• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKS PRANIKAH REMAJA (PENYEBAB, PERILAKU, DAN DAMPAK) STUDI KASUS KELOMPOK MAHASISWA DAN REMAJA SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN abstrak. TESIS lutfia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEKS PRANIKAH REMAJA (PENYEBAB, PERILAKU, DAN DAMPAK) STUDI KASUS KELOMPOK MAHASISWA DAN REMAJA SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN abstrak. TESIS lutfia"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2014 TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Oleh:

LUTFIA ULI NA’MAH S541302127

Komisi Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal 1. Pembimbing 1 Prof.Dr.dr. Ambar M., Sp PA (K)

NIP: 194903171976091001 ...

2. Pembimbing 2 Prof. Dr. Samsi H., MPd

NIP:194404041976031001 ...

Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat Pada Tanggal

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Dr. Hari Wujoso, dr. Sp. F., MM NIP. 196210221995031001

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

STUDI KASUS KELOMPOK MAHASISWA DAN REMAJA SMA DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Oleh:

LUTFIA ULI NA’MAH S541302127

Tim Penguji:

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dr. Hari Wuyoso, dr.Sp.F.,MM NIP. 196210221995031001 Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP. 19661108190032001 Anggota

Penguji: Prof.Dr.dr. Ambar M., Sp PA (K) NIP. 194903171976091001

Prof. Dr. Samsi H., MPd NIP.194404041976031001

Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat Pada Tanggal

Tanggal

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Dr. Hari Wujoso, dr. Sp. F., MM Direktur Program Pascasarjana UNS

Prof. Dr. Ir.Ahmad Yunus, M.S

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul “ SEKS PRANIKAH REMAJA (PENYEBAB, PERILAKU, DAN DAMPAK) STUDI KASUS KELOMPOK MAHASISWA DAN REMAJA SMA DI KABUPATEN KEBUMEN” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan (Permendiknas, 2010)

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus seizin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (6 bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka prodi MKK PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal yang diterbitkan oleh prodi MKK PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dan ketentuan publikasi maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, ...2014 Mahasiswa,

(Lutfia Uli Na’mah) TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(5)

Kabupaten Kebumen. Sholawat dan salam senantiasa semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan orang-orang yang berjuang di jalan-Nya.

Tesis ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Kedokteran Keluarga pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Rafik Karsidi, M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana Magister Kedokteran Keluarga

2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir, M.S, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian

3. Dr. Hari Wujoso, dr. Sp. F., MM selaku ketua program studi Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof.Dr.dr. Ambar M., Sp PA (K) selaku pembimbing I yang sudah

meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dalam penyusunan tesis ini

5. Prof. Dr. Samsi H., MPd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya bersama pembimbing I untuk membimbing penyusunan tesis ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Kedua orang tua, suami, anak dan keluarga yang telah mendoakan dan memberikan motivasi dalam penyusunan Tesis ini.

8. Ketua Stikes Muhammadiyah Gombong, jajaran pimpinan, ketua prodi DIII kebidanan yang telah memberikan tugas belajar di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan profesi Kesehatan Program Pascasarjana universitas Sebelas Maret

9. Rekan-rekan kantor DIII kebidanan yang telah banyak mendukung dan membantu dalam penyusunan tesis ini

10.Teman-teman Pendidikan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret angkatan 2013/2014

11.Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam penyusunan Tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan proposal tesis ini.

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(6)

Penulis TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(7)

Sp. PA(K), Pembimbing 2: Dr. Samsi Haryanto MPd. Program Pascasarjana Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Negeri Sebelas Maret

Pendahuluan: Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai dan gaya hidup mereka. Dalam hal ini, mereka lebih bertoleransi terhadap kehidupan seks pranikah.

Tujuan: Memperoleh gambaran mengenai pengalaman seks pranikah remaja di Kabupaten Kebumen.

Metode: Pendekatan kualitatif studi kasus. Sampel penelitian sebanyak 7 partisipan diambil menggunakan Snowball Sampling. Metode pengumpulan data menggunakan Indepth interview.

Hasil: Analisa data didapatkan 3 tema yaitu: penyebab, perilaku, dan dampak seks pranikah remaja.

Rekomendasi: Keluarga khususnya orang tua disarankan lebih memperhatikan remaja dalam bergaul dan mendapatkan informasi terkait seks dan reproduksinya. Kata kunci: Seks Pranikah, Seks Remaja

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(8)

Kebumen. TESIS. Advisor 1: Prof. Dr. dr. Ambar MudigdoSp. PA(K), Advisor 2: Dr. Samsi Haryanto MPd. Graduate Program of Family Medical Health Profession Education State University of Sebelas Maret

Introduction: In Indonesia adolescent is currently experiencing rapid social change from a traditional society into a modern society, which is also changing norms, values and lifestyles. In this case, they are more tolerant of premarital sex life.

Objective: To give an overview of adolescent premarital sexual experience. Methods: This is a qualitative approach case study. The samples consits of 7 respondents taken by using the snowball sampling and purposive sampling technique. Methods of data collecting is indepth interview.

Results: Analysis of data obtained three themes, namely: the causes, behavior, and impact of adolescent premarital sex.

Recomendation: Family especially parents are suggested to give more attention to adolescent in their friendship interaction and give information related to sex and reproduction.

Keywords: Premarital sex, adolescent sex TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(9)

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS...……… iii

PERNYATAAN ORISINALITAS …………...………….. iv

KATA PENGANTAR……….. v

ABSTRAK ...……… vii

ABSTRACT ...………… viii

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR GAMBAR……….... x

DAFTAR TABEL ....……… xi

DAFTAR LAMPIRAN………... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang………...….... 1

B. RumusanMasalah……….…...…...….. 3

C. TujuanPenelitian………...………... 3

D. ManfaatPenelitian………...…… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori...………….………. 5

B. Penelitian yang Relevan ...……..………. 35

C. Kerangka Pikir ...…………...………. 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Dan TempatPenelitian.………...…………... 39

B. Bentuk dan Strategi Penelitian………...………… 39

C. Sumber Data danTeknik Sampling………...…………. 39

D. Teknik Pengumpulan Data dan Uji Kepercayaan Data... 41

E. TeknikAnalisis...………... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ………...……… 47

B. Paparan Data lapangan ...………...…………. 52

C. Pembahas an... 62

BAB III KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN A. Kesimpulan...………...……… 73

B. Implikasi Kebijakan ...………...…………. 74

C. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(10)

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(11)

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(12)

Panduan Wawancara Catatan Lapangan

Jadwal Kegiatan Penelitian TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada, telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya revolusi media yang terbuka bagi keragaman gaya hidup dan pilihan karir. (Suryoputro et al, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 450 sampel tentang perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun mengungkapkan 64% remaja mengakui secara sadar bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah melanggar nilai dan moral agama. Sedangkan 31% menyatakan bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah biasa atau sudah wajar dilakukan tidak melanggar nilai dan moral agama. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemahaman agama berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja (Media Indonesia, 2005).

Penelitian-penelitian mengenai remaja di Indonesia pada umumnya menyimpulkan bahwa nilai- nilai hidup kaum remaja sedang dalam proses perubahan. Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(14)

terhadap gaya hidup seksual pranikah. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun 1993-2002, menemukan bahwa lima sampai sepuluh persen wanita dan delapan belas sampai tiga puluh delapan persen pria muda berusia 16-24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka. Penelitian-penelitian lain di Indonesia juga memperkuat gambaran adanya peningkatan risiko pada perilaku seksual kaum remaja. Temuan-temuan tersebut mengindikasikan bahwa 5%-10% pria muda usia 15-24 tahun yang tidak/belum menikah,telah melakukan aktifitas seksual yang berisiko (Suryoputro dkk, 2006).

Hal serupa didapat dari data Komisi Nasional Perlindungan Anak tahun 2008. Dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kota besar diperoleh hasil, 97 persen remaja pernah menonton film porno serta 93,7 persen pernah melakukan ciuman, meraba kemaluan, ataupun melakukan seks oral. Sebanyak 62,7 persen remaja SMP tidak perawan dan 21,2 persen remaja mengaku pernah aborsi. Perilaku seks bebas pada remaja terjadi di kota dan desa pada tingkat ekonomi kaya dan miskin (Dianawati, 2003).

Perilaku Seks remaja saat ini berdampak pada persoalan KTD, aborsi dan kejadian HIV/AIDS semakin tahun semakin meningkat. Hal ini juga dipengaruhi oleh pergeseran sikap yang lebih permisif pada hubungan seksual (Anggraini, 2013). Selanjutnya hasil dari penelitian mengenai kebutuhan akan layanan kesehatan reproduksi di 12 kota di Indonesia pada tahun 1993, menunjukkan bahwa pemahaman mereka akan seksualitas sangat terbatas.

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(15)

Temuan dari berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan aktifitas seksual dikalangan kaum remaja, tidak diiringi dengan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS) dan alat- alat kontrasepsi (Sugiharto, 2004).

Di Kabupaten Kebumen sendiri, Menurut Bambang Priyambodo selaku Ketua Satpol PP Kebumen, rata-rata pelaku mesum yang pernah terjaring razia di hotel, alun-alun dan tempat wisata merupakan remaja yang masih berstatus pelajar. Hal ini juga menyulitkan penindakan karena mereka masih dibawah umur (Berita Kebumen, 2013)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apa penyebab remaja melakukan seks pranikah?: 2. Bagaimana perilaku seks pranikah remaja? 3. Bagaimana dampak dari seks pranikah remaja?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Menganalisa perilaku remaja dalam melakukan seks pranikah 2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui penyebab remaja melakukan seks pranikah b. Mengetahui seks pranikah remaja

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(16)

c. Mengetahui dampak seks pranikah bagi remaja

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai pengembangan bagi pengetahuan khususnya ilmu kebidanan Kesehatan Reproduksi remaja

b. Informasi yang diberikan dapat dijadikan untuk pengembangan ilmu dalam penelitian lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman nyata dan mengaplikasikan pengetahuan terutama tentang penelitian serta hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk peneliti selanjutnya.

b. Bagi Responden

Mendapatkan informasi mengenai perilaku kesehatan reproduksi terutama seksual pranikah, penyebab, perilaku dan dampaknya sehingga menjadi upaya promotif dan preventif bagi remaja lain.

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2004).

Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990) adalah:masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(18)

ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. (Yusuf, 2009)

b. Ciri-ciri masa remaja

Seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya kelihatan sudah "dewasa" akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa ia akan gagal menunjukan kedewasaannya. pengalaman mengenai alam dewasa masih belum banyak karena itu sering terlihat pada mereka adanya:

1) Kegelisahan

Keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja. mereka mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi, disatu pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlukan untuk menambah pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Akhirnya mereka hanya dikuasai oleh perasaan gelisah karena keinginan-keinginan yang tidak tersalurkan

2) Pertentangan

Pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri mereka juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Pada umumnya timbul perselisihan dan pertentangan pendapat antara si remaja dan orang tua. Pertentangan ini menyebabkan timbulnya keinginan yang hebat untuk melepaskan diri dari orang tua.

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(19)

3) Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya. Mereka ingin mengetahui macam-macam hal melalui usaha-usaha yang dilakukan dalam berbagai bidang.

4) Keinginan sering pula diarahkan pada diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Keinginan mencoba ini tidak hanya dalam bidang penggunaan obat-obatan akan tetapi meliputi segala hal. Akhirnya penjelajahan ketubuh bisa menyebabkan pengalaman dengan akibat yang tidak selalu menyenangkan, misalnya kehamilan, yang menghentikan karier, prestasi, dan sekolah.

5) Penyaluran yang bermanfaat dapat menghasilkan penemuan alat-alat baru atau modifikasi.

6) Khayalan dan fantasi

Khayalan dan fantasi pada remaja putera banyak berkisar mengenai prestasi dan tangga karier. Khayalan dan fantasi tidak selalu negative, karena dipihak lain dianggap sebagai pelarian dari situasi dan suasana yang tidak memuaskan remaja.

7) Aktifitas berkelompok

Antara keinginan yang satu dengan keinginan yang lain sering timbul tantangan, hal ini jelas tidak dapat dibiarkan sehingga perlu usaha mencari jalan keluar dari keadaan seperti ini. Keinginan berkelompok ini tumbuh sedemikian besarnya dan dapat dikatakan merupakan ciri umum masa remaja

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(20)

(Mayawati, 2011)

Sedangkan ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2004), antara lain : 1) Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan

yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

2) Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

3) Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

4) Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.

6) Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(21)

dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.

7) Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

(Hurlock, 2004)

Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab (Soetjiningsih, 2004).

c. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalamproses penyesuaian diri menuju dewasa:

1) Remaja Awal (Early Adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masihterheran– heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnyasendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahanitu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(22)

lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit

dimengerti orang dewasa.

2) Remaja Madya (Middle Adolescence)

Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangatmembutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yangmenyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai

dirisendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifatyang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisikebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atautidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealisatau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diridari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masakanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan darilawan jenis.

3) Remaja Akhir (Late Adolescence)

Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menujuperiode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-oranglain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(23)

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiridengan orang lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)dan masyarakat umum (the public).

(Monks et al, 2002) d. Perkembangan Fisik Remaja

Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormon seksual membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus jadi sering terlalu fokus pada kondisi fisiknya. Misalnya: remaja jadi sering berkaca hanya untuk melihat jerawat atau poninya, jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya, dan sebagainya. (Marhaeni, 2004)

Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(24)

tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual. (Soetjiningsih, 2004)

Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja, sebagaimana dikemukakan oleh Monks (1994), kadang-kadang lebih cepat daripada perkembangan badan. Oleh karena itu, untuk sementara waktu, seorang remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan kegusaran batin yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya telah memenuhi persyaratan, sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap penilaian diri. (Marheni, 2004)

Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut : 1) Perempuan

a) Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)

b) Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun) c) Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)

d) Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 tahun) e) Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)

f) Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(25)

2) Laki-laki

a) Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)

b) Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun) c) Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun)

d) Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)

e) Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran penis)

f) Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)

g) Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

(Dianawati, 2003) e. Karakteristik remaja

Menurut Makmun (2003) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek: 1) Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi

ukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya ciri-ciri sekunder.

2) Psikomotor, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan serta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(26)

3) Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.

4) Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.

5) Perilaku kognitif

a) Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas.

b) Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat.

c) Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.

6) Moralitas

a) Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua. b) Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.

c) Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(27)

7) Perilaku Keagamaan

a) Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis.

b) Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.

c) Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.

8) Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian

a) Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya. b) Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum

terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti.

c) Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya.

d) Kecenderungan kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.

(Makmun, 2003)

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(28)

2. Penyebab Seks Pranikah Remaja

Faktor lain adalah: penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman sebaya, religiusitas, dan eksposur media pornografi (Soetjiningsih, 2004).

Dalam beberapa penelitian diungkapkan (Ungki, 2008; Aliyah, 2006) beragam perilaku seksual beresiko diantaranya: gaya pacaran yang tidak sesuai norma, kekerasan dalam pacaran (KDP), seks bebas, kehamilan yang tidak diharapkan (KTD), aborsi, penyakit menular seksual (PMS), dan penggunaan alat kontrasepsi yang tidak sesuai aturan (Aliyah, 2006).

1. Faktor Internal a. Pengetahuan

Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks pranikah sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa (Syafrudin, 2008). Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai persoalan seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat mengenai

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(29)

seks dari teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru atau orang tua (Saifuddin dkk, 1999).

b. Perubahan Hormonal

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah perubahan hormonal (Sarwono, 2003). Dalam kondisi tertentu remaja cenderung memiliki dorongan seks yang kuat. Namun kompensasi dari dorongan rasa ini terhadap lawan jenis, remaja kurang memiliki kontrol diri yang baik dan terlebih disalurkan melalui kanalisasi yang tidak tepat.

c. Sikap

Sikap dalam melakukan perilaku seksual yang tidak sehat adalah: sikap permisif, kurangnya kontrol diri, tidak bisa mengambil keputusan mengenai kehidupan seksual yang sehat atau tidak bisa bersikap asertif terhadap ajakan teman atau pacar (Kartika dan Farida, 2008).

2. Eksternal

a. Peran Keluarga

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003). Hubungan orang-tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(30)

terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya. Orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga, dan anak akan “melarikan diri“ dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap

misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak (Rohmahwati, 2008).

Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka berasal dari keluarga di mana anak mulai tumbuh dan berkembang. Hubungan cinta kasih orang tua merupakan faktor utama bagi seksualitas anak selanjutnya. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua dalam suatu keluarga merupakan dasar bagi pendidikan selanjutnya. (Hurlock, 2004)

Dalam hal ini sikap orang tua dapat digolongkan menjadi tiga, (1) orang tua yang melarang anak-anaknya membicarakan soal-soal seks, karena itu dianggap tabu; (2) orang tua yang acuh tak acuh. Mereka sama sekali tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya, termasuk dalam hal seksualitas; (3) orang tua yang benar-benar memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Mereka mau memberi penjelasan tentang pergaulan putra-putrinya.

Dalam perbincangan sehari-hari pun, topik seksualitas bukanlah topik yang umum dibicarakan, tidak terkecuali dalam perbincangan antara orang tua dan anak. Padahal menurut Sarwono (2006) komunikasi orang tua dan anak dapat menentukan seberapa

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(31)

besar kemungkinan anak tersebut melakukan tindakan seksual, semakin rendah komunikasi tersebut, maka akan semakin besar anak tersebut melakukan tindakan seksual. Rice (1999) menjelaskan bahwa pada usia remaja, kebutuhan emosional individu beralih dari orang tua kepada teman sebaya. Pada masa ini, teman sebaya juga merupakan sumber informasi. Tidak terkecuali dalam perilaku seksual, sayangnya informasi yang diberikan oleh teman sebaya cenderung salah (Sarwono, 2006).

b. Sumber Informasi/ Media

Menurut Soetjiningsih, penyebab remaja melakukan seks pranikah karena adanya faktor internal dan eksternal. Berbagai penyebab eksternal ditenggarai mengancam perilaku seksual tidak sehat pada remaja misalnya penyebaran konten pornografi yang semakin masif. Peri Umar Farouk menemukan fakta hasil survey bahwa Indonesia menempati urutan empat besar di dunia dalam mengakses internet berkonten pornografi. Sebelumnya di tahun 2008 dan tahun 2009, Indonesia dan beberapa negara Asia tenggara lainnya menempati urutan ketiga pengakses situs dewasa terbesar di dunia. Pengakses dengan key word „sex‟ di dominasi remaja umur 14 hingga 16 tahun serta 30 hingga 45 tahun yang dilakukan hampir merata di seluruh Indonesia. Perusahaan solusi dan strategi mobile internet, ByteMobile mengungkapkan selama bulan Juli 2010 lalu trafic video mobile umumnya didominasi oleh 4 situs porno dengan trafik mencapai 15

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(32)

persen dari keseluruhan trafik 10 besar video mobile yang ada (Anggraini, 2013)

Berdasarkan riset Norton Online Family pada tahun 2010 diketahui 96 persen anak-anak berusia 10-17 tahun di Indonesia pernah membuka konten negatif dan selama 64 jam setiap bulan waktu dihabiskan untuk online dan ternyata 36 persen orang tua tidak mengetahui konten apa saja yang diakses oleh anak karena minimnya pengawasan. Lembaga swadaya masyarakat Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia menyebutkan bahwa penetrasi konten pornografi terhadap anak di Indonesia termasuk terentan kedua setelah Rusia.(Tempo Interaktif, 2010).

c. Sosial Budaya

Sekolah dan Masyarakat

Faktor luar yang mencakup sekolah cukup berperan terhadap perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaannya. Di sekolah mereka dihadapkan dengan pemikiran dan pandangan serta penilaian yang lebih obyektif, termasuk dalam soal seksualitas. Namun sayang, realitasnya kebanyakan sekolah kurang berani dan belum menangani secara serius (Hurlock, 2004). Masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan di segala bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia pada dewasa ini. Bagi remaja desa, di mana masyarakat masih menjaga dan melindungi adat secara ketat, sedikit sekali anak berprilaku berandalan. Lingkungan masyarakat yang baik

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(33)

akan mempengaruhi orang yang baik dan kuat. Pada masyarakat kota, di samping orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan sehari-hari, lingkungan masyarakat juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak.

d. Nilai dan Norma

Perasaan Superioritas Maskulin.

Perasaan lebih unggul yang dirasakan oleh anak laki-laki terhadap perempuan ketika masa akhir kanak-kanak. Dalam masa remaja anak laki-laki menaruh perhatian pada anak perempuan dan berkencan, namun perasaan superioritas tetap masih ada.

Superioritas anak laki-laki biasanya diungkapkan dengan anak laki-laki berperan lebih dalam berbagai bidang; sekolah, sosial dan masyarakat. Meskipun anak perempuan juga tidak menutup kemungkinan berperan lebih penting dalam bidang tertentu, namun anak laki-laki merasa ia yang lebih pantas dan menganggap hal ini gengsi. Di samping itu anak laki-laki berusaha menunjukkan keunggulannya dengan mencapai prestasi yang lebih tinggi dari pada prestasi anak perempuan.

Selain itu penyebab eksternal lain adalah remaja mengalami pencabulan atau pelecehan secara seksual pada masa kecilnya. Kaeser Fred (2011), menemukan data bahwa di Amerika Serikat pada tahun 2000 setidaknya 88.000 anak dibawah umur 18 terlibat sebagai korban dalam berbagai tindak pencabulan berupa perilaku pelecehan seksual hingga

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(34)

pemerkosaan. Tindak pelecehan ini dengan asumsi 1 dari 4 anak perempuan dan 1 dari 6 anak laki-laki dan umumnya meninggalkan dampak traumatis pada korban yang berkepanjangan (Kaeser Fred, 2011).

3. Perilaku Seksual Pada Remaja

Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih sangat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini sangat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang ada di masyarakat tentang seksualitas yang seharusnya dipahami. Kurangnya pemahaman ini amat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual. Perkembangan ini akan berlangsung mulai sekitar usia 12-20 tahun. National Surveys of Family Growth melaporkan bahwa di Amerika Serikat pada tahun 1988, 80% laki-laki dan 70% perempuan melakukan hubungan seksual selama masa pubertas dan 20% dari mereka memiliki empat atau lebih pasangan. Setiap menit kelompok remaja melahirkan satu bayi dan 50% dari mereka melahirkan anaknya, dan sisanya tidak melanjutkan kehamilannya (Sugiharto, 2004).

Sebagian kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Antara lain, tentang boleh tidaknya berpacaran, melakukan onani, nonton bersama dan ciuman. Kebingungan ini akan menimbulkan suatu perilaku seksual yang kurang sehat di kalangan remaja. Perasaan

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(35)

bersalah atau berdosa tidak jarang dialami oleh remaja yang pernah melakukan onani dalam hidupnya. Hal ini diakibatkan adanya pemahaman ilmu pengetahuan yang dipertentangkan dengan ajaran agama, yang sebenarnya justru saling menyokong (Pangkahila, 2004).

Perilaku seksual sendiri dipahami sebagai bentuk perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Namun pemahaman pengertian mengenai perilaku seksual yang selama ini yang berkembang di masyarakat hanya berkutat seputar penetrasi dan ejakulasi. Aspek seksual pada remaja mempunyai kekhususan antara lain pengalaman berfantasi dan mimpi basah. Remaja laki-laki sekitar 93% dan 89% remaja perempuan melakukan fantasi pada saat masturbasi. Fantasi ini tidak hanya dialami oleh para remaja, tetapi ternyata masih sering dialami sampai dewasa. Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan sosiokultural. (Pangkahila, 2004).

Dalam kondisi tertentu remaja cenderung memiliki dorongan seks yang kuat. Namun kompensasi dari dorongan rasa ini terhadap lawan jenis, remaja kurang memiliki kontrol diri yang baik dan terlebih disalurkan melalui kanalisasi yang tidak tepat. Perilaku semacam ini rawan terhadap timbulnya masalah-masalah baru bagi remaja. Banyak ditemukan remaja melakukakan penyaluran dorongan yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi norma masyarakat setempat ataupun diwujudkan melalui ekspresi

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(36)

seksual yang kurang sehat. Dorongan ini rawan terhadap munculnya pelecehan seksual. Perilaku seks yang kurang sehat itu jarang disadari remaja dan selanjutnya menimbulkan kerugian terhadap remaja itu sendiri. (Sarwono, 2004).

Kerugian dari perilaku seksual tidak sehat ini sebagai berikut: a. Remaja yang memiliki perilaku seks yang tidak sehat beresiko besar

untuk gagal dalam pendidikan sekolah.

b. Remaja yang memiliki perilaku seks yang tidak sehat beresiko mendapatkan sorotan tajam, cemoohan, bahkan sanksi lebih keras dari masyarakat. Jika hal ini sampai terjadi, citra buruk akan melekat pada remaja yang bersangkutan dan tentu manjadi hambatan dalam penyesuaian sosialnya.

c. Remaja yang memiliki perilaku seks yang tidak sehat beresiko untuk mengalami kehamilan. Kehamilan yang tidak diharapkan tentu merugikan kedua belah pihak baik pihak laki-laki dan terutama pihak perempuan.

d. Remaja yang memiliki perilaku seks yang tidak sehat beresiko tinggi terinfeksi penyakit menular seksual.

(Pangkahila, 2004)

Menurut Sarwono (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(37)

yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu‟tadin, 2002).

Remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri. (Pangkahila, 2004).

Berkaitan dengan perilaku seksual remaja, Sarwono (2006) menjelaskan bahwa perilaku seksual tersebut terjadi karena beberapa alasan. a. Perubahan hormon yang berpengaruh pada seksualitas.

Seiring dengan bertumbuhnya individu, berbagai perubahan terjadi. Tumbuhnya payudara, bertambahnya massa otot, tumbuhnya jakun merupakan hal yang tampak. Selain perubahan tersebut, kadar hormon testosterone yang berperan aktif dalam seksualitas juga berperan signifikan sehingga muncul hasrat seksual yang butuh disalurkan. Pada usia ini, tidak semua remaja mampu mengontrol hasrat seksual yang dimilikinya. Ada yang menyalurkan dengan bermasturbasi ada pula yang menyalurkan dengan pasangan atau bahkan dengan pelacur. Mengenai

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(38)

persentasenya, data PKBI yang telah dijabarkan diatas juga menjelaskan bahwa dari remaja tersebut, 74,89 % melakukan hubungan seksual pertama kali dengan pacarnya dan sisanya melakukan hubungan seksual dengan pelacur, teman dan bahkan ada yang mengaku melakukannya dengan saudara.

b. Penundaan usia perkawinan.

Untuk bisa menyalurkan hasrat seksual yang dimiliki, dibutuhkan lembaga pernikahan yang sah. Meskipun demikian, pernikahan bukan sesuatu yang mudah dilaksanakan, dibutuhkan berbagai persiapan baik secara fisik, mental, dan materi. Kesadaran akan „tingginya persyaratan‟ menikah tersebut membuat usia untuk

menikah semakin bertambah, khususnya dikota besar. Mereka lebih memilih untuk terlebih dahulu mengumpulkan materi sehingga keluarga bisa hidup layak. Meskipun demikian, remaja dibeberapa daerah diIndonesia masih banyak yang menikah muda dengan berbagai alasan, alasan yang paling sering muncul adalah untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi (dosa, takut hamil diluar nikah).

c. Adanya norma agama.

Pada beberapa individu, adanya larangan utuk melakukan sesuatu malah menyebabkan timbulnya rasa ingin tahu atas hal tersebut, tidak terkecuali untuk seksualitas. Larangan untuk melakukan aktivitas seksual dapat menyebabkan remaja mencari sendiri mengenai

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(39)

seksualitas. Tidak jarang untuk memuaskan keingintahuan tersebut remaja melakukan aktivitas seksual yang dilarang agama.

d. Tingginya dorongan media yang menyebabkan munculnya rasa ingin tahu.

Dengan semakin mudahnya akses informasi, khususnya internet yang dapat menyediakan stimulus atau rangsangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan hasrat seksual, maka hasrat seksual yang telah ada semakin „diasah‟ oleh pornografi yang dapat dengan mudah ditemui

di internet. Ilma (dalam Handayani, 2008) menemukan bahwa Indonesia merupakan menempati posisi ketujuh untuk negara dengan pencarian kata kunci ‟sex‟ terbanyak di dunia. Setiap detiknya 28.258

pengguna internet di dunia mengakses konten pornografi, dengan 80% user-nya berasal dari Indonesia.Tidak hanya internet, hal-hal yang dapat memicu libido atau hasrat seksual juga dapat dengan mudah ditemui di kios koran di sekitar kita.

4. Dampak Perilaku Seksual Pranikah Remaja

Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut:

a. Dampak psikologis

Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(40)

b. Dampak Fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi. Dampak negatif yang muncul dari perilaku seksual tak sehat adalah kehamilan tidak diinginkan (KTD). Di tahun 2006 di lembaga konseling lentera sahaja PKBI Daerah Istimewa Yogyakarta terlaporkan 638 kasus KTD. Tahun 2003 tercatat 6 kasus KTD, 97 kasus di tahun 2002, 103 kasus di tahun 2001, dan 92 kasus di tahun 2000 (Rifka Annisa, 2007). Bagi para pelaku KTD umunya mengalami kecemasan, perasaan malu, bersalah, dan berdosa berkepanjangan. Berkembang perasaan tidak berharga sehingga muncul perasaan minder dan tidak berdaya (Aliyah, 2006).

Angka tindak aborsi berdasarkan hasil survey tercatat 2.000.000 kasus aborsi per tahun. Hal ini menandakan 37 aborsi per 1000 wanita usia 15-19 tahun atau 43 aborsi per 100 kelahiran hidup atau 30 persen dari kehamilan (Paulinus Soge, 2008). Dampak dari tidak aborsi sendiri berakibat: pendarahan, infeksi, kemandulan, bahkan kematian (Aliyah, 2006).

Remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan (KTD) secara tak langsung dipaksa menjadi orang tua muda. Di usia yang terlalu dini remaja belum mempunyai kesiapan yang cukup baik secara emosional maupun finansial. Remaja terpaksa harus merawat anak bahkan mengorbankan kesempatan menempuh pendidikan. Tak jarang

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(41)

pernikahan dini berakibat pada timbulnya masalah ketidakstabilan rumah tangga, masalah ekonomi, serta pengasuhan anak (Furstenberg, 1997).

Perilaku seksual menyimpang pada remaja menjadi bagian dari kekerasan dalam pacaran (KDP). Kekerasan ini salah satunya ditandai terjadinya pemerkosaan pada masa pacaran atau dating rape yang sebelumnya juga diawali oleh kekerasan lainnya (Ungki, 2008; Dirham, 2008). PKBI Yogyakarta mencatat selama Januari hingga Juni 2001 diantara 47 terlaporkan kasus 20% kekerasan dalam pacaran, sedangkan sisanya berupa tindak kekerasan emosional 20%, kekerasan fisik 15%, serta 8% kekerasan ekonomi (BKKBN, 2002).

Kenyataan diatas menunjukkan dekadensi moral pada remaja saat ini. Sebagai penerus bangsa, maka kemerosotan moral remaja menjadi keprihatinan banyak kalangan pendidik, pemuka masyarakat, dan orang tua (Moeljono, 1999; Zakiah Darajat, 1973). Meningkatnya perilaku seksual menyimpang (deviation sexual) pada remaja yang mulai mengarah pada perilaku seksual beresiko bahkan kecenderungan sexual psychopath patut menjadi perhatian serius untuk ditemukan

alternatif dalam penanganannya (Syamsu Yusuf, 2009; Surya, 1985). c. Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu.

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(42)

Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut (Sarwono, 2003).

Kehamilan yang tidak direncanakan akan memberikan dampak negatif bagi seorang remaja dan keluarganya. Secara psikologis, remaja yang hamilnya tidak direncanakan akan merasa tertekan, takut, bingung, malu dan berbagai amukan emosi dalam dirinya. Akibatnya, bukan hal yang aneh bila pada akhirnya mereka cenderung melakukan pengguguran kandungan (aborsi) dari pada memberikan bayinya untuk diadopsi. (Sugiharto, 2004). Berdasarkan data BKKBN tahun 2010 aborsi yang tejadi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa/tahun dan 800.000 diantaranya adalah remaja (BKKBN, 2010).

Pada tahun 1997 angka kehamilan remaja di Amerika Serikat sebanyak 840.000 dan 79% adalah kehamilan yang tidak disegaja. Sebesar 10% setiap tahunnya, remaja usia 15-19 tahun menjadi hamil, 19% dari remaja yang pernah berhubungan menjadi hamil dan 13% dari seluruh kelahiran di Amerika adalah kelahiran dari perempuan usia remaja, 31% di antaranya adalah kelahiran tanpa perkawinan. (Sugiharto, 2004)

Sekitar 16 juta remaja perempuan di negara berpenghasilan rendah dan menengah melahirkan setiap tahun, diperkirakan tiga juta anak perempuan yang berusia 15 – 19 tahun melakukan aborsi secara tidak aman setiap tahun. komplikasi dari kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama kematian pada remaja hamil. Selain itu

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(43)

kematian saat melahirkan dan kematian bayi baru lahir 50% lebih tinggi dibandingkan pada perempuan yang berusia 20 – 29 tahun. Penelitian yang dilakukan Keskinoglu, et all (2007) menunjukkan bahwa kehamilan pada remaja memiliki resiko melahirkan premature lebih tinggi dibandingkan pada perempuan dewasa. (WHO, 2011)

Berita tentang meningkatnya jumlah kehamilan pada usia remaja di Indonesia dikeluhkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana. BKKBN mengeluhkan tingginya usia kehamilan pada remaja Indonesia saat ini, bahkan menurut survei terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2012 angka kehamilan remaja pada kelompok usia 15 – 19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan (BKKBN, 2010).

Dari angka ini membuktikan bahwa pernikahan dini dan seks pranikah di kalangan remaja semakin tinggi. Jika dilihat rata-rata, usia menikah pertama perempuan Indonesia rata-rata di usia 19 tahun. Kenyataannya, usia kehamilan di bawah usia 20 tahun dari sisi kesehatan membahayakan bagi ibu dan bayinya. Perempuan yang hamil di usia muda amat berisiko mengalami pendarahan ketika dia menajalani proses persalinan dan juga rentan melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah. (Sugiharto, 2004)

Untuk menekan dan menghindari masalah ini diperlukan keterlibatan semua pihak, baik keluarga, pendidik, maupun pemerintah. Oleh karena itu, ada kecenderungan perilaku seksual tidak sehat di

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(44)

kalangan remaja semakin meningkat. Disinilah peranan keluarga dan pendidik sangat penting, sedangkan peran pemerintah juga dianggap penting untuk menekan pernikahan usia muda yang saat ini masih banyak terjadi. Dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1/1974 menyatakan bahwa batasan usia menikah adalah 16 tahun. Hal ini sudah tidak relevan lagi karena selain membahayakan dari segi kesehatan, juga biasanya pernikahan di usia terlalu muda biasanya berujung pada perceraian. Maka pentingnya pemerintah merevisi Undang-Undang Perkawinan ini, setidaknya batas usia minimal menikah adalah mengikuti Undang-Undang Perlindungan Anak yang menetapkan bahwa batas usia menikah adalah 18 tahun. (Sugiharto, 2004)

d. Dampak fisik

Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS. (Duarsa, 2004)

5. Pendidikan Seks Bagi Remaja

Pada saat orang memperdebatkan penting tidaknya membicarakan masalah seks kepada anak-anaknya, banyak sudah permasalahan yang dibahas di media cetak, dan elektronika berkaitan dengan masalah seks ini. Misalnya kampanye penggunaan kondom, atau iklan-iklan yang menyajikan

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(45)

berbagai macam obat atau ramuan yang berkhasiat membina hubungan seksual suami istri. Bahkan sekarang ini telah dijumpai klinik yang dapat membantu masalah seksual bagi kaum remaja, dari masalah virginitas, pengalaman mimpi basah, hingga penyakit kelamin. Dengan melihat begitu besar perhatian seseorang terhadap seksualnya, berarti masyarakat kita sudah mulai sadar arti pentingnya mendapatkan pengetahuan seks secara jelas dan terbuka. Jadi sebetulnya pendidikan seks ini tidak terbatas jangkauannya, dari usia anak-anak, remaja sampai orang tua. Di sini dapat dilihat betapa pentingnya peran orang tua untuk mensikapi persoalan-persoalan yang ada dengan lebih terbuka. (Dianawati, 2003)

Anggapan sebagian orang tua bahwa membicarakan masalah seks adalah sesuatu yang tabu sebaiknya dihilangkan. Anggapan seperti inilah yang menghambat penyampaian pengetahuan seks yang seharusnya sudah dapat dimulai sejak dini. Pendidikan seks di sini dapat membantu remaja untuk mengetahui risiko dari sikap seksual mereka dan mengajarkan pengambilan keputusan seksualnya secara dewasa sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang tuanya. (Dianawati, 2003)

Pada usia remaja, seorang anak belum dapat bertanggung jawab sepenuhnya. Hal-hal yang mereka lakukan hanya merupakan kesenangan sesesaat. Ketidakjelasan pendidikan seks dari orang tuanya akan menimbulkan berbagai masalah yang mengacu pada gangguan seksual ketika memasuki kehidupan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya.

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(46)

Karenanya sangat dibutuhkan bimbingan dari orang tua yang memiliki kedekatan hubungan dengan si anak. Orang tua haruslah menyadari tentang perubahan dalam diri anaknya, sehingga anak pun merasa mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Dengan demikian, mereka tanpa segan dan malu akan membicarakan semua persoalan yang dihadapinya. (Dianawati, 2003)

Memberikan pendidikan seks pada remaja, maksudnya adalah membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia. Selain itu, harus memasukkan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku. Orang tua harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan terbuka, sampai anak benar-benar memahami apa yang dimaksud. Cara seperti ini akan menghilangkan perasaan segan dalam dirinya. Lebih baik anak mendapatkan pengetahuan tentang seks dari orang tuanya daripada si anak mendapatkannya dari pendapatnya sendiri atau khayalannya sendiri, teman atau buku-buku maupun film-film porno yang sekarang dijual bebas. Dari khayalannya itu, mereka dapat saja menyalahgunakan arti dan fungsi organ seksualnya, sehingga akan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kehamilan di luar nikah, aborsi, berbagai penyakit kelamin, atau kelainan seksual. (Dianawati, 2003)

SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

TESIS

Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH:

LUTFIA ULI NA’MAH NIM. S541302127

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(47)

B. Penelitian yang Relevan

1. Antono Suryoputro dengan judul Faktor-faktor yang Mempengauhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. Penelitian ini merupakan jenis penelitia penjelasan (explanatory research) dengan pendekatan belah lintang, melibatkan 2000 sampel remaja perkotaan usia 18-24 tahun yang berasal dari dua latar belakang yang berbeda di Propinsi Jawa Tengah. Masing-masing 1000 sampel diambil secara acak dari populasi remaja yang bekerja dengan

Gambar

Tabel 4.2 Perilaku Seks Pranikah
Tabel 4.3 Dampak Seks Pranikah SURAKARTA

Referensi

Dokumen terkait

Pada tingkat pengetahuan seksual pranikah remaja yang terjadi di SMA Batik 2 Surakarta adalah bahwa responden berpengetahuan baik dengan cara menjauhi seks pranikah

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pengetahuan, sumber informasi, pemahaman tingkat agama, dan peranan keluarga terhadap perilaku seks pranikah pada remaja SMA

Studi kasus Terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya seks pranikah, pada remaja putri di Desa Sumberarum, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro yaitu adanya

Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap

Seiring dengan makin maraknya prilaku seks bebas pada remaja,maka artikel ini membahas faktor-faktor yang menyebabkan remaja putri melakukan hubungan seks pranikah, gambaran harga

Hasil posttest pemahaman tentang perilaku seks pranikah yang diberikan kepada 7 siswa dapat disimpulkan setelah diberikan perlakuan berupa bimbingan kelompok dengan teknik

Pengaruh promkes tentang seks pranikah melalui peer group terhadap sikap remaja dalam pencegahan seks pranikah di SMA Negeri 1 Patianrowo Berdasarkan tabel 6

1) remaja memiliki struktur, yaitu struktur nilai remaja, struktur etika remaja, agama, tugas, dan lain sebaganya. Bila dikaitkan dengan seks pranikah remaja, strukturnya