No. Daftar/FPEB/234/UN.40.FPEB.1.PL/2013
PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA PENGUSAHA SATE BANDENG
(Survey pada Pengusaha Sate Bandeng di Kota Serang)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Pendidikan pada
Program Pendidikan Ekonomi
Oleh
Gita Gustiana Wulandari 0901029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN
USAHA PENGUSAHA SATE BANDENG
(Survey pada Pengusaha Sate Bandeng di Kota Serang)
Oleh:
GITA GUSTIANA WULANDARI
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Gita 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
GITA GUSTIANA WULANDARI
PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA PENGUSAHA SATE BANDENG
(Survey pada Pengusaha Sate Bandeng di Kota Serang)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING :
Prof. Dr. H. Disman, MS. NIP. 19590209 198412 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
UPI Bandung
ABSTRAK
“Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap keberhasilan Usaha Pengusaha Sate Bandeng (Survey Pada Pengusaha Sate Bandeng Di Kota Serang)”
di bawah bimbingan Prof. Dr. H. Disman, MS.
Oleh
Gita Gustiana Wulandari 0901029
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu keberhasilan usaha dalam bentuk laba para pengusaha sate bandeng yang terus menerus mengalami penurunan dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran yang dimiliki para pengusaha sate bandeng mengenai pentingnya faktor wirausaha dalam bentuk perilaku kewirausahaan yaitu perilaku kreativitas, keberanian dalam menghadapi risiko dan obsesi dalam mencari peluang untuk menunjang keberhasilan usahanya.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian yaitu para pengusaha sate bandeng yang ada di Kota Serang. Sampel sebanyak 23 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey eksplanatori dengan menggunakan angket sebagai alat pengumpul data dan teknik menggunakan regresi linier berganda, dalam analisis data menggunakan bantuan program SPSS 17.00 for Windows.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan bahwa secara simultan maupun secara parsial variabel kreativitas, keberanian menghadapi risiko dan obsesi mencari peluang berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha.
Kata Kunci : kreativitas, keberanian menghadapi risiko, obsesi mencari peluang,
ABSTRACT
“The influence of Entrepreneurship Behavior towards the Success of Sate Bandeng Business”
( A Survey Investigated to Entrepreneurs of Sate Bandeng in Serang) Working under Prof. Dr. H. Disman, MS.
by
Gita Gustiana Wulandari 0901029
The main issue proposed in this study is about the success of a sate bandeng business in terms of its profit which has reduction for the last three months. It is because most of the entrepreneurs of sate bandeng do not realize that entrepreneurship behavior, such as creativity, the braveness to take a risk, and obsession to find an opportunity, is a very crucial aspect to support their business. This object of this study is 23 entrepreneurs of sate bandeng in Serang. Then, the method used in this study is explanatory survey distributing questionnaire as the tool to gather the data. Besides, it also uses multiple linear regression as the technique in collecting the data supporting by SPSS 17.00 for Windows.
Therefore, it can be concluded that, simultaneously and partially, the variable of creativity, the braveness to take a risk, and obsession of finding an opportunity influences has a positive and significant factors to succeed a business.
Keywords : creativity, the braveness to take a risk, and obsession of finding an
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... Error! Bookmark not d
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not d
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not d
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not d
1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not d 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not d 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not d 1.3.1 Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not d 1.3.2 Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not d
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESISError! Bookmark not
2.1.3.1.3 Teori Residu dari David Ricardo ... Error! Bookmark not d 2.1.4 Konsep Pasar Persaingan Monopolistik. ... Error! Bookmark not d 2.1.5 Konsep Perilaku Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d 2.1.5.1 Konsep Perilaku ... Error! Bookmark not d 2.1.5.2 Konsep Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d 2.1.6 Unsur-unsur Perilaku Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d 2.1.6.1 Kreativitas ... Error! Bookmark not d 2.1.6.2 Keberanian Menghadapi Risiko ... Error! Bookmark not d 2.1.6.3 Obsesi Mencari Peluang ... Error! Bookmark not d 2.2 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not d 2.3 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not d 2.4 Hipotesis ... Error! Bookmark not d
BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not d
3.1 Objek Penelelitian ... Error! Bookmark not d 3.2 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not d 3.3 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not d 3.3.1 Populasi ... Error! Bookmark not d 3.3.2 Sampel ... Error! Bookmark not d 3.4 Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not d 3.5 Sumber Data ... Error! Bookmark not d 3.6 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not d 3.7 Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not d 3.7.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not d 3.7.2 Uji Reliabilitas... Error! Bookmark not d 3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not d 3.8.1 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not d 3.8.2 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not d 3.8.2.1 Pengujian Hipotesis Ragresi Secara Keseluruhan (Uji f) ... Error! Bookmark not d 3.8.2.2 Koefisien Determinasi Majemuk (R2) ... Error! Bookmark not d 3.8.2.3 Pengujian Hipotesis Regresi Secara Parsial (Uji t) ... Error! Bookmark not d 3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not d 3.8.3.1 Multikolinieritas ... Error! Bookmark not d 3.8.3.2 Heteroskedastisitas ... Error! Bookmark not d 3.8.3.3 Autokorelasi ... Error! Bookmark not d
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not d
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... Error! Bookmark not d 4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... Error! Bookmark not d 4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... Error! Bookmark not d 4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... Error! Bookmark not d 4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pekerja ... Error! Bookmark not d 4.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not d 4.3.1 Keberhasilan Usaha ... Error! Bookmark not d 4.3.2 Perilaku Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d 4.3.3 Kreativitas ... Error! Bookmark not d 4.3.4 Keberanian Menghadapi Risiko ... Error! Bookmark not d 4.3.5 Obsesi Mencari Peluang ... Error! Bookmark not d 4.4 Hasil Analisis Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not d 4.4.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not d 4.4.2 Uji Reliabilitas... Error! Bookmark not d 4.5 Hasil Pengujian Prasyaratan Analisis ... Error! Bookmark not d 4.5.1 Hasil Uji Multikolinearitas ... Error! Bookmark not d 4.5.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... Error! Bookmark not d 4.5.3 Hasil Uji Autokorelasi ... Error! Bookmark not d 4.6 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not d 4.6.2 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not d 4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not d
4.7.1 Pengaruh Kreativitas Terhadap Keberhasilan Usaha pengusaha
Sate Bandeng ... Error! Bookmark not d 4.7.2 Pengaruh Keberanian Menghadapi Risiko Terhadap Keberhasilan
Usaha Pengusaha sate Bandeng ... Error! Bookmark not d 4.7.3 Pengaruh Obsesi Mencari Peluang Terhadap Keberhasilan Usaha
Pengusaha Sate Bandeng ... Error! Bookmark not d 4.8 Implikasi Pendidikan ... Error! Bookmark not d
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not d
5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not d 5.2 Saran ... Error! Bookmark not d
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not d
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah UMKM dan Usaha Besar di Indonesia
Periode 2006-2010... Error! Bookmark not d Tabel 1.2 Daftar Pengusaha Kelompok Industri Pengolahan Makanan Sate
Bandeng di Kota Serang ... Error! Bookmark not d Tabel 1.3 Laba Pengusaha Sate Bandeng Periode Februari 2013 April 2013
Dalam ribuan rupiah ... Error! Bookmark not d Tabel 2.1 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d Tabel 2.2 Nilai-nilai dan Perilaku Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not d Tabel 4.1 Daftar Kecamatan dan Luas Wilayah Kota Serang ... Error! Bookmark not d Tabel 4.2 Kelompok Industri Sate Bandeng di Kota Serang ... Error! Bookmark not d Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... Error! Bookmark not d Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... Error! Bookmark not d Tabel 4.5 Karakteristik Responden Pendidikan Terakhir ... Error! Bookmark not d Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... Error! Bookmark not d Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pekerja ... Error! Bookmark not d Tabel 4.8 Keberhasilan Usaha (Laba) Pengusaha Sate Bandeng Bulan
Mei 2013 ... Error! Bookmark not d Tabel 4.9 Gambaran Keberhasilan Usaha (Laba) Pengusaha Sate BandengError! Bookmark not Tabel 4.10 Keberhasilan (laba) Pengusaha Sate Bandeng Periode Mei 2013Error! Bookmark not Tabel 4.11 Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Kreativitas ... Error! Bookmark not d Tabel 4.12 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Kreativitas .... Error! Bookmark not d Tabel 4.13 Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Kreativitas ... Error! Bookmark not d Tabel 4.14 Perilaku Kewirausahaan Dalam Keberanian Menghadapi RisikoError! Bookmark not Tabel 4.15 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Keberanian
Menghadapi Risiko ... Error! Bookmark not d Tabel 4.16 Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Kreativitas ... Error! Bookmark not d Tabel 4.17 Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Obsesi Mencari Peluang Error! Bookmark not d Tabel 4.18 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Obsesi Mencari
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Langkah Menuju Kewirausahaan yang Berhasil ... Error! Bookmark not d Gambar 2.2 Keseimbangan Pasar Persaingan Monopolistik Jangka Pendek
Yang Mengalami Keuntungan ... Error! Bookmark not d Gambar 2.3 Keseimbangan Pasar Persaingan Monopolistik Jangka Pendek
Yang Mengalami Kerugian ... Error! Bookmark not d Gambar 2.4 Keseimbangan Pasar Persaingan Monopolistik Dalam Jangka
Panjang ... Error! Bookmark not d Gambar 2.5 Model Analisis Diri Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d Gambar 2.6 Paradigma Berpikir ... Error! Bookmark not d Gambar 3.1 Statistika d Durbin- Watson ... Error! Bookmark not d Gambar 4.1 Peta Administratif Kota Serang ... Error! Bookmark not d Gambar 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... Error! Bookmark not d Gambar 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... Error! Bookmark not d Gambar 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... Error! Bookmark not d Gambar 4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... Error! Bookmark not d Gambar 4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Tenaga Kerja ... Error! Bookmark not d Gambar 4.7 Keberhasilan Usaha (laba) Pengusaha Sate Bandeng Periode
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan
bagian terbesar dalam perekonomian nasional, merupakan indikator tingkat
partisipasi masyarakat dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. UMKM selama
ini terbukti dapat diandalkan sebagai katup pengaman di masa krisis, melalui
mekanisme penciptaan kesempatan kerja dan nilai tambah. Peran dan fungsi
strategis ini, sesungguhnya dapat ditingkatkan dengan memerankan UMKM
sebagai salah satu pelaku usaha komplementer bagi pengembangan perekonomian
nasional, dan bukan subordinasi dari pelaku usaha lainnya. Keberhasilan dalam
meningkatkan kemampuan UMKM berarti memperkokoh bisnis perekonomian
masyarakat. Hal ini akan membantu mempercepat proses pemulihan
perekonomian nasional, dan sekaligus memberi dukungan nyata terhadap
pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi pemerintahan.
Saat ini, perkembangan UMKM berkembang dengan pesat, bahkan jumlah
UMKM di Indonesia rupanya jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah
usaha besar. Perkembangan UMKM dan usaha besar di Indonesia bisa dilihat
pada tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah UMKM dan Usaha Besar di Indonesia Periode 2006-2010
Tahun Jumlah UMKM Jumlah Usaha Besar
2006 49.021.803 4.577
2007 50.145.800 4.463
2008 51.414.262 4.650
2009 52.764.603 4.677
2010 53.823.732 4.838
Sumber : DEPKOPNAS
Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah UMKM terus mengalami
2
jumlah usaha besar cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2006 jumlah UMKM
mencapai 49.021.803 unit sedangkan jumlah usaha besar hanya sebanyak 4.577
unit. dan sampai pada tahun 2010 jumlah UMKM di Indonesia mencapai
53.823.732 unit sedangkan jumlah usaha besar hanya sebanyak 4.838 unit.
Melihat kondisi tersebut, maka tidak salah bila keberadaan UMKM di
Indonesia harus tetap dipertahankan karena UMKM dapat dijadikan sebagai
penopang hidup bagi masyarakat kecil dan menengah serta dapat memberikan
kontribusi yang besar terhadap perekonomian daerah maupun nasional.
Menurut Tulus Tambunan (2009: 2-4), UMKM sangat penting karena
karakteristik-karakteristik utama mereka yang berbeda dengan usaha besar,
sebagai berikut :
1. Jumlah UMKM sangat banyak jauh melebihi usaha besar.
2. Mempunyai suatu potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar.
3. UMKM memakai teknologi-teknologi yang lebih “cocok” terhadap proporsi
-proporsi dari faktor-faktor produksi dan kondisi lokal yang ada di negara
sedang berkembang (NSB), yakni sumber daya alam (SDA) dan tenaga kerja
berpendidikan rendah yang berlimpah tetapi modal serta sumber daya
manusia (SDM) atau tenaga kerja berpendidikan tinggi yang sangat terbatas.
4. Tingkat fleksibilitas UMKM tinggi.
Krisis ekonomi yang melanda sebagian negara di Asia Tenggara sejak
pertengahan tahun 1997 adalah harga mahal yang harus dibayar untuk model
pembangunan kapitalistik pilihan pemerintah, yang pada dasarnya mengejar
pertumbuhan tinggi, ekspansi usaha, dan konglomerasi. Indonesia menderita
paling parah dibanding dengan negara ASEAN lainnya, dan itu mencerminkan
rapuhnya struktur dasar perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang pada tahun
1996 sebesar 8% merosot jadi -13,7% di akhir tahun 1998. Pendapatan perkapita
yang sebelumnya mencapai di atas US$1.000 merosot lagi jadi US$300. Indonesia
kembali menjadi negara miskin.
Akibat dari terpuruknya perekonomian nasional, terdapat ribuan angkatan
kerja yang tidak memperoleh lapangan pekerjaan sehingga terjadi pengangguran.
3
1998. Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) menyebutkan, sekitar 1,4
juta orang kehilangan pekerjaan di sektor formal, sementara pekerjaan di sektor
non-formal bertambah 3,6 juta menjadi 57,3 juta orang pada tahun 1998.
(Benedicta, 2003: 1).
Menurut Astamoen (2008: 5), salah satu penyebab kurang cepatnya
pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih sedikitnya jumlah entrepreneur
sebagai pelaku ekonomi, antara lain pengusaha, pedagang, dan lain-lain. Dengan
banyaknya entrepreneur, dua indikator penting dalam suatu negara maju dan
makmur secara ekonomi akan tepenuhi, yaitu rendahnya angka pengangguran dan
tingginya devisa terutama dari hasil barang-barang ekspor yang dihasilkan.
Buchari Alma (2003: 4) menerangkan bahwa suatu pernyataan yang
bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun
apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya.
katakanlah jika dihitung semua wirausahawan indonesia mulai dari pedagang
kecil sampai perusahaan besar ada sebanyak tiga juta, tentu bagian terbesarnya
adalah kelompok-kelompok kecil yang belum terjamin mutunya dan belum
terjamin kelangsungan hidupnya. Sebagai contoh, keberhasilan pembangunan
yang dicapai oleh negara Jepang ternyata disponsori oleh wirausahawan yang
telah berjumlah 2% tingkat sedang, berwirausaha kecil sebanyak 20% dari jumlah
penduduknya. Inilah kunci keberhasilan pembangunan negara Jepang.
Contoh lain, di Samarinda terdapat peningkatan dalam jumlah industri
kecil dan menengah. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 6.950 unit UKM dan
pada tahun 2004 meningkat menjadi 13.233 unit, atau meningkat sebesar 91%.
(www.kaltimpost.web.id).
Terlepas dari berbagai kontribusinya dalam perekonomian nasional,
UMKM seringkali dihadapkan dengan berbagai permasalahan klasik yang
menghambat keberhasilan usaha yang bersifat internal dan eksternal.
Permasalahan internal tersebut diantaranya : (1) terbatasnya penguasaan dan
pemilikan asset produksi, terutama permodalan; (2) rendahnya kemampuan SDM;
(3) ditinjau dari konsentrasi pekerjaan sumber dayanya, pengembangannya
4
pertanian; (4) kelembagaan usaha belum berkembang secara optimal dalam
penyediaan fasilitas bagi kegiatan ekonomi. Sedangkan permasalahan eksternal
yang dimaksud adalah : (1) terbatasnya pengakuan dan jaminan keberadaan
UKM; (2) kesulitan mendapatkan data yang jelas dan pasti tentang jumlah dan
penyebaran UKM; (3) alokasi kredit sebagai aspek pembiayaan masih sangat
timpang, baik antar golongan, antar wilayah, dan antar desa-kota; (4) sebagian
besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk
fashion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek; (5) rendahnya nilai tukar
komoditi yang dihasilkan; (6) terbatasnya akses pasar; (7) terdapatnya
pungutan-pungutan atau biaya siluman yang tidak proporsional.
Berkaitan dengan usaha, tentunya para pengusaha UMKM baik
perusahaan atau organisasi manapun pasti ingin mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain mereka ingin mencapai keberhasilan usaha. Menurut
Albert Widjaja (Suryana, 2006 : 168) laba perusahaan masih merupakan tujuan
yang kritis dan menjadi ukuran keberhasilan usaha. Sedangkan menurut beberapa
ahli dijelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha adalah
persaingan, kekuatan modal, penguasaan teknologi, menejemen dan perilaku
kewirausahaan.
Kriteria keberhasilan usaha kecil dalam penelitian Ghost, dkk (Riyanti,
2003: 27), tentang wirausaha kecil di Singapura menunjukkan hasil bahwa dari
85% responden yang menjawab, 70% wirausaha menggunakan net profit growth
(laba bersih) untuk mengukur keberhasilan usaha, disusul oleh laba penjualan
(sales revenue growth, 61%), laba setelah pajak (return on investment, 50%), dan
pangsa pasar (market share, 48%). Selanjutnya, 38% dari wirausaha yang
menggunakan kriteria keberhasilan laba bersih (net profit growth), berpendapat
bahwa prestasi 6-10% pertumbuhan pertahun merupakan indikator keberhasilan
usaha.
Saat ini UMKM sudah banyak tersebar di seluruh propinsi di Indonesia.
keberadaan UMKM ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, tidak
terkecuali oleh masyarakat di Kota Serang. Berdasarkan data dari Disperindag
5
unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 31.010 orang. Namun
sayangnya pengelolaan UMKM ini belum optimal.
Salah satu yang merasakan belum optimalnya keberadaan UMKM di Kota
Serang adalah bagi para pengusaha industri sate bandeng, padahal kita tahu sate
bandeng merupakan makanan unggulan khas Kota Serang yang seharusnya
industri ini dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah. Namun pada kenyataannya, industri sate bandeng ini kurang
dapat maju di daerahnya sendiri. Saat ini industri sate bandeng di kota Serang
berjumlah 23 unit. Jumlah ini terus menurun dari tahun ke tahun. Sebelumnya, di
tahun 2012 pengusaha industri sate bandeng ini berjumlah 27 unit. Berikut daftar
pengusaha sate bandeng yang terdapat di kota serang pada tahun 2013.
Tabel 1.2
Daftar Pengusaha Kelompok Industri Pengolahan Makanan Sate Bandeng di Kota Serang
No Nama Pengusaha Bahan Baku Kapasitas Produksi/Tahun
6
Sebagai salah satu unit usaha, kegiatan industri sate bandeng ini tentu
tidak lepas dari munculnya berbagai hambatan. Berdasarkan hasil wawancara pra
penelitian kepada sejumlah pengusaha sate bandeng, di peroleh informasi bahwa
salah satu penyebab kurang berkembangnya usaha sate bandeng di Kota Serang
ini salah satunya adalah jumlah laba yang diterima para pengusaha sate bandeng
yang cenderung menurun. Berikut ini adalah tabel laba 10 orang pengusaha sate
bandeng selama 3 bulan terakhir yang terdiri dari bulan Februari 2013, Maret
2013 hingga April 2013.
Tabel 1.3
Laba Pengusaha Sate Bandeng Periode Februari 2013 - April 2013 Dalam ribuan rupiah
No Nama Laba Pengusaha Ket.
Februari’13 Maret'13 April'13
1 H. Muhamad 17.950 17.400 16.000 Turun
2 Ibu Ratu 17.700 16.800 16.400 Turun
3 Cepi A 16.500 16.100 15.750 Turun
4 Ibu Mamah 15.600 16.050 15.275 Turun
5 Ibu Uun 15.700 14.000 13.200 Turun
6 Ibu Aliyah 17.000 16.800 16.000 Turun
7 Among 18.250 17.950 17.000 Turun
8 Harni Asih 16.700 15.400 14.200 Turun
9 Agus S 14.350 13.900 13.000 Turun
10 Neneng Sofiah 17.450 17.975 16.250 Turun
Jumlah 167.200 162.375 153.075 Turun
Rata-Rata 16.720 16.237,5 15.307,5 Turun
Sumber : Kuesioner prapenelitian, Data diolah
Dari survey yang dilakukan pada 10 pengusaha sate bandeng di Kota
Serang, ternyata hampir semuanya mengalami penurunan laba selama 3 bulan
terakhir. Dapat kita lihat pada table 1.3 diatas bahwa rata-rata laba pengusaha
menurun selama periode 3 bulan. Pada bulan Februari 2013, rata-rata laba
pengusaha yaitu sebesar Rp.16.200.000,00 sedangkan pada bulan Maret 2013
turun menjadi Rp.16.237.500,00 dan penurunan pun terjadi pada bulan April 2013
yaitu turun menjadi Rp.15.307.500,00.
Berdasarkan kondisi yang terjadi di lapangan, peneliti menggunakan teori
7
Pandian dalam pendekatan penelitian nya. Teori ini cocok untuk menghadapi
persaingan yang semakin kompleks dan krisis eksternal. Teori ini dinilai potensial
untuk memelihara keberhasilan perusahaan ketika berada dalam situasi eksternal
yang bergejolak, misalnya dalam keadaan krisis ekonomi yang berkepanjangan di
Indonesia. Teori ini mengutamakan pengembangan kapabilitas internal yang
unggul, tidak transparan, sukar ditiru oleh pesaing, memberi daya saing jangka
panjang yang melebihi tuntutan pasar saat ini, dan kebal terhadap resesi. Menurut
teori ini, sumber daya perusahaan berupa tanah, teknologi, tenaga kerja (termasuk
kapabilitas dan pengetahuan), modal dan kebiasaan rutin dapat dikelola secara
khusus untuk memperoleh keuntungan yang terus-menerus dari persaingan. Untuk
meraih keuntungan yang berkesinambungan, perusahaan harus berusaha mencari
dan menumbuhkan kapabilitas khusus dari semua sumber daya yang mungkin
belum dimanfaatkan secara optimal dan dapat dirubah menjadi peluang yang
produktif yang unik melalui pencarian ide-ide baru atau wawasan manajemen
yang lebih luas secara terus-menerus. (Suryana, 2006: 170). Selain teori strategi
berbasis sumber daya, penelitian ini juga di dukung oleh teori dinamis dari
Schumpeter, teori premi risiko dari F. Knight dan teori permainan untuk setiap
variabel independen nya.
Teori Dinamis dari J. Schumpeter menyatakan bahwa, profit terdapat pada
kehidupan perekonomian yang dinamis dan diperoleh oleh pengusaha yang
dinamis pula. Pengusaha-pengusaha yang dinamis yang disebut juga sebagai
captain of entrepreneur, yaitu pengusaha pionir, yang berani menempuh jalan
baru, menggunakan teknik baru dan mencoba metode-metode produksi baru,
maka pada mereka akan diterima keuntungan-keuntungan mendahului
pengusaha-pengusaha yang lainnya. Mereka akan menerima super normal profit, sedang
pengusaha-pengusaha lainnya hanya normal profit saja. Baru dalam jangka yang
lama, maka pengusaha-pengusaha lain-nya akan mencontohnya untuk
menggunakan teknik dan metode produksi baru. Dengan demikian maka super
normal profit akan hilang. (Ika Waspada, Jurnal UPI). Teori premi risiko dari F.
8
harus mempunyai “perfect for seight”. Untuk keberaniannya menanggung risiko dan pandangannya yang tajam tentang masa datang, maka sudah seharusnya
mereka menerima penggantian atas kecakapannya. (Ika Waspada, Jurnal UPI).
Sedangkan teori permainan (Game Theory) merupakan suatu usaha untuk
mempostulir tindakan-tindakan strategi, yang apabila diikuti oleh para partisipan
dalam sebuah situasi kompetitif, akan memungkinkan mereka untuk mengurangi
tingkat ketidakpastian yang melingkupi tindakan-tindakan mereka. Hal tersebut
tidak langsung dicapai dengan mengasumsi bahwa kita mengetahui apa yang akan
dilakukan oleh seorang oponen, tetapi secara tidak langsung dengan jalan
mengasumsi bahwa oponen tersebut mempunyai keterangan tertentu dan bahwasa
ia dimotivasi dengan cara-cara tertentu, atau dengan perkataan lain bahwasa ia
berperilaku secara rasional. (Winardi, 1981: 223).
Berdasarkan informasi yang didapat dilapangan dan teori yang digunakan
di duga faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha para pengusaha sate
bandeng adalah sikap para pengusaha yang kurang kreatif dan inovatif, kurang
berani dalam menghadapi risiko dan kurang bisa memanfaatkan peluang usaha.
Sebagian besar mereka tidak menyadari bahwa hal yang mendasar untuk
mencapai keberhasilan usaha adalah berasal dari dalam diri pengusaha itu sendiri
yaitu faktor wirausaha dalam bentuk perilaku kewirausahaan.
Dari fakta dan argumen diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha pengusaha sate
bandeng di Kota Serang. Dengan judul yang diangkat adalah “PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA PENGUSAHA SATE BANDENG (Survey pada pengusaha sate bandeng di Kota Serang)”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah, terlihat bahwa yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan usaha pengusaha sate bandeng di Kota Serang, yang ditandai dengan
9
menurun ini terjadi karena faktor internal yaitu rendahnya kemampuan sumber
daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh para pengusaha sate bendeng dalam
bentuk perilaku kewirausahaan dimana pengusaha sate bandeng ini kurang kreatif
dalam mengolah produk olahan bandeng, serta kurang berani menghadapi risiko
usaha dan kurang jeli dalam melihat peluang usaha.
Dalam penelitian ini maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan
yaitu pada faktor perilaku kewirausahaan. Adapun rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha sate bandeng di
Kota Serang?
2. Bagaimana pengaruh kreativitas terhadap keberhasilan usaha pengusaha sate
bandeng di Kota Serang?
3. Bagaimana pengaruh keberanian menghadapi risiko terhadap keberhasilan
usaha pengusaha sate bandeng di Kota Serang?
4. Bagaimana pengaruh obsesi mencari peluang terhadap keberhasilan usaha
pengusaha sate bandeng di Kota Serang?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha sate bandeng
di Kota Serang.
2. Untuk mengetahui pengaruh kreativitas terhadap keberhasilan usaha
pengusaha sate bandeng di Kota Serang.
3. Untuk mengetahui pengaruh keberanian menghadapi risiko terhadap
keberhasilan usaha pengusaha sate bandeng di Kota Serang.
4. Untuk mengetahui pengaruh obsesi mencari peluang terhadap keberhasilan
10
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya terkait
keberhasilan usaha.
2. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta
informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha,
terutama bagi para pengusaha sate bandeng di Kota Serang, serta dapat
digunakan sebagai pertimbangan bagi pemerintah untuk mendorong
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 118), Objek penelitian adalah variabel
penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Dalam
penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Dimana keberhasilan
usaha sebagai variabel terikat (Y), kreativitas sebagai variabel bebas (X1),
keberanian menghadapi risiko sebagai variabel bebas (X2) dan obsesi mencari
peluang sebagai variabel bebas (X3). Adapun subjek dari penelitian ini yaitu
pengusaha sate bandeng di Kota Serang.
3.2 Metode Penelitian
Metode dalam suatu penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu
masalah yang diselidiki. Melalui metode penelitian diharapkan akan dapat
memilih teknik pengumpulan data yang tepat serta menentukan suatu metode
penelitian yang tepat.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey eksplanatori (explanatory methode) yaitu suatu metode penelitian yang
bermaksud menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan pengujian
hipotesis.
Adapun pengertian penelitian survey menurut Masri Singarimbun (1995:3)
adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Tujuan dari penelitian
explanatory adalah untuk menjelaskan atau menguji hubungan antar variabel yang
diteliti.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 173), populasi adalah keseluruhan
61
bandeng yang terdaftar di Disperindag Kota Serang yang berjumlah 23
pengusaha.
3.3.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 177), sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang
digunakan adalah teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2012: 122) sampling
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil kurang
dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan
yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel. Sehingga dalam penelitian ini, jumlah sampel sama
dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 23 pengusaha sate bandeng.
3.4 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Konsep / konstruk Variabel Definisi Operasional Skala
Dependen
Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuannya. Suatu bisnis dikatakan berhasil bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang melakukan bisnis. Henry Faizal Noor
indikator jumlah laba yang diterima pada satu bulan terakhir dengan rumus : kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan 2) Keterbukaan terhadap hal-hal
baru
3) Kemampuan menghasilkan ide /
62
Dedi Supriadi (Buchari Alma, 2003: 32). menerima risiko dalam mengambil keputusan untuk menghadapi ketidakpastian. Dusselman (Suryana, 2006: 50)
Keberanian Menghadapi
Risiko (X2)
Jawaban responden mengenai keberanian menghadapi risiko dengan indikator :
1) Keberanian membuat keputusan dalam mencari peluang memperoleh keuntungan. 2) Keberanian menghadapi risiko
usaha.
3) Kemampuan untuk menilai risiko secara realistis.
4) Keberanian untuk menghadapi kegagalan dalam usahanya.
Ordinal
Obsesi mencari peluang (ambisi untuk mencari peluang) adalah keinginan yang kuat yang dimiliki oleh wirausaha dalam mencari peluang menuju keberhasilan usaha. (Suryana, 2006: 27).
Obsesi Mencari Peluang (X3)
Jawaban responden mengenai obsesi mencari peluang dengan indikator :
1) Mencari berbagai peluang untuk meningkatkan keberhasilan usaha.
2) Memiliki ambisi yang besar untuk mencapai keberhasilan usaha.
Ordinal
3.5 Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang diambil adalah Data Primer dan Data
Sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada
pengusaha sate bandeng di Kota Serang sedangkan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari DISPERINDAG Kota Serang, Badan Pusat Statistik dan internet.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Studi dokumentasi, merupakan teknik mengumpulkan data dengan mencatat
63
memperoleh hal-hal atau variabel-variabel berupa catatan, laporan, serta
dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
2. Kuesioner (angket), merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2012: 199).
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 268), sebelum menyusun angket harus
melalui beberapa prosedur yaitu:
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner
2. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner
3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik
dan tunggal.
4. Menentukan jenis data yang akan dukumpulkan, sekaligus untuk
menentukan teknik analisisnya.
3. Wawancara, yaitu usaha untuk mengumpulkan informasi dengan cara
mengajukan pertanyaan lisan. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada
pemilik usaha sate bandeng.
3.7 Instrumen Penelitian
Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah skala likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur perilaku kewirausahaan. Dalam
penelitian, fenomena keberhasilan usaha ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert,
maka variabel yang akan diukur dan dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. (Sugiyono, 2012:
93).
Jawaban setiap item instumen yang menggunakan skala likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk keperluan analisis
kuantitatif maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
1. Setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5
64
3. Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor 3
4. Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2
5. Sangat tidak setuju/ tidak pernah diberi skor 1
Agar hipotesis yang telah dirumuskan dapat diuji maka diperlukan
pembuktian melalui pengolahan data yang telah terkumpul. Jenis data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data ordinal. Dengan adanya data
berjenis ordinal maka data tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi data
interval dengan menggunakan Methods of Succesive Interval (MSI) dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Untuk butir tersebut berapa banyak orang yang mendapatkan (menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.
Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P).
Tentukan proporsi kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya.
Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk setiap kategori.
Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel ordinat distribusi normal.
Hitung SV (Scale of Value = nilai skala) dengan rumus sebagai berikut: SV= (Density of Lower Limit) – (Density at Upper Limit)
(Area Bellow Upper Limit) – (Area Bellow Lower Limit)
Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus: Y = SV + (1+ |SV min|)
Dimana nilai k = 1 + |SV min|
Selanjutnya agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya
maka alat ukur tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itulah terhadap angket
yang diberikan kepada responden dilakukan 2 (dua) macam tes, yaitu tes validitas
65
3.7.1 Uji Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 211), validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh
Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai
r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya
responden dimana :
r hitung > r 0,05 = valid
r hitung r 0,05 = tidak valid.
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks
korelasinya, (Riduwan, 2008: 217).
Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara yaitu:
1. Dengan melihat harga r dan diinterpretasikan misalnya korelasi tinggi, cukup,
dan sebagainya.
2. Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik r product moment sehingga dapat
diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih kecil dari
harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan. Begitu juga
66
3.7.2 Uji Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (2010: 221), Reliabilitas menunjuk pada suatu
pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel
akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang
benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama.
Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus alpha dari
Cronbach sebagaimana berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2010: 239)
dimana :
Kriteria pengujiannya adalah jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan
taraf signifikansi pada
= 0,05, maka instrumen tersebut adalah reliabel,sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrument tidak reliabel.
Selanjutnya, untuk melihat signifikansi reliabilitasnya dilakukan dengan
mendistribusikan rumus student t, yaitu:
t
hit=
√ √
Dengan kriteria : Jika thitung> ttabel, maka instrumen penelitian reliabel dan
67
3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.8.1 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linear
Berganda (multiple linear regression method) dengan menggunakan program
komputer SPSS versi 17.00 For Windows. Tujuan Analisis Regresi Linier
Berganda adalah untuk mempelajari bagaimana eratnya pengaruh antara satu atau
beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat. Model analisis ekonometrika
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Dimana :
Y = keberhasilan usaha β0 = konstanta regresi β1 = koefisien regresi X1 β2 = koefisien regresi X2 β3 = koefisien regresi X3 X1 = kreativitas
X2 = keberanian menghadapi risiko
X3 = obsesi mencari peluang
e = faktor pengganggu
Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik parametrik
regresi linier berganda dimana data-data yang digunakan bersifat interval. Sesuai
dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh dari variabel penelitian
kreativitas (X1), keberanian menghadapi risiko (X2) dan obsesi mencari peluang
(X3) terhadap keberhasilan pengusaha (Y).
68
3.8.2 Pengujian Hipotesis
3.8.2.1 Pengujian Hipotesis Ragresi Secara Keseluruhan (Uji f)
Uji F digunakan dengan maksud untuk melihat pengaruh variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikat secara simultan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan mencari nilai Fhitung dengan
menggunakan korelasi ganda dan dapat dihitung dengan rumus:
RYXiXj =
Uji signifikansinya dapat dihitung dengan rumus :
F=
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Jika Fhitung< Ftabel maka H0diterima dan H1 ditolak (keseluruhan variabel bebas
X tidak berpengaruh terhadap variabel Y).
2) Jika Fhitung> Ftabel maka Ho ditolak dan H1 diterima (keseluruhan variabel
bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).
3.8.2.2 Koefisien Determinasi Majemuk (R2)
Menurut (Gujarati, 2001:94), dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2)
yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan
variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi
sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau
presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel
bebas X.
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana perubahan variabel
terikat dijelaskan oleh variabel bebasnya, untuk menguji hal ini digunakan rumus
koefisien determinasi sebagai berikut:
R2 =
69
(Agus Winarjono, 2007:39)
Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model
tersebut dapat dinilai baik.
Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut
dapat dinilai kurang baik.
1.8.2.3Pengujian Hipotesis Regresi Secara Parsial (Uji t)
Pada penelitian ini akan dilakukan uji hipotesis secara parsial atau
sebagian dengan menggunakan korelasi parsial (tstatistik). Tujuan uji korelasi parsial
(tstatistik) ini adalah untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat dimana variabel lain dianggap konstan.
1) Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis:
Ho : βi ≤ 0, artinya masing- masing variabel Xi secara parsial tidak
berpengaruh terhadap variabel Y, dimana i = X1, X2, X3
Hi : βi > 0, artinya masing-masing variabel Xi secara parsial berpengaruh
terhadap variabel Y, dimana i = X1, X2, X3
2) Menghitung nilai statistik t (t hitung) dan mencari nilai-nilai t kritis dari tabel distribusi t pada α dan degree of fredom tertentu. Adapun nilai t hitung dapat dicari dengan formula sebagai berikut :
(Yana Rohmana, 2010:74)
Dimana merupakan nilai dari hipotesis nul.
Atau, secara sederhana t hitung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
70
(Yana Rohmana, 2010:74)
3) Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel) dengan α = 0,05.
Keputusannya menerima atau menolak H0, sebagai berikut :
Jika t hitung > nilai t kritis maka H0 ditolak atau menerima H1, artinya variabel itu signifikan.
Jika t hitung < nilai t kritisnya maka H0 diterima atau menolak H1, artinya variabel itu tidak signifikan.
Kaidah keputusan:
Tolak Ho jika t hit> t tabel, dan terima Ho jika t hit< t tabel.
3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik
Dalam menggunakan model regresi berganda dengan metode OLS adalah
harus bebas dari uji asumsi klasik yang terdiri dari multikolinieritas,
heteroskedatis dan autokorelasi.
3.8.3.1 Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah situasi di mana terdapat korelasi variabel bebas
antara satu variabel dengan yang lainnya. Dalam hal ini dapat disebut
variabel-variabel tidak ortogonal. Variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel-variabel yang
nilai korelasi antara sesamanya sama dengan nol. Ada beberapa cara untuk
medeteksi keberadaan Multikolinearitas dalam model regresi OLS (Gujarati,
2001:166), yaitu:
1. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi
(biasanya berkisar 0,8 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang
signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.
2. Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi,
perlu dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya
koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.
3. Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi
71
Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu,
maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.
4. Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat
hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu
variabel independen lainnya.
5. Variance inflation factor dan tolerance. (VIF)
Dalam penelitian ini akan mendeteksi ada atau tidaknya multiko dengan
uji Variance inflation factor dan tolerance. (VIF), dengan bantuan program SPSS
17.0 for Windows. Untuk melihat gejala multikolinearitas, kita dapat melihat dari
hasil Collinerity Statistics. Hasil VIF yang lebih besar dari lima menunjukan
adanya gejala multikolinearitas.
Apabila terjadi multikolinearitas menurut Yana Rohmana (2010: 149-154)
disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Tanpa ada perbaikan
2. Dengan perbaikan:
o Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori).
o Menghilangkan salah satu variabel independen.
o Menggabungkan data Cross-Section dan data Time Series.
o Transformasi variabel.
o Penambahan Data.
3.8.3.2 Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik adalah bahwa
varian-varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai
variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan δ2
. inilah yang disebut sebagai asumsi heterokedastisitas (Gujarati, 2001:177).
Heteroskedastisitas berarti setiap varian disturbance term yang dibatasi oleh
nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai
konstan yang sama dengan atau varian yang sama. Uji heteroskedasitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
72
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Keadaan
heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :
Sifat variabel yang diikutsertakan kedalam model.
Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan menggunakan data runtun waktu, kemungkinan asumsi itu mungkin benar.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2005:147-161), yaitu sebagai berikut :
1. Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :
Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan
keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran
variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).
3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut
korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi
heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :
d1= perbedaan setiap pasangan rank
n = jumlah pasangan rank
5. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat
73
residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian
variabel bebas.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji metode grafik, dengan
bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Dalam regresi, salah satu asumsi yang
harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lain tidak memiliki pola tertentu. Salah satu uji untuk menguji
heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual.
3.8.3.3 Autokorelasi
Asumsi penting lainnya yang akan diuji dalam penelitian ini adalah uji
autokorelasi. Autokorelasi menggambarkan suatu keadaan dimana tidak adanya
korelasi antara variabel pengganggu disturbance term. Adanya gejala autokorelasi
dalam model regresi OLS dapat menimbulkan :
1) Estimator OLS menjadi tidak efisien karena selang keyakinan melebar
2) Varian populasi 2 diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran ( ^2).
3) Akibat butir b, R2 bisa ditaksir terlalu tinggi (overestimated)
4) Jika 2 tidak diestimasi terlalu rendah, maka varians estimator OLS ( ^i). 5) Pengujian signifikansi (t dan F) menjadi lemah.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi pada model regresi
antara lain dengan metode Grafik, uji loncatan (Runs Test) atau uji Geary (Geary
Test), uji Durbion Watson (Durbin Watson d test), uji Breusch-Godfrey
(Breusch-Godfrey test) untuk autokorelasi berorde tinggi.
Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model
regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui
beberapa cara di bawah ini:
1) Graphical method, metode grafik yang memperlihatkan hubungan residual
dengan trend waktu.
2) Runs test, uji loncatan atau uji Geary (geary test).
74
4) Uji d Durbin-Watson, yaitu membandingkan nilai statistik Durbin-Watson
hitung dengan Durbin-Watson tabel. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada
tidaknya autokorelasi baik positif maupun negatif, jika digambarkan akan
terlihat seperti pada gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1
Statistika d Durbin- Watson Sumber: Gudjarati 2001: 216
Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower dU = Durbin Tabel Up
H0 = Tidak ada autkorelasi positif
H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji Durbin- Watson dengan
bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Uji ini mengahasilkan nilai DW hitung
(d) dan nilai DW tabel (dL dan dv).
Menolak H0
Bukti autokorelasi
positif
Menolak H0
*
Bukti autokorelasi
negatif
Daerah keragu-raguan
Daerah keragu-raguan Menerima H0 atau
H*0 atau
kedua-duanya
d
0 dL du 4-du 4-dL 4
Gita Gustiana Wulandara , 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh
kreativitas, keberanian menghadapi risiko dan obsesi mencari peluang terhadap
keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng di Kota Serang, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Perilaku kewirausahaan para pengusaha sate bandeng di Kota Serang yang
terdiri dari kreativitas tergolong sedang sedangkan perilaku kewirausahaan
dalam hal keberanian menghadapi risiko dan obsesi mencari peluang masih
tergolong rendah. Selain itu keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng
di Kota Serang yang dilihat berdasarkan indikator laba juga masih tergolong
rendah.
2. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek kreativitas berpengaruh signifikan
dan mempunyai hubungan yang positif terhadap keberhasilan usaha para
pengusaha sate bandeng di Kota Serang. Kreativitas merupakan salah satu
faktor penting penentu keberhasilan usaha karena dengan adanya kreativitas
pengusaha akan mampu menghasilkan ide-ide baru mengenai
produ-produknya dan memungkinkan para pengusaha untuk menciptakan produk
baru dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
3. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek keberanian menghadapi risiko
berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap
keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng di Kota Serang. Seorang
wirausaha akan selalu dihadapkan pada situasi yang berisiko. Maka dari itu,
seorang pengusaha harus memiliki keberanian untuk menghadapi risiko
karena semakin besar risiko yang dihadapi oleh seorang wirausaha, maka
Gita Gustiana Wulandara , 2013
4. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek obsesi mencari peluang
berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap
112
merupakan hal yang paling berharga bagi seorang wirausaha. Pengusaha yang
mampu mengenali dan memanfaatkan peluang, maka akan mendapatkan
kesempatan yang besar dalam mencapai keberhasilan usaha.
5.2 Saran
1. Para pengusaha sate bandeng harus bisa meningkatkan perilaku
kewirausahaan nya, baik dari aspek kreativitas, keberanian mnghadapi risiko
maupun obsesi mencari peluang, karena pada dasarnya ketiga perilaku
tersebut saling berkaitan dan sangat penting untuk diterapkan demi
keberlangsungan usaha dan terciptanya keberhasilan usaha.
2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas, para pengusaha dapat mencari
informasi melalui berbagai sumber baik dari buku bacaan, internet maupun
sumber lainnya mengenai produk olahan bandeng. Selain itu, para pengusaha
juga perlu mengikuti pendidikan informal baik diklat, pelatihan maupun
seminar-seminar yang diadakan oleh berbagai pihak terkait.
3. Untuk meningkatkan keberanian menghadapi risiko, para pengusaha harus
memiliki kerja sama dengan berbagai pihak terkait seperti bank, investor,
konsumen dan lain-lain sehingga pengusaha dapat meminimalisir risiko yang
akan dihadapi dengan cara berbagi risiko dengan pihak yang terlibat.
4. Untuk meningkatkan obsesi mencari peluang, para pengusaha harus mencari
berbagai informasi mengenai produk yang sedang diminati konsumen dan
harus dapat membaca keadaan pasar serta pesaingnya.
5. Bagi lembaga yang terkait, seperti Dinas KUMKM agar lebih memperhatikan
usaha yang dijalankan oleh wirausaha kecil dengan cara melakukan
pemberian modal serta memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan agar
pengusaha dapat lebih percaya diri dan dapat mencapai keberhasilan usaha