Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
NURBAITI WIDYASARI
1103927
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN DISPOSISI MATEMATIS
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2013
Oleh
Nurbaiti Widyasari, S. Pd.
SPs UPI Bandung, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
© Nurbaiti Widyasari, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Jurnal ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN DISPOSISI MATEMATIS
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
NURBAITI WIDYASARI 1103927
Disetujui dan Disahkan oleh:
Pembimbing I,
Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes.
Pembimbing II,
Dr. Stanley Dewanto, M.Pd.
Mengetahui:
Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Matematika
Turmudi, M.Sc., M.Ed., Ph.D.
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN DISPOSISI MATEMATIS
iii Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nurbaiti Widyasari
1103927
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini mengkaji masalah peningkatan kemampuan penalaran dan disposisi matematis siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking. Desain yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bentuk desain
quasi eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Jakarta Timur, dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, sampelnya sebanyak 27 siswa kelas VIII-3 sebagai kelompok kontrol dan VIII-31 siswa kelas VIII-5 sebagai kelompok eksperimen. Instrumen terdiri dari tes untuk kemampuan penalaran matematis serta skala disposisi yang diberikan sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Uji ANOVA dua jalur serta uji lanjutannya, sedangkan analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif. Hasil analisis secara kualitatif diketahui siswa kelas VIII dapat memetaforakan suatu konsep matematika serta dapat mengaitkan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Selanjutnya hasil analisis secara kuantitatif menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, sedangkan peningkatan disposisi matematis siswa antara kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan metaphorical thinking dan kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan cara konvensional tidak terdapat perbedaan. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematis terhadap kemampuan penalaran dan disposisi matematis siswa.
Kata kunci: Pendekatan metaphorical thinking, kemampuan penalaran matematis, dan disposisi matematis
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN DISPOSISI MATEMATIS
iv Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ENHANCING SECONDARY STUDENT’S MATHEMATICAL REASONING AND DISPOSITION BY METAPHORICAL THINKING
APPROACH
Nurbaiti Widyasari
1103927
ABSTRACT
The aims of this research are examining to improve student’s mathematical reasoning and disposition by metaphorical thinking approach. The research utilized a quasi experimental design. The population in this research are students in grade eight from one of junior high school in East Jakarta, and using proposive sampling technique, the sample is 27 students in VIII-3 class for control group, and 31 students in VIII-5 class for experiment group. The instruments comprised of mathematical reasoning test and disposition scale. The quantitative analysis is used a two-way ANOVA, while qualitative analysis used a descriptive one. The result of qualitative analysis shows the students were able to metaphors a concept and also able to make connection between concepts. Futhermore, the result of quantitative analysis shows better increasing mathematical reasoning ability by metaphorical thinking approach than by conventional teaching, while there was no different increment in mathematical disposotion between two classes. There was no interaction effect between student’s prior mathematics ability and teaching approach toward student’s mathematical reasoning and disposition.
v Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
HAK CIPTA
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Definisi Operasional ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penalaran Matematis ... 13
B. Disposisi Matematis ... 17
vi Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Penelitian yang Relevan ... 23
E. Kaitan antara Pendekatan Metaphorical Thinking, Kemampuan Penalaran, dan Disposisi Matematis . ... 23
F. Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel ... 27
C. Variabel Penelitian ... 29
D. Instrumen Penelitian ... 30
1. Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 30
a. Analisis Validitas Tes ... 32
b. Analisis Reliabilitas Tes ... 34
c. Analisis Daya Pembeda ... 34
d. Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 36
e. Pemilihan Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 37
2. Skala Disposisi Matematis Siswa ... 38
3. Catatan Lapangan ... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ... 42
F. Teknik Analisis Data ... 42
1. Analisi Data Kualitatif .... ... 42
2. Analisis Data Kuantitatif . ... 42
G. Prosedur Penelitian ... 47
H. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49
vii Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Uji Normalitas ... 54
b. Uji Homogenitas ... 55
c. Uji ANOVA Dua Jalur ... 56
2. Disposisi Matematis… ... 61
a. Uji Normalitas ... 65
b. Uji Homogenitas ... 66
c. Uji ANOVA Dua Jalur ... 67
3. Aktivitas Siswa dan Guru selama Proses Pembelajaran ... 69
B. Pembahasan ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81
B. Implikasi ... 81
C. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
viii Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Persentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa pada Standar
Internasional TIMSS 2011 .. ... 5
Tabel 1.2 Persentase Sikap Siswa Terhadap Matematika pada TIMSS 2011 6 Tabel 2.1 Komponen Penalaran Matematis ... 16
Tabel 3.1 Rata-Rata UAS Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013 ... 28
Tabel 3.2 Hasil Uji Mann-Whitney Rata-Rata UAS Kelas VIII-3 dan VIII-5 28 Tabel 3.3 Pengelompokan Berdasarkan KAM ... 29
Tabel 3.4 Kriteria Penskoran Penalaran Matematis ... 31
Tabel 3.5 Pembobotan Soal ... 32
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Penalaran Matematis 33 Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ... 35
Tabel 3.8 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Kemampuan Penalaran Matematis 35 Tabel 3.9 Kriteria Indeks Kesukaran ... 36
Tabel 3.10 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 36
Tabel 3.11 Pemilihan Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 37
Tabel 3.12 Nilai Reliabilitas Skala Disposisi Matematis . ... 39
Tabel 3.13 Hasil Validasi Skala Disposisi Matematis ... 39
Tabel 3.14 Nilai Reliabilitas Skala Disposisi Matematis Perhitungan Ulang . 40 Tabel 3.15 Hasil Validasi Skala Disposisi Matematis Perhitungan Ulang . ... 40
ix Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.17 Rancangan Pelaksanaan Penelitian……... 48
Tabel 4.1 Sebaran Kemampuan Awal Matematik ... 49
Tabel 4.2 Rerata Pretes, Postes, dan N-Gain Keseluruhan Kemampuan
Penalaran Matematis ... 50
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Kemampuan Penalaran Matematis . ... 50
Tabel 4.4 Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis
Berdasarkan Pembelajaran . ... 54
Tabel 4.5 Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis
Berdasarkan Kategori KAM ... 55
Tabel 4.6 Uji Homogenitas Varians Skor N-Gain Kemampuan Penalaran
Matematis ... 55
Tabel 4.7 Uji ANOVA Dua Jalur Skor Peningkatan Rata-Rata Kemampuan
Penalaran Matematis Berdasarkan KAM dan Pendekatan
Pembelajaran ... 56
Tabel 4.8 Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis
Kelas MT ... 57
Tabel 4.9 Uji Homogenitas Varians Skor N-Gain Kemampuan Penalaran
Matematis Kelas MT ... 57
Tabel 4.10 Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis
Kelas KV ... 57
Tabel 4.11 Uji Homogenitas Varians Skor N-Gain Kemampuan Penalaran
Matematis Kelas KV ... 58
Tabel 4.12 Uji Anova Satu Jalur Kemamampuan Penalaran Matematis
Kelas MT ... 58
Tabel 4.13 Uji Anova Satu Jalur Kemamampuan Penalaran Matematis
Kelas KV ... 58
Tabel 4.14 Hasil Pairwise Comparisons Kemampuan Penalaran Matematis . 59
Tabel 4.15 Rerata Skala Sebelum, Sesudah, dan N-Gain Keseluruhan
x Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.16 Statistik Deskriptif Disposisi Matematis ... 61
Tabel 4.17 Uji Normalitas Skor N-Gain Disposisi Matematis Berdasarkan
Pembelajaran ... 65
Tabel 4.18 Uji Normalitas Skor N-Gain Disposisi Matematis Berdasarkan
Kategori KAM... 66
Tabel 4.19 Uji Homogenitas Varians Skor N-Gain Disposisi Matematis ... 66
Tabel 4.20 Uji ANOVA Dua Jalur Skor Peningkatan Rata-Rata Disposisi
Matematis Berdasarkan KAM dan Pendekatan Pembelajaran ... 67
Tabel 4.21 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru selama Pembelajaran dengan
Pendekatan Metaphorical Thinking . ... 70
Tabel 4.22 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa selama Pembelajaran dengan
Pendekatan Metaphorical Thinking ... 72
Tabel 4.23 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 74
Tabel 4.24 Perbandingan Rata-Rata N-Gain Perindikator Kemampuan
xi Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Proses Penalaran Induktif dan Deduktif ... 14
Gambar 2.2 Indikator Disposisi Menurut Atalla, Bryant, dan Dada ... 18
Gambar 2.3 Hubungan Antara Masalah dan Makna Hasil ... 20
Gambar 4.1 Perbandingan Rataan Skor Pretes dan Postes Kemampuan
Penalaran Matematis Kategori KAM Tinggi . ... 51
Gambar 4.2 Perbandingan Rataan N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis
Kategori KAM Tinggi . ... 51
Gambar 4.3 Perbandingan Rataan Skor Pretes dan Postes Kemampuan
Penalaran Matematis Kategori KAM Sedang. ... 52
Gambar 4.4 Perbandingan Rataan N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis
Kategori KAM Sedang. ... 52
Gambar 4.5 Perbandingan Rataan Skor Pretes dan Postes Kemampuan
Penalaran Matematis Kategori KAM Rendah ... 53
Gambar 4.6 Perbandingan Rataan N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis
Kategori KAM Rendah... 53
Gambar 4.7 Pengaruh Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan
xii Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.8 Perbandingan Rataan Skor Skala Disposisi Matematis Sebelum
dan Sesudah Perlakuan Kategori KAM Tinggi ... 62
Gambar 4.9 Perbandingan Rataan N-Gain Disposisi Matematis Kategori
KAM Tinggi ... 62
Gambar 4.10 Perbandingan Rataan Skor Skala Disposisi Matematis Sebelum
dan Sesudah Perlakuan Kategori KAM Sedang ... 63
Gambar 4.11 Perbandingan Rataan N-Gain Disposisi Matematis Kategori
KAM Sedang ... 63
Gambar 4.12 Perbandingan Rataan Skor Skala Disposisi Matematis Sebelum
dan Sesudah Perlakuan Kategori KAM Rendah ... 64
Gambar 4.13 Perbandingan Rataan N-Gain Disposisi Matematis Kategori
KAM Rendah... 64
Gambar 4.14 Pengaruh Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan
KAM terhadap Disposisi Matematis ... 69
Gambar 4.15 Grafik Perkembangan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran
dengan Pendekatan Metaphorical Thinking ... 73
xiii Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Hal
LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 89
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 113
A.3 Lembar Kerja Siswa . ... 133
A.4 Kisi –Kisi dan Tes Kemampuan Penalaran Matematis . ... 171
A.5 Kisi-kisi Skala Disposisi Matematis ... 179
A.6 Lembar Observasi ... 185
LAMPIRAN B: ANALISIS HASIL UJI COBA B.1 Hasil Perhitungan Normalitas, Mann-Whitney Sampel Penelitian ... 187
B.2 Data Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 190
B.3 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 193
B.4 Hasil Uji Coba Skala Disposisi Matematis ... 202
LAMPIRAN C: ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS C.1 Data Hasil Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas Eksperimen . ... 211
C.2 Data Hasil Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 212
C.3 Pengolahan Data dan Uji Statistik Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis . ... 213
LAMPIRAN D: ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN DISPOSISI
xiv Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D.1 Data Skala Disposisi Kelas Eksperimen ... 222
D.2 Data Skala Disposisi Kelas Kontrol. ... 230
D.3 Data Skala Sebelum, Sesudah, dan N-Gain Disposisi
Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 238
D.4 Data Skala Sebelum, Sesudah, dan N-Gain Disposisi
Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 239
D.5 Pengolahan Data dan Uji Statistik Disposisi Matematis siswa 240
LAMPIRAN E: DATA-DATA PENUNJANG PENELITIAN
E.1 Foto Kegiatan Penelitian ... 246
1 Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengambilan keputusan terhadap masalah yang dihadapi oleh seseorang
dalam kehidupan sehari-hari tentu tidak terlepas dari aspek-aspek yang
mempengaruhinya. Keputusan dan pertimbangan tersebut tentu tidak datang
dengan sendirinya, melainkan hadir melalui proses membangun dan
membandingkan gagasan-gagasan dari beragam situasi yang dihadapi. Terdapat
salah satu kemampuan yang harus dimiliki seseorang dalam proses membangun
dan membandingkan gagasan-gagasan yang diperolehnya, yaitu kemampuan
penalaran. Seperti yang diungkapkan oleh Wahyudin (2008: 520), penalaran
menawarkan cara-cara yang tangguh untuk membangun dan mengekspresikan
gagasan-gagasan tentang beragam fenomena yang luas.
Seorang penalar yang baik haruslah diperkenalkan dengan situasi-situasi
permasalahan yang berhubungan dengan penalaran sedini mungkin termasuk
dalam pelajaran matematika di sekolah. Hal ini dikarenakan penalaran dapat
membantu siswa melihat matematika sebagai sesuatu yang logis dan masuk akal,
sehingga dapat membantu mengembangkan keyakinan siswa bahwa matematika
merupakan sesuatu yang mereka dapat pahami, pikirkan, jastifikasi, dan evaluasi
(Baroody, 1993: 59), sehingga melalui penalaran, siswa dapat lebih memaknai apa
yang telah mereka pahami, serta dengan memahami suatu konsep matematika
dapat mengakibatkan meningkatnya kemampuan penalaran.
Hal tersebut mengakibatkan penalaran menjadi salah satu kompetensi yang
harus dimiliki dan dikembangkan siswa sebagai tujuan dari pembelajaran
matematika. Seperti yang tertuang dalam kurikulum KTSP (BSNP, 2006: 140)
mengenai salah satu dari tujuan pembelajaran matematika, yakni menggunakan
2
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang tertuang di dalam
KTSP sebelumnya, Mullis, et al. (2009: 20) dalam Assessment Frameworks
mengungkapkan terdapat tiga ranah kognitif matematika, yakni knowing
(pengetahuan), applying (penerapan), dan reasoning (penalaran). Ranah-ranah
kognitif tersebut merupakan kemampuan yang dijadikan dasar dalam
pengembangan soal-soal untuk studi The Trends in International Mathematics
and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan penalaran
merupakan tahap berpikir matematika yang mencakup kapasitas untuk berpikir
secara logis dan sistematis, termasuk di dalamnya penalaran intuitif dan induktif
yang didasarkan terhadap pola dan sifat keteraturan yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, serta soal-soal yang memuat
kemampuan penalaran memungkinkan menuntut seseorang menggunakan
pengetahuan dan pemahamannya dalam wilayah matematika yang berbeda
(Mullis, et al., 2009: 45). Pernyataan Mullis, et al mengimplikasikan bahwa dalam
pembelajaran matematika diharapkan (1) siswa dalam menyelesaikan masalah
tidak hanya mengingat prosedur penyelesaian, (2) siswa mengeksplorasi pola,
tidak hanya sekedar mengingat rumus, (3) dan siswa memformulasikan dugaan,
tidak hanya mengerjakan latihan rutin (Schoenfeld; Reys, Suydam, Lindquist &
Smith, dalam Dahlan 2011: 4.9).
Selain kemampuan penalaran matematis juga terdapat kemampuan afektif
yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh setiap siswa, seperti yang tercantum
dalam tujuan pembelajaran matematika di sekolah, yaitu memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan (BSNP, 2006: 140). Hal ini dikarenakan, pembelajaran
matematika tidak hanya berkaitan tentang pembelajaran konsep, prosedural, dan
aplikasinya, tetapi juga terkait dengan pengembangan minat dan ketertarikan
3
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Dahlan, 2011: 8.47). Pengembangan minat dan ketertarikan terhadap matematika
tersebut akan membentuk kecenderungan yang kuat yang dinamakan disposisi
matematis (mathematical disposition).
Disposisi matematis berkenaan dengan bagaimana seseorang berpikir dan
berbuat secara matematik dengan cara yang positif. NCTM dalam Standard 10
(NCTM, 1989: 233) mengemukakan bahwa disposisi matematis menunjukkan:
1. Rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, memecahkan masalah,
mengkomunikasikan gagasan, dan memberikan alasan.
2. Fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematik dan berusaha mencari
metode alternatif dalam memecahkan masalah.
3. Tekun mengerjakan tugas matematik.
4. Minat, rasa ingin tahu, dan daya temu dalam melakukan tugas matematik.
5. Cenderung memonitor dan merefleksikan kinerja dan penalaran mereka
sendiri.
6. Menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam bidang lainnya dan
pengalaman sehari-hari,
7. Penghargaan peran matematika dalam kultur dan nilai matematika, sebagai
alat dan bahasa.
Sejalan dengan NCTM, Sumarmo (2012: 2) mendefinisikan disposisi matematis
sebagai suatu keinginan, kesadaran, dedikasi dan kecenderungan yang kuat pada
diri siswa untuk berpikir dan berbuat secara matematik dengan cara yang positif
dan didasari dengan iman, taqwa, dan ahlak mulia.
Selanjutnya Sumarmo juga menambahkan (2012: 2) seseorang yang
memiliki disposisi matematis yang tinggi akan membentuk individu yang
tangguh, ulet, bertanggung jawab, memiliki motif berprestasi yang tinggi, serta
membantu individu mencapai hasil terbaiknya. Hal ini dikarenakan terdapat
hubungan yang positif antara sikap terhadap matematika dengan prestasi
4
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disimpulkan bahwa kemampuan kognitif dan afektif dalam hal ini penalaran serta
disposisi matematis merupakan kemampuan yang harus dimiliki dan
dikembangkan oleh setiap siswa.
Akan tetapi, pentingnya penalaran yang telah dijelaskan sebelumnya tidak
sejalan dengan kemampuan penalaran matematis yang telah dicapai siswa saat ini.
Hal ini terlihat dari hasil penelitian-penelitian terdahulu. Pada penelitian yang
dilakukan Putri (2011) diperoleh hasil rata-rata skor postes kemampuan penalaran
matematis siswa SMP melalui pembelajaran matematika realistik sebesar 48,17 %
dari skor ideal, begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2011)
diperoleh hasil rata-rata postes kemampuan penalaran matematis siswa SMP
melalui pembelajaran model Pace berbantuan Geogebra diperoleh sebesar
59,44%. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Wachyar (2012) melalui
penelitiannya dengan menggunakan pendekatan kontekstual, diperoleh rata-rata
hasil postes kemampuan penalaran sebesar 56,3% dari skor ideal.
Selain hasil penelitian-penelitian terdahulu, kemampuan penalaran siswa
Indonesia dapat diketahui dari hasil survei kemampuan yang dilakukan oleh
TIMSS pada tahun 2011 dan Programme for International Student Asessment
(PISA) pada tahun 2009. TIMSS dan PISA merupakan dua lembaga dunia yang
menyelenggarakan tes yang salah satunya ditujukan untuk pelajar setingkat SMP
yang telah dipilih secara acak dari tiap negara.
Tes yang diberikan oleh TIMSS menitikberatkan pada kemampuan knowing
sebanyak 35%, applying sebanyak 40%, dan reasoning sebanyak 25%, sedangkan
untuk tes PISA menitikberatkan kepada kemampuan pemecahan masalah,
penalaran, dan komunikasi. Penyelenggaraan TIMSS dilakukan setiap empat
tahun sekali dan penyelenggaraan PISA dilakukan setiap tiga tahun sekali.
Berdasarkan hasil TIMSS pada tahun 2011, kemampuan penalaran
matematis siswa kelas VIII di Indonesia masih di bawah rata-rata, hanya 17%
5
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Ryan is packing books into a rectangular box.
All the book are the same size.
What is the largest number of books that will fit inside the box? Answer: _________
Selanjutnya secara keseluruhan hasil survei TIMSS tahun 2011 dan PISA pada
tahun 2009, Indonesia juga berada di bawah rata-rata dengan perolehan nilai 386
untuk TIMSS dari nilai scale centerpoint 500, dan memperoleh nilai 371 untuk
PISA dari nilai rata-rata 496. Berikut ini merupakan salah satu soal penalaran
yang diujikan TIMSS pada tahun 2011 kepada siswa setingkat kelas VIII di
seluruh negara yang berpartisipasi.
Sebagai perbandingan kinerja (performance) siswa setingkat kelas VIII
antara siswa Indonesia dengan Malaysia pada TIMSS 2011 akan diperlihat pada
tabel di bawah ini (Mullis, et al., 2012: 114).
Tabel 1.1
Persentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa pada Standar Internasional TIMSS 2011
Berdasarkan data tabel 1.1 terlihat bahwa kinerja siswa Indonesia masih di bawah
kinerja siswa Malaysia dan International median, hanya sekitar 43% siswa
Indonesia yang memenuhi low benchmark pada TIMSS 2011.
Level kemampuan
Negara
Advanced Benchmark
(625)
High Benchmark
(550)
Intermediate Benchmark
(475)
Low Benchmark
(400)
Indonesia 0% 2% 15% 43%
Malaysia 2% 12% 36% 65%
International Median 3% 17% 46% 75%
20 cm
15 cm 6 cm
36 cm 30 cm
6
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain aspek kognitif yang diukur juga oleh TIMSS pada tahun 2011, yakni
sikap terhadap matematika. Hasil mengenai sikap siswa Indonesia setingkat kelas
VIII terhadap matematika yang dibandingkan dengan Malaysia seperti yang
terlihat pada tabel 1.2 berikut (Mullis, et al., 2012: 332):
Tabel 1.2
Persentase Sikap Siswa Terhadap Matematika pada TIMSS 2011 Pernyataan sikap
Negara
Like Learning Mathematics
Somewhat Like Learning Mathematics
Do not Like Learning Mathematics
Indonesia 20% 70% 10%
Malaysia 39% 46% 15%
International Average 26% 42% 31%
Berdasarkan laporan TIMSS 2011 mengenai sikap terhadap matematika
terlihat bahwa siswa Indonesia yang menyukai belajar matematika masih di
bawah rata-rata internasional, sedangkan siswa Indonesia yang tidak menyukai
matematika menunjukkan hasil yang lebih baik, hanya sekitar 10%. Akan tetapi,
sikap menyenangi matematika tidak dapat dipandang sebagai keseluruhan dari
disposisi matematis. Hal ini dikarenakan disposisi matematis dipandang lebih dari
sekedar bagaimana siswa menyenangi matematika (NCTM, 1989: 233). Meskipun
sikap menyenangi matematika tidak dapat dipandang sebagai disposisi secara
keseluruhan, sikap tersebut dapat dijadikan dasar untuk menumbuhkan
sikap-sikap positif lainnya, seperti kepercayaan diri, minat terhadap matematika, melihat
kegunaan matematika, dan lain-lain. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
perlunya meningkatan sikap menyenangi belajar matematika agar dapat
berkembangnya sikap-sikap positif lainnya yang termuat dalam disposisi
matematis, sehingga akan berdampak positif terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan pemaparan-pemaparan sebelumnya mengenai kemampuan
penalaran dan disposisi matematis, diperlukan solusi yang mengatasi
permasalahan yang dihadapi saat ini. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan
7
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belajar-mengajar. Seperti yang diungkapkan oleh Bell (1978: 121), bahwa
pemilihan strategi mengajar yang tepat dan pengaturan lingkungan belajar
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan pelajaran matematika.
Proses pemilihan dan penerapan baik itu metode, strategi, atau pendekatan
haruslah disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini dimaksudkan agar
tujuan yang diharapkan dapat tercapai, serta penerapan yang dilaksanakan
haruslah sejalan dengan bagaimana belajar matematika yang baik. Noornia (2011:
20) mengemukakan beberapa hal penting yang harus diketahui seseorang bila
ingin belajar matematika dengan baik, antara lain:
1. Menyadari bagaimana sebenarnya matematika diciptakan.
2. Mengetahui apa produk dari pengetahuan matematika itu.
3. Mengetahui apa nilai kebenaran dalam matematika itu.
Pengetahuan mengenai bagaimana matematika diciptakan atau dihasilkan
tidak terlepas dari sifat matematika itu sendiri, dimana sifat dasar dari matematika
adalah konsep yang secara penuh abstrak (Nunez, 2008: 341). Sifat dasar ini
sedikit bertentangan dengan bagaimana pembelajaran matematika yang bermakna
bagi siswa. Sutawidjaja dan Dahlan (2011: 6.3) menyatakan bahwa dalam
pembelajaran matematika, siswa perlu diajak bermatematika dalam konteks
kehidupan mereka sehari-hari, karena dapat memberi kesan kepada siswa bahwa
matematika yang dipelajari berguna bagi kehidupannya.
Pendekatan metaphorical thinking adalah pendekatan pembelajaran untuk
memahami dan menjelaskan konsep-konsep yang abstrak menjadi hal yang lebih
konkrit melalui visualisasi dan analogi dengan membandingkan dua hal atau lebih
yang berbeda makna, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan.
Karakteristik dari pendekatan metaphorical thinking adalah menjembatani
konsep-konsep yang abstrak menjadi hal yang lebih konkrit. Hal ini dikarenakan
metaphors merupakan bagian dalam kehidupan sehari-hari. Metaphorical thinking
merupakan jembatan antara model dan interpretasi, memberikan peluang yang
besar kepada siswa untuk mengeksploitasi pengetahuannya dalam belajar
8
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bermakna karena siswa dapat melihat hubungan antara konsep yang dipelajarinya
dengan konsep yang telah dikenalnya (Hendriana, 2009: 8). Lebih lanjut lagi
Lakoff dan Nunez (dalam Dogan-Dunlap, 2007: 210) menyatakan bahwa
metaphors memainkan peranan yang penting dalam penalaran matematis.
Melalui proses bermetafora siswa dilatih untuk melihat hubungan antara
pengetahuan yang telah mereka peroleh dengan pengetahuan yang akan
diperolehnya, serta siswa dilatih untuk menganalogikan suatu model dan
interpretasi atas pengetahuan yang mereka bangun. Kedua proses tersebut
merupakan bagian dari penalaran, sehingga melalui proses bermetafora
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bernalar.
Selain itu, melalui proses bermetafora juga diberi kesempatan untuk
mengeksplorasi kemampuan mereka, dan juga melihat hubungan antara
pengetahuan yang mereka peroleh dengan kehidupan sehari-hari. Proses
mengeksplorasi kemampuan ini akan menimbulkan rasa ingin tahu, merefleksikan
terhadap pengetahuan yang telah dibangun, fleksibel terhadap gagasan matematik
yang terbentuk, dan juga akan berakibat timbulnya kepercayaan diri dalam diri
siswa. Proses dalam melihat hubungan dengan kehidupan sehari-hari akan
berakibat siswa dapat menilai bagaimana aplikasi matematika ke situasi lain
dalam pengalaman sehari-hari, dan memahami peran matematika dalam
kehidupan sehari-hari. Proses-proses tersebut merupakan bagian dari disposisi
matematis, sehingga melalui proses bermetafor diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan disposisi matematis siswa.
Selain pendekatan metaphorical thinking yang akan diterapkan serta
kemampuan penalaran dan disposisi matematis yang akan diteliti, terdapat hal lain
yang yang harus diperhatikan dalam pembelajaran, yaitu kemampuan awal
matematika. Hal ini dikarenakan matematika merupakan ilmu yang hierarki dan
saling berkaitan antara konsep yang satu dengan yang lainnya. Siswa diharapkan
dapat mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru
yang diperolehnya, sehingga proses pembelajaran yang terjadi lebih bermakna.
9
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif. Struktur kognitif yang
dimaksud oleh Ausubel adalah fakta-fakta, konsep-konsep, dan
generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa (Dahar, 1996: 110). Oleh
karena itu, informasi yang diperoleh melalui kemampuan awal siswa perlu
diperhatikan untuk mengetahui peningkatan dan pengaruh interaksinya dengan
model pembelajaran terhadap kemampuan penalaran dan disposisi matematis
siswa.
Berdasarkan pemaparan-pemaparan sebelumnya, penelitian ini mencoba
menjawab atas permasalahan yang telah diutarakan sebelumnya, yaitu dengan
judul “Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Disposisi Matematis Siswa
SMP melalui Pendekatan Metaphorical Thinking”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
metaphorical thinking memiliki peningkatan kemampuan penalaran
matematis yang lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional?
2. Apakah siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
metaphorical thinking memiliki peningkatan disposisi matematis yang lebih
baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?
3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan
Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang, dan rendah)
terhadap kemampuan penalaran matematis?
4. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan
Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang, dan rendah)
10
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi secara
empiris melalui penyelidikan mengenai pengaruh pendekatan metaphorical
thinking terhadap peningkatan kemampuan penalaran dan disposisi matematis
siswa. Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji peningkatan kemampuan penalaran dan disposisi matematis siswa di
kelas yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking
lebih baik daripada siswa di kelas yang mendapatkan pembelajaran
konvensional.
2. Mengkaji pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan
Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa terhadap peningkatan
kemampuan penalaran dan disposisi matematis.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Untuk siswa, pengembangan kemampuan penalaran dan disposisi matematis
melalui penerapan pendekatan metaphorical thinking akan menjadikan
mereka lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide dan mengkaitkan atas
pengetahuan yang diperoleh dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dapat
mengoptimalkan kemampuan mereka baik dalam berpikir, bernalar,
memahami konsep-konsep matematika, dan menyelesaikan permasalahan
matematika serta kehidupan sehari-hari.
2. Untuk guru, pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking dapat
menjadi salah satu pilihan model pembelajaran dalam pembelajaran
matematika yang dapat dilakukan oleh guru untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan penalaran dan disposisi matematis siswa.
3. Untuk lembaga sekolah, sebagai bahan pertimbangan untuk mempersiapkan
lembaganya mengembangkan pendidikan matematika ke arah yang lebih
11
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kebutuhan siswa untuk memberi bekal keterampilan hidup di masa yang akan
datang.
4. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan pada umumnya
dan sebagai masukan bagi pengembangan ragam bentuk penelitian di bidang
matematika lebih lanjut, khususnya dalam rangka mengembangkan
kemampuan penalaran dan disposisi matematis siswa.
E. Definisi Operasional
1. Kemampuan penalaran adalah kemampuan yang berkenaan dengan
menganalisis situasi matematika dan mengkonstruksikan argumen secara
logis, dimana kemampuan tersebut merupakan bentuk pikiran yang
dikembangkan melalui pengaplikasian matematika di berbagai konteks.
Adapun indikator-indikator kemampuan penalaran matematis yang dipakai
dalam penelitian ini meliputi: analogi (penarikan kesimpulan berdasarkan
keserupaan data atau proses), generalisasi (penarikan kesimpulan umum
berdasarkan sejumlah data yang teramati), dan melaksanakan perhitungan
berdasarkan aturan atau rumus tertentu.
2. Pendekatan metaphorical thinking adalah pendekatan pembelajaran untuk
memahami dan menjelaskan konsep-konsep yang abstrak menjadi hal yang
lebih konkrit melalui visualisasi dan analogi dengan membandingkan dua hal
atau lebih yang berbeda makna, baik yang berhubungan maupun yang tidak
berhubungan.
3. Disposisi matematis merupakan sikap keinginan, minat, dan kesungguhan
yang kuat dalam belajar matematika, serta apresiasi terhadap matematika dan
aplikasi di bidang lainnnya. Indikator untuk mengukur diposisi matematis,
yaitu:
a. Rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, memecahkan
12
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematik dan berusaha mencari
metode alternatif dalam memecahkan masalah.
c. Tekun mengerjakan tugas matematik.
d. Minat, rasa ingin tahu, dan daya temu dalam melakukan tugas
matematika.
e. Cenderung memonitor dan merefleksikan kinerja dan penalaran mereka
sendiri.
f. Menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam bidang lainnya dan
pengalaman sehari-hari.
g. Penghargaan peran matematika dalam kultur dan nilai matematika,
27 Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian Quasi Experimental dengan
bentuk desain Nonequivalent Control Group Design, dimana subyek penelitian
tidak dikelompokkan secara acak. Hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan. Langkah awal dalam
menentukan unit-unit eksperimen dilakukan dengan memilih sekolah, kemudian
memilih dua kelas yang ditinjau dari kemampuan akademiknya, dimana dua kelas
tersebut memiliki kemampuan yang setara. Untuk memperkuat kesetaraan
kemampuan kedua kelas tersebut, dilakukan uji statistik. Kelas pertama akan
mendapatkan (kelas eksperimen) pembelajaran dengan pendekatan metaphorical
thinking, sedangkan kelas kedua (kelas kontrol) mendapatkan pembelajaran
dengan cara konvensional. Desain eksperimen dalam penelitian ini menurut
Ruseffendi (2010: 53) dapat digambarkan sebagai berikut:
Pretes Perlakuan Postes
O X O
O O
dengan,
O = soal pretes, postes pada kelompok eksperimen dan kontrol
X = perlakuan dengan menggunakan pendekatan Metaphorical Thinking.
Pada desain ini setiap kelompok diberikan pretes (O) kemampuan penalaran dan
diakhir penelitian diukur dengan postes (O), dan untuk mengukur disposisi
matematis akan diberikan skala disposisi sebelum dan sesudah perlakuan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran menggunakan pendekatan
metaphorical thinking terhadap kemampuan penalaran dan disposisi matematis
siswa.
B.Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan pada kelas VIII di salah satu SMP di Jakarta
28
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah siswa kelas VIII sedangkan sampel dalam penelitian ini sesuai dengan
desain yang digunakan adalah dua kelas pada tingkat VIII di salah satu SMP
tersebut. Alasan dipilihnya kelas VIII dalam penelitian ini, pertama dikarenakan
siswa kelas VIII telah diasumsikan memiliki pengetahuan matematika yang cukup
serta siap dalam pemberian soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir secara
deduktif. Kedua, siswa kelas VIII diasumsikan telah cukup dewasa sehingga
memiliki tanggung jawab dalam belajar. Ketiga, siswa kelas VIII lebih
memungkinkan untuk diteliti dikarenakan kegiatan belajar tidak terlalu diganggu
dengan aktivitas-aktivitas pendidikan seperti persiapan serta pelaksanaan ujian
nasional. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2012: 124).
Terdapat enam buah kelas VIII yang akan dipilih dua kelas yang memiliki
kemampuan yang sama. Untuk mengetahui dua kelas yang akan dijadikan sampel
penelitian didasarkan pada nilai UAS semester ganjil, seperti yang terlihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Rata-Rata UAS Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013
Berdasarkan tabel 3.1 terlihat kelas VIII-3 dan VIII-5 memiliki kemampuan yang
hampir sama. Untuk memperkuat kesetaraan tersebut dilakukan uji statistik.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui data kelas VIII-3 dan VIII-5 berdistribusi
secara normal dan memiliki varians yang homogen, maka dilakukan uji t-
independent. Perhitungan selengkapanya dapat dilihat pada Lampiran B.1. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Hasil Uji Mann-Whitney Rata-Rata UAS Kelas VIII-3 dan VIII-5
t df Sig. (2-tailed)
0,600 70 0,550
29
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan memilih 5%, maka dari tabel 3.2 terlihat bahwa nilai signifikasi > α,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan
yang tidak berbeda. Dengan demikian, penelitian ini berangkat dari kedua
kelompok yang memiliki kemampuan yang sama. Selanjutnya ditentukan kelas
VIII- 3 sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-5 sebagai kelas eksperimen. Selain
berdasarkan kemampuan yang sama, alasan lain memilih kedua kelas tersebut
adalah jam pelajaran matematika pada kedua kelas tersebut pada jam 1-2 dan jam
3-4, sehingga kemampuan siswa menerima pelajaran dalam kondisi yang sama.
Selanjutnya, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dikelompokkan
[image:30.595.114.513.271.640.2]berdasarkan pada hasil KAM dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
Pengelompokan tersebut akan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kemampuan
siswa tinggi, sedang, dan rendah, berdasarkan pada nilai rata-rata ulangan harian
siswa ( ) dan deviasi standar (Arikunto, 2012: 299). Pengelompokan ini
dilakukan agar semua jenjang kemampuan siswa terwakili. Kriteria
pengelompokkan adalah sebagai berikut:
̅ Kelompok KAM tinggi
̅ ̅ Kelompok KAM sedang ̅ Kelompok KAM rendah
Keterangan: : nilai rata-rata ulangan harian
̅ : rata-rata dari nilai rata-rata ulangan harian kedua kelas
: simpangan baku nilai rata-rata ulangan harian kedua kelas
: konstanta
Berdasarkan kriteria tersebut dipilih nilai konstanta sebesar 0,25, hal ini dilakukan
agar sebaran kemampuan awal matematika tersebar secara seimbang. Hasil
pengelompokan dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3
Pengelompokan Berdasarkan KAM
Kelas Kontrol VIII-3
Kelas Eksperimen VIII-5
KAM Tinggi 11 11
30
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KAM Rendah 15 14
C.Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis, yaitu variabel bebas,
variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pendekatan metaphorical thinking, variabel terikatnya adalah kemampuan
penalaran dan disposisi matematis siswa, dan variabel kontrolnya adalah kategori
kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, dan rendah).
D.Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan dua macam
instrumen, yaitu instrumen tes maupun instrumen non tes. Instrumen dalam
bentuk tes terdiri dari tes soal kemampuan penalaran matematis siswa, sedangkan
instrumen non tes adalah instrumen skala disposisi matematis siswa dan catatan
lapangan.
1. Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Tes kemampuan penalaran matematis yang diberikan berbentuk uraian,
dan diberikan sebanyak dua kali, yaitu pada saat pretes dan postes. Pretes
dilakukan untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis awal kedua kelas,
yaitu kelas eksperimen dan kontrol yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan.
Setelah dilakukan perlakuan, diberikan postes kepada kedua kelas tersebut. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan penalaran
yang terjadi. Soal yang diberikan pada saat pretes sama dengan soal yang
diberikan pada saat postes, hanya saja urutan soal pada kedua tes tersebut berbeda.
Bahan tes diambil dari materi pelajaran matematika SMP kelas VIII semester
genap dengan mengacu pada Kurikulum 2006 pada materi Bangun Ruang Sisi
Datar (Kubus dan Balok). Untuk mengevaluasi kemampuan penalaran matematis
siswa, dilakukan penskoran terhadap jawaban siswa untuk setiap butir soal.
Kriteria penskoran berpedoman pada acuan yang diadaptasi dari penskoran yang
31
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
juga menyertakan bobot dari setiap soal. Bobot tersebut disesuaikan dengan
tingkat kesukaran seperti yang terlihat pada tabel 3.5. Pemberian bobot ini
dimaksudkan agar skor yang diberikan dapat menghargai hasil kerja siswa.
Selanjutnya, bobot-bobot tersebut akan dikalikan dengan hasil skor rubrik
penalaran matematis yang diperoleh siswa, dan selanjutnya dijumlahkan sehingga
[image:32.595.113.513.229.715.2]diperoleh skor mentah kemampuan penalaran.
Tabel 3.4
Kriteria Penskoran Penalaran Matematis
Komponen
Penalaran Skor Kriteria Penskoran
Analogi
0 Tidak menjawab.
1 Jawaban salah; siswa tidak dapat membangun analogi; siswa menganalogikan sesuatu tetapi sama sekali tidak berdasarkan keserupaan data atau proses.
2 Jawaban salah; siswa membangun sebuah analogi dan dapat mengidentifikasi keserupaan data atau proses tetapi tidak mendukung penganalogian secara sepenuhnya.
3 Jawaban hampir benar; siswa dapat membangun analogi tetapi tidak mendukung analogi sepenuhnya; jawaban benar tetapi tidak memberikan alasan
4 Jawaban benar; siswa dapat membangun analogi yang tepat tetapi tidak secara jelas mengemukakan alasan logis yang mendasari penganalogian tersebut.
5
Jawaban benar; siswa dapat membangun analogi yang tepat dan secara jelas mengemukakan alasan logis yang mendasari penganalogian tersebut yang didasarkan keserupaan data atau proses.
Generalisasi
0 Tidak menjawab.
1 Jawaban salah; siswa tidak dapat membangun generalisasi; siswa menggeneralisasikan sesuatu tetapi sama sekali tidak berdasarkan data yang teramati.
2
Jawaban salah; siswa membangun sebuah generalisasi dan dapat mengidentifikasi berdasarkan sejumlah data yang teramati tetapi tidak mendukung penggeneralisasian secara sepenuhnya.
3
Jawaban hampir benar; siswa tidak dapat membangun generalisasi tetapi tidak mendukung penggeneralisasian secara sepenuhnya; jawaban benar tetapi tidak memberikan alasan.
4 Jawaban benar; siswa dapat membangun generalisasi yang tepat tetapi tidak secara jelas mengemukakan alasan logis yang mendasari penggenarisasian tersebut.
5
32
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Melaksanakan
perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu
0 Tidak menjawab.
1 Jawaban salah; siswa tidak dapat melakukan perhitungan; siswa melakukan perhitungan tetapi sama sekali tidak didukung aturan atau rumus yang berlaku.
2 Jawaban salah; siswa dapat melakukan perhitungan tetapi hanya didukung oleh sebagian aturan atau rumus yang berlaku.
3 Jawaban hampir benar; siswa dapat melakukan perhitungan tetapi didukung oleh sebagian aturan atau rumus yang berlaku; jawaban benar tetapi tidak memberikan alasan
4 Jawaban benar; siswa dapat melakukan perhitungan tetapi tidak secara jelas mengemukakan hubungan antara solusi yang diperoleh dengan aturan atau rumus yang digunakan.
5 Jawaban benar; siswa dapat melakukan perhitungan dan secara jelas mengemukakan hubungan antara solusi yang diperoleh dengan aturan atau rumus yang digunakan.
[image:33.595.114.513.114.582.2]Tabel 3.5 Pembobotan Soal
Sebelum tes kemampuan penalaran matematis diberikan kepada sampel
penelitian, terlebih dahulu dilakukan validitas logis dan empiris. Untuk validitas
logis, peneliti meminta pertimbangan rekan matematikawan yang dianggap
kompeten di bidangnya dan dosen pembimbing untuk menguji validitas yang
terdiri dari validitas muka dan validitas isi. Kemudian dilanjutkan dengan
validitas empiris untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah memenuhi
persyaratan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Soal tes
kemampuan matematis ini diujicobakan pada siswa kelas IX yang terdiri dari 35
orang siswa di salah satu SMPN Jakarta. Tahapan yang dilakukan pada uji coba
tes kemampuan penalaran matematis antara lain:
a. Analisis Validitas Tes
Ruseffendi (2010: 148) menyatakan bahwa suatu instrumen disebut valid
bila instrumen itu, untuk maksud dan kelompok tertentu, mengukur apa yang
semestinya diukur. Sejalan dengan hal tersebut, Suherman dan Kusumah (1990:
Tingkat Kesukaran Bobot
Sukar 6
Sedang 4
33
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
135), menyatakan suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi
dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu. Secara garis besar terdapat dua macam
validitas, yaitu validasi logis dan validasi empiris (Arikunto, 2009: 65).
1) Validitas logis
Uji validitas yang termasuk dalam validitas logis yang digunakan pada
penelitian ini adalah validitas isi (content validity) , validitas muka (face validity),
dan validitas konstrak (constructvalidity).
b) Validitas empiris
Uji validitas yang termasuk dalam validitas empiris yang digunakan pada
penelitian ini adalah validitas butir soal dengan menggunakan korelasi item-total
product moment. Rumus yang digunakan adalah korelasi Product Moment
Pearson (Arikunto, 2009: 72), rumusnya dinyatakan sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
dengan,
koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan
jumlah peserta tes
skor butir soal
total skor
Skor hasil uji coba tes kemampuan penalaran yang telah diperoleh,
selanjutnya dihitung nilai korelasinya menggunakan software ANATES ver 4.0.7.
Hasil perhitungan nilai korelasi ( ) yang diperoleh akan dibandingkan dengan
nilai kritis (nilai korelasi pada tabel R, terlampir), dengan tiap item tes
dikatakan valid apabila memenuhi pada dengan n=35.
Hasil validasi uji coba kemampuan penalaran disajikan pada tabel 3.6 berikut:
[image:34.595.114.515.262.574.2]Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Penalaran Matematis
34
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Soal
1 1b 0,519 Valid
2 2b 0,589 Valid
3 3b 0,441 Valid
4 4b 0,340 Valid
5 5b 0,693 Valid
6 6b 0,217 Tidak Valid
7 7b 0,632 Valid
8 1k 0,414 Valid
9 2k 0,511 Valid
10 3k 0,043 Tidak Valid
11 4k 0,664 Valid
12 5k 0,163 Tidak Valid
13 6k 0,101 Tidak Valid
14 7k 0,496 Valid
Catatan: rtabel(α = 5%) = 0,334 dengan n = 35
b. Analisis Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh
mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau konsisten.
Untuk mencari reliabilitas butir soal tes berbentuk uraian menggunakan rumus
yang dikenal dengan rumus Alpha (Suherman, 2003: 154), yaitu:
∑
dengan,
= koefisien reliabilitas
= banyak butir soal (item)
∑ = jumlah varians skor setiap item = varians skor total
Hasil perhitungan nilai koefisien korelasi ( ) yang diperoleh akan
dibandingkan dengan nilai kritis (nilai korelasi pada tabel R), dengan tes
dikatakan reliabel apabila memenuhi . Dengan menggunakan
software ANATES ver 4.0.7, maka diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,72 dengan
35
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil analisis reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa tes
kemampuan penalaran yang akan digunakan reliabel, sehingga tes tersebut
memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan.
c. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah seberapa jauh kemampuan butir soal
tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawaban benar dengan
yang tidak dapat menjawab soal tersebut (Suherman dan Kusumah, 1990: 199).
Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik bila memang siswa
yang pandai dapat mengerjakan dengan baik, sedangkan siswa kelompok rendah
tidak dapat menyelesaikan soal tersebut dengan baik. Untuk menentukan daya
pembeda digunakan rumus (Suherman, 2003: 160), yaitu:
A B A
JS JB JB
DP
dengan,
DP = daya pembeda
JBA = jumlah benar untuk kelompok atas
JBB = jumlah benar untuk kelompok bawah
JSA = jumlah siswa kelompok atas
Selanjutnya Suherman, (2003: 161) mengemukakan hasil perhitungan daya
pembeda yang kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut:
[image:36.595.113.513.205.652.2]Tabel 3.7
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Besarnya DP Interpretasi
DP≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP≤ 0,70 Baik 0,70 < DP≤ 1,00 Sangat Baik
Karena data dalam uji tes kemampuan penalaran sebanyak 35 siswa maka
pengambilan sampel untuk analisis daya pembeda sebesar 27% siswa untuk
36
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan software ANATES ver 4.0.7, dan diperoleh hasil pada tabel 3.8
[image:37.595.115.511.153.647.2]berikut:
Tabel 3.8
Hasil Uji Daya Pembeda Soal Kemampuan Penalaran Matematis
No. Urut No. Kode Soal
DP Interpretasi
1 1b 0,33 Cukup
2 2b 0,44 Baik
3 3b 0,22 Cukup
4 4b 0,15 Jelek
5 5b 0,64 Baik
6 6b 0,22 Cukup
7 7b 0,55 Baik
8 1k 0,24 Cukup
9 2k 0,20 Jelek
10 3k 0,08 Jelek
11 4k 0,77 Sangat Baik
12 5k 0,08 Jelek
13 6k 0,66 Baik
14 7k 0,40 Cukup
d. Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Menurut Suherman (2003: 170), tingkat pada masing-masing butir soal
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
dengan,
IK = indeks kesukaran
JBA = jumlah benar untuk kelompok atas
JBB = jumlah benar untuk kelompok bawah
JSA = jumlah siswa kelompok atas
JSB = jumlah siswa kelompok bawah
Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan
menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal (Suherman, 2003: 170) pada
tabel 3.9.
Tabel 3.9
37
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Indeks Kesukaran Interpretasi
IK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah
Selanjutnya hasil tingkat kesukaran tes kemampuan penalaran diperoleh menggunakan software ANATES ver 4.0.7 seperti yang terlihat pada tabel 3.10
[image:38.595.193.419.113.194.2]berikut:
Tabel 3.10
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran Matematis
No. Urut No. Kode Soal
IK Interpretasi
1 1b 0,52 Sedang
2 2b 0,26 Sukar
3 3b 0,60 Sedang
4 4b 0,14 Sangat Sukar
5 5b 0,65 Sedang
6 6b 0,53 Sedang
7 7b 0,61 Sedang
8 1k 0,74 Mudah
9 2k 0,67 Sedang
10 3k 0,44 Sedang
11 4k 0,56 Sedang
12 5k 0,57 Sedang
13 6k 0,25 Sukar
14 7k 0,40 Sedang
e. Pemilihan Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Berdasarkan hasil analisis-analisis sebelumnya, maka butir-butir soal yang
akan dijadikan instrumen tes kemampuan penalaran yang akan diberikan ketika
penelitian disajikan pada tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11
Pemilihan Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis
No Kode
Soal
Validitas Reliabilitas Daya Pembeda (DP)
Indeks Kesukaran
(IK) Ket Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket
1b 0,52 Valid
0,72 R e l
0,33 Cukup 0,52 Sedang Buang
2b 0,59 Valid 0,44 Baik 0,26 Sukar Pakai
[image:38.595.113.511.214.675.2]38
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i
a b e l
Sukar
5b 0,69 Valid 0,64 Baik 0,65 Sedang Pakai
6b 0,22 Tidak
Valid 0,22 Cukup 0,53 Sedang Buang
7b 0,63 Valid 0,55 Baik 0,61 Sedang Buang
1k 0,41 Valid 0,24 Cukup 0,74 Mudah Buang
2k 0,51 Valid 0,20 Jelek 0,67 Sedang Pakai
3k 0,04 Tidak
Valid 0,08 Jelek 0,44 Sedang Buang
4k 0,66 Valid 0,77 Sangat
Baik 0,56 Sedang Pakai
5k 0,16 Tidak
Valid 0,08 Jelek 0,57 Sedang Buang
6k 0,10 Tidak
Valid 0,66 Baik 0,25 Sukar Buang
7k 0,49 Valid 0,40 Cukup 0,40 Sedang Pakai
Pertimbangan dalam memilih soal dilihat dari hasil validitas, korelasi, indikator,
dan juga tingkat kesukaran. Agar aspek kemampuan penalaran sesuai dengan
indikator pada definisi operasional yang diberikan seimbang, untuk
masing-masing indikator dipilih dua soal yang terdiri dari satu soal mengenai kubus dan
satu soal mengenai balok. Untuk soal 3b dilakukan revisi terlebih dahulu, hal ini
dikarenakan soal tersebut tidak terlalu signifikan dibanding soal-soal yang
lainnnya. Data pengolahan butir soal tes kemampuan penalaran dapat dilihat pada
Lampiran B.3.
2. Skala Disposisi Matematis Siswa
Instrumen untuk mengukur disposisi matematis siswa dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan skala disposisi matematis siswa. Siswa diminta
untuk memberikan jawaban dengan memberi tanda “√” pada hanya satu pilihan
jawaban yang telah tersedia. Terdapat empat opsi pilihan yang berpedoman pada
skala Likert yang telah dimodifikasi, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
39
Nurbaiti Widyasari, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menghindari pilihan ragu-ragu siswa terhadap pernyataan yang diberikan.
Pernyataan-pernyataan yang diberikan bersifat tertutup, mengenai pendapat siswa
yang terdiri dari pernyataan-pernyataan positif dan negatif.
Setelah instrumen untuk mengukur skala disposisi matematis siswa
disusun, perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas agar layak untuk dijadikan
instrumen penelitian, dimana uji validitas baik validitas muka dan validitas isi
dilakukan oleh dosen pembimbing dan rekan pendidikan yang dianggap kompeten
dibidangnya. Kemudian dilakukan uji coba validitas item, dan reliabilitas terhadap
31 siswa di salah satu SMP Negeri di Jakarta.
Pemberian skor setiap pilihan dari pernyataan skala disposisi matematis
ditentukan dengan metode summated ratings dengan cara deviasi normal, yaitu
berdasarkan distribusi jawaban responden atau dengan kata lain menentukan nilai
skala dengan deviasi normal (Azwar , 2010: 142). Jika cara ini digunakan maka
skor SS, S, TS, dan STS dari setiap pernyataan dapat berbeda-beda, tergatung
pada sebaran respon siswa. Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan
bantuan MS Excel for Windows 2007. Hasil perhitungan pemberian skor setiap
kategori SS, S, TS, dan STS dapat dilihat pada Lampiran B.4.
Selanjutnya, pengolahan uji validitas