM SANG PENCERAH

No. Tokoh Jenis Penamaan

Tokoh

1 ... ...

2 ... ...

3 ... ...

4 ... ...

5 dst dst

Keterangan:

1. Tokoh : diisi dengan nama tokoh yang terdapat dalam film 2. Penamaan tokoh :

diisi dengan beberapa jenis penamaan berdasarkan sudut pandang dan tinjaun tertentu, seperti tokoh utama atau tambahan.

Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang

merujuk pada tokoh utama dan tambahan yang mendominasi cerita atau yang

memengaruhi sebab akibat alur pada cerita. Pada deskripsi ini, peneliti mengutip

beberapa dialog dan deskripsi peristiwa untuk menjadi bukti dasar yang

(34)

100

3) Analisis Latar

Mengungkapkan fakta cerita latar dalam film, peneliti berfokus pada

sekuen deskripsi latar yang tersaji pada analisis sekuen sebelumnya. Namun

peneliti memberi deskripsi latar tersebut sesuai dengan jenis latarnya, diantaranya

latar tempat, waktu, dan sosial. Adapun analisis tersebut disajikan dalam desain

tabel sebagai berikut ini.

Tabel 3.4

ANALISIS LATAR TEMPAT FILM SANG PENCERAH

No Latar Tempat USICF

1 ... ...

2 ... ...

3 ... ...

4 ... ...

5 dst. dst.

Keterangan:

1. Latar : diisi dengan nama tempat 2. USICF : diisi dengan nomor urut USIC

Tabel 3.5

ANALISIS LATAR WAKTU FILM SANG PENCERAH

No Latar Waktu USICF

1 ... ...

2 ... ...

3 ... ...

4 ... ...

5 dst. dst.

3.4.1.2Analisis Nilai Pendidikan Film Sang Pencerah

Pada tahap ini, peneliti menganalisis nilai-nilai pendidikan yang

bersumber dari inspirasi tokoh. Nilai pendidikan yang bersumber dari inspirasi

tokoh maksudnya adalah nilai yang terdapat pada hal-hal yang dilakukan tokoh

terhadap peristiwa yang terjadi terhadapnya, baik itu cara tokoh menghadapi

(35)

101

3.4.2 Analisis Novel

3.4.2.1Analisis Fakta Cerita Novel Sang Pencerah 1) Analisis Alur

Analisis penyajian alur novel Sang Pencerah dilakukan dengan membaca

keseluruhan cerita dengan saksama di setiap sekuennya dengan mendeskripsikan

cerita dari dialog, peritiwa, tokoh dan sikap tokoh/penokohan, sorot balik, dan

latar. Untuk memudahkan penelitian, peneliti membuat tabel analisis sekuen

sebagai berikut ini.

Tabel 3.6

ANALISIS URUTAN SATUAN ISI CERITA (USIC) NOVEL SANG PENCERAH

No. Sekuen Jenis

Sekuen Waktu 1 ... ... ... 2 ... ... ... 3 ... ... ... 4 ... ... ... 5 ... ... ... 6 ... ... ...

7 Dst. dst. dst.

Keterangan:

Jenis sekuen diisi dengan singkatan:

1. Sekuen Dialog = SD

2. Sekuen Peristiwa = SP

3. Sekuen Latar = SL

4. Sekuen Deskripsi Tokoh dan Penokohan=SDTP

5. Sekuen Sorot Balik = SSB

Selain tabel analisis alur di atas, peneliti pun membuat tabel distribusi

(36)

102

Tabel 3.7

DISTRIBUSI URUTAN SATUAN ISI CERITA (USIC) NOVEL SANG PENCERAH

No. Jenis Sekuen Nomor

Sekuen Jumlah

1 Sekuen Dialog (SD) ... ...

2 Sekuen Peristiwa (SP) ... ...

3 Sekuen Latar (SL) ... ...

4 Sekuen Deskripsi Tokoh dan Penokohan (SDTP) ... ... 5 Sekuen Sorot Balik (SSB) ... ...

Tahap akhir dari proses analisis alur dengan mendeskripsikan tabel alur

tersebut untuk mengetahui penyajian alur novel Sang Pencerah, sebagai bahan

untuk dijadikan pembanding dengan alur novel Sang Pencerah.

2) Analisis Tokoh dan Penokohan

Analisis penyajian tokoh dan penokohan novel Sang Pencerah ini peneliti

desain dengan melalui tabel sebagai berikut ini. Analisis tokoh dan penokohan ini

dilakukan dengan merujuk pada sekuen deskripsi tokoh dan penokohan yang telah

dilakukan sebelumnya.

Tabel 3.8

ANALISIS TOKOH NOVEL SANG PENCERAH

No. Tokoh Jenis Penamaan

Tokoh

1 ... ...

2 ... ...

3 ... ...

4 ... ...

5 dst dst

Keterangan:

1. Tokoh : diisi dengan nama tokoh yang terdapat dalam novel

2. Penamaan tokoh : diisi dengan beberapa jenis penamaan berdasarkan sudut pandang dan tinjaun tertentu, seperti tokoh utama atau

(37)

103

Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang

merujuk pada tokoh utama dan tambahan yang mendominasi cerita atau yang

memengaruhi sebab akibat alur pada cerita. Pada deskripsi ini, peneliti mengutip

teks novel untuk menjadi bukti dasar yang menguatkan penokohan.

3) Analisis Latar

Mengungkapkan fakta cerita latar dalam novel, peneliti berfokus pada

sekuen deskripsi latar yang tersaji pada analisis sekuen sebelumnya. Namun

peneliti memberi deskripsi latar tersebut sesuai dengan jenis latarnya, diantaranya

latar tempat, waktu, dan suasana. Adapun analisis tersebut disajikan dalam desain

tabel sebagai berikut ini.

Tabel 3.9

ANALISIS LATAR TEMPAT NOVEL SANG PENCERAH

No Latar Tempat USICN sebelumnya pada tabel analisis sekuen.

Tabel 3.10

ANALISIS LATAR WAKTU NOVEL SANG PENCERAH

(38)

104

Tahap selanjutnya adalah mendeskripsikan latar tempat, waktu, dan

suasana dengan berfokus pada informasi latar yang paling mendominasi/

mendukung cerita secara umum dengan bukti teks dari novel yang dikutip sebagai

bukti autentik.

3.5.2.2 Analisis Nilai Pendidikan Novel Sang Pencerah

Pada tahap ini, peneliti menganalisis nilai-nilai pendidikan yang

bersumber dari lima sikap dasar yang diungkapkna oleh Mulyana (Nurdiansyah,

2011:69), yakni jujur, terbuka, berani mengambil risiko dan bertanggungjawab,

memenuhi komitmen, dan mampu berbagi.

3.5.3 Analisis Proses Novelisasi Film Sang Pencerah

Analisis proses novelisasi film Sang Pencerah penulis uraikan dengan

tahapan sebagai berikut ini.

1. Penulis membuat tabel perbandingan Urutan Satuan Isi Cerita (USIC)

berdasarkan distribusi urutan satuan isis cerita film dan novel yang telah

disusun sebelumnya.

Tabel tersebut sebagai berikut.

Tabel 3.11

Perbandingan Distribusi Urutan Satuan Isi Cerita Film dan Novel

No. Jenis Sekuen Jumlah Sekuen

Film Novel

1 Dialog (D) ... ...

2 Peristiwa (P) ... ...

3 Deskripsi Latar (DL ... ...

4 Deskripsi Tokoh dan Sikap

Tokoh (DT) ... ...

5 Sorot Balik (SB) ... ...

(39)

105

2. Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan tabel perbandingan distribusi

urutan satuan isi cerita film dan novel tersebut untuk mengungkapkan proses

novelisasi yang dipastikan akan terjadi penambahan dan perubahan vasriasi.

3. Mendeskripsikan penambahan cerita.

4. Mendeskripsikan perbahan variasi

Untuk memudahkan untuk melihat perubahan variasi yang terjadi pada

proses novelisasi, peneliti menyajikannya dalam bentuk tabel sebagai berikut ini.

Tabel 3.12 Perubahan Variasi

No Film Novel

1 ... ...

2 ... ...

3 ... ...

4 ... ...

(40)

106

3.6 Desain Penelitian

Kajian Bandingan

PERBANDINGAN STRUKTUR

TEKS FILM TEKS NOVEL

STRUKTUR

FILM NOVEL

PERBANDINGAN NILAI PENDIDIKAN

STRUKTUR

SKENARIO PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS DAN PEMBUATAN MODUL

(41)

437

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah

penelitian yang dikemukakan pada rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut

dirancang untuk mencapai tujuan: 1) Mendeskripsikan nilai pendidikan yang

terdapat pada struktur pembangun cerita pada film Sang Pencerah karya Hanung

Bramantyo; 2) Mendeskripsikan nilai pendidikan yang terkandung pada pada

novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral; 3) Mendeskripsikan

perbandingan nilai pendidikan yang terdapat pada struktur pembangun cerita

dalam dua karya yang berbeda, yaitu nilai pendidikan dalam struktur film dan

novel Sang Pencerah; 4) Mendeskripsikan pemanfaatan teks film dan novel

sebagai pemodelan teks dalam bentuk modul sekolah menengah atas.

5.1.1 Nilai Pendidikan dalam Struktur Film

Hasil kajian struktur film Sang pencerah karya Hanung Bramantyo

menunjukan hasil bahwa penyajian unsur-unsur pembangun cerita dikemas

dengan efektif. Pertama, alur; alur film disajikan dengan alur maju. Penyajian alur

ini secara efektif ditampilkan oleh sutradara dengan apik, sehingga sangat lugas

dalam mengungkapkan skenario sejarah tokoh utama (Kiai Ahmad Dahlan) dalam

mendidirikan Muhammadiyah yang diangkat dalam film ini. Kedua, begitu pun

unsur tokoh dan penokohan, sutradara memberi keterangan nama secara visual

untuk mengenali tokoh-tokoh penting dalam film ini. Selain itu, sutradara pun

memberikan gambaran secara luas untuk para apresiator menentukan penokohan,

diantaranya dapat ditelaah dari sudut pandang pemikiran, sikap dan tindakan

tokoh, dialog antartokoh, dan gambaran langsung dari tokoh lain.

Ketiga, sebagai film yang mengusung sejarah, film ini menampilkan

latar-latar yang berhubungan langsung dalam sejarah yang diangkat, baik latar-latar tempat,

latar waktu, dan latar sosial. Untuk menguatkan latar tersebut, sutradara membuat

(42)

438

membubuhkan keterangan latar tersebut secara tertulis, sehingga apresiator film

dapat menemukan informasi secara langsung.

Untuk menemukan nilai-nilai pendidikan dalam film Sang Pencerah,

peneliti dapat dengan mudah menemukannya dalam beberapa peristiwa dan dalam

penokohan, baik tokoh utama maupun tokoh tambahan. Namun, peneliti

menfokuskan kajian nilai pendidikan pada penokohan tokoh utama, yaitu Kiai

Ahmad Dahlan dengan mempertimbangkan saratnya karakter tokoh tersebut yang

layak untuk dijadikan suritauladan untuk apresiator film. Adapun nilai-nilai

pendidikan tersebut merujuk pada konsep lima sikap dasar, yakni jujur, terbuka,

berani mengambil risiko dan bertanggungjawab, memenuhi komitmen, dan

mampu berbagi.

5.1.2 Nilai Pendidikan dalam Struktur Novel

Hasil kajian struktur novel Sang Pencerah karya Ahmad Nasery Basral

menunjukkan hasil bahwa penyajian cerita mengalami banyak penambahan, baik

peristiwa maupun pengemban cerita (tokoh). Oleh karena itu, alur cerita lebih

dramatis dan mengalami banyak perubahan variasi, sehingga tidak monoton.

Indikator hal ini dapat dilihat dari banyaknya sekuen yang muncul. Adapun jenis

sekuen yang mendominasi dibandingkan dengan sekuen-sekuen lainnya adalah

sekuen peristiwa, sehingga alur menjadi lebih dinamis dan memiliki detail

deskripsi tokoh dan penokohan, latar, dan sorot balik secara padu.

Deskripsi tokoh dan penokohan diungkapkan secara detail dengan

berbagai cara penyajian, diantaranya melalui tuturan pengarang secara langsung,

gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupan dan

cara berpakaian, menunjukkan bagaimana perilakunya, melihat bagaimana tokoh

tersebut berbicara, memahami bagaimana jalan pemikirannya, melihat bagaimana

tokoh lain berbincang dengannya, dan melihat bagaimana tokoh-tokoh lain

memberikan reaksi terhadapnya.

Selain tokoh dan penokohan yang disajikan secara terperinci, pengarang

pun menyajikan latar dengan lengkap dengan keterangan waktu, nama tempat

(43)

439

mengenai latar waktu yang diceritakan secara sistematis dan didukung oleh

penguatan fakta sejarah terjadinya peristiwa, maka novel Sang Pencerah ini dapat

dikategorikan sebagai novel sejarah.

Adapun nilai pendidikan yang menjadi esensi tujuan kajian ini adalah

dengan mengambil tokoh utama sebagai objek kajiannya, karena dianggap sebagai

tokoh yang sarat dengan karakter yang sangat layak dijadikan panutan untuk

apresiator dalam realita kehidupan. Karakter atau penokohan tersebut merujuk

pada nilai-nilai luhur universal, yakni: cinta tuhan dan ciptaan-nya; kemandirian

dan tanggung jawab; kejujuran/amanah dan diplomatis; hormat dan santun;

dermawan, suka tolong-menolong, gotong-royong, dan kerja sama; percaya diri

dan kerja keras; kepemimpinan dan keadilan; baik dan rendah hati; toleransi,

kedamaian, dan kesatuan.

5.1.3 Perbandingan Nilai Pendidikan dalam Struktur Film dan Novel

Ditinjau dari proses novelisasi yang terjadi di dalam film Sang Pencerah

bahwa novel Sang Pencerah melakukan banyak penambahan dan perubahan

variasi dan tidak melakukan penciutan. Terjadinya penambahan dan perubahan

variasi yang dilakukan pengarang pada novelnya dengan pertimbangan

tersedianya peluang nalarnya untuk dituangkan dalam bentuk bahasa tulis,

sehingga dapat dengan leluasa menuangkan imajinasinya.

Sesuai dengan yang telah dikaji pada pengkajian film dan novel

sebelumnya, nilai-nilai pendidikan yang patut dijadikan teladan bagi kita adalah

nilai sikap dasar karakter yang merujuk pada nilai-nilai universal. Nilai-nilai

tersebut disematkan secara apik oleh sutradara dan pengarang dengan menunjuk

beberapa tokoh untuk mengembannya, namun sesuai dengan isu kuat yang

diangkat adalah tokoh utama, yakni tokoh Kiai Ahmad Dahlan sebagai pendiri

perkumpulan Islam Muhammadiyah, pada sosok inilah nilai-nilai tersebut

ditanamkan oleh sineas dan pengarang Sang Pencerah ini.

Rumusan nilai-nilai tersebut telah terpatri dan dirumuskan berdasarkan

budaya dan karakter yang telah terukir dalam sosial masyarakat sebagai bangsa

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.6
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ayat ini masih menjelaskan tentang kisah iblis yang diperintah untuk bersujud kepada Nabi Adam. Kemudian dilanjutkan dengan kejadian pengusiran iblis dari

This bachelor thesis is presented to fulfill one of the requirements in accomplishing the S-1 Degree at English Department of Teacher Training and

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengukur kadar senyawa fenol dalam buah mengkudu (Morinda citrifolia) mentah, mengkal, dan matang, membandingkan daya

harzianum , serta penambahan dan pengayaan kompos dengan PGPR dan perlakuan benih dengan PGPR, merupakan kombinasi perlakuan yang paling baik untuk meningkatkan ketahanan

Forum Online SLiMS perlu melakukan promosi untuk mengenalkan Aplikasi SLiMS kepada perpustakaan dan lebih memudahkan pengguna dalam melakukan penelusuran informasi.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma,2003 Kata Kunci : Pengendalian Piutang dan Cadangan Kerugian Piutang ( ix + 36 + Lampiran) Pengendalian terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pastura campuran memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar.. Pemberian sluri gas

sosial-ekonomi yang terjadi pada Petani Nanas Madu di Desa Belik. Kabupaten