• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN INSPEKTORAT DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN INTERNAL TERHADAP INSTANSI PEMERINTAH DI PROVINSI SULEWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERAN INSPEKTORAT DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN INTERNAL TERHADAP INSTANSI PEMERINTAH DI PROVINSI SULEWESI SELATAN"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

MUTMAINNA 45 15 021 020

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2020

(2)
(3)

yang tersebut di bawalr ini :

Nama

I\fIM Prograrn

Fakultas Judul

:h.4utmainna :451502i020

Telah pada

dalam Mela

gelar sarjana (S1)

.lurusan

(4)

I

Uni

HA LAl\fdIt{ P BNER I MAA N

Pada hari Senin tanggal 24 Febr-uan 2A20. skripsi dengan-jrdr[ "Peran Inspektorat

dalam Melahukan Pengarvasan Internal Terhadap lnstansi Pemerintah di Provinsi Sulewesi Selatan"

Nama NIJVt

F

Telah dan Ilnru Politik

guna melnperoleh gelar

Nining Haslincla Zainal,S. Sos,h{.Si.

Drs. Natsir Tornpo. h,{,Si.

N{arini,S. Sos.,M. IKoir

oleh panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu

iii

Ninins Haslinda Zainal.S.Sos.M.Si Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara

i.

2.

-1_

4.

(5)

iv

Melakukan Pengawasan Internal Terhadap Instansi Pemerintah di Provinsi Sulewesi Selatan. Dibimbing oleh Juharni dan Nining Haslida Zainal.

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui peran Inspektorat dan faktor- faktor yang mempengaruhi dalam melakukan pengawasan internal terhadap Instansi Pemerintah di Provinsi Sulewesi Selatan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, Metode pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Sumber data yaitu data primer dan data skunder. Teknik analisis data melalui pengumpulan data, redukasi data, panyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data.

Hasil penelitian dengan fokus 1) Peran Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dalam melaksanakan fungsi pengawasan internal terhadap Instansi Pemerintah Sulawesi Selatan: (a) Pelaksanaan audit, dari indikator keakuratan data dan obyektif sudah berjalan efektif, sedangkan indikator ketepatan waktu tidak efektif. (b) Pelaksanaan reviu, dilihat dari indikator ketetapan waktu sudah berjalan efektif, (c) Pelaksanaan evaluasi. dari indikator keakuratan data dan obyektif sudah berjalan efektif, sedangkan indikator ketepatan waktu tidak efektif karena hasil audit kinerja belum dievaluasi. (d) Pelaksanaan pemantauan, yang dinilai dari indikator keakuratan data, obyektif indikator ketepatan waktu sudah berjalan efektif. Sehingga hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan fungsi pengawasan internal Inspektorat sudah berjalan dengan baik namun belum optimal. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan fungsi pengawasan internal Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan terhadap Instansi Pemerintah yaitu dengan adanya (a) Aparat pengawasan yang memilik kompetensi dan sesuai dengan jenjang fungsionalnya, namun karena aparat yang bersertifikasi untuk melakukan audit tidak seimbang dengan cakupan wilayah pemeriksaan dan pengawasan yang cukup besar. (b) Sarana dan prasarana dengan fasilitas cukup memadai yang menunjang pelaksanaan pengawasan dan aparat pengawasan Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.

Kata Kunci : Peran Inspektorat, Pengawasan Internal, Instansi Pemerintah

(6)

v

Mutmainna, 4515021020, 2020, State Administration Study Program, Faculty of Social Sciences and Political Sciences, The Role of Inspectors in Conducting Internal Supervision of Government Institutions in South Sulawesi Province. Guided by Juharni and Nining Haslida Zainal.

The purpose of this paper is to find out the role of the Inspectorate and the factors that influence it in conducting internal oversight of Government Agencies in South Sulewesi Province. This type of research is descriptive qualitative. Data collection methods through observation, documentation and interviews. Data sources are primary data and secondary data. Data analysis techniques through data collection, data education, data presentation, drawing conclusions and data verification.

Research results with focus 1) The role of the South Sulawesi Province Inspectorate in carrying out the internal supervision function of the Government of South Sulawesi : (a) Audit implementation, from the indicators of accuracy of data and objectives have been effective, while the timeliness indicator is not effective. (b) Review implementation, in view of the timekeeping indicator has been effective. (c) Evaluation implementation, from the indicators of the accuracy of the data and the objective has been effective, while the timeliness indicator is not effective because the results of performance audits have not been evaluated.

(d) Monitoring implementation, as assessed from the indicators of data accuracy, objective indicators of timeliness are effective. So the results of this study can be concluded that in the implementation of the Inspectorate's internal supervision function has been going well but not yet optimal. 2) Factors affecting the implementation of the internal supervision function of the South Sulawesi Provincial Inspectorate of Government Agencies that is with: (a) Surveillance apparatus who have competence and according to its functional level, however, because the apparatus certified for conducting an audit is not balanced with a large enough scope for inspection and supervision. (b) Facilities and infrastructure, with adequate facilities that support the implementation of supervision and supervision apparatus of the Inspectorate of South Sulawesi Province.

Keywords: The Role of Inspector, Internal monitoring, Government Institutions

(7)

v

Rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, walaupun dalam bentuk sederhana dan berbagai hambatan yang telah dilalui dalam menyusun skripsi ini.

Akan tetapi semua itu merupakan konsekuensi bagi penulis yang harus dijalani sebagai bentuk pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan serta untuk memenuhi kewajiban yang menjadi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa Makassar. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Muhammad SAW. yang secara pribadi telah menjadi keyakinan bagi penulis bahwa beliau telah hadir membawa Rahmat bagi seluruh alam yang hingga kini dapat penulis rasakan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan dan menerima kritik serta saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Keberadaan skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, tak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih sebagai ungkapan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada semua pihak, teristimewa kepada:

1. Kedua orangtua Ayahanda Drs.Ambo Anta M.M dan Ibunda Dra. Andi Syahri Bunga tercinta, atas segala jerih payah beliau dalam mengasuh, membimbing, membiayai dan mendidik saya dengan pengorbanan dan

(8)

vi doa demi kesuksesan anak-anaknnya.

2. Bapak Prof. DR. Ir. Muhammad Saleh Pallu, M.Eng., selaku Rektor Universitas Bosowa Makassar berserta para Pembantu Rektor, atas segala fasilitas dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

3. Bapak Arief Wicaksono, S.Ip.,M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Bosowa Makassar beserta para Pembantu Dekan, atas segala fasilitas dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

4. Ibu Nining Haslida Zainal, S.Sos.,M.Si. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Bosowa Makassar.

5. Ibu DR. Hj. Juharni, M.Si, selaku pembimbing I dan Ibu Nining Haslida Zainal, S.Sos.,M.Si. selaku pembimbing II, yang telah membimbing saya dengan ikhlas dengan memberikan waktu dan pikirannya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Para Dosen Universitas Bosowa Makassar yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menumpuh pendidikan.

7. Seluruh staf akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Bosowa Makassar, yang telah memberikan pelayanan administasi dan berbagai bantuan terhadap penulis.

8. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan khususnya Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan beserta seluruh jajarannya dan para pihak-pihak terkait

(9)

vii

terima kasih atas segala bantuan, baik moril maupun materil dan segala motivasi dorongan yang telah diberikan selama ini.

10. Seluruh sahabat, Fitri, Izhel, Anjas yang telah banyak memberikan dorongan dan berbagai pelajaran berharga bagi penulis.

11. Terima kasi juga kepada Andi Chaeril Fudail Islami yang tak perna bosan menggigatkan penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT. penulis serahkan segalanya. Semoga atas segala bantuan dari semua pihak terhadap penulis dapat bernilai kebaikan.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri.

Makassar, 24 Pebruari 2020 Penulis,

Mutmainna 4515021020

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Pengertian Peran ... 13

B. Tinjauan Umum Inspektorat ... 14

C. Tinjauan Umum Pemeritahan Daerah ... 20

D. Teori Pengawasan Internal ... 26

E. Kerangka Konseptual ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 35

B. Pendekatan Penelitian ... 36

C. Sumber Data ... 36

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 37

E. Metode Pengumpulan Data ... 38

F. Informan Penelitian ... 39

G. Teknik Pengabsahan Data Penelitian ... 40

H. Teknik Analisis Data ... 41

(11)

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 44

B. Peran Inspektorat Provinsi dalam pelaksanaan pengawasan internal terhadap Instansi Pemerintah Provinsi Sulewesi Selatan ... 52

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengawasan internal Inspektorat terhadap Instansi Pemerintah di Provinsi Sulewesi Selatan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran-saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Daftar Informan Penelitian ... 50

Tabel 4.1. Pejabat Fungsional dan Staf Wilayah I Inspektorat Sulsel ... 65

Tabel 4.2. Pejabat Fungsional dan Staf Wilayah II Inspektorat Sulsel ... 66

Tabel 4.3. Pejabat Fungsional dan Staf Wilayah III Inspektorat Sulsel... 66

Tabel 4.4. Pejabat Fungsional dan Staf Wilayah IV Inspektorat Sulsel ... 66

Tabel 4.5. Temuan Hasil Audit ... 79

Tabel 4.6. Sarana dan Prasarana Inspektorat Provinsi Sulsel ... 91

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 44 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan ... 55

(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan paradigma pelaksanaan pemerintahan di suatu daerah dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi (otonomi daerah), berdampak terhadap tanggung jawab yang semakin besar bagi pemerintah daerah dengan adanya pelimpahan wewenang pemerintah..pusat kepada pemerintah di daerah.

Pelaksaanaa pemerintahan di.daerah mempunyai tugas dan fungsi secara luas untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, dan untuk mewujudkan Indonesia maju tergantung pada pelaksanaan pemerintah di daerah. Terdapat 3 (tiga) aspek penting untuk menciptakan pemerintahan yang baik, yaitu aspek pengawasan, aspek pengendalian, dan aspek pemeriksaan (Mardiasmo, 2015).

Pengawasan adalah usaha atau kegiatan dalam mengawasi dan menilai kinerja pemerintahan. Pengendalian adalah cara yang dilaksanakan oleh pihak eksekutif dalam menjamin bahwa kebijakan dan sistem manajemen telah dilakukan dengan baik, sehingga dapat mencapai tujuan dalam organisasi.

Sedangkan pemeriksaan adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh para pihak yang mempunyai keahlian dan kompetensi secara profesional untuk melakukan audit terhadap hasil kinerja yang disesuaikan dengan rencana, standar dan prosedur yang telah ditetapkan.

Pengawasan pelaksanaan pemerintah di daerah dilaksanakan pada setiap tingkatan (Kab./Kota, Provinsi dan Kementerian). Inspektorat melaksanakan pemeriksaan (audit) dan pengawasan pada instansi/badan atau perangkat

(15)

daerah yang ada pada setiap Kab./Kota dan Provinsi. Pengawasan internal dilakukan oleh aparat pengawas internal pemerintah yang meliputi kegitan audit, evaluasi, reviu, pemantauan dan kegiatan pengawasan tertentu. Aparat pengawas/Inspektorat dalam melakukan fungsi dan tugasnya, selain untuk mengeluarkan rekomendasi, mereka juga berkewajiban untuk melaporkan hasil kinerjanya yaitu laporan hasil pemeriksaan/audit sesuai standar audit.

Menurut Undang-undang No.23 Tahun 2014 mengenai Pemerintahan Daerah bahwa Perangkat Daerah adalah pembantu Kepala Daerah dan DPRD untuk pelaksanaan kegiatan pemerintahan yang telah menjadi wewenang daerah tersebut. Badan pengawas di daerah yang disebut inspektorat Provinsi dan inspektorat Kab./Kota merupakan pengawas daerah yang dipimpin oleh seorang Inspektur dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota). Dalam Peratutan Pemerintah No. 12 tahun 2017 terkait Pembinaan...dan..Pengawasan...pada..Penyelenggaraan..Pemerintahan Daerah. Kepres No. 74 tahun 2001 mengenai Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Keputusan Mendagri No. 67 Tahun 2007 tentang Pedoman..Teknis.Organisasi dan.Tata.Kerja.Inspektorat di Prov.

dan Kab./Kota.

Inspektorat di daerah berfungsi sebagai..auditor intern pemerintah yang mengemban tugas-tugas untuk melaksanaka kegiatan pengawasan secara umum pada pemerintah di daerah. Inspektorat daerah adalah sebuah lembaga pengawas yang dibentuk dalam lingkungan pemerintah di setiap daerah.

(16)

Inspektorat memilik peran penting dalam kemajuan dan untuk keberhasilan dalam suatu pemerintahan di daerah.

Inspektorat daerah merpakan tangan kanan dan pembantu kepala daerah yang melakukan tugas-tugas dan fungsinya sebelum audit/pemeriksaan secara eksternal dilaksanakan. Inspektorat sebagai APIP berperan sebagai konsultan dan penjamin mutu yang lebih banyak melakukan tugas dan tindakan yang bersifat preventif atau pada pencegahan. Keberhasilan pelaksanaan pengendalian internal bergantung pada efektivitas dan kompetensi Aparat Pengawasan...Internal..Pemerintah (APIP). Oleh karena itu, APIP dituntut untuk terus melakukan peningkatan dan perubahan pada pelaksanaan pengawasan. Hal tersebut sesuai peran pengawasan intern dalam mendorong peningkatan..efektivitas manajemen risiko (risk management), pengendalian (control) dan tata kelola (governance) organisasi. APIP juga mempunyai tugas untuk melakukan..pembinaan..Sistem..Pengendalian..Intern Pemerintah..(SPIP) sebagaimana diamanatkan dalam PP No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian.Internal.Pemerintah.

Aparat pengawasan internal pemerintah dalam hal ini Inspektorat d di daerah mempunyai posisu dan peran strategis baik dalam aspek fungsi manajemen maupun untuk pencapaian visi dan misi serta program pemerintah.

Fungsi dasar manajemen, aparatur pengawas mempunyai kedudukan yang setara dengan fungsi dan tugas-tugas perencanaan dan pelaksanaan. Sedangkan dari untuk pencapaian visi, misi dan program pemerintah, Inspektorat daerah sebagai pilar utama yang bertugas melakukan pengawas sekaligus bertindak

(17)

selaku pengawal pelaksanaan program pada Anggaran..Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Permendagri No.47 tahun 2011 tentang..Kebijakan..Pengawasan di lingkungan..Kementerian Dalam..Negeri dan..Penyelenggaraan..Pemerintahan Daerah tahun 2012 pada point Penajaman..Pengawasan angka (4) menetapkan rumusan terkait peran dari Inspektorat..Daerah Kab./Kota, yaitu :

1. Pengawasan” terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, kabupaten/kota (urusan wajib dan urusan pilihan) dengan menyusun dan menetapkan kebijakan pengawasan di lingkungan Penyelenggaraan pemerintahan daerah.

2. Pengawasan pada pemerintah desa dalam lingkup pelaksanaan tugas pembantuan di daerah Provinsi dan Kab./Kota dan pemeriksaan khusus terkait dengan adanya pengaduan.

Pengawasan pada hakekatnya merupakan fungsi yang melekat pada seorang leader atau top manajemen dalam setiap organisasi, sejalan dengan fungsi dasar manajemen lainnya, yaitu perencanaan dan pelaksanaan.

Demikian halnya dalam organisasi pemerintah, fungsi pengawasan merupakan tugas dan tanggung jawab seorang kepala pemerintahaan, seperti di lingkup pemerintah provinsi merupakan tugas dan tanggung jawab seorang gubernur, sedangkan pemerintah kabupaten/kota bupati/walikota.

Menurut Amzulian Rifai (Ketua Ombudsman RI) bahwa di tahun 2015 dan 2016 Pemda menempati urutan teratas sebagai lembaga pemerintah yang paling banyak dilaporkan kepada Ombudsman RI. Dimana pada tahun 2015

(18)

terdapat 2.914 laporan, jumlah ini meningkat menjadi 3.638 laporan pada Tahun 2016 atau 40% dari keseluruhan laporan. Angka yang tinggi ini merefleksikan banyak hal terkait tata kelola kepemerintahan di daerah, termasuk fungsi pengawasan internal mereka.

Pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan dalam pemerintahan, inspektorat memiliki beberapa fungsi dan tugas, yakni, melakukan perencanaan program pengawasan, merumuskan kebijakan dan fasilitas pengawasan, melakukan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.

Pengawasan adalah segala kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diuraikan bila tidak sesuai dengan semestinya atau standar yang berlaku bagi kegiatan yang dilakukan maka telah terjadi penyimpangan. Kesalahan dan penyimpangan dalam pengawasan merupakan kegiatan dari kenyataan yang sebenarnya, selain hal tersebut dalam kegiatan pengawasan juga harus ditemukan sebab-sebab terjadinya penyimpangan, sifat penyimpangan, akibat hukum dari penyimpangan dan kerugian keuangan yang ditimbulkan dari perbuatan penyimpangan serta tindak lanjut hasil pemeriksaan. (Sujanto, 1996)

Pengawasan berfungsi membantu agar sasaran yang ditetapkan organisasi dapat tercapai, serta berperan dalam mendeteksi secara dini terjadinya penyimpangan pelaksanaan, penyalahgunaan wewenang, serta pemborosan dan kebocoran. Tugas pengawasan ini untuk lingkungan pemerintah daerah dilaksanakan oleh Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, yang bertanggung jawab langsung kepada Gubernur/Bupati/Walikota (pasal 1 ayat 7 Peraturan

(19)

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah).

Dalam Undang-undang Nomor 30 tahun 2014 Pasal 1 ayat (1) tentang Administrasi Pemerintahan dijelaskan bahwa, Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan. Fungsi Pemerintahan adalah fungsi dalam melaksanakan Administrasi Pemerintahan yang meliputi fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan, pemberdayaan dan perlindungan, yang sebagaimana dijelaskan pada ayat (2).

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP mewajibkan menteri/pimpinan lembaga, Gubernur, dan Bupati/Walikota mengendalikan penyelenggaraan pemerintahan. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa politik hukum pengendalian internal adalah mengawasi dan mengendalikan diri sendiri.

Pengendalian internal menurut PP No.60/2008 memang bukan untuk memberantas korupsi seperti yang dilakukan KPK, tetapi pada model pengendalian dan perbaikan administrasi pemerintahan yang muaranya adalah good governance. Politik hukum peraturan pemerintah tersebut berpengaruh terhadap desain institusi sistem pengendalian tersebut. Dalam susunan pemda terlihat bahwa muara pertanggungjawaban dan laporan pengendali internal adalah kepala daerah. Dalam hal ini kemandirian dan kekuatan pengendali

(20)

internal akan sangat bergantung pada akuntabilitas kepala daerah masing- masing. Politik hukum tersebut juga senada dengan pengaturan dalam Uundang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mendudukkan Inspektorat di bawah sekretaris daerah.

Kedudukan ini menempatkan Inspektorat bukan pada posisi yang bisa melakukan pengendalian dan pengawasan dengan maksimal. Posisi Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari Pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sehingga dapat bekerja sama dengan audit dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa.

Inspektorat Kabupaten mempunyai tugas sesuai yang di amanatkan, namun Inspektorat tanpa terkecuali wajib menjalankan SPIP pada instansinya sendiri. Untuk itu Inspektorat membuat suatu rancangan strategis tahunan yang selanjutnya disingkat (RENSTRA) yang harus dicapai oleh setiap instansi Penyelenggara Pemerintahan dalam wujud peningkatan kinerja yang terukur, bermanfaat, dan berdaya guna. Perubahan-perubahan yang berkembang, menuntut setiap Penyelenggara Negara untuk mampu mereform kebijakan yang lebih bersih, transparan, dan akuntabel.

Sehubungan dengan uraian di atas beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan Taufiq Hidayat (2018) dengan judul; Peran Inspektorat Daerah Sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah di Provinsi Lampung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Inspektorat Daerah Provinsi Lampung sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah

(21)

Daerah memiliki peran dalam perencanaan program pengawasan, perumusan kebijakan, dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan, pemeriksaan serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala Daerah di bidang pengawasan. Dalam menjalankan tugasnya Inspektorat Provinsi Lampung belum dapat melaksanakan tugasnya secara optimal. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai hambatan dalam pelaksanaan tugasnya sehingga program pengawasan tidak semuanya dapat ditindaklanjuti. Berbagai hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Inspektorat adalah masalah keterbatasan anggaran, kurangnya data fisik lapangan, kurangnya koordinasi antara lembaga dan instansi/dinas, dan terbatasnya sumber daya manusia/auditor.

Penelitian yang telah dilakukan Dea Fiscarina Maulani (2017) dengan judul; Peran Inspektorat Daerah Sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah dalam Mencegah Terjadinya Kecurangan untuk Menunjang Tingkat Kewajaran Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Kota Kediri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 3 (tiga) bentuk pengawasan yang dilakukan Inspektorat Kota Kediri sebagai APIP di Kota Kediri, yaitu (1) pengawasan reguler; (2) pengawasan khusus; (3) dan pengawasan lain/kasus. Pencegahan kecurangan dilakukan dengan cara melakukan pengawasan sejak awal, yaitu pada proses penyusunan anggaran. Dengan pengawasan yang selama ini dilakukan, Inspektorat Kota Kediri dapat menunjang tingkat kewajaran LKPD, dibuktikan dengan diraihnya opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 2 tahun berturut-turut.

(22)

Penelitian yang telah dilakukan Muh. Hary Mappangara (2018) dengan judul; Analisis Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Inspektorat Daerah Di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pengawasan baik dilihat dari pemeriksaan, pengujian hingga penyelidikan, ternyata belum efektif, hal ini disebabkan karena adanya ketidaktepatan waktu dalam melakukan pengawasan, belum akuratnya data penyimpangan yang ditemukan untuk aparatur pengawas di Inspektorat Daerah Kabupaten Maros. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penyelenggaraan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Maros adalah meliputi aparatur petugas yang memiliki skill, pengetahuan di bidang pekerjaan yang ditangani dan selain itu tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat di Kabupaten Maros. Kemudian penelitian yang telah dilakukan oleh Wandi Harmawan (2014), dengan judul ; Analisis Pelaksanaan Fungsi Inspektorat Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan yang dilakukan Inspektorat Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam hal ini meliputi fungsi pemeriksaan, pengujian dan pengusutan sudah berjalan dengan baik dan diperkuat dengan berhasilnya Inspektorat Kabupaten Pangkajene dan Kepulaun meraih WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) untuk yang kedua kalinya.

Pelaksanaan sistem pengawasan yang dilihat dari segi pemeriksaan, pengujian, dan pengusutan sudah berjalan dengan efektif, hal ini dapat dilihat dari segi ketepatan waktu dalam melakukan pengawasan, serta keakuratan data yang

(23)

dilaporkan Inspektorat Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan data yang ada dilapangan. Hal tersebut tidak serta merta diraih begitu saja mengingat didalam melakukan pengawasan, kerjasama antara pihak pengawas dan pihak yang akan diperiksa belum terjalin dengan baik dalam artian masih ada beberapa pihak yang absen ketika akan periksa, belum lagi faktor faktor yang turut mempengaruhi proses pengawasan diataranya, masih kurangngnya satuan pengawas yang ada dikantor Inspektorat Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan menyebabkan kurang maksimalnya proses pengawasan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu peneltian dengan mengambil judul: Peran Inspektorat dalam melakukan Pengawasan Internal Terhadap Instansi Pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan demikian objek penelitian ini adalah Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dalam melakukan tugas-tugas pengawasan internal Pemerintah Daerah.

B. Rumusan Masalah

Mengingat luasnya cakupan permasalahan yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah, maka permasalahan yang akan diteliti dalam skripsi ini dibatasi dalam hal peran Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dalam melakukan pengawasan internal Pemerintah Daerah, yaitu melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi perangkat daerah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

(24)

1. Bagaimana peran Inspektorat Provinsi dalam pelaksanaan pengawasan internal terhadap Instansi Pemerintah di Provinsi Sulewesi Selatan ?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pelaksanaan pengawasan internal Inspektorat terhadap Instansi Pemerintah di Provinsi Sulewesi Selatan ? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan penelitain

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran inspektorat dalam pelaksanaan fungsi pengawasan internal terhadap Instansi Pemerintah di Provinsi Sulewesi Selatan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengawasan internal Inspektorat terhadap Instansi Pemerintah di Provinsi Sulewesi Selatan.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis a. Untuk penulis

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulisn di bidang pengawasan internal Inspektorat khususnya pemahaman mengenai kompetensi, independensi dan kewenangan Inspektorat dalam pelaksanaan tugas pengawan internal pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan.

(25)

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan setiap pembaca dan menjadi bahan dan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis a. Pihak Inspektorat

Penelitian ini diharapkan agar dapat bermanfaat bagi Inspektorat dalam pelaksanaan tugas pengawan internal terhadap pemerintah daerah.

a. Untuk masyarakat

Diharapkan bisa menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai pengawasan oleh Inspektorat agar dapat menjadi motivasi bagi semua lapisan masyarakat dalam mendukung serta upaya mewujudkan pemerintahan yang baik.

b. Untuk Pemerintah

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan internal pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan.

(26)

13

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian.Peran

Pengertian tentang peran menurut Soerjono.Soekanto (2002), adalah merupakan sesuatu yang dinamis kedudukannya. Orang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai kedudukan mereka, maka itu berarti mereka melaksanakan suatu peranan.

Lebih lanjut Soerjono.Soekanto (2002) mengemukakan bahwa idealnya suatu peran, dapat dikaitkan sebagai peran yang dilakukan dan yang diharapkan oleh yang memegang peranan. Sebagai contoh suatu dinas atau organisasi secara formal dibidang tertentu yang memiliki fungsi penegakan hokum, maka dapat bertindak menjadi pengayom untuk masyarakat, guna terwujudnya keamanan dan ketertiban, yang bermuara pada kesejahteraan dan kepentingan dalam masyarakat. Peran adalah suatu aspek yang dinamis dari status dan kedudukan pada seseorang. Pada hakikatnya suatu peran, juga dapat berarti suatu perilaku khusus timbul karena sebuah jabatan.

Peran adalah suatu perilaku atau tindakan seseorang atau sekelompok orang yang memegang posisi-posisi dalam masyarakat. Seseorang yang masuk pada lingkungan dalam masyarakat, baik pada skala kecil dalam keluarga, maupun dalam skala yang besar pada kehidupan masyarakat luas, maka akan dituntut melakukan peran tertentu. Peran sosial meliputi beberaa aspek untuk melaksanakan hak dan kewajiban, serta memiliki perasaan, sikap dan harapan yang sesuai dengan perannya (Momon Sudarman, 2008).

(27)

Peran merupakan suatu rangkaian tindakan secara teratur yang timbul dari akibat karena sesuatu jabatan tertentu. Manusia selaku makhluk sosial dan saling membutuhkan satu sama lain yang cenderungan hidup berdampingan dan berkelompok yang mengakibatkan terjadinya suatu interaksi antara satu sama lain. Dalam kehidupan di masyarakat, timbullah sesuatu yang dinamakan peran.

Dari uraian beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran merupakan suatu tindakan ataupun perilaku yang telah didambakan dalam lingkungan dan sekelompok orang untuk dilakukan, baik secara kelompok, individual, lembaga atau organisasi/badan karena adanya status yang dimilikinya dan diharapkan akan berdampak baik pada lingkungan tersebut.

Sehingga apabila dikaitkan dengan peran Inspektorat dalam melakukan pengawasan, maka dapat berarti bahwa tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh Inspektorat karena fungsi dan statusnya sebagai pengawas internal pemerintahan daerah.

B. Tinjauan Umum Inpektorat

a. Fungsi dan Tugas Inspektorat Provinsi

Sesuai Permendagri No. 12 Tahun 2017 mengenai Pembinaan dan Pengawasan..Penyelenggaraan..Pemerintahan..Daerah dalam pasal 1 ayat 3 dijelaskan bahwa Aparat..Pengawas..Internal..Pemerintah (APIP) yaitu inspektorat..jenderal..kementerian, unit pengawas..lembaga..pemerintah Non..Kementerian, Inspektorat Prov. dan Inspektorat Kab./Kota.

(28)

Inspektorat di daerah memiliki fungsi dan tugas pokok melaksanakan kewenangan pemerintah daerah/kepala daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) di bidang..pengawasan..fungsional terhadap penyelenggaraan PEMDA.

Pelaksanaan tugas tersebut, Inspektorat di daerah berwenang melaksanakan fungsinya, yaitu :

1. Menyusun rencana program kerja pengawasan.

2. Melakukan perumusan kebijakan-kebijakan pengawasan dan..fasilitasi di bidang pengawasan.

3. Melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas PEMDA di bidang pengawasan.

4. Melakukan pemeriksaan/audit, pengujian, penilaian dan pengusutan.

5. Audit terhadap kinerja pelaksanaan Pemerintahan Daerah.

6. Pengusutan terhadap kebenaran pada laporan pengaduan terkait penyalahgunaan atau penyimpangan dalam pelaksanaan Pemerintahan di daerah.

7. Pelayanan secara teknis fungsional dan administratif.

8. Menyampaikan laporan hasil kegiatan pengawasan, sasaran, evaluasi dan pertimbangan dalam bidang fungsi dan tugas-tugasnya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 2007 terkait OPD, di bagian ketiga pasal.5 ayat..5 dijelaskan bahwa Inspektorat di Provinsi dalam melakukan..tugas-tugas dan..fungsinya bertanggung..jawab..langsung kepada..Gubernur dan secara teknis..administratif mendapat..pembinaan dari Sekda.

(29)

b. Mekanisme pelaksanaan pengawasan Inspektorat Provinsi

Inspektorat Provinsi yang akan bertindak menjadi aparat pengawas intern pemerintah di daerah telah diatur dalam PP No. 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian..Internal.Pemerintah.Daerah. Berdasarkan pasal 47 PP SPIP dijelaskan, bahwa:

1. Pimpinan lembaga/Menteri, gubernur walikota dan bupati bertanggungjawab atas efektivitas..penyelenggaraan sistem pengendalian intern di lingkungan dan daerah masing-masing.

2. Dalam memperkuat dan untuk menunjang efektivitas sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan:

a. Pengawasan..internal atas pelaksanaan fungsi dan tugas pada Instansi dalam Pemerintah termasuk.akuntabilitas..keuangan.negara;

b. Pembinaan.penyelenggaraan.SPIP.

Berdasarkan PP 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal PEMDA, dalam pasal 48 ayat 2 bahwa pengawasan internal pada pelaksanaan tugas dan fungsi intansi pemerintah dilaksanakan oleh APIP yang meliputin audit, evaluasi, reviu, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain, sebagai berikut:

1. Pemeriksaan/Audit

Audit adalah suatu proses dalam mengidentifikasi masalah-masalah, evaluasi dan analisis bukti-bukti yang dilaksanakan dengan obyektif, independen, serta profesional sesuai aturan dan standar dalm bidang audit.

Bertujuan untuk menilai tingkat kredibilitas, kebenaran, efektivitas,

(30)

kecermatan efisiensi, dan keakuratan informasi pelaksanaan fungsi dan tugas instansi/badan pemerintah. Pelaksanaan pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan dan penilaian kinerja dan audit/pemriksaan pada tujuan khusus.

Audit/pemeriksaan dan penilaian kinerja pada pengelolaan kegiatan keuangan negara dan pelaksanaan fungsi dan tugas Instansi/Badan Pemerintah yang meliputi aspek efesiensi, kehematan, dan efektivitasnya.

Sedangkan audit pada tujuan khusus meliputi pemeriksaan yang tidak masuk dalam audit/pemeriksaan dan penilaian kinerja. Dalam pelaksanaan pemeriksaan internal di Instansi/Badan Pemerintah dilaksanakan pejabat yang telah memiliki fungsi dan tugas untuk melakukan pengawasan dan telah memenuhi persyaratan kompetensi keahlian/keilmuan auditor.

Persyaratan kompetensi keilmuan/keahlian sebagai auditor, secara formal telah mengikuti dan lulus sertifikasi. Kebijakan program sertifikasi ditetapkan instansi pembina jabatan fungsional sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Setelah melakukan tugas-tugas pengawasan, aparat pengawas internal wajib membuat dan menyusun laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada Instansi Pemerintah yang telah diawasi. Dalam hal BPKP melaksanakan pengawasan atas kegiatan kebendaharaan umum negara, laporan hasil pengawasan disampaikan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan kepada pimpinan Instansi Pemerintah yang diawasi. Secara berkala, berdasarkan laporan hasil pengawasan, BPKP menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada

(31)

Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Secara berkala, berdasarkan laporan hasil pengawasan, Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada menteri/pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan internal pemerintah, secara berkala dilaksanakan telaahan sejawat. Pedoman telaahan sejawat disusun oleh organisasi profesi auditor.

Aparat pengawasan internal pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus independen dan obyektif.

2. Reviu

Reviu merupakan penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesusai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan. Pada Pasal 57 PP No. 60 Tahun 2008 dijelaskan bahwa setiap APIP wajib melakukan reviu atas laporan keuangan instansi pemerintahan yang diawasi, yaitu :

a. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan internal melakukan reviu atas laporan keuangan kementerian negara/lembaga sebelum disampaikan menteri/pimpinan lembaga kepada Menteri Keuangan.

(32)

b. Inspektorat Provinsi melakukan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah provinsi sebelum disampaikan gubernur kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

c. Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota sebelum disampaikan bupati/walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

d. BPKP melakukan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebelum disampaikan Menteri Keuangan kepada Presiden.

e. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menetapkan standar reviu atas laporan keuangan untuk digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan reviu atas laporan keuangan oleh aparat pengawasan internal pemerintah. Dalam pelaksanaan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan reviu atas LKPD yang bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa LKPD disusun berdasarkan Sistem Pengendalian Internal yang memadai dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (Pasal 4).

3. Evaluasi , yaitu merupakan rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.

(33)

4. Pemantauan yaitu merupakan proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Kegiatan Pengawasan Lainnya Kegiatan Pengawasan Lainnya merupakan kegiatan pengawasan, antara lain berupa sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan dan pelatihan, bimbingan dan konsultasi, pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa pengawasan internal atas penyelenggaraan tugas dan fungsi intansi pemerintah dilakukan oleh APIP melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.

C. Tinjauan Umum Pemeritahan Daerah a. Pemerintah Daerah

Pemerinth di daerah adalah perangkat dalam suatu sistem penyelenggaraan dan pelaksanaan pemerintahan. Pemerintah di daerah memiliki kewenangan dan kekuasaan secara administratif dalam lingkungan sebuah daerah dalam Negara Republik Indonesia yang merupakan sebuah negara yang memiliki wilayah yang terbagi-bagi dari daerah Provinsi dan daerah provinsi terbagi atas daerah Kab. dan Kota yang mempunyai pemerintahan di daerah berdasarkan undang-undang.

Berdasarkan UUD 1945, pasal 18 ayat (1) bahwa NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota.

Daerah provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintah daerah yang kemudian diatur dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 mengenai Pemerintahan Daerah. Dalam pasal 1 ayat (2) dinyatakan bahwa Pemda

(34)

merupakan penyelenggaraan/pelaksanan urusan dan kegiatan pemerintahan oleh PEMDA dan DPRD menurut asas otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.

Menurut..Setya.Retnami.(2001:8), menjelaskan bahwa Pemda adalah sub. sistem yang terkait dengan sistem pelaksanaan pemerintahan secara nasional. Pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam mengatur, mengelola dan mengurus rumah tangga daerahnya secara otonom. Kewenangan Pemda dalam mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, di dalamnya mencakup 3 (tiga) hal yang utama, sebagai berikut:

1. Tugas dan kewenangan yang telah diserahkan dan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah.

2. Pemberian kepercayaan dan kewenangan dalam pengambilan keputusan dan inisiatif sendiri dalam penyelesaian tugas-tugasnya.

3. Dalam pengambilan keputusan dan inisiatif, baik langsung bersama rakyat atau bersama DPRD.

Menurut pasal 1 angka (3) UU No. 23 tahun 2014 mengenai Pemerintahan Daerah, bahwa Pemda adalah kepala daerah sebagai perangkat penyelenggara dan pelaksana pemerintahan di daerah yang memimpin dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang sudah menjadi wewenang daerah secara otonom.

Keberadaan pemerintahan di daerah sudah dikenal sejak zaman pemerintahan sistem kerajaan di masa nenek moyang sampai pada masa pemerintahan di zaman penjajahan. Sistem pemerintahan dan kemasyarakatan

(35)

yang mulai pada tingkat pedesaan, nagari, kampung, dusun atau istilah-istilah lainnya sampai kepada tingkat pimpinan pemerintah yang paling tinggi. Selain dari itu, juga terdapat perbandingan pada sistem pemerintahan yang telah berlaku di beberapa negara di dunia.

Dalam penjelasan dan pejabaran UU No.23 tahun 2014 telah dikemukakan bahwa penyelenggaraan dan pelaksanaan pemerintahan ditingkat daerah berbeda dengan pelaksanaan pemerintahan di tingkat pusat, antara lain terdiri dari eksekutif, legislative dan yudikatif. Penyelenggaraan dan pelaksanaan pemerintahan di tingkat daerah oleh Kepala Daerah dan DPRD yang memiliki kedudukan sebagai perangkat pelaksana pemerintahan ditingkat daerah berdasarkan pilihan masyarakat. Oleh karena itu, Kepala daerah dan DPRD memiliki kedudukan yang sama atau mitra yang sejajar, meskipun dengan fungsi dan tugas yang berbeda.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) memiliki tugas dan fungsi legislasi untuk membentuk Peraturan Daerah, menetapkan anggaran (APBD) dan fungsi pengawasan. Sedangkan Kepala Daerah befungsi dalam melaksanakan Peraturan Daerah dan kebijakan-kebijakan daerah. Untuk mengurus dan mengatur dan urusan dan kegiatan pemerintahan di daerahnya, Kepala Daerah dibantu oleh perangkat-perangkat daerah/dinas dam badan- badan lainnya.

Daerah tingkat Provinsi, disamping dengan status daerah, juga sebagai wilayah/daerah administratif, sebagai wilayah Gubernur yang merupakan wakil/perpanjang tangan dari pemerintah tingkat pusat. Gubernur sebagai

(36)

kepala daerah tingkat provinsi melaksanakan urusan dan kegiatan pemerintahn umum di daerahnya.

Dalam pasal 13 ayat 3 UU No. 23 tahun 2014 bahwa kewenangan- kewenangan Pemda ditingkat provinsi, yaitu :

1. Urusan/kegiatan pemerintahan meliputi daerah Kab. Dan Kota 2. Urusan/kegiatan pemerintahan dimana pengguna lintas daerah-daerah

Kab. Dan Kota

3. Urusan/kegiatan pmerintahan, dimana manfaat dan dampaknya lintas daerah Kabupaten dan kota

4. Urusan/kegiatan pemerintahan dimana pengguna sumber daya yang ada lebih efektif dan efisien bila dilaksanakan daerah tingkat provinsi.

Penyerahan dan pelimpahan wewenang kepada PEMDA dalam melaksanakan pemerintahan di daerahnya, dilakukan dalam proses desentralisasi terhadap daerah otonom atau yang lebih dikenal dengan istilah otonomi.daerah.

b. Instansi/Badan Pemerintah di Daerah

Pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah pada tingkat daerah provinsi, dipimpin oleh seorang Gubernur selaku pimpinan/kepala daerah yang dibantu dengan perangkat-perangkan daerah, antara lain SEKDA, SEKWAN, Inspektorat, dinas-dinas dan badan-badan daerah ditingkat provinsi.

Instansi Pemerintah Provinsi merupakan perangkat pelaksana untuk membantu jalannya roda pemerintahan didaerah yang lebih dikenal denagan

(37)

sebutan badan atau satuan kerja perangkat daerah yang disingkat SKPD/Badan yang bekerja dalam membantu baik Kepala Daerah, maupu DPRD didalam melaksanakn kegiatan pemerintahan didaerah berdasarkan UU No. 23 pada pasal 208 ayat 1 “Kepala Daerah dan DPRD dalam menyelenggarakan.Urusan Pemerintahan.dibantu.oleh.Perangkat.Daerah”. Jadi, perangkat-perangkat daerah yang merupakan unsur-unsur pembantu bagi Gubernur/Bupati/Walikota dan DPRD pada penyelenggaraan dan pelaksanaan kegitan pemerintahan yang sudah menjadi wewenang daerah tersebut.

Pada pasal 1 ayat 1 dalam PP No. 18 tahun 2016 mengenai perangkat di daerah, telah dijelaskan bahwa perangkat-perangkat daerah adalah merupakan suatu unsur pembantu terhadap Kepala Daerah dan DPRD di dalam penyelenggaraan dan pelaksaan urusan dan kegiatan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan pada daerah tersebut.

Perangkat-perangkat PEMDA dibentuk atas dasar dan pertimbangan, anatara lain kewenangan oleh pemerintah daerah, karakteristik, potensi serta kebutuhan di daerah itu, kemampuan keuangan, SDM dan pengembangan kerjasama daerah dengan pihak ketiga. Pembentukan perangkat-perangkat daerah berdasarkan karena urusan/kegiatan pemerintahan telah diserahkan pada daerah itu dan menjadi wewenang daerah tersebut, wewenang tersebut terdiri dari urusan pilihan dan urusan wajib.

Kelompok organisasi pada perangkat-perangkat daerah berdasarkan atas konsep pembentukan.organisasi, terdiri dari 5 (lima) elemen, yaitu:

(38)

1. Kepala Daerah (Strategic Apex) 2. SEKDA (Middle Line)

3. Dinas (Operating Core)

4. Badan penunjang (Technostructure) 5. Staf Pendukung (Supporting Staff)

Dinas/perangkat daerah adalah pelaksana yang berfungsi secara inti untuk melakukan tugas-tugas dnn fungsi-fungsi pembantu terhadap Kepala Daerah untuk mengurus dan mengatur urusan pemerintahan yang telah dilimpahkan pada daerah tersebut, baik urusan pilihan maupun pada urusan- urusan wajib. Badan (technostructure) sebagai penunjang yang melakukan tugas-tugas dan fungsi pembantu terhadap kepala daerah untuk menunjang kelancaran tugas-tugas dan fungsi inti/dinas.

Pembentukan kelembagaan pada perangkat daerah adalah wadah dan sarana untuk pelaksanaan kewenangan pada daerah tersebut. Keberadaan lembaga daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban dan kejelasa dalam melakukan tugas-tugas dan fungsi dalam pelaksanaan OTODA. Maka dengan hal itu, tata kelola kelembagaan di setiap daerah merupakan hal yang sangat penting untuk menjacapat tujuan dan cita-cita dalam sistem otonomi.daerah.

Dalam implementasi otonomi di daerah, sehingga Pemda dengan leluasa untuk membentuk suatu organisasi sebagai perangkat daerah untuk membantu jalannya roda pemerintahan. Pembentukan dan penyusunan kelembagaan di daerah telah diatur pada UU No. 23 tahun 2014 dalam pasal 209. Oleh karena itu, dengan membentuk dan menyusun lembaga di daerah, maka pemerintah

(39)

didaerah diharpakan dapat menyelenggarakan suatu pemerintahan yang baik, efektif dan lebih efisien, dengan tujuan agar dapat mewujudakan kesejahteraan dan pelayanan masyarakat yang lebih baik.

D. Teori Pengawasan Internal

a. Pengertian.Pengawasan Internal

Pengawasan yang berasal dari kata awas yang juga berarti penjagaan.

Istilah pengawasan juga dikenal di dalam ilmu manajemen dan dalam bidang ilmu administrasi, yaitu merupakan salah satu aspek dalam urusan pengelolaan.

George.R.Terry (2006:395) berpendapat bahwa istilah control, yang dikutip Muchsan,,,bahwa pengawasan adalah kegitam untuk menentukan keberhasilan sesuatu yang telah dilakukan, dievaluasi dan menerapkan tindakan yang korektif, dan apabila diperlukan maka dinilai dan dipastikan apakah sudah sejalan dengan rencana-rencana yang telah ditetapkan.

Menurut..Victor..Situmorang (2004:8), bahwa pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, mekanisme pengawasan dalam organisasi adalah mutlak dilakukan. Pelaksanan rencana dan program kerja tanpa adanya suatu system atau pengawasan secara intensif yang berkesinambungan, maka akan berdampak negatif, atau mungkin tidak akan mencapi tujuan dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya.

Handayanigrat (2015:144) menjelaskan bahwa ruang lingkup pengawasan bisa dibedakan dalam dua bagian, pertama pengawasan dari dalam lingkungan itu sendiri (Internal Control) dan kedua pengawasan yang berasal dari luar lingkungan itu (Eksternal Control). Pengawasan yang dari dalam

(40)

yaitu pengawasan dilakukan oleh unit pengawas yang terbentuk didalam organisasi itu sendiri. Aparat dalam unit lingkungan itu bertindak atas nama organisasi. Pengawasan intern, secara luas dibagi dalam dua bagian yaitu pengawasan akuntan dan administratif. Pengawasan intern sebagai alat yang membantu pimpinan atau ketua organisasi untuk melakukan tugas-tugasnya serta fungsinya, sehingga tujuan dancita-cita organisasi dapat tercapai dengan maksimal.

Menurut..Mulyadi (2008:163), menjelaskan bahwa pengawasan intern meliputi struktur/susunan dalam organisasi, ukuran dan metode yang dikordinasikan dalam menjaga dan memelihata kekayaan atau aset organisasi, mengecek kecermatan dan keakuratan data-data akuntansi, mendorong efektifitas dan efisiensi serta mendorong pada ketaatan pada kebijakan- kebijkan manajemen.

Menurut..Nizar Ali (2009:96), bahwa pengawasan.untuk kontrol birokrasi ataupun organisasi wajib dilakukan dengan baik dan benar. Apabila diabaikan, maka dapat berdampak buruk bagi orgaisasi/birokrasi itu. Dalam beberapa definisi terkait pengawasan internal ada beberapa konsepsi dasar, antara lain:

1) Pengawasan intern adalah suatu proses dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Pengawasan secara internal bukan merupakan suatu tujuan tetapi bagian dari rangkaian suatu kegiatan atau tindakan bersifat pervasif dan menjadi bagian tidak boleh dipisahkan.

(41)

2) Pengawasan secara internal dilakukan oleh orang dari setiap jenjang dan tingkatan organisasi.

3) Pengawasan secara intern adalah untuk mencapai tujuan yang saling berhubungan, diantaranya ketaatan, operasi dam pelaporan kegiatan keuangan

Menurut Statement on Auditing Standard (SAS, bahwa pengawasan secara internal adalah :

1) Pengawasan dalam administrasi yang terdiri dari prosedur, struktur organisasi dan catatan yang berkaitan dengan proses dalam mengambil keputusan dalam pelaksanaan transakasi yang telah diotorisasi manajemen.

2) Pengawasan dalam akuntansi yang terdiri dari prosedur, struktur organisasi dan catatan yang berkaitan dengan kegitatan dalam menjaga dan memelihara keamanan aktiva dan catatan keuangan perusahaan yang terpercaya.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan secara internal adalah proses dalam mewujudkan tujuan khusus yang dilakukan oleh seseorang, pengawasan internal yang tidak hanya meliputi pedoman kebijakan dan formulir, tetapi dilakukan oleh orang pada setiap tingkatan organisasi.

Pengawasan secara internal terdiri atas lima komponen yang saling berkaitan. Komponen-komponen tersebut bersumber dari cara-cara pimpinan dalam organisasi melaksanakan tugasnya. Maka dengan itu, pada komponen tersebut berhubungan dalam proses-proses manajemen. Komponen itu sebagaimana yang dikutip oleh Santoyo Gondidoyoto (2009) yaitu:

(42)

1. Lingkungan.Pengawasan

Merupakan perwujudan suatu iklim manajemen di mana sejumlah orang melaksanakan kegiatan dan tanggungjawab pengendalian. Faktor lingkungan pengendalian ini termasuk integritas, etika, kompetensi, pandangan dan philosopi manajemen dan cara manajemen membagi tugas dan wewenang/tanggungjawab serta arahan dan perhatian yang diberikan pimpinan puncak.

2. Penaksiran Resiko

Setiap entitas, dalam melaksanakan aktivitas menghadapi berbagai resiko, baik internal maupun eksternal yang harus diperhitungkan terkait dalam mencapai tujuan sehingga membentuk suatu basis penetapan bagaimana resiko tersebut seharusnya dikelola. Penaksiran risiko mensyaratkan adanya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

3. Aktifitas Pengawasan

Meliputi kebijakan dan prosedur yang menunjang arahan dari manajemen untuk diikuti. Kebijakan dan prosedur tersebut memungkinkan diambilnya tindakan dengan mempertimbangkan risiko yang terdapat pada seluruh jenjang dan fungsi dalam organisasi. Didalamnya termasuk berbagai jenis otorisasi dan verifikasi, rekonsiliasi, evaluasi kinerja dan pengamanan harta serta pemisahan tugas.

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi yang relevan perlu diidentifikasikan, dicatat dan dikomunikasikan dalam bentuk dan waktu yang tepat, sehingga

(43)

memungkinkan pelaksanaan tanggungjawab yang baik oleh anggota organisasi. Sistem informasi menghasilkan laporan tentang kegiatan operasional dan keuangan, serta ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dalam rangka melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan tugas.

5. Pemantauan

Pemantauan adalah suatu proses yang mengevaluasi kualitas kinerja Sistem Pengendalian Manajemen pada saat kegiatan berlangsung. Proses ini diselenggarakan melalui aktivitas pemantauan yang berkesinambungan dan melalui pengawasan (audit) intern atau melalui kedua-duanya.

Sedangkan menurut PP No. 60 Tahun 2008 tentang pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP.

Berdasarkan uraian dan beberapa pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengawasan internal dalam suatu lembaga atau organisasi pemerintah merupakan fungsi staf yang melakukan penilaian secara bebas atau tidak memihak dalam suatu organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi seluruh aktivitas dan melaporkan hasil pekerjaannya tersebut kepada manajemen sebagai suatu jasa pelayanan, dan bertanggung jawab penuh kepada manajemen.

b. Tujuan Pengawasan Intern

Satuan pengawasan internal sebagau unit dalam suatu organisasi ntuk membantu pelaksanaan manajemen dalam melakukan pengendalian dan pengawasan secara independen serta mamberikan masukan dan saran

(44)

perbaikan dalam meningkatkan capaian kinerja dalam organisasi. Usaha untuk menjamin pelaksanaan tujuan sangatlah penting sebagai upaya menghindari kecurangan, kesalahan informasi yang akan mengakibatkan kerugian lembaga ataupun organisasi.

Menurut..Mulyadi (2001:63) bahwa tujuan dalam pengawasan intern terbagi dalam dua bagian, yaitu:

1. Pengawasan internal akuntansi merupakan bagian dari sistem pengawasan internal, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran- ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.

Pengawasan intern akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

2. Pengawasan internal administrasi yang terdiri dari struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

Menurut Situmorang (1994:22 ) tujuan pengawasan intern yaitu:

1) Untuk mengetahui proses pekerjaan apakah sudah berjalan baik atau tidak.

2) Upaya dalam memperbaiki kesalahan oleh karyawan dan melakukan upaya pencegahan.

3) Untuk mengetahui penggunaan anggaran sudah tepat sasaran.

4) Untuk mengetahui pelaksanaan kinerja sesuai dengan program yang telah ditetapkan.

(45)

5) Untuk mengetahui hasil capain pekerjaan, lalu kemudian dibandingkan standard dan rencana yang ada.

Berdasarkan uraian beberap pendapat tersebut maka disimpulkan bahwa tujuan pengawasan intern yaitu upaya untuk mengetahui proses pelaksanaan dan hasil pekerjaan dan untuk mengukur segala sesuatu dengan rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.

c. Pengawas Intenal Yang Efektif

Pengawasan merupakan kegiatan secara sistematis dalam menetapkan standar dan prosedur dengan tujuan perencanaan. Membangun dan merancang sistem informasi dua arah (umpan balik), melakukan perbadingan terhadap kinerja seacra faktual dengan prosedur dan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Menentukan dan melihat apabila ada dugaan atau terdapat penyimpanan/penyalagunaan dan mengukur dampaknya, serta melakukan tindakan yang dibutuhkan sebagai jaminan pembedayaan secara utuh terhadap sumber daya yang dipergunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut.Sarwoto (2010:28), pengawasan yang efektif dan efisien, dapat diukur antara lain:

1. Data yang akurat sebagai pedoman yang valid.

2. Tepat waktu

3. Obyektif dan menyeluruh

4. Terpusat pada bidang penyimpangan dan penyalagunaan yang sering terjadi.

(46)

5. Fakta dan reealistis secara ekonomi, yaitu biaya pengawasan yang lebih rendah.

6. Realistis organisasi, sesuai fakta dan kenyataan dalam organisasi.

7. Tata kelola dengan baik dalam aliran kerja.

8. Tidak bersifat kaku (feksibel), penyesuain kondisi dan perubahan yang ada.

9. Petunjuk dan operasional harus dapat memperlihatkan deviasi standar.

10. Dapat diteima disetiap anggota dalam organisasi, mampu mengarahkan bertangung jawab dan berprestasi.

E. Kerangka Konsep

Peran dan fungsi dalam pengawasan merupakan rangkaian dalam kegiatan untuk memeriksa dan menilai pencapaian tujuan organisasi.

Pengawasan bertujuan supaya organisasi diharapakan melakukan tugas- tugasnya yang sesuai aturan dan berjalan dengan baik dan sesuai perencanaan.

Menurut..Reksohadiprodjo (2010:63) mengungkapkan bahwa pengawasan merupakan kegiatan pemeriksaan sekaligus pembinaan atas dasar pedoman kerja terhadap pelaksana kegiatan dengan harapan dapat bertindak sesuai rencana.

Dari uraian tersebut, maka dalam melakukan pengawasan, khususnya pada Inspektorat daerah selaku pengawas internal pelaksanaan pemerintahan daerah yaitu diprioritaskan terhadap hasil pelaksanaan kegitan yang lebih baik dan akurat dalam pelaksanaan fungsi dan tugas-tugas pemerintahan tingkat daerah di Provinsi Sulawesi Selatan. Maka dengan itu, untuk mengetahui dan

(47)

menilai sejauhmana peran inspektorat di Sul-Sel dalam pelaksanaan pengawasan sebagai pengawas internal pada penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah dijajaran SKPD. Untuk menentukan indicator-indikator, peneliti akan mengambil pedoman pada teori pengawasan yang telah dikemukakan oleh..Sarwoto (2011:28) bahwa..pengawasan akan berjalan secara optimal dan efektife apabila terdapat data yang akurat, waktu yang tepat dalam melakukan pengawasan, bersikap objektif secara menyeluruh.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuatlah kerangka konseptual, sebagai berikut :

Gambar: 2.1...Kerangka.Konseptual

Peran Pengawasan Intern Inspektorat Prov. Sul-Sel (PP No. 60 Tahun 2008

Pelaksanaan fungsi pengawasan Intern Indicator-indikator : 1. Tepat.waktu 2. Objektif

3. Keakuratan.data Reviu

Audit/Pemeriksaan

Evaluasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

1. Aparatur pengawas 2. Sarana & prasarana Pemantauan

(48)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis.dan.Lokasi .Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis dalam penelitian ini adalah field research (penelitian.lapangan) dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti yang kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka (Sulistyo,2006:78).

Menurut Koentjaraningrat (2003:89), bahwa Format desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model yaitu, deskriptif kualitatif, verifikasi, dan grounded research. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif dimana peneliti mengamati dan berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala sosial kecil dan mengamati budaya setempat. Dalam penelitian lapangan, peneliti secara individu berbicara dan mengamati secara langsung orang-orang yang sedang diteliti. Melalui interaksi selama beberapa hari, minggu, bulan bahkan tahun untuk mempelajari aktifitas mereka, kebiasaan, dan harapan mereka ataupun aktivitas lainnya.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat penelitian yang akan dilakukan. Hal tersebut bertujuan agar lebih mudah untuk mengetahui tempat atau lokasi yang

(49)

menjadi lokasi yaitu Kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan di Jl. A.P.

Pettarani No. 100 Makassar.

B. Pendekatan..Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif melalui pendekatan secara kualitatif, yaitu dengan penelitian yang mendeskripsikan dan menjelaskan tentang peran pelaksanaan pengawasan internal Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi.

C. Sumber Data

1. Sumber data primer

Data-data primer merupakan data yang didapatkan peneliti secara langsung di lapangan atau dari sumber yang terkait, yaitu dari beberapa informan yang sudah ditentukan sebelumnya oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini. Peneliti datang langsung kepada informan untuk melakukan wawancara dan untuk memperoleh hasil data yang jelas dan valid.

2. Sumber data sekunder

Data sekunder yang dimaksudkan adalah data-data yang memiliki relevansi yang bersumber dari berbagi buku-buku literatur dan bahan-bahan lainnya yang dapat dijadikan referensi. Data sekunder ini adalah data-data yang telah diolah dalam bentuk-bentuk naskah yang tertulis atau berupa dokumen- dokumen, serta melalui penelusuran-penelusuran data secara online di internet.

(50)

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Untuk memfokuskan penelitain, maka dilakukan batasan-batasan pembahasan pada pokok permasalahan, dimana dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah fokus dari pokok masalah yang bersifat umum. Menurut Sugiyono (2016: 217), dalam penentuan fokus masalah didasarkan pada informasi terbaru dari situasi dan kondisi sosial dilingkungan tersebut. Untuk menetapka fokus dapat ditempuh dari 4 (empat) alternatitf, yaitu:

a) Menentukan fokus permasalahan yang disarankan dari informan.

b) Menentukan fokus atas dasar tertentu organizing domain.

c) Menentukan fokus permasalahan yang akan dibahas yang mempunyai nilai dan temuan dalam pengembangan IPTEK.

d) Menetapkan dan menentukan fokus atas dasar permasalahan yang kaitannya dengan teori dan literasi yang ada.

Dari uraian tersebut, maka yang akan menjadi fofus pada penelitian ini, yaitu :

1) Pelaksanaan fungsi pengawasan internal Inspektorat Provinsi (PP No.

60 Tahun 2008) terhadap instansi pemerintah daerah/SKPD Provinsi Sulawesi Selatan, yang difokuskan hanya pada pelaksanaan pengawasan intenal (Audit, Reviu, Evaluasi dan Pemantauan) dengan penilaian berdasarkan indikator yang ditekankan sebagaimana menurut Sarwoto (2010:28) yaitu keakuratan data, ketepatan waktu dan obyektif.

(51)

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan fungsi pengawasan internal Inspektorat Provinsi terhadap instansi pemerintah daerah/SKPD Provinsi Sulawesi Selatan, dengan penilaian berdasarkan indikator yang ditekankan pada aparat pengawasan serta Sarana dan prasarana.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data-data primer yang berupa deskripsi faktual, cermat dan terpeinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial, serta konteks di mana kegiatan ini terjadi dan berhubungan dengan fokus penelitian.

2. Wawancara

Pada penelitian ini, penulis/peneliti melakukan wawancara secara langsung dilapangan kepada informan terkait pada sasaran penelitian.

Dalam wawancara, informan dan peneliti bertatap muka secara langsung (face to face), lalu kemudian penelitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan yang terkait dengan permasalahan atau inti yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Selanjutnya informan diharapkan memberikan jawaban masing-masing. Pada metode ini disebut dengan metode wawancara deep interview, yang merupakan proses dalam mendapatkan keterangan untuk tujuan penelitian melalui tatap muka dan

Referensi

Dokumen terkait

Namun demikian, Pengawasan yang bertanggung jawab sekali dalam permasalahan di daerah adalah Lembaga Pengawasan Internal yakni Inspektorat Provinsi, Kabupaten dan

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa pengawasan internal inspektorat dalam pelaksanaan good governance di Kabupaten Waropen Provinsi

Pada penelitian yang beijudul Keefektifan Inspektorat Dalam Pelaksanaan Pengawasan Internal di Pemerintah Kabupaten Musi Rawas, didapatkan temuan bahwa rekomendasi hasil audit masih

Hasil rekomendasi dari Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) SKPD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan tersebut nantinya akan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2018 ini disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara

PERAN INSPEKTORAT KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN PENGELOLAAN KEUANGAN DANA DESA PADA KECAMATAN KOTA SOE Ovi Yuvita Taneo Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan terhadap pengelolaan anggaran berkonsep value for money pada instansi pemerintah (SKPD) di Provinsi

Sebagai model solusi peningkatan kinerja Pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini SKPD, adanya pengaruh secara bersama-sama dari Pengawasan Internal dan Pengawasan Eksternal menunjukkan