• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTABILITAS KINERJA PENGAWASAN FUNGSIONAL PENDIDIKAN: Studi Deskriptif Kontribusi Kapasitas Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Kompetensi Auditor Terhadap Efektivitas Organisasi dan Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Pendidikan Pada Inspektorat Jenderal Kem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKUNTABILITAS KINERJA PENGAWASAN FUNGSIONAL PENDIDIKAN: Studi Deskriptif Kontribusi Kapasitas Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Kompetensi Auditor Terhadap Efektivitas Organisasi dan Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Pendidikan Pada Inspektorat Jenderal Kem"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN

LEMBARAN PERNYATAAN ………. i

KATA PENGANTAR. ……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………... iii

ABSTRAK ………. v

E. Analisis Data dan Model Pengukuran ……… 14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 25

A. HASIL PENELITIAN ………... 25

1. Hasil Pengujian Persamaan Struktural dan Kontribusi Total Antar Variabel ….. 25

2. Deskripsi Kontribusi Variabel-Variabel Penelitian ………... 28

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ……… 30

1. Kontribusi Kapasitas Kepemimpinan Terhadap Efektivitas Organisasi Pengawasan Fungsional Pendidikan ………... ………. 30

2. Kontribusi Kapasitas Kepemimpinan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan ………... 32

3. Kontribusi Motivasi Kerja Terhadap Efektivitas Organisasi Pengawasan Fungsional Pendidikan ……….. ……… 33

4. Kontribusi Motivasi Kerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan ……….. ……… 34

5. Kontribusi Kompetensi Auditor Terhadap Efektivitas Organisasi Pengawasan Fungsional Pendidikan………... 35

6. Kontribusi Kompetensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan……… 35

7. Kontribusi Kapasitas Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Kompetensi Auditor Secara Simultan Terhadap Efektivitas Organisasi Pengawasan Fungsional Pendidikan ……… 36

8. Kontribusi Efektivitas Organisasi Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan ……… 37

(2)

Salwin Md,2012

C. Model Pengembangan Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan 40

1. Dasar Pemikiran ………. 40

2. Ananlisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan pada Itjen Kemdikbud ……… 40

3. Model Pengembangan Akuntabilitas KInerja Pengawasan Fungsional Pendidikan, ……….. 42

4. Visualisasi Model ……… 43

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………. 45

A. Kesimpulan Hasil Penelitian , ……… 45

B. Rekomendasi Hasil Penelitian, ………. 46

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sejak bergulirnya Era Reformasi tahun 1998 Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terus melakukan pembenahan dan perbaikan dalam hal mewujudkan peningkatan sumber daya manusia. Khususnya bagi Tenaga Pendidik dan Kependidikan, baik di tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah maupun Dosen pada Perguruan Tinggi. Hal ini sebagaimana yang telah diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 Ayat (1) dan Pasal 31. Salah satu upaya Pemerintah dalam Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional yang berkualitas adalah lahirnya Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuannya agar sistem pendidikan nasional akan semakin membaik, berkualitas dan akuntabel menuju pembangunan pendidikan masyarakat yang adil dan makmur.

Landasan kebijakan pemerintah dalam mewujudkan pembangunan pendidikan nasional, menurut Ruwiyanto, W (1998:178) dalam Perspektif Pengawasan Dalam Manajemen Pembangunan Nasional, Balai Pustaka Jakarta, adalah ”menghimpun, memelihara dan mentransfer nilai-nilai, budaya, dan pengetahuan umat manusia dari generasi ke generasi, membangun Sumber Daya Insani yang cerdas dan produktif, serta mensejahterakan guru/dosen yang lebih profesional sesuai tuntutan era baru pembangunan nasional”.

(4)

(fisik), Spiritual dan Motivasi” (Satori, Djama’an, Hand Out materi kuliah:2009). Pertumbuhan dan perkembangan manusia selalu mengalami tantangan yang cukup besar dalam hidup dan kehidupannya. Tantangan tersebut adalah ekonomi, sosial kultur, kemanusiaan, politik, keamanan, spiritual, emosional dan pendidikan.

Pedidikan adalah proses pemberdayaan manusia melalui proses learning. Dengan learning keseluruhan potensi manusia dapat tumbuh dan berkembang, menurut Fakry Gaffar M, (1998:210), dalam Perspektif Pengawasan Dalam Manajemen Pembangunan Nasional, Balai Pustaka Jakarta, menyatakan ”Pendidikan diperoleh manusia melalui proses, membentuk, membantu, membimbing, dan mengarahkan”. Proses pendidikan tersebut, akan terjadi perubahan perilaku dalam perkembangan dan pertumbuhan manusia, sehingga menjadi manusia utuh yang optimal dan sempurna. Pertumbuhan manusia yang tumbuh secara optimal, akan dicapai apabila dalam proses pendidikan yang membuat manusia itu tumbuh dan berkembang telah melalui proses “Learning” (pembelajaran), guna mencapai falsafah hidup yang lebih baik.

Selanjutnya Fakry Gaffar M, (1998:210), menambahkan bahwa indikator-indikator pengukuran dalam dunia pendidikan di Indonesia, melalui Educated

People. mengatakan bahwa:

”Hakekat (Manusia dan Pendidikan) manusia sebagai ciptaan Allah SWT memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang melalui proses pendidikan yang berfungsi membentuk, membantu, membimbing, mengarahkan dalam bentuk Learning & Reading yang pada hakekatnya akan memperoleh values (nilai), knowledge (pengetahuan), transferable skills (keterampilan)”.

(5)

dalam pembangunan pendidikan yang berkelanjutan tanpa batas, dan akhirnya menghasilkan nilai investasi (investment) yang cukup besar bagi Bangsa dan Negara.

Proses pendidikan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh investasi sumber daya manusia (human Investment) yang nyata. Dalam Implementasinya muncul pertanyaan bagaimana investasi sumber daya manusia itu, dapat dicapai oleh suatu komponen masyarakat dan bahkan suatu Negara? Dan apakah konsep investasi sumber daya manusia, dapat terwujud apabila pendukung proses pendidikan melalui learning tidak memenuhi standar minimal?

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan tugas pokok dan fungsinya mengelola dan menyelenggaraan program-program pendidikan, agar lebih berakuntabilitas dan transparan dalam setiap kebijakan, tindakan, dan kinerja yang dihasilkan, guna mewujudkan Pendidikan Nasional yang berkualitas. (Rencana Strategi Itjen Kemdikbud 2010:4). Hal tersebut dilatar belakangi oleh terbitnya “Visi” dan “Misi” Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mewujudkan

(6)

V I SI & M I SI P EM B A N GU N A N P EN D I D I K A N 2 0 10 -10 14

Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional Untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif

PILAR STRATEGIS KEBIJAKAN

Gambar visual 1.1 : Skema Visi dan Misi Kemdikbud 210-1014

(Sumber: Bagian Perencanaan Itjen Kemdikbud 2011)

Untuk mewujudkan pembangunan pendidikan yang bermutu, relevan, serta memiliki daya saing yang kuat, Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan nasional tentang pengawasan fungsional pendidikan, dalam hal ”Pelayanan Pengawasan Fungsional Pendidikan”. Inspektorat Jenderal selaku Organisasi Institusi Pengawasan Internal di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mempunyai tugas pokok dan fungsi ”mengawal dan mengawasi seluruh aktivitas pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, melalui kebijakan-kebijakan pengawasan Pendidikan Nasional yang transparan, akuntabel” (Kemdikbud 2010), sesuai dengan visi dan misi Inpektorat Jenderal Kementerian Pendidikan (Rencana Strategi Itjen Kemdikbud 2010:14),

yakni; “Terwujudnya pengawasan yang berkualitas terhadap layanan pendidikan”.

(7)

integritas, profesionalitas pengawasan fungsional pendidikan dan kualitas laporan

keuangan, dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)”.

Sebagai gambaran bagaimana Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ”berakuntabilitas, berdasarkan kebijakan-kebijakan strategis pengawasan fungsional, melalui 8 (delapan) indikator kegiatan, (Sumber: bagian Perencanaan Itjen Kemdikbud, 2011) yaitu:

1) Peningkatan Sistem Pengendalian Internal (SPI)

2) Peningkatan Kapasitas dan Kompetensi auditor Aparat Inspektorat Jenderal. 3) Peningkatan Ketaatan pada Peraturan Perundang-undangan.

4) Penataan Regulasi Pengelolaan Pendidikan.

5) Aksi Nasional Percepatan Pemberantasan KKN. Dengan Indikator Keberhasilan kinerja mewujudkan Kementerian Pendidikan Nasional, sebagai Wilayah Bebas Korupsi (WBK).

6) Intensifikasi Tindakan-Tindakan Preventif oleh Inspektorat Jenderal. 7) Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pemeriksaan oleh ITJEN, BPKP, dan BPK. 8) Penyelesaian Tindak Lanjut Temuan-temuan hasil Pemeriksaan ITJEN,

BPKP, dan BPK. Dengan indikator bahwa kualitas Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian.

Menyimak dari kebijakan strategis pengawasan fungsional tersebut di atas, dilihat dari aspek kinerja hasil pengawasan, sesuai fakta dan data yang ada, kinerja organisasi Lembaga Inspektorat Jenderal Kemdikbud, dalam 5 (lima) tahun terakhir, sebagai salah satu indikator gambaran Itjen berakuntabilitas, dapat dikemukakan seperti berikut ini.

Persentase tindak lanjut kinerja hasil pengawasan oleh Aparatur Pengawasan Fungsional Pendidikan sampai dengan tahun 2010, yaitu: Lembaga Inspektorat Jenderal Kemdikbud (Itjen) dari 36.474 kasus temuan, telah selesai ditindak lanjuti 26.565 kasus (72,83 %). dan lembaga BPKP dari 12.374 kasus temuan, telah selesai ditindak lanjuti sebanyak 6.538 kasus (52,84 %).

(8)

33.103 kasus (temuan) dengan persntase sebesar 67,77 % dari 48.848 kasus hasil pengawasan Itjen dan Lembaga BPKP. (Sumber : Bagian PLP Itjen Kemdikbud Jakarta Tahun 2011).

Bertolak dari uraian fakta yang telah diungkapkan di atas, efektivitas kinerja organisasi pengawasan fungsional Inspektorat Jenderal, belum menunjukkan

akuntabilitas kinerja yang optimal. Sehingga penelitian ini didasari oleh beberapa

pemasalahan yang muncul dalam pencapaian efektivitas organisasi dan kontribusi terhadap akuntabiulitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan, antara lain:

1. Masih banyaknya temuan atau kasus yang diangkat/ditemukan oleh aparatur

pengawasan fungsional pendidikan, hanya terfokus kepada kelemahan administrasi dan penyimpangan pengelolaan anggaran, yang setiap tahunnya selalu muncul pada unit atau satuan kerja, serta pada kegiatan yang sama.

2. Hasil pengawasan yang bersifat substansi tugas pokok dan fungsi lembaga penyelenggaraan pendidikan, masih lemah disebabkan oleh berbagai faktor antara lain sumber daya manusia (SDM), faktor internal atau eksternal aparatur pengawasan dan faktor sumber daya organisasi institusi pengawasan, yang berdampak kepada akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan yang kurang akuntabel.

3. Sistem Pengendalian Internal (SPI) terhadap kegiatan-kegiatan pengawasan

belum optimal, hal ini didukung oleh data hasil pengawasan, yaitu masih banyak temuan hasil pengawasan oleh APIP, belum selesai ditindaklanjuti tepat waktu, untuk kurun waktu lima tahun terkahir.

(9)

(TI) oleh auditor masih lemah. (sumber: hasil wawancara dengan auditor senior Ketua Kelompok di lingkungan Itjen Kemdibud Oktober dan Nopember 2011). 5. Manajemen pengelolaan kegiatan pengawasan belum maksimal dilaksanakan,

disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, penataan struktur oergaisasi yang selalu terjadi perubahan, sehingga akan berdampak kepada kinerja organisasi dan akutabilitas kinerja belum berjalan maksimal, terhadap kebutuhan stakeholder dan masyarakat.

6. Latar belakang Pendidikan aparatur pengawasan fungsional pendidikan tidak sama, yang relevan dengan tugas pokok dan fungsinya, sesuai data bagian kepegawaian Itjen Kemdikbud tahun 2011, aparatur pengawasan yang memeiliki latar belakang pendidikan relevan dengan tugas pengawasan fungsional hanya berkisar 20 % sampai dengan 30 % (Sumber: Bagian Kepegawaian dan tata Laksana Itjen Kemdibud tahun 2011), sehingga dalam membina karakter SDM untuk meningkatkan kompetensi profesi memerlukan waktu cukup lama dan pembiayaan yang cukup besar.

7. Kesejahteraan aparatur pengawasan fungsional, belum mendapat perhatian khusus

dari pihak pemerintah, dalam hal system penggajian dan sumber penghasilan lainnya yang sah. Sedangkan tugas dan tanggungjawab pengawasan fungsional cukup berat dan beresiko tinggi.

Permasalahan-permasalahan tersebut di atas, menunjukkan suatu indicator kelemahan ”efektivitas organisasi dan Akuntabilitas Kinrja Pengawasan Fungsional Pendidikan”, hal demikian dimungkinkan, dampak dari kontribusi

(10)

Mengacu kepada tuntutan visi dan misi Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan kondisi yang ada saat ini, faktor-faktor kapasitas kepemimpinan, kompetensi SDM, motivasi kerja dan sumber daya organisasi, cukup potensi kontribusinya terhadap lembaga organisasi pengawasan fungsional, guna meningkatkan kinerja organisasi dan akuntabilitasnya. Pernyataan di atas didukung oleh Marguardt, (1996:15) menyatakan:

”lembaga organisasi yang diharapkan adalah organisasi yang Sumber Daya Manusianya (SDM), memiliki inovasi, dan kreativitas untuk selalu mengikuti perubahan ke arah yang lebih baik, dalam melayani proses pendidikan dan

melayani masyarakat”. Perubahan itu adalah mengenai ”nilai-nilai, cara berpikir, mint-set, strategi, dan bahkan mungkin tujuan-tujuan yang akan dicapai”.

Kemudian dari itu, munculnya bebagai permasalahan yang sangat kompleks, pada lembaga pengawasan fungsional, antara lain, fungsi Independent dan professional terhadap tugas-tugas yang diemban oleh Aparatur Pengawasan Internal

Pemerintah (APIP), dalam menjalankan kebijakan-kebijakan program pengawasan fungsional, belum dilaksanakan secara maksimal dan akuntabel, sesuai tuntutan stakeholder dan masyarakat. Selanjutnya faktor ”integritas” dan “kompetensi” aparatur pengawasan fungsional, juga merupakan salah satu indikator melemahnya efektivitas kinerja organisasi dan akuntabilitas kinerja pengawasan funsional.

Kelemahan-kelemahan tersebut juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor potensi sumber daya organisasi, sehingga memerlukan kajian dan analisis permasalahan yang tajam dan faktual, untuk mengetahui permasalahan yang sebenarnya.

(11)

pendukung terlaksanannya program kegiatan pengawasan fungsional. Kedua kepemimpinan dalam jabatan fungsional APIP yaitu “Peran Auditor” dalam menjalankan tugas pengawasan fungsional pendidikan, sebagai Pengendali Mutu (DALTU), Pengendali Teknis (DALNIS) dan Ketua Tim (KT). Keterkaitan kepemimpinan tersebut di atas, dalam menentukan arah kebijakan pengawasan fungsional pendidikan nasional, tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena saling mendukung dan saling terikat dengan tugas pokok dan fungsi Organisasi Inspektorat Jenderal. Namun demikian muncul pertanyaan apakah kriteria kepemimpinan, seperti: seorang pemimpin itu: 1) memiliki kompetensi teknikal skill, 2) memiliki manajerial skill yang handal, 3) memiliki integritas yang tinggi, 4) menjadi panutan bagi semua orang, 5) menjadi contoh bagi bawahannya/staf, dan 6) selalu mampu mencari solusi jika mendapatkan permasalahan. Sudah berfungsi secara optimal dalam menggerakkan potensi sumber daya organisasi pengawasan fungsional, sehingga Inspektorat Jenderal dapat berakuntabilitas kinerja diterima stakeholder dan masyarakat?

(12)

http://seskoad-dikreg47-essay.blogspot.com/2010/07/mem-bangun-kapasitas

dan-karakter.html (Selasa, 27 Juli 2010). Selanjutnya menurut Harsey Blanchard (1977),

mengemukakan ”para pendukung perilaku kepemimpinan mengungkapkan bahwa cara seseorang bertindak akan menentukan efektivitas kepemimpinan yang

bersangkutan”. Kemudian Sudarmanto, (2009:114) mengemukakan karakteristik

kapasitas kepemimpinan dalam era globalisasi dan reformasi adalah ”mampu melakukan perubahan-perubahan dalam hal mengantisipasi tantangan eksternal yang cukup kompleks, hiper kompetisi akibat liberalisasi perdagangan dunia, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, maupun dinamika perubahan politik di berbagai Negara maju”. Dengan demikian, peranan kepemimpinan juga merupakan salah satu fungsi dari manajemen yang sangat strategis, karena kapasitas kepemimpinan dapat menggerakkan, memberdayakan dan mengarahkan sumber daya secara efektif dan efisien kearah pencapaian tujuan efektivitas organisasi.

(13)

cukup besar peranannya dalam membangun efektivitas organisasi dan akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional. Dengan demikian kontribusi motivasi kerja auditor sangat dibutuhkan dalam menjalankan visi dan misi fungsi pengawasan di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemudian berdasarkan pandangan teori faktor-faktor pengaruh kontribusi kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja dan kompetensi sumber daya manusia tersebut di atas, secara langsung ataupun tidak langsung, merupakan faktor-faktor variable yang melandasi pengaruh kontribusi yang cukup kuat dan akan mempunyai dampak terhadap efektivitas kinerja organisasi dan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pada institusi lembaga pengawasan internal pemerintah, dalam mencapai visi, misi dan tujuan oragnisasi pengawasan fungsional.

Hal demikian didukung oleh Undang-Undang nomor 28 tahun 1999, dalam

pasal 3 dinyatakan bahwa; ”azas-azas umum penyelengaraan negara meliputi: azas

kepastian hukum, azas tertib pengelengaraan negara, azas kepentingan umum, azas keterbukaan, azas profesionalisme, dan azas akuntabilitas”, (LAN, 2003: 1). Untuk mewujudkan maksud akuntabilitas tersebut, maka pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden nomor 7 tahun 1999, tentang:

”Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), sebagai unsur penyelengara

pemerintahan negara untuk mempertanggungjwabakan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategi yang ditetapkan oleh masing-masing instansi”.

Sedangkan menurut pandangan Stanbury (2003 dalam Mardiasmo, (2006:29), bahwa:

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertang-gungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelunya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.

(14)

visi, misi dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.

Kemudian Umar, Haryono (2006:66)) dalam buku ”Strategi Control”: Membangun Indonesia yang Bebas KKN, Berkinerja, dan Good Governance,

mengemukakan bahwa: ”Dalam kaitan dengan birokrasi, akuntabilitas merupakan

pertanggungjawaban terhadap otoritas yang diberikan oleh atasan untuk melaksanakan kebijakan. Akuntailitas merupakan kewajiban untuk menjelaskan

bagaimana realisasi otoritas tersebut”.

Sedangkan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah ”perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran

dan tujuan yang telah ditetapkan melalui system pertanggungjawaban secara

periodik” (LAN, 2003:3).

Berdasarkan fakta dan ketentuan tersebut di atas, muncul pertanyaan bahwa Sejauhmana optimalisasi kinerja lembaga pengawasan Inspektorat Jenderal

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah akuntabilitas, dalam menjalankan

tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga organisasi pengawasan fungsional

pendidikan? Sehingga dapat membawa dampak yang cukup signifikan terhadap

(15)

kinerjanya lebih efektif dan efisien, maka perlu suatu kajian penelitian serta pengujian sesuai dengan kaidah keilmuan, yang lebih mendalam dan relevan.

Kemudian dari itu efektivitas organisasi lembaga Inspektorsat Jenderal Kemdikbud yang fungsinya selaku pengawasan fungsional pendidikan, juga dapat menimbulkan pertanyaan, bahwa ”Sejauhmana hubungan efektivitas organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menjalankan

tugas pokok dan fungsinya dengan efektif, dalam menunjang tercapainya

akuntabuilitas kinerja pengawasan fungsional Pendidikan?

Bertolak dari latar belakang permasalahan kinerja lembaga instansi pengawasan fungsional tersebut di atas, peneliti merasa terpanggil untuk melakukan kajian dan analisis terhadap efektivitas organisasi dan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan melalui penelitian, dengan judul: ”AKUNTA -BILITAS KINERJA PENGAWASAN FUNGSIONAL PENDIDIKAN (Studi Deskriptif

Kontribusi Kapasitas Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Kompetensi Auditor

Terhadap Efektivitas Organisasi dan Akuntabilitas Kinerja Pengawasan

Fungsional Pendidikan Pada Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan ).” Untuk dapat menyumbangkan buah pikiran, terhadap berbagai

(16)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai tugas pokok dan fungsi yaitu melakukan pengawasan fungsional terhadap seluruh kegiatan lembaga pemerintah dalam bidang pendidikan. Oleh karena tugas pokok dan fungsinya, Inspektorat Jenderal selaku lembaga pengawasan internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tidak terlepas dari tuntutan pertanggungjawaban (accountable) terhadap seluruh kegiatan pengawasan yang dilaksanakan, sesuai perencanaan dan kebijakan strategis yang telah ditetapkan dalam setiap tahun anggaran.

Kemudian dari itu Inspektorat Jenderal, sesuai dengan paradigma baru pengawasan menuntut pengembangan metode pengawasan guna mewujudkan hasil pengawasan yang lebih baik. Untuk mewujudkan kinerja hasil pengawasan yang lebih baik dan akuntabel. Berikut ini akan diindentifikasi dan dirumuskan masalah yang berkaitan dengan kebijakan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan. Sehingga dapat ditelaah dan dianalisis melalui kajian lebih mendalam untuk mendapat jawabannya yang tepat dan akademis (ilmiah), guna diterapkan dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan pengawasan pendidikan nasional yang lebih akuntabel dan profesional.

(17)

Pelaksanaan manajemen pengawasan pendidikan lebih mengarah kepada oriented output, yaitu lebih menekankan kepada kuantitas jumlah temuan (kasus),

tidak pada kualitas hasil temuan dan tindakan prefentif, sehingga berdampak kepada melemahnya kinerja hasil pengawasan pendidikan, jika dikaji dari sisi kualitas layanan yang amanah, professional dan independent.

Kemudian dari itu program pengawasan fungsional pendidikan selama ini dilakukan secara operasional, komprehensif, dan pengawasan dengan tujuan tertentu (pemeriksaan investigasi), namun dilapangan muncul masalah, bahwa auditor memiliki keterbatasan dalam melaksanakan tugas pengawasan, antara lain tidak mungkin seluruh program pendidikan, dapat di audit dalam waktu bersamaan. Maslaah tersebut di atas di dukung oleh jumlah Sumber Daya Manusia, dalam hal ini auditor aparatur pengawasan fungsional yang melaksanakan tugas pengawasan setiap waktu penugasan, tidak sebanding dengan jumlah auditan (jumlah lembaga satuan kerja yang harus diaudit), apalagi jika dibandingkan dengan jumlah kegiatan program pendidikan yang harus dikontrol (diaudit).

(18)

Apa lagi jika dilihat dari faktor latar belakang Pendidikan aparatur pengawasan fungsional pendidikan tidak sama, yang relevan dengan tugas pokok dan fungsinya, sehingga dalam membina karakter dan profesi SDM untuk meningkatkan kompetensi memerlukan waktu cukup lama dan biaya yang cukup besar. Juga Faktor kesejahteraan aparatur pengawasan fungsional pendidikan, juga belum mendapat perhatian khusus dari pihak pemerintah, dalam hal system penggajian dan sumber penghasilan lainnya yang sah. Sedangkan tugas dan tanggungjawab pengawasan fungsional cukup berat dan beresiko tinggi. Faktor motivasi kerja aparatur pengawasan pendidikan, belum maksimal dapat mengatasi masalah-masalah yang bersifat internal dan eksternal, dalam melakukan pengawasan fungsional pendidikan.

Kemudian dari itu System pengendalian internal (SPI) di lingkungan aparatur pengawasan pendidikan, belum berfungsi secara maksimal dalam menjalankan pengendalian tugas-tugas pengawasan fungsional, sehingga berpotensi banyaknya temuan hasil pengawasan, merupakan penyimpangan dari peraturan perundangan yang berlaku, baik terhadap tugas pokok dan fungsi, serta penunjangnya, maupun dalam hal implementasi pemberantasan KKN, belum dilaksanakan secara optimal.

Merujuk kepada latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka berikut rangkuman beberapa faktor variabel yang menjadi fokus permasalahan penelitian, yaitu sebagai berikut.

(19)

faktor-faktor penentu; kontribusi kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja dan kompetensi auditor dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan pendidikan, sehingga berdampak kepada pertanggungjawaban (akuntabilitas) kinerja pengawasan penyelengaraan negara yang handal dan akuntabel.

2) Sejauhmana hubungan efektivitas organisasi terhadap akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ditinjau dari kontribusi faktor kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja dan kompetensi auditor, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya yang amanah, professional dan independent, agar berdampak kepada stakeholder dan masyarakat.

2. Rumusan Masalah

Mengacu kepada latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan pertanyaan untuk setiap masalah, dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Seberapa besar kontribusi kapasitas kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi inspektorat jenderal Kemdikbud ?

b. Seberapa besar kontribusi motivasi kerja auditor terhadap efektivitas

organisasi inspektorat jenderal Kemdikbud ?

c. Seberapa besar kontribusi kompetensi autior terhadap efektivitas organisasi

inspektorat jenderal Kemdikbud ?

d. Seberapa besar kontribusi kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja auditor,

(20)

e. Seberapa besar kontribusi kapasitas kepemimpinan terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan?

f. Seberapa besar kontribusi motivasi kerja auditor terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan?

g. Seberapa besar kontribusi kompetensi auditor terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan?

h. Seberapa besar hubungan kontribusi efektivitas organisasi inspektorat jenderal

terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan?

i. Seberapa besar kontribusi kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja auditor,

kompetensi auditor, dan efektivitas organisasi inspektorat jenderal secara bersama-sama terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum kontribusi faktor-faktor penentu pelaksanaan kegiatan tugas pokok dan fungsi lembaga pengawasan fungsional pendidikan, yang amanah, professional dan independent. Sehingga berdampak kepada pencapaian efektivitas organisasi dan

akuntabilitas kinerja Lembaga Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, antara lain:

a. Mendiskripsikan variable faktor-faktor penentu kinerja pengawasan dalam

(21)

b. Menganalisis hubungan fungsional faktor-faktor penentu yang berkontribusi secara parsial dan simultan terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi lembaga pengawasan pendidikan, untuk pencapaian efektivitas organisasi dan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan. dan

c. Merumuskan Model Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan yang efektif dan efisien, untuk direkomendasikan sebagai alternative kajian terhadap tugas pokok dan fungsi lembaga pengawasan fungsional Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan menganalisis tentang:

1) Kontribusi kapasitas kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi inspektorat jenderal Kemdikbud

2) Kontribusi motivasi kerja auditor terhadap efektivitas organisasi inspektorat jenderal Kemdikbud

3) Kontribusi kompetensi auditor pengawasan fungsional pendidikan terhadap efektivitas organisasi inspektorat jenderal Kemdikbud

4) Kontribusi kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja auditor, dan kompetensi

auditor secara bersama-sama terhadap efektivitas organisasi inepektorat jenderal. 5) Kontribusi kapasitas kepemimpinan terhadap akuntabilitas kinerja lembaga

pengawasan fungsional pendidikan.

6) Kontribusi motivasi kerja auditor pengawasan pendidikan terhadap akuntabilitas

kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan.

(22)

8) Kontribusi efektivitas organisasi inspektorat jenderal terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan.

9) Kontribusi kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja auditor, kompetensi auditor, dan efektivitas organisasi inspektorat jenderal secara bersama-sama terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat baik terhadap aspek teoritis, maupun praktis, dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama dalam hal :

a. Pengembangan Ilmu Administrasi Pendidikan, khususnya dalam manajemen

pengawasan fungsional.

b. Memberikan konsep dan kajian teoritis tentang efektivitas kinerja organisasi

kepada lembaga pengawasan fungsional pendidikan dalam mengambil kebikajan-kebijakan yang strategis, tentang pengawasan fungsional yang amanah, professional dan independent.

c. Memberikan konsep dan kajian teoritis tentang pentingnya akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional, kepada kementerian dan lembaga pengawasan fungsional dalam mengambil kebikajan-kebijakan pengawasan yang amanah, professional dan independent, sehingga dapat bermanfaat bagi stakeholder dan masyarakat.

(23)

e. Memberikan informasi yang akurat terhadap efektifitas organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya sebagai lembaga pengawasan fungsional.

f. Mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan peluang dan tantangan bagi

terwujudnya produktivitas kinerja pengawasan fungsional terhadap penyelenggaraan program-program pendidikan nasional.

g. Memberikan sumbangan konsep atau model yang dapat digunakan sebagai

tujuan manajemen atau administrasi pengawasan fungsional pendidikan dalam pengambilan kebijakan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

a. Informasi sebagai bahan evaluasi bagi para praktisi pendidikan, khususnya di Inspektorat Jenderal dan di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan tentang

pengawasan fungsional pendidikan, yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan , khususnya Inspektorat Jenderal.

c. Sebagai bahan pertimbangan atas adanya berbagai perubahan dan tuntutan

kemajuan di Era Globalisasi yang sangat berorientasi kepada kemajuan teknologi informasi (IT).

d. Sebagai bahan pertimbangan bagi terwujudnya visi, misi dan tujuan pendidikan nasional, yang merupakan salah satu pilar layanan prima perekat pemersatu bangsa, dalam rangka pembangunan bangsa yang bermartabat, beretika dan amanah.

(24)

mansuia, khususnya di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan jembatan yang dapat menguji keabsahan dari hasil suatu kajian ilmiah melalui penelitian. Metode penelitian merupakan alat untuk dapat memperediksi kemungkinan-kemungkinan tercapainya tujuan penelitian. Kemungkinan-kemungkinan itu antara lain, suatu prediksi yang dapat meng-gambarkan dan mengungkap berbagai fenomena yang terjadi, sesuai dengan fokus masalah yang akan di teliti. Oleh karena itu penelitian ini menurut sistematik dan prosedur yang hendak dicapai diklasifikasikan sebagai penelitian deskriptif atau diistilahkan dengan deskriptif research.

Dari beberapa rujukan (literature), dinyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu rancangan untuk memperoleh gambaran informasi terhadap fenonema yang muncul pada waktu penelitian dilakukan. Dengan pengertian bahwa penelitian dilakukan mengacu kepada keadaan, kondisi nyata, yang dapat melukiskan variabel-variabel yang dimunculkan pada tujuan penelitian. Adapun karakteristik dari penelitian deskriptif menurut Surachmad, W (1980) , mengemukakan bahwa:

1) menuturkan sesuatu secara sistematis tentang data, atau karakteristik populasi tertentu secara factual dan cermat, serta menganalsisi, untuk memperleh interprestasi data yang ditemukan. 2) menekankan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting), hypothesis-generating, hypothesis – testing. Heurestik dan tidak verifikatif. Sehingga hasil penelitian deskriptif melahirkan teori-teori tentative. 3) penelitian deskriptif terdiri beberapa jenis antara lain survey, studi kasus, dan studi dokumentasi.

(25)

apakah di antara dua variabel atau lebih terdapat hubungan yang signifikan atau tidak?. Maksudnya apakah hubungan kedua variabel atau lebih itu memiliki kekuatan atau kelemahan, yang saling berkaitan. Sehinga dapat menyimpulakn ramalan, dugaan, dan perkiraan, yang didasarkan kepada kekuatan dan kelemahan hubungan dimaksud, guna mendapatkan fakta semakin kuat hubungan antar variabel, maka semakin tinggi nilai prediksi yang akan disimpulkan.

Pengelolaan dan analisis data dan informasi hasil survey dari lapangan,

teknik analisis data dengan menggunakan teknik uji statistic: ”structural equation

modeling” (SEM). Menurut Sugiyono, (2010:323), menyatakan SEM dapat dideskripsikan sebagai sutau metode analisis yang dapat menggabungkan pendekatan analisis faktor (faktoranalysis), model struktural (structural model), dan analisis jalur (path analysis). Dengan demikian untuk mempermudah taknik analisis, dalam SEM terdapat tiga macam kegiatan secara bersama-sama dapat dilakukan, yaitu pengecekan validitas dan reliabilitas instrument (berkaitan dengan analisis faktor), pengujian model hubungan antar variabel (berkaitan dengan analisis jalur), kegiatan untuk mendapatkan suatu model yang sesuai untuk prediksi (berkaitan dengan analisis regresi atau analisis model structural). Mengacu kepada pendapat teori di atas, maka penelitian ini menggunakan metoda teknik analisis SEM sebagaimana di uraikan di atas, dengan alasan variabel-variabel yang dimunculkan dalam fokus masalah, tujuan penelitain dan hipotesis penelitian, memenuhi criteria dan syarat untuk di analisis

melalui teknik analisis ”structural equation modeling” (SEM).

F. Struktur Organisasi Disertasi

(26)

Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Kompetensi Auditor Terhadap Efektivitas Organisasi dan Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Pendidikan Pada Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ).” Terbagi atas lima Bab, yaitu :

Bab I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah, merupakan fenomena empirik dari profil pengawasan fungsional pendidikan dewasa ini, di lembaga pengawasan fungsional pendidiakan. Berdasarkan fenomena yang tertuang dalam latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan fokus masalah yang cukup relevan untuk dilakukan pengkajian atau penelitian. Hasil kajian tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijkan strategis pengawasan fungsional pendidikan. Tujuan penelitian ini antara lain untuk dapat mendiskripsikan dan merumuskan faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan organisasi pengawasan fungsional pendidikan. Diharapkan hasil kajian tersebut dapat bermanfaat bagi stakeholder dan masyarakat, sebagai pertanggungjawaban lembaga pengawasan fungsional dalam menjalankan kegiatan organisasi. Hasil kajian tersebut disusun dalam bentuk suatu kerangka pikir yang dituangkan dalam struktur organisasi disertasi.

(27)

anggapan dasar atau hipotesis, sebagai dasar pemikiran awal atau jawaban sementara dari berbagai pertanyaan penelitian pada Bab pendahuluan.

Bab III Metodologi Penelitian, pada Bab ini menguraikan tentang tempat atau lokasi dan populasi penelitan. Untuk dapat merumuskan dalam suatu Desain Penelitian guna mengetahui bagaiman cara dan teknik mendapatkan data dari lapangan. Selanjutnya dari konsep Desain penelitian dibangun kedalam konstruksi instrumen penelitian dan proses pengembangan Instrumen penelitian. Kemudian Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Penelitian, sebagai bahan untuk rancangan analisis data dari lapangan, agar dapat merumuskan kesimpulan hasil penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, merupakan bahan untuk melakukan analisis dan pembahasan, guna menguji anggapan dasar dari hipotesis yang di ajuhkan dalam Bab II, sehingga menemukan hasil penelitian sesuai fakta dan data di lapangan. Hasil analisis dan kajian ini rumuskan ke dalam kerangka teori dan konsep. Untuk mendapat hasil pembahasan dari temuan dalam bentuk suatu rumusan representative usulan hasil penelitian. Sehingga kesimpulannya dapat dituangkan dalam bentuk perumusan model pengembangan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan yang efektif, efisien dan akuntabel.

(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi Penelitian.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu pada Instansi Unit Utama Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Sebagai Objek penelitian dan Populasi penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada jajaran lembaga Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, dengan uraian sebagai berikut.

Berdasarkan pengalaman dari hasil uji coba Instrumen Penelitian, dimana

pada awalnya yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah dari

PNS pejabat Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Pejabat Eselon III & IV di Lingkungan seluruh Unit Utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, namun setelah melihat data dan mendengar informasi dari beberapa pihak responden yang berasal dari pejabat eselon III & IV Struktural pada Unit Utama di lingkungan Kemdikbud yang menyatakan bahwa responden tidak dapat menjawab secara objektif instrument penelitian tersebut, disebabkan responden tidak mengetahui kondisi riil (fakta

empiris) di Kantor Inspektorat Jenderal Kemdikbud. Maka dari itu dalam lanjutan

(29)

Pengawasan Fungsional Inspektorat Jenderal Kemdiknas dengan uraian sebagaimana dalam tabel 3.1 berikut, namun oleh karena jumlah PNS yang memenuhi syarat dan criteria menjadi responden yang ada di lingkungan Inspektorat Jenderal Kemdikbud, hanya berjumlah 384 orang maka seluruh populasi akan menjadi Purpose sampel sebagai responden penelitian.

Tabel 3.1

Jumlah PNS APIP di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kemdikbud

No

Unit Utama

Inspektorat Jenderal Kemdikbud

Σ Populasi/Responden (Auditor)

1 Auditor Inspektorat Jenderal Kemdikbud 384

(Sumber: Bagian TL & Kepeg. Itjen Kemdikbud Januari 2012)

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari PNS Aparatur pengawasan fungsional di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdiri dari 384 orang dan keseluruhannya menjadi responden, disebabkan jumlah populasi sedikit dan terbatas. Dalam hal ini, popolasi dan sample sebagai sumber data mempunyai peranan yang cukup penting. Menurut

Riduwan, (2009:6) dalam Buku Pengantar Statistik Sosial, mengemukakan bahwa

Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Selanjutnya

Riduwan menyatakan bahwa ”terdapat dua jenis populasi, yaitu: populasi terbatas

dan populasi tidak terbatas (tak terhingga)”. Maka populasi dalam penelitian ini

merupakan jenis ”populasi terbatas”. Karena jumlah auditor sebagai sumber

informasi yang dapat memberikan fakta empiris, terbatas pada lingkup lembaga

(30)

subjek penelitian. Kemudian Manase Mallo (1986:149) menambahkan bahwa

”populasi bisa berupa lembaga, individu, kelompok, dokumen, atau konsep”.

Berdasarkan beberapa uraian konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa

populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,

benda, hewan. Tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa, sebagai sumber data

yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawai, 1983).

Dengan demikian alasan populasi dalam penelitian sebagai responden,

sesuai dengan kaidah ilmiah tidak menyalahi persyaratan analisis suatu metoda

penelitian. Untuk itu aparatur pengawasan fungsional (auditor) menjadi responden

sebagai sumber data sudah memenuhi persyaratan dalam metode penelitian

(31)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian sebagai variabel-variabel yang saling berkontribusi, untuk mencapai akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional, sesuai dengan visi dan misi organisasi lembaga pengawasan fungsional pendidikan. Untuk lebih jelasnya, desain keterkaitan antar variabel penelitian dapat dilihat pada gambar visual 3.1 berikut ini.

Kapasitas

Teknik analisis yang digunakan adalah multi analisis dengan menggunakan model ”structural equation modeling” (SEM). Hal ini didukung oleh pendapat

Sugiyono, (2010:323), pada Bab I Penelitian ini, menyatakan ”SEM dapat dideskripsikan sebagai sutau metode analisis yang dapat menggabungkan pendekatan analisis faktor (factor analysis), model struktural (structural model), dan analisis jalur (path analysis)”.

Selanjutnya Sugiyono menambahkan untuk mempermudah taknik analisis, dalam SEM terdapat tiga macam kegiatan secara bersama-sama dapat dilakukan, yaitu “pengecekan validitas dan reliabilitas instrument (berkaitan dengan analisis faktor),

(32)

untuk mendapatkan suatu model yang sesuai untuk prediksi (berkaitan dengan analisis regresi atau analisis model structural)”.

Mengacu kepada pendapat teori di atas, penelitian ini menggunakan metoda teknik analisis SEM, dengan alasan variabel-variabel yang dimunculkan dalam fokus masalah, tujuan penelitain dan hipotesis penelitian, memenuhi criteria dan syarat untuk di analisis melalui teknik analisis ”structural equation modeling” (SEM).

Dengan demikian analisis jalur (Path Analysis), merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dan hubungan antar variabel yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada diagram jalur hubungan kausal antar variabel dan subvariabel kapasitas kepemimpinan (X1), motivasi kerja aparatur pengawasan fungsional pendidikan (X2), kompetensi auditor aparatur pengawasan fungsional pendidikan (X3) terhadap efektivitas organisasi inspektorat jenderal (Y1) dan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan (Y2).

(33)

Gambar Visual 3.2 Langkah-Langkah Prosedur Desain Penelitian

Perumusan Masalah Penelitian

Tujuan Penelitian Studi Pustaka

Pembuatan Kuesioner

Penyebaran, Pengumpulan & Pengolahan Data kuesioner Pretest

Pengolahan Data Valid

Penyebaran Kuesioner Sebenarnya

Uji Kecukupan Data Uji Validitas

Uji Reliabilitas

Andal

Cukup

Analisis

Kesimpulan

Mengeluarkan Variabel yang tidak Valid Tidak

Ya Tidak

Ya

Tidak Ya Mulai

Studi Pendahuluan

Penyunan Kisi-Kisi Instrumen

(34)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan jembatan yang dapat menguji keabsahan dari hasil suatu kajian ilmiah melalui penelitian. Karena metode penelitian merupakan alat untuk dapat memperediksi kemungkinan-kemungkinan tercapainya tujuan penelitian. Kemungkinan-kemungkinan itu antara lain, suatu prediksi yang dapat menggambarkan dan mengungkap berbagai fenomena yang terjadi, sesuai dengan fokus masalah yang akan di teliti. Oleh karena itu penelitian ini menurut sistematik dan prosedur yang hendak dicapai diklasifikasikan sebagai penelitian deskriptif atau diistilahkan dengan deskriptif research.

Dari beberapa rujukan (literature), dinyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu rancangan untuk memperoleh gambaran informasi terhadap fenonema yang muncul pada waktu penelitian dilakukan. Dengan pengertian bahwa penelitian dilakukan mengacu kepada keadaan, kondisi nyata, yang dapat melukiskan variabel-variabel yang dimunculkan pada tujuan penelitian. Adapun karakteristik dari penelitian deskriptif menurut Surachmad, W (1989:313), mengemukakan bahwa:

1) menuturkan sesuatu secara sistematis tentang data, atau karakteristik populasi tertentu secara factual dan cermat, serta menganalsisi, untuk memperleh interprestasi data yang ditemukan.

2) menekankan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting), hypothesis-generating, hypothesis –testing. Heurestik dan tidak verifikatif. Sehingga hasil penelitian deskriptif melahirkan teori-teori tentative.

3) penelitian deskriptif terdiri beberapa jenis antara lain survey, studi kasus, dan studi dokumentasi.

(35)

S, (2006:21) penelitian pendekatan survey dapat digunakan untuk maksud (1) penjajakan (eksploratif), (2) Deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis, (4)

evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu dimasa yang akan datang, (6) penelitian operasional dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.

Penelitian ini juga dapat disebut sebagai penelitian korelasional atau corelational research, karena penelitian ini juga ingin memperoleh gambaran fakta

aktual, apakah di antara dua variabel atau lebih terdapat hubungan yang signifikan atau tidak? Maksudnya apakah hubungan kedua variabel atau lebih itu memiliki kekuatan atau kelemahan, yang saling berkaitan. Sehingga dapat menyimpulkan ramalan, dugaan, dan perkiraan, yang didasarkan kepada kekuatan dan kelemahan hubungan dimaksud, guna mendapatkan fakta semakin kuat hubungan antar variabel, maka semakin tinggi nilai prediksi yang akan disimpulkan.

Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan angket/kuisioner. Mengacu kepada uraian pendekatan penelitian deskriptif tersebut di atas, maka cirri-ciri penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif melalui metoda survey, menurut Nasution (1988:44), menyatakan sebagai berikut.

1. Rancangan: Spesifik, Jelas, terinci, ditentukan secara mantap sejak awal; 2. Tujuan: menunjukkan hubungan antara variabel, menguji teori mencari

generalisasi yang mempunyai nilai prediktif;

3. Teknik penelitian: eksprimen, survey, observasi berstruktur, wawancara berstruktur;

4. Instrumen penelitian menggunakan angket, wawancara, skala, komputer; 5. Data kuantitatif, hasil pengukuran berdasarkan variabel yang

dioperasionalkan dengan menggunakan instrument; 6. Sampel yang digunakan besar dan representative;

(36)

8. Analisis dilakukan pada taraf akhir setelah pengumpulan data selesai, deduktif menggunakan statistik;

9. Usulan rancangan: luas dan terinci, banyak literature yang berhubngan dengan masalah, prosedur yang spesifik dan terinci langkah-langkahnya, masalah diuraikan dan ditunjuk kepada fokus tertentu, hipotesis dirumuskan dengan jelas, ditulis rinci dan lengkap sebelum terjun ke lapangan.

Mengacu kepada pendapat di atas, dapat dimaknai bahwa penelitian ini bermaksud ingin menguji semua jawaban secara rasional, agar dapat menjelaskan gejala dan fenomena yang dituangkan dalam fokus masalah serta tujuan penelitian. Dengan demikian bentuk penelitian yang digunakan adalah bentuk pengujian penelitian verifikatif dan explanatory survey. Sehinga penelitian ini disebut dengan penelitian survey, karena penelitian survey adalah penelitian yang menggunakan sampel dari suatu populasi, yang menggunakan kuisioner sebagai alat pengukurannya, maka peneliti tidak mengadakan perlakuan-perlakukan terhadap variabel-variabel yang diteliti.

Langkah-langkah penelitian survey adalah 1) merumuskan masalah-masalah penelitian dan menentukan tujuan survey, 2) menetukan konsep hipotesa serta menggali kepustakaan, 3) menentukan sampel, 4) membuat kuisioner, 5) melakukan pekerjaan laangan, 6) mengola data, dan 7) analisis dan laporan hasil penelitian Nasution (1988:44).

D. Definisi Operasional

(37)

sebagai variabel ukuran dari delapan indikator strategi kebijakan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan pada inspektorat jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Variabel tersebut di atas, masih merupakan terjemahan tertentu dari kerangka pikir penelitian, dengan demikian masih memiliki pengertian yang bersifat umum. Oleh karena itu, agar penelitian mempunyai batas pengertian yang jelas dan mudah diukur serta ditafsirkan/dimaknai, maka perlu dijabarkan makna dan arti setiap variabel ke dalam suatu definisi operasional. Kemudian definisi operasional dari setiap variabel tersebut dijabarkan ke dalam dimensi-dimensi atau sub variabel dengan indikatornya masing-masing

Adapun definisi operasional variabel dengan dimensi dan indikatornya masing-masing, sebagai berikut.

1. Kapasitas Kepemimpinan

(38)

tertentu pada tugas bawahan, (4) melakukan pengawasan, (5) memberikan petunjuk pada bawahan dan (6) menetapkan batas waktu tugas bawahan.

Dimensi yang berorientasi pada bawahan (Consideration) serta selalu mengahargai hubungan manusia (human relation), dengan indicator : (1) melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan, (2) memberikan kepercayaan kepada bawahan, (3) memperhatikan kesejahteraan bawahan, (4) membangun kerjasama tim, (5) memperlakukan adil terhadap para personil, (6) memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan bersikap bersahabat.

2. Motivasi Kerja

Definisi operasional dimensi dan indikator variabel motivasi kerja dalam penelitian ini adalah kondisi nyata dan fakta sehari-hari yang dialami oleh auditor dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai aparatur pengawasan fungsional pendidikan. Karena tugas pengawasan fungsional menuntut auditor untuk berpegang pada prinsip professional, independent dan penuh dengan resiko yang dapat saja muncul dari factor-faktor internal dan eksternal.

Dimensi dan indikator dikembangkan dari teori Robbins S.P (2001:166), menyatakan bahwa ”motivasi adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya, untuk memenuhi kebutuhan individu tertentu”. Selanjutnya Gray, dkk,

(1984:69) menyatakan bahwa “Motivasi kerja merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Kedua pendapat di atas didukung oleh pendapat Siagian S.P, (2008:294) bahwa “motivasi kerja seseorang karyawan sangat dipengaruhi oleh

(39)

variable motivasi kerja dalam penelitian ini juga, akan mengacu kepada

dimensi-dimensi kontribusi motivasi yang timbul dari diri individu baik yang bersumber dari internal indvidu maupun bersumber dari eksternal individu, aparatur pengawasan fungsional pendidikan.

Dimensi motivasi kerja eksternal dengan indikator: (1) hubungan antar pribadi, (2) jenis dan sifat pekerjaan (3) Penggajian dan honorarium (4) supervise/pengawasan dari atasan dan organisasi tempat kerja. Sedangkan motivasi kerja inernal dengan indikator: (1) dorongan untuk bekerja dan kemajuan karier, (2) pengakuan dan rasa tanggungjawab (3) minat terhadap tugas dan dorongan untuk berprestasi.

3. Kompetensi Auditor

Dimensi kompetensi auditor dalam penelitian ini adalah persepsi responden terhadap kemampuan dan kecakapan pencapaian prestasi kerja, yang berkenaan dengan tugas dan fungsi auditor sebagai aparatur pengawasan fungsinal pendidikan, dalam melaksanakan penugasan dari pimpinan organisasi/lembaga. Dimensi dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ”Kompetensi kepribadian auditor, Kompetensi profesi auditor, dan kompetensi sosial auditor”

(40)

4. Efektivitas Organisasi

Dimensi efektivitas organisasi dalam penelitian ini adalah persepsi publik atau responden, dalam hal ini auditor tentang organisasi pengawasan fungsional Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam mencapai tujuan organisasi sesuai visi dan misinya, terhadap kebijakan-kebijakan penyelenggaraan program pendidikan nasional. Dimensi dan indicator yang dikembangkan dalam penelitian ini bepijak kepada teori yang dikemukakan oleh Robbins S.P, (2008:152); Soetopo Hendiyat, (2010:67); dan Parasuraman et. all (1998) yakni dimensi:

a. Kerjasama tim, yakni di antara para pegawai dan pimpinan dalam melaksanakan tugasnya, dengan indikator: (1) suasana kerjasama tim, dan (2) kontribusi pegawai bagi kemajuan organisasi;

b. Ketepatan Pegawai/Pekerjaan, yakni kesesuaian kemampuan pegawai terhadap pekerjaannya, dengan indikator-indikator: (1) penempatan pegawai yang tepat.

c. Ketepatan teknologi, yakni ketepatan peralatan/fasilitas kerja yang

dipergunakan, dengan indikator-indikator: (1) kondisi peralatan/fasilitas kerja, dan (2) ketersediaan peralatan/fasilitas kerja;

d. Pemberian kewenangan, yakni kemampuan pegawai dalam mengelola

pekerjaanya, dengan indikator-indikator: (1) tanggungjawab pegawai dalam melaksanakan tugasnya;

(41)

f. Konflik peran, yakni keseimbangan antara layanan internal dengan layanan eksternal, dengan indikator-indikator: (1) perhatian terhadap layanan internal. g. Ambinguitas peran, yakni sinkronisasi antara harapan organisasi dengan

harapan masyarakat, dengan indikator-indikator: (1) kemampuan organisasi memenuhi harapan masyarakat dan (2) pemenuhan harapan pegawai.

5. Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan

Dimensi akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan dalam penelitian ini adalah persepsi publik atau stakeholder, tentang pengertian akuntabilitas kinerja yaitu;”perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi

organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui

system pertanggungjawaban secara periodik” (LAN, 2003:3). Dalam penelitian

ini sebagai responden adalah auditor di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengawal, mengawasi dan melayani seluruh kebijakan Program Pendidikan Nasional, guna mewujudkan penyelenggaran proses pendidikan yang efektif, produktif, efisien dan mewujudkan good governance (Tata Pemerintahan yang baik) dan akuntabel.

(42)

Howard, yang dikutip oleh Akdon, (2009:209-2010); Mangkunegara, (2001:67); Marten R. Waisbord (1993); Arja Sudjiarto (2000:140-141); dan Syafaruddin, (2010:168). Adapun dimensi dan indikatornya adalah sebagai berikut.

a. Dimensi Produktivitas, (Hasil kerja) yakni produk hasil kegiatan pengawasan

yang dilaksanakan dalam satu periode tahunan, dengan indikator-indikator ukuran (1) Kualitas Hasil Kerja, (2) Kecepatan dan ketepatan waktu, (3)Tindakan prefentif terhadap penyimpangan, (4)Prakarsa (Inisiatif), (5)Kemampuan personil, (6) Informasi/Komunikasi, (7) Reward/penghargaan, dan (8) Mekanisme tata kerja.

b. Probity and legality accountability (kejujuran dan keabsahan), dengan indikator-indikator (1) Penggunaan dana sesuai dengan anggaran yang telah disetujui, (2) Penegakan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, (3) Kepatuhan/Disiplin, dan (4) Ketaatan (Compliance).

c. Process accountability (proses), dengan indikator Prosedur atau

ukuran-ukuran dalam melanksanakan kegiatan.

d. Performance accountability (Hasil Kinerja), dengan indikator (1) Efisien dan

(2) Ekonomis.

e. Program accountability (Program), dengan indicator (1) Penetapan dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, (2) Berhasil dan Efektif (outcomes dan effectiveness).

f. Policy accountability (Kebijakan dan Nilai), dengan indicator-indikator (1)

(43)

E. Konstruksi Instrumen Penelitian

Angket disusun dengan kerangka yang ditetapkan dan berdasarkan kajian dari berbagai teori yang relevan. Istrumen penelitian disusun berdasarkan kajian teori atau asumsi dari setiap variabel penelitian dan berpedoman pada cara penyusunan butir angket yang baik. Adapun kisi-kisi untuk setiap variabel yang diteliti adalah sebagai berikut.

1. Variabel Kapasitas Kepemimpinan

Variabel kapasitas kepemimpinan (X1) dikembangkan butir-butir instrument sebanyak 55 butir pernyataan untuk di uji coba, dengan kisi-kisi sebagaimana tercantum dalam tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Variabel, sub Variabel, Indikator dan Item Pertanyaan Kapasitas Kepemimpinan

(44)

2. Variabel Motivasi Kerja

Variabel Motivasi Keraja (X2) dikembangkan butir-butir instrument sebanyak 40 butir pernyataan untuk di uji coba, dengan kisi-kisi sebagaimana tercantum dalam tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Variabel, sub Variabel, Indikator dan Item Pertanyaan Motivasi Kerja

2) Jenis dan sifat pekerjaan

3) Penggajian/honorarium

4) Supervisi/pengawasan dari atasan, dan Organisasi tempat bekerja.

2) Pengakuan dan Rasa tanggungjawab

dalam pekerjaan,

3) Minat terhadap tugas dan Dorongan

(45)

3. Variabel Kompetensi Auditor

Variabel Kompetensi Auditor (X3) dikembangkan butir-butir instrument sebanyak 42 butir pernyataan untuk di uji coba, dengan kisi-kisi sebagaimana tercantum dalam tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4

Variabel, sub Variabel, Indikator dan Item Pertanyaan Kompetensi Auditor

1) Tingkat pendidikan;

2) Independent ;

3) Ketaatan;

4) Penggunan alat IT dan

5) Media/keterampilan lainnya

17,18,&

Sosial Auditor 1) 2) Kompetensi berkomunikasi; Berinteraksi;

(46)

4. Variabel Efektivitas Organisasi

Variabel Efektivitas Organisasi Inspektorat Jenderal Kemdikbud (Y1) dikembangkan butir-butir instrument sebanyak 40 butir pernyataan untuk di uji coba, dengan kisi-kisi sebagaimana tercantum dalam tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5

Variabel, sub Variabel, Indikator dan Item Pertanyaan Efektivitas Organisasi Pengawasan Fungsional

1) Suasana kerjasama tim,

2) Kontribusi pegawai bagi

1) kondisi peralatan/fasilitas kerja, 2) Ketersediaan peralatan/fasilitas

f.Konflik Peran 1) Perhatian terhadap layanan

internal,

29,30, 31,32, 33

g.Ambinguitas

Peran 1) Kemampuan organisasi memenuhi harapan masyarakat

2) Pemenuhan harapan pegawai.

34,35,36 & 37

(47)

5. Variabel Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan

Variabel Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Pendidikan (Y2) dikembangkan ke dalam butir-butir instrument sebanyak 62 butir pernyataan untuk di uji coba, dengan kisi-kisi sebagaimana tercantum dalam tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6

Variabel, sub Variabel, Indikator dan Item Pertanyaan Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional

2) Kecepatan dan ketepatan waktu,

3) Tindakan prefentif terhadap

1) Penggunaan dana sesuai dengan

anggaran yang telah disetujui,

2) Penegakan peraturan

1) Prosedur atau ukuran-ukuran dalam melanksanakan kegiatan

1) Penetapan dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

(48)

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian merupakan suatu kajian yang memerlukan data valid dari sumbernya, sehingga suatu penelitian tidak terlepas dari data yang bersumber dari objek penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan berbagai ragam fakta dan berhubungan dengan fokus penelitian yang akan diteliti. Teknik pengumpulan data, dan wujud data yang dikumpulkan, pada penelitian ini penulis gunakan teknik studi dokumentasi dan teknik angket. Merujuk dari topik permasalahan yang diteliti dan tujuan dari penelitian ini, maka data yang perlu dikembangkan berupa data faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kapsitas kepemimpinan, mitivasi kerja, kompetensi auditor, efektivitas organisasi dan akuntabilitas kinerja lembaga fungsional pengawasan.

Oleh sebab itu, ditetapkan alat pengumpul data yang cukup relevan dengan fokus permasalahan dan tujuan penelitian.

a. Studi Dokumentasi

b. Studi dokumentasi dalam penelitian dibatasi pada proses pengumpulan data

(49)

kinerja pengawasan fungsional pendidikan pada lembaga Inspektorat Jenderal Kemdikbud dalam kurun waktu lima tahun terkahir.

c. Angket

Pemilihan teknik pengumpulan data dengan angket, didasarkan atas alasan bahwa, (a) Responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat.

Melalui angket ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pernyataan atau pertanyaan yang diajukan di dalam angket tersebut. Indikator-indikator pertanyaan merupakan penjabaran dari variable-variabel kapsitas kepemimpinan, mitivasi kerja, kompetensi auditor, efektivitas organisasi dan akuntabilitas kinerja lembaga fungsional

pengawasan. Data yang dihasilkan dari penyebaran kuesioner ini berskala

pengukuran ordinal mengingat kuesioner yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran Satu sampai dengan Lima (1 - 5) dengan alternative pilihan jawaban sebagai berikut.

Tabel 3.7 Alternatif Jawaban Responden

Alternatif Jawaban Nilai Pernyataan

Sangat Sesuai (SS) 5

Sesuai (S) 4

Ragu-Ragu (R) 3

Kurang Sesuai (KS) 2

(50)

Tabel 3.8 Alternatif Jawaban Responden

Alternatif Jawaban Nilai Pernyataan

Sangat Benar (SB) 5

Benar (B) 4

Ragu-Ragu (R) 3

Kurang Benar (KB) 2

Tidak Benar (TB) 1

Instrumen penelitian skala Likert memiliki skala pengukuran interval merujuk pada pendapat bahwa skala likert menghasilkan data interval ( Cooper, 2006 ; 339) Kuesioner yang merupakan alat ukur dalam penelitian ini perlu diuji keandalannya. Pengujian keandalan ini bertujuan untuk mendapatkan petunjuk mengenai mutu penelitian. Keandalan menunjukkan ketepatan, kemantapan, dan homogenitas alat ukur yang dipakai.

2. Validitas dan Reliabilitas Instumen Penelitian

a. Validitas

(51)

Dalam suatu penelitian, peneliti menggunakan instrument/kuesioner dalam mengumpulkan data penelitian, maka butir butir yang disusun pada kuesioner tersebut merupakan instrumen (alat) ukur yang harus dapat mengukur apa yang menjadi sasaran dan tujuan penelitian, serta hasil pengkurannya dapat mempunyai makna.

Langkah-langkah pengujian validitas dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Konsep yang akan diukur harus didefinisikan dengan jelas secara

operasional, agar dapat dugunakan untuk mengkur validasi data penelitian 2) Skala Pengukuran tersebut di ujicobakan pada sejumlah responden.

3) Tabulasi jawaban responden harus di persiapkan, sesuai dengan jumlah variable dan indicator pengukuran.

Penelitian ini telah dirancang menggunakan metode pengolahan data hasil penelitian dengan menggunakan model SEM (Strukture Equation Models), maka hasil uji validasi dan uji reliabilitas setiap ítem

instrumen/kuisioner langsung melalui pengolahan data secara otomatis dengan menggunakan model struktur yang akan dibangun dalam pengolahan data, seperti pada uraian hasil penelitian berikut ini.

(52)

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur yaitu kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur. Jenis uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”Validitas Konstruks”, yaitu uji validitas untuk melihat konsistensi antara komponen konstruk yang satu dengan yang lainnya, jika semua komponen tersebut konsisten antara yang satu dengan yang lainnya maka komponen tersebut valid. Hasil Uji Coba Validasi Instrumen dapat dilihat sebagaimana pada lampiran 10 disertasi ini.

b. Reliabilitas

Menurut Sugiono (2003:110), reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan sejauhmana hasil pengukuran konsistensi hasil pengukuran suatu instrumen. Apabila pada pengukuran gejala yang sama diulangi dua kali atau lebih. Dengan kata lain reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Jika suatu alat ukur dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran relatif sama dan hasil pengukuran relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliable. Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter instrumen pengukuran yang baik.

Gambar

Gambar Visual 3-1: Desain Penelitian
Gambar Visual 3.2 Langkah-Langkah Prosedur Desain Penelitian
Tabel 3.2 Variabel, sub Variabel,  Indikator dan Item Pertanyaan
Tabel 3.3 Variabel, sub Variabel,  Indikator dan  Item Pertanyaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyusun kebijakan harus menggunakan praktik-praktik baik (good practices) yang diterapkan di tempat lain atau di dalam negeri, termasuk di luar sistem pegawai negeri sipil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan kejadian BBLR yang dilakukan secara deskriptif analitik observasional dengan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengambilan kebijakan mengenai pentingnya seorang pemimpin yang transformasional untuk mencapai kebermaknaan

Hasil Uji t menunjukkan bahwa pemasaran emosional dan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah Bank Sumut Syariah Cabang Utama Medan, begitu

Bersih desa yang ada di Planglor, dusun Tambak Selo ini sangat berbeda yang bersih desa di tempat lain karena bersih desa dibuat permainan yaitu nasi yang dikepal-kepal

Penelitian tersebut memiliki kesamaan objek dengan peneliti yaitu representasi perempuan dan subjek yang merupakan film animasi Disney Princess.. Namun berbeda judul film

Dengan masuknya Tentara Belanda ke Yogyakarta, pasukan TP yang telah bersiap di berbagai asrama untuk mengadakan latihan perang, segera mengundurkan diri ke luar kota,

Pada Penulisan Ilmiah yang berjudul Pembuatan Website Master Computer dengan menggunakan Macromedia Dreamweaver MX 2004, yang melatarbelakangi pembuatan website ini adalah