• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERPROGRAM TIPE BRANCHING MELALUI APLIKASI FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERPROGRAM TIPE BRANCHING MELALUI APLIKASI FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Definisi Operasional ... 14

BAB II TINJAUAN TEORI BAHAN AJAR BERPROGRAM TIPE BRANCHING, APLIKASI FLASH DAN MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI A. Pembelajaran ... 17

1. Pengertian Pembelajaran ... 17

2. Tujuan Pembelajaran ... 18

3. Tahapan Pembelajaran ... 19

B. Sumber Belajar ... 21

1. Pengertian Sumber Belajar ... 21

2. Manfaat Sumber Belajar ... 22

3. Klasifikasi Sumber Belajar ... 24

(2)

1. Pengertian Bahan Ajar ... 27

2. Tujuan dan Fungsi Bahan Ajar ... 28

3. Peran Bahan Ajar dalam Pembelajaran ... 29

4. Bentuk Bahan Ajar ... 31

5. Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar ... 31

D. Bahan Ajar Berprogram Tipe Branching ... 33

1. Pengertian Bahan Ajar Berprogram ... 33

2. Tipe Bahan Ajar Berprogram ... 34

3. Pembelajaran Menggunakan Bahan Ajar Berprogram Tipe Branching ... 38

E. Flash sebagai Alat Produksi Media ... 41

1. Pengertian Flash sebagai Alat Produksi Media ... 41

2. Pemilihan Flash sebagai Alat Produksi Media ... 43

3. Pemanfaatan Flash sebagai Alat Produksi Media ... 45

F. Hasil Belajar ... 46

1. Pengertian Hasil Belajar ... 46

2. Hasil Belajar Domain Kognitif ... 47

3. Aspek Mengingat, Memahami, dan Menerapkan sebagai Hasil Belajar Domain Kognitif ... 52

4. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 55

G. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 57

1. Pengertian Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 57

2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 59

3. Tujuan Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 60

(3)

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi di Sekolah

Menengah Pertama ... 62

6. Pembelajaran Microsoft Word pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 64

H. Komputer sebagai Media Pembelajaran ... 64

I. Penggunaan Bahan Ajar Berprogram Tipe Branching melalui Aplikasi Flash Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 67

1. Penerapan Bahan Ajar Berprogram Tipe Branching pada Flash ... 67

2. Prosedur Pembuatan Bahan Ajar Berprogram Tipe Branching Melalui Aplikasi Flash ... 68

3. Pembelajaran TIK Menggunakan Bahan Ajar Berprogram Tipe Branching Melalui Aplikasi Flash ... 72

J. Asumsi ... 73

K. Hipotesis ... 73

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 77

B. Desain Penelitian ... 79

C. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 81

1. Lokasi Penelitian ... 81

2. Populasi Penelitian ... 81

3. Sampel Penelitian ... 82

D. Teknik Pengumpulan Data ... 83

E. Instrumen Penelitian ... 84

F. Teknik Pengembangan Instrumen ... 86

1. Uji Validitas ... 87

2. Uji Reliabilitas ... 88

(4)

a. Tingkat Kesukaran Soal ... 90

b. Daya Pembeda ... 91

G. Teknik Analisis Data ... 92

1. Uji Normalitas ... 92

2. Uji Homogenitas ... 93

3. Uji Hipotesis ... 94

H. Prosedur Penelitian ... 95

I. Alur Penelitian ... 99

J. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 100

1. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 100

2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 103

3. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian ... 103

4. Hasil Uji Daya Beda Instrumen Penelitian ... 105

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 108

1. Hasil Penelitian Berdasarkan Skor Pretest, Posttest, dan Gain Hasil Belajar ... 109

2. Hasil Penelitian Berdasarkan Permasalahan ... 115

3. Pengujian Hipotesis ... 123

a. Uji Normalitas ... 123

b. Uji Homogenitas ... 127

c. Uji T Independen ... 131

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 141

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 152

B. Rekomendasi ... 154

DAFTAR PUSTAKA ... 156

(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Alur Bahan Ajar Berprogram Tipe Linear ... 35

Bagan 2.2 Bingkai dalam Bahan Ajar Berprogram Tipe Branching ... 38

Bagan 2.3 Contoh Alur Bahan Ajar Berprogram Tipe Branching ... 40

Bagan 2.4 Flowchart Bahan Ajar Berprogram Tipe Branching Melalui

Aplikasi Flash ... 69

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Bulanan Seluruh Mata Pelajaran

SMP Kota Bandung ... 9

Gambar 2.1 Perubahan Taksonomi Bloom Ranah Kognitif ... 51

Gambar 2.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 57

Gambar 4.1 Kurva Uji Normalitas Gain Total Kelas Eksperimen ... 125

Gambar 4.2 Kurva Uji Normalitas Gain Total Kelas Kontrol ... 127

Gambar 4.3 Kurva Uji Hipotesis Umum ... 133

Gambar 4.4 Kurva Uji Hipotesis Khusus Pertama ... 136

Gambar 4.5 Kurva Uji Hipotesis Khusus Kedua ... 138

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kelebihan Dan Kekurangan Bahan Ajar Berbasis Komputer . 32

Tabel 2.2 Taksonomi Ranah Kognitif ... 51

Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran TIK Kelas VIII Semester 1 ... 63

Tabel 3.1 Hubungan antara Variabel Penelitian ... 78

Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 79

Tabel 3.3 Populasi Penelitian ... 81

Tabel 3.4 Sampel Penelitian ... 83

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda ... 92

Tabel 3.6 Validitas Alat Ukur Instrumen ... 100

Tabel 3.7 Validitas Butir Soal ... 101

Tabel 3.8 Reliabilitas Instrumen ... 103

Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran Soal ... 104

Tabel 3.10 Uji Daya Beda Soal ... 106

Tabel 3.11 Item Soal yang Digunakan dalam Penelitian ... 107

Tabel 4.1 Uji Signifikansi Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 111

Tabel 4.2 Uji Signifikansi Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 113

Tabel 4.3 Skor Pretest dan Posttest Keseluruhan pada Domain

(8)

Tabel 4.4 Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Keseluruhan pada

Domain Kognitif (C1, C2, C3) Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 114

Tabel 4.5 Rata-rata Gain Aspek Mengingat Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 116

Tabel 4.6 Rata-rata Gain Aspek Memahami Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 118

Tabel 4.7 Rata-rata Gain Aspek Menerapkan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 120

Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen ... 124

Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Kelas Kontrol ... 126

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 128

Tabel 4.11 Uji Homogenitas Aspek Mengingat Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 129

Tabel 4.12 Uji Homogenitas Aspek Memahami Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 130

Tabel 4.13 Uji Homogenitas Aspek Menerapkan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 131

Tabel 4.14 Uji Hipotesis Umum ... 132

Tabel 4.15 Uji Hipotesis Aspek Mengingat (Remembering) ... 135

Tabel 4.16 Uji Hipotesis Aspek Memahami (Understanding) ... 137

(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Rata-rata Skor Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 110

Grafik 4.2 Rata-rata Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 112

Grafik 4.3 Rata-rata Skor Pretest, Posttest, dan Gain Keseluruhan pada

Domain Kognitif (C1, C2, C3) Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 114

Grafik 4.4 Rata-rata Gain Aspek Mengingat Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 117

Grafik 4.5 Rata-rata Gain Aspek Memahami Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 119

Grafik 4.6 Rata-rata Gain Aspek Menerapkan Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 121

Grafik 4.7 Rata-rata Gain Aspek Mengingat, Memahami, dan

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dalam rangka pencapaian kemajuan bangsa, pendidikan merupakan salah

satu modal yang harus dimiliki. Alasannya karena taraf pendidikan masyarakat

menjadi salah satu indikator sejauh mana bangsa tersebut mampu untuk

berkembang dan bertahan dalam era global. Dalam Undang-undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (Dikti, 2003).

Dalam pengertian pendidikan di atas secara tersurat disebutkan bahwa

pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran. Secara umum proses pembelajaran adalah gabungan dari dua

proses yang sangat berkaitan erat yaitu proses belajar dan proses mengajar

dimana terjadi pertukaran informasi berupa materi ajar yang disampaikan

melalui suatu media dari guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pembelajar.

Sehingga dapat dikatakan bahwa inti dari sebuah proses pembelajaran yaitu

komunikasi. Ali (2008:1) menyatakan bahwa:

(11)

lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi siswa dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, siswa dikondisikan

sedemikian rupa agar mampu berinteraksi dengan lingkungan belajar yang

direkayasa oleh guru dan diaplikasikan kedalam proses pembelajaran yang

didalamnya mencakup kurikulum, tujuan, isi, bahan ajar, strategi mengajar,

media pembelajaran, dan evaluasi.

Proses komunikasi dikatakan efektif ketika terjadi suatu respon terhadap

pesan yang disampaikan. Menurut Ahira dalam artikel yang berjudul 9 Cara

Komunikasi Efektif (AnneAhira.com, 2012) dikatakan bahwa “poin penting

dalam komunikasi efektif ialah respons dari komunikan”. Ketika komunikan

memahami pesan yang disampaikan, responsnya pun akan sesuai dengan

tujuan dan harapan komunikator. Respon tersebut disampaikan oleh

komunikan sebagai penerima pesan berupa isyarat verbal dan non verbal yang

disebut umpan balik (feed back).

Baik atau buruknya feed back atau umpan balik yang diberikan

tergantung dari proses komunikasi yang terjadi antara komunikan dan

komunikator. Ini sejalan dengan yang diutarakan Nasution dalam artikel

berjudul Mengenal Unsur Komunikasi (Kompasiana, 2011) bahwa:

(12)

Selain indikator di atas, komunikasi dinyatakan efektif bila pertemuan

komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan (Rakhmat,

1992: 118).

Salah satu unsur yang sangat berpengaruh dalam proses komunikasi

adalah pesan yang disampaikan. Dalam definisinya secara umum pesan

merupakan isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada

pihak lain (Wikipedia, 2012). Menurut Faisal (Shvoong.com, 2011) “pesan

adalah serangkaian isyarat yang diciptakan oleh seseorang untuk saluran

tertentu dengan harapan bahwa serangkaian isyarat atau simbol itu akan

mengutarakan atau menimbulkan suatu makna tertentu dalam diri orang lain

yang hendak diajak berkomunikasi”.

Dalam komunikasi pada proses pembelajaran, pesan yang disampaikan

oleh guru kepada siswa yaitu bahan ajar. Menilik dari desain pembelajaran

Dick dan Carey bahwa kedudukan bahan ajar adalah salah satu komponen

dalam strategi pembelajaran yang mewakili pesan dalam bentuk berbagai

sistem simbol yang akan dipelajari oleh anak didik. Munadi (2008: 11)

menyatakan bahwa:

Pesan yang akan dikomunikasikan dalam komunikasi pembelajaran adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik symbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun symbol nonverbal, yakni sebagai bahasanya guru.

Isi ajaran yang dimaksud di atas adalah bahan ajar. Depdiknas (2003)

(13)

sebagai sarana untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi”. Pesan

tersebut berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh

guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal

(kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol no-verbal atau visual.

Permasalahan yang timbul ketika bahan ajar yang dikembangkan oleh

guru dirasa tidak efektif karena ternyata hasil belajar siswa tidak meningkat

setelah belajar menggunakan bahan ajar tersebut. Penyebabnya karena siswa

merasa jenuh dengan kegiatan belajar mengajar yang terkesan monoton.

Menurut Reber (Syah, 1995: 165) “kejenuhan belajar ialah rentang waktu

tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil”.

Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan

pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan.

Salah satu faktor yang memungkinkan hal itu dapat terjadi karena

sebagian guru hanya mengandalkan bahan ajar yang dijual di sekolah dan

tinggal pakai tanpa harus bersusah payah membuatnya. Padahal menurut

Pannen (Prastowo, 2011: 17) menyatakan bahwa “bahan ajar adalah

bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan

guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran”. Itu artinya bahan ajar yang

baik adalah bahan ajar yang direncanakan, disusun, dan digunakan untuk

memaksimalkan metode pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Hal ini

pada akhirnya berpengaruh kurang baik terhadap hasil belajar siswa.

Pada abad ini perkembangan teknologi sangat pesat khususnya dalam

(14)

atau kata saja. Munadi (2008: 149) menyatakan bahwa “komputer bisa

dikatakan sebagai sumber belajar yang menyediakan berbagai macam bentuk

media yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan konsep dan ilmu

pengetahuan, tidak hanya sebagai sarana komputasi dan pengolah kata saja”.

Selain itu Herlanti (Munadi, 2008: 149) menyatakan bahwa:

Layar komputer mampu menyajikan sebuah tampilan berupa teks nonsekuensial, nonlinear, dan multidimensional dengan percabangan tautan dan simpul secara interaktif. Tampilan tersebut akan membuat pengguna lebih leluasa memilih, mensintesis, dan mengelaborasi pengetahuan-pengetahuan yang ingin dipahaminya.

Perkembangan teknologi ini membuat ketertarikan siswa pun berubah.

Siswa lebih menyukai hal-hal bersifat digital dibandingkan dengan yang

sifatnya teks. Seperti yang ditulis Mardianto dalam artikel berjudul "Generasi

Digital", Siapkah Kita Menghadapinya? (Edukasi.kompas.com, 2009) bahwa

“mereka (siswa) cenderung menyukai komputer, gambar, animasi, video, dan

terakhir barulah dokumen berbentuk teks”.

Dalam rangka memaksimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran,

komputer dapat digunakan untuk membuat berbagai bahan ajar yang mampu

menarik perhatian siswa untuk belajar. Bahan ajar tersebut dikemas secara

menarik dengan tampilan serta gaya bahasa yang tidak kaku dengan tujuan

siswa tertarik untuk mempelajarinya.

Salah satu bahan ajar yang dapat dibuat dan dikembangkan secara digital

adalah bahan ajar berprogram Tipe Branching (bercabang). Bahan ajar ini

merupakan bagian dari bentuk bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran

(15)

“pengembangan dari program cabang yang diciptakan oleh S.L. Pressey

dilakukan oleh N.A. Crowder. Sebagai sebuah program, siswa

mengembangkan urutan kerangka dengan respon masing-masing atas beberapa

pilihan pertanyaan”. Responnya menentukan urutannya melalui program.

Materi yang terprogram dirancang secara khusus untuk beberapa jenis

pembelajaran dalam bentuk teks yang terprogram atau program-program

khusus yang digunakan dalam mesin-mesin mengajar. Materi ini direncanakan

dalam unit-unit yang disebut dengan kerangka-kerangka. Setiap kerangka

menyediakan sejumlah kecil informasi bagi siswa. Informasi yang disajikan

melalui serangkaian kerangka tadi berada dalam sebuah urutan logika yang

memandu siswa dari apa yang telah diketahuinya kepada pengetahuan yang

baru. Pada saat siswa yang sedang mempelajari materi yang terprogram,

mereka diharuskan berpartisipasi melalui pemberian respon secara aktif pada

setiap kerangka.

Saat ini banyak perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membuat

bahan ajar dan media pembelajaran, salah satunya adalah Adobe Flash. Adobe

Flash yang dulu bernama Macromedia Flash adalah aplikasi yang

diperuntukkan bagi pengguna profesional, yang dapat dengan mudah membuat

demonstrasi interaktif serta simulasi dalam berbagai format, termasuk Flash

(SWF) dan EXE” (Prastowo, 2011: 335).

Format animasi Flash merupakan format animasi yang paling populer

saat ini karena banyak kelebihan yang dimiliki salah satunya adalah kebutuhan

(16)

fasilitas komputer yang canggih sehingga format animasi Flash cenderung

lebih efisien digunakan. Selain itu jika animasi Flash tersebut dibangun

menjadi format *.exe (executable file) maka ia dapat berjalan di komputer

dengan sistem operasi Windows manapun walau di komputer tersebut tidak

terpasang Flash player plug-in.

Melihat dari bahan ajar berprogram Tipe Branching dan kemampuan

Adobe Flash menciptakan bahan ajar melalui aplikasi Flash yang memenuhi

kriteria pemilihan media, maka dalam penelitian ini peneliti akan

mengembangkan bahan ajar berprogram Tipe Branching melalui aplikasi

Flash.

Dalam proses pembelajaran, seorang guru dituntut untuk selalu

meningkatkan kualitas pengajarannya. Hal ini dapat dilakukan jika ia terus

berinovasi dalam mengembangkan metode, bahan ajar, serta media yang

digunakan.

Begitu pula dengan pembelajaran TIK. Mata Pelajaran ini membutuhkan

bahan ajar yang mampu memberikan pemahaman yang mendalam kepada

siswa. Materi-materi yang dipelajari disusun dari yang sifatnya teori hingga

praktik, sehingga pada akhirnya siswa dapat mengorelasikan kedua

pemahamannya tersebut. Karena sifat Mata Pelajaran ini hafalan, pemahaman,

dan penerapan, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru yaitu dengan

memberi visualisasi terhadap materi yang dianggap membutuhkan penjelasan

lebih dari sekedar kata-kata saja. Hal ini sangat diperlukan agar siswa tidak

(17)

guru, namun mereka dapat merasakan sendiri pengalaman belajar yang lebih

nyata dan maksimal.

Saat ini guru Mata Pelajaran TIK sudah banyak yang menggunakan

bahan ajar dengan pengantar berupa media komputer untuk menunjang

kegiatan belajar mengajarnya. Sebagian guru memanfaatkan slide presentasi

yang ia buat dengan menggunakan perangkat lunak seperti Microsoft

PowerPoint untuk membantunya menyampaikan materi pelajaran. Namun

ternyata masih banyak kekurangan dalam pengembangan bahan ajar tersebut,

misalnya saja bahasa yang digunakan terkesan sangat kaku dan terlalu text

book. Selain itu tampilan slide presentasi yang dibuat kurang variatif sehingga

siswa merasa jenuh dan kurang tertarik.

Seperti yang terjadi di SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung, bahan ajar

yang digunakan untuk pembelajaran TIK adalah slide presentasi atau buku

LKS, padahal dilihat dari fasilitas yang dimiliki seharusnya pengajar dapat

memaksimalkan fasilitas yang ada untuk membuat bahan ajar yang sesuai

dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Hal ini berakibat pembelajaran yang

dilakukan terkesan monoton dan siswa pun merasa jenuh sehingga mereka

kurang memperhatikan penjelasan guru. Hal ini tentu saja berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa sendiri. Misalnya saja saat ulangan tengah

semester Mata Pelajaran TIK semester genap tahun ajaran 2011-2012, dari

seluruh siswa kelas VII dan VIII hanya 30% dari jumlah siswa tersebut yang

lulus KKM yaitu 73 untuk kelas VII dan 74 untuk kelas VIII. Tentu saja hal ini

(18)

1.1di bawah ini dapat terlihat bahwa rata-rata nilai ulangan bulanan TIK di

Kota Bandung masih berada di bawah KKM jika dibandingkan dengan pata

pelajaran yang lainnya.

Gambar 1.1

Rata-rata Nilai Ulangan Bulanan Seluruh Mata Pelajaran SMP Kota Bandung (Openthinklabs.com: 2012)

Hal ini seharusnya menjadi perhatian bersama, sebab jika kita melihat ke

depan, Mata Pelajaran TIK ini sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan siswa

agar mampu menerima perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

dengan sebijaksana mungkin.

Pada Mata Pelajaran TIK jenjang Sekolah Menengah Pertama terdapat

pokok bahasan menu dan ikon pada program pengolah kata (Microsoft Word).

Pada pokok bahasan ini jumlah materi teori terbilang banyak. Ragam menu dan

ikon yang harus dipelajari akan sulit dipahami oleh siswa jika guru kurang

mampu dalam mengembangkan bahan ajar yang sesuai untuk menunjang

proses pembelajaran.

Melihat peluang dan permasalahan diatas, pada penelitian kali ini penulis

tertarik untuk mengaplikasikan penggunaan bahan ajar berprogram Tipe

(19)

menarik, dan bahasa yang tidak kaku diharapkan dapat menjadi inovasi baru

dalam proses pembelajaran sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil

belajar siswa khususnya pada Mata Pelajaran TIK. Oleh karena itu pada

penelitian ini penulis memberi judul: “Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar

Berprogram Tipe Branching melalui Aplikasi Flash Terhadap Hasil Belajar

Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi”.

B.Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini

adalah “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar domain kognitif, antara siswa

yang menggunakan bahan ajar berprogram Tipe Branching melalui aplikasi

Flash dengan siswa yang menggunakan bahan ajar slide presentasi pada Mata

Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi?”

Secara lebih rinci permasalahan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai

berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar domain kognitif aspek mengingat,

antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprogram Tipe Branching

melalui aplikasi Flash dengan siswa yang menggunakan bahan ajar slide

presentasi pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar domain kognitif aspek memahami,

antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprogram Tipe Branching

melalui aplikasi Flash dengan siswa yang menggunakan bahan ajar slide

(20)

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar domain kognitif aspek

menerapkan, antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprogram Tipe

Branching melalui aplikasi Flash dengan siswa yang menggunakan bahan

ajar slide presentasi pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi?

C.Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui perbandingan hasil belajar domain kognitif, antara siswa yang

menggunakan bahan ajar berprogram Tipe Branching melalui aplikasi Flash

dengan siswa yang menggunakan bahan ajar slide presentasi dalam

pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Secara khusus tujuan

penelitian yang ingin dicapai yaitu:

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar domain kognitif aspek

mengingat, antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprogram Tipe

Branching melalui aplikasi Flash dengan siswa yang menggunakan bahan

ajar slide presentasi pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar ranah domain kognitif aspek

memahami, antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprogram Tipe

Branching melalui aplikasi Flash dengan siswa yang menggunakan bahan

ajar slide presentasi pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan

(21)

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar domain kognitif aspek

menerapkan, antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprogram Tipe

Branching melalui aplikasi Flash dengan siswa yang menggunakan bahan

ajar slide presentasi pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

baik langsung maupun tidak langsung khususnya dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran TIK.

Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Berprogram Tipe

Branching melalui Aplikasi Flash Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ini diharapkan dapat

memberikan banyak manfaat.

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi mahasiswa

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

b. Memberikan gambaran kepada peneliti lain yang akan melakukan

penelitian mengenai penggunaan bahan ajar berprogram tipe branching.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1. Mempermudah siswa dalam memahami materi teori dalam Mata

(22)

2. Memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam proses

pembelajaran.

3. Memberikan pandangan kepada siswa bahwa belajar Mata Pelajaran

TIK itu menarik dan menyenangkan.

b. Bagi Guru

1. Membantu guru Mata Pelajaran TIK dalam menyampaikan materi

pelajarannya.

2. Memberikan inspirasi dan motivasi kepada guru agar lebih kreatif

dalam menciptakan variasi bahan ajar yang sesuai dan

menyenangkan untuk pembelajaran.

3. Memberikan alternatif bahan ajar lain kepada guru.

c. Bagi Pihak Sekolah

1. Memberikan inspirasi dan motivasi agar lebih kreatif dan inovatif

dalam memilih bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa

khususnya dalam proses belajar mengajar di sekolah.

d. Bagi Peneliti

1. Memberikan pengalaman langsung kepada peneliti dalam

mengaplikasikan penggunaan bahan ajar berprogram tipe branching

melalui aplikasi Flash dan mengetahui pengaruhnya terhadap hasil

belajar siswa.

2. Memperdalam pemahaman peneliti mengenai pengembangan bahan

ajar dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya

(23)

3. Memberikan motivasi kepada peneliti sendiri untuk terus berinovasi

dalam pengembangan bahan ajar khususnya yang berbasis

elektronik.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Memberikan motivasi untuk penelitian selanjutnya.

2. Memberikan gambaran secara umum mengenai penggunaan bahan

ajar berprogram tipe branching melalui aplikasi Flash dalam proses

pembelajaran.

3. Memberikan motivasi agar lebih kreatif dan inovatif dalam

menciptakan bahan ajar untuk penelitian.

E.Definisi Operasional

1. Bahan Ajar Berprogram Tipe Branching

Bahan ajar berprogram Tipe Branching adalah bahan ajar yang

digunakan dalam pembelajaran terprogram. Bahan ajar ini berisi materi

yang disertai latihan serta respon secara langsung. Alur belajar siswa

diprogram secara bercabang, artinya dalam setiap latihan jika siswa

memberikan respon dengan tepat maka ia dapat lanjut ke materi

selanjutnya, namun jika responnya kurang tepat maka ia harus kembali

mempelajari materi sebelumnya.

2. Aplikasi Flash

Aplikasi Flash yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada

(24)

Macromedia / Adobe bernama Flash. Aplikasi ini mampu menciptakan

berbagai macam animasi interaktif yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai

kebutuhan. Aplikasi Flash ini dapat dikombinasikan dengan

aplikasi-aplikasi lainnya yang mendukung dalam pembuatan animasi, seperti Adobe

Photoshop, PhotoScape, Corel Draw, dan lain sebagainnya. Aplikasi Flash

menghasilkan output berupa file SWF (Shock Wave Flash) dan EXE

(Executable file) yang mampu dijalankan pada berbagai sistem operasi

populer seperti Microsoft Windows, Apple Macintosh, dan Linux.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar domain kognitif

yang dapat diukur setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Pada

penelitian ini hasil belajar domain kognitif yang diukur adalah aspek

mengingat (C1), aspek memahami (C2), dan aspek menerapkan (C3) siswa

dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

4. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah salah

satu bidang studi yang ada di sekolah dasar dan menengah yang

dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu

mengantisipasi pesatnya perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

bertujuan agar peserta didik memliki kemampuan : 1) memahami teknologi

informasi dan komunikasi ; 2) mengembangkan keterampilan untuk

(25)

sikap kritis, kreatif, apresiatif dan mandiri dalam penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi ; dan 4) Menghargai karya cipta di bidang

teknologi informasi dan komunikasi. Pada penelitian ini pokok bahasan

yang akan diberikan yaitu menu dan ikon pada perangkat lunak pengolah

kata untuk kelas VIII semester 1.

5. Slide Presentasi

Pada penelitian ini yang dimaksud dengan slide presentasi adalah

bahan ajar elektronik yang dikembangkan dengan menggunakan perangkat

lunak pengolah presentasi yaitu Microsoft PowerPoint 2007 dengan

memiliki format ekstensi file *.pptx. Bahan ajar ini berisi materi-materi

yang dirancang untuk dapat digunakan oleh siswa secara mandiri dan

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan Metode Kuasi

Ekperimen (Quasi Experiment). Narbuko dan Achmadi (2012: 54) menyatakan

bahwa “Penelitian eksperimental semu bertujuan untuk memperoleh informasi

yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan

eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk

mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan”. Ciri utama

kuasi eksperimen ini yaitu menggunakan kelompok yang sudah terbentuk

sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali (2009: 140) yang menyatakan

“Kuasi eksperimen hampir sama dengan eksperimen sebenarnya perbedaannya

terletak pada penggunaan subjek yaitu pada kuasi eksperimen tidak dilakukan

penugasan random, melainkan menggunakan kelompok yang sudah ada (intact

group)”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jawaban mengenai

pengaruh suatu perlakuan (treatment). Berdasarkan tujuan tersebut, dalam

penelitian ini terdapat variabel yang mempengaruhi (sebab) dan variabel yang

dipengaruhi (akibat). Menurut Arikunto (2002: 97) “Variabel yang

mempengaruhi disebut penyebab, variabel bebas atau independent variable

(X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, variabel

(27)

menggunakan bahan ajar berprogram Tipe Branching melalui aplikasi Flash

(kelompok eksperimen) dan pembelajaran menggunakan bahan ajar slide

presentasi (kelompok kontrol) keduanya ditempatkan sebagai variabel bebas

(penyebab) dan hasil belajar siswa pada domain kognitif aspek mengingat

(C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3) ketiganya ditempatkan sebagai

variabel terikat (akibat).

Untuk melihat hubungan antar variabel yang akan diteliti, dapat dilihat

pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Hubungan antara Variabel Penelitian

Variabel Bebas (X)

Variabel Terikat (Y)

Bahan Ajar Berprogram Tipe Branching Melalui

Aplikasi Flash (Eksperimen)

(X1)

Bahan Ajar Slide Presentasi

(Kontrol) (X2)

Kemampuan Aspek Mengingat (Y1)

X1Y1 X2Y1

Kemampuan Aspek

Memahami (Y2) X1Y2 X2Y2

Kemampuan Aspek Menerapkan (Y3)

X1Y3 X2Y3

Keterangan:

X1Y1 = Hasil belajar aspek mengingat dengan menggunakan bahan

ajar berprogram Tipe Branching melalui aplikasi Flash.

X1Y2 = Hasil belajar aspek memahami dengan menggunakan bahan

ajar berprogram Tipe Branching melalui aplikasi Flash.

X1Y3 = Hasil belajar aspek menerapkan dengan menggunakan bahan

ajar berprogram Tipe Branching melalui aplikasi Flash.

X2Y1 = Hasil belajar aspek mengingat dengan menggunakan bahan

ajar slide presentasi.

X2Y2 = Hasil belajar aspek memahami dengan menggunakan bahan

(28)

X2Y3 = Hasil belajar aspek menerapkan dengan menggunakan bahan

ajar slide presentasi.

B.Desain Penelitian

Desain penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

Non-Equivalent Control Group Design bentuk Pretest-Posttest Control Group

Design. Desain penelitian ini terdiri atas satu kelompok eksperimen dan satu

kelompok kontrol. Pada desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

tidak dipilih secara random. Jika digambarkan, desain penelitiannya dalam

Tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

KE O1 X1 O2

KK O3 X2 O4

Keterangan:

KE = Kelompok kelas eksperimen, yaitu kelompok kelas yang

diberikan perlakuan dengan menggunakan bahan ajar berprogram Tipe Branching melalui aplikasi Flash.

KK = Kelompok kelas kontrol, yaitu kelompok kelas yang diberikan

perlakuan dengan menggunakan bahan ajar slide presentasi.

X1 = Perlakuan dengan menggunakan bahan ajar berprogram Tipe

Branching melalui aplikasi Flash.

X2 = Perlakuan dengan menggunakan bahan ajar slide presentasi.

O1 = Hasil observasi sebelum perlakuan pada kelompok kelas

eksperimen.

O2 = Hasil observasi setelah perlakuan pada kelompok kelas

eksperimen.

(29)

kontrol.

O4 = Hasil observasi setelah perlakuan pada kelompok kelas

kontrol.

Berdasarkan desain di atas maka langkah yang pertama dilakukan dalam

penelitian ini yaitu menetapkan kelompok yang akan dijadikan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok yang diberi perlakuan

menggunakan bahan ajar berprogram Tipe Branching melalui aplikasi Flash

ditetapkan sebagai kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang diberi

perlakuan menggunakan bahan ajar slide presentasi ditetapkan sebagai

kelompok kontrol.

Selanjutnya yaitu memberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal

pada masing-masing kelas. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok kelas

eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Kemudian kedua kelas diberikan

perlakuan yang berbeda, perlakuan (treatment) kepada kelompok eksperimen

dengan menggunakan bahan ajar berprogram Tipe Branching melalui aplikasi

Flash dan kelompok kontrol dengan menggunakan bahan ajar slide presentasi.

Setelah diberikan perlakuan, terakhir diberikan posttest, hasilnya akan

dibandingkan dengan skor pretest, sehingga diperoleh gain atau selisih antara

(30)

C.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Yayasan Atikan Sunda jalan Panghulu Haji Hasan Mustapa No. 115 Kota

Bandung.

2. Populasi Penelitian

Dalam suatu kegiatan penelitian, populasi berhubungan dengan

sumber data yang digunakan. Kata populasi dalam statistika merujuk pada

“sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian

dalam suatu penelitian” (Somantri dan Muhidin, 2006: 61). Sedangkan

menurut Arikunto (2002: 108) “populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian”.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A sampai

dengan VIII-F di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung pada

semester ganjil tahun ajaran 2012/2013, dengan rincian seperti Tabel 3.3 di

[image:30.595.131.515.218.763.2]

bawah ini.

Tabel 3.3 Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa

1 VIII-A 30

2 VIII-B 35

3 VIII-C 35

4 VIII-D 34

5 VIII-E 35

6 VIII-F 30

(31)

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian terkecil dalam populasi. Menurut Arikunto

(2002: 109) “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.

Sampel yang diambil bagi penelitian harus representatif sehingga dapat

mewakili populasi. Sejalan dengan hal itu Somantri dan Muhidin (2006:

63) mengatakan “sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang

diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya”.

Tujuan dari pengambilan sampel adalah menggunakan sebagian objek

penelitian untuk memperoleh informasi tentang populasi.

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah Probability Sampling bentuk Cluster Sampling. Menurut Somantri

dan Muhidin (2006: 80) “Sampling klaster adalah sampling dimana unit

samplingnya adalah kumpulan atau kelompok (cluster) elemen (unit

observasi)”. Jadi dalam penarikan sampel cluster, anggota-anggota

populasi dibagi dalam beberapa kelompok (cluster). Selanjutnya kita

mengambil semuanya atau sebagian elemen dari setiap kelompok yang

terpilih untuk dijadikan sampel.

Berdasarkan metode kuasi eksperimen yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada

maka peneliti menggunakan kelompok-kelompok yang sudah ada sebagai

sampel penelitian. Jadi, peneliti tidak mengambil sampel secara individu

(32)

Berdasarkan pendapat diatas, maka peneliti melakukan pengambilan

sampel dengan menggunakan teknik Cluster Sampling, yaitu kelas VIII-E

dan VIII-C. Pada saat studi pendahuluan dilakukan kelas tersebut bisa

[image:32.595.117.512.219.564.2]

memenuhi kebutuhan penelitian.

Tabel 3.4 Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa Kelompok

1 VIII-E 35 Eksperimen

2 VIII-C 35 Kontrol

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam

suatu penelitian. Menurut Suliastini (2011) “Teknik pengumpulan data

merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan

instrumen yang relevan untuk memecahkan masalah penelitian”. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan satu

cara, yaitu tes objektif.

Tes objektif yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda

dengan empat alternatif jawaban. Tes objektif digunakan untuk mengetahui

hasil belajar domain kognitif siswa. Instrumen tes ini dibatasi hanya pada aspek

(33)

E.Instrumen Penelitian

Dalam upaya mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai

hal-hal yang dijaki dalam penelitian ini, maka dibuat seperangkat instrumen

yaitu instrumen berbentuk tes. Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data

dalam sebuah penelitian. Seluruh instrumen tersebut digunakan untuk

mengumpulkan data kuantitatif penelitian. Menurut Arikunto (2002: 126)

“Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode”.

Keberhasilan suatu penelitian banyak bergantung dari instrumen yang

digunakan sebab data yang diperlukan untuk menjawab masalah dalam

penelitian diperoleh melalui instrumen. Adapun instrumen yang akan

digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes objektif bentuk multiple

choice.

Tes objektif adalah tes yang penilaiannya objektif. Dalam Arifin (2012:

135) disebutkan “Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously

scored item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1

atau 0”. Tes objektif terdiri atas beberapa bentuk, dalam penelitian ini jenis tes

objektif yang digunakan adalah jenis pilihan ganda (multiple choice).

Tujuan dari penggunaan instrumen berbentuk tes objektif berbentuk

pilihan ganda ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan

terhadap hasil belajar siswa domain kognitif aspek mengingat, memahami, dan

menerapkan. Menurut Arifin (2012: 138) “Soal tes bentuk pilihan-ganda dapat

digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan

(34)

Tes bentuk pilihan ganda yang dibuat memiliki empat alternatif jawaban

(a, b, c, dan d). Item-item soal yang digunakan dalam pengumpulan data hasil

belajar ini diambil dari materi pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi pokok bahasan menu dan ikon pada perangkat lunak pengolah

kata (Microsoft Word). Menilik dari desain penelitian yang digunakan, tes

bentuk pilihan ganda ini diberikan pada saat pretest dan posttest untuk

masing-masing kelas ekperimen dan kelas kontrol. Tujuannya adalah untuk

membandingkan pengaruh dari masing-masing perlakuan (treatment) yang

diberikan terhadap hasil belajar siswa.

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan tes hasil belajar yang

digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mempelajari silabus Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

kelas VIII SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung.

b. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan sebagai penelitian.

c. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang

diambil dari kurikulum Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi kelas VIII SMP.

d. Menyusun flow chart, GBPM, dan storyboard.

e. Membuat dan mengembangkan bahan ajar yang digunakan yaitu bahan ajar

berprogram Tipe Branching melalui aplikasi Flash.

f. Melakukan judgement produk kepada dosen ahli pengembangan bahan ajar,

(35)

g. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian yang mengacu kepada tujuan dan

sub pokok bahasan yang ditentukan.

h. Mendiskusikan rancangan instrumen penelitian dengan dosen pembimbing.

i. Mendiskusikan rancangan perangkat tes dengan guru Mata Pelajaran TIK.

j. Menganalisa dan merevisi item-item soal yang dianggap kurang tepat.

k. Melaksanakan uji coba instrumen terhadap sejumlah siswa diluar sampel

yang mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama dengan siswa dalam

kelompok sampel. Uji coba instrumen ini dilakukan untuk memperoleh

informasi mengenai kualitas instrumen yang akan digunakan, apakah telah

memenuhi syarat sebagai alat pengumpul data atau belum. Hal ini berkaitan

dengan kevalidan dan kereliabilitasan instrumen yang digunakan.

l. Menganalisis dan merevisi item-item soal yang dianggap memiliki kualitas

yang kurang baik.

m.Memilih instrumen tes yang sudah memenuhi persyaratan sebagai instrumen

yang berkualitas baik (valid dan reliabel), yang kemudian diujikan kepada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

F. Teknik Pengembangan Instumen

Instrumen penelitian yang telah disusun kemudian diuji cobakan kepada

sampel diluar sampel penelitian yaitu kelas VIII di SMP Yayasan Atikan

Sunda (YAS) Bandung. Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran

mengenai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal

(36)

1. Uji Validitas

Dalam Arikunto (2002: 144) “Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.”.

Pengujian validitas pada instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui

apakah instrumen yang digunakan dapat atu tidak mengukur tingkat

ketepatan tes yaitu mengukur apa yang seharusnya diukur. Hal ini sejalan

dengan pendapat Somantri dan Muhidin (2006: 49) bahwa “Suatu

instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur

sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur”.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas

empiris. Menurut Arifin (2012: 249) “Validitas ini (empiris) biasanya

menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi”.

Rumus korelasi yang digunakan adalah yang dikemukakan oleh

Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi product moment (Arikunto,

2002: 146).

Rumus perhitungan validitas dengan angka kasar:

Keterangan:

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, yaitu dua variabel yang dikorelasikan.

N = Jumlah responden.

X = Skor item tes.

(37)

Untuk menafsirkan koefisien korelasi menurut Arifin (2012: 257)

dapat menggunakan kriteria sebagai berikut:

Antara 0,81 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi

Antara 0,61 sampai dengan 0,80 = tinggi

Antara 0,41 sampai dengan 0,60 = cukup

Antara 0,21 sampai dengan 0,40 = rendah

Antara 0,21 sampai dengan 0,20 = sangat rendah

Setelah itu diuji tingkat signifikansinya dengan menggunakan rumus

menurut Harun Al Rasyid dalam Somantri dan Muhidin (2006:50) sebagai

berikut:

Nilai thitung kemudian dibandingkan dengan nilai ttabeldengan taraf

nyata 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2. Apabila thitung > ttabel,

artinya korelasi tersebut signifikan atau berarti.

2. Uji Reliabilitas

Uji keampuhan instrumen penelitian dalam rangka mengumpulkan

data ditekankan pada reliabilitasnya. Menurut Arikunto (2002: 154)

“Reliabilitas merujuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik”. Menurut Arifin (2012: 258) “Suatu tes

dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan

(38)

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas akan dilakukan dengan rumus

Half-Split Spearman-Brown dalam Arikunto (2002: 156) sebagai berikut:

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen.

r1/21/2 = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua

belahan instrumen.

Secara lebih rinci berikut merupakan langkah yang dilakukan dalam

uji reliabilitas menggunakan rumus Spearman-Brown menurut Arikunto

(2002: 156-160):

1) peneliti mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan

pertama dan kelompok skor butir genap sebagai belahan kedua.

2) mengorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua, dan

akan diperoleh harga rxy.

3) menghitung indeks reliabilitas soal dengan rumus Spearman-Brown.

4) mengonsultasikan indeks reliabilitas yang didapat dengan tabel r

product moment. Apabila nilai indeks reliabilitas lebih besar dari nilai

(39)

3. Analisis Butir Soal

Analisis butir soal dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

kualitas dari setiap butir soal. Setelah melakukan analisis butir soal ini akan

teridentifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek.

Dengan demikian peneliti dapat memperbaikinya. Ada dua hal yang

berhubungan dengan analisis butir soal, yaitu tingkat kesukaran dan daya

pembeda.

a. Tingkat Kesukaran Soal

Menurut Arifin (2012: 266) “perhitungan tingkat kesukaran soal

adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika

suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka

dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik”.

Cara yang dapat digunakan untuk mencari tingkat kesukaran

suatu butir soal yaitu dengan menggunakan proporsi menjawab benar

(proportion correct). Menurut Arifin (2012: 271) “proporsi menjawab

benar (proportion correct) sangat banyak digunakan karena dianggap

lebih mudah”. Rumus yang digunakan untuk tingkat kesukaran dalam

Arifin (2012: 272) sebagai berikut:

Keterangan:

P = tingkat kesukaran.

∑B = jumlah peserta didik yang menjawab benar.

(40)

Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dalam Arifin

(2012: 272) dapat digunakan kriteria sebagai berikut:

p > 0,70 = mudah

0,30 ≤ p ≤ 0,70 = sedang

p < 0,30 = sukar

b. Daya Pembeda

Menurut Arifin (2012: 273) “Pengukuran daya pembeda adalah

pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta

didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang

belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu”.

Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dalam Arifin (2012:

273) dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

DP = daya pembeda.

WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah.

WH = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas.

N = 27% × N

Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda tersebut

dapat digunakan kriteria yang dikembangkan oleh Ebel (Arifin, 2012:

(41)
[image:41.595.115.515.163.563.2]

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Pembeda

Index of discrimination Item evaluation

0,40 and up Very good items

0,30 – 0,39 Reasonably good, but possibly subject to

improvement.

0,20 – 0,29 Marginal items, usually needing and

being subject to improvement.

Below– 0,19 Poor items, to be rejected or improved by

revision.

G.Teknik Analisis Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan

dengan memberikan soal pretest dan posttest. Data yang telah diperoleh

kemudian dikategorikan dalam jenis data kuantitatif. Pengolahan data

kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap skor pretest,

skor posttest, dan gain. Analisis data hasil tes dilakukan untuk mengetahui

perbedaan hasil belajar domain kognitif antara siswa yang menggunakan

bahan ajar berprogram Tipe Branching melalui aplikasi Flash dengan siswa

yang menggunakan bahan ajar slide presentasi pada Mata Pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi. Analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan

program komputer (SPSS). Adapun langkah-langkah dalam menguji statistik

data hasil tes adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa

keabsahan / normalitas sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Somantri

(42)

mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data”. Pada penelitian ini, uji

normalitas menggunakan program pengolah data SPSS 17 (Statistical

Product and Service Solution) dengan uji normalitas one sample

Kolmogorov Smimov. Langkah – langkah yang dilakukan adalah dengan

memasukan data hasil penelitian aspek mengingat kelas eksperimen

(C1_Eks), aspek memahami kelas eksperimen (C2_Eks), aspek

menerapkan kelas eksperimen (C3_Eks), aspek mengingat kelas kontrol

(C1_Kon), aspek memahami kelas kontrol (C2_Kon), dan aspek

menerapkan kelas kontrol (C3_Kon). Kemudian melakukan analyze dengan

memilih non parametric tes sample K-S. Kriteria pengujiannya menurut

Santoso (Suliastini, 2011) adalah jika nilai Sig. (signifikansi) atau nilai

probabilitas < 0.05 maka distribusi adalah tidak normal, sedangkan jika

nilai Sig. (signifikansi) atau nilai probabilitas > 0.05 maka distribusi adalah

normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ditujukan untuk menguji kesamaan beberapa bagian

sampel, sehingga generalisasi terhadap populasi dapat dilakukan. Menurut

Somantri dan Muhidin (2006: 294) “Pengujian homogenitas varians ini

mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang

homogen”. Pada penelitian ini uji homogenitas menggunakan program

pengolah data SPSS 17 (Statistical Product And Service Solution) dengan

Lavene Test. Uji Levene digunakan untuk mengetahui apakah variabel

(43)

(dependent) . Penelitian ini terdiri dari variabel X (independent variabel)

adalah bahan ajar berprogram tipe branching melalui aplikasi Flash

sedangkan variabel Y (dependent variabel) adalah hasil belajar aspek

mengingat dan memahami. Uji Levene akan muncul bersamaan dengan

hasil uji beda rata-rata atau uji-t. Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai

Sig. (signifikansi) atau nilai probabilitas < 0.05 maka data berasal dari

populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama, sedangkan jika

nilai Sig (signifikansi) atau nilai probabilitas > 0.05 maka data berasal dari

populasi-populasi yang mempunyai varians sama (Santoso, 2003: 168).

3. Uji Hipotesis

Menurut Somantri dan Muhidin (2006: 157) “Pengujian hipotesis

dilakukan sebagai upaya memperoleh gambaran mengenai suatu populasi

dari sampel”. Uji t digunakan ketika informasi mengenai nilai variance

(ragam) populasi tidak diketahui. Uji t adalah salah satu uji yang

digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan

dari dua buah mean sampel (dua buah variabel yang dikomperasikan).

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t independen

dua rata-rata (t-test independent) untuk menguji signifikansi perbedaan

rata-rata (mean) yang terdapat pada program pengolah data SPSS 17. Uji

ini digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata dari dua populasi yang

bersifat independen, dimana peneliti tidak memiliki informasi mengenai

ragam populasi. Kegunaan uji komparatif adalah untuk menguji

(44)

perbandingan keadaan variabel dari dua rata-rata sampel). Adapun yang

diperbandingkan pada uji hipotesis ini adalah gain skor posttest dan

pretest antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, baik secara

keseluruhan maupun setiap aspek (aspek mengingat, aspek memahami,

dan aspek menerapkan).

Oleh karena pengujian ini menggunakan uji dua ekor, maka daerah

penolakan hipotesis terdapat pada daerah negatif dan positif dengan batas

ttabel. Berdasarkan jumlah sampel sebanyak 70 maka dapat diketahui bahwa

ttabel dengan dk 68 (n-2) dan tingkat kepercayaan 95% sebesar 2,000.

Kriterianya apabila –ttabel < thitung < + ttabel maka HO dirolak dan H1

diterima. (Riduwan, 2003:181)

H.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah kegiatan yang ditempuh

dalam suatu penelitian. Prosedur yang diambil dalam penelitian ini dibagi

menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Pembuatan Rancangan Penelitian

a. Memilih masalah, peneliti memilih masalah penelitian dari pengalaman

disertai studi pustaka yang diambil dari beberapa literatur seperti buku,

internet, skripsi, dan sebagainya.

b. Studi pendahuluan, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan

meneliti sekolah tempat PLP. Peneliti melakukan observasi mengenai

(45)

kemudian melakukan wawancara dengan guru Mata Pelajaran TIK

mengenai hal-hal yang menyangkut proses pembelajaran TIK yang

dilaksanakan di sekolah tersebut.

c. Merumuskan masalah, peneliti merumuskan judul, lalu membuat

perumusan masalah, selanjutnya memilih desain peneltian sesuai

dengan masalah dan tujuan yang ingin diteliti. Kegiatan ini dilakukan

dengan disertai konsultasi langsung dengan dosen pembimbing

akademik sehingga kedepannya peneliti mendapatkan gambaran yang

jelas terhadap penelitian yang akan dilakukan.

d. Merumuskan asumsi dasar dan hipotesis, kegiatan ini dilakukan setelah

peneliti menemukan masalah penelitian. Peneliti merumuskan asumsi

dasar yang dilanjutkan oleh perumusan hipotesis.

e. Memilih pendekatan. Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini

adalah pendekatan eksperimental, lebih spesifiknya pre experimental

design atau quasi experiment (kuasi eksperimen).

f. Menentukan variabel dan sumber data. Terdapat dua variabel dalam

penelitian yaitu pembelajaran menggunakan bahan ajar berprogram

Tipe Branching melalui aplikasi Flash (kelompok eksperimen) dan

pembelajaran menggunakan bahan ajar slide presentasi (kelompok

kontrol) keduanya ditempatkan sebagai variabel bebas (X) dan hasil

belajar siswa pada domain kognitif aspek mengingat (C1), memahami

(C2), dan menerapkan (C3) ketiganya ditempatkan sebagai variabel

(46)

g. Menentukan dan menyusun instrumen. Peneliti menentukan dan

menyusun instrumen atas kerjasama dosen pembimbing skripsi dan

guru Mata Pelajaran TIK. Langkah-langkah penyusunan instrumen

sebagai berikut:

1) Melakukan observasi, yaitu dengan cara wawancara guru Mata

Pelajaran TIK untuk menentukan materi dan waktu pelaksanaan

penelitian yang sesuai.

2) Membuat prosedur pelaksanaan eksperimen berdasarkan KTSP.

3) Menelaah silabus Mata Pelajaran TIK.

4) Membuat RPP

5) Membuat prosedur pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

6) Membuat bahan ajar bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol.

7) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.

8) Menyusun instrumen penelitian berupa tes objektif bentuk pilihan

ganda dengan alternatif jawaban a, b, c, dan d.

9) Melakukan uji coba instrumen kepada kelas diluar sampel.

10)Melakukan olah data hasil uji coba untuk menentukan kualitas

instrumen yang dibuat.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Mengumpulkan data. Proses ini diawali dengan menentukan kelas

(47)

b. Kedua kelas (eksperimen dan kontrol) selanjutnya diberi pretest untuk

mengetahui kemampuan awal mereka sebelum perlakuan.

c. Memberi perlakuan kepada masing-masing kelas. Kelas eksperimen

diberi perlakuan dengan penerapan bahan ajar berprogram Tipe

Branching melalui aplikasi Flash sedangkan kelas kontrol dengan

penerapan bahan ajar slide presentasi.

d. Setelah diberi perlakuan, kedua kelas diberi posttest sebagai evaluasi

hasil pembelajaran.

3. Tahap Pembuatan Laporan Penelitian

a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif.

b. Menganalisis dan mengolah data hasil penelitian.

c. Menarik kesimpulan dengan melakukan pengolahan data berdasarkan

hasil pretest dan posttest.

d. Menulis laporan dalam bentuk tertulis berdasarkan kaidah-kaidah

(48)

I. Alur Penelitian

Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti prosedur

penelitian yang dikemukakan oleh Arikunto (2002: 21) sebagai berikut:

(49)

J. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen merupakan proses yang dilakukan untuk menguji

kelayakan instrumen yang akan diberikan kepada sampel penelitian yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Uji coba instrumen ini dilakukan kepada siswa

yang bukan merupakan sampel penelitian sebanyak 30 orang yaitu di kelas IX

SMP YAS Bandung. Berdasarkan hasil uji coba, dapat diketahui validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya beda instrumen sebagai berikut:

1. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

a. Validitas Alat Ukur

Pengujian validitas alat ukur menggunakan perhitungan korelasi

Product Moment, yaitu dengan mengorelasikan skor soal ganjil dan skor

soal genap. Setelah mendapatkan koefisien korelasi selanjutnya dicari

nilai thitung yang selanjutnya digunakan untuk melihat tingkat

signifikansinya.

Dari perhitungan tersebut diperoleh data mengenai validitas alat

[image:49.595.129.516.235.691.2]

ukur sebagai berikut:

Tabel 3.6

Validitas Alat Ukur Instrumen

r Kriteria t-hitung t-tabel Keterangan

0,818 Sangat Tinggi 7,529 1,699 Signifikan

Menurut Arikunto (2008:75) “Instrumen dinyatakan valid apabila

thitung lebih besar daripada ttabel (thitung > ttabel )”. Berdasarkan hasil

(50)

df (n-1) dan α = 0.05 (5%) . Maka dapat disimpulkan bahwa antara

variabel X (skor item ganjil) dan variabel Y (skor item genap) memiliki

korelasi yang signifikan dengan arah korelasi positif dan indeks korelasi

yang besar.

b. Validitas Butir Soal

Setiap butir soal yang digunakan untuk penelitian harus dalam

keadaan valid, dengan demikian ia dapat digunakan untuk mengukur apa

yang harus diukur. Perhitungan validitas butir soal ini dilakukan dengan

mengorelasikan setiap jumlah skor setiap soal (X) dengan skor total

yang didapatkan oleh setiap responden (Y). Setelah nilai rhitung diketahui,

selanjutnya dibandingkan dengan rtabeldengan N = 30 dan α = 0,05. Jika

nilai rhitung lebih besar dari rtabel maka butir soal tersebut valid dan

sebaliknya jika nilai rhitung lebih kecil dari rtabel maka butir soal tersebut

tidak valid.

Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil validitas butir soal

[image:50.595.131.517.234.767.2]

sebagai berikut:

Tabel 3.7 Validitas Butir Soal

No. Soal r Hitung r Tabel Kriteria

1 0.459 0.361 Valid

2 0.415 0.361 Valid

3 0.545 0.361 Valid

4 0.405 0.361 Valid

5 0.075 0.361 Tidak Valid

6 0.524 0.361 Valid

(51)

8 -0.021 0.361 Tidak Valid

9 0.482 0.361 Valid

10 0.493 0.361 Valid

11 0.439 0.361 Valid

12 0.221 0.361 Tidak Valid

13 0.493 0.361 Valid

14 0.469 0.361 Valid

15 0.473 0.361 Valid

16 0.454 0.361 Valid

17 0.778 0.361 Valid

18 0.362 0.361 Valid

19 0.347 0.361 Tidak Valid

20 0.595 0.361 Valid

21 0.415 0.361 Valid

22 0.477 0.361 Valid

23 0.016 0.361 Tidak Valid

24 0.440 0.361 Valid

25 0.467 0.361 Valid

26 0.425 0.361 Valid

27 0.245 0.361 Tidak Valid

28 0.735 0.361 Valid

29 0.422 0.361 Valid

30 -0.372 0.361 Tidak Valid

31 0.489 0.361 Valid

32 0.572 0.361 Valid

33 0.518 0.361 Valid

34 0.375 0.361 Valid

35 0.371 0.361 Valid

36 0.391 0.361 Valid

37 0.414 0.361 Valid

38 0.222 0.361 Tidak Valid

39 0.490 0.361 Valid

40 0.454 0.361 Valid

Dari 40 soal di atas terdapat beberapa soal yang tidak valid karena

nilai rhitung lebih kecil daripada nilai rtabel. Soal-soal tersebut adalah soal

nomor 5, 8, 12, 19, 23, 27, 30, 38. Soal yang tidak valid tersebut tidak

(52)

2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan teknik Split Half dari

Spearman-Brown diperoleh indeks reliabilitas sebesar 0,899. Alat

pengumpul data dapat dikatakan reliabel jika rhitung lebih besar dari rtabel

(rhitung > rtabel) pada N = 30 dan α = 0,05. Berdasarkan perhitungan tersebut

dapat dilihat bahwa rhitung = 0,899 lebih besar dari rtabel = 0,361 (0,899 >

0,361). Maka berdasarkan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa

[image:52.595.131.513.225.533.2]

instrumen tes objektif ini secara keseluruhan reliabel.

Tabel 3.8 Reliabilitas Instrumen

r-hitung r-tabel Interpretasi

0,899 0,361 Reliabel

3. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian

Pengujian tingkat kesukaran soal dilakukan untuk melihat derajat

kesukaran soal. Perhitungannya yaitu dengan cara membagi jumlah siswa

yang menjawab benar dengan jumlah siswa secara keseluruhan untuk

seluruh butir soal. Setelah didapatkan nilainya selanjutnya ditafsirkan

kepada kriteria seperti berikut ini:

p > 0,70 = mudah

0,30 ≤ p ≤ 0,70 = sedang

(53)

Dari perhitungan tingkat kesukaran pada setiap soal, diperoleh hasil

[image:53.595.132.513.186.749.2]

sebagai berikut:

Tabel 3.9

Tingkat Kesukaran Soal

No.

Soal ∑B N p Kriteria

1 23 30 0.77 Mudah

2 23 30 0.77 Mudah

3 25 30 0.83 Mudah

4 21 30 0.70 Sedang

5 24 30 0.80 Mudah

6 20 30 0.67 Sedang

7 24 30 0.80 Mudah

8 25 30 0.83 Mudah

9 25 30 0.83 Mudah

10 22 30 0.73 Mudah

11 8 30 0.27 Sulit

12 21 30 0.70 Sedang

13 19 30 0.63 Sedang

14 25 30 0.83 Mudah

15 24 30 0.80 Mudah

16 20 30 0.67 Sedang

17 15 30 0.50 Sedang

18 26 30 0.87 Mudah

19 27 30 0.90 Mudah

20 25 30 0.83 Mudah

21 21 30 0.70 Sedang

22 21 30 0.70 Sedang

23 24 30 0.80 Mudah

24 22 30 0.73 Mudah

25 18 30 0.60 Sedang

26

Gambar

Gambar 2.1  Perubahan Taksonomi Bloom Ranah Kognitif ........................  51
Grafik 4.2
Gambar 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Bulanan Seluruh Mata Pelajaran SMP Kota
Tabel 3.1 Hubungan antara Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam skripsi ini meliputi 3 (tiga) hal, diantaranya: pertama, bagaimana proses pengangsuran kredit yang menggunakan sistem gadai; kedua, apakah akibat

Karena setiap elektron valensi level ener- ginya tidak tepat sama, maka level energi jutaan elektron valensi dari suatu bahan akan mem- bentuk range energi atau yang disebut

[r]

Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti Kemiskinan, Angka Melek Huruf

(2008) Effects of home literacy, parent’s beliefs and children’s task-focused behaviour on emergent literacy and word reading skills.. A Reading Instruction

Diagram Nilai Rata-rata &lt;g&gt; Keterampilan Berpikir Kritis ….……... Diagram Rata-rata Skor Tes Awal Keterampilan Berpikir

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

[r]