• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIF BERWIRAUSAHA : Studi Kasus Pada Peserta Bimbingan Belajar Softskill Life School di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIF BERWIRAUSAHA : Studi Kasus Pada Peserta Bimbingan Belajar Softskill Life School di Bandung."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIF BERWIRAUSAHA

(Studi Kasus Pada Peserta Bimbingan Belajar Softskill Life School di Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis

Oleh

KARINA AZZAHRA 0907405

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN BISNIS FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIF BERWIRAUSAHA

(Studi Kasus Pada Peserta Bimbingan Belajar Softskill Life School di Bandung) Skripsi ini Disetujui dan Disahkan oleh:

Mengetahui, Pembimbing I

Dr. H. HariMulyadi, M.Si NIP. 19590515 198601 1 001

Ketua Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis

Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., M.M NIP. 19690404 199903 1 001 DekanFakultas

Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Edi Suryadi, M.Si NIP. 19600412198603 1 002

Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN ISI SKRIPSI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul ͞Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motif Berwirausaha (Studi Kasus Pada Peserta Bimbingan Belajar Softskill Life School di Bandung)͟, beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan.

Atas pernyataan ini, siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan apabila

kemudian adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam skripsi ini, atau ada klaim

dari pihak lain terhadap keaslian skripsi ini.

Bandung, Oktober 2013 Yang Membuat Pernyataan

(4)

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIF BERWIRAUSAHA

(Studi Kasus Pada Peserta Bimbingan Belajar SoftskillLife School di Bandung)

Oleh Karina Azzahra

0907405

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

©Karina Azzahra 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(5)

Skripsi ini diuji pada:

Hari/Tanggal : 30 Oktober 2013

Waktu : 08.00 s.d 12.00

Tempat : Ruang G.02

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pendidikan Indonesia

Panitia Penguji terdiri dari:

1. Ketua : Dr. H. Edi Suryadi, M.S. NIP. 19600412 198603 1 002

2. Sekertaris : Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., M.M. NIP. 19690404 199903 1 001

3. Anggota : 1. Dr. Kusnendi, M.S.

NIP. 196001221 198403 1 003

2. Drs. H. Ajang Mulyadi, M.M. NIP. 19611102 198603 1 002

4. Penguji I : Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., M.M. NIP. 19690404 199903 1 001

5. Penguji II : Drs. Bambang Widjajanta, M.M. NIP. 19611022 198903 1 002

(6)

ABSTRAK

Karina Azzahra (0907405), “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motif Berwirausaha (Studi Kasus Pada Peserta Bimbingan Belajar Softskill Life School di Bandung)”. Di bawah bimbingan Dr. H. Hari Mulyadi, M.Si

Krisis ekonomi Eropa yang berdampak ke seluruh dunia mempengaruhi perekonomian Indonesia. Banyaknya pengangguran khususnya mayoritas dari pengangguran lulusan perguruan tinggi serta kurangnya jumlah wirausaha menunjukkan rendahnya motif berwirausaha di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) memperoleh deskripsi mengenai pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Life School Bandung, 2) memperoleh temuan mengenai deskripsi mengenai motif berwirausaha di Life School Bandung, 3) memperoleh temuan mengenai pengaruh pendidikan dan pelatihan kewirausahaan terhadap motif berwirausaha di Life School Bandung.

Menurut Mulyadi (2011:98) Pendidikan dan latihan merupakan upaya pengembangan sumber daya manusia biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan latihan). Arep (2004:108) menyatakan bahwa pelatihan sebagai sumber motivasi. Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk pengembangan SDM, terutama dalam hal pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), keahlian (skill), dan sikap (attitude)

Objek dalam penelitian ini adalah studi kasus pada peserta bimbingan belajar softskill Life School di Bandung. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif, metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode survey explanatory dan desain penelitian path analysis.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan 1) pendidikan dan pelatihan kewirausahaan terlihat dari proses pembelajaran, kemampuan instruktur dan lingungan belajar, 2) motif berwirausaha yaitu kebutuhan kekuasaan, kebutuhan prestasi dan kebutuhan afiliasi. 3) variabel pendidikan dan pelatihan kewirausahaan signifikan berpengaruh positif terhadap motif berwirausaha. artinya apabila pendidikan dan pelatihan kewirausahaan meningkat maka motif berwirausaha akan meningkat pula atau dengan kata lain akan meningkat apabila motif berwirausaha terjadi peningkatan tingkat pendidikan dan pelatihan kewirausahaan.

(7)

ABSTRACT

Karina Azzahra (0907405), "The Influence of Education and Training

Entrepreneurship to Motif Entrepreneurs (Case Studies In Governing

Participants Learn Softskill Life School in Bandung)". Under the guidance of Dr. H.Hari Mulyadi, M.Si

European economic crisis that has an impact to the rest of the world affect the country's economy. Unemployment especially the majority of unemployment college graduates and a shortage of entrepreneurship showed a low motif entrepreneurs in Indonesia.

This research aimed to 1) obtain in a finding of education and training entrepreneurship in Life School Bandung, 2) obtain in a finding of the motives entrepreneurs in Life School Bandung, 3) obtain in a finding about how education and training to entrepreneurial influence motif entrepreneurs in Life School Bandung.

According to Mulyadi (2011:98) Education and training center is an effort human resource development is usually joined to (education and training center). Arep (2004:108) states that the training as a source motivation. Training is one of the business for the development of SDM, particularly in the knowledge development, ability, expertise (skill), and the attitude (attitude)

Object in this research is case studies to the participants study tutorial softskill Life School in Bandung. Types of research that is descriptive and verifikatif, the method is used by the method quantitative survey explanatory and design research path analysis.

Based on the results of research shows 1) education and training entrepreneurship can be seen from the process of learning, the ability to trainers and eco learning, 2) motif entrepreneurs that needs power, needs achievements and affiliate needs. 3) The education and training entrepreneurship significantly influence positively to the motif entrepreneurs, meaning that if education and entrepreneurship training increased the motif entrepreneurs will increase or in other words will be increased if the motif entrepreneurs there is an increase levels of education and training entrepreneurship.

(8)

Halaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka ... 13

2.1.1 Konsep Pendidikan dan Pelatihan ... 13

2.1.1.1 Pendidikan dan Pelatihan dalam Kewirausahaan ... 13

2.1.1.2 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan ... 20

2.1.1.3 Prinsip Pendidikan dan Pelatihan ... 23

2.1.1.4 Indikator Pendidikan dan Pelatihan ... 25

2.1.2 Konsep Motif Berwirausaha ... 35

2.1.2.1 Pengertian Motivasi ... 35

2.1.2.2 Teori-teori Motivasi ... 39

2.1.2.3 Indikator Motif Berwirausaha ... 49

2.1.3 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan terhadap Motif Berwirausaha ... 51

2.1.4 Orsinilitas Penelitian ... 52

2.2. Kerangka Pemikiran ... 56

2.3. Hipotesis... 60

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian ... 61

3.2. Metode Penelitian ... 62

3.2.1. Jenis dan Metode yang Digunakan ... 62

(9)

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 73

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 74

3.2.7 Teknik Analisis Data ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 91

4.1.1 Profil Life School ... 91

4.1.1.1 Visi dan Misi Life School ... 92

4.1.1.2 Identitas Lembaga Life School ... 93

4.1.1.3 Program (Diklat) di Life School ... 93

4.2 Karakteristik Responden ... 99

4.2.1 Karakterisrik Berdasarkan Jenis kelamin dan usia………. 99

4.2.2 Karakterisrik Berdasarkan Pekerjaan ... 99

4.2.3 Karakterisrik Berdasarkan Status ... 100

4.3 Tanggapan Responden Terhadap Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan ... 101

4.3.1 Dimensi Proses Pembelajaran ... 102

4.3.2 Dimensi Kemampuan Instruktur ... 104

4.3.3 Dimensi Lingkungan Belajar ... 105

4.4 Tanggapan Responden Terhadap Motif Berwirausaha ... 108

4.4.1 Dimensi Kebutuhan Kekuasaan ... 108

4.4.2 Dimensi Kebutuhan Prestasi ... 109

4.4.3 Dimensi Kebutuhan Afiliasi ... 111

4.5 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan terhadap Motif Berwirausaha ... 112

4.5.1 Pengaruh Proses Pembelajaran (X1), Kemampuan Instruktur (X2) dan Lingkungan Belajar (X3) terhadap Motif Berwirausaha ... 114

4.5.2 Pengujian Secara Keseluruhan ... 118

4.5.3 Pengujian Secara Parsial ... 119

4.5.4 Pengaruh Langsung Maupun Tidak Langsung Proses Pembelajaran (X1), Kemampuan Instruktur (X2) dan Lingkungan Belajar (X3) terhadap Motif Berwirausaha ... 120

4.6 Pembahasan ... 122

4.6.1 Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan ... 122

4.6.2 Motif Berwirausaha ... 127

4.6.3 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan terhadap Motif Berwirausaha ... 131

(10)

4.7.3 Implikasi Hasil Penelitian Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kewirausahaan terhadap

Pengembangan Pendidikan Manajemen Bisnis ... 135 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan ... 138 5.2 Rekomendasi ... 139

DAFTAR PUSTAKA……….. 140

(11)

No Tabel

Judul Tabel Halaman

1.1 Minat Lulusan Untuk menjadi Pelaku Usaha Kecil 4 2.1 Kerangka Konseptual Gaya Belajar dan Teknik

Pedagogik

27 2.2 Perbandingan Ketiga Macam Motivasi

Mc. Clelland

45

2.3 Motivasi dari beberapa ahli 49

2.4 Orisinalitas Penelitian 52

3.1 Operasional Variabel Penelitian 65

3.2 Jenis dan Sumber Data 71

3.3 Jumlah Peserta Life School 72

3.4 Interpretasi Besarnya Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

76

3.5 Hasil Uji Validitas Penddiikan dan Pelatihan (Diklat) Kewirausahaan

77

3.6 Hasil Uji Validitas Motif Berwirausaha 79

3.7 Hasil Pengujian Reliabilitas 81

3.8 Kriteria Penafsiran hasil Perhitungan Responden 83 3.9 Pedoman Untuk Memberikan Interprretasi Koefisien

Korelasi

89

4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia 99

4.3 Responden Berdasarkan Pekerjaan 100

4.4 Responden Berdasarkan Status 100

4.5 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Proses Pembelajaran

102

4.6 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Kemampuan Instruktur

104

4.7 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Lingkungan Belajar

(12)

4.9 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Kebutuhan Prestasi

110

4.10 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Kebutuhan Afiliasi

111

4.11 Matriks Korelasi Antar Variabel 114

4.12 Matriks Korelasi Antar Variabel Bebas 114

4.13 Matriks Korelasi Antar Variabel Bebas 115

4.14 Besaran Koefisien Jalur 116

4.15 Pengujian Secara Simultan 118

4.16 Pengujian Secara parsial 120

4.17 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Proses Pembelajaran Terhadap Motif Berwirausaha

120

4.18 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Kemampuan Instruktur terhadap Motif Berwirausaha

121

4.19 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Lingkungan Belajar terhadap Motif Berwirausaha

121

4.20 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Mengenai Variabel Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan

122

4.21 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Mengenai Variabel Motif Berwirausaha

127

(13)

No Gambar

Judul Gambar Halaman

1.1 Kemandirian Wirausaha berdasarkan Tingkat Pendidikan

3

1.2 Jumlah Wirausaha Di Indonesia 5

1.3 Hasil Pra Penelitian Peserta Tentang rendahnya Motif Berwirausaha

9

2.1 Entrepreneurial Process 17

2.2 Situasi yang memotivasi 35

2.3 Proses Motivasi 38

2.4 Tingkat Kebutuhan Menurut Maslow 41

2.5 Proses Penguatan 48

2.6 Kerangka Pemikiran Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motif Berwirausaha

59

2.3 Paradigma Penelitian 60

3.1 Instruktur Hubungan Kausal Antara X dan Y 84

3.2 Diagram Jalur Hipotesis 85

3.3 Diagram Jalur Substruktur Hipotesis 85

4.1 Hasil Uji Normalitas 113

4.2 Pengaruh Antara Proses Pembelajaran (X1), Kemampuan Instruktur (X2) dan Lingkungan Belajar (X3) terhadap Motif Berwirausaha (Y)

117

4.3 Tanggapan responden terhadap pendidikan dan pelatihan kewirausahan

124

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bank Indonesia memprediksi, perekonomian Indonesia pada triwulan II/2013 akan bias ke batas bawah dari kisaran perkiraan sebelumnya sebesar 5,9-6,1 persen. Proyeksi ini sejalan dengan kondisi melemahnya perekonomian global. Berlanjutnya krisis di Eropa dan perlambatan ekonomi China berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi global untuk semakin bias ke bawah. Perkembangan tersebut berdampak pada terbatasnya pertumbuhan ekspor dan investasi, khususnya investasi non-bangunan. Sehingga BI prediksi perlambatan ekonomi masih terjadi di kuartal II 2013. (Sumber: merdeka.com diakses 21:05, 11 Juli 2013)

Perekonomian pada tahun 2012 mengalami kenaikan dan berhasil menurunkan sedikit jumlah masyarakat miskin. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah masyarakat miskin pada Maret 2012 mencapai 29,12 juta orang atau 11,96 persen dari total penduduk Indonesia saat ini Angka itu turun dibanding Maret 2011 yang mencapai 30,02 juta orang (12,4 persen). (Sumber: vivanews.com diakses 19:10, 17 Febuari 2013). Hal tersebut menunjukan masih banyaknya jumlah masyarakat miskin di Indonesia.

(15)

secara universal mahasiswa menyandang empat fungsi strategis yaitu :1) Sebagai agen perubahan (agent of change), 2) Sebagai generasi penerus masa depan (iron stock), 3) Sebagai penyampai kebenaran (agent of social control), 4) Sebagai

kekuatan moral (moral force).(sumber: pwk.blogspot.com diakses 20:05, 20 Desember 2012)

Peran mahasiswa sebagai agen perubahan harus dibentuk melalui pendidikan dan pelatihan yang akan memberikan bekal pengetahuan dari hasil pendidikan dan bekal keterampilan (skill) dari hasil pelatihan yang dimiliki oleh setiap individu mahasiswa. BPS merilis data tentang tingkat pengangguran di Indonesia. Ternyata, tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2011 masih mencapai 6,8% dari total angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2011 mencapai 119,4 juta orang. Fakta yang menjadi permasalahan adalah sekitar 600 ribu (7,6 %) orang dari jumlah pengangguran tersebut yaitu mereka yang telah lulus dari perguruan tinggi.

Jika hal tersebut tidak segera ditangani, maka tingkat pengangguran akan semakin meningkat yang akan berdampak sistemik pada tingginya tingkat kemiskinan.

(16)

Sumber : Modifikasi dari www.kopertis5.org, 24 Oktober 2011. 19.45 WIB

GAMBAR 1.1

KEMANDIRIAN WIRAUSAHA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN TINGGI

(17)

TABEL 1.1

MINAT LULUSAN UNTUK MENJADI PELAKU USAHA KECIL

LULUSAN MINAT UNTUK MENJADI PELAKU

USAHA (%)

SD dan SMP 32,46 %

SMA 22,63 %

Perguruan Tinggi 6,14 %

Sumber: Deputi Pengembangan Kewirausahaan Kementrian Koperasi 2012

Berdasarkan Tabel 1.1 minat lulusan sekolah menengah umum untuk menjadi pelaku usaha kecil dan menengah hanya 22,63 persen. Angka ini kalah dibanding minat dari lulusan SD dan sekolah menengah pertama yang mencapai 32,46 persen. Adapun minat paling kecil yaitu lulusan perguruan tinggi hanya 6,14 persen. Dari data tersebut semakin memperjelas kurangnya motif berwirausaha dari kalangan lulusan perguruan tinggi.

Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2012, TPT untuk tingkat diploma 7,5 persen dan sarjana 6,95 persen. Jumlah pengangguran secara nasional pada Februari 2012 mencapai 7,6 juta orang, dengan TPT sebesar 6.32 persen. kemungkinan sarjana menganggur setiap tahun akan mengalami peningkatan yang signifikan.

(18)

Data-data tersebut memperkuat bahwa rendahnya motif dalam berwirausaha. Melihat fenomena yang terjadi motif berwirausaha menjadi hal utama untuk segera ditingkatkan agar semakin banyak terciptanya wirausaha baru di Indonesia. Yusuf (2013:193) mengatakan aset paling berharga dari suatu negara adalah orang-orang yang memiliki potensi untuk memicu dan melakukan bisnis untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yaitu wirausaha.

Sekertaris Kemenkop dan UKM Agus Muharram mengatakan, mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan wirausaha Indonesia hampir mendekati angka ideal sebesar 2 persen, yakni 1,56% jadi masih dibutuhkan minimal 0,44% wirausaha di Indonesia. (Sumber: http://id.berita.yahoo.com/ diakses 20:15,20 Januari 2013)

McClelland dalam Riyanti (2010:42) mengatakan suatu negara dapat dikatakan makmur apabila memiliki jumlah wirausahawan minimal 2 % dari total jumlah penduduk. Seperti pada gambar Gambar 1.2 sebagai berikut:

Sumber : Cahaya Sumber 2011, 18 Oktober 2011 GAMBAR 1.2

JUMLAH WIRAUSAHA DI INDONESIA 2%

(19)

Perbandingan jumlah wirausaha, Singapura memiliki wirausaha 7,2%, Malaysia 2,1 %, Thailand 4,1 %, Korea Selatan 4,0 %, dan Amerika Serikat (AS) 11,5 % dari total penduduknya. Menteri ekonomi menyatakan proporsi wirausaha Indonesia dibutuhkan 0,44 % agar mencapai jumlah minimal ukuran untuk Negara maju. Jumlah wirausaha yang dimiliki Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain. (sumber: http://www.theglobal-review.com diakses 21:10, 14 April 2013)

Tanveer, Zafar, Shafique, Jhangir, dan Rizvi (2013: 263-264) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa untuk menjadi seorang wirausaha antara lain: 1. Risk Taking, 2. Desire for Wealth, 3. The Degree of Security for Investment, 4. Self Discovery and Job Satisfaction, 5. Entrepreneurial

Education, 6. Family Backgrounds, 7. The Role of Gender. (Entrepreneurial

Education) Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan memiliki pengaruh untuk

meningkatkan motivasi dan kemampuan mahasiswa menjadi seorang wirausaha. Arep (2004:108) menyatakan bahwa pelatihan sebagai sumber motivasi. Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan SDM, terutama dalam hal pengetahuan (Knowledge), Kemampuan (Ability), Keahlian (Skill), dan Sikap (Attitude).

(20)

dan menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan. Namun, perlu disadari pula bahwa pemerintah agaknya tidak mampu melakukan hal itu sendiri mengingat segala keterbatasan pendanaan yang dimiliki oleh pemerintah. Karena itu, dibutuhkan kontribusi dan peran pihak-pihak lain untuk mewujudkan hal itu. (http://www.beritasatu.com/ diakses 21:30, 14 April 2013)

Selain dukungan dari pemerintah, berbagai cara yang dilakukan pihak swata untuk meningkatkan motivasi kewirausahaan salah satunya dengan cara mendirikan sebuah tempat pendidikan dan pelatihan kewirausahaan. Terdapat dua tempat pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang ada di Bandung. Pertama, yaitu Life School yang didirikan pada tanggal 16 November 2011 dan yang kedua GIMB (Gerakan Indonesia Muda Berbisnis) berdiri pada tanggal 2 Juni 2012.

Life School Bandung merupakan lembaga yang berkontribusi lebih lama

dari pada GIMB (Gerakan Indonesia Muda Berbisnis) untuk menumbuhkan kewirausahaan di Indonesia. Visi Life School yaitu lembaga bimbingan belajar terkemuka, berkualitas dengan konsep pengembangan diri atau Life Skill terlengkap di Indonesia. Dunia pengembangan diri di Indonesia saat ini sedang berkembang pesat dan tanpa disadari pengembangan diri sebenarnya memegang posisi yang sangat penting dalam peningkatan karir seseorang. Ini seperti yang disebutkan oleh Robert T. Kiyosaki dalam Wahidin (2010:2) menjelaskan penghasilan seseorang akan meningkat seiring dengan peningkatan pengembangan kepribadiannya.

(21)

sumber daya manusia agar lebih memiliki kemampuan untuk bersaing dengan perkembangan zaman, dan diharapkan Life Skill ini bisa menunjang apapun profesinya. Di tempat bimbingan softskill ini akan mempelajari tiga skill (keterampilan) yaitu Public Speaking skill, Writing skill, dan Entrepreneur skill (Keterampilan Wirausaha).

Mulyadi (2011:98) menjelasakan pendidikan dan pelatihan merupakan upaya pengembangan sumber daya manusia biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan latihan). Pelaksanaan pendidikan dan latihan diarahkan pada peningkatan keterampilan, pengetahuan serta perubahan sikap atau perilaku seseorang. Melalui proses belajar yang diterapkan pada program pendidikan dan latihan, diharapkan adanya perubahan pada peserta yaitu dari kurang tahu dan kurang terampil menjadi tahu dan terampil serta dari perilaku negatif menjadi positif dan sebagainya. Adapun menurut Siagian dalam Mulyadi (2011:98-99) diklat adalah untuk meningkatkan keterampilan kerja dan kemampuan seseorang atau suatu kelompok orang.

(22)

MOTIF BERWIRAUSAHA

80% belum

punya usaha

Sumber: Pengolahan data 2013

GAMBAR 1.3

HASIL PRA PENELITIAN PESERTA TENTANG RENDAHNYA MOTIF BERWIRAUSAHA

Gambar 1.3 Hasil pra penelitian yang dilakukan penulis dengan metode kuisioner kepada peserta Life School angkatan sembilan, mayoritas menunjukan peserta mengikuti Life School khususnya kelas Entrepreneur Skill yaitu bertujuan untuk menumbuhkan motif berwirausaha karena 80% peserta belum memulai usaha. Dari hasil pemaparan data-data sebelumnya ditambah data pra penelitian memperkuat fenomena yang ada yaitu rendahnya motif berwirausaha dikalangan mahasiswa.

(23)

pemahaman keterampilan wirausaha maka target pemerintah untuk meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia akan semakin terwujud. Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan, penulis melakukan penelitian “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan terhadap Motif Berwirausaha” Studi kasus pada

peserta bimbingan belajar Softskill Life School di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Rendahnya motif yang dimiliki oleh para mahasiswa, yaitu lebih memilih untuk mencari pekerjaan dibandingkan dengan membuat lapangan pekerjaan. 83,18% memilih menjadi karyawan atau mencari pekerjaan (kopertis5.org). BPS menjelasakan jumlah angkatan kerja Februari 2011 sebesar 119,4 juta orang dan 7,6% pengangguran terdidik setiap tahunnya. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab banyaknya pengangguran terdidik di Indonesia.

Fenomena tersebut menggambarkan bahwa dibutuhkan suatu alternatif bagaimana cara untuk meningkatkan motif berwirausaha, maka yang menjadi masalah penelitian ke dalam tema sentral adalah :

Upaya menumbuhkan motif berwirausaha pada setiap orang, khususnya mahasiswa merupakan salah satu jalan untuk mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan salah satunya di bimbingan belajar

Softskill Life School, mahasiswa akan didik pengetahuan tentang

kewirausahaan dan dilatih keterampilan wirausaha (Entrepreneur

skill) yang akan menumbuhkan motif berwirausaha sehingga dapat

(24)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tentang pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Life School Bandung.

2. Bagaimana gambaran tentang motif berwirausaha di Life School Bandung.

3. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan kewirausahaan pada motif berwirausaha di Life School Bandung.

1.4 Tujuan Penulisan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap data dan informasi yang berhubungan dengan pendidikan dan pelatihan kewriausahaan pengaruhnya terhadap motif berwirausaha mahasiswa di kelas Life School Bandung dengan tujuan untuk:

1. Memperoleh deskripsi mengenai pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Life School Bandung.

2. Memperoleh deskripsi mengenai motif berwirausaha di Life School Bandung.

(25)

1.5 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Akademis

Bagi akademisi, dapat menambah sumber referensi terkait solusi alternatif yang dapat dikembangkan dalam usaha strategis menumbuhkan motif berwirausaha di kalangan perguruan tinggi.

2. Kegunaan Praktis

(26)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh pendidikan dan pelatihan kewirausahaan terhadap motif berwirausaha. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah tanggapan responden tentang pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dan motif berwirausaha. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa peserta Life School yang telah mengikuti kelas entrepreneur skill di Life School Bandung tahun 2013 dari angkatan satu sampai

sembilan. Penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun, maka metode pengembangan yang dipergunakan adalah cross sectional. Menurut Uma Sekaran dalam Mulyadi (2011:141) menjelaskan penelitian cross sectional adalah penelitian dimana data dikumpulkan hanya sekali (yang dilakukan selama periode hari, minggu, atau bulan) untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Menurut Sugiyono (2009:61), pengertian Independen variable (variabel

(27)

siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran.

Variabel dependen (Variabel Terikat) Menurut Sugiyono (2009:61), pengertian variabel dependen (variabel terikat) adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat. Adapun variabel terikat (dependent variable) adalah Motif Berwirausaha (Y), yang terdiri dari dimensi Kebutuhan

akan kekuasaan (need for power), Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), Kebutuhan akan keberhasilan (need for achivement).

Menurut Sugiyono (2009:60), metode penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian memiliki ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti penelitian dilakukan dengan cara masuk akal, sehingga terjangkau oleh pikiran atau penalaran manusia.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan

Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif . Menurut Sugiyono (2009:11) menjelaskan bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain”.

(28)

disimpulkan sebagai penelitian yang dirancang untuk mendeskripsikan karakteristik dari sebuah populasi atau fenomena apa adanya. Penelitian deskriptif disini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran mengenai Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan (X) yang memiliki dimensi 1. Proses pembelajaran meliputi: tujuan, materi, metode, sarana dan prasarana, evaluasi; 2. Kemampuan Instruktur meliputi : tujuan pembelajaran, materi, metode, evaluasi; 3. Lingkungan belajar meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi instruktur dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran. Bagaimana gambaran Motif Berwirausaha (Y) Kebutuhan akan kekuasaan (need for power), Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), Kebutuhan akan keberhasilan (need for achivement) Peserta Life

School di Bandung

Adapun Penelitian verifikatif diterangkan oleh Suharsimi Arikunto (2008:8)

sebagai berikut: “Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran melalui pengumpulan data di lapangan.” Dalam penelitian ini akan diuji mengenai kebenaran hipotesis melalui pengumpulan data di lapangan, dalam penelitian ini diuji mengenai pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan (X) terhadap Motif Berwirausaha (Y) di Life School. Berdasarkan jenis penelitian diatas yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey explanatory. Menurut Kerlinger yang dikutif oleh Sugiyono (2009:7) yang

(29)

yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis 3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2011: 31) adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.

Sesuai dengan judul skripsi yaitu : “ Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan terhadap Motif Berwirausaha Peserta Bimbingan Softskill Life School di Bandung“, maka terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu : 1. Variabel Independent adalah suatu variabel tidak terikat atau bebas dimana

keberadaannya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, bahkan variabel ini merupakan faktor penyebab yang akan mempengaruhi variabel lainnya. Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan diindentifikasi sebagai variabel yang independent (X) dengan dimensi 1. Proses pembelajaran meliputi: tujuan, materi, metode, sarana dan prasarana, evaluasi; 2. Kemampuan Instruktur meliputi : tujuan pembelajaran, materi, metode, evaluasi; 3. Lingkungan belajar meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi instruktur dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran.

(30)
(31)
(32)
(33)

Variabel /

(34)
(35)

Variabel / Subvariabel

Dimensi Indikator Ukuran Skala No

Item

1 2 3 4 5 6

menggunakan etika dan cara yang santun Sumber : merujuk pada berbagai sumber

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam dua kelompok data yaitu:

1. Data primer

Data diperoleh dari peserta Life School mengenai pendidikan dan pelatihan kewirausaha serta motif kewirausahaan yang berupa angket. Menurut Sugiyono (2011:193) menjelasakan data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah seluruh data yang diperoleh dari angket (tanggapan responden) yang disebarkan kepada sejumlah peserta yang sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili seluruh populasi penelitian, yaitu peserta Life School.

2. Data sekunder

(36)

dengan masalah yang sedang diteliti serta dokumen-dokumen, laporan-laporan yang ada di dalam lembaga yang bersangkutan.

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

No. Jenis Data Sumber Data Kategori

Data 1. Pertumbuhan perekonomian

Indonesia pada triwulan II/2013

Modifikasi dari www.merdeka.com Sekunder

2. Kemandirian wirausaha berdasarkan tingkat pendidikan tinggi

Modifikasi dari www.kopertis5.org Sekunder

3. Minat lulusan untuk menjadi pelaku usaha kecil

Deputi Pengembangan Kewirausahaan Kementrian Koperasi 2012

Sekunder

4. Jumlah pengangguran Badan Pusat Statistik Sekunder

5. Pertumbuhan wirausaha di indonesia

Badan Pusat Statistik Sekunder

6. Perbandingan jumlah wirausaha Indonesia dengan Negara lain

Modifikasi dari www.theglobal-review.com

Sekunder

7. Hasil pra penelitian peserta tentang rendahnya motif berwirausaha

Prapenelitian 2013 Primer

Sumber: diolah dari berbagai data 2012-2013

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.4.1Populasi

(37)

TABEL 3.3

JUMLAH PESERTA LIFE SCHOOL

No. Angkatan Peserta Bulan&Tahun Jumlah

1 Angkatan Kesatu November 2010 3

Sumber: Proposal Life School

3.2.4.2Sampel

Penulis tidak mungkin meneliti semua populasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya terbatasnya waktu, tenaga, dan biaya. Oleh karena itu penulis melakukan penarikan sampel yang dianggap mewakili. (Sugiyono, 2011:81). Adapun pengertian dari sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Husein Umar (2008:141), mengemukakan bahwa ukuran sampel dari suatu populasi dapat menggunakan bermacam-macam cara, salah satunya adalah dengan menggunakan teknik Slovin dengan rumus sebagai berikut:

(38)

Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh jumlah sampel atau jumlah sampel minimum sebesar 84 orang/wirausaha responden.

3.2.4.3 Teknik Penarikan Sampel

Sugiyono (2011:116) menyatakan bahwa, “Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel”. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini penulis menggunakan teknik Simple Random Sampling. Menurut Riduwan (2012:58) Simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dan anggota populasi

dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.

Adapun langkah-langkah dalam menentukan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling sebagai berikut :

1. Menentukan populasi dengan menginventarisasi peserta Life School di Bandung. Dalam penelitian ini, populasi berjumlah 105 peserta.

2. Menentukan ukuran sampel dari besarnya populasi, yaitu sebesar 84 responden (hasil perhitungan menggunakan rumus slovin).

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono ( 2011:224). Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujun utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memnuhi standar data yang ditetapkan.

Penelitian ini memperoleh data dengan menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Studi kepustakaan, yaitu suatu teknik untuk mendapatkan data teoritis dari

(39)

2. Studi lapangan, yang terdiri dari :

1) Observasi, yaitu pengamatan dan peninjauan langsung terhadap objek yang sedang diteliti yaitu peserta Life School kelas Entrepreneur skill di Bandung.

2) Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui komunikasi langsung dengan peserta Life School kelas Entrepreneur skill di Bandung. 3) Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai karakteristik responden, pengalaman responden, angket ditujukan kepada penerima mahasiswa wirausaha di kelas Life School

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas

Penelitian ini menggunakan data interval, yaitu data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama (Riduwan, 2012:85).

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantusoftware komputer program SPSS (Statistical Product for Service Solutions) 21.0.Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

(40)

suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berati memiliki validitas yang rendah.

Uji validitas yang dilakukan bertujuan untuk menguji sejauh mana item kuesioner yang valid dan mana yang tidak. Hal ini dilakukan dengan mencari korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total pertanyaan untuk hasil jawaban responden yang mempunyai skala pengukuran Interval, perhitungan korelasi antara pertanyaan kesatu dengan skor total digunakan alat uji korelasi Pearson (product moment coefisient of corelation) dengan rumus:

(Suharsimi Arikunto 2009:170)

Keterangan:

r = Koefisien validitas item yang dicari X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item Y = Skor total

X = Jumlah skor dalam distribusi X

Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

2

X = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

2

Y = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

n = Banyaknya responden

Keputusan pengujian validitas responden menggunakan taraf signifikansi sebagai berikut:

(41)

2. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan tidak valid jika rhitung lebih kecil dari rtabel (rhitung < rtabel).

Perhitungan validitas instrument dilakukan dengan bantuan program SPSS 21.0 for windows. Besarnya koefisiensi korelasi diinterpretasikan dengan menggunakan Tabel 3.4 dibawah ini:

TABEL 3.4

INTERPRETASI BESARNYA KOEFISIEN KORELASI INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN Antara 0,700 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,500 Tinggi Antara 0,500 sampai dengan 0,400 Agak Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,300 Sedang

Antara 0,300 sampai dengan 0,200 Agak Tidak Tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,100 Tidak Tinggi

Antara 0,100 sampai dengan 0,000 Sangat Tidak Tinggi Sumber: Suharsimi Arikunto (2009:245)

Teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisa tes ini adalah teknik korelasi biasa, yakni korelasi antara skor-skor tes yang divalidasikan dengan skor-skor tes tolak ukurnya dari peserta yang sama. Selanjutnya perlu diuji apakah koefisien validitas tersebut signifikan terhadap taraf signifikan tertentu, artinya adanya koefesien validitas tersebut bukan karena faktor kebetulan, diuji dengan rumus statistis t sebagai berikut:

Sumber : Sugiyono (2010:250)

(42)

1. Nilai t dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk = n-2 dan taraf signifikasi a = 0,05

2. Jika rhitung > rtabel

3. Jika rhitung < rtabel maka soal tersebut tidak valid

Dari penelitian ini yang akan diuji adalah validitas dari instrumen pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sebagai variabel X, motif berwirausaha sebagai variabel Y. Jumlah pertanyaan untuk variabel X adalah 27 item pertanyaan, sedangkan untuk item pertanyaan variabel Y berjumlah 12 item pertanyaan. Berikut Tabel 3.5 hasil uji validitas variabel pendidikan dan pelatihan (diklat) kewirausahaan yang diuji kepada 15 responden sebagai berikut:

TABEL 3.5

HASIL UJI VALIDITAS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

No Pernyataan rhitung rtabel Ket.

Proses Pembelajaran (X1)

1. Tujuan

1 Kesesuaian tujuan dengan proses pembelajaran diklat 0.835 0.361 Valid

2 Kejelasan tujuan pembelajaran 0.866 0.361 Valid

3 Keberhasilan tujuan pembelajaran 0.855 0.361 Valid

2. Materi

4 Kejelasan materi pembelajaran 0.785 0.361 Valid

5 Kesesuaian materi pembelajaran 0.789 0.361 Valid

3. Metode

6 Ketepatan metode dengan tujuan diklat 0.881 0.361 Valid

7 Keberagaman metode diklat 0.654 0.361 Valid

4. Sarana dan Prasarana

8 Ketersediaan sarana dan prasarana diklat 0.849 0.361 Valid

9 Kenyamanan sarana dan prasarana diklat 0.846 0.361 Valid

10 Kesesuaian sarana dan prasarana diklat 0.880 0.361 Valid

5. Evaluasi

11 Ketepatan evaluasi dengan tujuan diklat 0.814 0.361 Valid

Kemampuan Instruktur (X2)

1. Tujuan Pembelajaran

(43)

No Pernyataan rhitung rtabel Ket.

pembelajaran diklat

2. Penguasaan Materi

13 Kemampuan instruktur menguasai materi diklat 0.903 0.361 Valid

14 Kejelasan instruktur menyampaikan materi diklat 0.895 0.361 Valid

3. Penguasaan Metode

15 Keterampilan instruktur menguasai metode diklat 0.891 0.361 Valid 16 Kemampuan instruktur memberikan variasi metode diklat 0.814 0.361 Valid

4. Penguasaan evaluasi

17 Penguasaan mengevaluasi diklat 0.896 0.361 Valid

18 Objektivitas evaluasi diklat 0.824 0.361 Valid

Lingkungan Belajar (X3)

1. Metode mengajar

19 Kesesuaian metode mengajar diklat 0.658 0.361 Valid

2. Kurikulum

20 Ketepatan kurikulum dengan tujuan diklat 0.831 0.361 Valid

3. Relasi instruktur dengan siswa

21 Keharmonisan intruktur dengan siswa 0.681 0.361 Valid

4. Relasi siswa dengan siswa

22 Keharmonisan antar siswa 0.895 0.361 Valid

23 Persaingan antar siswa 0.375 0.361 Valid

5. Disiplin sekolah

24 Kedisiplinan ditempat diklat 0.585 0.361 Valid

6. Pelajaran dan waktu sekolah

25 Ketepatan waktu diklat dengan materi diklat 0.911 0.361 Valid

26 Kesesuaian materi dengan waktu diklat 0.809 0.361 Valid

7. Standar pelajaran

27 Kesesuaian lingkungan belajar dengan standar pelajaran diklat

0.893 0.361 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013 (Menggunakan SPSS 21.0 For Windows)

Berdasarkan Tabel 3.5 dengan tingkat signifikansi α = 0,05 dan derajat bebas (df) n-2 (15-2=13), maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,361, dari Tabel 3.5

diketahui bahwa pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan kepada responden seluruhnya dinyatakan valid karena memiliki rhitung lebih besar dari rtabel sehingga

(44)

Berdasarkan Tabel 3.5 pada instrumen variabel pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada dimensi pelajaran dan waktu sekolah dengan item pernyataan ketepatan waktu diklat dengan materi diklat yang bernilai 0,911. Sedangkan nilai terendah terdapat pada dimensi Relasi siswa dengan siswa dengan item pernyataan persaingan antar siswa yang bernilai 0.375.

Hasil uji validitas dari instrumen motif berwirausaha sebagai variabel Y dapat dilihat pada Tabel 3.6 yang disampaikan sebagai berikut.

TABEL 3.6

HASIL UJI VALIDITAS MOTIF BERWIRAUSAHA

No Pernyataan rhitung rtabel Ket.

1. Kebutuhan akan keberhasilan (Need for Achivement)

1 Mencari peluang untuk maju agar lebih optimal dalam

berwirausaha 0.878 0.361

Valid

2 Mendapatkan umpan balik yang cepat dari hasil

berwirausaha 0.821 0.361

Valid

3 Mencapai tujuan berwirausaha lebih baik dari sebelumnya 0.822 0.361 Valid 4 Memiliki dorongan untuk disiplin dalam berwirausaha 0.939 0.361 Valid

2. Kebutuhan kekuasaan (Need for Power)

5 Memiliki dorongan untuk bersaing dengan orang lain

dalam berwirausaha 0.889 0.361

Valid

6 Memiliki dorongan untuk menjadi yang terbaik dari orang

lain 0.836 0.361

Valid

7 Cepat tanggap terhadap masalah-masalah yang dihadapi 0.904

0.361 Valid 8 Mengadakan pendekatan dalam mempengaruhi orang lain

dengan menjaga prestasi kerjanya 0.880 0.361

Valid

3. Kebutuhan akan afiliasi (Need for Affiliation)

9 Membina hubungan yang saling menyenangkan dengan

orang lain 0.888 0.361

Valid

10 Menghargai prestasi kerja orang lain 0.838 0.361 Valid

11 Melakukan kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan 0.863 0.361 Valid 12 Memberikan saran pada orang lain dengan menggunakan

etika dan cara yang santun 0.857 0.361

Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013 (Menggunakan SPSS 21.0 For Windows)

(45)

bernilai 0.316. Berdasarkan Tabel 3.6 pada instrumen motif berwirausaha dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada dimensi kebutuhan akan keberhasilan (Need for Achivement) dengan item pernyataan memiliki dorongan untuk disiplin dalam berwirausaha yang bernilai 0,939. Sedangkan nilai terendah terdapat pada dimensi yang sama yaitu kebutuhan akan keberhasilan (Need for Achivement) dengan item pernyataan mendapatkan umpan balik yang cepat dari

hasil berwirausaha yang bernilai 0.821.

3.2.6.2 Hasil Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjukan tingkat keterandalan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2009:247)

Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data yang dihasilkan oleh instrumen tersebut dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian dilakukan dengan rumus Cronboach Alpha.

Menurut Sarwono (2008:86) reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya.Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan adalah koefisien reliabilitas Alfa Cronbach. Rumusnya sebagai berikut :

Keterangan :

(46)

k = banyaknya butir pertanyaan ∑ab2 = Jumlah Varians Butir at2 = varian Total

Untuk mempermudah reliabilitas guna mendapatkan data yang akurat dan meminimalkan kesalahan data dilakukan dengan bantuan software SPSS. Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai hasil dengan tabel metode yang digunakan yaitu Cronbach’s Alpha. Menurut Sarjono (2011:45) kuesioner yang dikatakan reliable jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60.Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 3.7 berikut:

TABEL 3.7

HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS

Variabel

Cronbach's Alpha

Titik

Kritis Ket

Proses Pembelajaran (X1) 0.951

0.6

Reliabel

Kemampuan Instruktur (X2) 0.939 Reliabel

Lingkungan belajar (X3) 0.969 Reliabel

Motif berwirausaha (Y) 0.968 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013 (Menggunakan SPSS 21.0 For Windows)

Tabel 3.7 menjelaskan hasil pengujian instrument tersebut adalah reliabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha > 0,60.

3.2.7 Teknik Analisis Data

(47)

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk angket. Angket disusun oleh penulis berdasarkan variabel yang terdapat dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif analisis data dilakukan setelah data seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menyusun data

Kegiatan menyusun data dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data, kelengkapan identitas responden, dan isian data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Menyeleksi data

Menyeleksi data untuk memeriksa kesempurnaan dan kebenaran data yang terkumpul.

3. Tabulasi data

Penelitian ini melakukan tabulasi data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memberi skor pada tiap item

b. Menjumlahkan skor pada setiap item

c. Menyusun ranking skor pada setiap variabel penelitian

4. Menganalisis dan menafsirkan hasil perhitungan berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari perhitungan statistik.

Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala semantic differential. Sugiyono (2011:138) menjelasakan skala ini dikembangkan oleh

(48)

ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban

“sangat positifnya’ terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat

negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh pada penetilitan ini adalah data interval, untuk mengukur diklat, keterampilan dan motif yang dimiliki oleh seseorang.

3.2.7.1 Analisis Data Deskriptif

Analisis deskriptif dapat digunakan untuk mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian, antara lain:

1. Analisis deskriptif variabel X (Pendidikan dan Pelatihan) 2. Analisis deskriptif variabel Y (Motif Berwirausaha)

Untuk mengkategorikan hasil perhitungan, digunakan kriteria penafsiran persentase yang diambil dari 0% sampai 100%. Penafsiran pengolahan data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut:

TABEL 3.8

KRITERIA PENAFSIRAN HASIL PERHITUNGAN RESPONDEN

No Kriteria Penafsiran Keterangan

1. 0% Tidak Seorangpun

2. 1% - 25% Sebagian Kecil

3. 26% - 49% Hampir Setengahnya

4. 50% Setengahnya

5. 51% - 75% Sebagian Besar

6. 76% - 99% Hampir Seluruhnya

7. 100% Seluruhnya

(49)

3.2.7.2 Analisis Data Verifikatif Menggunakan Path Analysis

Teknik analisis verifikatif dipergunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik dan menitikberatkan pada pengungkapan perilaku variabel penelitian. Teknik analisis data yang dipergunakan untuk mengetahui hubungan korelatif dalam penelitian ini yaitu teknik analisis jalur (path analysis). Dalam memenuhi persyaratan digunakannya metode analisis jalur maka sekurang-kurangnya data yang diperoleh adalah data interval. Analisis ini digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh variabel eksogen dimensi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan menurut 1. Proses pembelajaran meliputi: tujuan, materi, metode, sarana dan prasarana, evaluasi; 2. Kemampuan Instruktur meliputi : tujuan pembelajaran, materi, metode, evaluasi; 3. Lingkungan belajar meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi instruktur dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran. (X1,X2,X3)

terhadap variable Y motif berwirausaha yang dirasakan peserta bimbingan belajar softskill Life School. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggambar struktur

hipotesis pada Gambar 3.1.

GAMBAR 3.1

STRUKTUR HUBUNGAN KAUSAL ANTARA X DAN Y Keterangan:

X : Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan)

Y : Motif Berwirausaha

Y X

(50)

: Epsilon (Variabel lain) = Hubungan kausalitas

Struktur hubungan Gambar 3.1 mengisyaratkan bahwa diklat kewirausahaan berpengaruh terhadap motif berwirausaha. Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara X (pendidikan dan pelatihan kewirausahaan) dan Y (motif berwirausaha) yaitu variabel residu dan dilambangkan dengan Є adalah variabel lain yang berpengaruh terhadap Y tetapi variabel tersebut tidak diperhatikan.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menggambar struktur hipotesis

GAMBAR 3.2

DIAGRAM JALUR HIPOTESIS

b. Selanjutnya diagram hipotesis di atas diterjemahkan ke dalam beberapa sub hipotesis yang menyatakan pengaruh sub variabel independen yang paling dominan terhadap variabel dependen. Lebih jelasnya dapat terlihat pada Gambar 3.3 berikut ini.

GAMBAR 3.3

DIAGRAM JALUR SUBSTRUKTUR HIPOTESIS

X

1

X 2

X 3

Z

(51)

Keterangan:

X1 = Sub variabel Proses Pembelajaran X2 = Sub variabel Kemampuan Instruktur X3 = Sub variabel Lingkungan Belajar Y = Motif Berwirausaha

= Hubungan kausalitas = Hubungan korelasional

= faktor lain (epsilon)

1. Menghitung matriks korelasi antar variabel bebas

X1 X2 X3

R1 =

1 rX2X1 rX3X1

1 rX3X2

1

2. Indentifikasi persamaan sub struktur hipotesis Menghitung matriks invers korelasi

X1 X2 X3

R1-1 =

C1.1 C1.2 C1.3

C2.2 C2.3

C3.3

3. Menghitung semua koefisien jalur melalui rumus

X1 X2 X3

ρYX1

=

C1.1 C1.2 C1.3 rYX1

(52)

ρYX3 C3.3 rYX3

4. Hitung R²Y (X1, X2, X3) yaitu koefisien yang menyatakan determinasi total

X1, X2, X3terhadap Y dengan menggunakan rumus:

5. Menguji pengaruh langsung maupun tidak langsung pada setiap variabel

Pengaruh X terhadap Y :

Pengruh (X1) terhadap (Y)

Pengaruh langsung = ZX1 . ZX1

Pengaruh tidak langsung melalui (X2) = ZX1 . rX1X2 . ZX2

Pengaruh tidak langsung melalui (X3) = ZX1 . rX1X3 . ZX3 +

Pengaruh total (X1) terhadap (Y) = ……….

Pengaruh (X2) terhadap (Y)

Pengaruh langsung = ZX2 . ZX2

Pengaruh tidak langsung melalui (X1) = ZX2 . rX2X1 . ZX1

Pengaruh tidak langsung melalui (X3) = ZX2 . rX2X3 . ZX3 +

Pengaruh total (X2) terhadap (Y) = ……….

R²Y (X1, ... X3 ) = [

YX1, ……

YX3)

rYX1

……

(53)

Pengaruh (X3) terhadap (Y)

Pengaruh langsung = ZX3 . ZX3

Pengaruh tidak langsung melalui (X1) = ZX3 . rX3X1 . ZX1

Pengaruh tidak langsung melalui (X2) = ZX3 . rX3X2 . ZX2 +

Pengaruh total (X3) terhadap (Y) = ……….

6. Menghitung pengaruh variabel lain (ε) dengan rumus sebagai berikut:

PY = 1 - R2Y (X1, X2 , X3)

7. Keputusan penerimaan atau perolehan Ho Rumusan hipotesis operasional: Ho :

YX1 =

YX2 =

YX3 = 0

Ha: Sekurang-kurangnya ada sebuah

YXi  0, i = 1, 2, dan 3.

8. Statistik uji yang digunakan adalah

Hasil Fhitung dibandingkan dengan tabel distribusi F Snedector, apabila

Fhitung Ftabel, maka Ho ditolak dengan demikian dapat diteruskan pada pengujian

secara individual, statistik yang digunakan adalah:

(54)

Terima H0 jika thitung < ttabel

1.2.7 Pengujian Hipotesis

Kriteria pengambilan keputusan pengujian hipotesis secara statistik dalam rangka pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis menurut Sugiyono (2011:188) ialah:

1. Jika thitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

2. Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

Pada taraf kesalahan 0,1 dengan derajat kebebasan dk (n-2) serta pada uji satu pihak, yaitu uji pihak kanan. Secara statistik, hipotesis yang akan diuji dalam rangka pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dapat ditulis sebagai berikut:

H0: 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang positif pendidikan dan

pelatihan kewirausahaan terhadap motif berwriausaha peserta bimbingan softskill di Life School Bandung

Ha : 0, artinya terdapat pengaruh yang positif pendidikan dan pelatihan

kewirausahaan terhadap motif berwriausaha peserta bimbingan softskill di Life School Bandung

Selanjutnya untuk mengetahui koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y maka digunakan klasifikasi koefisien korelasi yang disajikan pada Tabel 3.9 berikut ini :

TABEL 3.9

PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

(55)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

(56)
(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan verivikatif dengan menggunakan path analysis antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan terhadap motif berwirausaha (studi kasus pada peserta bimbingan belajar softskill Life School di Bandung) maka berdasarkan penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran mengenai pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan oleh Lembaga Life School termasuk pada kategori baik. Proses pembelajaran merupakan sub variabel yang paling tinggi dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan indikator tentang tujuan, materi, metode, sarana dan prasarana, serta evaluasi. Sedangkan lingkungan belajar merupakan subvariabel terendah dalam pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Life School.

(58)

3. Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap motif berwirausaha tingkat korelasi yang tinggi atau kuat dan koefisen determinasi yaitu sebesar 74,2% Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Life School maka akan semakin tinggi pula motif berwirausaha yang dimiliki oleh peserta Life School.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis merekomendasikan beberapa hal mengenai antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan terhadap motif berwirausaha di Life School, yaitu :

1. Lingkungan belajar merupakan sub variabel yang terendah dalam pendidikan dan pelatihan kewirausahaan khususnya yang perlu ditingkatkan tentang kedisiplinan di tempat diklat. Perbaikan yang dilakukan yaitu memberikan hukuman (punishment) terhadap peserta maupun instruktur yang kurang disiplin dalam pendidikan dan pelatihan. Hukuman untuk peserta yaitu mempraktekan teori yang akan dipelajari misalnya langsung praktek selling on the stage pada pengunjung café S28. Sedangkan untuk instruktur yang

(59)

2. Motif kebutuhan prestasi merupakan motif terendah. khususnya perbaikan yang harus dilakukan kepada peserta yaitu memberikan dorongan untuk menjadi yang terbaik dari orang lain. Dengan diadakannya suatu perlombaan business plan, business action untuk mendapatkan modal usaha lima juta

rupiah ataupun diarahkan untuk mengikuti pengharagaan yang diadakan oleh Bank mandiri seperti perlombaan wirausaha mandiri dan sebagainya.

3. Memperkuat keunggulan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan serta meningkatkan kekurangan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang otomatis akan mempengaruhi motif berwirausaha yang dimiliki oleh peserta diklat. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk dilakukannya penelitian lain mengenai antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan tetapi dengan indikator serta objek yang berbeda.

(60)

Alvarez, Laura Marques dan Albuquerque, Cristina. 2012. Entrepreneur Education and The Development of Young People Life Competencies and Skills. Portugal: ACRN Journal of Entrepreneurship Perspectives

Arep, Ishak & Hendri Tanjung. 2004. Manajemen Motivasi. Jakarta: Grasindo

B,Siswanto. 2008. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia(Pendidikan Administrasi dan Operatif). Jakarta: PT.Bumi Aksara

Brooks,Ian. 2003. Organizational Behavior: Individual, Groups, and Organization. London: Prentice Hall

Buchari, Alma. 2011. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta

Chell, Elizabeth.2013. Review of skill and the entrepreneurial process.UK: Emerald Edison, Emron.2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung:Alfabeta

Firdaus, Muhammad. 2012. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi Aksara Frinces, Z Helfin. 2011. Be Entrepreneur. Yogyakarta: Graha Ilmu

Gary, Dessler. 2009.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Index

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivate dengan program IBM SPSS 20. Semarang: Undip

Gundry, K Lisa, Jill R.Kickul.2007.Entrepreneurship Strategy. California: Sage

Hasibuan,Malayu SP. 2003. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara

Hisrich, Robert D, Michael P Peters, Dean A Spepherd. 2008. Entrepereneuship. Jakarta: Salemba

Indrawijaya, Adam,I. 2008. Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru

Ivamcevich,John,M,dkk.2008.Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Index

James, Gichana Ongwae. 2013.An Evaluation of Entrepreneurship Education Program in Kenya. Nairobi: Jomo Kenyatta University of Agriculture and Technology

Kapp,Joanne.2009.A psychological model of entrepreneurial behavior.Journal of Academy of Business and Economic

(61)

Alfabeta

Kristanto,Heru. 2009. Kewirausahaan (Entrepreneurship)Pendekatan Manajemen dan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu

Kuratko, Hodgets.2008.Entrepreneur Theory, practice,prosess-sevent edition. California: Sage Mokaya, Samuel Obino, Marry Namusonge, Damary Sikalieh.2012. The Concept of

Entrepreneurship; in pursuit of a Universally Acceptable Definition. Kenya: International Journal of Arts and Commerce

Morales, Carlos, Percy S. Marquina.2013. Entrepreneurial Skills, Significant Differences between Serbian and German Entrepreneurs.JCC: The Business and Economics Research Journal Spain

Moore, Lori L, Dustin, Craig. 2010. Using Achievement Motivation Theory to Explain Student Participation in a Residential Leadership Learning Community. Texas: Journal of Leadership Education

Mulyadi, Hari.2011.Pengaruh Pendidikan dan Latihan, Magang, Terhadap Sikap dan Motivasi Kewirausahaan Serta Implikasinya Pada Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa, Disertasi (Tidak diterbitkan) PIPS UPI

Nirwana SK Sitepu.1994. Analisis Jalur (Path Analysis). Jurusan Statistika FPMIPA Bandung : Universitas Padjadjaran.

Nkansah, Kwabena S.2011.Entrepreneurship theories and Empirical research: A Summary review of the Literature.Ghana: Wisconsin International University

Nuryanti, B Lena. 2011. Manajemen Pelatihan Panduan Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta Ogundele, Akingbade,Akinlabi. 2012. Entrepreneur training and education strategic tools for

poverty alleviation in Nigeria. Nigeria: American International Journal of Contemporary Research

Oshiro,Taaki.2012. Motivation makes differences in entrepreneurs A study of poultry farmers in Busia County, Kenya.The Netherlands :Institute of Social Study

Peter Drucker. 1985. Inovasi dan Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga

Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. 2012. Cara menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analisis). Bandung: Alfabeta.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

(62)

Kepribadian. Jakarta: Grasindo.

Riyanto, Astim dan Arifah Riyanto. 2000. Dasar-Dasar Kewiraswastaan. Bandung: Yapemdo Rohs, Fredick, Kimberly Anderson, Maynard. 2002.Achievement, Affiliation and Power Needs of

Georgia. Georgia: University of Georgia

Sardiman,A M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belaja-Mengajar. . Jakarta: PT Raja Gravindo Persada

Sarjono, Haryadi, Winda Julianita. 2011. SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar Aplikasi Untuk Riset. Jakarta: Salemba Empat

Sarwono, Jonathan. 2008. Panduan Cepat dan Mudah SPSS. Yogyakarta: Andi Yogyakarta Serian, Wijanto. 2009. Pengantar Entrepreneurship. Jakarta: Grasindo

Solymossy, Emeric. 1998. Entrepreneurial Dimentions:The Relationship of Individual,Venture,and Environmental Factors To Success, Disertation (Tidak diterbitkan) Department of Marketing and Policy Weatherhead School of Management Case Western Reserve University

Sudjana. (2005). Metode Statistik, Tarsito: Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

_______ . 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Bina Aksara

Suharyadi, dkk. 2008. Kewirausahaan:Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta: Salemba Empat

Suherman, Eman. 2008. Business Entrepreneur. Bandung: Alfabeta

______________. 2008. Desain Pembelajaran Kewirasahaan. Bandung: Alfabeta

Suryana. 2009. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat

Tanveer, Zafar, Shafique, Jhangir, dan Rizvi, Muhamad Asif, Sarah Zafar, Raheel Shafique, Malik Jhangir, Shabeer Rizvi.2013. Motivational Factors and Students Entrepreneurial Intention in Pakistan. The Islamia University of Bahawalpur

Gambar

Tabel  1.1
Gambar 1.1
GAMBAR 1.1  KEMANDIRIAN WIRAUSAHA BERDASARKAN TINGKAT
TABEL 1.1  MINAT LULUSAN UNTUK MENJADI PELAKU USAHA KECIL
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang ditambahkan serta volume larutan yang tak diketahui yang digunakan pada titrasi, bersama dengan konsentrasi larutan standard,maka kita akan bisa menghitung.. konsentrasi

Berasal dari bahasa Yunani echimos (landak) dan derma (kulit) semua hewan yang termasuk filum echinodermata biasanya hidup di laut, bentuk tubuhnya simetris

Jadi yang dimaksud dengan penelitian ini adala h gambaran mengenai dirinya sendiri dan dari orang lain yang akan mempengaruhi penyesuaian dirinya dengan orang

Pengaruh Pemberian Agensia Hayati Mikoriza (Acaulospora Tuberculata) Terhadap Intensitas Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L)

Hasil analisis sidik ragam (lampiran 7) menunjukkan bahwa penggunaan gula aren dalam air minum ternak babi memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P&lt;0,05)

Dengan membaca dan mengamati, siswa mampu mengumpulkan informasi penting dari teks laporan investigasi tentang campuran dan larutan dengan kepedulian yang tinggi4. Dengan membaca

International Conference on Instrumentation, Communication and Information Technology (ICICI) 2005 Proc., August 3 rd -5 th , 2005, Bandung, Indonesia. Table 5 Demodulator

Mukadimah Agreement on The Application of Sanitary and Phitosanitary Measures pada dasarnya memperbolehkan negara anggota WTO melakukan upaya-upaya yang diperlukan